Upload
lamtu
View
243
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
Deskripsi KHDTK Gombong – Jawa Tengah
PENDAHULUAN
eperti halnya satuan kerja Badan Litbang Kehutanan lainnya, Balai Penelitian
Kehutanan (BPK) Solo juga diberi mandat untuk mengelola Kawasan Hutan
Dengan Tujuan Khusus (KHDTK). Sesuai dengan tupoksi Badan Litbang
Kehutanan maka KHDTK tersebut diarahkan untuk tujuan penelitian dan
pengembangan.
BPK Solo diamanati untuk mengelola 2 (dua) KHDTK yaitu KHDTK Cemoro-
Modang di Cepu dan KHDTK Gombong di Kebumen. Kedua KHDTK tersebut merupakan
kawasan hutan yang berada dalam pemangkuan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.
Berdasarkan level KPH, KHDTK Cemoro Modang berada dalam pengelolaan KPH Cepu
sedangkan KHDTK Gombong berada dalam pengelolaan KPH Kedu Selatan.
Pengelolaan dan pemanfaatan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK)
Cemoro-Modang di Blora dan KHDTK Gombong di Kebumen sebagai hutan penelitian
disepakati untuk diupayakan melalui kolaborasi tiga pilar, yaitu antara Balai Penelitian
Kehutanan Solo, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah dan Puslitbang Perum Perhutani.
Kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan tersebut diarahkan untuk mewujudkan
KHDTK guna kepentingan penelitian dan pengembangan di bidang kehutanan. Kegiatan
penelitian dan pengembangan tersebut merujuk pada peningkatan kemampuan kegiatan
pengurusan hutan untuk mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari dan peningkatan
nilai tambah hasil hutan seperti amanah yang terkandung dalam UU No. 41 tahun 1999.
Dengan demikian bahwa kegiatan litbang kehutanan harus menjadi acuan dan
menunjang bagi penyelenggaraan pengelolaan hutan. Penyelenggaraannya melalui
lembaga pemerintah yang mempunyai kompetensi dan memiliki otoritas ilmiah (scientific
authority), dan dapat dilakukan melalui kerjasama dengan perguruan tinggi, dunia usaha
dan masyarakat.
Pengelolaan KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK Gombong diarahkan sebagai
kawasan hutan untuk kepentingan kelitbangan di bidang kehutanan tanpa merubah
fungsi pokok hutan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga kepentingan
kelitbangan akan disusun untuk mendukung pengembangan fungsi produksi hutan agar
S
2
tercapai kelestarian hutan yang menghasilkan manfaat ekonomi, ekologi dan sosial
budaya.
Upaya untuk mencapainya dilakukan melalui pengelolaan KHDTK secara
kolaborasi dan telah dibangun melalui tahapan sosialisasi dan koordinasi untuk
membangun kesepahaman. Beberapa tahapan yang telah dilakukan tersebut adalah:
1) Rapat Koordinasi dan Sosialisasi Pengelolaan Kawasan Hutan Dengan
Tujuan Khusus (KHDTK) Gombong dan Cemoro-Modang. Diselenggarakan
di Solo 2 Desember 2004. Menghasilkan butir kesepakatan tentang pengelolaan
kolaborasi KHDTK antara BP2TPDAS-IBB (BPK Solo), Perum Perhutani Unit I
Jateng, dan Pusbang SDH Perum Perhutani.
2) Workshop RENCANA DAN PROGRAM: Sinkronisasi Kegiatan Penelitian
dan Pengelolaan KHDTK antara Badan Litbang Kehutanan dengan Perum
Perhutani. Diselenggarakan di Jogjakarta tahun 2007, atas kerjasama BPK Solo
dengan Puslitbang Perum Perhutani.
3) Rapat Koordinasi Penyusunan Kegiatan Pengelolaan dan Pemanfaatan
KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK Silengkong-Watujali Lingkup BPK
SOLO dengan Jajaran Perum Perhutani. Diselenggarakan di Solo tahun 2008,
atas kerjasama BPK Solo dengan Puslitbang Perum perhutani. Menghasilkan
rencana program pengelolaan KHDTK dan MOU kerjasama, namun MOU tersebut
sampai dengan sekarang belum dapat ditandatangani dan rencana program belum
dapat dilaksanakan.
Paparan diatas dapat menjelaskan bahwa secara mendasar kesepahaman dalam
pengelolaan kedua KHDTK telah dikomunikasikan dan tidak bermasalah. Hanya perlu
penekanan lebih terhadap tindaklanjut mengenai hal-hal yang bersifat teknis seperti
kesepakatan rencana program dan rencana aksi pengelolaan. Untuk itu, internal BPK
Solo dan atas dukungan Badan Litbang perlu lebih merealisasikan rencana-rencana
penelitian yang telah didesain di kedua KHDTK tersebut agar terwujud pengelolaan
KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK Gombong sebagai KHDTK yang berstatus hutan
tetap dan mandiri sebagai sarana litbang terpadu.
3
Gambar 1. Peta Lokasi KHDTK Gombong
1. Lokasi
KHDTK Gombong terbentuk oleh dua DAS yang saling berpasangan dan
mempunyai karakteristik biofisik sama yaitu SUBDAS Watujali SUBDAS Silengkong
dengan luas total ± 200 ha. Berdasarkan Berita Acara Pelaksanaan Tata Batas
definitif yang dilaksanakan oleh BPKH Wilayah XI, KHDTK Gombong berada pada
wilayah pemangkuan RPH Somagede, BKPH Karanganyar, KPH Kedu Selatan,
Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Secara administratif berada di Desa
Somogede, Kecamatan Sempor, Kabapaten Kebumen, Jawa Tengah. Secara
geografis, KHDTK Gombong terletak pada 109º32’33’’ - 109º33’48’’ BT dan 7º31’00’’
- 7º32’02’’ LS.
2. Aksesibilitas
Untuk mencapai lokasi KHDTK Gombong dapat ditempuh dengan route
perjalanan sebagai berikut :
- Route dari Semarang – Kebumen – Gombong – Somagede sepanjang 195 km
dapat ditempuh dengan menggunakan jalan darat dengan waktu tempuh ± 5 s/d
5,5 jam.
4
- Route dari Yogyakarta – Kebumen – Gombong – Somagede, dapat ditempuh
dengan menggunakan jalan darat sepanjang ± 150 km dengan waktu tempuh
selama ± 4 s/d 4,5 jam.
