13
Tugas MK Masalah kebijakan dan pembangunan Trend Perubahan kependudukan di Indonesia Oleh: Deni Rika Fransiska ( 110231100038) Ekonomi Pembangunan/B Fakultas Ekonomi UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

Web viewBangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara. Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025. Propinsi: 2000-2005; 2005-2010; 2010-2015; 2015-2020;

  • Upload
    hacong

  • View
    218

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Web viewBangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara. Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025. Propinsi: 2000-2005; 2005-2010; 2010-2015; 2015-2020;

Tugas MK Masalah kebijakan dan pembangunan

Trend Perubahan kependudukan di Indonesia

Oleh:

Deni Rika Fransiska

( 110231100038)

Ekonomi Pembangunan/B

Fakultas Ekonomi

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2013

Page 2: Web viewBangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara. Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025. Propinsi: 2000-2005; 2005-2010; 2010-2015; 2015-2020;

Trend Perubahan Penduduk di Indonesia

Pada Tabel di bawah ini disajikan contoh perhitungan Angka Kelahiran Menurut Umur

(ASFR) untuk Indonesia berdasarkan data Susenas 1999 dan 2004. 

Jumlah Perempuan, Jumlah Kelahiran, dan Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur

(ASFR), Indonesia, Susenas 1999 dan 2004.

Kelompok Umur

(1)

Jumlah perempuan*

(2)

Jumlah

kelahiran*

(3)

Angka Kelahiran

Menurut Umur (ASFR)

(4) = [(3) : (2)] x 1000

15-19 9.794.093 381.970 39

20-24 10.110.367 1.364.900 135

25-29 9.601.442 1.324.999 138

30-34 9.132.513 913.251 100

35-39 8.587.142 352.073 41

40-44 7.459.538 89.514 12

45-49 5.870.372 29.352 5

* )Angka ini merupakan angka rata-rata untuk tahun 1999 dan 2004.

  Dari Tabel di atas terlihat bahwa pola ASFR mengikuti huruf U terbalik, rendah

pada kelompok umur 15-19 tahun dan umur 40-49 tahun, dan tinggi pada perempuan

kelompok umur 20-34 tahun, dengan puncaknya pada perempuan kelompok umur 25-29

tahun, yaitu sebesar 138. Hal ini berarti dari 1000 perempuan yang berusia antara 25-29

tahun terdapat 138 kelahiran hidup pada tahun 1999 dan 2004.

Puncak ASFR yang terletak pada kelompok umur 25-29 tahun dapat

mengindikasikan bahwa kelahiran pada tahun 1999 dan 2004 paling banyak

dikontribusi oleh perempuan pada kelompok umur 25-29 tahun. Hal ini juga dapat

berarti bahwa anjuran pemerintah untuk "tidak melahirkan pada usia yang terlalu muda"

sudah mencapai sasaran secara nasional. Fenomena ini bisa juga dikaitkan lebih jauh

dengan suksesnya program wajib belajar sembilan tahun yang menyebabkan semakin

banyaknya perempuan muda yang bersekolah lebih tinggi, dan semakin terbukanya

kesempatan bagi perempuan di pasar kerja. Pada akhirnya, hal ini akan membuat

Page 3: Web viewBangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara. Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025. Propinsi: 2000-2005; 2005-2010; 2010-2015; 2015-2020;

banyak perempuan menunda untuk menikah dan melahirkan karena pada umumnya

mereka yang menikah dan melahirkan pada usia muda secara fisik dan emosional

sebetulnya belum matang.

Faktor yang mempengaruhi tingkat kelahiran:

