Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DETERMINAN PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA
PERUSAHAAN JASA
(Studi Empiris pada Perusahaan Perdagangan, Jasa, dan Investasi yang Terdaftar
di BEI tahun 2012-2016)
RINGKASAN SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Studi Akuntansi
Disusun oleh:
Meydia Dinta Ayu Nawang Wulan
31 15 28711
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YKPN
YOGYAKARTA
2018
DETERMINAN PENERl MAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN JASA
(Studi Empiris pada Perusahaan Perdagangan , Jasa, dan Investasi yang Terdaftar di BEl Tahun 2012-2016)
Dipersiapkan dan disusun oleh :
MEYDIA DINT A A YU NA WANG WULAN
No Mahasiswa: 311528711
klah dipresentasikan d i depan Tim Dasen pada tanggal8 Februari 2018 dan dinyatakan tdah mcmclluhi syarat untuk diterima sebagai salah salu persyaratan untuk mcncapai gclar Sarjana
Ekonomi Jurusan Akuntansi.
( SUSUNAN TIM DOSEN
, f' J Pcnguji, bing,
~ Atika lauharia 1- Ua.Dr., M.Si.. Ak. Deden Iwan Kusuma,Drs. ,M.si .. Ak .
Yogyakarta, 8 Februari 2018 Sckolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN
Kelua,
Haryono Subiyakto, Dr.. M.Si.
v
DETERMINAN PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA
PERUSAHAAN JASA
ABSTRAK
Tidak hanya mengungkapkan informasi keuangan perusahaan, auditor juga
memiliki peran penting lainnya yaitu mengungkapkan kelangsungan hidup (going
concern) perusahaan. Pemberian opini oleh auditor mengenai kelangsungan hidup
perusahaan dilakukan apabila auditor memiliki kesangsian terhadap kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya di masa yang akan
datang. Pengungkapan mengenai going concern suatu perusahaan ini sangat
dibutuhkan oleh investor dan kreditor yang akan memberikan dana kepada
perusahaan yang bersangkutan. Untuk itu, auditor harus berhati-hati dalam
mengungkapkan opininya.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran
perusahaan, kualitas audit, opinion shopping, debt default, rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, dan financial distress terhadap penerimaan opini audit going concern
pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun periode
2012-2016. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 127 perusahaan
jasa (subsektor perdagangan, jasa, dan investasi) yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Namun setelah digunakan metode purposive sampling, didapatkan
sampel sebanyak 66 perusahaan sehingga populasi pada penelitian ini sebanyak 330
sampel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
logistik.
Hasil penelitian menggunakan tingkat signifikasi 5% menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan mempunyai pengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit
going concern dan debt default, rasio likuiditas, dan rasio solvabilitas mempunyai
pengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan
kualitas audit, opinion shopping, dan financial distress tidak memiliki pengaruh
terhadap opini audit going concern.
Kata kunci : opini audit going concern, ukuran perusahaan, kualitas audit,
opinion shopping, debt default, likuiditas, solvabilitas, financial distress
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
vi
DETERMINAN ACCEPTANCE OF GOING CONCERN AUDIT
OPINION IN SERVICE COMPANIES
ABSTRACT
Not only reveal the company’s financial information, auditor also has
another important role to reveal going concern of the company. The opinion that
gives by auditor about the survival of the company is done if auditor has doubts
about the company’s ability to maintain its survival in the future. Disclosure of the
going concern of the company is needed by investors and creditors who will provide
funds to the company concerned. So, auditor must be careful in expressing his/her
opinion.
This research aims to find out the effect of company size, audit quality,
opinion shopping, debt default, liquidity ratio, solvency ratio, and financial distress
towards the the acceptance of going concern audit opinion in service companies
listed in Indonesia Stock Exchange during 5 (five) years period 2012-2016.
Population of data which used in this research are 127 service companies (trading,
service, and investation subsector) listed in Indonesia Stock Exchange. But after
using purposive sampling method, 66 companies qualified so this research
population as much as 330 samples. Hypothesis examining using logistic regression
analysis.
The results of the research using 5% level of significance shows that
company size negatively affect the acceptance of going concern audit opinion and
debt default, liquidity ratio, and solvency ratio positively affect the acceptance of
going concern audit opinion. Meanwhile audit quality, opinion shopping, and
financial distress did not have effect on the going concern audit opinion.
Keywords : going concern audit opinion, company size, audit quality, opinion
shopping, debt default, liquidity, solvency, financial distress
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
1
RINGKASAN SKRIPSI
A. Latar Belakang
Going concern (kelangsungan hidup usaha) perusahaan merupakan tujuan
utama dari awal berdirinya suatu perusahaan yang berkaitan erat dengan
manajemen perusahaan karena dapat digunakan untuk menilai dan mengetahui
bagaimana manajemen perusahaan mengelola perusahaan tersebut baik secara
finansial maupun non finansial. Perusahaan yang memiliki kelangsungan hidup
usaha jangka panjang akan lebih menarik perhatian investor untuk
menginvestasikan dananya di perusahaan tersebut. Dan sebaliknya, apabila
perusahaan tidak memiliki kelangsungan hidup usaha jangka panjang maka para
investor akan berpikir ulang untuk menginvestasikan dananya. Untuk itu,
manajemen perusahaan berusaha sebaik mungkin untuk mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan agar auditor tidak mengeluarkan opini going
concern. Opini going concern ini merupakan pernyataan auditor terhadap penilaian
kelangsungan hidup perusahaan dimana auditor memiliki keraguan terhadap suatu
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sehingga dinilai tidak
mampu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam setahun kedepan.
