Upload
siti-nurhayati
View
34
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
maternitas
Citation preview
1
Resiko Tinggi Pada Kehamilan Dengan DM
1. Definisi
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi), (Black, Joyce M,
2014).
Diabetes melitus merupakan gangguan sistemik pada metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak. Diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia
(peningkatan glukosa darah) yang diakibatkan produksi insulin yang tidak adekuat
atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler. (Bobak, 2004).
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan penyebab yang
beragam, ditandai adanya hiperglikemi kronis serta perubahan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein akibat defek sekresi atau kerja insulin atau keduanya.
(Sarwono, 2010).
2. Klasifikasi Diabetes Menurut National Institutes Of Health
a. Tipe I (IDDM / insulin dependent diabetes mellitus
Diabetes dengan awitan pada masa kanak-kanak (juvenile onset diabetes),
diabetes tipe ini tergantung insulin : sel-sel beta pankreas di pulau langerhans pada
dasarnya tidak memproduksi insulin.
b. Tipe II (NIDDM/non insulin dependent diabetes mellitus)
Diabetes dengan awitan pada masa dewasa (adult onset diabetes), diabetes ini
tidak tergantung insulin : sel-sel beta pankreas di pulau langerhans tidak
memenuhi peningkatan kebutuhan insulin yang terus menerus atau pada saat stres
terjadi.
c. Diabetes Gestasi
Intoleransi karbohidrat yang terjadi selama masa hamil, tanpa memperhatikan
tingkat keparahannya.
2
3. Macam-macam Diabetes Melitus dalam Kehamilan
A. Diabetes pragestasional
1) Definisi
Yaitu diabetes telah terjadi sebelum konsepsi atau sebelum masa hamil (tipe I
dan tipe II), (Bobak, 2004). Perempuan hamil dengan diabetes yang sudah
diketahui sejak sebelum perempuan tersebut hamil (Sarwono, 2010).
2) Etiologi
Defek genetik
Penyakit-penyakit dari pankreas
Beberapa hormon (hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon, dan epinefrin
merupakan antagonis atau menghambat insulin)
Jumlah berlebihan dari hormon-hormon ini (seperti pada akromegali, sindrom
cushing, glukagonom, dan feokromositoma) menyebabkan DM
Obat-obat tertentu (glukokortikoid, dan tiazid)
3) Tanda dan gejala
Poliuria (frekuensi buang air kecil)
Peningkatan rasa haus dan minum (polidipsi)
Penurunan BB
Peningkatan makan atau rasa lapar (polifagi)
4) Risiko dan Komplikasi
Bagi Ibu
Wanita diabetik yang hamil memiliki risiko mengalami komplikasi. Tingkat
komplikasi secara langsung berhubungan dengan kontrol glukosa wanita
sebelum konsepsi dan selama masa hamil dan komplikasi diabetik
sebelumnya. Komplikasi maternal umumnya terjadi sehubungan dengan
kehamilan diabetik, yang meliputi hal-hal dibawah ini.
Diantaranya :
a. Aborsi spontan, terjadi lebih sering di antara wanita diabetik dan aborsi ini
berhubungan dengan kontrol glikemia yang buruk pada saat konsepsi dan
pada minggu-minggu awal kehamilan.
3
b. Hipertensi akibat kehamilan (pregnancy induced hypertension [PIH])
atau preeklamsia, terjadi dua kali lebih sering selama masa hamil diabetik.
Insiden tertinggi terjadi pada wanita yang sebelumnya mengalami perubahan
vaskular terkait diabetes
c. Hidramnion (polihidramnion), suatu kelebihan cairan amniotik sebesar
2000ml, terjadi sekitar 10 kali lebih sering dalam kehamilan diabetik dari
pada dalam kehamilan bukan diabetik. Hidramnion yang menyebabkan
distensi uterus yang berlebihan, meningkatkan risiko ruptur membran yang
prematur, persalinan prematur, dan hemoragi pascapartum.
d. Infeksi, lebih umum terjadi dan lebih berat pada wanita diabetik yang
hamil. Infeksi vagina, khususnya vaginitis monilial, lebih umum terjadi.
Infeksi traktus urinarius yang umum terjadi selama hamil, kemungkinan
berhubungan dengan glikosuria.
e. Ketoasidosis, dapat mengancam kehidupan ibu dan janin. Terjadi paling
sering selama trimester kedua dan ketiga, yakni saat efek diabetogenik pada
kehamilan paling besar karena resistensi insulin meningkat. Ketoasidosis,
yakni konsekuensi hiperglikemia yang tidak diobati, umumnya disebabkan
oleh infeksi atau penyakit maternal atau dosis insulin yang tidak tepat.
Bagi Janin
a. Makrosomia, yakni berat bayi lebih dari 4000 gram, terjadi pada 25%^
sampai 42% kehamilan yang disertai diabetes, sedangkan pada kehamilan
diabetik angka makrosomia hanya 8% sampai 14%
b. Hipoglikemia, hipomagnesemia, hiperbilirubinemia dan polisitemia, lebih
sering terjadi pada bayi dari ibu diabetik dan hal ini membuat neonatus
memiliki risiko yang lebih besar.