3. Kondisi Biofisik
Kondisi klimatologi di KHDTK Gombong antara lain; suhu udara 18,5 C –
25,4 C, kelembaban 46% - 92%, dan curah hujan 2.000 – 3.500 mm/tahun.
Musim kering terjadi antara bulan Mei-Oktober dan musim hujan pada bulan
Nopember-April. Lokasi KHDTK Gombong termasuk dalam zona geologi Pegunungan
Selatan, yang merupakan zona ekologi hutan perbukitan dengan kondisi
geomorfologi berombak sampai berbukit (perbukitan denudasional berbatu breksi
vulkanik), dengan ketinggian tempat berkisar antara 145 – 450 m.dpl. Perbukitan
tersebut dicirikan oleh lereng yang terjal dengan tingkat erosi permukaan sedang
dan banyak longsoran.
Tanah, termasuk jenis latosol pada daerah hulu dan podsolik pada daerah
hilir. Tekstur tanah pada umumnya geluh pasiran dan beberapa daerah hulu
termasuk tekstur lempungan. pH berkisar antara 5,5 – 6,7; BO antara 1,04 – 5,52
%, P tersedia antara 3,45 – 10,15 ppm, K tersedia antara 0,01 -0,73 me/100g, BJ
antara 1,9 – 2,34, BV antara 0,92 – 1,25, serta permeabilitas rata-rata 32,91
cm/jam dengan kelas sedang sampai sangat cepat.
Morfometri kedua SubDAS di KHDTK Gombong disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Morfometri SubDAS Watujali dan Silengkong di KHDTK Gombong
No. Parameter Morfometri DAS Sub DAS
Watujali Silengkong
1. Luas (ha) 95,7 105,2
2. Rata-rata slope DAS (%) 18,15 22,61
3. Rata-rata slope sungai (%) 5,03 5,06
4. Panjang DAS (km) 1,27 1,30
5. Lebar DAS (km) 1,12 1,23
6. Rata-rata elevasi DAS (m) 270,0 255,0
7. Panjang sungai utama (km) 1,79 1,58
8. Panjang jalur limpasan (km) 0,29 0,30
9. Kerapatan drainase (km/km2) 5,70 5,44
10. Keliling DAS (km) 4,23 4,06
5
11. Panjang sungai dari pusat DAS
(km) 0,83 0,85
12. Panjang sungai terpanjang (km) 1,75 1,51
13. Bifurcation ratio (Br) 5;2 2,75;4
14. Circularity ratio (Cr) 0,74 0,73
15. Lemniscate constant (Lc) 0,38 0,44
16. Faktor bentuk 0,33 0,38
4. Kondisi Hutan
Tegakan di KHDTK Gombong adalah Pinus merkusii dengan dominasi
tumbuhan bawah Pakis. Pertumbuhan tegakan pada umumnya cukup, dengan
kerapatan tegakan agak rata sampai rata dan kemurnian tegakan pada umumnya
murni. Kelas Umur hutan pinus terdiri dari KU II – VII, TBP, TPR, HLT, dan LDTI.
Kondisi penggunaan lahan di KHDTK Gombong disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Tegakan Hutan Pinus di KHDTK Gombong
No.
Tahun Tanam /
Jenis Penggunaan
Lain
SubDAS Watujali
(Ha)
SubDAS Silengkong
(Ha)
1. 1974 - 40,94
2. 1977 43,18 -
3. 1979 51,89 -
4. 1987 - 4,67
5. 1997 - 18,75
6. 2001 - 18,93
7. TPR - 20,46
8. TPB - 0,57
Selain flora, KHDTK Gombong memiliki potensi fauna yang dilindungi seperti ayam hutan
(Gallus gallus bankiva Sp) dan jenis-jenis burung endemik pulau jawa.
6
5. Kegiatan Penelitian
b.5.1. Kegiatan Penelitian yang Pernah/Sedang dilakukan di KHDTK Gombong
Kegiatan penelitian yang telah dan sedang dilaksanakan di KHDTK selama
ini dibiayai dari dana Pembangunan Pemerintah. Kegiatan penelitian yang telah dan
sedang dilaksanakan baik oleh Tim Peneliti BPK Solo, mahasiswa, atau lembaga
penelitian lain tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3. Kegiatan Penelitian yang Pernah/Sedang dilakukan di KHDTK
Gombong
No KHDTK Gombong Tahun
1. Kajian Optimalisasi Luas Penutupan Lahan Hutan terhadap
Tata Air
2006 s/d 2010
1. Teknik Konservasi Tanah di Hutan Pinus 2006 s/d 2008
2. Teknik Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya RLKT 2009
3. Kajian Kelembagaan Sosial Forestry di Kawasan Hutan
Tanaman
2005 s/d 2007
4. Kajian Kelembagaan Sosial Forestry 2005 s/d 2006
5. Kajian K & I Pengelolaan Hutan Tanaman Produksi Lestari 2004 s/d 2007
6. Peranan Jenis Penutupan Lahan DAS dalam Mengurangi C0₂ 2004 s/d 2006
7. Tehnologi Sosial Forestry di Kawasan Hutan Produksi
Tanaman
2003 s/d 2006
8. Kajian Model ANSWERS untuk Pendugaan Erosi-Sedimentasi 2005 s/d 2007
9. Kajian Sistem Monitoring Tata Air DAS 2002
10. Pengungkapan Tetapan Aliran (C) sebagai Fungsi dari
Karakteristik Penutupan Lahan, Intensitas Hujan Rata2 &
Kadar Lengas Awal
2002
11. Hubungan antara Waktu Konsentrasi Aliran Sungai dengan
Sifat fisik DAS di DAS Watujali & Silengkong
2004 (TPUGM)
12. Analisis Hubungan Nilai Tetapan Aliran (C) dengan
Karakteristik Penutupan Lahan & Karakteristik Hujan
2004 (TPUGM)
7
b.5.2. Usulan Kegiatan Penelitian
Usulan/rencana kegiatan ini diambil dari bahan pengelolaan teknis (Rakor
Penyusunan Kegiatan Pengelolaan dan Pemanfaatan KHDTK Cemoro-Modang dan
KHDTK Silengkong-Watujali Lingkup BPK SOLO dengan Jajaran Perum Perhutani
tahun 2008) yang disusun bersama narasumber BPK Solo, Perum Perhutani Unit I
Jateng dan Puslitbang Perum Perhutani. Usulan ini terdiri dari tiga aspek yaitu:
produksi, ekologi/lingkungan dan sosial ekonomi. Secara rinci tersaji dalam Tabel 4,
5 dan 6 berikut.
