Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
DETERMINAN STRUKTUR MODAL
(STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR)
Jubaedah
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Email: [email protected]
Ardhiani Fadila
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Email: [email protected]
ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan struktur modal dari perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2015 untuk menguji dan menganalisis apakah Tangibility,
Profitability, Growth Opportunities, Likuidity dan Firm Size berpengaruh terhadap struktur modal
perusahaan dengan debt to equity ratio sebagai proxy-nya. Penelitian ini menggunakan regresi data panel.
Hasilnya menunjukkan bahwa Growth Opportunities berpengaruh terhadap Struktur Modal. Sementara
Tangibility, Profitability, Likuidity dan Firm Size tidak berpengaruh terhadap Struktur Modal. Pengaruh
positip Growth Opportunities mengindikasikan bahwa perusahaan yang memiliki peluang pertumbuhan
cenderung menaikkan utang sebagai struktur modalnya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
perilaku struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
pengamatan mengikuti teori Trade-Off Theory.
Keywords: Capital Structure, Tangibility, Profitability, Growth Opportunities, Likuidity dan Firm
Size
PENDAHULUAN
Salah satu pekerjaan penting
manajer keuangan adalah melakukan
pengelolaan modal secara baik,
sehingga setiap kegiatan operasional,
pengeluaran, ekspansi bisnis maupun
investasi perusahaan dapat terbiayai.
Fungsi pendanaan yang harus dibuat
oleh manajemen dalam rangka
pembiayaan kegiatan operasional
perusahaan bersumber dari internal dan
eksternal yang dikenal sebagai struktur
modal.
Titman, Keown, dan Martin
(2011) mengemukakan bahwa
memaksimalkan total nilai dari utang
dan ekuitas dari suatu perusahaan
merupakan tujuan utama dari
manajemen struktur modal. Komposisi
pendanaan perusahaan dapat melalui
hutang dan ekuitas dimana penentuan
struktur modal mencerminkan besarnya
sumber dana yang dimanfaatkan dengan
baik oleh perusahaan tanpa harus
terbebani oleh biaya dan bunga dari
peminjam modal.
Darmawan (2016)
mengemukakan sektor industri
manufaktur merupakan sektor yang
cukup stabil dan menjadi salah satu
penopang perekonomian negara di
tengah ketidakpastian perekonomian
dunia dengan tingkat pertumbuhan yang
positif dan berdasakan data terbaru dari
Kementerian Perindustrian tahun 2015
menunjukkan bahwa sektor industri,
khususnya sektor manufaktur non-
migas mengalami pertumbuhan yang
signifikan, melampaui pertumbuhan
GDP Indonesia pada kwartal I tahun
2015.
Berdasarkan data BPS
kontribusi sektor industri manufaktur
non-migas terhadap PDB tahun 2015
mencapai 18.18 % dengan nilai Rp
2.089 triliun. Kontribusi ini meningkat
jika dibandingkan dengan tahun 2014
yang mencapai 17.89 % dengan nilai
hanya Rp 1.884 triliun. (BPS, 2016).
Sebagai salah satu sektor yang
turut berkontribusi dalam meningkatkan
pertumbuhan PDB Indonesia serta
2
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
mengingat sektor industri manufaktur
mempunyai daya saing tinggi dan
rentan terpengaruh pada isu ekonomi
global secara langssung maupun tidak
langsung dapat mempengaruhi struktur
modal pada perusahaan. Adanya peran
penting manajer keuangan sangat
diperlukan guna meningkatkan nilai
perusahaan dengan mengoptimalkan
komposisi modalnya.
Studi empiris dan teoritis
menyatakan bahwa dalam keputusan
pendanaan terdapat variabel determinan
yang penting terkait struktur modal.
Untuk meningkatkan nilai perusahaan
diperlukan manajemen struktur modal
(capital structure management) dalam
penentuan sumber pendanaan baik dari
hutang maupun ekuitas. Variabel
tersebut terdiri dari profitability,
tangibility, tax, size, non-debt tax
shields, growth opportunities, volatility
dan variabel lain yang memengaruhi
struktur modal.
Dengan berdasar studi empiris
tersebut penelitian ini akan membahas;
Pertama, determinan struktur modal
perusahaan yang terdiri dari tangibility,
profitability, growth opportunities,
liquidity, dan firm size khususnya pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006-
2015 guna mengetahui apakah faktor-
faktor tersebut mempengaruhi struktur
modal pada perusahaan industri
manufaktur. Kedua, Apakah perilaku
struktur modal perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode tahun 2006-2015
mengikuti teori struktur modal yang
ada.
TINJAUAN TEORI
Teori Pendekatan Modigliani dan
Miller
Modigliani dan Miller
mengemukakan beberapa asumsi bahwa
nilai perusahaan tidak terpengaruh
struktur modal yang dimilikinya.
Modigliani dan Miller juga menyatakan
bahwa bagaimanapun perusahaan
mendanai operasionalnya, hal itu tidak
mempengaruhi struktur modalnya.
