Upload
love-setya
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
1/153
Seri Dewi Ular-Tara Zagita
Ratu Peri Dari Selat Sunda
Karya : Tara ZagitaSumber DJVU : Anuraga
Editor : AnuragaEbook oleh : Dewi KZ
TIRAIKASIH WEBSITEhttp://kangzusi.com/&http://dewikz.com
http://kang-zusi.info
http://kangzusi.com/http://dewikz.com/http://kang-zusi.info/http://kang-zusi.info/http://dewikz.com/http://kangzusi.com/8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
2/153
RATU PERI DARI SELAT SUNDA
oleh Tara Zagita
Cetakan pertama
Gambar sampul oleh Cici
Penerbit Sinar Matahari, Jakarta
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
All rights reserved
-o0o))((dw))((o0o-
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
3/153
1
Awang mempunyai seorang kakek yang aneh. Setiapkakek itu mati, dan mayatnya terkena tetesan air hujan,ia dapat hidup kembali. Sampai akhirnya Kakek Somoberhasil dikubur dengan sempurna walau mereka harusberpacu dengan hujan.
Apa sebenarnya yang membuat Kakek Somo sam-paimati empat kali? Kata Badri, di dalam kamar peninggalan
bekas Kakek Somo itu pasti ada benda pusaka.Satu-satunya barang peninggalan Kakek Somo adalah
kacamata hitam model kuno.
Awang mengalami keanehan pada saat iamengenakan kacamata tersebut. Sosok wanita cantikmuncul memikat hati dan membuat Awang jadi rindusetengah mati. Tapi sekarang kacamata itu dicuriseseorang, dan rhenjadi bahan rebutan, sehinggamenimbulkan banyak
Apa kehebatan kacamata hitam itu sebenarnya?
Awang merahasiakannya, namun toh para pencurikacamata itu mengetahuinya, sehingga timbul pulakorban-korban cinta, tumbal-tumbal kemesraan. Dan
yang terakhir, Awang sendiri yang akan menjadi tumbalberikutnya. Lalu, bagaimana cara menghindarinya jikaAwang hanya punya tempo seperempat hari?
-o0o))((dw))((o0o-
Jenazah diturunkan ke liang kubur. Awan hitam
semakin tebal menggantung. Hujan belum turun. Para
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
4/153
pelayat berwajah cemas. Ada apa? Seolah-olah merekatergesa-gesa. Mereka yang bertugas menurunkanjenazah tampak gelisah. Sebentar-sebentar memandang
ke atas. Sepertinya mereka takut kehujanan. Ataubarangkali mereka berpacu dengan hujan?
"Wah, gawat nih...!"
Gumam lirih dari mulut Awang terdengar. Nadanyacemas. Matanya melirik ke langit. Hal itu membuat Badriheran. Badri teman kampus Awang. Badri berdiri di
sebelah Awang. Ia melihat sekejap, lalu berbisik denganmata kembali memperhatikan para petugas pemakamanmayat.
"Kenapa sih kok kayaknya orang-orang tegangmenghadapi pemakaman ini?"
Belum sempat Awang menjawab, ada seseorang yangnyeletuk agak keras, "Cepat sedikit, Bang. Nanti kitaterlambat lagi!"
Yang nyeletuk itu dikenal sebagai pamannya Awang.Badri semakin heran. Wajah-wajah duka tak tampak jelasdi keluarga Awang. Awang sendiri sepertinya hampir lupadengan kedukaannya."Udah, buruan ditimbun tanah!"celetuk seorang lelaki yang dikenal sebagai saudara
sepupu Awang.Entah apa yang terjadi, tampaknya para petugas
penguburan menjadi resah dan sedikit gaduh. Adakesibukan yang tampaknya terjadi di luar dugaan. Ricuhdi sekitar liang kubur. Beberapa orang yang hadir di situjuga ikut ricuh, ikut melongok ke liang kubur.
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
5/153
"Ada apa tuh...?" bisik Badri kepada Awang. Mereka
tetap berada di bawah pohon kamboja besar, agak jauhdari liang kubur.
Keadaan itu membuat Badri penasaran dan inginmendekat, tapi tangan Awang mencekal lengannya.
"Di sini aja!"
"Gue pingin lihat kericuhan apa yang terjadi di sanaitu!"
"Biasa!""Biasa gimana sih?"
Ada sesuatu yang ingin dijelaskan Awang, tapiagaknya pemuda berambut ikal itu ragu-ragu. Badrimenunggu penjelasan tersebut sambil menatap Awang.Lama-lama Awang risih ditatap terus, karenanya ia punberkata, "Lihat saja sana deh...!"
Badri memang penasaran. Perintah itu seperti sebuahdorongan yang membuat lebih penasaran. Maka, Badripun mendekati liang kubur. Ia melongok di sela kepalaorang-orang.
Oh, rupanya liang yang dipakai mengubur kakeknyaAwang itu mengeluarkan mata air. Becek. Bahkan
sekarang sudah menggenang. Badri heran. Hujan belumdatang tapi air sudah menggenang di dalam liang kubur.Kok bisa begitu?
"Air dari mana sih itu?" tanya seeorang yang tidakdikenal oleh Badri, lalu orang lain menjawab, "Dari dalamtanah!"
Seorang perempuan separuh baya mengeluh, "Ah,lagi-lagi begini!"
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
6/153
"Jangan-jangan batal lagi nih?" ujar seorang ibu
berkerudung kain hitam, tetangganya Awang.
Mendengar percakapan itu, Badri segera menemuiAwang yang sejak tadi tidak mau mendekati liang kubur.
Sebelumnya Badri sempat melihat liang kubur itusemakin banyak digenangi air. Mayat terpaksa dinaikkankembali. Seseorang berseru memerintahkan agar airtersebut dikeringkan dulu. Dikuras. Kemudian, petugaspenggali kubur yang berbadan kurus dan bermuka
cekung itu mengambil ember kecil. Ember plastik. Lalu, iamengeluarkan air yang menggenang di tempat di manajenazah akan disemayamkan.
"Wang," bisik Badri. "Kuburan kakek elu digenangiair!"
Awang hanya menggumam. Mulai tampak sedikitdongkol. Pasti dongkol dengan keadaan sore itu.Sebentar-sebentar ia memandang ke langit. Mendungmakin tebal. Hitam. Gelap suasananya. Kilatan cahayapetir sesekali berkerlip, bagai menoreh langit. Sementaraangin bertiup cukup kencang. Namun tidak menjadibadai.
Selendang dan kerudung hitam para pelayat
perempuan tertiup angin. Malahan tadi ada yang terbangdari kepalanya. Rambut-rambut panjang pun meriap-riapdipermainkan angin. Seorang bapak yang tadimengenakan topi, sekarang sudah tidak lagi, sebabtopinya ikut terbang dan jatuh di tempat becek.
"Suasana ini cukup aneh bagiku," ujar Badri pelan."Apakah kamu pernah mengalami suasana penguburan
kayak gini?"
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
7/153
"Sudah empat kali!" jawab Awang datar.
"Empat kali? Maksudmu...?!" Badri berkerut dahi.
"Sudah empat kali kakekku mati dan pada saatdikuburkan suasananya jadi begini."
"Ah, masa'? Apakah dulu juga liang kuburnyadigenangi air?"
Awang mengangguk.
"O, pantas wajah-wajah kalian pada cemas. Takut
kalau jenazah kakekmu bangkit lagi, ya?"
Awang mengangguk dan berkata, "Jangan sampaihujan turun aja!"
"Kalau hujan turun bagaimana?"
"Dia bangkit lagi!"
"Ah...!" Badri mulai merinding. "Apa biasanya begitu?"Napas ditarik panjang-panjang. Agaknya Awang tidakbisa menyembunyikan sesuatu yang jadi rahasiakeluarganya. Ia pun berkata kepada Badri dengan suarapelan,
"Kek Somo pernah berpesan kepada keluargaku, kalaudia mati, usahakan jenazahnya jangan sampai kena air
hujan. Mulanya kami tidak terlalu menghiraukan kata-kata itu. Pertama ia meninggal, pada dua tahun yanglalu. Jenazahnya kehujanan sewaktu dibawa kepemakaman. Dan mayat itu bangun lagi. Ia hidupkembali sampai tiga bulan kemudian ia kembalimeninggal. Pada waktu mau dimasukkan ke liang kubur,hujan turun dan ia hidup kembali. Begitu seterusnyasampai empat kali."
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
8/153
"Gila...!" gumam Badri pelan, seperti gumam. Ia makin
merinding mendengar cerita itu.
Awang melanjutkan kata-katanya, "Saat ini adalahkematiannya yang kelima. Kalau sekarang ia terkena airhujan, maka ia akan hidup kembali. Padahal usianyasudah hampir seratus lima puluh tahun kurang sedikit."
"Ck, ck, ck...!" Badri berdecak sambil geleng- gelengkepala.
"Biasanya liang kuburnya akan mengucurkan air dari
dalam tanah, air akan menggenang. Orang-orangterpaksa menguras air tersebut, supaya mayat Kakektidak kebasahan. Tapi biasanya, pada saat mereka sibukmenguras air, hujan turun rintik-rintik... dan mau tidakmau jenazah Kakek kehujanan. Kalau sudah begitu,maka ia akan bangkit lagi. Tak jadi mati. Entah untukberapa bulan ia hidup."
"Kakekmu orang sakti, ya?"
Awang diam. Tak bisa menjawab, la hanya menghelanapas lagi.
Seseorang berseru di dekat liang kubur, "Udah,udah...! Cukup deh! Sekarang mayatnya dimasukkan...!"
Badri buru-buru mendekati liang, melongok ke bawah.Oh, masih ada sisa air. Rupanya para penguburbersepakat untuk nekat menguburkan mayat KakekSomo dalam keadaan tanah tidak sekering biasanya.
Gelegar suara guruh bersahutan. Angin makinkencang. Mereka benar-benar cemas. Takut hujan turun.Tak heran jika mereka bergerak cepat. Mayat diletakkan
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
9/153
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
10/153
Malam tiba. Badri ingin menemui Awang di rumahnya.
Tapi ada perasaan takut. Ya. Takut kalau tahu-tahuKakek Sumo datang ke rumah itu dalam keadaan
berlumur tanah kuburan. Ih, mengerikan sekali jikadibayangkan. Karenanya, Badri lebih baik pamit, pulangke tempat kostnya.
Kakek Somo sebenarnya bukan kakek kandungAwang. Kakek Somo adalah kakak dari kakekkandungnya Awang. Jadi, papanya Awang punya pamanKakek Somo. Sedangkan kakeknya Awang yang aslisudah lama meninggal,yaitu sewaktu Awang masih dibangku SMU.
Setahu Awang, kakak dari kakek kandungnya itu sejakdulu tidak punya tempat tinggal. Konon hidupnya selalunumpang di rumah-rumah saudaranya. Yang terakhirnumpang ikut papanya Awang sejak Awang masih di
bangku kelas satu SMP.Kabarnya, Kakek Somo sejak dulu tidak pernah
menikah. Waktu Awang masih SMU pernah bertanya apasebab Kakek Somo tidak menikah? Kakek berbadan kurusitu menjawab, "Kakek pernah patah hati. Sampaisekarang tidak punya minat untuk mempunyai seorangistri."
Jawaban itu sebenarnya jawaban klise. Tapi anehnyawaktu itu Awang tidak mendesak atau membantah.Awang hanya manggut-manggut saja. Percaya bulat-bulat apa yang dikatakan oleh Kakek Somo. ApalagiKakek Somo waktu itu bilang, "Biar Kakek tidak punyaistri, tidak punya anak, tidak punya cucu, tapi papa danmamamu itu sudah Kakek anggap anak sendiri, dan
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
11/153
kamu serta adik-adikmu itu sudah Kakek anggap cucusendiri...."
Awang juga tidak punya pikiran apakah kakeknya ituorang sakti atau orang biasa-biasa saja. Sebab, sejak iahidup bersama Kakek Somo, ia juga belum pernahmelihat kesaktian kakeknya itu. Yang ia tahu, KakekSomo adalah seorang pensiunan masinis kereta api, yangtiap bulan dapat jatah uang pensiun. Uang itu pun tidakdigunakan untuk membeli rumah, atau membelikebutuhan hidupnya, melainkan diserahkan kepadamamanya Awang.
Hanya saja yang pernah diingat oleh Awang,sepanjang hidup Kakek Somo tidak pernah sakit. Batuk,itu sekali dua kali saja. Pilek atau flu, itu kalaukehujanan. Dan biasanya tak pernah sampai tiga harisudah sembuh. Sakit kencing manis, tidak pernah. Darah
tinggi, ginjal, lever, dan yang lainnya, tidak pernah.Malahan pada waktu beliau berusia seratus tahun, beliaumasih bisa membaca tanpa menggunakan kacamata.