5) Penatalaksanaan
Konseling prakonsepsi
4
Konseling prakonsepsi direkomendasikan untuk semua wanita diabetik
yang berada dalam masa reproduksi dan konseling ini dikaitkan dengan hasil
akhir kehamilan yang lebih baik. Dalam lingkungan yang ideal, wanita
diabetik pragestasi diberi konseling sebelum waktu untuk merencanakan
waktu yang optimal untuk hamil, mengatur kontrol glikemia sebelum
konsepsi, dan mengevaluasi setiap tanda komplikasi vaskular diabetes pada
wanita, dan menjaga agar kadar glukosa (gula) dalam darah tetap normal,
tidak merokok, berolahraga secara teratur, memakan makanan yang seimbang,
kadar lemak yang rendah, dan kadar serat yang tinggi (kompleks karbohidrat),
agar tekanan darah dan kadar kolesterol diperiksa teratur oleh dokter.
Penanganan yang dilakukan, diet berat badan rata-rata pada ibu hamil 1200-
1800 kalori/hari, terutama trimester I, insulin dikurangi karena emisis
menyebabkan hypoglikemik, trimester II dan III, insulin ditambah karena
makan mulai bertambah, persalinan dan nifas insulin kurangi karena cadangan
hidrat arang berkurang, anjurkan infus glukosa dan insulin.
Penatalaksanaan kehamilan diabetik berdampak pada kesehatan masa
depan wanita diabetik pragestasi. Selama wanita hamil, yakni saat motivasinya
tinggi, wanita biasanya melakukan pengembangan dan perbaikan keterampilan
dalam menatalaksana dirinya. Secara ideal, keterampilan baru dan teknik
penatalaksanaan diabetik akan terus digunakan sepanjang sisa hidup wanita
itu, sehingga wanita tersebut dapat lebih mengontrol diabetesnya dengan
komplikasi jangka panjang yang lebih sedikit.
6) Perawatan Kolaboratif
A. Sebelum kehamilan
Tujuan :
a. Regulasi glukosa untuk menurunkan risiko terjadinya kelainan bawaan janin
dan keguguran. Waspada terjadinya hipoglikemia.
b. Menentukan adanya vaskulopati dengan evaluasi opthalmologi, penyakit
jantung coroner, fungsi ginjal, fungsi thyroid.
c. Penyuluhan pasien dan suami tentang rencana perawatan pada kasus
kehamilan dengan DM.
d. Pembelian Folic Acid untuk pencegahan risiko terjadinya defek pada susunan
syaraf janin.
5
e. Konseling kontrasepsi.
B. Perawatan Antepartum
a. Diet yang dianjurkan
o Rencana : 3 kali makan dan 3 kali snack
o Kalori : 30-35 kcal/kg normal body weight Total 2000-2400 kcal/day
o Komposisi : Karbohidrat 40-50%, kompleks dan tinggi serat. Protein
20%, Lemak 30-40% (asam lemak jenuh/saturated <10%)
o Penambahan berat badan ibu 22-25 lb (10-11 kg)
b. Regulasi gula darah
Yang paling penting selama perawatan kehamilan adalah regulasi glukosa
darah.
Kada r g lukosa yang d iha rapkan s e l ama hami l :
Kadar rata-rata 100 mg/dL
Sebelum makan pagi < 95 mg/dL
Sebelum makan siang, makan malam, sebelum tidur < 100 mg/dL
1 jam setelah makan < 140 mg/dL
2 jam setelah makan <120 mg/dL
Menurut Bobak, 2004 Rentang target kadar glukosa darah selama masa hamil
adalah sebagai berikut:
Rentang target Kadar glukosa darah (mg/dl)
Sebelum sarapan 60 sampai 90 mg/dl
Sebelum makan, makan malam, dan sebelum tidur 60 sampai 105 mg/dl
Dua jam setelah makan 60 sampai 120 mg/dl
c. Pemeriksaan urine
Urine diperiksa untuk mendeteksi keberadaan keton. Pemeriksaan ini
dilakukan saat bangun tidur dan setiap kali makan atau camilan tertunda.
Apabila terjadi ketonuria, asupan karbohidrat harus dengan hati-hati
ditingkatkan atau camilan lain dapat ditambahkan ke dalam rencana makanan
sehari-hari.
d. Terapi insulin
o Multiple Insulin Injection
6
- Prandrial insulin (regular/insulin lispro) diberikan bersamaan
makan/snack
- Basal insulin (neutral protamine hagedorn/NPH) diberikan
sebelum makan pagi (2/3 dosis) dan sebelum tidur (1/3 dosis)
o Continuous subcutaneous insulin infusion (insulin pump)
- Regular/insulin lispro, diberikan secara continuous basal rate &
bolus pada pasien dengan kepatuhan tinggi.
e. Pedoman penggunaan insulin dan asupan karbohidrat
o 1 unit rapid-acting insulin akan menurunkan glukosa darah 30 mg/dL
o 10 g karbohidrat akan meningkatkan glukosa darah 30 mg/dL (1 unit
insulin rapid acting diberikan pada intake karbohidrat 10g)
f. Pemantauan janin Pemantauan kesejahteraan janin antenatal untuk mencegah
kematian janin.
