170
DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN TRADISIONAL (TRADITIONAL MEDICATION) MASYARAKAT URBAN CENGKARENG JAKARTA BARAT TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat oleh: Supriadi 1110101000073 PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M

DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

  • Upload
    lyduong

  • View
    245

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN

TRADISIONAL (TRADITIONAL MEDICATION) MASYARAKAT

URBAN CENGKARENG

JAKARTA BARAT TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

oleh:

Supriadi

1110101000073

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014 M

Page 2: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior
Page 3: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior
Page 4: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Supriadi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 22 Agustus 1992

Warganegara : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jalan Pedongkelan Belakang No. 7, RT 010/13, Kelurahan

Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, 11720

Telepon : +628210579282 / +618561604670

Email : [email protected]

Pendidikan Formal:

1. SDN Cengkareng Timur 17 Pagi (1998-2004)

2. SMP Negeri 248 Jakarta (2004-2007)

3. SMA Negeri 33 Jakarta (2007-2010)

4. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Peminatan Promosi Kesehatan (2010-2014)

Page 5: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior
Page 6: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior
Page 7: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PROMOSI KESEHATAN

Skripsi, 30 November 2014

Supriadi, NIM: 1110101000073

Determinan Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional

(Traditional Medicine) Masyarakat Cengkareng, Jakarta Barat, Tahun 2014

(XX + 140 halaman, 38 tabel, 2 bagan, 20 lampiran)

Abstrak

Pelayanan kesehatan tradisional mengalami peningkatan peminat pada

sebagian besar masyarakat, khususnya masyarakat urban setelah tahun 1999.

Pelayanan kesehatan tradisional yang berbasis kearifan lokal (local wisdom) dapat

meningkatkan taraf kehidupan, baik secara ekonomi maupun kesehatan

masyarakat lokal. Sebagai upaya promotif dan preventif dalam bidang kesehatan,

diperlukan identifikasi terkait dengan faktor – faktor yang mendorong masyarakat

dalam memilih pelayanan kesehatan tradisional. Sehingga faktor – faktor yang

mendorong ini dapat digunakan sebagai dasar dibuatnya program kesehatan dalam

upaya promotif dan preventif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor: predisposisi

(usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendididikan, pekerjaan, jumlah keluarga,

suku/etnis, agama, jarak rumah dengan pelayanan kesehatan, nilai tentang sehat

dan sakit, sikap terhadap pelayanan kesehatan, dan pengetahuan tentang

pelayanan kesehatan; pendukung (asuransi kesehatan, dan tarif pelayanan

kesehatan); dan kebutuhan (pandangan subjektif terhadap penyakit yang pernah

dialami dan keadaan penyakit yang dialami sesuai dengan diagnosis medis)

memiliki hubungan dengan perilaku pencarian pelayanan kesehatan tradisional

masyarakat. Instrumen penelitian ini terdiri dari 99 pertanyaan untuk menggali

informasi dari responden.

Berdasarkan hasil uji statistik, dari 16 karakteristik masyarakat, 10

memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku penggunaan pelayanan

kesehatan tradisional pada masyarakat Cengkareng dan 6 karakteristik tidak

memiliki hubungan yang signifikan.

Saran dari hasil penelitian ini, yaitu: untuk program promosi kesehatan,

berdasarkan identifikasi faktor perilaku penggunaan pelayanan kesehatan

tradisional pada penelitian ini diharapkan data yang ada dalam penelitian ini dapat

digunakan sebagai dasar menentukan langkah – langkah yang harus dilakukan

untuk melakukan program promosi kesehatan pelayanan kesehatan tradisional.

Pengintegrasian antara pelayanan kesehatan modern dan tradisional, sebaiknya

diperhatikan dengan baik dalam hal sosialisasi dan komunikasi ke pasien.

Kata kunci: pelayanan kesehatan tradisional, perilaku pencarian kesehatan,

Cengkareng

Page 8: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

v

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH

HEALTH PROMOTION

Undergraduate Thesis, 30th

November 2014

Supriadi, NIM: 1110101000073

(XX + 140 pages, 38 tables, 2 charts, 20 attachments)

The Behavior Determinants of Health Seeking for Traditional Medication in

Urban Society at Cengkareng, West Jakarta Year 2014

Abstract

Traditional medicine increased interested people in most of society

especially the urban after 1999.Traditional health service which is based the local

can improve life both economically and community health local. As promotional

efforts and preventive in the field of health required identification associated with

factors that encouraged the community in choosing traditional health service. So

that encourage factors this can be used as the basis for the formulation of the

health program in promotional efforts and preventive.

This research aims to know whether: predisposing (age, sex, marital status,

education, occupation, family size, ethnicity, religion, home health services with

distance, values concerning health and illness, attitudes toward health services,

knowledge about disease; enabling (health insurance and cost of health services ;

and the needs (subjective views on the disease ever experienced and the state of

disease experienced in accordance with medical diagnosis) would have a

relationship with the traditional behavior the search of health services. An

instrument consisting of the 99 questions this research to obtain information from

the respondents.

Based on the statistical test, of 16 people characteristics, 10 have a

significant relation to the behavior of the use of traditional medicine at

Cengkareng and 6 characteristics of having no significant relationship.

Advice from the results of this research namely: to promotional programs

health factor based on behavior identification of the use of traditional health

service on research is expected existing data in this research can be used as a basis

determining step which is must be done to do program promotion of health

traditional health service. The integration between health services modern and

traditional should be noted with both in terms of socialization and communication

to patients.

Key word: traditional medicine, health seeking behavior, Cengkareng

Page 9: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

vi

1 KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillah, seluruh puji serta syukur selalu dilantunkan kehadirat

Allah SWT, Sang Pemilik Pengetahuan, yang dengan rahmat dan inayah - Nya

jualah maka penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Determinan

Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking

Behavior of Traditional Medicine) Masyarakat Cengkareng, Jakarta Barat,

2014”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad

Rasulullah SAW, yang atas perkenan Allah, telah mengantarkan umat manusia ke

pintu gerbang pengetahuan Allah yang Maha luas.

Dalam proses penyusunan laporan ini, penulis mendapatkan banyak dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Keluarga tercinta, Sarwin Hadi Mulyono, Warsi, Widiastuti, Ristanto,

Rustiana, Rismawan yang selalu turut memberikan doa dan restu serta

dukungan yang diberikan tanpa mengenal batas waktu hingga akhirnya

penulis mampu mencapai pendidikan di jenjang universitas.

2. Prof.Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp.And sebagai Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatukkah Jakarta.

3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D sebagai Kepala Program Studi Kesehatan

Masyarakat.

4. Ibu Dewi. A. Utami, Ph.D sebagai Sekretaris Program Studi Kesehatan

Masyarakat.

5. Bapak Dr. M. Farid Hamzens dan Ibu Raihana Nadra Alkaff, M. MA

selaku pembimbing yang telah memberi arahan dan masukan serta

motivasi dan doa kepada penulis agar senantiasa berupaya maksimal

dalam penyelesaian laporan magang maupun kompetensi.

Page 10: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

vii

6. Bapak Prof Dr. Rusmin Tumanggor, M. A, Ibu Hoirun Nisa. Ph.D, dan

Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS sebagai penguji siding skripsi.

7. Segenap bapak / ibu dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat yang telah

memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis dan

mahasiswa pada umumnya.

8. Teman - teman Peminatan Promosi Kesehatan 2010 yang selalu

mendukung penulis Icha, Prima, Siva, Ayu, Richo, Randika, Sari, Alul,

Ilmi, Dita, Yuli, Nita, Fury, dan Hervina.

9. Sahabat terbaik Agung, Misyka, Angga, Seno, Eliza, Bayti, Iqbal, Anis,

Prima serta teman-teman Kesehatan Masyarakat angkatan 2010 untuk

semangat yang diberikan.

10. Sahabat dan teman - teman penulis yang sudah memotivasi dan

mendukung penyusunan skripsi ini.

11. Tempat pengobatan tradisional dan responden yang terlibat dalam

penelitian ini.

12. Segenap pihak yang belum disebutkan satu persatu atas bantuan, semangat

dan doanya untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Dan akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis panjatkan doa dan harap,

semoga kebaikan mereka dicatat sebagai amal shaleh di hadapan Allah SWT dan

menjadi pemberat bagi timbangan kebaikan mereka kelak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan

saran yang membangun senantiasa penulis harapkan agar dapat dijadikan

masukan di waktu mendatang.

Semoga skripsi ini dapat mendatangkan manfaat kepada penulis khususnya,

dan kepada seluruh pembaca secara keseluruhan.

Jakarta, Desember 2014

Penulis

Page 11: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

viii

Daftar Isi

Lembar Pernyataan………………………………………………………………………………………………………………….. i

Lembar Pernyataan Pembimbing……………………………………………………………………………………………. ii

Daftar Riwayat Hidup……………………………………………………………………………………………………………… iii

Abstrak……………………………………………………………………………………………………………………………………… iv

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………………………………………. vi

Daftar Isi…………………………………………………………………………………………………………………………………….. viii

Daftar Tabel……………………………………………………………………………………………………………………………… xvi

Daftar Bagan…………………………………………………………………………………………………………………………….. xx

BAB I…………………………………………………………………………………………………………………………………………. 1

Pendahuluan………………………………………………………………………………………………………………………………. 1

1.1. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………………… 1

1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………………………………… 7

1.3. Pertanyaan Penelitian…………………………………………………………………………………………………… 7

1.4. Tujuan…………………………………………………………………………………………………………………………… 9

1.4.1. Tujuan Umum…………………………………………………………………………………………………. 9

1.4.2. Tujuan Khusus………………………………………………………………………………………………… 9

1.5. Manfaat Penelitian……………………………………………………………………………………………………….. 10

Page 12: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

ix

1.6. Ruang Lingkup…………………………………………………………………………………………………………….. 11

BAB II……………………………………………………………………………………………………………………………………….. 12

Tinjauan Pustaka……………………………………………………………………………………………………………………… 12

2.1. Sistem Pengobatan …………………………...………………………………………………………… 12

2.2. Pengobatan Tradisional………………………………………………………………………………………………. 12

2.2.1. Definisi……………………………………………………………………………………………………………. 12

2.2.2. Jenis Pengobatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer…………………… 15

2.2.2.1. Obat Herbal………………………………………………………………………………………. 16

2.2.2.2. Pijat Tradisional……………………………………………………………………………….. 17

2.2.2.3. Akupunktur………………………………………………………………………………………. 23

2.2.2.4. Akupressur……………………………………………………………………………………….. 25

2.3. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan………………………………………………………………………….. 25

2.4. Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan………………………………………………………….. 26

2.4.1. Definisi Perilaku……………………………………………………………………………………………... 26

2.4.2. Faktor - Faktor yang Memengaruhi Perilaku Berdasarkan Model

Andersen………………………………………………………………………………………………………….. 29

2.5. Kerangka Teori…………………………………………………………………………………………………………….. 35

BAB III……………………………………………………………………………………………………………………………………… 36

Page 13: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

x

Kerangka Konsep, Definisi Operasional dan Hipotesis. ……………………………………………………… 36

3.1. Kerangka Konsep………………………………………………………………………………………………………… 36

3.2. Definisi Operasional……………………………………………………………………………………………………. 39

3.3. Hipotesis………………………………………………………………………………………………………………………. 42

BAB IV…………………………………………………………………………………………………………………………………….. 43

Metodologi Penelitian……………………………………………………………………………………………………………… 43

4.1. Desain Penelitian………………………………………………………………………………………………………… 43

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………………………………………………….. 43

4.3. Populasi dan Sampel…………………………………………………………………………………………………… 43

4.3.1. Populasi Penelitian………………………………………………………………………………………… 43

4.3.2. Sampel Penelitian…………………………………………………………………………………………… 44

4.4. Instrumen Penelitian…………………………………………………………………………………………………… 46

4.5. Uji Validitas dan Realibitas………………………………………………………………………………………… 47

4.5.1. Uji Validitas……………………………………………………………………………………………………. 47

4.5.2. Uji Reliabilitas………………………………………………………………………………………………… 49

4.6. Cara Pengambilan Data………………………………………………………………………………………………. 50

4.7. Pengolahan Data………………………………………………………………………………………………………….. 51

4.8. Analisis Data………………………………………………………………………………………………………………… 52

Page 14: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

xi

BAB V………………………………………………………………………………………………………………………………………. 54

Hasil Penelitian…………………………………………………………………………………………………………………………. 54

5.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian………………………………………………………………………… 54

5.2. Analisis Univariat Variabel Dependen……………………………………………………………………….. 54

5.2.1. Gambaran Perilaku Masyarakat dalam Menggunakan Pelayanan Kesehatan

Tradisional……………………………………………………………………………………………………… 54

5.3. Analisis Univariat Variabel Independen…………………………………………………………………… 55

5.3.1. Gambaran Usia Responden di Wilayah Cengkareng…………………………………… 55

5.3.2. Gambaran Jenis Kelamin Responden di Wilayah Cengkareng………………….. 56

5.3.3. Gambaran Status Pernikahan Responden di Wilayah Cengkareng……………. 57

5.3.4. Gambaran Tingkat Pendidikan Responden di Wilayah Cengkareng…………. 59

5.3.5. Gambaran Pengetahuan Tentang Pelayanan Kesehatan/Pengobatan

Tradisional…………..…………..…………..…………..…………..…………..…………..…………..…… 60

5.3.6. Gambaran Pekerjaan Responden di Wilayah Cengkareng…………..……………… 62

5.3.7. Gambaran Jumlah Anggota Keluarga Responden di Wilayah Cengkareng.. 65

5.3.8. Gambaran Suku/Etnis Responden di Wilayah Cengkareng…………..…………….. 66

5.3.9. Gambaran Agama Responden di Wilayah Cengkareng…………..………………….. 69

5.3.10. Gambaran Jarak Rumah ke Pelayanan Kesehatan Tradisional Responden di

Wilayah Cengkareng…………..…………..…………..…………..…………..…………..…………… 71

Page 15: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

xii

5.3.11. Gambaran Penilaian Sehat dan Sakit Masyarakat di Wilayah Cengkareng. 73

5.3.12. Gambaran Sikap Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Tradisional di

Wilayah Cengkareng…………..…………..…………..…………..…………..…………..…………… 74

5.3.13. Gambaran Kepemilikan Asuransi atau Jaminan Kesehatan Responden di

Wilayah Cengkareng…………..…………..…………..…………..…………..…………..…………… 76

5.3.14. Gambaran Tarif Pelayanan Kesehatan Tradisional Bagi Responden Pada

Masyarakat di Wilayah Cengkareng…………..…………..…………..…………..……………. 77

5.3.15. Gambaran Pandangan Subjektif Terhadap Pelayanan Kesehatan Tradisional

Pada Masyarakat di Wilayah Cengkareng…………..…………..…………..………………. 79

5.3.16. Gambaran Kesesuaian Penyakit dengan Diagnosis Medis Responden Pada

Masyarakat di Wilayah Cengkareng…………..…………..…………..…………..…………… 81

5.4. Analisis Bivariat Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen…………..……… 83

5.4.1. Hubungan Faktor Predisposisi Terhadap Perilaku Pengobatan

Tradisional…..…………..…………………………………………………………………………………….… 83

5.4.2. Hubungan Faktor Pendukung Terhadap Perilaku Pengobatan Tradisional

…………..…………..…………..…………..…………..…………..…………………………………………..…… 84

5.4.3. Hubungan Faktor Predisposisi Terhadap Perilaku Pengobatan Tradisional

……………………………………………………………………..…………..…………..…………..…………..…. 85

BAB VI…………..…………..……………..…………..……………..…………..……………..…………..……………..…………. 86

Pembahasan…………..…………..……………..…………..……………..…………..……………..…………..……………..…… 86

Page 16: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

xiii

6.1. Keterbatasan Penelitian…………..…………..……………..…………..……………..…………..………………. 86

6.2. Faktor Predisposisi Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional…………..… 86

6.2.1. Usia…………..…………..……………..…………..……………..…………..……………..…………..……… 87

6.2.2. Jenis Kelamin…………..…………..……………..…………..……………..…………..……………..…… 89

6.2.3. Status Pernikahan…………..…………..……………..…………..……………..…………..…………… 91

6.2.4. Tingkat Pendidikan…………..…………..……………..…………..……………..…………..……….. 93

6.2.5. Pengetahuan Tentang Pelayanan Kesehatan…………..…………..……………..………… 95

6.2.6. Pekerjaan…………..…………..……………..…………..……………..…………..……………..…………. 96

6.2.7. Jumlah Anggota Keluarga…………..…………..……………..…………..……………..………….. 97

6.2.8. Suku/Etnis…………..…………..……………..…………..……………..…………..……………..………… 99

6.2.9. Agama…………..…………..……………..…………..……………..…………..……………..…………..….. 101

6.2.10. Jarak Rumah ke Pelayanan Kesehatan Tradisional…………..…………..…………….. 102

6.2.11. Penilaian Tentang Sehat dan Sakit…………..…………..……………..…………..……………. 103

6.2.12. Sikap…………..…………..……………..…………..……………..…………..……………..…………..…….. 104

6.3. Faktor Pendukung Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional…………..….. 105

6.3.1. Asuransi atau Jaminan Kesehatan…………..…………..……………..…………..…………….. 105

6.3.2. Tarif Pelayanan Kesehatan Tradisional…………..…………..……………..…………..…….. 107

6.4. Faktor Kebutuhan Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional…………..….. 108

Page 17: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

xiv

6.4.1. Pandangan Subjektif Terhadap Pelayanan Kesehatan…………..…………..………… 108

6.4.2. Kesesuaian Penyakit dengan Diagnosis Medis dan Melakukan Pengobatan

dengan Pelayanan Kesehatan Tradisional…………..…………..……………..…………..… 108

BAB VII……..……………..………….……..……………..………….……..……………..………….……..……………..……….. 111

Kesimpulan dan Saran……..……………..………….……..……………..………….……..……………..………….……..… 111

7.1. Kesimpulan……..……………..………….……..……………..………….……..……………..………….……..……… 111

7.2. Saran……..……………..………….……..……………..………….……..……………..………….……..……………..…. 118

Daftar Pustaka……….……..……………..…………….……..……………..…………….……..……………..…………….……. 119

Page 18: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

xvi

Daftar Tabel

Tabel 3.1. Definisi Operasional …………………………………………………….………………………………………… 39

Tabel 4.1. Jumlah Sampel………………………………….…………………………………………………………………….. 45

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kecamatan Cengkareng………………………………….………………………. 45

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan

Pengobatan Tradisional di Wilayah Cengkareng……………………………………..…………….…………… 54

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Masyarakat di Wilayah

Cengkareng………………………………….……………………………………………………………………………………………. 55

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Masyarakat di Wilayah

Cengkareng………………………………….……………………………………………………………………….………………….. 56

Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan Masyarakat di Wilayah

Cengkareng………………………………….……………………………………………………………………….…………………. 57

Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Masyarakat di Wilayah

Cengkareng………………………………….……………………………………………………………………….…………………. 59

Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Pelayanan Kesehatan

Tradisional Masyarakat di Wilayah Cengkareng………………………………….…………………………….. 60

Tabel 5.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Masyarakat di Wilayah

Cengkareng………………………………….……………………………………………………………………….………………….. 62

Tabel 5.8. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Masyarakat di

Wilayah Cengkareng………………………………….……………………………………………………………………….…… 65

Tabel 5.9. Distribusi Responden Berdasarkan Suku/Etnis Asal Keluarga Masyarakat di

Wilayah Cengkareng………………………………….……………………………………………………………………….…… 66

Tabel 5.10. Distribusi Responden Berdasarkan Agama yang Dianut Masyarakat di Wilayah

Cengkareng………………………………….……………………………………………………………………….…………………. 69

Tabel 5.11. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Rumah ke Pelayanan Kesehatan

Tradisional Pada Masyarakat di Wilayah Cengkareng………………………………….………………… 71

Page 19: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

xvii

Tabel 5.12. Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Sehat dan Sakit Pada

Masyarakat di Wilayah Cengkareng………………………………….………………………………………………… 73

Tabel 5.13. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Pelayanan Kesehatan

Tradisional Pada Masyarakat di Wilayah Cengkareng………………………………….………………….. 74

Tabel 5.14. Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Asuransi atau Jaminan

Kesehatan Pada Masyarakat di Wilayah Cengkareng………………………………….…………………….. 76

Tabel 5.15. Distribusi Responden Berdasarkan Tarif Pelayanan Kesehatan Tradisional

Bagi Responden Pada Masyarakat di Wilayah Cengkareng………………………………….…………… 77

Tabel 5.16. Distribusi Responden Berdasarkan Pandangan Subjektif Responden

Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Tradisional Pada Masyarakat

di Wilayah Cengkareng………………………………….……………………………………………………………………….. 79

Tabel 5.17. Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian Penyakit dengan Diagnosis Medis

Responden Terhadap Pemanfaatan Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat di Wilayah

Cengkareng ………………………………….………………………………………………………………….…………………….. 81

Tabel 5.18. P Value Variabel – Variabel Hubungan Faktor Predisposisi Terhadap

Pemanfaatan Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat di Wilayah Cengkareng ………….. 83

Tabel 5.19. P Value Variabel – Variabel Hubungan Faktor Pendukung Terhadap

Pemanfaatan Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat di Wilayah Cengkareng ………….. 84

Tabel 5.20. P Value Variabel – Variabel Hubungan Faktor Kebutuhan Terhadap

Pemanfaatan Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat di Wilayah Cengkareng ………….. 85

Page 20: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

xx

Daftar Bagan

Bagan 2.1. Pencarian Pelayanan Kesehatan: Individual Determinants of Health Service

Utilization by Ronald Andersen and John F. Newman (2005) ………………………………………… 35

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian …………………………………………………………………………… 38

Page 21: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengobatan tradisional mengalami peningkatan peminat pada

sebagian besar masyarakat, khususnya masyarakat urban setelah tahun 1999.

Indonesia memiliki kekayaan suku budaya tradisional termasuk dibidang

pengobatan tradisional dari Sabang sampai Merauke. Pengobatan tradisional

yang berbasis kearifan lokal (local wisdom) dapat meningkatkan taraf

kehidupan, baik secara ekonomi maupun kesehatan masyarakat lokal. (WHO,

2010). Jika masyarakat mampu memanfaatkan pengobatan tradisional maka

akses masyarakat terhadap pengobatan pada saat mengalami gangguan

kesehatan semakin mudah karena disesuaikan dengan kemampuan daerah

atau lokal untuk menangani masalah kesehatan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan

Tradisional Menteri Kesehatan Republik Indonesia, pengobatan tradisional di

Indonesia diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu: keterampilan, ramuan,

pendekatan agama dan supranatural. Dari beberapa jenis pengobatan

tradisional tersebut, terdapat praktek – praktek yang berbasis keterampilan,

ramuan, pendekatan agama dan supranatural yang mulai banyak muncul di

lingkungan masyarakat. (Kementerian Kesehatan, 2003)

Pengobatan tradisional telah berkembang pesat di seluruh dunia.

Berdasarkan data World Health Organization pada tahun 2002, 75%

Page 22: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

2

penduduk Perancis menggunakan pengobatan alternatif, 77% klinik terapi di

Jerman menggunakan akupuntur, 95% rumah sakit di China memiliki klinik

pengobatan tradisional dan 70% penduduk India menggunakan obat

tradisional untuk pengobatannya. Di Belanda dan Inggris masing – masing

sekitar 60%, dan 74%, penduduk menggunakan pengobatan tradisional.

Presentasi penduduk yang menggunakan pengobatan alternatif dan

komplementer di Canada, Amerika, dan Belgia berkisar 70%, 42%, dan 38%

(WHO, 2002).

Kondisi Pengobatan tradisional di Indonesia menurut data

Kementerian Kesehatan pada tahun 2013 cakupan Pengobatan kesehatan

sudah mencakup 53,6% Kabupaten/Kota dari 416 Kabupaten/Kota di

Indonesia (223 Kabupaten/Kota). Dari cakupan wilayah tersebut, Puskesmas

yang sudah menyelenggarakan Pengobatan tradisional sudah mencapai 793

Puskesmas dari 9671 mencakup akupuntur dan akupresur (Kementerian

Kesehatan, 2013). Salah satu Puskesmas yang menyelenggarakan pengobatan

tradisional adalah Puskesmas Cengkareng. Dimana pada salah satu

layanannya terdapat akupunktur.

Perkembangan pengobatan tradisional mendapat perhatian serius dari

berbagai negara. Dari hasil kesepakatan pertemuan World Health

Organization (WHO) dalam acara Congress on Traditional Medicine di

Beijing pada bulan November 2008 disebutkan bahwa Pengobatan tradisional

yang aman dan bermanfaat dapat diintegrasikan ke dalam sistem Pengobatan

konvensional. Dari pertemuan WHO pada tahun 2008 disebutkan dalam salah

satu resolusinya, yaitu: mendorong negara – negara anggotanya agar

Page 23: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

3

mengembangkan Pengobatan tradisional di negara masing - masing sesuai

dengan kondisi setempat (WHO, 2010).

Kedudukan pengobatan tradisional di Indonesia berdasarkan Undang

– Undang (UU) Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

ditetapkan sebagai salah satu penyelenggara upaya kesehatan. Praktik

Pengobatan tradisional berdasarkan UU tersebut dibina dan diawasi oleh

pemerintah langsung agar dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan

keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama.

Dengan adanya pergeseran pola penyakit yang terjadi di Indonesia

dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif, pemanfaatan Pengobatan

tradisional dapat menjadi rujukan bagi masyarakat untuk mengatasi

keterbatasan akses Pengobatan konvensional. Pengobatan tradisional telah

diakui keberadaannya sejak dahulu kala dan dimanfaatkan oleh masyarakat

dalam upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Sampai saat ini

Pengobatan tradisional terus berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi

disertai dengan peningkatan pemanfaatannya oleh masyarakat. Hal ini

sebagai imbas dari semangat untuk kembali menggunakan hal – hal yang

bersifat alamiah atau dikenal dengan istilah “back to nature” (Kementerian

Kesehatan, 2010).

Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2001, 57,7%

penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri. Dimana dari jumlah

tersebut, 31,7% menggunakan obat tradisional (jamu dan ramuan tradisional),

9,8% menggunakan pengobatan tradisional dan 16,1% mendiamkan

Page 24: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

4

gangguan kesehatannya hingga sembuh dengan sendirinya. Lalu pada tahun

2004 penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri meningkat

menjadi 72,44% dimana 32,87% menggunakan pengobatan tradisional.

Di DKI Jakarta terdapat 306 tempat pengobatan tradisional (Yellow

Pages, 2014). Jumlah ini didapatkan berdasarkan data nomor telepon tempat

pengobatan tradisional di Jakarta. Jumlah tersebut cukup banyak, mengingat

jumlah rumah sakit di Jakarta ada 155 rumah sakit, diantaranya 32 rumah

sakit publik milik pemerintah, 54 rumah sakit publik milik swasta (nonprofit),

64 rumah sakit privat milik swasta, dan 5 rumah sakit privat milik Badan

Usaha Milik Negara (Kementerian Kesehatan, 2014). Menurut Dirjen Bina

Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan, jumlah pengobat tradisional di

Indonesia yang tercatat cukup banyak, yaitu 280.000 pengobat dengan 30

keahlian/spesialisasi (Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat Makassar,

2013).

