9
Dental Record (Rekam Medik Kedokteran Gigi) Merupakan catatan mengenai apa yang ditemukan oleh dokter gigi/ perawat gigi pada saat pasien datang dan tindakan apa yang dilakukan termasuk perawatan yang dilakukan pada gigi dan mulut pasien tersebut. Pencatatan data tentang keadaan gigi geligi semasa hidup disebut dengan data antemortem, sedangkan data tentang gigi geligi yang ditemukan pada jenazah korban disebut data postmortem. Identifikasi keadaan gigi dan mulut seseorang dilakukan dengan acuan perbandingan antara data antemortem dan data postmortem. Identifikasi ini dapat menghasilkan hasil yang akurat mengingat manusia memiliki variasi bentuk permukaan gigi yang berbeda pada setiap individunya. Belum lagi kondisi seperti restorasi, gigi impaksi, kehilangan tulang periodontal, pengisian saluran akar, dan kondisi patologis lain yang terlihat spesifik pada tiap individu. Dapat disimpulkan bahwa tidak aka nada kondisi gigi geligi yang identik antara dua orang individu, sehingga rekam mediknya dapat digunakan untuk identifikasi. 1. Pencatatan Data Antemortem Pencatatan data gigi dan rongga mulut semasa hidupnya, biasanya berisikan data seperti berikut ini: a. Identitas pasien b. Keadaan umum pasien c. Odontogram (data gigi yang menjadi keluhan) d. Data perawatan kedokteran gigi e. Nama dokter gigi yang merawat

Dental Record

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dental Record

Dental Record (Rekam Medik Kedokteran Gigi)

Merupakan catatan mengenai apa yang ditemukan oleh dokter gigi/ perawat gigi pada

saat pasien datang dan tindakan apa yang dilakukan termasuk perawatan yang dilakukan pada

gigi dan mulut pasien tersebut. Pencatatan data tentang keadaan gigi geligi semasa hidup disebut

dengan data antemortem, sedangkan data tentang gigi geligi yang ditemukan pada jenazah

korban disebut data postmortem.

Identifikasi keadaan gigi dan mulut seseorang dilakukan dengan acuan perbandingan

antara data antemortem dan data postmortem. Identifikasi ini dapat menghasilkan hasil yang

akurat mengingat manusia memiliki variasi bentuk permukaan gigi yang berbeda pada setiap

individunya. Belum lagi kondisi seperti restorasi, gigi impaksi, kehilangan tulang periodontal,

pengisian saluran akar, dan kondisi patologis lain yang terlihat spesifik pada tiap individu. Dapat

disimpulkan bahwa tidak aka nada kondisi gigi geligi yang identik antara dua orang individu,

sehingga rekam mediknya dapat digunakan untuk identifikasi.

1. Pencatatan Data Antemortem

Pencatatan data gigi dan rongga mulut semasa hidupnya, biasanya berisikan data seperti

berikut ini:

a. Identitas pasien

b. Keadaan umum pasien

c. Odontogram (data gigi yang menjadi keluhan)

d. Data perawatan kedokteran gigi

e. Nama dokter gigi yang merawat

f. Hanya sedikit sekali dokter gigi yang membuat surat persetujuan tindakan medik (informed

consent) baik praktek pribadi atau rumah sakit

Untuk pencatatan data antemortem, terdapat buku panduan yang dikeluarkan oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2004 dengan judul Standar Nasional

Rekam Medik Kedokteran Gigi. Dalam buku tersebut terdapat pedoman penulisan data gigi dan

rongga mulut yang berisikan standar baku mutu nasional, antara lain:

a. Pencatatan identitas pasien mulai dari nomor file sampai dengan alamat pekerjaan serta

kelengkapan alat komunikasinya

b. Keadaan umum pasien yaitu berisikan tentang golongan darah, tekanan darah, kelainan-

kelainan darah, kelainan penyakit sistemik, kelainan penyakit hormonal, kelainan alergi

Page 2: Dental Record

terhadap makanan dan obat-obatan, alergi terhadap debu, serta kelainan virus yang

berkembang saat ini.

c. Odontogram – Semua data gigi dicatat dalam formulir odontogram dengan denah dan

nomenklatur yang baku nasional.

