45
Desa Adat Kampung Naga Deskripsi Desa Adat Kampung Naga Kampung Naga Kampung Naga merupakan salah satu Desa Adat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan contoh perkampungan di Indonesia yang memiliki sense of place dan berusaha mempertahankannya. Kampung Naga mempertahankan adat istiadatnya ketika masyarakat di sekitarnya telah berubah seiring dengan perkembangan jaman. Kehadirannya menggambarkan kehidupan masyarakat Indonesia yang sesungguhnya yang belum terkontaminasi oleh perubahan budaya. Daya tarik obyek wisata Kampung Naga terletak pada kehidupan yang unik dari komunitas yang terletak di Kampung Naga tersebut. Gbr 1. Kampung Naga dan Leuweung Larangan di sebelah Timur

Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

  • Upload
    lamque

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

Deskripsi Desa Adat Kampung Naga

K a m p u n g N a g a

Kampung Naga

merupakan salah

satu Desa Adat

yang ada di

Indonesia dan

masih terjaga

kelestariannya.

Kampung ini

merupakan contoh

perkampungan di

Indonesia yang

memiliki sense of

place dan berusaha mempertahankannya. Kampung Naga

mempertahankan adat istiadatnya ketika masyarakat di sekitarnya

telah berubah seiring dengan perkembangan jaman. Kehadirannya

menggambarkan kehidupan masyarakat Indonesia yang

sesungguhnya yang belum terkontaminasi oleh perubahan budaya.

Daya tarik obyek wisata Kampung Naga terletak pada kehidupan

yang unik dari komunitas yang terletak di Kampung Naga tersebut.

Gbr 1. Kampung Naga dan Leuweung Larangan di sebelah Timur

1

Page 2: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

Kehidupan mereka dapat berbaur dengan masyarakat modern,

beragama Islam, tetapi masih kuat memelihara Adat Istiadat

leluhurnya. Seperti berbagai upacara adat, upacara hari-hari besar

Islam misalnya Upacara Bulan Mulud atau Alif dengan

melaksanakan Pedaran (pembacaan Sejarah Nenek Moyang).

Kampung Naga merupakan perkampungan tradisional

dengan luas areal kurang lebih 4 ha. Lokasi obyek wisata Kampung

Naga terletak pada

ruas jalan raya yang

menghubungkan

Tasikmalaya - Bandung

melalui Garut, yaitu

kurang lebih pada

kilometer ke 30 ke arah

barat Kota

Tasikmalaya. Secara

administratif Kampung

Naga termasuk

kampung Legok Dage

Desa Neglasari

Kecamatan Salawu

Kabupaten

Tasikmalaya, Jawa Barat. Desa yang damai dan hijau ini hanya

berjarak 500 meter dari jalan raya Garut dan Tasikmalaya. Kampung

Naga terletak di antara dua buah bukit dan di sisi Sungai Ciwulan.

Ada sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada

penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu

mengarah dari sisi jalan raya ke suatu tempat di Sungai Ciwulan.

Desa ini terletak pada sisi bukit dekat sungai. Kita harus menuruni

anak tangga itu sampai di tepian Sungai Ciwulan. Sungai itu

Gbr 2. Arsitektur Kampung Naga dekat alam

2

Page 3: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

melintasi Kampung Naga. Dengan menelusuri jalan di pinggir Sungai

Ciwulan tidak lebih 200 meter, sampailah kita ke wilayah Kampung

Naga yang dikelilingi pagar bambu. Di seberang sungai berdiri kokoh

hutan kecil, sebuah bukit yang dipenuhi oleh pohon-pohon yang

tampaknya berumur sangat tua. Hutan tersebut dinamakan

Leuweung Larangan. Leweung Larangan berada di seberang Sungai

Ciwulan, sebelah timur perkampungan. Di sebelah barat, tepat di

belakang perkampungan terdapat Leuweung Keramat.

Gbr3. Pemandangan rumah-rumah di desa Kampung Naga

Dengan demikian Kampung Naga dibagi dalam tiga wilayah,

yaitu Leuweung Keramat (tempat nenek moyang mereka

dimakamkan) yang ada di sebelah barat, perkampungan tempat

mereka hidup dan bercocok tanam di tengah-tengah, dan Leuweung

Larangan (tempat para dedemit) di sebelah timur. Posisi

perkampungan tidak secara langsung berhubungan dengan kedua

hutan tersebut. Leuweung Larangan dibatasi oleh sebuah Sungai

Ciwulan, sedangkan Leuweung Keramat dibatasi oleh tempat

masjid, ruang pertemuan dan Bumi Ageung (tempat penyimpanan

harta pusaka).

3

Page 4: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

Kampung Naga sudah bertahun-tahun menjadi salah satu

aset wisata di Indonesia yang telah dikunjungi oleh banyak

wisatawan domestik dan mancanegara. Keunikannya adalah

keasliannya yang masih terjaga dan tidak terpengaruh oleh dunia

sekitar. Tapi mulai tanggal 6 Februari 2006, untuk sementara

Kampung Naga tidak akan melayani pengunjung/tamu rombongan

dalam batas waktu tidak ditentukan. Khususnya bagi rombongan

pengunjung yang akan melakukan survei atau penelitian. Namun

demikian, Kampung Naga masih tetap terbuka bagi pengunjung

individu atau keluarga. Hal ini disebabkan karena Masyarakat

Kampung Naga merasa dirinya terekspos. Mereka menyebut tempat

tinggalnya sebagai saung budaya dan bukannya sebagai obyek

wisata.

Data Lokasi Kampung Legok Dage, Desa Neglasari,

Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. 26

km arah barat Kota Tasikmalaya

Luas Area wilayah adat sekitar 4 hektar

wilayah perkampungan sekitar 1.5 hektar

Geografis Terletak di antara perbukitan tanah Pasundan

yang sejuk. Elevasi sekitar 600m dpl.

Topografi area kampung berbukit cukup

curam. Kepadatan tanah relatif stabil, kondisi

tanah subur. Curah hujan cukup banyak.

Penduduk sekitar 800 orang (2005) warga Sanaga

(kampung inti).

Jumlah Bangunan jumlah rumah di Kampung Naga berjumlah

4

Page 5: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

111, termasuk Balai Pertemuan atau Bale

Patemon, Masjid dan Bumi Ageung.

Agama Islam (semua penduduk)

Mata Pencaharian

penduduk

Petani sawah, petani ikan, pengrajin barang-

barang seni dan rumah tangga, terutama

terbuat dari bambu.

Kondisi Umum Dengan kondisi rumah yang kesemuanya menghadap ke sebelah

Utara atau ke sebelah Selatan dengan memanjang ke arah Barat-

Timur. Warga mempunyai orientasi arah sehari-hari yang relatif

seragam. Bekerja di kolam atau sawah di bagian bawah atau atas

kampung. Kegiatan pembersihan di Sungai Ciwulan yang mengalir

di sepanjang sisi kampung dan menjadi bagian yang sangat penting

dari prosesi hidup warga. Sementara kegiatan prosesi adat dan

keagamaan banyak berorientasi ke Barat arah kiblat sebagai

kepatuahan akan ke Islaman mereka.

Pada dasarnya warga

Kampung Naga adalah

masyarakat Sunda

menetap yang sangat

mencintai bentang alam di

lokasi yang mereka yakini

sebagai tempat sejati

mereka. Seperti

masyarakat Sunda pada

umumnya, perangai

masyarakat agraris ini sukup lembut, santun, dan menghargai orang

Gbr 4. Kampung dan kolam ikan dari bukit

5

Page 6: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

lain. Tidak ditemui catatan tentang pertempuran kuno yang

menyebut betapa tangguhnya warga Kampung Naga dalam berolah

fisik. Pun tidak ditemukan legenda tokoh-tokoh adat yang terkenal

sakti dan memiliki keunggulan fisik agresif ataupun beringas seperti

misalnya Cak Sakerah di Jawa Timur atau siPitung di Betawi.

Mereka menghormati adat istiadat dengan tertib dan menghormati

leluhur mereka, Eyang Singaparna. Sistem pemerintahan

desa cukup

sederhana, warga

berada dalam satu

tingkatan yang sama

tanpa membedakan

kekayaan ataupun

keunggulan spiritual

ataupun fisik.

kampung dipimpin oleh Kuncen dan dibantu oleh semacam dewan

Tetua Desa terdiri dari Lebe dan Punduh. Nmaun untuk administrasi

umum, pemerintah Kabupaten Tsikmalaya menerapkan pula sistem

Rukun Tetangga. kampung Naga berada dalam satu wilayah Rukun

Warga.

Gbr 5. Jalan desa dan sungai Ciwulan

Pria berada pada posisi dominan terhadap wanita dalam banyak

upacara dan ritus keagamaan, namun dalam kehidupan sehari-hari,

pria dan wanita Sanaga berperan dengan sama baiknya.

