54
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia, terutama negara-negara tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular yang mempengaruhi angka kematian anak dan dewasa serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja. Daerah fokus demam berdarah semakin meluas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan (Sudoyo, 2010). Penyakit demam berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut (Isminah, 2004). 1

dhf wonoasih

Embed Size (px)

DESCRIPTION

miniproject

Citation preview

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia, terutama negara-negara tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular yang mempengaruhi angka kematian anak dan dewasa serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja. Daerah fokus demam berdarah semakin meluas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan (Sudoyo, 2010).Penyakit demam berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut (Isminah, 2004).

Insidensi demam berdarah Dengue meningkat secara dramatis di seluruh dunia dalam beberapa dekade ini. Diperkirakan, saat ini di seluruh dunia sekitar 2,5 milyar orang memiliki risiko terkena demam dengue. Diperkirakan saat ini sekitar 50 juta kasus demam dengue ditemukan setiap tahun, dengan 500.000 kasus memerlukan penanganan di rumah sakit. Dari kasus di atas, sekitar 25.000 jumlah kematian terjadi setiap tahunnya (WHO, 2010).

Penyakit demam berdarah Dengue menjadi momok tiap tahun. Insiden di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989-1995) dan pernah meningkat tajam saat Kejadian Luar Biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998 (Sudoyo, 2010), hingga medio 2005 masih ada daerah berstatus Kejadian Luar Biasa, sampai Mei tahun 2005 di seluruh Indonesia tercatat 28.224 kasus dengan jumlah kematian 348 orang, hingga awal Oktober 2005 kasus demam berdarah Dengue di 33 propinsi tercatat 50.196 kasus dengan 701 diantaranya meninggal. Dari data di atas menunjukkan peningkatan hampir 2 kali lipat dari Mei hingga awal Oktober 2005 (Sisilia, 2005). Berdasarkan data dari Dinkes Jawa Timur hingga 20 Oktober 2005 sebanyak 8.619 kasus, dari jumlah tersebut meninggal 131 orang dan pada tahun 2006 ada 20.420 penderita dan menyebabkan kematian 233 jiwa. Pada tahun 2007 sampai Juli yakni 102.175 penderita dengan kematian 1.098 jiwa (Dinkom, 2007). Tahun 2010 Indonesia menempati urutan tertinggi kasus DBD di Asean dengan jumlah kasus 156.086 dan kematian 1.358 orang. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, melaporkan kasus DBD tahun 2011 di Indonesia menurun dengan jumlah kasus 49.486 dan jumlah kematian 403 orang (Lisdawati, 2012). Pada tahun 2010 angka kematian DBD di Indonesia mencapai 0,87 persen, pada tahun 2011 meningkat menjadi 0,91 persen dan sempat menurun pada tahun 2012 menjadi 0,90 persen dengan total kasus DBD di Indonesia tahun 2012 sebanyak 90245 penderita (Republika, 2013). Penyebaran kasus DBD di Jawa Timur terdapat di 38 kabupaten/kota. Kabupaten probolinggo merupakan salah satu daerah di Jawa Timur dengan kasus DBD yang cukup tinggi dan probolinggo merupakan sebelas daerah yang berstatus Kejadian Luar Biasa DBD di mana kabupaten probolinggo sendiri berada di posisi 8. Pada tahun 2012 ditemukan 5140 kasus DBD di propinsi Jawa Timur. Di Kabupaten Probolinggo sudah terhitung sebanyak 141 orang terkena penyakit demam berdarah. Umumnya yang terserang kebanyakan anak-anak dan balita, yang berusia mulai dari umur 1 hingga 14 tahun. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo, dr. Shodiq Tjahyono melalui Wiwik Yuliati, Kasi pengendalian penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten setempat mengatakan, tahun ini memang terjadi peningkatan yang cukup signifikan untuk jumlah penderita demam berdarah. Sementara di 5 kecamatan di Kabupaten Probolinggo yang termasuk endemis DBD, di antaranya Kecamatan Paiton jumlah penderitanya mencapai 60 orang, selain itu Kecamatan Besuk, Kecamatan Banyuanyar, Kecamatan Dringu, dan Kecamatan Leces. (Dinkes Probolinggo). Sampai saat ini belum ditemukan obat untuk membasmi virus atau vaksinasi untuk pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue. Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dapat dilakukan melalui pemutusan rantai penularan manusia-nyamuk-manusia, yaitu dengan membasmi nyamuknya, dengan kegiatan "3M" yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) ini dilakukan secara teratur oleh keluarga di rumah dan lingkungannya masing-masing maka penyakit ini akan dapat diberantas.Selain itu dapat dilakukan dengan bahan kimia, mekais maupun biologis. Pemberantasan nyamuk dengan bahan kimia misalanya dengan mnggunakan malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan abate untuk membunuh jentiknya. Cara mekanis dengan pembersihan sarang nyamuk, menguras sarang tempat penampungan air untuk jentik dan telur. Cara biologisnya adalah dengan binatang/ikan, jamur, bakteri yang dapat memakan jentik nyamuk.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu:

