26
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL Nomor : P. 14 /V-PTH/2007 TENTANG TATA USAHA BENIH DAN/ATAU BIBIT TANAMAN HUTAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL, Menimbang : a. bahwa dalam pembangunan hutan tanaman serta rehabilitasi hutan dan lahan diperlukan benih dan/atau bibit yang jelas asal-usulnya; b. bahwa kejelasan asal-usul benih dan/atau bibit sebagaimana dimaksud pada huruf a dapat diupayakan dengan menyelenggarakan tata usaha benih dan/atau bibit; c. bahwa untuk maksud tersebut pada huruf b dan sebagai tindak lanjut dari Pasal 23 ayat (3) Peraturan Menteri Kehutanan No. P.10/Menhut- II/2007 tentang Perbenihan Tanaman Hutan maka diperlukan pedoman tata usaha benih dan/atau bibit tanaman hutan; d. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf c dipandang perlu untuk menetapkan tata usaha benih dan/atau bibit tanaman hutan dengan Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 2. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman; 3. Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan; 4. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2004; 5. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik; 9. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu; 10. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia; DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL …storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/kehutanan/P14_PTH_07.pdf · Pengertian Pasal 1 ... penyimpanan, dan distribusi benih. 12. Peredaran

  • Upload
    vulien

  • View
    226

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL

Nomor : P. 14 /V-PTH/2007 TENTANG

TATA USAHA BENIH DAN/ATAU BIBIT TANAMAN HUTAN

DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL,

Menimbang :

a. bahwa dalam pembangunan hutan tanaman serta rehabilitasi hutan dan lahan diperlukan benih dan/atau bibit yang jelas asal-usulnya;

b. bahwa kejelasan asal-usul benih dan/atau bibit sebagaimana dimaksud pada huruf a dapat diupayakan dengan menyelenggarakan tata usaha benih dan/atau bibit;

c. bahwa untuk maksud tersebut pada huruf b dan sebagai tindak lanjut dari Pasal 23 ayat (3) Peraturan Menteri Kehutanan No. P.10/Menhut-II/2007 tentang Perbenihan Tanaman Hutan maka diperlukan pedoman tata usaha benih dan/atau bibit tanaman hutan;

d. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf c dipandang perlu untuk menetapkan tata usaha benih dan/atau bibit tanaman hutan dengan Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

2. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman;

3. Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan;

4. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2004;

5. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik;

9. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;

10. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL

JAKARTA

11. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia;

12. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447/Kpts-II/2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar;

13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/Menhut-II/2005 yang telah disempurnakan dengan Permenhut No. P.17/Menhut-II/2005, Permenhut No. P.35/Menhut-II/2005, Permenhut No. P.46/Menhut-II/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan;

14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.10/Menhut-II/2007 tentang Perbenihan Tanaman Hutan.

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN

PERHUTANAN SOSIAL TENTANG TATA USAHA BENIH DAN/ATAU BIBIT TANAMAN HUTAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu Pengertian

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Perbenihan tanaman hutan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan konservasi

sumberdaya genetik, pemuliaan tanaman hutan, pengadaan, peredaran benih dan/atau bibit.

2. Benih tanaman hutan yang selanjutnya di dalam peraturan ini disebut benih adalah bahan tanaman yang berupa bagian generatif atau bagian vegetatif tanaman yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiak-kan tanaman.

3. Benih generatif adalah benih yang berupa bagian generatif tanaman (biji). 4. Benih vegetatif adalah benih yang berupa bagian vegetatif tanaman (antara lain:

mata tunas, akar, daun, dan jaringan tanaman). 5. Bibit tanaman hutan yang selanjutnya di dalam peraturan ini disebut bibit adalah

tumbuhan muda hasil perbanyakan dan/atau pengembangbiakan secara generatif (biji) maupun vegetatif.

6. Tata usaha benih tanaman hutan adalah kegiatan menyusun dan menata dokumen benih tanaman hutan sejak dari perencanaan pengunduhan sampai dengan distribusi benih.

7. Tata usaha bibit tanaman hutan adalah kegiatan menyusun dan menata dokumen bibit tanaman hutan sejak dari persiapan benih sampai dengan distribusi bibit.

8. Pengelola sumber benih adalah orang atau pihak yang mengurus sumber benih bersertifikat miliknya, atau memanfaatkan sumber benih bersertifikat milik orang atau pihak lain berdasarkan perjanjian kerja sama.

9. Pengadaan benih adalah kegiatan yang meliputi kegiatan pengunduhan benih, penanganan benih, pengujian benih, pengepakan benih dan penyimpanan benih.