o Profil Biofisik Janin
- Pemantauan gerakan janin sejak usia hamil 28 minggu
- NST setiap minggu pada usia hamil 28-30 minggu NST dua
kali seminggu pada usia hamil 32 minggu/lebih
- Profil biofisik janin setiap saat bila diperlukan 2
o USG untuk memantau pertumbuhan janin (makrosmia/pjt)
o Amniosentesis bila diperlukan, untuk memperkirakan maturasi paru
janin bila direncanakan untuk seksio elektif sebelum 39 mingu
C. Perawatan Intrapartum
Selama periode intrapartum, wanita diabetik pragestasi harus dipantau
dengan ketat untuk mencegah komplikasi yang berhubungan dengan dehidrasi,
hipoglikemia, dan hiperglikemia. Sebagian besar wanita menggunakan energi
dalam jumlah besar (kalori) untuk melakukan kerja dan menatalaksanaan stres
persalinan dan melahirkan. Namun, pengeluaran kalori ini bervariasi pada
individu. Kadar glukosa darah dan hidrasi harus dikontrol dengan hati-hati
selama proses persalinan. Untuk mencapai hal ini, selang IV diinsersi untuk
menginfus suatu cairan rumatan, biasanya larutan Ringer Laktat (RL) atau
larutan Ringer Laktat/dekstrosa 5% (D5RL). Insulin dapat diberikan melalui
infus secara kontinu atau melalui injeksi subkutan berjangka. Penetapan
7
glukosa darah dibuat setiap satu sampai dua jam saat dekstros dan insulin
dititrasi oleh pompa yang telah dikalibrasi untuk mempertahankan kadar
glukosa darah antara 60 sampai 100 mg/dl. Adalah sangat penting untuk
mempertahankan kadar glukosa target karena hiperglikemia selama proses
persalinan dapat mempresipitasi masalah-masalah metabolik pada neonatus,
khususnya hipoglikemia. Hiperglikemia maternal selama persalinan juga dapat
menyebabkan asfiksia perinatal.
Catatan: untuk wanita diabetik yang sedang bersalin, jumlah insulin
yang diprogramkan biasanya dicampur dengan 250 ml sampai 500 ml normal
saline atau larutan Ringer Laktat untuk pemberian intravena. Selama proses
persalinan, dianjurkan untuk memantau denyut jantung janin secara kontinu.
Ibu harus mengambil posisi tegak atau miring selama proses persalinan untuk
mencegah hipotensi supine akibat janin yang besar atau polihidramnion.
Persalinan akan diteruskan jika kecepatan normal dilatasi serviks dan
penurunan janin dipertahankan. Persalinan yang gagal untuk maju dapat
mengindikasikan bayi makrosomia dan diproporsi selalopelvis (CPD)
sehingga dibutuhkan persalinan sesaria. Wanita diobservasi dan komplikasi
diabetik selama proses persalinan ditangani. Komplikasi tersebut antara lain
hiperglikemia, ketosis, ketoasidosis, dan glikosuria. Seorang pedriatik dapat
dihadirkan pada saat ibu melahirkan untuk melakukan pengkajian dan
perawatan neonatus.
D. Perawatan Pascanatal
Awal kebutuhan insulin menurun secara substansial karena sumber
utama resistansi insulin, yakni plasenta, telah diangkat. Wanita diabetik tipe 1
mungkin membutuhkan satu setengah sampai dua pertiga dosis insulin
prenatal pada hari pertama pascapartum jika ia mengonsumsi diet secara
keseluruhan. Dibutuhkan beberapa hari setelah melahirkan untuk mencapai
kembali homeostatis karbohidrat. Kadar glukosa darah dipantau pada periode
pascapartum, setelah itu dosis insulin juga dipantau. Wanita yang tergantung
insulin harus menyadari pentingnya makanan tepat waktu bahkan jika bayinya
perlu disusui atau jika terdapat kebutuhan lain yang harus dilakukan. Wanita
diabetik tipe 2 seringkali tidak membutuhkan insulin pada periode
8
pascapartum dan mampu mempertahankan normoglikemia hanya melalui diet
atau dengan mengonsumsi agens hipoglikemia oral.
Komplikasi pascapartum yang dapat muncul mencakup preeklamsia-
eklamsia, hemoragi, dan infeksi. Risiko preeklamsia-eklamsia meningkat pada
wanita yang menderita penyakit vaskular sebelumnya. Hemoragi merupkan
suatu kemungkinan jika uterus ibu mengalami distensi (hidramnion,
makrosomia janin) atau stimulasi berlebihan (induksi oksitosin). Infeksi,
seperti vaginitis monilial, memiliki kemungkinan lebih besar untuk dialami
wanita pascapartum yang menderita diabetes.