Awang juga ingat, kesukaan Kakek Somo adalah jalan-jalan di sore hari dengan menggunakan kacamata hitam.Sering Awang meledeknya jika Kakek Somo memakaikacamata hitam sambil jalan-jalan.
"Tuh lihat... Kakek sedang ngeceng...!"
Kadang jalan pagi, jalan malam, kacamata hitam itusering dipakainya. Agaknya merupakan suatukebanggaan tersendiri buat, Kakek Somo jika iamengenakan kacamata hitam. Ia sering tertawa atautersenyum sendiri, dan tidak menghiraukan ejekan cucu-cucunya.
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
12/153
"Kakek mengenang masa mudanya," kata papanya
Awang ketika itu. "Sebab, menurut kakek kalian yangasli, Kek Somo waktu masih mudanya gemar nampang
pakai kacamata hitam. Biasanya kalau sudah pakaikacamata hitam beliau jalan-jalan di depan asrama KNIL,atau di depan rumah noni-noni Belanda."
Satu hal lagi yang diingat oleh Awang tentangkebiasaan Kakek Somo adalah sering bersiul-siulsendirian, walaupun usianya sudah seratus tahun lebih.Awang menganggap, bersiul adalah salah satu hobiKakek Somo yang tak bisa ditinggalkan.
Pernah Awang mendengar percakapan antara Mira,adiknya nomor dua, dengan Kakek Somo di suatu hari,ketika Kakek Somo masih hidup. Waktu itu Mirabertanya, "Kakek punya ilmu nggak sih?"
Kakek Somo menjawab seenaknya, ' Ya tentu saja
punya. Kalau nggak punya ilmu, bagaimana aku bisamenghitung uang pensiunku?"
"Maksudku, ilmu mistik!"
Kakek Somo tertawa terkekeh. "Kenapa kamu tanya-tanya begitu?"
"Kalau punya, aku ajarin dong. Aku kepingin punya
ilmu deh!"
Lalu, waktu itu Awang menimpali, "Hei, ngapain cewekkepingin punya ilmu mistik? Mau melet cowok, ya?Huhhh..... !"
"Suka-suka gue dong!" kata Mira kepada kakaknya.
Kemudian Kakek Sumo ketawa lagi. Kakek Somo
bilang, "Belajar yang rajin, tekun, maka kamu akan jadi
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
13/153
orang pintar. Itulah ilmu yang menjadi bekal hidupmunanti...!"
Siapa yang tahu latar belakang kehidupan Kakek Somosemasa mudanya, adalah kakek kandung Awang sendiri,yang sering dipanggi Kakek Dipa. Sayang sekali KakekDipa lebih dulu meninggal dunia, sehingga sekarangAwang tidak bisa memperoleh cerita lengkap tentangmasa lalunya Kakek Somo.
Tetapi Awang ingat kata-kata Badri, "Pasti di kamar itu
ada pusaka peninggalan Kakek Somo. Coba cari deh!"Itulah sebabnya malam itu Awang secara diam-diam
masuk ke kamar Kakek Somo. Ia merinding saat barusaja masuk dan menutup pintu. Jelas pintu harus ditutuplagi, supaya tidak ada adik-adiknya yang melihat bahwaia ada di bekas kamar Kakek Somo.
Barang-barang peninggalan Kakek Somo tidak banyak,duga tidak punya harga jika dijual di tukang loak. Paling-paling yang berharga hanyalah pakaian-pakaian bekas,itu pun berpotongan kuno. Satu-satunya kemeja yangmasih baru adalah kemeja lengan panjang warna krem.Itu kemeja pemberian dari pamannya Awang, setahunyang lalu.
Di bekas kamar Kakek Somo ada dua koper. Keduanyatermasuk jenis koper butut. Ada juga sebuah tas kulit,isinya hanya alat-alat pancing. Awang jadi ingat, bahwaKakek Somo dulu punya kegemaran memancing sambilpakai kacamata hitam. Tapi sejak sekitar usia sembilanpuluh tahun, hobi mancingnya itu sudah lebur. Paling-paling ia membaca koran atau majalah di serambisamping.
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
14/153
Ada meja kecil. Di atas meja kecil itu ada jam beker.
Kuno. Warnanya sudah banyak yang mengelupas.Logamnya berkarat, tapi jarumnya masih berjalan
normal. Andai dijual hanya laku lima ratus rupiah, itusudah untung.
Awang mencoba membuka koper warna biru lusuh,yang pinggirannya sudah jebol sedikit. Koper itu berisipakaian dan buku-buku kuno, semacam catatan harian.Tulisannya sudah kabur dan tak bisa dibaca lagi.Sebagian pakaiannya ada yang sudah dimakan ngengat.Di koper itu juga ada almanak tahun seribu sembilanratus empat puluh enam. Entah apa maksudnya almanakitu disimpannya. Awang tidak bisa memahami, sebabtidak ada tulisan atau catatan apa-apa.
Koper kedua dibuka. Koper itu warnanya merah tua,lusuh, dan robek bagian belakangnya. Isi koper itu
adalah pakaian seragam semasa beliau menjadi masiniskereta api, sebuah kotak kayu yang berisi kacamatahitam dan korek api berkarat. Mungkin sebuah kenang-kenangan dari seorang sahabat.
Kolong ranjang diperiksa, tidak ada apa-apa. Almaridibuka, tidak ada benda apa pun kecuali pakaian dankaos sehari-hari. O, ada pipa tembakau, tapi sudah
patah. Tidak berharga. Dari semua barang yangditemukan di kamar itu, hanya kacamata hitam yangsedikit menarik bagi Awang.
Bingkai kacamata terbuat dari campuran plastikdengan atom. Keras dan mudah patah. Kacanya yanghitam kelam, benar-benar terbuat dari beling hitam.Bukan plastik atau mika. Bentuknya memang cukup
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
15/153
kuno. Tapi justru model seperti itulah yang sekarang inisedang digemari anak-anak muda.
Lumayanlah... bisa buat nampang di kampus atau ditempat lain, pikir Awang. Ia segera mengantongikacamata tersebut.
Pelan-pelan ia membuka pintu, lalu keluarmeninggalkan kamar tersebut, tanpa menguncinya. Iaberjalan berjingkat-jingkat, karena ia sempat melihat Gitadan Mira ada di ruang makan. Ia tak ingin diketahui oleh
adik-adiknya bahwa ia baru saja keluar dari bekas kamarKakek Somo. Baru pukul delapan kurang. Malam tidaksekelam dan sesunyi malam kemarin. Agaknya malamsudah kembali normal, seperti malam-malam biasanya.Tidak ada kecemasan dan ketegangan di antara keluargaAwang, bahkan di antara tetangga pun tampaknyatenang-tenang saja.
Di kamarnya, Awang mengeluarkan kacamata hitamdari saku celananya. Kacamata itu diamat-amati denganteliti. Entah mengapa ia begitu tertarik dengan kacamatatersebut. Apakah hanya karena modelnya yang lagitrendy untuk masa sekarang, atau memang ia belumpernah mempunyai kacamata kuno warna hitam sepertiitu?
Ia bergegas berdiri di depan cermin yang dipasangmenempel dinding. Ia mengenakan kacamata itu. Oh,cukup ganteng. Rambutnya yang ikal disisir ala kadarnyapakai jemari tangan. Ia mematut-matut diri di depancermin itu.
Ahai... alangkah tampannya aku jika memakaikacamata ini! Pikir Awang sambil tersenyum- senyum. Ia
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
16/153
bergegas keluar dari kamar. Mau pamer sama adik-adiknya. Tapi waktu ia membalikkan badan, "Hahhh...?!"
Awang terkejut. Badannya sempat bergerak mundursedikit. Ia melihat seorang gadis berdiri di pintu,punggungnya sedikit bersandar pada tepian pintu.Menatap ke arah Awang dengan senyum indah berlesungpipit yang amat memikat hati.
"Hai...," Awang mencoba menenangkan diri, menutupirasa malu karena kagetnya, menutupi rasa herannya,
dan menutupi debar-debar di dalam hatinya. Awangberusaha untuk tidak merasa kikuk, seakan sudahterbiasa menghadapi gadis secantik itu.
Senyum gadis itu mekar kian memikat hati. Itulahjawaban dari sapaan Awang. Lalu. Awang bertanya,
"Sejak kapan kamu masuk kamarku?"
"Sejak tadi," jawab gadis itu."Disuruh Mira, ya? Pasti Mira yang menyuruhmu
menggoda aku!"
"Mira...?! O, Mira adikmu maksudmu?"
"Ya," jawab Awang pendek.
Gadis itu tertawa pelan sambil melangkah, duduk di
kursi yang biasa dipakai Awang untuk belajar. Duduknyasantai, membuat Awang tambah terheran-heran kagumkepadanya.
Tentu saja Awang terheran-heran kagum, sebab gadisitu memang cantik. Rambutnya panjang sebataspinggang, disisir ke samping, sebagian rambut dibiarkanmeriap di dada kiri. Bagus sekali rambut itu. Hitambening.
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
17/153
Belum lagi wajahnya. Wow... Brooke Shields aja putus
sama kecantikannya. Hidungnya mancung, serasi denganbentuk wajahnya yang sedikit oval. Matanya bening,
tidak terlalu lebar, tapi juga tidak terlalu sipit. Bulumatanya lentik, sesuai dengan bentuk alisnya yang tebalrapi, di kedua ujung alis kanan kiri ada rambut yang rae-mercik-mercik tipis. Bola matanya selain bening jugahitam mengagumkan. Kulitnya kuning langsat. Danbibirnya? Duhai...!
Bibir itu bak delima merekah. Merah segar. Bak buahyang belum terlalu tua. Tampak selalu basah. Tidak tipissekali tapi juga tidak tebal. Bibir yang bawah sedikit lebihtebal dari bibir yang atas Kata orang, itulah bentuk bibiryang sensual.
Gadis itu mengenakan gaun terusan. Semacamlongdrees tapi bercorak kuno. Lengannya panjang, tapi
tidak menutup pergelangan tangan. Lengan gaun itulebar, komprang-komprang. Kain yang digunakansebagai bahan gaun itu berwarna pink, dari jenis kainsutera halus, lembut, tanpa manik-manik kecuali rendaputih kecil di bagian dadanya.
"Namamu siapa? Boleh kenalan dong...!" goda Awangmasih tetap nampang dengan kacamata hitamnya.
"Anjar...."
"Ah, masa' namanya Anjar? Shelvina, kali?"
Gadis itu tertawa kecil. Aduh, manis sekali. Sungguhmanis. Hanya orang bodoh dan orang gila yang bilangtawa itu tidak manis. Awang saja jadi gregetan danmemancing godaan itu.
"Atau... namamu pasti Sonia!"
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
18/153
"Anjar," jawabnya sambil tersenyum dan tertawa tipis.
"Nggak pantas namamu Anjar. Pantasnya Nency, atau
Veronica!""Sungguh," matanya menatap tak berkedip. Sungguh
indah. Luar biasa indahnya. "Aku tidak bohong. NamakuAnjar Kusuma!"
"Anjar Kusuma...? Kok kayak nama orang kuno sih?"
"Lengkapnya, Dewi Anjar Kusuma. Tapi... kau cukup
memanggilku Anjar saja...."Suaranya.... Wow, merdu dan sangat enak didengar.
Empuk-empuk gimanalah...! Susah dikatakannya. Tentusaja hati Awang bersorak. Menurutnya, gadis itu bisadiajak bercanda. Punya selera humor. Ia tetap mengakutidak mengenal Mira.
"Memang aku tahu, Mira itu adikmu. Tapi aku berani
bertaruh nyawa, bahwa dia tidak akan kenal aku,"katanya.
"Hmmm... kalau gitu kamu pasti temannya Handi!"
"Handi? Adikmu yang ketiga itu? Oh, bukan. Handijuga tidak akan mengenal aku."
"Lantas, kamu tahu aku di sini dari siapa? Yang
mengizinkan kamu masuk ke kamar ini siapa?"
"Jadi, kamu marah aku masuk ke kamar ini?"
"Bukan soal marah sih. Tapi...."
"Kamu tidak suka aku berada di sini?"
"Bukan soal nggak sukajugasih. Cuma... ya... gimana,
ya...?" Awang garuk-garuk kepala. Bingung ia menjawab.
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
19/153
Bingung harus berkata apa.... Ia berpikir, mencari katayang enak untuk menjawab.
Sangat disayangkan sebelum ia bisa menjawab,terdengar suara bel tamu berbunyi. Tak berapa lamasuara Handi, adiknya terdengar memanggil nama Awang.
