dermatofitosis sammy beres

Embed Size (px)

Citation preview

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

I. MIKOSIS Pendahuluan Insidens mikosis superfisialis cukup tinggi di Indonesia karena menyerang masyarakat luas, oleh karena itu akan dibicarakan secara luas. Sebaliknya mikosis profunda karena jarang terdapat akan diuraikan secara singkat. Mengenai kandidosis yang disebabkan oleh Candida spp akan dibicarakan secara terpisah, hal ini dikarenakan jamur tersebut bersifat intermediate, sehingga dapat member pelbagi bentuk klinis, baik sistemik maupun superficialis. Definisi Mikosis ialah penyakit yang disebabkan oleh jamur Sinonim Penyakit jamur Klasifikasi Mikosis dibagi menjadi 2,yaitu : A. Mikosis profunda B. Mikosis superfisialis

1|Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit& Kelamin FK Usakti

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

II. Mikosis Profunda Mikosis profunda terdiri dari beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur dengan gejala klinins tertentu yang menyerang alat di bawah kulit, misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius, traktus urogenitalis, susunan kardiovaskular, susunan saraf sentral, otot, tulang, dan kadang kadang kulit. Kelainan kulit pada mikosis profunda dapat berupa afek primer, maupun akibat proses dari jaringan di bawahnya ( per kontuitatum ). CONANT dkk. ( 1977 ) mencantumkan dalam bukunya Manual of Clinical Mycology mencantumkan beberapa penyakit jamur ini, yaitu : 1. Aktinomikosis 2. Nokardiosis 3. Antinomikosis misetoma 4. Blastomikosis 5. Parakoksidiodomikosis 6. Lobomikosis 7. Koksidiodomikosis 8. Histoplasmosis 9. Histoplasmosis afrika 10. Kriptokokosis Diantara 19 macam penyakit jamur profunda yang disebutkan diatas, aktinomikosis ( actinomyces ) dan nokardiosis ( nocardia ) menurut RIPPON (1974) di kategorikan sebagai bacteria-like fungi dikarenakan memiliki sifat sifat jamur seperti, branching dalam jaringan, membentuk anyaman luas jamur di dalam jaringan maupun media biakan, dan menyebabkan penyakit kronik. Selain itu memiliki sifat sifat khas bakteri seperti adanya asam muramik pada dinding sel, tidak mempunyai inti sel yang karakteristik, tidak mempunyai mitokondria, besar mikroorganisme khas untuk bakteri, dan dapat dihambat oleh obat obat anti-bakterial. Mikosis profunda biasanya terlihat dalam klinik sebagai penyakit kronik dan residif. Manifestasi klinis morfologis dapat berupa tumor, infiltrasi peradangan vegetative, fistel, ulkus, atau sinus, tersendiri maupun bersamaan. Mengingat banyaknya penyakit yang memenuhi kedua syarat tersebut, misalnya tuberculosis, lepra, sifilis, frambusia, keganasan, sarkoidosis, dan pioderma kronik, maka pemeriksaan tambahan untuk verifikasi sangat diperlukan.2|Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit& Kelamin FK Usakti

11. Kandidosis 12. Geotrikosis 13. Aspergillosis 14. Fikomikosis 15. Sporotrikosis 16. Maduromikosis 17. Rinosporidiosis 18. Kromoblastomikosis 19. Infeksi jamur Dematiceace ( berpigmen coklat )

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

Pemeriksaan tersebut adalah sediaan langsung dengan KOH, biakan jamur, pemeriksaan histopatologik dan pemeriksaan imunologik termasuk tes kulit, maupun serologic dan pemeriksaan imunologik lainnya. Pemeriksaan tambahan ini diperlukan untuk memastikan atau menyingkirkan mikosis profunda dan penyakit yang disebut sebut sebgai diagnosis banding. Mengenai mikosis profunda akan dikemukanan beberapa penyakit jamur subkutis yang kadang kadang dijumpai di Indonesia. II.1 MISETOMA Misetoma adalah penyakit kronik, supuratif dan granulomatosa yang dapat disebabkan bakteri Actinomyces dan Nocardia, yang termasuk Schizomycetes dan Eumycetes atau jamur berfilamen. Gejala klinis biasanya terdiri atas pembengkakan, abses, sinus, dan fistel multiple. Di dalam sinus ditemukan butir butir ( granules ) yang berpigmen yang kemudian dikeluarkan melalui eksudat. Berhubungan dengan penyebabnya, misetoma yang disebabkan oleh Actinomyces disebut actinomycotic mycetoma, yang disebabkan bakteri disebut botryomycosis dan yang disebabkan oleh jamur berfilamen disebut maduromycosis. Gejala klinis biasanya merupakan lesi kulit yang sirkumskrip dengan pembengkakan seperti tumor jinak dan harus disertai butir butir. Inflamasi dapat menjalar dari permukaan sampai kebagian dalam dan dapat menyerang subkutis, fasia, otot, dan tulang. Sering terbentuk fistel, yang mengeluarkan eksudat. Butir butir sering bersama sama eksudat mengalir keluar dari jaringan. Diagnosis dibuat berdasarkan klinis morfologik sesuai dengan uraian diatas. Namun bila disokong dengan gambaran histologik dan hasil biakan, diagnosis akan lebih mantap. Lagi pula penentuan spesies penyebab sangat penting artinya untuk terapi dan diagnosis. Pengobatan mesetoma biasanya harus disertai reseksi radikal, bahkan amputasi kadang kadang perlu dipertimbangkan. Obat obat, misalnya kombinasi kotrimoksazol dengan streptomisin dapat bermanfaat, bila penyakit yang dihadapi adalah misetoma aktinomikotik, tetapi waktu pengobatan memerlukan waktu lama ( 9 bulan 1 tahun ) dan bila kelainan belum meluas benar. Obat obat baru antifungal, misalnya itrakonazol dapat dipertimbangkan untuk misetoma maduromikotik.3|Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit& Kelamin FK Usakti