10. Pengadaan bibit adalah kegiatan yang meliputi kegiatan penyiapan benih, penaburan benih, penyapihan bibit, aklimatisasi bibit, pemeliharaan bibit dan sortasi bibit.

11. Peredaran benih adalah kegiatan yang meliputi pengemasan, pengangkutan,

penyimpanan, dan distribusi benih. 12. Peredaran bibit adalah kegiatan yang meliputi pengemasan, pengangkutan, dan

distribusi bibit. 13. Pengada benih dan/atau bibit adalah Pemerintah, Pemerintah Provinsi,

Kabupaten/Kota, BUMN/BUMD/BUMS, Koperasi atau Perorangan yang mempunyai kegiatan pengadaan benih dan/atau bibit.

14. Pengedar benih dan/atau bibit adalah pemerintah, pemerintah provinsi, kabupaten/kota, BUMN/BUMD/BUMS, koperasi atau perorangan yang mempunyai kegiatan peredaran benih dan/atau bibit.

15. Pengguna benih/bibit adalah perorangan atau badan hukum yang melakukan kegiatan pemanfaatan benih/bibit.

16. Dokumen benih adalah catatan tertulis tentang pengelolaan benih dan/atau bibit yang disimpan sebagai bukti apabila diperlukan.

17. Sumber benih bersertifikat adalah suatu tegakan hutan di semua kawasan kecuali Cagar Alam serta Zona Inti dan Zona Rimba pada Taman Nasional, dan di luar kawasan hutan yang dikelola guna memproduksi benih berkualitas yang sudah disertifikasi oleh Balai.

18. Pengujian Mutu Benih adalah kegiatan pengujian yang meliputi pengujian kadar air, daya Kecambah, kemurnian dan berat 1000 butir melalui uji laboratorium berdasarkan standar International Seed Testing Association (ISTA).

19. Pengunduhan buah/benih adalah kegiatan pengambilan buah/benih dari pohon yang berdomisili dalam sekelompok tegakan yang telah ditunjuk dan disertifikasi oleh Balai sebagai sumber benih bersertifikat.

20. Sortasi buah adalah kegiatan pemilahan buah yang masak dan sehat dari buah muda serta tidak terserang hama penyakit.

21. Ekstraksi benih adalah kegiatan memisahkan benih dari buahnya. 22. Sortasi benih adalah kegiatan memisahkan benih dari kotoran dan campuran benih

lainnya. 23. Penaburan benih adalah pendederan biji dilakukan terhadap biji yang berukuran kecil

yang akan disapih ke dalam bak tabur. 24. Penyapihan bibit adalah memindahkan kecambah kedalam polybag. 25. Sortasi bibit adalah memisahkan bibit yang mati, bibit tidak normal dan bibit normal. 26. Direktorat Jenderal adalah Direktorat yang diserahi tugas dan tanggung jawab

dibidang perbenihan tanaman hutan 27. Balai adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal yang diserahi tugas dan

bertanggung jawab menangani perbenihan tanaman hutan 28. Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota adalah Dinas yang diserahi tugas dan bertanggung

jawab di bidang kehutanan tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota 29. Kepala Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota adalah Kepala Dinas yang diserahi tugas dan

bertanggung jawab bidang kehutanan tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota

Bagian Kedua Maksud dan Tujuan

Pasal 2

(1) Maksud dari penyusunan Tata Usaha Benih dan/atau Bibit Tanaman Hutan adalah mengatur kewajiban semua pihak yang terkait dalam penyelenggaraan tata usaha pengadaan dan pengedaran benih dan/atau bibit tanaman hutan yang berasal dari sumber benih bersertifikat.

(2) Tujuan dari penyusunan Tata Usaha Benih dan/atau Bibit Tanaman Hutan adalah benih dan/atau bibit dapat tertelusuri asal-usul dan jumlahnya serta terjamin dan terjaga kualitasnya.

Bagian Ketiga

Ruang Lingkup

Pasal 3 Tata Usaha Benih dan/atau Bibit Tanaman Hutan meliputi : a. Tata Usaha Benih b. Tata Usaha Bibit c. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian

BAB II TATA USAHA BENIH

Bagian Kesatu

Tata Usaha Pengadaan dan Pengedaran Benih

Pasal 4 (1) Pengadaan dan pengedaran benih harus berasal dari sumber benih bersertifikat. (2) Benih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa benih generatif dan benih

vegetatif.

Pasal 5 (1) Pengadaan benih generatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi kegiatan

pengunduhan benih, penanganan benih, dan pengujian mutu benih. (2) Penanganan benih generatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi sortasi

buah, pengeringan buah, ekstraksi benih, sortasi benih, pengeringan benih, penyimpanan benih, dan pengujian mutu benih.

