4
dephut.go.id http://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/INFO_V02/V_V02.htm PENETAPAN ISI KAYU BUNDAR Berdasarkan PP N0. 28 Tahun 1985, tentang Perlindungan Hutan Pasal 13, dinyatakan bahwa untuk melindungi hak-hak negara yang berkenaan dengan hasil hutan, maka terhadap semua hasil hutan harus diadakan pengukuran dan pengujian, sebagai dasar perhitungan penetapan besarnya pungutan negara seperti PSDH dan DR. Adapun kegunaan lainnya dari hasil pengukuran tersebut adalah sebagai dasar perhitungan/harga jual/penjualan, laba rugi perusahaan, upah buruh, penyusunan statistik dan lain sebagainya. Karena pentingnya data hasil pengukuran tersebut, maka diperlukan pengetahuan tentang bagaimana cara melaksanakan pengukuran dan pengujian hasil hutan. Pada edisi ini akan diuraikan bagaimana cara menetapkan isi kayu bundar. Cara penetapan isi kayu bundar dapat dibedakan menjadi 4 cara, yaitu; cara langsung, cara grafis, cara matematis dan cara diagram. Cara langsung adalah penetapan isi kayu bundar tanpa menggunakan unsur panjang dan diameter, yaitu dengan cara memasukkan kayu bundar ke dalam alat yang disebut Xylometerdengan menggunakan rumus Archimides Cara grafis adalah penetapan isi kayu bundar dengan menggambar bentuk kayu bundar pada salib sumbu pada kertas grafis dengan skala tertentu. Isi kayu bundar dihitung dengan cara mengalikan luas gambar (menggunakan alat planimeter) dengan faktor koreksi. Dua cara tersebut di atas dinilai paling cermat, akan tetapi tidak praktis, memakan waktu, tempat dan biaya yang tinggi. Sehubungan dengan itu, maka yang banyak digunakan adalah cara ketiga yaitu cara matematis. Cara diagram adalah penetapan isi kayu bundar dengan memperkirakan isi kayu olahannya yang dapat dihasilkan apabila kayu bundar tersebut digergaji. Cara ini digunakan Perhutani untuk mencari nilai konversi (Nk), sebagai salah satu syarat mutu kayu bundar Jati. Cara matematis adalah penetapan isi kayu bundar dengan pendekatan isi silinder (luas bidang dasar x tinggi/panjang). Untuk itu perlu data hasil pengukuran panjang dan diameter/keliling kayu bundar. Cara matematis ini terdiri dari beberapa rumus, yaitu : 1. Rumus Huber Huber beranggapan bahwa bidang tengah mewakili diameter kayu, pengukuran diameternya dilakukan hanya pada bidang tengah, sehingga rumusnya adalah sebagai berikut : V h = B t x p Keterangan : V h = Isi kayu bundar menurut Huber B t = Luas bidang dasar penampang tengah p = Panjang

dephut.go.id-PENETAPAN, ISI KAYU BUNDAR_2.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: dephut.go.id-PENETAPAN, ISI KAYU BUNDAR_2.pdf

dephut.go.id http://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/INFO_V02/V_V02.htm

PENETAPAN ISI KAYU BUNDAR

Berdasarkan PP N0. 28 Tahun 1985, tentang Perlindungan Hutan Pasal 13, dinyatakan bahwa untuk melindungihak-hak negara yang berkenaan dengan hasil hutan, maka terhadap semua hasil hutan harus diadakanpengukuran dan pengujian, sebagai dasar perhitungan penetapan besarnya pungutan negara seperti PSDH danDR. Adapun kegunaan lainnya dari hasil pengukuran tersebut adalah sebagai dasar perhitungan/hargajual/penjualan, laba rugi perusahaan, upah buruh, penyusunan statistik dan lain sebagainya. Karena pentingnyadata hasil pengukuran tersebut, maka diperlukan pengetahuan tentang bagaimana cara melaksanakanpengukuran dan pengujian hasil hutan. Pada edisi ini akan diuraikan bagaimana cara menetapkan isi kayubundar.

Cara penetapan isi kayu bundar dapat dibedakan menjadi 4 cara, yaitu; cara langsung, cara grafis, caramatematis dan cara diagram.

