Dermatitis Kontak Alergi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

CASE REPORT

Citation preview

BAB 1HASIL KUNJUNGAN RUMAHA. IDENTITAS PASIENNama: Nn. Nyimas PurnamasariUmur: 19 tahunAlamat: BTN Beringin Blok A No. 10, Kelurahan WatubanggaAgama : IslamSuku: Muna

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang tinggal dalam 1 rumahNoNamaKedudukan dlm KeluargaJKUmur (thn)Pendidikan terakhirPekerjaanKet.

1.Dian Auliah KalsumKakak P22SMAMahasiswaSehat

2.Farah SorayaKakakP 22SMAMahasiswaSehat

A. ANAMNESIS1. Keluhan utama : gatal pada wajah2. Riwayat penyakit sekarang:Pasien Nn. N datang kepuskesmas Lepo-lepo dengan keluhan wajah terasa gatal saat bangun di pagi hari. Rasa gatal tersebut sangat mengganggu sehingga pasien selalu ingin menggaruk wajahnya. Gatal pada wajah awalnya disertai dengan bintik-bintik putih pada wajah yang timbul disekitar bibir pasien, kemudian mengeluh bintik-bintik pada wajahnya tersebut semakin banyak dan menyebar keseluruh bagian wajah dan berubah menjadi kemerahan setelah beberapa jam kemudian. Selain itu, pasien juga mengeluh bibir atas dan bawah serta kelopak mata bagian bawah membengkak. Pasien juga merasakan wajahnya tidak hanya gatal namun juga terasa perih. Hal ini baru pertama kali dialami oleh pasien. pasien riwayat suka menggunakan kosmetik karena tuntutan pekerjaan dimana pasien merupakan seorang penari tradisional. Pasien juga mengaku bahwa kurang lebih sejak satu bulan yang lalu pasien menggunakan krim wajah merk baru selain krim wajah yang biasa pasien gunakan sejak lama.3. Riwayat Penyakit Terdahulu :Pasien tidak pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan ataupun menderita alergi lain. Pasien juga mengaku tidak menderita asma4. Riwayat Penyakit Keluarga :Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang tinggal serumah yang pernah mengalami hal yang sama seperti pasien. Riwayat atopi dalam keluarga tidak ada.5. Riwayat pengobatan sebelumnyaPasien belum pernah berobat ke dokter sebelumnya

B. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum:sakit sedang, composmentis Tanda Vital Tekanan darah :110/70 mmHg Frekwensi nadi :72 x/mnt Frekwensi nafas :18x/mnt Suhu :36,5 oC Berat badan:51 Kg Panjang badan: 156 Cm Status Gizi: 100% gizi baik Kepala : normosefal Wajah: tampak ruam eritematous pada seluruh wajah disertai dengan papulovesikel Mata: konjungtiva anemis (-) Hidung: dalam batas normal Bibir:tampak udem pada bagian bibir atas Lidah: dalam batas normal Mulut: dalam batas normal Telinga: dalam batas normal Cor: dalam batas normal Pulmo: dalam batas normal Abdomen: dalam batas normal Ekstremitas: dalam batas normal

DPemeriksaan penunjang yang diperlukan, ditulis dengan lengkap .1. Laboratorium (darah rutin)2. Tes Tempel

EAlasan mengapa diperlukan pemeriksaan penunjang tersebut, ditulis dengan lengkapPemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan untuk menentukan, apakah dermatitis tersebut karena kontak alergi.

FHasillaboratorium, atau prakiraan hasil laboratorium, ditulis dengan lengkap (-)

GDiagnosis kerja (cantumkan kode penyakit menurut ICPC 2)Dermatitis Kontak Alergi

HDiagnosis Banding (cantumkan kode penyakit menurut ICPC 2)Dermatitis Kontak Iritan KronikDermatitis Atopi

IPenyelesaian masalah yang dihadapi pasien, ditulis dengan lengkapPada pasien ini penyelesaian masalah yang dilakukan adalah melakukan pengobatan di puskesmas dan meminum obat sesuai anjuran dokter. Jika tiddak mengalami perubahan yang berarti pasien harus kembali kepuskesmas dan dirujuk ke dokter ahli

JKapan menurut anda pasien ini perlu dirujuk, ditulis dengan lengkapPasien dirujuk apabila dengan pengobatan dari puskesmas gejala yang timbul pada pasien tidak mengalami perbaikan yang berarti, dan keluhan semakin memberat