"Wawang...! Ada teman elu nih...."
Awang sebenarnya mau berlagak cuek. Pura- puratidak mendengar. Tapi Handi berteriak sambil ketuk-ketuk pintu, sedikit kasar. Awang terpaksa menyahut
dengan seruan, "Iya, ya...! Sebentar...!" sambil merasakhawatir kalau Handi membuka pintu.
Awang segera berkata kepada Anjar, "Tunggusebentar, oke? Jangan ke mana-mana, nanti aku kembalilagi. Jangan keluar dulu, ya?"
"Ya," jawab Anjar sambil mengangguk dalam senyum
yang memikat.Awang buru-buru membuka pintu kamarnya. Eit, ia
lupa masih pakai kacamata Kakek. Buru-buru dilepaskankacamata itu dan dikantongi. Ia melangkah setengahberlari ke arah ruang tamu. Gerakan dan wajahnyatampak bahwa ia dalam suasana ceria.
"Hai, kamu Dri...!" sapanya kepada Badri.
"Farok tadi ke sini, ya?"
"Nggak tuh. Eh... kebetulan kamu datang. Yuk,kukenalkan sama teman baruku. Elu pasti teler dehngeliatin wajahnya...!"
Tangan Badri ditariknya. Badri bingung. Ia ikut masukke kamarnya Awang. Namun, begitu sampai di kamarAwang yang menjadi kebingungan.
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
20/153
"Lho...? Ke mana dia...?!"
Gadis itu hilang. Dicari ke mana-mana tidak ada.
Awang kecewa, la berseru memanggil, "Anjar...?Anjaaar...?!"
"Siapa Anjar itu, Wang?" tanya Badri, dan Awanghanya bisa bengong.
-o0o))((dw))((o0o-
2Ada ungkapan yang berbunyi, "Sekali melihat akan
terpikat." Ungkapan itu layak ditujukan buat Anjar.Begitulah menurut Awang pada saat ia menjelaskankepada Badri.
"Berani digantung sampai mati aku, kalau kamu nggakakan terpikat melihat kecantikan si Anjar itu."
"Iya. Oke deh aku hakalan terpikat. Tapi aku kepingintahu, siapa Anjar itu? Kenapa sampai tiga hari ini kamujadi kayak orang gila, selalu mencari-cari yang bernamaDewi Anjar Kusuma?"
Setiap dihadapkan dengan pertanyaan seperti itu,
Awang selalu terbengong. Ingin menjelaskan sesuatu,tapi tidak tahu harus bilang apa kepada yang bertanya.Apa yang bisa dilakukan Awang hanya berkata, "Diacantik. Sumpah mati, dia cantik! Aku terpikat padanya.Aku suka sama dia! Sumpah mampus tujuh turunan,berani deh!"
Awang memang seperti orang gila. Setiap orang
ditanyai, apakah mereka mengenal yang bernama Anjar?
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
21/153
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
22/153
Mira menyahut, "Tuh... Mama aja sampai dituduh
begitu?!"
"Iya, kan? Ngaku aja, Ma! Ngaku!""Eh, eh... kok malah mau melotot sama Mama?" ujar
mamanya dengan sabar. "Anjar siapa sih?"
"Dewi Anjar Kusuma!" jawab Awang cepat.
"Mama nggak kenal gadis bernama begitu!"
"Bohong!" bentak Awang.
"Buat apa Mama bohong? Apa Mama mau mendidikanaknya agar ikut jadi tukang bohong juga?"
"Habis siapa dong yang kenal dengan Anjar? Siapadong yang menyuruh Anjar masuk ke kamarku?!"
"Masuk ke kamarmu?!" gumam mamanya, berkerutdahi. "Kalau itu kenalan Mama, nggak mungkin Mama
suruh masuk ke kamarmu? Nggak sopan amat?!"
Handi juga tidak merasa punya teman yang bernamaAnjar. Handi juga diajak adu debat dulu oleh Awang.Hampir-hampir mereka berkelahi pukul-pukulan.Sedangkan papanya juga tidak merasa punya kenalanyang bernama Anjar.
Awang jadi kacau. Sungguh otaknya menjadi kusut,karena hati kecilnya menuntut ingin bertemu dengangadis cantik itu. Jiwanya berharap sekali untuk dapatmelihat kecantikan yang amat mengagumkan itu. Tapi kemana Awang harus mencarinya? Mungkinkah Anjar itutemannya Gita? Pasti tidak mungkin. Gita anak SDsedangkan Anjar minimal sudah sarjana muda. Samadengan Awang.
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
23/153
Lesu dan murung terus Awang jadinya. Wak- tu Badri
datang dan diajak masuk ke kamarnya, Badri juga nyaristidak bisa berkata apa-apa. Sebal), Awang bilang,
"Carikan Anjar sebelum aku nekat bunuh diri jika tidakketemu dia. Katakan padanya, aku rindu dan inginbertemu dia!"
Yang bisa dilakukan Badri hanyalah garuk-garukkepala. Menarik napas panjang-panjang. Geleng-gelengkepala memandangi keseriusan Awang.
Setelah bungkam beberapa saat, Badri bilang,
"Tujuanku kemari sebenarnya mau ngajak kamunonton pameran lukisan di TIM, tapi kok kamu malahkasih tugas edan-edanan gitu?"
"Gue nggak mau tahu soal lukisan. Itu bukan bidanggue, tapi bidang elu! Gue cuma butuh Anjar. Cuma butuh
melihatnya saja. Nggak nyentuh dia juga nggak apa-apa!"
"Iya. Tapi ke mana gue mesti cari si Anjar, Bego!" kataBadri dengan jengkel.
"Ya pokoknya cari. Ke mana aja, cari dia!"
"Elu kayak komandan polisi aja! Main perintah!" gerutu
Badri. "Masa bodohlah! Gue mau lihat pameranlukisan...," Badri bangkit mau keluar dari kamar itu.Awang menahan tangannya dan berkata, "Cari dia ditempat pameran. Siapa tahu dia ada di sana!"
"Iya, iya deh...! Eh, gue pinjam kacamata hitamnya,ya?"
"Ambil. Asal pulangnya elu sama-sama si Anjar!"
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
24/153
"Moga-moga aja...!" kata Badri sambil nyelonong. Ia
masuk ke mobilnya sambil menggumam, "Antik jugakacamata si Awang ini. Dapat dari mana dia?"
Lalu, mobil pun distarter. Sebelum mobil bergerak,Badri mengenakan kacamata hitam itu. Wuuuus... mobilpun meluncur, meninggalkan rumah Awang.
"Ini... itu orang kok gila amat sih? Jalan-jalan tanpapakai selembar benang pun? Hi, hi, hi...!" Badri tertawasendiri melihat seorang lelaki berambut rapi, membawa
tas kerja, berjalan tanpa pakaian."Wah...? Kok ada lagi?!" Badri terperangah. Sebab kali
ini ia melihat seorang perempuan, separuh baya, jalansambil menenteng tas plastik berlebel supermarket,tanpa pakaian. Polos sama sekali. Jalannya tenang saja,tanpa ada rasa kikuk sedikit pun.
"Wah, wah, wah... kok jadi gini?" gumam Badrikebingungan sendiri, sebab ia melihat orang-orang yangada di jalan raya itu semuanya telanjang, tanpa selembarbenang pun melekat di tubuh mereka. Namun tanganmereka memegangi barang-barang bawaan secaraserius. Malahan ada seorang gadis yang berjalan tanpapakaian, tapi rambutnya disanggul rapi, wajahnya ber-make up, menenteng tas kecil, seperti mau kondangan.
"Ya, ampuuun...! " Badri menghentikan mobilnya.Beberapa pengendara motor tidak pakai pakaian melintasdi samping kanannya. Yang tua, yang muda, yang lelaki,yang wanita. Bahkan yang kecil pun ikut-ikutan tidakberpakaian. Buktinya, Badri melihat anak SD pulangsekolah menenteng tas tanpa memakai sepatu, topi, danpakaian seragam.
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
25/153
Badri berpaling ke sana-sini dengan bingungnya. Siapa
yang harus dipandang, ke mana arah mata sebenarnya,ia tidak tahu. Ia seperti hidup di kota nudis. Telanjang
semua.
"Lho... itu kok seperti Bu Mardi...?!" gumam Badri.
Seorang perempuan sedikit gemuk, usianya sekitarempat puluh tahun, sedang menyeberang jalan. Seolah-olah sedang mendekati mobil yang dikemudikan Badri.Mobil itu masih berhenti di pinggiran jalan. Mata Badri
memandangi Bu Mardi dengan tidak berkedip, sebabperempuan itu tanpa busana sama sekali, menentengrantang susun dari logam almunium.
"Bu... Bu Mardi!" panggil Badri. Perempuan itumenoleh dan berhenti sejenak. "Bu... kenapatelanjang?!" seru Badri.
Perempuan itu terperanjat, seperti baru ingat siapayang memanggilnya. Ia buru-buru mendekati mobilBadri.
"Eh, kamu Dri...?! Mau ke mana? Ibu numpang, ya?"
"Hmmmm... eh... anu...," Badri gugup karena melihatwujud tubuh Bu Mardi yang polos itu. "Hmmrn... Ibu mauke mana sih?"
"Mau ke rumah saudara, di Jalan Merpati. Kamu lewatsana nggak? Kalau lewat sana Ibu numpang deh. Habismau naik bus kota tanggung, mau jalan kaki kejauhan."
"Hmmrn... anu... saya nggak lewat sana kok, Bu.Saya... saya... belok ke kiri kok!"
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
26/153
"O, ya sudah. Kalau gitu, Ibu duluan ya? Salam buat
Bu Toba, ya? Kamu masih kost di rumah Bu Toha itu,kan?"
"Mmm... masih. Masih, Bu. Nanti... nanti sayasampaikan deh!"
Bu Mardi pergi, melangkah dengan santai. Seakantidak menghiraukan keadaan tubuhnya.
Budri tertegun. Bengong di tempat tanpa bergerak.Karena pada saat itu benaknya teringat sesuatu dan
hatinya berkata dengan gemetar, "Lho, Bu Mardi kansudah meninggal sebulan yang lalu?!" kontan bulu kudukBadri merinding. Jantungnya makin berdetak-detak.Panik. Dan semakin panik setelah ia menyadari, ternyatadi dalam mobilnya ia tidak sendirian. Ada seseorang yangduduk di jok belakang sopir.
"Triana...?" gumam mulut Badri dengan bergetar.
Gadis berkulit sawo matang itu tersenyum, laluberkata, "Kupikir kau sudah lupa sama aku, Dri...!"
Gemetar sekujur tubuh Badri. Suasana siang terasaseperti suasana menjelang magrib. Mungkin karenakacamata hitam itu terlalu memberikan warna gelapuntuk mata pemakainya. Itu sebabnya Badri merinding
lagi sekujur tubuhnya, bahkan tidak bisa menggerakkankakinya untuk menginjak pedal gas.
"Mau ke mana kamu, Dri?"
"Ke... ke... ke... pameran... di... di TIM...," Badrimenjawab dengan gugup.
Soalnya Triana dalam keadaan polos tanpa selembar
benang. Dadanya dibiarkan terbuka polos. Tampak jelas
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
27/153
gumpalan dagingnya yang sekal itu. Malahan Trianaduduknya sangat santai, seakan tidak mempedulikankeadaan tubuhnya yang tanpa penutup sedikit pun itu.
Semuanya tampak jelas di mata Badri yang menoleh kebelakang dan susah memandang ke depan kembali itu.
"Aku ikut deh! Aku juga sudah lama nggak nontonpameran lukisan...!"
Badri tidak bisa menjawab. Hanya, ah uh ah, uh...!Berulang kali ia menelan ludah, antara takut dan
tergoda. Sebab, sekalipun keadaan Triana menimbulkandaya rangsang yang cukup besar, namun Badri ingatbahwa Triana sudah meninggal tiga bulan yang laluakibat tabrakan dengan Jeep, di Puncak. Badri ingat,bahwa ia juga hadir dalam upacara pemakaman jenazahTriana.
Karena takutnya, Badri memejamkan mata. Ia ingin
menghapus wajahnya yang berkeringat. Ia melepaskacamata hitam dengan tangan gemetar, danmenghapus keringat di wajahnya dengan telapak tangan.Kemudian ia mencoba membuka matanya kembali.
"Oh...?!"
Wajah Badri terperangah, matanya membelalak lebar.
Mata itu memandang ke sana-sini dengan liar. Lalu, iakembali mengerjap-ngerjapkan mata.