Opini audit going concern biasanya diterima oleh perusahaan yang mengalami
masalah pendapatan seperti pendapatan operasi negatif, perusahaan tidak mampu
membayar bunga maupun utang, mendapat opini audit going concern di tahun
sebelumnya, arus kas negatif, modal kerja negatif, laba ditahan negatif, reorganisasi,
mengalami kerugian 2-3 tahun secara berturut-turut, dan juga perkiraan mengalami
kebangkrutan dimasa mendatang. Perusahaan biasanya melakukan berbagai cara
agar auditor tidak mengeluarkan opini going concern agar image perusahaan tetap
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
2
baik di mata pasar. Apabila perusahaan mendapat opini audit going concern dari
auditor, maka perusahaan tersebut akan mengalami krisis kepercayaan oleh investor
sehingga mengalami kesulitan pendanaan yang menyebabkan terancamnya
kelangsungan hidup perusahaan.
Manajemen perusahaan mempunyai dua metode untuk menghindari opini
going concern. Pertama, perusahaan mengancam akan melakukan pergantian
auditor sehingga auditor yang bertugas saat itu terpaksa mengeluarkan opini audit
bersih. Opini tersebut jelas tidak dilandasi independensi auditor. Kedua, perusahaan
mungkin secara strategis memberhentikan auditor yang kemungkinan besar
memberikan opini going concern dan menunjuk auditor baru yang tidak akan
memberikan opini going concern. Auditor baru kemungkinan tidak mempunyai
pemahaman sebaik auditor lama tentang kondisi going concern perusahaan,
sehingga mengeluarkan opini audit bersih dan tidak memberikan opini going
concern. Pada saat inilah auditor mengalami dilema moral. Auditor dituntut untuk
mengeluarkan opini audit bersih sedangkan perusahaan tidak dalam kondisi yang
baik (Teoh, 1992). Auditor dapat melakukan kesalahan dengan menerbitkan opini
going concern pada perusahaan yang tidak mengalami kebangkrutan pada tahun
selanjutnya dan auditor dapat melakukan kesalahan dengan tidak menerbitkan opini
going concern pada perusahaan yang mengalami kebangkrutan pada tahun
selanjutnya.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menguji beberapa variabel yaitu ukuran
perusahaan, kualitas audit, opinion shopping, debt default, rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, dan financial distress terhadap variabel opini going concern. Objek
penelitian yaitu perusahaan sektor jasa dengan sub sektor perdagangan, jasa, dan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
3
investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016 sebagai objek
penelitian. Peneliti memilih sektor jasa karena sektor jasa dinilai memiliki peran
yang relatif besar dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia seperti yang telah
dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan prediksi dari Mentri Keuangan Ibu Sri
Mulyani bahwa sektor jasa memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia
dan memiliki tingkat kompetisi yang kuat pada beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “DETERMINAN PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN
PADA PERUSAHAAN JASA”
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini going concern
pada perusahaan jasa di Indonesia yang terdaftar di BEI?
2. Apakah kualitas audit berpengaruh positif terhadap opini going concern pada
perusahaan jasa di Indonesia yang terdaftar di BEI?
3. Apakah opinion shopping berpengaruh negatif terhadap opini going concern
pada perusahaan jasa di Indonesia yang terdaftar di BEI?
4. Apakah debt default berpengaruh positif terhadap opini going concern pada
perusahaan jasa di Indonesia yang terdaftar di BEI?
5. Apakah rasio likuiditas berpengaruh negatif terhadap opini going concern pada
perusahaan jasa di Indonesia yang terdaftar di BEI?
6. Apakah rasio solvabilitas berpengaruh positif terhadap opini going concern pada
perusahaan jasa di Indonesia yang terdaftar di BEI?
7. Apakah financial distress berpengaruh positif terhadap opini going concern pada
perusahaan jasa di Indonesia yang terdaftar di BEI?
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
4
C. Tinjauan Teoritis
1. Teori Agensi
Dasar teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori agensi.
Teori keagenan merupakan suatu hubungan kontrak antara prinsipal yaitu pihak
yang memiliki mandat untuk dikerjakan oleh agen dan agen merupakan pihak yang
bertanggungjawab untuk melaksanakan mandat dari prinsipal karena agen memiliki
lebih banyak informasi mengenai perusahaan dibandingkan dengan prinsipal.