Akan tetapi, studi ini didasarkan pada
beberapa asumsi yang tidak realistis,
termasuk hal – hal berikut:
1. Tidak ada biaya pialang,
2. Tidak ada pajak,
3. Tidak ada biaya kebangkrutan,
4. Investor dapat meminjam pada
tingkat yang sama dengan
perusahaan,
5. Semua investor memiliki
informasi yang sama dengan
menajemen tentang peluang –
peluang investasi perusahaan
dimasa depan,
6. EBIT tidak terpengaruh oleh
penggunaan hutang.
Beberapa asumsi MM dirasa tidak
realistis namum memiliki arti yang
sangat penting. Dengan menunjukan
studi dimana struktur modal tidak
relevan, MM juga memberikan petunjuk
tentang apa saja yang dibutuhkan agar
struktur modal menjadi relevan dan
mempengaruhi nilai perusahaan pada
akhirnya.
Teori Trade-Off
Teori ini berusaha menemukan
rasio hutang yang optimal berdasar pada
pertimbangan antara manfaat dan biaya
dari penggunaan hutang. Bradley et.al,
(1984) mengemukakan teori ini
menyatakan bahwa struktur modal
optimal akan tercapai bila manfaat nilai
tambah dari penggunaan hutang yang
berupa penghematan pajak dapat
menutupi peningkatan biaya financial
distress sehubungan dengan
penggunaan hutang
Teori ini sebagaimana dikutip
Ross et al. (2005) menyatakan bahwa
perusahaan akan meminjam hingga
suatu titik dimana manfaat pajak dari
3
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
tambahan hutang akan menyamai biaya
yang berasal dari kemungkinan
kesulitan keuangan (financial distress
costs). Teori ini bisa menjadi bukti
empiris bahwa tidak pernah ada
keputusan pendanaan perusahaan yang
menggunakan sepenuhnya dari hutang.
Alasan yang paling mendasar bahwa
semakin tinggi hutang maka akan
semakin tinggi peluang kebangkrutan
dikarenakan naiknya bunga hutang yang
harus dibayar.
Teori Pecking-Order
Pecking-order mengasumsikan
bahwa perusahaan bertujuan untuk
memaksimumkan kesejahteraan
pemegang saham. Teori ini dikenalkan
pertama kali oleh Donaldson pada tahun
1961 sedangkan penamaan pecking
order theory dilakukan oleh Myers
(1984).
Gordon Donaldson (1961)
melakukan pengamatan terhadap
perilaku struktur modal perusahaan
Amerika Serikat. Pengamatannya
menunjukkan bahwa perusahaan yang
mempunyai keuntungan tinggi ternyata
cenderung menggunakan hutang yang
lebih rendah. Weston dan Copeland
(2010) menyatakan Myers dan Majluf
(1984) mengemukakan mengenai teori
pecking-order, mereka menetapkan
suatu urutan keputusan pendanaan
dimana para manajer pertama kali akan
memilih untuk menggunakan laba
ditahan, kemudian hutang, dan modal
sendiri eksternal sebagai pilihan
terakhir.
Pecking order theory
menjelaskan mengapa perusahaan
mempunyai urutan – urutan preferensi
dalam memilih sumber pendanaan.
Teori ini menjelaskan bahwa
perusahaan lebih menyukai internal
financing yaitu pendanaan dari hasil
operasi perusahaan yang berwujud laba
ditahan (retained earnings). Ketika
perusahaan memerlukan pendanaan
eksternal maka perusahaan akan
menerbitkan sekuritas paling aman
terlebih dahulu yaitu dengan penerbitan
obligasi, kemudian diikuti oleh
sekuritas dengan karakteristik opsi, dan
pada akhirnya apabila masih belum
mencukupi akan menerbitkan saham
baru. Jadi urutan penggunaan sumber
pendanaan dengan pengacu pada
pecking order theory adalah internal
fund (dana internal), debt (hutang) dan
equity (ekuitas).
Teori Agency Cost
Hubungan keagenan merupakan
suatu kontrak antara principal (pemilik)
dan agen (manajer). Kontrak yang
dibuat antara pemilik dan manajer
diharapkan dapat meminimumkan
konflik antar kedua kepentingan
tersebut (Indahningrum dan Handayani,
2009).
Dalam teori agensi, pemilik dan
manajer mempunyai kepentingan
berbeda. Konflik keagenan akan terjadi
bila proporsi kepemilikan manajer atas
saham kurang dari 100% sehingga
manajer cenderung bertindak untuk
mengejar kepentingan dirinya dan
sudah tidak berdasarkan maksimalisasi
nilai perusahaan melalui peningkatan
kemakmuran pemilik atau pemegang
saham (Jensen dan Meckling, 1976).
Teori Signaling
Isyarat atau signal menurut
Brigham dan Houston (1999) adalah
suatu tindakan yang diambil manajemen
perusahaan yang memberi petunjuk
bagi investor tentang bagaimana
manajemen memandang prospek
perusahaan. Berdasarkan asumsi yang
dikemukakan oleh MM bahwa para
investor mempunyai informasi yang
sama seperti yang dimiliki oleh para
manager (symmetric information)
adalah tidak demikian adanya karena
4
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
kenyataannya para manajer mempunyai
informasi yang lebih baik daripada
informasi yang dimiliki oleh para
investor, sehingga terjadi apa yang
disebut asymmetric information.