6

Page 7: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

Spatial Formation

Desa Adat Kampung Naga Spatial Formation Menurut Yi fu-Tuan, setiap manusia memiliki suatu skema

akan ruang, meskipun tidak disadari. Ia baru menyadarinya pada

peristiwa-peristiwa ritual. Masing-masing kebudayaan memiliki

persepsi yang berbeda-beda terhadap skema tentang ruang (spatial)

ini, namun kesemuanya memiliki kesamaan. Kesamaan tersebut

didapat dari struktur dan nilai-nilai yang ada pada tubuh manusia

sendiri. Sebagai contoh, posisi ”tinggi” selalu dianggap lebih superior

daripada ”rendah” sebagaimana seorang bayi yang tadinya hanya

bisa merangkak, saat mulai belajar berjalan akan dianggap

memasuki tahap yang lebih sempurna sebagai seorang manusia.

Begitu pula dengan bergerak ”maju” lebih utama daripada ”mundur”

atau sisi ”kanan” yang dianggap lebih baik daripada sisi ”kiri”. Semua

karena kecenderungan alami tubuh manusia untuk bergerak ke arah

tersebut. Penerapannya ke dalam arsitektur misalnya dengan

menaikkan permukaan lantai suatu ruangan yang dianggap suci.

Menurut Rapoport, dalam menciptakan suatu lingkungan

yang dianggap ideal, manusia akan lebih mengutamakan organisasi

ruang daripada bentuk bangunan. Kondisi ideal ini didapat dari

refleksi dari faktor-faktor sosial dan budaya manusia tersebut. Faktor

7

Page 8: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

sosial dan budaya memegang peranan terpenting, sedangkan

faktor-faktor fisik tidak terlalu berperan disini, hanya berfungsi dalam

menyesuaikan kondisi lingkungan (modifier).

Spatial Formation pada Kampung Naga

Kampung Naga berada di wilayah Desa Neglasari,

Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat.

Lokasi Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang

menghubungkan kota Garut dengan kota Tasikmalaya, hanya

sekitar 500 meter. Kampung ini berada di lembah yang subur,

dengan batas wilayah, di sebelah Barat Kampung Naga dibatasi

oleh hutan yang dikeramatkan (karena di dalamnya terdapat makam

leluhur masyarakat Kampung Naga). Di sebelah selatan dibatasi

oleh sawah-sawah penduduk, dan disebelah utara dan timur dibatasi

oleh sungai Ciwulan.

Penduduk Kampung Naga membagi wilayahnya menjadi tiga,

yaitu Leuweung Keramat (makam nenek moyang) di sebelah barat,

perkampungan di tengah-tengah, dan Leuweung Larangan (tempat

para dedemit) di sebelah timur. Berdasarkan pembagian wilayah

tersebut, bila menggunakan kerangka teori antropologi budaya,

mereka membangun kosmologi ruang: atas-tengah-bawah; atau

baik-netral-buruk. Lueweung Larangan di arah timur dan leweung

Keramat di arah barat sebagai sumber kekuatan sakral kehidupan

keseharian mereka. Leuweung Larangan sebagai wilayah chaos,

tempat semua dedemit dan roh jahat berada. Leweung Karamat

berada di sebelah barat adalah sumber kebaikan; masjid dan harta

pusaka menjadi penghubung untuk mengalirkan kesakralan ke arah

barat. Hutan Keramat dan Bumi Ageung yang berada di bagian barat

8

Page 9: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

masjid, di posisi kiblat, secara simbolis menunjukkan negosiasi

ajaran Islam dan tradisi lokal. Menghadap ke kiblat berarti

membayangkan penghadapan pada Kabah yang harus melalui

penghadapan terhadap harta pusaka dan hutan keramat. Keinginan

mendapatkan kesakralan Kabah didahului oleh penghubungan diri

terhadap nenek moyang yang dikuburkan di Leuweung Keramat.

Menurut penduduk asli Kampung Naga, mereka merupakan

keturunan asli suku Sunda. Bahkan ada yang mengatakan bahwa

mereka adalah keturunan langsung dari Kerajaan Galuh Pasundan.

Sebelum membangun pekampungan di lembah subur Desa

Neglasari mereka tinggal di lereng-lereng Gunung Galunggung.

Ketika itu mereka masih primitif dan tinggal di atas pohon-pohon

besar untuk menghindari serangan binatang-binatang buas seperti

singa dan sebagainya. Kemungkinan karena pengaruh tradisi

tersebut, sekarang rumah mereka selalu terbuat dari kayu dan

berbentuk rumah panggung. Mesti tidak tinggi seperti rumah

panggung umumnya, namun lantai mereka selalu terbuat dari papan

dan berada sekitar 1 meter dari permukaan tanah. Di bawah lantai

rumah itu, dipelihara berbagai jenis binatang ternak, utamanya

ayam. Ternak-tenak besar seperti kerbau dan lembu dipelihara di

tempat terpisah, yaitu di depan perkampungan sebelah kiri dekat

dengan dua kolam massa yang sejak dulu tak pernah berubah.

Bentuk permukaan tanah di Kampung Naga berupa

perbukitan dengan kondisi tanah yang bisa dikatakan subur. Luas

tanah Kampung Naga seluas satu hektar setengah, sebagian besar

digunakan untuk perumahan, pekarangan, kolam, dan selebihnya

digunakan untuk pertanian sawah.

9

Page 10: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

Kebanyakan rumah di kampung Naga terlihat seragam.

Rumah masyarakat Kampung Naga diharuskan berbentuk

panggung, bahan rumah dari bambu dan kayu. Atap rumah harus

dari daun nipah, ijuk, atau alang-alang, lantai rumah harus terbuat

dari bambu atau papan kayu. Rumah harus menghadap kesebelah

utara atau ke sebelah selatan dengan memanjang kearah Barat-

Timur. Dinding rumah dari bilik atau anyaman bambu dengan

anyaman sasag. Rumah tidak boleh dicat, kecuali dikapur atau

dimeni. Bahan rumah tidak boleh menggunakan tembok, walaupun

mampu membuat rumah tembok. Penduduk yang merasa mampu

tidak dilarang membangun rumah seperti itu, asalkan dibangun di

luar Kampung Naga. Meski demikian status sebagai warga naga

tidak lah hilang. Syarat yang lain, rumah tidak boleh dilengkapi

dengan perabotan, misalnya kursi, meja, dan tempat tidur. Rumah

juga tidak boleh mempunyai daun pintu di dua arah berlawanan.

Karena menurut anggapan masyarakat Kampung Naga, rizki yang

masuk kedalam rumah melaui pintu depan tidak akan keluar melalui

pintu belakang. Untuk itu dalam memasang daun pintu, mereka

selalu menghindari memasang daun pintu yang sejajar dalam satu

garis lurus. Sampai saat ini, bentuk rumah dan jumlah rumah

masyarakat Kampung Naga tidak bertambah dan berkurang. Jumlah

rumah di Kampung Naga berjumlah 111, termasuk balai pertemuan

atau bale patemon, masjid dan bumi ageung.

Sistem kepercayaan masyarakat Kampung Naga terhadap

ruang terwujud pada kepercayaan bahwa ruang atau tempat-tempat

yang memiliki batas-batas tertentu dikuasai oleh kekuatan-kekuatan

tertentu pula. Tempat atau daerah yang mempunyai batas dengan

kategori yang berbeda seperti batas sungai, batas antara

pekarangan rumah bagian depan dengan jalan, tempat antara

10

Page 11: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

pesawahan dengan selokan, tempat air mulai masuk atau disebut

dengan huluwotan, tempat-tempat lereng bukit, tempat antara

perkampungan dengan hutan, dan sebagainya, merupakan tempat-

tempat yang didiami oleh kekuatan-kekuatan tertentu. Daerah yang

memiliki batas-batas tertentu tersebut didiami mahluk-mahluk halus

dan dianggap angker atau sanget. Itulah sebabnya di daerah itu

masyarakat Kampung Naga suka menyimpan "sasajen" (sesaji).

Aspek Fisik yang mempengaruhi Spatial Formation

Dalam buku House Form and Culture, Amos Rapoport

berpendapat bahwa keberagaman bentuk dan tatanan pada tiap-tiap

pemukiman disebabkan oleh satu hal, yaitu penduduk dengan sikap

dan sudut pandang yang beragam merespon lingkungan fisik yang

beragam pula. Hasil dari respon tersebut bisa bermacam-macam,

karena perubahan dan perbedaan dalam faktor sosial, budaya,

ritual, dan faktor fisik. Namun Rapoport menyimpulkan bahwa

keadaan dimana perubahan yang terjadi sangat sedikit, dan bentuk-

bentuk yang dihasilkan dapat bertahan dalam jangka waktu yang

sangat panjang merupakan karakteristik dari pemukiman

masyarakat primitif dan vernakular.

