25
Desentralisasi Ketenagalistrikan Pengembangan Regional dengan Energi Terbarukan Andi Akmal Amnur s[email protected] www.enerindo.blogspot.com

Desentralisasi Ketenagalistrikan

  • Upload
    timas

  • View
    381

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Desentralisasi Ketenagalistrikan

Pengembangan Regional dengan

Energi Terbarukan

Andi Akmal [email protected]

Page 2: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Latar Belakang

Indonesia

Ketenagalistrikan telah menjadi faktor penentu dalam pembangunan ekonomi dan masyarakat. Namun dalam hal tarif, pembangkitan & pendistribusian situasi telah sangat kritis dan memerlukan terobosan dalam berbagai bidang

Page 3: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Latar Belakang Demand akan tenaga listrik tetap meningkat walaupun iklim investasi belum sepenuhnya kondusif

Ketidakmampuan PLN terutama diluar Jawa menambah kapasitas menyebabkan terjadinya krisis ketenagalistrikan

Industri tidak dapat bertahan dan berkembang tanpa kecukupan tenaga listrik

Page 4: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Neraca Daya Tenaga Listrik Indonesia - PLN, 2005

Satuan PLN / ProvinsiKapasitas

(MW)Daya

Mampu - DMBeban

Puncak – BPBP/DM

(%)

StatusBP/DM < 65%

Wil. Nanggroe Aceh D 143.92 78.23 39.77 50.8% OK

Wil. Sumatera Utara 0.44 0.37 0.28 75.7% Krisis

Wil. Sumatera Barat 43.06 28.84 25.18 87.3% Krisis

Wil. Riau 161.27 121.88 99.96 82.0% Krisis

Wil. Sumsel, Bengkulu 79.13 48.28 33.02 68.4% Krisis

Wil. Bangka Belitung 94.59 55.66 57.25 102.9% Krisis

Wil. Lampung 7.25 4.3 9.96 231.6% Krisis

Wil. Kalimantan Barat 283.69 166.63 191.4 114.9% Krisis

Wil. Kalsel dan Kalteng 398.72 334.18 323.4 96.8% Krisis

Wil. Kalimantan Timur 297.61 205.76 250.71 121.8% Krisis

Wil. Sulteng, Gorontalo 353.78 258.56 249.42 96.5% Krisis

Wil. Sulsel dan Sultra 496.08 364.18 313.78 86.2% Krisis

Wil. Maluku 207.34 114.18 77.6 68.0% Krisis

Wil. Papua 184.67 93.1 79.05 84.9% Krisis

Dist. Bali 5.58 3.6 1.99 55.3% OK

Wil. NTB 147.46 105.13 117.98 112.2% Krisis

Wil. NTT 151.71 77.31 66.59 86.1% Krisis

PT PLN Batam 137.5 83.3 150.6 180.8% Krisis

PT PLN Tarakan 31.64 24.8 25.5 102.8% Krisis

LUAR JAWA 6,159.54 5,311.52 4,438.57 83.6% Krisis

JAWA 16,355.55 14,224.86 14,824.84 104.2% Krisis

INDONESIA 22,515.09 19,536.38 19,263.40 98.6% Krisis

PLN Statistik 2005

Page 5: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Skenario Tarif Listrik Indonesia 2000 = Gagal

Sekaligus menjadi barrier bagi pertumbuhan investasi ketenagalistrikan sampai detik ini

Latar Belakang

Page 6: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Industri Manufaktur Mesin Peralatan Listrik Nasional, terutama industri Boiler, Steam Turbine dan Generator kehilangan potensi pasar yang selama ini hanya PLN dan IPP, karena harga beli daya yang dibawah ROI membuat investasi menjadi tidak menarik

Kebijakan dan usaha pengembangan industri peralatan listrik nasional dari Departemen Perindustrian dan Departemen lain selama ini, menjadi tidak efektif.

Latar Belakang

Page 7: Desentralisasi Ketenagalistrikan

PLN dan IPP cenderung membeli produk dari luar (import) dengan alasan keekonomian dan sumber pembiayaan dari kredit eksport

Latar Belakang

Page 8: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Pengertian Desentralisasi Ketenagalistrikan

Merupakan suatu kebijakan :

• Sistim penyediaan Ketenagalistrikan ( Power Plan, Jaringan dan Distribusi dimiliki dan dikelola oleh Daerah

• Tarif Dasar Listrik merupakan tarif lokal, berdasarkan biaya untuk memproduksi daya (cost recovery basis).

• Pemakaian bahan bakar lokal (biomas dan energi terbarukan)

• Ketenagalistrikan merupakan bahagian dari sistim ekonomi daerah

Page 9: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Aspek Hukum dan Perundang-undangan

Pemerintah Daerah juga dapat menyediakan atau menfasilitasi tersedianya ketenagalistrikan diwilayah tersebut dalam rangka menigkatkan kesejahteranaan masyarakat. (Sebagaimana termaktub dalam Peraturan Pemerintah No.3 tahun 2005, tentang Perubahan PP No.10 tahun 1989, tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik )

Sesuai dengan kewenangannya, Pemerintahan di daerah ( Pemda) dapat membangun sarana dan prasarana (infrastruktur) dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat. ( UU 32 /2004) tentang Otonomisasi Daerah)

Secara konvensional ketenagalistrikan diatur dan dikelola oleh Negara secara sentral oleh Perusahaan Negara, yaitu PT PLN. ( Sebagaimana termaktub dalam UU No.15 tahun 1985, tentang Ketenagalistrikan)

Page 10: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Aspek Hukum dan Perundang-undangan