Ibu diabetik dianjurkan menyusui bayinya. Selain keuntungan rasa
puas dan senang yang ibu peroleh, menyusui juga memiliki efek
antidiabetogenik. Kebutuhan insulin ibu diabetik yang menyusui menurun
karena karbohidrat digunakan untuk memproduksi susu ibu. Dosis insulin,
yang menurun selama masa laktasi, harus dikalkulasi kembali pada saat
penyapihan.
Wanita yang baru menjadi ibu memerlukan informasi yang
berhubungan dengan keluarga berencana dan kontrasepsi. Informasi tentang
keluarga berencana perlu diketahui semua wanita, termasuk wanita diabetik
supaya mereka dapat melindungi kesehatannya dan meningkatkan hasil akhir
yang optimal pada kehamilan selanjutnya.
B. Diabetes Gestasional
1) Definisi
Yaitu intoleransi karbohidrat dengan berbagai tingkat keparahan, yang
awitannya atau pertama kali dikenali selama hamil. (Bobak, 2004). Diabetes
melitus gestasional (DMG) adalah intoleransi glukosa yang dimulai atau baru
ditemukan pada waktu hamil. Perempuan hamil dengan diabetes yang baru
diketahui setelah perempuan tersebut hamil (Sarwono, 2010). Tidak dapat
dikesampingkan kemungkinan adanya intoleransi glukosa yang tidak diketahui
yang muncul seiring kehamilan. Setelah ibu melahirkan, keadaan DMG sering
akan kembali ke regulasi glukosa normal dan ada kemungkinan besar DMG
terjadi lagi pada kehamilan berikutnya. DMG biasanya ditegakkan pada
pertengahan trimester kedua masa hamil. Seiring dengan peningkatan kebutuhan
nutrisi janin selama trimester ketiga dan trimester kedua lanjut, asupan nutrisi
9
maternal juga meningkatkan kadar glukosa darah. Pada saat yang sama resistansi
insulin juga meningkat akibat efek antagonis insulin hormon plasenta, kortisol,
dan insulinase.
2) Etiologi
Diabetes tipe ini disebabkan karena insulin tidak dapat bekerja sebagaimana
mestinya. Hormon kehamilan dapat menghalangi insulin untuk menjalankan
fungsinya. Akibatnya level gula darah/glukosa dalam tubuh menjadi tinggi.
3) Faktor-faktor
- Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2
- Umur lebih 30 tahun
- Riwayat diabetes
- Riwayat obstetri yang buruk sebelumnya
- Riwayat keluarga DM atau lebih dari 4 kg saat lahir
- Adanya glukosuria
4) Tanda dan gejala
Polidipsi/banyak minum (hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan
kehilangan cairan banyak karena poliuri,sehingga untuk mengimbangi klien
lebih banyak minum)
Poliuri/banyak kencing (hal ini disebabkan oleh kadar glukosa darah
meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga
terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit
sehingga klien mengeluh banyak kencing)
Polifagia/banyak makan (hal ini disebabkan glukosa tidak sampai ke sel-sel
mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus
makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut
hanya akan berada sampai pada pembuluh darah)
Penurunan BB (hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi
glukosa, maka tubuh bersama mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang
lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh
selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada ditubuh termasuk
10
yang berada dijaringan otot dari lemak sehingga klien dengan DM walaupun
banyak makan akan tetap kurus)
Lemah
Mengantuk
Kesemutan
Pandangan mata kabur
Gatal, pruritus vulvae pada wanita
Dapat timbul ketoasidosis (mengalami poliuria, mual, muntah, dan sakit
perut. Ditandai dengan bau aseton dalam nafas, pola pernafasan dalam yang
disebut pernafasan kussmaul dan kelesuhan)
5) Patofisiologi
Sebagian kehamilan ditandai dengan adanya resistensi insulin dan
hiperinsulinemia yang beberapa perempuan menjadi faktor predisposisi untuk
terjadinya DM selama kehamilan. Resistensi ini berasal dari hormon diabetogenik
hasil sekresi plasenta yang terdiri atas hormon pertumbuhan (growth hormon),
corticotropin releasing hormon, placental lactogen, dan progesteron. Hormon ini
dan perubahan endokrinologik serta metabolik akan menyebabkan perubahan dan
menjamin pasokan bahan bakar dan nutrisi ke janin sepanjang waktu. Akan terjadi
diabetes melitus gestasional apabila fungsi pankreas tidak cukup untuk mengatasi
keadaan resistensi insulin yang diakibatkan oleh perubahan hormon diabetogenik
selama hamil. Kadar glukosa yang meningkat pada ibu hamil sering menimbulkan
dampak yang kurang baik terhadap bayi yang dikandungya. Bayi yang lahir dari
ibu dengan DM biasanya lebih besar, dan bisa terjadi pembesaran organ-organnya
(hepar, kelenjar adrenal, jantung). Segera setelah lahir, bayi dapat mengalami
hipoglikemia karena produksi insulin janin yang meningkat, sebagai reaksi
terhadap kadar glukosa ibu yang tinggi. Oleh karena itu, setelah bayi dilahirkan,
kadar glukosanya perlu dipantau dengan ketat. Ibu hamil penderita diabelitus yang
terkontrol dengan baik akan meningkatkan resiko terjadinya keguguran atau bayi
lahir mati. Bila diagnosis diabetes melitus sudah dapat ditegakkan sebelum
kehamilan, tetapi tidak dikontrol dengan baik, maka janin berisiko mempunyai
kelainan kongenital.