Aspek fisik yang dimaksud oleh Rapoport adalah keadaan

alam pada tempat tersebut yang bersifat given atau sudah ada sejak

dulu dan tidak dapat dirubah, antara lain iklim (termasuk arah angin,

suhu, curah hujan), keadaan lahan (kemiringan, jenis bebatuan,

vegetasi yang ada) dan ketersediaan sumber daya alam (sebagai

material bangunan, sumber pangan dsb). Baik aspek fisik dan

aspek non-fisik (sosial-budaya) akan mempengaruhi pembentukan

11

Page 12: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

spatial formation pada suatu pemukiman. Tentang hal ini, Rapoport

berkesimpulan bahwa faktor yang terpenting adalah aspek non-fisik,

barulah aspek fisik berperan sebagai modifier (pengubah).

Menurutnya bentukan dari rumah atau pemukiman dan tatanan

ruangnya bukan merupakan visi dari satu orang saja, melainkan

sekelompok orang, tentang kehidupan yang ideal. Gambaran ideal

ini terbentuk dari refleksi budaya, agama, struktur keluarga,

organisasi, dan hubungan sosial antara mereka. Setelah gambaran

tersebut ditetapkan, aspek fisik akan menentukan bagaimana

manusia memodifikasi lingkungannya agar dapat nyaman ditinggali,

bagaimana manusia memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia dan

mengembangkan metode konstruksi tersendiri, menentukan metode

pertahanan, serta pelestarian lahan pertanian, yang pada akhirnya

juga dapat mempengaruhi bentuk bangunan. Meskipun demikian,

Rapoport juga berpendapat bahwa jika aspek fisik yang ada pada

suatu tempat sangat kuat sehingga sangat membatasi pilihan

teknologi dan bahan, maka aspek non-fisik yang ada akan semakin

lemah peranannya. Contohnya suku-suku di Indonesia yang beriklim

tropis dapat memiliki bentuk rumah tradisional yang beragam

dikarenakan faktor fisiknya cukup ’lemah’. Iklim tropis di Indonesia

cukup bersahabat bagi kehidupan manusia, sehingga manusianya

memiliki banyak pilihan dalam menentukan bentuk/tatanan tempat

tinggal menurut budayanya masing-masing. Hal ini bertolak

belakang jika dibandingkan dengan suku Eskimo misalnya, yang

hanya punya sedikit pilihan jika ingin bertahan hidup, yaitu membuat

rumah dari es, itupun hampir tanpa variasi.

12

Page 13: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

Aspek Fisik dalam Kampung Naga Pada Kampung Naga yang masyarakatnya masih memegang

teguh mitos dan tradisi, hampir seluruh spatial formation terbentuk

berdasarkan aspek non-fisik. Perletakan rumah yang menghadap

arah Utara-Selatan dan memanjang ke arah Barat-Timur dipahami

sebagai simbol penghadapan kepada ka’bah. Perletakan bangunan-

bangunan yang dianggap suci di sebelah Barat juga menegaskan

bahwa bagi mereka sisi Barat melambangkan kebaikan. Jarak antar

rumah yang harus seragam, juga finishing rumah yang seragam

kemungkinan melambangkan terjaganya kesetaraan derajat di

antara penghuni kampung. Perletakan daun pintu yang tak boleh

sejajar juga didasarkan perlambangan tentang aliran rezeki.

Meskipun ada aspek fisik yang menjadi constrain atau pembatas,

yaitu kemiringan lahan yang cukup curam, tidak menghalangi

mereka untuk membuat penataan seperti itu, karena bagi mereka

memenuhi persyaratan yang ada dalam mitos lebih utama daripada

mempertimbangkan batasan-batasan secara fisik. Bahkan demi

mitos tersebut mereka justru mampu memanfaatkan aspek fisik yang

lain untuk mengatasi permasalahan yang ada, misalnya dengan

memanfaatkan bahan-bahan alami yang sifatnya cukup ringan

(kayu, bambu, ijuk) sebagai material bangunan. Kebiasaan membuat

rumah panggung yang turun temurun juga tentunya akan menjaga

kesuburan tanah dan mencegah terjadinya tanah longsor. Meskipun

aspek non-fisik nampak sangat dominan, terdapat juga aspek fisik

yang ketika dikaitkan dengan salah satu aspek non-fisik mampu

menjadi pembatas/constrain pada spatial formation Kampung Naga,

yaitu hutan dan sawah yang menjadi perbatasan kampung.

Penduduk Kampung Naga sangat menjaga dan mengkeramatkan

hutan-hutan dan lingkungan di sekitarnya. Bahkan tradisi mereka

melarang membangun rumah melebihi jumlah yang ada sekarang

13

Page 14: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

(111 rumah). Karena hutan sebagai perbatasan Kampung selalu

terjaga, maka luas dan perbatasan wilayah Kampung Naga hampir

tak berubah sejak jaman dahulu. Hal ini dapat dianggap sebagai

constrain yang membatasi perkembangan spatial Formation

Kampung Naga.

14

Page 15: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

Social and Cultural aspect

Only as Nature can sustain Life can our designs for habitat and ourselves be part of

Nature’s planetary continuum.

“Sosial responsibility is basic to our fragile species and to our habitat and societal system”.

(R. L. Crowther ; Ecologic Architecture, 1992) Pendahuluan Bahasan tentang aspek sosial ini adalah bagian dari tugas

kelompok yang membahas tentang sustainable environment;

cultural, social and meaning sustainability.

Sebuah lingkungan arsitektural terbentuk dari banyak sebab.

Setelah terjadi suksesi dan perkembangan, lingkungan atau

komunitas itu tak lagi sederhana. Semakin banyak anggota

komunitas, semakin banyak pula kepentingan yang berbeda selain

kepentingan yang sama yang mendasari mereka menjadi anggota

komunitas tersebut. Untuk itulah diperlukan suatu aturan atau

ketentuan bersama untuk bisa berlanjutnya nya komunitas tersebut

hidup ke depan.

Seiring berkembangnya suatu komunitas manusia, sumber daya

lingkungan semakin banyak dieksploitasi, sementara sediaan area

untuk kepentingan arsitektur untuk tiap individu akan semakin

terbatas.

Sebagai komunitas masyarakat, warga di kampung Naga,

Kabupaten Tasikmalaya ini menarik untuk ditinjau. Desa yang

berkembang dengan relatif lambat selama puluhan tahun terakhir ini,

15

Page 16: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

mengatur dirinya dan membentengi cara hidupnya dengan aturan

adat yang kuat. Kompromi yang mereka lakukan terhadap aturan

yang berasal dari agama Islam dan aturan yang berasal dari adat turun temurun cukup harmonis hasilnya sampai kini. Kampung

Naga ini memiliki pola desa yang unik namun sederhana secara

arsitektural, yang merupakan implementasi/cerminan sistem

organisasi sosial kemasyarakatan komunal yang terlaksana di

dalamnya. Terlihat bahwa kepentingan bersama berda di atas

kepentingan pribadi. Aturan yang berkaitan dengan kehidupan

sosial budaya, tata lingkungan dan arisitektur dilaksanakan dengan

relatif patuh oleh masyarakatnya. Bahkan sampai saat ini.

Teori yang Mendasari Dalam bahan perkuliahan Arsitektur Ekologi, disebutkan bahwa

Ecological Design mempunyai unsur:

• Subyek > spatial formation

• Phenomena >sosial aspect, cultural aspect dan physical

aspect

• Function > place dan time

• Substance >change dan continuity

• Object > Sustainable meaning

Sedangkan untuk menciptakan sustainable environment, dibutuhkan

kelengkapan;

• cultural sustainable

• social sustainable

• meaning sustainable

Social sustainability terkait pada dukungan dan kesesuaian dari

lingkungan sebagai perubahan pada aspek yang terpenting pada

kultur, misalnya social networks dan values.

16

Page 17: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

Keberlanjutan dukungan dan kesesuaian lingkungan ini membentuk

fleksibilitas perubahan. Kondisi lingkungan jenis inilah yang

membuka kemungkinan adanya modifikasi dan perubahan.

Fleksibilitas pada modifikasi dan perubahan akan meningkatka

kegunaan dan kesesuaian untuk mendukung variasi pada WANTS

dan variabilitas serta sustainabilitas lingkungan.

Lingkungan tradisional yang fleksibel untuk modifikasi dan

penambahan merupakan contoh lingkungan yang mendukung.

Disebutkan juga dalam perkuliahan tersebut:

• Kondisi saat ini juga dibentuk oleh kondisi masa lalu.

• Place and time adalah fungsi hubungan yang fundamental

pada keterkaitan antara lingkungan terbangun dan nature.

• Keseimbangan yang ideal antara manusia dan kondisi

natural tidak sama untuk semua orang di semua tempat.

• Keseimbangan yang ideal tersebut bukan hanya sebuah

definisi ilmiah, namun sebuah masalah kemanusiaan yang

penting.

• Keseimbangan tersebut merupakan paradigma atau sudut

pandang tentang bagaimana dunia ini, apakah sebuah

nature, apakah arti individual dan apakah arti komunitas

tersebut.