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

Prognosis quo ad vitam umumnya baik. Pada maduromikosis prognosis quo ad sanationam tidak begitu baik bila dibandingkan dengan aktinomikosis / botriomikosis. Diseminasi limfogen atau hematogen dengan lesi pada alat alat dalam merupakan pengecualian. II.2 SPOROTRIKOSIS Sporotrikosis adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Sporotrichium schenkii dan ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Kulit dan jaringan subkutis diatas nodus sering melunak dan pecah membentuk ulkus yang indolen. Penyakit jamur ini mempunyai insidens yang cukup tinggi pada daerah tertentu. Diagnosis klinin umumnya mudah dibuat berdasarkan kelainan kulit yang multiple dan umumnya khas ( lihat definisi ). Penyakit ini umumnya ditemukan pada pekerja di hutan dan petani ( HUTAPEA , 1978 ; SIREGAR dan THAHA 1978 ). Bila tidak terjadi diseminasi melalui saluran getah bening diagnosis agak sukar dibuat. Selain gejala klini, yang dapat menyokong diagnosis adalah pembiakan terutama pada mencit atau tikus, dan pemeriksaan histopatologik. Pernah dilaporkan sekali sekali selain bentuk kulit yang khas, beberapa bentuk di paru dan alat dalam lain. Pada kasus ini rupa rupanya terjadi infeksi melalui inhalasi. Pengobatan yang memuaskan biasanya dicapai dengan pemberian larutan kalium yodida jenuh oral. Dalam hal yang rekalsitran pengobatan dengan amfoterisin B atau itrakonazol dapat diberikan. II.3 KROMOMIKOSIS Kromomikosis atau kromoblastomikosis atau dermatitis verukosa adalah penyakit jamur yang disebabkan bermacam macam jamur berwarna ( dematiaceuos ). Penyakit ini ditandai dengan pertumbuhan nodus verukosa kutan yang perlahan lahan, sehingga akhirnya membentuk vegetasi papilomatosa yang besar. Pertumbuhan ini dapat menjadi ulkus atau tidak, biasanya ada di kaki dan tungkai, namun lokalisasi ditempat lain pernah ditemukan, misalnya pada muka, tangan, telinga, leher, dada, dan bokong. Penyakit ini kadang kadang dilihat di Indonesia. Sumber penyakit ini dari alam dan terjadi infeksi melalui trauma. Penyakit ini tidak ditularkan dari manusia ke manusia dan belum pernah dilaporkan terjadi pada binatang. Diseminasi dapat terjadi melalui autoinokulasi, ada juga kemungkinan penyebaran melalui saluran kelenjar getah bening. Penyebaran melalui darah dengan

4|Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit& Kelamin FK Usakti

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

terserangnya sususan saraf sentral pernah dilaporkan. Walaupun penyakit jamur ini terbatas pada kulit, bila lesinya luas dapat mengganggu aktifitas sehari hari dari penderita. Pengobatannya sulit, terapi dengan sinar-X pernah dilakukan dengan hasil yang berbedabeda. Kadang kadang diperlukan amputasi. Pada kasus lain reseksi lesi mikotik disusul dengan skin graft memberikan hasil yang memuaskan. Obat- obatan biasanya memnberikan hasil yang kurang memuaskan dan harus diberikan dalam waktu yang lama. Pada akhir akhir ini pengobatan yang memberikan hasil yang memuaskan dicapai dengan pemberian kombinasi antara amfoterisin B dan 5 fluorositosin. Demikian pula pengobatan dengan menggunakan kantong kantong panas di Jepang. Prognosis, seperti diurakain pada hasil terapi diatas, tidak begitu baik, kecuali pada lesi yang baru. Itrakonazol pada akhir akhir ini memberikan harapan baru pada penyakit ini, terutama bila penyebabnya adalah Cladosporium Carrionii. II.4 ZIGOMIKOSIS,FIKOMIKOSIS,MUKORMIKOSIS Penyakit jamur ini terdiri dari pelbagi infeksi jamur disebabkan oleh bermacam- macam jamur pula yang taksonomi dan perannya masih di diskusikan, oleh karena itu didalam buku buku baru diberikan nama umum, yaitu Zigomikosis. Zygomycetes meliputi banyak genera, yaitu Mucor, Rhizopus, Absidia, Mortierella dan Cunning hamella. Penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur ini dapat disebut sesuai dengan lokalisasi atau alat dalam yang terserang. Contohnya rinizigomikosis, otozigomikosis, zigomikosis subkutan, zigomikosis fasiale, atau zigomikosis generalisata. Golongan penyakit jamur ini dapat dinamakan juga sesuai dengan jamur penyebabnya, misalnuya mukormikosis dan sebagainya. Oleh karena penyakit ini disebabkan jamur yang pada dasarnya oportunistik, maka pada orang sehat jarang ditemukan. Diabetes mellitus, misalnya, merupakan factor predisposisi. Demikian juga penyakit primer berat yang lain. Fikomikosis subkutan adalah salah satu bentuk penyakit golongan ini yang kadang kadang dilihat di Bagian Kulit dan Kelamin. Penyakit ini untuk pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1956. Setelah itu banyak kasus dilaporkan di Indonesia, Afrika, dan India. Kelainan timbul dijaringan subkutan antara lain di dada, perut, atau lengan atas sebagai nodus subkutan yang perlahan lahan membesar setelah sekian lama waktu. Nodus tersebut5|Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit& Kelamin FK Usakti

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

konsistensinya keras dan kadang kadang dapat terjadi infeksi sekunder. Penderita pada umumnya tidak demam dan tidak disertai pembesarn kelenjar getah bening regional. Diagnosis ditegakan dengan pemeriksaan histopatologik dan biakan. Jamur agak khas, hifa lebar 6 50 , seperti pita, tidak bersepta dan coenocytic. Sebagai terapi fikomikosis subkutan dapat diberikan larutan jenuh kalium yodida. Mulai dari 10 15 tetes 3 kali sehari dan perlahan lahan dinaikan sampai terlihat gejala intoksikasi, penderita mual dan muntah. Kemudian dosis diturunkan 1 2 tetes dan dipertahankan terus sampai tumor menghilang. Itrakonazol berhasil mengatasi fikomikosis subkutan dengan baik. Dosis yang diberikan sebanyak 200 mg sehari selama 2 3 bulan. Prognosis klinis ini umumnya baik.

6|Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit& Kelamin FK Usakti

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

III. MIKOSIS SUPERFICIAL A. Dermatofitosis B. Nondermatofitosis, terdiri atas pelbagi penyakit : a. Pitiriasis versikolor b. Piedra hitam c. Piedra putih d. Tinea nigra Palmaris e. Otomikosis f. Keratomikosis

III.1 Dermatofitosis Pendahuluan Dermatofita ialah kumpulan jamur yang mempunyai sifat yang dapat menginvasi jaringan berkeratin seperti kulit, rambut dan kuku pada manusia maupun pada hewan. Umumnya infeksi dermatofita hanya terbatas pada jaringan kutan dan pada lapisan yang mati karena jamur ini tidak mampu berpenetrasi ke jaringan yang lebih dalam dan organ hospes yang imunokompeten. Reaksi dari infeksi dermatofita dapat bervariasi dari ringan hingga berat sebagai reaksi hospes terhadapa produk metabolit dari jamur, virulensi infeksinya, spesies yang menginfeksi, lokasi anatomi dari infeksi serta faktor persekitaran. Dermatofita juga dikenal sebagai tinea atau ringworm.1,2,3 Definisi Istilah dermatofitosis harus dibedakan dengan dermatomikosis. Dermatofitosis adalah

penyakit jamur yang disebabkan oleh jamur dermatofita. Sedangkan dermatomikosis memiliki mempunyai arti umum, yaitu semua penyakit jamur yang menyerang kulit. Dermatofitosis adalah bagian dari mikosis superfisialis yang dibagi menjadi dermatofitosis dan non-dermatofitosis.1. Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan oleh jamur dermatofita.2,3