Page 3: Dental Record

d. Data perawatan kedokteran gigi yaitu berisikan waktu awal perawatan, runtut waktu

kunjungan, keluhan dan diagnosa, gigi yang dirawat, tindakan lain yang dilakukan oleh

dokter tersebut.

e. Foto radiograf, yang dimaksud adalah baik

intra oral maupun ekstra oral. Radiograf intra

oral antara lain: periapikal, proksimal, dan

oklusal, sedangkan ekstra oral terdapat

banyak sekali teknik foto radiografi yang

dapat dilakukan tetapi yang umum yaitu

panoramik, lateral oblique tulang rahang,

cephalogram, kemungkinan terdapat pula

foto postero-anterior untuk sinus maxillaris

yang terkenal dengan proyeksi “Water”.

Apabila terjadi fraktur tulang zygomaticus

baik kiri maupun kanan maka foto

radiografnya dibuat dengan proyeksi George

Fuller.

Page 4: Dental Record

f. Pencatatan status gigi, mempunyai kode tertentu sesuai dengan standar Interpol, dengan kata

lain Kodifikasi Informasi Gigi menurut Interpol (International Police). Kode-kode

pencatatan gigi ini selain dengan huruf-huruf, istilah-istilah, warna, dan gambar yang

berbeda-beda untuk pengisian odontogram.

g. Formulir data antemortem dalam buku Depkes

ditulis dengan warna kertas kuning. Di

dalam formulir ini terdapat pula catatan data

orang hilang.

Page 5: Dental Record

2. Pencatatan Data Postmortem

Pencatatan data postmortem menurut formulir Depkes berwarna merah dengan

catatan Victim Identification (identifikasi korban) pada mayat atau dead body (tubuh korban).

Pencatatan data postmortem ini mula-mula dilakukan fotografi kemudian proses

pembukaan rahang bila kaku mayat untuk memperoleh data gigi dan rongga mulut, dilakukan

pencetakan rahang atas dan rahang bawah. Apabila terjadi kaku mayat maka lidah yang kaku

tersebut diikat dan ditarik ke atas sehingga lengkung rahang bebas dari lidah, baru dilakukan

Page 6: Dental Record

pencetakan. Untuk rahang atas tidak bermasalah karena lidah kaku arahnya ke bawah.

Kemudian studi model rahang korban ini juga menjadi salah satu barang bukti.

Pencatatan gigi ditulis pada formulir odontogram sedangkan kelainan-kelainan di

rongga mulut dicatat pada kolom-kolom tertentu. Catatan ini merupakan lampiran dari visum

et repertum korban.

Kemudian dilakukan pemeriksaan sementara dengan formulir baku mutu nasional dan

internasional, setelah itu ditulis surat rujukan untuk pemeriksaan laboratories dengan

formulir baku nasional juga.

Setelah diperoleh hasil dari pemeriksaan laboratories, maka dilakukan pencatatan ke

dalam formulir lengkap barulah dapat dibuatkan suatu berita acara sesuai dengan KUHAP

demi proses peradilan dalam menegakkan keadilan. Visum yang lengkap ini sangat penting

dengan lampiran-lampirannya serta barang bukti dapat diteruskan ke jaksa penuntut

kemudian ke sidang acara hokum pidana.

Perbandingan Data Antemortem dan Data Postmortem dalam Identifikasi

Perlu diperhatikan bahwa dalam identifikasi akan sangat jarang ditemukan data yang

benar-benar cocok antara antemortem dan postmortem. Hal ini dikarenakan beberapa dokter gigi

mungkin melewatkan pencatatan data restorasi atau struktur gigi geligi, hanya pada bagian yang

dirawat saja yang dicatat. Kemungkinan penyebab lain adalah adanya perbedaan penggunaan

simbol dalam pengisian odontograf yang dapat menyebabkan kerancuan dalam identifikasi.