Tingkat kemiskinan

Angka kematian bayi

Kebijakan pro natalis dan anti natalis dari pemerintah

Tingkat aborsi

Struktur usia-jenis kelamin yang ada

Kepercayaan sosial dan religius

Tingkat buta aksara pada wanita

Kemakmuran secara ekonomi

Urbanisasi

Homoseksualitas

Usia pernikahan

Tersedianya pensiun

Konflik

Angka kematian bayi merupakan indikator yang di akui sangat sensitif untuk menilai

keberhasilan pembangunan kesehatan. Angka kematian bayi dan angka kematian anak

Balita dapat di pergunakan sebagai dasar untuk membuat proyeksi penduduk. Angka

kematian bayi dan Balita sampai saat ini menunjukkan adanya kecenderungan

penurunan. Ada keterkaitan antara derajat perkembangan ekonomi suatu negara dengan

tingkat kematian. Penurunan pertumbuhan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi

derajat kesehatan masyarakatnya, yang di tandai dengan keterlambatan penurunan atau

bahkan meningkatkan angka kematian. Secara tidak langsung krisis ekonomi akan

memperburuk status gizi karena mahalnya harga pangan dan obat-obatan sehingga

penduduk dan rentan terhadap kesakitan dan kematian.

Angka Kematian Bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi  lahir

sampai bayi belum berusia  tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan

kematian bayi. Secara garis besar penyebab kematian bayi ada dua macam yaitu

endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen (neonatal) adalah kematian bayi yang

terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-

Page 4: Web viewBangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara. Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025. Propinsi: 2000-2005; 2005-2010; 2010-2015; 2015-2020;

faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat

konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen (post neo-natal) adalah

kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun

yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan luar. Di

bawah ini adalah tabel angka kematian bayi Indonesia.

Kondisi angka kematian Neonatal, Bayi dan Balita di Indonesia

Page 5: Web viewBangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara. Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025. Propinsi: 2000-2005; 2005-2010; 2010-2015; 2015-2020;

Di tahun 2012 Angka kematian Neonatal di Indonesia sebesar 19 kematian/1000

kelahiran hidup, Angka kematian Bayi sebesar 32 kematian/1000 kelahiran hidup,

Angka kematian Balita sebesar 40 kematian/1000 kelahiran hidup. Angka-angka ini

turun sedikit dan stagnan di bandingkan angka lima tahun sebelumnya (2007)

Trend jumlah penduduk

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah

tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Penduduk Indonesia

terus bertambah dari waktu ke waktu. Ketika pemerintah Hindia Belanda mengadakan

sensus penduduk tahun 1930 penduduk nusantara adalah 60,7 juta jiwa. Pada tahun

1961, ketika sensus penduduk pertama setelah Indonesia merdeka, jumlah penduduk

Page 6: Web viewBangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara. Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025. Propinsi: 2000-2005; 2005-2010; 2010-2015; 2015-2020;

sebanyak 97,1 juta jiwa. Pada tahun 1971 penduduk Indonesia sebanyak 119,2 juta jiwa,

tahun 1980 sebanyak 146,9 juta jiwa, tahun 1990 sebanyak 178,6 juta jiwa, tahun 2000

sebanyak 205,1 juta jiwa, dan pada tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa.

Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua

puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1  juta pada tahun 2000

menjadi 273,2 juta pada tahun 2025 (Tabel 3.1). Walaupun demikian, pertumbuhan

rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 2000-2025 menunjukkan

kecenderungan terus menurun. Dalam dekade 1990-2000, penduduk Indonesia

bertambah dengan kecepatan 1,49 persen per tahun, kemudian antara periode 2000-2005

dan 2020-2025 turun menjadi 1,34 persen dan  0,92 persen per tahun. Turunnya laju

pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun

penurunan karena kelahiran lebih cepat daripada penurunan karena kematian. Crude

Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi

15 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi, sedangkan Crude Death Rate

(CDR) tetap sebesar 7 per 1000 penduduk dalam kurun waktu yang sama.

Salah satu ciri penduduk Indonesia adalah persebaran antar pulau dan provinsi

yang tidak merata.  Sejak tahun 1930, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di

Pulau Jawa, padahal luas pulau itu kurang dari tujuh persen dari luas total wilayah

daratan Indonesia. Namun secara perlahan persentase penduduk Indonesia yang tinggal

di Pulau Jawa terus menurun dari sekitar 59,1 persen pada tahun 2000 menjadi 55,4

persen pada tahun 2025. Sebaliknya persentase  penduduk yang tinggal di pulau pulau

lain meningkat seperti, Pulau Sumatera naik dari 20,7 persen menjadi 22,7 persen,