7|Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit& Kelamin FK Usakti

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

Istilah tinea sering digunakan dan dimodifikasi namanya tergantung bagian anatomi yang terkena.Dermatofitosis juga kadang disebut sebagai ringworm, bukanlah penyebabnya adalah cacing tetapi dermatofita.1 Etiologi dan Epidemiologi Dermatofita ialah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Dermatofita ialah kumpulan jamur yang unik yang dapat menginfeksi dan mencernakan (keratinofilik) struktur keratin yang nonviable, termasuk stratum korneum, kuku dan rambut.2,3 Dermatofita termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton.1-5 Menurut Fritzpatrick, infeksi klinis dibagi menurut struktur yang terlibat, Epidermomikosis (dermatofitosis epidermal ), Trichomikosis (dermatofitosis rambut dan folikel rambut), Onikomikosis (dermatofitosis kuku)2 Lebih dari 40 spesies sehingga saat ini dikenalpasti, dan 10 darinya amat sering ditemukan pada infeksi manusia. T. Rubrum tersebar ke Asia Tenggara, Australia bagian belakang, dan Afrika Barat. Wisatawan dan kolonialis dari Eropa dan Selatan Amerika terinfeksi dari bagian dunia ini dan membawa pulang infeksi jamur ini ke Amerika Selatan dan Eropah.2 Demografi. Sebagian spesies tersebar ke seluruh dunia, sebagian lain terbatas pada benua atau bagian dunia tertentu. Namun, T.Concentricum, penyebab dari tinea imbricata, endemik di Pasifik Selatan dan sebagian besar Amerika Selatan. T.Rubrum pula endemik di Asia Tenggara, Afrika Barat dan Australia tetapi sekarang lebih sering terjadi di Amerika Selatan dan Eropa.2 Transmisi Infeksi Dermatofita bisa didapatkan melalui tiga sumber yaitu;2 1. Paling sering dari satu individu ke individu yang lain melalui vektor (parasit atau kuman),sangat jarang melalui kontak direk kulit ke kulit(kecuali Tinea Gladiatorum). 2. Dari binatang seperti anak anjing dan anak kucing 3. Paling jarang melalui pasir atau tanah. Berdasarkan ekologi jamur, dermatofita juga dibagi kepada ;28|Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit& Kelamin FK Usakti

berarti

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

1. Antropofilik ; dari manusia ke manusia melalui vektor atau kontak direk. 2. Zoofilik : dari hewan ke manusia melalui kontak direk atau vektor 3. Geofilik : persekitaran

Faktor Predisposisi Beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya infeksi jamur dermatofita ini termasuk ;3 1. Riwayat Atopi 2. Imunosupresan topikal : penggunaan topikal kortikosteroid jangka panjang memberikan efek modifikasi pada karakter dermatofita. 3. Imunokompromise ; insiden penyakit ini lebih banyak terjadi pada pasien-pasien imunokompromise. Klasifikasi Secara in vivo, dermatofita hanya tumbuh pada atau di dalam struktur berkeratin dan melibatkan bagian dari ;3 1. Dermatofitosis epidermis berkeratin ( dermatofitosis epidermal, epidermomikosis). Contohnya seperti tinea fasialis, tinea Korporis, tinea Kruris, tinea Manus, dan tinea Pedis.9|Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit& Kelamin FK Usakti

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

2. Dermatofitosis kuku (onikomikosis), contohnya seperti tinea unguium (kuku-kuku jari tangan dan kaki) 3. Dermatofitosis rambut dan folikel rambut (trikomikosis) contohnya; folikulitis dermatofitik , tinea capitis, tinea barbae dan Majocchi granuloma Namun demikian , menurut referensi lain yang lebih praktis dan lebih banyak dianut, dermatofitosis dibagi menurut lokasinya. Dengan demikian dikenal bentuk-bentuk :1 1. Tinea kapitis ; dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala 2. Tinea barbae ; dermatofitosis pada dagu dan jenggot 3. Tinea kruris ; dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah 4. Tinea pedis et manum ; dermatofitosis pada kaki dan tangan 5. Tinea unguium ; dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki 6. Tinea korporis ; dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di atas. Beberapa klasifikasi lain yang mempunyai arti khusus termasuk ;1 1. Tinea imbrikata ; dermatofitosisi dengan susunan skuama yang konsentris dan disebabkan trichophyton concentricum 2. Tinea favosa atau favus ; dermatofitosis yang terutama disebabkan Trichophyton schoenlini ; secara klinis antara lain terbentuk skutula dan berbau seperti tikus (mousy odour). 3. Tinea fasialis , tinea aksilaris, yang juga menunjukkan daerah kelainan 4. Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif morfologis Keenam istilah ini dapat dianggap sebagai sinonim tinea korporis Terbaru ialah tinea incognito, yang berarti dermatofitosis dengan bentuk klinis yang tidak khas oleh karena telah diobati dengan steroid topikal kuat. Patogenesis Dermatofita mensintesis keratinase yang menghancurkan keratin demi memastikan kelangsungan hidup jamur di dalam struktur berkeratin. Imunitas cell-mediated dan aktivitas10 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