Manajer cenderung mengutamakan sifat kepentingan pribadi dibandingkan
mengikuti keputusan yang telah dibuat oleh prinsipal. Hal ini menyebabkan
timbulnya suatu konflik antara prinsipal dan agen yang biasa disebut konflik
keagenan. Untuk menghindari konflik tersebut maka diperlukan pihak ketiga yaitu
auditor independen. Auditor independen diharapkan dapat membantu mengevaluasi
kinerja manajemen melalui pertanggungjawaban keuangan manajemen dan
memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh
manajemen.
2. Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern merupakan pernyataan pendapat yang dikeluarkan
oleh auditor mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Tugas auditor dalam hal ini
adalah menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan. Dengan tidak diberikannya
opini audit going concern maka suatu entitas dianggap mampu untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang yaitu lebih dari
satu tahun, dan tidak dilikuidasi dalam jangka pendek. Sebaliknya, apabila terdapat
ketidakpastian yang signifikan terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dalam kurun waktu yang pendek
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
5
(biasanya tidak lebih dari satu tahun), maka auditor akan memberikan pernyataan
opini mengenai going concern perusahaan tersebut. Menurut SPAP seksi 341 (IAI,
2001), opini going concern (GC) adalah unqualified with explanatory language/
emphasis of matter paragraph, qualified opinion, adverse opinion dan disclaimer
opinion yang berarti perusahaan yang bersangkutan memiliki masalah going
concern, sedangkan unqualified opinion mengindikasikan bahwa perusahaan yang
bersangkutan tidak memiliki masalah going concern.
3. Ukuran Perusahan
Ukuran perusahaan merupakan gambaran dari besar kecilnya perusahaan
dengan total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total aktiva dan rata-rata total
penjualan sebagai tolok ukurnya. Auditor dianggap cenderung tidak mengeluarkan
opini going concern terhadap perusahaan dengan ukuran yang besar. Hal itu
disebabkan karena perusahaan dengan ukuran yang besar dipercaya dapat
menyelesaikan masalah keuangan yang mereka hadapi. Sebaliknya, perusahaan
dengan ukuran yang kecil dianggap akan kesulitan dalam menyelesaikan masalah
keuangannya sehingga auditor lebih sering mengeluarkan opini going concen
kepada perusahaan dengan ukuran kecil.
4. Kualitas Audit
Secara garis besar, kualitas auditor merupakan suatu penilaian mengenai akurat
tidaknya informasi yang diberikan oleh auditor, jaminan tidak adanya salah saji
secara material dan kecurangan dalam laporan keuangan audit dan juga menilai
sejauh mana auditor dapat memahami bisnis klien. Menurut Widyastuti dan
Febrianto (2010) audit dapat dikatakan berkualitas apabila audit tersebut ditangani
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
6
oleh auditor yang memiliki sifat independen dan dapat dinilai kompeten dalam
melaksanakan tugasnya.
Kualitas audit kerap dikaitkan dengan besar kecilnya ukuran Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang bertugas. KAP yang besar dianggap memiliki kualitas audit
yang lebih baik dari KAP kecil. KAP yang besar tersebut merupakan KAP yang
tergabung dalam KAP Big 4. Kantor akuntan Big Four merupakan empat kelompok
firma yang memiliki jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar di dunia
dan menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan go-public maupun
perusahaan non go-public. Big Four yang terdiri dari Ernst & Young, Deloitte
Touche Tohmatsu, Price Waterhouse Coopers, dan KPMG.
5. Opinion Shopping
Perusahaan-perusahaan yang tidak ingin mendapatkan opini going concern
dari auditor menghindarinya dengan berbagai cara. Salah satunya adalah mengganti
auditor lama dengan yang baru. Biasanya pergantian auditor ini dilakukan karena
auditor lama tidak mau “bekerjasama” dengan manajemen.
Definisi dari opinion shopping itu sendiri menurut Security Exchange
Commission (SEC) bahwa opinion shopping adalah sebagai aktivitas mencari
auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajemen
untuk mencapai tujuan pelaporan perusahaan, walaupun menyebabkan laporan
tersebut menjadi tidak reliable. Laporan keuangan yang dimanipulasi akan
memberikan dampak kepada para pengguna laporan, perusahaan dan auditor itu
sendiri. Semakin lama perusahaan melakukan manipulasi data maka perusahaan
akan mengalami kebangkrutan yang akan disusul dengan hancurnya reputasi dari
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
7
auditor tersebut karena dinilai tidak independen dan akan dipandang negatif oleh
masyarakat.
6. Debt Default
Debt default merupakan kegagalan perusahaan dalam membayarkan hutangnya
pada saat jatuh tempo, baik hutang pokok dan/ atau bunganya. Kondisi perusahaan
yang terikat banyak hutang menyebabkan kegiatan operasinya cenderung terganggu.
Karena terganggunya kegiatan operasi ini maka perusahaan juga akan semakin
mengalami kesulitan dalam pembayaran kewajibannya baik pokok maupun bunga.
Selain itu, kondisi debt default ini dapat menyebabkan tuntutan hukum terhadap
perusahaan apabila nominal hutang material. Keadaan seperti yang dijelaskan
diatas akan menyebabkan auditor merasa ragu akan kelangsungan hidup perusahaan
tersebut dan perusahaan akan mendapatkan opini going concern dari auditor.