(3) Pengedaran benih generatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi kegiatan penanganan benih, distribusi benih, dan pengujian mutu benih.

Pasal 6

(1) Pengadaan benih vegetatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 adalah kegiatan pengumpulan benih.

(2) Pengedaran benih vegetatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 adalah kegiatan distribusi benih vegetatif.

Bagian Kedua

Deskripsi Tata Usaha Benih Generatif

Paragraf Kesatu Tata Usaha Perencanaan Pengunduhan Benih

Pasal 7

(1) Pengada benih selaku pengelola sumber benih yang akan melaksanakan pengadaan benih wajib membuat perencanaan pengunduhan benih.

(2) Perencanaan pengunduhan benih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi rencana inventarisasi potensi produksi benih dan rencana pengunduhan benih .

(3) Perencanaan pengunduhan benih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Dinas Kabupaten/Kota setempat 2 (dua) bulan sebelum melakukan pengunduhan dengan tembusan kepada Balai dan Dinas Provinsi dengan menggunakan blanko RLPS Bn 001.

(4) Berdasarkan surat rencana pengunduhan benih sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Dinas Kabupaten/Kota wajib melakukan pemeriksaan.

(5) Pemeriksaan oleh Dinas Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan oleh petugas yang telah memiliki ketrampilan di bidang perbenihan tanaman hutan.

(6) Petugas sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh Dinas Provinsi atas usulan dari Dinas Kabupaten/Kota.

(7) Laporan inventarisasi potensi produksi benih sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan perkiraan target benih yang akan diunduh yang dituangkan dalam blanko RLPS Bn 002.

Paragraf Kedua

Tata Usaha Pengunduhan Benih

Pasal 8 (1) Pengunduhan benih dilaksanakan berdasarkan perkiraan target benih yang akan

diunduh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (7). (2) Hasil pengunduhan benih wajib dicatat atau didokumentasikan dalam Catatan

pengadaan benih dengan menggunakan blanko RLPS Bn G 010 dan label pengunduhan buah blanko RLPS Bn G 003.

Paragraf Ketiga

Tata Usaha Penanganan Benih

Pasal 9 (1) Kegiatan penanganan benih meliputi sortasi buah, pengeringan buah, ekstraksi

benih, sortasi benih, pengeringan benih, dan penyimpanan benih. (2) Hasil kegiatan penanganan benih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dicatat

dalam : (a) blanko RLPS Bn G 004 dan blanko RLPS Bn G 010 untuk sortasi buah (b) blanko RLPS Bn G 005 dan blanko RLPS Bn G 010 untuk pengeringan buah (c) blanko RLPS Bn G 006 dan blanko RLPS Bn G 010 untuk ekstraksi benih (d) blanko RLPS Bn G 007 dan blanko RLPS Bn G 010 untuk sortasi benih (e) blanko RLPS Bn G 008 dan blanko RLPS Bn G 010 untuk pengeringan benih (f) blanko RLPS Bn G 009 dan blanko RLPS Bn G 010 untuk penyimpanan benih

Pasal 10

(1) Benih yang disimpan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) merupakan hasil kegiatan pengadaan benih.

(2) Hasil kegiatan pengadaan benih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Dinas Kabupaten/Kota dan tembusan kepada Balai dengan menggunakan blanko RLPS Bn 011.

Paragraf Keempat

Tata Usaha Distribusi Benih

Pasal 11 (1) Benih yang didistribusikan wajib dicatat, diuji mutunya, dan dibuatkan surat

pengiriman yang dilampiri dengan surat keterangan asal usul benih sebagaimana blanko RLPS Bn G 014.

(2) Pencatatan distribusi benih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa Catatan mutasi benih sebagaimana blanko RLPS Bn G 012.

(3) Catatan mutasi benih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaporkan kepada Dinas Kabupaten/Kota setempat dan Balai untuk setiap 6 (enam) bulan.

(4) Surat pengiriman benih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada pembeli benih dengan tembusan Balai dan Dinas Kabupaten/Kota dimana pengada benih dan pembeli benih berdomisili dengan menggunakan blanko RLPS Bn 013.

(5) Kegiatan pengujian mutu benih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwajibkan mengikuti peraturan sertifikasi mutu benih yang berlaku.

Bagian Ketiga

Deskripsi Tata Usaha Benih Vegetatif

Paragraf Kesatu Tata Usaha Perencanaan Pengumpulan Benih

Pasal 12

Tata usaha perencanaan pengumpulan benih vegetatif prosedurnya dilaksanakan sebagaimana diatur dalam Pasal 7.

