12

Derita Cinta Tiada Akhir - Zine Lokatebu (Edisi Maret)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Edisi kali ini Lokatebu merecokkan urusan percintaan Fulan. Bagaimanakah itu? Bagaimanakah kisah cinta Fulan? Langsung saja cek zine yang berisi diskusi santai beragam kalangan ini! Kontributor: Barok Sepi Noza, Soe Gok Gieh, Mas Antih Antamkromo, Fulan

Citation preview

Pengantar Minum Racun

Kami kira beginilah nanti jadinya: Kamu baper, muak, dan mengumpat. Sedang kami tertawa seperti Komeng,

dikutuk-sumpahi kamu.

Kami sadar bahwa topik yang diangkat dalam edisi kali ini (Derita

Cinta Tiada Akhir) adalah topik sangat sensitif bagi kawula muda. Salah-salah kami bisa kena ancam pembunuhan.

Kami memang pernah mengalaminya. Naskah zine ini sempat bocor. Lalu, seorang tuna asmara yang sangat nelangsa mendatangi kantor pusat Lokatebu. Hampir saja kantor yang kami bangun dengan keringat ini

luluh-lantak. Makanya, kalau pada akhirnya kamu cuma mengumpat gara-gara zine ini, kami akan bisa

lega.

Sebagai penutup, kami cuma mau bilang, kami pun merasakan bapermu.

Jangan salah kira. Kami sangat mengamini kata bijak Chu Pat Kai,”Dari dulu beginilah cinta,

deritanya tiada akhir!” Selamat meratap! Hiks...

Kuli Lokatebu: Kelana Wisnu, M. Rizqi Hidayat, M. Al Mukhlishiddin

Kontributor edisi ini: Barok Sepi Noza, Soe Gok Gieh, Mas Antih Antamkromo, Ohim

Zine Lokatebu edisi Maret 2016: Derita Cinta Tiada Akhir.

Dicetak dengan selamat berkat rahmat Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Zine Lokatebu Maret 2016: Derita Cinta Tiada Akhir

| 1

Derita Cinta Tiada Akhir Suatu siang Fulan dengan wajah jelas-jelas muram mendatangi kami di kantin. Setelah lama gelisah, dia akhirnya bercerita. Teman kami ini sedang dilema cinta. Dia mengeceng seorang perempuan jomblo --sebut saja Mawar. Dia rincikan kedahsyatan cewek ini. Dari mulai fisik sampai pikiran. Sangat detil. Mereka akrab. Tapi Fulan merasa dianggap teman biasa belaka, sedangkan dia baper berat. Fulan merasa perlakuan biasa itu luar biasa. Perempuan itu memang supel. Sementara itu, Fulan sering dicurhati seorang perempuan --sebut saja Edelweiss. Dia bersimpati padanya. Fulan merasa status Edelweiss di medsosnya suatu kode. Fulan mesti memperjuangkan yang mana? Dia juga jadi bertanya-tanya, apakah perasaannya terhadap Edelweiss sama seperti terhadap Mawar? Atau ini sekadar egonya? Di tengah kemelut cinta itu --bukan bermaksud meruwetkannya, hanya saja memang beginilah keterangan Fulan-- ada persoalan lainnya. Pertama, Mawar dan Edelweiss adalah teman sepertongkrongan. Kedua, mereka di-keceng oleh lelaki lain. Edelweiss dikeceng oleh seorang kenalan Fulan. Mawar dikeceng oleh teman Fulan. Di akhir curhat yang memilukan itu, Fulan bilang,"Kalian memang bukan orang bijaksana. Pun kalian bukan doktor cinta. Tapi kalian semua punya otak dan perasaan. Maka aku minta tolong kalian jawab pertanyaanku. Kalau kalian ada di posisiku, bagaimana pandangan kalian, dan kalian akan me-lakukan apa?" Kami tepok jidatnya. Seenaknya saja. Mau minta tolong tapi mengejek. Setelah puas, kami kembali ke topik. Lalu, beradu pendapat dengan menyelipkan ejekan. Berikut ini adalah transkrip pandangan kami. Barangkali ini ada faedah-nya bagi pembaca yang mengalami kejadian yang mirip Fulan. Barangkali lho ya. [Ohim]

Zine Lokatebu Maret 2016: Derita Cinta Tiada Akhir

| 2

Aku Mencintai, Maka Aku Ada. Basi Sekali.