Informasi seperti ini mempunyai
pengaruh yang sangat penting pada
struktur modal yang optimal.
Penelitian terhadap determinan
struktur modal ini sudah banyak
dilakukan oleh para akademisi
terdahulu, seperti yang dilakukan oleh
Rajan dan Zingales (1995) dengan hasil
penelitiannya yang mengemukakan
bahwa struktur modal perusahaan-
perusahaan yang tergabung dalam
negara G-7 memiliki korelasi positif
dengan tangibility dan size kecuali di
Jerman, namun memiliki korelasi
negatif dengan growth opportunity of
invesment dan profitability kecuali di
Jerman. Secara umum, faktor-faktor
struktur modal yang saling berkorelasi
di negara G-7 memiliki kesamaan
dengan faktor-faktor struktur modal
pada perusahaan-perusahaan di
Amerika Serikat.
Gaud et.al (2003)
menyimpulkan bahwa firm size,
tangibility dan operating risk memiliki
korelasi positif dengan struktur modal
(leverage), sementara growth
opportunities dan profitability memiliki
korelasi negatif dengan struktur modal.
Penelitian ini juga mengindikasikan
bahwa teori pecking order dan teori
static trade-off dapat diterapkan pada
perusahaan – perusahaan di Swiss dan
hasil analisa juga menunjukkan bahwa
perusahaan – perusahaan di Swiss
menerapkan adanya target dari rasio
hutang terhadap ekuitas walaupun
penyesuaian atas perubahan target rasio
hutang terhadap ekuitas cenderung lebih
lambat dibandingkan di Negara lain.
Abimanyu (2005) dalam
penelitiannya pada perusahaan yang
tercatat didalam indeks LQ45 dari
periode tahun 1997 – 1999 dengan
metode regresi linear berganda
menyimpulkan bahwa tangibility
memiliki pengaruh positif terhadap
struktur modal, growth opportunities
memiliki pengaruh negatif terhadap
struktur modal, firm size memiliki
pengaruh positif terhadap struktur
modal dan profitability memiliki
pengaruh negatif terhadap struktur
modal. Hal ini menunjukkan bahwa
stuktur modal dipengaruhi oleh ukuran
besar kecilnya perusahaan yang berarti
semakin besar ukuran suatu perusahan
maka akan cenderung pula tingkat
hutang perusahaan tersebut. Pada
profitability menunjukkan bahwa
struktur modal dipengaruhi oleh
kemampuan perusahaan menghasilkan
laba yang berarti semakin tinggi laba
suatu perusahaan maka akan cenderung
semakin rendah tingkat hutang
perusahaan tersebut.
Nugroho (2006) melakukan
penelitian faktor – faktor yang
mempengaruhi struktur modal yang
terdiri dari variabel operating leverage,
liquiditas, struktur aktiva, growth, price
earning ratio, dan profitabilitas pada
perusahaan property yang go-public di
Bursa Efek Jakarta untuk Periode Tahun
1994 – 2004. Dimana penelitian
tersebut menunjukkan bahwa terdapat
17 perusahaan properti yang go public
dengan menggunakan model regresi
berganda atau multiple regression
menghasilkan bahwa liquiditas, growth,
price earning ratio memiliki pengaruh
positif yang siginifikan terhadap
struktur modal. Sedangkan operating
leverage, struktur aktiva dan
profitabilitas memiliki pengaruh negatif
yang signifikan terhadap struktur
modal.
Coleman (2006) melakukan
penelitian determinan struktur modal
terhadap 3.561 perusahaan skala kecil di
Amerika Serikat berdasarkan Survey of
5
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
Small Business Finances (SSBF) pada
tahun 1998. Pada data tersebut, terdapat
389 perusahaan yang diklasifikasikan
sebagai perusahaan manufaktur dan
3.172 perusahaan yang diklasifikasikan
sebagai perusahaan non manufaktur.
Penentuan yang dilakukan oleh
Coleman didasarkan pada total aset,
total penjualan dan jumlah pekerja.
Selanjutnya penelitian tersebut dengan
menggunakan signaling theory, pecking
order theory dan life cycle theory yang
menunjukkan bahwa determinan yang
terdiri atas firm size, firm age,
organizational status, profitability, dan
asset structure memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap struktur modal.
Deari dan Deari (2009) dengan
hasil penelitian yang mengemukakan
bahwa hasil estimasi di perusahaan
yang sudah terdaftar di bursa
Macedonia hanya menunjukan
signifikansi secara statistik pada
variabel profitability, sedangkan di
perusahaan tidak terdaftar di bursa
Macedonia, variabel profitability,
tangibility dan growth memiliki
hubungan yang signifikan secara
statistik
Akdal (2010) melakukan
penelitian yang menunjukkan pengaruh
determinan yang terdiri atas
profitability, size, growth opportunities,
asset tangibility, non-debt tax shield,
volatility dan liquidity terhadap struktur
modal pada 202 perusahaan UK yang
tercatat dari FTSE 250 dalam periode
tahun 2002–2009 dengan menggunakan
4 model regresi antara lain meliputi
total debt ratio (TDBV), long-term debt
ratio (LDBV), short-term debt ratio
(SDBV) at book value dan total debt
ratio (TDMV), long-term debt ratio
(LDMV) dan short-term debt ratio
(SDMV) at market value. Dari keempat
model tersebut menunjukkan bahwa
secara umum pada model regresi atas
book value, profitability, growth, non-
debt tax shield, volatility dan liquidity
tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap leverage. Namun, size dan
asset tangibility memiliki pengaruh
yang positif terhadap leverage.
