80

Desain Hidraulik Bendung Tetap Untuk Irigasi Teknis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

desain hidraulik bendung tetap

Citation preview

  • Prof. Drs. Erman Mawardi, Dipl. AIT.fr. Moch. Memed, Dipl. H.E., ApU.

    ?; S{IJsel

    Desain HidraulikBENDUNG TETAPUNTUK IRIGASI TEKNIS

  • Hak Cipta Dilindungi Undang-undangDilarang keras memperbanyak, memfotokopi sebagianatau seluruh isi buku ini, serta memperjualbelikannya

    tanpa mendapat izin tertulis dari Penerbit.

    @ 2010, Penerbit Alfabeta, Bandung

    Tek01-306 (viii + 148) t6 x24 cm

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Swt., Tuhan semesta Alam,atas selesainya penyusunan buku ini. Shalawat dan salam senantiasa terlimpahkepada Nabi Muhammad Saw., keluarga dan para sahabatnya.

    Kepustakaan tentang bangunan air, khususnya bangunan bendungdirasakan sangat kurang. Oleh karena itu, penulis mencoba mengetengahkantulisan ini untuk mengisi kekosongan dan untuk memenuhi penyediaan akanbuku-buku tersebut. Disamping itu, untuk menyebarluaskan hasil litbang danpengalaman penulis dalam menangani desain bangunan bendung.

    Kami ketengahkan kehadapan anda buku dengan judul DesainHidraulik Bendung Tetap untuk Irigasi Teknis ini bagi para mahasiswaJurusan Sipil dan Sumber Daya Air, Perencana, Ahli Teknik Hidraulik, dansiapa saja yang berminat dalam desain bangunan bendung.

    Pengalaman penulis dalam membantu perkuliahan bangunan air di JurusanSipil merasakan kurang tersedianya buku-buku pegangan mahasiswa tentangbangunan bendung, sehingga mendorong dan memberanikan diri untukmenerbitkan buku ini.

    Persoalan pada bangunan bendung khususnya dan bangunan airumumnya hingga kini masih saja dijumpai. Baik terhadap bangunan yang sudahberoperasi maupun dalam mendesain bangunan baru. Dengan demikian penulisanbuku ini diharapkan dapat membantu dan menjadi panduan dalam menanganipersoalan-persoalan tersebut.

    Tentu saja dalam sajian buku ini masih ada kekurangan. Untuk itu kamimengharapkan saran yang membangun agar dapat diadakan perbaikan untukpenerbitan masa mendatang.

    Selanjutnya, berkenaan dengan penerbitan buku ini disampaikan ucapanterima kasih kepada Bapak DR. (Eng) A. Hafied A. Gany, M.Sc. KepalaPuslitbang Sumber Daya Air, Departemen Kimpraswil, yang telah memberikankesempatan kepada kami untuk menulis sehingga penerbitan ini dapatdiwujudkan. Terima kasih yang tak terhingga disampaikan pula kepada BapakDr. Ir. Suyono Sosrodarsono mantan Menteri Departemen Pekerjaan Umum,dan Bapak Dr Ir. Syamsudin, Dipl., HE. yang telah mendorong penulis untukmenuangkan pengalamannya dalam menangani persoalan bangunan air dalambentuk publikasi yang dapat disebarluaskan.

    Judul Buku

    Penulis

    Perancang KulitPenerbit

    Cetakan KetigaCetakan KeempatISBN

    Desain Hidraulik Bendung Tetapuntuk lrigasi TeknisProf. Drs. Erman Mawardi, Dipl., AlT.lr. Moch. Memed, Dipl. H.E., APU.Qum-Qum & ServeroALFABETA, cvJl. Gegerkalong Hilir No. 84 BandungTelp. (022) 2o08822 Fax. (022) 2o2o .t73Website: www.cvalfabeta.comEmail: [email protected] 2006September 2010979-8433-56-2

    1

    t\IAnggota lkatan Penerbit lndonesia {lKAPl)

  • TidaklupaterimakasihpenulissampaikankepadaBapakDr.Ir..layamurni warga Dalam, M.Sc., dan Dr. Ir' Arie Setiadi, M.Sc. yang telahrnernberikan.kesempatan dan penyediaan data serta informasi dari Balai BHGK'I)r,rslitbang Sumber Daya Air, sehingga tulisan ini dapat dilengkapi dengangambar-gambar dan foto Yang baik.

    UcapanterimakasihdisampaikanpulakepadaBapakProf.DR.H.Buchari Alma Dt. Rajo Lelo serta penerbit Alfabeta yang telah bersediamencetak dan menerbitkannya, sehingga penerbitan buku ini dapat direalisasikan'

    SemogausahainimendapatridhoAllahSwt.danmemberimanfaatdalam menyebarluaskan pengetahuan khususnya buat mahasiswa dan umumnya

    bagi siapa saja Yang berminat.

    Bandung, November 2002Penulis

    KATA SAMBUTAN

    ' Seperti diketahui, tanah air kita memiliki sumber daya air yang melimpahdan merupakan kekayaan nasional. Sumber air tersebut telah digunakan antaralain untuk irigasi sejak ratusan tahun yang lalu. Bendung adalah salah satuprasarana yang digunakan untuk kepentingan irigasi tersebut.

    Dalam rangka alih pengetahuan khususnya tentang desain bendung tetapagar dapat bermanfaat seluas-luasn a maka Alhamdulilleh dapatlah diterbitkanbuku ini. Penyusunnya adalah ahli-ahli teknik hidraulik yang telah berkecimpungdalam teknik bangunan keairan sejak awal PELITA Indonesia dimulai. Olehkarenanya, dalam buku ini antara lain dijumpai berbagai corak bentuk hidraulikbendung dan bagaimana seharusnya mendesain suatu bendung tetap. Disampingitu, sesuai dengan tujuannya, buku ini memuat pengertian-pengertian danpetunjuk-petunjuk praktis yang sederhana yang dapat membantu para perencanadalam bidang teknik keairan.

    Kami berpendapat, buku ini patut dimiliki para mahasiswa dan tenagaprofesional yang berkecimpung dalam bidang teknik keairan.

    Kepada para penyusun dan penerbit patut kiranya kami berikanpenghargaan atas sumbangan pikiran, usaha, dan tenaganya untuk memajukanilmu bangunan keairan khususnya bendung di Indonesia.

    Semoga buku ini akan bermanfaat dan dapat digunakan seluas mungkin.

    Kepala Puslitbang Sumber Daya Air

  • DAFTAR I5I

    Kata Pengantar............Kata Sambutan...........Daftar Isi ..............BAB 1 PENDAHULUAN

    l. Latar Belakang ......;......2. Maksud dan Tuiuan3. Maksud Pembangunan Bangunan Bendung..4. Cakupan Tulisan5. Penjelasan lstilah

    BAB 2 TINJAUAN SISTEM IRIGASI1. Sejarah Irigasi dan Bendun9............ ....2. Pengertian dan Maksud Irigasi3. Sistem Irigasi di lndonesia

    3.1 Petajaringan irigasi3.2 Saluran irigasi tanpa pasangan .......'....3.3 Saluran Pembuang

    4. Kebutuhan Air Irigasi5. Tinjauan Irigasi di JePangDaftar Pustaka

    BAB 3 BENDUNG TETAP UNTUK IRIGASII. PEMILIHAN LOKASI BENDUNG .........

    l. U mum ...............2. PemilihanLokasi Bendung

    4. Contoh Penempatan Bendung di Sudetan SungaiII. BENDUNG PBLIMPAH..........

    1. Pengertian2. Klasifikasi Bendung3. Tata Letak Bendung dan Perlengkapannya4. Bentuk Bendung PelimPah5. Mercu Bendung

    5.1 Definisi dan fungsi

    lll

    vi

    1

    5678

    t213l51825

    26

    2626262829

    313132JJ364t4t

    5.2 Bentuk mercu bendung5.3 Tinggi mercu bendung5.4 Panjang mercu bendung5.5 Penentuan elevasi mercu bendung5.6 Peninggian mercu bendung5.7 Tinggi muka air di atas mercu bendung

    III. BANGUNAN INTAKE...l. Definisi dan Fungsi2. Tata Letak3. Macam Intake4. Arah Intake, Komponen. dan Letak Bangunan5. Bentuk dan Ukuran Hidraulik6. Pilar Intake dan Dinding Banjir7. Dua Intake di Satu Sisi Bendung.................

    IV. BANGUNAN PEMBILAS

    2. Sistem kerja pembilas dengan undersluice3. Macam bangunan dan tata letak ..........4. Komponen dan bentuk bangunan5. Tata cara desain6. Dimensi bangunan undersluice .....,..i...........

    6.1 Pembilas undersluice lurus ..........6.2 Pintu pembilas ..............6.3 Pilarpembilas ...............6.4 Sponeng pintu dan stang pintu6.5 Tembok baya-baya6.6 Pengoperasianpintu6.7 Dindingbanjir ................

    7. Pembilas shunt undersluice .............8. Pengoperasianpembilas9. Contoh perhitungan ukuran pintu kayu dan stang pintu ......

    V. BANGUNAN PENAHAN BATU (BOULDER SCREBN)I. Definisi dan fungsi2. Persyaratan3. Penempatan4. Komponen5. Tipe bangunan ..............6. Bentuk dan ukuran7. Penerapan bangunan penahan batu............

    VI. BANGUNAN PBRBDAM ENERGIl. Definisi dan fungsi

    4l42+-1

    4l484949495l53545659@,6l(y+GI656'/10/(,7t

    1./b83

    '85

    8989898989E989909494

    7:.llr

    l(-t

    l,#l

  • Tipe bangunan peredam energiFaktor pemilihan tiPePrinsip pemecahan energiDesain hidraulik peredam energi5.1 Peredam energi lantai hilir datar dengan ambang

    akhir ..........5.2 Peredam energi cekung5.3 Peredam energi berganda5.4 Peredam energi tiPe USBR5.5 Peredam energi tipe kotak-kotak ...""""

    6. Tembok sayap, tembok pangkal' dan pengarah arus6.1 Tembok saYaP hilir6.2 Tembok Pangkal bendung6.3 Tembok saYaP udik

    vII. RIP-RAP.............1. Definisi dan fungsi2. Jenis riP-raP3. PeneraPan4. Bentuk dan ukuran5. Sistem kerja riP-raP6. Pemasangan riP-raP1. Ukuran batu riP-raP USBR8. Rip-raP beton ..........9. Rip-raP bronjong

    VIII. STABILITAS BENDUNGl. U mum...............2. Langkah Perhitungan3. Contoh Perhitungan stabilitas

    BAB 4 CONTOH DESAIN HIDRAULIK.........,....l. Umum dan TahaPan Desain2. Data3. Perhitungan Hidraulik Bendung4. Perhitungan Dimensi Peredam Energi5. Perhitungan Hidraulik Bangunan Intake""""'6. Perhitungan Panjang Lantai Udik """""'1. Penentuan Dimensi Tembok Pangkal dan Tembok Sayap '

    t)aftar Pustaka......Biografi

    94949595

    9598

    109ll3

    2.J.4.5.

    ll6n7118t20t2lr23123t23123123r23123124r25126121127121128

    131

    l3l131132136r38t41143144146

    f-i; I

    PCNDAHULUAN1. Latar Belakang

    Dalam masa pembangunan Indonesia sejak tahun 1970-an hingga kini,khususnya dalam penyediaan prasarana bangunan air untuk irigasi, telah ribuanbangunan bendung dibangun. Salah satu jenis bendung yang dibangun ialertrbendung tetap dari bahan pasangan batu. Bendung itu dirancang dan dibangunoleh tenaga teknik Indonesia. Juga oleh tenaga ahli teknik asing yang datangke Indonesia membawa konsep baru. Rancangan itu baik oleh tenaga teknikIndonesia maupun oleh tenaga teknik asing memberikan suatu perkembangantipe, bentuk dan tata letak bendung. Ribuan bendung yang telah dibangun ituberoperasi dan berfungsi dengan baik. Namun sebagian diantara ribuan bendungbaru itu mengalami masalah yang disebabkan oleh berbagai hal. Misalnyamasalah-masalah gangguan penyadapan aliran, gangguan angkutan sedimendan sampah, masalah penggerusan setempat di hilir bendung sampai denganmasalah hancurnya bangunan dan sebagainya.

    Merancang bendung baru dan menangani bendung bermasalah hasilpembangunan ini dan penanganan terhadap bendung-bendung tua baik yangdibangun sebelum tahun 1970-an maupun bendung-bendung tua warisanPemerintahan Belanda telah memberikan masukan dan pengalaman bagiahli-ahli teknik Indonesia.

    Penulisan buku ini dilatarbelakangi pengalaman penulis dalammerancang bendung dengan konsep baru dan mendesain serta menanganibendung bermasalah tersebut. Pengalaman tersebut disajikan dalam buku iniyang diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam pekerjaan desain danmenjadi bahan panduan bagi perencana.

    2. Maksud dan TujuanMaksud dari penulisan buku ini yaitu untuk menyebarluaskan

    pengalaman, hasil penelitian dan pengembangan serta pengetahuan teknikhidraulik bendung tetap untuk irigasi teknis.

