8
Desa Siaga Dikembangkan Ke Seluruh Indonesia Tanggal: 14 Nov 2006 Menurut rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan menyerukan dikembangkan Desa Siaga di seluruh Wilayah Indonesia pada Desember 2006 di Kab. Lumajang Jawa Timur menandai puncak peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-42. Dipilihnya Kab. Lumajang sebagai tempat diselenggarakan puncak peringatan HKN, karena Lumajang telah berhasil mempelopori berkembangnya Desa Siaga melalui Gerakan Mambangun Masyarakat Desa (Gerbangmas). Demikian Menteri Kesehatan Dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) pada apel bendera memperingati HKN ke-42 tanggal 13 November 2006 di halaman upacara Depkes Jakarta yang diikuti pejabat dan karyawan Depkes RI. Menkes menambahkan, pada saat itu juga akan diresmikan terbentuknya Regionalisasi Pusat Bantuan Penanganan Krisis Kesehatan Akibat Bencana di 9 provinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimanten Selatan, Bali, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Pembentukan pusat-pusat bantuan ini akan sangat mendukung pengembangan Desa Siaga, karena mereka akan dapat berperan sebagai rujukan dan bantuan bagi masyarakat desa. Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah Desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. UKBM yang sudah dikenal luas oleh masyarakat yaitu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Warung Obat Desa, Pondok Persalinan Desa (Polindes), Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga dan lain-lain. Untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa, Poskesdes memiliki kegiatan : * Pengamatan epidemiologi sederhana terhadap penyakit terutama penyakit menular yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan factor resikonya termasuk status gizi serta kesehatan ibu hamil yang beresiko. * Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB serta factor resikonya termasuk kurang gizi. * Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdarutan kesehatan. * Pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensinya. * Promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), penyehatan lingkungan dan lain-lain. Dengan demikian Poskesdes diharapkan sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM yang ada di masyarakat desa. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, Poskesdes harus didukung oleh sumber daya seperti tenaga kesehatan (minimal seorang bidan) dengan dibantu oleh sekurang- kurangnya 2 orang kader. Selain itu juga harus disediakan sarana fisik berupa bangunan, perlengkapan dan peralatan kesehatan serta sarana komunikasi seperti telepon, ponsel atau kurir. Untuk sarana fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai cara/alternatif yaitu mengembangkan Polindes yang telah ada menjadi Poskesdes, memanfaatkan bangunan yang sudah ada

desa siaga.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: desa siaga.doc

Desa Siaga Dikembangkan Ke Seluruh Indonesia

Tanggal: 14 Nov 2006

Menurut rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan menyerukan dikembangkan Desa Siaga di seluruh Wilayah Indonesia pada Desember 2006 di Kab. Lumajang Jawa Timur menandai puncak peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-42. Dipilihnya Kab. Lumajang sebagai tempat diselenggarakan puncak peringatan HKN, karena Lumajang telah berhasil mempelopori berkembangnya Desa Siaga melalui Gerakan Mambangun Masyarakat Desa (Gerbangmas).Demikian Menteri Kesehatan Dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) pada apel bendera memperingati HKN ke-42 tanggal 13 November 2006 di halaman upacara Depkes Jakarta yang diikuti pejabat dan karyawan Depkes RI.

Menkes menambahkan, pada saat itu juga akan diresmikan terbentuknya Regionalisasi Pusat Bantuan Penanganan Krisis Kesehatan Akibat Bencana di 9 provinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimanten Selatan, Bali, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Pembentukan pusat-pusat bantuan ini akan sangat mendukung pengembangan Desa Siaga, karena mereka akan dapat berperan sebagai rujukan dan bantuan bagi masyarakat desa.

Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah Desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).

Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. UKBM yang sudah dikenal luas oleh masyarakat yaitu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Warung Obat Desa, Pondok Persalinan Desa (Polindes), Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga dan lain-lain.

Untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa, Poskesdes memiliki kegiatan :

* Pengamatan epidemiologi sederhana terhadap penyakit terutama penyakit menular yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan factor resikonya termasuk status gizi serta kesehatan ibu hamil yang beresiko.* Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB serta factor resikonya termasuk kurang gizi.* Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdarutan kesehatan.* Pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensinya.* Promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), penyehatan lingkungan dan lain-lain.

Dengan demikian Poskesdes diharapkan sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM yang ada di masyarakat desa. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, Poskesdes harus didukung oleh sumber daya seperti tenaga kesehatan (minimal seorang bidan) dengan dibantu oleh sekurang-kurangnya 2 orang kader.

Selain itu juga harus disediakan sarana fisik berupa bangunan, perlengkapan dan peralatan kesehatan serta sarana komunikasi seperti telepon, ponsel atau kurir.

Untuk sarana fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai cara/alternatif yaitu mengembangkan Polindes yang telah ada menjadi Poskesdes, memanfaatkan bangunan yang sudah ada misalnya Balai Warga/RW, Balai Desa dan lain-lain serta membangun baru yaitu dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat atau Daerah), donatur, dunia usaha, atau swadaya masyarakat.

Gerbangmas merupakan inovasi dan kreativitas pengembangan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) oleh Kader-kader PKK setelah Tim Penggerak PKK Kab. Lumajang memperoleh penghargaan Menteri Kesehatan pada tahun 2004.

Pengembangan Posyandu yang bermula pada kesehatan, kemudian diperluas ke berbagai aspek kehidupan dengan mengajak sektor terkait dan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha masuk kedalam Gerbangmas. Sehingga terjadilah percepatan pembangunan sarana masyarakat seperti air bersih, jamban keluarga, dan lain-lain dengan fasilitasi berbagai sektor, maka muncullah koperasi jamban, dan usaha produktifi lainnya sehingga menaikkan status ekonomi masyarakat desa.

Page 2: desa siaga.doc

Konsep Gerbangmas telah mengantarkan pengembangan desa-desa yang semula bernuansa kesehatan sekarang menjadi desa-desa sejahtera dengan membangun berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Menurut Menkes, pada peringatan HKN ke-42, diupayakan pula untuk mempercepat gerakan pembangunan masyarakat desa melalui penggerakan para santri di pondok-pondok pesantren guna membangun Pensatren Sehat yang dimotori oleh Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) dan Mosholla Sehat. Presiden RI telah memberikan dana stimulan kepada 200 Pondok Pesantren di Jawa Timur untuk pembangunan Poskestren. Sedangkan Menteri Kesehatan telah mendorong gerakan pembangunan masyarakat dengan memberikan stimulan untuk sejumlah Musholla di Jawa Timur sehingga menjadi musholla sehat. Pemberian stimulan untuk Poskestren dan Musholla sehat ini akan terus dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya dan diperluas ke provinsi-provinsi lain.

Pada kesempatan tersebut Menkes juga menyerahkan piagam penghargaan masing-masing kepada dr. I. Nyoman Kandun, MPH, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Satyalancana Karyasatya 30 tahun), dr.Achmad Hardiman, SpKJ, MARS, Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Satyalancana Karyasatya 30 tahun), H.Rosadi Nazir, M.Sc, Direktur Poltekkes Jakarta II (Satyalancana Karyasatya 30 tahun), Arnita Febri, B.Ac, (Satyalancana Karyasatya 20 tahun), Supatmi (Satyalancana Karyasatya 10 tahun), dan Amita Fiska (Satyalancana Karyasatya 10 tahun). Sedangkan Piagam Tanda Penghargaan Bakti Karya Husada Triwindu dan Dwi Windu diserahkan kepada Drs.T.Bahdar Johan Hamid, Drg.Ninin Setyaningsih, MM, Drs.H.Asmawi Thoha, MM, dan Yedi.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Setjen Depkes RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-522 3002 atau alamat e-mail [email protected].

Sumber: Website Departemen Kesehatan RI

Pemberdayaan Organisasi Profesi Dalam Pelaksanaan Desa Siaga 

Bppsdmk, Jakarta - Visi Pembangunan Kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010 menggambarkan bahwa pada tahun 2010 Bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. 