Paragraf Kedua

Tata Usaha Pengumpulan Benih

Pasal 13 (1) Pengadaan benih meliputi kegiatan pengumpualn benih berdasarkan perkiraan target

benih yang akan dikumpulkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (7). (2) Hasil pengumpulan benih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dicatat dalam

blanko RLPS Bn 015 dan dilaporkan Kepada Dinas Kabupaten/Kota dengan tembusan Balai.

Paragraf Ketiga

Tata Usaha Distribusi Benih

Pasal 14 (1) Benih yang didistribusikan wajib dilengkapi dengan surat pengiriman yang dilampiri

dengan surat keterangan asal usul benih. (2) Surat pengiriman benih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada

pembeli benih dengan tembusan kepada Balai dan Dinas Kabupaten/Kota di mana pengada dan pembeli benih berdomisili.

BAB III TATA USAHA BIBIT

Bagian Kesatu

Tata Usaha Pengadaan dan Pengedaran Bibit

Pasal 15

(1) Bibit yang diadakan oleh pengada bibit dan diedarkan oleh pengedar bibit berasal dari sumber benih bersertifikat yang dibuktikan dengan surat keterangan asal usul benih dan bukti pengiriman benih.

(2) Pengada bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang menggunakan benih generatif melakukan penyediaan benih, penaburan benih/pengumpulan anakan (cabutan), penyapihan bibit, pemeliharaan bibit, sortasi bibit, dan penilaian mutu bibit.

(3) Pengada bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang menggunakan benih vegetatif melakukan penyediaan benih, pembuatan bibit, pemeliharaan bibit, sortasi bibit, dan penilaian mutu bibit.

(4) Pembuatan bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa penyapihan plantlet, penempelan entris, penyemaian stek pucuk, dan lain-lain kegiatan perbanyakan bibit.

(5) Penyediaan benih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) dapat dilakukan dengan cara pembelian atau menggunakan benih dari sumber benih yang dikelola oleh pengada bibit.

(6) Pengedar bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan penyediaan bibit, pemeliharaan bibit, distribusi bibit, dan penilaian mutu bibit.

(7) Penyediaan bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan dengan cara pembelian.

Bagian Kedua

Deskripsi Tata Usaha Bibit

Paragraf Kesatu Tata Usaha Perencanaan Pembuatan Bibit

Pasal 16

(1) Pengada bibit yang akan melaksanakan pembuatan bibit wajib membuat perencanaan pembuatan bibit.

(2) Rencana pembuatan bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan 1 (satu) bulan sebelum melakukan penaburan benih kepada Dinas Kabupaten/ Kota setempat dengan tembusan kepada Balai dengan menggunakan blanko RLPS Bt 016.

(3) Berdasarkan surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Dinas Kabupaten/Kota setempat wajib melakukan pemeriksaan terhadap kapasitas persemaian dan dokumen benih.

(4) Pemeriksaan oleh Dinas Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan oleh petugas sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (6) dan ayat (7).

Paragraf Kedua Tata Usaha Pembuatan Bibit

Pasal 17

(1) Penyediaan benih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dan (3) yang dilakukan dengan cara pembelian harus dilengkapi dengan surat pengiriman benih sebagaimana blanko RLPS Bn 013 dan surat keterangan asal usul benih dari pengada benih/pengelola sumber benih sebagaimana blanko RLPS Bn 014.

(2) Surat pengiriman benih dan surat keterangan asal usul benih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya diarsipkan sebagai dokumen penyediaan benih.

(3) Kegiatan penaburan benih/pengumpulan anakan/pembuatan bibit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dan (3) dicatat dengan menggunakan catatan pembuatan bibit sebagaimana blanko RLPS Bt 016 dan label penaburan benih/pengumpulan anakan/pembuatan bibit sebagaimana blanko RLPS Bt 017.

(4) Kegiatan penyapihan bibit dari benih generatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dan pembuatan bibit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) dicatat dengan menggunakan catatan pembuatan bibit sebagaimana blanko RLPS Bt 016 dan label penyapihan bibit sebagaimana blanko RLPS Bt 018.

(5) Kegiatan sortasi bibit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dan (3) dicatat dengan menggunakan catatan pembuatan bibit sebagaimana blanko RLPS Bt 016 dan label sortasi bibit sebagaimana blanko RLPS Bt 019.

Paragraf Ketiga

Tata Usaha Distribusi Bibit

Pasal 18 (1) Bibit yang didistribusikan wajib dicatat, dinilai mutunya, dibuatkan surat pengiriman

dan dilengkapi dengan surat keterangan asal usul benih. (2) Pencatatan distribusi bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan

catatan mutasi bibit sebagaimana blanko RLPS Bt 020. (3) Catatan mutasi bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada

Dinas Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Balai untuk setiap 6 (enam) bulan.