    Di samping itu, untuk memenuhi permintaan dan penyediaan referensibuku-buku bendung khususnya dan bangunan air umumnya. Seperti diketahuibuku semacam ini penerbitannya sangat kurang pada hal sangat diperlukan

  • oleh para ahli teknik hidraulik dan para mahasiswa jurusan sipil dan jurusansumber daya air pada berbagai fakultas teknik.

    Berkenaan dengan itu maka penulisan buku ini ditujukan untuk pembacayaug secara spesifik berkecimpung dalam perencanaan teknis bendung tetapdan mereka yang terlibat dalam sektor pengairan. Selain itu ditujukan pulauntuk mahasiswa-mahasiswa yang mempelajari ilmu irigasi dan bangunanpengambil airnya yang dalam hal ini bendung tetap untuk kepentingan irigasi.

    3. Maksud Pembangunan Bangunan BendungDengan maksud memenuhi kebutuhan air bagi pertanian maka

    diperlukan berbagai prasarana penyedia dan pengambil airnya antara lainbangunan bendung. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintangsungai untuk meninggikan taraf muka air sungai dan atau membendung aliransungai sehingga aliran sungai bisa disadap dan dialirkan secara gravitasi kedaerah yang membutuhkannya. Tipe bendung dapat dibedakan dengan bendungtetap dari bahan pasangan batu, beton, bendung gerak dengan pintu sorongatau pintu radial, dan bendung kembang kempis dan sebagainya.

    Jika penyediaan air irigasi dilakukan dengan tepat dan benar maka akandapat pula meningkatkan produksi padi sehingga kebutuhan akan beras dapatpula dipenuhi.

    4, Cakupan TulisanBuku ini pertama-tama menguraikan tentang apa, dan bagaimana irigasi

    di Indonesia serta sistem irigasinya. Selanjutnya uraian secara umum tentangsistem irigasi di Jepang. Hal ini perlu ditinjau mengingat Jepang telah berhasilmengembangkan sistem irigasi one way systeru irrigation dan land consttlida-rion sehingga Jepang berhasil menjadi negara penghasil beras yang melebihikebutuhannya.

    Setelah itu penulisan buku menyajikan tentang desain hidraulik bendungtetap dengan material pasangan batu untuk kepentingan irigasi teknis yangdikelompokkan dalam delapan bagian yaitu:

    Bagian IBagian IIBagian IIIBagian IVBagian VBagian VIBagian VllBagian VIII

    Pemilihan Lokasi BendungBendung PelimpahBangunan IntakeBangunan PembilasBangunan Penahan Batu (Boulder Screen)Bangunan Peredam EnergiRip-rapStabilitas Bendung

    Pada Bab 4, buku dilengkapi pula dengan contoh perhitungan mendesainberrrlurtg tetap.

    Khusus penyajian stabilitas bendung yang diuraikan hanya tentanglangkah perhitungan dan cara menghitungnya saja, tidak diuraikan secaramendetail. Perhitungan lebih mendetail tentang stabilitas bendung biasanyadiltrkukan pada analisa yang berkaitan dengan perhitungan struktur bendungdan perlengkapan bendung lainnya.

    Bangunan kantong sedimen sebagai salah satu kelengkapan bendungbelum dimasukkan dalam buku ini dan akan ditulis dalam buku lain. Demikianpula halnya dengan bendung gerak, bendung kembang kempis, bendungkombinasi tetap dan gerak juga belum disajikan dalam buku ini.

    Sebagai tambahan, bahwa bahan tulisan tentang sistem irigasi di Jepangdipelajari dari studi pustaka di National Research Institute of AgriculturalEngineering Tsukuba Jepang dan studi lapangan di berbagai kawasan daerahtengah dan utara Jepang yang dilakukan penulis utama selama melakukan train-ing di sana.

    Perlu disebutkan pula bahwa publikasi buku bangunan sadap untukirigasi desa telah pula diterbitkan oleh Puslitbang sumber Daya Air dandiluncurkan pada peringatan hari air sedunia di Jakarta Maret2002.Tulisannyadisiapkan oleh penulis utama buku ini. Dalam buku itu antara lain ditulis pulasecara tidak mendalam tentang bendung tetap.

    5. Penjelasan IstilahAda beberapa istilah dalam rulisan ini yang perlu diberi penjelasan

    atau batasan pengertiannya supaya tidak terjadi pemberian interpretasi yangke luar konteks dari yang dimaksudkan. Istilah yang dijelaskan pada bagianini hanya yang menyangkur yang penting-penting saja, dan istilah lain ditulisdalam setiap bagian bab. Sebagian istilah tersebut dikutip dari standar Tatacara Perencanaan Teknik Bendung SKSNI, T-oz-1990 F yang diterbitkan olehDep. PU, 1990. Penjelasan istilah tersebut yakni:

    Desain hidraulik adalah tahapan kegiatan anarisis terhadap hasil pradesain hidraulik dengan atau tanpa bantuan uji model hidraulik untukmenentukan bentuk dan ukuran yang tepat ditinjau dari segi hidraulik.

    Desain struktur yaitu tahapan kegiatan untuk melengkapi hasil desainhidraulik agar didapat desain bangunan yang memenuhi persyaratan kekuatandan kestabilan serta dapat dilaksanakan.

    uji model hidraulik yakni suatu penyelidikan/pengujian hidraulikberupa uji model tlsik di laboratorium pengaliran terhadap pra desain.

    Bangunan bendung adalah bangunan air yang dibangun melintangsungai atau sudetan sungai untuk meninggikan taraf muka air sehingga airsungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke daerah yangmembutuhkannya.

  • Bendung tetap adalahambang yang dibangun melintang sungai untukpembendungon ,rngui yang terdiri dari ambang tetap' dimana muka air baniirdi bagian uJitnyu tiAat Oapat diatur elevasinya. Bahannya dapat terbuat daripo.u,igun batu, beton atau pasangan batu dan beton' Dibangun umumnya di

    sungai ruas hulu dan ruas tengah'Bendung tetap pasangan batu yaitu bangunan bendung tetap yang

    bahan utamanya terbuat dari pasangan batu'Irigasi (PP 77/2001) yaitu usaha penyediaan dan pengaturan air untuk

    mqnunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan' irigasi airbawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak'

    Irigasi secara umum adalah penyaluran air secara teknis melaluisaluran -rulurun pembawa ke daerah pertanian dan setelah air tersebut diambil

    manfaatnya air tersebut disalurkan ke saluran pembuang selanjutnya dibuangkembali ke sungai.

    Irigasi teknis yakni jaringan air yang mendapatkan pasokan air: terpisahdengan jaringan air plmbuang dan pemberian airnya dapat diukur, diatur danterk-ontrol pada beberapa titik tertentu. Semua bangunannya bersifat permanen'

    Luas daerah irigasinya di atas 500 hektar'.sungai@Att/T4tentangPengairan)adalahtempat-tempatdan

    wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai lnuaradengan dibatasi kanan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garissempadan.

    Sungai dapat disebut dengan sungai utama' anak sungai dan cabang

    sungai.Sungaimenuruttempatnyadapatdibedakanmenjadisungairuashulu'sungai ruas tengah dan sungai ruas hilir'

    TINJAUAN SIsTEM IRIGASI1. Sejarah Irigasi dan Bendung

    Di Indonesia sawah sudah ada sejak sebelum jaman Hindu. Pada jamanHindu telah dilakukan usaha-usaha pembangunan prasarana irigasi secarasederhana. Hal ini dapat dibuktikan dengan peninggalan sejarahnya yaitu usahapembagian air irigasi yang dapat disaksikan di berbagai tempat. Misalnya irigasisubak di Bali, irigasi-irigasi kecil di Jawa dan sistem pendistribusian air denganistilah minta air sebatu di Minangkabau. Pembangunan irigasi pada waktu itumenyesuaikan diri dengan keadaan dan kebutuhan. Prasarana irigasi dibangundengan cara sederhana, yaitu dengan menumpukkan batu atau cerucuk-cerucukyang diisi batu sebagai bahan bendung. Seiring dengan perkembanganjaman,irigasi Indonesia berkembang terus hingga memasuki periode jaman penjajahanBelanda. Bangunan air dibangun mulai dari yang sederhana sampai denganyang cukup besar. Dalam masa ini irigasi tercatat dibangun sekitar tahun l8-52.Yaitu pembangunan bendung Glapan di Kali Tuntang, Jawa Tengah. Selainbendung ini di Jawa Tengah dibangun pula bendung yang lain seperti bendungSedadi, bendung Nambo, 1910, bendung-bendung Kali Wadas, Sungapan,Cisadap, dan lain-lain. Dan di Jawa Timur untuk daerah irigasi Pekalen dibangunpula bendung Pekalen, 1856, bendung Umbul, 1909, bendung Sampean 1883dan bendung Jati dan sebagainya. Di daerah Jawa Barat dibangun pula bendung-bendung Cisuru, di Sungai Cisokan Cianjur, 1886, Cipager di Cirebon 1909,Jamblang, 1912, Rentang, 1910, Cigasongdan Pamarayan, 191l, Cipeles, 1920,Walahar dan Pasar Baru, 1925 dan sebagainya. Di Sumatera Barat yaitu bendungKuranji, 1920,di Lampung bendung Argoguruh, 1930 dan di Sulawesi Selatanbendung Sadang.

    Pembangunan prasarana irigasi di Jawa sekitar tahun 1852 di latarbelakangi oleh berbagai sebab, diantaranya untuk perluasan tanaman tebu danuntuk usaha penyediaan pangan dalam rangka mengatasi bahaya keresahanakibat kelaparan di daerah Demak sekitar tahun 1849. Dalam buku lrigasi clilndonesia, Wirawan menulis tentang Pengembangan dan Pemanfaatan LahanSqw$ Irigasi. Disebutkannya bahwasampai dengan tahun 1885 pembangunanirigaii hanya seluas 210.000 hektar. Luas sawqh ini meningkat sampai dengantahun 1940 yaitu menjadi 1.280.000 hektar. Pada jaman Jepang sampai denganperiode l968 perkembangan irigasi di Indonesia kurang berarti. Semenjak

    f s I

  • dicanangkan PELITA pertama hingga kini perkembangan luas lahan irigasibertambah dengan pesat. Begitu pula pembangunan bendung sebagai prasaranairigasi, telah ribuan jumlahnya baik yang dibangun baru, maupun hasilrehabilitasi total maupun rehabilitasi sebagian. Di buku yang sama E.Pasandaran menginformasikan bahwa areal irigasi meningkat dari waktu kewaktu, antara masa 1969

    - 1987. Tidak kurang luas total lahan irigasi teknis,

    semi teknis dan sederhana sampai dengan tahun 1987 seluas -5.500.000 hektar.Peningkatan luas lahan irigasi yang tajam terjadi pada masa 1984 - 1987.Demikian pula halnya dengan pembangunan bendung sebagai prasarana irigasi.Pembangunan bendung pada periode 1940 - 1969 tidak banyak tercatat.Diantaranya bendung Barugbug, 1959, bendung Curug, bendung cikarang danbendung Bekasi pada proyek irigasi Jatiluhur.

    Selain itu disinggung tentang sejarah irigasi di Jepang yang akan dibahaslebih detil pada bagian lain. Irigasi tanaman padi di Jepang sudah dimulai sejak2000 tahun yang lalu. Luas lahan tanaman padi di Jepang sesungguhnya tidaklahterlalu luas. Berdasarkan survei tahun 1975, luas lahan untuk pertanian padisekitar 3.021.000 hektar. Modernisasi pertanian di Jepang dimulai sesudah tahun1868 yang menghasilkan panenan padi sekitar 2,3 ton per hektar . Ditambahkanbahwa di Jepang padi yang disimpan dan yang diukur hasil panennya ialahberas pecah kulit (b rown rice). Sesudah perang dunia ke dua Jepang melakukanproyek peningkatan lahan. Akibatnya pada tahun 1962 hasil panenan padimeningkat menjadi 13.010.000 ton. Dan puncak panenan padi terjadi tahun 1967yaitu 14.450.000 ton. Sehingga hasil panenan tersebut waktu itu melebihikebutuhan (ove r production).

    2. Pengertian dan Maksud IrigasiIrigasi berasal dari istilah irrigatie dalam bahasa Belanda atau

    irrigation dalam bahasa Inggris. Irigasi dapat diartikan sebagai suatu usahayang dilakukan untuk mendatangkan air dari sumbernya guna keperluanpertanian, mengalirkan dan membagikan air secara teratur dan setelah digunakandapat pula dibuang kembali. lstilah pengairan yang sering pula didengar dapatdiartikan sebagai usaha pemanfaatan air pada umumnya, berarti irigasi termasukdidalamnya.

    Maksud irigasi yaitu untuk mencukupi kebutuhan air di musim hujanbagi keperluan pertanian seperti membasahi tanah, merabuk, mengatur suhutanah, menghindarkan gangguan hama dalam tanah dan sebagainya. Tanamanyang diberi air irigasi umumnya dapat dibagi dalam tiga golongan besar yaitupadi, tebu, palawija seperti jagung, kacang-kacangan, bawang, cabe dansebagainya.