Pengobatan tradisional memiliki banyak manfaat positif namun

disamping efek positif pengobatan tradisional, ada beberapa kasus

pengobatan tradisional yang terjadi di Indonesia yang dituduh melakukan

penipuan pengobatan dengan pendekatan agama. Pengobatan yang dilakukan

dengan pendekatan agama dan spiritual sebenarnya tidak memiliki dampak

positif bagi pasien. Hal yang merugikan seperti ini harus dihindari dari

praktik Pengobatan tradisional yang ada di Indonesia.

Kasus lain terkait pengobatan tradisional, yaitu iklan klinik

pengobatan China yang dinyatakan telah melanggar Peraturan Menteri

Page 25: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

5

Kesehatan RI Nomor 1787/Menkes/Per/XII/2010 tentang Iklan dan Publikasi

Pengobatan serta Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

386/Men.Kes/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Tradisional.

Iklan klinik pengobatan tradisional yang berasal dari China ini mengandung

unsur pemujaan pada testimoni yang dilakukan oleh beberapa pasiennya.

Iklan klinik ini beredar di televisi swasta yang menampilkan testimoni –

testimoni setelah melakukan pengobatan di klinik tersebut dan kalimat yang

diutarakan oleh pasien – pasien tersebut berupa kalimat pemujaan. Hal inilah

yang menjadi pelanggaran terhadap pedoman periklanan obat tradisional oleh

klinik yang menyelenggarakan pengobatan tradisional berbasis pengobatan

tradisional China tersebut.

Belum adanya peraturan yang tegas terhadap seluruh penyelenggaraan

pengobatan tradisional di Indonesia karena masih dalam masa pengembangan

maka pelanggaran praktek pengobatan tradisional masih lebih banyak terjadi

dibandingkan dengan pengobatan konvensional (rumah sakit). Berdasarkan

pendapat yang dikemukan oleh Sarfino (2006) tentang interaksi

biopsikososial akibat pelanggaran yang dilakukan oleh pengobat tradisional,

dapat mengakibatkan keterlambatan pengobatan (delay treatment) bagi pasien

– pasiennya dalam memperoleh penanganan medis atau pengobatan yang

seharusnya sudah didapatkan pasien sehingga tidak menjadi komplikasi pada

gangguan kesehatannya.

Perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku individu maupun

kelompok atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan.

Perilaku pencarian di masyarakat terutama di negara yang sedang

Page 26: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

6

berkembang sangat bervariasi, diantaranya ada 5 pilihan dari yang paling

rendah sampai yang paling tinggi mengenai tindakan pada saat mengalami

gangguan kesehatan (sakit), yaitu: tidak bertindak atau tidak melakukan apa –

apa (no action), tindakan mengobati sendiri (self- treatment), mencari

pengobatan ke fasilitas - fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy),

mencari pengobatan dengan membeli obat - obat ke warung - warung obat

(chemist shop) dan sejenisnya, termasuk ke tukang - tukang jamu, serta

mencari pengobatan ke fasilitas - fasilitas pengobatan modern yang diadakan

oleh pemerintah atau lembaga - lembaga kesehatan swasta, yan dikategorikan

ke dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit (Notoatmodjo,

2007).

Berdasarkan beberapa tahap perilaku pencarian pengobatan, pencarian

pengobatan tradisional termasuk tahap awal yang dilakukan untuk

menyembuhkan masalah kesehatan. Sebagai upaya promotif dan preventif

dalam bidang kesehatan, diperlukan identifikasi terkait dengan faktor – faktor

yang mendorong masyarakat dalam memilih pengobatan tradisional. Agar di

masa mendatang tidak terjadi penyalahgunaan Pengobatan tradisional, maka

faktor – faktor yang mendorong ini dapat digunakan sebagai dasar dibuatnya

program kesehatan dalam upaya promotif dan preventif.

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui faktor – faktor

yang berhubungan dengan perilaku pencarian Pengobatan tradisional

masyarakat di Cengkareng, Jakarta Barat tahun 2014. Karena wilayah Jakarta

Barat memiliki jumlah penduduk yang paling padat di wilayah Jakarta dan

Page 27: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

7

banyaknya Pengobatan tradisional yang tumbuh, terutama Pengobatan

tradisional berbasis TCM (Traditional Chinese Medicine).

1.2. Rumusan Masalah

Kemajuan dunia kedokteran konvensional (modern) yang sudah

sangat pesat saat ini dapat menjadi rujukan masyarakat terutama masyarakat

kota atau masyarakat yang tinggal di wilayah yang relatif sudah maju.

Namun, fenomena pemanfaatan Pengobatan (pengobatan) tradisional sebagai

pilihan pengobatan, khususnya masyarakat urban meningkat. Hal ini ditandai

oleh banyaknya praktek pengobatan tradisional di lingkungan tempat tinggal

masyarakat urban. Dari semua pengobatan tradisional yang ada di

masyarakat, belum semuanya memiliki izin praktek pengobatan. Hal ini

mengakibatkan praktek pengobatan tradisional yang dilakukan Pengobatan

tradisional yang tidak memiliki izin tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Pengobatan tradisional yang banyak dipilih oleh masyarakat

dilatarbelakangi oleh faktor – faktor tertentu. Hal inilah yang membuat

peneliti tertarik mengidentifikasi faktor – faktor apa saja yang berhubungan

dengan perilaku pencarian kesehatan ke Pengobatan tradisional.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran predisposisi (usia, jenis kelamin, status pernikahan,

pendididikan, pekerjaan, jumlah keluarga, suku/etnis, agama, jarak

rumah dengan Pengobatan, nilai tentang sehat dan sakit, sikap terhadap

Pengobatan, dan pengetahuan tentang Pengobatan) masyarakat yang

Page 28: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

8

memilih pengobatan tradisional sebagai pilihan Pengobatan di

Cengkareng, Jakarta Barat tahun 2014?

2. Bagaimana gambaran pendukung (asuransi kesehatan, tarif Pengobatan)

masyarakat yang memilih pengobatan tradisional sebagai pilihan

Pengobatan di Cengkareng, Jakarta Barat tahun 2014?

3. Bagaimana gambaran kebutuhan (pandangan subjektif terhadap penyakit

yang pernah dialami dan keadaan penyakit yang dialami sesuai dengan

diagnosis medis) masyarakat yang memilih pengobatan tradisional

sebagai pilihan Pengobatan di Cengkareng, Jakarta Barat tahun 2014?

4. Bagaimana hubungan predisposisi (usia, jenis kelamin, status pernikahan,

pendididikan, pekerjaan, jumlah keluarga, suku/etnis, agama, jarak

rumah dengan Pengobatan, nilai tentang kesehatan dan penyakit, sikap

terhadap Pengobatan, dan pengetahuan tentang Pengobatan) dengan

perilaku pengobatan tradisional masyarakat di Cengkareng, Jakarta Barat

tahun 2014?

5. Bagaimana hubungan pendukung (asuransi kesehatan, tarif Pengobatan)

dengan perilaku pengobatan tradisional masyarakat di Cengkareng,

Jakarta Barat tahun 2014?

6. Bagaimana hubungan kebutuhan (pandangan subjektif terhadap penyakit

yang pernah dialami dan keadaan penyakit yang dialami sesuai dengan

diagnosis medis) dengan perilaku pengobatan tradisional masyarakat di

Cengkareng, Jakarta Barat tahun 2014?

Page 29: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

9

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku

pemilihan pengobatan tradisional masyarakat di Kecamatan

Cengkareng, Jakarta Barat, tahun 2014.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran predisposisi (usia, jenis kelamin, status

pernikahan, pendididikan, pekerjaan, jumlah keluarga, suku/etnis,

agama, jarak rumah dengan Pengobatan, nilai tentang sehat dan sakit,

sikap terhadap Pengobatan, dan pengetahuan tentang Pengobatan)

masyarakat yang memilih pengobatan tradisional sebagai pilihan

Pengobatan di Cengkareng, Jakarta Barat tahun 2014?

2. Diketahuinya gambaran pendukung (asuransi kesehatan, dan tarif

Pengobatan) masyarakat yang memilih pengobatan tradisional

sebagai pilihan Pengobatan di Cengkareng, Jakarta Barat tahun 2014?

3. Diketahuinya gambaran karakteristik kebutuhan (pandangan subjektif

terhadap penyakit yang pernah dialami dan keadaan penyakit yang

dialami sesuai dengan diagnosis medis) masyarakat yang memilih

pengobatan tradisional sebagai pilihan Pengobatan di Cengkareng,

Jakarta Barat tahun 2014?

4. Diketahuinya hubungan karakteristik predisposisi (usia, jenis kelamin,

status pernikahan, pendididikan, pekerjaan, jumlah keluarga,

suku/etnis, agama, jarak rumah dengan Pengobatan, nilai tentang

Page 30: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

10

kesehatan dan penyakit, sikap terhadap Pengobatan, dan pengetahuan

tentang Pengobatan) dengan perilaku pengobatan tradisional

masyarakat di Cengkareng, Jakarta Barat tahun 2014?

5. Diketahuinya hubungan karakteristik pendukung (asuransi kesehatan,

dan tarif Pengobatan) dengan perilaku pengobatan tradisional

masyarakat di Cengkareng, Jakarta Barat tahun 2014?

6. Diketahuinya hubungan karakteristik kebutuhan (pandangan subjektif

terhadap penyakit yang pernah dialami dan keadaan penyakit yang

dialami sesuai dengan diagnosis medis) dengan perilaku pengobatan

tradisional masyarakat di Cengkareng, Jakarta Barat tahun 2014?

1.5. Manfaat Penelitian

1. Untuk program, yaitu dapat digunakan sebagai salah satu masukan

terhadap program promosi pengobatan tradisional, tidak saja bagi

pembuat program namun juga untuk mereka yang menaruh

perhatian terhadap program tersebut. Hasil penelitian ini juga

diharapkan dapat dijadikan data dasar bagi pengembangan

program promosi kesehatan yang terkait dengan pengobatan

tradisional jika dibutuhkannya gambaran partisipasi masyarakat,

khususnya pada masyarakat urban.

2. Untuk ilmu pengetahuan, diharapkan hasil penelitian dapat

menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya dan dimanfaatkan

sebanyak – banyaknya untuk kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan.

Page 31: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

11

3. Untuk universitas, diharapkan hasil penelitian sebagai salah satu

bentuk program tri darma perguruan tinggi, yaitu bidang

penelitian.

1.6. Ruang Lingkup

Studi ini dilakukan di Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat

untuk melihat karakteristik masyarakat yang menggunakan

pengobatan tradisional sebagai Pengobatan pilihannya dan untuk

melihat apa saja faktor – faktor yang mendorong masyarakat untuk

menggunakan pengobatan tradisional sebagai Pengobatan yang

pilihannya. Dengan tujuan yang telah dirumuskan oleh peneliti, maka

ditetapkan penelitian ini bersifat kuantitatif dengan metode cross

sectional. Lingkup objek responden dalam studi kuantitatif ini dibatasi

untuk menggambarkan faktor – faktor pendorong masyarakat memilih

pengobatan tradisional sebagai pengobatan pilihan.

Page 32: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Pengobatan

Sistem pengobatan atau pengobatan di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu:

pengobatan konvensional atau modern dan pengobatan tradisional. Pengobatan

konvensional atau modern adalah pengobatan yang berbasis pada ilmu kedokteran

konvensional yang telah lama berkembang sejak sebelum abad ke 19. Pengobatan

dengan metode yang mengacu pada pengobatan secara medis oleh dunia Barat yang

ditunjang dengan berbagai peralatan madis yang canggih dan obat – obatan yang

bersifak kimia (buatan).

Sedangkan pengobatan tradisional adalah pengobatan yang berbasis kearifan

lokal (local wisdom) baik cara penyembuhan atau terapi yang digunakan maupun

obat – obatan yang digunakan adalah bahan – bahan alami. Pengobatan tradisional

terbagi dalam dua versi yaitu klasik dan modern. Tradisional klasik dlakukan secara

turun temurun tanpa ilmu atau penelitian sedangkan versi modern adalah pengobatan

yang berkonsep holistik dan sebagai komplemen (pelengkap) dari pengobatan medis.

2.2. Pengobatan Tradisional

2.2.1. Definisi

Menurut WHO (2000), pengobatan tradisional adalah jumlah total

pengetahuan, keterampilan, dan praktek - praktek yang berdasarkan pada

teori - teori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat

Page 33: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

13

budaya yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam

pemeliharaan kesehatan serta dalam pencegahan, diagnosa, perbaikan atau

pengobatan penyakit secara fisik dan juga mental.

Menurut WHO (2000) pengobatan tradisional (Traditional Medicine

disingkat TM) mengacu pada pengetahuan, keterampilan serta praktek

berdasarkan teori, kepercayaan dan pengalaman masyarakat adat – istiadat

dan budaya yang berbeda, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan dan

pencegahan, diagnosis, perbaikan atau pengobatan penyakit fisik dan mental.

Obat tradisional mencakup berbagai terapi dan praktek yang berbeda dari satu

negara dengan negara lain dan satu wilayah dengan wilayah lainnya. Di

beberapa negara, hal ini disebut sebagai "alternatif" atau "komplementer"

obat (Complementary Alternative Medicine disingkat CAM).

Seperti di Indonesia, pengobatan alternatif – komplementer diartikan

sebagai pengobatan non – konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas,

keamanan, dan efektivitas yang tinggi dan berlandaskan ilmu pengetahuan

biomedik, yang belum diterima dalam kedokteran konvensional

(Kementerian Kesehatan, 2007). Dari pengertian tersebut, pengobatan

tradisional, alternatif dan komplementer dapat diartikan sebagai pengobatan

yang berasal dari kepercayaan turun – temurun dan digunakan sampai

sekarang dengan tujuan untuk meningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Page 34: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

14

Pengobatan tradisional telah digunakan selama ribuan tahun dengan

kontribusi besar yang dibuat oleh praktisi kesehatan manusia, khususnya

sebagai penyedia perawatan kesehatan primer di tingkat masyarakat.

TM/CAM telah mempertahankan popularitasnya di seluruh dunia. Sejak tahun

1990 - an penggunaannya telah meningkat di banyak negara maju dan

berkembang. Selain itu, pengobatan tradisional juga salah satu cabang

pengobatan alternatif yang bisa didefinisikan sebagai cara pengobatan yang

dipilih oleh seseorang bila cara pengobatan konvensional tidak memberikan

hasil yang memuaskan (Asmino, 1995).

Menurut Kementerian Kesehatan (2008), Pengobatan tradisional

adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu

pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris dapat

dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di

masyarakat, diluar ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan.

Upaya kesehatan tradisional adalah upaya kesehatan yang

diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran yang mencakup cara

- teknik (metode), obat, sarana, dan pengobatnya (sumber daya manusia,

penyelenggara) yang mengacu pada pengetahuan, pengalaman, dan

keterampilan turun – temurun, baik yang diperoleh dengan cara berguru atau

malalui pendidikan.

Page 35: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

15

2.2.2. Jenis Pengobatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer

Jenis pengobatan tradisional, alternatif dan komplementer (Permenkes

RI, no: 1109/Menkes/Per/2007) adalah:

1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body intervention): hipnoterapi,

mediasi, penyembuhan spiritual, doa, dan yoga.

2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif: akupuntur, akupresur,

naturopati, homeopati, aromaterapi, dan ayurveda.

3. Cara penyembuhan manual: chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu,

osteopati, dan pijat urut.

4. Pengobatan farmakologi dan biologi: jamu, herbal, dan gurah

5. Diet nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan: diet makro nutrient,

micro nutrient.

6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan: terapi ozon, hiperborik, dan

EECP.

Jenis Pengobatan Tradisional menurut Asmino (1995), pengobatan

tradisional ini terbagi menjadi dua, yaitu: cara penyembuhan tradisional atau

traditional healing, yang terdiri daripada pijatan, kompres, akupuntur dan

sebagainya serta obat tradisional atau traditional drugs, yaitu: menggunakan

bahan - bahan yang telah tersedia dari alam sebagai obat untuk

menyembuhkan penyakit. Obat tradisional ini terdiri dari tiga jenis, yaitu:

pertama dari sumber nabati yang diambil dari bagian - bagian tumbuhan

seperti buah, daun, kulit batang dan sebagainya. Kedua, obat yang diambil

dari sumber hewani seperti bagian kelenjar - kelenjar, tulang - tulang maupun

Page 36: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

16

dagingnya dan yang ketiga adalah dari sumber mineral atau garam – garam

yang bisa didapatkan dari mata air yang keluar dari tanah contohnya, air mata

air zam - zam yang terletak di Mekah Mukarramah.

2.2.2.1. Obat Herbal

Obat herbal didefinisikan sebagai obat - obat yang dibuat dari

bahan alami seperti tumbuhan yang sudah dibudidayakan maupun

tumbuhan liar. Selain itu, obat herbal juga bisa terdiri dari obat yang

berasal dari sumber hewani, mineral atau gabungan antara ketiganya

(Mangan, 2003). Sebanyak 150,000 daripada 250,000 spesis

tumbuhan yang diketahui di dunia adalah berasal dari kawasan

tropika. Di Malaysia saja, kira – kira 1,230 jenis spesies tumbuhan

telah lama digunakan di dalam rawatan tradisional (Dharmaraj, 1998).

Kaum Melayu misalnya sering menggunakan akar susun kelapa

(Tabernaemontana divaricata), akar melur (Jasminum sambac), bunga

raya (Hibisus rosa sinensis) dan ubi memban (Marantha arundinacea)

untuk rawatan kanser (Dharmaraj, 1998).

Dalam pengobatan tradisional ini, memang masih kurang data

– data laboratorium tentang khasiat serta manfaat tanaman - tanaman

tersebut. Oleh sebab itu, di kalangan ahli dokter modern menganggap

pengobatan alternatif ini kurang ilmiah karena tidak didukung dengan

data klinis yang valid. Para ahli pengobatan tradisional ini pada

dasarnya melihat kesehatan sebagai satu pendekatan holistik dimana

jika adanya berlaku gangguan pada salah satu organ tubuh maka ini

akan menyebabkan ketidakseimbangan pada organ tubuh yang

Page 37: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

17

lainnya. Tujuan utama pengobatan ini dilakukan lebih kepada

penyembuhan dengan menyeimbangkan kondisi organ - organ ini dan

bukan hanya untuk menghilangkan gejala saja (Mursito, 2002).

Keuntungan utama dalam menggunakan obatan herbal ini

adalah biayanya yang murah (Moh, 1998). Ini karena mudahnya dapat

bahan baku ini termasuklah bisa ditanam sendiri di halaman rumah

sebagai bekalan. Kebanyakan tumbuhan ini mudah membesar dan

tidak memerlukan kos penjagaan yang tinggi jika ditanam sendiri.

Selain itu, efek samping yang ditimbulkannya relatif kecil sehingga

lebih aman digunakan daripada obat – obatan modern yang banyak

efek sampingnya. Bahkan, di kalangan masyarakat, obat herbal ini

dianggap tidak memiliki efek samping walaupun sebenarnya dalam

setiap tumbuhan ini memiliki bahan kimia hanya dalam dosis yang

relatif kecil sehingga tidak memberikan efek yang besar pada

penggunanya (Mangan, 2003).

2.2.2.2. Pijat Tradisional

Pijat adalah sebuah perlakuan ”hands-on”, dimana terapis

memanipulasi otot dan jaringan lunak lain dari tubuh untuk

meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Berbagai jenis pijat dari

lembut membelai hingga teknik manual yang lebih dalam untuk

memijat otot serta jaringan lunak lainnya. Pijat ini telah dipraktikkan

sebagai terapi penyembuhan selama berabad - abad yang hampir ada

dalam setiap kebudayaan di seluruh dunia. Ini dapat membantu

meringankan ketegangan otot, mengurangi stres, dan membangkitkan

Page 38: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

18

rasa ketenangan. Meskipun pijat mempengaruhi tubuh secara

keseluruhan, hal itu terutama mempengaruhi aktivitas, sistem

muskuloskeletal, peredaran darah, limfatik, dan juga saraf.

Jenis pijatan, ada hampir 100 pijat tubuh yang berbeda - beda

tekniknya. Setiap teknik unik dirancang untuk mencapai tujuan

tertentu. Jenis yang paling umum diterapkan di Amerika Serikat dan

semakin berkembang di negara - negara lain meliputi:

1. Pijatan Aromaterapi: Minyak essensial dari tanaman dipiijat di

atas kulit untuk meningkatkan penyembuhan dan efek relaksasi

dari pijatan itu. Minyak essensial ini diyakini memiliki pengaruh

kuat pada suasana hati dengan merangsang dua struktur jauh di

dalam otak, yaitu: sistem limbik dan hipokampus yang

merupakan penyimpan emosi dan memori.

2. Pijatan Craniosakral: tekanan lembut diterapkan pada kepala dan

tulang belakang untuk memperbaiki ketidakseimbangan dan

memulihkan aliran cairan serebrospinal di daerah - daerah

tersebut.

3. Pijatan Limfatik: Pijatan yang lembut dan berirama digunakan

untuk meningkatkan aliran getah bening (cairan berwarna yang

membantu melawan infeksi dan penyakit) ke seluruh tubuh. Salah

satu bentuk yang paling populer dari pijat limfatik, drainase

limfatik manual (MLD), berfokus pada pengeringan kelebihan

Page 39: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

19

getah bening. MLD biasanya digunakan setelah operasi (seperti

mastektomi untuk kanker payudara) untuk mengurangi bengkak.

4. Pijatan Miofasial: tekanan lembut dan memposisi tubuh

digunakan untuk relaksasi dan peregangan otot - otot, fasia

(jaringan ikat), dan struktur terkait. Biasanya terapis fisik dan

terapis pijat yang terlatih menggunakan teknik ini.

5. Terapi Polaritas: Suatu bentuk energi penyembuhan, terapi

polaritas menstimulasi dan menyeimbangkan aliran energi dalam

tubuh untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.

6. Refleksi: teknik khusus menggunakan ibu jari dan jari diterapkan

pada tangan dan kaki. Refleksologis percaya bahwa daerah ini

mengandung "titik refleks" atau koneksi langsung ke organ

tertentu dan struktur pada seluruh tubuh.

7. Rolfing: Tekanan diterapkan pada fasia (jaringan ikat) untuk

meregangkan, memperpanjang, dan membuatnya lebih fleksibel.

Tujuan dari teknik ini adalah untuk menyelaraskan tubuh

sehingga menghemat energi, melepaskan ketegangan, dan fungsi

yang lebih baik.

8. Shiatsu: tekanan lembut jari tangan diterapkan terhadap titik –

titik tertentu pada tubuh untuk menghilangkan rasa sakit dan

meningkatkan aliran energi (dikenal sebagai qi) melalui jalur

energi tubuh (disebut meridian).

Page 40: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

20

9. Pijatan Olahraga: Sering digunakan pada atlet profesional dan

individu aktif lainnya, pijatan olahraga dapat meningkatkan

kinerja dan mencegah serta mengobati cedera yang berhubungan

dengan olahraga.

10. Pijatan Swedia: Berbagai stroke dan teknik tekanan yang

digunakan untuk meningkatkan aliran darah ke jantung,

menghilangkan hasil metabolisme dari jaringan, meregangkan

ligamen dan tendon, serta meredakan ketegangan fisik dan

emosional.

11. Pijatan ’Trigger Point’ : Tekanan diterapkan untuk "memicu

poin" (daerah lembut di mana otot - otot telah rusak) untuk

mengurangi kejang otot dan sakit.

12. Sentuhan Integratif: Suatu bentuk terapi pijat lembut yang

menggunakan teknik nonsirkulasi. Hal ini dirancang untuk

memenuhi kebutuhan pasien yang dirawat di rumah sakit atau

dalam perawatan hospis.

13. Sentuhan Pengasih: Menggabungkan satu - satu fokus perhatian,

sentuhan yang disengaja, dan pijatan sensitif dengan komunikasi

untuk meningkatkan kualitas hidup untuk pasien usia lanjut, sakit,

atau pasien kritis (ADAM, 2010).

Pijat diyakini dapat mendukung penyembuhan, meningkatkan

energi, mengurangi waktu pemulihan cedera, meringankan rasa sakit,

Page 41: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

21

dan meningkatkan relaksasi, suasana hati, dan kesejahteraan. Hal ini

berguna untuk banyak masalah muskuloskeletal, nyeri punggung,

osteoarthritis, fibromyalgia, dan terkilir. Pijat juga dapat mengurangi

depresi pada orang dengan sindrom kelelahan kronis, mudah sembelit

(bila teknik ini dilakukan di daerah perut), menurunkan

pembengkakan setelah mastektomi (pengangkatan payudara),

mengurangi gangguan tidur, dan meningkatkan citra diri. Di tempat

kerja, pijat telah terbukti dapat mengurangkan stres dan meningkatkan

kewaspadaan mental. Sebuah studi (Cambron, 2006) menemukan

bahwa pijat jaringan dapat mengurangi tingkat tekanan darah

(pengurangan rata - rata 10,4 mm Hg dalam tekanan sistolik dan

penurunan tekanan diastolik sebesar 5,3 mm Hg).

Studi lain menunjukkan bahwa pijat memiliki efek

menguntungkan pada rasa sakit langsung dan suasana hati di antara

pasien dengan kanker tingkat lanjut (Kutner, 2008). Menurut studi

klinis yang dilakukan (Furlan, 2008), menunjukkan bahwa pijat

mengurangi rasa sakit punggung kronis lebih efektif daripada

perlakuan lainnya (termasuk akupunktur dan perawatan medis

konvensional untuk kondisi ini), dan dalam banyak kasus, biayanya

juga kurang dari perlakuan lainnya.

Ibu dan bayi yang baru lahir juga tampak manfaat dari pijat.

Ibu yang dilatih untuk memijat bayi mereka sering merasa kurang

tertekan dan memiliki ikatan emosional yang lebih baik dengan bayi

mereka. Bayi yang menerima pijatan dari ibu mereka juga cenderung

Page 42: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

22

lebih sedikit menangis, dan lebih aktif, waspada, dan ramah. Bayi

prematur yang menerima terapi pijat telah menunjukkan penambahan

berat badan lebih cepat daripada bayi prematur yang tidak menerima

terapi ini. Bayi yang menerima pijat secara teratur juga mendapat tidur

lebih baik, mengurangi masalah kembung perut atau kolik, dan

memiliki kesadaran tubuh yang lebih baik serta pencernaan lebih

teratur (Beider, 2007).