(4) Surat pengiriman bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada pembeli bibit dengan tembusan Balai dan Dinas Kabupaten/Kota di mana pengada bibit dan pembeli bibit berdomisili dengan menggunakan blanko RLPS Bt 021.

(5) Kegiatan penilaian mutu bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwajibkan mengikuti peraturan sertifikasi mutu bibit yang berlaku.

BAB IV PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 19

(1) Ditrektorat Jenderal melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan tata usaha benih dan/atau bibit tanaman hutan.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian pedoman, arahan, pelatihan dan supervisi.

(3) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pemantauan dan evaluasi.

(4) Balai wajib menyampaikan laporan tiga bulanan dan laporan tahunan kepada Direktur Jenderal.

BAB V KETENTUAN PENUTUP

Pasal 20

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal :

DIREKTUR JENDERAL,

Ir. DARORI, MM NIP. 080049355

Salinan Peraturan ini disampaikan kepada Yth: 1. Menteri Kehutanan; 2. Para Pejabat Eselon I Lingkup Departemen Kehutanan; 3. Para Pejabat Eselon II lingkup Direktorat Jenderal RLPS; 4. Kepala Dinas Provinsi yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang

kehutanan seluruh Indonesia; 5. Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang

kehutanan seluruh Indonesia; 6. Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai di seluruh Indonesia; 7. Kepala Balai Perbenihan Tanaman Hutan di seluruh Indonesia;

Kop Surat Pengada Benih

……………. , ………………… Nomor : Perihal : Rencana pengunduhan/pengumpulan benih Kepada Yth. Kepala Dinas …………………….. (yang membidangi kehutanan) Provinsi/Kabupaten/Kota ………………………. di Diberitahukan dengan hormat bahwa kami : Nama : Jabatan : Alamat : merencanakan akan melaksanakan pengadaan benih : 1. Jenis : 2. No. Sumber Benih : 3. No Sertifikat Sumber Benih : 4. Klas Sumber Benih : 5. Jadwal waktu :

a. Inventarisasi Potensi Benih : ……......s/d ……...... b. Pengunduhan Benih : ………. s/d ………… c. Penanganan Benih *) : ………. s/d …….......

Demikian kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Direktur Perusahaan ………………………………,

(……………………………)

Tembusan : Kepada Yth. Kepala BPTH ……………………………………….

BLANKO RLPS Bn 001

Ket : *) untuk benih generatif

Kop Surat Pengada Benih

....................,..........................

Nomor : Perihal : Laporan Inventarisasi Potensi Produksi Benih Kepada Yth. Kepala Dinas …………………….. (yang membidangi kehutanan) Provinsi/Kabupaten/Kota ………………………. di

Menindak lanjuti surat kami Nomor ………………………… tanggal ……………….. perihal rencana pengunduhan benih dan Surat Perintah Tugas Kepala Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Nomor……………………. Tanggal .................. atas Nama/NIP ……………………………………, bersama ini kami telah melaksanakan kegiatan inventarisasi potensi produksi benih : 1. Jenis : 2. No. Sumber Benih : 3. No. Sertifikat Sumber Benih : 4. Kelas Sumber Benih : 5. Rata-rata benih/pohon : Kg/Eksplan/Entres/Stek Pucuk*) 6. Jumlah Pohon : batang 7. Perkiraan Perolehan Benih : Kg/Eksplan/Entres/Stek Pucuk*)

Demikian kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Pengada Benih,

(…………………………..)

Tembusan : Kepada Yth. Kepala BPTH ……………………………………….

Blanko RLPS Bn 002

Ket : *) Coret yang tidak Perlu

LLAABBEELL PPEENNGGUUMMPPUULLAANN BBUUAAHH//BBEENNIIHH

1. Nama Pengada/Pengedar Benih : 2. Alamat : 3. Jenis Tanaman : 4. Nomor Sumber Benih : 5. Tanggal Pengunduhan : 6. Jumlah Pohon : 7. Jumlah Buah/Benih : Kg

……………, ……………..

Pengada Benih,

(………………………….)

Blanko RLPS Bn G 003

LLAABBEELL SSOORRTTAASSII BBUUAAHH

1. Nama Pengada/Pengedar Benih : 2. Alamat : 3. Jenis Tanaman : 4. Nomor Sumber Benih : 5. Tanggal Sortasi : 6. Jumlah Buah Sebelum Disortasi : Kg 7. Jumlah Buah Setelah Disortasi : Kg

………………., ………………

Pengada Benih,

(……………………)

Blanko RLPS Bn G 004

LLAABBEELL PPEENNGGEERRIINNGGAANN BBUUAAHH

1. Nama Pengada/Pengedar Benih : 2. Alamat : 3. Jenis Tanaman : 4. Nomor Sumber Benih : 5. Tanggal Pengeringan : 6. Jumlah Buah Sebelum Dikeringkan : Kg 7. Jumlah Buah Setelah Dikeringkan : Kg

………………., ……………….

