Upload
nanananana
View
240
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/30/2019 diabeter melitus
1/22
1
A. Epidemiologi
Diabetes Melitus (DM) Tipe 1 dapat terjadi pada usia yang beragam, namun mayoritas terjadi
pada usia muda (pubertas) dengan perbandingan umum kasusnya adalah 1: 300-500. Kasus tiap
negara berbeda satu dengan yang lainnya berbeda, tergantung dari ras, negara, atau daerah tempat
penelitian literature terkait.Insidensi DM Tipe 1 sebagai penyakit autoimun kronis mencapai status
epidemikpada abad 21, terutama di daratan Eropa Utara. Insidensi kejadian paling tinggi terjadi diFinlandia dan menurut observasi 8 tahun terakhir juga terjadi di Polandia. Kelompok usia
7/30/2019 diabeter melitus
2/22
2
Grafik 2. Insidensi DM Tipe 1 pada anak anak usia dibawah 15 tahun
pada tahun 1998-2005
(Myliwiec, dkk, 2006).
Grafik 3. Hubungan insidensi DM Tipe 1 dengan usia anak
pada tahun 1998-2005
(Myliwiec, dkk, 2006).
7/30/2019 diabeter melitus
3/22
3
Grafik 4. Hubungan insidensi DM Tipe 1 dengan jenis kelamin dan umur anak
pada tahun 1998-2005(Myliwiec, dkk, 2006).
B. Definisi
Diabetes melitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar
glukosa dalam darah akibat pankreas tidak memproduksi insulin atau respon sel terhadap insulin
yang diproduksi berkurang. Gejala diabetes mellitus ditandai dengan poliuria, polifagi dan polidipsi
(frekuensi buang air kecil, makan dan minum yang meningkat). Ada dua tipe diabetes mellitus yaitu
:
1. DM tipe I atauInsulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)DM tipe I disebabkan karena kegagalan sel beta pankreas dalam menghasilkan insulin sehingga
penderita harus mendapat asupan insulin dari luar baik berupa injeksi maupun pompa insulin.
Penyebab utama penyakit ini adalah karena factor genetic dan persentase kejadian DM tipe I
sebanyak 15% dari total penyakit DM yang terjadi (WHO dan IDF, 2006).
2. DM tipe IINon Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)DM tipe II disebabkan karena terjadinya resistensi insulin dan berkurangnya kemampuan sel
pankreas dalam memproduksi insulin.Insulin yang dihasilkan oleh tubuh tidak mampu
menurunkan glukosa dalam darah, sehingga diperlukan peningkatan sensitivitas insulin dengan
obat atau asupan insulin dari luar berupa injeksi insulin. Sebagian besar pasien DM diakibatkan
karena pola hidup yang tidak sehat, salah satunya ditandai dengan obesitas. Kasus DM tipe IIpaling banyak dijumpai yaitu sebesar 85% dari total kasus DM yang ada (WHO dan IDF, 2006).
3. DM Gestasional
Diabetes yang terjadi pada saat hamil disebut diabetes tipe gestasi atau gestational diabetes.
Keadaan ini terjadi karena pembentukan beberapahormon pada wanita hamil yang
menyebabkan resistensi insulin (WHO dan IDF, 2006).
7/30/2019 diabeter melitus
4/22
4
Tabel 1. Perbedaan DM Tipe I dan Tipe II
(Syahputra, 2005).
Pada makalah ini, akan lebih membahas mengenai DM Tipe 1 yang merupakan salah satu
penyakit autoimun pada organ pankreas. Honeymoon period merupakan salah satu periode yang
sering dialami oleh pasien DM Tipe 1, walaupun tidak semua pasien mengalaminya. Honeymoon
period merupakan periode dimana pasien mengalami hipoglikemia yang disebabkan karena
penurunan jumlah insulin yang dibutuhkan, karena masih dihasilkannya insulin endogen untuk
sementara waktu, sedangkan insulin eksogen tetap diberikan sesuai dengan kebutuhan awalnya. Hal
tersebut disebabkan karena belum semua sel pankreas mengalami kerusakan.Periode ini dapat
berlangsung selama sebulan, 6 bulan bahkan setahun tergantung tiap individu.Pada masa ini, terapi
insulin tetap diberikan namun disesuaikan dengan asupan kalori yang dibutuhkan agar tidak terjadi
hipoglikemia (Rasoul, dkk, 2006).
