19
DEPARTEMEN PERDAGANGAN . REPUBLIK INDONESIA Menimbang Mengingat DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI Jalan Ny'.l Ridwan Rals No.5 Jakarta 10110 Tel. 021-3440408, fa. 021'3858185 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI NOMOR tg /PDN n<Ep/5/2010 TENTANG SYARAT TEKNIS MANOMETER DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI, a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAGlPERl3l2010 tentangAlat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP) YangWajibDitera dan Ditera Ulang, perlu mengatur syarat teknis manometer; b. bahwa penetapan syarat teknis manometer,diperlukanuntuk mewujudkan kepastian hukum dalam pemeriksaan, pengujian, dan penggunaanmanometer sebagai upaya menjamin kebenaran pengukuran tekanan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri; 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 , tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3193); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42' Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821), 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4884); 4, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan LembaranNegara Republik IndonesiaNomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganUndang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844), 5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62' Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a633);

DEPARTEMEN PERDAGANGAN . REPUBLIK INDONESIAditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · PERTAMA : Memberlakukan Syarat Teknis Manometer yang selanjutnya disebut

  • Upload
    vandat

  • View
    226

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

DEPARTEMEN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA

Menimbang

Mengingat

DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERIJalan Ny'.l Ridwan Rals No.5 Jakarta 10110

Tel. 021-3440408, fa. 021'3858185

KEPUTUSANDIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI

NOMOR tg /PDN n<Ep/5/2010TENTANG

SYARAT TEKNIS MANOMETER

DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI,

a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 Peraturan MenteriPerdagangan Nomor 08/M-DAGlPERl3l2010 tentang Alat-alat Ukur,Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP) Yang Wajib Ditera danDitera Ulang, perlu mengatur syarat teknis manometer;

b. bahwa penetapan syarat teknis manometer, diperlukan untukmewujudkan kepastian hukum dalam pemeriksaan, pengujian, danpenggunaan manometer sebagai upaya menjamin kebenaranpengukuran tekanan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf adan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur JenderalPerdagangan Dalam Negeri ;

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 , tentang Metrologi Legal(Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11,Tambahan Lembaran Negara Republ ik Indonesia Nomor 3193);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Per l indungan Konsumen(Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42'Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821),

3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus BagiProvinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republ ik Indonesia Nomor4151) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republ ik lndonesiaTahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republ ikIndonesia Nomor 4884);

4, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)sebagaimana telah beberapa kal i d iubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republ ik lndonesiaTahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republ ik IndonesiaNomor 4844),

5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh(Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62'Tambahan Lembaran Negara Republ ik Indonesia Nomor a633);

9.

o .

7 .

11

12.

13 .

14 .

15 .

16 .

17.

18 .

Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam NegeriNomor : 19lmulrnPh/2o1a

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan ProvinsiDaerah Khusus lbukota Jakarta Sebagai lbukota Negara KesatuanRepublik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republ ik Indonesia Nomor4744),

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib danPembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syaratBagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (LembaranNegara Republ ik Indonesia Tahun 1985 Nomor 4, Tambahan LembaranNegara Republ ik Indonesia Nomor 3283);

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1987 tentang Satuan Turunan,Satuan Tambahan, dan Satuan Lain Yang Berlaku (Lembaran NegaraRepubl ik Indonesia Tahun '1987 Nomor 17, Tambahan Lembaran NegaraRepubl ik Indonesia Nomor 3351);

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2Q07 tentang Pembagian UrusanPemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, danPemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republ iklndonesia Nomor 4737),

Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi danTugas Eselon I Kementer ian Negara Republ ik Indonesia sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 50Tahun 2008;

Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang PembentukanKabinet Indonesia Bersatu l l ;

Peraturan Presiden Nomor 47 fahun 2009 tentang Pembentukan danOrganisasi Kementerian Negara;

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor61/MPP/Kepl2l1998 tentang Penyelenggaaan Kemetrologiansebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Perindustrian danPerdagangan Nomor 251 IMPP lKep/6/1 999,

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor635/M PP/K epl 1 012004 tentang Tanda Tera ;