Sedangkan pada model regresi atas
market value, secara umum
profitability, asset tangibility dan
liquidity memiliki keterkaitan yang
signifikan terhadap leverage.
Afza dan Hussain (2011) dengan
hasil penelitian yang mengemukakan
bahwa perusahaan-perusahaan dari
sektor industri Automobile,
Engineering, dan Cable and Electrical
Goods dengan posisi likuiditas yang
baik dan depresiasi upah yang besar
dengan menggunakan laba yang ditahan
(retained earnings), diikuti oleh
pendanaan lewat utang untuk
pertumbuhannya sedangkan kelancaran
dalam hal operasional dan pendanaan
ekuitasnya dipertimbangkan paling ahir.
Abrori et.al (2014) menganalisis
struktur modal perusahaan – perusahaan
yang terdaftar dalam Indeks
Kompas100 periode tahun 2008 sampai
tahun 2010 dipengaruhi oleh beberapa
determinannya (tangibility, profitability,
liquidity, growth potential, firm size,
cost of debt, non-debt tax shield,
volatility, taxes) dan menganalisis
struktur modal perusahaan – perusahaan
yang terdaftar dalam Indeks
Kompas100 periode tahun 2008 sampai
tahun 2010 dipengaruhi oleh
determinannya (tangibility, profitability,
liquidity, growth potential, firm size,
cost of debt, non-debt tax shield,
volatility, taxes) secara bersama – sama.
Pada penelitian ini menghasilkan bahwa
variabel tangibility, growth, volatility
dan taxes secara statistik memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
struktur modal.
6
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
METODE PENELITIAN
Proxy dari variabel strukur
modal yang digunakan yaitu Debt to
Equity ratio. Variabel terikat, penelitian
ini menganalisis faktor mikro dari
perusahaan yang menjadi determinan
leverage perusahaan, yaitu tangibility,
profitability, growth opportunitues,
liquidity, dan firm size yang
menyimpulkan bahwa faktor-faktor
tersebut berkorelasi terhadap struktur
modal dari penelitian sebelumnya.
Populasi dalam penelitian ini
adalah berupa perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Populasi diambil dari data perusahaan
pada periode 2006 hingga 2015
selanjutnya, dilakukan pemilihan
sampel penelitian dengan menggunakan
metode purposive sampling, penelitian
ini melakukan pemilihan sampel yang
memenuhi kriteria penelitian. Adapun
tujuan dari metode ini untuk
mendapatkan sampel yang
reprensentatif sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan.
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder
berupa data yang sudah dipublikasikan
dan dapat di akses secara umum yang
meliputi: data akuntansi yang berupa
laporan keuangan tahunan perusahaan,
data yang diperoleh dalam bentuk data
yang sudah jadi, berupa publikasi baik
berupa bahan tertulis maupun berupa
softcopy dari PT Bursa Efek Indonesia
dan website perusahaan terkait.
DEFINISI OPERASIONAL
VARIABEL
Berikut akan dijelaskan variabel yang
digunakan dalam penelitian ini beserta
hubungannya dengan struktur modal:
1. Leverage (LEV)
Leverage pada penelitian ini
merupakan proxy dari struktur modal
dan diukur dengan rasio total hutang
terhadap total ekuitas (total liabilities to
total equity ratio) atau sering disebut
dengan Debt to Equity Ratio (DER)
yaitu rasio yang mengukur sampai
seberapa jauh penggunaan hutang
perusahaan sebagai sumber pembiayaan
perusahaan terhadap ekuitas yang
dimiliki oleh perusahaan.
Rasio ini mengikuti penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh
Nugroho (2006).
2. Tangibility of assets (TANG)
Tangibility of assets merupakan
ukuran untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam mengelola aktiva
berwujud yang digunakan untuk
kegiatan operasionalnya. Dalam
kaitannya dengan leverage, maka
perusahaan yang memiliki banyak
aktiva berwujud cenderung untuk
menggunakan hutang sebagai sumber
pembiayaan investasinya karena aktiva
berwujud dapat digunakan sebagai
jaminan/collaterals apabila perusahaan
masuk ke dalam kategori default dan
aktiva berwujud cenderung memiliki
nilai likuidasi yang tinggi dibandingkan
aktiva tidak berwujud.
Tangibility of assets dapat
diukur dengan menggunakan rasio total
aktiva tetap terhadap total aktiva (total
aktiva tetap/total aktiva) atau total asset
turnover (penjualan/total aktiva). Rasio
ini mengikuti penelitian sebelumnya
yang telah dilakukan oleh Abimanyu
(2005).
Hipotesis yang dibangun dalam
penelitian ini adalah tingkat tangibility
yang dimiliki oleh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI
mempunyai pengaruh positif pada
tingkat leverage yang digunakan.