Pengada Benih,

(……………………)

Blanko RLPS Bn G 005

LLAABBEELL EEKKSSTTRRAAKKSSII BBEENNIIHH

1. Nama Pengada/Pengedar Benih : 2. Alamat : 3. Jenis Tanaman : 4. Nomor Sumber Benih : 5. Tanggal Ekstraksi Benih : 6. Jumlah Buah : Kg 7. Jumlah Benih : Kg

………………., …………………

Pengada Benih,

(……………………)

Blanko RLPS Bn G 006

LLAABBEELL PPEENNGGEERRIINNGGAANN BBEENNIIHH

1. Nama Pengada/Pengedar Benih : 2. Alamat : 3. Jenis Tanaman : 4. Nomor Sumber Benih : 5. Tanggal Pengeringan Benih : 6. Jumlah Benih Sebelum Dikeringkan : Kg 7. Jumlah Benih Sesudah Dikeringkan : Kg

………………., ……………….

Pengada Benih,

(…………………………)

Blanko RLPS Bn G 008

LLAABBEELL SSOORRTTAASSII BBEENNIIHH

1. Nama Pengada/Pengedar Benih : 2. Alamat : 3. Jenis Tanaman : 4. Nomor Sumber Benih : 5. Tanggal Sortasi Benih : 6. Jumlah Benih Sebelum Disortasi : Kg 7. Jumlah Benih Sesuadah Disortasi: Kg

………………., …………………

Pengada Benih,

(……………………)

Blanko RLPS Bn G 007

LLAABBEELL PPEENNGGEEPPAAKKAANN BBEENNIIHH

1. Nama Pengada/Pengedar Benih : 2. Alamat : 3. Jenis Tanaman : 4. Nomor Sumber Benih : 5. Tanggal Pengepakan Benih : 6. Jumlah Benih yang Dipak : Kg

………………., ………………

Pengada Benih,

(……………………)

Blanko RLPS Bn G 009

Blanko RLPS Bn G 010

CCAATTAATTAANN PPEENNGGAADDAAAANN BBEENNIIHH

1. Nama Pengada : 2. Alamat Pengada : 3. Jenis Tanaman : 4. Nomor Sumber Benih : 5. Nomor Sertifikat Sumber Benih :

No Pengunduhan Buah (Kg)

Sortasi Buah (Kg)

Pengeringan Buah (Kg)

Ekstraksi Buah (Kg)

Sortasi Benih (Kg)

Pengeringan Benih (Kg)

Penyimpanan Benih (Kg)

……………,………………………..

Penanggung Jawab,

(……………………….)

Kop Surat Pengada Benih

.......................,...................................

Nomor : Perihal : Laporan Hasil Pengunduhan/Pengumpulan Benih Kepada Yth. Kepala Dinas …………………….. (yang membidangi kehutanan) Provinsi/Kabupaten/Kota *) ………………………. di

Menindak lanjuti surat kami Nomor ………………………… tanggal ……………….. perihal rencana pengunduhan benih, bersama ini kami laporkan hasil kegiatan pengunduhan benih : 1. Jenis : 2. No. Sumber Benih : 3. No. Sertifikat Sumber Benih : 4. Kelas Sumber Benih : 5. Rata-rata benih/pohon : Kg/Eksplan/Entres/ Stek Pucuk*) 6. Jumlah Pohon : batang 7. Perkiraan Perolehan Benih : Kg/Eksplan/Entres/ Stek Pucuk*) 8. Hasil Pengunduhan Benih : Kg/Eksplan/Entres/ Stek Pucuk*) Terdapat selisih antara perkiraan perolehan benih dengan hasil pengunduhan benih diakibatkan .............................................. ...................................................................................................... Demikian kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Pengada Benih, (…………………………..)

Tembusan : Kepada Yth. Kepala BPTH ……………………………………….

Blanko RLPS Bn 011

Ket : *) Coret yang tidak Perlu

Blanko RLPS Bn G 012

CCAATTAATTAANN MMUUTTAASSII BBEENNIIHH Bulan : .