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 01/M-DAG lPERl3l2005 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Departemen Perdagangan sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri PerdaganganN omor 241 M-D AG/P E R/6/2009 ;

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor SO/M-DAG/PER/1 012009 tentangUnit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis Metrologi Legal;

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/1 012009 tentangPeni la ian Terhadap Unit Pelaksana Teknis dan Unit Pelaksana TeknisDaerah Metrologi Legal;

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG lPERl3l2010 tentangAlat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP) YangWajib Ditera dan Ditera Ulang;

* 10

Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam NegeriNomor : J9 /wN/lap/5/201o

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

PERTAMA : Memberlakukan Syarat Teknis Manometer yang selanjutnya disebut STManometer sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagiantidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan DalamNegeri ini.

KEDUA : ST Manometer sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA merupakanpedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan tera ulangserta pengawasan manometer.

KETIGA . Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri ini mulai berlakupada tanggal ditetapkan.

SUBAGYO

Ditetapkan di Jakartapada tanggal J Maret 2010

DIREKTUR JENDERALPERDAGANGAN DAI.AM NEGERI.

0l -

I J

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI

NOMOR : tg/wY/KBP/t/?a1oTANGGAL : j t {a re t2010

Daftar lsi

BAB I Pendahuluan'

1 .1 . La tar Be lakang

1.2. Maksud dan Tujuan

1.3. Pengert ian

, BAB ll Persyaratan Administrasi

2 .1 . Ruang L ingkup

2.2. Penerapan

2.3. ldentitas

2.4. "Persyaratan Manometer Sebelum Peneraan

BAB ll l Persyaratan Teknis dan Persyaratan Kemetrologian

3.1 . Persyaratan Teknis

3.2. Persyaratan Kemetrologian

BAB lV Pemeriksaan dan Pengujian

4.1. Pemeriksaan

4.2. Kondis i Penguj ian

4.3. Pengujian Tera dan Tera Ulang

BAB V Pembubuhan Tanda Tera

5.1. Penandaan Tanda Tera

5.2. Tempat Tanda Tera

BAB Vl Penutup

DIREKTUR JENDERALPERDAGANGAN DALAM NEGERI,

SUBAGYO

5  

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal adalah untuk melindungi kepentingan umum melalui jaminan kebenaran pengukuran dan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran, dan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP). Dalam ketentuan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, mengamanatkan pengaturan UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang, dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau dari kedua-duanya, serta syarat-syarat yang harus dipenuhi. Dalam melaksanakan amanat tersebut di atas, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya. Adapun UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang adalah UTTP yang dipakai untuk keperluan menentukan hasil pengukuran, penakaran, atau penimbangan untuk kepentingan umum, usaha, menyerahkan atau menerima barang, menentukan pungutan atau upah, menentukan produk akhir dalam perusahaan, dan melaksanakan peraturan perundang-undangan. Untuk menjamin kebenaran hasil pengukuran dimaksud dan dalam upaya menciptakan kepastian hukum, maka terhadap setiap UTTP wajib dilakukan tera dan tera ulang yang berpedoman pada Syarat Teknis UTTP. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun Syarat Teknis UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang yang merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan UTTP.

1.2 Maksud dan Tujuan 1. Maksud

Untuk mewujudkan keseragaman dalam pelaksanaan kegiatan tera dan tera ulang Manometer.

2. Tujuan Tersedianya pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan Manometer.

1.3 Pengertian Dalam Syarat Teknis ini, yang dimaksud dengan:

1. Tekanan ukur adalah suatu tekanan yang lebih besar dari tekanan sekitarnya.

2. Vakum adalah suatu tekanan yang lebih kecil dari tekanan sekitarnya.

6  

3. Tekanan sekitar adalah tekanan di sekitar alat ukur terpasang pada tempat dan saat pengukuran.

4. Tekanan tetap adalah tekanan yang dapat bertahan secara kontinyu, namun dapat berubah dengan kecepatan perubahan yang tidak melebihi :

a. 1% batas atas daerah pengukuran per sekon untuk alat ukur tekanan atau alat ukur vakum;

b. 1% dari jumlah batas atas daerah pengukuran per sekon untuk alat ukur tekanan-vakum dengan perubahan tekanan terbesar dalam satu menit tidak lebih dari 5% dari nilai tersebut di atas.