3. Profitability (PROF)
Pengukuran profitability di
dalam penelitian ini menggunakan rasio
Return on Assets (ROA). Rasio ini
mengikuti pada penelitian sebelumnnya
yang telah dilakukan oleh Akdal (2010)
maupun oleh Abimanyu (2005).
7
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
Hipotesis yang dibangun dalam
penelitian ini adalah tingkat profitability
yang dimiliki oleh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI
mempunyai pengaruh negatif pada
tingkat leverage yang digunakan.
4. Growth Opportunities
(GROW)
Brigham dan Gapenski (1996)
mengemukakan bahwa perusahaan yang
memiliki tingkat pertumbuhan yang
tinggi cenderung membutuhkan dana
dari sumber eksternal yang lebih besar.
Untuk memenuhi kebutuhan dana,
perusahaan dihadapkan pada pilihan
sumber dana yang lebih murah.
Penerbitan surat hutang
cenderung menjadi pilihan karena biaya
menerbitkan emisi saham baru lebih
besar dibandingkan surat hutang. Pada
penelitian sebelumnya, penggunaan
pengukuran tingkat pertumbuhan
perusahaan dengan menggunakan
price/earning ratio (price per
share/earning per share) mengikuti
penelitian yang dilakukan oleh
Abimanyu (2005).
Hipotesis yang dibangun dalam
penelitian ini adalah tingkat growth
opportunities yang dimiliki oleh
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI mempunyai pengaruh positif pada
tingkat leverage yang digunakan.
5. Liquidity (LIQU)
Perusahaan dengan likuiditas
yang baik cenderung memilih
pembiayaan dari dalam dibandingkan
pembiayaan dari luar. Namun jika
pendaan dari dalam perusahaan tidak
mencukupi, perusahaan tersebut lebih
memilih pembiayaan lewat ekuitas.
Pengukuran tingkat likuidtitas
dengan menggunakan liquidity ratio
dengan perbandingan current asset dan
current liablilities. Perhitungan ini
mengikuti pada penelitian sebelumnya
oleh Afza dan Hussain (2011).
Hipotesis yang dibangun dalam
penelitian ini adalah tingkat likuiditas
yang dimiliki oleh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI
mempunyai pengaruh negatif pada
tingkat leverage yang digunakan.
6. Firm Size (FIRM)
Firm size merupakan ukuran
besar kecilnya suatu perusahaan yang
akan mempengaruhi keputusan
perusahaan untuk dalam penggunaan
hutang sebagai sumber pembiayaannya.
Semakin besar skala perusahaan maka
perusahaan cenderung akan melakukan
diversifikasi usaha dan hal ini
menyebabkan arus kas perusahaan akan
berfluktuasi.
Jika dikaitkan dengan leverage,
perusahaan dengan skala besar memiliki
akses yang mudah untuk masuk ke
pasar dan memudahkan dalam mencari
sumber pendanaan berupa hutang hal
sebaliknya jika perusahaan dengan skala
kecil.
Ukuran besar kecilnya
perusahaan pada penelitian diukur
dengan proxy dari logaritma natural
total aktiva. Rasio ini mengikuti pada
penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Nugroho (2006).
Hipotesis yang dibangun dalam
penelitian ini adalah tingkat firm size
yang dimiliki oleh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI
mempunyai pengaruh positif pada
tingkat leverage yang digunakan
TEKNIK ANALISIS DATA
Metode penelitian ini menggunakan
regresi data panel yang menggunakan
kombinasi dari data time series dan
cross section.
Adapun persamaan model
penelitian dengan menggunakan model
data panel pada penelitian ini adalah
LEV it = β0 + β1TANGit + β2PROF it +
β3GROW it - β4LIQU it + β5FIRM it + ε it
8
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
Keterangan =
LEV = Leverage
TANG = Tangibility
PROF = Profitability
GROW = Growth Opportunities
LIQU = Liqudity
FIRM = Firm Size
β0 = Nilai Konstanta sebagai
intecept persamaan model data
panel
β1 - β5 = Koefisien variabel bebas
dari faktor – faktor yang
mempengaruhi
ε it = Error term
ANALISIS DATA DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengambilan
sampel pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama tahun 2006-2015 terdapat 129
data perusahaan. Data diolah secara
panel dengan unbalanced observations
sejumlah 705 dengan 93 data cross
sections.
PEMILIHAN MODEL REGRESI
DATA PANEL
Dalam tahanpan data panel
dilakukan terlebih dahulu pemilihan
model regresi data panel yaitu
pemilihan model Pooled Least Square
(PLS) dengan model Fixed Effect
(FEM) kemudian antara model FEM
dengan model Random Fixed Effect
(REM).