KPenjelasan yang anda sampaikan pada pasien dan keluarganya tentang penyakit yang di derita. Ditulis dengan lengkap.a. Menjelaskan tentang apa itu dermatitis kontak alergi, gejala, faktor risiko, dan pencegahan yang dapat dilakukan b. Menjelaskan bahwa stroke adalah dermatitis kontak karena sensitasi alergi terhadap substansi yang beraneka ragam yang menyebabakan reaksi peradangan pada kulit bagi mereka yang mengalami hipersensivitas terhadap alergen sebagai suatu akibat dari pajanan sebelumnyac. Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulitd. Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan

LPenjelasan yang anda sampaikan tentang peranan pasien dan keluarganya dalam proses penyembuhan penyakit yang diderita, ditulis dengan lengkap.a. Menjelaskan bawa kesembuhan bergantung dari keinginan pasien untuk sembuh dan dukungan dari keluarga. b. Menjelaskan bahwa keluarga harus berperan aktif dalam proses kesembuhan pasien, misalnya dengan selalu mengingatakan pasien untuk mengkonsumsi obat yang telah diberikan, menjaga diri untuk tidak terpapar dahulu dengan bahan-bahan yang dapat menimbulkan reaksi alergi kembali

MPenyuluhan yang anda lakukan pada pasien dan keluarganya.

a. Menjelaskan bahwa salah satu penyebab dermatitis kontak alergi pada pasien adalah karena paparan berbagai macam jenis kosmetik sejak lama.b. Penjelasan tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya reaksi alergi kembalic. Menjelaskan tentang apa itu penyakit dermatitis kontak alergi, faktor risiko, cara pencegahannyaMenjelaskan tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek yang ditimbulkan akibat reakasi alergi tersebut. misalnya dengan menyampaikan ke pasien tentang bagaimana cara menjaga hygiene yang baik pada wajah, menggunakan masker wajah untuk mengurangi paparan bahan-bahan kimia lain saat beraktivitas diluar ruangan. Sehingga tidak memperberat gejala yang suddah ada pada pasien.

NUpaya pencegahan yang anda sampaikan pada keluarganya (pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier)

1. Pencegahan primerTujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko dermatitis kontak alergi pada pasien yaitu dengan menjelaskan kepada pasien bahwa Upaya promotif, penyuluhan tentang dermatitis kontak aleri yaitu, perlunya menjaga diri dari faktor-faktor yang dapat memicu timbulnya reaksi alergi kembali Upaya preventif, melakukan cuci tangan rutin (pakai sabun) sebelum mencuci muka, menggunakan pelindung wajah seperti masker untuk menghindari paparan bahan kimia dan rajin mencuci muka minimal 2 kali sehari.

2. Pencegahan sekunder

Mengkonsumsi obat-obatan secara rutin

3. Pencegahan tersier jika keluhan semakin memburuk maka pasien harus segera memeriksakan kembali dirinya kedokter, dan jika perlu dokter harus segera dirujuk kedokter yang lelbih ahli.

KEGIATAN YANG DILAKUKAN SAAT KUNJUNGAN RUMAHMelakukan kunjungan rumah, memantau kondisi pasien, melakukan diagnosis holistik, melakukan pengobatan dan tindakan holistik :APerjalanan penyakit saat ini :Pasien Nn. N datang kepuskesmas Lepo-lepo dengan keluhan wajah terasa gatal saat bangun di pagi hari. Rasa gatal tersebut sangat mengganggu sehingga pasien selalu ingin menggaruk wajahnya. Gatal pada wajah awalnya disertai dengan bintik-bintik putih pada wajah yang timbul disekitar bibir pasien, kemudian mengeluh bintik-bintik pada wajahnya tersebut semakin banyak dan menyebar keseluruh bagian wajah dan berubah menjadi kemerahan setelah beberapa jam kemudian. Selain itu, pasien juga mengeluh bibir atas dan bawah serta kelopak mata bagian bawah membengkak. Pasien juga merasakan wajahnya tidak hanya gatal namun juga terasa perih. Hal ini baru pertama kali dialami oleh pasien. pasien riwayat suka menggunakan kosmetik karena tuntutan pekerjaan dimana pasien merupakan seorang penari tradisional. Pasien juga mengaku bahwa kurang lebih sejak satu bulan yang lalu pasien menggunakan krim wajah merk baru selain krim wajah yang biasa pasien gunakan sejak lama.6. Riwayat Penyakit Terdahulu :Pasien tidak pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan ataupun menderita alergi lain. Pasien juga mengaku tidak menderita asma7. Riwayat pengobatan sebelumnyaPasien belum pernah berobat ke dokter sebelumnya

BRiwayat penyakit keluarga :Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang tinggal serumah yang pernah mengalami hal yang sama seperti pasien. Riwayat atopi dalam keluarga tidak ada.