Studi yang dilakukan Vennesy pada tahun 2007 yang

menyentuh tentang pengobatan secara fisik ini menunjukkan bahwa

pijat bisa menjadi pengobatan yang efektif untuk anak - anak muda

dan remaja dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk:

1. Autism: Anak - anak autistik, yang biasanya tidak suka disentuh,

menunjukkan perilaku yang kurang autis dan lebih sosial serta

perhatian setelah menerima terapi pijat dari orang tua mereka.

2. Dermatitis atopik: Anak - anak dengan masalah ini, tampaknya

berkurangan kemerahan, bersisik serta gatal - gatal dan gejala

lain jika menerima pijat. Pijat sebaiknya tidak digunakan saat

kondisi kulit meradang secara aktif.

3. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD): Pijat dapat

memperbaiki suasana hati pada anak dengan ADHD dan

membantu mereka merasa kurang gelisah dan hiperaktif.

Page 43: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

23

4. Bulimia: Studi menunjukkan bahwa remaja dengan gangguan

makan merasa kurang tertekan dan cemas setelah menerima

terapi pijat.

5. Diabetes: Pijat dapat membantu mengatur kadar gula darah dan

mengurangi kecemasan dan depresi pada anak dengan diabetes.

6. Rheumatoid arthritis: Anak - anak remaja dengan rheumatoid

arthritis (JRA) telah terbukti kurang mengalami rasa sakit,

kekakuan pada waktu pagi, dan kecemasan hasil daripada terapi

pijat.

Orang - orang yang mempunyai kondisi seperti gagal jantung,

gagal ginjal, infeksi pada vena superfisial atau selulitis pada bahagian

kaki dan lain - lain, pengumpalan darah pada kaki, masalah koagulasi,

dan infeksi kulit yang bisa berjangkit. Bagi pasien yang menderita

kanker, perlu mendapatkan pengesahan daripada dokter mereka

karena pijatan ini bisa merusakkan tisu yang rapuh akibat dari

kemoterapi atau pengobatan radiasi. Begitu juga dengan pasien goiter,

ekzema dan lesi - lesi kulit lainnya ketika masih sedang kambuh serta

pasien yang menderita osteoporosis, demam tinggi, kurang sel darah

putih, masalah mental dan yang sedang pulih dari pembedahan harus

mengelakan dari melakukan pijatan ini.

2.2.2.3. Akupunktur

Akupunktur adalah cara pengobatan yang menggunakan cara

menusuk jarum pada titik - titik tertentu pada tubuh badan manusia

Page 44: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

24

dan digunakan untuk mengembalikan serta mempertahankan

kesehatan seseorang dengan menstimulasi titik - titik itu. Indikasi

melakukan akupunktur (WHO, 1991):

1. Saluran pencernaan dan lambung, untukmengatasi berbagai

masalah fungsional seperti masalah ekskresi asam lambung,

nyeri kolik, otot dan peradangan,

2. Saluran nafas, untuk mengatasi kondisi alergi dan meningkatkan

daya tubuh,

3. Mata, kelainan mata yang bersifat radang dan fungsional otot

serta refraksi,

4. Mulut; untuk mengatasi rasa nyeri setelah pencabutan gigi

ataupun peradangan kronis,

5. Saraf, otot dan tulang; yaitu masalah yang berkaitan dengan

nyeri, kelemahan, kelumpuhan serta peradangan pada sendi.

Akupunktur juga dapat digunakan sebagai terapi alternatif

untuk penyakit yang secara konvensional belum jelas pengobatannya

dan apabila pengobatan konvensional sudah kurang bereaksi terhadap

panyakit tersebut. Akupunktur juga dapat digunakan secara beriringan

dengan terapi konvensional ini dan terbukti dapat membantu penderita

yang diserang penyakit berat seperti stroke dalam rehabilitasi mereka.

Seperti yang telah diketahui, semua jenis pengobatan pasti ada

kontraindikasinya. Bagi akupunktur, kontraindikasinya adalah bagi

penderita yang dalam keadaan hamil. Selain itu, penderita yang

menggunakan pacu jantung ataupun pacemaker juga dinasihatkan

Page 45: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

25

untuk tidak memilih pengobatan akupunktur ini. Dan dalam kerja

menusuk, seorang akupunkturis tidak bisa menusuk dekat daerah

tumor ganas dan juga pada kulit yang sedang meradang. WHO juga

sedang meninjau tentang perlindungan dan pencegahan terhadap

penularan Hepatitis dan HIV/AIDS melalui jarum akupunktur.

Praktisi akupunktur dan masyarakat yang menggunakan khidmat

pengobatan akupunktur ini diharapkan diberi pendidikan tentang

risiko yang bisa dialami dan cara kerja yang benar untuk menanggung

ulangan keadaan ini.

2.2.2.4. Akupressur

Akupressur berasal dari kata accus dan pressure, yang berarti

jarum dan menekan. Istilah ini dipakai untuk cara penyembuhan yang

menggunakan teknik penekanan dengan jari pada titik – titik

akupunktur sebagai pengganti penusukan jarum pada system

penyembuhan akupunktur. Tujuan penekanan pada titik – titik

akupressur adalah melancarkan aliran energy untuk dapat

menjalankan fungsinya. Fungsi organ – organ tubuh akan terganggu

jika tidak mendapatkan aliran energi yang cukup. Gangguan fungsi

tubuh akan mengganggu keseimbangan system tubuh (Kementerian

Kesehatan, 2012).

2.3. Pemanfaatan Pengobatan

Menurut Levey dan Loomba (1973), yang dimaksud dengan Pengobatan

adalah setiap upaya yng diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu

Page 46: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

26

organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, keluarga,

kelompok dan masyarakat (Ilyas, 2003). Pengobatan merupakan suatu produk yang

unik jika dibandingkan dengan produk jasa lainnya, karena Pengobatan memiliki tiga

ciri utama, yaitu:

1. Uncertainly

Pengobatan bersifat uncertainly artinya adalah Pengobatan tidak dapat

dipastikan waktu, tempat dan besarnya biaya yang dibutuhkan maupun tingkat

urgensi dari pelayanan tersebut.

2. Asymetry of Information

Suatu keadaan kesehatan dengan penggunaan atau pembeli jasa Pengobatan.

Pemanfaatan Pengobatan adalah hasil dan proses pencarian Pengobatan oleh

seseorang maupun kelompok. Pengetahuan tentang faktor yang mendorong individu

membeli kesehatan merupakan informasi kunci untuk mempelajari utilisasi

Pengobatan. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pemanfataan/ utilisasi

(Ilyas, 2003).

2.4. Perilaku Pemanfaatan Pengobatan

2.4.1. Definisi Perilaku

Pemanfaatan Pengobatan adalah hasil dari proses pencarian

Pengobatan oleh seseorang maupun kelompok. Pengetahuan tentang faktor

yang mendorong individu membeli Pengobatan merupakan informasi kunci

untuk mempelajari utilisasi Pengobatan. Mengetahui faktor-faktor yang

Page 47: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

27

mempengaruhi pencarian Pengobatan berarti juga mengetahui faktor-faktor

yang memengaruhi pemanfaatan/utilisasi. Menurut Andersen R (1968)

perilaku orang sakit berobat ke Pengobatan secara bersama dipengaruhi oleh

faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling

factors), dan faktor kebutuhan (need factors).

Menurut Notoadmodjo (2007) perilaku pencarian pengobatan adalah

perilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan atau

mencari pengobatan. Perilaku pencarian di masyarakat terutama di negara

yang sedang berkembang sangat bervariasi, respons seseorang apabila

sakit adalah sebagai berikut:

Pertama, tidak bertindak atau tidak melakukan apa-apa (no action),

alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu

kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan bahwa

tanpa bertindak apapun simptom atau gejala yang dideritanya akan lenyap

dengan sendirinya. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan belum merupakan

prioritas di dalam hidup dan kehidupannya.

Kedua, tindakan mengobati sendiri (self treatment) dengan alasan

yang sama seperti telah diuraian. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah

karena orang atau masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan

sudah merasa bahwa berdasar pengalaman yang lalu usaha sendiri sudah

mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pengobatan keluar tidak

diperlukan.

Page 48: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

28

Ketiga, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan

tradisional (traditional remedy). Keempat, mencari pengobatan dengan

membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist shop) dan sejenisnya,

termasuk ke tukang – tukang jamu. Kelima, mencari pengobatan ke fasilitas-

fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-

lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke dalam balai pengobatan,

puskesmas, dan rumah sakit (Notoatmodjo, 2007).

Fasilitas Pengobatan yang kurang di daerah pedesaan menyebabkan

sebagian besar masyarakat masih sulit mendapatkan atau memperoleh

pengobatan. Selain itu hal penting yang mempersulit usaha pertolongan

terhadap masalah kesehatan pada masyarakat desa adalah kenyataan yang

sering terjadi dimana penderita atau keluarga penderita tidak dengan segera

mencari pertolongan pengobatan. Perilaku yang menunda untuk memperoleh

pengobatan dari praktisi kesehatan ini disebut dengan treatment delay

(Sarafino, 2006).

Treatment delay adalah rentang waktu yang telah berlalu ketika

individu mengalami simptom awal sampai individu memasuki Pengobatan

dari praktisi kesehatan (Sarafino, 2006). Rendahnya penggunaan fasilitas

kesehatan ini, seringkali kesalahan dan penyebabnya dikarenakan faktor jarak

antara fasilitas tersebut dengan masyarakat yang terlalu jauh, tarif yang

tinggi, pelayanan yang tidak memuaskan dan sebagainya. Perilaku

merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar). Perilaku juga dapat dikatakan sebagai totalitas penghayatan dan

aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara beberapa faktor.

Page 49: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

29

Sebagian besar perilaku manusia adalah operant response yang berarti

respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus tertentu

yang disebut reinforcing stimulation atau reinfocer yang akan memperkuat

respons. Oleh karena itu untuk membentuk perilaku perlu diciptakan adanya

suatu kondisi tertentu yang dapat memperkuat pembentukan perilaku

Prasetijo (2004).

2.4.1. Faktor - Faktor yang Memengaruhi Perilaku Berdasarkan Model

Andersen

Berdasarkan perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, pasien

akan memutuskan menggunakan Pengobatan. Untuk menjelaskan tentang

proses pemanfaatan Pengobatan oleh masyarakat atau pasien oleh Andersen

(1995) dikemukakan bahwa keputusan seseorang dalam memanfaatkan

Pengobatan tergantung pada:

1. Karakteristik Predisposisi (predisposing characteristic)

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap

individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan Pengobatan yang

berbeda-beda. Karakteristik predisposisi dapat dibagi ke dalam 3 kelompok

yakni:

a. Ciri - ciri demografi : umur, jenis kelamin, status pernikahan, dan

penyakit yang pernah diderita.

b. Struktur sosial : jenis pekerjaan, status sosial, pendidikan, ras, jumlah

anggota keluarga, agama, kesukuan, dan jarak ke Pengobatan.

Page 50: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

30

c. Kepercayaan: keyakinan, sikap, serta pengetahuan terhadap

Pengobatan dan penyakitnya.

2. Karakteristik Pendukung (enabling characteristic)

a. Sumber daya keluarga : penghasilan keluarga, kemampuan membeli

jasa pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan.

b. Sumber daya masyarakat : jumlah sarana Pengobatan, jumlah tenaga

kesehatan, rasio penduduk dengan tenaga kesehatan dan lokasi sarana

serta karakteristik masyarakat (urban atau rural).

3. Karakteristik Kebutuhan (need characteristic)

Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk

menggunakan Pengobatan. Karakteristik kebutuhan dapat dibagi menjadi 2

kategori yakni :

a. Perceived (subject assessment).

b. Evaluated (clinical diagnosis).

Komponen kebutuhan yang ”dirasakan” (perceived need), diukur

dengan perasaan subjektif individu terhadap Pengobatan. Jadi secara umum

dapat dikatakan bahwa faktor kebutuhan (need) merupakan penentu akhir

bagi individu dalam menentukan seseorang memanfaatkan Pengobatan

(Andersen, 1995).

Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial-spiritual yang utuh dan unik

sehingga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia berbeda dengan

Page 51: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

31

makhluk lain yang ada dimuka bumi ini. Teori kebutuhan manusia

memandang manusia sebagai suatu keterpaduan, keseluruhan yang

terorganisir dalam upaya memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia

dipandang sebagai tekanan internal hasil dari perubahan keadaan sistem dan

tekanan ini diwujudkan dengan adanya suatu perilaku yang dilakukan agar

terpenuhinya suatu kebutuhan.

Menurut Abraham Maslow kebutuhan manusia terdiri dari 5 yaitu (i)

kebutuhan fisiologis, (ii) kebutuhan rasa aman dan keselamatan, (iii)

kebutuhan dicintai dan dimiliki, (iv) kebutuhan akan harga diri dan (v)

kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan kesehatan (health needs) pada

dasarnya bersifat objektif yaitu kebutuhan kesehatan yang ditentukan oleh

tenaga medis dan karena itu untuk meningkatkan derajat kesehatan pada

perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat, upaya untuk

memenuhinya bersifat mutlak.

Sebagai sesuatu yang bersifat objektif maka munculnya kebutuhan

sangat ditentukan oleh masalah kesehatannya. Berbeda halnya dengan

kebutuhan, permintaan kesehatan (health demand) yang pada dasarnya

bersifat objektif yaitu kebutuhan kesehatan yang ditentukan oleh persepsi

pasien tentang kesehatannya. Oleh karena itu pemenuhan permintaan tersebut

pada saat itu saja (Notoadmodjo, 2007). Kebutuhan terhadap Pengobatan

seringkali disalahtafsirkan dengan permintaan terhadap perawatan,

pemenuhan kebutuhan Pengobatan belum tentu merupakan pemenuhan

permintaan perawatan Pengobatan seseorang (Azwar, 1996).

Page 52: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

32

Menurut Ewless dan Simnett ada empat macam kebutuhan yaitu (i)

kebutuhan normatif, (ii) kebutuhan yang dirasakan, (iii) kebutuhan yang

dinyatakan, dan (iv) kebutuhan komparatif. Kebutuhan normatif adalah

kebutuhan yang ditetapkan oleh seorang ahli atau seorang profesional sesuai

dengan kebutuhan normatif, seperti peraturan kesehatan makanan, ditetapkan

oleh undang-undang. Kebutuhan yang dirasakan adalah kebutuhan yang

diidentifikasikan orang- orang sebagai apa yang mereka inginkan. Kebutuhan

yang dirasakan dapat sedikit atau tak terbatas banyaknya tergantung pada

kesadaran dan pengetahuan orang tentang apa yang dapat tersedia. Kebutuhan

yang dinyatakan adalah apa yang orang katakan mereka butuhkan dan telah

diubah menjadi permintaan yang terungkap/dinyatakan. Tidak semua

kebutuhan yang dirasakan dapat berubah menjadi kebutuhan yang

dinyatakan. Tidak ada kesempatan, motivasi atau keberanian menyatakan

sesuatu dapat menjadi hambatan pengungkapan kebutuhan yang dirasakan.

Kebutuhan komparatif adalah kebutuhan yang ditatapkan ahli dengan

membandingkan kebutuhan masing-masing kelompok sasaran. Dalam hal ini,

kelompok yang belum mendapat perlakuan dianggap merupakan kelompok

yang memiliki kebutuhan.

Dalam menjelaskan keputusan dalam pencarian

pengobatan/pemanfaatan Pengobatan, model Andersen adalah yang paling

banyak digunakan (Becker, 1974). Model perilaku penggunaan Pengobatan

ini dikembangkan sekitar tahun 1960-an, untuk memahami mengapa keluarga

menggunakan Pengobatan, mengukur kelayakan akses Pengobatan, dan untuk

Page 53: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

33

membantu mengembangkan kebijakan dalam mempromosikan akses yang

layak (Andersen, 1995).

Menurut model ini, penggunaan Pengobatan oleh seseorang

merupakan fungsi dari predisposisi dalam menggunakan Pengobatan, faktor

pemungkin dan kebutuhan akan pengobatan. Karakteristik predisposing,

faktor demografi seperti umur dan jenis kelamin mempresentasikan secara

biologis bahwa orang – orang akan memerlukan perawatan kesehatan

(Whuka dan Eat dalam Andersen, 1995). Struktur sosial diukur dengan faktor

– faktor determinan status seseorang di masyarakat, kemampuan dia untuk

mengatasi masalah – masalah tersebut. Pengukuran tradisional untuk menilai

struktur sosial adalah pendidikan, pekerjaan, dan suku bangsa (Andersen,

1995).

Health belief/kepercayaan kesehatan adalah sikap, nilai – nilai dan

pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang kesehatan dan Pengobatan yang

bias mempengaruhi persepsi mereka akan kebutuhan dan penggunaan

Pengobatan. Health belief menyediakan sebuah arti untuk menjelaskan

bagaimana struktur social bias mempengaruhi sumber daya pemungkin

(enabling resources), persepsi kebutuhan, dan kebutuhan subsekuent

(subsequent use).

Sumber daya yang memungkinkan dari masyarakat dan pribadi harus

ada untuk penggunaan Pengobatan. Pertama, petugas kesehatan dan fasilitas

kesehatan harus tersedia dimana orang – orang tinggal dan bekerja.

Kemudian orang – orang harus mempunyai tujuan dan mengetahui

Page 54: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

34

bagaimana mendapatkan dan menggunakan pelayanan tersebut. Perjalanan

dan waktu tunggu merupakan pengukuran yang penting disini (Andersen,

1995).

Model health service harus mempertimbangkan bagaimana orang –

orang memandang kesehatan mereka secara umum, bagaimana mereka

merasakan gejala – gejala penyakit, nyeri, dan kekhawatiran tentang

kesehatan mereka. Hal ini bisa menjadikan keputusan penting bagi mereka

dalam pencarian pengobatan. Perceived need adalah fenomena sosial dan

harus dijelaskan dengan struktur sosial dan kepercayaan kesehatan (health

belief). Evaluated need (kebutuhan yang dievaluasi) menggambarkan

pernyataan tenaga professional tentang status kesehatan seseorang dan

kebutuhan mereka akan Pengobatan. Tentunya untuk evaluated need tidaklah

sederhana. Untuk pengukuran vaiditas dan reliabilitasnya harus melalui ilmu

biologi dan membutuhkan kompetensi dari para ahli/professional dalam

melakukan penilaian. Harapan logis dari model adalah bahwa perceived need

akan lebih menolong kita dalam pencarian pengobatan. Sedangkan evaluated

need akan lebih dekat menghubungkan untuk jenis – jenis

treatment/pengobatan/perlakuan yang akan disediakan setelah seorang pasien

dipertemukan dengan penyedia Pengobatan.

Hipotesis Andersen menyatakan bahwa faktor predisposing, enabling,

dan need akan mempunyai perbedaan kemampuan dalam menjelaskan

penggunaan, tergantung dari tipe pelayanan yang digunakan (Andersen, 1968

dalam Andersen, 1995).

Page 55: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

35

2.5. Kerangka Teori

Predisposing Enabling Need

Bagan 2.1

Perilaku Pencarian Pengobatan

Individual Determinants of Health Service Utilization

by Ronald Andersen and John F. Newman (2005)

Demograpic: Age,

Sex, Marital

Status, Past Illness

Social Structure:

Education, Race,

Occupation,

Family Size,

Athnicity, Religion,

Residential

Mobility

Beliefs: Values

Concerning Health

and Illness,

Attitudes Toward

Health Services,

Knowledge About

Disease

Family: Health

Insurance, Type of

Regular Source,

access to Regular

Source

Community: Ratios

of Health

Personnel and

Facilities to

Population, Price

of Health Health

Services, Region of

Country, Urban –

Rural Character

Evaluated:

Symptoms,

Diagnoses

Perceieved:

Disability,

Symptoms,

Diagnoses,

General State

Presipi

-tating

factor

Health

Service

Use

Page 56: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

36

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori Ronald M. Andersen tentang perilaku pencarian

pengobatan dalam penelitian ini dikhususkan pengobatan tradisional,

beberapa faktor yang diduga mempengaruhi perilaku seseorang

diantaranya, yaitu:

1. Faktor predisposisi, dibagi menjadi 3, yaitu:

A. Demografi, yang meliputi: usia, jenis kelamin, dan status

pernikahan,

B. Struktur sosial, yang meliputi: tingkat pendidikan, pekerjaan,

jumlah anggota keluarga dalam satu rumah, suku/etnis, agama,

serta jarak rumah dengan pengobatan tradisional

C. Kepercayaan, yang meliputi: penilaian tentang sehat dan sakit,

sikap terhadap pengobatan tradisional, serta pengetahuan tentang

pengobatan tradisional.

2. Faktor pendukung, dibagi menjadi 2, yaitu:

A. Keluarga, yang meliputi asuransi atau jaminan kesehatan yang

dimiliki oleh keluarga.

B. Masyarakat, yang meliputi tarif pengobatan tradisional.

Page 57: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

37

3. Faktor kebutuhan, dibagi menjadi 2, yaitu:

A. Pandangan subjektif pengobatan pada saat sakit

B. Keadaan penyakit yang dialami sesuai dengan diagnosis medis

Page 58: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

38

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Predisposisi

Demografi:

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Status pernikahan

Struktur Sosial:

4. Tingkat pendidikan

5. Pekerjaan

6. Jumlah keluarga

7. Suku/etnis

8. Agama

9. Jarak rumah

dengan pengobatan

Kepercayaan:

10. Nilai tentang

sehat dan sakit

11. Sikap terhadap

pengobatan

tradisional

12. Pengetahuan

tentang pengobatan

tradisional

Pendukung

Keluarga:

13. Asuransi/

jaminan kesehatan

Masyarakat:

14. Tarif

pengobatan

tradisional,

Kebutuhan

15. Pandangan

subjektif

pengobatan pada

saat sakit

16. Keadaan

penyakit yang

dialami sesuai

dengan diagnosis

medis

Perilaku

Pencarian

Pelayanan

Kesehatan

Tradisional

Page 59: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

39

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Cara Ukur Skala Hasil Ukur

Perilaku

Pencarian

Pengobatan

Tradisional

Frekuensi

responden

mengakses

pengobatan

tradisional pada

saat mengalami

gangguan

kesehatan.

Kuesioner Wawancara Ordinal

1. Jarang

2. Kadang –

kadang

3. Sering

Usia

Lamanya hidup

responden yang

dihitung

dari tahun lahir

sampai

ulang tahun

terahir.

Kuesioner Wawancara Ordinal 1. ≤ 30 tahun

2. > 30 tahun

Jenis

Kelamin

Kondisi biologis

reponden sejak

dilahirkan.

Kuesioner Wawancara Ordinal

1.Pria

2.Wanita

Status

Pernikahan

Data yang

dimiliki oleh

responden pada

saat

pengambilan

data

berdasarakan

data yang

terdaftar dalam

pencatatan sipil

terkait dengan

pernikahannya.

Kuesioner Wawancara Ordinal

1.Sudah

Menikah

2.Belum

Menikah

3.Duda/Janda

Tingkat

Pendidikan

Jenis pendidikan

formal yang

terakhir yang

diselesaikan

oleh responden

Kuesioner Wawancara Ordinal

1.Rendah

(tidak sekolah

sampai SMA)

2.Tinggi (D3

sampai S3)

Pekerjaan

Aktivitas atau

rutinitas yang

dilakukan

sebagai profesi

Kuesioner Wawancara Nominal

1.Tidak

Bekerja/

Pensiunan

Page 60: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

40

untuk memenuhi

kebutuhan

sehari – hari.

2.Pegawai

Negeri Sipil

atau TNI atau

POLRI

3.Pegawai/

Karyawan

Swasta

4.Wiraswasta/

Pedagang

5.Buruh/

Pekerja Kasar

Jumlah

Anggota

Keluarga

Total anggota

keluarga yang

tinggal dalam

satu rumah

dengan

responden.

Kuesioner Wawancara Ordinal

1.Baik (≤ 4

orang)

2.Buruk (> 4

orang)

Suku/ Etnis

Suku bangsa

yang dimiliki

oleh responden

Kuesioner Wawancara Nominal

1.Suku Betawi

2.Suku Jawa

3.Suku Batak

4.Suku Melayu

5.Suku Sunda

6.Etnis

Tionghoa

7.Suku Bali

Agama

Ajaran atau

kepercayaan

yang diakui di

Indonesia dan

menjadi

keyakinan oleh

responden

Kuesioner Wawancara Nominal

1.Islam

2.Kristen

Katolik

3.Protestan

4.Budha

5.Hindu

6.Konghuchu

Jarak Rumah

dengan

Pengobatan

Tradisional

Seberapa jauh

responden dari

rumahnya ke

pengobatan

yang menjadi

rujukan pada

saat sedang

sakit.

Kuesioner Wawancara Nominal 1.Dekat

2.Jauh

Nilai tentang

Kesehatan

dan Penyakit

Pandangan

responden

terhadap suatu

penyakit

Kuesioner Wawancara Ordinal

1.Baik

2.Sedang

3.Buruk

Page 61: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

41

Sikap

Terhadap

Pengobatan

Tradisional

Respon yang

timbul dalam

menghadapi

pengobatan

Kuesioner Wawancara Ordinal

1. Buruk

(≤33,65)

2. Baik

(>33,65)

Pengetahuan

Tentang

Pengobatan

Tradisional

Pengetahuan

yang dimiliki

oleh responden

tentang

pengobatan

tradisional pada

saat

pengambilan

data penelitian

Kuesioner Wawancara Ordinal

1. Rendah

(≤59,7)

2. Tinggi

(>59,7)

Asuransi

atau Jaminan

Kesehatan

Keluarga

Jaminan

kesehatan untuk

menanggung

biaya

pengobatan

yang dimiliki

oleh anggota

keluarga.

Kuesioner Wawancara Ordinal 1.Ada

2.Tidak ada

Tarif

Pengobatan

Tradisional

Biaya yang

dikenakan pada

saat melakukan

pemeriksaan

kesehatan/

berobat

Kuesioner Wawancara Ordinal

1.Tinggi

2.Sedang

3.Rendah

Pandangan

Subjektif

Terhadap

Penyakit.

Persepsi

responden

terhadap

gangguan

kesehatan yang

pernah dialami

oleh responden

Kuesioner Wawancara Ordinal

1. Buruk

(≤3,76 )

2. Baik(>3,76 )

Keadaan

Penyakit

Berdasarkan

Diagnosis

Medis

Pernyataan

responden

mengenai

keluhan yang

dirasakan

terhadap gejala

– gejala

gangguan

kesehatan.