Oh, rupanya ia telah melihat suasana berubah total.Triana tak ada di tempatnya. Orang-orang telanjang jugatidak ada. Seorang penjual rokok di seberang jalan yangtadi dilihatnya telanjang bulat, kini dalam keadaanmengenakan kaos putih dan celana pendek hitam. Para
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
28/153
pengendara motor juga mengenakan busanasebagaimana layaknya.
"Gila! Apa yang telah kualami tadi?" gumam Badrisambil napasnya masih sedikit ngos-ngosan. Ia melirikarlojinya, oh... sudah pukul dua siang. Suasananya tidakmenakutkan. Sama sekali tidak menakutkan. Maka, Badripun segera menjalankan mobilnya. Pelan-pelan. Sambil iamerenungi tentang apa yang barusan dialami itu. Sepertimimpisaja, baginya.
Sampai di depan TIM, Badri tidak langsung menuju kegedung pameran, melainkan mencari tukang es. laminum teh botol sampai habis dua gelas, la merenung disitu. Terbengong seperti orang linglung Tapi batinnyaterus berkecamuk dan bertanya-tanya, mengapa aku tadimengalami hal yang amat aneh?
Dalam keadaan sedang terbengong melompong itu.
Tiba tiba punggungnya ada yang menepuk dari belakang.
"Hai..,!"
"Anjing. !" ceplos Badri sambil melompat. Ia terlonjakkaget..
Mukanya pucat pasi. Ia mendelik kepada orang yangmenepuknya. Orang itu tertawa kegelian melihat tingkah
Badri yang kaget itu.
"Ngepet lu!" caci Badri setelah sadar bahwa orang ituadalah temannya sendiri. Dharma.
"Ngapain sih elu sampai kayak orang kesetananbegitu?" tanya Dharma sambil menghabiskan sisatawanya.
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
29/153
"Sekali lagi elu ngagetin gue, gue keprak pakai botol
lu!"
Setelah beberapa saat, emosi Badri pun reda. Dharmatidak menanggapi emosi itu, melainkan justru mengajakbicara soal lukisan. Sebab Badri dan Dharma sama-samaseorang mahasiswa yang punya obyek sampinganmenjadi ilustrator sebuah novel atau di majalah-majalahremaja. Kadang kadang mereka mengorbankan waktukuliahnya demi mengejar pesanan seseorang tentangilustrasi untuk sebuah cerita yang mau diterbitkan.
"Elu mau lihat pameran kan?" tanya Dharma.
"Ya. Tapi...."
"Pakai tapi segala? Memangnya kamu takut kalauketemu Ririn?"
"Ah, gue nggak mikirin soal Ririn. Gue habis
mengalami suatu keanehan, Ma!"Dharma tersenyum-senyum, menyepelekan kata-kata
Badri. Tapi rupanya ia ingin tahu juga, sehingga ia punbertanya, "Keanehan apaan? Lihat makhluk planet? Lihatpiring terbang?"
"Bukan itu. Aku... aku melihat dunia yang asingbagiku."
Dharma berkerut dahi sambil tetap tersenyummenyepelekan.
"Dunia yang hilang, maksudmu? Semacam Pompei...?Atlantik?!"
"Bukan, bukan...! Aku.... Aku melihat orang-orangpada telanjang dan mereka yang kukenal sudah mati,seakan hidup lagi. Mereka masih mengenali aku. Seperti
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
30/153
misalnya, Triana...! Eh, kamu masih ingat Triana, yangmatinya tabrakan di Puncak?"
Dharma mengangguk. Santai."Nah, aku melihat Triana dalam keadaan telanjang,
tanpa pakaian sedikit pun. Ia tahu-tahu ada di dalammobilku...."
"Terang aja, soalnya dulu elu nafsu sama Triana!"sambil Dharma tertawa. Badri memendam kedongkolan.Ia sedikit membentak.
"Bukan soal itu! Malahan aku melihat tetanggaku yangsebulan yang lalu telah mati. Juga telanjang, menentengrantang susun!"
"Aaaah... sudah, sudah! Jangan ngaco! Yuk, masukaja! Kayaknya sih Abbas juga ada di ruang pameran!Tadi gue lihat dia masuk sama ceweknya. Pakai motor!"
Badri tak punya pilihan lain. Untuk menghilangkankekacauan otaknya, memang lebih baik ia segera masukke ruang pameran. Tapi sebelumnya ada sesuatu yang iakerjakan.
"Gue kunci mobil gue dulu, ah...!"
Sambil mengunci pintu mobil, Badri mengambil
kacamata hitam yang tadi diletakkan di jok sampingkirinya. Kacamata itu dicantelkan di sela kancing bajunyaDi dada. Kemudian ia melangkah menuju ruang pameranbersama Dharma.
"Antik juga kacamata lu!" kata Dharma, memandangpenuh selera.
"Pinjam punya teman kok."
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
31/153
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
32/153
"Elu jangan bercanda kayak gitu, ah! Nggak enak
dong!"
"Sum... sumpah mampus semampus-mampusnyadeh!" Dharma ngotot. Badri segera menarik tanganDharma, mengajak keluar dari ruang pameran. Merekakini ada di tempat sepi, di pojokan.
'Yang bener aja lu ngomong, Ma!"
"Ya, ampun... gue mesti sumpah apaan lagi! Guemelihat elu sendiri telanjang. Gue juga melihat... melihat
Triana berdiri di samping pacarnya Abbas. Juga tanpabusana. Tapi begitu elu jambret kacamata itu, merekajadi berbusana semua. Triana hilang. Dan... wah, guenggak tahu deh! Ada apa dengan kacamata itu, Dri?"
"Kacamata...?!" gumam Badri dengan berkerut dahi,lalu ia memandangi kacamata tersebut. Mengamat amatibeberapa saat dengan perasaan heran dan tak yakin.
Kemudian, Dharma menyuruh Badri memakaikacamata itu, "Coba elu pakai deh...!"
Badri menurut Kacamata dipakai. Dan, ia terperangahseperti Dliarma tadi.
"Ya, ampun., benar, Ma! Elu kelihatan telanjang-!"
Buru buru Badri melepas kacamata hitam kuno itu. laterbengong, mulutnya masih melompong, matanya takberkedip menatap Dharma.
"Benar kan? Pasti kacamata itu bukan sembarangkacamata...!"
Badri masih tidak bisa bilang apa-apa. Justrujantungnya berdebar-debar, batinnya bertanya-tanya.Mengapa Awang melepaskan kacamata ini? Mengapa
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
33/153
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
34/153
Selain meja tulis dan almari buku-buku, ada pula mejalukis berukuran kecil. Badri sering mengerjakan lukisanilustrasinya di meja tersebut. Waktu Awang datang, meja
itu ditutup dengan kain sarung. Awang menganggapBadri bertingkah aneh-aneh saja, dan ia langsung dudukdi kursi setelah melemparkan majalah kepada Badri,yang saat itu masih tiduran di dipannya, malas-malasan.Kemunculan Awang tidak disambut dengan ceria,melainkan dengan sikap ogah-ogahan.
"Gimana, Dri? Elu ketemu sama yang namanya Anjarnggak waktu di pameran kemarin lusa?"
"Ah, nggak tahu! Mungkin cewek yang namanya Anjaritu tukang cuci di warung depan TIM itu. Aku nggaknanyain!"
"Tapi dia cantik?"
"Nggak tahu. Orangnya gemuk, bulat kayak tong,hitam kulitnya, pesek hidungnya dan...."
"Ah, ngaco aja lu! Gue serius nih! Gue butuh ketemuAnjar!"
"Ya cari sendiri dong. Kok jadi aku yang elu kejar-kejar? Memangnya gue kakeknya Anjar?!" Badribersungut-sungut. "Eh, elu mau ngopi nggak?"
Awang menghempaskan napas, rada kesal. "Ngopijuga boleh deh."
Badri keluar, membawa dua gelas kotor yang maudicuci. Awang tertegun beberapa saat. Kegelisahannyamasih tetap membekas di wajah. Ia sendiri, melangkahke jendela yang terbuka lebar, memandang suasana di
belakang rumah kost itu. Kebun pisang. Entah milik
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
35/153
siapa. Pokoknya kurang sedap dipandang mata. Awangjenuh. Kembali ia melangkah ke kursi semula. Lalu,pikirannya iseng. Tangannya membuka sarung yang
dipakai menutup meja lukis. Wusss...!
"Haaah...?!"
Kontan saat itu juga Awang mendelik. Tersentak kagetia melihat lukisan yang ditutup kain sarung itu. Sebuahgambar sketsa wajah seorang gadis cantik terpampangpada selembar karton putih. Wajah cantik itu tak lain
adalah wajah Anjar.Ya. Dewi Anjar Kusuma ada dalam lukisan sketsa hasil
karya Badri. Jantung Awang jadi menyentak-nyentak,seakan ingin menjebol dadanya. Gemetar tangan Awang,karena saat itu darahnya bagai mengalir cepat, naik keubun-ubun.
"Bangsat si Badri ini...!" geramnya. "Pasti dia sudahketemu sama Anjar. Pasti dia ngumpetin si Anjar.Bangsat super itu anak...!" Awang pun berteriak daripintu, "Driii...! Badri...!"
Sebenarnya tanpa dipanggil pun Badri memang sudahselesai dari nyuci gelas. Ia sedang melangkah menujukamarnya. Namun melihat Awang berdiri di pintu dengan
wajah memerah, Badri jadi memperlambat langkahnya.Heran melihat perubahan ekspresi Awang.
"Dri, cepetan... sini!" agak kasar Awang berkatabegitu.
"Ngapain lu? Kesurupan?" Badri kalem.
"Dri, elu pasti udah ketemu sama Anjar! Pasti! Ngaku
aja!"
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
36/153
"Ketemu gundulmu!" sentak Badri sambil cemberut, la
menerobos masuk ke kamar tanpa curiga apa-apa.
"Iya. Pasti elu udah ketemu Anjar, atau... elu memangkenal sama cewek itu!"
"Kok ngotot gitu lu?!" Badri menatap Awang dengandahi berkerut cukup tajam, menampakkan rasajengkelnya.
"Buktinya elu bisa melukis wajahnya!" sambil Awangmenuding ke meja gambar.
Badri bertambah bingung. Sepertinya memang benaibenai bingung, la meletakkan kedua gelas itu di meja,lalu menatap Awang dengan sikap mau protes. TapiAwang sudah lebih dulu bilang, "Elu jangan main-mainsama gue deh! Maunya apa sih elu, Dri?!"
"Eh, yang mestinya tanya begitu bukan kamu tapi aku,
elu maunya apa? Kok tahu-tahu sewot begitu?""Gue mau ketemu sama Anjar! Ngerti? Dan elu tahu di
mana dia, tapi elu nggak mau kasih tahu sama aku!Setan lu!"
"Ya, ampun Wang... gua nggak tahu di mana Anjar?!Gue belum pernah ketemu! Bego!"
"Buktinya elu bisa melukis dia! Nih... nih...!" lukisan itudiketok-ketok pakai telunjuk. Awang menampakkankejengkelannya kepada Badri.
Sambil setengah berpikir bengong, Badri bilang,
"Memangnya cewek dalam lukisan itu bernama Anjar?"
"Alaaah... nggak usah pura-pura bego gitu deh!"
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
37/153
"Sumpah mampus gue nggak tahu kalau tuh cewek
namanya Anjar!"
Kesungguhan wajah Badri membuat Awang menahankeinginan ngototnya. Ia jadi sedikit heran mendengarsumpahnya Badri. Nada suaranya pun mulai menurun.
"Memangya elu nggak tahu kalau nama cewek yangelu lukis ini adalah Dewi Anjar Kusuma?"
Badri menggeleng. Polos. Memang benar-benar tidaktahu. Lalu. ia bilang, "Gue nggak sempat tanya nama tuh
cewek."
"Di mana elu ketemu dia?"
Badri diam sebentar. Ada sesuatu yang sedangdipikirkannya. Setelah itu ia menjawab dengan suarapelan, "Gue ketemu dia di... di depan ruang pameran,kemarin lusa!"
"Nah, terus...? Dia elu ajak kemari kan?"
Badri menggeleng. "Gue cuma mengingat- ingat wajahcantiknya aja. Gue nggak sempat negur dia ataubersapaan sama dia. Gue nggak sempat kenalan."
"Kok elu bisa melukis dia dengan persis begini?"
"Elu kan tahu kalau aku punya otak seperti kamera
foto. Gue ingat-ingat wajah dia, lalu gue tuangkan dalamkertas itu, sebab gue kagum sama wajah yang kayakgitu."
Keduanya akhirnya sama-sama diam. Sama-samamemandangi lukisan tersebut. Wajah mereka tampaksama-sama merasa kagum terhadap kecantikan yang adadi situ. "Ooo... jadi dia namanya Dewi Anjar Kusuma...?"gumam Badri, seakan bicara pada dirinya sendiri.
