29

Click here to load reader

diabetes mellitus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

diabetes mellitus

Citation preview

Page 1: diabetes mellitus

BAB I

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah

adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah

sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas

tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.

Jenis Diabetes Melitus dikelompokkan menurut sifatnya :

Diabetes mellitus tergantung insulin

Diabetes mellitus tidak tergantung insulin, terdiri penderita gemuk dan kurus

Diabetes mellitus terkait malnutrisi

Diabetes melitus yang terkait keadaan atau gejala tertentu seperti penyakit pankreas, penyakit

hormonal, obat-obatan / bahan kimia, kelainan insulin / reseptornya, sindrom genetik dll

Umumnya diabetes melittus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian besar dari

sel-sel betha dari pulau-pulau Langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan

insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.

Disamping itu diabetes melittus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin

dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena kegemukan atau

sebab lain yang belum diketahui

Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab

untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah

(memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia.

Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.

Metformin satu-satunya golongan biguanida yang masih dipergunakan sebagai obat

antidiabetes oral. Metformin merupakan zat antihiperglikemik oral golongan biguanid.

Metformin tidak mengalami metabolisme di hati, diekskresikan dalam bentuk yang tidak

berubah terutama dalam air kemih dan sejumlah kecil dalam tinja.

Page 2: diabetes mellitus

Metformin dapat digunakan bersama dengan insulin atau senyawa sulfonilurea lainnya.

Sebagian besar penderita diabetes yang gagal diobati dengan sulfonilurea umumnya dapat

ditolong dengan biguanida. Antidiabetik oral golongan biguanida mempunyai mekanisme

kerja yang berbeda dengan golongan sulfonilurea. Metformin tidak merangsang sekresi

insulin, oleh sebab itu hanya efektif bila terdapat insulin endogen. Karena tidak merangsang

sekresi insulin, senyawa-senyawa biguanida hampir tidak pernah menyebabkan hipoglikemia.

Pada orang non-diabetik, pemberian senyawa biguanida tidak menurunkan kadar glukosa

darah.

Page 3: diabetes mellitus

BAB II

FARMASI FARMAKOLOGI

Definisi

Sebelum membahas tentang farmakologi Metformin penting untuk membahas tentang

Diabetes melitus itu sendiri. Penyakit Diabetes Melitus yang juga dikenal sebagai penyakit

kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai

dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem

metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon

insulin sesuai kebutuhan tubuh.

Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis

yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula

dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis

yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun

tidak semua dialami oleh penderita :

1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)

2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)

3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)

4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)

5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya

6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki

7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu

8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya

10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Page 4: diabetes mellitus

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak

sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang

dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak

yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1.

halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami

berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing

manis.

Tipe Penyakit Diabetes Mellitus

1. Diabetes melitus tipe 1

Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan

hormon insulin,dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM). Hal ini

disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas.

Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja.

Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian therapi

insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan

faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita

diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya,

sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana

mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai

penyakit.

2. Diabetes mellitus tipe 2

Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan

semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal

ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi

terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan tubuh terhadap

insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.

Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin,

diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar

gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan,

dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon

Page 5: diabetes mellitus

penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk

diberikan.

Kadar Gula Dalam Darah

Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL {millimoles/liter (satuan

unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l {milligrams/deciliter (satuan unit United State)},

Dimana 1 mmol/l = 18 mg/dl.

Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami

penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia

apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai normal, sedangkan hypoglycemia adalah

suatu kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah

normal.

Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level

126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8

jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara

random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai

level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl.

Pengobatan dan Penanganan Penyakit Diabetes

Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin (Lantus/Levemir,

Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu adalah dengan

berolahraga secukupnya serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet).

Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan

difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah

adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan

berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet

akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak

mengatasi pengontrolan kadar gula darah.

