Upload
zlatan-ramdanovic
View
70
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
proses pengurasan air pada formasi batubara
Citation preview
LAPORAN KEMAJUAN
PENGEMBANGAN PERALATAN HIGH VOLTAGE CURRENT SOURCE TRANSMITTER UNTUK MONITORING PROSES
DEWATERING PADA EKSPLOITASI COAL BED METHANE (CBM)
PROGRAM INSENTIF PKPP TA 2012
INSENTIF PEMANFAATAN HASIL LITBANG
PRODUK TARGET : PROTOTYPE
Perekayasa Utama : Syabarudin Zikri, Ir.
Perekayasa anggota : Teguh Prayogo, Ir. MSc.
Wahyu Garinas, Ir.
M. Taufiek, Dipl.Ing. MT.
Noviarso Wicaksono, ST.
PUSAT TEKNOLOGI SUMBERDAYA MINERAL
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
2012
PKPP. 46
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 2
BAB I. PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Produksi gas domestik diproyeksikan akan terjadi ‘kekurangan’ sebesar 3.8 BSCF mulai
tahun 2012. Pemerintah, melalui BPMIGAS, telah menyusun program untuk pemenuhan
kekurangan tersebut dengan mengembangkan cadangan potensi gas konvensional dan
energi alternatif lainnya, termasuk diantaranya adalah potensi CBM. Dalam road map
pengembangan CBM yang telah disusun pemerintah telah mencanangkan agar potensi CBM
dapat mulai diproduksikan pada tahun 2012, dan secara bertahap dinaikkan produksinya
menjadi 1 BSCFD pada tahun 2025. Coal bed methane (CBM) atau disebut juga sebagai Gas
metana batubara (GMB), sebagai hidrokarbon, adalah gas bumi yang terjadi secara alamiah
dalam kondisi terperangkap, dan terserap pada lapisan batubara. Menurut survey yang
lakukan oleh ARI, jumlah sumberdaya CBM di indonesia adalah 453 TCF (trilion cubic feet),
terdapat di beberapa cekungan di Indonesia antara lain di Sumatra, Jawa, Kalimantan dan
Sulawesi Tenggara seperti pada gambar 1.1. Apabila CBM ini telah dimanfaatkan dengan
baik maka CBM tidak hanya sebagai pengganti BBM domestik tetapi juga dapat menunjang
kepentingan ekspor atau penghasil devisa. CBM mempunyai ciri fisik tak berwarna, tidak
berbau, tidak beracun, tapi ketika bercampur dengan udara bisa tiba-tiba meledak.
Perbedaan gas CBM dengan gas konvensional; gas konvensional tersimpan secara
compressed (sama dengan free gas) sedangkan CBM, batubaranya selain sebagai reservoir
juga sebagai source rock. Dengan demikian tidak ada proses migrasi seperti halnya pada gas
konvensional.
Gambar 1-1 Peta lokasi CBM di Indonesia
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 3
Pada kegiatan eksploitasi CBM, gas ini dikeluarkan dari matriks batubara melalui cleat
(bidang rekah) dengan cara menurunkan tekanan pada target lapisan. Penurunan tekanan
ini dilakukan dengan cara memompa air, oleh karena itu disebut proses dewatering.
Karena kegiatan dewatering dilakukan berdasarkan target kedalaman tertentu maka pada
proses pemompaan perlu dilakukan pemantauan (monitoring) turunnya muka air tanah
yang terjadi karena proses ini. Sebagai ilustrasi turunnya muka air tanah akibat kegiatan
dewatering dapat dilihat pada gambar 1-2. Garis putus-putus adalah muka air tanah semula,
sedangkan garis biru tegas adalah muka air tanah setelah kegiatan dewatering.
Gambar 1-2. Bagan proses pada dewatering. Air dipompa untuk merendahkan tekanan
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 4
Gambar 1-3 : Ilustrasi yang menggambarkan posisimuka air tanah pada saat kegiatan
dewatering
Untuk memantau penurunan muka air tanah pada proses dewatering, dapat dilakukan
melalui beberapa metoda antara lain dengan memasang sumur pantau di beberapa tempat
ataupun dengan mengaplikasikan metoda geofisika.
Metoda apapun yang dipakai sekurangnya harus dapat memenuhi kebutuhan pokok pada
proses dewatering yaitu :
mengetahui turunnya muka air tanah secara real time. Dalam hal ini semakin pendek
jarak antar waktu pengamatan (berarti semakin sering diamati) tentunya akan semakin
baik.
Memberikan gambaran menyeluruh dalam bentuk data 3-D.
Mempunyai kecepatan pengukuran yang tinggi.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut di atas maka sehubungan dengan kegiatan yang
akan dikembangkan oleh Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral maka pada penelitian ini
direncanakan untuk membuat peralatan instrumentasi dan kontrol yang dapat langsung
diaplikasikan pada monitoring dewatering CBM. Dengan peralatan ini maka akan dapat
mengurangi ketergantungan pada peralatan impor yang dibutuhkan untuk kegiatan
monitoring dewatering pada eksploitasi CBM. Pada akhirnya akan didapatkan peralatan
yang tepat dan akurat untuk mengamati dewatering pada CBM dari produk dalam negeri.
Metoda 4-D Resistivity (resistivity empat dimensi) adalah suatu metoda dalam geofisika
yang memanfaatkan sifat kelistrikan batuan. Secara garis besar, pada metoda ini dilakukan
injeksi arus ke dalam bumi melalui elektroda yang ditanam ke bumi yang disusun
berdasarkan grid 3 dimensi yaitu x,y,z. Besar arus listrik (I) serta beda potensial (V) yang
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 5
terukur selanjutnya dipergunakan untuk menghitung sebaran resistivity (rho) di bawah
permukaan bumi. Sebagai dimensi ke-empat adalah waktu. Jadi pada metoda ini dilakukan
pengukuran dengan konfigurasi 3 dimensi dengan cara time series (pengukuran pada
tempat yang sama dengan waktu yang berbeda-beda). Dengan cara ini maka pergerakan air
pada proses dewatering dapat diamati dari hari ke hari.
