Upload
rikki-himawan
View
39
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Desinfeksi Dan Desinfektan
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI I
“Desinfeksi dan Desinfektan”
NAMA : ANNISA FATHARANI ZAHRAH
NIM : 08101004055
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : MELI ASTRIANI
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2011
LEMBAR HASIL KERJA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Judul Praktikum : Desinfeksi dan desinfektan
Nama/NIM : Annisa Fatharani/08101004055 Kelompok : III
Asisten : Meli Astriani Tanggal : 20 Nov 2011
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah untuk melihat pengaruh berbagai macam desintan
terhadap pertumbuhan mikroba.
II. LANDASAN TEORI
Kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai berbagai macam senyawa kimia baik
organik maupun anorganik bersifat racun terhadap jasad renik. Sehubungan dengan itu,
usaha manusia dalam mengatasi jasad renik. Penyebab penyakit banyak dilakukan
menggunakan bahan kimia. Senyawa kimia yang mematikan jasad renik disebut
dengan disinfektan. Disinfektan adalah zat kimia yang mematikan sel vegetatif tetapi belum
tentu mematikan bentuk mikroorganisme penyebab suatu penyakit. Beberapa kelompok
utama disinfektan yaitu fenol dan persenyawaan penolat, alkohol, hidrogen, logam berat
dan persenyawaannya, detergen, aldehid, kemosferilisator gas, oxidator, aerosol, yodium,
zat warna, preparat Chlor, dan sabun (Adnan 2009: 3).
Disinfektan merupakan proses yang mematikan semua mikroorganisme patogen
dengan cara kimiawi atau fisik. Disinfeksi mempunyai daya kerja terhadap vegetatif dari
mikroorganisme, tetapi belum tentu mematikan sporanya, sedangkan antiseptis merupakan
proses yang mencakup inakvikasi atau mematikan mikroorganisme dengan cara kimiawi.
Antiseptik dapat bersifat bakterisidal atau bakteri kostatik. Proses bakteri kostatik hanya
menghentikan pertumbuhan bakteri. Istilah disinfeksi dan antiseptis secara umum sulit
dibedakan, sehingga penggunaanya boleh dikatakan sinonim.(Lay 1990: 246).
Komponen-komponen disimpektan terdiri dari garam atau basa yang kuat dengan
komponen-komponen ammonium yang terdiri dari empat bagian, adanya unsur radikal
dalam gram atau basa tersebut, radikal merupakan golongan alifat dan asam sulfat. Bakteri
yang lebih muda kurang daya tahannya terhadap, disinfektan jika dibandingkan bakteri
yang luar yang memberikan hasil zona hambat yang terbentuk. Hal ini juga sesuai dengan
sifat dari dinding sel dari bakteri (Dwidjoseputro 2008: 183).
Salah satu cara pengujian desinfektan yang umumnya dipakai di laboratorium dalah
metode pengeceran dimana kekuatan desinfektan dinyatakan dengan koefisien fenol.
Metode koefisien fenol merupakan uji yang telah dibukukan dengan baik. Dalam metode
ini, mikroorganisme uji dimasukkan dalam larutan fenol murni dan larutan zat kimia yang
akan di evaluasi pada berbagai taraf pengenceran. Koefisien fenol dinyatakan sebagai suatu
bilangan dan dihitung dengan cara membandingkan aktivitas suatu larutan fenol dengan
pengenceran terhadap aktivitas larutan zat kimia dengan pengenceran tertentu yang sedang
diuji (Pelczar & Chan 1996: 140).
Mikroorganisme yang dihambat mempunyai proses penghambatan yang sama dan
perbedaannya adalah sifat resisten yang berbeda-beda antara lain mikroorganisme satu
dengan yang lainnya. Sifat resisten ini dapat dipengaruhi oleh kandungan lipid pada
membran selnya. Teknik dan cara-cara yang digunakan dapat dengan cara fibrik atau
kimiawi diantaranya dapat menggunakan senyawa-senyawa fenolik, alcohol, chlor, iodium,
dan senyawa-senyawa lain yang mempunyai ciri komposisi molekuler yang dapat
menyebabkan terjadinya reaksi Adnan (2009: 6).
Mikrobakteri adalah sejenis kuman yang dapat tahan terhadap beberapa disinfektan,
bahkan tidak sedikit yang resisten terhadap antimicro tuberculosis. Penggunaan disinfektan
semua benda yang telah terkontaminasi dengan mikrobakteri haruslah disinfektan.
Disinfektan adalah suatu bahan yang biasanya adalah zat kimia yang mematikan sel-sel
vegetatif dari mikrobia, akan tetapi belum tentu mematikan bentuk-bentuk spora mikrobia
penyebab penyakit. Sedangkan disinfeksi adalah suatu proses penghancuran sel-sel
vegetatif penyebab infeksi namun tidak selalu mematikn sporanya dan pengendalian
mikroorganisme dengan bahan kimia lain, yaitu dengan antiseptik yang merupakan suatu
substansi yang dapat melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan atau kerja
mikroorganisme dengan cara menghancurkan mereka atau menghambat pertumbuhan serta
aktivitasnya (Pelczar & Chan 1996 : 140).