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
38/153
"Ya cewek ini yang bikin gue penasaran dan
kebingungan!" Awang pun bicara seperti ditujukan untukdirinya sendiri. Pelan dan lesu.
"Pantas kalau kamu tergila-gila sama dia," sambilBadri manggut-manggut. Awang diam, tak berkedipmenatap lukisan itu.
-o0o))((dwkz))((o0o-
Wajar kalau Badri sampai berani sumpah mampussegala, sebab memang dia tidak tahu nama gadis yang
dilukisnya itu. Kebingungan Awang ternyata justrumenolong dia untuk mengetahui nama gadis tersebut.Karena, pada malam itu Badri benar-benar sempatseperti orang bego.
Waktu pulang dari TIM, ia masih bersitegang denganDharma yang ngotot kepingin pinjam kacamata hitam.Badri berusaha menahannya, bahkan sampai terlontarkalimat untuk mengusir Dharma, "Pulang aja lu! Janganganggu aku!"Dharma tidak sakit hati oleh kalimat itu. Iahanya menjadi dongkol karena niatnya tidak diturutiBadri. Bahkan Dharma sempat bilang dengan nada ketus,"Elu sekarang pelit amat sih ama gue? Elu nggak ingatkalau dulu yang minjemin duit buat modal elu beli alat-alat lukis adalah aku! Sampai sekarang elu belum bisa
melunasi duit pinjaman itu, tapi aku toh nggak mintakekurangannya? Sekarang aku cuma mau pinjamkacamata itu aja elu nggak boleh? Apa gitu caranyaorang berteman?"
"Persetan dengan omongan elu deh! Yang penting, elucepetan pergi dari kamar gue. Cepetan pulang ke kost-mu sendiri! Gue kesel lihat tampang elu!"
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
39/153
Akhirnya Dharma benar-benar pergi dengan sebaris
gerutu dan kedongkolan hati. Badri merasa lega, dantidak peduli lagi tentang perasaan Dharma yang kecewa
berat padanya. Yang ada dalam otak Badri adalahkacamata hitam itu. Ia mengamat-amati benda tersebut,entah untuk yang keberapa kalinya. Ia mencobamemeriksa bagian kacanya sambil hati bertanya, adacampuran logam apa sih di kaca ini...?!
Badri akhirnya tertidur. Kacamata hitam jatuh didadanya. Sewaktu ia terbangun, oh... sudah gelap.Jendela belum ditutup. Ia menengok arlojinya, ternyatasudah pukul tujuh malam lewat.
Kacamata disimpan dalam koper, di bawah pakaian.Badri mandi sambil berpikir soal kemisteriusan kacamatatersebut. Malahan selesai mandi, Badri sempat bikin kopidan beli nasi bungkus dulu. Ia ingin menenangkan
pikirannya sebentar, sebelum kembali berkecamuktentang kacamata hitam ajaib itu.
Eh, rupanya Dharma datang lagi tepat selesai Badrimakan. Mulai hati Badri dongkol. Kesal banget dia samaDharma.
"Gini aja deh, Dri," ujar Dharma, ".... Gue punyakacamata rayban asli, bekas kepunyaannya prajurit AU
Amerika. Gue tukar aja deh dengan kacamata hitamkuno itu."
--------
Gak jelas
-------
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
40/153
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
41/153
atas usahanya yang berhasil untuk tidak meminjamkankacamata ajaib itu kepada Dharma.
Sekarang, waktu malam benar-benar sunyi, kacamataitu kembali diamat-amati oleh Badri. Bahkan kacamataitu dipakainya, sambil ia bercermin di depan kaca duduk.Ia tersenyum Sendiri melihat tampangnya di cermindalam mengenakan kacamata itu.
"Kayak dukun pijat...!" ujarnya sendiri sambil tertawageli.
Dan tiba-tiba Badri terkejut, bahkan sampai terlonjakdari tempatnya ketika ia berpaling ke kanan, ke arahpintu, oh... di sana telah berdiri seorang gadis cantikdengan gaun lembut warna pink. Rambutnya teruraiindah, senyumnya begitu memukau jiwa, seakanmembuat jantung Badri terhenti dua-tiga detik.
"Sss.. sii... siapa kamu?!" Badri gemetaran. Gadis ituhanya tersenyum, melangkah santai, kalem, duduk ditepian dipan. Matanya memandang sekeliling, merasaasing dengan suasana kamar Badri yang cenderungberkesan acak-acakan itu.
Tak sadar Badri masih tetap mengenakankacamatanya. Mungkin karena rasa takut, shock dan
terkagum-kagum melihat kecantikan Anjar, hingga dialupa melepas kacamata. Ia hanya memandangi Anjardengan mulut ternganga, bibir gemetaran dan keringatdingin mulai membasah di tubuhnya.
"Kenapa kamar ini nggak kamu rapikan, Badri?"
Oh, dia tahu namaku? Pikir Badri semakin tegang.Lalu, Anjar menarik selimut yang mirip cucian basah itu.
la melipat selimut tersebut, merapikan seprainya,
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
42/153
menggantungkan handuk yang semula ada di tepiankasur. Menata buku-buku yang ada di meja danberserakan sampai ada yang jatuh di lantai.
"Kamar yang berantakan begini akan menimbulkanrasa jenuh pada diri kita," kata Anjar dengan suaranyayang sangat enak didengar.
Enak sekali, sampai-sampai Badri menahan napashanya sengaja agar bisa mendengar suara Anjar tanpagangguan desah napasnya.
Ada tumpahan kopi di meja. Anjar mengambil lap danmembersihkan tumpahan air kopi tersebut. Ada pulapiring kotor bekas makan tadi masih tergeletak di tepianmeja, Anjar segera mengemasi. Membuang bungkusnasi, dan hendak membawa piring itu keluar kamar.
Buru-buru Badri bergerak dan berkata, "Ja... jangan...!Jangan keluar. Hmmm... biar.., biar aku saja yangmenaruh piring kotor itu di luar kamar...!"
Anjar tersenyum. Aduuuh... indahnya. Senyumseseorang yang berkarisma dan penuh kesabaran.Senyum seorang ratu kecantikan yang mahal harganyabagi sebuah iklan. Badri terpaku sejenak sambilmemegangi piring kotor dengan gemetar.
"Kau seorang pelukis, ya?" sambil berkata begitu,mata Anjar memandangi tiga buah lukisan cover yangdipajang Badri pada bagian dinding. depan meja.
Badri hanya pringas-pringis, masih kikuk dan gugup.Anjar tersenyum sambil manggut-manggut, seakanmerasa kagum dengan lukisan Badri, walau berupalukisan sketsa.
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
43/153
"Bagus sekali lukisanmu. Garis-garisnya kuat dan
tegas."
"Hmmm... apakah... apakah kamu juga pelukis?""Bukan," jawab Anjar kalem. "Tapi aku tahu nilai
sebuah lukisan."
"Hmmm ... anu... bagaimana kalau... kalau aku inginmelukis kamu? Apakah kamu bersedia?"
"O, sangat bersedia! Tapi apakah wajahku pantas
dijadikan sebuah lukisan?""Sangat, sangat pantas!"jawab Badri dengan
bersemangat.
Anjar hanya menyunggingkan senyum. Manis sekali.Mendebarkan hati,siapa pun yang memandangnya.
Badri segera menyiapkan kertas lukis, la melukis
dengan menggunakan potlot hitam. la melukis denganterburu-buru. Gerakan tangannya walau masih gemetartapi cepat. Karena semangatnya, Badri sampai lupamelepas kacamata pada waktu melukis Anjar. Dananehnya, ia bisa melukis dengan gerakan cepat, seakantanpa dipikir dan ditimbang-timbang lagi ke mana iaharus menarik garis atau mencoretkan pensilnya.
Sangat singkat Badri mengerjakan lukisan tersebut.Napasnya sampai terengah-engah. Keringatnyamengucur membasahi badan. Ketika Anjarmemeriksanya, gadis itu tersenyum puas dan berkata,
"Bagus sekali. Tapi sebenarnya kau bisa melukiskulebih bagus lagi."
"Maksudmu..,?"
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
44/153
Anjar membuka sedikit gaunnya, belahan dadanya
ditampakkan, kulit pundaknya diperlihatkan, dan iaberpose sambil duduk di tepian dipan. Agak miring, dan
tetap menyunggingkan senyum.
"Nah, lukislah aku dalam keadaan, seperti ini.... ''
Oh...? Merangsang sekali posenya. Jantung Badriberdebur-debur. Darahnya bagai mendidih. Dalamdadanya ada yang bergejolak kuat; Desir-desir birahi punmenjalar di sekujur tuj buh. Sungguh tak kuat Badri
memandang gaya Anjar seperti itu.-o0o))((dw))((o0o-
"Hmmm... maaf... aku... aku kencing dulu. ya...?"
Badri bergegas keluar dari kamar. Ia berlari menujukamar mandi. Hampir saja ia lupa, melepaskacamatanya. Maka, ia pun segera melepas kacamata
itu. Setelah buang air beberapa saat di kamar mandi,setelah menenangkan napasnya yang terengah-engah,Badri pun kembali ke kamar.
"Lho...?!" ia terbengong. Anjar sudah tak ada. Iabingung mencarinya sampai ke luar pekarangan. Sampaike ujung pertigaan jalan, la bertanya kepada tukangrokok vang ada di situ.
"Abang melihat seorang gadis pakai gaun pink danrambutnya panjang, nggak;?"
Pedagang rukuk itu menggeleng, "Nggak tuh...!"
Kecewa hati Badri. Termenunglah ia. Kemudian,teringat ia akan kacamata hitapmy.a? Dipandangikacamata itu, lalu ditemukanlah,sebuah kesimpulan yang
mengatakan, kacamata inilah yang bisa dipakai melihat
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
45/153
gadis itu...! Badri mencoba mengenakan kacamatatersebut. Ia memandang sekeliling kamar. Lalu,napasnya tersentak berhenti sejenak, karena pandangan
matanya menemukan sosok gadis cantik yang berbaringdi ranjangnya. Tidur dengan kedua tangan bersedekap didada. Matanya terpejam, menampakkan kelentikanbulunya. Badri hanya bisa memandangi dengan perasaankagum yang luar biasa. Tak berani ia menyentuh gadisitu.
Rahasia tersebut yang disembunyikan Badri. Dharmatidak diberi tahu, bahkan kepada Awang pun ia punyacerita sendiri tentang gadis dalam lukisannya. It ulahsebabnya Awang masih belum tahu keistimewaan darikacamata tersebut. Namun, waktu ia pulang dari rumahBadri untuk yang kedua kalinya, ia sempat bertemuDharma di perjalanan. Ini itu terjadi di luar kesengajaan.Dan dalam kesempatan itu, Dharma sempat bilang, "Dari
mana kamu, Wang? Dari rumah Badri, ya?"
"Ya," jawab Awang singkat.
"Jangan berteman lagi sama Badri deh! Dia sudah gilatuh!"
"Gila gimana?"
"Dia sudah nggak bisa diajak berteman lagi. Yah...sejak dia punya kacamata setan, dia jadi kayak oranggila."
"Kacamata setan...?!" Awang berkerut dahi. Sempatlupa bahwa ia pernah meminjamkan kacamata kepadaBadri.
Dharma buka kartu, "Badri punya kacamata kuno.
Kacamata itu bisa dipakai untuk melihat suatu keajaiban.
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
46/153
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
47/153
kacamata itu bisa dipakai untuk melihat ketelanjangansetiap orang, maka pantaslah kalau Kek Sumo semasahidupnya suka mengenakan kacamata itu sambil jalan-
jalan. Dan...o, ya... Badri bisa melukis wajah Anjar. Pastigara-gara ia memakai kacamata itu, lalu ia bisa melihatAnjar. Buktinya, waktu aku memakai kacamata itu, akujuga melihat Anjar. Lalu... siapakah Anjar sebenarnya?Mengapa ia hanya bisa dilihat dengan menggunakankacamata itu saja?"
Kedatangan Awang kali ini bukan untuk menanyakantentang di mana rumah Anjar, melainkan untuk memintakembali kacamata hitam tersebut. Namun, rupanya Badrisudah mempunyai konsep sendiri untuk menghadapi haldemikian.
"Wah, sorry berat deh, Wang.... Kacamata itu hilangwaktu aku menambalkan ban mobil. Mungkin jatuh pada
saat kukantongi di saku celana samping ini...!""Aduuuuh... kamu gimana sih? Masa' nggak ada
tanggung jawabnya sedikit pun. Kacamata itu kanpinjaman dari aku, masa' sampai hilang sih? Gimanakalau gini?"
"Hmmm... kuganti dengan kacamata lain aja, ya?"