Cara langsung adalah penetapan isi kayu bundar tanpa menggunakan unsur panjang dan diameter, yaitudengan cara memasukkan kayu bundar ke dalam alat yang disebut �Xylometer� dengan menggunakan rumusArchimides

Cara grafis adalah penetapan isi kayu bundar dengan menggambar bentuk kayu bundar pada salib sumbu padakertas grafis dengan skala tertentu. Isi kayu bundar dihitung dengan cara mengalikan luas gambar(menggunakan alat planimeter) dengan faktor koreksi.

Dua cara tersebut di atas dinilai paling cermat, akan tetapi tidak praktis, memakan waktu, tempat dan biaya yangtinggi. Sehubungan dengan itu, maka yang banyak digunakan adalah cara ketiga yaitu cara matematis.

Cara diagram adalah penetapan isi kayu bundar dengan memperkirakan isi kayu olahannya yang dapatdihasilkan apabila kayu bundar tersebut digergaji. Cara ini digunakan Perhutani untuk mencari nilai konversi (Nk),sebagai salah satu syarat mutu kayu bundar Jati.

Cara matematis adalah penetapan isi kayu bundar dengan pendekatan isi silinder (luas bidang dasar xtinggi/panjang). Untuk itu perlu data hasil pengukuran panjang dan diameter/keliling kayu bundar. Cara matematisini terdiri dari beberapa rumus, yaitu :

1. Rumus Huber

Huber beranggapan bahwa bidang tengah mewakili diameter kayu, pengukuran diameternya dilakukanhanya pada bidang tengah, sehingga rumusnya adalah sebagai berikut :

Vh = Bt xp

Keterangan :

Vh = Isi kayu bundar menurut HuberBt = Luas bidang dasar penampang tengahp = Panjang

Page 2: dephut.go.id-PENETAPAN, ISI KAYU BUNDAR_2.pdf

2. Rumus Smallian

Dasarnya sama dengan Huber, akan tetapi untuk mencari luas bidang dasar tengahnya dengan merata-ratakan luas bidang dasar bontos pangkal dan luas bidang dasar bontos ujung, sehingga pengukurandiameternya dilakukan pada bontos pangkal dan bontos ujung, maka rumusnya menjadi sebagai berikut :

Vs = � (Bp + Bu) x p

Keterangan :

Vs = Isi menurut SmallianBp = Luas bidang dasar bontos pangkalBu = Luas bidang dasar bontos ujungp = Panjang

Rumus Smallian ini digunakan di Indonesia untuk menetapkan Isi kayu bundar Jati. Akan tetapipengukuran diameternya hanya dilakukan pada bontos ujung, sedangkan diameter bontos pangkalnyadiduga oleh diameter bontos ujung. Karena hasil pendugaan diameter bontos pangkal (hasil penelitian)sangat dipengaruhi oleh panjang kayu, maka rumusnya akan sangat bervariasi sesuai dengan kelaspanjangnya. Sehingga di lapangan untuk menetapkan isi kayu Jati tidak dapat langsung menggunakanrumus, melainkan dengan menggunakan Tabel Isi Kayu Bundar Jati (SNI : 01-5007.17-2001)

3. Rumus Newton

Merupakan kombinasi antara Huber dan Smallian, sehingga rumusnya adalah sebagai berikut :

Bp + 4BtVn = ------------------ x p 6

Keterangan:

Vn = Isi menurut Newton

Bp = Luas bidang dasar bontos pangkal

Bu = Luas bidang dasar bontos ujung

Bt = Luas bidang dasar penampang tengah

p = Panjang

Page 3: dephut.go.id-PENETAPAN, ISI KAYU BUNDAR_2.pdf

4. Rumus Brereton

Dasarnya sama demgan tiga rumus di atas, hanya bedanya dalam menghitung luas bidang dasar tengah,terlebih dahulu dicari diameter rata-rata antara diameter bontos pangkal dengan diameter bontos ujung,sehingga rumusnya adalah sebagai berikut ;

dp + duVb = �p ( -----------)2 x p 2

Keterangan :

Vb = Isi menurut Breretondp = diameter bontos pangkaldu = diameter bontos ujungp = Panjang