I. 2. Pokok Permasalahan
Kegiatan dewatering untuk CBM di Indonesia belum banyak dilakukan dan di lapangan CBM
lain masih pada tahap eksplorasi. Dengan kebijakan pemerintah yang mendorong kegiatan
pemanfaatan energi alternatif dan target produksi CBM pada tahun 2012 maka kegiatan
kegiatan dewatering pada tahun mendatang akan banyak dilakukan.
Untuk memantau penurunan muka air tanah akibat dewatering, umumnya dilakukan
menggunakan sumur pantau. Tentu saja disamping mahal, kegiatan pemantauan juga tidak
bisa memberikan informasi perubahan muka air tanah dalam gambaran 3 dimensi. Oleh
karena itu penerapan teknologi 4-D resistivity akan sangat membantu. Selain itu, untuk
kegiatan eksplorasi bawah permukaan dengan kedalaman diatas 500m kebanyakan
menggunakan teknologi seperti gravity atau seismic yang tingkat resolusi datanya rendah.
Seiring dengan perkembangan pelaksanaan pencarian CBM maka dilakukan inovasi pada
peningkatan teknologi survey menggunakan metoda resistivity kami akan melakukan
pembuatan high voltage current source transmitter (HVC). Peralatan ini diharapkan akan
mendukung penggunaan metoda 4-D resistivity yang sebelumnya hanya sebagai kajian
ilmiah ataupun hanya diterapkan untuk kepentingan sebatas kedalaman 15 – 20 meter.
Dengan menggunakan high voltage current source transmitter diharapkan metoda ini akan
dipergunakan di kalangan industri khususnya CBM.
I. 3. Metodologi Pelaksanaan
I. 3. 1. Lokus Kegiatan
Kegiatan akan dilaksanakan di dua tempat yang berbeda yaitu di Propinsi Kalimantan Timur
dan di Laboratorium Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral Bogor. Lokus kegiatan
merupakan lokasi eksplorasi CBM yang direncanakan digunakan sebagai obyek ujicoba
penelitian yaitu di Propinsi Kalimantan Timur.
I. 3. 2. Fokus Kegiatan
Fokus kegiatan adalah melakukan inovasi pada peningkatan teknologi survey menggunakan
metoda resistivity dengan produk high voltage current source transmitter (HVC). Metoda 4-
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 6
D resistivity yang sebelumnya hanya sebagai kajian ilmiah ataupun hanya diterapkan untuk
kepentingan sebatas kedalaman 15 – 20 meter saja, maka dengan menggunakan HVC
diharapkan metoda ini akan mulai dipergunakan di kalangan industri khususnya CBM pada
kedalaman diatas 500m.
I. 3. 3. Bentuk Kegiatan
Kegiatan penelitian merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan di laboratorium dengan
skala kecil dan dengan cara sistematis. Kegiatan dijalankan melalui sistem kerja
kerekayasaan yang merupakan cara kerja yang berlaku bagi fungsional perekayasa.
I. 4. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Tahapan pelaksanaan kegiatan kerekayasaan dirinci sebagai berikut :
Kajian Awal.
Kajian metoda eksplorasi dalam serta mempelajari karakteristik peralatan
geolistrik lokal dan impor dan diskusi dengan tim ahli geofisika
Kajian metode switching inverter, mengkaji voltage converter set-up maupun
step-down berbasis switching
Desain Perangkat.
Desain high voltage DC Inverter, mendesain voltage converter set-up maupun
step-down berbasis switching
Desain SMPS transformator, mengkaji metode yang digunakan untuk membuat
power supply dengan teknologi switching. (SMPS)
Desain Howland Current Source, Desain dan implementasi current source
berbasis howland dan high voltage op-amp untuk pembuatan howland current
source
Desain feedback control,
Implementasi Desain.
Assembling hadware
Pemrograman hardware
Pemrograman Aplikasi
Instalasi dan uji coba.
Assembling hadware
Pemrograman hardware
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 7
Pemrograman Aplikasi
Evaluasi.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperbaiki variabel desain maupun pemrograman
berdasarkan ujicoba yang dilakukan.
Pelaporan.
Seluruh kegiatan akan dilaksanakan di Laboratorium Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral
– BPPT di Ciampea – Kabupaten Bogor.
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 8
BAB II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN
II. 1. Pengelolaan Administrasi Manajerial
II. 1. 1. Perencanaan Anggaran
Jumlah anggaran yang diberikan adalah Rp. 250.000.000,- dengan rincian untuk setiap
komponen dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komponen Pembiayaan Kegiatan.
No. Item Jumlah
1 Honor Rp. 97.600.000,-
2 Bahan Rp. 82.600.000,-
3 Perjalanan Rp. 64.100.000,-
4 Lain-lain Rp. 5.700.000,-
JUMLAH Rp. 250.000.000,-
Anggaran tersebut direncanakan akan digunakan selama 8 bulan pelaksanaan kegiatan
dengan perkiraan pencairan untuk setiap bulannya seperti pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Rencana Pencairan Anggaran Bulan 1 hingga Bulan 4.
No Item Bulan ke
1 2 3 4
1 Gaji dan Upah Rp 12.200.000 Rp 12.200.000 Rp 12.200.000 Rp 12.200.000
2 Bahan Rp 5.000.000 Rp 77.600.000 Rp - Rp -
3 Perjalanan Rp 3.600.000 Rp 3.600.000 Rp 5.150.000 Rp 11.250.000
4 Lain-lain Rp - Rp - Rp - Rp 1.500.000
JUMLAH Rp. 20.800.000 Rp. 93.400.000 Rp. 17.350.000 Rp. 24.950.000
Tabel 3. Rencana Pencairan Anggaran Bulan 5 hingga Bulan 8.
No Item Bulan ke
5 6 7 8
1 Gaji dan Upah Rp 12.200.000 Rp 12.200.000 Rp 12.200.000 Rp 12.200.000
2 Bahan Rp - Rp - Rp - Rp -
3 Perjalanan Rp 11.250.000 Rp 18.000.000 Rp 11.250.000 Rp
4 Lain-lain Rp 1.500.000 Rp 2.700.000 Rp - Rp -
JUMLAH Rp. 24.950.000 Rp. 32.900.000 Rp. 23.450.000 Rp. 12.200.000
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 9
II. 1. 2. Pengelolaan Anggaran
Pengelolaan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan dilakukan secara terpusat oleh pelaksana
administratif yaitu BE (BPPT Engineering).