Kuesioner Wawancara Nominal

1. Masalah

pada otot

dan sendi

2. Kolesterol

tinggi

3. Asam urat

4. Diabetes

5. Stroke

6. Reumatik

Page 62: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

42

3.3. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat dalam penelitian ini,

rumusan hipotesis peneliti adalah:

1. Ada hubungan antara faktor predisposisi (usia, jenis kelamin, status

pernikahan, pendididikan, pekerjaan, jumlah keluarga, suku/etnis, agama,

jarak rumah dengan pengobatan tradisional, penilaian tentang sehat dan

sakit, sikap terhadap pengobatan, dan pengetahuan tentang pengobatan)

dengan perilaku pengobatan tradisional masyarakat,

2. Ada hubungan antara pendukung faktor (asuransi kesehatan dan tarif

pengobatan) dengan perilaku pengobatan tradisional masyarakat,

3. Ada hubungan antara faktor kebutuhan (pandangan subjektif terhadap

penyakit yang pernah dialami dan keadaan penyakit yang dialami sesuai

dengan diagnosis medis) dengan perilaku pengobatan tradisional

masyarakat.

Page 63: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

43

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif

dengan desain penelitian cross sectional, dimana pengumpulan data dan

pengukuran variabel independen dan variabel dependen dilakukan pada

waktu yang bersamaan. Lalu dari data yang terkumpul dilakukan uji

statistik dengan uji chi square. Pemilihan desain ini didasarkan pada

tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui faktor – faktor yang

berhubungan terhadap perilaku pencarian pelayanan kesehatan tradisional

masyarakat urban di wilayah Cengkareng, Jakarta Barat tahun 2014.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 di wilayah

Cengkareng, Jakarta Barat.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang dewasa

yang bertempat tinggal di Cengkareng serta pernah melakukan

pencarian pelayanan kesehatan (pengobatan) tradisional.

Page 64: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

44

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian orang dewasa

yang bertempat tinggal di Cengkareng serta pernah melakukan

pencarian pelayanan kesehatan (pengobatan) tradisional.

Teknik sampling atau teknik pengambilan sampel yang

digunakan yaitu purposive dengan karakteristik responden yaitu:

orang dewasa yang pernah melakukan pencarian pelayanan

kesehatan tradisional. Untuk mendapatkan jumlah sampel, peneliti

menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi (Lemeshow,

1997) sebagai berikut :

n = {Z1-α/2 √2P (1-P) + Z1-β √P1 (1 - P1) + P2 (1 - P2)}2

(P1 - P2)

2

Keterangan:

n = Besar sampel

Z1-α/2 = Derajat kemaknaan (5%)

Z1-β = Kekuatan uji (95%)

P1 = Proporsi masyarakat yang menggunakan pelayanan

kesehatan tradisional

P2 = Proporsi masyarakat yang tidak menggunakan pelayanan

kesehatan tradisional

Page 65: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

45

Tabel 4.1. Jumlah Sampel

Penelitian Variabel P1 P2 Jumlah

Sampel

Tiomarni Lumban Gaol

(2013)

Akses pelayanan kesehatan

pada saat sakit 0,319 0,681 47

Inggit Meliana

Anggarini (2004)

Pengetahuan tentang

pelayanan kesehatan

tradisional

0,635 0,365 86

Inggit Meliana

Anggarini (2004)

Keyakinan dalam

menggunakan pelayanan

kesehatan tradisional

terhadap efek penyembuhan

0,646 0,354 74

Berdasarkan perhitungan sampel dengan beberapa nilai P dari

penelitian terdahulu, maka jumlah sampel yang akan diambil dalam

penelitian ini adalah jumlah sampel penelitian ini adalah 86 responden.

Dari jumlah tersebut ditambah 10% dari total responden, yaitu sebanyak 9

orang. Hal ini untuk mengantisipasi adanya bias. Maka jumlah

keseluruhan sampel adalah 95 responden.

Berdasarkan data kependudukan yang bersumber dari Sensus

Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, jumlah penduduk dan

pembagian responden berdasarkan kelurahan – kelurahan yang terdapat di

wilayah kecamatan Cengkareng pada tahun 2010, yaitu:

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kecamatan Cengkareng

No. Kelurahan Jumlah

Penduduk Persentase

Jumlah

Responden

1. Duri Kosambi 86.352 16,80 % 16

2. Rawa Buaya 71.231 13,86 % 13

3. Kedaung Kali Angke 36.821 7,17 % 8

4. Kapuk 160.083 31,15 % 30

5. Cengkareng Timur 87.293 16,98 % 16

6. Cengkareng Barat 72.140 14,04 % 12

Total 513.920 100 % 95

Page 66: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

46

Setelah ditentukan jumlah sampel yang harus diambil pada masing

– masing kelurahan, maka ditentukan sampel akan diambil pada tempat –

tempat pengobatan tradisional yang ada di masing – masing kelurahan

dengan kriteria:

1. Memiliki ahli pengobatan tradisonal yang sudah memiliki izin dari

Puskesmas atau sudah tergabung dalam Asosiasi Pengobat Tradisional

Indonesia.

2. Memiliki keturunan sebagai keluarga pengobat tradisional ramuan secara

turun - temurun.

Berdasarkan kriteria tersebut terdapat 6 tempat pengobatan

tradisional yang dijadikan tempat untuk pengambilan sampel, yaitu:

1. Duri Kosambi: Ramuan Tradisional Taman Sringanis

2. Rawa Buaya: Klinik Akupunktur Shinse Stephen Pang

3. Kedaung Kali Angke: Pengobatan Tradisional Al Hikmah Darul Ibtida

4. Kapuk: Pengobatan Tradisional Mbah Kyai Agung

5. Cengkareng Timur: TCM Anmo Peter Cung

6. Cengkareng Barat: TCM Shinse Jiang Taman Palem Lestari

4.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah lembar kuesioner yang berisi 99

pertanyaan untuk menjawab semua variabel penelitian. Pertanyaan pada

kuesioner tersebut adalah perilaku pencarian pelayanan kesehatan

tradisional, usia, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan,

pekerjaan, jumlah keluarga yang tinggal dalam satu rumah, suku/etnis,

agama, jarak rumah dari pelayanan kesehatan tradisional, penilaian tentang

Page 67: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

47

sehat dan sakit, sikap terhadap pelayanan kesehatan tradisional,

pengetahuan tentang pelayanan kesehtaan tradisional, kepemilikan

asuransi/jaminan kesehatan, tarif pelayanan kesehatan tradisional,

pandangan subjektif masyarakat terhadap pelayanan kesehatan tradisional,

keadaan penyakit pada saat berobat ke pelayanan kesehatan tradisional.

Pada item kuesioner yang menggunakan jawaban benar dan salah,

menggunakan skoring 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah.

Item kuesioner yang menggunakan 4 poin skala Likert mulai dari sangat

tidak setuju hingga sangat setuju dan skoring diberikan dengan ketentuan

seperti dalam tabel 4.3. Dalam menentukan cut of point dari total skor

yang didapatkan untuk masing – masing variabel yang belum memiliki cut

of point yang trerdapat pada definisi operasional maka ditentukan

berdasarkan nilai rata – rata dari total skor yang didapatkan.

4.5 Uji Validitas dan Realibitas

4.5.1. Uji Validitas

Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur

itu mengukur apa yang di ukur. Perhitungan dilakukan dengan

rumus korelasi Product Moment kemudian membandingkan antara

nilai korelasi atau r hitung dari variabel penelitian dengan r tabel.

Rumus korelasi Product Moment (Korelasi Pearson) adalah

(Sugiyono, 2007) :

r hitung=

Page 68: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

48

Keterangan :

r = Koefisien korelasi

N = jumlah responden

X = skor tiap item pertanyaan

Y = skor total

XY = hasil kali skor X dan Y untuk setiap responden

X2 = kuadrat skor tiap item pertanyaan

Y2 = kuadrat skor total

Keputusan hasil dengan melihat r hitung. Pengujian validitas

dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika rhitung>rtabel, maka pertanyaan dinyatakan valid.

2. Jika rhitung<rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.

(Situmorang dkk, 2008).

Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan

software uji statistik. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai

Pearson Correlation terendah pada pertanyaan Q4A5 adalah 0.690

dan tertinggi pada pertanyaan Q4A7 adalah 0.834 sedangkan p

value semua pertanyaan adalah 0.000. Karena semua pertanyaan –

pertanyaan pada kuesioner yang digunakan sebagai indtrumen

penelitian ini memiliki nilai koefisien korelasi sederhana (Pearson

Correlation) > 0.3494 (N = 30) dan memiliki p value ≤ 0.05 maka

pertanyaan pada kuesioner yang digunakan sebagai instrumen

penelitian ini dapat dinyatakan valid dan dapat digunakan pada saat

pengambilan data.

Page 69: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

49

4.5.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah suatu cara untuk melihat apakah alat

ukur dalam hal ini kuisioner akan memberikan hasil yang sama

apabila pengukuran dilakukan secara berulang-ulang. Pengukuran

variabel hanya dilakukan sekali saja dan kemudian hasilnya

dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar

jawaban pertanyaan. Pengukuran reliabilitas menggunakan uji

statistik yang dilihat dari nilai Cronbach alpha dengan

menggunakan bantuan komputer. Pengujian dilakukan dengan

menggunakan software uji statistik.

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan kriteria sebagai

berikut:

a. Jika r alpha> r tabel, maka kuesioner reliabel.

b. Jika r alpha< r tabel, maka kuesioner tidak reliabel.

Rumus yang digunakan dalam uji ini adalah rumus Cronbach

Alpha sebagai berikut:

ri =

Keterangan :

ri = koefisien reliabilitas yang dicari

K = banyaknya item pertanyaan

∑ Si 2 = jumlah varians item

Page 70: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

50

St 2 = varians pertanyaan

Hasil uji coba ini menunjukkan nilai alpha sebesar 0,753.

Dengan merujuk pada pendapat Inggit Meliana Anggarini (2004)

Kuesioner atau angket yang berisi pertanyaan – pertanyaan

penelitian dinyatakan reliable jika memiliki nilai Cronbach alpha

> 0,6. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa

instrumen yang telah diujicobakan ini reliable karena mempunyai

nilai alpha > 0,6.

4.6. Cara Pengambilan Data

Data yang diambil pada penelitian ini adalah data primer. Data

yang diambil langsung dari sumbernya dan dikumpulkan melalui kuesioner

yang disebarkan oleh peneliti dan diisi langsung oleh responden atau

dibantu oleh peneliti jika diperlukan bantuan dalam pengisian kuesioner.

Pada penelitian ini pengukuran variabel dilakukan dengan

menggunakan instrument kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan

yang berkaitan dengan variabel independen dan dependen. Instrumen

penelitian ini adalah kuesioner yang diisi sendiri oleh responden atau

dibantu oleh peneliti jika diperlukan bantuan dalam pengisian kuesioner.

Kuesioner dibagi menjadi 3 bagian, yaitu data predisposisi, pendukung,

dan kebutuhan.

Data predisposisi didapatkan dari data pribadi responden

berdasarkan demografi (usia, jenis kelamin, status pernikahan, penyakit

yang pernah dialami), struktur sosial (pendididikan, ras, pekerjaan, jumlah

keluarga, suku/etnis, agama), dan kepercayaan (jarak rumah dengan

Page 71: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

51

pelayanan kesehatan, nilai tentang kesehatan dan penyakit, sikap terhadap

pelayanan kesehatan, serta pengetahuan tentang pelayanan kesehatan).

Data pendukung didapatkan dari pertanyaan penelitian yang berdasarkan

keluarga (asuransi kesehatan) dan masyarakat (tarif pelayanan kesehatan).

Dan data kebutuhan berdasarkan pandangan subjektif responden terhadap

penyakit yang pernah dialami dan keadaan penyakit yang dialami sesuai

dengan diagnosis medis.

4.7. Pengolahan Data

Pengolahan data terdiri dari serangkaian tahapan yang harus

dilakukan agar data siap untuk diuji statistik dan dilakukan analisi atau

interpretasi (Yuli, 2012). Pengolahan data dapat dikelompokan menjadi :

1. Data Coding

Data coding yaitu merupakan kegiatan mengklasifikasikan data

dan memberi kode untuk masing – masing kategorik yang sudah

ditentukan sesuai dengan definisi operasional.

2. Data Editing

Data editing adalah penyuntigan data dilakukan sebelum proses

pemasukan data. Penyuntingan data sebaiknya dilakukan di lapangan agar

data yang salah atau meragukan masih dapat ditelusuri kembali kepada

responden atau informasi yang bersangkutan. Pada penelitian ini dilakukan

pengecekan kembali terhadap data – data yang dinilai meragukan dari data

yang didapatkan di lapangan dengan cara mengonfirmasi.

3. Data Structure

Page 72: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

52

Data structure pada penelitian ini dilakukan dengan cara

pembuatan template sesuai dengan variabel yang sudah ditentukan dengan

menggunakan software uji statistik.

4. Data Entry

Data entry merupakan proses memasukkan data ke dalam program

atau fasilitas analisis data. Dalam penelitian ini entry data dilakukan

dengan software uji statistik. Data dimasukan sesuai dengan template yang

sudah dibuat sebelumnya.

5. Data Cleaning

Data cleaning merupakan proses pembersihan data setelah data di

entri. Cara yang dilakukan yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari

variabel – variabel dan menilai kelogisannya. Dalam penelitian ini

dilakukan dengan pengecekan kembali pada seluruh data yang sudah

dimasukkan ke dalam software uji statistik. Dipastikan bahwa nilai – nilai

yang dimasukkan ke dalam software uji statistik, di luar dari rentang yang

sudah ditentukan sesuai definisi operasional.

Setelah data cleaning, maka data siap untuk di analisis dengan

menggunakan uji chi square dengan menggunakan software uji statistik.

4.8. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah :

1. Analisa univariat untuk melihat distribusi responden dan masing-

masing variabel yaitu variabel predisposisi, pendukung, dan

kebutuhan.

Page 73: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

53

2. Analisa bivariat untuk melihat hubungan antara variabel

independen dengan dependen. Masing-masing variabel independen

dengan variabel perilaku pemilihan pelayanan kesehatan sebagai

variabel dependen dilakukan dengan uji Chi-square. Hasil dari uji

chi-square berupa nilai probabilitas (p value). Penelitian ini

menggunakan tingkat kemagnaan (α) sebesar 0,05 (derajat

kepercayaan 95%), sehingga apabila hasil uji chi- square

didapatkan nilai p< 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan

diantara kedua variabel tersebut. Namun jika nilai p> 0,05 maka

dapat dikatakan tidak ada hubungan signifikan antara kedua

variabel tersebut.

Page 74: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

54

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Kecamatan Cengkareng secara geografis terletak di kotamadya Jakarta

Barat dan memiliki luas wilayah 27,93 km2. Secara administratif, Kecamatan

Cengkareng dibagi menjadi 6, yaitu: Kelurahan Kedaung Kali Angke, Kapuk,

Cengkareng Barat, Cengkareng Timur, Rawa Buaya, Duri Kosambi dan dihuni

oleh 85.399 kepala keluarga.

5.2. Analisis Univariat Variabel Dependen

5.2.1. Gambaran Perilaku Masyarakat dalam Menggunakan Pengobatan

Tradisional

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Masyarakat dalam

Penggunaan Pelayananan Kesehatan Tradisional di Wilayah Cengkareng

Perilaku Penggunaan

Pengobatan

Tradisional

Jumlah (n) Persentasi (%)

Jarang 46 orang 48.4

Kadang – kadang 34 orang 35.8

Sering 15 orang 15.8

Total 95 orang 100

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui pengelompokan responden dibagi

menjadi 3, yaitu: masyarakat dengan kategori jarang (baru mencoba atau

kunjungan awal pengobatan tradisional), kadang – kadang, dan sering (sudah

menggunakan pengobatan tradisional sebagai layanan kesehatan rujukan pada

saat terjadi gangguan kesehatan atau sudah menjadi tempat terapi bagi masalah

kesehatannya). Masyarakat dengan kategori jarang ada sebanyak 46 orang

Page 75: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

55

(48,4%). Masyarakat dengan kategori kadang – kadang ada sebanyak 34 orang

(35,8%). Masyarakat dengan kategori sering ada sebanyak 15 orang (15,8%).

5.3. Analisis Univariat Variabel Independen

5.3.1. Gambaran Usia Responden di Wilayah Cengkareng

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Masyarakat di

Wilayah Cengkareng

Usia Dewasa

Perilaku Penggunaan Pengobatan

Tradisional Masyarakat Total

Jarang Kadang -

Kadang Sering

n % n % n % n %

≤ 30 tahun 4 21,1 9 47,4 6 31,6 19 100

> 30 tahun 42 55,3 25 32,9 9 11,8 76 100

Total 46 48,4 34 35,8 15 15,8 95 100

Berdasarkan tabel 5.2 pengelompokan responden yang menggunakan

pengobatan tradisional berdasarkan usia, dikelompokkan menjadi 2, yaitu: usia

dewasa ≤ 30 tahun dan usia dewasa > 30 tahun. Usia dewasa ≤ 30 tahun

sebanyak 19 orang (20%) dari 95 orang dan usia dewasa > 30 tahun sebanyak

76 dari 95 orang (80%). Dari keseluruhan responden diketahui bahwa

responden dengan usia ≤ 30 tahun yang jarang menggunakan pengobatan

tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 4 orang dari

19 orang (21,1%), dan responden yang kadang – kadang menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

9 orang dari 19 orang (47,4%), serta responden yang sering menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

6 orang dari 19 orang (31,6%). Sedangkan dari seluruh responden dengan usia

Page 76: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

56

> 30 tahun, responden jarang menggunakan pengobatan tradisional pada saat

mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 42 orang dari 76 orang (55,3%),

dan responden yang kadang – kadang menggunakan pengobatan tradisional

pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 25 orang dari 76 orang

(32,9%), serta responden yang sering menggunakan pengobatan tradisional

pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 9 orang dari 76 orang

(11,8%).

5.3.2. Gambaran Jenis Kelamin Responden di Wilayah Cengkareng

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Masyarakat

di Wilayah Cengkareng

Jenis

Kelamin

Perilaku Penggunaan Pengobatan

Tradisional Masyarakat Total

Jarang Kadang -

Kadang Sering

n % n % n % n %

Pria 28 63,6 12 27,3 4 9,1 44 100

Wanita 18 35,3 22 43,1 11 21,6 51 100

Total 46 48,4 34 35,8 15 15,8 95 100

Berdasarkan table 5.3. pengelompokkan responden yang menggunakan

pengobatan tradisional berdasarkan jenis kelamin dikelompokkan menjadi 2,

yaitu: pria dan wanita. Pria yang menggunakan pengobatan tradisional ada

sebanyak 44 orang dari 95 orang (46,3%) dan yang menggunakan pengobatan

tradisional wanita sebanyak 51 orang dari 95 orang (53,7%). Dari jumlah

tersebut, diketahui bahwa responden dengan jenis kelamin pria yang jarang

menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 28 orang dari 44 orang (63,6%) dan responden dengan

jenis kelamin pria yang kadang - kadang menggunakan pengobatan tradisional

Page 77: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

57

pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 12 orang dari 44 orang

(27,3%) serta responden dengan jenis kelamin pria yang sering menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

4 orang dari 44 orang (9,1%). Sedangkan responden dengan jenis kelamin

wanita yang jarang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami

gangguan kesehatan ada sebanyak 18 orang dari 51 orang (35,3%) dan

responden dengan jenis kelamin wanita yang kadang - kadang menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

22 orang dari 51 orang (43,1%) serta responden dengan jenis kelamin pria yang

sering menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 11 orang dari 51 orang (11,6%).

5.3.3. Gambaran Status Pernikahan Responden di Wilayah Cengkareng

Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Masyarakat di Wilayah Cengkareng

Status

Pernikahan

Perilaku Penggunaan Pengobatan

Tradisional Masyarakat Total

Jarang Kadang -

Kadang Sering

n % n % n % n %

Belum

Menikah 7 26,9 14 53,8 5 19,2 26 100

Sudah

Menikah 36 28,1 18 28,1 10 15,6 64 100

Janda/Duda 3 60 2 40 0 0 5 100

Total 46 48,4 34 35,8 15 15,8 95 100

Berdasarkan tabel 5.4. pengelompokkan responden yang menggunakan

pengobatan tradisional berdasarkan status pernikahannya dikelompokkan

menjadi 3, yaitu: responden dengan status belum menikah responden dengan

Page 78: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

58

status menikah dan responden dengan status janda atau duda. Hal ini

disesuaikan oleh responden berdasarkan data kependudukan yang dimiliki oleh

masyarakat. Responden dengan status belum menikah sebanyak 26 orang

(27,4%), responden dengan status menikah sebanyak 64 orang (67,4%), dan

responden dengan status janda atau duda sebanyak 5 orang (5,3%). Dari jumlah

tersebut, diketahui bahwa responden dengan status pernikahan belum menikah

yang jarang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami

gangguan kesehatan ada sebanyak 7 orang dari 26 orang (26,9%) dan

responden dengan status pernikahan belum menikah yang kadang - kadang

menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 14 orang dari 26 orang (53,8%) serta responden

dengan status pernikahan belum menikah yang sering menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

5 orang dari 26 orang (19,2%). Untuk responden dengan status pernikahan

sudah menikah yang jarang menggunakan pengobatan tradisional pada saat

mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 36 orang dari 64 orang (26,9%)

dan responden dengan status pernikahan sudah menikah yang kadang - kadang

menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 18 orang dari 64 orang (28,1%) serta responden

dengan status pernikahan sudah menikah yang sering menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

10 orang dari 64 orang (15,6%).

Sedangkan responden dengan status pernikahan janda/duda yang jarang

menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

Page 79: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

59

kesehatan ada sebanyak 3 orang dari 5 orang (60,0%) dan responden dengan

status pernikahan sudah menikah yang kadang - kadang menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

2 orang dari 5 orang (40,0%) serta responden dengan status pernikahan sudah

menikah yang sering menggunakan pengobatan tradisional pada saat

mengalami gangguan kesehatan tidak ada (0%).

5.3.4. Gambaran Tingkat Pendidikan Responden di Wilayah Cengkareng

Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Masyarakat di Wilayah Cengkareng

Tingkat

Pendidikan

Perilaku Penggunaan Pengobatan

Tradisional Masyarakat Total

Jarang Kadang -

Kadang Sering

N % n % n % n %

Rendah 26 59,1 15 34,1 3 6,8 44 100

Tinggi 20 39,2 19 37,3 12 23,5 51 100

Total 46 48,4 34 35,8 15 15,8 95 100

Keterangan: Pengelompokan didasarkan pada wajib belajar 12 tahun.

Berdasarkan tabel 5.5. pengelompokan tingkat pendidikan responden

yang menggunakan pengobatan tradisional dikelompokan menjadi 2, yaitu:

responden dengan tingkat pendidikan rendah (Sekolah Dasar sampai Sekolah

Menengah Atas) dan responden dengan tingkat pendidikan tinggi (D3 sampai

S3). Responden dengan kategori tingkat pendidikan rendah sebanyak 61 orang

(64%). Sedangkan responden dengan kategori tingkat pendidikan tinggi (D3

sampai S3) sebanyak 34 orang (35,8%). Dari jumlah tersebut, diketahui bahwa

responden dengan tingkat pendidikan rendah yang jarang menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

26 orang dari 44 orang (59,1%) dan responden dengan tingkat pendidikan

Page 80: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

60

rendah yang kadang - kadang menggunakan pengobatan tradisional pada saat

mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 15 orang dari 44 orang (34,1%)

serta responden dengan tingkat pendidikan rendah yang sering menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

3 orang dari 44 orang (6,8%).

Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan tinggi yang jarang

menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 20 orang dari 51 orang (39,2%) dan responden dengan

tingkat pendidikan tinggi yang kadang - kadang menggunakan pengobatan

tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 19 orang

dari 51 orang (37,3%) serta responden dengan tingkat pendidikan tinggi yang

sering menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 12 orang dari 51 orang (23,5%).

5.3.5. Gambaran Pengetahuan Tentang Pengobatan/Pengobatan

Tradisional

Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang

Pengobatan Tradisional Masyarakat di Wilayah Cengkareng

Pengetahuan

Tentang

Pengobatan

Tradisional

Perilaku Penggunaan Pengobatan

Tradisional Masyarakat Total

Jarang Kadang -

Kadang Sering

n % n % N % n %

Rendah 26 59,1 15 34,1 3 6,8 44 100

Tinggi 20 39,2 19 37,3 12 23,5 51 100

Total 46 48,4 34 35,8 15 15,8 95 100

Keterangan:

59,70 adalah nilai rata – rata (mean) dari keseluruhan data pengetahuan tentang

pengobatan/pengobatan tradisional

Page 81: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

61

Berdasarkan tabel 5.6. pengelompokan pengetahuan responden

terhadap pengobatan tradisional dikelompokan menjadi 2, yaitu: responden

dengan pengetahuan rendah dan tinggi dengan cut of point nilai pengetahuan

59,70 (mean). Responden dengan pengetahuan rendah (memiliki nilai

pengetahuan ≤ 59,70) ada sebanyak 44 orang (46%) dan responden dengan

pengetahuan tinggi (memiliki nilai pengetahuan > 59,70) ada sebanyak 51

orang (53,7%). Dari jumlah tersebut, diketahui bahwa responden dengan

pengetahuan tentang pengobatan tradisional rendah yang jarang menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

26 orang dari 44 orang (59,1%) dan responden dengan pengetahuan tentang

pengobatan tradisional rendah yang kadang - kadang menggunakan pengobatan

tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 15 orang

dari 44 orang (34,1%) serta responden dengan pengetahuan tentang

pengobatan tradisional rendah yang sering menggunakan pengobatan

tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 3 orang dari

44 orang (6,8%).

Sedangkan responden dengan pengetahuan tentang pengobatan

tradisional tinggi yang jarang menggunakan pengobatan tradisional pada saat

mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 20 orang dari 51 orang (39,2%)

dan responden dengan pengetahuan tentang pengobatan tradisional tinggi yang

kadang - kadang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami

gangguan kesehatan ada sebanyak 19 orang dari 51 orang (37,3%) serta

responden dengan pengetahuan tentang pengobatan tradisional tinggi yang

Page 82: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

62

sering menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 12 orang dari 51 orang (23,5%).

5.3.6. Gambaran Pekerjaan Responden di Wilayah Cengkareng

Tabel 5.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Masyarakat di

Wilayah Cengkareng

Jenis

Pekerjaan

Perilaku Penggunaan Pengobatan

Tradisional Masyarakat Total

Jarang Kadang -

Kadang Sering

n % n % N % n %

Tidak

Bekerja 12 36,4 12 36,4 9 27,3 33 100

Pegawai

Negeri Sipil 7 70,0 3 30,0 0 0 10 100

Pegawai/

Karyawan

Swasta

16 59,3 8 29,6 3 11,1 27 100

Wiraswasta/

Pedagang 9 45,0 8 40,0 3 15,0 20 100

Buruh/

Pekerja

Kasar

2 40,0 3 60,0 0 0 5 100

Total 46 48,4 34 35,8 15 15,8 95 100

Keterangan: jenis pekerjaan dilakukan penyetaraan pekerjaan secara umum.