Tabel 4. Matrik Usulan Kegiatan Penelitian Aspek Produksi
Latar
Belakang
Topik
Penelitian
Tahun
Pelaksana
an
Altern
atif
Lokasi
Output yang
diharapkan
Adanya
alternatif jenis
dan teknik
silvikultur
tanaman pinus
yang dapat
dikembangkan
- Teknik silvikultur
tanaman pinus
- Uji coba
penanaman
berbagai jenis
tanaman pinus
Dimulai
pada tahun
2010
Dimulai
pada tahun
2010
- metode
silvikultur yang
tepat untuk hutan
tanaman pinus
dengan
memperhatikan
sosial-ekonomi
masyarakat sekitar
hutan
- Pengkayaan jenis
tanaman pinus
Adanya
berbagai
alternatif
teknik
penyadapan
getah pinus
- Aplikasi
berbagai teknik
penyadapan
getah pinus
Dimulai
pada tahun
2010
Petak
62j,
62z,
62i,
62h,
- Peningkatan
hasil produksi
getah pinus.
- Peningkatan
finansial
perusahaan
- Ergonomis
penyadap
- Peningkatan
8
pendapatan
penyadap.
Tabel 5. Matrik Usulan Kegiatan Penelitian Aspek Ekologi
Latar
Belakang/
Masalah
Topik Tahun
pelaksan
aan
Altern
atif
Lokasi
Output yang
diharapkan
Hutan
mempunyai
peran sebagai
pelindung
tanah dan
pengatur tata
air
- Pemodelan
hiidrologi DAS
sebagai dasar
formulasi luas
tutupan lahan
terhadap tata air
- Neraca air di hutan
pinus
- Terapan
konservasi tanah
pada sistem
penanaman
tumpangsari
- Pemodelan
hidrologi dengan
memanfaatkan
teknologi GIS
- Hubungan
morfometri DAS
terhadap hasil air
- Model pendugaan
erosi-runoff
(ANSWERS) pada
Sub DAS kawasan
2006
s/d
2009
Dimulai
pada
tahun
2010
Seluruh
areal
KHDTK
- Informasi
dampak pola
penggunaan
lahan terhadap
aspek konservasi
tanah dan air
- Teknologi
konservasi tanah
dan air yang
sesuai dengan
karakteristik
lahan
9
hutan pinus
- Inventarisasi dan
identifikasi sebaran
mata air kawasan
hutan pinus
- Kajian sedimen
transport di
kawasan hutan
pinus
- Tingkat erosi,
sedimentasi, run
off dan kualitas air
antara Sub DAS di
dalam kawasan
hutan Pinus
Dampak
pengelolaan
hutan
terhadap
lingkungan
- Pengaruh
penutupan lahan
terhadap proses
geomorfik
- Analisis perubahan
bentang lahan
- Degradasi lahan di
hutan pinus
- Neraca hara dalam
sistem DAS
kawsan hutan
pinus.
- Analisis potensi
sumberdaya lahan
- Analisis komparatif
kecenderungan
laju perubahan
proses geomorfik
pada DAS kawasan
hutan pinus
Dimulai
pada
tahun
2010
Seluruh
areal
KHDTK
- Informasi proses
geomorfik pada
berbagai
penutupan lahan
- Informasi
degradasi lahan
dan neraca hara
pada hutan pinus
- Informasi
potensi
sumberdaya
lahan
10
- Respon bentuk
lahan terhadap
perubahan
penutupan lahan
Degradasi
lahan pada
hutan pinus
pengaruh
aspek sosial-
budaya
masyarakat
sekitar
kawasan
- Pengaruh berbagai
sistem
penebangan
terhadap
perubahan sifat-
sifat tanah, erosi,
dan limpasan
- Efektivitas pola
tanam dan
komposisi jenis
tanaman terhadap
sifat-sifat tanah,
pengendalian
erosi, dan
limpasan
permukaan
- Pengendalian erosi
jurang dan longsor
- Dinamika lengas
tanah di bawah
tegakan hutan
pinus
- Kajian efektivitas
tanaman penguat
tebing sungai
- Kajian kemampuan
menahan air oleh
seresah di bawah
tegakan pinus
Dimulai
pada
tahun
2010
Seluruh
areal
KHDTK
- Pola tanam yang
efektif terhadap
sifat-sifat tanah,
erosi dan
limpasan
- Teknik
pengendalian
erosi jurang dan
longsor
- Jenis tanaman
yang sesuai
untuk penguat
tebing sungai
- Informasi
kemampuan
serasah dalam
menahan air
- Pola tumpangsari
yang tepat untuk
konservasi tanah
dan air
11
- Uji coba pola
tumpang sari
untuk konservasi
tanah
Keanekaragam
an hayati
ekosistem
hutan
tanaman pinus
- Studi
keanekaragaman
hayati (flora, fauna
dan mikrobiologi)
di areal tanaman
pinus
Dimulai
pada
tahun
2010
Seluruh
areal
KHDTK
Informasi
keanekaragaman
jenis flora dan
fauna pada
ekosistem pinus
Tabel 6. Matrik Usulan Kegiatan Penelitian dari Aspek Sosial Ekonomi
Latar
Belakang/
Masalah
Topik
Tahun
Pelaksana
an
Alternat
if
Lokasi
Output yang
diharapkan
Nilai ekonomi
hutan pinus
dan
peranannya
bagi hidup
dan
kehidupan
masyarakat
sekitar hutan
- Analisis
produksi dan
pemasaran getah
pinus
- Persepsi
masyarakat
terhadap
berbagai teknik
penyadapan
getah pinus.
- Kajian
kelayakan sektor
ekonomi off-site
- Kajian teknik
konservasi tanah
dan air pada
tingkat
Dimulai
pada tahun
2010
Masyarak
at sekitar
kawasan
Hutan
- Informasi
produktivitas
getah pinus dan
prospek pasarnya
- Meningkatnya
kesadaran
masyarakat
terhadap upaya
konservasi tanah
dan air dalam
pemanfaatan
lahan.
- Peningkatan
pendapatan
masyarakat.
- Peningkatan
kelestarian SDH.
- Peningkatan
12
masyarakat
- Pemberdayaan
masyarakat
sekitar hutan
dalam
pengelolaan
hutan lestari
- Kelembagaan
pengelolaan DAS
kawasan hutan
pinus
- Dampak
pembukaan
hutan pinus
terhadap kondisi
sosial ekonomi
masyarakat
sekitar kawasan
hutan pinus
- Prospek
pemasaran hasil
hutan non kayu
- Kajian
partisipasi
masyarakat
terhadap
konservasi
tanah dan air di
lahan hutan
pinus.