6) Komplikasi pada Ibu dan Bayi
11
Masalah yang ditemukan pada bayi yang ibunya menderita diabetes dalam
kehamilan adalah kelainan bawaan, makrosomia (bayi besar >4kg), hipoglikemia
(kadar gula darah rendah), hipokalsemia (kadar kalsium dalam tubuh rendah),
hiperbilirubinemia (bilirubin berlebihan dalam tubuh), sindrom gawat nafas, dan
kematian janin. Faktor maternal (pada ibu) yang berkaitan dengan peningkatan
angka kejadian makrosomia adalah obesitas, hiperglikemia, usia tua, dan
multiparitas (jumlah kehamilan >4). Makrosomia memiliki resiko kematian janin
saat dilahirkan karena ketika melahirkan, bahu janin dapat nyangkut serta dan
peningkatan jumlah operasi caesar. Hipoglikemia pada bayi dapat terjadi beberapa
jam setelah bayi dilahirkan. Hal ini terjadi karena ibu mengalami hiperglikemia
(kadar gula darah berlebihan) yang menyebabkan bayi menjadi hiperinsulinemia
(kadar hormone insulin dalam tubuh janin berlebihan). Komplikasi yang
didapatkan pada ibu dengan diabetes gestasional berkaitan dengan hipertensi,
preeklamsia, dan peningkatan risiko operasi caesar serta terjadinya diabetes
melitus tipe II dikemudian hari.
7) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan kadar gula darah atau
skrining glukosa darah serta ultrasonografi untuk mendeteksi adanya kelainan
bawaan dan makrosomia.
Skrining awal diabetes melitus gestasional adalah dengan cara melakukan
pemeriksaan beban 50 g glukosa pada kehamilan 24-28 minggu. Untuk tes ini
pasien tidak perlu puasa.
Kadar glukosa dan serum atau plasma yang normal harus kurang dari 130 mg per
dl (7,2 mmol per I ) atau kurang dari 140 mg per dl (7,8 mmol per I). Dengan
memakai nilai 130 mg per dl atau lebih akan meningkatkan sensitivitas tes sekitar
80%-90% tetapi menurunkan spesifisitasnya dibanding bila dipakai nilai 140 mg
per dl atau lebih.
Apabila yang dipakai hanya nilai 130 mg per dl hal ini akan meningkatkan
terdeteksinya kasus diabetes melitus gestasional yang berarti akan meningkatkan
hasil positif palsu. Oleh karena itu, untuk mendeteksi adanya diabetes melitus
gestasional sebaiknya dipakai hanya satu nilai, tetapi keduanya yaitu 130 mg per
dl dan 140 mg per dl.
12
Hasil tes satu jam yang abnormal harus dilanjutkan dengan pemeriksaan beban
100 g glukosa. Selama tiga hari pasien disuruh diet yang tidak ketat, kemudian
dilakukan pemeriksaan darah puasa yang diambil dari pembuluh darah vena, serta
setelah 1, 2, 3 jam pemberian 100 g glukosa.
8) Pencegahan
Itu untuk memastikan bahwa ibu dan anak di dalam kandungan tetap sehat.
Memeriksa bayi secara rutin
Periksakan kesehatan ibu dan kandungan secara teratur selama kehamilan.
Monitor kandungan untuk memeriksa ukuran dan kesehatan janin.Lakukan tes
ringan yang tidak menimbulkan stres dan tidak sakit untuk ibu dan bayi,
seperti menggunakan mesin elektronik yang dapat mendengar detak jantung si
bayi dalam kandungan, sehingga dokter dapat mengetahui apakan keadaan
janin sehat.
Pola makan/diet
Cara terbaik untuk meningkatkan kualitas diet wanita hamil adalah dengan
mengkonsumsi berbagai makanan sehat. Periksa setiap label makanan dan
konsultasikan dengan dokter untuk menentukan pola diet yang tepat selama
kehamilan.Secara umum, wanita yang terdiagnosa diabetes gestasional
sebaiknya memperhatikan beberapa poin berikut:
Tidak terlalu banyak mengkonsumsi lemak dan protein
Penuhi karbohidrat melalui makanan yang mengandung buah dan
sayuran, serta karbohidrat kompleks (roti, sereal dan nasi)
Kurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak gula seperti
soft-drink, jus buah, dan lain sebagainya.
Senam kehamilan
Lakukan aktivitas dan olahraga ringan yang baik untuk wanita hamil dan
kandungan, seperti senam kehamilan. Hal tersebut sangat berguna untuk
keduanya, sekaligus menjaga level glukosa di dalam darah tetap normal.
9) Penanganan
13
a. Penapisan
Penapisan faktor resiko untuk terjadinya DMG pada perempuan hamil
sebaiknya dilakukan pada saat kali pertama pasien memeriksa kehamilannya.