7. Rasio Likuiditas
Likuiditas merupakan salah satu rasio keuangan yang termasuk dalam faktor
penerimaan opini going concern. Ini dikarenakan tingkat likuiditas mengukur
kemampuan sumber kas perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.
Rasio likuiditas secara umum diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva
lancar yang dimiliki perusahaan pada saat waktu yang sudah ditentukan.
Perusahaan dikatakan kurang likuid apabila semakin kecil kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Sebaliknya,
perusahaan dapat dikatakan likuid apabila kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya semakin besar.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
8
8. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi seluruh kewajiban keuangannya baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Solvabilitas mengacu pada jumlah pendanaan yang berasal dari
utang perusahaan kepada kreditor. Apabila rasio solvabilitas semakin tinggi maka
menandakan bahwa perusahaan memiliki tingkat kegagalan yang tinggi dalam
membayar hutang terhadap kreditor. Semakin tinggi rasio solvabilitas, semakin
buruk kinerja keuangan perusahaan sehingga kelangsungan hidup usaha semakin
diragukan. Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini
audit going concern.
9. Financial Distress
Financial distress menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sedang mengalami
kesulitan keuangan. Financial distress terjadi karena adanya beberapa faktor dari
dalam perusahaan, antara lain adalah kesalahan manajer dalam pengambilan
keputusan dan kurangnya pengawasan terhadap penggunaan dana perusahaan
sehingga penggunaan tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Masalah
financial distress ini tidak akan lepas dari perusahaan baik perusahaan besar
ataupun kecil karena tiap perusahaan pasti akan berurusan dengan kondisi keuangan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya.
D. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern
Menurut Sujoko dan Soebianto (2007) ukuran perusahaan merupakan suatu
gambaran mengenai besar kecilnya perusahaan yang diukur dengan total asset yang
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
9
dimiliki suatu perusahaan. Apabila perusahaan tersebut memiliki total asset yang
besar maka dapat disimpulkan pula bahwa perusahaan telah mencapai tahap
kedewasaan (maturity). Perusahaan yang telah mencapai tahap ini dianggap sudah
memiliki ukuran perusahaan yang besar sehingga dianggap relatif stabil dalam
menghasilkan dan mengelola laba. Perusahaan dengan ukuran besar juga relatif
memiliki kemampuan manajemen yang lebih baik dalam menerbitkan laporan
keuangan sehingga kualitas dari laporan keuangan tersebut dianggap baik dan
auditor cenderung menyatakan opini wajar.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
H1 = Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini
audit going concern
2. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Auditor dinilai berdasarkan kompetensi dan independensinya. Semakin banyak
pengalaman, pengetahuan dan akademik yang dimiliki oleh auditor dianggap
semakin berkualitas pula auditor tersebut. Klien akan menentukan Kantor Akuntan
Publik mana yang akan mengaudit laporan keuangannya dengan melihat reputasi
dan kualitas dari auditor Kantor Akuntan Publik tersebut.
Fanny dan Saputra (2005) menemukan bukti bahwa KAP yang memiliki
reputasi bagus, mereka akan lebih memperhatikan dan mempertahankan
reputasinya. Auditor skala besar lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-
masalah going concern yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi risiko
proses pengadilan sehingga auditor skala besar memiliki insentif lebih untuk
mendeteksi dan melaporkan masalah going concern suatu perusahaan dibandingkan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
10
auditor skala kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa auditor skala besar memiliki
kualitas audit yang lebih baik daripada auditor skala kecil.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
H2 = Kualitas Audit berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit
going concern
3. Pengaruh Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern
Apabila perusahaan mendapatkan opini going concern dari auditor maka akan
menimbulkan konsekuensi negatif bagi perusahaan. Konsekuensi yang negatif
tersebut akan mendorong manajemen untuk menghindari penerimaan opini audit
going concern.
Lennox (2000) melakukan penelitian dan menemukan kesimpulan bahwa
perusahaan-perusahaan di Inggris melakukan praktik opinion shopping. Perusahaan
melakukan opinion shopping karena pada tahun sebelumnya mendapatkan opini
going concern dari auditor sehingga perusahaan berupaya untuk mendapatkan opini
yang lebih baik dengan mengganti auditor lama dengan auditor yang baru.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
H3 = Opinion shopping berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini
audit going concern.
4. Pengaruh Debt Default terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Perusahaan yang memiliki status kegagalan dalam melakukan pembayaran
hutan atau debt default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
11
opini going concern. Perusahaan yang memiliki status default rata-rata disebabkan
oleh lemahnya manajemen modal kerja dan penjualan yang tidak mencapai target
sehingga kas yang dihasilkan oleh perusahaan akan dianggarkan untuk melunasi
hutang-hutangnya (Amin, 2011). Hal ini menyebabkan terhambatnya operasional
perusahaan dan meningkatkan keraguan auditor mengenai kelangsungan usaha
perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
H4 = Debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit
going concern.
5. Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern
Semakin besar likuiditas perusahaan berarti semakin likuid atau semakin
mampu perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya dengan tepat waktu. Sebaliknya, semakin kecil likuiditas, perusahaan
kurang likuid sehingga tidak dapat membayar para krediturnya dan menyebabkan
kredit macet. Kredit macet dapat memengaruhi kreadibilitas perusahaan dan dapat
dianggap sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan sedang menghadapi suatu masalah.
Maka auditor akan memberikan opini audit dengan going concern pada perusahaan
tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
H5 = Rasio likuiditas berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit
going concern.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
12
6. Pengaruh Rasio Solvabilitas terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern
Menurut Rudyawan dan Badera (2008), perusahaan yang memiliki rasio
solvabilitas tinggi cenderung memiliki hutang yang tinggi pula, sehingga
mengakibatkan semakin tinggi pula risiko yang dihadapi oleh perusahaan, terutama
dalam hal pembayaran hutang dan bunga tepat waktu, jika perusahaan memiliki
hutang tinggi, biasanya mengalami kesulitan keuangan. Perusahaan yang
mengalami kesulitan keuangan tentu saja kegiatan operasionalnya akan tersendat
atau tidak lancer maka auditor akan meragukan kelangsungan hidup perusahaan
tersebut dan memberikan opini audit going concern.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
H6 = Rasio solvabilitas berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit
going concern.
7. Pengaruh Financial Distress terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern
Financial distress merupakan gambaran dari tidak lancarnya keuangan suatu
perusahaan yang berarti bahwa perusahaan sedang tidak sehat atau sakit.
Perusahaan yang mengalami financial distress menyebabkan tingkat pemberian
opini going concern oleh auditor lebih tinggi, karena perusahaan dianggap tidak
memiliki kepastian terhadap kelangsungan hidup perusahaan diperiode selanjutnya.
Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan biasanya banyak terdapat
indikator masalah kelangsungan hidup didalamnya yang mengarah pada
kebangkrutan atau likuidasi.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
13
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
H7 = Financial distress berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit
going concern.
E. Populasi, Sampel, Jenis, Sumber dan Variabel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa sub sektor perdagangan,
jasa, dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2016.
Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling atau sampel bertujuan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui website BEI
www.idx.co.id, berupa laporan keuangan. Variabel dependen pada penelitian ini
adalah opini audit going concern, sedangkan variabel independennya adalah ukuran
perusahaan, kualitas audit, opinion shopping, debt default, rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, dan financial distress.
F. Metode Analisis
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai tertinggi, nilai
terendah, rata-rata, dan standar deviasi dari masing-masing variable yang akan
diteliti dalam bentuk tabulasi sehingga mudah untuk dipahami dan diintepretasikan.
2. Analisis Regresi Logistik
Tahap-tahap dalam pengujian regresi logistik dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Menilai Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
14
Goodness of Fit lebih besar daripada 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak
dan berarti model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya.
Sebaliknya, jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama
dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan
signifikan antara model dengan datanya sehingga Goodness fit model tidak baik
karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya (Ghozali, 2011).
b. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit atau
tidak dengan data. Hipotesis untuk menilai metode fit adalah:
Ho : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
H₁ : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Dari hipotesis ini, agar model fit dengan data maka Ho harus diterima. Statistik
yang digunakan berdasarkan Likelihood. Likelihood L dari model adalah
probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Adanya
penurunan nilai antara nilai awal -2LogL dengan nilai -2LogL pada langkah
berikutnya menunjukan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data.
Penurunan likelihood (-2LogL) menunjukkan model regresi yang lebih baik atau
dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2011).
c. Koefisien Determinasi (Nagelkerke’s R Square)
Nagelkerke’s R Square merupakan pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar variabel independen mampu menjelaskan dan
mempengaruhi variabel dependen. Nilai Nagelkerke R Square bervariasi antara 1
(satu) sampai dengan 0 (nol). Jika nilai semakin mendekati 1 maka model dianggap
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
15
semakin goodness of fit, sementara jika semakin mendekati 0 maka model dianggap
tidak goodness of fit (Ghozali, 2011).
d. Intepretasi Hasil
Pengaruh antara variabel independen dengan dependen dapat dilihat pada table
variables in the equation. Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
1) Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikasnsi 5%
(α = 0,05)
2) Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis didasarkan pada signifikansi p-
value adalah:
1) Jika taraf signifikansi > 0,05 Ho diterima, HA ditolak
2) Jika taraf signifikansi < 0,05 Ho ditolak, HA diterima
G. Hasil Pemilihan Sampel
Perusahaan jasa subsektor perdagangan, jasa, dan investasi yang terdaftar di
BEI periode 2012-2016 sebanyak 127 perusahaan. Berdasarkan purposive sampling,
diperoleh 66 perusahaan yang telah diseleksi dari kriteria-kriteria yang telah
ditentukan. Sehingga total sampel selama 5 tahun adalah sebanyak 330 sampel.