5. Tekanan variasi adalah tekanan yang bervariasi baik secara periodik atau dengan kecepatan:

a. 1% dan 10% dari batas atas daerah pengukuran per sekon untuk alat ukur tekanan atau alat ukur vakum;

b. 1% dan 10% dari jumlah batas atas daerah pengukuran per sekon untuk alat ukur tekanan vakum.

6. Batas normal daerah pengukuran adalah batas atas daerah pengukuran yang sesuai dengan pengoperasian tetap alat ukur tersebut pada pemakaian;

7. Kesalahan mutlak pengukuran adalah perbedaan penunjukan antara alat ukur yang diuji dengan standarnya pada tekanan yang sama;

8. Kesalahan histerisis adalah perbedaan penunjukan alat ukur pada tekanan yang sama, antara tekanan naik dan tekanan turun, tidak termasuk tekanan rendah dan batas atas daerah pengukuran.

7  

BAB II PERSYARATAN ADMINISTRASI

2.1 Lingkup Syarat teknis ini mengatur tentang persyaratan teknis dan persyaratan kemetrologian untuk Manometer.

2.2 Penerapan

1. Ketentuan ini berlaku untuk alat ukur tekanan, alat ukur vakum dan alat ukur tekanan-vakum, yang bekerjanya berdasarkan sensor elemen kenyal dengan alat penunjukan berupa dial dan jarum penunjuk atau alat pencatat secara kontinyu sebagai fungsi dari waktu;

2. Ketentuan ini berlaku untuk alat ukur yang bekerja secara mekanik dengan batas atas daerah pengukuran antara 0,05 MPa dan 1.000 Mpa.

2.3 Identitas Manometer harus dilengkapi identitas minimal sebagai berikut:

1. lambang satuan ukuran;

2. batas atas daerah pengukuran dan keseksamaan penggunaan;

3. pada skala alat ukur vakum atau bagian dari vakum dari skala alat ukur tekanan-vakum diberi simbol “-“ (tanda minus) di depan atau di bawah angka batas penunjukan daerah pengukuran;

4. nama dan alamat pabrik dan tanda pabriknya;

5. nomor seri dan tahun pembuatan.

2.4 Persyaratan Manometer Sebelum Peneraan

1. Manometer yang akan ditera harus memiliki Surat Izin Tipe atau Izin Tanda Pabrik.

2. Label tipe harus terlekat pada Manometer asal impor yang akan ditera.

3. Manometer yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat merek pabrik dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik.

4. Manometer yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat merek pabrik dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik dan label tipe untuk Manometer asal impor sebelum ditera;

5. Manometer yang akan ditera ulang harus sudah ditera sebelumnya.

8  

BAB III PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN

3.1 Persyaratan Teknis

1. Konstruksi

a. Alat penunjukan berupa dial dilengkapi dengan tulisan seperti yang tercantum pada sub bab 2.3.

b. Alat pencatat selain mempunyai ketentuan pada huruf a di atas agar ditambah pula dengan tulisan:

1) harga faktor konstanta, jika hal ini berbeda dengan huruf a;

2) jarak antara stilus;

3) harga tegangan dan frekuensi dari power supply untuk alat pencatat dengan pergerakan waktu oleh mikromotor sincronis.

c. Jarum penunjuk agar menutup 1/10 sampai 9/10 panjang skala yang terpendek dari pembagian skalanya.

d. Jarum penunjuk pada suatu pembacaan memenuhi ketentuan :

1) untuk alat ukur dengan kelas kesaksamaan 1; 1,6; 2,5 dan 4 bentuknya segi tiga sama kaki yang ketebalan alasnya tidak melebihi tebal garis skala dan sudut puncaknya tidak melebihi 60o;

2) untuk alat ukur dengan kelas kesaksamaan 0,25; 0,4 dan 0,6 bentuknya seperti silet/pisau cukur. Ketebalan bentuk ini tidak melebihi ketebalan garis skala.