Page 6: diabetes mellitus

Metformin mempunyai rumus sebagai berikut

FARMASI UMUM

Dosis Metformin :

Dosis Dewasa : 500 mg / kali

Dosis Anak :

Sifat Fisikokimia :

Metformin umumnya terdapat dalam bentuk metformin hidroklorida, merupakan

kristal putih atau putih tulang (off-white) dengan BM 165,63. Metformin hidroklorida sangat

mudah larut dalam air, dan praktis tidak larut dalam aseton, eter ataupun kloroform. pKa

metformin = 12,4 dan pH larutan 1% metformin hidroklorida = 6,68.

Preparat

Metformin satu-satunya golongan biguanida yang masih dipergunakan sebagai obat

antidiabetes oral. Metformin dapat digunakan bersama dengan insulin atau senyawa

sulfonilurea lainnya. Sebagian besar penderita diabetes yang gagal diobati dengan

sulfonilurea umumnya dapat ditolong dengan biguanida. Antidiabetik oral golongan

biguanida mempunyai mekanisme kerja yang berbeda dengan golongan sulfonilurea.

Metformin tidak merangsang sekresi insulin, oleh sebab itu hanya efektif bila terdapat insulin

endogen. Karena tidak merangsang sekresi insulin, senyawa-senyawa biguanida hampir tidak

pernah menyebabkan hipoglikemia. Pada orang non-diabetik, pemberian senyawa biguanida

tidak menurunkan kadar glukosa darah. Kelebihan metformin dari OHO sulfonilurea adalah

tidak menaikkan berat badan, tidak menimbulkan masalah hipoglikemia dan

Page 7: diabetes mellitus

hiperinsulinemia. Penyerapan OH biguanida di usus cukup baik. Ketersediaan hayati absolut

pada pemberian 500 mg metformin per oral pada kondisi puasa sekitar 50-60%, dan absorpsi

akan berkurang dengan meningkatnya dosis yang diberikan. Makanan dapat menurunkan

absorpsi dan memperpanjang waktu absorpsi (konsentrasi puncak dalam plasma menurun

sekitar 40%, dan waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi puncak bertambah

panjang sekitar 35 menit). Berbeda dengan OHO sulfonilurea yang sebagian besar terikat

pada protein plasma, metformin hampir tidak ada yang terikat pada protein plasma.

Metformin terpartisi ke dalam sel-sel darah merah. Pada pemberian dosis terapi normal,

Konsentrasi plasma steady state metformin tercapai dalam 24-48 jam dan umumnya <1 m

g/mL, dengan konsentrasi plasma maksimum tidak lebih dari 5 m g/mL, bahkan pada dosis

maksimum. Metformin diekskresikan melalui urin dalam bentuk asal (tak berubah). Renal

clearance lebih kurang 3,5 kali lebih besar dari pada creatinine clearance, menunjukkan

bahwa sekresi tubular merupakan jalan utama eliminasi metformin. Setelah pemberian per

oral, sekitar 90% metformin yang terabsorpsi akan dieliminasi melalui ginjal dalam waktu 24

jam. Waktu paruh eliminasi plasma sekitar 6,2 jam, namun waktu paruh eliminasi darah

sekitar 17,6 jamginjal dalam waktu 24 jam. Waktu paruh eliminasi plasma sekitar 6,2 jam,

namun waktu paruh eliminasi darah sekitar 17,6 jam. Hal ini menunjukkan bahwa massa sel-

sel darah merah kemungkinan besar merupakan kompartemen distribusi metformin.

Metformin hanya mengurangi kadar glukosa darah dalam keadaan hiperglikemia serta tidak

menyebabkan hipoglikemia bila diberikan sebagai obat tunggal. Metformin tidak

menyebabkan pertambahan berat badan bahkan cendrung dapat menyebabkan kehilangan

berat badan.

Cara penggunaan :

Metformin digunakan secara per oral.

Farmakologi umum

Khasiat :

metformin bekerja menurunkan kadar glukosa darah tidak melalui perangsangan

sekresi insulin, melainkan langsung pada hati (hepar), yaitu menurunkan produksi glukosa

hati dengan jalan menurunkan kecepatan glikogenolisis dan glukoneogenesis. Disamping itu,

metformin juga meningkatkan sensivitas sel-sel tubuh terhadap insulin dengan jalan

Page 8: diabetes mellitus

memperbaiki transport dan meningkatkan penggunaan glukose sel-sel otot dan ekstrahepatik

lainnya. Metformin dapat memperbaiki uptake glukosa sampai sebesar 10-40%.