Disinfektan yang telah menunjukkan tanda-tanda kekeruhan atau tanda-tanda
pengendapan harus diganti dengan yang baru serta sebaiknya menyediakan hand lotion
untuk merawat tangan setelah berkontak dengan disinfektan. Cara pengujian daya
disinfektan ada bermacam-macam yaitu tergantung pada sifat dan bentuk disinfektan. Pada
umumnya digunakan cara sebagai berikut yaitu pengenceran, cylinder plate method,
paperdisk method, dan juga digunakan agar dilution plate method (Adnan 2009: 4).
Nilai suatu zat yang digunakan sebagai desinfektan tergantung pada sejumlah faktor
yang boleh dikatakan tidak ada satu pun desinfektan dapat memenuhi seluruhnya. Suatu
desinfektan yang ideal seharusnya mempunyai sifat-sifat yaitu mempunyai efektivitas yang
tinggi terhadap sejumlah besar mikroorganisme dalam konsetnrasi sedemikian rendahnya,
tidak merusak dan tidak mewarnai bahan-bahan seperti pakaian, bahan-bahan yang terbuat
dari logam, bau dan tidak menyengat, tidak hilang keaktifannya oleh bahan-bahan dari luar,
merupakan zat penegang permukaan yang baik, stabil dalam penyimpanan, mudah didapat
dan tidak mahal (irianto 2007: 81).
III. CARA KERJA
1. Pengujian daya desinfeksi zat-zat kimia terhadap bakteri
Dimasukkan biakan E.coli dan S.aureus dalam cawan petri. Setelah memadat,
masukkan kertas yang telah dicelupkan ke dalam zat kimia dalam cawan (masing-masing
terdiri dari empat kertas saring yang dicelupkan ke dalam 4 zat kimia berbeda). Diinkubasi
selama 48 jam, kemudian diamati zona hambatnya.
Desinfektan :
- Betadine
- Alkohol
- Iodium
- Detergen
2. Pengujian daya antibiotik
Dimasukkan biakan E.coli dan S.aureus dalam cawan petri. Setelah memadat,
masukkan kertas yang telah dicelupkan ke dalam zat kimia dalam cawan (masing-masing
terdiri dari dua kertas saring yang diberi 2 jenis antibiotik berbeda). Diinkubasi selama 48
jam, kemudian diamati zona hambatnya.
Antibiotik :
- Amphicilin
- Amoxicilin
IV. HASIL PENGAMATAN
1. Pengaruh Desinfektan
a. Deskripsi gambar
Keterangan :
1. Kontaminan
2. Paperdisk (yodium)
3. Zona bening (iodium)
4. Paperdisk (betadine)
5. Paperdisk (alkohol)
6. Paperdisk (detergen)
b. DL : D1 = 2,5 cm
D2 = 2,7 cm
DL : 5,2 / 2 = 2,6 cm
DD = 0,6 cm
2B = ᴨ {1/2 (DL-DD)2 }
= 3,14 {1/2 (2,6-0,6) 2}
= 3,14 {1/2 (2) 2}
= 3,14 x 2
= 6,28 cm
Desinfektan Pertumbuhan E.coli
Alkohol
Betadine
Iodium
Detergen
Kontaminan
Terdapat zona bening
Kontaminan
Kontaminan
2. Pengujian Daya Antibiotik
Keterangan : Keterangan :
1. Koloni S.aureus 1. Zona bening
2. Papperdisk (amphicilin) 2. Koloni E.coli
3. Papperdisk (amoxicilin) 3. Media NA
4. Zona bening (amphicilin) 4. Papperdisk (amoxicilin)
5. Zona bening (amoxicilin) 5. Papperdisk (amphicilin)
Perhitungan :
Amoxicilin = DD = 0,6 cm
DL = p = 1,5 cm
l = 1,3 cm
DL = 2,8/2 = 1,4 cm
2B = ᴨ {1/2 (DL-DD)2 }
= 3,14 {1/2 (1,4-0,6) 2}
= 3,14 {1/2 (0,8) 2}
= 3,14 x 0,64/2
= 3,14 x 0,32
= 6,28 cm
V. PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan mengenai daya disinfeksi dan
antibiotik, digunakan empat macam desinfektan yaitu alkohol, betadine, iodium, dan
detergen. Menurut Volk (1993: 222), alkohol atau etil alkohol digunakan untuk
mendesinfeksi kulit. Konsentrasi alkohol yang paling efektif tergantung pada jumlah
kelembapan yang ada. Yodium telah secara luas digunakan untuk desinfeksi kulit dan
bersifat germisida terhadap bakteri fungi, spora dan virus. Yodium mungkin pula
digunakan untuk mendesinfeksi berbagai barang peralatan dan untuk sterilisasi instrument
tertentu. Efek germisida yodium mungkin disebabakan oleh reaksinya dengan asam amino
tirosin yang menghalangi fungsi normal enzim yang mengandung tirosin.
