30
Borang Portofolio Nama Peserta : dr. Nugroho Satya Parathon Nama Wahana : RS Bhayangkara Lumajang TOPIK : DHF Tanggal (kasus) : 12 Desember 2013 Tanggal Presentasi : Nama Pendamping : dr. Adrian Ahmad Tempat Presentasi : RS Bhayangkara Lumajang OBJEKTIF PRESENTASI o Keilmuan o Keterampilan o Penyegaran o Tinjauan Pustaka Diagnostik o Manajemen o Masalah o Istimewa o Neonatus Bayi o Anak o Remaja o Dewasa o Lansia o Bumil o Deskripsi : Pasien anak perempuan, umur 6 tahun (BB: 16 kg) datang ke UGD dengan keluhan demam sejak + 3 hari yang lalu disertai mimisan. o Tujuan: 1. Menegakkan diagnosis DBD 2. Mengetahui penatalaksanaan kasus DBD Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit Cara Membahas Diskusi Presentasi dan Diskusi E-mail Pos DATA PASIEN Nama : An. Erika No Registrasi : 1

Dengue hemoragik fever

Embed Size (px)

DESCRIPTION

portofolio setengah jadi

Citation preview

Borang PortofolioNama Peserta : dr. Nugroho Satya Parathon

Nama Wahana : RS Bhayangkara Lumajang

TOPIK : DHF

Tanggal (kasus) : 12 Desember 2013

Tanggal Presentasi : Nama Pendamping : dr. Adrian Ahmad

Tempat Presentasi : RS Bhayangkara Lumajang

OBJEKTIF PRESENTASI

o Keilmuano Keterampilano Penyegarano Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemeno Masalaho Istimewa

o Neonatus Bayi o Anako Remajao Dewasao Lansiao Bumil

o Deskripsi : Pasien anak perempuan, umur 6 tahun (BB: 16 kg) datang ke UGD dengan keluhan demam sejak + 3 hari yang lalu disertai mimisan.

o Tujuan:1. Menegakkan diagnosis DBD2. Mengetahui penatalaksanaan kasus DBD

Bahan BahasanTinjauan PustakaRisetKasusAudit

Cara Membahas DiskusiPresentasi dan DiskusiE-mail Pos

DATA PASIENNama : An. Erika Yunita SariNo Registrasi : 15128

Nama klinik: RS Bhayangkara LumajangTelp : 085730676658Terdaftar sejak : 2013

Data utama untuk bahan diskusi:

Diagnosis/Gambaran KlinisKeluhan Utama : Demam disertai mimisanRiwayat Penyakit SekarangPasien anak perempuan usia 6 tahun (BB: 16 kg) datang dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu. Demam disertai mual dan muntah tiap malam, minum masih mau, badan terasa lemas, terdapat nyeri kepala dan mimisan sudah 3 kali (1 hari yang lalu, pagi dan sore hari ini. BAK masih lancar, BAB belum 3 hari ini.

Riwayat Pengobatan : Pasien di rumah hanya diberikan obat penurun panas namun panas tidak turun dan dibawa ke rumah sakit karena pasien mimisan.

Riwayat Penyakit Dahulu : -

Riwayat Pekerjaan : -

Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Penyakit serupa di lingkungan sekitar tempat tinggal pasien disangkal. Biaya pengobatan ditanggung oleh keluarga (umum).