C. PatofisiologiPada kondisi normal, kadar gula di dalam darah dipengaruhi oleh dua hormone yang
dihasilkan oleh sel-sel pulau Langerhans pada organ pankreas. Glucagon dan insulin bekerja secara
antagonis atau berlawanan.Glukagon dihasilkan oleh sel dan berfungsi untuk memecah glikogen
menjdi glukosa. Glucagon akan disekresikan lebih banyak dalam kondisi puasa sehingga kadar
glukosa dapat kembali normal. Insulin dihasilkan oleh sel dan berfungsi untuk menstimulasi
7/30/2019 diabeter melitus
5/22
5
pembentukan glikogen saat kadar glukosa dalam darah tinggi atau melebihi normal. Dengan
disekresikannya insulin, kadar glukosa dalam darah turun dan kembali normal (Nicholas, 2011).
Gambar 1.Mekanisme regulasi kadar gula dalam darah oleh hormone insulin dan glukagon
(Subekti, 2009).
DM tipe 1 merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan gangguan produksi insulin
pada sel pankreas islet beta, yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia.Pada DM tipe 1 sel islet
beta pankreas dihancurkan oleh sistem imun, sehingga dapat menyebabkan terjadinya penurunan
sampai dengan tidak terjadinya sekresi insulin.Sel beta merupakan tempat dimana insulin diproduksi
dipankreas. Insulin merupakan hormone yang bertanggung jawab dalam mengatur kadar gula darah
(Nicholas, 2011).
Gambar 2.Mekanisme siklus gula darah pada DM Tipe 1
(Subekti, 2009).
7/30/2019 diabeter melitus
6/22
6
Penyebab pasti dari DM tipe 1 hingga kini belum diketahui. Perkembangan dari penyakit DM
tipe 1 merupakan hasil interaksi atau pengaruh dari beberapa faktor antara lain Faktor imunologi,
faktor genetik dan faktor lingkungan (virus atau toxin) (Hober dan Sane, 2010). Beberapa faktor
yang diduga mempengaruhi terjadinya DM tipe 1:
1. Faktor ImunologiPada kasus ini, yang paling banyak berperan adalah sel-sel Antigen Presenting Cells (APC)seperti makrofag sel B dan terutama sel dendrit.Sel dendrit merupakan salah satu Antigen Presenting
Cells yang terbesar. Sel dendrit memegang peran penting dalam mengawali terjadinya pengenalan
dari sel T kepada antigen dengan perantara MHC dimana sel T yang akan berikatan dengan MHC
terlebih dahulu sebelum berikatan dengan antigen. Fungsi utama dari sel dendrit adalah untuk
mengenali pathogen dan berperan sebagai self antigen dan akan menstimulasi pengembangan atau
pengaktifan dari antigen spesifik T limfosit. Secara normal dendrit sel akan menginduksi toleransi
imun, pada saat sel beta autoantigen bertemu dengan sel T. Tetapi pada kasus DM tipe 1, sel dendrit
akan menginstruksikan sel T untuk mengenali protein sel beta sebagai antigen asing. Alhasil sel
dendrit juga akan menstimulasi sel T autoreaktif untuk menyerang jaringan pankreas dan
menghancurkan sel islet beta yang berguna dalam produksi insulin, akibatnya akan terjadi penurunan
sampai dengan defek (tidak diproduksinya) insulin sehingga menyebabkan terjadinya hiperglikemi
(Nicholas, 2011).
Dasar dari abnormalitas imun pada DM tipe 1 adalah kegagalan dariself-tolerance sel T dan
juga kegagalan dari dendrit sel sebagai Antigen presenting sel. Kegagalan toleransi ini dapat
disebabkan oleh defek delesi klonal pada sel T self-reactive pada timus, defek pada fungsi regulator
atau resistensi sel T efektor terhadap supresi sel regulator. Hal hal tersebut membuat sel T
autoreaktif bertahan dan siap untuk berespon terhadap self-antigens. Sel T yang teraktivasi bergerak
ke pankreas untukmerusak sel . Populasi sel T yang dapat menyebabkan kerusakan tersebut adalah
TH1 cells yang mengeluarkan sitokin-sitokin yang dapat mengaktifkan CD8+ yang merusak sel
pankreas.(Maitra dan Abbas, 2005).