Diagnosis holistikDiagnosis sosial, ekonomi,pencarian pelayanan kesehatan dan perilaku

G. SOSIALAdalah sikap dan perilaku keluarga selama ini dalam mempersiapkan anggota keluarga untuk terjun ke tengah masyarakat termasuk di dalamnya pendidikan formal dan informal untuk dapat mandiri.

Hubungan dengan keluarga dan masyarakat sekitar sangat baik.

H. Ekonomi Adalah sikap dan perilaku keluarga selama ini dalam usaha pemenuhan kebutuhan primer, sekunder dan tertier.

Ibu pasien bekerja sebagai wiraswasta dan ayah pasien bekerja sebagai pegawai negeri sipil dengan rata-rata penghasilan keluarga minimal perbulan Rp 2.000.000,- sehingga kebutuhan primer dan sekunder keluarga dapat terpenuhi

I. PenggunaanpelayanankesehatanPerilaku keluarga apakah datang ke posyandu, puskesmas dsb untuk preventif atau hanya kuratif, atau kuratif ke pengobatan komplementer dan alternatif, sebutkan jenisnya dan keseringannya.

Pasien dan keluarga apabila sakit maka akan datang ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan

J. Perilaku yang tidak menunjang kesehatan.Merokok, alkohol, begadang, narkoba, dll

(-)

K. Data sarana pelayanan kesehatan dan lingkungankehidupan keluargaTabel : Faktor pelayanan kesehatanFaktor Keterangan Kesimpulan tentang faktor pelayanan kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan yang digunakan oleh keluargaPuskesmas dan Rumah SakitBaik

Cara mencapai sarana pelayanan kesehatan tsbMenggunakan kendaraan roda 4

Terjangkau

Tarif pelayanan kesehatan yang dirasakan(sangat mahal,mahal, terjangkau, murah, gratis)

Terjangaku

Kualitas pelayanan kesehatan yang dirasakan(sangat baik, baik, biasa, kurang baik, buruk) Baik

L. Lingkungan tempat tinggal.

Kepemilikan rumah : (milik sendiri, kontrak, menumpang.)Daerah perumahan : (kumuh, padat, berjauhan, bersih, mewah,) Milik sendiriBersih