• Keseimbangan yang kita lihat adalah sebuah kondisi yang

ideal, suatu kondisi keseimbangan antara lingkungan dan

manusia.

Kesimpulan dari teori di atas adalah untuk menciptakan suatu sistem

lingkungan yang sustainable dan manusiawi, diperlukan

keseimbangan, fleksibilitas terhadap perubahan. Dalam konteks

arsitektur, aspek sosial dan budaya yang melingkupi kehidupan

suatu komunitas, harus diciptakan atau diatur sehingga tercipta

lingkungan yang sustainable dan seimbang. Aspek sosial budaya

17

Page 18: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

yang berjalan baik membutuhkan kesadaran -manusia yang

merupakan unsur utama terciptanya suatu komunitas – untuk

berpartisipasi aktif dan bersedia diatur/mematuhi suatu tatanan

tertentu yang telah disepakati bersama.

Kondisi kultural Dalam aspek kultural masyarakat Kampung Naga mempunyai

beberapa adat-istiadat yang dapat ditemui dan secara jelas dapat

diamati dalam bentuk beberapa jenis upacara adat. Upacara adat ini

memberikan gambaran tentang kondisi nilai-nilai kehidupan yang

dianut oleh masyarakat ini. Nilai-nilai tersebut sangat berperanan

penting dalam menjaga sustainabilty dalam ruang dan waktu yang

berjalan.

Upacara Adat

1. MenyepiUpacara menyepi dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga pada

hari Selasa, Rabu, dan hari Sabtu. Upacara ini menurut pandangan

masyarakat Kampung Naga sangat penting dan wajib dilaksanakan,

tanpa kecuali baik laki-laki maupun perempuan. Pada dasarnya

upacara ini bertujuan memberi kesempatan kepada warga untuk bertenang diri, berintrospeksi pada kehidupan yang telah

dilakukan. Pelaksanaan upacara menyepi diserahkan pada masing-

masing orang, karena pada dasarnya merupakan

usaha menghindari pembicaraan tentang segala sesuatu yang

berkaitan dengan adat istiadat. Melihat kepatuhan warga Naga

terhadap aturan adat, selain karena penghormatan kepada

leluhurnya juga untuk menjaga amanat dan wasiat yang bila

dilanggar dikuatirkan akan menimbulkan malapetaka.

18

Page 19: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

2. Hajat Sasih

Upacara Hajat Sasih dilaksanakan oleh seluruh warga adat Sa-

Naga, baik yang bertempat tinggal di Kampung Naga maupun di luar

Kampung Naga. Maksud dan tujuan dari upacara ini adalah untuk

memohon berkah dan keselamatan kepada leluhur Kampung

Naga, Eyang Singaparna serta menyatakan rasa syukur kepada

Tuhan yang mahaesa atas segala nikmat yang telah diberikannya

kepada warga sebagai umat-Nya.

Upacara Hajat Sasih diselenggarakan pada bulan-bulan dengan

tanggal-tanggal sebagai berikut:

1. Bulan Muharam (Muharram) pada tanggal 26, 27, 28

2. Bulan Maulud (Rabiul Awal) pada tanggal 12, 13, 14

3. Bulan Rewah (Sya'ban) pada tanggal 16, 17, 18

4. Bulan Syawal (Syawal) pada tanggal 14, 15, 16

5. Bulan Rayagung (Dzulkaidah) pada tanggal 10, 11, 12

Pemilihan tanggal dan bulan untuk pelaksanaan upacara Hajat

Sasih sengaja dilakukan bertepatan dengan hari-hari besar agama Islam. Penyesuaian waktu tersebut bertujuan agar keduanya dapat dilaksanakan sekaligus, sehingga ketentuan adat dan akidah agama islam dapat dijalankan secara harmonis.

Gbr 7. Persiapan Upacara Gbr 6. Upacara Hajat Sasih

19

Page 20: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

Upacara Hajat Sasih merupakan upacara ziarah dan membersihkan makam. Sebelumnya para peserta upacara harus

melaksanakan beberapa tahap upacara. Mereka harus mandi dan

membersihkan diri dari segala kotoran di sungai Ciwulan. Upacara

ini disebut beberesih atau susuci. Selesai mandi mereka berwudlu di

tempat itu juga kemudian mengenakan pakaian khusus. Secara

teratur mereka berjalan menuju mesjid. Sebelum masuk mereka

mencuci kaki terlabih dahulu dan masuk kedalam sembari

menganggukan kepala dan mengangkat kedua belah tangan. Hal itu

dilakukan sebagai tanda penghormatan dan merendahkan diri,

karena mesjid merupakantempat beribadah dan suci. Kemudian

masing-masing mengambil sapu lidi yang telah tersedia di sana dan

duduk sambil memegang sapu lidi tersebut.

Adapun kuncen, lebe, dan punduh / Tua kampung selesai mandi

kemudian berwudlu dan mengenakan pakaian upacara mereka tidak

menuju ke mesjid, melainkan ke Bumi Ageung. Di Bumi Ageung ini

mereka menyiapkan lamareun dan parukuyan untuk nanti di bawa

ke makam. Setelah siap kemudian mereka keluar. Lebe membawa

lamareun dan punduh membawa parukuyan menuju makam. Para

peserta yang berada di dalam mesjid keluar dan mengikuti kuncen,

lebe, dan punduh satu persatu. Mereka berjalan beriringan sambil

masing-masing membawa sapu lidi. Ketika melewati pintu gerbang

makam yang di tandai oleh batu besar, masing-masing peserta

menundukan kepala sebagai penghormatan kepada makam Eyang

Singaparna.

Acara selanjutnya diadakan di mesjid. Setelah para peserta upacara

masuk dan duduk di dalam mesjid, kemudian datanglah seorang

wanita yang disebut patunggon sambil membawa air di dalam kendi,

kemudian memberikannya kepada kuncen. Wanita lain datang

20

Page 21: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

membawa nasi tumpeng dan meletakannya ditengah-tengah.

Setelah wanita tersebut keluar, barulah kuncen berkumur-kumur

dengan air kendi dan membakar dengan kemenyan. Ia

mengucapkan Ijab kabul sebagai pembukaan. Selanjutnya lebe

membacakan doanya setelah ia berkumur-kumur terlebih dahulu

dengan air yang sama dari kendi. Pembacaan doa diakhiri dengan ucapan amin dan pembacaan Al-Fatihah. Maka berakhirlah pesta

upacara Hajat Sasih tersebut. Usai upacara dilanjutkan dengan

makan nasi tumpeng bersama-sama. Nasi tumpeng ini ada yang

langsung dimakan di mesjid, ada pula yang dibawa pulang kerumah

untuk dimakan bersama keluarga mereka.

3. Perkawinan Upacara perkawinan bagi masyarakat Kampung Naga adalah

upacara yang dilakukan setelah selesainya akad nikah. adapun

tahap-tahap upacara tersebut adalah sebagai berikut: upacara sawer, nincak endog (menginjak telur), buka pintu, ngariung (berkumpul), ngampar (berhamparan), dan diakhiri dengan munjungan.

Upacara Sawer dilakukan selesai akad nikah, pasangan pengantin

dibawa ketempat panyaweran, tepat di muka pintu. mereka

dipayungi dan tukang sawer berdiri di hadapan kedua pengantin.

panyawer mengucapkan ijab kabul, dilanjutkan dengan melantunkan

syair sawer. ketika melantunkan syair sawer, penyawer

menyelinginya dengan menaburkan beras, irisan kunir, dan uang

logam ke arah pengantin.. isi syair sawer berupa nasihat kepada

pasangan pengantin baru.

Usai upacara sawer dilanjutkan dengan upacara Nincak Endog. endog (telur) disimpan di atas golodog dan mempelai laki-laki

21

Page 22: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

menginjaknya. Kemudian mempelai perempuan mencuci kaki

mempelai laki-laki dengan air kendi. Setelah itu mempelai

perempuan masuk ke dalam rumah, sedangkan mempelai laki-laki

berdiri di muka pintu untuk melaksanakan upacara buka pintu.

Dalam upacara buka pintu terjadi tanya jawab antara kedua

mempelai yang diwakili oleh masing-masing pendampingnya dengan

cara dilagukan.

Setelah upacara buka pintu dilaksanakan, dilanjutkan dengan

upacara Ngampar, dan munjungan. Ketiga upacara terakhir ini

hanya ada di masyarakat Kampung Naga. Upacara riungan adalah

upacara yang hanya dihadiri oleh orang tua kedua mempelai,

kerabat dekat, sesepuh, dan kuncen. Kuncen mengucapakan kata-

kata pembukaan dilanjutkan dengan pembacaan doa sambil

membakar kemenyan. Usai acara tersebut dilanjutkan dengan acara Munjungan. kedua mempelai bersujud sungkem kepada kedua

orang tua mereka, sesepuh, kerabat dekat, dan kuncen.