Gambar 3.Skema regulasi pengaruh faktor immunologis
(Maitra dan Abbas, 2005).
7/30/2019 diabeter melitus
7/22
7
2. Faktor GenetikaPada faktor genetika, ada pengaruh dari Human Leukosit Antigen (HLA).Pada HLA kelas II
(terutama DQ dan DR) di site kromosom 6, ada sekitar 20 lokus yang berpengaruh terhadap
perkembangan DM tipe 1. Adanya metilasi pada lokus tersebut dan kelainan bawaan (herediter)
yang menyebabkan lokus tidak normal akan menjadi salah satu pemicu berkembangnya DM tipe 1
(Hober dan Sane, 2010).
Sekitar 50% penderita DM tipe 1 memiliki HLA-DR3 atau HLA-DR4 haplotype. Beberapa
gen non-HLA yang dapat memicu timbulnya DM tipe 1 adalah insulin dengan variable number of
tandem repeats (VNTRs) pada region promoter. Polimorfisme dari CTLA4 dan PTPN22 menganggu
fungsi aktivitasnya sebagai inhibitor respon sel T dapat memicu proses autoimun pada DM tipe 1
(Maitra dan Abbas, 2005).
3. Faktor Lingkungan (Enterovirus, Toxin, Mikroba dan Terpapar Bahan Beracun)Salah satu faktor pemicu terjadinya DM tipe 1 adalah lingkungan. Banyak studi yang
dilakukan menunjukan bahwa ada pengaruh dari lingkungan (mikroba,toxin, virus) terhadap
peningkatan resiko DM tipe 1. Ada juga studi yang dilakukan untuk melihat hubungan antara
pengaruh lingkungan dan pengaruh genetik terhadap perkembangan DM tipe 1.Faktor yang diduga
memicu DM antara lain meliputi virus (coxsackie B, mumps, cytomegalovirus dan rubella). Tetapi
enterovirus teutama coxsackievirus B merupakan enterovirus yang paling banyak diketahui dan
berperan dalam timbulnya DM tipe 1 ( Hober dan Sane, 2010).
Terdapat 3 hipotesis yang menjelaskan bagaimana virus dapat menimbulkan DM tipe 1 :
Akibat infeksi virus inflamasi serta kerusakan sel Pulau Langerhans pelepasan antigensel dan aktivasi sel T autoreaktif
Virus memproduksi protein yang mirip dengan antigen sel sehingga memicu respon imunyang juga beraksi dengan sel padapankreas
Infeksi virus terdahulu yang menetap pada jaringan Pankreas kemudian terjadi reinfeksidengan virus yang sama yang memiliki epitop antigenic yang sama memicu respon imun
pada sel Pulau Langerhans (Maitra dan Abbas, 2005).
Dari ketiga hipotesis tersebut belum ada yang dapat menjelaskan secara pasti pathogenesis
infeksi virus terhadap timbulnya DM tipe 1 (Maitra dan Abbas, 2005).Vaksinasi pada anak tidak ada
hubungannya dengan timbulnya DM tipe 1. Faktor lain yang dapat memicu DM tipe 1 adalah protein
susu bovine dan komponen nitrosurea (Fauci, 2008).
7/30/2019 diabeter melitus
8/22
8
Gambar 4. Pengaruh infeksi enterovirus terhadap DM tipe 1
( Hober dan Sane, 2010).
Faktor genetis memicu proses autoimun yang mengakibatkan intoleransi APC terhadapGADA yang merupakan autoantigen -cellyang dilepaskan dari sel secara spontan. Antigen ini
kemudian diproses oleh makrofag yang selanjutnya makrofag teraktivasi untuk mensekresikan IL-
12, yang berfungsi untuk mengaktivasi CD4+T cell. Sel T CD4+ akan mensekresikan sitokin
seperti IFN-, TNF-, TNF-, dan IL-2. Sel Tpresitotoksikakan diaktivasi oleh IL-2yang dilepaskan
oleh sel T CD4+ untuk berdiferensiasi menjadi CD8+T cell. IFN- yang dilepaskan oleh CD4+ dan
CD8+ akan mempengaruhi makrofag yang akan menyebabkan makrofag menjadi sitotoksik.