Karakteristik rumah dan lingkungan

Luas rumah : 2010 m

Bertingkat / tidakTidak bertingkat

Jumlah penghuni rumah : .... orang3

Kondisi halaman : kumuh, sedang, bersih.Bersih

Lantai rumah dari ; tanah/semen/keramik/lain-lainKeramik

Dinding rumah dari : tembok/papan/kombinasiTembok

Kondisi dalam rumah : kotor, sedang, bersih.Bersih

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. DefinisiDermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi B. Etiologi dan Predisposisi1. EtiologiPenyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit. Penyebab utama kontak alergen di Amerika Serikat yaitu dari tumbuh-tumbuhan. Sembilan puluh persen dari populasi mengalami sensitisasi terhadap tanaman dari genus Toxicodendron, misalnya poison ivy, poison oak dan poison sumac. Toxicodendron mengandung urushiol yaitu suatu campuran dari highly antigenic 3- enta decyl cathecols. Bahan lainnya adalah nikel sulfat (bahan-bahan logam), potassium dichromat (semen, pembersih alat -alat rumah tangga), formaldehid, etilendiamin (cat rambut, obat-obatan), mercaptobenzotiazol (karet), tiuram (fungisida) dan parafenilendiamin (cat rambut, bahan kimia fotografi) .2. PredisposisiBerbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya dermatitis kontak alergi. Misalnya antara lain:a. Faktor eksternal :1) Potensi sensitisasi allergen2) Dosis per unit area3) Luas daerah yang terkena4) Lama pajanan5) Oklusi6) Suhu dan kelembaban lingkungan7) Vehikulum8) pHb. Faktor Internal/ Faktor Individu :1) Keadaan kulit pada lokasi kontakContohnya ialah ketebalan epidermis dan keadaan stratum korneum.2) Status imunologikMisal orang tersebut sedang menderita sakit, atau terpajan sinar matahari.3) GenetikFaktor predisposisi genetic berperan kecil, meskipun misalnya mutasi null pada kompleks gen fillagrin lebih berperan karena alergi nickel :4) Status higinie dan giziSeluruh faktor faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain yang masing masing dapat memperberat penyakit atau memperingan. Sebagai contoh, saat keadaan imunologik seseorang rendah, namun apabila satus higinienya baik dan didukung status gizi yang cukup, maka potensi sensitisasi allergen akan tereduksi dari potensi yang seharusnya. Sehingga sistem imunitas tubuh dapat dengan lebih cepat melakukan perbaikan bila dibandingkan dengan keadaan status higinie dan gizi individu yang rendah. Selain hal hal diatas, faktor predisposisi lain yang menyebabkan kontak alergik adalah setiap keadaan yang menyebabkan integritas kulit terganggu, misalnya dermatitis statis.C. Patofisiologi Dermatitis kontak alergi atau DKA disebabkan oleh pajanan secara berulang oleh suatu alergen tertentu secara berulang, seperti zat kimia yang sangat reaktif dan seringkali mempunyai struktur kimia yang sangat sederhana. Struktur kimia tersebut bila terkena kulit dapat menembus lapisan epidermis yang lebih dalam menembus stratum corneum dan membentuk kompleks sebagai hapten dengan protein kulit. Konjugat yang terbentuk diperkenalkan oleh sel dendrit ke sel-sel kelenjar getah bening yang mengalir dan limfosit-limfosit secara khusus dapat mengenali konjugat hapten dan terbentuk bagian protein karier yang berdekatan. Kojugasi hapten-hapten diulang pada kontak selanjutnya dan limfosit yang sudah disensitisasikan memberikan respons, menyebabkan timbulnya sitotoksisitas langsung dan terjadinya radang yang ditimbulkan oleh limfokin .Sebenarnya, DKA ini memiliki 2 fase yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi yang akhirnya dapat menyebabkan DKA. Pada kedua fase ini akan melepaskan mediator-mediator inflamasi seperti IL-2, TNF, leukotrien, IFN, dan sebagainya, sebagai respon terhadap pajanan yang mengenai kulit tersebut. Pelepasan mediator-mediator tersebut akan menimbulkan manifestasi klinis khas khas yang hampir sama seperti dermatitis lainnya. DKA ini akan terlihat jelas setelah terpajan oleh alergen selama beberapa waktu yang lama sekitar berbulan- bulan bahkan beberapa tahun.Secara khas, DKA bermanifestasi klinis sebagai pruritus, kemerahan dan penebalan kulit yang seringkali memperlihatkan adanya vesikel-vesikel yang relatif rapuh. Edema pada daerah yang terserang mula-mula tampak nyata dan jika mengenai wajah, genitalia atau ekstrimitas distal dapat menyerupai eksema. Edema memisahkan sel-sel lapisan epidermis yang lebih dalam (spongiosus) dan dermis yang berdekatan. Lebih sering mengenai bagian kulit yang tidak memiliki rambut terutama kelopak mata.

Skema Patogenesis DKA

Kontak Dengan Alergen secara Berulang

Alergen kecil dan larut dalam lemak disebut hapten

IL-1, ICAM-1, LFA-3,B-7, MHC I dan IISel langerhans keluarkan sitokinMenembus lapisan corneum

Sitokin akan memproliferasi sel T dan menjadi lebih banyak dan memiliki sel T memoriDifagosit oleh sel Langerhans dengan pinositosis

Hapten + HLA-DR

Sitokin akan keluar dari getah bening

Membentuk antigen

Beredar ke seluruh tubuh

Dikenalkan ke limfosit T melalui CD4

Individu tersensitisasiFase Sensitisasi (I)2-3 minggu

Fase Elitisasi (II)24-48 jam

Pajanan ulang

Sel T memori

Aktivasi sitokin inflamasi lebih kompleks

Respons klinis DKA

Proliferasi dan ekspansi sel T di kulit

Faktor kemotaktik, PGE2 dan OGD2, dan leukotrien B4 (LTB4) dan eiksanoid menarik neutrofil, monosit ke dermis

IFN keratinosit LFA -1, IL-1, TNF-

Eikosanoid (dari sel mast dan keratinosit

Molekul larut (komplemen dan klinin) ke epidermis dan dermis

Dilatasi vaskuler dan peningkatan permeabilitas vaskuler

D. Penegakan Diagnosis1. AnamnesaDiagnosis DKA didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan klinis yang teliti. Penderita umumnya mengeluh gatal.Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai didasarkan kelainan kulit berukuran numular di sekitar umbilikus berupa hiperpigmentasi, likenifikasi, dengan papul dan erosi, maka perlu ditanyakan apakah penderita memakai kancing celana atau kepala ikat pinggang yang terbuat dari logam (nikel). Data yang berasal dari anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang diketahui menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami, riwayat atopi, baik dari yang bersangkutan maupun keluarganya. Penelusuran riwayat pada DKA didasarkan pada beberapa data seperti yang tercantum dalam tabel 2.1 berikut.Tabel 2.1 Penelusuran riwayat pada DKA.Demografi dan riwayat pekerjaanUmur, jenis kelamin, ras, suku, agama, status pernikahan, pekerjaan, deskripsi dari pekerjaan, paparan berulang dari alergen yang didapat saat kerja, tempat bekerja, pekerjaan sebelumnya.