H. Hasil Analisis
1. Analisis Statistik Deskriptif
Hasil perhitungan statistik deskriptif menggunakan SPSS 24 disajikan dalam
table 4.2 untuk menggambarkan karakteristik variable sebagai berikut:
Tabel 1
Analisis Statistik Deskriptif
Frequency Percent
Non Going Concern 312 94,5
Going Concern 18 5,5
Non KAP Big Four 199 60,3
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
16
KAP Big Four 131 39,7
Non Opinion Shopping 290 87,9
Opoinion Shopping 40 12,1
Non Debt Default 325 98,5
Debt Default 5 1,5
N Minimum Maximum Mean
Ukuran Perusahaan 330 23,56 31,79 27,89
Likuiditas 330 0,19 72,22 3,10
Solvabilitas 330 1,95 99,96 46,05
Financial Distress 330 -1,18 26,64 2,57
Sumber: Output SPSS 24 (Hasil pengolahan data)
Going Concern
Perusahaan sampel yang memperoleh opini going concern sebanyak 18 atau
5,5% dari total perusahaan sampel yang diteliti. Perusahaan sampel sebagian besar
dinyatakan memiliki keberlangsungan usaha yang baik.
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan (company size) menunjukkan nilai minimum 23,56 dan
nilai maksimum 31,79 dengan rata-rata 27,89. Nilai rata-rata cenderung mendekati
nilai maksimum dibandingkan nilai minimum. Perusahaan sampel yang tergolong
memiliki ukuran berskala besar dalam penelitian ini lebih banyak daripada
perusahaan sampel yang tergolong memiliki ukuran berskala kecil.
Kualitas Audit
Perusahaan sampel yang diaudit oleh KAP big four sebanyak 131 atau 39,7%
dari total perusahaan sampel yang diteliti. Hampir sebagian perusahaan sampel
memilih KAP big four sebagai KAP yang melakukan audit diperusahaannya.
Opinion Shopping
Berdasarkan hasil analisis, perusahaan sampel yang melakukan opinion
shopping sebanyak 40 atau 12,1% dari total perusahaan sampel yang diteliti. Hanya
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
17
sebagian kecil perusahaan sampel yang melakukan opinion shopping atau
pergantian auditor.
Debt Default
Berdasarkan hasil analisis, perusahaan sampel yang memiliki status debt
default sebanyak 5 atau 1,5% dari total perusahaan sampel yang diteliti. Hanya
sebagian kecil perusahaan sampel yang memiliki status debt default atau gagal
dalam membayar hutang.
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas (liquidity) menunjukkan nilai minimum 0,19 dan nilai
maksimum 72,22 dengan rata-rata 3,10. Rata-rata rasio diatas 1 yaitu 3,10 maka
rata-rata perusahaan sampel mampu membayar kewajiban lancarnya dengan aktiva
lancar yang dimiliki sebesar 3,10x.
Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas (solvency) menunjukkan nilai minimum 1,95% dan nilai
maksimum 99,96% dengan rata-rata 46,05% yang berarti bahwa rata-rata
perusahaan sampel mampu menutup segala kewajibannya dari total aktiva yang
dimiliki.
Financial Distress
Financial distress dalam penelitian ini telah dihitung dengan analisis prediksi
kebangkrutan Altman Z-Score. Hasil menunjukkan nilai minimum -1,18 dan nilai
maksimum 26,64 dengan rata-rata 2,57. Rata-rata perusahaan sampel lebih
mendekati angka minimum -1,18 yang berarti perusahaan sampel lebih banyak
tergolong perusahaan yang memiliki masalah keuangan menurut Altman Z-Score.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
18
2. Analisis Regresi Logistik
Pengujian Kelayakan Model Regresi
Tabel 2
Hosmer and Lemeshow Test
Chi-square df Sig.
5,751 8 0,675
Sumber: Output SPSS 24 (Hasil pengolahan data)
Berdasarkan table diatas, nilai probabilitas signifikan yang dihasilkan adalah
0,675 dan nilainya melebihi 0,05. Sehingga dapat disimpulkan dalam penelitian ini
hipotesis nol terdukung, artinya model penelitian dapat diterima karena sesuai
dengan data observasinya dan penelitian dapat dilanjutkan.
Pengujian Keseluruhan Model
Tabel 3
Overall Model Fit
Sumber: Output SPSS 24 (Hasil pengolahan data)
Dapat dilihat dalam table diatas terdapat penurunan nilai -2LogL dari 139,714
menjadi 96,604 yang berarti model dalam penelitian ini fit dengan data.
Pengujian Koefisien Determinasi
Tabel 4
Model Summary
-2LogLikelihood Cox&Snell R Square Nagelkerke R Square
96,604 0,122 0,355
Sumber: Output SPSS 24 (Hasil pengolahan data)
Hasil model summary pada table diatas menunjukkan nilai dari nagelkerke r
square sebesar 0,355 atau 35,5%. Dapat disimpulkan bahwa variabel independen
mampu mempengaruhi variabel dependen sebesar 35,5% dan sebesar 64,5%
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar penelitian.
-2LogL awal (Block Number = 0) 139,714
-2LogL akhir (Block Number = 1) 96,604
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
19
Interpretasi Hasil
Tabel 5
Variables in the Equation
B df Sig.