Akhirnya selesailah rangkaian upacara perkawinan di atas. Sebagai

ungkapan rasa terima kasih kepada para undangan, tuan rumah

membagikan makanan kepada mereka. Masing-masing

mendapatkan boboko (bakul) yang berisi nasi dengan lauk pauknya

dan rigen yang berisi opak, wajit, ranginang, dan pisang.

Beberapa hari setelah perkawinan, kedua mempelai wajib

berkunjung kepada saudara-saudaranya, baik dari pihak laki-laki

maupun dari pihak perempuan. Maksudnya untuk menyampaikan

ucapan terima kasih atas bantuan mereka selama acara perkawinan

yang telah lalu. Biasanya sambil berkunjung kedua mempelai

membawa nasi dengan lauk pauknya. Usai beramah tamah, ketika

kedua mempelai berpamitan akan pulang, maka pihak keluarga

22

Page 23: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

yang dikunjungi memberikan hadiah seperti peralatan untuk

keperluan rumah tangga mereka.

Kebanyakan warga Kampung Naga menikah dengan sanak saudara

jauh sedesa, walau banyak pula yang menikah dengan warga dari

luar kampung, walau umumnya masih sesama suku Sunda.

4. Khitanan Upacara khitanan adalah upacara yang ramai dan disukai

masyarakat karena tergolong upacara yang bersifat riang.

Menandakan seorang anak sudah menginjak dewasa secara adat

maupun secara Islam. Biasanya beberapa anak di khitan sekaligus.

Sebelum acara, mereka disucikan dahulu dengan mandi di sungai

Ciwulan. Setelah mengganti pakaian, mereka lalu berkumpul di

masjid untuk melaksanakan proses hajat buku taun. Di sinilah

mereka berdoa untuk meminta keselamatan. Doa dipanjatkan oleh

kuncen. Namun yang unik, selain melafalkan ayat-ayat Alquran, doa

pun dituturkan dalam bahasa Sunda. Proses selanjutnya para orang

tua dan anak yang hendak dikhitan diarak menuju lapangan untuk

mengikuti prosesi helaran (ngala beas/mengambil beras). Di sana

sejumlah ibu-ibu sepuh menanti mereka sembari menabuh lesung.

Gbr 8. Anggota masyarakat terdiri dari ibu-ibu yang sedang menumbuk padi hasil panen mereka sendiri

23

Page 24: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

Setiap anak kemudian satu per satu diharuskan menumbuk beras

dalam lesung, yang sudah dicampur dengan nasi ketan dan kunyit.

Beras inilah yang nantinya akan dijadikan nasi kuning, untuk

dimakan anak-anak sebelum dikhitan.

Dalam melaksanakan upacara ini, pihak tuan ruamah atau orang tua

tidak perlu repot menyediakan keperluan pesta/upacara. Tetangga

akan memenuhi hampir seluruh kebutuhan yang diperlukan. Dari

bahan pangan sampai perangkat upacara.

Sikap gotong-royong dan saling memiliki satu sama lain menjadi hal yang masih lestari. Materi bukan segala-galanya, yang terpenting hidup rukun, saling bahu-membahu akan membawa masyarakatnya pada kemakmuran bathin. Inilah yang tercermin dari falsafah yang dianut mereka: ”Panyauran

gancang temonan, pamundut gancang caosan, parentah gancang lakonan”. Artinya, undangan cepat datangi, permintaan cepat penuhi, dan perintah cepat laksanakan. Metoda gotong royong ini juga dilakukan untuk melaksanakan 3

upacara tersebut di atas. Sehingga dapat disimpulkan. Dalam menjalankan kewajiban spiritual mereka dalam bentuk upacara, gotong royong tanpa perhitungan rumit dilakukan sebagai budaya yang masih lestari. Hal ini menunjukkan dan kelembutan

karakter masyarakat yang terlihat dari kepatuhan melaksanakan

upacara adat yang menyejahterakan jiwa mereka.

Kondisi Sosial Kemasyarakatan Masyarakat Kampung Naga memeluk agama Islam. Meski demikian

seperti halnya masyarakat adat lainnya yang ada di Indonesia,

mereka juga sangat taat memegang adat istiadat dan kepercayaan

24

Page 25: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

nenek moyang mereka. Artinya, meskipun mereka menyatakan

memeluk agama Islam, namun syariat Islam yang mereka

jalankan agak berbeda dengan pemeluk agama Islam lainnya. Salah satu di antaranya, shalat lima waktu; Subuh, Dzuhur, Ashar,

Magrib, dan Isya, hanya dilakukan pada hari Jum’at. Di luar itu,

mereka tidak melaksanakan shalat lima waktu.

Meski demikian toleransi kepada keyakinan lainnya tetaplah dijaga

luhur. Mereka tak melarang para pelancong yang hendak

melaksanakan shalat lima waktu di luar hari Jumat.

Jumlah rumah di Kampung Naga berjumlah tetap selama puluhan

tahun. Mereka menjaganya dengan “agak membatasi jumlah anak”,

mengecilkan ruang-ruang di dalam rumah, dan menciptakan ruang-

ruang kosong tanpa furnitur di dalam rumah agar ruang dapat

berfungsi banyak. Namun tentu perkembangan penduduk lama kelamaan tak dapat ditampung lagi oleh kawasan arsitektural perkampungan ini, yang dengan aturan adat, terus berusaha menerapkan aturan tidak bertambahnya luasan kampung dan tidak bertambah jumlah rumah. Karenanya sebagian warga yang

tidak tertampung , bertempat tinggal di luar Kampung Naga inti,

namun tetap disebut sebagai warga kampung Naga.

Listrik tidak ada di Kampung Naga. Pemerintah sering menawari

untuk menyalurkan listrik, namun Masyarakat lewat tetua adat tidak

menerima. Alasan yang dikedepankan adalah dengan kondisi

arsitektural berupa rangka kayu/bambu, dinding anyaman bambu

dan atap ijuk, warga sangat takut pada resiko hubungan pendek

sehingga terjadi bahaya kebakaran.

Dari tiga kondisi di atas, nampak bahwa adat istiadat cukup kuat dipegang, namun juga menyediakan ruang kompromi menghadapi kondisi yang sulit dihindari. Mereka tidak

mengasingkan diri dan membentengi diri dengan aturan adat

25

Page 26: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

yang takterbantahkan, namun menyediakan kompromi dan jalan keluar dalam menghadapi masalah sosial kemasyarakatan.

Sedangkan dari kondisi arsitektur, nampak bahwa masyarakat

Kampung Naga adalah masyarakat komunal yang dengan rela

mematuhi aturan-aturan yang ada demi mempertahankan kondisi

komunal yang nyaman bagi mereka.

Pariwisata dan Pengaruhnya Berdasarkan data dari

Kantor Pariwisata

Tasikmalaya jumlah

Wisatawan Mancanegara

tahun 1997 – 2000

berjumlah 33.629 orang,

sedangkan Wisatawan

Nusantara tahun 1997 –

2000 berjumlah 106.535

orang. Rata-rata Wisatawan dalam maupun luar negeri yang

berkunjung ke obyek wisata Kampung Naga berjumlah 46.721orang

per tahun.

Gbr 9. Wisatawan mahasiswwa

Para wisatawan itu selain

sekedar mengisi liburan,

juga para peneliti dan

mahasiswa arsitektur yang

tertarik akan kondisi unik

pemukuman ini.

Pemerintah Kabupaten

Tasikmalaya sangat sadar

akan potensi pariwisata Gbr 10. Terminal

26

Page 27: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

ini. Mereka mempromosikan kampung ini sebagai tujuan wisata dan

memberikan penyuluhan pada warga bagaimana bersikap

menghadapi wisatawan dan memanfaatkan pariwisata. Pemerintah

membangun semacam terminal untuk bis dan kendaraan

pengunjung, dan menarik retribusi atasnya. keberadaan terminal ini

menambah jumlah kunjungan wisatawan. Banyak kegiatan ekonomi

ikut berjalan bila pariwisata sedang dalam fase ramai.Penduduk

dalam kampung memanfaatkan pariwisata dengan menjual hasil

karya kerjainan mereka, yang mayoritas berupa anyaman bambu.

Beberapa penduduk lain membuat warung makan untuk melayani

wisatawan.

Kondisi pariwisata yang ramai ini sebenarnya tidak terlalu

berpengaruh pada keadaan sosial dan budaya masyarakat setempat,

karena benteng adat dan aturan cukup kuat menjaga warga. Bahkan

ada aturan yang

mengharuskan pengunjung

menghadap Kuncen untuk

ditanya keperluannya

mengunjungi kampung itu.

Namun di tahun 2004

kondisi ramainya

pariwisata ini, dirasakan

mulai mengganggu

keaslian dan kebersihan

kampung. Banyaknya interaksi warga, terutama anak muda dengan

para wisatawan mulai merubah pola hidup dan pola kebutuhan

Gbr 11. Penduduk menawarkan hasil karya kerajinan pada wisatawan

27

Page 28: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

penduduk. Karenanya, Tetua adat kampung ini tertutup untuk

pariwisata selama waktu yang tidak ditentukan.