Riwayat Imunisasi : Ibu pasien tidak ingat

Pemeriksaan Fisik : Kesadaran : Baik, GCS 456 Kesan Umum : cukup, Vital Sign : T: 80/50 mmHg, N: 120x/mnt, kuat, regular, RR= 20x/mnt, t=36,5oC Status gizi : BB 16 kg, Kesan gizi cukup Status General : Kepala/Leher : Refleks cahaya (+/+),isokor, AICD -/-/-/- Thoraks : Simetris, ketinggalan gerak (-/-), retraksi (-/-) Pulmo / fremitus sama, sonor, vesikuler (+/+), Rhonki -/-, wheezing -/- Cor / S1-2 tunggal, regular, murmur(-), gallop (-) Abdomen : supel, Bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), hepar/lien tak teraba, turgor normal Ekstremitas : akral hangat, edema (-/-), CRT 2 12 bulanStreptococcus aureus dan Streptokokus grup A tidak sering tetapi fatal. Pneumonia dapat ditemukan pada 20% anak dengan pertusis3. Usia 1 5 tahunStreptococcus pneumonia, H. influenzae, Stretococcus grup A, S. aureus terseringChlamydia pneumonia : banyak pada usia 5-14 th (disebut pneumonia atipikal)4. Usia sekolah dan remajaS. pneumonia, Streptokokus grup A, dan Mycoplasma pneumoniae (pneumonia atipikal)terbanyak PATOGENESISNormalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun. Diperkirakan sekitar 25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi virus. Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial. Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi cairan intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran darah yamg melewati paru yang terinfeksi menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation-perfusion missmatching) yang kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia. Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan kerja jantung. Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu). Pada kebanyakan kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan melalui batuk. Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke kavitas pleura, supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya empyema. Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan, namun kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan perlekatan.MANIFESTASI KLINIKGambaran klinik biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas akut bagian atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil. Suhu tubuh kadang-kadang melebihi 40 0c, sakit tenggorok, nyeri otot, dan sendi. Juga disertai batuk dengan sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang berdarah.

PEMERIKSAAN FISIKDalam pemeriksaan fisik penderita bronkhopneumoni ditemukan hal-hal sebagai berikut :a. Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan pernapasan cuping hidung. Tanda objektif yang merefleksikan adanya distres pernapasan adalah retraksi dinding dada; penggunaan otot tambahan yang terlihat dan cuping hidung; orthopnea; dan pergerakan pernafasan yang berlawanan. Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan ikat inter dan sub kostal, dan fossae supraklavikula dan suprasternal. Kebalikannya, ruang interkostal yang melenting dapat terlihat apabila tekanan intrapleura yang semakin positif. Retraksi lebih mudah terlihat pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan anak yang lebih tua.Kontraksi yang terlihat dari otot sternokleidomastoideus dan pergerakan fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas. Pada infant, kontraksi otot ini terjadi akibat head bobbing, yang dapat diamati dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga tegal lurus dengan area suboksipital. Apabila tidak ada tanda distres pernapasan yang lain pada head bobbing, adanya kerusakan sistem saraf pusat dapat dicurigai. Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi memendek secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri dada). Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan. Selain itu dapat juga menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif faring selama inspirasi. b. Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan berkurang.c. Pada perkusi tidak terdapat kelainand. Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring.Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi rendahnya frekuensi yang mendominasi), keras atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi) jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya).Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang melalui sekret jalan napas/jalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka. PEMERIKSAAN RADIOLOGIGambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar di pinggir lapang paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada lobus bawah.

PEMERIKSAAN LABORATORIUMPada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial. Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000 /mm3 dengan neutrofil yang predominan. Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED.Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah bersifat invasif sehingga tidak rutin dilakukan. KRITERIA DIAGNOSISDiagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut :a. sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dadab. panas badanc. Ronkhi basah sedang nyaring (crackles)d. Foto thorax meninjikkan gambaran infiltrat difuse. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)KOMPLIKASIKomplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam rongga thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran bakteremia dan hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah komplikasi yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi. PENATALAKSANAANa. Penatalaksaan umum Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2 pada analisis gas darah 60 torr Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.b. Penatalaksanaan khusus mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti awal.Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi, atau penderita kelainan jantung pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi klinisPneumonia ringan amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :a. Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis b. Berat ringan penyakitc. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinisd. Ada tidaknya penyakit yang mendasari Antibiotik :Bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama) menurut kelompok usia.a. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) : ampicillin + aminoglikosid amoksisillin-asam klavulanat amoksisillin + aminoglikosid sefalosporin generasi ke-3b. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn) beta laktam amoksisillin amoksisillin-amoksisillin klavulanat golongan sefalosporin kotrimoksazol makrolid (eritromisin)c. Anak usia sekolah (> 5 thn) amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin) tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)Karena dasar antibiotik awal di atas adalah coba-coba (trial and error) maka harus dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat, minimal tiap 24 jam sekali sampai hari ketiga.Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan perbaikan yang nyata dalam 24-72 jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan kuman penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada tidaknya penyulit seperti empyema, abses paru yang menyebabkan seolah-olah antibiotik tidak efektif).

8