TEPI MANUSIA Di Botomuzoi, Dia Mengabdi wakafnya. Jamaah tarawih Masjid Isla- miyah dan Al Furqan di Gunung- sitoli, mewujudkan impian warga Botomuzoi. Dengan dana Rp 12,5 juta, pembangunan Mushola An Nur dimulai. Walau didukung Bupati dan pe- letakan batu pertama dilakukan Dandim Nias, pembangunan Mus- hola An Nur tak berlanjut. Ham- pir tiga tahun mushola mangkrak. Sampai kemudian YPMN dan Al Azhar Peduli Ummat turun tangan. Kehadiran Ustadz Qoimuddin pada 2008, sungguh membahagia- kan warga Botomuzoi. Sang Ustadz pintar menempatkan diri. Dia tidakminta didatangi, tapi rajin bersila- turahim dari rumah ke rumah war- ga yang jaraknya cukup berjauhan. Meskipun harus menempuh medan yang berat, terutama di musim hu- jan. Ustadz yang tadinya mau dikirim ke pedalaman Papua ini, tahu betul bagaimana merebut hati dan men- cerahkan iman warga terpencil. Tak heran, dalam waktu singkat, 2 KK tetangga komunitas mualaf Bo- tomuzoi, ikut bersyahadat. ‘’D uabelas KK Mualafterkucil di Pulau Nias tanpa pem- bimbing. Apakah mau kita biarkan saja?’’ tantang Direktur Eksekutif Al Azhar Peduli Ummat, Anwar Sani, kepada Us- tadz Qoimuddin Sarabiti. ‘’Tidak!’’ jawab Ustadz asal Flo- res itu. ‘’Kalau begitu, Anda berangkat ke sana. Kami yang akan membi- ayai seluruhnya,’’ kata Anwar Sani, tanpa bisa ditolak lagi oleh Qoi- muddin. Percakapan pada tahun 2008 itu, segera mengubah hidup Sang Ustadz. Dari Metropolitan Jakarta bersama seorang istri dan enam putra-putri, ia memutuskan hijrah sendirian ke sebuah kecamatan terpencil di Pulau Nias, Sumatera Utara. Empat bulan sekali barulah dia boleh menjenguk keluarga di Jakarta. Duabelas KK Muslim yang di- sebut Anwar Sani berdasarkan laporan M Yusuf Sisus Lombu dari Yayasan Peduli Muslim Nias (YPMN), bermukim di Kecamatan Botomuzoi. Kecamatan ini terle- tak 25 km diselatan Gunungsitoli, ibukota Nias. Mereka semua me- meluk Islam ketika merantau dan menikah dengan muslimah setem- pat di Sumatera Barat, Tapanuli, dan Karo. Kembali ke Nias, mereka tinggal berdekatan dan menjadi komuni- tas kecil yang terisolasi. Mereka miskin, dan semakin lengkap ke- miskinannya lantaran tak punya pembimbing agama maupun sara- na ibadah. Pasca gempa 2004, Duhusokhi Waruwu, seorang di antara para Mualaf, nekad menemui Camat- Botomuzoi, Ajran Chaniago. Dia minta pemerintah membangunkan sebuah mushola kecil untuk me- reka. Dia juga menyediakan tanah Tunaikan Zakat Anda Melalui Rekening a.n. YPI Al-Azhar CIMB Niaga Syariah: 5020 1000 63000 Bank Mandiri: 126 000 711 1130 www.alazharpeduli.com 021-7221504 www.zisbersma.org ‘’Alhamdulillah saat ini sudah 20 KK Muslim yang kami bina,’’ kata- nya belum lama ini ketika mudikdan mampir ke Kantor Al Azhar Pe- duli Ummat. Setiap Ahad, jamaah Botomuzoi sekeluarga berhimpun di Mushola An Nur untuk mengikuti pengajian Ustadz. Sempat menimbulkan kehebo- han, tatkala Ustadz Qoimuddin hendak menyelenggarakan sholat Idul Fitri untuk pertama kalinya di Botomuzoi. Penduduk Nias yang mayoritas non-muslim, seakan terhenyak melihat perkembangan komunitas Botomuzoi yang tak me- reka sangka-sangka. Apalagi nanti bila Masjid Jami’ An Nur yang ga- gah selesai dibangun para donator Al Azhar Peduli Ummat. Namun, tantangan eksternal se- macam itu hal biasa buat Ustadz yang pernah tiga tahun membina 100 KK Mualaf di perbatasan Tim- tim-Timor Leste. ‘’Yang saya prihatinkan adalah kemiskinan jamaah An Nur. Sam- pai saat ini masih ada yang tidakmampu membangun rumahnya se- telah gempa, sehingga harus hidup menumpang pada orang lain,’’ tu- tur Ustadz Qoimuddin dengan nada sedih. Karena itu, selain berharap agar masjid cepat kelar dibangun, Us- tadz Qoimuddin juga meminta Al Azhar menyalurkan dana bantuan ekonomi produktif untuk jamaah binaannya. ‘’Agar mereka punya penghasilan dari berdagang,’’ kata- nya. Ustadz Qoimudin juga berha- rap kepada kaum muhsinin untukmembangunkan rumah singgah bagianak-anak Botomuzoi yang bersekolah. ‘’Ini semacam asrama sederhana buat mereka, agar seko- lah dan ngaji jalan semuanya,’’ tu- tur Ustadz. Requesttersebut dibarengi den- gan komitmen da’i berdarah biru Flores ini untuk melanjutkan masa pengabdian. Tahun ini, masa tugas- nya memang habis. ‘’Saya siap mewakafkan hidup saya untuk dakwah,’’ katanya sam- bil meneken MoU penugasan kem- bali untuk dua tahun ke depan. sunaryo adhiatmoko | Al-Azhar Peduli Ummat