Kalimantan naik dari 5,5  persen menjadi 6,5 persen pada periode yang sama.  Selain

pertumbuhan alami di pulau-pulau tersebut memang lebih tinggi dari pertumbuhan

alami di Jawa, faktor arus perpindahan yang mulai menyebar ke pulau-pulau tersebut

juga menentukan distribusi penduduk

Tabel 3.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025

Page 7: Web viewBangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara. Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025. Propinsi: 2000-2005; 2005-2010; 2010-2015; 2015-2020;

Propinsi 2000 2005 2010 2015 2020 2025

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

11. NANGGROE ACEH

DARUSSALAM3,929.3 4,037.9 4,112.2 4,166.3 4,196.5 4,196.3

12. SUMATERA UTARA 11,642.612,452.813,217.613,923.614,549.615,059.3

13. SUMATERA BARAT 4,248.5 4,402.1 4,535.3 4,693.4 4,785.4 4,846.0

14. RIAU 4,948.0 6,108.4 7,469.4 8,997.710,692.812,571.3

15. JAMBI 2,407.2 2,657.3 2,911.7 3,164.8 3,409.0 3,636.8

16. SUMATERA SELATAN 6,210.8 6,755.9 7,306.3 7,840.1 8,369.6 8,875.8

17. BENGKULU 1,455.5 1,617.4 1,784.5 1,955.4 2,125.8 2,291.6

18. LAMPUNG 6,730.8 7,291.3 7,843.0 8,377.4 8,881.0 9,330.0

19. KEPULAUAN BANGKA

BELITUNG900.0 971.5 1,044.7 1,116.4 1,183.0 1,240.0

31. DKI JAKARTA 8,361.0 8,699.6 8,981.2 9,168.5 9,262.6 9,259.9

32. JAWA BARAT 35,724.039,066.742,555.346,073.849,512.152,740.8

33. JAWA TENGAH 31,223.031,887.232,451.632,882.733,138.933,152.8

34. D I YOGYAKARTA 3,121.1 3,280.2 3,439.0 3,580.3 3,694.7 3,776.5

35. JAWA TIMUR 34,766.035,550.436,269.536,840.437,183.037,194.5

36. BANTEN 8,098.1 9,309.010,661.112,140.013,717.615,343.5

51. B A L I 3,150.0 3,378.5 3,596.7 3,792.6 3,967.7 4,122.1

52. NUSA TENGGARA BARAT 4,008.6 4,355.5 4,701.1 5,040.8 5,367.7 5,671.6

53. NUSA TENGGARA TIMUR 3,823.1 4,127.3 4,417.6 4,694.9 4,957.6 5,194.8

61. KALIMANTAN BARAT 4,016.2 4,394.3 4,771.5 5,142.5 5,493.6 5,809.1

62. KALIMANTAN TENGAH 1,855.6 2,137.9 2,439.9 2,757.2 3,085.8 3,414.4

63. KALIMANTAN SELATAN 2,984.0 3,240.1 3,503.3 3,767.8 4,023.9 4,258.0

64. KALIMANTAN TIMUR 2,451.9 2,810.9 3,191.0 3,587.9 3,995.6 4,400.4

71. SULAWESI UTARA 2,000.9 2,141.9 2,277.2 2,402.8 2,517.2 2,615.5

72. SULAWESI TENGAH 2,176.0 2,404.0 2,640.5 2,884.2 3,131.2 3,372.2

73. SULAWESI SELATAN 8,050.8 8,493.7 8,926.6 9,339.9 9,715.110,023.6

74. SULAWESI TENGGARA 1,820.3 2,085.9 2,363.9 2,653.0 2,949.6 3,246.5

75. GORONTALO 833.5 872.2 906.9 937.5 962.4 979.4

81. M A L U K U 1,166.3 1,266.2 1,369.4 1,478.3 1,589.7 1,698.8

82. MALUKU UTARA 815.1 890.2 969.5 1,052.7 1,135.5 1,215.2

Page 8: Web viewBangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara. Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025. Propinsi: 2000-2005; 2005-2010; 2010-2015; 2015-2020;

94. PAPUA 2,213.8 2,518.4 2,819.9 3,119.5 3,410.8 3,682.5

 