a. Peningkatan jumlah penderita DBD di wilayah kerja puskesmas Wonoasih kecamatan Wonoasih.b. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya Pembrantasan Sarang Nyamuk (PSN) untuk mencegah dan mengatasi penyakit Demam Berdarah Dangue.

1.3 Tujuan a. Menurunkan angka kejadian DBD dengan meningkatkan kegiatan pembrantasan sarang nyamuk (PSN).b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyebab, penyebaran, gejalaa, pencegahan, dan pengobatan DBD.

c. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan Pembantasan Sarang Nyamuk terutama 3M ( menguras, menguur,menutup).1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan laporan ini adalah:

a. Sebagai bahan masukan dalam upaya pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). b. Membantu puskesmas dalam upaya menurunkan jumlah kasus Demam Berdarah Dangue .

c. Membantu melaksanakan program promosi kesehatan puskesmas mengenai Pembrantasan Sarang Nyamuk (PSN).

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Penyakit Demam Berdarah (BDB)

Dengue Hemorragic Fever di Indonesia dikenal dengan sebutan Demam Berdarah Dengue. DHF (Dengue Hemorragic Fever) merupakan penyakit yang dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang memburuk setelah dua hari pertama. Uji tourniquet akan tetap positif dengan/tanpa ruam yang disertai dengan perdarahan seperti peteki spontan yang timbul serentak, purpura, ekimosis, epistaksis, hematemesis, melena, trombositopenia, masa perdarahan dan masa protombin memanjang, hematokrit meningkat, dan gangguan maturasi megakariosit.2.1.1 DefinisiPenyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat terjadi pada semua kelompok umur terutama pada anak-anak. (Sudoyo, 2010)2.1.2 Etiologi

DHF disebabkan oleh satu dari empat serotipe virus yang memiliki antigen berbeda. Serotipe keempatnya yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Virus Dengue adalah virus yang menyebabkan DHF. Infeksi oleh salah satu dari keempat serotipe tersebut dapat menimbulkan kekebalan pada jenis serotipe itu saja. Jadi, seseorang hanya dapat terserang sebanyak empat kali dalam hidupnya.

Virus Dengue termasuk dalam golongan arbovirus famili togaviridae. Virus Dengue disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti, Aedes Albopictus, dan Aedes Polynesiensis. Tempat yang menjadi sarang nyamuk tersebut adalah genangan air yang terdapat dalam wadah (container) penampungan air seperti lubang pohon, daun pisang, pelepah daun keladi, lubang batu, drum, bak mandi, gentong, ember dan sebagainya.

2.1.3 Agen Infeksius dan Vektor Penularan Penyakita. Agen Infeksius

Agent Infeksius DBD adalah virus Dengue yang merupakan bagian dari famili flaviviridae. Keempat serotipe virus Dengue (DEN-1, DEN-2,DEN-3, DEN-4) dapat dibedakan dengan metode serologi. Infeksi pada manusia oleh salah satu serotipe menghasilkan imunitas sepanjang hidup terhadap infeksi ulang oleh serotipe yang sama, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara terhadap serotipe yang lain.3 Seseorang akan kebal seumur hidup terhadap serotip yang menyerang pertama kali, namun hanya akan kebal dalam waktu 6 bulan - 5 tahun terhadap serotipe virus Dengue lain. Virus Dengue tipe 3 merupakan serotipe yang terbanyak berhasil diisolasi, disusul berturut-turut virus dengue tipe 1, virus dengue tipe 2 dan virus dengue tipe 4. Virus dengue tipe 2 dan tipe 3 secara bergantian merupakan serotipe yang dominan, namun virus dengue tipe 3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat (DBD derajat IV, DBD disertai ensefalopati, DBD disertai hematemesis dan melena, dan DBD yang meninggal) (Sudoyo, 2010).b. Vektor penularan

Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor penularan virus Dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan di pedesaan (daerah rural) kedua jenis spesies nyamuk Aedes tersebut berperan dalam penularan. Namun Aedes aegypti berkembang biak di tempat lembab dan genangan air bersih. Sedangkan Aedes albopictus berkembang biak di lubang-lubang pohon, dalam potongan bambu dan genangan air lainnya (Depkes, 2005). Tabel 1. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti Aktif Pagi jam 07.00 12.00 WIBSore jam 15.00 17.00 WIBHinggap pada benda benda yang menggantung.