- Kajian kinerja
LMDH dan
implementasi
PHBM
produksi getah
13
6. Kegiatan Non Penelitian
Kegiatan non penelitian di KHDTK Gombong mencakup perbaikan, pemeliharaan
dan penyediaan sarana-prasarana untuk mendukung kegiatan penelitian di lapangan,
koordinasi dengan instansi terkait dan survey atau pengumpulan data. Rencana kegiatan
non penelitian di KHDTK Gombong tersaji pada Tabel 7.
Tabel 7. Kegiatan Non Penelitian di KHDTK Gombong
No Kegiatan
I Pemeliharaan dan Penyediaan Sarpras
1. Pengamanan fasilitas KHDTK
2. Pembinaan terhadap penjaga keamanan pondok
3. Pemeliharaan pondok kerja beserta fasilitasnya
4. Pemeliharaan sarpras penelitian
5. Pembinaan terhadap pengamat lapangan
6. Penambahan (pembuatan) display papan informasi hasil penelitian di
KHDTK Gombong
7. Pemeliharaan kendaraan operasional lapangan (roda 2, 1 buah)
II. Perencanaan dan Koordinasi
8. Rapat /diskusi Tim Pengelola KHDTK internal Balai
9. Koordinasi dan sinkronisasi dengan pihak Perum Perhutani (Biro
Perencanaan SDH Unit I, KPH Kedu Selatan), Dinas Kehutanan (Jateng
dan Kabupaten Kebumen).
10. Rapat Koordinasi dengan pihak terkait
11. Koordinasi Proses Pengukuhan KHDTK Gombong (BPKH-XI & Direktorat
Pengukuhan dan Penatagunaan kawasan hutan-Dirjen Planologi
Kehutanan)
III Pengumpulan Bahan Pengelolaan KHDTK
12. Rechecking Pal Batas
13. Inventarisasi mata air subDAS Watujali dan Silengkong (debit dan
kualitas)
14. Survey perambahan kawasan hutan (pembukaan lahan pertanian) di
subDAS Watujali dan Silengkong
IV. Evaluasi dan Pelaporan
15. Monitoring & evaluasi pelaksanaan kegiatan
14
7. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana penelitian yang ada belum memadai untuk mendukung
kegiatan penelitian yang dilaksanakan. Tabel 8 menyajikan sarana dan prasarana
pendukung dan penunjang yang ada di KHDTK Gombong.
Tabel 8. Sarana dan Prasarana Pendukung & Penunjang Penelitian di KHDTK
Gombong
NO. J E N I S Jumlah
Sarpras Pendukung
1 Automatic Water Level Recorder (AWLR) 2
2 Logger 5
4 Automatic Rainfall Recorder (ARR) 1
5 V-notch Weir 5
6 Cipoletti Weir 5
7 Winch 1
9 Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) 2
10 Stasiun Klimatologi (ARR, pan evaporimeter, anemometer,
termometer udara, termometer tanah, pengukur kelembaban
udara, sunshine recorder)
1 unit
Sarpras Penunjang
1 Lahan untuk stasiun klimatologi Sewa s/d
2010
2 Kendaraan bermotor roda 2 1
3 Genset 1
4 Pondok kerja (base camp) 1
5 Papan display & informasi 1
15
ASPEK LEGALITAS
erdasarkan UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan di Indonesia, hirarkhi perundangan di Indonesia
adalah Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah dan Peraturan lainnya.
Berdasarkan hirarkhi tertib hukum tersebut maka pengelolaan KHDTK harus didasarkan
pada perundangan sesuai dengan hirarkhinya. Pengelolaannya melibatkan Badan Litbang
Kehutanan dan pemangku kawasan hutan (Perum Perhutani untuk kawasan hutan non
konservasi di Jawa; Inhutani/HTI/HPH, Dinas Kehutanan untuk kawasan hutan di Luar
Jawa) dengan sistem manajemen kolaborasi.
Dasar hukum pengelolaan KHDTK mengacu pada perundangan yang berlaku.
Untuk pengelolaan KHDTK Cemoro Modang dan KHDTK Gombong, payung hukum yang
harus diacu adalah: 1) Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan; 2)
Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007 jo PP No. 3/2008 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan
Hutan; 3) Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 2003 tentang Perusahaan Umum
Kehutanan Negara (Perum Perhutani); 4). Keputusan Menteri Kehutanan No. SK
89/Menhut-II/2004 tanggal 12 Maret tahun 2004 Tentang penunjukkan KHDTK Cemoro
Madang dan Keputusan Menetri Kehutanan No. 76/Menhut-II/2004 tanggal 10 Maret
2004 tentang penunjukan KHDTK Gombong; dan 5) SK. Kepala Badan Litbang
Kehutanan No. 96/Kpts /VIII/2004 tentang Penunjukan Penanggung jawab Pengelolaan
KHDTK.
Di dalam UU No. 41 tahun 1999 Pasal 6 ayat (1) hutan mempunyai tiga fungsi
yaitu: a. fungsi konservasi, b. fungsi lindung, dan c. fungsi produksi. Pasal 6 ayat (2)
pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok sebagai berikut: a. fungsi
konservasi, b. fungsi lindung, dan c. fungsi produksi. Pasal 8 ayat (1), Pemerintah dapat
menetapkan kawasan hutan tertentu untuk tujuan khusus, Pasal 8 ayat (2) Penetapan
kawasan hutan dengan tujuan khusus, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperlukan
untuk kepentingan umum seperti: a. penelitian dan pengembangan, b. pendidikan dan
latihan, dan c. religi dan budaya. Pasal 8 ayat (3) Kawasan hutan dengan tujuan khusus
B
16
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak mengubah fungsi pokok kawasan hutan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 6.
PP No. 6 tahun 2007 jo PP No. 3/2008 menyebutkan bahwa pemerintah dan
atau pemerintah daerah berkewenangan untuk melakukan tata hutan dan menyusun
rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan seperti
tertera dalam pasal 3 ayat (1), dan kewenangan pemerintah tersebut, dalam pasal 3
ayat (2) dapat dilimpahkan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di
bidang kehutanan pada wilayah serta kegiatan tertentu. Pada kawasan hutan dengan
tujuan khusus, pasal 4 ayat (3) dan (4) dinyatakan bahwa tata hutan dan penyusunan
rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaannya ditetapkan oleh
Menteri diatur melalui Keputusan Menteri.