antimikroba dari leukosit PMN (polimorfonuklear) membataskan patogenisitas dari dermatofita. Infeksi dermatofita melibatkan tiga tingkat utama ; pelekatan pada keratinosit, penetrasi di antara sel, dan perkembangan respons hospes. Faktor yang mempengaruhi perkembangan dari dermatofita ; 1. Faktor hospes yang memfasilitasi infeksi dermatofita : atopi, glukokortikoid topikal dan sistemik , ichtiosis , penyakit vaskular kolagen. 2. Faktor lokal yang memicu infeksi dermatofita ; berkeringat, oklusi, paparan pekerjaan, lokasi geografis, kelembapan tinggi ( daerah tropis dan semitropis) Presentasi klinis dari dermatofita tergantung dari beberapa faktor; lokasi infeksi, respon imunologik hospes, spesies jamur. Dermatofita (contohnya ; T.Rubrum) yang hanya menginisiasi sedikit respons inflamasi lebih mudah untuk terjadi infeksi kronis. Dermatofita seperti M.Canis menyebabkan infeksi akut dengan respons inflamasi yang hebat dan resolusi spontan. Pada sesetengah individu, infeksi boleh melibatkan dermis, seperti pada kerion dan granuloma Majocchi. Patogenesis dari epidermomikosis dan trikomikosis berbeda karena ia melibatkan struktur berbeda yang menghasilkan manifestasi klinis yang berbeda. Pada epidermomikosis, dermatofita (titik merah dan garis) di antara stratum korneum tidah hanya merusak lapisan tanduk yang akhirnya membentuk skala, tapi juga memicu respons inflamasi (titik hitam ; sel inflamasi), yang memberikan manifestasi seperti eritema, papul, dan juga vesikel. Sebaliknya, pada trikomikosis bagian batang rambut terlibat (titik merah), menyebabkan destruksi dan kehancuran rambut. Sekiranya infeksi dermatofita menyebar lebih jauh ke akar rambut atau folikel rambut, ia akan memicu respons inflamasi yang lebih hebat (titik hitam) dan ini akan memicu manifestasi nodul inflamasi yang lebih dalam, pustulasi folikular, serta formasi abses.2,3

11 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

Gejala klinis Tinea Glabrosa atau dermatofitosis pada kulit tidak berambut mempunyai morfologi khas. Penderita merasa gatal dan kelainan berbatas tegas, terdiri atas bermacam-macam elfloresensi kulit (polimorf). Bagian tepi lesi aktif (lebih jelas tanda-tanda peradangan) daripada bagian tengah. Gejala objektif ini selalu disertai dengan perasaan gatal, bila kulit yang gatal ini digaruk maka papel-papel atau vesikel-vesikel akan pecah sehingga menimbulkan daerah yang erosi dan bila mengering jadi krusta dan skuama. Ekzema marginatum adalah istilah yang tepat untuk lesi dermatofitosis secara deskriptif. Bergantung berat ringannya reaksi radang dapat dilihat dari berbagai macam lesi kulit.1 A. TINEA KAPITIS (Scalp ringworm) Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies dermatofita. Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia, dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat disebut kerion. Biasanya penyakit ini sering ditularkan melalui binatang- binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan sebagainya.

12 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

Berdasarkan bentuk yang khas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk : 1. Gray patch ring worm ( Non inflammatory, human, atau epidemic type )1-5 Penyakit ini dimulai dengan papul merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Inflamasi minimal, rambut pada daerah terkena berubah warna menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga menimbulkan alopesia setempat. Dengan pemeriksaan sinar wood tampak flourisensi hijau kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melalui batas "Gray patch" tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies mikrosporon dan trikofiton.

2. Black dot ring worm 1-5 Biasanya disebabkan organisme endotriks antropofilik. Terutama disebabkan oleh Trikofiton Tonsurans, T. violaseum, mentagrofites. Infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala. Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan kulit, yang berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran black dot". Biasanya bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut sekitar lesi juga jadi tidak bercahaya lagi13 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

disebabkan kemungkinan sudah terkena infeksi penyebab utama adalah Trikofiton tonsusurans dan T.violaseum.

3. Kerion ( inflammatory type)1-5 Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Spektrum inflamasi berkisar mulai dari follikulitis pustular sampai kerion. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik (Alopesia sikatrisial) . Lesi biasanya gatal, dapat disertai nyeri limfadenopati servikal posterior, demam, dan lesi lain pada kulit glabrosa. Biasa disebabkan oleh patogen zoofilik atau geofilik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh Mikosporon kanis, M.gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum.

14 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

4.Tinea favosa :2,3 Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus "moussy odor". Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T. gipsum. Oleh karena Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah kepala, maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit-penyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.

15 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

B.

TINEA KORPORIS1-5

(Tinea circinata=Tinea glabrosa) Tinea korporis mengenai kulit tidak berambut, keluhan gatal terutama berkeringat. Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya terdapat dimuka, anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak bawah. Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sinsiner. Pada bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papel-papel dan vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang atau penyembuhan di tengah ( central healing). Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat tejadi bersama-sama dengan Tinea kruris. Penyebab utamanya adalah : T.violaseum, T.rubrum, T.metagrofites. Mikrosporon gipseum, M.kanis, M.audolini. penyakit ini sering menyerupai : 1. Pitiriasis rosea 2. Psoriasis vulgaris 3. Morbus hansen tipe tuberkuloid 4. Lues stadium II bentuk makulo-papular.

16 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

17 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

C.

TINEA KRURIS1-5

(Eczema marginatum."Dhobi itch", "Jockey itch") Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat bila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut atau menahun. Kelainan yang akut memberikan gambaran yang berupa makula yang eritematous dengan erosi dan kadang-kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif. Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya makula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah suprapubis, daerah perineum dan kadang-kadang dapat meluas sampai ke gluteus, perut bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke genital meskipun jarang. Penyebab utama adalah Epidermofiton flokkosum, Trikofiton rubrum dan T.mentografites. Diagnosis banding : 1. Kandidiasis inguinalis 2. Eritrasma 3. Psoriasis vulgaris 4. Pitiriasis rosea

18 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

D.

TINEA MANUS DAN TINEA PEDIS1-5

Tinea pedis disebut juga Athlete's foot = "Ring worm of the foot". Penyakit ini sering menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder. Ada 3 bentuk Tinea pedis 1. Bentuk interdigital ( chronic intertriginous type ) Bentuk klinis paling banyak. Dimulai dengan skuamasi, erosi dan eritema pada daerah interdigital dan subdigital kaki, terutama pada jari lateral. Pada kondisi tertentu, infeksi dapat menyebar ke telapak kaki yang berdekatan dan bagian kura-kura kaki. Jarang mengenai dorsum kaki. Oklusi dan ko-infeksi dengan bakteri segera menyebabkan maserasi, pruritus, dan malodour (dermatofitosis kompleks atau athletes foot) 2. Tipe hiperkeratotik kronik Klinis tampak skuama difus atau setempat, bilateral, pada kulit yang tebal (telapak kaki, aspek lateral dan medial kaki) , dikenal sebagai moccasin type. Dapat timbul sedikit vesikel, meninggalkan skuama kolaret dengan diameter kurang dari 2mm. Tinea manum unilateral umumnya terjadi berhubungan dengan tinea pedis hiperkeratotik sehingga terjadi two feet-one hand syndrome. 3. Tipe vesikobulosa Klinis tampak vesikel tegang dengan diameter lebih dari 3 mm, vesikopustul, atau bula pada kulit tipis telapak kaki dan periplantar. 4. Tipe ulseratif akut Terjadi ko-infeksi dengan bakteri gram negatif menyebabkan vesikopustul dan daerah luas dengan ulserasi purulen pada permukaan plantar . Sering diikuti selulitis, limfangitis, limfadenopati, dan demam.