LarvaBerkembang biak pada air jernih yang dasarnya bukan tanah.

TelurDiletakkan pada dinding kontainer tepat diatas permukaan air.Jumlah telur selama hidupnya berjumlah 600 800 butir.Lama hidupnya 3-4 Minggu.

PupaDibawah permukaan air.

TerbangKemampuan terbang 50 200 m

Siklus hidupTelur larva pupa dewasa1-2 hr 4-5 hr 1-2 hr.

Sumber : Depkes RI, 2005Pertumbuhan dan perkembangan telur sampai nyamuk dewasa memerlukan waktu kurang lebih 7-14 hari.

Gambar 1. Nyamuk Aedes Aegypti (LIPI, 2006)

2.1.4. Penularan

Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes albopictus. Yang paling berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes Aegypti karena hidupnya di dalam dan disekitar rumah, sedangkan Aedes albopictus hidupnya di kebun-kebun sehingga lebih jarang kontak dengan manusia. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup dan berkembangbiak (Faziah, 2004).

Penyakit Demam Berdarah Dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini mendapat virus Dengue sewaktu mengigit mengisap darah orang yang sakit Demam Berdarah Dengue atau tidak sakit tetapi didalam darahnya terdapat virus dengue. Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penularan penyakit demam berdarah. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes Aegypti yang telah mengisap virus dengue itu menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiapkali nyamuk menusuk/mengigit, sebelum mengisap darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis) agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.

Orang yang kemasukan virus dengue, maka dalam tubuhnya akan terbentuk zat anti yang spesifik sesuai dengan type virus dengue yang masuk. Tanda atau gejala yang timbul ditentukan oleh reaksi antara zat anti yang ada dalam tubuh dengan antigen yang ada dalarn virus dengue yang baru masuk.

Orang yang kemasukkan virus dengue untuk pertamakali, umumnya hanya menderita sakit demam dengue atau demam yang ringan dengan tanda/gejala yang tidak spesifik atau bahkan tidak memperlihatkan tanda-tanda sakit sarna sekali (asymptomatis). Penderita demam dengue biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu 5 hari tanpa pengobatan. Tanda tanda demam berdarah dengue ialah demarn mendadak selama 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke 3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 panas mendadak turun. Tetapi apabila orang yang sebelumnya sudah pemah kemasukkan virus dengue, kemudian memasukkan virus dengue dengan tipe lain maka orang tersebut dapat terserang penyakit demam berdarah dengue (teori infeksi skunder).Penularan Demarn Berdarah Dengue dapat terjadi disemua tempat yang terdapat nyamuk penularannya. Adapun tempat yang potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah :

1. Wilayah yang banyak kasus DBD (Endemis).

2. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar tempat - tempat umum antara lain:

a. Sekolah.

b. RS / Puskesmas dan Sarana pelayanan kesehatan lainnya.

c. Tempat lainnya seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat ibadah dan lain-lain.

3. Pemukiman baru dipinggir kota.

Karena dilokasi ini, penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah dimana kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier.

2.1.5 Patogenesis

Fenomena patofisiologi utama menentukan berat penyakit dan membedakan demam berdarah dengue dengan dengue klasik ialah tingginya permabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan hemoragik. Meningginya nilai hematokrit pada penderita dengan renjatan menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang rusak dengan mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meningginya nilai hematokrit (Faziah, 2004).

Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan hipotese infeksi sekunder dicoba dirumuskan oleh Suvatte dan dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 3. Patofisiologi DBD

Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi dan patogenesis demam berdarah dengue hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi sebagian besar menganut "the secondary heterologous infection hypothesis" yang mengatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah infeksi dengue pertama mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan dalam jangka waktu yang tertentu yang diperkirakan antara 6 bulan sampai 5 tahun.