PP No. 30 tahun 2003 telah mengamanatkan pengelolaan seluruh hutan negara
kecuali kawasan hutan konservasi di Propinsi Jawa Tengah, Propinsi Jawa Timur,
Propinsi Jawa Barat, dan Propinsi Banten (Pasal 9 ayat (1)) kepada Perum Perhutani.
Wilayah kerja Perum Perhutani terbagi dalam 3 Unit dan masing-masing Unit dibagi
menjadi Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) yang penetapannya oleh Menteri
Kehutanan atas usul Direksi yang diatur dalam pasal 9 ayat (3) dan (4)
Keputusan Menteri Kehutanan No. SK 89/Menhut-II/2004 tahun 2004 menunjuk
kawasan hutan produksi tetap di (Sub DAS) Cemoro dan di (Sub DAS) Modang yang
terletak di Kabupaten Blora Propinsi Jawa Tengah dan Keputusan Menteri Kehutanan No.
SK 76/Menhut-II/2004 tahun 2004 menunjuk kawasan hutan produksi terbatas di (Sub
DAS) Watujali dan di (Sub DAS) Silengkong yang terletak di Kabupaten Kebumen
Propinsi Jawa Tengah sebagai KHDTK untuk hutan penelitian, serta menunjuk Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan sebagai pengelola KHDTK Cemoro-Modang
dan KHDTK Gombong
Kemudian melalui keputusan Kepala Badan Litbang Kehutanan No.
90/KPTS/VIII/2004 ditunjuk BP2TPDAS-IBB, yang sejak tahun 2007 diubah menjadi Balai
Penelitian Kehutanan (BPK) Solo, sebagai penanggungjawab pengelola KHDTK Cemoro-
Modang dan KHDTK Gombong.
Kedua KHDTK telah dilakukan penataan batas secara definitif oleh Balai
Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah XI dan telah dilaporkan melalui dokumen
Tata Batas Definitif KHDTK Cemoro-Modang No. 4/TTB/BPKH XI/2003 dan dokumen
Tata Batas Definitif KHDTK Gombong No. 5/TTB/BPKH XI/2003. Selanjutnya melalui
17
surat No. S.370/BPKH-XI-4/2004 tanggal 11 September 2004, Kepala BPKH Wilayah XI
Yogyakarta mengajukan kepada Kepala Pusat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan
Hutan untuk memproses pengukuhan lebih lanjut KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK
Gombong. Kepala Badan Litbang Kehutanan melalui surat No. S.1619/VIII/Lit-1-3/2006
tanggal 22 Agustus 2006 mengajukan permohonan kepada Kepala Badan Planologi
Kehutanan untuk segera memproses penerbitan keputusan Menteri Kehutanan tentang
pengukuhan KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK Gombong.
Penetapan KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK Gombong sebagai hasil akhir
kegiatan pengukuhan suatu kawasan hutan sedang dalam proses penyelesaian oleh
Pusat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan, Badan Planologi Kehutanan,
dengan didasari tahapan penunjukan, tata batas dan pemetaan. Penetapan KHDTK
Cemoro-Modang dan KHDTK Gombong tersebut diharapkan menjadi suatu kepastian
hukum terhadap status, letak, batas dan luas KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK
Gombong yang sebelumnya telah melalui penunjukan Menteri Kehutanan sebagai
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus untuk hutan penelitian.
Penunjukan kawasan hutan di Sub DAS Cemoro-Modang dan di Sub DAS
Watujali-Silengkong sebagai KHDTK melalui keputusan Menteri Kehutanan adalah sudah
sesuai dengan peraturan perundangan yang ada. Namun bila melihat peraturan yang
lainnya yaitu PP No. 30 tahun 2003, kawasan hutan tersebut status kewenangan
pengelolaannya telah dilimpahkan dari pemerintah kepada Perum Perhutani, sebagai
BUMN kehutanan, dengan fungsi hutan produksi. Oleh sebab itu didalam pemanfaatan
dan pengelolaan untuk kepentingan kelitbangan di KHDTK diperlukan kesepahaman
yang dikonkretkan dalam suatu memori kerjasama antara BPK Solo, Perum Perhutani
Unit I dan Puslitbang Perum Perhutani.
18
Gambar 2. Aspek Legalitas Pengelolaan KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK Gombong
Keputusan Menhut: 1. No. SK 76/Menhut-II/2004
-> Penunjukan KHDTK Gombong 2. No. SK 89/Menhut-II/2004
-> Penunjukan KHDTK Cemoro-Modang
UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
BAB V (Pengelolaan Hutan); BAB VII (Pengawasan);
BAB XV (Penyerahan Kewenangan)
Pasal 8 Ayat 1, Penetapan kawasan hutan tertentu untuk tujuan khusus Ayat 2, Penetapan KHDTK untuk kepentingan: kelitbangan, diklat, dan religi budaya Ayat 3, KHDTK tidak merubah fungsi pokok kawasan hutan tsb kawasan hutan
Pasal 6 (ayat 2) a. fungsi konservasi b. fungsi lindung
c. fungsi produksi
PP No. 30 Tahun 2003 Tentang Perusahaan Umum
Kehutanan Negara (Perhutani)
Pasal 9 Mengamanatkan pengelolaan seluruh hutan Negara kecuali kawasan hutan konservasi di
Propinsi Jateng, Jatim, Jabar dan Banten kepada Perum Perhutani. Wilayah kerjanya terbagi dalam 3
Unit dan masing-masing Unit dibagi menjadi KPH yang penetapannya dilakukan oleh Menteri Kehutanan
atas usul Direksi.