Faktor resiko antara lain berat badan yang sangat berlebihan (obesitas),
riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya, riwayat intoleransi glukosa atau
glikosuria (glukosa dalam air seni), atau riwayat keluarga DM tipe 2. Jika
seorang perempuan hamil memiliki faktor resiko tinggi untuk timbulnya
DMG, pemeriksaan TTGO harus segera mungkin dilakukan. Jika pemeriksaan
awal tidak menunjukkan adanya DMG, harus dilakukan pemeriksaan TTGO
ulang pada pasien tersebut pada saat kehamilan berusia 24-28 minggu. Jikia
resiko untuk terjadinya DMG adalah moderat, pasien pasien seyogianya
melakukan pemeriksaan TTGO pada saat kehamilan berusia 24-28 minngu.
b. Pengelolaan
Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa <105 mg/dl
Mempertahankan kadar glukosa darah jam pp <120 mg/dl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) <6%
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuria/ketoasidosis diabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal
Dianjurkan pemantauan gula darah yang teratur minimal 2 kali
seminggu (ideal setiap hari, jika mungkin dengan alat pemeriksaan
sendiri dirumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal pemeriksaan
antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol
semakin sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu
sekali.
Pada wanita DMG harus dilakukan pengamatan gula darah preprandial
dan postprandial. Fouth international workshop coference on
gestational diabetes melitus, menganjurkan untuk mempertahankan
konsentrasi gula darah kurang dari 95 mg/l (5,3 mmol) sebelum makan
dan 120 mg/l-140 mg/l).
Pengaturan pola makan bertujuan untuk menurunkan konsentrasi
glukosa serum maternal, dengan cara membatasi asupan karbohidrat
14
hingga 40%-50% dari seluruh kalori, protein 20%, lemak 30%-40%
(saturated kurang dari 10%), makan tinggi serat. Kenaikan berat badan
selama kehamilan (weight gain) diusahakan hanya sekitar 11-12,5 saja.
Program pengaturan gizi dan makanan yang dianjurkan oleh Ikatan
Diabetes Amerika (American Diabetes Association) adalah pemberian
kalori dan gizi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan kehamilan
dan mengurangi hiperglikemi ibu. Kalori harian yang dibutuhkan oleh
bagi perempuan dengan berat badan normal pada paruh kedua
kehamilan adalah 30 kkal/kg BB normal.
Bila indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) lebih dari 30 kg/m2, maka
dianjurkan asupan rendah kalori sampai 30-33% (sekitar 25 kkal/kg).
Diet ini untuk mencegah ketonemia. Olahraga teratur untuk
memperbaiki control kadar gula darah pada perempuan hamil dengan
diabetes melitus gestasional walaupun pengaruhnya terhadap hasil
perinatal belum jelas.
c. Pemberian insulin
Perempuan yang memiliki gejala mordibitas janin (berdasarkan
pemeriksaan glukosa atau adanya janin yang besar) atau perempuan yang
mempunyai konsentrasi gula darah yang tinggi harus dirawat lebih seksama
dan biasanya diberi insulin. Terapi insulin dapat menurunkan kejadian
makrosomia janin dan morbilitas perinatal. Dosis insulin yang diberikan
sangat individual. Pemberian insulin ditujukan untuk mencapai konsentrasi
gula darah pascaprandial kurang dari 140 mg/dl sampai mencapai kadar
glikemi dibawah rata-rata dan hasil perinatal yang lebih baik, ketimbang
dilakukannya upaya mempertahankan konsentrasi gula darah praprandial
kurang dari 105 mg/dl, tetapi keadaan janin tidak diperhatikan. Kejadian
makrosomia dapat diturunkan dengan cara pemberian insulin untuk mencapai
konsentrasi gula darah praprandial kurang lebih 80 mg/dl (4,4 mmol/l). Oleh
karena itu, dalam merancang penatalaksanaan pemberian insulin harus
dipertimbangkan ketepatan waktu pengukuran gula darah, konsentrasi target
glukosa, dan karakteristik pertumbuhan janin. Sebagai alternativ pemberian
obat antidiabetik seperti metformin dan sulfonylurea dapat dipakai untuk
mengendalikan gula darah.
15
10) Perawatan Kolaboratif
A. Perawatan Antepartum
Setelah diagnosis GDM ditegakkan, terapi segera dimulai. Hal ini membuat
wanita dan keluarganya mempunyai hanya sedikit waktu atau tidak ada waktu
sama sekali untuk menyesuaikan diri dengan diagnosis sebelum kemudian
mereka harus mematuhi rencana terapi. Hal ini bertolak belakang dengan
wanita diabetik pragestasi, yang mungkin memiliki waktu sampai bertahun-
tahun untuk mempelajari penyakit tersebut dan beradaptasi terhadap
modifikasi diet, pemantauan glukosa, pemberian insulin. Komplikasi akibat
ketidakpatuhan didiskusikan sambil menguatkan perlunyan mempertahankan
status normoglikemia sepanjang sisa masa hamil. Akan menenangkan wanita
dan keluarganya, jika mereka mengetahui bahwa kondisi diabetik secara khas
akan hilang saat kehamilan berakhir.
a. Modifikasi diet
Merupakan terapi utama dalam penanganan GDM. Ada dua tujuan utama
dalam terapi diet : mempertahankan kadar glukosa darah normal
(normoglikemia) dan meningkatakan berat badan sesuai selama masa
hamil.
b. Latihan fisik
Merupakan bagian terintegrasi dalam rencana terapi karena latihan ini
membantu menurunkan kadar glukosa darah dan dapat menjadi instrumen
untuk menghilangkan kebutuhan akan insulin. Berjalan seringkali
direkomendasikan dan harus dilakukan pada waktu yang sama setiap hari.