Berdasarkan tabel 5.8 pengelompokan pekerjaan responden yang

menggunakan pengobatan tradisional dikelompokan menjadi 5, yaitu: tidak

bekerja, pegawai negeri sipil, pegawai atau karyawan swasta, wiraswasta atau

pedagang, serta buruh atau pekerja kasar. Responden dengan jenis pekerjaan

tidak bekerja ada sebanyak 33 orang (34,7%). Responden dengan jenis

pekerjaan pegawai negeri sipil sebanyak 10 orang (10,5%). Responden dengan

jenis pekerjaan pegawai atau karyawan swasta sebanyak 27 orang (28,4%).

Responden dengan jenis pekerjaan wiraswasta atau pedagang sebanyak 20

Page 83: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

63

orang (21,1%). Serta yang terakhir responden dengan jenis pekerjaan buruh

atau pekerja kasar sebanyak 5 orang (5,3%). Dari jumlah tersebut, diketahui

bahwa responden dengan jenis pekerjaan tidak bekerja (ibu rumah tangga dan

pensiunan) yang jarang dan kadang – kadang menggunakan pengobatan

tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 12 orang

dari 33 orang (36,4%). Responden dengan jenis pekerjaan tidak bekerja yang

sering menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 9 orang dari 33 orang (27,3%).

Untuk responden dengan jenis pekerjaan pegawai negeri sipil yang

jarang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 7 orang dari 10 orang (70,0%). Responden dengan

jenis pekerjaan pegawai negeri sipil yang kadang - kadang menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

3 orang dari 10 orang (30,0%). Dan tidak ada responden dengan jenis

pekerjaan pegawai negeri sipil yang sering menggunakan pengobatan

tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan (0%).

Untuk responden dengan jenis pekerjaan pegawai/karyawan swasta

yang jarang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami

gangguan kesehatan ada sebanyak 16 orang dari 27 orang (59,3%). Responden

dengan jenis pekerjaan pegawai/karyawan swasta yang kadang - kadang

menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 8 orang dari 27 orang (29,6%). Responden dengan

jenis pekerjaan pegawai/karyawan swasta yang sering menggunakan

Page 84: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

64

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

3 orang dari 27 orang (11,1%).

Untuk responden dengan jenis pekerjaan wiraswasta/pedagang yang

jarang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 9 orang dari 20 orang (45,0%). Responden dengan

jenis pekerjaan wiraswasta/pedagang yang kadang - kadang menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

8 orang dari 20 orang (40,0%). Responden dengan jenis pekerjaan

wiraswasta/pedagang yang sering menggunakan pengobatan tradisional pada

saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 3 orang dari 20 orang

(15,0%).

Untuk responden dengan jenis pekerjaan buruh/pekerja kasar yang

jarang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 2 orang dari 5 orang (40,0%). Responden dengan jenis

pekerjaan buruh/pekerja kasar yang kadang - kadang menggunakan pengobatan

tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 3 orang dari

5 orang (60,0%). Sedangkan untuk responden dengan jenis pekerjaan

buruh/pekerja kasar tidak ada yang sering menggunakan pengobatan tradisional

pada saat mengalami gangguan kesehatan (0%).

Page 85: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

65

5.3.7. Gambaran Jumlah Anggota Keluarga Responden di Wilayah

Cengkareng

Tabel 5.8. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Masyarakat di Wilayah Cengkareng

Jumlah

Anggota

Keluarga

Perilaku Penggunaan Pengobatan

Tradisional Masyarakat Total

Jarang Kadang -

Kadang Sering

n % n % n % n %

Ideal 24 52,2 11 23,9 11 23,9 46 100

Tidak Ideal 22 44,9 23 46,9 4 8,2 49 100

Total 46 48,4 34 35,8 15 15,8 95 100

Keterangan: Pengelompokan didasarkan pada jumlah keluarga yang ideal oleh BKKbN yaitu 4

(empat) orang dalam 1 (satu) keluarga.

Berdasarkan tabel 5.8. pengelompokan berdasarkan jumlah anggota

keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan responden dibagi menjadi 2,

yaitu: responden dengan jumlah anggota keluarga ideal dan responden dengan

jumlah anggota keluarga tidak ideal. Responden dengan jumlah anggota

keluarga ideal sebanyak 46 orang (48,4%). Serta responden dengan jumlah

anggota keluarga tidak ideal sebanyak 49 orang (51,6%). diketahui bahwa

responden dengan jumlah anggota keluarga ideal yang jarang menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

24 orang dari 46 orang (52,2%). Responden dengan jumlah anggota keluarga

ideal yang kadang - kadang menggunakan pengobatan tradisional pada saat

mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 11 orang dari 46 orang (23,9%).

Responden dengan jumlah anggota keluarga ideal yang sering menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

11 orang dari 46 orang (23,9%).

Page 86: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

66

Untuk responden dengan jumlah anggota keluarga tidak ideal yang

jarang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 22 orang dari 49 orang (44,9%). Responden dengan

jumlah anggota keluarga tidak ideal yang kadang - kadang menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

23 orang dari 49 orang (46,9%). Responden dengan jumlah anggota keluarga

tidak ideal yang sering menggunakan pengobatan tradisional pada saat

mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 4 orang dari 49 orang (8,2%).

5.3.8. Gambaran Suku/Etnis Responden di Wilayah Cengkareng

Tabel 5.9. Distribusi Responden Berdasarkan Suku/Etnis Asal Keluarga

Masyarakat di Wilayah Cengkareng

Suku/Etnis

Perilaku Penggunaan Pengobatan

Tradisional Masyarakat Total

Jarang Kadang –

Kadang Sering

n % n % n % n %

Suku Betawi 9 36,0 9 36,0 7 28,0 25 100

Suku Jawa 23 60,5 11 28,9 4 10,5 38 100

Suku Batak 0 0 5 83,3 1 16,7 6 100

Suku Melayu 1 16,7 2 33,3 3 50,0 6 100

Suku Sunda 4 80,0 1 20,0 0 0 5 100

Etnis Tionghoa 5 45,5 6 54,5 0 0 11 100

Suku Bali 4 100 0 0 0 0 4 100

Total 46 48,4 34 35,8 15 15,8 95 100

Berdasarkan tabel 5.9. pengelompokan responden berdasarkan

suku/etnis asal keluarga dibagi menjadi 7 kelompok, yaitu: responden yang

berasal dari Suku Betawi, Suku Jawa, Suku Batak, Suku Melayu, Suku Sunda,

Suku Bali dan Etnis Tionghoa. Responden yang berasal dari Suku Betawi

sebanyak 25 orang (26,3%), Suku Jawa sebanyak 38 orang (40%), Suku Batak

Page 87: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

67

sebanyak 6 orang (6,3%), Suku Melayu sebanyak 6 orang (6,3%), Suku Sunda

sebanyak 5 orang (5,3%), Suku Bali sebanyak 4 orang (4,2%), dan Etnis

Tionghoa sebanyak 11 orang (11,6%).

diketahui bahwa responden yang berasal dari Suku Betawi dan jarang

menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 9 orang dari 25 orang (36,0%). Responden yang

berasal dari Suku Betawi dan kadang - kadang menggunakan pengobatan

tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 9 orang dari

25 orang (36,0%). Responden yang berasal dari Suku Betawi dan sering

menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 9 orang dari 25 orang (28,0%).

Untuk responden yang berasal dari Suku Jawa dan jarang menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

23 orang dari 38 orang (60,5%). Responden yang berasal dari Suku Jawa dan

kadang - kadang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami

gangguan kesehatan ada sebanyak 11 orang dari 38 orang (28,9%). Responden

yang berasal dari Suku Jawa dan sering menggunakan pengobatan tradisional

pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 4 orang dari 38 orang

(10,0%).

Untuk responden yang berasal dari Suku Batak tidak ada yang jarang

menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan (0%). Responden yang berasal dari Suku Batak dan kadang - kadang

menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 5 orang dari 6 orang (83,3%). Responden yang berasal

Page 88: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

68

dari Suku Batak dan sering menggunakan pengobatan tradisional pada saat

mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 1 orang dari 6 orang (16,7%).

Untuk responden yang berasal dari Suku Melayu dan jarang

menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 1 orang dari 6 orang (16,7%). Responden yang berasal

dari Suku Melayu dan kadang - kadang menggunakan pengobatan tradisional

pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 2 orang dari 6 orang

(33,3%). Responden yang berasal dari Suku Melayu dan sering menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

3 orang dari 6 orang (50,0%).

Untuk responden yang berasal dari Suku Sunda dan jarang

menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 4 orang dari 5 orang (80,0%). Responden yang berasal

dari Suku Sunda dan kadang - kadang menggunakan pengobatan tradisional

pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 1 orang dari 5 orang

(20,0%). Tetapi tidak ada responden yang berasal dari Suku Sunda dan sering

menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan (0%).

Untuk responden yang berasal dari Suku Tionghoa dan jarang

menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 5 orang dari 11 orang (45,5%). Responden yang

berasal dari Suku Tionghopa dan kadang - kadang menggunakan pengobatan

tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 6 orang dari

11 orang (54,4%). Tetapi tidak ada responden yang berasal dari Suku Tionghoa

Page 89: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

69

dan sering menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami

gangguan kesehatan (0%).

Untuk responden yang berasal dari Suku Bali dan jarang menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

4 orang (100,0%). Namun tidak ada responden yang berasal dari Suku

Tionghoa secara kadang – kadang dan sering menggunakan pengobatan

tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan.

5.3.9. Gambaran Agama Responden di Wilayah Cengkareng

Tabel 5.10. Distribusi Responden Berdasarkan Agama yang Dianut

Masyarakat di Wilayah Cengkareng

Agama

Perilaku Penggunaan Pelayanan

Kesehatan Tradisional Masyarakat Total

Jarang Kadang –

Kadang Sering

n % n % n % n %

Islam 38 52,1 22 30,1 13 17,8 73 100

Kristen Katolik 4 36,4 7 63,3 0 0 11 100

Protestan 0 0 3 60 2 40,0 5 100

Budha 0 0 2 100 0 0 2 100

Hindu 2 100 0 0 0 0 2 100

Konghuchu 2 100 0 0 0 0 2 100

Total 46 48,4 34 35,8 15 15,8 95 100

Berdasarkan tabel 5.10. pengelompokan agama yang dianut responden

dibagi menjadi 6, yaitu: responden yang beragama Islam, Kristen Katolik,

Protestan, Budha, Hindu,dan Konghuchu. Responden yang menganut agama

Islam sebanyak 73 orang (76,8%), Kristen Katolik sebanyak 11 orang (11,6%),

Protestan sebanyak 5 orang (5,3%), Budha sebanyak 2 orang (2,1%), Hindu

sebanyak 2 orang (2,1%), dan Konghuchu sebanyak 2 orang (2,1%). Dari

Page 90: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

70

jumlah tersebut diketahui bahwa responden yang beragama Islam dan jarang

menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 38 orang dari 73 orang (52,1%). Responden yang

beragama Islam dan kadang - kadang menggunakan pengobatan tradisional

pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 22 orang dari 73 orang

(30,1%). Responden yang beragama Islam dan sering menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

13 orang dari 73 orang (17,8).

Responden yang beragama Kristen Katolik dan jarang menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

4 orang dari 11 orang (36,4%). Responden yang beragama Kristen Katolik dan

kadang - kadang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami

gangguan kesehatan ada sebanyak 7 orang dari 11 orang (63,3%). Namun tidak

ada responden yang beragama Kristen Katolik dan sering menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan (0%).

Untuk responden yang beragama Protestan tidak ada yang jarang

menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan. Sedangkan responden yang beragama Protestan dan kadang -

kadang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 3 orang dari 5 orang (60,0%). Dan responden yang

beragama Protestan dan sering menggunakan pengobatan tradisional pada saat

mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 2 orang dari 5 orang (40,0%).

Untuk responden yang beragama Budha tidak ada yang menggunakan

pengobatan tradisional secara jarang dan sering. Namun responden yang

Page 91: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

71

beragama Budha dan kadang – kadang menggunakan pengobatan tradisional

pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 2 orang (100,0%).

Untuk responden yang beragama Hindu tidak ada yang menggunakan

pengobatan tradisional secara kadang - kadang dan sering. Namun responden

yang beragama Hindu dan jarang menggunakan pengobatan tradisional pada

saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 2 orang (100,0%).

Untuk responden yang beragama Konghuchu tidak ada yang

menggunakan pengobatan tradisional secara kadang - kadang dan sering.

Namun responden yang beragama Konghuchu dan jarang menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

2 orang (100,0%).

5.3.10. Gambaran Jarak Rumah ke Pengobatan Tradisional Responden di

Wilayah Cengkareng

Tabel 5.11. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Rumah ke

Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat di Wilayah Cengkareng

Jarak Rumah

Ke

Pengobatan

Tradisional

Perilaku Penggunaan Pengobatan

Tradisional Masyarakat Total

Jarang Kadang –

Kadang Sering

n % n % n % n %

Dekat 29 55,8 16 30,8 7 13,5 52 100%

Jauh 17 39,5 18 41,9 8 18,6 43 100%

Total 46 48,4 34 35,8 15 15,8 95 100%

Berdasarkan tabel 5.11. pengelompokan responden berdasarkan jarak

rumah dengan pengobatan tradisional yang diakses dibagi menjadi 2, yaitu:

rumah responden yang terjangkau dengan pengobatan tradisional dan rumah

Page 92: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

72

responden yang kurang terjangkau dengan pengobatan tradisional. Responden

yang menyatakan rumahnya terjangkau dengan pengobatan tradisional ada

sebanyak 52 orang (54,7%). Responden yang menyatakan rumahnya kurang

terjangkau dengan pengobatan tradisional ada sebanyak 43 orang (45,3%).

diketahui bahwa responden dengan jarak rumah terjangkau ke

pengobatan tradisional dan jarang menggunakan pengobatan tradisional pada

saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 29 orang dari 52 orang

(55,8%). Responden dengan jarak rumah terjangkau ke pengobatan tradisional

dan kadang - kadang menggunakan pengobatan tradisional pada saat

mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 16 orang dari 52 orang (30,8%).

Responden dengan jarak rumah terjangkau ke pengobatan tradisional yang

sering menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 7 orang dari 52 orang (13,5%).

Untuk responden dengan jarak rumah kurang terjangkau ke pengobatan

tradisional dan jarang menggunakan pengobatan tradisional pada saat

mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 17 orang dari 43 orang (39,5%).

Responden dengan jarak rumah kurang terjangkau ke pengobatan tradisional

dan kadang - kadang menggunakan pengobatan tradisional pada saat

mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 18 orang dari 43 orang (41,9%).

Responden dengan jarak rumah kurang terjangkau ke pengobatan tradisional

dan sering menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami

gangguan kesehatan ada sebanyak 8 orang dari 43 orang (18,6%).

Page 93: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

73

5.3.11. Gambaran Penilaian Sehat dan Sakit Masyarakat di Wilayah

Cengkareng

Tabel 5.12. Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Sehat dan Sakit

Pada Masyarakat di Wilayah Cengkareng

Penilaian

Tentang

Sehat Dan

Sakit

Perilaku Penggunaan Pengobatan

Tradisional Masyarakat Total

Jarang Kadang –

Kadang Sering

n % n % n % n %

Buruk 0 0 0 0 2 100, 2 100,0

Sedang 12 38,7 12 38,7 7 22,6 31 100,0

Tinggi 34 54,8 22 35,5 6 9,7 62 100,0

Total 46 48,4 34 35,8 15 15,8 95 100,0

Berdasarkan tabel 5.12. pengelompokan berdasarkan penilaian

tentang sehat dan sakit responden dibagi menjadi 3, yaitu: responden dengan

penilaian buruk, sedang, dan tinggi. Responden dengan penilaian sehat dan

sakit buruk ada sebanyak 2 orang (2,1%). Responden dengan penilaian sehat

dan sakit sedang ada sebanyak 31 orang (32,6%). Responden dengan penilaian

sehat dan sakit tinggi sebanyak 62 orang (65,3%). diketahui bahwa tidak ada

responden dengan penilaian tentang sehat dan sakit buruk yang jarang dan

kadang – kadang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami

gangguan kesehatan (0%). Namun responden dengan penilaian tentang sehat

dan sakit buruk tetapi sering menggunakan pengobatan tradisional pada saat

mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 2 orang (100,0%).

Untuk responden dengan penilaian tentang sehat dan sakit sedang yang

jarang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 12 orang dari 31 orang (38,7%). Responden dengan

penilaian tentang sehat dan sakit sedang yang kadang - kadang menggunakan

Page 94: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

74

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

12 orang dari 31 orang (38,7%). Responden dengan penilaian tentang sehat dan

sakit sedang yang sering menggunakan pengobatan tradisional pada saat

mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 7 orang dari 31 orang (22,6%).

Untuk responden dengan penilaian tentang sehat dan sakit tinggi yang

jarang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 34 orang dari 62 orang (54,8%). Responden dengan

penilaian tentang sehat dan sakit tinggi yang kadang - kadang menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

22 orang dari 62 orang (35,5%). Responden dengan penilaian tentang sehat dan

sakit tinggi yang sering menggunakan pengobatan tradisional pada saat

mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 6 orang dari 62 orang (9,7%).

5.3.12. Gambaran Sikap Masyarakat Terhadap Pengobatan Tradisional di

Wilayah Cengkareng

Tabel 5.13. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap

Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat di Wilayah Cengkareng

Sikap

Terhadap

Pengobatan

Tradisional

Perilaku Penggunaan Pengobatan

Tradisional Masyarakat Total

Jarang Kadang -

Kadang Sering

n % n % n % n %

Buruk 16 44,4 16 44,4 4 11,1 36 100

Baik 30 50,9 18 30,5 11 18,6 59 100

Total 46 48,4 34 35,8 15 15,8 95 100

Keterangan: 33,65 adalah nilai rata – rata (mean) dari keseluruhan nilai total sikap responden

terhadap pengobatan tradisional

Page 95: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

75

Berdasarkan tabel 5.13. pengelompokan berdasarakan sikap

responden terhadap pengobatan tradisional dibagi menjadi 2, yaitu responden

dengan sikap buruk dan responden dengan sikap baik. Responden dengan sikap

buruk terhadap pengobatan tradisional ada sebanyak 36 orang (37,9%) dan

responden dengan sikap baik terhadap pengobatan tradisional ada sebanyak 59

orang (62,1%). diketahui bahwa responden dengan sikap terhadap pengobatan

tradisional buruk dan jarang menggunakan pengobatan tradisional pada saat

mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 16 orang dari 36 orang (44,4%).

Responden dengan sikap terhadap pengobatan tradisional buruk dan kadang -

kadang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 16 orang dari 36 orang (44,4%). Responden dengan

dengan sikap terhadap pengobatan tradisional buruk dan sering menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

4 orang dari 36 orang (11,1%).

Untuk responden dengan dengan sikap terhadap pengobatan tradisional

baik dan jarang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami

gangguan kesehatan ada sebanyak 30 orang dari 59 orang (50,9%). Responden

dengan sikap terhadap pengobatan tradisional baik dan kadang - kadang

menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 18 orang dari 59 orang (30,5%). Responden dengan

dengan sikap terhadap pengobatan tradisional baik dan sering menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

11 orang dari 59 orang (18,6%).

Page 96: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

76

5.3.13. Gambaran Kepemilikan Asuransi atau Jaminan Kesehatan

Responden di Wilayah Cengkareng

Tabel 5.14. Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Asuransi

atau Jaminan Kesehatan Pada Masyarakat di Wilayah Cengkareng

Asuransi/

Jaminan

Kesehatan

Perilaku Penggunaan Pengobatan

Tradisional Masyarakat Total

Jarang Kadang –

Kadang Sering

n % n % n % N %

Ada 22 50 15 34,1 7 15,9 44 100

Tidak Ada 24 47,1 19 37,3 8 15,7 51 100

Total 46 48,4 34 35,8 15 15,8 95 100

Berdasarkan tabel 5.14. pengelompokan responden berdasarkan

kepemilikan asuransi atau jaminan kesehatan dibagi menjadi 2, yaitu:

responden yang memiliki dan tidak memiliki asuransi atau jaminan kesehatan.

Responden yang memiliki asuransi atau jaminan kesehatan ada sebanyak 44

orang (46,3%). Responden yang tidak memiliki asuransi atau jaminan

sebanyak 51 orang (53,7%). diketahui bahwa responden yang memiliki

asuransi/jaminan kesehatan dan jarang menggunakan pengobatan tradisional

pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 22 orang dari 44 orang

(50,0%). Responden yang memiliki asuransi/jaminan kesehatan dan kadang -

kadang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 15 orang dari 44 orang (34,1%). Responden yang

memiliki asuransi/jaminan kesehatan dan sering menggunakan pengobatan

tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 7 orang dari

44 orang (15,9%).

Page 97: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

77

Untuk responden yang tidak memiliki asuransi/jaminan kesehatan dan jarang

menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 24 orang dari 51 orang (47,0%). Responden yang

memiliki tidak asuransi/jaminan kesehatan dan kadang - kadang menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

19 orang dari 51 orang (37,3%). Responden yang tidak memiliki

asuransi/jaminan kesehatan dan sering menggunakan pengobatan tradisional

pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 8 orang dari 51 orang

(15,7%).

5.3.14. Gambaran Tarif Pengobatan Tradisional Bagi Responden Pada

Masyarakat di Wilayah Cengkareng

Tabel 5.15. Distribusi Responden Berdasarkan Tarif Pengobatan

Tradisional Bagi Responden Pada Masyarakat di Wilayah Cengkareng

Tarif

Pengobatan

Tradisional

Perilaku Penggunaan Pengobatan

Tradisional Masyarakat Total

Jarang Kadang –

Kadang Sering

n % n % n % n %

Rendah 15 65,2 8 34,8 0 0 23 100

Sedang 29 47,5 19 31,1 13 21,3 61 100

Tinggi 2 18,2 7 63,6 2 18,2 11 100

Total 46 48,4 34 35,8 15 15,8 95 100

Berdasarkan tabel 5.15. pengelompokan responden berdasarkan

pendapatnya terhadap tarif pengobatan tradisional yang diakses, dibagi menjadi

3, yaitu: responden yang berpendapat tarif pengobatan tradisional rendah,

sedang, dan tinggi. Responden yang berpendapat tarif pengobatan tradisional

Page 98: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

78

rendah sebanyak 23 orang (24,2%). Responden yang berpendapat tarif

pengobatan tradisional sedang sebanyak 61 orang (63,2%). Responden yang

berpendapat tarif pengobatan tradisional tinggi sebanyak 11 orang (11,6).

diketahui bahwa responden dengan pendapat tentang tarif pengobatan

tradisional rendah dan jarang menggunakan pengobatan tradisional pada saat

mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 15 orang dari 23 orang (65,2%).

Responden dengan pendapat tentang tarif pengobatan tradisional rendah dan

kadang - kadang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami

gangguan kesehatan ada sebanyak 8 orang dari 23 orang (34,8%). Namun tidak

ada responden dengan pendapat tentang tarif pengobatan tradisional rendah

yang sering menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami

gangguan kesehatan (0%).

Untuk responden dengan pendapat tentang tarif pengobatan tradisional

sedang dan jarang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami

gangguan kesehatan ada sebanyak 29 orang dari 61 orang (47,5%). Responden

dengan pendapat tentang tarif pengobatan tradisional sedang dan kadang -

kadang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 19 orang dari 61 orang (31,1%). Responden dengan

pendapat tentang tarif pengobatan tradisional sedang yang sering menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

13 orang 61 orang (21,3%).

Untuk responden dengan pendapat tentang tarif pengobatan tradisional tinggi

dan jarang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami

gangguan kesehatan ada sebanyak 2 orang dari 11 orang (18,2%). Responden

Page 99: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

79

dengan pendapat tentang tarif pengobatan tradisional tinggi dan kadang -

kadang menggunakan pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan

kesehatan ada sebanyak 7 orang dari 11 orang (63,6%). Responden dengan

pendapat tentang tarif pengobatan tradisional tinggi yang sering menggunakan

pengobatan tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak

2 orang 11 orang (18,2%).

5.3.15. Gambaran Pandangan Subjektif Terhadap Pengobatan

Tradisional Pada Masyarakat di Wilayah Cengkareng

Tabel 5.16. Distribusi Responden Berdasarkan Pandangan Subjektif

Responden Terhadap Pemanfaatan Pengobatan Tradisional Pada

Masyarakat di Wilayah Cengkareng

Pandangan

Subjektif

Terhadap

Pemanfaatan

Pengobatan

Tradisional

Perilaku Penggunaan Pengobatan

Tradisional Masyarakat Total

Jarang Kadang –

Kadang Sering

n % n % N % n %

Buruk 24 66,7% 10 27,8% 2 5,6% 36 100,0%

Baik 22 37,3% 24 40,7% 13 22,0% 59 100,0%

Total 46 48,4% 34 35,8% 15 15,8% 95 100,0%

Keterangan: 3,76 adalah nilai rata – rata (mean) dari keseluruhan nilai total pandangan

subjektif responden terhadap pengobatan tradisional

Berdasarkan tabel 5.16. pengelompokan berdasarkan pandangan

subjektif responden terhadap pemanfaatan pengobatan tradisional pada saat

sakit ringan, sedang dan berat dibagi menjadi 2, yaitu: responden yang

memiliki pandangan subjektif buruk dan baik. Responden yang memiliki

pandangan subjektif buruk sebanyak 36 orang (37,9%). Responden yang

memiliki pandangan subjektif baik sebanyak 59 orang (62,1%). diketahui

Page 100: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

80

bahwa responden dengan pandangan subjektif terhadap pemanfaatan

pengobatan tradisional buruk dan jarang menggunakan pengobatan tradisional

pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 24 orang dari 36 orang

(66,7%). Responden dengan pandangan subjektif terhadap pemanfaatan

pengobatan tradisional buruk dan kadang - kadang menggunakan pengobatan

tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 10 orang

dari 36 orang (27,8%). Responden dengan pandangan subjektif terhadap

pemanfaatan pengobatan tradisional dan sering menggunakan pengobatan

tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 2 orang dari

36 orang (5,6%).

Responden dengan pandangan subjektif terhadap pemanfaatan

pengobatan tradisional baik dan jarang menggunakan pengobatan tradisional

pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 22 orang dari 59 orang

(37,3%). Responden dengan pandangan subjektif terhadap pemanfaatan

pengobatan tradisional baik dan kadang - kadang menggunakan pengobatan

tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 24 orang

dari 59 orang (40,7%). Responden dengan pandangan subjektif terhadap

pemanfaatan pengobatan tradisional baik dan sering menggunakan pengobatan

tradisional pada saat mengalami gangguan kesehatan ada sebanyak 13 orang

dari 59 orang (22,0%).