Untuk mendukung Visi Pembangunan Kesehatan tersebut maka Departemen Kesehatan mempunyai visi yaitu ?Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat? dengan Misi ?Membuat Rakyat Sehat? serta strategi ?Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat? berupaya untuk memfasilitasi percepatan pencapaian derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiap siagaan di tingkat desa yang disebut dengan Desa Siaga. 

Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular, kejadian bencana dan lain-lain. Tujuan utama pengembangan Desa Siaga adalah untuk memeratakan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat. Untuk itu perlu adanya upaya kesehatan yang berbasis masyarakat agar upaya kesehatan lebih tercapai (accessible), lebih terjangkau (affordable) serta lebih berkualitas (quality). 

Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi berbagai permasalahan kesehatan di Indonesia seperti: masih tingginya angka kematian ibu sebesar 307/100.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi sebesar 36/1.000 kelahiran hidup, prevalensi gizi kurang sebesar 25,8% dan masih tingginya prevalensi penyakit-penyakit berbasis lingkungan seperti DBD, ISPA, Diare, Flu Burung dan lain-lain. 

Untuk mengatasi masalah yang prioritas Departemen Kesehatan telah menetapkan strategi utama. Pelaksanaan strategi utama tersebut perlu didukung oleh SDM Kesehatan yang kompeten, tersedia dalam jumlah yang cukup, terdistribusi secara adil dan merata serta dimanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka pengembangan Desa Siaga. 

Ketersediaan SDM Kesehatan yang berkualitas dan profesional sangat menentukan keberhasilan pengembangan Desa Siaga, sehingga profesi kesehatan perlu diberdayakan dan didayagunakan semaksimal mungkin . 

Puspronakes-LN Badan PPSDM Kesehatan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan nomor: 1575/Menkes/XI/2005 mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan Pemberdayaan Profesi dan Tenaga Kesehatan Indonesia. 

Tenaga Kesehatan yang secara langsung berkaitan dengan pengembangan Desa Siaga adalah tenaga Bidan, Perawat, Gizi dan Sanitarian. Sesuai dengan tugas dan fungsinya, maka Puspronakes-LN berkomitmen dalam

Page 3: desa siaga.doc

perannya untuk mensukseskan Desa Siaga melalui pemberdayaan organisasi profesi yang menjadi wadah profesi tenaga kesehatan untuk desa siaga tersebut. 