28

Page 29: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

Sense of Place

Sense Of Place – Spirit Of Place

Definisi tempat menurut Yi Fu Tuan: Tempat itu menjadi ada

ketika manusia memberi makna pada sebagian dari sesuatu lebih

besar, ruang geografik yang tidak dibedakan. Sebuah lokasi

diidentifikasikan atau diberi nama, dan lokasi ini dipisahkan dari

ruang yang tidak didefinisikan yang mengelilinginya. Beberapa

tempat, telah diberi makna yang kuat, dinamakan atau didefinisikan

oleh masyarakat. Ini merupakan tempat-tempat yang dikatakan

memiliki sense of place yang kuat.

Sense of place merupakan karakteristik yang dimiliki oleh

beberapa tempat geografis yang tidak dimiliki oleh tempat geografis

yang lain. Ini sering didefinisikan sebagai karakteristik yang

membuat tempat menjadi spesial dan unik. Untuk mengerti sense of

place, konsep geografis tempat harus didefinisikan pertama kali.

Ruang geografis merupakan ruang yang mengelilingi planet, melalui

pergerakan kehidupan biologis. Ini berbeda dari ’outer space’ dan

’inner space’ (di dalam pikiran)

Sense of place merupakan satu dari banyak karakteristik

yang diperlihatkan oleh orang-orang bersamaan dengan identitas

lokal. Sense of place merupakan sense kecantikan dan kekayaan

fenomena yang ada di tempat tertentu.

29

Page 30: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

Sense of place merupakan faktor yang membuat lingkungan

nyaman secara psikologis. Tiga variabel sense of place:

Mudah dibaca

Persepsi dan pilihan untuk lingkungan visual

Kesesuaian setting dengan tujuan manusia

Sense of place mendefinisikan dirinya dalam istilah

pemberian kedamaian pada lahan. Landscape bertindak sebagai

guru dalam membentuk persepsi kita akan tempat. Analisis

mengatakan terdapat 4 komponen utama untuk menambah sense of

place. Ikatan Emosional dan spiritual ini adalah:

Toponymic: berhubungan dengan pemberian nama pada

tempat

Naratif: melibatkan personal atau kelompok cerita atau

legenda

Experiental: berhubungan dengan ketergantungan dan

bertahan hidup

Numinous: spiritual

Tempat dikatakan memiliki sense of place yang kuat adalah

tempat yang memiliki identitas dan karakter yang kuat yang

dirasakan begitu dalam oleh penduduk dan oleh banyak

pengunjung. Sense of place adalah fenomena sosial yang ada

secara bebas dari persepsi atau pengalaman individual dari setiap

orang, yang bergantung pada perjanjian manusia akan

kehadirannya. Perasaan seperi itu bisa jadi didapat dari lingkungan

alam, tapi lebih sering terbuat dari pencampuran ciri-ciri alam dan

budaya pada landscape, dan secara umum menyertakan orang-

orang yang menempati tempat tersebut.

Sense of place harus menemukan landscape yang familiar

sebagai tempat perlindungan dari yang tidak diketahui, mengerikan,

tidak berdimensi, tidak berwaktu dan kacau. Sebuah tempat

30

Page 31: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

mengambil semua kualitas cahaya, rasa udara, elemen pokok batu,

pepohonan, air, warna bumi, dsb. Tempat adalah nyata, khusus,

terbatas dan unik. Pengenalan tempat dalam alam merupakan hasil

dari kapasitas untuk beradaptasi dengan lingkungan. Tempat

tertentu bisa dikatakan sakral atau duniawi, cantik atau jelek, ramah

atau mencekam.

Spekulasi tentang menetapkan secara budaya pengertian

tempat dalam alam dan membangun dunia mengacu sebagai teori

tempat. Setiap masyarakat, budaya dan komunitas meletakkan

tandanya sendiri tentang kepentingan tempat di dalam daerah

kekuasaannya. Alam dan karakter tanda itu timbul dari cara manusia

mengalami dunia. Mengalami tempat secara keseluruhan melalui

perasaan, imajinasi dan kenangan bersamaan dengan intellect dan

sense.

Pengalaman akan tempat oleh setiap masyarakat dalam

waktu yang sangat lama melibatkan dialektik antara budaya dan

tempat. Sebagai hasilnya, manusia selalu memelihara bangunan

sebagai hubungan yang kompleks dengan tempat, natural dan

buatan.

Teori tempat memiliki asumsi bahwa pengertian manusia

akan tempat adalah sepenting pengetahuan akan fakta karakteristik

murni sebuah tempat. Contoh: sebuah pemakaman sebagai sebuah

tempat yang spesial mencerminkan respon kuno untuk kualitas

rahasia yang mengiringi feature yang ganjil dari landscape. Sense of

place merupakan dasar untuk menemukan makna dalam landscape

tersebut. Dimensi manusia akan makna ditambahkan pada feature

istimewa dari landscape, menjadi satu dengan karakteristik fisik

akan tempat. Tempat memiliki kualitas spesial yang membedakan

mereka dari semua hal dengan menghubungkan mereka ke kejadian

(orientasi, sejarah, kenangan dan makna, geometri dan alam,

31

Page 32: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

masyarakat dan kehidupan). Tempat memberi substansi untuk

kejadian dan kejadian signifikan dengan tempat.

Sense of place bisa jadi dipertinggi secara kuat oleh tempat

yang ditulis oleh novelis, atau dilukiskan dalam seni atau musik, dan

melalui mode kodifikasi dalam peraturan ditujukan dalam

melindungi, memelihara dan mempertinggi tempat dirasakan

menjadi nilai (seperti ’world heritage site’, ’area of outstanding

natural beauty’)

Tempat-tempat yang kekurangan sense of place terkadang

dikenali sebagai placeless atau inauthentic. Landscape yang

placeless adalah landscape yang tidak memiliki hubungan yang

spesial dengan tempat-tempat di mana mereka berlokasi. Mereka

bisa ada di mana saja. Sisi jalan membelah shopping mall, gas

station dan toko, fast food chain, dan department store sering

dicontohkan sebagai elemen landscape yang placeless. Bahkan

beberapa site atau distrik historis yang telah menjadi komersil untuk

turis dan perumahan baru terkadang didefinisikan kehilangan sense

of place.

Spirit of place mengacu pada keunikan, kekhususan dan

aspek penghargaan dari sebuah tempat; seringkali hal itu dirayakan

oleh seniman dan penulis, tapi hal itu juga dihargai dalam cerita

rakyat, festival, dan perayaan. Hal ini terdapat dalam budaya yang

tak terlihat (cerita, seni, memori, kepercayaan, sejarah, dll) dan

aspek fisik tempat yang nyata (monument, batas, sungai, kayu, gaya

arsitektural, dll) atau aspek interpersonal (kehadiran kerabat, teman,

dll). Seringkali istilah tersebut diaplikasikan pada desa atau tempat

yang tak berubah atau yang diperbarui – mengingat istilah yang

serupa sense of place akan cenderung menjadi lebih domestic,

urban, atau suburban dalam sifat.

32

Page 33: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

The Nature Of Sense Of Place Kualitas spesifik dari landscape menanamkan site dengan

sense of place untuk manusia. Pengalaman yang lalu

mempengaruhi hubungan antara manusia dan tempat, sebagaimana

tempat dirasa sebagai kombinasi setting, landscape, ritual, dan

kerutinan serta dalam konteks tempat yang lain.

Perspektif keseluruhan dari ’topophilia’ yang digambarkan

oleh Y.Tuan (1974) menempatkan bahwa ’topopholia’ merupakan

hubungan, persepsi, sikap, nilai, dan pandangan dunia yang

mempengaruhi ikatan manusia dan tempat. Menganalisis isi dari

ingatan manusia untuk tema yang signifikan dan berulang tentang

ruang dan tempat menghasilkan pengertian tentang tema kehidupan

pokok dari sense of place, penguasaan lingkungan, privasi dan

otonomi.

Kehilangan tempat – penghinaan – kehilangan masa lalu,

masa kini, dan masa depan sense of place

Placelessness – kesukaran – mencapai sense of place

Rootlessness – pengasingan – keberlanjutan dan perubahan

dalam sense of place

Sebuah pengertian sense of place yang mana tempat

bukanlah obyek belaka, tapi obyek untuk subyek, yang dibutuhkan.