Ukuran Perusahaan -0,517 1 0,019
Kualitas Audit -1,174 1 0,146
Opinion Shopping -1,741 1 0,174
Debt Default 3,228 1 0,005
Likuiditas 0,101 1 0,013
Solvabilitas 0,037 1 0,018
Financial Distress -0,271 1 0,154
Sumber: Output SPSS 24 (Hasil pengolahan data)
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik
pada tingkat signifikansi 5% sehingga diperoleh model regresi logistik sebagai
berikut:
OAGC = 9,783 – 0,517𝑋1 – 1,174𝑋2 – 1,741𝑋3 + 3,228𝑋4 + 0,101𝑋5 + 0,037X6
- 0,271X7 + 𝑒
a. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Penerimaan opini audit Going
Concern
Hasil pengujian pada penelitian ini menyatakan bahwa hipotesis penelitian
pertama. Variabel ukuran perusahaan menunjukkan nilai asymptotics significance
(sig) 0,019 lebih kecil dari α (0,05) dengan koefisien regresi -0,517, maka dapat
disimpulkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap penerimaan
opini audit going concern dengan koefisien regresi yang menunjukkan arah negatif
berarti semakin kecil ukuran perusahaan akan semakin besar probabilitas
penerimaan opini audit going concern.
b. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Penerimaan opini audit Going Concern
Hasil pengujian pada penelitian ini menyatakan bahwa hipotesis penelitian
kedua tidak terdukung. Hal ini dibuktikan dengan variabel kualitas audit yang
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
20
memiliki asymptotics significance (sig) sebesar 0,146 lebih besar dari α (0,05) dan
koefisien regresi bernilai negatif yaitu -1,174, maka dapat disimpulkan bahwa
kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
dengan koefisien regresi menunjukkan arah negatif yang berarti semakin baik
kualitas audit akan semakin kecil probabilitas penerimaan opini audit going
concern.
c. Pengaruh Opinion Shopping terhadap Penerimaan opini audit Going
Concern
Hasil pengujian pada penelitian ini menyatakan bahwa hipotesis penelitian
ketiga tidak terdukung. Variabel opinion shopping memiliki asymptotics
significance (sig) sebesar 0,174 lebih besar dari α (0,05) dan koefisien regresi
bernilai negatif yaitu -1,741. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
variabel opinion shopping tidak berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini
audit going concern.
d. Pengaruh Debt Default terhadap Penerimaan opini audit Going Concern
Hasil pengujian pada penelitian ini menyatakan bahwa hipotesis penelitian
keempat terdukung. Variabel debt default memiliki asymptotics significance (sig)
sebesar 0,005 lebih kecil dari α (0,05) dan koefisien regresi bernilai positif yaitu
3,228, maka variabel debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern dengan koefisien regresi yang menunjukkan arah positif yang artinya
semakin perusahaan mendapatkan status debt default akan semakin besar
probabilitas penerimaan opini audit going concern.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
21
e. Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Penerimaan opini audit Going
Concern
Hasil pengujian pada penelitian ini menyatakan bahwa hipotesis penelitian
kelima tidak terdukung. Variabel rasio likuiditas memiliki asymptotics significance
(sig) sebesar 0,013 lebih kecil dari α (0,05) dan koefisien regresi bernilai positif
yaitu 0,101, maka variabel rasio likuiditas berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern dengan koefisien regresi yang menunjukkan arah positif.
f. Pengaruh Rasio Solvabilitas terhadap Penerimaan opini audit Going
Concern
Hasil pengujian pada penelitian ini menyatakan bahwa hipotesis penelitian
keenam terdukung. Variabel rasio solvabilitas memiliki asymptotics significance
(sig) sebesar 0,18 lebih kecil dari α (0,05) dan koefisien regresi bernilai positif yaitu
0,025, maka variabel rasio solvabilitas berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern dengan koefisien regresi menunjukkan arah positif sesuai
dengan yang dihipotesiskan. Arah positif ini berarti bahwa semakin besar rasio
solvabilitas maka semakin besar probabilitas penerimaan opini audit going concern.
g. Pengaruh Financial Distress terhadap Penerimaan opini audit Going
Concern
Hasil pengujian pada penelitian ini menyatakan bahwa hipotesis penelitian
ketujuh tidak terdukung. Variabel financial distress memiliki asymptotics
significance (sig) sebesar 0,154 lebih besar dari α (0,05) dan koefisien regresi
bernilai negatif yaitu -0,271, maka variabel financial distress tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern dengan koefisien regresi
menunjukkan arah negatif yang berarti bahwa semakin kecil financial distress (nilai
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
22
z-score semakin tinggi) maka semakin besar probabilitas penerimaan opini audit
going concern.
I. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian analisis regresi
logistik menggunakan SPSS 24 pada bab 4, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
hipotesis yang terdukung adalah hipotesis 1 yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern,
hipotesis 4 yang menyatakan bahwa debt default berpengaruh positif terhadap
penerimaan opini audit going concern, dan hipotesis 6 yang menyatakan bahwa
rasio solvabilitas berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going
concern. Sedangkan 4 hipotesis lainnya tidak terdukung dikarenakan 3 variabel
independen yang diajukan (kualitas audit, opinion shopping, dan financial distress)
tidak memiliki pengaruh terhadap dependen dan 1 variabel independen yang lain
(rasio likuiditas) berpengaruh terhadap variabel dependen namun menunjukkan
arah yang berbeda dengan yang dihipotesiskan.