e. Alat ukur ini dapat mempunyai bagian untuk penjustiran agar posisi jarum tepat pada skalanya.

f. Alat pencatat yang dilengkapi dengan skala dan jarum penunjuk pembacaannya sesuai dengan huruf a dan b di atas. Tingkatan skalanya harus sama dengan skala pencatat, kecuali memakai ukuran % untuk batas atas daerah pengukuran.

g. Bentuk alat pencatat dapat berupa stilus, bisa tunggal atau majemuk dan dapat dipasang satu atau lebih pencatat stilus.

h. Konstruksi stilus posisinya harus tepat pada garis grafik dan bisa dilengkapi dengan alat pengenol stilus agar tidak menimbulkan kesalahan pada saat pencatatan.

i. Pencatatan sebaiknya kontinyu dan ketebalannya sesuai dengan kesalahan maksimum yang diizinkan.

9  

j. Grafik yang bergerak mekanis adalah grafik yang mudah dipasang, dengan penulisan stilus diletakkan tepat pada garis skala waktu.

k. Mekanisme pembuatan grafik dalam bentuk piringan atau bentuk lembaran harus dapat dipasang dan diganti untuk mencegah pergeseran atau penggulungan saat berputar.

2. Penunjukan dan nilai skala

a. Bilangan pada dial dan satuannya merupakan harga langsung terhadap pengukuran tekanan tanpa memakai faktor.

b. Interval skala agar dipilih dari seri: 1x10n, 2x10n, 5x10n satuan skala dengan n merupakan bilangan bulat, positif, negatif atau nol dan dapat mendekati harga kesalahan maksimum yang diizinkan.

c. Jarak skala untuk skala linier harus konstan, sedapat mungkin jarak skala yang terbesar tidak lebih dari 20% jarak skala terkecil pada skala yang sama.

d. Jarak skala tidak kurang dari 1 mm.

e. Tebal garis skala tidak melebihi 1/5 jarak skala.

f. Alat ukur ini boleh memiliki tambahan tanda-tanda atau garis-garis yang ketebalannya melebihi 1/5 jarak skala, selama:

1) menunjukkan daerah penyimpangan yang diizinkan dari deviasi ujung jarum penunjuk dari garis nol;

2) penunjukan batas-batas normal daerah pengukuran;

3) memperhitungkan tambahan tekanan yang ditimbulkan oleh cairan pada alat tekanan ke sensor elemen elastis;

4) dapat membaca perkiraan suatu jarak.

g. Grafik skala tekanan harus sesuai dengan huruf b dan e di atas.

Penomoran pada skala angkanya antara 0-100 dan menyeluruh pada bidang alat pencatat. Membaca alat pencatat akan terbaca harga ukuran tekanan:

1) langsung dengan satuan pada skala, untuk alat ukur tekanan-vakum;

2) langsung dengan satuan pada skala atau % dari batas atas daerah pengukuran untuk alat ukur vakum;

3) langsung dengan satuan atau persentasi batas atas daerah pengukuran atau setelah mengalikan dengan faktor konstanta grafik, untuk alat ukur tekanan.

Faktor ini terdiri dari 0,01; 0,1; 1; 10; 100.

10  

h. Skala waktu berupa interval yang sesuai dengan ketentuan yaitu suatu fungsi yang memberikan kondisi pengukuran dan kecepatan perpindahan grafik.

Dengan interval ini dapat dihindari kesalahan pembacaan tekanan melebihi 1/5 kesalahan maksimum yang diizinkan;

i. Lamanya satu putaran piringan grafik pencatat dapat dipilih dari seri berikut ini:

1, 2, 4, 6, 8, 12, 16, 24, 168 jam dan kecepatan perpindahan grafik adalah:

10, 20, 30, 40, 60, 120, 300, 360, 1200, 3600, 7200, 36000 mm/jam.

3. Penempatan

Kondisi pokok pengoperasian meliputi temperatur sekitarnya, kelembaban udara, bebas debu, getaran, goncangan kandungan fisik dan kimia dari media tekanan indikasi tekniknya harus diberikan oleh pabriknya.