Percobaan daya antibiotik digunakan dua macam antibiotik yaitu amphicilin dan
amoxicilin. Menurut Dwidjoseputro (2008: 103), adalah zat-zat yang dihasilkan dalam
jumlah sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain.
Antibiotic tersebar di alam, dan memegang peranan yang penting dalam mengatur populasi
microbe dalam tanah, air, limbah dan kompos. Antibiotika berebda dalam susunan kimia
dan cara kerjanya.
Setelah dilakukan percobaan dihasilkan zona bening pada masing-masing cawan,
dimana bakteri yang digunakan adalah E.coli dan S.aureus. Zona bening yang didapatkan
pada uji antibiotik dan uji logam berat terhadap pertumbuhan bakteri. Menurut Lay
(1990: 34), bahwa untuk membandingkan kekuatan desinfektan dalam menghambat
pertumbuhan bakteri dapat digunakan kertas cakram. Pada metode ini kertas cakram
dengan diameter tertentu dibasahi dengan desinfektan lalu dilekatkan dalam lempengan
agar yang telah diinokulasikan selama 48 jam. Jika desinfektan menghambat pertumbuhan
bakteri, maka akan terlihat daerah jernih atau zona bening di sekitar kertas cakram.
Tingkat keaktifan suatu disinfektan tergantung pada waktu kontak. Hal ini sesuai
dengan pendapat Volk (1993: 223), bahwa dalam penggunaan disinfektan keefektifannya
bergantung pada waktu kontak. Reaksi-reaksi kimia atau fisika yang akan terjadi
memerlukan waktu yang cukup untuk bergabung dan waktu yang diperlukan ini bergantung
pada sifat disinfektan, konsentrasi, pH, suhu, dan sifat organisme yang dihadapi dan perlu
diperhatikan bahwa sel-sel dalam populasi bakteri memiliki kesensitifan yang berbeda-beda
terhadap disinfektan. Pada penggunaan yodium yang berfungsi untuk mendisinfeksi
berbagai barang atau peralatan tertentu. Yodium mempunyai kelebihan terhadap klor,
terutama dalam hubungannya dengan aktivitasnya pada kisaran pH yang berbeda-beda,
karena keasaman atau alkalinitas mempunyai pengaruh yang kurang terhadap
keefektifannya.
Digunakan alkohol sebagai senyawa kimia disinfektan pada praktikum kali ini. Untuk
menghindari dari mikroba kontaminan, biasanya orang memakai senyawa ini saat akan
bekerja di laboratorium mikrobiologi. Menurut Waluyo (2004 : 133), alkohol merupakan
zat yang paling efektif dan dapat diandalkan untuk sterilisasi dan desinfeksi. Alkohol
mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi dan juga merupakan pelarut lemak. Oleh
karena itu, membrane sel akan rusak dan enzim akan dimatikan oleh alkohol.
Praktikum kali ini juga menggunakan sabun atau detergen sebagai bahan disinfektan.
Menurut Indah (2003: 83), sabun merupakan ikatan antara Natrium atau Kalium dengan
asam lemak tinggi dan bersifat germicida walaupun tidak begitu kuat, misalnya terhadap
Pneumococcus dan Streptococeus, sedangkan bakteri-bakteri lainnya lebih tahan. Sabun
juga menyebabkan menurunnya tegangan permukaan, sehingga mikroba mudah terlepas
dari kulit atau pakaian. Berbagai zat yang bersifat germicida sering ditambahkan pada
sabun.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Terbentuknya zona bening akibat adanya disinfektan yang menghambat pertumbuhan
bakteri.
2. Keaktifan disinfektan tergantung pada waktu kontak dengan koloni.
3. Yodium memiliki keaktifan yang tinggi karena dapat bekeja pada kisaran pH yang
berbeda.
4. Alkohol juga merupakan disinfektan yang paling efektif karena dapat menghancurkan
lemak pada dinding sel bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2009. Desinfektan. Jurnal mikrobiologi. 26 hlm.
Dwidjoseputro. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Surabaya. 206 hlm.
Irianto, K. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Yrama Widya. Bandung. 256 hlm.
Lay, B.W. & Hastomo. 1990. Mikrobiologi. Rajawali Press. Jakarta. 514 hlm.
Pelczar. 1996. Dasar-dasar mikrobiologi. UI Press. Jakarta. 443 hlm.
Volk, W. 1993. Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta. 374 hlm.