Ketidakbermaknaan eksistensi Fulan menjadikannya gelisah dan putus asa, hampa dan depresi. Kehidupan manusia modern ber-pusat pada kegelisahan dan tak seorang pun yang tidak gelisah atas eksistensinya, kata Søren Kierkegaard. Nampaknya persoal-an dilematis yang dialami Fulan adalah persoalan paling sulit di-temukan jalan tengahnya karena setiap harapannya selalu digeol realita. Namun menurut saya sen-diri kegamang-an Fulan disebab-kan ketidakbermaknaan eksisten-sinya. Mungkin sih. Jika eksisten-sinya cukup bermakna untuk diri sendiri, apalagi diperhitungkan orang lain, niscaya Fulan tak akan gamang dalam menentukan pilih-an. Sangat tidak mungkin men-jawab pertanyaan, apa yang harus saya lakukan jika berada dalam posisi Fulan, karena saya tidak mungkin berada dalam posisi yang sedemikian menyedihkan. Namun agaknya saya bisa menjawab apa yang harus Fulan lakukan dalam posisinya saat ini. Ia harus mulai menggali bakat dalam dirinya, apa-pun itu. Belum terlambat baginya untuk menjadi seorang anak band

yang beken, sineas amatir, penyair gagap, atau apapun yang kerenlah. Tentu saja Fulan harus mem-punyai softskill sehingga eksisten-sinya lumayan diperhitungkan. Jika rencananya untuk mengudeta temannya dari hati Mawar serius, maka ia pasti akan segera melaku-kannya. Namun kenapa hal itu tidak dilakukan segera? Nampak-nya Fulan minder dengan keadaan dirinya yang mungkin tidak lebih baik dari temannya tersebut. Maka dari itu ia hanya bisa meng-geremang. Sudahlah. Saya agak benci jika berbicara tentang cinta yang ujungnya pasti sok berfilsafat. Kita harus lebih praktis. Saya siap membantu Fulan untuk menjadi sosok-sosok keren itu tadi. Jika ia ingin menjadi anak band mungkin saya akan menyarankannya untuk mengubah fashionnya menjadi ke-British-British-an dan memainkan lagu Indie pop atau Indie rock. Itu terserah. Pokoknya harus cocok dengan telinga hipster. Jika ia ingin menjadi sineas mungkin saya akan membantunya membuat film pendek ala-ala Joko Anwar. Siapa tahu Mawar langsung menawar-

Zine Lokatebu Maret 2016: Derita Cinta Tiada Akhir

| 3

kan diri untuk menjadi model ketika melihat film buatan Fulan. Atau jika ia ingin menjadi penyair dadakan, mungkin saya menyaran-kan ia melagukan syair-syair GM atau SDD dengan lantang dan khusyuk. Ya memang seharusnya begitu. Kita harus beralih dari ranah teoretis ke ranah praktis. Solusi teoretis tentang cinta tak pernah melahirkan hasil apapun

selain teori-teori baru untuk men-dukung teori sebelumnya yang digeol realita. Jadi, Fulan harus menjadi beken, keren, trendy, classy, asique agar ia tak minder dalam menentukan pilihan, gelisah mau-pun putus asa. Pokoknya ia harus menemukan eksistensinya. [Barok Sepi Noza]

TRIK DALAM MENGHINDARI FRIENDZONE DAN ABANGZONE

Bung Fulan, saya kasih tahu ya. Masalah relasi memang sangat pelik, apalagi melibatkan perasa-an. Bung Fulan ini kiranya gamang dengan pilihannya. Apakah akan memetik Edelweiss yang memang sudah tumbuh condong ke arah-nya, atau memetik sang Mawar dengan resiko tertusuk durinya, menjadi luka, dan berdarah nanti-nya? Tenang bro! Saya siap mem-bantu kamu, Fulan. Tentunya tanpa berfilsafat, tanpa membawa hal rumit lainnya untuk me-nyelesaikan masalah yang sudah pelik ini. Ingat Fulan, saya berbeda dengan Barok yang membawa filsafat pada masalah perasaan. Mungkin dia kurang mengerti tentang perasaan, sehingga ia

menyelesaikan masalah perasaan, bukan dengan hati juga. Tenang, saya lebih berperasaan. Jadi Bung Fulan ini baper ke Mawar, tapi Mawar lebih meng-anggapnya sebagai friendzone? Bung Fulan mungkin salah dalam usaha meraih perhatian Mawar. Bung Fulan, perempuan itu memang senang diperhatikan, tapi Bung juga harus tahu, kalau Bung terlalu dekat dengan Mawar, malah itu bisa menjadi sebuah kesalahan. Mungkin Bung Fulan ini terlalu nyaman dengan kedekatan yang sangat dengan Mawar, sampai akhirnya Bung Fulan ini, di mata Mawar, dianggap sebagai teman, jadi friendzone, bahkan lebih parah lagi, jadi abangzone.