Page 101: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

81

5.3.16. Gambaran Kesesuaian Penyakit dengan Diagnosis Medis

Responden Pada Masyarakat di Wilayah Cengkareng

Tabel 5.17. Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian Penyakit

dengan Diagnosis Medis Responden Terhadap Pemanfaatan Pengobatan

Tradisional Pada Masyarakat di Wilayah Cengkareng

Kesesuaian

Penyakit

Dengan

Diagnosis

Medis

Perilaku Penggunaan Pengobatan

Tradisional Masyarakat Total

Jarang Kadang -

Kadang Sering

n % n % n % N %

Masalah

pada otot dan

sendi

30 56,6 18 34,0 5 9,4 53 100

Kolesterol

tinggi 7 33,3 8 38,1 6 28,6 21 100

Asam urat 5 33,3 8 53,3 2 13,3 15 100

Diabetes 4 100 0 0 0 0 4 100

Stroke 0 0 0 0 2 100 2 100

Total 46 48,4 34 35,8 15 15,8 95 100

Berdasarkan tabel 5.17. pengelompokan responden berdasarkan

penyakit yang pernah diderita dan dilakukan penyembuhan dengan

menggunakan pengobatan tradisional dibagi menjadi 5, yaitu: responden yang

memiliki penyakit masalah pada otot dan sendi, kolesterol tinggi, asam urat,

diabetes, dan stroke. Responden yang memiliki masalah pada otot dan sendi

ada sebanyak 53 orang (55,8%). Responden yang memiliki kolesterol tinggi

sebanyak 21 orang (22,1%). Responden yang memiliki asam urat sebanyak 15

orang (15,8%). Responden yang memiliki diabetes (4,2%). Responden yang

memiliki penyakit stroke sebanyak 2 orang (2,1%).

Dari data tersebut, diketahui bahwa responden dengan masalah pada

otot dan sendi yang jarang diobati dengan pengobatan tradisional ada sebanyak

Page 102: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

82

30 orang dari 53 orang (56,6%). Responden dengan masalah pada otot dan

sendi yang jarang diobati atau diterapi dengan pengobatan tradisional ada

sebanyak 18 orang dari 53 orang (34,0%). Responden dengan masalah pada

otot dan sendi yang jarang diobati atau diterapi dengan pengobatan tradisional

ada sebanyak 5 orang dari 53 orang (9,4%).

Untuk responden dengan kolesterol tinggi yang jarang diobati dengan

pengobatan tradisional ada sebanyak 7 orang dari 21 orang (33,3%).

Responden dengan kolesterol tinggi yang jarang diobati atau diterapi dengan

pengobatan tradisional ada sebanyak 8 orang dari 21 orang (38,1%).

Responden dengan kolesterol tinggi yang jarang diobati atau diterapi dengan

pengobatan tradisional ada sebanyak 6 orang dari 21 orang (28,6%).

Untuk responden dengan asam urat yang jarang diobati atau diterapi

dengan pengobatan tradisional ada sebanyak 5 orang dari 15 orang (33,3%).

Responden dengan asam urat yang jarang diobati atau diterapi dengan

pengobatan tradisional ada sebanyak 8 orang dari 15 orang (53,3%).

Responden dengan asam urat yang jarang diobati atau diterapi dengan

pengobatan tradisional ada sebanyak 2 orang dari 15 orang (13,3%).

Sedangkan untuk responden dengan diabetes hanya ada 4 orang

(100,0%) dengan frekuensi kunjungan ke pengobatan tradisional jarang. Dan

untuk responden dengan stroke hanya ada 2 orang (100,0%) dengan frekuensi

kunjungan ke pengobatan tradisional sering.

Page 103: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

83

5.4. Analisis Bivariat Variabel Independen Terhadap Variabel

Dependen

5.4.1. Hubungan Faktor Predisposisi Terhadap Perilaku Pengobatan

Tradisional

Tabel 5.18. P Value Variabel – Variabel Hubungan Faktor Predisposisi

Terhadap Pemanfaatan Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat di

Wilayah Cengkareng

No. Variabel P Value

1. Usia 0,016

2. Jenis kelamin 0,019

3. Status pernikahan 0,097

4. Tingkat pendidikan 0,136

5. Pengetahuan 0,046

6. Perkerjaan 0,299

7. Jumlah angota keluarga yang tinggal dalam satu

rumah 0,023

8. Suku/etnis 0,007

9. Agama 0,048

10. Jarak rumah dengan pengobatan tradisional 0,289

11. Penilaian tentang sehat dan sakit 0,007

12. Sikap 0,332

Menurut hasil uji statistik dengan uji chi square dengan nilai alpha

sebesar 0,05 didapatkan p value untuk variabel usia, jenis kelamin,

pengetahuan tentang pengobatan tradisional, jumlah anggota keluarga yang

tinggal dalam satu rumah, suku/etnis, agama, penilaian tentang sehat dan sakit

berturut – turut sebesar 0,016; 0,019; 0,046; 0,023, 0,007, 0,048; dan 0,007.

Maka dapat disimpulkan varibel – variabel tersebut terdapat hubungan yang

signifikan dengan perilaku penggunaan pengobatan tradisional masyarakat

karena p value hasil uji statistik variabel – variabel tersebut < 0,05.

Menurut uji statistik dengan uji chi square dengan nilai alpha sebesar

0,05 didapatkan beberapa variabel faktor predisposisi yang menunjukan tidak

Page 104: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

84

ada hubungan yang signifikan terhadap perilaku pengobatan tradisional. Hal ini

karena setelah p value yang didapatkan > 0,05. Variabel – variabel tersebut

adalah status pernikahan, status pendidikan, pekerjaan, jarak rumah dengan

pengobatan tradisional, dan sikap terhadap pengobatan tradisional berturut –

turut adalah 0,097; 0,136; 0,299; 0,289; dan 0,332.

5.4.2. Hubungan Faktor Pendukung Terhadap Perilaku Pengobatan

Tradisional

Tabel 5.19. P Value Variabel – Variabel Hubungan Faktor Pendukung

Terhadap Pemanfaatan Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat di

Wilayah Cengkareng

No. Variabel P Value

1. Asuransi atau Jaminan Kesehatan 0,947

2. Tarif Pengobatan Tradisional 0,026

Menurut hasil uji statistik dengan uji chi square dengan nilai alpha

sebesar 0,05 didapatkan p value sebesar 0,947, maka dapat disimpulkan antara

variabel asuransi/jaminan kesehatan dengan perilaku penggunaan pengobatan

tradisional masyarakat tidak terdapat hubungan yang signifikan. Karena nilai p

value > 0,05.

Menurut hasil uji statistik dengan uji chi square dengan nilai alpha

sebesar 0,05 didapatkan p value sebesar 0,026, maka dapat disimpulkan antara

variabel tarif pengobatan tradisional dengan perilaku penggunaan pengobatan

tradisional masyarakat terdapat hubungan yang signifikan. Karena nilai p value

< 0,05.

Page 105: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

85

5.4.3. Hubungan Faktor Kebutuhan Terhadap Perilaku Pengobatan

Tradisional

Tabel 5.20. P Value Variabel – Variabel Hubungan Faktor Kebutuhan

Terhadap Pemanfaatan Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat di

Wilayah Cengkareng

No. Variabel P Value

1. Pandangan Subjektif Terhadap Pengobatan

Tradisional

0,012

2. Kesesuaian Penyakit dengan Diagnosis Medis 0,004

Menurut hasil uji statistik dengan uji chi square dengan nilai alpha

sebesar 0,05 didapatkan p value untuk variabel pandangan subjektif terhadap

pemanfaatan pengobatan tradisional dan kesesuaian penyakit dengan diagnosis

medis sebesar 0,012 dan 0,004. Oleh karena itu, dapat disimpulkan kedua

variabel tersebut terdapat hubungan yang signifikan dengan perilaku

penggunaan pengobatan tradisional masyarakat.

Page 106: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

86

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Cara pengumpulan data dengan kuesioner memiliki beberapa

kelemahan, antara lain :

1. Kuesioner yang digunakan merupakan daftar pertanyaan dan langsung

dijawab sehingga dapat mengakibatkan bias respon yaitu

kecenderungan responden untuk memberikan jawaban tidak sesuai

dengan kondisi aktual. Namun, dalam penelitian ini, untuk

meminimalkan bias tersebut, pengisian kuesioner dipandu langsung

dengan cara wawancara oleh peneliti.

2. Tidak melihat data dengan observasi maupun wawancara mendalam

sehingga tidak mendapatkan informasi mengenai faktor – faktor yang

lebih dalam dan lebih menyeluruh. Observasi dan wawancara

mendalam dapat memberikan pemahaman mendalam terhadap perilaku

masyarakat sekaligus sebagai cara untuk validasi pernyataan responden.

6.2. Faktor Predisposisi Perilaku Pencarian Pengobatan Tradisional

Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah dan

mendasari untuk terjadinya perilaku pencarian pengobatan tradisional.

Faktor ini dibagi menjadi 3, yaitu mencakup:

Page 107: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

87

1. Demografi, meliputi: usia, jenis kelamin, dan status pernikahan

2. Struktur sosial, meliputi: tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah

anggota keluarga dalam satu rumah, suku/etnis, agama, serta jarak

rumah dengan pengobatan tradisional

3. Kepercayaan, meliputi: penilaian tentang sehat dan sakit, sikap

terhadap pengobatan tradisional, serta pengetahuan tentang pengobatan

tradisional.

6.2.1. Usia

Kalau dilihat dari usia, responden dengan usia muda (≤ 30

tahun) hanya sebanyak 19 orang (20%) yang melakukan pencarian

pengobatan ke pengobatan tradisional. Namun, dari kalangan usia

muda dapat terlihat, kepatuhan terhadap penggunaan pengobatan

tradisional lebih baik dibandingkan usia tua (> 30 tahun). Hal ini

terlihat dari persentase frekuensi sering pada kelompok responden

usia ≤ 30 tahun.

Hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh perbedaan pola

pikir dan cara pandang terhadap pengobatan tradisional. Pada

kalangan usia muda dalam penelitian ini, 31,6% responden

mengatakan sering ke pengobatan tradisional. Mungkin pada

kalangan muda sudah lebih banyak mengetahui manfaat

pengobatan tradisional dengan benar untuk meningkatkan derajat

kesehatannya. Pada usia tua, penggunaan pengobatan tradisional

dapat dikatakan masih belum patuh. Hal ini terlihat dari data yang

Page 108: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

88

terkumpul, sebanyak 55,3% mengatakan masih jarang

menggunakan pengobatan tradisional. Perilaku seperti ini muncul,

mungkin karena semakin beragamnya penyakit yang diderita oleh

responden dan kemauan yang tinggi untuk menggunakan

pengobatan yang baru selain pengobatan konvensional.

Tingginya frekuensi dengan kategori jarang pada usia tua

dapat dilihat sebagai akibat dari ketidakpuasan pengobatan

konvensional atau kedokteran modern di Indonesia. Sehingga pada

kalangan tua, banyak yang mencoba pengobatan tradisional

sebagai alternatif untuk pengobatannya seiring dengan

bertambahnya usia dan banyaknya gangguan kesehatan yang

dialaminya serta didukung ketidakpuasan terhadap pengobatan

konvensional atau kedokteran modern.

Hasil penelitian ini sejalan dengan data pada penelitian

yang dilakukan oleh Sudibyo Supardi dan Andi Leny Susyanti

(2010) yang menyatakan bahwa pengobatan tradisional lebih

banyak dipilih oleh kaum usia muda (≤ 30 tahun) dibandingkan

usia tua (> 30 tahun). Usia memiliki hubungan dengan tahap daur,

seiring bertambahnya usia, pengetahuan yang dimiliki seseorang

akan memberikan pelajaran bagi diri sendiri. Dan secara

berkelanjutan akan membentuk selera seseorang untuk memilih

dalam melakukan konsumsi termasuk dalam mengonsumsi atau

menggunakan pengobatan (Bilson Simamora, 2008). Adanya

Page 109: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

89

perbedaan selera dalam memilih pengobatan tradisional pada

kelompok usia ≤ 30 tahun dengan > 30 tahun dikarenakan mungkin

adanya pengalaman yang kurang baik terhadap pengobatan

konvensional. Sehingga kalangan usia ≤ 30 tahun memilih dan

menggunakan pengobatan tradisional untuk meningkatkan derajat

kesehatannya.

Dalam upaya promosi kesehatan, untuk mengurangi

ketergantungan pada metode pengobatan Barat pada pengobatan

dan melihat antusias kalangan usia muda dalam memilih

pengobatan tradisional. Diperlukan langkah promosi mengenai

pengobatan tradisional mulai dari usia sekolah. Selain itu, upaya

promosi melalui pendidikan dengan media televisi, radio, dan

melalui dunia maya juga perlu digalakan mengingat kecanggihan

teknologi sudah maju pesat. Sehingga, masyarakat tidak hanya

mengetahui metode pengobatan atau pengobatan konvensional.

Masyarakat juga mampu memahami pengobatan tradisional dengan

baik dan mampu memanfaatkannya dengan tepat pada saat

mengalami gangguan kesehatan.

6.2.2. Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan yang

terdapat pada tabel 5.20. dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin

memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan masyarakat

dalam memilih pengobatan tradisional karena memiliki p value

Page 110: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

90

sebesar 0,019 atau kurang dari nilai α, yaitu 0,05. Hal ini tercermin

pada distribusi masyarakat yang menjadi responden penelitian ini,

yaitu wanita sebanyak 51 orang (53,7%) memilih ke pengobatan

tradisional dan pria sebanyak 44 orang (46,3%).

Hal ini dapat diasumsikan bahwa karakteristik masyarakat

urban di Jakarta sudah tidak lagi didominasi oleh pria saja dalam

pengambilan keputusan khususnya mengenai dalam pemilihan

pengobatan . Emansipasi wanita di wilayah tempat tinggal

masyarakat urban dalam memilih pengobatan tradisional terlihat

dari distribusi data yang lebih besar wanita dibandingkan pria. Ini

disebabkan beberapa keputusan dalam keluarga tidak selamanya

bergantung pada pria.

Proses pencarian pengobatan dalam suatu keluarga

biasanya merupakan keputusan dari kepala keluarga. Kalau dalam

keluarga masih terdapat seorang ayah, maka ayah yang dominan

dalam pengamblian keputusan. Tapi kalau sudah single parent

maka, single parent tersebut yang mengambil keputusan dalam

keluarga. Oleh karena itu tingkat pemahaman kepala keluarga

tentang konsep sehat sakit serta pengetahuan tentang pentingnya

pengobatan untuk setiap gangguan kesehatan yang diderita anggota

keluarga, sangat menentukan pemilihan sarana pengobatan yang

mana untuk digunakan oleh keluarga tersebut.

Page 111: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

91

Dalam penelitian penggunaan pengobatan tradisional ini,

ditemukan lebih banyak pengunjung pengobatan tradisional adalah

wanita. Hal tersebut memperlihatkan bahwa wanita dalam suatu

keluarga sudah memiliki peran untuk memilih pengobatan yang

digunakannya, terutama bagi dirinya sendiri.

Pada penelitian Sudibyo Supardi dan Andi Leny Susyanti

(2010) juga terlihat bahwa dalam hal penggunaan pengobatan

tradisional, wanita lebih banyak berperan pada saat memilih

pengobatan dibandingkan pria. Melihat fenomena yang ada di

lapangan, bahwa wanita lebih berperan dalam pengambilan

keputusan untuk memilih pengobatan tradisional, maka diperlukan

upaya promosi yang baik agar pengetahuan tentang pengobatan

tradisional kaum wanita tidak salah. Terlebih lagi jika wanita

tersebut sudah berkeluarga.

6.2.3. Status Pernikahan

Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan dapat

disimpulkan bahwa status pernikahan tidak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap pengambilan keputusan masyarakat

dalam memilih pengobatan tradisional karena memiliki p value

sebesar 0,097 atau lebih dari nilai α, yaitu 0,05.

Hal ini dapat menunjukan bahwa hubungan pernikahan

tidak memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perilaku

Page 112: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

92

masyarakat dalam memilih pengobatan tradisional. Fenomena ini

memperlihatkan bahwa keputusan dalam pengobatan tradisional

lebih didominasi oleh faktor pribadi masing – masing, bukan

berdasarkan keputusan salah satu peran (suami atau istri). Hal

tersebut dapat terlihat juga berdasarkan jenis kelamin, lebih banyak

wanita (53,7%) sedangkan pria hanya sebesar 46,7%. Berdasarkan

jenis kelamin dan status pernikahan dapat dikaitkan bahwa perilaku

pencarian pengobatan tradisional tidak dipengaruhi oleh faktor pria

yang berperan sebagai kepala keluarga (pada kalangan yang sudah

menikah).

Pola pemilihan pengobatan tradisional pada masyarakat

urban di kota – kota besar dapat terlihat bahwa dominasi salah satu

pihak (suami atau istri) tidak terlihat dengan jelas. Hal ini mungkin

karena tingkat kepercayaan diri masyarakat untuk memilih

pengobatan tradisional sebagai pengobatannya yang terbangun oleh

pengetahuannya. Dan perubahan status pernikahan seseorang

menjadi tidak terpengaruh terhadap perilaku tersebut. Dalam hal

ini, yang menjadi kontribusi adalah tingginya rasa toleransi dan

keterbukaan terhadap hal baru pada pola pikir masyarakat urban.

Sehingga tidak ada dominasi dalam hubungan suami istri dalam

memilih pengobatan tradisional.

Page 113: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

93

6.2.4. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan dapat

disimpulkan bahwa pengetahuan tentang pengobatan tradisional

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan

keputusan masyarakat dalam memilih pengobatan tradisional

karena memiliki p value sebesar 0,136 atau kurang dari nilai α,

yaitu 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat dengan tingkat

pendidikan dalam hal ini pendidikan formal, tidak memiliki

kontribusi yang signifikan terhadap pengambilan keputusan ke

pengobatan tradisional. Dan fenomena ini memperlihatkan bahwa

pengobatan tradisional, bukan pengobatan untuk masyarakat

dengan pendidikan rendah tetapi sebaliknya. Meskipun tidak

terdapat perbedaan jumlah yang jauh antara masyarakat pendidikan

rendah (SD, SMP, dan SMA) dan tinggi (D3, SI, S2, dan S3), yaitu

sebesar 46,3% masyarakat dengan pendidikan rendah dan 53,7%

masyarakat dengan pendidikan tinggi.

Jika dikaitkan tingkat pendidikan dengan pengetahuan,

dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan formal di Indonesia

masih kurang memasukan unsur pengobatan tradisional ke dalam

kurikulum pendidikan formal. Sehingga, meskipun tingkat

pendidikan formal tergolong tinggi, belum tentu mempengaruhi

masyarakat untuk cenderung melakukan pengobatan ke pengobatan

tradisional.

Page 114: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

94

Pendidikan dalam kehidupan manusia merupakan sebuah

proses yang harus dilakukan sepanjang hayat. Pada saat ini

pendidikan bukan hanya merupakan suatu proses pembelajaran

dalam masyarakat, tetapi sudah berkembang menjadi pusat atau

narasumber dari segala pengetahuan. Pendidikan mempunyai

fungsi utama yang selalu ada dalam perkembangan sejarah

manusia yaitu untuk meningkatkan taraf pengetahuan manusia.

Pendidikan merupakan sarana sosialisasi nilai-nilai budaya yang

ada di masyarakat setempat juga sebagai media untuk

mentransmisikan nilai-nilai baru maupun mempertahankan nilai-

nilai lama (Anwarudin, 2008).

Sukmadinata (2003) menyatakan pendidikan diperlukan

untuk mendapatkan informasi misalnya hal - hal yang menunjang

kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk siap

berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi

tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi

sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki,

sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangannya sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru

diperkenalkan.

Page 115: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

95

6.2.5. Pengetahuan Tentang Pengobatan

Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan dapat

disimpulkan bahwa pengetahuan tentang pengobatan tradisional

memiliki hubungan yang signifikan terhadap pengambilan

keputusan masyarakat dalam memilih pengobatan tradisional

karena memiliki p value sebesar 0,046 atau kurang dari nilai α,

yaitu 0,05. Dari distribusi data pengetahuan tentang pengobatan

tradisional dapat terlihat bahwa masyarakat pengetahuan rendah

lebih banyak mengakses pengobatan tradisional. Hal ini mungkin

terjadi akibat masyarakat masih dalam tahap mencoba khasiat dari

pengobatan tradisional dengan khasiat dari pengobatan kedokteran

modern/konvensional.

Dari data responden yang jarang menggunakan pengobatan

tradisional dalam arti di dalam penelitian ini baru pertama kali

datang atau baru mencoba pengobatan tradisional lebih banyak

dibandingkan dengan yang kadang – kadang atau sering. Begitu

pula masyarakat yang kadang – kadang ke pengobatan tradisional

lebih banyak daripada masyarakat yang sering (menggunakan

pengobatan tradisional sebagai terapi kesehatan pada saat

mengalami gangguan kesehatan) ke pengobatan tradisional. Hal ini

terjadi mungkin adanya penurunan tingkat kepercayaan terhadap

pengobatan kedokteran modern/konvensional. Sehingga

Page 116: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

96

masyarakat mau mencoba pengobatan tradisional sebagai alternatif

pengobatan.

Jika dilakukan perbandingan antara kelompok masyarakat

dengan pengetahuan rendah dan kelompok masyarakat dengan

pengetahuan tinggi tentang pengobatan tradisional, responden

dengan tingkat pengetahuan tinggi memiliki kepatuhan melakukan

pengobatan ke pengobatan tradisional lebih baik dibandingkan

dengan yang memiliki pengetahuan rendah.

6.2.6. Pekerjaan

Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan dapat

disimpulkan bahwa jenis pekerjaan masyarakat yang melakukan

pencarian pengobatan tradisional tidak memiliki hubungan yang

signifikan terhadap pengambilan keputusan masyarakat dalam

memilih pengobatan tradisional sebagai pengobatan rujukan pada

saat mengalami gangguan kesehatan. Hal ini berkaitan dengan

kemampuan ekonomi masyarakat.

Kalau dilihat dari segi penghasilan yang didapatkan dari

pekerjaan yang dilakukan, tidak ada hubungan antara pemilihan

pengobatan tradisional pada jenis pekerjaan pegawai negeri sipil,

pegawai swasta, wiraswasta, buruh, dan orang yang tidak bekerja.

Hal ini mungkin dipengaruhi oleh tarif pengobatan tradisional yang

dinilai sedang (terjangkau) oleh seluruh lapisan masyarakat (61

Page 117: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

97

dari 95 orang mengatakan tarif pengobatan tradisional sedang).

Mengingat, Indonesia tergolong sebagai negara berkembang,

dimana masyarakatnya yang tergolong golongan ekonomi

menengah mendominasi terutama di lingkungan kaum urban.

6.2.7. Jumlah Anggota Keluarga

Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan pada tabel

5.25. dapat disimpulkan bahwa jumlah anggota keluarga yang

tinggal bersama (satu rumah) dengan responden, memiliki

hubungan yang signifikan terhadap pengambilan keputusan

masyarakat dalam memilih pengobatan tradisional sebagai

pengobatan rujukan pada saat mengalami gangguan kesehatan

karena memiliki p value sebesar 0,023 atau kurang dari nilai α,

yaitu 0,05.

Kalau dilihat berdasarkan jumlah anggota keluarga yang

tinggal dengan responden, hal ini berkaitan dengan kemampuan

daya beli atau status ekonomi. Kemampuan daya beli akan semakin

besar jika anggota keluarga yang tinggal dalam rumah lebih

sedikit, demikian juga sebaliknya. Kemampuan daya beli juga

memiliki pengaruh terhadap pemilihan pengobatan. Dari tabel 5.25

terlihat bahwa jumlah anggota keluarga yang ideal lebih banyak

daripada yang tidak ideal. Sehingga responden dengan jumlah

anggota keluarga ideal, lebih banyak yang melakukan melakukan

pengobatan ke pengobatan tradisional. Jika dikaitkan dengan teori

Page 118: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

98

pemilihan pengobatan, hal ini mungkin diakibatkan responden

dengan jumlah anggota keluarga tidak ideal memilih untuk

melakukan pengobatan sendiri di rumah dibandingkan dengan ke

pengobatan tradisional.

Jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

secara tidak langsung memberikan beban pada kondisi kesehatan

dan kemampuan untuk mengakses pengobatan. Semakin banyak

anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah, maka semakin

kurang terperhatikannya kesehatan masing – masing anggota

keluarga. Dan semakin banyak anggoata keluarga, semakin tinggi

juga biaya hidup yang harus ditanggung oleh kepala keluarga. Pada

penelitian ini ditemukan jumlah anggota keluarga tidak ideal dalam

satu rumah yang lebih banyak mengakses pengobatan tradisional

dibandingkan dengan responden yang tinggal dengan jumlah

anggota keluarga ideal. Hal ini menunjukan bahwa mahalnya

pelayanan kesehtan konvensional, membuat masyarakat beralih ke

pengobatan tradisional untuk melakukan pengobatan ke

pengobatan tradisional. Hal ini dilakukan mungkin sebagai

alternatif.

Namun, fenomena ini tidak boleh dibiarkan begitu saja.

Karena pengobatan tradisional menjadi alternatif bagi masyarakat

yang memiliki ekonomi menengah ke bawah maka pengawasan

yang dilakukan oleh Direktorat Pengobatan Tradisional, Alternatif,

Page 119: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

99

dan Komplementer Kementerian Kesehatan pada pengobatan

tradisional harus semakin ketat. Mengingat beberapa kasus

penyalahgunaan pengobatan di Indonesia masih tergolong tinggi.

Hal ini disebabkan karena pengetahuan masyarakat masih rendah

mengenai pengobatan tradisional yang sesungguhnya. Hal ini

dilakukan agar tidak merugikan masyarakat baik secara finansial

maupun secara moril.

6.2.8. Suku/Etnis

Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan pada tabel

5.26. dapat disimpulkan bahwa asal suku/etnis keluarga responden

memiliki hubungan yang signifikan terhadap pengambilan

keputusan masyarakat dalam memilih pengobatan tradisional

sebagai pengobatan rujukan pada saat mengalami gangguan

kesehatan karena memiliki p value sebesar 0,007 atau kurang dari

nilai α, yaitu 0,05.

Hal ini menunjukan bahwa kebudayaan di Indonesia

memiliki pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam memilih

pengobatan. Pengobatan tradisional yang berbasis kearifan lokal

berdasarkan data pada tabel 5.26, berturut – turut dari yang paling

banyak ke yang paling sedikit berdasarkan kunjungan adalah Suku

Jawa, Suku Betawi, Etnis Tionghoa, Suku Batak, Suku Melayu,

dan Suku Bali. Hal ini menunjukan bahwa suku – suku di

Page 120: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

100

Indonesia masih memiliki kepercayaan terhadap kebudayaan lokal

untuk menyembuhkan penyakit atau gangguan kesehatan.

Kultur merupakan faktor penentu paling pokok dari

perilaku seseorang. Perilaku seseorang umumnya dipelajari dari

lingkungan sekitarnya. Sehingga nilai persepsi, preferensi, dan

perilaku antara seseorang yang tinggal di suatu daerah dengan yang

di daerah lainnya dengan latar belakang suku budaya yang berbeda

dan biasanya dalam suatu keturunan suku memiliki kebiasaan atau

perilaku yang tidak berbeda jauh (Bilson Simamora, 2008).