3.2 Persyaratan Kemetrologian

1. Dasar klasifikasi

Manometer diklasifikasikan untuk membedakan nilai kesalahan yang diizinkan untuk setiap kelasnya sebagai tingkat keakurasian pengukuran.

2. Klasifikasi

Manometer diklasifikasikan berdasarkan kelas kesaksamaan.

3. Kesaksamaan

Kelas kesaksamaan alat ukur ini dapat dipilih satu dari dua seri berikut:

a. 0,25; 0,4; 0,6; 1; 1,6; 2,5; 4;

b. 0,2; 0,5; 1; 2; 5.

4. Satuan

a. Satuan ukuran tekanan adalah paskal (Pa).

b. Skala alat ukur tekanan, alat ukur vakum dan alat ukur tekanan-vakum dapat berupa Pa atau kelipatannya yaitu kPa, MPa dan GPa atau sesuai dengan satuan SI.

c. Satuan bar dan kelipatan di bawahnya yaitu mbar boleh digunakan.

11  

5. Daerah pengukuran

a. Batas atas daerah pengukuran dapat dipilih satu dari dua seri berikut:

1) 1 x 10n, 1,6 x 10n, 2,5 x 10n, 4 x 10n, 6 x 10n;

2) 1 x 10n, 2 x 10n , 5 x 10n satuan tekanan;

dengan n merupakan bilangan bulat positif, negatif ataupun nol.

b. Batas normal daerah ukur.

1) Untuk ukuran tekanan fraksi batas atas daerah pengukuran L, dinyatakan dalam Tabel 3.1;

Tabel 3.1. Batas normal daerah ukur

Batas atas daerah pengukuran L

Batas normal daerah pengukuran

Tekanan tetap Tekanan bervariasi

L <100 Mpa 3/4 L 2/3 L

L ≥100 Mpa 2/3 L 1/2 L

2) Untuk alat ukur vakum adalah batas atas daerah pengukuran.

c. Alat pencatat harus mampu bekerja penuh pada daerah pengukuran tanpa melampaui batas atas daerah pengukuran, kecuali alat pencatat jenis piringan yang mampu bekerja dalam batas normal antara 20 % dan 90 % dari batas atas daerah pengukuran.

6. Batas kesalahan

a. Besarnya kesalahan maksimum yang diizinkan untuk kesalahan mutlak dan kesalahan histerisis pada tera adalah ± 0,8 A, dengan A adalah indeks kelas kesaksamaan sesuai angka 3 dan 1/100 dari :

1) batas atas daerah pengukuran;

2) Jumlah batas atas daerah pengukuran;

b. Besarnya kesalahan maksimum yang diizinkan pada tera ulang adalah A.

c. Kesalahan histerisis tidak boleh melebihi kesalahan maksimum yang diizinkan seperti pada huruf a dan b di atas.

d. Kesalahan maksimum yang diizinkan untuk kecepatan perpindahan grafik ± 5 menit dalam tempo 24 jam.

12  

e. Kesalahan garis yang ditulis oleh stilus pada grafik yang bergerak terhadap tekanan yang diukur tidak melebihi 1/3 kesalahan maksimum yang diizinkan.

f. Variasi penunjukan akibat variasi temperatur tidak melebihi ±α (t2 – t1)%;

t1 adalah temperatur nominal oC;

t2 adalah temperatur sekitarnya oC;

α adalah koefisien temperatur tertentu %/oC.

g. Di bawah pengaruh getaran dalam batas-batas tertentu, penyimpangan penunjukan tidak melebihi ketentuan pada huruf b di atas.

13  

BAB IV PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

4.1 Pemeriksaan

Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian terhadap Manometer meliputi:

1. pemeriksaan visual;

2. pemeriksaan pendahuluan;

3. menentukan kesalahan ukur dan kesalahan histerisis dan jika mungkin sesuai persyaratan teknis;

4. menetapkan kesalahan kecepatan pergerakan grafik alat pencatat;

5. memeriksa alat pencatat.