"Nggak bisa! Aku tetap minta kacamata yang itu!" kataAwang tegas. Ia mulai curiga dengan tipu daya Badri."Pokoknya bisa nggak bisa, gue minta kacamata itu elupulangin!" Awang makin kasar bicaranya.
"Kalau hilang mau diapain lagi?!" Badri ngotot.
Awang pun ikut ngotot, "Gue nggak mau tahu!Pokoknya harus dipulangin kacamata itu!"
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
48/153
"Gue sih mau-mau iya mulanginnya, cuma kalau udah
hilang gimana? Udah gue cari ke bengkel itu, tapi nggakada. Mungkin udah ditemukan oleh orang lain!"
Awang seperti nyaris kehilangan kesabarannya. Iaberkata dengan nada rendah, namun bersifatmengancam, "Dengerin, Dri... gue nggak mikir lagi siapaelu, pokoknya kalau kacamata itu hilang, gue minta gantinyawa elu! Ngerti?!"
"Terserah apa mau lu deh...!" Badri membiarkan
Awang pergi dengan memendam kemarahan danancaman. Badri tidak takut kepada Awang. Badannyasama-sama berotot, sama-sama kekar, malah Badrisedikit lebih tinggi dari Awang. Bagaimanapun juga, apapun juga ancaman Awang, Badri tetap berkeras hatiuntuk mengatakan demikian.
Kacamata itu tidak hilang. Sebenarnya ada di bawah
pakaian di dalam koper. Tapi Badri tetapmempertahankan agar kacamata itu jangan sampai jatuhke tangan orang lain..
Kenapa begitu?
Karena Badri pun mulai bisa menyimpulkan, bahwakacamata itulah yang bisa membawanya bertemu
dengan Anjar. Tanpa kacamata itu, Badri yakin tidakakan bisa melihat kecantikan Anjar yang Lelah berhasilmemikat hatinya.
Terus terang saja, sejak pertemuannya dengan Anjaryang kedua, Badri sudah jatuh cinta. Kecantikan Anjartelah membuat imajinasi Badri melambung tinggi.Kemulusan tubuh, ke-sexyannya, telah membuat Badri
punya bunga-bunga rindu yang indah.
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
49/153
Badri sering merasa rindu kepada Anjar. Badri sermg
kangen dengan canda dan tawanya Anjar. Karenapertemuannya dengan Anjar yang ketiga kalinya
membuat Badri merasa hidup berlimpah kebahagiaandan kedamaian.
Namun Badri tetap belum berani menyentuh Anjar.Setiap kali Anjar muncul, ia hanya mau memandangikeelokan tubuh wanita itu. Bahkan pernah Anjar berkata,
"Dekaplah aku. Peluklah. Untuk apa kau
memandangiku dan memujiku kalau kau tak maumemelukku?"
Apa yang membuat Badri tidak mau menyentuh Anjarsekalipun gaun sudah disingkapkan dan mata sudahdisayukan? Bukan karena Badri kehilangan kejantanan,melainkan karena Badri tahu siapa Dewi Anjar Kusumaitu.
Dalam pertemuannya yang kedua, terjadi percakapanyang cukup serius antara Badri dengan Anjar.
"Siapa dirimu sebenarnya?"
"Aku Ratu Peri. Aku hanya bisa kau lihat denganmenggunakan kaca di matamu itu."
"Ratu... peri...?!" Badri merinding saat itu, jantungnyamenghentak-hentak. Ia gemetar walaupun ia berusahauntuk bersikap tenang. Namun dalam hatinya, Badrisempat berkata, wah, bisa mati gue kalau terlalu dekatsama dia....
Apalagi, sewaktu Anjar menyentuh dagu Badri danminta dicium, sentuhan itu terasa membuat darah Badri
mendidih. Sorot pandangan mata Anjar bagai menusuk
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
50/153
kedalaman hati Badri yang paling dalam, sehingga Badrimerasa seperti nyaris kehilangan nyawanya. Aneh.
Itulah sebabnya ketika Anjar minta dipeluk, Badrihanya menggeleng dan berkata, 'Ak... aku... aku belumsiap... "
Dewi Anjar berkata dengan nada kecewa. "Tiga kalikita sudah bertemu, tapi kau tidak mau mencumbuku.Untuk yang keempat kalinya, aku tak mau bersabar hatilagi, Badri. Kau... harus...."
Karena takut melihat mata indah itu samar-samarberubah menjadi merah, maka Badri pun segera melepaskacamatanya. Plas...! Perempuan cantik itu lenyapseketika. Badri tidak melihat wajah cantik itu, juga tidakmendengar suaranya. Badri hanya mendengar napasnyayang terengah-engah dicekam perasaan ngeri.
Apa maksudnya 'aku tak mau bersabar hati lagi' itu...?Pikir Badri. Oh, bagaimana ini? Sepertinya dia punyaancaman pada pertemuan yang keempat nanti. Wah,gawat! Jangan-jangan dia tega membunuhku?
Memang membingungkan buat Badri. Ia inginbertemu, ingin tetap bisa melihat Anjar, tapi ia takutdiajak bercinta. Ia takut ada risiko yang membawa maut.
Padahal rindunya bukan hanya sekadar rindu sebuahkekaguman saja sekarang, melainkan rindunya hati yangmenuntut ketenangan jiwa.
-o0o))((dw))((o0o-
Awang benar-benar habis kesabarannya, karenahatinya sendiri menuntut harus bertemu dengan Anjar.Ia mengeluarkan pisau berburu dari dalam laci almarinya.
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
51/153
"Gue mampusin tuh anak kalau nggak mau mulangin
kacamata sekarang juga...!" geramnya tanpa pikirpanjang lagi.
Awang sengaja ingin menemui Badri malam hari. Saatitu sudah pukul tujuh lewat dua puluh empat menit.Awang bersiap meluncur ke rumah kostnya Badri. Pisauberburu yang punya gerigi di bagian ujungnya itudiselipkan di balik jaket kulitnya. Sarung tangan karetjuga disiapkan.
Gue tikam dia sampai mati, lalu gue acak-acakkamarnya sampai gue temuin kacamata itu...! Pikirnyapenuh emosi.
Namun baru saja ia keluar dari kamarnya, tiba-tiba beltamu berbunyi. Oh, ternyata Badri yang datang. Awangbersikap tenang. Untuk sementara ia harus bisamenutupi emosinya, memendam niat untuk membunuh
Badri.
"Mana kacamataku?" tagih Awang dengan suara datar.
Namun Badri tak langsung menjawab. Badri duduk diteras dengan napas terengah-engah. Ia sedangmengendalikan napasnya itu. Matanya menatap Awangdengan tajam, sepertinya ia juga menyimpan dendam
buat Awang."Mana kacamata itu!" sentak, Awang.
"Elu takut dituduh sudah nuduh lebih dulu, ya?"
Awang berkerut dahi, kurang paham dengan maksudBadri.
"Ah, jangan berlagak ngaco omongan lu! Mana?!"
tangan Awang diacungkan ke depan, meminta kacamata.
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
52/153
Badri sendiri rupanya berusaha keras menahan
kemarahannya la berkata dengan suara sedikit gemetardan menggeram jengkel, "Mau main licik lu ya? Pura-
pura minta kacamata padahal kamu telah mencurinyasendiri dari kamarku?!"
"Udah deh, jangan macam-macam," Awang mendekat,makin geram. "Pulangin kacamata gue atau elu tebuspakai nyawa elu?!"
"Elu ngaku aja terus terang, bahwa elu yang nyuri
kacamata itu, kan? Elu berlagak begini biar gue nggaknuduh elu, kan?"
"Nyuri...?!" Awang makin tajam berkerut dahinya.
"Ngaku ajalah! Nggak usah berlagak minta kacamata!"
"Nyuri pala elu?!" bentak Awang. "Gue baru mauberangkat ke rumah elu dan mau bunuh elu kalau nggak
mau nyerahin kacamata itu! Kok malah dituduh nyurikacamata!"
"Habis, siapa dong yang masuk ke kamarku dan nyurikacamata itu? Siapa dong yang ngobrak-abrik kamar guedengan cara mencongkel jendela kamar?!"
Ya. Kamar Badri memang diacak-acak oleh pencuri.Maling itu masuk lewat jendela. Kamar Badri disatronipencuri pada siang hari, ketika Badri ada urusan sebentardi kampusnya. Waktu ia pulang dari kampus, ia melihatkamarnya sudah seperti kandang kambing. Berantakansemua. Dan sialnya lagi... kacamata itu hilang dari koper.
Hanya ada dua orang yang dicurigai Badri, kalaubukan Awang, pasti Dharma. Karena hanya dua orang ini
yang menghendaki kacamata tersebut sampai ngotot-
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
53/153
ngotot segala. Makanya Badri langsung menuju ke rumahAwang dengan kemarahan yang hampir meluap ituditahannya mati-matian.
Setelah tahu bahwa Awang tidak mencuri kacamatatersebut, maka kecurigaan Badri beralih kepada Dharma.Ia menemui Dharma. Dan Awang ikut juga. Sebab iamerasa berhak merebut kacamata tersebut dari tangansiapa pun juga orangnya.
"Kalau Dharma nanti nggak mau ngaku, biar aku yang
tusuk dia!" kata Awang dalam perjalanan ke tempat,kostnya Dharma. Badri bilang. Jangan dulu. Ntar kalaudia mati, kita nggak bisa tahu di mana dia simpan barangitu. Lebih baik kita siksa dulu anak itu!"
Kecurigaan yang sama. fokus pikiran yang searahkepada Dharma. membuat Awang dan Badri jadiberteman kembali. Berteman untuk berusaha merebut
kacamata itu dari tangan Dharma. Saat itu, Badri punsempat mengakui kebohongannya dan menceritakanpertemuannya dengan Anjar. Badri juga sempat bilangkepada Awang bahwa Anjar itu Ratu Peri.
"Gue nggak peduli dia Ratu Peri atau Ratu Kidul, yangjelas gue suka sama dia. Gue kangen sama dia. Guejatuh cinta banget sama dia. Dan... gue harus dapatkan
kembali kacamata itu!" kata Awang terang-terangan.
Maka, ketika sampai di rumah Dharma, Awang majulebih dulu Dengan kasar ia mencengkeram baju Dharmadan berkata. "Pulangin kacamata itu! cepetan!" sontakAwang. Matanya mendelik.
Dharma sedikit gugup.
"Apa... apa-apaan ini...?!"
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
54/153
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
55/153
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
56/153
Badri mau ikut-ikutan nyerang Dharma, tapi dihalangi
oleh dua orang berbadan gemuk. Para penghuni kost ituakhirnya berhasil meredakan perkelahian, membujuk
mereka untuk saling bicara secara baik-baik.
Pada dasarnya, Dharma tetap ngotot dan membantahsemua tuduhan Badri dan Awang, karena dia merasatidak mencuri kacamata tersebut. Ia bahkan bisa berbalikkata, "Apa benar kacamata itu hilang? Apakah Badringgak bisa ngacak-ngacak kamarnya sendiri dan pura-pura nuduh kamu yang mencurinya, padahal kacamataitu sudah diumpetin sama dia di tempat lain? Kau bisasaja dia berlagak kemalingan?!"
Kini jadi Awang yang menatap Badri penuh curiga.Badri kebingungan mencari bantahan. Ia tampak sedikitgugup.
Usut punya usut, korek punya korek, akhirnya mereka
sependapat bahwa di antara mereka bertiga tidak adayang menyembunyikan kacamata misterius itu.Ketiganya, sama-sama meyakinkan diri sampai sumpahapa saja.
"Jika bukan kita yang memiliki kacamata itu, lantassiapa?" kata Badri. "Siapa yang mencuri kacamata itu?Siapa yang masuk melalui jendela kamarku? Siapa yang
tahu kalau aku menyimpan kacamata ajaib itu?!"
"Yang tahu sih banyak!" celetuk Dharma.
"Banyak...?!" Awang berkerut dahi.
"Ya," jawab Dharma tegas. "Soalnya aku ceritakankepada siapa saja yang kutemui tentang kacamatamisterius itu. Termasuk sama teman-teman kost di sini
pun aku ceritakan semuanya!"
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
57/153
"Dasar mulut babi!" gerutu Awang sambil
menghempaskan napas.
Siangnya, mereka bertiga sama-sama menyelidikisiapa pencuri kacamata hitam model kuno. Merekadatang ke kamarnya Badri. Mereka meneliti jendela danbekas congkelannya.
"Jendela ini memang menghadap ke kebun pisang.Berarti pencurinya melewati kebun pisang itu sebelummencongkel jendela kamarmu," kata Awang. Badri hanya
menggumam, membenarkan.Dharma bertanya kepada Badri, "Tanah milik siapa
kebun pisang ini, Dri?"