Termasuk dalam pemilihan pengobatan, masing – masing suku

memiliki kepercayaan mengenai khasiat pengobatan tradisional.

Karena akar dari pengobatan tradisional adalah berasal dari

keturunan dan merupakan suatu kebudayaan tradisional dalam

bidang kesehatan. Sehingga suku memiliki peran yang besar dalam

memilih pengobatan tradisional.

Karena suku memiliki pengaruh terhadap pengobatan

tradisional, maka perlu dilakukan pembinaan tehadap pengobatan

tradisional yang ada pada masing – masing daerah melalui Sentra

Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T)

pada masing - masing daerah atau provinsi. Agar pengobatan

tradisional di Indonesia dapat terinventarisasi dan dikembangkan

untuk kebutuhan pengembangan metode pengobatan tradisional.

Selain itu juga dapat menjadi keunggulan masing – masing daerah

Page 121: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

101

yang memiliki metode pengobatan khas untuk mengembangkan

pariwisata dalam hal kesehatan.

6.2.9. Agama

Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan pada tabel

5.27. dapat disimpulkan bahwa agama yang dianut oleh responden

memiliki hubungan yang signifikan terhadap pengambilan

keputusan masyarakat dalam memilih pengobatan tradisional

sebagai pengobatan rujukan pada saat mengalami gangguan

kesehatan karena memiliki p value sebesar 0,048 atau kurang dari

nilai α, yaitu 0,05.

Hal ini memperlihatkan bahwa kepercayaan atau keyakinan

spriritual masyarakat turut mempengaruhi pengobatan yang

dipilihnya. Berdasarkan data pada tabel 5.27 terlihat bahwa agama

Islam yang paling banyak melakukan pengobatan ke pengobatan

tradisional. Hal ini mungkin karena agama Islam di Indonesia

menjadi agama mayoritas dan memang agam Islam yang banyak

menganjurkan pengobatan dengan cara tradisional salah satu

pengobatan tradisional yang berbasis agama adalah pengobatan

sesuai ajaran Rasulullah SAW. Untuk agam non - Islam lebih

banyak metode pengobatan dengan cara spiritual masing – masing

yang berbasis hipnoterapi.

Page 122: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

102

6.2.10. Jarak Rumah ke Pengobatan Tradisional

Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan pada tabel

5.28. dapat disimpulkan bahwa jarang rumah responden ke

pengobatan tradisional tidak memiliki hubungan yang signifikan

terhadap pengambilan keputusan masyarakat dalam memilih

pengobatan tradisional sebagai pengobatan rujukan pada saat

mengalami gangguan kesehatan karena memiliki p value sebesar

0,289 atau lebih dari nilai α, yaitu 0,05.

Jika dikaitkan kondisi transportasi dan geografis di wilayah

Cengkareng, kemudahan transportasi dan akses jalan yang cukup

baik tidak menjadikan jarak dari rumah ke pengobatan tradisional

suatu hambatan. Sehingga masyarakat dapat melakukan pemilihan

transportasi untuk mengakses pengobatan tradisional. Melihat hasil

analisis statistik pandangan subjektif responden terhadap

pemanfaatan pengobatan tradisional yang cukup baik yaitu sebesar

62,1% (59 orang) memiliki pandangan yang positif terhadap

pengobatan tradisional dibandingkan dengan responden yang

memiliki pandangan subjektif negatif terhadap pengobatan

tradisional sebesar 37,9% (36 orang). Pandangan subjektif inilah

yang lebih mempengaruhi masyarakat untuk memutuskan

pemilihan ke pengobatan tradisional.

Page 123: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

103

6.2.11. Penilaian Tentang Sehat dan Sakit

Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan pada tabel

5.29. dapat disimpulkan bahwa penilaian tentang sehat dan sakit

memiliki hubungan yang signifikan terhadap pengambilan

keputusan masyarakat dalam memilih pengobatan tradisional

sebagai pengobatan rujukan pada saat mengalami gangguan

kesehatan karena memiliki p value sebesar 0,007 atau kurang dari

nilai α, yaitu 0,05.

Hal ini menggambarkan bahwa kemampuan masyarakat

yang tinggi dalam menilai arti sehat dan sakit mampu mendorong

masyarakat melakukan pengobatan ke pengobatan tradisional. Hal

ini ditunjukkan oleh data pada tabel 5.29. semakin buruk

kemapuan masyarakat menilai arti sehat dan sakit, semakin kecil

kemungkinan mereka memeriksakan kesehatan ke pengobatan

tradisional. Berdasarkan teori pencarian pengobatan, masyarakat

yang memiliki kemampuan tinggi untuk mengartikan arti sehat dan

sakit pada dirinya, maka mereka akan terdorong untuk mencari

pengobatan ke pengobatan. Dan semakin buruk masyarakat mampu

mengartikan arti sehat dan sakit pada dirinya maka mereka

semakin tidak terdorong untuk melakukan pengobatan ke

pengobatan (mengobati dirinya sendiri di rumah).

Page 124: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

104

6.2.12. Sikap

Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan pada tabel

5.30. dapat disimpulkan bahwa sikap terhadap pengobatan

tradisional tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap

pengambilan keputusan masyarakat dalam memilih pengobatan

tradisional sebagai pengobatan rujukan pada saat mengalami

gangguan kesehatan karena memiliki p value sebesar 0,332 atau

lebih dari nilai α, yaitu 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa sikap yang baik terhadap

pengobatan tradisional tidak memiliki hubungan yang signifikan

terhadap perilaku pencarian pengobatan tradisional masyarakat,

begitu pula sebaliknya. Hal ini mungkin disebabkan lebih kepada

pengaruh faktor kepercayaan dari agama dan suku asal keluarga

untuk mendorong ke pengobatan tradisional karena kedekatan

kekerabatan keluarga lebih berperan dalam pengambilan

keputusan.

Sikap dipengaruhi oleh kepribadian, pengalaman, pendapat

umum, dan latar belakang. Sikap mewarnai pandangan terhadap

seseorang terhadap suatu objek, memengaruhi perilaku dan relasi

dengan orang lain. Untuk bersikap harus ada penilaian sebelumnya.

Sikap bisa baik atau tidak baik. Perasaan sering berakar dalam

sikap dan sikap dapat diubah. Sikap biasanya sedikit atau banyak

berhubungan dengan kepercayaan. Dalam beberapa hal sikap

Page 125: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

105

merupakan akibat dari suatu kumpulan kepercayaan (Maramis,

2006). Oleh karena itu, pada penelitian ini ditemukan bahwa sikap

tidak berhubungan secara signifikan terhadap perilaku pencarian

pengobatan masyarakat ke pengobatan tradisional. Jika dikaitkan

dengan kepercayaan, dalam hal ini agama dan suku/etnis maka

pendorong masyarakat ke pengobatan tradisional lebih didominasi

oleh kedua faktor tersebut.

6.3. Faktor Pendukung Perilaku Pencarian Pengobatan Tradisional

Faktor pendukung, dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Keluarga, yang meliputi asuransi atau jaminan kesehatan yang

dimiliki oleh keluarga.

2. Masyarakat, yang meliputi tarif pengobatan tradisional.

6.3.1. Asuransi atau Jaminan Kesehatan

Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan pada tabel

5.31. dapat disimpulkan bahwa kepemilikan asuransi/jaminan

kesehatan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap

pengambilan keputusan masyarakat dalam memilih pengobatan

tradisional sebagai pengobatan rujukan pada saat mengalami

gangguan kesehatan karena memiliki p value sebesar 0,947 atau

lebih dari nilai α, yaitu 0,05.

Hal ini mungkin karena peraturan tentang Jaminan

Kesehatan Nasional sudah diberlakukan oleh Kementerian

Page 126: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

106

Kesehatan sejak awal tahun 2014 melalui BPJS (Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial). Sehingga meskipun masyarakat

sudah memiliki jaminan kesehatan dari pemerintah, tetapi faktor

kebiasaan mengakses pengobatan tradisional tetap menjadi pilihan

pada saat mengalami gangguan kesehatan. Maka dari itu, tidak

terdapat hubungan signifikan antara kepemilikan asuransi atau

jaminan kesehatan dengan perilaku pemanfaatan pengobatan

tradisional.

Sudibyo Supardi (1996) dalam sebuah karya ilmiah di

bidang kesehatan mengutip pernyataan Nico S. Kalangie yang

menjelaskan bahwa penawaran terhadap pengobatan pada

masyarakat Indonesia dipenuhi melalui tiga cara yaitu pengobatan

sendiri di rumah, pengobatan tradisional, dan pengobatan dengan

tenaga medis profesional. Pengobatan dengan tenaga medis

profesional adalah pengobatan dengan petunjuk dari tenaga

kesehatan yang dilakukan di poliklinik, puskesmas dan rumah

sakit. Sedangkan yang diartikan dengan pengobatan sendiri di

rumah adalah pengobatan tanpa petunjuk tenaga kesehatan

(dokter/perawat/tenaga ahli kesehatan lainnya). Ada pun

pengobatan tradisional merupakan bentuk pengobatan yang

menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam

standar pengobatan medis modern baik yang dilakukan sendiri atau

dengan petunjuk tenaga kesehatan tradisional.

Page 127: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

107

6.3.2. Tarif Pengobatan Tradisional

Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan pada tabel

5.32. dapat disimpulkan bahwa tarif pengobatan tradisional

memiliki hubungan yang signifikan terhadap pengambilan

keputusan masyarakat dalam memilih pengobatan tradisional

sebagai pengobatan rujukan pada saat mengalami gangguan

kesehatan karena memiliki p value sebesar 0,026 atau kurang dari

nilai α, yaitu 0,05.

Hal ini mungkin sebagai akibat dari pernyataan atau

pendapat masyarakat yang melakukan pengobatan ke pengobatan

tradisional yang menyatakan bahwa tarif pengobatan tradisional itu

sedang. Sehingga masyarakat terdorong untuk memilih pengobatan

tradisional daripada ke pengobatan kedokteran

modern/konvensional.

Masyarakat yang memilih pengobatan tradisional mungkin

mengalami penurunan kepercayaan terhadap pengobatan

konvensional perihal penyembuhan penyakit. Di samping itu, tarif

pengobatan di lembaga penyelenggara pengobatan swasta

tergolong cukup tinggi sedangkan di lembaga penyelenggara

pengobatan milik pemerintah jumlahnya terbatas baik dari segi

fasilitas dan sumber daya manusia yang menangani pasien. Karena

pemerintah telah meluncurkan program Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN).

Page 128: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

108

Oleh karena itu, masyarakat mungkin lebih memilih

pengobatan tradisional untuk melakukan pengobatan karena dinilai

sudah berkembang dan banyak pilihannya dibandingkan

pengobatan konvensional. Hal inilah yang membuat tarif

pengobatan berpengaruh terhadap perilaku pencarian pengobatan

ke pengobatan tradisional.

6.4. Faktor Kebutuhan Perilaku Pencarian Pengobatan Tradisional

6.4.1. Pandangan Subjektif Terhadap Pengobatan

Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan pada tabel

5.32. dapat disimpulkan bahwa pandangan subjektif mengenai

pemanfaatan pengobatan tradisional responden memiliki hubungan

yang signifikan terhadap pengambilan keputusan masyarakat

dalam memilih pengobatan tradisional sebagai pengobatan rujukan

pada saat mengalami gangguan kesehatan karena memiliki p value

sebesar 0,012 atau kurang dari nilai α, yaitu 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa pandangan subjektif turut

memberikan kontribusi dalam perilaku pencarian pengobatan ke

pengobatan tradisional. Hal ini tergambar dari jumlah responden

yang berpandangan positif yang lebih banyak dibandingkan

responden yang berpandangan negatif.

6.4.2. Kesesuaian Penyakit dengan Diagnosis Medis dan Melakukan

Pengobatan dengan Pengobatan Tradisional

Page 129: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

109

Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan pada tabel

5.34. dapat disimpulkan bahwa kesesuaian penyakit dengan

diagnosis medis terhadap perilaku penggunaan pengobatan

tradisional memiliki hubungan yang signifikan terhadap

pengambilan keputusan masyarakat dalam memilih pengobatan

tradisional sebagai pengobatan rujukan pada saat mengalami

gangguan kesehatan karena memiliki p value sebesar 0,004 atau

kurang dari nilai α, yaitu 0,05.

Berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan, masalah

pada otot dan sendi paling banyak diderita oleh masyarakat yang

berobat ke pengobatan tradisional. Diikuti oleh beberapa gejala

penyakit degeneratif dan penyakit degeneratif, yaitu: kolesterol

tinggi, asam urat, diabetes, dan stroke. Dari beberapa responden

yang ditanya soal penyakit, mereka mengatakan bahwa pengobatan

tradisional ini diposisikan sebagai penunjang pengobatan

tradisional disamping pengobatan konvensional/modern yang

digunakannya. Dengan harapan penyakit atau gangguan kesehatan

yang dialaminya dapat sembuh lebih cepat daripada hanya diobati

oleh pengobatan konvensional/modern oleh dokter.

Dari data yang didapatkan terkait gambaran penyakit,

terlihat bahwa penyakit yang memiliki risiko tinggi seperti

kolesterol tinggi, asam urat, diabetes, dan stroke masyarakat masih

belum yakin menggunakan pengobatan tradisional. Hal ini

Page 130: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

110

dikarenakan pengobatan tradisional di Indonesia belum memiliki

standardisasi seperti negara – negara Asia Selatan seperti Cina,

Taiwan, Korea, dan Jepang. Di Indonesia memang baru

dikembangkan dan digalakkan untuk penggunaan pengobatan

tradisional mulai tahun 2010. Diharapkan di tahun – tahun

berikutnya pengobatan tradisional memang menjadi pilihan yang

setara dengan pengobatan konvensional/modern.

Page 131: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

111

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Masyarakat Cengkareng memiliki minat untuk melakukan pengobatan

di pelayanan kesehatan tradisional cukup tinggi dengan berbagai

frekuensi kunjungan sesuai dengan kebutuhan.

2. Faktor predisposisi masyarakat Cengkareng yang menggunakan

pelayanan kesehatan tradisional:

a. Usia masyarakat yang menggunakan pelayanan kesehatan

tradisional lebih besar kelompok usia > 30 tahun (80%). Namun

dari segi kepatuhan dalam melakukan pengobatan tradisional lebih

baik kelompok usia ≤ 30 tahun. Berdasarkan uji statistik, usia

memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku penggunaan

pelayanan kesehatan tradisional dengan p value sebesar 0,016.

b. Jenis kelamin masyarakat yang menggunakan pelayanan kesehatan

tradisional lebih besar yang berjenis kelamin wanita dibandingkan

pria (53,7%). Hal ini menggambarkan untuk mengakses pelayanan

kesehatan tradisional tidak harus diputuskan oleh kepala keluarga

(pria). Dan berdasarakan uji statistik, jenis kelamin memiliki

hubungan yang signifikan terhadap perilaku penggunaan pelayanan

kesehatan tradisional dengan p value 0,019. Ini menunjukan bahwa

Page 132: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

112

emansipasi wanita dalam pemilihan pengobatan khususnya untuk

diri sendiri sudah berkembang dengan baik.

c. Status pernikahan masyarakat yang mengakses pelayanan

kesehatan tradisional didominasi oleh kelompok masyarakat yang

sudah menikah (67,4%). Hal ini menggambarkan bahwa

kematangan pola pikir dalam memilih pelayanan kesehatan

tradisional turut menentukan keputusan pemilihan pelayanan

kesehatan rujukannya. Namun berdasarakan uji statistik, status

penikahan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap

perilaku penggunaan pelayanan kesehatan tradisional dengan p

value 0,097. Tingginya jumlah tersebut dan tidak adanya hubungan

signifikan antara status pernikahan dengan perilaku penggunaan

pelayanan kesehatan tradisional dikarenakan beberapa karakteristik

pendorong lain yang lebih kuat.

d. Pendididikan masyarakat yang menggunakan pelayanan kesehatan

tradisional didominasi oleh masyarakat dengan pendiddikan

rendah, yaitu masyarakat yang menamatkan pendidikan hanya

sampai tingkat SD sampai SMA (64,2%). Namun berdasarkan hasil

uji statistik, tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan yang

signifikan terhadap perilaku penggunaan pelayanan kesehatan

dengan p value 0,136. Hal ini karena masyarakat mendapatkan

informasi mengenai pelayanan kesehatan tradisional secara bebas

dari berbagai sumber dan tidak harus dipelajari secara akademik.

Page 133: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

113

e. Jenis pekerjaan masyarakat yang menggunakan pelayanan

kesehatan tradisional adalah kelompok masyarakat yang tidak

bekerja (34,7%). Hal ini membuktikan bahwa jenis pekerjaan

seseorang tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap

perilaku penggunaan pelayanan kesehatan tradisional. Berdasarkan

uji statistik, jenis pekerjaan memiliki p value sebesar 0,299.

f. Jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah pada

masyarakat yang menggunakan pelayanan kesehatan tradisional

didominasi oleh masyarakat yang jumlah anggota keluarganya

tidak ideal (51,6%). Dan berdasarkan uji statistik, jumlah anggota

keluarga yang tinggal dalam satu rumah memiliki hubungan

signifikan terhadap perilaku penggunaan pelayanan kesehatan

tradisional, yaitu dengan p value 0,023. Hal ini berhubungan juga

dengan kemampuan daya beli yang kurang dan keterjangkauan

tarif pelayanan kesehatan tradisional.

g. Suku/etnis masyarakat yang menggunakan pelayanan kesehatan

tradisional didominasi oleh masyarakat yang berasal dari suku

Jawa (40,0%). Hal ini disebabkan karena letak wilayah

Cengkareng ada di Pulau Jawa dan banyaknya orang yang berasal

dari Jawa bertempat tinggal di Cengkareng. Berdasarkan hasil uji

ststistik, suku/etnis masyarakat memiliki hubungan signifikan

terhadap penggunaan pelayanan kesehatan tradisional dengan p

value 0,007. Hal ini disebabkan latar belakang masyarakat Jawa

Page 134: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

114

yang menjunjung tinggi warisan budaya/tradisi yang dilakukan

oleh nenek moyang dalam melakukan pengobatan yaitu ke

pelayanan kesehatan tradisional.

h. Agama masyarakat yang menggunakan pelayanan kesehatan

tradisional didominasi oleh masyarakat yang beragama Islam

(76,8%). Hal ini disebabkan karena penduduk di wilayah

Cengkareng memang didominasi oleh pemeluk agama Islam.

Berdasarkan hasil uji statistik, agama masyarakat memiliki

hubungan signifikan terhadap penggunaan pelayanan kesehatan

tradisional dengan p value 0,048. Hal ini disebabkan karena

memang masyarakat Islam memiliki kecenderungan ke pelayanan

kesehatan tradisional yang berbasis kepada metode pengobatan

Islam.

i. Jarak rumah dengan pelayanan kesehatan tradisional masyarakat

yang menggunakan pelayanan kesehatan tradisional didominasi

oleh masyarakat yang terjangkau dengan pelayanan kesehatan

tradisional (54,7%). Hal ini berlawanan dengan hubungan jarak

dengan perilaku penggunaan pelayanan kesehatan tradisional yang

tidak memiliki hubungan berdasarkan uji statistik, dimana p value

yang didapat adalah 0,289. Hal tersebut terjadi karena kebutuhan

akan pelayanan kesehatan tradisional lebih kuat dibandingkan jarak

yang harus ditempuh untuk menuju ke pelayanan kesehatan

tradisional.

Page 135: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

115

j. Nilai tentang sehat dan sakit masyarakat yang menggunakan

pelayanan kesehatan tradisional didominasi oleh masyarakat yang

memiliki penilaian tinggi (65,3%). Secara umum masyarakat sudah

memiliki penilaian cukup baik terhadap sehat dan sakit. Dan

berdasarkan uji statistik, penilaian tentang sehat dan sakit memiliki

hubungan signifikan terhadap penggunaan pelayanan kesehatan

tradisional yaitu dengan p value 0,007.

k. Sikap terhadap pelayanan kesehatan masyarakat yang

menggunakan pelayanan kesehatan tradisional didominasi oleh

masyarakat yang memiliki sikap baik (62,1%). Sikap terhadap

pelayanan kesehatan tradisional tidak memiliki hubungan

signifikan terhadap perilaku pelayanan kesehatan tradisional

dengan p value 0,332 dari hasil uji statistik yang sudah dilakukan.

Perilaku pengobatan ke pelayanan kesehatan tradisional mungkin

lebih didasarkan atau didorong oleh faktor tradisi yang ada

berdasarakan suku asal dan agama. Sehingga pada saat memiliki

gangguan kesehatan, maka yang dilakukan adalah melakukan

pengobatan ke pelayanan kesehatan tradisional.

l. Pengetahuan tentang pelayanan kesehatan tradisional masyarakat

yang menggunakan pelayanan kesehatan tradisional didominasi

oleh masyarakat yang sudah memiliki pengetahuan yang tinggi

(53,7%). Berdasarakan uji statistik, pengetahuan masyarakat

tentang pelayanan kesehatan tradisional memiliki p value 0,46

Page 136: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

116

yang artinya memiliki hubungan signifikan terhadap perilaku

penggunaan pelayanan kesehatan tradisional. Hal ini disebabkan

informasi mengenai pelayanan kesehatan tradisional mudah

ditemukan di berbagai media massa.

3. Faktor pedukung masyarakat Cengkareng yang menggunakan

pelayanan kesehatan tradisional:

a. Kepemilikan asuransi kesehatan masyarakat yang

menggunakan pelayanan kesehatan tradisional didominasi oleh

masyarakat yang tidak memiliki asuransi kesehatan baik

asuransi dari pemerintah maupun swasta (53,7%). Dan

berdasarkan hasil uji statistik, kepemilikan asuransi tidak

memiliki hubungan signifikan terhadap penggunaan pelayanan

kesehatan tradisional dengan p value sebesar 0,947. Hal ini

disebabkan kesesuaian kemampuan daya beli yang rendah dan

tidak adanya jaminan pelayanan kesehatan, sehingga

masyarakat lebih memilih pelayanan kesehatan tradisional.

b. Tarif pelayanan kesehatan menurut masyarakat masyarakat

Cengkareng yang menggunakan pelayanan kesehatan

tradisional, didominasi oleh yang berpendapat tarif pelayanan

sedang (64,2%) dimana dapat diasumsikan bahwa tarif

pelayanan cukup terjangkau. Berdasarkan hasil uji statistik,

tarif pelayanan kesehatan tradisional dengan perilaku

penggunaan pelayanan kesehatan memiliki hubungan

Page 137: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

117

signifikan dengan p value 0,026. Hal ini terlihat bahwa

kemampuan daya beli memiliki dorongan yang cukup kuat

untuk melakukan pengobatan ke pelayanan kesehatan

tradisional.

4. Faktor kebutuhan masyarakat Cengkareng yang menggunakan

pelayanan kesehatan tradisional:

a. Pandangan subjektif masyarakat yang menggunakan pelayanan

kesehatan tradisional didominasi oleh kelompok masyarakat

yang memiliki pandangan baik terhadap pelayanan kesehatan

tradisional (62,1%). Dan berdasarkan uji statistik, pandangan

subjektif masyarakat terhadap pelayanan kesehatan tradisional

memiliki hubungan terhadapperilaku penggunaan pelayanan

kesehatan tradisional dengan p value 0,012. Hal ini karena

pada saat membutuhkan pengobatan, faktor pendangan baik

terhadap pelayanan kesehatan tradisional ini dapat mendorong

faktor lainnya untuk memperkuat dorongan ke pelayanan

kesehatan tradisional.

b. Berdasarkan kesesuaian diagnosis medis, penyakit yang

diobati oleh masyarakat ke pelayanan kesehatan tradisional,

yaitu semakin sedikit jumlah penyakitnya, semakin tinggi

kecenderungan untuk berobat ke pelayanan kesehatan

tradisional (55,8%). Berdasarkan uji statistik, penyakit yang

dialami dengan penggunaan pelayanan kesehatan tradisional

Page 138: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

118

memiliki hubungan signifikan yaitu dengan p value 0,004. Hal

ini menunjukan bahwa untuk penyakit komplikasi, masyarakat

masih kurang yakin untuk melakukan pengobatan ke

pelayanan kesehatan tradisional.

7.2. Saran

1. Untuk program promosi kesehatan, berdasarkan identifikasi faktor

perilaku penggunaan pelayanan kesehatan tradisional pada penelitian

ini diharapkan data yang ada dalam penelitian ini dapat digunakan

sebagai dasar menentukan langkah – langkah yang harus dilakukan

untuk melakukan program promosi kesehatan pelayanan kesehatan

tradisional.

2. Adanya pergeseran pola perilaku pencarian pelayanan kesehatan yang

tidak hanya dominasi pelayanan kesehatan modern/konvensional

(kedokteran modern) tapi juga pelayanan kesehatan tradisional. Upaya

promosi dan pengembangan pelayanan kesehatan tradisional bisa

dilakukan lebih efektif dan inovatif lagi, sehingga masyarakat yang

sudah terbuka dengan informasi apapun dapat mengetahui dan dapat

memilih pelayanan kesehatan yang digunakannya pada saat

mengalami gangguan kesehatan.

3. Pengintegrasian antara pelayanan kesehatan modern dan tradisional,

sebaiknya diperhatikan dengan baik dalam hal sosialisasi dan

komunikasi ke pasien. Agar tidak terjadi kesalahpahaman antara

Page 139: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

119

petugas kesehatan (baik petugas kesehatan kedotketan

modern/konvensional mupun petugas pelayanan kesehatan

tradisional). Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko kurangnya

tenaga kesehatan dalam menangani masalah kesehatan di masyarakat.

Page 140: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

120

Daftar Pustaka

Abdullah, Syukur. Studi Imlementasi Latar Belakang Konsep Pendekatan dan Relevansinya

Dalam Pembangunan. Ujung Pandang: Persadi 1987.

Alhusin, S. Aplikasi Statistik Praktis dengan SPSS for Windows. Yogyakarta:Graha Ilmu.

2003.

Andersen, Ronald & F. John, Newman. Societal and Individual Determinants of Medical

Care Utilization in The United States. 2005. Millbank Memorial Fund: Blackwell

Publishing.

Andersen. M. Ronald. Revisiting Model and Access to Medical Care: Does It Matter?. Los

Angeles: School of Public Health, UCLA. 1995.

Asmino, P. Pengalaman Peribadi dengan Pengobatan Alternatif. Jakarta: Airlangga

University Press. 1995

Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat Makassar. Identifikasi Pelayanan Kesehatan

Tradisional di Kabupaten Gowa dan Maros Tahun 2013. http://bktm-

makassar.org/assets/datas/publications/publikasi_24092013.pdf. Akses 26 Agustus

2014.