Jumlah penduduk di setiap provinsi sangat beragam dan bertambah dengan laju

pertumbuhan yang sangat beragam pula.  Bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan periode

1990-2000, maka terlihat laju pertumbuhan penduduk di beberapa provinsi ada yang naik pesat

dan ada pula yang turun dengan tajam (data tidak ditampilkan). Sebagai contoh, provinsi-

provinsi yang laju pertumbuhan penduduknya turun tajam minimal sebesar 0,50 persen

dibandingkan periode sebelumnya (1990-2000) adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera

Selatan, Bengkulu, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Papua. Sementara, provinsi

yang laju pertumbuhannya naik pesat minimal sebesar 0,40 persen dibandingkan periode

sebelumnya adalah Lampung, Kep. Bangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara.

Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025

Propinsi2000-

2005

2005-

2010

2010-

2015

2015-

2020

2020-

2025

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

11. NANGGROE ACEH

DARUSSALAM0.55 0.37 0.26 0.14 -0.00

12. SUMATERA UTARA 1.35 1.20 1.05 0.88 0.69

13. SUMATERA BARAT 0.71 0.60 0.69 0.39 0.25

14. RIAU 4.30 4.11 3.79 3.51 3.29

15. JAMBI 2.00 1.85 1.68 1.50 1.30

16. SUMATERA SELATAN 1.70 1.58 1.42 1.32 1.18

17. BENGKULU 2.13 1.99 1.85 1.69 1.51

18. LAMPUNG 1.61 1.47 1.33 1.17 0.99

19. KEPULAUAN BANGKA

BELITUNG1.54 1.46 1.34 1.17 0.95

31. DKI JAKARTA 0.80 0.64 0.41 0.20 -0.01

32. JAWA BARAT 1.81 1.73 1.60 1.45 1.27

33. JAWA TENGAH 0.42 0.35 0.26 0.16 0.01

34. D I YOGYAKARTA 1.00 0.95 0.81 0.63 0.44

35. JAWA TIMUR 0.45 0.40 0.31 0.19 0.01

36. BANTEN 2.83 2.75 2.63 2.47 2.27

51. B A L I 1.41 1.26 1.07 0.91 0.77

Page 9: Web viewBangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara. Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025. Propinsi: 2000-2005; 2005-2010; 2010-2015; 2015-2020;

52. NUSA TENGGARA BARAT 1.67 1.54 1.41 1.26 1.11

53. NUSA TENGGARA TIMUR 1.54 1.37 1.23 1.09 0.94

61. KALIMANTAN BARAT 1.82 1.66 1.51 1.33 1.12

62. KALIMANTAN TENGAH 2.87 2.68 2.48 2.28 2.04

63. KALIMANTAN SELATAN 1.66 1.57 1.47 1.32 1.14

64. KALIMANTAN TIMUR 2.77 2.57 2.37 2.18 1.95

71. SULAWESI UTARA 1.37 1.23 1.08 0.93 0.77

72. SULAWESI TENGAH 2.01 1.89 1.78 1.66 1.49

73. SULAWESI SELATAN 1.08 1.00 0.91 0.79 0.63

74. SULAWESI TENGGARA 2.76 2.53 2.33 2.14 1.94

75. GORONTALO 0.91 0.78 0.67 0.53 0.35

81. M A L U K U 1.66 1.58 1.54 1.46 1.34

82. MALUKU UTARA 1.78 1.72 1.66 1.53 1.37

94. PAPUA 2.61 2.29 2.04 1.80 1.54

 

Data di atas memperlihatkan dua provinsi dengan rata-rata laju pertumbuhan

penduduk minus yaitu, Nanggroe Aceh Darussalam dan DKI Jakarta. Kondisi ini

kemungkinan akibat dari asumsi migrasi yang digunakan, yaitu pola migrasi menurut

umur selama periode proyeksi dianggap sama dengan pola migrasi periode 1995-2000,

terutama untuk provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pola net migrasi provinsi ini pada

periode 1995-2000 adalah minus di atas 10 persen, jauh lebih tinggi dari provinsi-

provinsi pengirim migran lainnya.