Indikasi :

Untuk terapi pada pasien diabetes yang tidak tergantung insulin dan kelebihan berat

badan dimana kadar gula tidak bisa dikontrol dengan diet saja. Dapat dipakai sebagai

obat tunggal atau dapat diberikan sebagai obat kombinasi dengan sulfonilurea.

Untuk terapi tambahan pada penderita diabetes dengan ketergantungan terhadap

insulin yang simptomnya sulit dikontrol.

Kontraindikasi :

Hipersensitif terhadap obat ini.

Koma diabetik dan ketoasidosis.

Gangguan fungsi ginjal.

Penyakit hati kronis, kegagalan jantung dan miokardial infark, alkoholisme, riwayat

atau keadaan yang berkaitan dengan laktat asidosis seperti syok atau insufisiensi

pulmonal, dan keadaan yang berhubungan dengan hipoksemia.

Kehamilan dan menyusui.

Peringatan dan Perhatian :

Keadaan yang memicu hipoksia dan akumulasi laktat dapat menyebabkan terjadinya

asidosis laktat yang berbahaya, maka metformin tidak boleh diberikan pada penderita

penyakin kardiovaskuler, gagal ginjal, gagal hati, dehidrasi dan peminum alkohol.

Terapi metformin jangka panjang, dapat menyebabkan gangguan absorpsi vitamin

B12 dan asam folat di saluran cerna, oleh karena itu perlu diperiksa kadar vitamin

B12 dalam serumnya tiap tahun.

Page 9: diabetes mellitus

Meskipun metformin tidak menimbulkan efek samping embrionik pada wanita hamil

yang mengalami diabetes, insulin lebih baik daripada zat antihiperglikemik oral untuk

mengontrol hiperglikemia pada kehamilan.

Tidak dianjurkan untuk diberikan pada wanita menyusui.

Kemungkinan terjadinya interaksi antara metformin dan antikoagulan tertentu, dalam

hal ini mungkin diperlukan penyesuaian dosis antikoagulan.

Perlu hati-hati untuk orang-orang lanjut usia, infeksi serius dan dalam keadaan

trauma.

Interaksi Obat:

Acarbose penghambat alpha-glukosidase mengurangi bioavailabilitas metformin dan

mengurangi konsentrasi puncak plasma metformin rata-rata, tetapi waktu untuk

mencapai konsentrasi puncak tersebut tidak berubah.

Getah guar dapat mengurangi kecepatan absorpsi metformin dan mengurangi

konsentrasi metformin dalam darah.

Simetidin menghambat sekresi metformin pada tubular ginjal secara kompetitif dan

meningkatkan daerah di bawah kurva konsentrasi plasma metformin terhadap waktu

serta mengurangi ekskresi ginjal metformin.

Antikoagulan oral phenprocoumon menambah eliminasi obat ini, meningkatkan aliran

darah hati dan ekstraksi hati sebagai efek metformin pada aktivitas enzim

mikrosomal.

Page 10: diabetes mellitus

BAB III

FARMAKODINAMIK

Metformin adalah obat anti hiperglikemia oral digunakan untuk pengobatan diabetes

mellitus tipe 2. Secara kimia atau farmakologi, Metformin berbeda dengan Sulfonylurea.

Metformin memperbaiki toleransi glukosa pada penderita diabetes melitus tipe 2. Metformin

tidak mengakibatkan hipoglikemia dan tidak menyebabkan hiperinsulinemia.