PP No. 6/2007 jo PP 3/2008
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan
Hutan
Pasal 3
Ayat 1. Kewenangan pada pemerintah dan atau pemerintah daerah
Ayat 2, kewenangan pemerintah tsb dapat dilimpahkan kpd BUMN kehutanan
Pasal 4 Pada KHDTK, bahwa tata
hutan, penyusunan rencana pengelolaan, pemanfaatan
dan penggunaannya ditetapkan oleh Menteri dan
diatur melalui Keputusan Menteri
Proses Pengukuhan/Penetapan
1. penunjukan 2. penataan batas 3. pemetaan 4. penetapan, melalui
Keputusan Menteri
-> Pusat Pengukuhan dan Penatagunaan
Kawasan Hutan
Keputusan Kepala Badan Litbang
Dephut No. 90/KPTS/VIII/2004
Menunjuk BP2TPDAS IBB (BPK Solo) sebagai penanggungjawab pengelolaan KHDTK Cemoro Modang dan KHDTK
Gombong
BPKH Wil. XI Jogjakarta 1. No. 4/TTB/BPKH XI/2003
Tata Batas Definitif KHDTK Cemoro Modang 2. No. 5/TTB/BPKH XI/2003
Tata Batas Definitif KHDTK Gombong 3. N0. S.370/BPKH-XI-4/2004
Pengajuan proses pengukuhan lebih lanjut KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK Gombong kepada Kepala Pusat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan
Surat Ka. Badan Litbang Kehutanan No. S.1619/VIII/lit-1-3/2006 kepada Ka. Baplan untuk segera memproses penerbitan keputusan Menhut tentang pengukuhan KHDTK Cemoro-Modang
dan KHDTK Gombong
Manajemen Kolaborasi
KHDTK
BAB III (Pengurusan Hutan) Bagian Ketiga
Pasal 14 dan 15
19
TATA KELOLA
Berdasarkan peraturan yang berlaku dan kondisi yang ada maka pengelolaan
atas KHDTK dilaksanakan dengan mengacu pada 5 (lima) prinsip dasar, yaitu:
1. Tidak merubah fungsi pokok hutan yang telah ditetapkan.
2. Pengelolaan KHDTK terbagi menjadi aspek Pemangkuan Kawasan Hutan
dan aspek Penelitian dan Pengembangan.
3. Pengelolaan KHDTK dalam aspek Pemangkuan Kawasan Hutan diselenggarakan
untuk memenuhi fungsi pokok produksi (penanaman, pemeliharaan,
pengamanan dan penebangan), tetap berada dalam kewenangan jajaran Perum
Perhutani Unit I Jawa Tengah sesuai dengan teknis dan aturan yang ada.
4. Pengelolaan KHDTK dalam aspek Penelitian dan Pengembangan bidang
kehutanan berada pada kewenangan Badan Litbang Kehutanan melalui BPK Solo.
BPK Solo sebagai leading sector dalam mengkoordinasikan kegiatan litbang
bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perum Perhutani.
5. Untuk memperoleh manfaat pengelolaan KHDTK secara optimal dan efisien maka
pelaksanaannya dilakukan bersama-sama dengan dasar manajemen
kolaborasi antara BPK Solo, Perum Perhutani Unit I, serta Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perum Perhutani.
(Berdasarkan rumusan Rakor dan Sosialisasi KHDTK, 2004 dan Rakor Renpro
KHDTK, 2008).
Berdasarkan pada UU No. 41 Tahun 1999 maka kawasan hutan yang
ditetapkan sebagai KHDTK, peruntukan fungsi pokoknya tetap dan tidak akan dirubah.
Perlu mendapat perhatian bersama bahwa dengan ditunjuk/ditetapkannya sebagai
KHDTK maka kawasan hutan tersebut juga mengemban kepentingan utama untuk
litbang di bidang kehutanan, dengan didasarkan arahan sebagai berikut:
a) Penelitian yang dilakukan meliputi aspek produksi, ekologi dan sosial ekonomi.
b) Penelitian dapat dilakukan secara kolaborasi antara BPK Solo dengan Puslitbang
Perum Perhutani, atau dilakukan secara mandiri.
c) Penelitian yang akan dilakukan di KHDTK mengacu pada Grand Design KHDTK,
dan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan kegiatan penelitian baru yang
disesuaikan dengan rencana kerja yang ada.
d) Diseminasi hasil penelitian dapat diselenggarakan bersama-sama.
20
MANAJEMEN KOLABORASI
PRODUKSI RISET
Perencanaan Implementasi Monev Diseminasi Keamanan
MANAJEMEN KOLABORASI
PRODUKSI RISET
Perencanaan Implementasi Monev Diseminasi Keamanan
Gambar 3. Skema Ruang Lingkup Kolaborasi Pengelolaan KHDTK
e) Pendanaan kegiatan bersumber dari BPK Solo, dan atau Perum Perhutani, dan
atau sumber dana lainnya.
f) Pihak ketiga seperti Perguruan Tinggi, Balitbangda, dan lembaga penelitian
terkait lainnya dapat memanfaatkan KHDTK untuk kegiatan penelitian secara
kolaborasi dengan mengajukan usulan ke BPK Solo dan selanjutnya disetujui oleh
BPK Solo bersama Puslitbang Perum Perhutani. Penyusunan program dan
pengaturan penelitian bersama pihak ketiga akan dibahas detil dalam pertemuan
pada saat menyusun Rencana Teknis Tahunan.
Pengelolaan KHDTK melalui manajemen kolaborasi dilakukan dengan
semangat kebersamaan dan saling mendukung antar masing-masing pihak terkait
berdasarkan peraturan yang berlaku. Pengelolaan tersebut memerlukan pembagian
peran dan tanggungjawab secara proporsional serta menuntut terbangunnya padu serasi
(sinkronisasi) dengan cara komunikasi yang intensif, efektif, saling menghormati dan
saling bersinergi antara jajaran BPK Solo dengan jajaran Perum Perhutani. Hal tersebut
diupayakan dengan harapan untuk menjamin keberlangsungan fungsi produksi dan
kepentingan kelitbangan agar menghasilkan manfaat yang optimal.
Penerapan manajemen kolaborasi mencakup hal perencanaan, implementasi,
monev, diseminasi dan pengamanan kawasan dengan skema ruang lingkupnya dalam
Gambar 3.
Untuk membantu kelancaran kegiatan pengelolaan KHDTK diperlukan suatu
perencanaan yang mengakomodir kegiatan penelitian dan kegiatan pengelolaan
pemangkuan kawasan. Karena tidak merubah fungsi hutan maka Rencana Teknis
Kelola KHDTK yang dibuat harus disinkronkan antara rencana kelitbangan dengan
rencana pengaturan kelestarian hutan (RPKH). Penyusunan Rencana Teknis Kelola
KHDTK disusun untuk jangka tahunan, menengah dan panjang bersumber dari Grand
Design KHDTK dan Rencana Program BPK Solo; RPKH Bagian Hutan; dan Masterplan
Puslitbang Perhutani.
21
Dari Gambar 3 dapat dijabarkan dalam Tabel 9, yaitu tentang pembagian
peran dan tanggungjawab pengelolaan KHDTK dalam kerangka manajemen kolaborasi.