    Air irigasi diberikan kepada tanaman, dilakukan dengan berbagai carayang tergantung kepada berbagai faktor. Cara pemberian air itu antara lain;

    pemberian air kepada muka tanah tetapi dari bidang yang letaknya lebih tinggidan dari bawah muka tanah. Untuk tanaman padi di Indonesia umumnyirdigunakan pemberian air kepada muka tanah dengan cara menggenang (tloocl-ing method). Cara ini akan memberikan keuntungan yaitu tidak terlalu banyakmemakan biaya dan dapat mencegah hama yang bersarang di dalam tanah clarrdi akar tanaman.Tetapi bila tanah terendam terlalu lama akan menjadi kurangbaik, sehingga sewaktu-waktu perlu dikeringkan.

    3. Sistem Irigasi di IndonesiaSistem irigasi di Indonesia yang umumnya bergantung kepada carir

    pengambilan air sungai dan dimaksudkan untuk mengairi persawahan dapatdibedakan menjadi irigasi pedesaan dan irigasi pemerintah. Pembedaan ituberdasarkan pengelolaannya. Sistem irigasi desa bersifat komunal dan ticlakmenerima bantuan dari Pemerintah Pusat. Pembangunan dan pengelolaarrseluruh jaringan irigasi dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat. Sedangkansistem irigasi yang tergantung pada bantuan pemerintah dibagi ke dalam tigakategori: irigasi teknis semi teknis dan sederhana.

    Irigasi tekn ls yaitu jaringan air yang mendapatkan pasokan air terpisahdengan jaringan pembuang, dan pemberian airnya dapat diukur, diatur clanterkontrol pada beberapa titik tertentu. Semua bangunannya bersifat permanen.Luas daerah irigasinya di atas 500 hektar. Beberapa contohnya ialah sisternirigasi Jatiluhur, Rentang, Pemali Comal, Sampean dan sebagainya.

    Irigasi semi teknis yaitu pengaliran air ke sawah dapat diatur, tetapibanyaknya aliran tidak dapat diukur. Pembagian air tidak dapat dilakukandengan seksama. Memiliki sedikit bangunan permanen. Dan hanya satu aratpengukr"rr aliran yang biasanya ditempatkan pada bangunan bendung. sistempemberian air dan sistem pembuangan air tidak mesti sama sekali terpisah.

    Irigasi sederhana yaitu yang biasanya menerima bantuan pemerintahuntuk pembangunan dan atau penyempurnaan. Tetapi dikelola dan dioperasikanoleh aparat desa. Mempunyai bangunan semi permanen, dan tidak mempunyaialat pengukur dan pengontrolan aliran, sehingga aliran tidak dapat diatur dandiukur. Tercatat di Ditgasi I, Ditjen Air jumlah irigasi sederhana tahun l97gyaitu 0,96 juta hektar, irigasi semi teknis 1,14 juta hektar dan irigasi teknis2,l0juta hektar. Sedangkan irigasi desa tercatat seluas l,04juta hektar.

    Proyek lrigasi Sederhana; yang dikenal tahun 1980-an pengerriannyajauh berbeda dengan sistem irigasi sederhana di atas. proyek Irigasi Sederhanadiselenggarakan dengan tujuan untuk menaikkan produksi beras nasionaldengan melaksanakan sejumlah besar proyek-proyek kecir dan murah dandengan syarat-syarat teknis yang minimum. Proyek ini luas daerah irigasinyatidak lebih dari 2000 hektar. Desain teknis, cara pelaksanaan, eksploitasi danpemeliharaannya dilakukan dengan cara sederhana pula. Tetapi secara teknis

  • dapat diperlanggungjawabkan. Memberikan hasil dengan cepat dan dengan biayap"iuk.unuu, serendah mungkin. Biaya pelaksanaan waktu itu (1980) terbatasiebes.r Rp. 250.000,- per hektar daerah irigasi yang akan diairi.

    3.1 Peta Jaringan Irigasi3.1.1 Peta PetakJaringan irigasi biasanya dibuat berdasarkan peta topografi yang

    dituangkan ke peta ikhtisar berskala t : 25000. Selanjutnya dari peta iktisartersebut desain dilanjutkan dalam peta ikhtisar detil berskala 1 : 5000 atau I :2000. Peta ikhtisar detil tersebut dikenal di lingkungan perencana dengan istilahpeta petak. Pada peta petak tergambar petak tersier, petak sekunder dan petakprimer.

    Petak tersier adalah suatu unit atau petak tanah/sawah terkecilberukuran antara 50 - 100 hektar. Mempunyai batas-batas yang jelas sepertijalan, kampung, saluran pembuang, lembah dan sebagainya, serta berbatasaniungrung dengan saluran sekunder, atau saluran primer. Petak tersier dilayanioleh:. saluran irigasi sebagai saluran pemberi (ditch) yaitu saluran tersier dan atau

    saluran kuarter;. saluran pembuang sebagai saluran pembuang aliran air yang telah dipakai.o bangunan pembagi air (box tersier) dan bangunan lainnya seperti bangunan

    silang dan seterusnYa.. tidak tersedia jalan petani (farm road) dan atau jalan inspeksi.

    cara pemberian air; umumnya untuk tanaman padi pada petak tersieryaitu dengan cara petak ke petak (plot to plot system). Langkah cara pemberianairnya seperti ditunjukkan pada Gbr- 2.1, yakni:r saluran pemberi yaitu saluran tersier dan saluran kuarter'o air diberikan kepada petak sawah yang paling atas atau yang paling dekat

    dengan saluran pemberi secara gravitasi'o setelah petak sawah yang paling atas penuh lalu air dialirkan ke petak sawah

    yang lebih bawah.o selanjutnya air diberikan ke petak yang terbawah'. air yang diberikan dari saluran itu dipakai berulang-ulang dari petak ke

    petak.. okhirnyo air dialirkan ke saluran pembuang buatan atau alamiah.

    Petak sekunder adalah gabungan dari petak tersier dengan luas yang

    bergantung kepada keadaan lahan. Juga mempunyai batas yang jelas misalnyasa1i,'an porbrong dan sebagainya. Saluran sekunder pada petak sekunderu*u*nyu didesain di punggung medan sehingga dapat mengairi kedua sisisaluran. Tetapi bisa pula didesain sebagai saluran garis tinggi, yang hanya

    dapat mengairi lereng medan yang lebih rendah dari saluran. Saluran sekuncleryang terletak di punggung medan pada Gbr. 2.2 ditunjukkan oleh saluran darititik Al

    - Bl

    - 82 dan AZ

    - C serta Dl

    - DZ * D3.

    sedangkan saluran garis tinggi ditunjukkan oleh saluran yang mengalirdari titik A

    - Al

    - A2. Sungai-sungai di Gbr. 2.2bila dijadikan batas petak

    maka akan didapat tiga susunan petak sekunder. petak sekunder biasanyamenerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder.

    Gbr. 2.1. Salah satu cara pemberian air

    Petak primer adalah gabungan dari beberapa petak sekunder, sepertiditunjukan pada Gbr. 2.2. Dllayani oleh saluran primer disalah satu sisi ataukedua sisi sumber air sungai. Bila melayani kedua sisi sumber air sungai, makaakan terdapat dua petak primer. Keseluruhan penyusunan bidang tanah dalambentuk petak tersier, sekunder dan primer ini disebut suatu daerah irigasi yanqpenyebutannya dipendek dengan istilah D.I. Pada Gbr.2.2 hanya terdapaisatu petak primer atau satu daerah irigasi di sebelah kiri sisi sungai yangtergabung dari petak-petak sekunder yang mengambil air dari bangunan bagiAl, dan ,A2 serta Dl. Bangunan bendung di sungai, A, berfungsi untukmengambil dan membelokkan air sungai ke saluran primer.

    orc(,3&EIDaEo-!r

    .x,oIE

  • @o

    BendunqBong. bogiBong. rodcPSol. induk

    -** Sal. acl0ndrr

    *--, Sol. t.r3i.r

    Gbr. 2.2. Ilustrasi saluran irigasi

    3.1.2 SaluranirigasiSaluran irigasi di daerah irigasi teknis dibedakan menjadi saluran irigasi

    pembawa dan saluran pembuang. Saluran irigasi pembawa ditinjau dari letaknyadapat dibedakan menjadi saluran garis tinggi dan saluran garis punggung.Saluran garis tinggi yaitu saluran yang ditempatkan sejurusan dengan garistinggi/kontur. Dan saluran garis punggung yaitu saluran yang ditempatkan dipunggung medan. Ditinjau dari jenis dan fungsi saluran irigasi pembawa dapatdibedakan menjadi saluran primer, sekunder, tersier dan kuarter. BerdasarkanStandar Perencanaan lrigasi bagian Jaringan lrigasi KP-O1, saluran irigasitersebut dapat didefinisikan seperti berikut:

    Saluran primer yaitu saluran yang membawa air dari jaringan utamake saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Saluran primer biasapula disebut saluran induk. Saluran ini berakhir pada bangunan bagi yangterakhir.

    Saluran sekunder yaitu saluran yang membawa air dari saluran primerke petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujungsaluran ini yaitu bangunan sadap terakhir.

    Saluran muka tersier yaitu saluran yang membawa air dari bangunansadap tersier ke petak tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya.

    Saluran tersier yaitu saluran yang membawa air dari bangunan sadaptersier dijaringan utama ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Saluranini berakhir pada boks kuarter yang terakhir.

    saluran kuarteryaitu saluran yang membawa air dari boks bagi kuartct'melalui bangunan sadap tersier ke sawah-sawah.

    Saluran irigasi diilustrasikan pada Gbr. 2.3. yaitu saluran indukMejagong, irigasi bendung Mejagong, daerah irigasi Pemali - Comal,Randudongkal, Jawa Tengah. Bila diperhatikan gambar tersebut diketahuibeberapa hal yaitu:. saluran sekunder Jongke dimasukan ke Kali Waluh udik bendung Ke.iene

    unruk penambah debit ke K. Rambut bagi kepentingan daerah irigasibendung Cipero.

    o saluran sekunder Paseh dimasukari ke K. Waluh hilir bendung Kejencsebagai penambah sumber air bendung Sungapan.

    . dibuat saluran Mejagong -

    Banjaranyar, sehingga bendung Banjaranyartidak difungsikan lagi.

    Jawa Tengah

    /' i-7-f:1J _- -r'

    ..:......::-s:,,,

    Gbr.2.3. Contoh saluran irigasi di drterah irigctsi Bendung Mejagong

  • 3.2 Saluran irigasi tanpa pasanganSaluran irigasi tanpa pasangan yang dibicarakan yaitu saluran tanah

    dengan bentuk penampang trapesium. Dalam mendesain saluran ini harusdipertimbangkan bahwa pengendapan dan penggerusan di setiap potonganmelintang harus berimbang sepanjang tahun. Untuk itu maka parameter yangharus ditentukan yaitu perbandingan kedalaman air, h, dengan lebar dasar b,(h : b) dan kemiringan memanjang saluran, i. sehubungan dengan ini ukuransaluran irigasi dapat ditentukan berdasarkan pedoman yang dikeluarkan olehDitgasi

    - Ditjen Air dalam buku; Dasar-dasar untuk Memburtt Perencanaan

    Teinis Jaringan Irigasi oleh R. Sarah Reksokusumo, 1975. Pedoman tersebutdapat diperhatikan pula pada Tabel 1. Selain itu kriteria perencanaan saluranirigasi dapat diperhatikan pada Standar Perencanaan Irigasi bagian saluran KP-03.

    Tabel 1. Pedoman Penentuan Ukuran Saluran Irigasi x)

    *) Sumber: R. Sarah Reksokusumo, 1975 , Dasar'dasar untuk Membuat Perenc:anaanTeknis Jaringem lrigasi, Badan Penerbit PU'

    Dalam mendesain saluran irigasi tersebut dapat dilakukan dengan tatacara seperti berikut:o Tentukan lebar dasar saluran, b, lebih besar dari pada dalam air, h, atau b >

    h. Bila diambil dalam air, h, lebih besar dari lebar saluran (h > b) makaakan terjadi proses pendangkalan saluran yang lebih cepat'

    Debit,Q = m3/det

    Perbandinganb:h

    Kecepatan aliran,v = m/det

    Kemiringantalud

    Keterangan

    0.000-0.050m3/det0.050-0.150m3/det0.1 50-0.300m3/det0.300-0.400m3/det0.400-0.500m3/det0.500-0.750m3/det0.750-1.50 m3idet1.50 -3 m3/det3

    -4.50 m3/det4.50 -6 m3/det6 -7.50 m3/det7.50 -9 m3/det9 -11 m3/det11

    -15 m3/det15 -25 m3/det25 -40 m3/det40 -80 m3/det

    1

    1

    1.501.50

    2

    2

    2.503

    3.504

    4.505b

    8'10

    12

    Min. 0.25 m/det0.25

    - 0.30 m/det

    0.30 -

    0.35 m/det0.35 - 0.40 m/del0.40

    - 0.45 m/det

    0.45 - 0.50 m/det0.50 - 0.55 mldet0.55 - 0.60 m/det0.60 - 0.65 m/det0.65

    - 0.70 m/det

    - 0.70 m/det

    - 0.70 m/det

    - 0.70 m/det

    - 0.70 m/det

    - 0.70 m/det

    - 0.75 m/det

    - 0.80 m/del

    Desain untuktanahlempung biasal-ebar saluran minimum 0,30 m.K. Bernilai :'50 bilaQ>10

    m3/det' 47,5 bila Q = 5'10

    m3/det.45 bilaQ>5

    m3/det. 42,5 untuk sal.

    muka' 40 untuk sal.

    tersier. 60 untuk sal.

    pasangan

    1

    3.

    ao

    Tentukan besarnya kecepatan aliran, v, seimbang yaitu antara, v pengendaparrdan v penggerusan.Tetapkan kemiringan talud.Hitung kemiringan air saluran, i, dengan cara Strickler; ambil nilai kekasararr,k, yang bergantung kepada besarnya debit saluran dan jenis tanah saluran.