Riwayat penyakit dalam keluargaFaktor genetik, predisposisi

Riwayat penyakit sebelumnyaAlergi obat, penyakit yang sedang diderita, obat-obat yang digunakan, tindakan bedah

Riwayat dermatitis yang spesifikOnset, lokasi, pengobatan

2. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik sangat penting, karena dengan melihat lokasi dan pola kelainan kulit seringkali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Berbagai lokasi terjadinya DKA dapat dilihat pada tabel 2.2. Misalnya, di ketiak oleh deodoran; di pergelangan tangan oleh jam tangan; di kedua kaki oleh sepatu/sandal. Pemeriksaan hendaknya dilakukan di tempat yang cukup terang, pada seluruh kulit untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab-sebab endogen.

Tabel 2.2 Berbagai Lokasi Terjadinya DKA.LokasiKemungkinan Penyebab

TanganPekerjaan yang basah (Wet Work) misalnya memasak makanan (getah sayuran, pestisida) dan mencuci pakaian menggunakan deterjen.

LenganJam tangan (nikel), sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman.

Ketiak Deodoran, anti-perspiran, formaldehid yang ada di pakaian.

WajahBahan kosmetik, spons (karet), obat topikal, alergen di udara (aero-alergen), nikel (tangkai kacamata).

Bibir Lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan.

Kelopak mataMaskara, eye shadow, obat tetes mata, salep mata.

TelingaAnting yang terbuat dari nikel, tangkai kacamata, obat topikal, gagang telepon.

LeherKalung dari nikel, parfum, alergen di udara, zat warna pakaian.

Badan Tekstil, zat warna, kancing logam, karet (elastis, busa), plastik, deterjen, bahan pelembut atau pewangi pakaian.

Genitalia Antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut wanita, alergen yang berada di tangan, parfum, kontrasepsi.

Paha dan tungkai bawahTekstil, kaus kaki nilon, obat topikal, sepatu/sandal.

Pada pemeriksaan fisik dermatitis kontak alergi secara umum dapat diamati beberapa ujud kelainan kulit antara lain edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Ujud kelainan kulit dapat dilihat pada beberapa gambar berikut : 1. Dermatitis kontak alergi pada di lengan tempat tali jam tangan karena alergi terhadap nikel menyebabkan eritema. Lesi yang timbul pada lokasi kontak langsung dengan nikel (lesi eksematosa dan terkadang popular). Lesi eksematosa berupa papul-papul, vesikel-vesikel yang dijumpai pada lokasi kontak langsung.

1. Dermatitis kontak alergi akut pada bibir yang terjadi karena lipstick. Pasien hipersensitif terhadap eosin mengakibatkan eritema pada bibir

1. Telinga. Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis kontak pada telinga. Penyebab lain misalnya obat topikal, tangkai kaca mata, cat rambut, alat bantu dengar, gagang telepon. Alat bantu dengar dapat mengandung akrilak, bahan plastik, serta bahan kimia lainnya. Anting-anting yang menyebabkan dermatitis pada telinga umumnya yang terbuat dari nikel dan jarang pada emas. Tindikan pada telinga mungkin menjadi fase sensitisasi pada dermatitis karena nikel yang bisa mengarah pada dermatitis kontak kronik. Dermatitis kontak alergi subakut pada telinga dan sebagian leher. Akhirnya diketahui bahwa pasien alergi terhadap bahan plastik

1. Badan. Dermatitis kontak di badandapatdisebabkanolehtekstil, zatwarnakancinglogam, karet (elastis, busa), plastik, deterjen, bahanpelembutataupewangipakaian. Dermatitis kontakpadaperutkarenapasienalergipadakaretdari celananya. Terlihatadanyaeritema yang berbatastegassesuaidengandaerah yang terkenaalergen.