II. 1. 3. Rancangan Pengelolaan Aset
Kegiatan ini hanya memerlukan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan. Item pendanaan
diarahkan untuk penyediaan bahan-bahan, perjalanan untuk melaksanakan kegiatan serta
biaya lain yang digunakan untuk analisis serta honor bagi perekayasan yang terlibat.
Aset yang akan dihasilkan dari kegiatan berupa prototype. Aset masih memungkinkan untuk
dapat diberikan kepada instansi-instansi yang mungkin terlibat baik dalam industri
pertambangan secara langsung maupun kepada penentu kebijakan yang terkait tetapi dalam
beberapa tahun kedepan prototype mungkin masih memerlukan perbaikan dan
penyempurnaan desain terkait dengan uji-coba yang dilakukan di lapangan.
II. 2. Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja
II. 2. 1. Kerangka Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja
Untuk mengukur pencapaian target kinerja maka dibuat indikator-indikator yang berkaitan
dengan pelaksanaan kegiatan. Rencana tahapan-tahapan yang akan dilakukan ditetapkan
waktu mulai pelaksanaannya. Realisasi tahapan kegiatan kemudian dibandingkan dengan
rencana-rencana waktu dan disertai dengan persentase pelaksanaannya.
Metode ini dapat melihat ketepatan waktu antara rencana dengan pelaksanaan kegiatan
serta persentase kegiatan yang sedang dilaksanakan. Bagi perekayasa cara ini juga efektif
untuk menjaga kecepatan dan ritme pelaksanaan kegiatan.
II. 2. 2. Indikator Keberhasilan Pencapaian Target Kinerja
Beberapa indikator yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan target kinerja.
Indikator ini dibuat berdasarkan tahapan pelaksanaan pekerjaan. Indikator kemudian
dirujuk untuk mengetahui kesesuaian waktu antara rencana dengan target pelaksanaan
serta perkiraan fisik pekerjaan yang telah dilakukan. Beberapa indikator yang digunakan
adalah :
Kajian Awal.
Kajian metoda eksplorasi dalam serta mempelajari karakteristik peralatan
geolistrik lokal dan impor dan diskusi dengan tim ahli geofisika
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 10
Kajian metode switching inverter, mengkaji voltage converter set-up maupun
step-down berbasis switching
Diskusi dengan tim ahli geofisika
Desain Perangkat.
Desain high voltage DC Inverter, mendesain voltage converter set-up maupun
step-down berbasis switching
Desain SMPS transformator, mengkaji metode yang digunakan untuk membuat
power supply dengan teknologi switching. (SMPS)
Desain Howland Current Source, Desain dan implementasi current source
berbasis howland dan high voltage op-amp untuk pembuatan howland current
source
Desain feedback control,
Implementasi Desain.
Assembling hadware
Pemrograman hardware
Pemrograman Aplikasi
Instalasi dan uji coba.
Assembling hadware
Pemrograman hardware
Pemrograman Aplikasi
Evaluasi.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperbaiki variabel desain maupun pemrograman
berdasarkan ujicoba yang dilakukan.
PelaporanIndikator ini merupakan indikator akhir dari rangkaian pelaksanaan
kegiatan.
Indikator-indikator tersebut ditetapkan memiliki besaran prosentase tertentu dari
keseluruhan kegiatan serta direncanakan akan dilakukan pada bulan tertentu. Penetapan
prosentase serta waktunya dapat dlihat pada Tabel 4.
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 11
Tabel 4. Indikator Pelaksanaan Kegiatan.
Kajian Awal 20
1 Kajian eksplorasi dalam 2 minggu
2 Kajian Geolistrik lokal dan import 2 minggu
3 Kajian metode switching inverter 2 minggu
4 Diskusi dengan tim ahli geofisika 2 minggu
Desain Perangkat 30
5 Desain high voltage DC Inverter 2 minggu
6 Desain SMPS transformator 3 minggu
7 Desain howland current source 2 minggu
8 Desain feed back control 3 minggu
Laporan I
Implementasi Desain 20
9 Assembling hardware 8 minggu
10 Pemrograman hardware 8 minggu
11 Pemrograman Aplikasi 6 minggu
12 Uji Coba skala lab 5 minggu
Instalasi dan Uji Coba 20
12 Persiapan lintasan di area workshop 3 minggu
13 Pemrograman tabel metode multi potential 3 minggu
14 Uji coba ptototipe multi receiver geoscanner 1 minggu
15 Uji coba komunikasi stabilitas injeksi arus 4 minggu
Laporan II
Revisi Hasil Akhir 5
16 Dokumentasi kegiatan dan hasil test 2 minggu
17 Perbaikan dan penyempurnaan 4 minggu
18 Persiapan pengembangan selanjutnya 2 minggu
Laporan Akhir 5 u
Juni Juli Agustus September Oktober Nopember
BulanNo. Tahapan Kegiatan
Jangka
Waktu Maret April Mei
Bobot
(%)
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 12
II. 2. 3. Perkembangan Pencapaian Target Kinerja
Perkembangan pencapaian target kinerja dapat dilihat pada Tabel 5. Realisasi dihitung
berdasarkan prosentase. Angka 100 menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilakukan
seluruhnya atau telah selesai dilaksanakan. Angka 0 menunjukkan bahwa pekerjaan belum
dilaksanakan sama sekali.