UU No. 15 / 1985 UU No. 32 / 2004

PP No. 03 / 2005

Page 11: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Tipikal Costing

PLTU 3 MW

Investasi PLTU (oleh IPP Swasta) USD 4,800,000

Jaringan untuk 4,000 rumah tangga USD 2,600,000

Harga listrik / kWh, - Batubara

Rp 1,140

- Biomasa Rp 1,020

Payback period Tahun 8

Internal Rate of Return % 14

Page 12: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Karakteristik Desentralisasi

Ketenagalistrikan

Skala Mulai dari 3 MW

Sumber Energi Biomasa atau sumber energi primer lokal

EPC Seluruhnya Dalam Negeri

Kebijakan Tarif Lokal, disesuaikan dengan biaya energi, produksi & pertumbuhan ekonomi (cost recovery basis)

Page 13: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Karakteristik Desentralisasi

Ketenagalistrikan

Financing PLTU IPP, BUMD, Koperasi

Financing Jaringan Distribusi

APBD dan APBN atau Konsesi BOT

Manajemen Distribusi

BUMD atau Konsesi BOT

Distribusi dan Bisnis BUMD, Koperasi, Pemda

Page 14: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Sasaran Desentralisasi Ketenagalistrikan

1. Pengembangan Industri Dalam Negeri

2. Penerapan Kebijakan TKDN

3. Peningkatan Investasi di Bidang Ketenagalistrikan, Industri Mesin Peralatan Listrik, Industri Kabel, dan Industri Komponen lainnya.

4. Memberikan peluang peran serta (partisipasi daerah) untuk membantu pemerintah dalam penyediaan sarana dan prasarana pembangunan, dalam rangka Regional Development

Page 15: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Peluang bagi IMPL Nasional

• Dari 336 Kabupaten / Kota di Luar Jawa, 173 daerah dengan Rasio Elektrifikasi sangat rendah (dibawah 48%), prioritas Desentralisasi Ketenagalistrikan.

• Dengan investasi minimal masing-masing USD 7,400,000 per unit,( 3 MW) maka diperlukan pendanaan USD 1,280,200,200

• USD 1.3 milyar ekuivalen Rp. 12.03 triliun • Berarti kesempatan pengembangan Industri MPL

2,000% (20.3 x nilai export 2006 = USD 62,956,340)

Page 16: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Pertumbuhan Ekonomi Lokal

BiomasaSebagai sumber energi primer dibeli oleh PLTU

PertanianMasyarakatlokal

•Peluang Usaha•Nilai Tambah

• Biaya transportasi energi primer rendah• Menekan biaya daya• Nilai Tambah

Rp

Masyarakatkonsumen

• Industri (IKM) tumbuh• Serapan tenaga kerja• Kesejahteraan

Page 17: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Biomass ini dapat di tanam oleh masyarakat pada lahan-lahan marginalRotasi tanaman cepat

Tidak memerlukan pupuk dan perawatan yang berarti

Willow, kebutuhan lahan = 3 x 1,700 ha = 5,100 ha

Page 18: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Mekanisasi atau Manual = Menciptakan Lapangan Kerja

Page 19: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Mengurangi Global Warming

Power Source CO2 (g/kWh)Coal Steam Turbine 950

Combined Cycle Gas Turbine 450

Geothermal 50-120

Biomass Steam Turbine 20-80

Page 20: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Strategi Pelaksanaan Desentralisasi

Ketenagalistrikan

Strategic Action Plan

PEMDA PEMERINTAH PUSAT

Pemda (DPRD) memutuskan mengambil tanggung jawab pengembangan ketenagalistrikan daerah sesuai UU No. 32 thn 2005

Memfasilitasi dan mendorong pembangunan ketenagalistrikan daerah dalam rangka pengembangan ekonomi nasional.

Page 21: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Program Aksi

Kebijakan Ketenagalistrikan

Daerah

Seleksi Daerah yang memerlukan

Kriteria

a. Jauh dari Jaringan Nasional

b. Punya potensi energi primer atau energi terbarukan

c. Potensi ekonomi daerah

d. Potensi pengembangan industri dan UKM

e. Leadership dari Pemda

Comitment Building Sosialisasi tekno-ekonomi ketenagalistrikan

Feasibility Study Perencanaan sistem

Membentuk BUMD Listrik

Dan Lembaga Penunjang lainnya

Mempertemukan dengan pabrikan peralatan mesin peralatan listrik dalam negeri yang kompeten

Membangun PLTU dan Jaringan Bantuan Teknis dan Socio-economic

Page 22: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Langkah Strategis

• Sosialisasi ke Pemda, dalam rangka membangun komitmen

• Melakukan studi kelayakan

- PLTU, Pertanian Biomass, Jaringan, Perhitungan Tarif, dan entitas bisnis.

• Membantu Pemda dalam penyusunan kebijakan

- Kebijakan pembiayaan, pertanian biomass, Pengelolaan dan tarif.• Mengundang investasi

Page 23: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Bandung’s Protocol24 Januari 2008

Boiler & Accessories = PT Dinamika Energitama NusantaraSteam Turbine = PT Nusantara Turbine PropulsiGenerator, Control System = PT PINDAD (Persero)Engineering, Procurement & Construct = Konsorsium

Page 24: Desentralisasi Ketenagalistrikan

Program Desentralisasi Ketenagalistrikan

Tersedianya listrik dengan harga wajar dan bermutu akan menstimulasi perkembangan industri di daerah

dan meningkatnya daya saing industri Indonesia

Page 25: Desentralisasi Ketenagalistrikan

tenaga listrik, hasil peradaban manusia, untuk manusia, manfaatkan dengan akal

sehat

Terima kasih,atas perhatian yang diberikan