1. Genitalia.Penyebabnya data antiseptik, obattopikal, nilon, kondom, pembalut wanita alergen yang berada di tangan, parfum, kontrasepsi, deterjen. Dermatitis kontak yang terjadi pada daerah vulva karena alergi pada cream yang mengandung neomisin, terlihat eritema

1. Paha dantungkaibawah. Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan oleh tekstil, dompet, kunci (nikel), kaos kaki nilon, obat topikal, semen, sepatu/sandal. Pada gambar dermatitis kontakalergi yang terjadi karena Quaternium-15,bahan pengawet pada pelembab.Kaki mengalami skuama, krusta

3. Pemeriksaan Penunjanga. Uji TempelKelainan kulit DKA sering tidak menunjukkan gambaran morfologik yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermatitis seboroik, atau psoriasis. Diagnosis banding yang utama ialah dengan Dermatitis Kontak Iritan (DKI). Dalam keadaan ini pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan untuk menentukan, apakah dermatitis tersebut karena kontak alergi.Tempat untuk melakukan uji tempel biasanya di punggung. Bahan yang secara rutin dan dibiarkan menempel di kulit, misalnya kosmetik, pelembab, bila dipakai untuk uji tempel, dapat langsung digunakan apa adanya. Bila menggunakan bahan yang secara rutin dipakai dengan air untuk membilasnya, misalnya sampo, pasta gigi, harus diencerkan terlebih dahulu. Bahan yang tidak larut dalam air diencerkan atau dilarutkan dalam vaselin atau minyak mineral. Produk yang diketahui bersifat iritan, misalnya deterjen, hanya boleh diuji bila diduga keras penyebab alergi. Apabila pakaian, sepatu, atau sarung tangan yang dicurigai penyebab alergi, maka uji tempel dilakukan dengan potongan kecil bahan tersebut yang direndam dalam air garam yang tidak dibubuhi bahan pengawet, atau air, dan ditempelkan di kulit dengan memakai Finn chamber, dibiarkan sekurang-kurangnya 48 jam. Perlu diingat bahwa hasil positif dengan alergen bukan standar perlu kontrol (5 sampai 10 orang) untuk menyingkirkan kemungkinan terkena iritasi.

Aplikasi Patch Test (Uji Tempel) pada pasienBerbagai hal berikut ini perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji tempel.1) Dermatitis harus sudah tenang (sembuh). Bila masih dalam keadaan akut atau berat dapat terjadi reaksi angry back atau excited skin reaksi positif palsu, dapat juga menyebabkan penyakit yang sedang dideritanya semakin memburuk.2) Tes dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu setelah pemakaian kortikosteroid sistemik dihentikan (walaupun dikatakan bahwa uji tempel dapat dilakukan pada pemakaian prednison kurang dari 20 mg/hari atau dosis ekuivalen kortikosteroid lain), sebab dapat menghasilkan reaksi negatif palsu. Sedangkan antihistamin sistemik tidak mempengaruhi hasil tes, kecuali diduga karena urtikaria kontak.3) Uji tempel dibuka setelah dua hari, kemudian dibaca; pembacaan kedua dilakukan pada hari ke-3 sampai ke-7 setelah aplikasi.4) Penderita dilarang melakukan aktivitas yang menyebabkan uji tempel menjadi longgar (tidak menempel dengan baik), karena memberikan hasil negatif palsu. Penderita juga dilarang mandi sekurang-kurangnya5) dalam 48 jam, dan menjaga agar punggung selalu kering setelah dibuka uji tempelnya sampai pembacaan terakhir selesai.6) Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakukan terhadap penderita yang mempunyai riwayat tipe urtikaria dadakan (immediate urticaria type), karena dapat menimbulkan urtikaria generalisata bahkan reaksi anafilaksis. Pada penderita semacam ini dilakukan tes dengan prosedur khusus.Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam, uji tempel dilepas. Pembacaan pertama dilakukan 15-30 menit setelah dilepas, agar efek tekanan bahan yang diuji telah menghilang atau minimal. Hasilnya dicatat seperti berikut:1 = reaksi lemah (nonvesikular) : eritema, infiltrat, papul (+)2 = reaksi kuat : edema atau vesikel (++)3 = reaksi sangat kuat (ekstrim) : bula atau ulkus (+++)4 = meragukan : hanya makula eritematosa5 = iritasi : seperti terbakar, pustul, atau purpura (IR)6 = reaksi negatif (-)7 = excited skin8 = tidak dites (NT=non tested)