1. Pemeriksaan visual meliputi:

a. Alat ukur yang diuji harus memenuhi tipe yang telah disetujui;

b. Alat ukur yang diuji harus dalam kondisi baik, tidak ada korosi, peot, berdebu serta lapisan pelindungnya tidak rusak;

c. Kaca pelindung dial atau grafik alat pencatat harus tanpa cacat (bergores, ditambah warna) yang dapat mengganggu penglihatan/pembacaan penunjukan;

d. Benang perangkai dan perekat harus dalam kondisi baik;

e. Untuk alat pencatat, hubungan antara wadah dan penyangganya harus kuat untuk menghindari goyangan tiang penyangga;

f. Alat ukur yang diajukan untuk ditera ulang harus ada tanda tera sebelumnya atau dengan surat keterangan hasil pengujian.

2. Pemeriksaan pendahuluan meliputi:

a. Memeriksa kebocoran hubungan antara alat ukur yang diuji dengan peralatan standar dengan memberikan tekanan secara kontinyu hingga mencapai batas atas daerah pengukuran sebelum prosedur pengujian dilakukan. Kemudian alat ukur dihentikan sekitar 3 menit. Pada saat itu kebocoran diamati. Bila pada 2 menit kemudian tekanan turun tidak melebihi 1% dari batas atas daerah pengukuran dapat dipertimbangkan;

b. Apabila tekanan pada alat ukur yang diuji ditambah atau dikurangi secara kontinyu, jarum penunjuk atau stilus harus bergerak secara halus tanpa hambatan;

14  

c. Pada tekanan sekitar, jarum penunjuk atau stilus alat ukur yang diuji harus berhenti pada skala nol. Penyimpangannya tidak melebihi kesalahan maksimum yang diizinkan.

4.2 Kondisi Pengujian

1 Untuk mencapai hasil pengujian yang sesuai dengan ketentuan, maka:

a. Persyaratan kondisinya harus memenuhi referensi berikut:

1) alat ukur yang diuji menggunakan petunjuk-petunjuk dari pabriknya;

2) pemberian variasi tekanan harus perlahan dan kontinyu agar terhindar dari gaya inertia/kelembaban;

3) temperatur alat ukur, standar dan udara sekitarnya, harus mendekati temperatur standar dengan penyimpangannya tidak mengakibatkan variasi penunjukan > 1/5 dari kesalahan maksimum yang diizinkan;

4) kelembaban relatif tidak melebihi 80 %;

5) tidak ada getaran yang mengakibatkan goyangan pada jarum penunjuk atau alat pencatat berupa stilus dengan amplitudo > 1/10 jarak skala terkecil

6) akhir rangkaian alat ukur dengan standarnya harus pada bidang horizontal;

7) Media uji baik gas maupun cairan yang digunakan membawa tekanan saat pengujian:

a) gas lembam untuk alat ukur dengan batas atas daerah pengukuran tidak melebihi 0,5 Mpa;

b) cairan yang tidak korosif untuk peralatan dengan batas atas daerah pengukuran melebihi 0,5 Mpa.

Kecuali untuk alat ukur dengan media uji dari gas ke cairan dan sebaliknya dari cairan ke gas tidak menyebabkan perubahan penunjukan > 1/5 dari kesalahan maksimum yang diizinkan. Untuk peralatan tersebut biasanya bisa gas atau cairan.

b Apabila alat ukur keberadaannya di bawah kondisi nominal, tidak sama dengan kondisi pada angka 1 di atas, maka harus diuji agar sesuai dengan ketentuan pada sub bab 3.2 angka 6, apabila perbedaan kondisi tersebut menyebabkan variasi penunjukan melebihi 1/5 kesalahan maksimum yang diizinkan.