Peran Puspronakes-LN 1. Bekerjasama dengan Organisasi Profesi (OP) dalam menyusun standar kompetensi kinerja tenaga kesehatan untuk Desa Siaga 2. Memfasilitasi OP Pusat dalam melakukan pendataan organissi profesi di tingkat daerah 3. Mendorong OP Pusat melakukan pembinaan secara intensif terhadap OP Daerah dalam peningkatan kinerja anggotanya 4. Mendorong OP dalam menyiapkan tenaga fasilitator pengembangan Desa Siaga 5. Memfasilitasi OP dalam meminimalisir disparitas kompetensi profesi di Desa Siaga 6. Mendorong peran OP dalam menampung aspirasi anggotanya dalam pengembangan di Desa Siaga 7. Mendorong peran OP dalam memperjuangkan hak-hak anggotanya dalam pengembangan Desa Siaga 8. Mendorong peran OP dalam memotivasi anggotanya dalam pengembangan Desa Siaga 9. Mendorong peran OP dalam memberikan informasi tentang perkembangan IPTEK kesehatan kepada anggotanya dalam pengembangan Desa Siaga 10. Mendorong peran OP dalam membantu meningkatkan kesejahteraan anggotanya dalam pengembangan Desa Siaga 11. Mendorong peran OP untuk memberikan bantuan hukum bagi anggotanya berkaitan dengan tugas dan wewenangnya dalam pengembangan Desa Siaga 12. Mendorong OP Pusat untuk melakukan pemantauan terhadap peran OP Daerah dalam pengembangan Desa Siaga 13. Mendorong OP Pusat untuk melakukan evaluasi terhadap peran OP Daerah dalam pengembangan Desa Siaga Dari peran Puspronakes-LN tersebut diatas ada beberapa kegiatan yang akan dan telah dilakukan, yaitu: 1. menyusun standar kompetensi kinerja tenaga kesehatan (Bidan, Perawat, Gizi dan Sanitarian) untuk Desa Siaga. 2. Melakukan pendataan organisasi profesi tingkat daerah 3. Melakukan kajian terhadap kinerja organisasi profesi dalam mendukung program desa siaga 4. Meminta organisasi profesi untuk menyiapkan tenaga fasilitator pengembangan desa siaga 5. Melakukan kajian terhadap penerapan kompetensi kinerja tenaga kesehatan untuk desa siaga setelah 1 (satu) tahun program desa siaga berjalan Peran Dinas Kesehatan Propinsi 1. Bekerjasama dengan OP Daerah dalam menyelenggarakan pelatihan tenaga fasilitator pengembangan Desa Siaga yang direkrut/disediakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 2. Mengadvokasi dan mengajak OP dalam membina kelestarian Desa Siaga melalui wirausaha 3. Mendorong OP untuk berperan aktif dalam meningkatkan kinerja anggotanya yang ada di Desa Siaga 4. Mendorong OP melakukan monitoring terhadap kinerja anggotanya yang ada di Desa Siaga Sesuai dengan peran diatas, beberapa kegiatan Dinas Kesehatan Propinsi yang harus dilakukan untuk mendukung pelaksaan desa siaga, yaitu: 1. menyelenggarakan pelatihan tenaga fasilitator pengembangan desa siaga 2. melakukan advokasi organisasi profesi daerah untuk membina kelestarian desa siaga 3. melakukan kajian terhadap kinerja tenaga kesehatan desa siaga Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 1. Bekerjasama dengan OP Daerah dalam menyediakan tenaga-tenaga fasilitator pengembangan Desa Siaga untuk dilatih oleh Dinas Kesehatan Propinsi 2. Mengadvokasi dan mengajak OP Daerah dalam membina kelestarian Desa Siaga melalui wirausaha 3. Mendorong OP Daerah untuk berperan aktif dalam meningkatkan kinerja anggotanya yang ada di Desa Siaga 4. Mendorong OP Daerah melakukan monitoring terhadap kinerja anggotanya yang ada di Desa Siaga Sesuai dengan peran diatas, beberapa kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang harus dilakukan untuk mendukung pelaksaan desa siaga, yaitu: 1. Menyediakan tenaga fasilitator pengembangan desa siaga untuk di lakukan pelatihan 2. melakukan advokasi organisasi profesi daerah untuk membina kelestarian desa siaga 3. melakukan monitoring terhadap kinerja tenaga kesehatan desa siaga Pemberdayaan organisasi profesi sebagai wadah aspirasi anggotanya dalam menunjang program pembangunan kesehatan utamanya pengembangan Desa Siaga sangat strategis, disamping peranan pemerintah dalam memfasilitasi upaya tersebut secara sinergis dan berkesinambungan. Pemberdayaan organisasi profesi dapat dilakukan melalui fasilitasi, pemberian dorongan, advokasi, dan kerjasama antara pemerintah dan organisasi profesi. 

Kegiatan yang dapat dilakukan oleh Puspronakes-LN dalam pemberdayaan organisasi profesi guna menunjang program Desa Siaga, meliputi: Penyusunan standar kompetensi kinerja, pendataan organisasi profesi daerah, kajian terhadap kinerja organisasi profesi dan penerapan kompetensi kinerja tenaga kesehatan untuk desa siaga, serta menggerakkan Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota untuk menyediakan tenaga fasilitator, melakukan fasilittator, melakukan advokasi untuk membina kelestarian desa siaga, melakukan kajian terhadap kinerja tenaga kesehatan di desa siaga, serta monitoring terhadap kinerja tenaga kesehatan desa siaga.