    3.3 Saluran pembuangSaluran pembuang yaitu saluran yang digunakan sebagai pembuang

    kelebihan air yang sudah tidak digunakan dari petak-perak sawah ke jaringansaluran pembuang. Setelah air dipakai untuk penggarapan sawah, pertumbuhanpadi dan sisa penguapan serta sisa penggenangan maka selanjutnya air irudibuang. Saluran pembuang pada daerah irigasi teknis dibedakan menjadisaluran pembuang kuarter, pembuang tersier dan saluran pembuang utama.Saluran pembuang utama umumnya berupa sungai seperti ditunjukan padaGbr.2.2 yaitu sungai-sungai a, b, c, d.

    Pembuangan air kelebihan ini sama pentingnya dengan pemberian airirigasi. saluran pembuang bisa terbuat dari saluran pembuang buatan dan bisapula menggunakan saluran pembuang alamiah seperti sungai-sungai kecil dansebagainya. Saluran pembuang buatan direncanakan bersama-sama dengansaluran irigasi untuk desain irigasi yang baru.Pada daerah irigasi desain sebelurntahun 1969 adakalanya saluran pembuang dijadikan pula sebagai saluran irigas?(lihat Gbr. 2.4.a) dan sebagai saluran suplesi (lihat Gbr. 2.4.b), sehinggaberfungsi ganda yaitu sebagai saluran pembuang dan saluran irigasi. padasaluran irigasi Tarum Barat yang mengalir dari bendung Curug, ke Jakarta,dalam pengalirannya menyilang dengan Sungai Cikarang dan Sungai Bekasi.Air saluran itu dimasukan ke sungai-sungai tersebut, yang selanjutnya disadaplagi dengan menggunakan bendung. Karena air sungai-sungai itu dewasa inimengandung konsentrasi sedimen yang sangat tinggi maka menimbulkanmasalah penanggulangan volume endapan yang mengendap di kantong sedimenbendung Bekasi. Kini air dari bendung Bekasi/saluran Induk rarum Barat itudigunakan sebagian besar untuk pasokan air baku air bersih kota Jakarta.

    Saluran pembuang untuk membuang air kelebihan ini sangat pentingartinya bagi tanaman. Untuk tanaman padi bermanfaat yaitu:. sebagai pencegahan jumlah pertumbuhan anak padi yang berlebihan di masa

    padi tumbuh dan sangat produktif beranak antara umur padi 35 -

    40 harisesudah tanam;

    . di saat padi berbuah masak, saat sekitar dua minggu sebelum panen.Selain itu saluran pembuang karena dapat mengeringkan sawah,

    membuang kelebihan air hujan dan membuang kelebihan air irigasi makapenting pula artinya yaitu untuk:. membuat kelembaman tanah yang sesuai dengan keperluan tanaman.

  • ao

    memperbaiki temperatur dalam tanah.membuang garam-garam yang berbahaya buat tanaman terutama di daerahirigasi pasang surut atau di daerah pembuatan irigasi baru.

    Bagi tanaman palawija saluran pembuang bermanfaat yaitu untuk:mempercepat pengerjaan tanah, sehingga memperpanjang pula masabertanam.

    . memperbaiki pergantian udara dalam tanah.

    . memperbaiki kehidupan bakteri dalam tanah.

    Sal. Pembuangelok I

    Sal.Pern!uangBlok B

    Gbr.2.4.a. Ilustrasi penggunaan air buangctn untuk air irigasi.

    Dengan segala kelebihan dan kekurangan sistem irigasi yang ada, telahmenjadikan Indonesia berhasil dalam swasembada beras sekitar tahun 1987.Berkaitan dengan itu dalam pembuatan konsep desain daerah irigasi baru dimasa mendatang kelemahan yang ada diharapkan menjadi bahan masukan danpertimbangan desain. Beberapa hal yang dapat dijadikan bahan masukan yaitu:. sistem pemberian air; dari petak sawah ke petak sawah menyebabkan

    pengolahan sawah tidak dapat dilakukan secara serentak, karena menunggugiliran datangnya air.

    petak sawah yang paling jauh dari sumber air saluran irigasi mendapat airpaling akhir sehingga akan terdapat perbedaan waktu penanaman denganinterval waktu antara 10 hari dan 15 hari di dalam petak itu.pengeringan sawah secara serentak bilamana diperlukan tidak dapatdilakukan dengan cepat karena tata letak sawah, tata letak saluran irigasidan saluran pembuang tidak memungkinkan.petani tidak dapat memilih tanaman yang dikehendakinya karena sisrernsaluran pembuang belum memungkinkannya.jalan petani (farm road) di petak tersier tidak tersedia, sehingga petanimengalami kesulitan dalam mengangkut hasil produksi panenan padinya,juga tidak dapat mempercepat perhubungan dan komunikasi.ukuran petak sawah relatif kecil, sehingga menyulitkan pekerjaanpengolahan sawah secara mekanisasi, dimasa mendatang tenaga manusiauntuk pengolahan sawah semakin langka.

    /\,/ \r'/ Sql. indut .

    $.Ci?orum$. Sikora*E

    Eelroei

    Brhssi

    Jotcrlo

    wGbr. 2.4.b. Contoh saluran irigasi, suplesi, dan saluran pembuang.

    4. Kebutuhan Air Irigasi4.L Tanaman Padi

    Beras yang dihasilkan dari tanaman padi merupakan makanan pokokbangsa Indonesia. Ditanam dua kali setahun di daerah lahan beririgasi. Tanam1rlainnya selain padi yang memerlukan irigasi yaitu jagung, kederai, kacang-

    I...:-1

  • kacangan, cabe, bawang, tebu, tembakau dan sebagainya. Hasil produksi paditergantung dari berbagai faktor antara lain:. banyaknya tanaman per hektat (arak tanaman)o banyaknya anakan per tanamano banyaknya butir padi Per malai. berat rata-rata dari butir Padi.

    Berkaitan dengan bercocok tanam padi dikenal istilah Sapta Usaha Taniyaitu:. pengolahan tanah yang baik. penggunaan bibit unggul bersertifikato pengendalian hamao pemupukan yang sesuai dan berimbang. penyediaan irigasio panen dan. pasca panen.

    Tanaman padi dalam pertumbuhannya sangat memerlukan air. Karenaitu perlu ditunjang oleh sistem irigasi untuk mencukupi kekurangan air alam,termasuk sistem pembuangan yang baik.

    Kebutuhan air untuk tanaman padi sangat bergantung antara lain darimasa pertumbuhan. Beberapa angka kebutuhan air, yang bersumber dari catatanModul Penataran E & P, Proyek Irigasi Jawa Tengah seperti ditunjukkan padaTabel2.

    Tabel2. Kebutuhan Air Untuk Tanaman *)

    Jenis tanaman & PertumbuhanLama waktupertumbuhan

    /hr rl:n\Kebutuhan air

    (mm/hari)Padi :1. Pengolahan tanah + Persemaian2. Pertumbuhan I (vegetatif)3. Pertumbuhan ll (vegetatif)4. PemasakanTebu :1. Pengolahan tanah + Persemaian2. Tebu muda3. Tebu tuaPalawiia:'1 . Palawija banYak air

    2. Palawiia sedikit air

    1 - '1,51-21 - 1,5t1

    1-24-6t 10

    +3+3

    10-144-66-85-7

    6-93-64-7

    2-62-4

    *1 $umber: Proyek lrigasi Jawa tengah, Modul Penataran

    Kedalaman air di sawah; sangat penting artinya antara lain untukmengurangi pertumbuhan rumput dan meniadakan pertumbuhan rumput yaitu:o kedalaman air Z,5O cm dapat mengurangi pertumbuhan rumput. kedalaman air 5,0

    - 7,5 cm dapat meniadakan pertumbuhan rumput.

    Pengeringan sawah sementara waktu akan sangat bermanfaat untukmengatur keseimbangan antara udara dan air dan pengeringan selama 4

    - 5

    hari menjelang berbunga setelah masa pertunasan terakhir akan memperbaikiperudaraan tanah untuk meningkatkan produksi padi.

    4.2 Penggunaan Air Secara BergiliranPenggunaan air secara bergiliran dalam satu sistem jaringan tersicr

    adalah penggunaan air melalui masing-masing saluran secara bergantian darisumber air yang sama, selama periode tertentu dan dilakukan bila keadaandebit saluran tersier yang tersedia menurun sampai kurang dari 70 Vo dari debitrencana saluran.

    Alasaq dilakukannya penggunaan air secara bergiliran ini yaitu:o debit air yang tersedia tidak selalu mencukupi kebutuhan air. pada waktu debit yang tersedia sangat kecil dibandingkan dengan debit

    yang dibutuhkan, penggunaan air secara bersama dan terus menerus untukseluruh areal tidak mencukupi kebutuhan yang dapat berakibat tanamanmenderita kekurangan air.

    . penggunaan air secara bergiliran dapat mengatasi penderitaan tanamanterhadap kurang memadainya persediaan air tersebut.

    Periode putaran atau selang waktu giliran sangat tergantung darikeadaan tanah sawah yang lebih kurang diatur seperti berikut:. 2

    - 3 hari di tanah sawah yang sangat berpasir (ringan) atau berlumpur dan

    padinya berumur kurang dari satu bulan.o 4

    - 5 hari di tanah sawah yang berpasir sedang dan padinya berumur lebih

    dari satu bulan.o 4

    - 5 hari di tanah sawah yang bertipe berat dan padinya berumur di bawah

    dari satu bulan.. 5

    - 7 hari di tanah sawah yang bertipe berat dan padinya sudah berumur

    lebih dari satu bulan.Tata cara penggunaan air secara bergiliran disesuaikan dengan tingkat

    kelengkapan saluran padajaringan tersier dan dilakukan menurut giliran antarsub tersier dan giliran antar kuarter. Pelaksanaannya dilakukan oleh petugasP3A dengan cara menutup dan membuka saluran kuarternya selama waktutertentu. Contoh pengaturan dapat diperhatikan pada skema berikut, yangdikutip dari Modul Penataran E, P; D.P.U Pengairan Jawa Tengah.

    f 1? I

  • GILIRAN ANTAR KUARTER,sr r(

    \ Ke1)\-ra+,s,0'/i ditutup,/r'

    - Semua debitdialirkanK 1,2

    Ke2 - K 1,2,3, 4ditutup,- Semua debit

    dialirkanK 5,6

    ).. - K 1,2,5,6K:1

    \, ditutup,j - Semua debit/ dialirkanK3,4

    ,,,

    Gbr. 2.5. Contoh pengaturan penggiliran arr

    5. Tinjauan Sistem Irigasi di JepangSlt. Peftanian Padi

    1l\peniuduk Jepang makanan pokoknya ialah beras, sama halnya denganbangsa Asia Tenggara lainnya. Dewasa ini Jepang membutuhkan berasperkapita 80 kilogram per tahun. Lahan pertanian padi di Jepang sesungguhnyatidaklah luas untuk menghasilkan padi. Luas lahan pertanian keseluruhannyahanya 5.340.000 hektar dan lahan pertanian padi seluas 2.910.000 hektar atausekitar 54 7o da1l luas lahan pertanian. Sejarah irigasi untuk tanaman padi diJepang sudah mulai sejak 2000 tahun yang lalu. Tetapi hasil panenan padinyasedikit, masih di bawah satu ton per hektar. Modernisasi pertanian di Jepangdimulai sesudah tahun 1868 yang menghasilkan panenan padi sekitar 2,3 tonper hektar atau dua kali lipat dari abad sebelumnya. Sesudah perang duniakedua Jepang melakukan proyek peningkatan lahan (land improvementprojects) seperti pengembangan penggunaan tanah pertanian dan peningkatanfasilitas irigasi dan drainase. Pekerjaan ini meningkatkan produksi padi menjadi13.010.000 ton pada tahun 1962. Dan puncak panen padi terjadi tahun 1967

    I 1a-l

    yaitu sebesar 14.450.000 ton. Sejak itu produksi meningkat terus dari tahun kctahun, sehingga pada tahun 1978 terjadi kelebihan produksi (over production).Hal ini merisaukan pemerintah sehingga membuat kebijaksanaan untukmenurunkan produksi padi dengan jalan memberikan subsidi kepada petaniyang bercocok tanam selain padi. Perlu disebutkan bahwa Jepang hanya sekalisetahun bertanam padi, berbeda dengan Indonesia yang dalam setahun dapatbertanam tiga kali yaitu padi, padi dan palawija. Keberhasilan petani Jepangmenjadikan negaranya tertinggi dibandingkan dengan negara Asia lainnyadalam hal produksi padi. Ini menurut catatan data FAO tahun 1974

    - 1976.