19 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

20 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

Tipe Manum Biasanya unilateral, terdapat 2 bentuk ; 1. Dishidrotik ; lesi segmental atau anular berupa vesikel dengan sukama di tepi pada telapak tangan, jari tangan , dan tepi lateral tangan 2. Hiperkeratotik ; vesikel mengering dan membentu lesi sirkular atau ireguler, eritematosa, dengan skuama. Lesi kronik dapat mengenai seluruh telapak tangan dan jari disertai fisur.

21 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

Tinea manus dan Tinea pedis harus dibedakan dengan : 1. Dermatitis kontak akut alergis 2. Skabiasis 3. Psoriasispustulosa

22 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

E.

TINEA UNGUIUM1-5

(Onikomikosis = ring worm of the nails) Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila di mulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen jamur. Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang kronik sekali, penderita minta pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini setelah beberapa lama, karena penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang penderita baru datang berobat setelah seluruh kukunya sudah terkena penyakit.Penyebab utama adalah : T.rubrum, T.metagrofites

23 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

Diagnosis banding: 1. Kandidiasis kuku 2. Psoriasis yang menyerang kuku 3. Akrodermatitis persisten F. TINEA BARBAE2,3

Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot, jambang dan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus. Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion Superfisialis Kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang mula-mula kecil selanjutnya meluas ke arah luar dan memberi gambaran polisiklik, dengan bagian tepi yang aktif. Biasanya gambaran seperti ini menyerupai tinea korporis. Kerion Bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi krusta atau abses kecil dengan permukaan membasah oleh karena erosi. Tinea barbae ini didiagnosa banding dengan : 1. Sikosis barbae (folikulitis oleh karena piokokus) 2. Karbunkel 3. Mikosis profunda

24 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

G.

TINEA IMBRIKATA 5

Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh Trikofiton konsentrikum. Gambaran klinik berupa makula yang eritematous dengan skuama yang melingkar. Apabila diraba terasa jelas skuamanya menghadap ke dalam. Pada umumnya pada bagian tengah dari lesi tidak menunjukkan daerah yang lebih tenang, tetapi seluruh makula ditutupi oleh skuama yang melingkar. Penyakit ini sering menyerang seluruh permukaan tubuh sehingga menyerupai : 1. Eritrodemia 2. Pempigus foliaseus 3. Iktiosis yang sudah menahun

25 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

H.

PEMERIKSAAN PENUNJANG3,4,5

Pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit atau kuku menggunakan mikroskop dan KOH 20% tampak hifa panjang dan atau artospora. Kultur dengan agar Sabaroud plus ; pada suhu 28 Celcius selama 1-4 minggu . ( tidak harus selalu dikerjakan kecuali pada tinea Unguium) . Lampu Wood hanya berfluoresensi pada tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum.

I.

PENGOBATAN 3,4,5

A. Pengobatan Pencegahan : 1. Perkembangan infeksi jamur diperberat oleh panas, basah dan maserasi. Jika faktor-faktor lingkungan ini tidak diobati, kemungkinan penyembuhan akan lambat. Daerah intertrigo atau daerah antara jari-jari sesudah mandi harus dikeringkan betul dan diberi bedak pengering atau bedak anti jamur. 2. Alas kaki harus sesuai ukuran betul dan tidak terlalu ketat.

26 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

3.

Pasien dengan hiperhidrosis dianjurkan agar memakai kaos dari bahan katun yang

menyerap keringat, jangan memakai bahan yang terbuat dari wool atau bahan sintetis. 4. Pakaian dan handuk agar sering diganti dan dicuci bersih-bersih dengan air panas. B. Terapi lokal : Infeksi pada badan dan lipat paha dan lesi-lesi superfisialis, di daerah jenggot, telapak tangan dan kaki, biasanya dapat diobati dengan pengobatan topikal saja. 1. Lesi-lesi yang meradang akut yang acta vesikula dan acta eksudat harus dirawat dengan kompres basah secara terbuka, dengan berselang-selang atau terus menerus. Vesikel harus dikempeskan tetapi kulitnya harus tetap utuh. 2. Obat pilihan : Golongan alilamin sekali sehari selama 1-2 minggu Alternatif ; golongan azol, siklopiroksilam, asam undesilinat, tolnaftat (1-2 kali sehari selama 2-4 minggu ) 3. Lesi hiperkeratosis yang tebal, seperti pada telapak tangan atau kaki memerlukan terapi lokal dengan obat-obatan yang mengandung bahan keratolitik seperti asam salisilat 3-6%. Obat ini akan menyebabkan kulit menjadi lunak dan mengelupas. Obat-obat keratolotik dapat mengadakan sensitasi kulit sehingga perlu hati-hati kalau menggunakannya. 4. Pengobatan infeksi jamur pada kuku, jarang atau sukar untuk mencapai kesembuhan total. Kuku yang menebal dapat ditipiskan secara mekanis misalnya dengan kertas amplas, untuk mengurangi keluhan-keluhan kosmetika. Pemakaian haloprogin lokal atau larutan derivat asol bisa menolong. Pencabutan kuku jari kaki dengan operasi, bersamaan dengan terapi griseofulvin sistemik, merupakan satu-satunya pengobatan yang bisa diandalkan terhadap onikomikosis jari kaki. C. Terapi sistemik Hanya diberikan bila lesi kronik atau luas 1. Griseolfulvin oral 10 hingga 25mg/kgBB/hari Ketokonazol 200 mg/hari , atau itrakonazol 2x 100mg /hari 2. Terbinafin oral 1 x 250 mg/hari hingga klinis membaik dan hasil pemeriksaan laboratorium negatif27 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

Pengobatan khusus untuk Tinea Kapitis : Sistemik : Obat pilihan : Griseofulvin fine particle, 10-25 mg/kgBB/hari , 6-8 minggu Alternatif : Itrakonazol 3-5 mg/hari, 4-6 minggu Terbinafin 62,5 250 mg /hari (bergantung berat badan ) selama 2 sampai 4 minggu Rambut dicuci dengan sampoo antimikotik 2 sampai 4 x/minggu Pengobatan Khusus Tinea unguium : Bila mengenai 1-2 kuku dengan keterlibatan kurang dari 2/3 bagian kuku : Obat pilihan : Siklopiroksikam topikal ( cat kuku ) Alternatif : Obat golongan azol (tingtura/losio, krim 0 Bila mengenai lebih dari 2 kuku dan melibatkan lebih dari 2/3 bagian kuku : Obat pilihan : Itrakonazol 2 x 200 mg/hari selama seminggu setiap bulan selama 2-3 bulan Alternatif : Terbinafin 1 x 250 mg/hari selama 3 bulan. Pengobatan Khusus Tinea Pedis tipe moccasin Khusus bentuk mocassin foot : itrakonazol 2 x 100 mg /hari atau terbinafin 1 x 250 mg /hari selama 4- 6 minggu J. PROGNOSIS

Perkembangan penyakit dermatofitosis dipengaruhi oleh bentuk klinik dan penyebab penyakitnya disamping faktor-faktor yang memperberat atau memperingan penyakit. Apabila faktor-faktor yang memperberat penyakit dapat dihilangkan, umumnya penyakit ini dapat hilang sempurna.