Makrofag sitotoksik akan melepaskan sejumlah substansial sitokin yaitu IL-1, TNF-, IFN-, serta
radikal bebas (O2, H2O2,NO). Sitokin yang dilepaskan oleh makrofag akan menginduksi ekspresi Fas
pada sel pankreas. Selain itu sitokin TNF- dan TNF- dari CD4+ dan sitokin IFN-, TNF- dan
TNF- dari CD8+ juga akan menginduksi ekspresi Fas pada sel pankreas. Sel kemudian
dihancurkan melalui 2 mekanisme apoptosis yaitu mekanisme yang dimediasi oleh Fas, dan
mekanisme granzim dan perforinyang bersifat toksik pada sel . Setelah mengalami apotosis ini,
sel akan mati dan tidak dapat memproduksi insulin sehingga menyebabkan terjadinya Diabetes
Melitus Tipe 1 (Yoon, 2005).
7/30/2019 diabeter melitus
9/22
9
7/30/2019 diabeter melitus
10/22
10
Gambar 5. Mekanisme patofisiologi DM Tipe 1
(Yoon, 2005).
Pada proses apoptosis atau penghancuran sel oleh Limfosit T sitotoksik ada 2 mekanisme,
yaitu :
1. Dengan FasL dan FasKetika Sel T sitotoksik mengenali / mengikat sel target maka mereka akan
menghasilkan FasL di permukaan sel. Yang kemudian FasL ini akan berikatan dengan Fas
pada sel target tanpa menyebabkan terjadinya perubahan bentuk sel target. Kemudian akan
terjadi apotosis yang mengakibatkan kematian sel target.
2. Dengan Perforin dan GranzimLimfosit T sitotoksik memiliki butiran sitoplasma yang berisi perforin protein dan
granzym. Ketika Sel T sitotoksik mengikat sel target, isi dari butiran dikeluarkan secara
eksositosis.
Selusin atau lebih molekul perforin akan memasukkan diri kedalam plasma sel targetmembentuk pori yang memungkinkan.
Granzim masuk ke dalam sel. Granzim adalah protease serin. Ada 2 macam granzimyang melimpah yaitu: Granzim A. Setelah masuk ke dalam sel, granzim A akan memasuki
mitokondria dan memotong suatu subunit dari kompleks I (NADH
dehidrogenase) dari rantai transport pankreas menghasilkan spesies oksigen
reaktif (ROS) yang membunuh sel
Granzim B. Setelah masuk sel, kemudian membelah prekusor caspases yangakan mengaktifkan sel target untuk merusak diri sendiri dengan apoptosis
7/30/2019 diabeter melitus
11/22
11
(Yoon, 2005).
Gambar 6. Mekanisme apoptosis pada sel pankreas yang menyebabkan
penyakit DM Tipe 1
(Yoon, 2005).
D. Gejala dan TandaGejala dan tanda dari penderita Diabetes Mellitus pada umumnya sama, yaitu polifagi
(meningkatnya nafsu makan melebihi normal), polidipsi (sering haus), dan polouria (meningkatnya
intensitas buang air kecil) walaupun asupan kalorinya memadai serta kadar gula di dalam darah yang
tinggi (GDS > 200 mg/dL, GDP > 126 mg/dL).
PoliuriaMenurunnya transport glukosa kedalam jaringan jaringan tubuh akan menimbulkan
hyperglycaemia yang meningkatkan glycosuria. Glycosuria akan menyebabkan peningkatan
produksi urin. Hal ini menimbulkan kehilangan air dan elektrolite seperti sodium, potassium,
kalsium, magnesium, fosfat dan klorida dalam jumlah yang cukup besar (Subekti, 2009).
PolidipsiAkibat urinasi yang berlebihan, maka penderita cenderung mengalami dehidrasi sehingga
merasa mudah haus (Subekti, 2009).
PolifagiKalori dari asupan makanan mengalami metabolisme menjadi glukoa dalam darah. Menurunnya
transport glukosa ke dalam jaringan tubuh mengakibatkan tidak seluruhnya glukosa dapatdimanfaatkan oleh jaringan tubuh dengan baik. Hal tersebut menyebabkan penderita selalu
merasa lapar (Subekti, 2009).