    Sedangkan Indonesia berada di urutan ke tujuh setelah Korea, Taiwan, Chinadan Malaysia.

    Upaya Jepang untuk meningkatkan produksi padinya tidak terlepas puladari pekerjaan konsolidasi lahan (Land consolidation). Pada tahun 1989 hampir50 Vo daerah pesawahan sudah mengalami konsolidasi. Sebelum proyekkonsolidasi lahan ini dilakukan petak-petak sawah di Jepang sangat kecil dantidak teratur petakannya. Luas petak sawah lebih kecil dari 20 x 50 meter.

    Konsolidasi lahan pertanian padi dengan membuat petak sawah menjadilebih besar, 100 x 300 meter, berawal dari daerah Kami-Yusuhara, IshikawaPerfecture pada tahun 1888, lebih dari 100 tahun yang lalu. Denganmemperhatikan Gbr. 2.6,yaitu Progres Konsolidasi Lahan di Kami-Yusuhara,diketahui perkembangan perbaikan petak-petak sawah tersebut. Tampak, secarabertahap setiap 50 tahun luas dan bentuk petak-petak sawah yang kecil dan takberaturan diperluas dan ditata. Dan terakhir dari sederetan gambar itu dimaklumipula bahwa Jepang masih menginginkan memperluas petak sawahnya. Bentukterakhir ini hanya mimpi karena tidak dapat lagi direalisasikan karena berbagaisebab antara lain sebagian dari lahan tersebut telah berubah fungsi menjadidaerah pemukiman dan daerah industri.

    Salah satu kawasan pertanian diilustrasikan pada Gbt. 2.7. Tampakpetak-petak sawah yang teratur dan rapih, enak dipandang. Jalan petanimembatasi antara petak-petak danjalan raya tak luput dari rancangan sebagaiprasarana perhubungan dan mempermudah transportasi alat-alat dan mesin-mesin pertanian. Pemukiman penduduk ditempatkan menyebar diseluruh daerahpertanian, tidak mengelompok. Dapat diamati pula jaringan jalan petani danjalan raya, serta petak-petak sawah yang diatur sedemikian rupa sehinggarnengerjakan sawahnya dari awal sampai panen dapat menggunakan serbatenaga mesin. Seperti diketahui Jepang telah menjadi negara industri belakanganini. Akibatnya tenaga manusia menjadi sangat mahal. Jadi dengan sistemmekanisasi pertanian akan mengurangi tenaga manusia. Fasilitas jalan petanidan jalan raya sangat menunjang pula untuk penggunaan mesin-mesin pertanianitu. Sistem irigasi yang teratur, penggunaan mesin-mesin pertanian, personalpenunjang lainnya yang sempurna dan bangsa Jepang yang disiplin serta pekerjakeras membawa Jepang ke tingkat keberhasilan produksi padi yang tinggi.

  • Bcfore 1888 t888 -1912 l9l2-19?2 1972-P.escnt Oreom in 1988

    i6. Progres konsolidasi lahan sawah di Kami-Yusahara

    5.2. Standar tata letak petak-petak sawahKeadaan lahan pertanian padi di daerah yang telah mengalami

    konsolidasi dirunjukkan pada Gbr. 2.8.Tataletak, bentuk, ukuran petak sawahsaluran irigasi (ditch) sebagai saluran pemberi' saluran pembuang' jalan petani'I ,o-l

    Gbr.2.7. Ilustrasi kawasan pertanian

    jalan raya telah distandardisasi sedemikian rypa. Beberapa hal tentang itu dapatdiuraikan seperti berikut:a) Ukuran petak sawah yaitu:

    o 100 meter x 300 meter atau seluas 30.000 meter persegi.o sebelum ukuran tersebut yaitu 20 meter x 50 meter.

    b) Saluran irigasi dan cara pemberian air:o ditempatkan pada bagian sisi yang pendek dari petak sawaho paralel dengan saluran pembuango saluran masuk (inlet) satu buah untuk satu petako pemberian air dengan sistem satu kali pakai (one way use)o pengaliran air diberikan dari inlet ke satu petak sawah dan selanjutnya

    ke saluran pembuangc) Saluran pembuang:

    o ditempatkan diantara dua saluran pembbrio paralel dengan saluran irigasio melayani kedua petak yang berada di kedua sisinya

    d) Jalan petani dan jalan raya:o lebar 5,00 metero ditempatkan berdekatui d"ngun saluran irigasio dibuat jaringan menyilang antara jalan raya dan jalan petani dengan

    interval tertentu.e) Prasarana lain: antara lain yaitu bangunan silang, gorong-gorong, dan

    jembatanf) Penampang saluran irigasi/pemberi dan pembuang berbentuk trapesium.

    Standardisaii

    wGbr. 2.8. petak sawah

  • Digamberkan pula bagaimana keadaan lahan pertanian di Jepang sebelumdan sesudah konsolidasi lahan. Hal ini dapat diperhatikan pada Gbr. 2.9.Petaksawah dan prasarana lain yang teratul dan rapi di daerah yang sudah mengalamikonsolidasi, bertolak belakang dengan keadaan sebelumnya.

    Gbr. 2.9. Keuclaan Lahan pertanian podi diJepang ltang suclah'ruengalami konsolidosi dan

    daeruh pedutarun.s e b e I um kons o lida,Y i.

    5.3 Perkembangan PertanianModernisasi pertanian padi di Jepang telah dimulai sejak lama. Patlu

    Gbr.2.10 (atas) digambarkan sejarah perkembangan hasil tanaman padi, rlarrGbr.2.l0 (bawfi) sejarah luas tanaman padi, hasilnyadan daerah yang mengalanrikonsolidasi lahan. Tlampak bahwa hasil padi meningkat sejak 1940 dan konsoliclasilahan dimulai sejak tahun 1900. Dan pengurangan lahan sawah terjadi sejaktahun 1970-an. Pengurangan luas lahan pertanian antara lain diakibatkan olclralih tungsi lahan ke sektor non pertanian, terutama industri dan pemukiman.

    5.4. Manfaat Konsolidasi LahanSusunan irigasi ala Jepang ini telah menjadikan Jepang berhasil dalanr

    nleningkatkan produksi padinya sehingga pada waktu tertentu melebihi

    t/ha Historic progress in paddy yield6

    s

    4

    I2

    l'0

  • kebutuhan. Selain itu daerah pertanian yang telah mengalami konsolidasi lahanmemperoleh manfaat pula antara lain yaitu:. petani dapat mengontrol pemberian air, penggenangan sawah dan pengeringan

    sawahnya; hal ini dimungkinkan karena setiap petak sawah independen dalampemasukan air, pengeluaran air dan pengeringannya'

    . setiap petak sawah dapat diairi secara serentak, dikeringkan secara teraturdan dapat diairi kembali dalam waktu yang singkat'

    o petani dapat mengolah sawahnya langsung tanpa menunggu giliran pemberianair karena pemberian air sistem satu kali pakai.

    o tanaman selain padi dapat pula dipilih karena sistem pembuangan aliran airyang memadai dan cukup baik; tanaman selain padi ini atas permintaanpemerintah dan petani memperoleh subsidi (bila menanam selain padi) karenakeadaan yang sudah kelebihan produksi (over production)'

    o pengeringan sawah selama lebih kurang seminggu di awal Agustus yangiir"trt dengan Nakaboshi dapat dengan mudah dilakukan; pengeringansawah ini dimaksudkan antara lain untuk membatasi pertumbuhan anak padidan untuk memungkinkan sinar matahari masuk ke dalam tanah sehinggahama dan bibit penyakit dapat dicegah.

    o mekanisasi pengolahan sawah mulai dari penggarapan sampai dengan panendapat dilakukan karena disediakannya prasalana perhubungan (farm road);industrialisasi Jepang telah menyedot tenaga manusia ke sektor tersebut,sehingga untuk pengelolaan sawah kekurangan tenaga manusia dan untukitu diperlukan tenaga mesin.

    . dengan mekanisasi pengelolaan sawah diperoleh penghematan tenaga danwaktu; sebelum konsolidasi lahan dan mekanisasi pengolahan untuk satuhektar lahan diperlukan 3000 jam tenagaminusia. Setelah konsolidasi lahandengan mekanisasi pertanian untuk satu hektarnya hanya diperlukan 1530jam dengan tenaga mesin.

    IT

    Daftar PustakaEffendi Pasandaran. 199 l, Irigasi di I ndonesia, Strate gi dan Pengembangan,

    LP3ES.

    Erman Mawardi. Drs. Dipl. AlT. 1992.Kemajuan Jepang di Bidang Pangan,Tinjauan terhadap Sistem lrigasi dan Drainase, Laporan teknis, Tidakditerbitkan.

    Hardi Prijono. September 1991. Irrigation Management in Indonesia.DGWRD, Ministry of Public Works, Indonesia, 4th Seminar on theDevelopment of Appropriate Technology, The Japanese Institute ol'Irrigation and Drainage, Tokyo, Japan.

    Hisao Negishi. No. l6 Juli 1986. Consolidationof FarmlandConditioninPaddyfields, Journal of Irrigation Engineering and Rural Planning,The Japanese Sociaty of Irrigation Drainage and Reclamation Engi-neeri ng.

    Japanese Society of Irrigation Drainage and Reclamation Engineering. 1989.Irrigation and Drainage in Japan.

    Junichi Kitamura. No. 1 January l9B2.Water Utilization forAgriculturalin Indonesia, Journal of Irrigation Engineering and Rural Plan-ning. The Japanese Society of Irrigation, Drainage and ReclamationEngineering.

    Kaname Ezaki. 1989. Irrigation and Drainage System in PaddyfieldRegions, The Japanese Society of Drainage and Reclamation Engi-neering.

    Proyek lrigasi Jawa Tengah. Ditjen. Pengairan. Modul Penataran E &P untuk DPU Propinsi Jawa Tengah (Pengairan). Transparan untuk'fraining.

    R. Sarah Reksokusumo. 1975. Dasar-dasar untuk membuat PerencanaanTeknis Jaringan lrigasi, Jilid III, Bangunan'bangunan, BadarrPenerbit P.U.

    R. Ganda Koesumah. l96L).Irigasi, Penerbit Sumur Bandung.Soetedjo. Prof. lr. 1969. Pengairan, Illid I & 2 Diktat Kuliah.Takashi Tauchi. Present and Future Development of lrrigation and

    Drainage, Advanced Cultivation, Irrigation and Drainage Technologyin Japan.

    Toshisuke Maruyawa. No. l6 Juli 1989. Paddyfield lrrigation, Journitlof Irrigation Engineering and Rural Planning, The Japanese Societyo1' Irrigation Drainage and Reclamation Engineering.

  • BENDUNG TETAP UNTUK IRIGASI

    I. PEMILIHAN LOKASI BENDUNG1. Umum

    Pemilihan lokasi bendung yang dibicarakan yaitu untuk bendung tetappermanen bagi kepentingan irigasi. Dalam pemilihan hendaknya dipilih lokasiyang paling menguntungkan dari beberapa segi. Misalnya dilihat dari segiperencanaan, pengamanan bendung, pelaksanaan, pengoperasian, dampakpembangunan dan sebagainya. Selain itu dipertimbangkan pula atas beberapaalternatif lokasi. Dari beberapa pengalaman dalam memilih lokasi bendung'tidak semua persyaratan yang dibutuhkan terpenuhi. Sehingga lokasi bendungditetapkan berclasarkan pelsyaratan yang dominan. Pemilihan lokasi bendungagar dipertimbangkan pula terhadap pengaruh timbal balik antara morfologisungai dan bangunan lain yang ada dan yang akan dibangun.

    2. Pemilihan Lokasi BendungLokasi bendung

    dipilih atas pertimbanganbeberapa aspek yaitu:1) Keadaan topografi dari

    re n(: 0na dtte rah i ri gct,s i(Gbr.3. I . 1) yang akandiairi:* dalam hal ini semua

    rencana daerah irigasidapat terairi, sehinggaharus dilihat elevasisawah tertinggi Yungakan diairi,

    * bila elevasi sawah ter-tinggi yang akan diairitelah diketahui makaelevasi mercu bendungdapat ditetapkan,

    Gbr. 3.1.1Keadaan topografi bendung SumPur

    dari kedua halodi atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi daplrdiseleksi,

    * disamping itu ketinggian mercu bendung dari dasar sungai dapat puladirencanakan.

    2) Kondisi topografi darilokasi bendung; harus mempertimbangkan beberap:raspek yaitu:r ketinggian bendung tidak terlalu tinggi; bila bendung dibangun di palung

    sungai, maka sebaiknya ketinggian bendung dari dasar sungai tidak lebihdari tujuh meter, sehingga tidak menyulitkan pelaksanaannya.

    * trace saluran induk terletak di tempat yang baik; misalnya penggaliannyutidak terlalu, dalam dan tanggul tidak terlalu tinggi * untuk tidakmenyulitkan pelaksanaan, penggalian saluran induk dibatasi sampaidengan kedalaman delapan meter, bila masalah ini dijumpai makasebaiknya lokasi bendung dipindah ke tempat lain; catatan untukkedalaman saluran induk yang diijinkan sampai tanah dasar cukup baikdan saluran tidak terlalu panjang.

    * penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik clanangkutan sedirnenl sehingga aliran ke intake tidak mengalami gangguandan angkutan sedimen yang akan masuk ke intake juga dapat dihindari;untuk menjamin aliran lancar masuk ke intake, salah satu syaratnya, in-take harus terletak di tikungan luar aliran atau di bagian sungai yanglurus dan harus dihindari penempatan intake di tikungan dalam aliran.

    3) Kondisi hidraulik dan morfologi sungai di lokasi bendung; rermasukangkutan sedimennya adalah faktor yang harus dipertimbangkan pula dalampemilihan lokasi bendung yang meliputi:* pola aliran sungai; kecepatan, dan zrahnya pada waktu debit banjir, sedang

    dan kecil,r kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir, sedang dan kecil,* tinggi muka air pada debit banjir rencana,* potensi dan distribusi angkutan sedimen.Bila persyaratan di atas tidak terpenuhi maka dipertimbangkan pembangunanbendung di lokasi lain misalnya di sudetan sungai atau dengan jalarrmembangun pengendalian sungai.

    4) Kondisi tanah fundasi; bendung harus ditempatkan di lokasi dimana ranahfundasinya cukup baik sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yangharus dipertimbangkan pula yaitu potensi kegempaan, potensi gerusan karenaarus dan sebagainya; secara teknik bendung dapat ditempatkan di lokasisungai dengan tanah fundasi yang kurang baik, tetapi bangunan akanmembutuhkan biaya yang tinggi, peralatan yang lengkap dan pelaksanaanyang tidak mudah.

    77

  • 5) Biaya pelaksanaan; beberapa alternatif Iokasi harus dipertimbangkan; yangselanjutnya biaya pelaksanaan dapat ditentukan dan cara pelaksanaanya,peralatan dan tenaga. Biasanya biaya pelaksanaan ditentukan berdasarkanpertimbangan terakhir. Dari beberapa alternatif lokasi ditinjau pula dari segibiaya yang paling murah dan pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.

    6) Faktor-faktor lain; yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasibendung yaitu penggunaan lahan di sekitar bendung, kemungkinanpengembangan daerah di sekitar bendung, perubahan morfologi sungai,daerah genangan yang tidak terlalu luas dan ketinggian tanggul banjir.

    3. Penempatan bendung di sudetan sungaiPenempatan

    bendung yang dulu dikenalhanya di palung sungai, kinitelah berkembang untukditempatkan di sudetansungai (Gbr. 3.1 .2).Berpuluh-puluh bendungditempatkan di sudetansungai sejak tahun 797}-an,sehingga diperolehpengalaman dan diketahuiuntung ruginya. Sudetansungai yaitu saluran yangdibuat untuk memindahkanaliran sungai dari palungaslinya. Dapat dibuat didaerah yang tidak pernahtersentuh aliran air atau

    Tanggul penutup

    Belokan sungai

    Sudetan sungai

    Gbr.3.1.2. Bendung di sudetanpada sudetan sungai.

    Keuntungan bendung ditempatkan di sudetan sungai yaitu:* memudahkan pelaksanaan bendung tanpa gangguan aliran sungai, dan tidak

    perlu terburu-buru karena gangguan musim,* arah aliran menuju bendung dan ke hilirnya akan lebih baik,* untuk mendapatkan tanah fundasi yang lebih baik,r penempatan lokasi intake, kantong sedimen dan saluran akan lebih baik.

    Namun akan dijumpai pula kesulitannya yaitu:* harus dibuat tanggul penutup sungai, yang kadangkala cukup tinggi dan

    berat,r diperlukan pula bangunan pengelak khusus dalam pelaksanaan pembuatan

    tanggul penutup tersebut.f----l

    r adakalanya perlu penyeberangan saluran induk di atas palung sungai asli.Penempatan bendung langsung di palung sungai sebaliknya dari hal

  • gunanya untuk menghindarkan aliran deras sepanjang tubuh tanggul penutup..

    Saluran induk kiri terletak antara sungai dan sudetan di bantaran sungaikiri, sehingga tidak memerlukan bangunan silang. Tanggul penutup yangcukup panjang, tanggul banjir. galian sudetan, dan tembok pengarah arusyang agak berat merupakan hal yang serius. Tetapi atas berbagaipertimbangan, lokasi di sudetan ini yang dipilih.Arah aliran utama dari udik menuju bendung pada saat debit banjir desaincukup merata, karena bendung terletak di sudetan di hilir tikungan sungai.Hal ini memberikan pengaruh positif terhadap intake yakni menghilangkangangguan penyadapan aliran. Dan terhadap bangunan peredam energi yaitutidak menimbulkan penggerusan setempat yang dalam.

    2) Bendung Mentawa di Sungai Mentawa, Sulawesi Tengah (Gbr. 3.1.4)Pilihan lokasi bendung sebagai alternatifadalah di sudetan sungai di bagiankanan alur sungai. Diperlukan tanggul penutup sungai yang cukup panjangdan tinggi di bagian kiri. Dan pengarah arus di kedua sisi bendung. Jugadiperlukan bangunan silang untuk menyeberangkan saluran induk kiri. Atausaluran induk berada di atas tubuh tanggul penutup, yang dikhawatirkanmenimbulkan kebocoran dan dapat membahayakan stabi[itas tanggulpenutup. Arah sudetan terhadap sumbu sungai cukup baik sehingga arahaliran utama menuju bendung dapat diusahakan menjadi merata dan fron-tal. Pelaksanaan bendung akan lebih mudah dan lebih tenang karena beradadi tempat kering dan tidak terganggu oleh aliran banjir.

    Gbr. 3.1.4. Bendung Mentawa di Sudetan Sungai Mentawa

    II. BENDUNG PELIMPAH1. Pengertian

    Menurut Standar Tata cara perencanaan Umum Bendung, yangdiartikan dengan bendung odarohsuatu bangunan airdengan kerengkapu, yrrgdibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikantaraf muka air atau untuk mendapatkan tinggi terjun, sehingga air dapat oouaupdan dialirkan secara gravitasi ke tempat yang membutuhkannya. Sedangkanbangunan air adalah seriap pekerjaan sipil yang dibangun di badan sungaiuntuk berbagai keperluan.

    Bendung tetap adalah bendung yang terdiri dari ambang tetap, sehinggamuka air banjir tidak dapat diatur elevasinya. Dibangun u-r*ryu di sungai-sungai ruas hulu dan tengah.

    Bendung berfungsi antara lai, untuk meninggikan taraf muka aiqagar air sungai dapat disadap sesuai dengan kebutuhan dan untuk mengendalikanaliran, angkutan sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkansecara aman, efektif, efisien dan optimal.

    Bendung sebagai pengatur tinggi. muka air sungai clapat dibedakanmenjadi bendung pelimpcth dan bendung gerctk. Dalam buku ini yangdibicarakan adalah bendung pelimpah yang terbuat dari pasangan batu. Bendungpelimpah yang dibangun melintang di sungai, akan memberikan tinggi air mini-mum kepada bangunan intake untuk keperluan irigasi. Merupakan penghalangselama terjadi banjir dan dapat menyebabkan genangan di udik bendung.

    Vhr!ry.^t iP s-j,,ffi p."I l*"f,:l ruprqP r"orr*r"r,

    Gbr. i.2.1. Bendung Langla cli S. Cilangt{t D.l padiwarayThs ih nalaya, J awa Bct ra t.

    l- x_l

  • Bendung pelimpah terdiri dari antara lain tubuh bendung dan mercu

    bendung. Tubuh bendung inerupakan ambang tetap yang berfungsi untuk

    meninggikan taraf muka air sungai. Mercu bendung berfungsi untuk mengatur

    tinggi air minimum, melewatkan debit banjir, dan untuk membatasi tinggigenangan yang akan terjadi di udik bendung'

    ' Narna bendung;untuk penyebutan suatu bendung' yang biasanya diberi

    nama sama dengan nuilu ,rrgui atau sama dengan nama kampung atau desa disekitar bendung tersebut. Misalnya bendung yang terletak di sungai cilangla,karena nama sungai di tempat bendung itu sungai cilangla maka bendung diberi

    nama bendung Langla (Gbr. 3.2.1). Atau Bendung Danawarih di Sungai Gung;diberi nama sama dengan kampung di sekitar bendung tersebut yaitu kampung

    Danawarih.

    2. Klasifikasi BendungB endun g berdasarkan .fun g s iny a dapat dikl asifikasikan menj adi :

    . bendung penyadap; digu-nakan sebagai PenYadaPaliran sungai untuk ber-bagai kePerluan sePertiuntuk irigasi, air baku dansebagainya (Gbr. 3.2.2),

    o bendung Pembagi banjir;dibangun di Percabangansungai untuk mengaturmuka air sungai, sehinggaterjadi Pemisahan antaradebit banjir dan debitrendah sesuai dengankapasitasnYa,

    . bendung Penahan Pasang;dibangun di bagian sungaiyang dipengaruhi Pasangsurut air laut antara lainuntuk mencegah masuk-nya air asin (Gbr. 3.2.3).

    Berdasarkan t iPestruktnrnl,a bendung daPatdibedakan atas:o bendung tetaP,o bendung gerak,. bertdung kombinasi.

    Gbr.3.2.2

    Gbr.3.2.3

    . bendung kembang-kempis,

    o bendung bottom intake.Ditinjau dari segi

    sifatnya bendung dapat puladibedakan:o bendung permanen seperti

    bendung pasangan batu,beton, dan kombinasibeton dan pasangan batu,

    o bendung semi permanenseperti bendung bronjong.cerucuk kayu dan sebagainya (Gbr.3.2.4),

    o bendung darurat; yang dibuat oleh masyarakat pedesaan seperti bendungtumpukan batu dan sebagainya.

    3. Tata Letak Bendung dan PerlengkapannyaBendung tetap yang terbuat dari pasangan batu untuk keperluan irigasi

    terdiri atas berbagai komponen yang mempunyai fungsi masing-masing.Komponen utama bendung itu yakni : (lihat skema komponen bendung tetap). tubuh bendung; antara lain terdiri dari ambang tetap dan mercu bendung

    dengan bangunan peredam energinya.. bangunan intake; antara lain terdiri dari lantai/ambang dasar, pintu, dinding

    banjir, pilar penempatan pintu, saringan sampah, jembatan pelayan, rumahpintu dan perlengkapan lainnya.bangunan pembilas; dengan undersluice atau tanpa undersluice, pilaLpenempatan pintu, pintu bilas, jembatan pelayan, rumah pintu, saringanbatu dan perlengkapan lainnya.bangunan perlengkapan lain yang harus ada pada bendung antara lairryaitu tembok pangkal, sayap bendung, lantai udik dan dinding tirai, pengaraharus tanggul banjir dan tanggul penutup atau tanpa tanggul, penangkapsedimen atau tanpa penangkap sedimen, tangga, penduga muka air, dansebagainya.

    Pengaturan penempatan bagian-bagian bendung tersebut, sedemikianrupa sehingga dapat memenuhi fungsinya. Dewasa ini tata letak bendung tetapdari pasangan batu umumnya telah tertata dengan baik dan dapat dijadikansebagai standar. Penataan ini diperoleh dari berbagai pengalaman dalanrmendesain bendung terutama sejak tahun 197}-an. Yang paling penting dalanrmenempatkan bagian-bagian bendung ini yaitu bangunan intake dan pembilasselalu terletak berdampingan dan menjadi satu kesatuan. Bangunan tubulibendung ditempatkan tegak lurus aliran sungai dan pilar pembilas (Gbr. 3.2.5).

    Gbr.3.2.4

  • Gbr. 3.2-5. Tata letak bendung tetap

    Selanjutnya, pengaturan tata letak bendung dan perlengkapannyadiuraikan seperti berikut: (lihat Gbr. 3.2.8.d)

    Tirbuh bendung; diletakkan kurang lebih tegak lurus arah aliran sungaisaat banjir besar dan sedang. Maksudnya agar arah aliran utama menuju bendungdan yang keluar dari bendung terbagi merata. Sehingga tidak menimbulkanpuruiur-puraran aliran di udik bangunan pembilas dan intake. Pusaran aliranini dapat menimbulkan gangguan penyadapan aliran ke intake dan pembilasansedimen. Bila aliran utama yang keluar dari bendung ke hilir tidak merata,maka akan dapat menimbulkan penggerusan setempat di hilir bendung lebihdalam di satu bagian dari bagian lainnya'

    Intake; selalu merupakan satu kesatuan dengan bangunan pembilasdan tembok pangkal di udiknya. Biasanya diletakkan dengan sudut pengambilanarah tegak lurus (90') atau menyudut (45"-60') terhadap sumbu bangunan bilas.Diupayakan berada di tikungan luar aliran sungai, sehinpa dapat mengurangisedimen yang akan masuk ke intake. Ditinjau dari segr'oiidraulik penempatanintake yang tegak lurus terhadap sumbu bangunan pembilas lebih baikdibandingkan dengan intake yang arah sumbunya menyudut'

    Bangunan pembilas; selalu terletak berdampingan dan satu kesatuandengan intake, di sisi bentang sungai dan bagian luar tembok pangkal bendung'Dan bersama-sama dengan intake, dan ternbok pangkal udik bendung yangdiletakkan sedemikian rupa dapat membentuk suatu tikungan luar aliran (heli-coidal flow). Aliran ini akan melemparkan angkutan sedimenke arah luar intake/

    bangunan pembilas menuju tubuh bendung, sehingga akan mengurangi jurnlahangkutan sedimen dasar masuk ke intake.