Tabel 9. Pembagian Peran dan Tanggungjawab Pengelolaan KHDTK.
No Kegiatan Penanggungjawab Keterangan
Aspek
Kelitbang
an
Aspek
Pemangku
an Hutan
1 2 3 4 5
1. Pemangkuan - KPH Sepenuhnya tetap dilakukan oleh
jajaran Perhutani Unit I melalui
KPH.
2. Perencanaan BPK Solo
&
Pusprohut
KPH dan
atau
Biro
Renbang
1. Penyusunan Rencana Teknis
Kelola KHDTK (hasil sinkronisasi
antara Rencana Kelitbangan
dengan Rencana pengaturan
kelestarian hutan).
2. Secara periodik diperlukan
pertemuan antara pihak terkait
untuk melakukan pembahasan
Rencana Teknis Kelola KHDTK
Tahunan.
3. Rencana Teknis Kelola Tahunan
membahas program (T-1/T-2)
3. Penanaman BPK Solo
&
Pusprohut
KPH BPK Solo & Puslitbang memandu
kegiatan sesuai penelitian terkait
4. Pemeliharaan BPK Solo
&
Pusprohut
KPH 1. Kegiatan pemeliharaan
dilakukan oleh Unit I (cq KPH).
2. Untuk kegiatan pemeliharaan di
lokasi tanaman uji coba akan
dikomunikasikan dengan BPK
Solo dan/Puslitbang Perum
Perhutani.
3.
5. Pemanenan BPK Solo KPH 1. Kegiatan pemanenan hasil
22
&
Pusprohut
hutan dilakukan oleh Unit I (cq
KPH).
2. Untuk kegiatan pemanenan
hasil hutan di lokasi tanaman uji
coba akan dikomunikasikan
dengan BPK Solo
dan/Puslitbang Perum
Perhutani.
6. Pemasaran
hasil hutan
- KPH / KBM Hasil pemasaran tetap menjadi
milik Perum Perhutani.
7. Pengamanan BPK Solo
&
Pusprohut
KPH Terhadap aset masing-masing dan
saling mendukung.
8. Monev BPK Solo
&
Pusprohut
KPH Dilaksanakan periodik (2 kali
setahun), pada tahap pelaksanaan
dan akhir kegiatan.
9. Sosialisasi,
Diseminasi
dan
Pemanfaatan
Hasil
Penelitian
BPK Solo
&
Pusprohut
- 1. Data penelitian dapat diakses
dan digunakan secara bersama.
2. Pemanfaatan, diseminasi dan
sosialisasi hasil penelitian dapat
dilakukan secara bersama.
Butir 1 dan 2 dilandaskan pada
prosedur, kode etik keilmiahan dan
perlindungan terhadap Hak
Kekayaan Intelektual.
10. Pajak BPK Solo
&
Pusprohut
KPH Sesuai dengan beban aset masing-
masing yang dimiliki
11. Sarpras BPK Solo
&
Pusprohut
KPH Ada kontribusi dari para pihak, dari
pengadaan maupun pemeliharaan
yang disesuaikan dengan
kebutuhan.
12. Pendanaan BPK Solo
dan atau
KPH Sumber dana dari BPK Solo, dan
atau Perum Perhutani, dan atau
23
Gambar 4. Skema Pengelola KHDTK Lingkup BPK Solo
Pusprohut dana lainnya.
Sumber: Hasil Rakor Renpro Pengelolaan KHDTK, 2008.
Mengacu pada konsep kelembagaan pengelolaan kolaboratif dan selaku leading
sector kelitbangan di KHDTK maka BPK Solo menyusun struktur organisasi pengelola
KHDTK. Untuk melakukan pengelolaan KHDTK ditunjuk masing-masing
Penanggungjawab Teknis Lapangan yang akan mengkoordinir semua kegiatan penelitian
dan pengembangan di dalam KHDTK. Skema pengelola KHDTK lingkup BPK Solo
disajikan dalam Gambar 4.
Gambar 4. Skema Pengelola KHDTK Lingkup BPK Solo
Sistem tata hubungan pengelolaan KHDTK dirancang untuk seefektif dan
seefisien mungkin, dimana masing-masing pejabat pengelolanya melakukan koordinasi
sesuai dengan jenjangnya. Koordinasi tingkat pengambil kebijakan dilakukan oleh
masing-masing pimpinan instansi dan satker yaitu Kepala BPK Solo, Kepala Perum
Perhutani Unit I, Kepala Puslitbang Perum Perhutani, Kepala Biro Perencanaan SDH Unit
I, Administratur/KKPH Kedu Selatan dan Administratur/ KKPH Cepu. Koordinasi tingkat
teknis dilakukan oleh masing-masing pejabat dibawahnya. Untuk lebih detilnya, sistem
tata hubungan pengelolaan KHDTK tersaji dalam Gambar 6.
Stakeholders
1. Dinas Kehutanan (Prop & Kab) 2. Perguruan Tinggi 3. LSM, dll
PERUM PERHUTANI 1. Unit I ( Biro, KPH Cepu &
KPH Kedu Selatan)
2. Puslitbang
Nara Sumber
(Ketua Kelti)
Sekretaris
Kepala
BPK SOLO
Penanggungjawab Teknis Lapangan
KHDTK
Tim Pelaksana Penelitian
Koordinator Pengelola KHDTK
(Kepala Seksi PSP)
Keterangan: : garis komando : garis koordinasi : menjalankan fungsi pengelolaan kolaborasi
Petugas Teknis Lapangan
- Pelaksana Teknis
- Petugas harian setempat
- Pengamat lapangan
24
Administratur/ KKPH Cepu
Ka. Biro Perencanaan
SDH
Administratur/ KKPH Kedu Selatan
Asper/KBKPH Karanganyar
Mantri/KRPH Somagede
Mantri/KRPH Cabak
Mantri/KRPH Kemuning
Mantri/KRPH Ngawenan
Mantri/KRPH Pasarsore
Kasi PSDH
Kasi PSDH
Mantri/KRPH
Pengkok
KSS Penelitian dan
Pengembangan Usaha
Asper/KBKPH Pasarsore
Asper/KBKPH Cabak
Kepala Perum Perhutani Unit I
Nara Sumber (Ketua Kelti)
Sekretaris
Penanggungjawab Teknis Lapangan
KHDTK
Tim Pelaksana Penelitian
Koordinator Pengelola KHDTK
(Kepala Seksi PSP)
Petugas Teknis Lapangan
- Pelaksana Teknis - Petugas harian setempat - Pengamat lapangan
Kepala BPK SOLO
Cemoro- Modang
Gombong
= Koordinasi Tingkat pengambil kebijakan
= Koordinasi Tingkat Teknis
= Sistem tata kelola KHDTK
Kepala Puslitbang Perum Perhutani
Ketua Kelti Lingkungan & Sosek
Wa. Kapuslitbang Bid. Penelitian
Wa. Kapuslitbang Bid. Pengembangan
Ketua Kelti SDH
Ketua Kelti Manajemen
Stakeholders
1. Perguruan Tinggi 2. Balitbangda 3. Lembaga Penelitian lainnya
Gambar 5. Skema Pengelola KHDTK dan Tata Hubungan Kerja
25
TANTANGAN DAN STRATEGI
DALAM PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN
KHDTK CEMORO-MODANG & KHDTK GOMBONG
engelolaan dan pengembangan KHDTK Cemoro-Modang dan KHDTK Gombong
yang ditunjuk untuk kepentingan kelitbangan dilakukan dalam upayanya untuk
mewujudkan fungsi KHDTK ini secara optimal. Berbagai kegiatan dan skenario
pengelolaan telah dibuat, namun beberapa kendala dihadapi dalam pelaksanaannya.