28 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

29 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

B. NONDERMATOFITOSIS A. Pitiriasis versikolor

Definisi Pitiriasis versikolor yang disebabkan Malasezia furfur Robin ( BAILLON 1889 ) adalah penyakit jamur superficialis yang kronik, biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, berupa bercak berskuama halus berwarna putih sampai coklat, terutama meliputi badan dan kadang kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut. Sinonim Tinea versikolor, kromofitosis, dermatomikosis, liver spots, tinea flava, pitiriasis versikolor flava dan panu. Epidemiologi Pitiriasis versikolor adalah penyakit universal dan terutama ditemukan diwilayah tropis. Patogenesis Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya pitiriasis versikolor ialah Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau Pytirosporum ovale yang berbentuk oval. Keduanya merupakan organisme yang sama, dapat berubah sesuai dengan lingkungannya, misalnya suhu, media, kelembaban. Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium. Factor predisposisi menjadi pathogen dapat endogen atau eksogen. Endogen dapat disebabkan diantaranya oleh defisisensi imun. Eksogen dapat disebabkan karena factor suhu, kelembaban udara, dan keringat. Gejala klinis Kelainan kulit pitiriasis versikolor sangat superficial dan ditemukan terutama di badan. Kelainan ini terlihat sebagai bercak bercak berwarna warni, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak bercak tersebut berflouresensi bila dilihat dengan lampu wood. Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya asimtomatik sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ternyata ia berpenyakit tersebut.30 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

Kadang kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan alasan berobat. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh toksis jamur terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita. Penyakit ini sering dilihat pada remaja, walaupun anak anak dan orang dewasa tua tidak luput dari infeksi. Menurut BURKE ( 1961 ) ada beberapa factor yang mempengaruhi infeksi, yaitu factor herediter, penderita yang sakit kronik atau yang mendapat pengobatan steroid dan malnutrisi. Diagnosis Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis, pemeriksaan flouresensi, lesi kulit dengan lampu wood, dan sediaan langsung. Gambaran klinis dapat dilihat pada judul gejala klinis, flouresensi lesi kulit pada pemeriksaan lampu wood bewarna kuning keemasan dan pada sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat campuran hifa pendek dan spora spora bulat yang dapat berkelompok. Diagnosis banding Penyakit ini harus dibedakan dengan dermatitis seboroika, eritrasma, sifilis II, achromia parasitic dan Pardo Castello dan Dominiquez, morbus Hansen, pitiriasis alba, serta vitiligo. Pengobatan Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun, dan konsisten. Obat obatan yang dapat dipakai misalnya : suspense selenium sulfide ( selsun ) dapat dipakai sebagai sampo 23x seminggu. Obat digosokan pada lesi dan didiamkan 15-30 menit, sebelum mandi. Obat obat lain yang berkhasiat terhadap penyakit ini adalah : salisil spiritus 10%; derivate derivate azol, misalnya mikonazol, klotrimazol, isokonazaol, dan ekonazol; sulfur presiptatum dalam bedak kocok 4 20%; tolsiklat; tolnaftat, dan haloprogin. Jika sulit disembuhkan ketokonazol dapat dipertimbangkan dengan dosis 1x200 mg sehari selama 10 hari.

31 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

Prognosis Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten. Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah eflorensensi negative dengan pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negative. B. PITIROSPORUM FOLIKULITIS

Pendahuluan Pitirosporum folikulitis ( malssezia folikulitis ) merupakan penyakit yang sudah cukup lama dikenal di dunia kedokteran, khususnya dikalangan para ahli kulit, oleh karena klinisnya menyerupai akne vulgaris. Di daerah tropis penyakit ini menarik perhatian para dokter kulit setelah dipunlikasikan di Korea, Filipina, dan Indonesia. Di Indonesia telah diteliti oleh Harjandi dkk. ( 2000 ) dan Indrarini ( 2001 ). Definisi Pitirosporum folikulitis adalah penyakit kronis pada folikel pilosebasea yang disebabkan oleh spesies Pitirosporum, berupa nodul dan pustule folikular, yang biasanya gatal dan terutama berlokasi di batang tubuh, leher dan lengan bagian atas. Sinonim Malassezia folikulitis Etiologi Jamur penyebab adalah spesie Pityrosporum yang identik dengan Malassezia furfur, penyebab pitiriasis versikolor. Spesies ini sekarang disebeut kembali sebagai Malassezia setelah ditemukan 7 spesies, sehingga penyakit yang disebabkan oleh jamur iniatau dihubungkannya yang dahulu di namai pitirosporis sekarang disebut malaseziosis. Patogenesis Spesies Malassezia merupakan penyebab pitirosporum folikulitis dengan sifat dimorfik, lipofilik, dan komensal. Bila pada hospes terdapat factor predisposisi spesies Malassezia yang tumbuh berlebihan dalam folikel sehingga folikel dapat pecah. Dalam hal ini reaksi peradangan terhadap produk, tercampur dengan lemak bebas yang dihasilkan melalui aktivitas lipase.32 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

Factor predisposisi antara lain adalah suhu dan kelembaban udara yang tinggi, penggunaan bahan bahan berlemak untuk pelembab badan yang berlebihan, antibiotic kortikosteroid lokal/sistemik, sitostatik dan penyakit tertentu, misalnya : diabetes mellitus, keganasan, keadaan imunokompremais dan Acquired Syndrome ( AIDS ). Gejala klinis Malassezia folikulitis memberikan keluhan gatal pada tempat predileksi. Klini morfologi terlihat papul dan pustule perifolikular, berukuran 2 3 mm diameter, dengan peradangan minimal. Tempat predileksi adalah dada, punggung dan lengan atas, kadang kadang dapat dileher dan jarang di muka. Diagnosis banding Akne vulgaris, Folikulitis bacterial, Erupsi akneformis Pengobatan Antimikotik oral, misalnya : Ketokonazol 200 mg selama 2 4 minggu Itrakonazol 200 mg sehari selaama 2 minggu Flukonazol 150 mg seminggu selama 2 4 minggu

Antimikotik topical biasanya kurang efektif, walaupun dapat menolong Prognosis Prognosis pada penyakit ini baik. C. PIEDRA

Definisi Piedra adalah infeksi jamur pada rambut, ditandai dengan benjolan ( nodus ) sepanjang rambut, dan disebabkan oleh Piedra Hortai ( black piedra ) atau Trichosporon beigeii ( white piedra ). Di Indonesia hingga sekarang hanya dilihat piedra hitam.