"Milik Haji Syukur. Dia yang punya kost-kost-an ini."
"Berarti pencurinya masuk lewat samping rumah HajiSyukur. Soalnya nggak ada jalan lain menuju ke jendela
kamarmu kalau nggak lewat samping rumah Haji Syukur,dan itu berarti dia masuk lewat halaman depan rumahHaji Syukur!" ujar Awang.
"Ya. Pasti pencuri itu lewat pintu pagar rumahtersebut
"Kalau begitu, kita tanyakan dan selidiki keluarga HajiSyukur!"
"Percuma!" jawab Badri. "Sebab rumah itu hanyadihuni Haji Syukur dan istrinya. Kedua orang itu sudahberusia enam puluh tahun lebih!"
"Kalau gitu, siapa dong pencurinya?!" tanya Awang.Kesal hatinya.
-o0o))((dw))((o0o-
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
58/153
5Tombak rindu menikam hati Badri. Sakit dan
menjengkelkan sekali. Hasrat ingin ketemu Anjar sepertiracun yang mengganas di hati maupun di otak Badri. Duamalam ini ia tak bisa tidur. Benar-benar tak bisa tidur.
"Gue potong kedua tangan pencuri itu pakai mandauini kalau kutangkap...! Bener deh, gue potong-potong
jadi tiga belas potong!" geram Badri sendirian di dalamkamarnya, la memandang arah kebun pisang melaluijendela yang dibuka lebar-lebar.
Renungannya melantur terus, sampai akhirnya iamenemukan sebuah gagasan, pergi ke dukun ajaenaknya, ya?
Ya. Pergi ke dukun. Tanya siapa pencurinya dan dimana tinggalnya. Ini suatu usaha yang punyakemungkinan cukup besar untuk mendapatkan kembalikacamata kuno itu.
Ah, sayang sekali gue nggak tahu dukun mana yangbisa mencari maling. Eh, tapi... ooo, ya, ya... gue ingat,Ode pernah cerita tentang seorang dukun yang bisa
menunjukkan di mana letak barang yang telah hilang dansiapa pencurinya. Ya. Ode tahu alamat dukun itu!
Bergegaslah Badri ke kamar sebelah. Ode tinggal dikamar itu bersama Yono. Namun waktu Badri ke kamarsebelah, ia hanya bertemu dengan Yono.
"Yon, mana Ode...?"
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
59/153
"Lho, kan udah pindah," jawab Yono, berhenti
membaca buku.
"Pindah?! Kapan dia pindah sih?""Hmmm... yah, udah dua hari yang lalu kalau nggak
salah. Soalnya waktu itu gue masih di Sukabumi sih.Nggak tahu pindahnya."
"Ooo...," Badri sedikit kecewa. "Ke mana pindahnya,Yon?"
"Nggak tahu! Dia sendiri sebelumnya nggak pernahpunya rencana pindah kok. Maksudnya, nggak pernahngomong sama aku kalau kepingin pindah di tempatlain."
"Hmmm...," Badri manggut-manggut, makin jelaskekecewaannya.
"Memangnya kenapa sih? Ada perlu apa?"
"Gue mau minta bantuan dia ke rumah dukun yangbisa mencarikan pencuri dengan kekuatanparanormalnya. Seingatku Ode tahu rumah dukun itu."
"Maksudmu, buat nyariin kacamatamu yang hilang itu?Uuuh... kacamata hilang aja sampai didukuni! Kayaknggak ada kacamata lain aja?! Beli lagi dong. Di toko
juga banyak kan?!"Badri hanya tersenyum, rada sebel dengar ucapan
Yono itu. la tidak memberi komentar apa-apa, langsungkembali ke kamarnya. Ia berbaring sambil matanyaberkedap-kedip memandangi enternit kamar. Melamun iadi situ. Terbayang ia wajah Anjar yang menggemaskanhati dan mencekam jiwa.
-o0o))((dw))((o0o-
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
60/153
Sebenarnya Awang malas datang ke kampus. Malas
sekali. Ia tidak punya gairah untuk berpikir masalahorganisasi kemahasiswaan. Benaknya sudah dikuasaioleh hilangnya kacamat a yang rindu untuk dimilikikembali. Sayang sekali, hari itu ada rapat yang harusdihadiri, sehingga Awang pun memaksakan diri untukdatang ke kampus. Walaupun toh sampai di sana ia lebihbanyak bengong daripada bicara dengan siapa saja atautentang apa saja. la lebih banyak melamun ketimbangmenjawab pertanyaan beberapa temannya.
Seorang gadis berwajah mungil, hidungnya kecil tapimancung, bibirnya kecil tapi indah, mendekati Awangdengan sikap tenang. Gadis itu adalah Resti, mahasiswiteknik sipil yang punya nilai kecantikan tersembunyi dibalik kesederhanaan. Ia sudah biasa bercanda dengan
Awang, karena waktu acara perpeloncoan tahun lalu.mereka berdualah yang dikenal sebagai sepasang seniorkiller.
Resti menyentil kuping Awang dari belakang. Plik...!Awang terlonjak kaget. Lamunannya buyar, emosinyasempat naik. Resti tertawa. Awang jadi menghempaskannapas, tak jadi marah, namun tetap saja menggerutu
sambil bersungut-sungut."Usil aja lu! Entar gue sentil biji mata lu baru tahu
rasa!"
"Uuuh... digituin aja sewot! Darah tinggimu lagi naik,ya?"
"Iya. Naik sampai ke tiang listrik!" jawab Awang
seenaknya.
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
61/153
Resti tertawa pendek. Matanya yang bundar tapi
berukuran kecil, seperti mata boneka itu, melirik Awangsambil menyunggingkan senyum yang manis.
"Kenapa kamu? Lagi kasmaran sama cewek, ya?Cewek mana?"
"Cewek Bosnia!" jawab Awang seenaknya lagi. Ia inginmenunjukkan bahwa dirinya sedang malas diajakbercanda, balikan tak berselera untuk diajak bicara. TapiResti tetap nekat menggoda Awang, bahkan mencoba
memaksa Awang agar mau menanggapi omongannya.Resti bilang, "Kau kehilangan sesuatu, Wang?"
Pancingan Resti mengenai sasaran. Awangmengangkat wajahnya, menatap Resti buru-buru. Initandanya Awang mulai tertarik dengan pembicaraanResti.
Gadis berambut pendek sebatas pundak, namun lurusdan indah itu hanya tersenyum dengan pandangan matatak lepas menatap sorot mata Awang. Seolah-olahpandangan mata itu punya arti, punya bahasa tersendiri,sehingga Awangjadi bertanya, "Dari mana kau tahubahwa aku sedang kehilangan sesuatu?"
"Dari wajahmu!" jawab Resti ganti seenaknya saja
menjawab.
Sadar kalau bakalan dipermainkan oleh jawaban Resti,Awang pun segera menghela napas panjang danmengalihkan pandangan matanya. Saat itu Resti segeraberkata, "Sesuatu yang sangat berharga telah hilangdarimu, dan kamu sangat menyesali hal itu. Kamukecewa berat. Padahal seharusnya tidak begitu."
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
62/153
Kembali Awang berpaling menatap Resti,
"Tidak begitu bagaimana? Apakah kau tahu persis apa
yang telah hilang dariku?""Bisa tahu, bisa juga nggak. Tapi menyesali sesuatu
yang telah bilang adalah pekerjaan yang sia-sia. Kau bisacari penggantinya dengan cara bagaimanapun. Nggakperlu jadi lesu dan sedih begini. Bodoh itu namanya."
"Aku nggak ngerti maksudmu."
"Misalnya, kamu kehilangan cewek. Kamu nggak perlulesu dan sedih. Kamu bisa cari cewek lain dengan carabagaimanapun juga. Contohnya aku, sejak kuputuskanhubunganku dengan Donni yang memang berkaraktermata keranjang itu, aku nggak sedih, nggak lesu, dantetap bergairah dalam hidup. Soalnya aku yakin, di duniaini bukan cuma Donni cowok yang bisa kudekati."
Awang mencoba tersenyum tipis. Ada dua artisenyuman itu. Pertama, ia merasa lega karena semulamenyangka Resti tahu bahwa yang hilang itu adalahkacamata, dan ternyata Resti menduga yang hilangadalah seorang cewek. Kedua, Awang jadi geli sendirikarena dengan memberikan contoh tentang dirinya, Restiberarti mengumumkan bahwa ia telah putus dengan
Donni dan punya minat untuk mendekati cowok lain.Barangkali juga Awang adalah sasarannya.
"Jangan salah arti dulu," kata Resti, seakan mengertiapa isi hati Awang. "Aku hanya memberikan contohsederhana yang barangkali bisa kamu jadikan bahanpertimbangan. Paling tidak kamu akan punva ide tentangapa yang harus kamu lakukan di hari-hari berikutnya."
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
63/153
Awang ketawa pendek. "Elu kalau ngomong kayak
calon mertua gue aja!"
Resti tersenyum hambar. "Bersemangatlah, Awang.Kuperhatikan sejak kau datang tadi, nggak ada semangatsedikit pun pada dirimu. Ini bahaya. Kamu bisa dikecamdan dilecehkan teman-teman."
"Nah, kalau gini elu ngomongnya kayak calon istri gueaja!" canda Awang, meremehkan.
Resti beranjak pergi sambil bilang, "Bukan aku calon
istrimu. Mungkin Dewi...!"
Tersentak hati Awang mendengar nama Dewi. Ia inginmenahan kepergian Resti, tapi tak mampu meraihtangannya. Ia ingin mengatakan sesuatu, namun takmampu lidahnya bergerak. Kurang dari sedetik lamanyaia terpaku bagai patung. Waktu ia menghempaskannapas, Resti sudah ada di pojok ruangan. Bicara denganLukman.
"Dewi...?!" gumam Awang. "Apakah yang dia maksudadalah Dewi Anjar Kusuma? Oh, dari mana dia tahunama itu? Dari mana dia tahu kalau aku kasmaran samaDewi Anjar Kusuma?"
Farok datang menepuk punggung Awang pakai buku.
Plok...! Sekali lagi Awang terlonjak karena keusilanteman. Karo k tertawa pendek dan berbisik, "Kemarinada yang titip salam buat kamu!"
"Siapa?"
"Dewi...!"
Nah, lu! Kaget lagi Awang. Matanya cepat menatap
Farok dengan dahi berkerut.
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
64/153
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
65/153
Farok memesan minuman, Awang juga menyebutkan
minuman dan makanan yang ia inginkan kepada pelayankantin. Setelah itu, Awang kembali bicara kepada Farok
dengan agak serius.
"Isu peri cantik? Gimana tuh...?"
Farok yang keturunan Arab, kulitnya hitam dan banyakbulunya, sempat garuk-garuk cambangnya sebentar,kamudian ia berkata, "Ada anak kost di tempat gue bikinsensasi. Dia ngaku habis ketemu peri cantik dan sexy.
Dia girang banget. Saking girangnya sampai kayak anaksinting. Ngakunya sih peri cantik itu muncul di kamarnyapada malam hari dan ngajak dia bercumbu, cuma diamasih takut. Takut tapi ngebet!"
Awang tertawa kecil, setengah meremehkan ceritayang dianggap murahan itu. Pelayan datangmembawakan pesanan, mereka masih terus bicara. Farok
bilang, "Si Teddy itulah yang menyebarkan isu pericantik, sampai dosen kita ada yang tertarik untukmendengarkan cerita tersebut."
Makin geli Awang mendengarnya. "Sensasi memangmudah membuat masyarakat pasif menjadi aktif."
"Tapi kalau dipikir-pikir, sebenarnya cerita itu bukan
semata mata sebuah sensasi atau isu saja kok.""Dari mana kamu bisa menyimpulkan begitu?"
"Soalnya begini," Farok bersemangat, "Waktu akumasuk ke kamar anak itu, maklum dia kan anak baru disitu, aku masuk main selonongboy aja. Dia nggak beraninegur aku. Dan... aku mencium bau aroma wangi yangenak. Lembut sekali. Kayaknya bau wangi itu punya
pengaruh magis, dapat membuat kita terlena."
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
66/153
"Bisa aja tuh anak numpahin parfum di kasurnya."
"Lain deh. Bener. Bau wangi itu kayaknya nggak ada
pada parfum mana pun juga. Pokoknya... yah, sulitdigambarkan baunya. Dibilang kayak melati ya bukan,kayak cendana ya mirip-mirip sedikit, kayak bau mawaryaaaah... kayaknya bukan bau mawar. Sulit dehpokoknya."