Rumus ini digunakan di Indonesia dalam menetapkan isi kayu bundar rimba dan telah disederhanakanmenjadi :

0,7854 x d2 x p I = -------------------- 10.000

Keterangan :

I = Isi kayu bundar rimba dalam �m3�0,7854 = �pd = Diameter kayu dalam �cm� (rata-rata dp dan du)p = Panjang kayu dalam �m�10.000 = Konversi dari satuan �cm� menjadi �m� pada pengukuran diameter

Penetapan isi kayu bundar rimba ini dalam pelaksa-naannya di lapangan dapat langsung menggunakanrumus tersebut diatas atau dengan tabel isi. Khusus kayu bundar rimba produk Perhutani, kasusnya samadengan kayu bundar Jati, pengukuran diameter dilakukan hanya di bontos ujung (du). Pendugaandiameter rata-rata oleh du digunakan 4 (empat) kelas panjang, yaitu kelas panjang 1,00 m�1,50 m, 1,60m�3,00 m, 3,10 m�3,10 m dan 4,10 m�5,00 m. Dengan demikian rumus penetapan isinya juga sesuaidengan kelas panjang tersebut, sehingga penetapan isi di lapangan lebih praktis menggunakan tabel isi.Contoh rumus isi kelas panjang 1,00 m�1,50 m :

0,7854 x (1,0134 du + 0,3537)2 x p I = ------------------------------------------------ 10.000

Tabel isi kayu bundar rimba secara umum (Tabel A) dan kayu bundar rimba Perhutani (Tabel B) dapat dilihatdalam Tabel Isi Kayu Bundar Rimba (SNI : 01-5007.2-2000).

Penetapkan Isi Kayu Bundar di Indonesia

Seperti diuraikan diatas bahwa penetapan isi yang digunakan di Indonesia adalah cara matematis (Smallian danBrereton), yang memerlukan data hasil pengukuran panjang dan diameter. Cara pengukuran panjang dandiameter kayu bundar adalah sebagai berikut :

Pengukuran Panjang (p)

Page 4: dephut.go.id-PENETAPAN, ISI KAYU BUNDAR_2.pdf

Panjang ditetapkan dengan cara mengukur jarak terpendek antara kedua bontos sejajar sumbu kayudengan kelipatan 10 cm.

Khusus untuk panjang kayu bundar rimba (Tabel A) kecuali kayu mewah diberi spilasi 10 cm, lihat Tabel :

Panjang hasil pengukuran dengan kelipatan 10cm

Panjang kayu bundar (p)

UntukTabel A

Untuk Tabel B, Kayu mewah dan kayuJati

6,50 m 6,40 m 6,50 m

4.00 m 3,90 m 4,00 m

2,10 m 2,00 m 2,10 m

Pengukuran Diameter (d)

Untuk kayu bundar rimba Tabel A, pengukuran diameter dilakukan terhadap bontos ujung (du) dan bontospangkal (dp) kemudian di rata-ratakan, dp dan du didapat dari hasil rata-rata pengukuran diameterterpendek dan diameter terpanjang. Sedangkan pada SNI 01-0187-1987, yang pada saat ini masihdigunakan, dp dan du didapat dari hasil rata-rata pengukuran diameter terpendek dan diameter tegak lurusterpendek.

Untuk kayu bundar rimba Tabel B, pengukuran diameter hanya dilakukan pada bontos ujung (du), yangdidapat dari hasil rata-rata pengukuran diameter terpendek dan diameter terpanjang.

Untuk kayu bundar Jati pengukuran diameter dilakukan pada bontos ujung dengan menggunakan pita phi(phi band).

Penetapan Isi dan Cacat Kayu yang Mengurangi Isi

Untuk kayu bundar yang menggunakan Tabel A, apabila mengandung cacat yang dapat meredusir/mengurangi isiseperti gubal busuk dan teras busuk/gerowong, maka Isi kayu bundarnya dikurangi dengan isi cacat tersebut.Sedangkan untuk kayu bundar lainya cacat tersebut tidak mempengaruhi isi. Cara mengukur dan mencari isicacat yang meredusir, lihat SNI : 01-5007.2-2000.