1. Nama Pengedar : 2. A l a m a t : 3. Jenis Tanaman : 4. Nomor Sumber Benih : 5. No. Sertifikat Sumber Benih :

Penerimaan Benih

(Pengunduhan/Pembelian) Pengeluaran Benih

Pembeli Tanggal Jumlah (Kg)

Nama Alamat

Jumlah Benih (Kg)

Daya Kecambah

(%) Kemurnian

(%) Kadar Air (%)

Berat 1000 Butir

No dan Masa Berlaku Sertifikat

Mutu Benih

Sisa Benih (Kg)

…………………,………………………..

Pengedar Benih,

(……………………….)

Dilaporkan Kepada Yth. 1. Kepala Dinas ……………..(membidangi kehutanan) Provinsi/Kebupaten/Kota……………….. 2. Balai Perbenihan Tanaman Hutan ……………………

Kop Surat Pengada Benih

SSUURRAATT PPEENNGGIIRRIIMMAANN BBEENNIIHH

Kepada Yth. …………………….. …………………….. di …………………….. Pada hari ini tanggal ………………… saya kirimkan benih : 1. Jenis : 2. No. Sumber Benih : 3. No Sertifikat Sumber Benih : 4. Kelas Sumber Benih : 5. Jumlah Benih : Kg/Eksplan/Entres/Stek Pucuk*) 6. Kualitas Benih **) :

apabila benih tersebut telah diterima mohon lembar keduanya dikirim kembali kepada kami. Demikian kami sampaikan. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Penerima Benih Pengedar Benih Tanggal :

(………………………) (………………………) Dailaporkan Kepada Yth. 1. Kepala Dinas Provinsi/kabupaten/Kota …… (Pengada benih berdomisili) 2. Kepala Dinas Provinsi/kabupaten/Kota …… (Pembeli benih berdomisili) 3. BPTH ……………………………

Daya Kecambah

(%)

Kemurnian (%)

Kadar Air (%)

Berat 1.000 Butir

Sertifikat Mutu Benih Nomor : Tanggal : Masa Berlaku :

Keterangan : *) Coret yang tidak Perlu **) Untuk benih generatif

Blanko RLPS Bn 013

SURAT KETERANGAN

ASAL USUL BENIH

Yang bertandatangan dibawah ini, kami ............................................... menerangkan bahwa :

1. Nama Tanaman :

2. Nama Latin :

3. Nomor Sumber Benih :

4. Nomor Sertifikat Sumber Benih :

5. Lokasi :

6. Tinggi Tempat :

7. Koordinat :

8. Volume Benih : Kg/Eksplan/Entres/ Stek Pucuk*)

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya

………......., …………………

Pemilik Sumber Benih,

…………………………

Blanko RLPS Bn 014

Ket: *) Coret yang tidak Perlu

Kop Surat Pengada Bibit

……………. , ………………… Nomor : Lampiran : Perihal : Rencana pembuatan bibit Kepada Yth. Kepala Dinas …………………….. (yang membidangi kehutanan) Provinsi/Kabupaten/Kota ………………………. di Diberitahukan dengan hormat bahwa kami : Nama : Jabatan : Alamat :

merencanakan akan melaksanakan pengadaan bibit : 1. Jenis : 2. Asal Usul Benih :

a. No. Sumber Benih : b. No Sertifikat Sumber Benih : c. Lokasi : d. Tinggi Tempat : e. Koordinat :

3. Perbanyakan : biji/plantlet/entres/stek pucuk*) 4. Jadwal waktu :

a. Pembelian Benih : ………………. s/d ………………….. b. Penaburan/penempelan : ……………. s/d ………………. /penyemaian Benih c. Penyapihan Bibit : ………………. s/d ………………….. d. Aklimatisasi/Pemeliharaan Bibit : …………. s/d ………… e. Sortasi Bibit : ………………. s/d …………………..

Demikian kami sampaikan atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.

Direktur Perusahaan ………………………………,

(……………………………) Tembusan : Kepada Yth. Kepala BPTH ……………………………………….

BLANKO RLPS Bt 015

Keterangan ; *) Coret yang tidak perlu

BLANKO RLPS Bt 016

CCAATTAATTAANN PPEEMMBBUUAATTAANN BBIIBBIITT 1. Nama Pengada Bibit : 2. A l a m a t : 3. Jenis : 4. Asal Usul Benih :

a. No. Sumber Benih : b. No Sertifikat Sumber Benih : c. Lokasi : d. Tinggi Tempat : e. Koordinat :

Penaburan Benih/

Penyemaian Stek Pucuk **) Penyapihan Bibit/Planlet/

Penempelan entres/ *) Sortasi Bibit Pembelian Benih/

Pegumpulan Anakan (Kg/plantlet/entres/stek

pucuk/Batang) *) Tanggal Jumlah (Kg/btg) Tanggal Jumlah (batang) Tanggal Jumlah (batang)