Dari hasil uji chow dan hausman
test dilampirkan hasil sebagai berikut:
a) Model Common (Pool)
Effect atau Fixed Effect
Pengujian dilakukan dengan
Chow-Test dengan
Hipotesis :
Ho : model menggunakan
Common effect Model
H1 : model menggunakan
fixed effect model
Tabel 1. Hasil Uji Chow
F hitung Prob Kesimpulan
3.912 0.000 Ho ditolak;
Fixed Effect
Sumber: Diolah dengan E-views
Hasil dari perhitungan Prob < α
(0.05) sehingga hipotesis di atas dapat
disimpulkan bahwa H1 diterima,
sehingga model yang dipakai dalam
penelitian ini adalah Fixed Effect
Model. Selanjutnya dilakukan
pemilihan model terbaik model panel
masih perlu dilanjutkan dengan uji
Hausman untuk mengetahui apakah
model dari data panel mengikuti fixed
effect model atau random effect model.
b) Model Fixed Effect atau
Random Effect
Pengujian dilakukan dengan
uji Hausman dengan
Hipotesis :
Ho : model menggunakan
Random Effect Model
H1 : model menggunakan
fixed effect model
Tabel 2. Hasil Uji Hausman
Statistik Uji
2
Prob Kesimpulan
2.135 0.830 Ho diterima
Random Effect
Sumber: Diolah dengan E-views
Berdasarkan Tabel di atas
diketahui bahwa p value > α (0.05)
sehingga Ho diterima, dapat
disimpulkan bahwa data lebih tepat
menggunakan Random Effect Model
(REM).
ANALISIS REGRESI DATA PANEL
Analisis ini dilakukan
pengujiam hipotesis satu arah (one-
tailed hypothesis) untuk menguji
hipotesis yang sudah jelas positif atau
negatif. Hasil analisis regresi data panel
model REM tersaji pada tabel dibawah
ini;
9
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
Tabel 3. Hasil Estimasi Random Effect
Variable Coefficient t-Statistic Prob.
C 112.2670 4.754224 0.0000
TANG 9.59E-08 0.085170 0.9322
ROA 1.057882 1.075368 0.2826
GROW 0.196983 2.257830 0.0243
LIQU -0.059926 -0.061518 0.9510
FIRM -11.88601 -0.795968 0.4264
F-Stat 3.795211 Mean
dependent
var.
110.3757
R2 0.377522
Durbin-
Watson
stat
1.455265
Adj. R2 0.278049
Sumber: Diolah dengan E-views
Dari hasil model Random Effect
tersebut diperoleh analisis sebagai
berikut:
1. Koefisien Determinasi (R2)
Dari hasil uji diperoleh angka
adjusted R-Squared sebesar 0.278049
yang artinya variasi dari variabel
independen (TANG, ROA, GROW,
LIQU, FIRM) mampu menjelaskan
variasi dari variabel dependen sebesar
27.8% sedangkan sisanya 72.2%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan ke dalam model.
2. Tangibility (TANG)
Dari hasil olah data panel
variabel tangibility memiliki korelasi
positif namun tidak menunjukan hasil
yang signifikan terhadap struktur modal
(leverage), hal ini sesuai dengan
hipotesis yang dibuat sebelumnya. Hasil
tersebut mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Rajan dan Zingales,
1995; Gaud et.al, 2003; Abrori et.al,
2014 menemukan relasi positif antara
tangibel aset dengan leverage.
Hasil tersebut juga mendukung
teori trade-off. Hubungan positif ini
menjelaskan bahwa sebagian besar
perusahaan manufaktur dengan aktiva
berwujud yang besar, menggunakannya
sebagai jaminan utang untuk
menghindari resiko gagal bayar akibat
dari meningkatnya utang perusahaan.
Hal ini mengindikasikan bahw
perusahaan manufaktur yang memiliki
nilai tangibility asset yang besar
cenderung meningkatkan hutangnya.
3. Profitability (ROA)
Berdasarkan hasil regresi data
panel dihasilkan variabel ROA
memiliki korelasi positif namun tidak
signifikan terhadap leverage. Temuan
ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma
(2005), Wijaya dan Hardianto (2008)
dalam Hardianti dan Gunawan (2010)
yang menunjukkan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif terhadap struktur
modal.
Hasil ini juga mendukung teori
pecking order yaitu hasil temuan
penelitian (Prasad et al., 1997; Choi,
1992; Viviani, 2008) menyatakan
bahwa profitabilitas memiliki positif
terhadap struktur modal. Temuan ini
menjelaskan bahwa semakin tinggi
profitabilitas perusahaan, maka akan
ada kecenderungan tidak menggunakan
hutang untuk membiayai investasinya.
Sehingga perusahaan akan
menggunakan sumber dana internal
terlebih dahulu sebelum menggunakan
sumber pendanaan eksternal.
Hasil studi empiris penelitian ini
menunjukan tidak signifikan dengan
arah positif yang mengindikasikan
bahwa perusahaan sektor manufaktur
dalam menggunakan struktur modal
tidak ditentukan oleh besar atau
kecilnya profit yang dimiliki dan secara
implisit perusahaan sektor manufaktur
memperoleh profit dengan
menggunakan dana internal.
4. Growth Opportunities
(GROW)
Berdasarkan hasil regresi data
panel growth opportunities memiliki
pengaruh positif dan menunjukan hasil
yang signifikan terhadap leverage, dan
mendukung hipotesis sebelumnya. Hasil
ini mendukung temuan oleh Nugroho
(2006), Mutalib (2011), Ahmeed dan
10
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
Hanif (2011), Balboa, et.al (2012),
Wetty (2013), dan Abrori, et.al
(2014).yang menyatakan bahwa potensi
pertumbuhan memiliki pengaruh positif
terhadap leverage.