Tabel 5. Perkembangan Pencapaian Target Kinerja
II.2.3.1 Kajian Teknologi Switching untuk pengembangan Step-Up Voltage Converter
Salah satu bagian penting dalam pengembangan perangkat HVCST adalah pembuatan step-
up voltage converter menggunakan teknologi switching. Perbedaan yang mendasar antara
teknik linear voltage converter dan switching voltage converter adalah pada frekuensi kerja
dari tegangan rendah yang akan dikonversi menjadi tegangan tinggi. Pada teknologi linear
converter, frekuensi kerja berkisar antara 50 Hz dan 60 Hz, dimana sumber listrik kemudian
Kajian Awal
1 Kajian eksplorasi dalam
2 Kajian Geolistrik lokal dan import
3 Kajian metode switching inverter
4 Diskusi dengan tim ahli geofisika
Desain Perangkat
5 Desain high voltage DC Inverter
6 Desain SMPS transformator
7 Desain howland current source
8 Desain feed back control
Laporan I
Implementasi Desain
9 Assembling hardware
10 Pemrograman hardware
11 Pemrograman Aplikasi
12 Uji Coba skala lab
Instalasi dan Uji Coba
12 Persiapan lintasan di area workshop
13 Pemrograman tabel metode multi potential
14 Uji coba ptototipe multi receiver geoscanner
15 Uji coba komunikasi stabilitas injeksi arus
Laporan II
Revisi Hasil Akhir
16 Dokumentasi kegiatan dan hasil test
17 Perbaikan dan penyempurnaan
18 Persiapan pengembangan selanjutnya
Laporan Akhir
0%
100%
0%
0%
100%
0%
100%
belum
selesai
belum
belum
belum
selesai
Benda kerja/Prototype
Laporan
Laporan
laporan teknis/desain
Benda kerja
Laporan Kemajuan
8
8
6
5
7
3
Status
Pekerjaan
Realisasi hingga
Mei 2012
2 laporan teknis selesai
No. Tahapan KegiatanRealisasi awal
pelaksanaan bulan keoutput
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 13
dialirkan ke linear transformator yang jumlah lilitan pada kumparan primer dan sekunder
disesuaikan dengan kebutuhan rasio konversi tegangan (Np:Ns).
Gambar 2.1 : Linear Voltage Conversion
Salah satu kekurangan yang dimiliki oleh sistem konversi linear adalah disipasi panas yang
cukup tinggi pada transformator sehingga berdampak pada rendahnya efisiensi daya dan
tingginya dimensi (volume) transformator yang digunakan.
Salah satu cara yang sudah digunakan sejak lama untuk mengatasi permasalahan tersebut
adalah dengan menerapkan konsep teknologi switching yang dilakukan pada sumber
tegangan (Vin). Prinsip ini mirip dengan teknik PWM (Pulse Width Modulation) yang biasa
digunakan pada pengaturan kecepatan motor listrik dan telekomunikasi. Parameter yang
menjadi kunci dalam pengaturan rasio konversi tegangan adalah waktu lamanya sumber
tegangan aktif (duty cycle).
Gambar 2.2 : Konsep switching untuk konversi daya/arus/tegangan listrik
Teknologi ini kemudian berkembang terus sampai saat ini, dimana dapat kita jumpai pada
perangkat charger yang ukurannya semakin kecil. Salah satu perangkat yang sering gunakan
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 14
adalah catu daya pada komputer PC yang menggunakan teknologi ini sehingga disebut
sebagai switching mode power supply (SMPS).
Secara garis besar teknologi switching dibagi menjadi dua yaitu teknologi dengan pemisah
tegangan (ground isolation) dan tanpa pemisah tegangan. Berikut ini adalah tehnik
switching tanpa pemisah tegangan :
Buck Regulator
Gambar 2.3 : Buck Regulator dengan diagram pola arus dan tegangan
Regulator tipe ini bekerja berdasarkan kontrol IC yang mengatur MOSFET transistor untuk
berfungsi sebagai saklar dengan kecepatan tinggi. Dengan pengaturan timing buka dan
tutup transistor (duty cycle), maka didapatkan pola arus seperti pada gambar 2.3 sebagai
akibat dari proses charging dan discharging komponen induktor L, kapasitor C, beban
resistan RL dan high speed rectifier Diode D. Kegunaan regulator tipe ini adalah untuk
penurun tegangan arus searah (step down regulator).
Boost Regulator
Gambar 2.4 : Buck Regulator dengan diagram pola arus dan tegangan
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 15
Dengan perubahan letak induktor L dan Dioda D, maka akan didapatkan tegangan yang
lebih tinggi dari tegangan input (step up). Pola ini diterapkan pada desain boost regulator
seperti pada gambar 2.4
Kedua tipe regulator ini masih memiliki beberapa turunan desain seperti buck boost
regulator ang berfungsi untuk menghasilkan tegangan negatif dari input tegangan positif.
Penggunaan regulator switching tipe ini terbatas pada sumber tegangan dan arus yang
rendah (low power).
Untuk kebutuhan konversi tegangan dengan daya tinggi, dibutuhkan pemisahan (galvanis
isolation) antara tegangan masuk dan tegangan yang dihasilkan. Untuk itu ada beberapa tipe
desain switching conversion . Secara garis besar, ada dua jenis tipe switching yaitu tipe yang
menggunakan single switcher (Forward dan Flyback conversion) serta tipe yang
menggunakan lebih dari satu switcher (Push pull conversion, half bridge conversion dan full
bridge conversion). Masing-masing tipe switching conversion ini akan dibahas secara
ringkas untuk memberikan gambaran dan pemilihan tipe yang cocok untuk diaplikasikan
pada pembuatan perangkat konversi tegangan tinggi (HVCST), dimana modul ini nantinya
berfungsi untuk melakukan konversi tegangan dari tegangan DC 12 volt menjadi tegangan
tinggi maksimum 1000 volt dengan daya maksimum yang dapat diberikan sebesar 500 watt.
Sedangkan kuat arus maksimum adalah sebesar dua ampere.
Flyback Conversion
Gambar 2.5 : Flyback Regulator dengan diagram pola arus dan tegangan
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 16
Pada prinsipnya, flyback conversion merupakan pengembangan dari prinsip buck/boost
regulator, dimana dilakukan pemisahan tegangan sumber dan tegangan akhir melalui
transformator. Pola arus pada gambar 2.5 menunjukkan bahwa tegangan V0 pada kapasitor
C bergantung pada duty cycle D, rasio kumparan trafo N2/N1 dan tagangan sumber Vi.