T.R.U.E. Test (Mekos Laboratories, Hillerod, Denmark) patch-test.Hasil uji positif terhadap picaridin (KBR) 2,5%.Hasil uji positif terhadap methyl glucose diolate (MGD) 10%.Hasil Patch Tes/Uji Tempel setelah 72 jam Pembacaan kedua perlu dilakukan sampai satu minggu setelah aplikasi, biasanya 72 atau 96 jam setelah aplikasi. Pembacaan kedua ini penting untuk membantu membedakan antara respons alergik atau iritasi, dan juga mengidentifikasi lebih banyak lagi respons positif alergen. Hasil positif dapat bertambah setelah 96 jam aplikasi, oleh karena itu perlu dipesan kepada pasien untuk melapor, bila hal itu terjadi sampai satu minggu setelah aplikasi.Untuk menginterpretasi hasil uji tempel tidak mudah. Interpretasi dilakukan setelah pembacaan kedua. Respon alergik biasanya menjadi lebih jelas antara pembacaan kesatu dan kedua, berawal dari +/- ke + atau ++ bahkan ke +++ (reaksi tipe crescendo), sedangkan respon iritan cenderung menurun (reaksi tipe decrescendo).b. Pemeriksaan HistopalogiPemeriksaan Histopalogi dilakukan dengan cara:1) Untuk pemeriksaan ini dibutuhkan potongan jaringan yang didapat dengan cara biopsi dengan pisau atau plong/punch.2) Penyertaan kulit normal pada tumor kulit, penyakit infeksi, kulit normal tidak perlu diikutsertakan.3) Sedapat-dapatnya diusahakan agar lesi yang akan dibiopsi adalah lesi primer yang belum mengalami garukan atau infeksi sekunder.4) Bila ada infeksi sekunder, sebaiknya diobati lebih dahulu.5) Pada penyakit yang mempunyai lesi yg beraneka macam/ banyak, lebih baik biopsi lebih dari satu.6) Potongan jaringan sebisanya berbentuk elips + diikutsertakan jaringan subkutis.7) Jaringan yang telah dipotong dimasukan ke dalam larutan fiksasi, misanya formalin 10% atau formalin buffer, supaya menjadi keras dan sel-selnya mati.8) Lalu dikirim ke laboratorium9) Pewarnaan rutin yang biasa digunakan dalah Hematoksilin-Eosin(HE). Ada pula yang menggunakanperwarnaan oersein dan Giemsa.10) Volume cairan fiksasi sebaiknya tidak kurang dari 20 X volume jaringan11) Agar cairan fiksasi dapat dengan baik masuk ke jaringan hendaknya tebal jaringan kira-kira 1/2 cm, kalau terlalu tebal dibelah dahulu sebelum dimasukkan ke dalam cairan fiksasi

Pada dermatitis kontak, limfosit T yang telah tersensitisasi, menginvasi dermis dan epidermis serta menyebabkan edema dermis atau spongiosis epidermis. Perubahan-perubahan ini secara histologi tidak spesifik.1) Epidermis:a) Hiperkeratosis, serum sering terjebak dalam stratum korneum.b) Hiperplastik, akantosis yang luas.c) Spongiosis, yang kadang vesikuler. Manifestasi dini ditandai dengan penonjol dari jembatan antar sel di lapisan spinosus.d) Kemudian ada epidermotropism dari limfosit yang muncul normal.2) Dermis :a) Limfosit perivesikulerb) Eosinofil: bervariasi, muncul awal dan karena sebab alergic) Edema