Farok nyedot minumannya lewat pipa plastik yangdisebut sedotan. Awang ikut-ikutan. Setelah itu Farok
bilang, "Itu anak ngakunya habis semadi di kamarnya,lalu ia berhasil bertemu dengan peri cantik. Kata dia, periitu ngaku bernama Dewi Anjar Kusuma...."
"Hahhhh...?!" Awang terpekik. Cukup keras suaranya,sampai Teddy dan teman-temannya berpaling menatapke arah Farok. Pelayan dan beberapa orang yang ada disitu pun memperhatikan Awang. Mata Awang mendelik.
Darahnya berdesir dari bawah ke atas, membuatwajahnya jadi merah, lalu pucat bagai kehilangan darah.
Tentu saja hal itu membuat Farok terheran-heran.
"Elu ngapain sih? Kok kayak beruk jatuh dari pohonkelapa?" kata Farok.
"Ikut aku sebentar!" Awang menarik tangan Farok.
"Hei, apa-apaan ini...?!"
"Pokoknya ikut aku sebentar. Kita bicara di bawahpohon, di belakang kantin itu. Yuk... cepat...!"
Makin terheran-heran Farok dengan tingkah lakuAwang. Timbul rasa penasaran di hatinya, sehingga iapun menuruti keinginan Awang. Mereka berdiri di bawah
pohon yang cukup rindang, di belakang kantin. Tapi tidak
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
67/153
persis di belakangnya. Dari bawah pohon itu merekamasih bisa melihat pemandangan di arena parkir, jugajalanan besar depan kampus.
"Rok, aku minta elu ngomong yang sebenarnyatentang anak itu!"
"Lho, aku kan udah ngomong yang sebenarnya?Gimana sih kamu ini?"
Napas Awang tadi terengah-engah, sekarang berusahaditenangkan sedikit. Farok memandangi Awang dengan
dahi berkerut tajam.
"Anak itu benar-benar bilang kalau nama peri ituadalah Dewi Anjar Kusuma?"
"Iya! Dia selalu menyebut-nyebutkan nama itu,sehingga kami, para penghuni kost, tahu semua dan jadihafal dengan nama itu!"
"Siapa sih anak itu?"
"Dia anak baru, sudah kubilang tadi kan? Nah, diapunya nama panggilan Ode...."
"Ode...?!" Awang makin berkerut dahi, berpikirsejenak, karena sepertinya dia pernah mendengar namaitu.
"Gini aja deh," kata Farok. Tapi belum habis ia bicara,Awang sudah menyahut nya, "Eh, Rok... kamu tahu,anak itu adalah anak yang sedang kucari-cari! Pasti diayang mencuri kacamata hitam milik kakekku itu! pasti diabisa bertemu dengan peri cantik lewat kacamata itu...."
"Kacamata...?!" gumam Farok semakin heran.
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
68/153
Tanpa perhitungan panjang-lebar, Awang pun
menceritakan kemisteriusan dan keistimewaan kacamatahitam itu. Farok jadi semakin terbengong-bengong
mendengarnya. Sampai akhirnya Awang bilang kepadaFarok, "Kalau semua informasimu itu benar, sekarangtolong antarkan aku ke tempat kostmu! Temukan akudengan Ode. Kalau perlu kubunuh anak itu jika dia nggakmau menyerahkan kacamata itu."
"Bunuh?!" gumam Farok dengan dahi tetap berkerut.Ia menatap Awang dalam kebimbangan hati, "Kausampai mau membunuhnya demi mendapatkankacamata itu? Apa nggak salah?!"
"Persetan, salah atau nggak, pokoknya kalau dianggak mau menyerahkan kacamata itu, aku akanmembunuhnya dan merebut kacamatanya! Yuk, antarkanaku ke sana...!"
Farok dapat menilai keseriusan Awang. Farok tahu,Awang tidak main-main dan benar-benar bernafsu untukmendapatkan kacamata itu. Jelas emosi kemarahanAwang akan timbul jika Farok tidak mau menunjukkan dimana kamar kostnya Ode. Jelas ia akan ribut samaAwang kalau ia berkeras untuk tidak mau diajakmeninggalkan kampus secepatnya.
Daripada ribut, Farok pun menuruti kemau- an Awang.Mereka meluncur ke tempat kost Farok. Cuma sayang,setelah mereka sampai sana, ternyata kamar Odedikunci. Ode pergi.
"Dobrak saja pintu ini...."
"Husy, jangan! Nanti kamu bisa dituntut sama pemilik
kost!" jawab Farok.
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
69/153
Dada Awang seakan bergerak-gerak ingin meledak
membendung kemarahannya. Karena ia yakin betulbahwa memang Ode itulah orang yang mencuri
kacamata dari kamar Badri. Awang punya dugaan yangsembilan puluh persen benar. Ode keluar dari kamarnyalewat jendela kamarnya sendiri, lalu mencongkel jendelakamar Badri dari kebun pisang milik Haji Syukur. Itumudah dilakukan Ode, sebab jendela kamar Ode danjendela kamar Badri sama-sama menghadap ke kebunpisang.
Lalu, dari mana Ode tahu tentang keistimewaankacamata itu? Bisa saja dari mulut Badri sendiri, ataumungkin dari mulut Dharma. Sebab Ode pernah jaditemannya Dharma.
Awang segera menemui Dharma. Ia pergi tanpa Farok.Ia hanya berpesan kepada Farok agar nanti jika Ode
pulang, Farok diminta untuk menahan Ode agar anak itutidak pergi ke mana-mana.
"Aku akan datang lagi nanti sore!" kata Awang.
Di tempat Dharma, Awang mendesak agar Dharmamengaku kepada siapa saja ia menceritakan tentangkacamata itu. Lalu, Dharma pun menceritakan apaadanya.
"Kepada Ode juga kamu ceritakan hal itu?"
"Ya. Dan dia sangat terkagum-kagum," jawabDharma.
Jelas sudah. Modus operandi pencurian Ode sudahdiketahui oleh otak Awang. Cuma masalahnya, itu anaksekarang ada di mana? Sampai malam hari ditunggui
Awang, ternyata belum pulang-pulang juga.
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
70/153
"Sudah pukul dua belas, Rok... kayaknya dia nggak
bakalan pulang," kata Awang. "Sebaiknya aku pulang ajadeh. Besok pagi aku ke sini lagi. Cuma, tolong simpan
baik-baik cerita rahasia kacamata itu, ya? Biar nggak adayang memburunya!"
"Sip...!" Farok mengacungkan jempolnya.
Awang benar-benar tak sabar menunggu pagi. Iasampai tak bisa tidur. Hasrat untuk memiliki kacamata itutelah membuat hatinya gundah gulana dan matanya sulit
terpejam. Ngantuk sedikit pun tidak, dan ini justrumenyiksa batinnya.
Begitu terdengar suara adzan subuh, barulah Awangmulai merasakan hawa kantuknya. Mata berat untukdibuka, dan ia pun tertidur. Bangun-bangun sudah siang.Sudah pukul sebelas lewat. Itu pun gara-gara Miragebrak-gebrak pintu kamarnya dan memberitahukan
bahwa Farok datang. Kalau tidak begitu, mungkin Awangbelum bangun.
"Ada apa, Rok? Kok wajahmu pucat?!" tanya Awangdengan heran.
"Wang... si Ode kena musibah," jawab Farok dengannapas berat.
"Kena musibah? Maksudmu?"
"Di... dia dibunuh orang di kamarnya!"
-o0o))((dw))((o0o-
6
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
71/153
Polisi memperkirakan Ode dibunuh sekitar pukul tiga
dini hari. Menurut pengakuan Teddy, yang tinggal dikamar sebelahnya, ia mendengar Ode pulang pukul satu
malam lewat sedikit. Kemudian sekitar pukul tiga dinihari, Teddy mendengar suara gaduh di kamar korban.Teddy menyangka suara gaduh itu timbul karenakemunculan Ratu Peri yang sedang hangat dibicarakanitu. Teddy tidak berani ikut campur, melainkan justruketakutan sendiri.
"Apakah Anda mendengar suara orang lain pada saatitu?" tanya petugas kepolisian kepada Teddy.
"Tidak, Pak. Saya hanya mendengar suara Ode yangterengah engah dan mengerang-erang. Saya pikir diasedang bercinta dengan makhluk halus."
Polisi meminta informasi tentang makhluk halus dancerita-cerita yang digembar-gemborkan korban semasa
hidupnya. Tapi agaknya polisi tidak tertarik dengan halitu, karena menurut hasil pemeriksaan, Ode dicekik duludengan seutas tali, kemudian ditusuk tiga kali padabagian jantungnya Terbukti ada tiga lubang bekastusukan pisau di dada kirinya.
Motif pembunuhan bukan semata-mata balas dendam,melainkan juga ada unsur perampokan. Hanya saja,
entah barang apa yang diambil pembunuh itu, karenameski keadaan kamar acak-acakan, namun banyakbarang berharga yang masih utuh, misalnya arloji, cincinemas, dompet berisi uang tunai enam puluh tujuh ribu,mini compo, semuanya masih ada. Utuh. Meski seisialmari diamburadulkan oleh si pembunuh, tapi agaknyatidak ada pakaian yang dibawa kabur. Terbukti ada dua
celana jeans yang masih baru dan asli dari luar negeri,
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
72/153
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
73/153
Ode pencurinya baru sekarang, dari mulutnya sendiritadi!"
Ada kebimbangan menyelinap di sela emosi Awang. Iamenatap Badri dengan mata menyipit, antara dendamdan keraguan.
"Kamu lihat sendiri bagaimana keadaanku?" kataBadri. "Kamu lihat bagaimana kelesuanku, lemas sekujurtubuhku, pening kepalaku karena menahan rindu inginbertemu Anjar tak terlampiaskan. Kalau aku memiliki
kacamata itu, aku sudah nggak kayak gini tentunya. Akupasti ceria dan bersemangat!"
Pikir punya pikir, benar juga. Awang melihat wajahBadri pucat. Loyo. Warna duka masih melapisi wajahnya.Keresahan masih menekan jiwanya. Omongannya puntidak menyala-nyala kayak dulu. Lemah, seakan malasuntuk diajak bicara. Awang menyimpulkan, memang
bukan Batin pelakunya. Lantas siapa kalau bukan Badri?O, tentu saja Dharma.
"Bagaimana menurutmu jika kita curigai si Dharma?"
"Bisa jadi!" jawab Badri sambil duduk di kasur,bersandar pada dinding. "Dharma ada perang dinginsama Ode, bukan karena kasus kacamata. Nah,
barangkali Dharma mendengar tentang kemampuan Odemenemui peri cantik, lalu dia menyimpulkan bahwa Ode-lah pemilik kacamata itu. Nggak aneh kalau Dharmanekat ingin memiliki kacamata itu sampai tegamenewaskan Ode dengan cara seperti itu!"
"Kalau begitu, bagaimana jika kita cari si Dharma itu?"
"Kau sajalah...! Aku lemas. Aku cuma mau minta
kebijaksanaanmu, kalau kacamata itu sudah ada di
8/13/2019 Dewikz.com-Ratu Peri Dari Selat Sunda-Tara Zagita-Upl
74/153
tanganmu, izinkan aku memakainya sebentar saja. Akucuma kepingin ketemu Anjar, habis itu... aku inginmengucapkan selamat berpisah dengannya...."
Kasihan juga si Badri sebenarnya. Awang tak tega,walau ia menaruh kemarahan atas sikap Badribelakangan ini. Namun, seandainya kacamata itu sudahberhasil dimiliki kembali, Awang tidak keberatanmeminjamkannya kepada Badri, jika tujuannya hanyasekadar mengucapkan kata perpisahan dengan Anjar.
Maka dicarinya Dharma sampai ke mana-mana.Akhirnya Awang berhasil menemui Dharma di rumahseorang pelukis senior yang bernama Pak Husman.Awang langsung membawa pergi Dharma dari tempatitu. Ia membawanya ke pantai yang sepi pengunjung.
Dharma sebenarnya tidak seimbang dengan Awang.Dia bisa bonyok dihajar habis-habisan di situ oleh Awang.
Tapi meski kurus badannya, Dharma punya nyalicukup besar. Dia masih bisa bersikap tenang ketikamereka turun dari mobil yang dipakai Awang untukmembawanya ke pantai itu. Sebelum Awang mengatakansesuatu, Dharma sudah bertanya lebih dulu dengansuara tegas, "Apa maksudmu membawaku kemari?"
"Aku ingin bicara denganmu!" jawab Awang, jugasantai.
"Kau bisa mengajakku bicara di rumah Pak Husman,kan?"
"Nggak bisa. Soalnya habis bicara panjang lebar, akuharus membunuhmu. Jadi, nggak enak kalaumembunuhmu di depan Pak Husman, nanti dia terlibat.