Penderita DM Tipe 1 sering terjadi pada usia pertumbuhan maupun pubertas yang disertai
diabetic ketoacidosis saat kadar gula terlampau tinggi. Asidodis yang hebat sebagian akan
dikompensasi oleh peningkatan derajad ventilasi (kesulitan bernafas), muntah-muntah juga biasanya
sering terjadi dan akan mempercepat kehilangan air dan elektrolit. Diabetic ketoacidosisyaitu
kondisi medis darurat yang dapat mengancam jiwa bila tidak ditangani secara tepat.Insiden kondisi
7/30/2019 diabeter melitus
12/22
12
ini akan terus meningkat, dan tingkat mortalitas 1-2 persen telah dibuktikan sejak tahun 1970-an. Hal
tersebut dikarenakan mayoritas penderita usia dibawah 15 tahun yang sulit dideteksi gejala dan tanda
meningkatnya kadar gula darah. Tidak sedikit pasien DM Tipe 1 masuk rumah sakit karena
mengalami gejala diabetic ketoacidosis sebelum diketahui memiliki kadar gula yang tinggi (WHO,
2006).
Selain itu, penderita juga mengalami beberapa insiden kompliasi yang terlambat seperti:
Microangipathy didefenisikan sebagai abnormalitas pada dinding pembuluh darah kecil Retinopathy dapat menimbulkan kebutaan karena pendarahaan dari pembuluh retina proliferasi,
dan makulapthy sebagai akibat eksudasi dari pembuluh atau edema yang mempengaruhi macula
Nephropathyakan menimbulkan kegagalan ginjal. Pada tahap dini akan terjadi hiperfungsi ginjal,sehubungan dengan kenaikan GFR, meningkatnya ukuran glomerular dan mikroalbuminuria.
Pada tahap akhir, terjadi peningkatan proteinuria dan penurunan tajam fungsi ginjal ,yang
menyebakan uremia.
Neuropathy dapat terbukti sebagai hipotensi postural, impotensi, kantong kemih neurogenik danborok kaki neuropatik akibat mikroangiopathy dari pembuluh darah saraf.
Makroangiopathy (accelerated atherosclerosis) akan menimbulkan penyakit jantung koronaripremature.
(WHO, 2006).
D. Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium pada penderita Diabetes Melitus tipe I diperlukan untuk
memperkuat pankreas penyakit. Pemeriksaan marker imunologis Insulin Auto-Antibodi (IAA),
Glutamic Acid Decarboxylase Antibody (GADA) dan Islet Cell Antibody (ICA) merupakan
pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita DM tipe 1. Hal tersebut dikarenakan kedua
antibody tersebut merupakan marker spesifik yang hanya dihasilkan oleh sel beta pankreas yang
mengalami destruksi. Bila hasil yang diperoleh positif menandakan sel beta pankreas telah rusak dan
diagnose DM tipe 1 dapat ditegakkan karena pada orang normal, antibody ini tidak banyak
dihasilkan (Yoon, 2005).
Pada DM Tipe 1, dihasilkan immunologic markeryaitu berupa Glutamic Acid Decarboxylase
Antibody (GADA),Insulin Auto Antibody (IAA-2 dan IAA-2b), Carboxypeptidase-H, danIslet Cell
Antibody (ICA).Beberapa penanda tersebut tidak muncul secara bersamaan pada pasien DM tipe 1,
namun jika salah satu penanda tersebut menunjukkan nilai yang tinggi, kecuali Carboxypeptidase-H,
maka diagnosis DM tipe 1 dapat ditegakkan. ICA adalah autoantibody utama pada penderita DM
Tipe 1. Di dalam tubuh nondiabetik, frekuensi ICA hanya 0,5-4%. Pada tubuh penderita DM Tipe 1ICA akan meningkat sebagai respon akibat dari kerusakan sel pankreas. GADA ditemukan pada
hampir 80% pasien yang baru di diagnosis DM tipe 1. IAA ditemukan pada sekitar 40% penderita
DM tipe 1. C-peptida merupakan protein konektor pro-insulin untuk memudahkan biosintesis dan
sekresi insulin dari granula reticulum endoplasma sel . Insulin dan c-peptide disekresikan ke dalam
sirkulasi dalam jumlah yang sama. C-peptide merupakan marker dari sekresi insulin. Pada pasien
DM tipe I tidak terjadi sekresi insulin sehingga c-peptide dalam sirkulasi rendah atau tidak
dihasilkan sama sekali (Yoon, 2005).