Latihan fisik untuk wanita GDM tergantung insulin harus diprogramkan
pleh dokter.
c. Pemantauan glukosa darah secara mandiri
Dibutuhkan untuk penalaksanaan terapi insulin yang efektif dan biasanya
hal ini dilakukan empat kali sehari, yakni setelah bangun tidur dan setelah
makan.
B. Perawatan Intrapartum
16
Selama persalinan dan proses melahirkan, kadar glukosa darah
dipantau sekurang-kurangnya setiap dua jamuntuk mempertahankan kadar
glukosa darah 100 mg /dl atau kurang. Kadar glukosa dalam rentang ini
menurunkan tingkat keparahan hipoglikemia pada neonatus. Cairan intravena
yang mengandung glukosa tidak diberikan dalam bentuk bolus kepada pasien
GDM walaupun cairan tersebut mungkin dibutuhkan sebagai cairan rumatan.
C. Perawatan Pascapartum
Enam minggu setelah bayi lahir atau saat proses menyusui berhenti
GTT dilakukan untuk memastikan bahwa diabetes telah lenyap. Para wanita
yang memiliki hasil yang abnormal dirujuk ke ahli diabetes untuk
ditindaklanjutin.
Dalam merencanakan kehamilan di masa yang akan datang, sangat
penting bagi wanita untuk menyadari bahwa ada kemungkinan 90% GDM
akan terjadi lagi. Selain itu, wanita yang telah mengalami GDM berisiko
mengalami diabetes yang sesungguhnya pada tahun-tahun berikutnya. Wanita
yang sangat gemuk dan tetap memiliki berat badan berlebih, memiliki
kemungkinan 60% untuk mengalami diabetes dalam jangka waktu 20 tahun.
Risiko ini dapat menurun secara signifikan jika wanita tersebut mengurangi
berat badannya dan mempertahankannya dalam rentang normal.
4. Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap kehamilan
a. Pengaruh kehamilan, persalinan, dan nifas terhadap DM
Kehamilan dapat menyebabkan status diabetik menjadi manifes (diabetik)
DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan
b. Pengaruh diabetes gestasional terhadap kehamilan
Abortus dan partus prematurus
Hidromnion
Preeklamsi
Insufsiensi plasenta
c. Pengaruh penyakit terhadap persalinan
Gangguan kontraksi otot rahim (partus lama/terlantar)
Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi
17
Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia sampai
dengan lahir mati
d. Pengaruh DM terhadap kala nifas
Mudah terjadi infeksi post partum
Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar
e. Pengaruh DM terhadap bayi
Abortus, prematur >usia kandungan 36 minggu
Janin besar (makrosomia)
Dapat terjadi cacat bawaaan, potensial penyakit saraf dan jiwa
5. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Identitas
Usia : perlu diketahui kapan ibu dan berapa tahun ibu menderita diabetes
melitus, karena semakin lama ibu menderita DM semakin berat komplikasi
yang muncul. Seperti yang dijelaskan pada klasifikasi DM.
Keluhan utama
Biasanya ibu hamil dengan DM mengeluh mual, muntah, penambahan
berat badan berlebih atau tidak adekuat, polidipsi, polipaghi, poliuri, nyeri
tekan abdomen dan retinopati
Riwayat penyakit keluarga
Perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita DM, karena DM bersifat
keturunan.
Riwayat kehamilan sekarang
o Hamil muda, keluhan selama hamil muda
o Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan BB, suhu, nadi,
pernafasan, peningkatan TD, keadaan gizi akibat mual, keluhan
lain
Riwayat antenatal care meliputi :
Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawat serta pengobatannya
yang didapat. Pada saat antenatal care perlu diobservasi secara ketat juga
kepatuhan ibu dalam menjalani diet, kadar gula darah dan perawatan yang
diberikan
18
Pola aktivitas sehari-hari
o Pola nutrisi
Frekuensi makan : pasien dengan DM biasanya mengeluh sering
lapar dan haus
o Pola eliminasi
BAK : pasien dengan DM memiliki gejala yaitu poliuria atau
sering berkemih
BAB : biasanya tidak ada gangguan
o Pola personal hygiene
Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas
o Pola istirahat tidur
Gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan
kelelahan yang berlebihan
o Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas yang berlebih pada keadaan hipoglikemi dapat
menyebabkan rasa lapar meningkat, pusing, nyeri kepala,
berkeringat, letih, lemah, pernafasan dangkal dan pandangan kabur.