33 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

Sinonim Black piedra, white piedra, tinea nodusa, piedra nostros, trikomikosis nodularis, trikomikosis nodosa, chiqnon disease, biegel disease. Gejala klinis Piedra hanya menyerang rambut kepala, janggutm dan kumis tanpa memberikan keluhan pada keluhan. Krusta merekat erat sekali pada rambut yang terserang, dan dapat sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Benjolan yang besar mudah dilihat, diraba, dan teraba kasar bila rambut diraba dengan jari jari. Bila rambut disisir terdengar suar metal ( klik ). Piedra hitam, yang hanya ditemukan didaerah tropis tertentu, merupakan penyakit endemis di tempat tertentu, terutama yang banyak hujan. Piedra hortai hanya menyerang rambut kepala. Jamur ini menyerang rambut di bawah kutikel, kemudian membengkak dan pecah untuk menyebar di sekitar rambut ( shaft ) dan membentuk benjolan tengguli dan hitam. Piedra putih, yang lebih jarang ditemukan, terdapat di daerah beriklim sedang, hanya sekali kali ditgemukan di daerah tropis. Infeksi ini menyerang janggut dan kumis. Benjolan bewarna coklat muda dan tidak begitu melekat pada rambut. Diperkirakan bahwa Trichosporon beigeii hanya dapat menyerang rambut yang telah rusak. Diagnosis Diagnosis piedra berdasarkan atas gambaran klinis sesuai yang dilukiskan pada judul gejala klinis dan disokong oleh pemeriksaan sediaan langsung dan biakan. Pada sediaan langsung dengan larutan KOH 10%, rambut yang sakit dan telah dipotong terlihat sebagai berikut. Benjolan yang disebabkan P.hortai berukuran macam macam dan terpisah satu dengan yang lain. Benjolan bewarna tengguli hitam ini terdiri atas hifa berseptum, teranyam padat dan diantaranya terdapat askus askus. Di dalam askus terdapat 4 8 askospora. Diagnosis piedra putih yang disebabkan Trichosporon beigeii juga dibuat berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan sediaan langsung, dan biakan. Benjolan benjolan tidak begitu terpisah satu dengan yang lain seperti pada piedra hitam. Anyaman hifa terlihat mengelilingi rambut sebagai selubung. Benjolan lebih mudah dilepas dari rambut dan bewarna kehijau 34 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

hijauan yang transparan. Rambut yang terserang mungkin terlihat sebagai kutikel yang terangkat, akan tetapi biasanya terlihat kerusakan yang lebih berat sampai menghasilkan trikoreksi atau trikoptilosis. Sekeliling rambut terlihat anyaman hifa. Pengobatan Memotong rambut yang terkena infeksi atau mencuci rambut dengan larutan sublimat 1/2000 setiap hari. Obat anti jamur konvensional dan barupun berguna. D. TINEA NIGRA PALMARIS

Definisi Tinea nigra yang disebabkan Cladosporium werneckii adalah infeksi jamur superficial yang asimtomatik pada stratum korneum. Kelainan kulit berupa macula tengguli sampai hitam. Telapak tangan yang biasanya terserang, walaupun telapak kaki dan permukaan kulit lainnya dapat terkena. Sinonim Keratomikoisis nigrikans Palmaris, pitiriasis nigra, kladosporiosis epidemika, mikrosporosis nigra, tinea nigra. Epidemiologi Penyakit ini terutama teradapat di Amerika Selatan dan Tengah, kadang kadang ditemukan di Amerika Serikat dan Eropa. Di Asia penyakit ini juga ditemukan, di Indonesia penyakit ini sangat jarang ditemukan. Etiologi Penyebab penyakit ini adalah Cladosporium weneckii di Amerika Utara dan Selatan, sedangkan di Asia dan Afrika organisme ini disebut Cladosporium mansonii. Gejala klinis Kelainan kulit telapak tangan berupaa bercak bercak tengguli hitam dan sekali sekali bersisik. Penderita umumnya berusia muda dibawah 19 tahun dan penyakitnya berlangusng kronik sehingga dapat dilihat pada orang dewasa diatas umur 19 tahun. Perbandingn penderita wanita 8 x lebih banyak daripada pria. Factor factor predisposisi penyakit belum35 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

diketahui kecuali hiperhidrosis. Kekurangan respon imun penderita rupanya tidak berpengaruh. Diagnosis Diagnosis dibuat berdasarkan pemeriksaan kerokan kulit dan biakan. Pada pemeriksaan sedian langsung dalam larutan KOH 10% jamur terlihat sebagai hifa bercabang, besekat ukuran 1,5 3 , bewarna coklat muda sampai hijau tua. Biakan pada agar sabouraud ( suhu kamar ) menghasilkan koloni menyerupai tagi dan koloni filament bewarna hijau tua atau hitam. Diagnosa banding Tinea nigra dapat menyerupai dermatitis kontak, tinea versikolor, hiperkromia, nevus pigmentosus, dan kulit yang terkena zat kimia, misalnya perak nitrat. Pengobatan Tinea nigra dapat diobati dengan obat obat jamur konvensional, misalnya salap salisil sulfur, whitfield, dan tincture jodii. Obat jamur baru juga berkhasiat. Prognosis Tinea nigra oleh karena asimtomatik tidak memberikan keluhan pada penderita kecuali keluhan estetik, kalau tidak diobati penyakit akan menjadi kronik. E. OTOMIKOSIS

Definisi Otomikosis adalah infeksi jamur kronik atau subakut pada liang telinga luar dan lubang telinga luar, yang ditandai dengan inflamasi eksudatif dan gatal. Dari kelainan tersebut dapat dibiakan jamur dan bakteri. Etiologi Penyebab penyakit terutama ialah jamur jamur kontaminan, misalnya aspergillus, penisilium, dan mukor. Dermatofita kadang kadang dapat merupakan hasil biakan bahan pemeriksaan dari tempat tersebut. Biasanya juga terdapat bakteri misalnya Pseudomonas