Sense of place bisa lebih berguna dikonsepkan dalam istilah struktur

perasaan. Pengumpulan identitas dan sense of place merupakan

satu dari fungsi sosial utama dari pembedaan kediaman untuk

kebanyakan manusia di masyarakat modern. Sense of place

membantu melindungi kawasan budaya daerah dan

mempromosikan kepedulian budaya dan pertalian kekeluargaan

Menurut Kevin Lych: Sebuah wilayah bisa dievaluasi dengan

menemukan bagaimana jelasnya teritori tersebut ditandai, apakah

33

Page 34: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

transisi cukup, bagaimana ruang dibagi, untuk apa keinginan jarak

perilaku disediakan, apakah kelompok sosial memiliki teritori sendiri,

dan sebaik apa pengguna mengerti dan setuju pada makna dan

batas teritori. Lebih penting lagi, identifikasi tempat bukan hanya

membiarkan orang untuk memfungsikan secara efektif tapi juga

merupakan sumber dari keamanan emosional, kepuasan dan

pengertian. Kita mengambil kesenangan dalam fisik khusus, lokal

yang dapat dikenali dan menambah perasaan kita dan memberi

makna untuk mereka. Memang, sense of place yang kuat

mendukung rasa kita tentang identitas personal. Untuk alasan

tersebut, feature yang familiar dari lanscape sering dipertahankan.

Sense Of Place Pada Kampung Naga Kampung Naga disebut sebagai perkampungan yang masih

memiliki sense of place. Hal itu dapat dilihat dengan adanya

keunikan pada karakteristik dan identitas lokal yang diperlihatkan

oleh masyarakat Kampung Naga yang berbeda dengan lokasi di

sekitarnya.

Banyak tempat-tempat yang disakralkan di Kampung Naga.

Leuweung Larangan, yang terletak di sebelah timur pemukiman,

disebut sebagai hutan tempat para dedemit. Para dedemit

dipindahkan oleh Mbah Dalem Singaparana dari wilayah yang akan

ditempatinya, yang kini menjadi wilayah yang ditempati masyarakat

Kampung Naga. Leuweung Larangan merupakan tempat yang

sama-sekali dilarang untuk diinjak oleh siapa pun, khususnya warga

Kampung Naga. Jangankan memasukinya, menginjakkan sebelah

kakinya di hutan tersebut merupakan pantangan yang sangat keras.

34

Page 35: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

Gbr 12. Area persawahan yangdikelola masyarakt sendiri

Pembagian wilayah Kampung Naga menjadi tiga wilayah

yaitu Leuweung Keramat (tempat nenek moyang mereka

dimakamkan) di sebelah barat, perkampungan di tengah-tengah,

dan Leuweung Larangan (tempat para dedemit) di sebelah timur.

Berdasarkan pembagian wilayah tersebut, bila menggunakan

kerangka teori antropologi budaya, mereka membangun kosmologi

ruang: atas-tengah-bawah; atau baik-netral-buruk. Lueweung

Larangan di arah timur dan leweung Keramat di arah barat sebagai

sumber kekuatan sakral kehidupan keseharian mereka. Leuweung

Larangan sebagai wilayah chaos, tempat semua dedemit dan roh

jahat berada. Leweung Karamat berada di sebelah barat adalah

sumber kebaikan; masjid dan harta pusaka menjadi penghubung

untuk mengalirkan kesakralan ke arah barat. Hutan Keramat dan

Bumi Ageung yang berada di bagian barat masjid, di posisi kiblat,

secara simbolis menunjukkan negosiasi ajaran Islam dan tradisi

lokal. Menghadap ke kiblat berarti membayangkan penghadapan

pada Kabah yang harus melalui penghadapan terhadap harta

pusaka dan hutan keramat. Keinginan mendapatkan kesakralan

35

Page 36: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

Kabah didahului oleh penghubungan diri terhadap nenek moyang

yang dikuburkan di Leuweung Keramat.

Kosmologi ruang seperti ini barangkali yang menjadi dasar

penolakan mereka terhadap warganya yang telah berhaji. Berhaji

berarti berziarah secara langsung ke makam Orang Suci. Yang

berhaji telah secara langsung berhubungan karena itu tak lagi

membutuhkan kiblat yang dibungkus Bumi Ageung dan Leuweung

Keramat. Melihat komposisi dan kedudukan Bumi Ageung tersebut

memperlihatkan garis kosmologis yang tegas, yaitu bahwa seluruh

rumah berpusat pada Bumi Ageung dan Bumi Ageung berhubungan

atau berpusat pada Leuweung Keramat, tempat nenek moyang atau

makam para Karuhun. Pandangan kosmologis yang menempatkan

manusia (bumi tempat manusia berada) dalam impitan antara yang

sakral (Leuweung Keramat) dan yang chaos (Leuweung Larangan),

telah memposisikan manusia di antara dua keadaan tersebut. Hal

tersebut tampak pada pandangan mereka tentang kosmologi waktu,

yang secara umum dibagi dua, yaitu waktu nahas (tidak baik) dan

waktu hade, baik. Keadaan kehidupan (dunia) manusia yang terimpit

antara Leuweung Larangan (kebaikan, Yang Sakral) dan Leuweung

Keramat (Ketidakbaikan, Yang Chaos) tersebut mengharuskan

manusia untuk teliti dan hati-hati dalam menjalani kehidupan karena

kedua dunia yang mengimpit tersebut telah pula memengaruhi

waktu kehidupan manusia, waktu baik dan waktu tidak baik.

Harmonisasi kepercayaan lokal dengan sistem ajaran Islam

tidak jarang membuat mereka dipojokan sebagai komunitas yang

berada di luar kebenaran (Islam). Apalagi, mereka menyarankan

warganya yang sudah berhaji untuk tidak tinggal di wilayahnya, yang

berhaji dianggap telah berziarah pada roh yang lebih suci ketimbang

penghuni Kampung Naga karena itu tidak pantas lagi tinggal di

wilayah Kampung Naga.

36

Page 37: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

Gbr 13. Para anggota masyarakat yang melakukan Upacara

Sistem kepercayaan masya-rakat Kampung Naga terhadap

ruang terwujud pada kepercayaan bahwa ruang atau tempat-tempat

yang memiliki batas-batas tertentu dikuasai oleh kekuatan-kekuatan

tertentu pula. Tempat atau daerah yang mempunyai batas dengan

kategori yang berbeda seperti batas sungai, batas antara

pekarangan rumah bagian depan dengan jalan, tempat antara

pesawahan dengan selokan, tempat air mulai masuk atau disebut

dengan huluwotan, tempat-tempat lereng bukit, tempat antara

perkampungan dengan hutan, dan sebagainya, merupakan tempat-

tempat yang didiami oleh kekuatan-kekuatan tertentu. Daerah yang

memiliki batas-batas tertentu tersebut didiami mahluk-mahluk halus

dan dianggap angker atau sanget. Itulah sebabnya di daerah itu

masyarakat Kampung Naga suka menyimpan "sasajen" (sesaji).

Masyarakat Kampung Naga sangat menghormati karuhun

mereka, Eyang Sembah Singaparna, yang disebut-sebut sebagai

cikal bakal masyarakat Kampung Naga. Bahkan makam Eyang

Sembah Singaparna dianggap sebagai tempat suci, di samping

Masjid dan Bumi Ageung, yang disebut-sebut tempat menyimpan

benda-benda yang dianggap keramat. Kesakralan tempat-tempat

37

Page 38: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

tersebut dapat dilihat dari adanya ritual-ritual khusus yang

diselenggarakan untuk tempat tersebut. Sebagai contoh adalah

Upacara Hajat Sasih yang merupakan upacara ziarah dan

membersihkan makam.

Berdasarkan penjabaran di atas, Kampung Naga bisa

dikatakan sebagai lokasi yang memiliki sense of place yang tinggi.

Dia berbeda dan terpisah dengan lokasi di sekitarnya, serta memiliki

karakteristik yang khusus yang sangat dirasakan oleh penduduknya.

Masyarakatnya pun sangat mendukung, percaya, dan terus menjaga

kelestarian adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang

mereka. Budaya dan tradisi ritual yang terus dijalankan oleh

masyarakat Kampung Naga tersebut semakin memperkuat sense of

place pada Kampung Naga. Tapi sense of place tersebut hanya

benar-benar bisa

dirasakan

sebelum

pemerintah

memfungsikan

Kampung Naga

sebagai kawasan

obyek wisata.

Sejak

dibukanya lokasi

ini sebagai obyek

wisata, Kampung

Naga menjadi lokasi yang komersil. Hal ini menyebabkan hilangnya

sense of place pada Kampung Naga dan membuatnya menjadi

placeless. Memang ritual-ritual yang ada masih dipertahankan,

tempat-tempat tertentu masih dianggap sakral, bahkan listrik pun

tidak masuk ke daerah ini untuk menjaga kelestariannya, hanya saja

Gbr14. Kios penjualan sebagian warga Kampung Naga

38

Page 39: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

komersialitas yang dihasilkan dari wisata menyebabkan sense of

place menghilang. Untung saja masyarakat Kampung Naga

menyadari hal ini. Bila ini dibiarkan maka akan menyebabkan

rusaknya Kampung Naga. Lalu mereka pun berusaha untuk

mengembalikan sense of place yang telah mereka miliki dengan

cara menutup kawasan ini dari kunjungan rombongan wisata.