Metformin dapat menurunkan glukosa darah dengan beberapa cara yaitu, melawan

resistensi insulin, terutama di hati dan otot rangka. Metformin akan menekan proses

glukoneogenesis hepatik, meningkatkan sensitivitas insulin perifer pada jaringan sensitif

insulin seperti otot dan jaringan adiposa. Kemudian metformin akan meningkatkan

penggunaan glukosa di dalam perifer. Efek perlindungan pada sistem kardiovaskular tidak

dapat sepenuhnya dijelaskan oleh penurunan dari glukosa darah. Efek yang menguntungkan

dari obat ini adalah sebagai penanda fungsi endotel (sel vaskular adhesi molekul-1 [VCAM-

1], E-selektin), fibrinolisis (plasminogen activator inhibitor-1 [PAI-1]) dan kronis inflamasi

( C-reactive protein [CRP]). Ada beberapa mekanisme potensial lain yang dipostulasikan

untuk menjelaskan bagaimana obat ini menurunkan glukosa darah, termasuk gangguan

oksidasi rantai pernapasan di mitokondria dan aktivasi dari enzim adenosin monofosfat

(AMP)-aktif protein kinase (AMPK).  AMPK adalah protein kinase ubiquitously disajikan

dalam jaringan dan terlibat dalam mengatur keseimbangan energi. Aktivasi AMPK

merangsang adenosin trifosfat (ATP)-memproduksi jalur katabolik, sedangkan menghambat

ATP memakan jalur anabolik, dengan demikian akan menjaga produksi energi dalam

sel. Pada otot rangka, aktivasi AMPK meningkatkan penyerapan glukosa dan oksidasi

lipid. Dalam hati, aktivasi AMPK menghambat sintesis glukoneogenesis dan lemak tetapi

meningkatkan oksidasi lipid. Dimana nantinya di dalam jaringan adiposa, aktivasi AMPK

akan mengurangi proses lipolisis dan lipogenesis. Oleh karena itu, aktivasi AMPK dalam

jaringan otot rangka, hati dan lemak akan menyebar dan berpengaruh terhadap penurunan

glukosa, lipid, akumulasi lemak ektopik, serta sensitivitas insulin ditingkatkan.

Page 11: diabetes mellitus

BAB IV

FARMAKOKINETIK

Metformin 50%-60% bioavalabilitasnya secara oral, kelarutannya dalam lipid rendah,

dan volume distribusinya pada cairan tubuh. Penyerapan oleh usus baik sekali dan obat ini

dapat digunakan bersamaan dengan insulin atau sulfonilurea.

Metformin mempunyai waktu paruh 1,5-3 jam, tidak terikat protein plasma, tidak

dimetabolisme, dan dieksresi oleh ginjal sebagai senyawa aktif. Kerja metformin pada

glukoneogenesis di hati di duga mengganggu pengambilan asam laktat oleh hati. Pada pasien

insufisiensi ginjal (terjadi akumulasi Metformin) dapat meningkatkan risiko asidosis laktat

sehingga dapat berakibat fatal

Absorpsi :

Bioavailabilitas absolut setelah pemberian Metformin 500 mg pada kondisi puasa 50-

60 %. Adanya makanan mengurangi tingkat absorbsi dan memperlambat absorbsi metformin.

Absorpsi metformin relatif lambat dan dapat diperpanjang jadi 6 jam. Obat ini diekskresikan

dalam urin dengan kecepatan klirens ginjal yang tinggi yaitu 450 ml/menit. Eliminasi awal

metformin adalah cepat dengan waktu paruh bervariasi antara 1.7 dan 3 jam. Terminal fase

eliminasi diketahui  selama 4 sampai 5% dari dosis terserap lambat dengan waktu paruh

antara 9 – 17 jam. Tempat utama konsentrasi obat adalah mukosa usus dan kelenjar liur.

Konsentrasi plasma pada keadaan tunak berkisar sekitar 1 hingga 2 mcg / mL

Distribusi :

Metformin tidak terikat pada protein plasma, sangat berbeda dengan Sulfonylurea

dimana 90% terikat pada protein plasma.

Page 12: diabetes mellitus

Metabolisme :

Metformin tidak dimetabolisme dan tidak berikatan dengan protein-protein plasma.

Metformin dieliminasi melalui sekresi tubular ginjal dan filtrasi glomerulus. Waktu paruh

metformin rata-rata adalah 6 jam, meskipun secara farmakodinamik, efek antihiperglikemik

pada metformin > 24 jam.