Hasil studi ini menunjukan
bahwa semakin besar potensi
pertumbuhan yang dimiliki perusahaan
manufaktur maka semakin tinggi dana
yang dibutuhkan untuk ekspansi
sehingga semakin besar keinginan
perusahaan untuk menahan laba. Hal ini
juga menunjukan bahwa perusahaan
manufaktur cenderung menggunakan
hutang sebagai sumber pendanaan
dalam kegiatan operasionalnya. Hal ini
mendukung trade-off theory yang
memiliki kaitan dengan argumentasi
market timing dalam pendanaan jangka
panjang perusahaan.
5. Liquidity (LIQU)
Dari hasil regresi data panel
diperoleh bahwa likuiditas memiliki
pengaruh negatif tidak signifikan
terhadap struktur modal. Hasil ini
mendukung hipotesis yangdibuat
sebelumnya. Temuan ini didukung dari
penelitian sebelumnya oleh Afza dan
Hussain (2011) dan Abrori et.al (2014).
Hasil studi penelitian ini
menunjukan bahwa perusahaan
manufaktur tidak memilih pendanaan
dari utang namun pendanaan dari dalam
perusahaan, namun jika pendanaan
internal tidak mencukupi perusahaan
akan memilih pendanaan dari ekuitas.
Hal ini menunjukan semakin likuid
perusahaan manufaktur semakin
berkurang pendanaan melalui utang
karena lebih memilih pendanaan dari
internal seperti laba ditahan.
6. Firm Size (FIRM)
Dari hasil regresi data panel, ukuran
perusahaan berkorelasi negatif tidak
signifikan terhadap struktur modal.
Temuan ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Rajan dan Zingales
(1995), Deari dan Deari (2009) pada
sampel perusahaan yang belum terdaftar
di Bursa Macedonia. Afza dan Hussain
(2011) pada sampel perusahaan di
sektor cable and electrical goods di
Pakistan dan Abrori et.al (2014).
Hal ini mengindikasikan perusahaan
manufaktur berskala kecil lebih
memilih pendaan lewat utang karena
lebih murah dibandingkan ekuitas.
Sebaliknya perusahaan manufaktur
dengan skala besar menurunkan
penggunaan utang pada struktur modal
karena lebih mampu mengeluarkan
informasi sensitif kepada investor serta
didukung dengan fundamental yang
kuat dan nilai saham yang tinggi.
SIMPULAN
Berdasarkan teori, pengolahan
dan analisis data yang telah
dikemukakan pada bab-bab
sebelumnya, maka kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian ini adalah
variabel Growth Opportunities memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap
struktur modal. Hal ini menunjukan
semakin besar potensi pertumbuhan
perusahaan manufaktur maka semakin
besar dana yang dibutuhkan untuk
ekspansi dan meningkatkan penggunaan
utang sebagai struktur modal. Faktor
determinan struktur modal pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2006-
2015 lebih cenderung kepada trade off
theory yaitu hutang sebagai sumber
pembiayaannya dilihat dari
perkembangan ekonomi Indonesia yang
mengalami peningkatan serta sektor
manufaktur memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan PDB Indonesia
sehingga menggunakan pembiayaan
utang untuk ekspansi maupun kegiatan
operasionalnya.
Penelitian ini menggunakan
variabel dependen yaitu debt to equity
ratio, diharapkan untuk penelitian
selanjutnya dapat menggunakan
11
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
variabel terikat lainnya baik secara
operating leverage maupun finacial
leverage, salah satunya yaitu seperti
debt to total asset, short-term debt to
total asset dan long-term debt to total
asset.
Penambahan variabel bebas
sebagai faktor – faktor yang dapat
mempengaruhi variabel terikat dan
penambahan variabel dummy untuk
fenomena tambahan seperti dummy
variabel waktu untuk melihat pengaruh
beberapa tahun sebelum dan sesudah
krisis ekonomi global terhadap struktur
modal pada periode yang telah
ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Yohanes Arts. 2005.
“Analisa Determinan Dari
Struktur Modal Perusahaan –
Perusahaan LQ45 Pada Industri
Non Keuangan di Bursa Efek
Jakarta Pada Masa Awal Krisis
Moneter (Tahun 1997 – 1999)”.
Tesis: Universitas Indonesia,
Depok.
Abrori, Pardomuan Sihombing dan
Pindarwin OB. Simaremare. 2014.
“Analisis Determinan Struktur
Modal Perusahaan Yang Terdaftar
Dalam Indeks Kompas 100
(Tahun 2008-2010)”. Jurnal
AMP. Vol. 12, No.3.
Afza,T., Hussain, A. (2011).
International Journal of
Humanities and Social Science.
Determinants of Capital Structure
across Selected Manufacturing
Sectors of Pakistan. Vol. 1 No.
12.
BPS. (2016). Perkembangan Beberapa
Indikator Utama Sosial-Ekonomi
Indonesia. Katalog BPS:
3101015. www.bps,go.id
BPS. (2016). Perkembangan
Indeks Produksi Industri
Manufaktur Besar Dan Sedang
2014-2016. Katalog: 6102002.
www.bps,go.id
Brigham, E. F. & Ehrhardt M. C 2011.
Financial Management Theory
and Practice, Thirteen Edition,
Cengage Learning, South-
Westerm United State.