Diharapkan upaya ini akan dapat mengembalikan sense of place

yang sempat menghilang.

39

Page 40: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

Morfologi

Kampung Naga sebagai bagian dari keunikan nusantara ini,

merupakan rantai dari suatu siklus kehidupan yang turut

menyumbangkan keseimbangan dalam ekologi. Hal tersebut dapat

dilihat dari proses kehidupan dan tatanan sosial dan kultur yang

nampak dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai masyarakat yang

sangat bergantung dengan alam , mereka juga sangat

memperhatikan kondisi alam serta perubahan-perubahannya.

Masyarakat Kampung Naga merupakan bagian dari eksistensi alam

lingkunganya. Ketika alam mendapat gangguan maka mereka juga

akan merasakan kondisi tersebut. Dengan adanya hubungan yang

sangat erat tersebut, secara jelas alam merupakan kekuatan yang

secara langsung membentuk dalam banyak hal dari masyarakat

Kampung Naga.

Kedekatan masyarakat terhadap alam lingkungannya memberikan

pengaruh yang cukup besar baik dalam hal perilaku , cara hidup dan

formasi obyek yang dihasilkan. Secara umum hukum alam

menentukan adanya konsep hanya sesuatu yang dapat

menyesuaikan dengan alam sajalah yang dapat bertahan dalam

menyeimbangkan dengan kondisi lingkungannya. Beberapa aspek

40

Page 41: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

kehidupan dalam masyarakat Kampung Naga mempunyai

karakteristik penyelesaian yang natural.

Teknologi dalam membuat bangunan juga sangat tergantung

dengan bahan-bahan dari alam terutama kayu dan bambu. Tanpa

menggunakan bahan yang berasal dari pabrik, maka karakteristik

tektonika dari struktur

rumah tinggalnya

mempunyai bentangan

yang disesuaikan dengan

bahan-bahan alam

tersebut. Bentangan

tersebut biasanya cukup

sepanjang 4 meteran, jika

lebih panjang dari itu

maka disambung sampai

dengan 6 meteran

tentunya diusahakan

terdapat tiang penyangga.

Atap ijuk mempunyai

karakteristik tersendiri

dalam menatanya. Karena

atapnya ijuk maka kemiringan dari atap biasanya jadi curam. Hal

tersebut dikarenakan agar air hujan dapat dialirkan dengan lebih

cepat. Atap yang terlalu landai akan memberi kesempatan bagi air

untuk jatuh merembes melalui sela-sela lapisan ijuk tersebut.

Sebuah ciri khas atap ijuk dalam setiap lekukan atap akan selalu

tampil agak melengkung sebab mencega air menerobos tekukan

tersebut. Gbr 15. Beberapa Tampak rumah Kampung Naga

Bangunan di dalam desa

adat Kampung Naga ini

41

Page 42: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

terdiri dari bangunan-bangunan tunggal yang membentuk klaster

atau kumpulan menjadi satu komunitas pemukiman. Kawasan

pemukiman Kampung Naga terletak dilereng gunung, sehingga

mempunyai karakteristik lokasi yang berkontur searah. Kawasan ini

juga dekat sekali dengan kawasan hutan yang dilindungi. Kawasan

ini sebagian besar memang diatur penggunaan dan pengelolaannya

oleh penduduk Kampung Naga.

Kehidupan masyarakat Kampung Naga banyak berhubungan

dengan kegiatan alam. Mereka juga makan dari hasil alam secara

langsung yang mereka tanam dan mereka pelihara. Sehingga

struktur ruangan dari rumah yang mereka bangun tidak

membutuhkan banyak ruang. Bagi mereka rumah cukup bermalam

pada waktu hujan , berlindung dari cuaca panas dan dingin yang

terlalu menusuk kulit, tidur diwaktu malam. Rumah juga melindungi

beberapa kegiatan yang sangat pribadi saja, dimana sebenarnya

kegiatan masyarakat yang bersifat bersama-sama lebih banyak.

Bagi mereka kegiatan yang bersifat kebersamaan lebih penting

untuk dilakukan.

Bangunan dari rumah Kampung Naga mempunyai konstruksi kaki

dengan menggunakan umpak yang kebanyakan disusun dari batu-

batu alam sekitarnya. Struktur ini jadi sangat unik jika kita melihat

bahwa mereka sangat menjaga bumi yang mereka pijak (sisi

pemahaman non-ragawi) dan teknologi yang dipunyai. Karena

mereka tidak mempunyai keinginan untuk mengeksploitasi alam

maka hasil dari pendekatan cara berpikir mereka menghasilkan

penyelesaian yang unik. Teknologi yang diterpkan juga merupakan

hasil dari pendekatan tersebut.

Sistim kekeluargaan yang sangat kuat memberikan kekuatan untuk

pola susunan dari rumah-rumah tersebut menjadi suatu bentuk

komunal yang berkelompok. Dengan menenpatkan rumah mereka

42

Page 43: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

disekelilingnya berupa kolam ikan dan juga persawahan yang

mereka garap memberikan rasa aman bagi mereka secara

psikologis dan teknis. Susunan tapak berdekatan dengan struktur

sungai yang dapat memudahkan mereka untuk selalu melakuka

kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan air.

Karena bahan-bahan yang mereka pakai seluruhnya diambil dari

alam bangunan dari rumah di Kampung Naga mempunyai

penampilan seperti rumah semi permanen secara struktural.

Meskipun bangunan ini seperti rumah semi permanen namun

penduduknya secara permanen menempati rumah ini secara turun

temurun tidak berpindah-pindah.

Karakterisitik dari

arsitektur yang secara

alami mengikuti proses

seleksi yang dilakukan

oleh kekuatan alam,

adalah bentuk serta

susunannya dapat teruji

dengan baik dalam

menyesuaikan dengan

perilaku alam. Kita

melihat disni masyarakat Kampung Naga berusaha menjaga

keharmonisan antara manusia dan alam lingkungannya sehingga

terjadi keberlanjutan dalam kehidupannya.

Gbr 16. Ditail atap ijuk rumah Kampung Naga

43

Page 44: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

Conclusion

Kampung Naga adalah komunitas kecil, yang mengorganisasikan

kehidupan warganya sebagai suatu kesatuan sosial secara

bersama-sama dan atas tanggungan bersama memelihara kesucian

dan ketentraman desa. Dengan demikian, pola kehidupan lebih

bersifat kolektif, tradisional, agraris, homogen, religius dan fungsi

utama warga adalah untuk kepentingan desa/bersama. Namun pola

ini sedang dalam proses adaptasi / berubah/ change akibat

pengaruh budaya materi dan individualisme dari dunia luar yang

umumnya dibawa oleh pariwisata.

Dalam kondisi yang asli, sebenarnya kampung ini telah berhasil

menciptakan sustainable environment selama puluhantahun.

Beberapa hal di bawah ini adalah beberapa aspek sosial yang masih

sustainable/continue:

• Teraturnya kawasan (arsitektur) dan jumlah

bangunan.

• Rela mengabdinya penduduk pada

komunitas,(tanggungjawab sosial yang tinggi dan

ikatan sosial antar warga yang rapat).

• Dihayatinya warga Sanaga sebagai saudara

sepenanggungan, kondisi saling membutuhkan dan

bekerjasama antar warga.

44

Page 45: Deskripsi Desa Adat Kampung Naga · PDF fileAda sekitar 420 anak tangga di lereng perbukitan itu (konon pada penghitungan kali lain jumlahnya bisa berubah). Tangga itu ... Sebagai

Desa Adat Kampung Naga

• Jumlah dan aturan upacara adat yang berasal dari

kompromi aturan agama Isalam dan aturan adat.

• Dihormatinya lelulur, terutama Eyang Singaparna

Sustainability banyak dipengaruhi atau disebabkan oleh

constraints, al:

• Aturan adat yang walaupun cukup kompromis namun ketat

dilaksanakan. Beberapa aturan adat ini sangat khas dan unik

sehingga membentuk karakter orang-orang di dalamnya.

Kekhasan karakter ini akan membuat mereka agak sulit

beradaptasi bila hidup di luar daerah dan merasa paling

nyaman tinggal di dalam kampung.

• Kondisi geografis dan topografi. Misalnya luasan lahan desa

yang tetap, karena sudah berbatasan dengan batas

administratif desa lain, atau terhambat kondisi perbukitan

yang lebih sulit dibudidayakan atau ditinggali.

• Ditutupnya desa untuk pariwisata.

kondisi sosial dan budaya kampung terus berubah (change and

continuity), walau lambat namun tetap memenangkan nilai

tradisional luhur yang telah membentuk kehidupan sosial khas

seperti selama ini. Kondisi bentuk bangunan arsitektur menunjukkan

obyek yang teruji dalam mempertahankan terhadap kekuatan-

kekuatan alam.

45