Sedangkan pola arus dihasilkan melalui proses charging kapasitor C dan kumparan N1.
Melalui transformator, flyback dapat digunakan untuk menaikkan atau menurunkan
tegangan sumber.
Forward Conversion
Gambar 2.6 : Forward Regulator dengan diagram pola arus dan tegangan
Forward conversion merupakan pengembangan dari prinsip flyback regulator, dimana
dilakukan penambahan kumparan primer N3 serta dioda D3, dimana komponen ini
berfungsi untuk membatasi tegangan puncak yang jatuh pada transistor switch saat
peralihan dari status switch ON ke OFF. Sedangkan pola arus lainnya memilki kemiripan
dengan desain pada tipe flyback conversion.
Kekurangan yang dimiliki baik pada flyback maupun forward adalah penggunaan
transformator hanya sebatas pada satu arah arus saja, sehingga hal ini menjadi tidak efisien.
Kekurangan ini dapat diperbaiki melalui desain mengikuti prinsip multi switch transistor.
Half Bridge Conversion
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 17
Gambar 2.7 : Half Bridge conversion dengan diagram sirkit
Pada konsep half bridge seperti tampak pada gambar 2.7 , transformator dioperasikan
secara penuh pada dua arah baik pada kumparan primer maupun sekunder. Arus yang
mengalir pada kumparan primer merupakan arus yang dipakai untuk proses charging
kondensator C1 dan C2, dimana arus ini kemudian dipakai untuk menyimpan energi pada
kumparan primer. Besarnya tegangan pada kondensator C berbanding lurus dengan rasio
N1/N2 dan duty cycle D.
Full Bridge Conversion
Perbedaan mendasar pada half bridge dan full bridge adalah fungsi kondensator C1 dan C2
yang digantikan oleh transistor, sehingga proses penyimpanan energi pada kumparan
primer berlangsung lebih cepat. Besarnya tegangan pada kondensator C berbanding lurus
dengan rasio N1/N2 dan duty cycle D.
Gambar 2.8 : Full Bridge conversion dengan diagram sirkit
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 18
Push Pull Conversion
Gambar 2.9 : Push Pull conversion dengan diagram pola arus dan tegangan
Pada konsep push pull seperti tampak pada gambar 2.9 , transformator dioperasikan secara
penuh pada dua arah baik pada kumparan primer maupun sekunder. Besarnya tegangan
pada kondensator C berbanding lurus dengan dua kali rasio N1/N2 dan duty cycle D. Konsep
ini memiliki banyak keuntungan, terutama dari efisiensi penggunaan transformator serta
jumlah komponen transistor dan filter yang tidak terlalu rumit, sehingga menjadi salah satu
konsep yang banyak dipakai dalam pembuatan DC/DC voltage converter.
II.2.3.2 Kajian transmitter pada perangkat geolistrik OYO
Perangkat Geolistrik OYO merupakan peralatan standar yang sudah digunakan di Pusat
Teknologi Sumberday Mineral. Melihat dari segi kehandalan peralatan, perangkat ini
menjadi salah satu acuan dalam pengembangan peralatan survey seperti current
transmitter dan voltage receiver. Karena itu, perlu dilakukan kajian terhadap komponen dan
konsep elektronik yang digunakan pada perangkat OYO tersebut.
Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membongkar peralatan (disassembling)
menjadi beberapa modul besar.
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 19
Gambar 2.10 : Komponen/modul elektronik perangkat geolistrik OYO
Pada gambar 2.10 dapat dilihat bahwa modul yang terdapat dalam perangkat OYO dapat
dikelompokkan menjadi lima modul besar yaitu :
1. Modul Receiver dan discrete I/O.
2. Modul Transmitter dan indikator output.
3. Modul Central Processing Unit (CPU).
4. Modul Bus Konektor.
5. Modul Panel Entry dan Display (LCD/LED Indikator).
Masing-masing modul ini memiliki fungsi tersendiri dimana modul pertama, kedua dan
ketiga merupakan modul utama perangkat.
1
2
3
4
5
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 20
Modul Receiver dan discrete I/O.
Gambar 2.11 : Modul Receiver dan discrete I/O
Receiver pada perangkat geolistrik OYO memiliki fungsi untuk mengukur potensial yang
merupakan hasil induksi medan magnet lapisan tanah akibat arus listrik yang diinjeksikan.
Selain mengukur potensial tanah, receiver juga mengukur kuat arus yang diinjeksikan oleh
modul transmitter. Komponen utama yang terdapat pada modul receiver adalah IC Analog
Digital Converter (ADC) dari Analog Device dengan tipe AD652AQ dan rangkaian operation
amplifier (Op-Amp) seperti tampak pada gambar 2.11. Salah satu bagian penting dalam
pengoperasian Op-Amp adalah tersedianya catu daya negatif (Inverting Regulator) yang
dalam hal ini menggunakan komponen TAMURA tipe IKD1212 dan IFD1212. Dari sini jelas
terlihat bahwa pengukuran arus transmitter dan potensial tanah dilakukan secara terpisah
dengan tujuan agar pengukuran dapat menghasilkan data yang akurat.
Komponen lain yang terdapat dalam modul ini adalah rangkaian Input/Output Discrete.
Rangkaian ini berfungsi untuk pengoperasian tombol dan keypad pada modul panel entry.
Bila dihitung dari jumlah tombol yang ada, maka jumlah point minimal yang dibutuhkan
untuk pengoperasian adalah 10 point input dan 4 point output.
ADC
Op-Amp Inverting-Reg Input/Output Discrete
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 21
Modul Transmitter dan indikator output.