7/30/2019 diabeter melitus
13/22
13
Tabel 2.pemeriksaan GADA dan ICA pada DM Tipe 1
(Group Health Coorporative, 2012).
Pemeriksaan lainnya yang mendukung meliputi pemeriksaan HbA1c, gula darah puasa,
toleransi gula darah oral dan gula darah sewaktu. Pemeriksaan HbA1c berguna untuk mengukur
tingkat ikatan gula pada hemoglobin A (AIC) sepanjang umur sel darah merah (120 hari). Jadi,
melalui pemeriksaan HbA1c diperoleh informasi kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien
tidak dapat mengontrol hasil tes dalam kurun waktu 2-3 bulan. A1c pada orang normal berkisar
antara 4-6% atau < 6,5% (Group Health Coorporative, 2012).
Oral Glucose Tolerance Test (OGTT) dapat digunakan untuk mendiagnosa DM, prediabetes
dan diabetes gestasional. Penelitian menunjukkan bahwa OGTT lebih sensitive dibandingkan
pemeriksaan gula darah puasa, namun kurang nyaman bagi pasien. Sebelum pemeriksaan, pasien
harus menjalankan puasa minimal selama 8 jam, selanjutnya diikuti dengan pemberian larutan yang
mengandung glukosa 75 g. Dua jam setelah diberikan larutan tersebut, barulah darah pasien diambil
untuk diperiksa kadar gula darahnya. Bila level kadar gula darah antara 140 and 199 mg/dL, orang
tersebut dapat dikatakan prediabetes (IGT). Bila pada pemeriksaan hari selanjutnya level glukosa
>200 mg/dL orang tersebut dapat dikatakan menderita diabetes (Group Health Coorporative, 2012).
Pemeriksaan gula darah puasa (GDP) merupakan pemeriksaan kadar gula darah dalam
kondisi puasa selama 8-12 jam. Melalui pemeriksaan ini diperoleh informasi mengenai glukosa
endogen.Pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) merupakan pemeriksaan kadar gula darah tanpa
kondisi khusus seperti puasa atau 2 jam setelah makan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk penjagaan
awal pada penderita yang diduga DM sebelum dilakukan pemeriksaan yang dipersiapkan seperti
nuchter, toleransi dan setelah makan.Pemeriksaan ketonemia dan ketonuria juga dibutuhkan
mengingat kecenderungan terjadinya diabetic ketoacidosis pada DM tipe 1 sangat besar (Group
Health Coorporative, 2012).
7/30/2019 diabeter melitus
14/22
14
Tabel 3.Target Kadar Glukosa pada penderita diabetes menurut ADA
(ADA, 2011)
Tabel 4. Target Kadar Glukosa pada penderita diabetes menurut Group Health Coorporative
(Group Health Coorporative, 2012).
Tabel 5. Rekomendasi pemeriksaan pada DM Tipe 1
(Group Health Coorporative, 2012).
7/30/2019 diabeter melitus
15/22
15
E. Penatalaksanaan Terapi
a. FarmakologisTujuan terapi ini terutama untuk :
Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau mendekati normal. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada diabetes
1.InsulinTerapi insulin merupakan sebuah keharusan bagi penderita DM Tipe 1 karena sel-sel
Langerhans kelenjar pankreas rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin.Sebagai
penggantinya, maka penderita DM Tipe I harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar
metabolism karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berjalan normal.Suntikan insulin untuk pengobatan
diabetes dinamakan terapi insulin.
(Dharmasamitha, 2012).
Tabel 6. Tujuan terapi untuk mengurangi resiko komplikasi
(Group Health Coorporative, 2012).