Akibat infeksi ke dua oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang penderita dengan kadar antibodi anti dengue yang rendah, respons antibodi ananmestik yang akan terjardi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit imun dengan menghasilkan antibodi IgG anti dengue titer tinggi. Disamping itu replikasi virus dengue terjadi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah yang banyak. Hal-hal ini semuanya akan mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang selanjutnya akan mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat antivasi C3 dan C5 menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Pada penderita renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari pada 30% dan berlangsung selama 24 -48 jam. Renjatan yang tidak ditanggulangi secara adekwat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.

Sebab lain dari kematian pada DBD ialah perdarahan saluran pencernaran hebat yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak dapat diatasi. Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditemukan pada sebagian besar penderita DBD. Nilai trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada masa renjatan. Jumlah tromosit secara cepat meningkat pada masa konvalesen dan nilai normal biasanya tercapai sampai hari ke 10 sejak permulaan penyakit.

Kelainan sistem koagulasi mempunyai juga peranan sebagai sebab perdarahan pada penderita DBD. Berapa faktor koagulasi menurun termasuk faktor II, V, VII, IX, X dan fibrinogen. Faktor XII juga dilaporkan menurun. Perubahan faktor koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hepar yang fungsinya memang terbukti terganggu, juga oleh aktifasi sistem koagulasi (Faziah, 2004).

Pembekuan intravaskuler menyeluruh (PIM/DIC) secara potensial dapat terjadi juga pada penderita DBD tanpa atau dengan renjatan. Renjatan pada PIM akan saling mempengaruhi sehingga penyakit akan memasuki renjatan irrevesible disertai perdarahan hebat, kegagalan organ-organ vital dan berakhir dengan kematian (Faziah, 2004).

Patogenesis tidak sepenuhnya dipahami namun terdapat 2 perubahan patofisiologi yang menyolok, yaitu meningkatnya permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya plasma, hipovolemia dan terjadinya syok. Pada DBD terdapat kejadian unik yaitu terjadinya kebocoran plasma kedalam rongga pleura dan rongga peritoneal. Kebocoran plasma terjadi singkat (24-28 jam).

Hemostatis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopeni dan koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan. Aktivasi sistem komplemen selalu dijumpai pada pasien DBD kadar C3 dan C5 rendah, sedangkan C3a dan C5a meningkat. Mekanisme aktivasi komplemen tersebut belum diketahui. Adanya kompleks imun telah dilaporkan pada DBD. Namun demikian peran kompleks antigen-antibodi sebagai penyebab aktivasi komplemen pada DBD belum terbukti.

Selama ini diduga bahwa derajat keparahan penyakit DBD dibandingkan dengan DD dijelaskan adanya pemacuan dari multiplikasi virus di dalam makrofag oleh antibodi heterotipik sebagai akibat infesi dengue sebelumnya. Namun demikian terdapat bukti bahwa faktor virus serta responsimun cell-mediated terlibat juga dalam patogenesis DBD.

2.1.6. Gambaran KlinisGambaran klinis penderita dengue terdiri atas 3 fase yaitu fase febris, fase kritis dan fase pemulihan.

a. Pada fase febris

Biasanya demam mendadak tinggi 2 7 hari, disertai muka kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan sakit kepala. Pada beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok, injeksi faring dan konjungtiva, anoreksia, mual dan muntah. Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti ptekie, perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat pula terjadi perdarahan pervaginam dan perdarahan gastrointestinal (WHO, 2009).TULISAN TERKAIT TOPIKb. Fase kritisTerjadi pada hari 3 7 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu tubuh disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang biasanya berlangsung selama 24 48 jam. Kebocoran plasma sering didahului oleh lekopeni progresif disertai penurunan hitung trombosit. Pada fase ini dapat terjadi syok (WHO, 2009).c. Fase pemulihanBila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan dari ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada 48 72 jam setelahnya. Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan pulih kembali , hemodinamik stabil dan diuresis membaik (WHO, 2009)

Berdasarkan gejalanya DHF dikelompokan menjadi 4 tingkat :

1. Derajat I : Demam diikuti gejala spesifik, satu-satunya manifestasi pendarahan adalah test Terniquet yang positif atau mudah memar.

2. Derajat II: Gejala yang ada pada tingkat 1 ditambah dengan pendarahan spontan, pendarahan bisa terjadi di kulit atau di tempat lain.

3. Derajat III: Kegagalan sirkulasi ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah, hipotensi, suhu tubuh rendah, kulit lembab, dan penderita gelisah.

4. Derajat IV: Shock berat dengan nadi yang tidak teraba, dan tekanan darah tidak dapat di periksa, fase kritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam (Nurhayati, 2005).