Zine Lokatebu Maret 2016: Derita Cinta Tiada Akhir

| 4

Maka dari itu, Bung Fulan harus lebih membuat Mawar penasaran. Kalau Bung Fulan terlalu dekat dan akhirnya Mawar terlalu tahu tentang Bung Fulan ini, ya pada akhirnya Mawar akan berhenti mencari karena penasarannya sudah kurang. Ditambah lagi, Bung Fulan ini juga sama baiknya pada Edelweiss. Parahnya lagi, mereka satu tongkrongan, kan? Masya-allah, Bung! Tidak anehlah kalau Mawar menganggap Bung Fulan sebagai teman. Toh Bung sendiri sama baiknya juga pada Edelweiss. Dua-duanya dikeceng oleh teman laki-laki lain? Waduh, waduh, Bung. Kalau gini sih sudah gawat. Bung Fulan harus berusaha ekstra buat mereka, terutama Mawar yang sudah dikeceng sejak lama. Jadilah orang yang misterius sedikit. Jangan gragasan! Mentang-mentang suka, begitu dekat, tindakannya gak kira-kira. Ya habislah penasaran si Mawar. Sekarang sih lebih baik Bung Fulan agak sedikit menjaga jarak dengan Mawar. Mungkin itu bisa bikin Mawar penasaran, dan berusaha mencari tahu kenapa Bung Fulan menghilang dari beberapa rutini-

tas biasanya. Pasti Joslah! Bebas dari friendzone, bebas dari abang-zone! Saya bilang begini karena pengalaman saya dalam hal pe-rasaan lebih banyak dari Bang Barok. Huhuhu. Kalau masalah Edelweiss sih, ya itu terserah Bung Fulan. Kalau saya jadi Bung Fulan, tak ada Mawar, Edelweiss pun jadi. Daripada galau berat, kan? Santai saja! Gak akan nikah besok ini. Tapi saran saya juga, kenali dulu perasaan Bung Fulan terhadap keduanya. Jangan-jangan Bung Fulan cuma geer setiap baca status medsos Edelweiss. Bung Fulan kan gampang baper. Buktinya, ke Mawar saja bapernya minta ampun. Tapi balik lagi, saya kan orang yang berperasaan, jadi terserah Bung Fulan mau gimana. Nah, Bung Fulan, saya sudah memberi saran yang sederhana kan? Tanpa Filsafat, tanpa harus jadi anak cool. Jadi Bung Fulan pilih yang mana? Penyelesaian pe-rasaan yang rumit dengan cara yang rumit pula, atau cara saya yang lebih ringan? Terserah Bung Fulan. [Soe Gok Gieh]

Zine Lokatebu Maret 2016: Derita Cinta Tiada Akhir

| 5

Kerendahan Hati dengan Strategi Bung Fulan, aku sih cuma mau sedikit menyarankan. Kebetulan aku kenal sama Mawar dan Edelweiss. Omongan Barok dan Gieh banyak benarnya, tapi tak sedikit salahnya. Memang kita perlu me-rasa percaya diri sebelum me-ngejar cewek, atau dengan istilah Bung Barok: bereksistensi diri. Tapi justru di situlah salahnya. Aku denger Mawar gak suka sama cowok arogan. Bung Barok ke-lewat tinggi hati yakin kalau dia bisa mengorbitkanmu. Bung Gieh kelewatan pede lebih berpe-ngalaman bercinta dari kawan kita satu itu. Ini fatal, Bung! Coba, ku-tanya siapa sastrawan cinta yang tersohor? Sapardi, kan? Lha, puisi-puisinya tuh mengesankan dia le-laki pemalu, bahkan cenderung platonis. Jangan tanya berapa ribu cewek kelepek-kelepek oleh puisi-nya. Kalau pake trik kelewat pede, bukan cuma kamu mentok di friendzone, Mawar yang semerbak itu bakal ilfil deh. Katamu, kamu bapernya sama Mawar, bukan Edelweiss yang suka curhat sama kamu. Itu bisa jadi senjata, Bung. Malahan, ini bisa jadi jurusmu untuk meng-