Struktur kimia hormon insulin mudah rusak oleh proses pencernaan sehingga insulin tidak
dapat diberikan melalui tablet atau pil. Satu-satunya jalan pemberian insulin adalah melalui injeksi
subcutan (sc), intramuscular(im), dan intravena (iv). Ada pula yang dipakai secara terus menerus
dengan pompa (insulin pump/CSII)(Dharmasamitha, 2012).
Secara umum, ada tiga tipe insulin berdasarkan onset, puncak, dan durasi kerja insulin
tersebut, yakni :
Insulin Keja Cepat (Short-acting Insulin) Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin) Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)
7/30/2019 diabeter melitus
16/22
16
Tabel7.Tipe Insulin berdasarkan onset, puncak dan durasi kerjanya
(Hay, 2007).
Tabel 8.Tipe insulin berdasarkan onset, puncak dan durasi kerjanya
(Group Health Coorporative, 2012).
a. Mekanisme kerja insulin
Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian
metabolisme. Insulin yang disekresikan oleh sel-sel pankreas akan langsung diinfusikan ke
dalam hati melalui vena porta, yang kemudian akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah (Muchid, 2005).
7/30/2019 diabeter melitus
17/22
17
Efek terhadap transportasi membranKecepatan pengangkutan glukosa lewat membrane plasma gel otot serta adiposa
menentukan kecepatan fosfoliasi glukosa dan metabolisme selanjutnya kalau kadar
glukosa serta insulinnya normal. Kalau kadar glukosa atau insulin meninggi, seperti
yang terjadi sesudah makan, reaksi fosforilisasi akan berhenti sendiri. C1-C3
(galaktosa, D-xilosa dan Laerabinosa) memasuki sel melalui poses difusi yang
difasilitasi dan diantarai oleh karier, yaitu suatu proses yang dalam banyak sel
digalakkan oleh insulin (Syahputra, 2005).
Gambar 7.Translokasi molekul pengang kut glukosa oleh insulin
(Syahputra, 2005).
Efek terhadap glukoneogenesis dan penggunaan glukosaKerja insulin terhadap pengangkutan glukosa, glikolisi dan glikogenesis terjadi
dalam waktu beberapa detik atau beberapa menit, karena semua peristiwa ini terutama
melibatkan akitasi atau inaktivasi enzim lewat reaksi fosfoiliasi atau defosforilasi.
Efek yang berlangsung lebih lama terhadap glukosa plasma meliputi inhibisi
glukoneogenesis oleh insulin. Pembentukan glukosa dari precursor nonkarbohidrat
melibatkan serangkaian tahap enzimatik yang banyak diantranya dirangsang oleh
preparat serta adrenergik, yaitu angiotensin II dan vasopresin. Insulin menghambat
tahap yang sama ini. Enzim glukoneogenik yang menjadi kunci di dalam hati adalah
phosfoenolpiruvat karboksikinase (PEPCK, phosphoenol pyruvat carboxykinase) yang
mengubah oksaloasetat menjadi phosfoenolpiruvat. Insulin menurunkan jumlah enzim
ini dengan menghambat secara selektif transkirpsi gen yang mengkode mRNA bagi
PPCK. Hormon insulin meningkatkan glikolisis hepatik dengan menaikkan aktivitas
dan jumlah beberapa enzim yang penting termasuk glukokinase, fosfofruktokinase dan
piruvat kinase. Bertambahnya glikolisis akan meningkatkan penggunaan glukosa dan
dengan demikian secara tidak langsung menurunkan pelepasan glukosa ke dalam
plasma (Syahputra, 2005).
7/30/2019 diabeter melitus
18/22
18
Efek Terhadap Metabolisme glukosaKerja netto semua efek insulin di atas adalah menurunkan kadar glukosa darah.
Dalam kerja ini, insulin berdiri sendiri dalam menghadapi sekelompok hormon yang
berupaya untuk melawan pengaruh insulin tersebut. Peristiwa ini jelas
menggambarkan salah satu mekansime pertahanan paling penting yang dimiliki oleh
organisme, mengingat hipoglikemia yang berkepanjangan merupakan ancaman yang
bisa membawa kematian bagi otak dan harus dihindari (Syahputra, 2005).
Efek Terhadap Metabolisme lipid
Gambar 8.Mekanisme metabolisme lipid pada kondisi defisiensi insulin(Syahputra, 2005).