I. LATAR BELAKANG /PENGERTIAN DESA SIAGA

Salah satu strategi yang terus dikembangkan dalam mewujudkan Pandeglang Sehat adalah melalui pengembangan Desa Siaga. Berkaitan dengan strategi tersebut, salah satu sasaran terpenting yang ingin di capai adalah “pada akhir tahun 2010, seluruh desa telah menjadi “desa siaga”. Desa siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong royong, menuju desa sehat.

Pengembangan desa siaga mencakup upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa, menyiapsiagakan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, serta mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Dengan mewujudkan desa siaga akan dapat segera di wujudkan desa-desa sehat, yang merupakan basis bagi terwujudnya Pandeglang Sehat.

Page 4: desa siaga.doc

Inti kegiatan desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu maka dalam pengenbangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif, yaitu upaya mendampingi (menfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang di hadapinya. Untuk menuju desa siaga perlu di kaji upaya-upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang sudah ada seperti posyandu, polindes, pos obat desa, dana sehat, siap antar jaga kesehatan ibu dan anak (Siaga KIA) dan lain-lain sebagai embrio atau titik awal sebagai pengembangan menuju desa siaga. Dengan demikian, mengubah desa menjadi desa siaga akan lebih cepat bila di desa tersebut telah ada berbagai UKBM. Pengembangan desa siaga juga merupakan revitalisasi pembangunan kesehatan masyarakat desa(PKMD) sebagai pendekatan edukatif yang perlu di hidupkan kembali, dipertahankan dan ditingkatkan.

Desa siaga juga dapat merupakan pengembangan dari konsep siap antar jaga (SIAGA), desa siap antar jaga dapat dilengkapi komponen-komponen untuk menjadi desa siaga, yaitu dengan dikembangkannya pelayanan kesehatan dasar dan UKBM, di kembangkannya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dikalangan masyarakat, diciptakannya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi kegawatdaruratan dan bencana, dikembangkannya surveilans penyakit, serta diciptakannya system pembiayaan kesehatan yang berbasis masyarakat .

II. TUJUAN DESA SIAGA

1. Tujuan umum ; Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.

2. Tujuan khusus ;

a) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.b) Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, kegawatdaruratan, dan sebagainya).c) Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.d) Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.e) Meningkatnya kemandirian masyarakat desa dalam pembiayaan kesehatan.f) Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan.g) Meningkatnya dukungan dan peran aktif para pemangku kepentingan dalam mewujudkan kesehatan masyarakat desa.

III. SASARAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA

Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan desa siaga dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

1) Semua individu dan keluarga di desa, yang di harapkan mampu melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.2) Pihak-pihak yang yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader desa, serta petugas kesehatan.3) Pihak-pihak yang di harapkan memberikan dukungan kebijakan , peraturan perundangan, dana, tenaga,sarana , dan lain-lain. Seperti kepala desa, camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur, dan pemangku kepentingan lainnya.

IV. KRITERIA DESA SIAGA

Sesuai dengan pengertian desa siaga, maka criteria lengkap dari desa siaga adalah ;

1. Memiliki sarana pelayanan kesehatan dasar (bagi yang tidak memiliki akses ke puskesmas/pustu, dapat dikembangkan pos kesehatan desa/POSKESDES).2. Memiliki berbagai UKBM sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat (posyandu, pos/warung obat desa, dan lain-lain).3. Memiliki system pengamatan (survelians) penyakit dan factor-faktor risiko yang berbasis masyarakat.4. Memiliki system kesiapsiagaan dan penanggulan kegawatdaruratan dan bencana berbasis masyarakat.5. Memiliki system membiayaan kesehatan berbasis masyarakat.6. Memiliki lingkungan yang sehat.7. Masyarakat sadar gizi. 8. serta Perilaku hidup bersih dan sehat.

V. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN DESA SIAGA

Pengembangan Desa Siaga dilaksanakan dengan membantu/memfasilitasi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral pemecahan masalah yang terorganisasi (pengorganisasian masyarakat). Yaitu dengan menempuh tahap-tahap : (1) mengidentifikasi masalah, penyebabnya, dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah, (2) mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah, (3) menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak, merencanakan dan

Page 5: desa siaga.doc

melaksanakannya, serta (4) memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah dilakukan. Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaannya, namun secara garis besarnya langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:

A. Pengembangan Tim Petugas Kecamatan (lintas program/lintas sektor)

Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan lainnya dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para petugas kesehatan yang berada di wilayah Puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas administrasi. Persiapan para petugas ini bisa berbentuk sosialisasi, pertemuan atau pelatihan yang bersifat konsolidasi, yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Keluaran atau output dari langkah ini para petugas yang memahami tugas dan fungsinya, serta siap bekerjasama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada pemangku kepentingan dan masyarakat.

B. Pengembangan Tim di Masyarakat (Forum Desa Siaga)

Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas, tokoh masyarakat, serta masyarakat, agar mereka tahu dan mau bekerjasama dalam satu tim untuk mengembangkan Desa Siaga. Dalam langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar merEka mau memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran, serta restu, maupun dana atau sumber daya lain, sehingga pengembangan Desa Siaga dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat bertujuan agar mereka memahami dan mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik guna menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan Desa Siaga. 

Jadi dukungan yang diharapkan dapat berupa dukungan moral, dukungan finansial atau dukungan material, sesuai kesepakatan dan persetujuan masyarakat dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Jika di daerah tersebut telah terbentuk wadah-wadah kegiatan masyarakat di bidang kesehatan seperti Konsil Kesehatan Kecamatan atau Badan Penyantun Puskesmas, Lembaga Pemberdayaan Desa, PKK, serta organisasi kemasyarakatan lainnya, hendaknya lembaga-lembaga ini diikutsertakan dalam setiap pertemuan dan kesepakatan.

C. Survei Mawas Diri (SMD)

Survei mawas diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) atau Community Self Survey (CSS) bertujuan agar masyarakat dengan bimbingan petugas mampu melakukan telaah mawas diri untuk desanya. Survei ini harus dilakukan oleh pemuka-pemuka masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga kesehatan. Dengan demikian, diharapkan mereka menjadi sadar akan permasalahan yang dihadapi di desanya, serta bangkit niat dan tekad untuk mencari solusinya. Untuk itu, sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi mereka. Keluaran atau output dari SMD ini berupa identifikasi masalah-masalah kesehatan serta daftar potensi di desa yang dapat didayagunakan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut.

D. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

Tujuan penyelenggaraan musyawarah atau lokakarya desa ini adalah mencari alternatif penyelesaian masalah kesehatan hasil SMD dikaitkan dengan potensi yang dimiliki desa. Di samping itu, juga untuk menyusun rencana jangka panjang pengembangan Desa Siaga. Inisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari para tokoh masyarakat yang telah sepakat mendukung pengembangan Desa Siaga. Peserta musyawarah adalah tokoh-tokoh perempuan dan generasi muda setempat. Bahkan sedapat mungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang bersedia mendukung pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya (untuk itu diperlukan upaya advokasi).

Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disajikan, utamanya adalah daftar masalah kesehatan, data potensi, serta harapan masyarakat. Hasil pendapatan tersebut dimusyawarahkan untuk penentuan prioritas, dukungan dan kontribusi apa yang dapat disumbangkan oleh masing-masing individu/institusi yang diwakilinya, serta langkah-langkah solusi untuk pengembangan Desa Siaga. Dalam hal ini, seyogianya masyarakat difasilitasi untuk sampai kepada kesimpulan tentang pentingnya hal-hal yang disebutkan sebagai kriteria Desa Siaga.

E. Pelaksanaan Kegiatan Desa Siaga

Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:

Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga, Pemilihan pengurus dan kader Desa Siaga dilakukan melalui pertemuan khusus para pimpinan formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah & mufakat, sesuai dengan tata cara dan kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi oleh Puskesmas.