    Tembok pangkal; diletakkan di kedua pangkal tubuh bendung yangumumnya dibuat dengan bentuk tegak; adakalanya lurus atau membuka kcarah hilir. Dan berfungsi sebagai penahan tanah, pencegah rembesan sampingpangkal jembatan, pengarah aliran dari udik dan sebagai batas bruto bendung.

    Tata letak bendung gaya lama; pengaturan tata letak bendung gayalama contohnya pada bendung tua, bendung Glapan di Kali Tuntang, JawaTengah. Dirancang oleh ahli teknik Belanda dan dibangun sekitar tahun lU-53(Gbr. 3.2.6).

    Pengaturan tata letak bendung yang tidak lajim, yang dijumpai padabendung ini yaitu:( I ) sumbu bendung ditempatkan tidak tegak lurus arah aliran sungai,(2)bangunan intake, tidak dibagian sisi bendung tapi jauh di udik bendung

    yang tidak merupakan satu kesatuan dengan bendung,(3)pintu intake diletakkan di voorkanaal,(4) bendung tanpa bangunan pembilas.

    Sekalipun bendung ini tata letaknya tidak ditempatkan seperti apa yangkita jumpai sekarang ini dan telah berumur lebih dari 100 tahun, namun bisitdan berfungsi dengan baik dan dengan berbagai masalahnya.

    Masalah utama pada Bendung Glapan yang dibicarakan tahun 1975antara lain yaitu terjadinya kesulitan penyadapan air ke intake, akibat adanyatimbunan endapan sedimen di voorkanaal. Masalah lain yaitu masuknyaangkutan muatan sedimen ke intake dan saluran induk dengan jumlah yangrelatif besar.

    Mengatasi masalah itu dilakukan dengan cara; meniadakan voorkanaaldi udik pintu-pintu intake, sehingga tidak terjadi endapan sedimen di daerahini; membentuk tikungan luar aliran sungai mulai dari udik intake dan di mulutintake sampai menuju bendung, sehingga angkutan muatan sedimen dasar yangakan masuk ke intake dapat dikurangi. Gambar desain penanggulangan inidikerjakan oleh DPMA (1975) berdasarkan hasil uji model fisik di laboratoriumluar Ciparay. Pada gambar tampak bagian voorkanaal telah dipotong. Bentuktebing sungai kanan dari udik menuju intake dan ke hilirnya telah streamline.Tebing sungai kanan diberi perkuatan dari pasangan beton dan kakinya diberiperlindungan dari bronjong dan tiang pancang besi baja.

    f3s I

  • -

    SUMSU &E!IOUN6 TII}AKIT6AX LURU' AITAH &LINAN

    BEilOUllG GELAPATTI

    { iuthur h

  • Pelimpah bentuk laindibuat dengan maksud-maksudtertentu. Pelimpah bentukU inidijumpai antara lain padabendung yang terletak di tengahkota Tasikmalaya. Antara laindimaksudkan agar dapat me-limpahkan aliran sungai darisisi yang lain, karena di udikbendung terdapat percabangansungai (Gbr. 3.2.8.a).

    dijumpai pada bendung KarangTalun di K. Progo, Yogyakarta.Semula di tempat ini hanYaterdapat free intake. Kemudiandibangun bendung(Gbr.3.2.8.b). Untuk Penye-suian letak mulut intake, arahaliran utama sungai danpenempatan bendung makaditata penempatannya sede-mikian. Ambang pelimPahyang pendek di bagian kiritadinya dirancang untukpenempatan Pembilas. TetaPiberdasarkan hasil penYelidikandi laboratorium DPMA dandiskusi dengan konsultankemudian desain asli diubahmenjadi bentuk sekarang,dimana bendung tanpapembilas tetapi memPunYaikantong sedimen yang cukuPefektif.

    Pelimpah trentukgergaji (Gbr. 3.2.8.c dan3.2.8.d), bentuk PelimPah lainyang dikembangkan Yaitu

    Gbr.3.2.8.c

    bentuk pelimpah gergaji atau pelimpah bergigi. Telah dibangun antarapada bendung-bendung Ciwadas, Karawang dan Tami di Papua'

    Gbr. 3.2.8.a

    Gbr.3.2.8.b

    lain

    Gbr. 3.2.8.d. Denah pelimpah bentuk gergajiKapasitas pelimpahan akan menjadi jauh lebih besar dan dapat

    dikembangkan di daerah pedataran untuk mengurangi daerah genangan banjirdi bagian udik bendung.Komponen Bendung Tetap

    Komponen Bendung tetap terdiri atas lima bagian utama sepertidiilustrasikan pada skema berikut dan perhatikan pula Gbr. 3.2.8.e.

    BENDUNGTETAP

    TUBUH BENDUNG EMaac! banduigAmbono latoDParadom cnrr0i don bono.trngffonPlnlu-plnluOlrdlhg b6jltSoainoon tompohAmbong &.dJffbolon paloyonmAtop pallndung

    Plnru-phruPrnblloa bowoh/und6alil@Sorln9on botq b69khJambolo, paloyonBotot rtolAle pcllndun!

    INTAKEFfLLEE

    BANG. PEMBILAS

    BANG. PERLENGXAPAN

    f- T.mbor pogiolF- T.mDor royop qdlt a nnkl- aonro,udtdndhding rkolI Rcngoron orurF Tonqqul bonirr /toncel 9.nuto9|

    -""ndugo muro ohI Lo,o, u*u, o.ouL ,,.,Jr,,on looo

    f ronoeoLo, o

    PENANGKAP SEDIMEN-

    Konlonq cnd@onl-- pntu oouuos1

    Solwon FhbllorL

    ",nr, hrorc /Fnoombil

  • JL

    U>

    Jx(,zo-

    YIoEl2UJF

    IYiolflIll

  • pengaliran dari mercu tersebut dapat dipelajari pada Standar PerencanaanIrigasi; KP 02. Khusus untuk bendung bermercu bulat, DPMA telah melakukanpula studi untuk mempelajari koefisien pengalirannya. Penyelidikan dilakukandi laboratorium hidrolika secara dua dimensi, yang telah memasukkan pengaruhendapan sedimen di udik bendung. Hasil penyelidikan ini dimuat dalam laporanDPMA No. P.716.

    Gbr. 3.2.9. Bentuk-bentuk mercu bendung,

    5.3 Tinggi mercu bendungTinggi mercu bendung, p, yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik/

    dasar sungai di udik bendung dan elevasi mercu. Dalam penentuan ketinggianmercu bendung ini, belum ada rumus atau ketentuan yang pasti. Hanyaberdasarkan pengalaman dengan pertimbangan stabilitas bendung.

    Daiam menentukan tinggi mercu bendung maka harus dipertimbangkanterhadap:. kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan,. kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan,. tinggi muka air genangan yang akan terjadi,. kesempurnaan aliran pada bendung,. kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung'

    Tinggi mercu bendung, p, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter danminimum 0,5 H. Jika, p, lebih tinggi dari 4,00 meter yang biasa terjadi untukbendung-bendung dengan lokasi di sudetan maka elevasi dasar lantai udik dapatdiletakkan lebih tinggi dari dasar sungai. Pengaturan ini dapat dilihat padaGbr. 3.2.10.

    Dalam perhitungan tinggi muka air di atas mercu bendung yangmenggunakan rumus Bundschu dan Verwoerd, makaharga-harga, tinggi mercu,p, dan jari-jari mercu, R, harus ditetapkan terlebih dulu. Karena hal itu akansaling terkait. Perhatikan rumus berikut:

    m= 1,49-0,018tS-*l'R t=A m2.h3t-!l'zl n+p

    14, I

    dimana: = tinggi kecepatan aliran= tinggi muka air di udik bendung= koefisien pengaliran bendung= tinggi mercu bendung ke dasar sungai=

    jari-jari pembulatan mercu bendung.

    k= v2/29

    g')t 4mpr( 4m

    LANTAI DITINGGIKAN

    Gbr. 3.2.10. Pengaturan tin.ggi ntercu bendung, p, clari lantai uclik

    5.4 Panjang mercu bendungPanjang mercu bendung (Gbr.3.2.ll) atau disebut pula lebar bentang

    bendung, yaitu jarak antara dua tembok pangkal bendung (abutment), termasuklebar bangunan pembilas dan pilar-pilarnya. Ini disebut panjang mercu bruto.

    Dalarn penentuan panjang mercu bendung, maka harus diperhitungkanterhadap:. kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang cukup;. batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pacra debit

    desain.Berkaitan den-eart itu paniang mel.cu dapat diperkirakan:

    . samit lebar denean Iebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh altrr'(b u t tk

    ./il Ll cl i s t' h u rg a ),. umumnya diambil sebesar l, 2 kali lebar sungai rata-rata, pada liurs strngrri

    yang telah stabil.

    khm

    pR

  • pengambilan panjang mercu bendung tidak boleh terlalu pendek dantidak pula terlalu lebar. Bila desain panjang mercu bendung terlalu pendek,akan memberikan tinggi muka air di atas mercu lebih tinggi. Akibatnya tanggulbanjir di udik akan bertambah tinggi pula. Demikian pula genangan banjirakan bertambah luas. Sebaliknya bila terlalu lebar dapat mengakibatkan profilsungai bertambah lebar pula sehingga akan terjadi pengendapan sedimen diudik bendung yang dapat menimbulkan gangguan penyadapan aliran ke intake.

    Panjang mercu bendung efektif;Panjang mercu bendung efektif, Be, yaitu panjang mercu bendung

    bruto, Bb, dikurangi dengan lebar pilar dan pintu pembilas. Artinya panjangmercu bendung yang efektif melewatkan debit banjir desain. Panjang mercubendung efektif lebih pendek daripada panjang mercu bendung bruto'

    Dalam penentuan panjang mercu bendung efektif harus diketahuibagaimana pintu-pintu pembilas bendung dioperasikan. Sudah merupakan salahsatu ketentuan dalam pengoperasian pintu-pintu pembilas dan intake waktubanjir harus ditutup. Sehingga tidak ada aliran yang lewat bawah pintu pembilas.Dan aliran yang melimpah melalui pintu bilas atas tidak semulus dibandingkandengan aliran yang melimpah melalui mercu bendung. Karena itu kapasitasmelewati atas pintu pembilas biasanya hanya diambil sebesar 80% dari panjangrencana, untuk mengkompensasi perbedaan koefisien debit dibandingkandengan mercu bendung.

    Bendung yang dibangun di jaman pemerintahan Belanda ulnumnyabagian di atas pintu bilas ditutup oleh dinding banjir, karena itu ticlek ada aliranyang melewati atas pintu. sehingga tidak dapat dihitung untuk melimpahkanaliran. Kini hampir tidak ada desain bagian atas pintu bilas yang tertlrtup.

    Bila bagian atas pintu pembilas terbuka tanpa dinding ban.jir rnaka akanmemperbesar kapasitas pelimpah bendung karena air dapat mengttlir melaluiatas pintu, yang tertutup selama banjir. Selain itu pembuangan santpi h-sampahyang mengapung di udik dapat dilakukan dengan mudah, terlebih bila pintubilas terdiri atas pintu bilas atas dan pintu bilas bawah. Tetapi kele'nriihannyabenda-benda padat yang hanyut dapat merusakkan bagian-bagian pitrtu. Danangkutan sedimen akan lebih banyak berada di udik pintu bilas yang terzurgkutoleh aliran banjir.

    Pilar-pilar pembilas bendung, t, dan bila ada pilar-pilar jembata'r yangditempatkan di atas mercu bendung yang menghalangi pengalirittt harttsdiperhitungkan terhadap pelimpahan aliran.

    Panjang mercu bendung efektif dapat dihitung dengan cara yaittto Be=Bb-207oZb-2t. Be=Bb-2(nkp+ka)Hdimana:

    Be = panjang mercu efektif dalam meter

    Bb = panjang mercu bruto dalam meterIb = jumlah lebar pembilas,t = jumlah pilar-pilar pembilasn - jumlah pilar pembilas dan pilar jembatankp = koefisien kontraksi pilarka = koefisien kontraksi pangkal bendungH = tinggi energi, yaitu h + k;h = tinggi air;k=vzl2g

    Harga koefisien kontraksi pilar; dapat dipelajari dari StandarPerencanaan Irigasi, KP-02.