.

2.1.7. Diagnosis

Diagnosa penyakit DBD ditegakkan jika ditemukan:

a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7

b. Manitestasi Perdarahan

c. Tombositoperiia yaitu jumlah trombosit dibawah 150.000/mm3, biasanya Ditemukan antara hari ke 3-7 sakit.

d. Hemokonsentrasi yaitu meningkatnya hematokrit, merupakan indikator yang peka Terhadap jadinya renjatan sehingga perlu dilaksanakan penekanan berulang secara periodik. Kenaikan Ht 20% menunjang diagnosa klinis Demam Berdarah Dengue.

Hasil laboraturium seperti ini biasanya ditemukan pada hari ketiga sampai ke-7. Kadang-kadang dari x-ray dada ditemukan efusi pleura atau hiperalbuminemia yang menunjukan adanya kebocoran plasma. Kalau penderita jatuh dalam keadaan syok, maka kasusnya disebut sebagai Dengue Shock Syndrome (DSS).

2.1.8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan terdiri dari :

a. Pencegahan

Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk flavivirus demam berdarah. Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah.

Cara pencegahan DBD :

1. Bersihkan tempat penyimpanan air ( bak mandi, WC ).

2. Tutuplah rapat-rapat tempat penampungan air.

3. Kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas (kaleng bekas, botol bekas ).

4. Tutuplah lubang-lubang, pagar pada pagar bambu dengan tanah.

5. Lipatlah pakaian atau kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk tidak hinggap di situ.

6. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin untuk membunuh jintik-jintik nyamuk ( ulangi hal ini setiap 2 sampai 3 bulan sekali.

b. Pengobatan

Pengobatan penderita demam berdarah adalah dengan cara :

1. Pengantian cairan tubuh

2. Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter sampai 2 liter dalam 24 jam.

3. Gastroenteritis oral solution atau kristal diare yaitu garam elektrolid ( oralit kalau perlu 1 sendok makan setiap 3 sampai 5 menit )

4. Penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit diperlukan untuk mencegah terjadinya syok yang dapat terjadi secara cepat.

5. Pemasangan infus NaCl atau Ringer melihat keperluanya dapat ditambahkan, Plasma atau Plasma expander atau preparat hemasel.

6. Antibiotik diberikan bila ada dugaan infeksi sekunder.

2.1.9. PrognosisInfeksi dengue p ada umumnya mempunyai prognosis yang baik, DF dan DHF tidak ada yang mati. Kematian dijumpai pada waktu ada pendarahan yang berat, shock yang tidak teratasi, efusi pleura dan asites yang berat dan kejang. Kematian dapat juga disebabkan oleh sepsis karena tindakan dan lingkungan bangsal rumah sakit yang kurang bersih. Kematian terjadi pada kasus berat yaitu pada waktu muncul komplikasi pada sistem syaraf, kardiovaskuler, pernapasan, darah, dan organ lain.

Kematian disebabkan oleh banyak faktor, antara lain :

1. Keterlambatan diagnosis

2. Keterlambatan diagnosis shock

3. Keterlambatan penanganan shock

4. Shock yang tidak teratasi

5. Kelebihan cairan

6. Kebocoran yang hebat

7. Pendarahan masif

8. Kegagalan banyak organ

9. Ensefalopati

10. Sepsis

11. Kegawatan karena tindakan2.2. Pemberantasan Sarang Nyamuk2.2.1. Pengertian

Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah Dengue adalah kegiatan mamberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular demam berdarah Dengue (Aedes aegypti) di tempat tempat perkembengbiakannya (Depkes RI, 2005).2.2.2. Tujuan

Mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi (Depkes RI, 2005).2.2.3. SasaranSasaran pemberantasan sarang nyamuk DBD yaitu semua tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD, antara lain:a. Tempat penampunga air (TPA) untuk keperluan sehari hari.

b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari hari.

c. Tempat penampung air alamiah. (Depkes RI, 2005)2.2.4. Ukuran keberhasilan

Keberhasilan kegiatan PSN DBD antara lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih atau sama dengan 95 % diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi (Depkes RI, 2005).

ABJ = Jumlah rumah yang tidak diperoleh jentik

Jumlah rumah yang diperiksa

2.2.5. Pelaksanaan

a. PSN DBD dilakukan dengan cara 3M , yaitu :

1) Menguras dan menyikat tempat tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc, drum, dll seminggu sekali (M1).

2) Menutup rapat rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dll (M2).