gusah kawanmu yang suka sama Mawar. Di sela-sela curhat Edelweiss kamu bisa menggali info tentang Mawar sekaligus hubung-annya dengan kawanmu itu. Edelweiss kan teman Mawar. Dengan info itu juga pergerakan kawanmu bisa diantisipasi. Ini bisa dipadukan dengan saran Gieh. Di mata Mawar kamu menghilang, padahal sebenarnya tetap me-mantaunya. Kalau gak dipantau, wah bisa-bisa kamu ditikung kawanmu. Oya, kamu bisa me-manfaatkan pergerakan kenalan pada Edelweiss. Bikin Edelweiss menerima lelaki itu sambil jaga hubungan adek-kakak kalian. Jadi, kan kalau akhirnya kamu jadi dengan Mawar, Edelweiss gak akan patah hati amat. Kesabaran adalah kuncinya, Bung. Kalau kamu memang cinta, gunung terjal pun bukan masalah berarti. Sementara kamu memantau Mawar dari jauh, kamu bisa mem-bangun citramu, yang kalau kata Barok: eksistensimu. Baper adalah telaga ilham. Tinggal pilih aja salurannya. Kamu sukanya apa? Kalo musik, ya bikin lagu. Kalo buku, ya bikin puisi atau novel. Dst dst. Selain bisa jadi pelipurmu dalam perjuangan, ini juga bisa

Zine Lokatebu Maret 2016: Derita Cinta Tiada Akhir

| 6

Lagi gabut?

Butuh hiburan?

Tenang!

Main aja ke wahana virtual

LOKATEBU!

Ada beragam audio visual seru! Gak

percaya? Cek aja! Paling-paling kuota

abis...

membuatmu bereksistensi. Tapi ingat eksistensi itu hanya pen-dukung. Tetaplah rendah hati. Jangan seperti dua Bung tadi. Aku sih berdoa kamu bisa jadi dengan Mawar. Semoga dengan

saranku kamu bahagia. Kamu dan Mawar jadi. Memang, pasti ada yang terluka: kawanmu itu. Tapi, sebagai saran penutup buatmu, segalanya sah-sah saja dalam perang dan cinta, Bung! [Mas Antih Antamkromo]

Zine Lokatebu Maret 2016: Derita Cinta Tiada Akhir

| 7

Pelepah Pisang Bertebar di Trotoar Jalan

Sebelum menulis penutup untuk semua wacana di atas mungkin saya mau meminta maaf darimu, Bung Fulan. Keegoisan masing-masing kami akhirnya membuatmu bingung tanpa ujung. Argumen saya pun dipatahkan dengan segala cara, dibelokkan ke kiri dan ke kanan, entah apa motivasinya. Semua tanggapan itu cukup bagus dan berdasar walau-pun tak salah jika saya meng-analogikan mereka seperti seorang yang melihat pelepah pisang di jalan namun tetap diterjang dan keplesetlah mereka. Tapi sebagai teman yang baik saya tidak me-nyukurkan mereka tapi men-syukuri diri yang akhirnya sadar bahwa terlalu egois. Izinkan saya mengomentari mereka dulu sebelum kita masuk ke pembahsan hubungan per-cintaanmu itu, Bung. Pertama, Bung Gieh dengan nada optimis-nya tentang pengalaman cinta itu sungguh lucu. Ia kepleset, dan mencium trotoar plus bonusnya. Ehem. Bukankah ketika ia sudah berpikir tentang cinta yang me-nyangkut kehidupan itu juga ber-filsafat. Dan, aduh. Ia mencoba