Tabel 10. Kondisi, permasalahan dan strategi pemecahan
Kondisi Tahapan
Perkembangan
Kendala Saran & Strategi
T
A
T
A
K
E
L
O
L
A
Legalitas Yuridis Formal:
1. Surat Penunjukan
Menteri Kehutanan:
a. SK No.
89/Menhut-
II/2004
KHDTK
Cemoro Modang
b. SK No.
76/Menhut-
II/2004
KHDTK
Gombong
2. Keputusan Kepala
Badan Litbang
Dephut No.
90/KPTS/VIII/2004
ttg tanggungjawab
pengelolaan kedua
KHDTK kepada
BP2TPDAS-IBB (BPK
Solo).
Proses Pengukuhan:
1. Proses pengukuhan
yang lama dari
tahun 2004 s.d
sekarang.
2. BATB (revisi) telah
diterima oleh
Puskuh. Secara
substansi, BATB
tersebut sudah
layak untuk proses
penetapan lebih
lanjut.
3. waktu untuk
menyelesaikan
proses
pengukuhan/
penetapan belum
diketahui.
4. Perlu pencermatan
status KHDTK
berdasarkan
Perlu dilakukan
koordinasi dan
pembahasan
secara intensif dan
komprehensif oleh
Badan Litbang
Kehutanan kepada
Badan (Ditjen)
Planologi
Kehutanan dalam
rangka penetapan
KHDTK.
P
26
3. Proses Pengukuhan,
dalam rangka untuk
penetapan KHDTK
melalui Keputusan
Menhut. (sejak
2004)
- Usulan Proses
pengukuhan telah
dilakukan dari
tahun 2004 oleh
BPKH Wil XI.
Mengalami
kevakuman,
kemudian tahun
2007 diusulkan
kembali kepada
Puskuh untuk
melanjutkan
proses dengan
mengirim ulang
berkas Berita
Acara Tata Batas
(BATB) KHDTK.
- Dari hasil
pencermatan BATB
oleh Puskuh
menemukan
beberapa
kesalahan dalam
BATB sehingga
perlu adanya revisi
oleh BPKH Wil XI.
(2007 s.d awal
2009).
- BATB (revisi) telah
perundangan dan
peraturan yang
berlaku agar tidak
terjadi tumpang
kepentingan. (PP
No.30 tahun 2003
versus ketetapan
Menhut atas
KHDTK)
27
diserahkan
kembali kepada
Puskuh untuk
proses lebih lanjut.
(awal 2009).
Kelola
Umum
Manajemen
Kolaborasi:
untuk
menjembatani 2 (dua)
kepentingan atas
pengelolaan
kawasan hutan ini
yaitu: dalam
aspek kelitbangan
(Badan Litbang
Kehutanan) dan
aspek pengelolaan
hutan produksi
(Perum Perhutani).
1. Telah
dirumuskannya 5
(lima) prinsip dasar
pengelolaan KHDTK
Cemoro-Modang
(2004).
2. Telah disusunnya
Rancangan Teknis
Penelitian DAS
Berpasangan di
KHDTK Gombong
(2002)
3. Telah disusunnya
1. Penandatanga
nan Memori
Kerjasama
Pengelolaan
KHDTK antara BPK
Solo dengan Perum
Perhutani Unit I
belum terlaksana.
Terkendala dalam
proses birokrasi
internal Perum
Perhutani Unit I.
2. Rencana
program yang
telah disusun dan
Pengelolaan
kolaborasi belum
berjalan secara
efektif karena
Perlu pendekatan
secara intensif
kepada jajaran
Perum Perhutani
oleh pimpinan BPK
Solo dan Badan
Litbang
Kehutanan.
28
Grand Design
KHDTK Cemoro-
Modang (2007)
4. Telah disusunnya
Rencana Program
KHDTK Cemoro-
Modang & KHDTK
Gombong (2008).
5. Telah disusunnya
Memori Kerjasama
Pengelolaan.
6. Telah turun instruksi
dari Plh. Direktur
Utama Perum
Perhutani kepada
Kepala Unit I untuk
menindaklanjuti
proses
penandatanganan
Memori Kerjasama
Pengelolaan KHDTK
(2009).
belum adanya
penandatangan
Memori Kerjasama
tersebut.
3. Desain
penelitian tidak
sinkron dengan
rencana
pengelolaan hutan.
SARAN DAN STRATEGI SECARA UMUM untuk TATA KELOLA KHDTK:
1. Perlu adanya koordinasi internal lingkup Badan Litbang untuk menghasilkan
arah kebijakan pengelolaan KHDTK. Berbagai persoalan dan kendala yang
dihadapi dalam pengelolaan KHDTK secara umum adalah: a) kendala
proses pengukuhan dan penetapan KHDTK, b) konflik pemangkuan
kawasan hutan yang telah ditunjuk sebagai KHDTK (conflict of interest)
antara Badan Litbang dengan stakeholders (BUMN, Pemda dan
Masyarakat)
2. Perlu adanya arahan Badan Litbang dalam rangka pengembangan dan
pengoptimalan fungsi KHDTK untuk kepastian kepentingan litbang.
3. Komitmen pihak terkait dalam pengelolaan dan pengembangan KHDTK