Gambar 2.12 : Modul Transmitter dan indikator output
Transmitter pada perangkat geolistrik OYO memiliki fungsi untuk menghasilkan arus listrik
searah yang akan diinjeksikan ke bumi. Konsep yang dipakai adalah menggunakan prinsip
switching voltage converter pushpull dan current source howland. Pada gambar 2.12 dapat
dilihat komponen yang menjadi bagian dari voltage converter seperti rangkaian push pull,
transformator switching dan konektor ang menghubungkan PCB modul transmitter dengan
transistor MOSFET. Tipe MOSFET yang digunakan adalah IRFZ34. Kedua transistor ini
dipasang pada komponen penndingin (heatsink), karena disipasi panas akan dihasilkan
pada saat komponen ini bekerja menaikkan tegangan. Tegangan tinggi yang dihasilkan
kemudian digunakan untuk mengaktifkan howland current source, dimana pada bagian ini
terdapat rangkaian op-amp tegangan tinggi, switching regulator MSC PIC602. Bagian
penguat akhir dari current source ini menggunakan komponen MOSFET tipe 2SK385 yang
direkatkan pada heatsink karena disipasi panas dihasilkan saat terjadi injeksi arus ke bumi.
Untuk merubah nilai arus yang diinjeksikan ke bumi, rangkaian resistor sudah disiapkan,
dimana resistor ini diaktifkan oleh high voltage relay. Bila dilihat jumlah relay yang
Pushpull Switcher
Indicator HV-relay
MOSFET Trafo Howland
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 22
digunakan sama dengan jumlah variant arus yang dapat dihasilkan oleh perangkat OYO,
yaitu 1 , 2 , 5 , 10 , 20 , 50 , 100 dan 200 mA.
Bagian lain yang terdapat pada modul ini adalah output indicator. Rangkaian ini terdiri dari
resistor pembatas arus, IC buffer dan auxiliaries dry contact dari relay. Rangkaian ini
terhubung ke panel indicator melalui kabel data pelangi. Parameter yang dimonitor adalah
mode pengukuran, mode stack, kuat arus injeksi dan kondisi baretei.
Gambar 2.13 : Heatsink Transistor MOSFET yang menempel pada modul transmitter
Gambar 2.14 : Transistor MOSFET yang menempel pada heatsink
Modul Central Processing Unit (CPU).
Modul ini merupakan pusat kontrol dari perangkar geolistrik OYO. Semua submodul
terhubung ke CPU. Selain kontrol, CPU juga melakukan penyimpanan data hasil pengukuran
ke memori lokal serta mengirimkan data ke komponen LCD sehingga besarnya arus dan
potensila yang terukur dapat dibaca oleh operator lapangan. Selain itu, pengoperasian
keypad yang menghasilkan tampilan menu fungsi-fungsi pada geolistrik juga dapat dibaca di
layar LCD.
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 23
Gambar 2.15 : Modul Receiver dan discrete I/O
Komponen terpenting pada modul CPU adalah 8-bit Mikrokontroller dimana disini
menggunakan tipe ZiLOG Z84C0006. Komponen ini berfungsi memberikan perintah kepada
semua submodul yang terhubung ke CPU, seperti Receiver, Transmitter, Panel Display dan
Entry Device. Mikrokontroller bekerja berdasarkan program yang sebelumnya tersimpan
dalam komponen ROM. Sedangkan untuk menjalankan fungsinya, Mikrokontroller selain
memiliki memori (RAM) internal, juga dapat memakai RAM eksternal seperti tampak pada
hambar 2.15 . Beberapa komponen lain yang terdapat dalam modul CPU adalah rangkaian
Line Decoder yang menggunakan IC 74HC138 , 74HC00 dan 74HC139. Sedangkan rangkaian
buffer IO menggunakan IC tipe 74HC244 dan 74HC245 .
Beberapa komponen penunjang lain jua terdapat pada modul CPU seperti voltage regulator
yang mengubah tegangan aki 12 volt menjadi tegangan TTL 5 volt, komponen baterei untuk
RAM dan beberapa IC multiplexer.
Modul Bus Konektor.
Mikrokontroller Line Decoder Buffer I/O
RAM ROM
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 24
Gambar 2.16 : Modul Bus Konektor
Modul ini merupakan penghubung antara modul CPU, transmitter dan receiver serta
konektor-konektor yang menghubungkan perangkat geolistrik dengan perangkat lain diluar
seperti elektroda/switch box, aki kering, koneksi data RS-232, booster penguat arus, sikring
pengaman dan saklar utama. Konsep bus konektor merupakan salah satu alternatif yang
sangat baik untuk diterapkan dalam pengembangan peralatan HVCST, sehingga
pengembangan peralatan dapat dilakukan secara modular dan terstruktur.
Modul Panel Entry dan Display (LCD/LED Indikator)..
Gambar 2.17 : Modul Bus Konektor
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 25
Modul ini merupakan penghubung (interface) antara operator/user dengan perangkat
geolistrik. Komponen yang terdapat dalam modul ini berupa 2x20 dot matrix LCD Display,
4x4 membrane keypad, pushbutton dan LED indikator. Koneksi antara modul ini dengan
modul lain dilakukan dengan menggunakan kabel data pelangi dan IDC konektor.
Pengoperasian dapat dilakukan dengan cukup mudah karena tersedianya sarana entry data
yang memadai serta display dan indikator yang informatif.
Dengan memahami keseluruhan modul serta fungsi dari perangkat geolistrik OYO,
diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan perangkat HVCST dan juga
perangkat lain yang dibutuhkan untuk uji coba HVCST seperti receiver untuk pengukuran
potensial yang dibangkitkan oleh medan potensial bumi akibat injeksi arus transmitter.
Gambar 2.18 : Proses re-assembling keseluruhan modul geolistrik OYO
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 26
II.2.3.3 Kajian komponen untuk pembuatan howland current source
Untuk pembuatan howland current source, beberapa komponen sudah disiapkan.
Komponen tersebut terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu komponen pasif, aktif dan
relay. Keseluruhan komponen dipilih melalui kategori dapat dioperasikan pada tegangan
tinggi, yaitu sampai dengan 2000 volt. Hal ini untuk mengantisipasi apabila current source
diaplikasikan pada bentangan yang jauh, maka secara otomatis voltage converter akan
memaksimalkan daya yang diberikan ke current source, sehingga tegangan yang dihasilkan
dapat mencapai 1000 volt dalam bentuk pulse atau 2000v bila dilakukan inverting
polarisasi pada elektroda arus. Selain komponen yang akan dibahas kali ini, masih ada
beberapa komponen lain yang harus diadakan dalam rangka pembuatan pushpull step-up
DC converter, Controller untuk grafik dan receiver untuk uji coba perangkat.