3) Mengubur dan menyingkirkan barang barang bekas yang dapat menampung air hujan (M3).b. Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti:

1) Mengganti air vas bunga, tempat minim burung atau tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali.

2) Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancer/rusak.

3) Menutup lubang lubang pada potongan bambu /pohon, dll.

4) Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat tempat yang sulit di kuras atau di daerah yang sulit air.

5) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam / bak bak penampung air.

6) Memasang kawat kasa.

7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.

8) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.

9) Menggunakan kelambu.

10) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk

Keseluruhan cara tersebut di atas di kenal dengan istilah 3M Plus (Depkes RI, 2005).Pelaksanaan PSN DBD menurut Depkes RI (2005), yaitu:

a) Di rumah

Dilaksanakan oleh anggota keluargab) Tempat tempat umum

Dilaksanakan oleh petugas yang di tunjuk oleh pimpinan atau pengelola tempat tempat umum, seperti:

1) kantor oleh petugas kebersihan kantor

2) sekolah oleh petugas sekolah

3) pasar oleh petugas kebersihan pasar, dll (Depkes RI, 2005).BAB III

METODE 3.1 Jenis MetodeMetode yang digunakan pada kegiatan ini adalah anamnesis dan pemeriksaan fisik di puskesmas,kunjungan rumah (home visit) dan penyuluhan langsung.Kegiatan penyuluhan yang dilakukan dengan menggunakan media berupa leaflet yang dibagikan kepada peserta dan dilakukan sesi tanya jawab di sesi terakhir dengan para peserta. Kemudian dilakukan evaluasi penyuluhan,dengan mengajukan pertanyaan yang sama seperti di awal sebelum pemberian materi.

3.2 Langkah-langkah

Pengamatan kasus DBD dilakukan berdasarkan data kunjungan pasien terdiagnosis DBD di Puskesmas Wonoasih periode Januari-April 2015. Kejadian kasus DBD diperoleh dari kunjungan ke rumah pasien DBD. Anamnesa awal kepada pasien pada tanggal 6 April 2015 dan kunjungan rumah untuk mengamati kondisi lingkungan, perilaku, dan keluarga pasien dilakukan di Kelurahan Pakistaji, Kecamatan Wonoasih, Kabupaten Probolinggo. Setelah itu dilakukan penyuluhan di Rumah-rumah penderita, Kelurahan Pakistaji, Kecamatan Wonoasih, Kabupaten Probolinggo.3.3 Bentuk KegiatanNoKegiatanTujuanSasaranTanggalTempat kegiatanMetode

1Perencanaan

a. Pendataan pasien DBD Memperoleh data mengenai penemuan kasus DBD dan pencapaian target puskesmas.Semua pasien yang pernah dirawat di puskesmas yang terdiagnosa DBD dari gejala maupun hasil lanoratorium.

9 Maret 2015Puskesmas WonoasihPendataan melalui Laporan bulanan DBD

2Pelaksanaan

a. Anamnesa dan Pemeriksaan fisik

b. Kunjungan rumah

(Home visit)

c.Penyuluhan

Mengetahui keluhan dan hasil pemriksaan fisik maupun pemeriksaan laboratorium penderita.Mengetahui perilaku dan lingkungan penderita. Mengetahui pelayanan kesehatan .

Melakukan pengamatan jentik nyamuk dirumah penderita.

Meningkatkan pengetahuan para kader dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.Penderita DBD yang dirawat di Puskesmas Benculuk.Pasien yang terdiagnosa DBD.Para Penderita dan semua masyarakat khususnya ibu ibu yang memiliki bayi dan anak-anak.9 Maret 201513 April 201521 Maret 2015Puskesmas WonoasihRumah penderita

Rumah PendudukAlloanamnesa dan autoanamnesa.Inspeksi

Palpasi

Perkusi

AuskultasiMencatat hasil laboratoriumWawancara dengan penderita dan orang tua penderita.

Pengamatan langsungPembagian leaflet DBD.Pengisian daftar hadir peserta.Pemaparan materi.