Orientasi/Pelatihan Kader Desa Siaga, Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader desa yang telah ditetapkan perlu diberikan orientasi atau pelatihan. Orientasi/pelatihan dilaksanakan oleh Puskesmas sesuai dengan pedoman orientasi /pelatihan yang berlaku. Materi orientasi/pelatihan mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan di desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga (sebagaimana telah dirumuskan dalam Rencana Operasinal). Yaitu antara lain pengelolaan Desa Siaga secara umum, pembangunan dan pengelolaan palayanan

Page 6: desa siaga.doc

kesehatan dasar seperti Poskedes (jika diperlukan), pengelolaan UKBM, serta hal-hal lain seperti kehamilan dan persalinan sehat, Siap-Antar-Jaga, Keluarga Sadar Gizi, posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit menular, penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP), kegawat-daruratan sehari-hari, kesiapsiagaan bencana, kejadian luar biasa, warung obat desa (WOD), diversifikasikan pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui Taman Obat Keluarga (TOGA), kegiatan surveilans, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan lain-lain.

Pengembangan Pelayanan Kesehatan Dasar Dan UKBM, Dalam hal ini, pembangunan PoskeSdes (jika diperlukan) bisa dikembangkan dari UKBM yang sudah ada, khususnya Polindes. Apabila tidak ada Polindes, maka perlu dibahas dan dicantumkan dalam rencana kerja pembangunan Poskesdes. Dengan demikian sudah diketahui bagaimana pelayanan kesehatan dasar tersebut akan diadakan, membangun baru dengan fasilitas dari Pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari donatur, membangun baru dengan swadaya masyarakat, mengembangkan bangunan Polindes yang ada, atau memodifikasi bangunan lain yang ada. Bilamana Poskesdes Sudah berhasil diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan dengan membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan, dan belum ada di desa yang bersangkutan, atau merevitalisasi yang sudah ada tetapi kurang/tidak aktif.

Dengan telah adanya pelayanan kesehatan dasar dan UKBM serta terlatihnya kader dan terbentuknya Forum Desa Siaga, maka desa yang bersangkutan telah dapat ditetapkan sebagai Desa Siaga Aktif. Setelah Desa Siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan Desa Siaga secara rutin sesuai dengan kriteria Desa Siaga, yaitu pengembangan sistem surveilans berbasis masyarakat, pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana, penggalangan dana, pemberdayaan masyarakat menuju Kadarzi dan PHBS, serta penyehatan lingkungan. Pelayanan kesehatan dasar melalui Poskesdes (bila ada), dan Pelayanan UKBM seperti Posyandu dan Lain-lain digiatkan dengan berpedoman kepada panduan yang berlaku. 

Kegiatan-kegiatan di Desa Siaga utamanya dilakukan oleh kader kesehatan yang dibantu tenaga kesehatan profesional (bidan, perawat, tenaga gizi, dan sanitarian). Secara berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan Desa Siaga selanjutnya secara lintas sektoral.

F. Pembinaan dan Peningkatan

Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja sektor lain, serta adanya keterbatasan sumberdaya, maka untuk memajukan Desa Siaga perlu adanya pengembangan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak. Perwujudan dari pengembangan jejaring Desa Siaga dapat dilakukan melalui Temu Jejaring UKBM secara internal di dalam desa sendiri atau Forum Komunikasi Desa Sehat dan atau Temu Jejaring antar Desa Siaga (minimal sekali dalam setahun). Upaya ini selain untuk memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat menyediakan wahana tukar-menukar pengalaman dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi bersama. Yang juga tidak kalah pentingnya adalah pembinaan jejaring lintas sektor, khususnya dengan program-program pembangunan yang bersasaran desa. 

Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian Desa Siaga adalah keaktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan para kader agar tidak drop out. Kader-kader yang memiliki motivasi memuaskan kebutuhan sosial-psikologisnya harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kreativitasnya. Sedangkan kader-kader yang masih dibebani dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus dibantu untuk memperoleh pendapatan tambahan, misalnya dengan pemberian

gaji/intensif atau difasilitasi agar dapat berwirausaha