Jika ini terjadi maka ibu akan rentan tehadap cedera dan jika rasa
lapar berlebih ini akan menyebabkan ketidakpatuhan diet ibu.
Pemeriksaan fisik
o Keadaan umum
Jika dalam keadaan hipoglikemi ibu bisa merasa lemah dan letih
o TD
Ibu dengan DM perlu diobservasi tekanan darahnya karena
komplikasi dari ibu dengan DM adalah preeklamsia dan eklamsia
o Nadi
Pada keadaan hiperglikemi biasanya nadi lemah dan cepat
o Respirasi
pada keadaan hiperglikemi atau diabetik ketoasidosis biasanya RR
meningkat dan nafas bau keton
o Suhu
19
Tidak ada gangguan, tetapi biasanya kulit pasien lembab pada
kondisi hipoglikemi
o BB
Ibu dengan DM biasanya memiliki berat badan berlebih, dan terjadi
peningkatan berat badan waktu hamil yang berlebih.
o Kepala dan rambut : tidak gangguan
o Wajah
Pasien pada keadaan hipoglikemia biasanya terlihat pucat
o Mata
Pada keadaan hipoglikemi pasien akan mengeluh pandangan mata
kabur atau ganda dan pada keadaan hiperglikemi pasien akan
mengeluh
o Hidung
Pasien dengan hiperglikemi pernafasan cepat dan dangkal, nafas
bau keton
o Keadaan mulut : tidak ada gangguan
o Telinga : tidak ada gangguan
o Leher : tidak ada gangguan
Dada dan payudara Dada : pasien dengan hiperglikemia
pernafasan cepat dan dangkal, nafas bau keton
Sirkulasi jantung : perlu dikaji peningkatan TD nadi pasien
Payudara : pada umunya tidak ada gangguan
o Ekstermitas dan kulit
Pada keadaan hipoglikemia pasien akan berkeringat dan kulit
pasien lembab
b. Diagnosa Keperawatan
1. Kurang pengetahuan mengenai kondisi biabetes, prognosis dan kebutuhan
tindakan b.d kurang informasi, kesalahan informasi, dan tidak mengenal
sumber informasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat
20
3. Gangguan pertukaran gas pada janin b.d ketidakadekuatan kontrol diabetik
maternal, makrosomia atau retardasi pertumbuhan intra uterin
4. Gangguan psikologis : ansietas b.d situasi krisis atau mengancam pada status
kesehatan (maternal atau janin)
c. Intervensi
Diagnose
keperawatan/masalah
kolaborasi
Rencana Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Kurang pengetahuan
mengenai kondisi
biabetes, prognosis dan
kebutuhan tindakan b.d
kurang informasi,
kesalahan informasi, dan
tidak mengenal sumber
informasi
NOC :
Setelah dilakukan asuhan
selama.... x 24 jam pasien
menunjukkan
pengetahuan tentang
proses penyakit dengan
kriteria hasil :
Pasien dan keluarga
menyatakan
pemahaman tentang
penyakit, kondisi,
prognosis, dan
program pengobatan
Pasien dan keluarga
mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
Pasien dan
keluarga mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
NIC :
Kaji pengetahuan
tentang proses
dan tindakan
terhadap penyakit
termasuk
hubungan dengan
diet, latihan, stres,
dan kebutuhan
insulin
Jelaskan
penambahan berat
badan normal
Berikan informasi
mengenai dampak
kehamilan pada
kondisi diabetes
dan harapan masa
depan
Anjurkan
mempertahankan
pengkajian di
rumah terhadap
kadar glukosa
21
serum, dosis
insulin, diet dan
latihan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan
mencerna dan
menggunakan nutrisi
kurang tepat
NOC :
Setelah dilakukan asuhan
selama.... x 24 jam nutrisi
kurang teratasi dengan
kriteria hasil :
Memperlihatkan
status gizi : asupan
makanan dan cairan,
yang dibuktikan oleh
indikator sebagai
berikut (sebutkan 1-
5 : tidak adekuat,
sedikit adekuat,
cukup adekuat,
adekuat, sangat
adekuat)
Berat badan :
mempertahakan
massa tubuh dan
berat badan dalam
batas normal ,
mengungkapkan
tekad untuk
mematuhi diet,
menoleransi diet
yang dianjurkan
NIC :
Timbang BB
setiap kunjungan
prenatal
Manajemen
nutrisi : ketahui
makanan
kesukaan pasien,
tentukan
kemampuan
pasien untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi,
pantau kandungan
nutrisi dan kalori
pada catatan
asupan, berikan
informasi yang
tepat tentang
kebutuhan nutrisi
dan bagaimana
memenuhinya
Gangguan pertukaran gas NOC : NIC :
22
pada janin b.d
ketidakadekuatan kontrol
diabetik maternal,
makrosomia atau
retardasi pertumbuhan
intra uterin
Setelah dilakukan asuhan
selama.... x 24 jam
gangguan pertukaran
pasien teratasi dengan
kriteria hasil :
TTV dalam rentang
normal
Kadar gula darah
dalam batas normal
Monitor TTV,
kadar gula darah
Monitor pola
nafas