Ekskresi:

Metformin diekskresikan dalam bentuk utuh (tidak berubah) lewat urine.

Page 13: diabetes mellitus

BAB V

TOKSISITAS

Efek toksik yang paling umum dari metformin adalah pada  gastrointestinal

(anoreksia, mual, muntah, ketidaknyamanan perut, dan diare) yang terjadi hingga 20% dari

pasien. Metformin harus dihentikan pada 3-5%  pasien akibat diare persisten. Penyerapan

vitamin B12 juga dapat berkurang selama terapi metformin jangka panjang, sehingga butuh

tambahan injeksi vitamin B12 jika mengkonsumsi obat ini dalam jangka panjang.

Biguanide memiliki kontraindikasi pada pasien dengan penyakit ginjal, alkoholisme,

penyakit hati, atau kondisi predisposisi untuk anoxia jaringan (misalnya, disfungsi

cardiopulmonary kronis) karena peningkatan risiko asidosis laktat yang disebabkan oleh obat

biguanide pada penyakit ini.

Metformin dapat diberikan baik oleh pasien dengan hanya gangguan gastrointestinal

yang biasanya hanya bersifat sementara. Hal ini dapat dihindari apabila metformin diberikan

bersama makanan atau dengan jalan mengurangi dosis secara temporer. Bila tampak gejala-

gejala intoleransi, penggunaan metformin tidak perlu langsung dihentikan, biasanya efek

samping demikian tersebut akan hilang pada penggunaan selanjutnya.

Efek samping lain yang terjadi adalah Anoreksia, mual, muntah, diare. Berkurangnya

absorbsi vitamin B12. Asidosis laktat, terutama terjadi pada penderita gangguan ginjal

dan/atau hati, atau pada peminum alkohol.

Perhatian khusus termasuk konseling :

• Informasikan tentang resiko yang potensial terjadi dan keuntungan metformin. Juga

tentang pentingnya pengaturan diet, olahraga, dan uji glukosa darah,hemoglobin

glikosilat, fungsi renal dan parameter hematologic secara rutin.

Page 14: diabetes mellitus

• Informasikan resiko laktat asidosis, gejalanya, dan kondisi yang memicunya.

Hentikan pengobatan jika terjadi hiperventilasi, mialgia, malaise, dan gejala yang

tidak spesifik.

• Informasikan bahwa metformin lepas lambat harus langsung ditelan, dan tidak boleh

digerus atau dikunyah.

Monitoring :

• Sebelum terapi dan 1 tahun setelah terapi, amati fungsi ginjal. Pada pasien yang

mengembangakan disfungsi ginjal harus diantisipasi. Hentikan pengobatan jika

terbukti ada kerusakan ginjal.

• Uji serum elektrolit serum dan keton, glukosa darah, laktat, piruat dan level

metformin jika ada bukti ketoasidosis atau laktat asidosis.

• Monitor terhadap respon terapi dengan pengukuran kadar glukosa darah sesaat dan

level hemoglobin glikosilat.

• Monitor secara periodik terhadap parameter hematologic seperti

hemoglobin/hematokrit, sel darah merah, dan fungsi ginjal (serum kreatinin) pada 2

tahun pertama.

Page 15: diabetes mellitus

BAB VI

PENYELIDIKAN DAN PENELITIAN

Pengaruh metformin terhadap indeks massa tubuh dan toleransi glukosa pada remaja

obesitas dengan hiperinsulinemia puasa dan riwayat keluarga diabetes tipe 2.