Gambar 2.19 : Beberapa komponen elektronik untuk pembuatan howland current source
Termasuk dalam kategori komponen pasif adalah resistor dan kapasitor. Berikut ini adalah
resistor yang akan digunakan untuk pembuatan current source :
Gambar 2.20 : High voltage 25W power resistor dengan nilai resistansi 10 dan 1000 Ohm
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 27
Gambar 2.21 : High voltage 7W power resistor dengan nilai resistansi 0.010 Ohm
Gambar 2.22 : High voltage 100W power resistor dengan nilai resistansi 100 Ohm
Berikut adalah kapasitor yang akan digunakan untuk pembuatan current source dengan
maksimal tegangan operasi 2000 volt:
Gambar 2.23 : High voltage kapasitor dengan nilai kapasitas 47 nF dan 4.7 nF
Gambar 2.24 : High voltage kapasitor dengan nilai kapasitas 330 nF
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 28
Sedangkan yang termasuk kategori komponen aktif adalah transistor MOSFET dan high
speed high voltage rectifier Dioda. Tipe dari komponen ini yang dipilih adalah APT4M120K
dan Dioda dengan kapasitas arus 500mA dan 2000 volt backwards voltage. Komponen
penting lain yang belum ada untuk pembuatan current source adalah high voltage Op-Amp.
Rencananya komponen ini akan memakai produk dari PowerAmp design dengan tipe
PAD189A.
Gambar 2.25 : Komponen aktif berupa high speed rectifier dan high voltage MOSFET
Untuk komponen relay, dua buah tipe yang sudah dipilih yaitu Reed relay DPST dari MEDER
electronik dengan kapasitas 1A contact current , 5V coil voltage dan switching voltage
2000V serta reed relay SPST dari cynergy dengan kapasitas 2A contact current , 5V coil
voltage dan switching voltage 2000V
Gambar 2.26 : DPST reed relay dari MEDER electronic
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 29
Gambar 2.27 : SPST reed relay dari cynergy
II. 3. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program
II. 3. 1. Kerangka Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program
Secara kelembagaan sinergi telah dilaksanakan baik dengan pemerintah daerah Kalimantan
Timur tempat dimana menjadi lokus kegiatan. Lokus yang merupakan asal lokasi dengan
cadangan CBM yang cukup besar di Indonesia. Rapat koordinasi dengan Balitbangda
Propinsi Kalimantan Timur telah dilakukan pada bulan April yang diselenggarakan bersama
dengan Kemenristek. Pada rapat tersebut kegiatan yang dipresentasikan mendapat
tanggapan yang positif.
Pertemuan lanjutan telah dilakukan antara perekayasa dengan stake holder dari Dinas
Pertambangan dan Energi Propinsi Kalimantan Timur. Pertemuan-pertemuan tersebut
berupa diskusi antara perekayasa dengan pejabat dan staf lapangan terkait.
II. 3. 2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program
Indikator keberhasilan Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program untuk kegiatan ini
diantaranya adalah pertemuan dan diskusi dengan Balai Penelitian dan Pengembangan
Daerah Kalimantan Timur dan Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Kalimantan Timur
sebagai stakeholder di daerah.
II. 3. 3. Perkembangan Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program
Perkembangan Sinergi Koordinasi dengan lembaga-lembaga di propinsi Kalimantan Timur
telah dilakukan pemaparan program kegiatan yang di koordinasikan bersama Kemenristek
pada tanggal 26 April 2012 di Kantor Balitbangda Propinsi Kalimantan Timur dan
dilanjutkan dengan diskusi dengan Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Kalimantan
hingga tanggal 27 April 2012. Diskusi lebih intensif dilakukan bersama-sama dengan Kepala
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 30
Bidang Geologi, Dinas Pertambangan dan Energi Kalimantan Timur yang membahas
mengenai prospek pengembangan metode eksplorasi dengan metoda geolistrik.
II. 4. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
II. 4. 1. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
Kerangka pemanfaatan hasil kegiatan ini mengacu pada implementasi pengembangan
pembangunan Indonesia seperti tertuang dalam MP3EI yang berlandaskan pada
pengembangan potensi sumberdaya alam. Kerjasama dengan lembaga daerah diharapkan
dapat saling menguatkan kemampuan Sumberdaya Manusia dan Iptek dimana manfaat dari
hasil kegiatan ini dapat mendorong penguatan potensi ekonomi melalui fokus batubara dan
energi.
II. 4. 2. Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
Strategi yang digunakan dalam pemanfaatan hasil penelitian ini adalah :
1. Sosialisasi teknologi eksplorasi bawah permukaan dengan terget kedalaman diatas
500 meter menggunakan peralatan lokal yang murah biayanya.
2. Uji coba peralatan pada area eksploitasi CBM untuk melihat dampak dari proses
dewatering
II. 4. 3. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
Indikator kualitatif :
1. Penguasaan teknologi eksplorasi bawah permukaan dengan metoda geolistrik
2. Penguasaan teknologi instrumentasi geofisika dengan kemampuan membuat
peralatan/instrumen geolistrik
3. Hasil uji coba prototype yang berjalan dengan baik.
Indikator kuantitatif :
1. Uji coba prototype di area pertambangan atau CBM
2. Penggunaan skala industri.
II. 4. 4. Perkembangan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
Sampai dengan saat ini pemanfaatan hasil penelitian masih dalam tahap kualitatif ,
dikarenakan progres kegiatan masih dalam tahapan penguasaan teori serta pembuatan
desain-desain.
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 31
BAB III. RENCANA TINDAK LANJUT
III. 1. Rencana Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja
Tahapan yang masih harus dikerjakan selanjutnya setelah pembuatan Laporan Kemajuan ini
terbagi menjadi beberapa bagian besar yaitu :
Melakukan kegiatan perakitan (assembling) perangkat dari desain yang telah dibuat.
Melakukan pemrograman hardware dan aplikasi.
Melakukan ujicoba skala laboratorium
Ujicoba di lapangan
Tahapan-tahapan tersebut akan menyempurnakan realisasi dari masing-masing indikator
menjadi 100 %.