J. Keterbatasan Penelitian
1. Ketujuh variabel independen hanya memiliki pengaruh sebesar 35,5% saja
terhadap variabel dependennya dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.
2. Proksi yang digunakan untuk mengukur variabel kualitas audit, opinion
shopping, rasio likuiditas, dan financial distress diduga menjadi penyebab
tidak terdukungnya hipotesis-hipotesis peneliti.
3. Pengamatan penelitian ini adalah 5 tahun (2012-2016).
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
23
4. Sampel penelitian yang dijadikan objek hanya pada perusahaan jasa subsektor
jasa, perdagangan, dan investasi saja sehingga hasil penelitian tidak
menggambarkan keadaan perusahaan jasa secara keseluruhan.
K. Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya dapat memperluas variabel independen yang
digunakan dengan menambah variabel-variabel diluar penelitian ini untuk
meningkatkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya.
2. Menggunakan proksi lain untuk mengukur variabel
3. Melakukan penelitian dengan periode yang berbeda atau menambahkan
periode penelitian menjadi lebih panjang.
4. Memperluas objek penelitian misalnya menggunakan objek penelitian
perusahaan jasa secara keseluruhan yang terdaftar di BEI.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
24
DAFTAR PUSTAKA
Altman, E. 1982. Accounting Implications of Failure Predictions Models. Journal
of Accounting, Auditing and Finance, 4-19.
Altman, E. & McGough, T. 1974. Evaluation of a Company as A Going Concern.
Journal of Accountancy, 50-57.
Amin, Muztahid. 2011. Pengaruh Debt Default, Opini Audit Tahun Sebelumnya,
Keberadaan Komite Audit, dan Kepemilikan Manajerial terhadap
Kemungkinan Penerimaan Opini Going Concern. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Barlian, R. N., Yona Perwitasari & Agung Nur Probohudono. 2014. Pendapat
Going Concern: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada
Perusahaan yang Mengalami Financial Distress. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan.
DeAngelo, L. 1981. Auditor Independence, “low balling” and Disclosure
Regulation. Journal of accounting and Economics, 113-127.
Fanny, Margaretta & S. Saputra. 2005. Opini Audit Going Concern: Kajian
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan
Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten Bursa Efek Jakarta).
Simposium Nasional Akuntansi VIII, 966-978.
Ghozali, L. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, L. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, D. N. 2003. Basic Econometrics (4th ed.). New York: McGraw-Hill.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:
Salemba Empat.
Indriantoro, Nur & Bambang Supomo. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE.
Januarti, Indira & Ella Fitrianasari. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt
Default Dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 8(1), 78-93.
Jensen, M. C. & Meckling, W. H. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3
(4), 305-360.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
25
Kompasiana. 2017. Refleksi Perekonomian Indonesia 2016 dan Tantangan 2017.
Diambil dari: www.kompasiana.com/pringadiasurya/refleksi perekonomian-
indonesia-2016-dan-tantangan 2017_589c3027137f618607b60628. (25
September 2017)
Lennox, C. 2000. Do Companies Successfully Engage in Opinion Shopping:
Evidence from The UK?. Journal of Accounting and Economics, 29 (3), 321-
337.
McKeown, J. R., J. F. Mutchler & W Hopwood. 1991. Toward an Explanation
of Auditor Failure to Modify the Audit Reports of Bankrupt Companies.
Auditing: A Journal of Practice an Theory. Supplement, 1-13.
Mutchler, J. 1985. A Multivariate Analysis of The Auditors Going Concern Opinion
Decision. Journal of Accounting Research.
Praptorini, Mirna Dyah & Indira Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit,
Debt Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going
Concern.
Ramadhanty, R. & Sri Rahayu. 2015. Analisis Pengaruh Financial Distress,
Strategi Emisi Saham, Size Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap
Penerimaan Opini Audit Modifikasi Going Concern. E-Proceeding of
Management, 2 (1), 381.
Rudyawan, Arry Pratama & I Dewa Nyoman Badera. 2008. Opini Audit Going
Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan
Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan
Bisnis, 4 (2), 1-17.
Solikah, Badingatus. 2007. Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan,
Pertumbuhan Perusahaan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap
Opini Audit Going Concern. Jurnal Dinamika Akuntansi, 2 (1).
Suharjono, M. A. 2014. Pengaruh Opinion Shopping Terhadap Going Concern
Opinion pada Perusahaan yang Mengalami Financial Distress. Skripsi.
Universitas Diponegoro Semarang.
Teoh, S. 1992. Auditor Independence, Dismissal Threats, and The Market Reaction
to Auditor Switches. Journal of Accounting Research, 30, 1-23.
Ulfah, Amalia Resti. 2013. Analisis Penggunaan Altman Z-Score untuk Mengetahui
Potensi Kebangkrutan PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan.
www.sahamok.com
www.idx.co.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id