Coleman, Susan. 2006. “Capital
Structure in Small Manufacturing
Firms: Evidence from the Data”.
The Journal of Entrepreneurial
Finance & Business Ventures.
Vol.3, No.11, Hlm. 105-122.
Darmawan, Arif. (2016).
Perkembangan Industri
Manufaktur Di Indonesia Tahun
2015-2016. www.academia.edu
Deari, F., Deari, M. (2009). The
Determinants of Capital Structure,
Evidence from Macedonian Listed
and Unlisted Companies, 54, 91 –
102.
Donaldson, Gordon. 1961. “Corporate
det capacity”. Boston: Division of
Research, Harvard Business
School.
Gaud, Philippe, Elion Jani, Martin
Hoesli dan André Bender. 2003.
“The Capital Sturcture of Swiss
companies: An empirical analysisi
using dynamic panel data”. FAME
Working Paper No.68.
Hardianti, Siti dan Barbara Gunawan.
2010. Pengaruh Size, Likuiditas,
Profitabilitas, Risiko, dan
Pertumbuhan Penjualan Terhadap
Struktur Modal (Studi Empiris
pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia). Jurnal
Akuntansi dan Investasi, Vol. 11,
No. 2, hal 138-154
Indanning, Rizka Putri dan Ratih
Handayani. 2009. Pengaruh
Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional,
Dividen, Pertumbuhan
Perusahaan, Free Cash Flow dan
12
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
Profitabilitas terhadap Kebijakan
Utang Perusahaan. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3, hal
189-207.
Jensen, Michael, C dan Wilian H.
Meckling. 1976. Theory of The
Firm: Managerial Behaviour,
Agency Cost, and Ownership
Structure. Journal of Financial
Economic. Vol.3, Hlm. 305-360.
Modigliani, Franco dan Merton H.
Miller. 1958. “The Cost of
Capital, Corporation Finance, and
The Theory of Investment”,
American Economic Review.
No.48, Hlm. 261-297.
Murhadi, R Werner. (2011).
Determinan Struktur Modal: Studi
Di Asia Tenggara. Jurnal
Manajemen Dan Kewirausahaan,
Vol.13, No. 2. Fakultas Bisnis
dan Ekonomika, Universitas
Surabaya
Myers, Stewart C. & Nicholas S.
Majluf. 1984. “Corporate
Financing and Investment
Decisions When Firms Have
Information The Investors Do Not
Have”. National Bureau of
Economic Research.
Myers, Stewart C. 2001. “Capital
Structure”. The Journal of
Economic Perspectives. American
Economic Association Vol. 15,
No. 2, Hlm. 81-102.
Nugroho, Asih Suko. 2006. “Analisis
Faktor - Faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Properti yang Go-
Public di Bursa Efek Jakarta
untuk Periode Tahun 1994 –
2004”. Tesis: Universitas
Diponegoro, Semarang.
Nuswandari, Cahyani. (2013).
Determinan Struktur Modal
Dalam Perspektif Pecking Order
Theory Dan Agency Theory.
Dinamika Akuntansi, Keuangan
dan Perbankan, Mei 2013, Vol. 2,
No. 1. Fakultas Ekonomi
Universitas Stikubank Semarang
Prabansari, Yuke dan Hadri Kusuma.
2005 Faktor faktor yang
memengaruhi Struktur Modal
Perusahaan Manufaktur Go
Publik di Bursa Efek Jakarta.
Sinergi, Edisi khusus on Finance,
hal 1-15.
Prasad, D; Bruton, G. D & Merikas,
A.G. 1997. Long-Run Strategic
Capital Structure, Journal of
Financial and Strategic Decisions,
10(1): 47-57.
Rajan, R. G., Zingales L. 1995. “What
do We Know about Capital
Structure? Some Evidence from
International Data”. Journal of
Finance. Vol. 50, No. 5, Hlm.
1421-1460.
Ross, A. S; Westerfield, R. W. & Jaffe,
J. 2005. Corporate Finance.
Seventh Edition, Mc Graw-Hill,
Boston.
Titman, S., Keown, Arthur J., Martin,
John D. (2011). Financial
Management: Principal and
Application, 11th edition. New
Jersey : Pearson – Prentice Hall.
Viviani, J. L. 2008. Capital Structure
Determinants: An Empirical
Study of French Companies in the
Wine Industry, Business
Research. 20(2): 171-194.
Weston, Fred, J dan Thomas, E
Copeland. 2010. Manajemen
Keuangan Jilid 2. Jakarta:
Binarupa Akasara Publisher.
Wetty, Freddy Nemesius. 2013.
“Determinan Kecepatan
Peruabahan Struktur Modal Pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia”. Tesis:
Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
13
JURNAL MEBIS Manajemen dan Bisnis Prodi Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
ISSN : 2599-283X (Online) ISSN : 2528-2433 (Cetak)
Yuliani, Rasyid, Yuliansyah.
Determinan Struktur Modal dan
Pengaruhnya Terhadap Nilai
Perusahaan pada Pasar yang
Sedang Berkembang (Studi pada
Sektor Real Estate and Property).
Fakultas Ekonomi Universitas
Sriwijaya.