    5.5 Penentuan Elevasi Mercu Bendung1) Pertimbangan dan kriteria penentuan elevasi mercu

    Elevasi mercu bendung ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan:(l) elevasi sawah tertinggi yang akan diairi,(2) keadaan tinggi air di sawah,(3) kehilangan tekanan mulai dari intake sampai dengan saluran tersier

    ditambah kehilangan tekanan akibat exploitasi,(4) tekanan yang diperlukan agar dapat membilas sedimen di undersluice

    dan kantong sedimen,(5) pengaruh elevasi mercu bendung terhadap panjang bendung untuk

    mengalirkan debit banjir rencana,(6) untuk mendapatkan sifat aliran sempurna.Kriteria lain yang harus dipenuhi dalam penentuan elevasi mercu bendungantara lain yaitu:. harus terpenuhi pencapaian pengaliran air ke seluruh wilayah pengaliran,. perkiraan respon morfblogi sungai di bagian udik dan hilir terhadap

    bendung pada elevasi tersebut,. kestabilan bangunan secara keseluruhan, biaya pembangunan, dengan

    tidak menutup kemungkinan pemilihan lokasi lain.

    145 I

    ffili_i

    Gbr. 3.2.11. Panjang mercu bendung

  • 2\ Langkah penentuan elevasi mercu bendungDalam penentuan elevasi mercu bendung dapat dilakukan langkah kegiatansebagai berikut:(l) ierapkan elevasi sawah tertinggi yang akan diairi; tinggi muka air di

    sawah dan di saluran irigasi hingga mendapatkan tinggi muka air dibangunan bagi pertama.

    (2) Hitung kebutuhan tinggi tekan untuk mengalirkan air dari intake kebangunan ukur dan ke bangunan bagi pertama ke saluran sekunder, tersierdan sawah dengan memperhatikan kehilangan tekanan akibat gesekansepanjang saluran.

    (3) Hitung kehilangan tinggi tekan pada bangunan ukur denganmemperhitungkan tipe alat ukur yang dipakai.

    (4) Hitung kehilangan tinggi tekan di intake dengan memperhatikankehilangan tekanan akibat saringan sampah dan pintu-pintu.

    (5) Bila bendung dilengkapi dengan kantong sedimen maka; hitung tinggielevasi muka air di awal intake berdaSarkan keadaan aliran untukpembilasan sedimen di kantong sedimen.

    (6) Filih elevasi muka air di udik intake yang lebih menentukan antara hasilperhitungan untuk keperluanjaringan irigasi dan hasil perhitungan untukkeperluan pembilasan sedimen.

    (7) Tentukan kehilangan tinggi tekan akibat saringan sampah dan atausaringan batu yang dipasang di udik intake.

    (8) Tambahkan tinggi mercu sekurangnya sebesar 0,10 meter, untukmengatasi penurunan muka air di udik mercu akibat $elombang yangtimbul oleh tiupan angin dan kebocoran di pintu.

    (9) Evaluasi hasil perhitungan di atas, sehingga pada debit desain tetap teiadiaiiran sempurna.

    3) Contoh perkiraan penentuan elevasi mercu bendungSebagai contoh penentuan elevasi mercu bendung dilakukan seperti Tabel3 berikut. Dan perhatikan pula Gbr. 3.2.12. Hasilnya hanya perkiraan bukansebagai patokan.

    Tabel3. Perkiraan Penentuan Elevasi Mercu Bendung

    No. Ur aian Ketinggian(m)1

    2!)

    4

    Sawah yang akan diairiTinggi air di sawahKehilangan tekanan;- dari sal. tersier ke sawah- dari sal. sekunder ke tersier- dari sal. induk ke sekunder

    akibat kemiringan saluran- akibat bangunan ukur- dari intake ke sal. induk/kantong sedimen- bangunan lain antara lain kantong sedimenExoloitasi

    X0,10

    0,100,100,100,150,400,200,250,10

    Elevasi mercu bendunq X+1,50m

    hn.,,

    nlnto ke

    Gbr. 3.2.12 Sketsa penentu.an elevasi mercu bendung

    5.6 Peninggian Mercu BendungPada bendung tua antara lain bendung Jati di Madiun, bendung Cisokan

    di Cianjur dan bendung baru yaitu bendung Gumbasa di Palu, bendungBanjarcahyana di Jawa Tengah, dijumpai masalah mercu bendung yang kurangtinugi. Hal ini menimbulkan dampak yang kurang baik yaitu:. penyadapan air terganggu terutama musim kemarau sehingga daerah irigasi

    lzang diairi menjadi berkurang,. tinggi energi yang dibutuhkan kurang, sehingga pembilasan sedimen oleh

    undersluice dan di kantong sedimen tidak memadai.Untuk menanggulangi masalah pada bendung-bendung itu DPMA

    menyarankan peninggian mercu bendung yang berdasarkan hasil uji modelfisik.. Bendung Jati ditinggikan mercunya 0,80 meter, bendung Cisokan 1,00meter dan telah dilaksanakan di prototipe. Khusus untuk peninggian mercubenclung Gumbasa setinggi 0,60 meter tidak dapat dilaksanakan karena terbenturmar;"rlah kenaikan muka air yang dikhawatirkan mengganggu fungsi dankearrranan jembatan jalan negara yang berada tidak jauh cli udik bendung.

    Peninggian mercu bendung Cisokan memberikan pengaruh yang sangatbail,: terhadap pembilasan sedimen yang berada di udik undersluice dan yangberrrla di undersluice. sebelumnya sedimen yang masuk ke saluran, jumlahnyasan,-Iat tinggi. Dengan penin-qgian mercu bendung dan penyempurnaan bangunanpernbilas dan undersluice, diketahui jumlah sedimen yang masuk ke saluran

  • sangat jauh berkurang.Gambar 3.2.13 menun-jukkan cara peninggianmercu bendung. Bidangmiring hilir tubuhbendung diteruskan kearah udik sampaidengan elevasi mercuyang dikehendaki.Sambungan antarabidang yang lama danbaru harus diperkuat dengan anker sehingga menjadi satu kesatuan.

    5.7. Tinggi Muka Air di atas Mercu Bendung (Gbr. 3.2.14)Tinggi muka air di atas mercu dapat dihitung dengan persamaan tinggi

    energi -

    debit, untuk ambang bulat dan pengontrol segi empat yaitu:dimana:

    Qo = co zBV 2B gb@

    Qa = debit desain, mr/detCa = koefisien debit - Co = Co . Cr . C2g = percepatan gravitasib - panjang mercu efektif, mH = tinggi energi di atas mercu, mDalam penentuan harga koefisien debit, C, lebih lanjut dapat dipelajari

    Gbr. 3.2.13, Cara peninggian mercu bendung

    pada Standar Perencanaan Irigasi KP. 02.

    Gbr. 3.2.14. Tinggi muka air di atas mercu bendung

    III. BANGUNAN INTAKE1. Definisi dan fungsi

    Bangunan intake adalah suatu bangunan pada bendung yang berfungsisebagai penyadap aliran sungai, mengatur pemasukan air dan sedimen sertamenghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke intake. Terletak dibagian sisi bendung, di tembok pangkal dan merupakan satu kesatuan denganbangunan pembilas.

    2. Tata letakTata letak intake diatur

    sedemikian rupa sehinggamemenuhi fungsinya danbiasanya diatur seperti berikut:r sedekat mungkin dengan

    bangunan pembilas (Gbr.3.3. r),

    o merupakan satu kesatuandengan pembila^s,

    o tidak menyulitkan penya-dapan aliran,

    o tidak menimbulkan pengen-dapan sedimen dan turbu-lensi aliran di udik intake.Bila hal di atas tidak memungkinkan karena misalnya kebutuhan untuk

    penempatan jembatan, letak terhbok pangkal, dan sebagainya maka tata letakintake dapat menyimpang dari itu. Untuk itu pengaturan tata letak intakesebaiknya dipelajari dengan uji model hidraulik.

    Pertimbangan yang utama dalam merencanakan tata letak intake adalahkebutuhan penyadapan debit dan mengelakkan sedimen agar tidak masuk keintake. Selain itu harus dipikirkan pula kemungkinan pengembangan, kehilangantinggi tekan. dan sebagainya.

    Berkaitan dengan pengurangan angkutan sedimen ke saluran terutamafraksi pasir atau yang lebih besar dari itu maka bangunan intake adalah pertama-tama untuk pengendaliannya. Dalam kaitan ini mulut intake diatur sedemikianrupa sehingga terletak tidak terlalu dekat dan tidak pula terlalu jauh dan pintupembilas. Kalau terlalu dekat dengan pintu pembilas maka pengaliran ke in-take akan terganggu oleh tembok baya-baya. Dan bila terlalu jauh, bangunanundersluice akan semakin panjang.

    Pengaturan intake dan bangunan pembilas yang dilengkapi denganpembilas lurus dapat diperhatikan pada Gbr. 3.3.2. Dalarn pengaturan tata letakintake perlu diperhatikan pula pengaturan letak dan panjang tembok pangkal

    Gbn 3.3.1. Tata letak intake bendung Langla,di Tasiknrulava, Jawa Barat

  • dan tembok sayap udik. Ini untuk menghindarkan turbulensi aliran sebanyakmungkin dan untuk mengupayakan agar aliran menjadi mulus menuju intake.

    Pada gambar, diketahui pula bahwa pintu intake diletakkan tepat di hilirlengkungan tembok pangkal. Pintu diletakkan tidak dilengkungkan dan tidakpula terlalu jauh sehingga akan menguntungkan dari segi hidraulik dan struktur.

    letak intake pada bendung.tetaP

    lsoIGbr.3.3.2. kta

    Lantai di udik pintu intakediletakkan sama tinggi denganbagian atas plat undersluice,karena ketinggian yang terbatas.

    3. Macam intakeIntake biasa (Gbr.

    3.3.3.a)l yang umumnyadirencanakan yaitu intakedengan pintu berlubang satu ataulebih dan dilengkapi denganpintu dinding banjir, danperlengkapan lainnya.

    Lebar satu pintu tidaklebih dari 2,50 m dan diletakkandi bagian udik. Pengaliranmelalui bawah pintu. Besarnyadebit diatur melalui tinggibukaan pintu.

    Intake gorong-gorong;tanpa pintu di bagian udik.Pintu-pintu diletakkan di bagianhilir gorong-gorong. Lubang in-take lebih dari satu dengan lebarmasing-masing lubang kurangdari 2,50 m. Dilihat dari arahsungai/bendung mulut intaketidak kelihatan karenatenggelam. Pengoperasian pintuintake dilakukan secaramekanis, bila tidak akan sangatberat. Bentuk intake ini (Gbr.3.3.3 b) dijumpai di bendungKarang Talun Yogyakarta.

    Intake frontal (Gbr. 3.3.3c); pada bendung Mejagong diJateng. Intake diletakkan ditembok pangkal, jauh daribangunan pembilas/bendung.Arah aliran sungai dari udikfrontal terhadap mulut intake sehingga tidak menyulitkan penyadapan aliran.Tetapi angkutan sedimen relatif banyak masuk ke intake, yang ditanggulangi

    ;-,

    Gbr. 3.3.3.a

    Gbr.3.3.3.b

    Gbr.3.3.3.C

  • dengan bangunan sand ejector dan kantong sedimen. Bentuk ini diperolehberdasarkan hasil uji model oleh DPMA (lr. Moch.Memed, dkk).

    Dua intake di satu sisi bendung; dimana pintu intake untuk sisi yanglain diletakan di pilar pembilas bendung. Pengaliran ke sisi yang lain itu melaluigorong-gorong di dalam tubuh bendung. Jumlah gorong-gorong dapat dua buah.Gorong-gorong yang umum dipakai yaitu yang berbentuk bulat.

    n>S.CIMANUK

    -d'-*

    Gbn 3.3.3.d. Ukuran, bentuk, dan tata letak intake pada bendung,

    r---;--l t.:-1

    Selain itu, bentuk, ukuran,arah, dan tata letak intake padabendung dapat diperhatikan padaGambar 3.3.3.d. Intake ini terdapatpada bendung-bendung di daerahTasikmalaya dan Garut, Jawa Baratbagian Selatan. Ukuran yangtercantum di gambar diperolehberdasarkan pengukuran dilapangan.

    4. Arah intake,komponen danletak bangunan

    1) Arah intake terhadap sumbusungai dapat diatur sepertiberikut (periksa Gbr. 3.3.4).. tegak lurus membentuk

    sudut kira-kira 90" terhadapsumbu sungai,menyudut membentuksudut antara 45"- 60'terhadap sumbu sungai,keadaan tertentu yangditetapkan berdasarkanhasil uji model hidraulik dilaboratorium.

    Arah intake yang tegak lurusdibandingkan dengan arah yangmenyudut ditinjau dari segihidraulik lebih menguntungkanarah yang tegak lurus terhadapsumbu sungai.Komponen utama bangunan intaketerdiri dari (Gbr. 3.3.5).. ambang/lantai dinding

    bangunan tembok sayap,pintu dan perlengkapannyaserta dinding penahan banjir,pilar penempatan pintu bilapintu lebih dari satu buah,jembatan pelayan, Gbr. 3.3.6. Letak intake tlem pentbilas

    Gbr. 3.3.4. Arah intake menvudut tlan

    Gbr. 3.3.5. Komponen intake

  • . rumah pintu,

    . saringan sampah,

    . sponeng dan sponengcadangan, dan lain-lain.

    2) Letak intake; harusditata sedemikian rupasehingga berada ditikungan luar aliran yangmembentuk aliran helicoi-dal. Sehingga padakeadaan sungai banjir,angkutan sed