15  

2 Untuk mencapai hasil pengujian yang sesuai, maka peralatan pengujian harus memenuhi persyaratan:

a. Kesalahan alat ukur standar yang digunakan untuk pengujian tidak melebihi ¼ kesalahan maksimum yang diizinkan;

b. Alat pemisah digunakan bila cairan yang berada di dalam alat yang diuji berbeda dengan cairan yang berada dalam peralatan standar. Alat ini tidak akan menyebabkan perubahan penunjukan 1/10 dari kesalahan maksimum yang diizinkan terhadap alat ukur yang diuji;

c. Instalasi pengujian dapat digunakan untuk tekanan dengan media uji gas atau cairan baik itu ditambah atau dikurangi;

d. Alat ukur dapat diuji di bawah kondisi referensi sesuai angka 2 huruf a atau kondisi nominal angka 2 huruf b:

1) jika kondisi angka 1 huruf a angka 3) tidak dicapai hasilnya, dapat digunakan indikasi harga alat ukur yang diuji, kecuali jika hal ini lebih baik dengan mengoreksi temperatur dan alat ukur standar;

2) Jika kondisi angka 1 huruf a angka 6) tidak didapat hasil tekanan dari cairan yang digunakan, koreksi perlu dilakukan mengingat kesalahan yang diakibatkan perbedaan level selalu kurang dari 1/10 kesalahan maksimum yang diizinkan terhadap alat ukur yang diuji;

3) udara sekitarnya harus memenuhi kesehatan dan keselamatan tempat bekerja, bebas debu, kotoran atau semacamnya yang dapat merusak peralatan.

4.3 Pengujian Tera dan Tera Ulang

Prosedur pengujian:

1 Menetapkan kesalahan penunjukan dan kesalahan histerisis, yaitu:

a. Pada kondisi khusus alat penunjukan, mempunyai angka-angka tentang nilai tekanan yang tertera pada alat penunjukan yang akan diuji dan pendistribusiannya pada skala harus dipilih agar dapat menghindarkan kemungkinan kesalahan maksimum yang diizinkan dari penunjukan sebagai akibat kesalahan ketidakbenaran atau ketidaklinieran pengukuran. Angka dari nilai-nilai tersebut harus sekurang-kurangnya:

1) 8 angka untuk kelas kesaksamaan 0,2; 0,25; 0,4; 0,5; dan 0,6;

2) 5 angka untuk kelas kesaksamaan 1; 1,6; 2 dan 2,5;

3) 3 angka untuk kelas kesaksamaan 4 dan 5.

Pembacaan kesalahan histerisis diambil pada saat tekanan dinaikkan sampai batas atas daerah pengukuran kemudian didiamkan selama 5

16  

menit dan selama tekanan diturunkan.

Pembacaan skala nol diambil setelah 5 menit berikutnya pada tekanan sekitarnya.

b. Pada kondisi khusus alat pencatat, kesalahan alat pencatat dapat ditetapkan dengan salah satu metode:

1) tekanan diatur untuk menempatkan stilus pada garis grafik;

2) nilai tekanan pilihan ditetapkan dengan alat ukur standar dan dibandingkan dengan nilai tekanan yang terbaca pada grafik pencatat.

Metode kedua dapat digunakan hanya apabila alat ukur yang akan diuji didapat kesalahan pembacaan kurang dari 1/5 dari skala terkecil pada grafik.

Alat ukur ini sekurang-kurangnya diuji pada lima nilai tekanan-termasuk batas atas daerah pengukuran.

Kesalahan pengukuran dan kesalahan histerisis dapat ditetapkan setelah memberhentikan perputaran piringan grafik.

c. Kondisi-kondisi yang dapat dipakai baik alat penunjukan dan alat pencatat, yaitu: 1) alat ukur vakum dengan batas atas daerah pengukuran dari 0,1

MPa dapat dijadikan pegangan selama pengujian vakum dengan batas atas daerah pengukuran sekurang-kurangnya 90 %;

2) untuk alat ukur tekanan-vakum dengan daerah pengukuran 0,5 MPa hanya kontinyuitas gerakan jarum penunjuk diperiksa, termasuk bagian skala vakum pada saat alat ukur diuji, didasarkan atas variasi vakum secara kontinyu antara 0 dan 0,05 MPa. Alat ukur ini biasanya tidak diuji pada keadaan vakum. Bagian skala vakum, nilai batas bawah tidak diuji, ditetapkan menurut kelas kesaksamaannya.