36 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

aeruginosa, proteus spp, micrococcus aureus, streptococcus hemolyticus, difteroid dan basil basil koliformis. Epidemiologi Otomikosis merupakan penyakit kosmopolit yang terutama terdapat di daerah panas dan lembab, misalnya Indonesia. Infeksi terjadi secara kontak langsung. Gejala klinis Panas dan lembab yang berlebihan merupakan factor predisposisi. Penderita mengeluh rasa penuh dan sangat gatal di dalam telinga. Liang telinga merah sembab dan banyak krusta. Inflamasi disertai eksfoliasi permukaan kulit atau pendengaran dapat terganggu oleh karena liang telinga tertutup oleh massa kotoran kulit dan jamur. Infeksi bakteri berlanjut eksema dan likenifikasi dapat jelas terlihat dan kelainan ini dapat meluas ke telinga bagian luar hingga bawah kuduk. Tulang rawan telinga dapat juga terserang. Hal yang menguntungkan ialah membran timpani terserang. Diagnosis Diagnosis dibuat dengan memeriksa kerokan kulit dan kotoran telinga. Pada sediaan langsung dengan larutan KOH 20% akan terlihat hifa tanpa spora. Biarkan pada agar Sabouraud pada suhu kamar akan menghasilkan koloni jamur penyebab. Pengobatan Infeksi jamur bila disertai edema memerlukan pengobatan konservatif untuk menghilangkan bengkak dan kemungkinan pembersihan liang telinga. Misalnya dengan memasukan kapas yang telah dibasahi dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000. tindakan ini dapat diulang dan kalau perlu dapat dilakukan irigasi untuk membersihkan serumen atau kotoran lain. Kemajuan atau kesembuhan akan terlihat akibat pembersihan yang dilakukan dan pengeringan liang telinga selama beberapa hari. Liang telinga yang menderita infeksi kronik harus dibersihkan untuk menghilangkan kotoran dan sisik yang mengandung jamur. Irigasi dengan larutan garam faal dilanjutkan dengan pemberian insulin spiritus 2% selama beberapa menit, biasanya cukup membersihkan daerah tersebut supaya tetap kering dapat diberikan obat obatan antiseptika, antibiotika atau antifungal.

37 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

Prognosis Infeksi kronik sangat resisten terhadap pengobatan, akan tetapi prognosis cukup baik bila diagnosa dibuat tepat dan pengobatan dilaksanakan secara bijaksana. F. KERATOMIKOSIS

Definisi Keratomikosis adalah infeksi jamur pada kornea mata yang menyebabkan ulserasi dan inflamasi setelah trauma pada bagian tersebut, diobati dengan obat obatan antibiotic dan kortikosteroid Sinonim Keratitis mikotik Etiologi Penyebab penyakit ini adalah berbagai macam jamur yang menyerang kornea yang rusak dan menyebabkan ulkus kornea. Spesies spesies yang pernah ditemukan antara lain adalah aspergillus, fusarium, cephalosporum,curvularia, dan penicillium. Gejala klinis Setelah mengalami trauma atau abrasi pada mata dapat terbentuk ulkus pada kornea. Melalui perkembangan yang lambat kelainan dapat membentuk hipopion. Lesi mulai dengan benjolan yang menonjol sedikit diatas permukaan, berwarna putih kelabu dan berambut halus. Pencairan lapisan teratas kornea disekitarnya membentuk ulkus dangkal. Terbentuk halo lebar berbatas tegas bewarna putih kelabu mengelilingi titik pusatnya. Dalam halo tersebut dapat terlihat garis - garis radial. Terlihat pula, inflamasi pada kornea. Vaskularisasi sering tidak tampak. Pada stadium ini sering digunakan antibiotika dan steroid yang bersifat anti inflamasi sehingga dapat mencegah parut. Dengan pengobatan demikian ulkus dapat menjalar dan meluas sampai ruang depan mata. Biakan dari bahan hapus dasar ulkus tidak menghasilkan bakteri, maupun jamur, akan tetapi bahan yang diambil dari kerokan dalam dasar atau pinggir ulkus menghasilkan jamur pada pemeriksaan.38 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

Diagnosis ditegakan dengan pemeriksaan mikologik sediaan langsung dan biakan. Diagnosis banding Keratomikosis harus dibedakan dengan ulkus kornea yang disebabkan paralisis fasial, keratitis dendrite, dan lain lain. Pengobatan Larutan nistatin dan amfoterisin B yang diberikan tiap jam. Pemberian dapat dijarangkan, bila telah terjadi perbaikan. Larutan amfoterisin B mengandung 1,0 mg per ml larutan garam faal atau akua destilata. Pada tahun tahun akhir larutan derivate azol juga digunakan dengan hasil cukup baik. Prognosis Baik, bila diagnosis dilakukan dini dan pengobatan cepat dan tepat.

39 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

DAFTAR PUSTAKA1. Djuanda A., Hamzah M, Aisyah S. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th edition. Jakarta : FKUI, 2010. pp. 92-99. 2. Wolff K, Goldsmith L.A, Katz SI et al. 2008. Fitzpatrick Dermatology in General Medicine. 7th edition. USA : McGrawHill, 2008. pp. 1845-1848. Vol. I & II. 3. Wolff K, Johnson RA. 2009. Fitzpatrick's Colour Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 6th edition. Singapore : McGrawHill, 2009. pp. 692-717.jki 4. Gupta KA,Tu LQ .Dermatophytosis : Diagnosis and Treatment , J Am Acad Dermatol 2006 ;54 :1050-5 5. Gupta KA, Cooper EA , Ryder JE , Nicol KA , Chow M, Chaudry MM. Optimal management of Fungal Infections of the Skin , hair, and nails. Am J Clin Dermatol 2004; 5 (4) : 225-237

6. Bennet, J.E : Antimicrobial agents; in : Goodman & Gilamans Brunton, L.L ; Lazo, J.S and Parker, K. L : The Pharmalogical Basis of Therapeutics ; 11th ed. Pp. 1232 ( McGraw-Hill, Medical Publishing Division, New York 2006) 7. Budimulja, U. : Penyelidikan dermatofitoisi di RS DR. Cipto Mangunkusomo Jakarta. Tesis ( Jakarta 1980 ) 8. Conant, N.F. ; Smith, D.T.; Baker, R.D. and Callaway, J.L.:Manual of clinical mycology;3rd ed. ( W.B Saunders Company, Philadelphia, London, Toronto 1971 ) 9. Grunwald, M.H. : Adverse drug reaction of the new oral antifungal agents terbinafine, gluconazole, and itraconazole. Int. J. Derm. 37 : 410 415 10. Harjandi; Widaty, S.; Bramono K.: Folikulitis pitirosporum. Laporan Kasus Kongres PMKI, 2000.

40 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i

Samudra Hadi Santosa ( 030. 05. 201 )

41 | K e p a n i t e r a a n I l m u P e n y a k i t K u l i t & K e l a m i n F K U s a k t i