Beberapa hal perlu diperhatikan dalam identifikasi mengingat adanya variasi struktur

anatomi gigi geligi, seperti:

Dalam penentuan ada tidaknya gigi molar ketiga, perlu diingat bahwa kasus kehilangan dini

gigi molar pertama dan pergeseran molar kedua dan ketiga ke arah dapat mengakibatkan

kebingungan dalam identifikasi-penyidik satu dapat menafsirkan bahwa pada kasus ini gigi

molar ketiganya hilang sehingga hanya tersisa dua gigi molar yang lain, sedangkan penyidik

kedua dapat menafsirkan bahwa gigi molar pertamanyalah yang hilang dan gigi molar kedua

dan ketiganya bergeser.

Apabila hanya ada satu gigi insisif rahang bawah yang tersisa, kadang sulit dibedakan apakah

itu gigi regio kanan bawah atau kiri bawah.

Page 7: Dental Record

Gigi geligi biasanya menunjukkan variasi morfologi yang natural, tapi variasi gigi molar

tetap dapat mengakibatkan kebingungan dalam identifikasi, terutama pada rahang atas.

Gigi yang hilang pada kasus congenital, gigi premolar yang dicabut untuk perawatan

ortodonti, dan gigi supernumerary biasanya terlewat untuk dicatat dalam rekam medik.

Dokter gigi perlu menghitung terlebih dahulu jumlah gigi geligi yang ada.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam identifikasi foto radiograf:

Foto radiograf rahang bawah dan atas biasanya merupakan alat yang paling berguna dalam

proses identifikasi

Identifikasi foto radiograf jenis bite wing pada data antemortem dan post mortem sangat

penting dilakukan karena keduanya dapat menunjukkan perbandingan antara restorasi dan

gigi geligi pada saat bersamaan

Bahan tambal radiopak biasanya sangat terlihat dan dapat dijadikan acuan identifikasi

Tambalan dengan bentuk unik atau yang terletak pada bagian gigi yang spesifik dapat pula

dijadikan acuan dalam identifikasi

Jika data antemortem menunjukkan bahwa pernah dilakukan perawatan saluran akar namun

pada foto radiografnya tidak terlihat, hal ini perlu dicermati karena ada beberapa bahan

pengisi saluran akar yang radiolusen, bagian lingual gigi perlu diperiksa.

Foto radiograf periapikal perlu diambil pada pendataan postmortem, karena apabila tidak ada

bukti restorasi atau tidak ada gigi tersisa, identifikasi dapat merujuk pada pola tulang

trabekular, saluran, foramen, dan struktur anatomis maupun kondisi patologis yang terlihat.

Identifikasi pada korban yang memakai gigi tiruan penuh biasanya sulit dilakukan. Pada

korban yang memakai gigi tiruan sebagian, identifikasinya akan lebih mudah dilakukan dengan

adanya cengkram-cengkram yang dapat dipasang pada gigi penyangga, gigi tiruan lepasan juga

akan dapat diperiksa kesesuaiannya dengan anatomi oklusal gigi lawan.

Sejauh ini, tidak ada ketentuan titik acuan dalam identifikasi kedokteran gigi. Sekecil

restorasi yang tercatat dalam rekam medik antemortem dan foto radiograf, atau data pengisian

saluran akar yang spesifik, dapat dirasa cukup untuk dijadikan dasar dalam identifikasi.

Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa semakin banyak kesamaan dalam data antemortem dan

data postmortem akan semakin baik dalam suatu identifikasi, pada kenyataannya kasus akan

Page 8: Dental Record

bervariasi. Dalam penentuannya, hasil dari identifikasi data rekam medik kedokteran gigi

antemortem dan postmortem tidak cukup untuk dijadikan dasar, tetapi harus disertai dengan hasil

identifikasi kondisi keseluruhan seperti golongan darah, pertimbangan antropologis, dan lain-

lain, kecuali dalam kondisi dimana tidak ada bagian tubuh lain yang tersisa kecuali gigi geligi

dan jaringan di sekitarnya.