Beider, S. Mahrer, N. Gold, J. Pediatric Massage Therapy: An Overview for Clinicians.

Pediatric Clinics of North America. 2007.

Cambron, J.A, Dexheimer, J., Coe, P. Changes in blood pressure after various forms of

therapeutic massage: a preliminary study. J. Altern Complement Med. 2006

Dharmaraj, S.M. Kepentingan Perubatan Tradisional dan Kelemahan Perubatan Modern.

1998.

Page 141: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

121

Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif, dan Komplementer. Himpunan

Peraturan Terkait Peyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif, dan

Komplementer. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012

Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif, dan Komplementer. Laporan

Tahunan 2012: Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif,

dan Komplementer. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013

Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif, dan Komplementer. LAK 2013.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014

Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif, dan Komplementer. Modul

Orientasi Akupressur Bagi Petugas Puskesmas. Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. 2012

Dunn, William N. Public Policy Analysis: And Introduction. Englewood Clipfs, NJ: Prentice

Hall. 1981.

J, Oliver Stefanie. The Role of Traditional Medicine Practice in Primary Health Care within

Aboriginal Australia: A Review of The Literature. 2013

Kartadinata, Sunaryo. Metode Riset Sosial. Bandung: Prima. 2000.

Kaufman, Roger A. Educational System Planning. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. 1972

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Himpunan Hukum Pelayanan Kesehatan

Tradisional. 2009

Kementerian Kesehatan. Rumah Sakit di Jakarta.

http://sirs.buk.depkes.go.id/rsonline/report/report_by_catrs1.php?alamat_prop=DKI+J

AKARTA&submit=Find Akses tanggal 25 Agustus 2014

Page 142: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

122

Kutner, J.S., dkk. Massage therapy versus simple touch to improve pain and mood in patients

with advanced cancer: a randomized trial. Ann Intern Med. 2008.

Mangan, Y. Cara Bijak Menaklukan Kanker. 1st ed. Jakarta: PT Agromedia Pustaka, 2003.

Moh, M.I. Perubatan Tradisional Tempatan.

http://pkukmweb.ukm.my/~ahmad/tugasan/s3_99/moh.htm. 1998. Akses 29 April

2014.

Mursito, B. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Jantung. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

2002.

Notoatmodjo Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. 2005. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. 2007. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. 2003. Jakarta: Rineka Cipta.

Riwidikdo, H. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. 2012

Saad, Marcelo. De, Roberta Medeiros. Complementary Therapies For The Contemporary

Healthcare. Dragana Manestar, InTech Prepress. Croatia. 2012

Sarwono, J. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta. Andi Offset. 2006.

Saryono. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta. Mitra Cendikia Press. 2008.

Simamora Bilson. Panduan Riset Perilaku Konsumen. 2008. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Supardi Sudibyo, dkk. Peran Warung Dalam Penyediaan Obat Dan Obat Tradisional Untuk

Pengobatan Sendiri Di Kecamatan Tanjungbintang, Lampung Selatan. 1996. Jakarta:

Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Badan Litbangkes.

Suryabrata, S. Metodologi Penelitian. Jakarta. RajaGrafindo Persada. 2012.

Page 143: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

123

Tanner, D., & Tanner, L. N. Curriculum Development. New York: Macmillan Publishing Co.

1980

Trihendradi, C. Step by Step SPSS 18: Analisis Data Statistik. Yogyakarta. Andi Offset. 2010.

Venesy, D. A. Physical Medicine and Complementary Approaches. Neurol Clin. 2007.

World Health Organization, http://www.who.int/topics/traditional_medicine/en/ diakses

tangga 29 April 2014

World Health Organization, http://www.who.int/topics/traditional_medicine/en/ diakses

tangga 29 April 2014World Health Organization. General Guidelines for

Methodologies on Research and Evaluation of Traditional Medicine. Geneva. 2000

World Health Organization. Traditional Medicine Strategy 2002–2005.Geneva. 2002

Y Idward. Penggunaan Pengobatan Alternatif di Seluruh Dunia. Kalimantan Tengah: SP3T

Kalimantan Tengah. 2013.

Yellow Pages. Pengobatan Tradisional dan Alternatif di Jakarta.

http://jakarta.yellowpages.co.id/browse/category/pengobatan-tradisional-

alternatif?lang=id Akses 3 Juni 2014 pukul 09:36

Page 144: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

KUESIONER PENELITIAN

Determinan Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking

Behavior of Traditional Medicine)

Masyarakat Cengkareng Tahun 2014

Assalamualaikum Wr, Wb.

Saya Supriadi, mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah

yang sedang melakukan penelitian tentang perilaku pencarian pelayanan kesehatan tradisional

masyarakat di wilayah Kecamatan Cengkareng. Oleh karena itu, mohon Anda bersedia

meluangkan waktu 15 sampai 20 menit untuk mengisi kuesioner penelitian ini.

Hari /Tanggal : ……………… No.Responden:

Jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional : ……………… Nama :…………..................

PETUNJUK PENGISIAN :

Isilah jawaban sesuai dengan keterangan yang ada dalam tanda kurung pada tempat yang sudah

disediakan. (“koding” diisi oleh peneliti)

No. Pertanyaan Jawaban Koding

P1 Seberapa sering Anda mengakses pelayanan kesehatan

atau pegobatan tradisional untuk kepentingan kesehatan

Anda? (Pilih salah satu)

1. Jarang

2. Kadang – kadang

3. Sering

[ ]

Q1.

Usia

Tahun berapa Anda lahir?

Berapa usia Anda?

[ ]

[ ]

Q2. Jenis Kelamin

Apa jenis kelamin Anda?

1.Pria

2.Wanita

[ ]

Page 145: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

Q3. Status Pernikahan

Apakah Anda sudah menikah?

1.Belum Menikah

2.Sudah Menikah

3.Duda/Janda

[ ]

Q4. Pengetahuan Tentang Pengobatan Tradisional

A. Menurut Anda, masuk ke dalam jenis pelayanan

kesehatan apa daftar di bawah ini? (Jawaban:

0. Tidak tahu, 1. Tradisional 2.Konvensional/Modern)

1. Jamu,

2. Aromaterapi

3. Gurah

4. Homeopati

5. Spa

6. Akupunktur

7. Chiropraksi

8. Kop/Bekam

9. Apiterapi

10. Ceragem

11. Akupresur

12. Pijat – urut

13. Pijat - urut bayi

14. Patah tulang

15. Refleksi

16. Keterampilan ahli agama

B. Dari mana Anda mengetahui adanya pengobatan

tradisional ini sehingga Anda memutuskan untuk

melakukan pengobatan di tempat ini? Siapa yang

merekomendasikan Anda untuk datang ke tempat ini?

(Jawaban, boleh lebih dari satu: 0. Tidak 1.Ya)

1.Tempat/tetangga

2.Kerabat keluarga

3.Petugas kesehatan

4.Radio/televisi/media elektronik

5.Koran/majalah/brosur

C. Apa yang dimaksud dengan pengobatan tradisional?

(Pilih salah satu) 1.Pengobatan dengan cara lain selain cara kedokteran

2.Pengobatan yang dilakukan melalui dengan

menggunakan penyinaran.

3.Sama dengan pengobatan modern.

4.Tidak tahu.

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

Page 146: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

D. Apa saja bahan pengobatan tradisional yang digunakan

oleh pelayanan kesehatan tradisional yang Anda pilih?

(Jawaban untuk masing – masing poin: 0. Tidak 1.Ya)

1.Tumbuh – tumbuhan

2. Bahan alamiah lainnya

3. Hewan

4. Mineral

5. Bahan kimia

E. Siapa orang yang melakukan pengobatan tradisional?

(Pilih salah satu) 1. Orang yang diakui oleh masyarakat dan mampu

melakukan pengobatan secara tradisional.

2. Orang yang melakukan pengobatan secara

barat/konvensional

3. Seseorang yang harus berpendidikan tinggi.

4. Tidak tahu.

F. Bagaimana cara atau metode pengobatan tradisional

menurut pengetahuan Anda? (Pilih salah satu)

1. Menggunakan ramuan, ramuan, keterampilan, ajaran

agama, dan kebatinan.

2. Menggunakan jarum suntik.

3. Dengan cara operasi.

4.Tidak tahu.

G. Apa ciri – ciri obat dari pengobatan tradisional?

(Pilih salah satu) 1. Obat – obatan tradisional (bersifat alami dan tidak

mengandung bahan kimia)

2. Obat – obat dalam plakon (obat suntik dan jarum suntik)

3. Menggunakan alal – alat kedokteran.

4. Tidak tahu.

H. Menurut pengetahuan Anda, penyakit apa saja yang

dapat disembuhkan atau diterapi oleh pengobatan

tradisional?

(Jawaban, boleh lebih dari satu: 0. Tidak 1. Ya)

1. Demam 2. Stroke

3. Kanker

4. Darah Tinggi/Hipertensi

5. Jantung

6. Kolesterol

7. Kista

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

Page 147: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

8. Hepatitis

9. Maag

10. Batu Ginjal

11. Asma

12. Asam Urat

13. Diabetes/Gula Darah

14. Masalah pada otot dan sendi

15. Migrain

16. Liver

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

Q5. Pendidikan

Apa jenjang pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh

Anda? (Pilih Salah Satu)

1.SD

2.SMP

3.SMA

4.D3

5.S1

6.S2

7.S3

[ ]

Q6. Pekerjaan

Apa profesi/pekerjaan yang dilakukan pada saat ini?

(Pilih Salah Satu) 1. Tidak Bekerja

2. Pegawai Negeri Sipil atau TNI atau POLRI

3. Pegawai/Karyawan Swasta

4. Wiraswasta/Pedagang

5. Buruh/Pekerja Kasar

6. Pensiunan

7. Lain – lain ( )

[ ]

Q7. Jumlah Keluarga

Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama

dalam satu rumah dengan Anda?

[ ]

Q8. Suku/etnis

Apa Suku asal keluarga Anda?

1.Suku Betawi

2.Suku Jawa

3.Suku Batak

4.Suku Melayu

5.Suku Sunda

6.Etnis Tionghoa

[ ]

Q9. Agama

Page 148: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

Apa agama Anda?

1.Islam

2.Kristen Katolik

3.Protestan

4.Budha

5.Hindu

6.Konghuchu

[ ]

Q10. Jarak Rumah ke Pelayanan Kesehatan Tradisional

A. Berapa jarak dari rumah ke pelayanan kesehatan

trsdisional yang diakses pada saat melakukan pengobatan?

B. Menurut Anda ,apakah jarak rumah Anda ke pelayanan

kesehatan tradisional yang Anda kunjungi terjangkau

(tidak menyulitkan Anda)?

(Pilih Salah Satu)

1.terjangkau

2.kurang terjangkau

[ menit]

[ KM]

[ ]

Q11. Nilai Sehat dan Sakit

A. Menurut Anda, keadaan sehat itu seperti apa?

(Pilih Salah Satu)

1.Dapat beraktivitas sehari – hari tanpa ada gangguan

kesehatan fisik

2.Dapat beraktivitas sehari – hari meskipun ada gangguan

kesehatan fisik

B. Menurut Anda, keadaan sakit itu seperti apa?

(Pilih Salah Satu)

1. Tidak dapat aktivitas seperti biasa

2. Masih dapat beraktivitas namun tidak seperti biasanya

[ ]

[ ]

Q12. Sikap Terhadap Pelayanan Kesehatan Tradisional

A. Menurut Anda, apa pelayanan kesehatan mana yang

lebih efektif mengobati penyakit yang pernah Anda alami?

(Pilih salah satu)

1. Pelayanan kesehatan tradisional

2. Pelayanan kesehatan konvensional/modern

B. Pada saat Anda menderita sakit, apa tidakan Anda?

(Jawaban untuk masing – masing poin: 0. Sangat

Tidak Setuju, 1. Tidak Setuju, 2. Setuju, 3. Sangat

Setuju)

[ ]

Page 149: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

1. Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan

pada saat menderita sakit

2. Melakukan pengobatan sendiri pada saat menderita

sakit

3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas

pengobatan tradisional saat menderita sakit

4. Membeli obat-obat ke warung obat saat menderita

sakit.

5. Mencari pengobatan ke balai pengobatan saat

menderita sakit

6. Mencari pengobatan ke puskesmas saat menderita

sakit

7. Mencari pengobatan ke rumah sakit saat menderita

sakit

8. Mencari pengobatan ke praktek dokter saat

menderita sakit

C. Apa alasan menggunakan pengobatan tradisional

(Jawaban untuk masing – masing poin: 0. Sangat

Tidak Setuju, 1. Tidak Setuju, 2. Setuju, 3. Sangat

Setuju)

1. Mengurangi stress dan kecemasan akibat

ketidakpastian penyakit,

2. Biaya yang rendah dan menyenangkan,

3. Penguatan dan keterlibatan langsung pasien dalam

penanganan penyakitnya,

4. Mudah untuk melakukan control jika terjadi

penyimpangan terhadap pengobatan,

5. Mengurangi trauma akibat perubahan

budaya/kebiasaan dan mempromosikan identitas

kebudayaan lokal.

D.Apa motif Anda mengunjungi pelayanan kesehatan?

(Jawaban untuk masing – masing poin: 0. Sangat

Tidak Setuju, 1. Tidak Setuju, 2. Setuju, 3. Sangat

Setuju) 1. Mencari informasi

2. Memeriksakan kesehatan

3. Melakukan pengobatan

E. Apakah Anda yakin dengan obat – obatan tradisional?

(Jawaban: 0. Sangat Tidak Setuju, 1. Tidak Setuju, 2.

Setuju, 3. Sangat Setuju)

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

Page 150: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

F. Apakah pengobatan tradisional menimbulkan efek

samping yang berbahaya bagi tubuh? (Jawaban: 0.

Sangat Tidak Setuju, 1. Tidak Setuju, 2. Setuju, 3.

Sangat Setuju)

G. Apakah agama menganjurkan dan memperbolehkan

Anda berobat ke pengobatan tradisional? (Jawaban: 0.

Sangat Tidak Setuju, 1. Tidak Setuju, 2. Setuju, 3.

Sangat Setuju)

H. Apakah dengan pengobatan tradisional Anda akan

sembuh dari penyakit Anda? (Jawaban: 0. Sangat Tidak

Setuju, 1. Tidak Setuju, 2. Setuju, 3. Sangat Setuju)

[ ]

[ ]

Q13. Asuransi/Jaminan Kesehatan

Apakah Anda memiliki jaminan kesehatan atau asuransi

kesehatan? (Pilih Salah Satu)

1. Ada. Sebutkan: (……………………………)

2. Tidak ada.

[ ]

Q14. Tarif Pelayanan Kesehatan Tradisional

Menurut Anda bagaimana tarif pelayanan kesehatan yang

ditawarkan dengan fasilitas dan pelayanan yang Anda

dapatkan?

(Pilih Salah Satu)

1. Rendah

2. Sedang

3.Tinggi

[ ]

Q15. Pandangan Subjektif

Menurut Anda berdasarkan pengalaman, kapan seseorang

harus melakukan pengobatan tradisional?

(Jawaban: 0. Sangat Tidak Setuju, 1. Tidak Setuju, 2.

Setuju, 3. Sangat Setuju)

1. Menderita sakit ringan, Sebutkan: ( )

2. Menderita sakit sedang, Sebutkan: ( )

3 Menderita sakit berat, Sebutkan: ( )

[ ]

[ ]

[ ]

Q16. Penyakit Sesuai dengan Diagnosis Medis

Apa penyakit yang pernah Anda alami, sehingga Anda

melakukan pengobatan ke pelayanan kesehatan

konvensional/modern atau ke pengobatan tradisional?

(Jawaban boleh lebih dari satu sesuai dengan riwayat

penyakit dan hasil pemeriksaan: (Jawaban untuk masing

Page 151: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

– masing poin: 1. Konvensional/modern 2.Tradisional

3. Keduanya dan Kosongkan jika belum pernah

mengalami penyakit yang disebutkan) 1. Demam 2. Stroke

3. Kanker

4. Darah Tinggi/Hipertensi

5. Jantung

6. Kolesterol

7. Kista

8. Hepatitis

9. Maag

10. Batu Ginjal

11. Asma

12. Asam Urat

13. Diabetes/Gula Darah

14. Masalah pada otot dan sendi

15. Migrain

16. Liver

15. Lainnya (………………….)

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

Terima kasih atas kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner ini.

Page 152: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

Output Uji Chi Square

Variabel Dependen

Perilaku_Pengobatan_Tradisional

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Jarang 46 48.4 48.4 48.4

Kadang - kadang 34 35.8 35.8 84.2

Sering 15 15.8 15.8 100.0

Total 95 100.0 100.0

Variabel Independen

1. Usia dengan Perilaku Pelayanan Kesehatan Tradisional

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 8.314a 2 .016

Likelihood Ratio 8.407 2 .015

Linear-by-Linear Association 8.172 1 .004

N of Valid Cases 95

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 3.00.

2. Jenis Kelamin dengan Perilaku Pelayanan Kesehatan Tradisional

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 7.909a 2 .019

Likelihood Ratio 8.057 2 .018

Linear-by-Linear Association 7.271 1 .007

N of Valid Cases 95

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 6.95.

Page 153: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

3. Status Pernikahan dengan Perilaku Pelayanan Kesehatan Tradisional

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 7.860a 4 .097

Likelihood Ratio 8.829 4 .066

Linear-by-Linear Association 4.322 1 .038

N of Valid Cases 95

a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .79.

4. Pendidikan dengan Perilaku Pelayanan Kesehatan Tradisional

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 3.989a 2 .136

Likelihood Ratio 4.532 2 .104

Linear-by-Linear Association 2.951 1 .086

N of Valid Cases 95

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 5.37.

5. Pengetahuan dengan Perilaku Pelayanan Kesehatan Tradisional

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 6.171a 2 .046

Likelihood Ratio 6.523 2 .038

Linear-by-Linear Association 5.841 1 .016

N of Valid Cases 95

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 6.95.

Page 154: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

6. Pekerjaan dengan Perilaku Pelayanan Kesehatan Tradisional

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 9.537a 8 .299

Likelihood Ratio 11.270 8 .187

Linear-by-Linear Association 1.668 1 .196

N of Valid Cases 95

a. 8 cells (53.3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .79.

7. Jumlah Keluarga dengan Perilaku Pelayanan Kesehatan Tradisional

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 7.502a 2 .023

Likelihood Ratio 7.717 2 .021

Linear-by-Linear Association .315 1 .575

N of Valid Cases 95

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 7.26.

8. Suku atau Etnis dengan Perilaku Pelayanan Kesehatan Tradisional

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 27.142a 12 .007

Likelihood Ratio 31.281 12 .002

Linear-by-Linear Association 2.658 1 .103

N of Valid Cases 95

a. 15 cells (71.4%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .63.

Page 155: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

9. Agama dengan Perilaku Pelayanan Kesehatan Tradisional

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 18.435a 10 .048

Likelihood Ratio 23.561 10 .009

Linear-by-Linear Association .185 1 .667

N of Valid Cases 95

a. 14 cells (77.8%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .32.

10. Jarak Rumah dengan Pelayanan Kesehatan Tradisional terhadap Perilaku Pelayanan

Kesehatan Tradisional

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.484a 2 .289

Likelihood Ratio 2.497 2 .287

Linear-by-Linear Association 1.987 1 .159

N of Valid Cases 95

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 6.79.

11. Penilaian tentang Sehat dan Sakit terhadap Perilaku Pelayanan Kesehatan Tradisional

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 14.246a 4 .007

Likelihood Ratio 11.113 4 .025

Linear-by-Linear Association 7.685 1 .006

N of Valid Cases 95

a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .32.

Page 156: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

12. Sikap dengan terhadap Perilaku Pelayanan Kesehatan Tradisional

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.206a 2 .332

Likelihood Ratio 2.220 2 .330

Linear-by-Linear Association .005 1 .942

N of Valid Cases 95

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 5.68.

13. Asuransi atau Jaminan Kesehatan dengan Perilaku Pelayanan Kesehatan Tradisional

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square .109a 2 .947

Likelihood Ratio .109 2 .947

Linear-by-Linear Association .032 1 .857

N of Valid Cases 95

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 6.95.

14. Pandangan Subjektif dengan Perilaku Pelayanan Kesehatan Tradisional

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 8.870a 2 .012

Likelihood Ratio 9.417 2 .009

Linear-by-Linear Association 8.685 1 .003

N of Valid Cases 95

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is 5.68.

Page 157: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

15. Diagnosis Medis dengan Perilaku Pelayanan Kesehatan Tradisional

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 22.310a 8 .004

Likelihood Ratio 20.378 8 .009

Linear-by-Linear Association 2.049 1 .152

N of Valid Cases 95

a. 8 cells (53.3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .32.

16. Tarif Pelayanan Kesehatan Tradisional dengan Perilaku Pelayanan Kesehatan Tradisional

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 11.034a 4 .026

Likelihood Ratio 14.636 4 .006

Linear-by-Linear Association 6.987 1 .008

N of Valid Cases 95

a. 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1.74.

Page 158: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

Output Reliabilitas Kuesioner

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.753 .993 100

Page 159: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

Output Validitas Kuesioner

Correlations

TOTAL

P1 Pearson Correlation .756

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q1 Pearson Correlation .806

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q2 Pearson Correlation .780

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q3 Pearson Correlation .788

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4A1 Pearson Correlation .757

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4A2 Pearson Correlation .734

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4A3 Pearson Correlation .698

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4A4 Pearson Correlation .735

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4A5 Pearson Correlation .690

Sig. (2-tailed) .000

Page 160: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

N 30

Q4A6 Pearson Correlation .814

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4A7 Pearson Correlation .834

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4A8 Pearson Correlation .759

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4A9 Pearson Correlation .738

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4A10 Pearson Correlation .823

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4A11 Pearson Correlation .814

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4A12 Pearson Correlation .839

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4A13 Pearson Correlation .797

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4A14 Pearson Correlation .718

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Page 161: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

Q4A15 Pearson Correlation .730

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4A16 Pearson Correlation .823

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4B1 Pearson Correlation .757

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4B2 Pearson Correlation .797

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4B3 Pearson Correlation .756

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4B4 Pearson Correlation .806

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4B5 Pearson Correlation .780

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4C Pearson Correlation .788

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4D1 Pearson Correlation .757

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4D2 Pearson Correlation .734

Page 162: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4D3 Pearson Correlation .698

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4D4 Pearson Correlation .735

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4D5 Pearson Correlation .690

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4E Pearson Correlation .814

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4F Pearson Correlation .834

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4G Pearson Correlation .759

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4H1 Pearson Correlation .738

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4H2 Pearson Correlation .823

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4H3 Pearson Correlation .814

Sig. (2-tailed) .000

Page 163: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

N 30

Q4H4 Pearson Correlation .839

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4H5 Pearson Correlation .797

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4H6 Pearson Correlation .718

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4H7 Pearson Correlation .730

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4H8 Pearson Correlation .823

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4H9 Pearson Correlation .757

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4H10 Pearson Correlation .797

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4H11 Pearson Correlation .756

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4H12 Pearson Correlation .806

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Page 164: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

Q4H13 Pearson Correlation .780

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4H14 Pearson Correlation .788

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4H15 Pearson Correlation .757

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q4H16 Pearson Correlation .734

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q5 Pearson Correlation .698

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q6 Pearson Correlation .735

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q7 Pearson Correlation .690

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q8 Pearson Correlation .814

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q9 Pearson Correlation .834

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q10 Pearson Correlation .759

Page 165: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q11A Pearson Correlation .738

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q11B Pearson Correlation .823

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q12A1 Pearson Correlation .814

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q12B1 Pearson Correlation .839

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q12B2 Pearson Correlation .797

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q12B3 Pearson Correlation .718

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q12B4 Pearson Correlation .730

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q12B5 Pearson Correlation .823

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q12B6 Pearson Correlation .757

Sig. (2-tailed) .000

Page 166: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

N 30

Q12B7 Pearson Correlation .797

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q12B8 Pearson Correlation .756

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q12C1 Pearson Correlation .806

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q12C2 Pearson Correlation .780

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q12C3 Pearson Correlation .788

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q12C4 Pearson Correlation .757

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q12C5 Pearson Correlation .734

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q12D1 Pearson Correlation .698

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q12D2 Pearson Correlation .735

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Page 167: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

Q12D3 Pearson Correlation .690

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q12E Pearson Correlation .814

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q12F Pearson Correlation .834

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q12G Pearson Correlation .759

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q12H Pearson Correlation .738

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q13 Pearson Correlation .823

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q14 Pearson Correlation .814

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q15.1 Pearson Correlation .839

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q15.2 Pearson Correlation .797

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q15.3 Pearson Correlation .718

Page 168: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q16.1 Pearson Correlation .730

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q16.2 Pearson Correlation .823

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q16.3 Pearson Correlation .757

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q16.4 Pearson Correlation .797

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q16.5 Pearson Correlation .738

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q16.6 Pearson Correlation .814

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q16.7 Pearson Correlation .839

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q16.8 Pearson Correlation .797

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q16.9 Pearson Correlation .718

Sig. (2-tailed) .000

Page 169: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

N 30

Q16.10 Pearson Correlation .730

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q16.11 Pearson Correlation .780

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q16.12 Pearson Correlation .788

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q16.13 Pearson Correlation .757

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q16.14 Pearson Correlation .734

Sig. (2-tailed) .000

N 30

Q16.15 Pearson Correlation .698

Sig. (2-tailed) .000

N 30

TOTAL Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 30

Page 170: DETERMINAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN …repository.uinjkt.ac.id/.../123456789/25787/1/SUPRIADI-FKIK.pdf · Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health Seeking Behavior

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Telp: (62-21) 74716718 Fax: (62-21) 7404985

Jl. Kertamukti No.5, Pisangan, Ciputat, 15412, Jakarta Website: www.uinjkt.ac.id Email: [email protected]

No : Un.01/F10/ HM.00.1/ /2014 Ciputat, September 2014

Lampiran : -

Hal : Permohonan izin pengambilan data

Kepada Yth,

Pengobatan Shinse (Traditional Chinese Medicine)

Jalan Kamal Raya

di Jakarta Barat

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Bersama dengan ini kami sampaikan bahwa mahasiswa di bawah ini adalah

mahasiswa Peminatan Promosi Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatulah yang sedang menyelesaikan skripsi

sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar SKM. Untuk itu kami mohon bantuan

Bapak/Ibu sebagai pemilik usaha kesehatan agar diizinkan melakukan pengambilan data

terkait data – data yang dibutuhkan mahasiswa yang bersangkutan.

Nama : Supriadi

NIM :1110101000073

Judul skripsi : Determinan Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Tradisional (Health

Seeking Behavior of Traditional Medicine) Masyarakat Cengkareng, Jakarta

Barat, Tahun 2014.

Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu

kami mengucapkan terima kasih.

Wassalamu.alaikum Wr. Wb

Kepala Peminatan Promosi Kesehatan

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Raihana Nadra Alkaff, MA.

Tembusan:

Dekan FKIK