Prevalensi diabetes tipe 2 pada remaja Amerika telah meningkat tajam selama generasi

terakhir. Meskipun faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan diabetes tipe 2

sangat kompleks dan tidak sepenuhnya dijelaskan, tiga serangkai obesitas berat,

hiperinsulinemia, dan riwayat keluarga diabetes tipe 2 menempatkan anak pada peningkatan

risiko untuk perkembangan penyakit. Pendekatan saat ini dengan pencegahan diabetes tipe 2,

termasuk konseling diet dan olahraga, telah sukses terbatas. Kami beralasan bahwa obat yang

meningkatkan toleransi glukosa pada pasien diabetes mungkin terbukti bermanfaat dalam

mencegah perkembangan untuk intoleransi glukosa pada pasien berisiko tinggi. Untuk itu,

kami melakukan double-blind, terkontrol plasebo studi tentang efek metformin terhadap

indeks massa tubuh (BMI), serum leptin, toleransi glukosa, dan lipid serum pada remaja

obesitas dengan hiperinsulinemia puasa dan riwayat keluarga tipe 2 diabetes.

Metode:

Populasi studi terdiri dari 29 remaja putih dan hitam berusia 12 sampai 19 tahun.

Semua memiliki BMI melebihi 30 kg / m (2). Kriteria untuk pendaftaran meliputi: 1)

konsentrasi insulin puasa melebihi 15 microU / mL; dan 2) paling sedikit 1 relatif pertama

atau kedua-derajat dengan diabetes tipe 2. Semua pasien telah berpuasa konsentrasi glukosa

plasma <110 mg% dan konsentrasi hemoglobin A1C </ = 6,0%. Semua memiliki

pertumbuhan linier normal dan perkembangan seksual untuk usia, tanpa hirsutisme ditandai,

Page 16: diabetes mellitus

jerawat parah, atau menstruasi karakteristik penyimpangan dari sindrom ovarium polikistik.

Delapan peserta memiliki acanthosis nigricans. Setelah studi laboratorium awal termasuk tes

glukosa toleransi cepat sampel intravena, pasien diacak untuk menerima metformin (500 mg

dua kali sehari) atau plasebo selama total 6 bulan. Pengaruh metformin terhadap skor deviasi

standar BMI, serum leptin, toleransi glukosa, dan lipid serum dianalisis. Penelitian ini buta

ganda dan termasuk tidak ada pembatasan makanan tertentu.

Hasil:

Metformin menyebabkan penurunan sebesar 0,12 deviasi standar di BMI pada peserta

studi (-1,3% dari baseline), dan penurunan 5,5% di leptin serum pada anak perempuan.

Sebaliknya, BMI dan serum leptin naik 0,23 deviasi standar (2,3%) dan 16,2% masing-

masing, pada kelompok plasebo selama masa pengobatan. Metformin menyebabkan

penurunan progresif dalam glukosa darah puasa (dari rata-rata 84,9-75,1 mg%) dan

penurunan kadar insulin puasa (31,3-19,3 microU / mL). Sebaliknya, kadar glukosa puasa

pada kelompok plasebo naik 77,2-82,3 mg%, dan kadar insulin puasa tidak berubah.

Sensitivitas insulin, sebagaimana dinilai oleh rasio insulin puasa untuk konsentrasi glukosa

dan sensitivitas insulin kuantitatif indeks cek (1 / [log puasa insulin + log glukosa puasa]) dan

homeostasis model penilaian indeks resistensi insulin (insulin puasa x puasa glucose/22.5)

indeks, meningkat sedikit dalam metformin yang diobati peserta. Namun, sensitivitas insulin

diukur dengan model minimal Bergman tidak berubah. Ada juga tidak ada perubahan

signifikan dalam efektivitas glukosa, hemoglobin A1c, lipid serum, atau laktat serum dalam

kelompok metformin atau plasebo. Metformin ditoleransi dengan baik oleh sebagian besar

pasien. Perut tidak nyaman sementara atau diare terjadi pada 40% peserta yang diobati; tidak

ada episode muntah atau asidosis laktat.