Histopatologik dermatitis kontak alergiTerlihat hiperkeratosis, vesikel parakeratosis subkorneal, spongiosis sedang dan elongasi akantosis dari pars papilare dermis yang dinyatakan lewat infiltrasi sel-sel radang berupa limfosit dan beberapa eosinofil, serta elongasi dari papila epidermis. 4. Gold Standard DiagnosisGold standard pada diagnosis dermatitis kontak alergika yaitu dilakukan uji tempel. Tempat untuk melakukan uji tempel biasanya di punggung. Untuk melakukan uji tempel diperukan antigen standar buatan pabrik, misalnya Finn Chamber System Kit dan T.R.U.E Test. Adakalanya tes dilakukan dengan antigen bukan standar, dapat berupa bahan kimia murni, atau lebih sering bahan campuran yang berasal dari rumah, lingkungan kerja atau tempat rekreasi. Mungkin ada sebagian bahan ini yang bersifat sangat toksik terhadap kulit, atau walaupun jarang dapat memberikan efek toksik secara sistemik. Oleh karena itu, bila menggunakan bahan tidak standar, apalagi dengan bahan industri, harus berhati-hati sekali. Jangan melakukan uji tempel dengan bahan yang tidak diketahui.E. Penatalaksanaan1. Non medikamentosaa. Memotong kuku kuku jari tangan dan jaga tetap bersih dan pendek serta tidak menggaruk lesi karena akan menimbulkan infeksi.b. Memberi edukasi mengenai kegiatan yang berisiko untuk terkena dermatitis kontak alergic. Gunakan perlengkapan/pakaian pelindung saat melakukan aktivitas yang bersentuhan dengan allergen.d. Memberi edukasi kepada pasien untuk tidak mengenakan perhiasan, aksesoris, pakaian atau sandal yang merupakan penyebab alergi2. Medikamentosaa. SimptomatisDiberi antihistamin yaitu Chlorpheniramine Maleat (CTM) sebanyak 3-4mg/dosis, sehari 2-3kali untuk dewasadan 0,09 mg/dosis, sehari 3 kali untuk anak anak untuk menghilangkan rasa gatalb. Sistemik1) Kortikosteroid yaitu prednison sebanyak 5 mg, sehari 3 kali 2) Cetirizin tablet 1x10mg/hari3) Bila terdapat infeksi sekunder diberikan antibiotika (amoksisilin atau eritromisin) dengan dosis 3x500mg/hari, selama 5 hingga 7 haric. Topikal1) Krim desoksimetason 0,25%, 2 kali sehari3. PencegahanPencegahan DKA dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:a. Memberi edukasi mengenai kegiatan yang berisiko untuk terkena dermatitis kontak alergib. Menghindari substansi allergenc. Mengganti semua pakaian yang terkena allergend. Mencuci bagian yang terpapar secepat mungkin dengan sabun, jika tidak ada sabun bilas dengan aire. Menghindari air bekas cucian/bilasan kulit yang terpapar allergenf. Bersihkan pakaian yang terkena alergen secara terpisah dengan pakaian laing. Bersihkan hewan peliharaan yang diketahui terpapar allergenh. Gunakan perlengkapan/pakaian pelindung saat melakukan aktivitas yang berisiko terhadap paparan alergenF. PrognosisPrognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis bila bersamaan dengan dermatitis yang disebabkan oleh faktorendogen(dermatitis atopik, dermatitis numularisatau psoriasia). Faktor lain yang membuat prognosis kurang baik adalah pajanan alergen yang tidak mungkin dihindari misalnya berhubungan dengan pekerjaan tertentu atau yang terdapat di lingkungan penderita.G. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi adalah infeksi kulit sekunder oleh bakteri terutama Staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks. Rasa gatal yang berkepanjangan serta perilaku menggaruk dapat dapat mendorong kelembaban pada lesi kulit sehingga menciptakan lingkungan yang ramah bagi bakteri atau jamur. Selain itu dapat pula menyebabkan eritema multiforme (lecet) dan menyebabkan kulit berubah warna, tebal dan kasar atau disebut neurodermatitis (lichen simplex chronicus).

BAB IIIKESIMPULAN

1. Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi.2. Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit.3. Gejala klinis DKA, pasien umumnya mengeluh gatal. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi, dan mungkin fisur, batasnya tidak jelas.4. Gold standar pada DKA adalah dengan menggunakan uji tempel. Uji tempel (patch test) dengan bahan yang dicurigai dan didapatkan hasil positif.5. Penatalaksanaan dari DKA dapat secara medikamentosa serta nonmedikamentosa. Tujuan utama terapi medikamentosa adalah untuk mengurangi reaktivitas sistim imun dengan terapi kortikosteroid, mencegah infeksi sekunder dengan antiseptik dan terutama untuk mengurangi rasa gatal dengan terapi antihistamin. Sedangkan untuk nonmedikamentosa adalah dengan menghindari alergen.

DAFTAR PUSTAKABaratawijaya, Karnen Garna. 2006. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit FKUIBourke, et al. 2009. Guidelines For The Management of Contact Dermatitis: an update. Tersedia dalam : http://www.bad.org.uk/portals/_bad/guidelines/clinical%20guidelines/contact%20dermatitis%20bjd%20guidelines%20may%202009.pdf. Diakses pada tanggal 22 November 2012Djuanda, Suria dan Sularsito, Sri. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: FK UIMorgan, Geri, Hamilton, Carole. 2009. Obstetri & Ginekologi: Panduan Praktik Edisi 2. Jakarta : EGCPrice, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Jakarta : EGC.Siregar, R.S,. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta: EGCSularsito dan Djuanda. 2007. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke 5. Jakarta : FKUISularsito, Sri Adi dan Suria Djuanda. 2010. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 6. Jakarta : FKUISularsito, Sri Adi, Suria Djuanda. 2011. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI.Sumantri, M.A., Febriani, H.T., Musa, S.T. 2005. Dermatitis Kontak. Yogyakarta : Fakultas Farmasi UGMThyssen, Jacob Pontoppidan. 2009. The Prevalence and Risk Factors of Contact Allergy in the Adult General Population. Denmark : National Allergy Research Centre, Departement of Dermato-Allergology, Genofte Hospital, University of Copenhagen .Trihapsoro, Iwan. 2003. Dermatitis Kontak Alergik pada Pasien Rawat Jalan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Universitas Sumatra Utara, Medan. Tersedia dalam : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6372 diakses pada tanggal 11 November 2012.

21