Langkah langkah pembrantasan sarang nyamuk (PSN) Tan

3.4 Pelaksana Penyuluhan

Kegiataan penyuluhan dilakukan oleh dokter internsip yang sedang bertugas di Puskesmas Wonoasih. dan turut serta dalam penyuluhan adalah kader yang memegang Puskesmas Pembantu Kelurahan Pakistaji.3.5 Isi Penyuluhan

Materi Peyuluhan yang disampaikan pada kegiatan ini yaitu

a. Pengertian Demam Berdarah Dangue

b. Penyebab Demam Berdarah Dangue

c. Bagaimana penularan DBD

d. Tanda dan gejala DBD

e. Pencegahan dan penanganan Demam Berdarah Dangue

f. Langkah Langkah Pemberantasan Saranang Nyamuk

3.6 Rencana EvaluasiIndikator Keberhasilan dapat dilihat dari :

a. Kehadiran pesertaIndikator : peserta yang hadir mengikuti penyuluhan sebanyak minimal 75 %.

b. Peserta dengan antusias mendengarkan ceramah

Indikatornya : peserta tidak mengantuk,tidak lain lain,mendengarkan dengan seksama dan aktif bertanya.

c. Peserta aktif bertanya

Indikatornya : minimal terdapat >3 pertanyaan yang diajukan selama penyuluhan berlangsung

d. Peningkatan pengetahuan tentang materi yang disampaikan.

Indikatornya : Tingkat pengetahuan peserta penyuluhan mengalami peningkatan apabila dapat menjawab pertanyaan yang sama yang diajukan dibandingkan sebelum dilakukan penyuluhan,maka penyuluhan dikatakan berhasi

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 PROFIL KOMUNITAS UMUM

Nama Puskesmas

: PUSKESMAS WONOASIHAlamat Puskesmas: Jl. Anggur No. 70 Probolinggo

Telepon: 0335-425714 Lokasi: Kelurahan Wonoasih , Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo4.2. DATA GEOGRAFIS4.2.1. Keadaan Geografis

Kecamatan Wonoasih merupakan salah satu dari lima kecamatan yang ada di Kota Probolinggo. Kecamatan Wonoasih terletak pada 7 48 Lintang Selatan dan 113 12 Bujur Timur, dengan ketinggian daerah + 6 M s/d 12 M dari permukaan laut.

Luas wilayah Kecamatan Wonoasih tercatat 10,981 Km yang merupakan kecamatan terluas ketiga setelah Kecamatan Kedopok dan Kecamatan Kademangan (19,38 % dari luas Kota Probolinggo). Kecamatan Wonoasih batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kedopok, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Dringu wilayah Kabupaten Probolinggo. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Wonomerto wilayah Kabupaten Probolinggo, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kedopok wilayah Kota Probolinggo.

Kecamatan Wonoasih terbagi menjadi 6 kelurahan yaitu Kelurahan Wonoasih, Kelurahan Jrebeng kidul, Kelurahan Pakistaji, Kelurahan Kedunggaleng, Kelurahan Kedung Asem, dan Kelurahan Sumber Taman. Kelurahan Kedung Asem merupakan kelurahan terluas (3,145 Km2) dan Kelurahan Wonoasih merupakan kelurahan terkecil (0,843 Km2)

Suhu udara maksimum tercatat 32 C sedang suhu udara minimum tercatat 26 C. Kecamatan Wonoasih mengalami perubahan iklim 2 jenis setiap tahun yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau pada tahun 2010 hampir tidak pernah dirasakan oleh masyarakat Kota Probolinggo karena pada tahun 2010 di dominasi musim penghujan. Kecuali pada bulan Juni, Agustus dan September curah hujannya rata-rata dibawah 100 mm,namun pada bulan Januari hingga bulan Desember 2010 jumlah hari hujan sebanyak 125 hari dengan jumlah curah hujan sebanyak 1.790 mm. Jumlah ini sangat meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2009 yang pada saat itu curah hujan sebanyak 1.158 mm dengan jumlah hari sebanyak 71 hari.

4.2.2 Batas Wilayah Puskesmas Wonoasih merupakan salah satu Puskesmas yang ada di wilayah Kecamatan Wonoasih Kabupaten Probolinggo dengan batas-batas :

Sebelah Utara : Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo Sebelah Selatan : Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo Sebelah Barat : Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo Sebelah Timur : Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo4.2.3 Luas Wilayah Luas Wilayah kerja Puskesmas Wonoasih 10.981 km2.4.2.4 Pembagian Administrasi PemerintahanWilayah Puskesmas Wonoasih terdiri dari 6 (enam) wilayah antara lain :

1. Kelurahan Wonoasih2. Kelurahan Jrebeng Kidul

3. Kelurahan Pakistaji

4. Kelurahan Kedung Galeng

5. Kelurahan Kedung Asem

6. Kelurahan Sumber Taman

Tabel 4.2 Jarak Puskesmas dan Waktu TempuhNoTUJUANJARAK

(km)WAKTU

(menit)Keterangan

4.2.5 Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk wilayah kerja tahun 2015 :