menyelesaikan persoalan kehidup-an tanpa berfilsafat, Oke Bung. Nampaknya kita tak butuh lagi falsafah-falsafah lokal ataupun semacamnya untuk hidup. Oke saya terima itu. Saya memang ter-lalu tinggi hati membawa per-soalan cinta ke filsafat. Nampak-nya kita harus menendang filsuf mulai dari Socrates, kalok perlu semua Bung. Tendang! Eh, tapi bukankah ketika kita memikirkan tentang hidup kita pasti ber-filsafat? Berarti semua orang filsuf dong? Ah lupakan saja filsafat, mari kita pikirkan manfaat. Lalu, kedua, Mas Antih itu. Ia mencoba merendah tapi malah meninggi. Coba kita pikirkan kembali, mana ada orang rendah hati yang memproklamirkan diri-nya ‘rendah hati’, apalagi dia ber-bicara bahwa “segalanya sah-sah saja dalam perang dan cinta”? Ini bahaya dan harus segera ditarik kembali. Aku takut semua orang mengamini pernyataannya dan lahirlah teroris baru, pergilah korban tolak cinta ke dukun, dst, dst. Padahal ini kan zaman post-modern, atau denger-denger ada

Zine Lokatebu Maret 2016: Derita Cinta Tiada Akhir

| 8

Masya

Allah!

istilah post-metafisika. (Eh apa sih itu? Tauk ah Gelap) Jadi, begini, Bung Fulan, setelah puas mengomentari mereka dan diri saya sendiri yang egois, kita akhirnya masuk ke pe-nutup. Bung ingat, kan, kalau bulan depan akan rilis sequel film “Ada Apa Dengan Cinta” setelah empat belas tahun penantian? Nah saya sih hanya bisa menyaran-

kan Bung Fulan untuk segera ber-gerak dalam satu purnama. Jangan seperti Rangga yang meninggalkan cinta dalam satu gerhana padahal dia berjanji akan kembali dalam satu purnama. Jika langkahmu ragu-ragu aku khawatir akan lahir ‘Rangga Jahat’ yang baru. Dan jangan sampai kepleset dalam langkahmu memperjuangkan Mawar. Jadi mari Bung rebut kembali! [Barok Sepi Noza]

Apaan lagi sih ini? Ini LO-KA-TE-BU!

SEGERA! Cerita bersambung anak manusia yang

teraniaya! Iklan kontroversial yang dibreidel

KPI! Dan penistaan sastrawan tingkat tinggi!

Pasti ditanyain ke awak Perpustakaan Lokatebu (Pede banget) Tanya: Aneh banget deh. Apa sih Lokatebu itu? Jawab: Lokatebu itu suatu kumpulan yang menggelar perpustakaan emperan, menerbitkan zine, menyelenggarakan sirkus di dunia virtual, dan mengadakan acara membaca, menulis, dan berhahahehe T: Perpustakaan? Emper? Seperti pedagang di pasar tumpah? J: Iya. Bedanya, di lapak perpustakaan Lokatebu hal yang dipajang adalah buku-buku yang bisa mengatasi gabutmu dan melipur bapermu. Ada novel, komik, buku non-fiksi, dst. Cek aja katalognya di akun-akun resmi medsos Lokatebu. T: Medsos Lokatebu? Jadi, di situ cuma ada tautan untuk unduh katalog? J: Tentu saja tidak. Malah, di dunia virtual Lokatebu lebih ngawur. Ada video pariwara yang kena sensor KPI saking berbahaya. Ada plesetan puisi termahsyur Indonesia. Ada juga cerita bersambung tentang seorang anak manusia yang sial nasibnya. Itu kalau kamu suka yang ngawur. Kalau lagi baper dan butuh pelipur, ada juga rekaman pembacaan puisi dan cerpen. Dijamin abis kuota deh. T: Ngomongin baper melulu dari tadi. Selain semua itu, apalagi yang ada di Lokatebu untuk mengatasi baper yang melanda ini? Lagi parah banget nih baperku. J: Ada zine Lokatebu. Ya, seperti yang kamu baca ini. Di sini soal-soal sehari-hari akan diperdebatkan sedemikian rupa sehingga membuatmu menjerit, meronta, menggelinjang, dst. T: Tapi, pasti acara baca-tulis itu gak cocok buat orang baper, ya? J: Justru orang sedang baper akut sangat disarankan hadir di acara baca-tulis Lokatebu. Dijamin bapermu ilang, tergantikan oleh frustrasi dengan topik-topik yang akan dibawakan. Bercanda ding. Acara baca-tulis Lokatebu dilimpahi hahahehe. Tenang aja. T: Oke, aku ke kelas dulu. Dosennya galak. J: Mampus lu!