……………………,……………………….. Penanggung Jawab,

Mengetahui : Petugas Dnas Provinsi/Kabupaten/Kota …………………………………………… ( ) (……………………….) Ket : *) Coret yang tidak Perlu **) tidak diisi pengumpulan anakan/ penempelanentres/ penyapihan planlet

LLAABBEELL PPEENNAABBUURRAANN BBEENNIIHH//PPEENNGGUUMMPPUULLAANN AANNAAKKAANN **))

1. Nama Pengada Bibit : 2. A l a m a t : 3. Jenis : 4. Asal Usul Benih :

a. No. Sumber Benih : b. No Sertifikat Sumber Benih: c. Lokasi : d. Tinggi Tempat : e. Koordinat :

5. Tanggal Penaburan : 6. Jumlah Benih/Anakan : Kg/Btg 7. Jumlah Bak Tabur **) : …………., …………………

Pengada Bibit,

(……………………………)

BLANKO RLPS Bt 017

Keterangan : *) Coret yang tidak perlu **) Untuk benih generatif

LLAABBEELL PPEENNYYAAPPIIHHAANN BBIIBBIITT//PPLLAANNLLEETT//PPEENNEEMMPPEELLAANN EENNTTRREESS **))

1. Nama Pengada Bibit : 2. A l a m a t : 3. Jenis : 4. Asal Usul Benih :

a. No. Sumber Benih : b. No Sertifikat Sumber Benih : c. Lokasi : d. Tinggi Tempat : e. Koordinat :

5. Tanggal Penyapihan : 6. Jumlah bibit yang disapih : Batang

…………., ……………………

Pengada Bibit, (…………………………)

BLANKO RLPS Bt 018

LLAABBEELL SSOORRTTAASSII BBIIBBIITT

1. Nama Pengada Bibit : 2. A l a m a t : 3. Jenis : 4. Asal Usul Benih :

a. No. Sumber Benih : b. No Sertifikat Sumber Benih : c. Lokasi : d. Tinggi Tempat : e. Koordinat :

5. Tanggal Sortasi Bibit : 6. Jumlah Bedeng : 7. Jumlah Bibit per Bedeng : 8. Jumlah bibit yang disortasi :

……………., ……………………

Pengada Bibit,

(…………………………)

BLANKO RLPS Bt 019

BLANKO RLPS Bt 020

CCAATTAATTAANN MMUUTTAASSII BBIIBBIITT Bulan : .

1. Nama Pengedar : 2. A l a m a t : 3. Jenis Tanaman : 4. Asal Usul Benih

a. No. Sumber Benih : b. No Sertifikat Sumber Benih : c. Lokasi : d. Tinggi Tempat : e. Koordinat :

Penerimaan Bibit

(Pembuatan/Pembelian) Pengeluaran Bibit

Pembeli Kesehatan Bibit Mutu Fisik Tanggal Jumlah (batang) Nama Alamat

Jumlah Bibit (batang) Daun Batang Tinggi Diameter

Kekompakan Media

Sisa Bibit (batang)

……………………,………………………..

Pengedar Bibit, (……………………….)

Dilaporkan Kepada Yth. 1. Kepala Dinas ……………..(membidangi kehutanan) Provinsi/Kebupaten/Kota……………….. 2. Balai Perbenihan tanaman Hutan ……………………

Kop Surat Pengada Bibit

SSUURRAATT PPEENNGGIIRRIIMMAANN BBIIBBIITT

Kepada Yth. …………………….. …………………….. di …………………….. Pada hari ini tanggal ………………… saya kirimkan bibit : 1. Jenis : 2. Asal Usul Benih :

a. No. Sumber Benih : b. No Sertifikat Sumber Benih : c. Lokasi : d. Tinggi Tempat : e. Koordinat :

3. Jumlah Bibit : 4. Kualitas Bibit :

Kesehatan Bibit Mutu Fisik

Daun Batang Tinggi (cm)

Diameter (mm)

Kekompakan Media

Mutu Bibit (P/D)

Sertifikat Mutu Bibit Nomor : Tanggal : Masa Berlaku :

apabila benih tersebut telah diterima mohon lembar keduanya dikirim kembali kepada kami. Demikian kami sampaikan atas perhatian Saudara diucapkan terima kasih. Penerima Barang Pengedar Bibit Tanggal : (………………………) (………………………) Dailaporkan Kepada Yth. 1. Kepala Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota ………… (pengada bibit berdomisili) 2. Kepala Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota ………… (pembeli bibit berdomisili) 3. BPTH ……………………………

BLANKO RLPS Bt 021