III. 2. Rencana Koordinasi Kelembagaan – Program
Walaupun sebagian besar aktifitas kegiatan masih terkonsentrasi dalam pembuatan
prototype di laboratorium Teknologi Sumberdaya Mineral Bogor, Jawa Barat, namun
koordinasi kelembagaan akan terus dilanjutkan bersama dengan stakeholder di kalimantan
Timur dalam bentuk diskusi secara online.
III. 3. Rencana Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
Rencana pemanfaatan hasil penelitian di tahun ini masih mengutamakan faktor-faktor
kualitatif terutama yang berkaitan dengan penguasaan teknologi dan diharapkan dengan
beberapa uji coba lapangan akan mendapatkan input-input yang diharapkan dapat terus
menyempurnakan prototype ini.
III. 4. Rencana Pengembangan ke Depan
Pada saat ini sudah banyak dijual di pasar komersial suatu perangkat peralatan
resistivitymeter yang dapat dipakai untuk melakukan pengukuran 4-D resistivity. Namun
seperti halnya yang telah dilakukan pada uji coba kelayakan metodologi pada proposal ini ,
alat survey ini mempunyai keterbatasan pada jarak jangkau kedalaman serta kecepatan
pengukuran. Oleh karena itu meskipun ditinjau dari kelayakan metodologi dipandang cukup
handal, metoda 4D-Resistivity belum pernah dilakukan untuk kegiatan monitoring pada
dewatering di lapangan CBM.
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 32
Kami, para peneliti di PTSM BPPT telah beberapa kali memperoleh penghargaan karena
melakukan inovasi pada peningkatan teknologi survey menggunakan metoda resistivity
dengan produk inovatif antara lain geoscaner 1803, cascading geoscanner dan PSBMC. Oleh
karena itu dilandasi semangat untuk tidak pernah berhenti berinovasi, kami akan
melakukan pembuatan high voltage current source transmitter (HVC). Metoda 4-D
resistivity yang sebelumnya hanya sebagai kajian ilmiah ataupun hanya diterapkan untuk
kepentingan sebatas kedalaman 15 – 20 meter saja, maka dengan menggunakan HVC
diharapkan metoda ini akan mulai dipergunakan di kalangan industri khususnya CBM pada
kedalaman diatas 500m. Dengan demikian pembuatan alat yang akan diterapkan pada 4-D
resistivity untuk kepentingan penetrasi yang dalam , status teknologinya adalah :
merupakan teknologi terobosan.
Sedangkan pada kegiatan yang didanai oleh insentif Dikti 2009, Pusat Teknologi
Sumberdaya Mineral telah berhasil mengembangkan Geoscanner 1803 AT menjadi
Cascading Geoscanner, dimana perangkat tersebut memiliki spesifikasi sebagai berikut :
- Maximun Operational Voltage : 400 VAC
- Maximum Operational Current : 4 Ampere
- Operational temperatur range : 0 – 70 ºC
- Geoelectric terminal input : 4 terminal ( C1 , C2 , P1 , P2 )
- Electrode crontroled per-cluster : 32 electrodes
- Configuration Table Program : 10 Table (include Wenner, Schlumberger, Dipole-dipole, Pole-dipole)
- Stepping in table program : up to 10000 step per table program
- Cascading function : Single master with up to 32 slave
- Max distances between Geoscanner : 1000 meters
- Communication Port : RS 422 port
- Monitor : LCD 4 x 20 dotmatrix character
- Key pad : 4 x 4 membrane keypad with acoustic response
- Flash memory modul : 4 MB
- Power consumption : 12-24 V DC, max 120 mA
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 33
Gambar 3-1 . Perangkat Cascading Geoscanner
Uji coba cascading geoscanner telah berhasil dilakukan pada kebun bibit milik Balai
Penelitian Tanaman Industri dengan panjang bentangan 960 meter untuk target penetrasi
kedalaman 200 meter. Uji coba akan diteruskan sampai mencapai panjang bentangan 2000
meter dengan target kedalaman 400m.
High Voltage Current Source Transmitter untuk monitoring eksploitasi CBM 2012
Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral 34
BAB IV. PENUTUP
Apabila High Voltage Current Source transmitter telah diterapkan dengan bantuan metode
4 D Resistivity pada proses monitoring di kegiatan eksploitasi CBM maka dampak ekonomis
akan didapatkan :
1. Mengurangi biaya yang diperlukan untuk kegiatan monitoring proses dewatering
secara signifikan
2. Meningkatkan pemakaian metoda 4D resistivity oleh instansi lain ataupun oleh
para konsultan pada berbagai kepentingan
3. Membantu program pemerintah yaitu meningkatkan produksi CBM pada tahun
2012.
Dengan dihasilkannya teknologi 4-D resistivity berbasis multi receiver geoscanner maka
beberapa keuntungan yang akan diperoleh adalah sebagai berikut :
• Substitusi impor, peralatan resistivitymeter yang dapat digunakan dalam akuisisi
data resistivity 4D untuk eksplorasi dan eksploitasi CBM secara otomatis saat
sekarang masih impor dengan kisaran harga per unit 2 milyar s.d. 7 milyar
sehingga dengan adanya Multi-Receiver produk lokal yang harganya kurang dari 30
% dari produk impor dapat dimanfaatkan.
• Dengan dihasilkannya High Voltage Current Source Transmitter, maka akan
memperbesar peluang pelayanan jasa teknologi survey lapangan CBM dengan
penggunaan peralatan murni dari dalam negeri..
• Beberapa peralatan resistivitymeter lama yang sudah dimiliki oleh beberapa
perguruan tinggi, lembaga riset dan Dinas ESDM di Indonesia dapat dimanfaatkaan
untuk akuisisi data resistivity 4D secara otomatis, tidak perlu membeli alat
resistivity meter yang baru.
• Peralatan cascading geoscanner dan PSBMC produk dalam negeri mampu
dioperasikan dengan HVC, sehingga dapat juga dimanfaatkaan untuk akuisisi data
resistivity 4D secara otomatis.