Laki-laki : 16.017 jiwa

Perempuan : 16.118 jiwa Total

: 32.135 jiwa

Jumlah KK: 8.536 KKTabel 4.2 JUMLAH PENDUDUK PER DESANo.D E S APRIAWANITAJUMLAH

1Wonoasih178018513631

2Kedung Asem352934967025

3Jerebeng Kidul242024274847

4Pakistaji229023344024

5Kedung Galeng128512962581

6Sumber Taman471347149427

JUMLAH160171611832135

STATUS PASIENIDENTITAS PASIEN

Nama

: An.NJenis Kelamin: Laki-lakiUmur

: 7 tahunAgama

: Islam

Pendidikan

: SDPekerjaan

: PelajarAlamat : Pakistaji RT 1/RW 6Tgl Pemeriksaan: 5 Januari 2014

ANAMNESIS

A.Keluhan Utama : panas naik turunB.Riwayat penyakit sekarangPasien datang ke puskesmas dengan keluhan panas 3 hari, panas naik turun padahal sudah diberi obat penurun panas. Pasien selalu panas tinggi setiap malam. Selain panas pasien juga mengeluh mual (+), muntah (+) , frekuensi 2x, isi muntahan: air dan makanan. Nyeri perut (+), Nafsu makan menurun,dan pasien tampak lemas. Pasien tidak pernah mimisan selama panas. BAK pasien normal,berwarna kuning. BAB normal,lunak berwarna kuning kecoklatan. Selama panas pasien belum pernah dibawa ke dokter maupun cek laboratorium.Pasien langsung dibawa ke Puskesmas Benculuk oleh ibu pasien. Menurut ibunya di lingkungan tempat tinggal mereka,banyak anak anak yang menderita sakit seperti pasien.

C.Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah sakit panas 1 bulan yang lalu disertai dengan keluhan batuk dan pilek.Tidak ada riwayat alergi obat maupun makanan.

D.Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga penderita tidak ada yang mengalami keluhan yang serupa dengan pasien.Keluarga pasien tidak ada riwayat alergi obat maupun makanan.

E.Riwayat Sosial Ekonomi

Tetangga penderita banyak yang sakit serupa dengan pasien,bahkan sampai dirawat di puskesmas.Pasien berasal dari keluarga dengan keadaan ekonomi menengah ke bawah. Pasien tinggal bersama bersama ayah,ibu,kakek,nenek dan kakaknya.Tetapi ayah pasien pulang kerumah hanya sebulan sekali,karena bekerja di Surabaya.Ibu pasien hanya dirumah sebagai ibu rumah tangga dan ayahnya sebagai kepala keluarga dengan mata pencaharian sebagai wiraswasta.Kakak pasien berumur 13 tahun.F.Riwayat imunisasi

Pasien sudah mendapat imunisasi lengkap.

PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum : Baik

Kesadaran : composmentis

B. Tanda-tanda vital

Nadi

: 96 x/menit Suhu : 38,5 C

Pernapasan : 21 x/menitTekanan darah: 100/70 mmHg

C. Status Gizi

IMT: BB/TB2=22kg/(1,02m)2= 21,14Kesan : baik

D.Kepala

Bentuk bulat lonjong simetris, luka (-), kelainan bentuk (-)E.Mata

Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek kornea (+/+), radang/conjunctivitis/uveitis (-/-), lagoftalmus (-/-)

F.HidungNafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-)G.Mulut Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah simetris, papil lidah atrofi (-), tremor (-)

H.Tenggorokan Tonsil membesar (-), faring hiperemis (-)

I.TelingaNyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga hiperpigmentasiJ.LeherJVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-)K.Thorax

Cor :I : Ictus cordis tak tampak

P: Ictus cordis tak teraba

P: Batas kiri : Mid Clavicula Line ICS 5 Sinistra

Batas kanan : Para Sternal Line ICS 2 Dextra batas jantung kesan tidak melebar

A: S1 S2 tunggal, regular, murmur (-)Pulmo: I

: Pengembangan dada kanan sama dengan kiri

P : Fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : Sonor/sonor

A: Suara nafas vesikuler (+/+), Rhonci (-/-), whezing (-/-) L. Abdomen

I

:Datar

A

: Bising usus (+) frekuensi normal

P

: Timpani seluruh lapang perut

P

:Supel, nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-)

M. Ekstremitas

: Atas dan Bawah

Capillary refill

: < 2