2 Menetapkan kesalahan kecepatan pergerakan grafik alat pencatat

Kesalahan kecepatan grafik dapat ditetapkan dengan chronometer, saat grafik berputar penyimpangan frekwensi power supply dari frekwensi nominal tidak melampui ± 0,1 Hz dan tegangan utama tidak melampaui ± 10 % dari tegangan nominal. Kesalahan kecepatan dari perpindahan grafik tidak melebihi ketentuan pada BAB III butir 3.2 angka 6 huruf d.

3 Memeriksa alat pencatat

Kontrol terhadap alat pencatat jika mungkin dilakukan:

a. Alat ukur yang diuji dapat dihubungkan dengan instalasi uji tekanan. Mekanisme gerak dari garis atau piringan grafik agar dilepas. Bila tekanan ditambah sampai batas atas daerah pengukuran atau dikurangi sampai skala nol, garis yang tercatat oleh stilus pada grafik diam harus paralel terhadap garis pembagian waktu.

Penyimpangannya tidak melebihi ketentuan pada sub bab 3.2 angka 6 huruf e.

17  

b. Kebersamaan dari garis yang tercatat oleh stilus pada gerakan grafik dengan garis tekanan harus ditandai menurut tekanan-tekanan:

1) nol atau tekanan sekitarnya;

2) setengah dari batas atas daerah pengukuran;

3) batas atas daerah pengukuran.

Selama pengujian ini piringan grafik akan membuat putaran penuh dan garis grafik agar dicetak yang panjangnya tidak kurang dari 200 mm.

Garis-garis tercatat oleh stilus pada grafik yang bergerak dan garis-garis tekanan pada grafik akan serempak.

Penyimpangannya tidak melebihi ketentuan pada sub bab 3.2 angka 6 huruf e

c. Tidak terdapat tumpahan tinta pada saat stilus atau grafik keadaan diam atau bergerak sesuai dengan ketentuan pada sub bab 3.1 angka 1 huruf i.

18  

BAB V PEMBUBUHAN TANDA TERA

5.1 Penandaan Tanda Tera

Pada Manometer dipasang lemping tanda tera yang terbuat dari aluminium atau kuningan sebagai tempat pembubuhan Tanda Daerah, Tanda Pegawai Yang Berhak, dan Tanda Sah. Tanda Jaminan dibubuhkan dan/atau dipasang pada bagian-bagian tertentu dari Manometer yang sudah disahkan pada waktu ditera dan ditera ulang untuk mencegah penukaran dan/atau perubahan. Bentuk tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5.2 Tempat dan Tanda Tera

1. Tera

a. Tanda Daerah ukuran sumbu panjang 8 mm, Tanda Pegawai Yang Berhak (H) dan Tanda Sah Logam (SL) ukuran 6 mm dibubuhkan pada lemping tanda tera yang terbuat dari aluminium atau kuningan yang ditempatkan pada plat skala alat penunjukan atau alat pencatat sehingga dapat dengan mudah terlihat;

b. Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm, dibubuhkan pada bagian yang dapat menyebabkan perubahan dari sifat-sifat kemetrologiannya;

c. Lemping tersebut pada huruf a dipasang dengan cara dilem pada plat skala penunjukan atau alat pencatat, kecuali hal ini tidak memungkinkan, dipasang pada penutup rangkanya;

d. Ukuran lemping tersebut adalah:

1) Panjang : 35 mm;

2) Lebar : 15 mm;

3) Tebal : 2 mm;

4) Toleransi terhadap ukuran – ukuran di atas ± 0,5 mm.

2. Tera Ulang

Tanda Sah Plombir (SP) ukuran 6 mm dibubuhkan dengan kawat materai sebagai pengganti Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm pada saat tera.

3 Jangka Waktu Tera Ulang

Jangka waktu tera ulang dan masa berlaku tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

19  

BAB VI PENUTUP

Syarat Teknis Manometer merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan tera dan tera ulang Manometer serta pengawasan Manometer guna meminimalisir penyimpangan penggunaan Manometer dalam pengukuran tekanan serta upaya perwujudan tertib ukur sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.