Pada defisiensi insulin yang berat terdapat pecepatan liposisis. Peristiwa ini
mengakibatkan kenaikan kadar triasil gliserol plasma ( hiperlipidemia). Sedikit asetil
KOA dapat dimetabolisier lewat siklus asam sitrat sehingga sisanya harus diubah
menjadi asam asam keto (ketonemia) dan sebagian diekskresikan (ketonuria). Karena
glikolis dihambat, enzim Glukosa 6 fosfat yang terbentuk dari percepatan
glikogenelosis akan diubah menjadi glukosa. Peristiwa ini bersama dengan percepatan
glukoneogeneiss mengakibatkan hiperglikemia (akibat bertambahnya asam amino
yang ada dan meningkatnya jumlah enzim PEPCK). Insulin pada dasarnya
membalikkan semua proses ini. LDL< mengingat kadar partikel ini dan sebagai
konsekuensinya juga kadar kolesterol, sering mengalami kenaikan pada penderita
diabetes yang tidak terkontrol. Percepatan proses ateroskleosis yang menjadi
permasalahan serius pada banyak penderita diabetes, ditimbulkan oleh cacat metabolik
ini (Syahputra, 2005).
7/30/2019 diabeter melitus
19/22
19
Efek Terhadap Metabolisme Protein dan replikasi selInsulin mempunyai pengaruh terhadap metabolisme proteindan replikasi sel. Itu
sebabnya, gangguan fungsi insulin dapat menyebabkan pengaruh negatif dan
komplikasi yang sangat luas pada berbagai organ dan jaringan (Syahputra, 2005).
b. Penentuan dosis terapi insulin
Dosis insulin akan bergantung pada jumlah keton dalam darah dan status pH pasien.
Bila pH
7/30/2019 diabeter melitus
20/22
20
Tabel 9.Estimasi kebutuhan insulin harian(Kliegman, 2007).
Basal insulin adalah insulin yang dibutuhkan oleh tubuh ketika tidak sedang
menerima asupan kalori (tidak makan), sedangkan bolus insulin adalah insulin yang
dibutuhkan tubuh saat sedang menerima asupan kalori (makan). Pemberian insulin basal
biasanya digunakan insulin long acting (glargine) atau intermediate acting yang memiliki
durasi kerja mencapai 24 jam. Pemberian insulin bolus biasanya digunakan insulin yang
memilikishort acting(aspart) atau rapid acting(lispro) yang disunakan sesaat sebelum atau
sesudah makan (Kliegman, 2007).
Perhitungan insulin harian total dapat dihitung menggunakan rumus
. Selanjutnya, total unit insulin tersebut dibagi menjadi dua, yaitupemberian basal atau sebelum tidur (40%) dan pemberian bolus (60%) saat makan pagi,
siang dan malam.
Skema 1.Perhitungan pemberian dosis insulin pada DM Tipe 1
c. Efek Samping
Efek samping terapi insulin yang paling sering terjadi adalah hipoglikemia.Keadaan
ini dapat terjadi akibat dosis insulin yang berlebihan, saat pemberian yang tidak tepat,
penggunaan glukosa yang berlebihan, misalnya olahraga anaerobic berlebihan, dan faktor-
faktor lain yang dapat meningkatkan kepekaan individu terhadap insulin, misalnya gangguan
fungsi adrenal atau hipofisis (Syahputra, 2005).
7/30/2019 diabeter melitus
21/22
21
b.Nonfarmakologis1.Mengatur dan melaksanakan pola makan yang sehat
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan
untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan
zat gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya
keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka
yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin (Perkeni, 2011).
Menurut Perkeni (2011), komposisi Karbohidrat yang di rekomendasikan untuk penderita
diabetes yaitu:
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi. Pembatasan karbohidrattotal
7/30/2019 diabeter melitus
22/22
22
Tabel 10. Aktivitas harian yang dianjurkan pada penderita DM Tipe 1
(Perkeni, 2011).
3.Memeriksa kadar glukosa darah secara berkalaPemeriksaan gula darah pada asien DM dilakukan sesuai dengan rekomendasi yang
diberikan oleh dokter maupun apoteker. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga agar kadar gula
darah tetap normal dan terkait dengan dosis terapi obat DM (Perkeni, 2011).