Page 17: diabetes mellitus

BAB VII

DISKUSI

Kritik dan koreksi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Freemark M, Bursey D dengan judul

penelitian ‘Pengaruh metformin terhadap indeks massa tubuh dan toleransi glukosa pada

remaja obesitas dengan hiperinsulinemia puasa dan riwayat keluarga diabetes tipe 2’

dilakukan analisa bahwa :

1. Pada penelitian tersebut sudah baik tetapi ada kekurangan yang bisa berpengaruh

terhadap hasil yang diinginkan, yaitu pada proses penelitian tersebut tidak memisahkan

antara sample pria dan wanita secara terperinci, pahahal jenis kelamin sangat

berpengaruh terhadap hasil dari tujuan penelitian, misalnya pada pria lebih banyak

beraktifitas daripada wanita sehingga untuk kontrol glukosa dalam darahnya juga

berpengaruh.

2. Pada penelitian tersebut tidak ada pembatasan makanan untuk para sample selama masa

proses penelitian berlangsung, sehingga hasilnya kurang akurat karena tidak mengetahui

apa saja yang dikonsumsi oleh para peserta sample. Hal ini sangat bertentangan dengan

tujuan konseling penelitian ini yaitu mengenai pendekatan dengan pencegahan diabetes

tipe 2, termasuk konseling diet dan olahraga.

Pengobatan dengan Metformin terbukti berpengaruh terhadap skor deviasi standar BMI,

serum leptin, toleransi glukosa, dan lipid serum. Hal ini di bandingkan dengan pemberian

obat plasebo pada peserta sample, yaitu hasil diantara keduanya berbeda. Pada peserta yang

mendapat Metformin mengalami penurunan sebesar 0,12 deviasi standar di BMI pada

Page 18: diabetes mellitus

peserta studi (-1,3% dari baseline), dan penurunan 5,5% di leptin serum pada anak

perempuan. Sebaliknya, BMI dan serum leptin naik 0,23 deviasi standar (2,3%) dan 16,2%

masing-masing, pada kelompok plasebo selama masa pengobatan. Metformin menyebabkan

penurunan progresif dalam glukosa darah puasa (dari rata-rata 84,9-75,1 mg%) dan

penurunan kadar insulin puasa (31,3-19,3 microU / mL). Sebaliknya, kadar glukosa puasa

pada kelompok plasebo naik 77,2-82,3 mg%, dan kadar insulin puasa tidak berubah.

Resiko terkena diabetes melitus dapat dicegah dengan mengatur gaya hidup dan pola

makan serta mengontrol berat badan. Dalam standards of Medical Care in Diabetes—2009

dinyatakan bahwa seseorang dengan prediabetes perlu mendapatkan terapi non-farmakologik

seperti modifikasi gaya hidup, dan terapi nutrisi medis (medical nutrition therapy). Selain itu

dinyatakan juga bahwa metformin merupakan satu-satunya obat yang dapat dipertimbangkan

untuk diberikan sebagai terapi pencegahan diabetes. Pemberian metformin sebagai terapi

pencegahan direkomendasikan pada pasien-pasien risiko tinggi, yaitu pasien dengan IGT plus

IFG dengan obesitas dan di bawah umur 60 tahun, dengan paling tidak satu faktor risiko lain

untuk diabetes. Metformin merupakan obat hipoglikemik oral yang telah disetujui sebagai

terapi lini utama diabetes melitus tipe 2 menurut ADA (American Diabetes Association).

(http://www.bluefame.com/topic/373969-metformin-menghambat-terjadinya-dm-tipe-ii-

pada-pasien-pre-diabetic/)

Page 19: diabetes mellitus

BAB VIII

KESIMPULAN

Berdasarkan sifatnya, diabetes mellitus dibagi menjadi :

Diabetes mellitus tergantung insulin

Diabetes mellitus tidak tergantung insulin, terdiri penderita gemuk dan kurus

Diabetes mellitus terkait malnutrisi

Metformin adalah obat anti hiperglikemia oral digunakan untuk pengobatan diabetes mellitus

tipe 2, Metformin memperbaiki toleransi glukosa tapi tidak mengakibatkan hipoglikemia dan

tidak menyebabkan hiperinsulinemia. Dengan cara meningkatkan sensitivitas insulin perifer

pada jaringan sehingga metformin akan meningkatkan penggunaan glukosa di dalam perifer.

Absorpsi metformin dapat dipengaruhi oleh adanya makanan dalam lambung. Metformin

tidak dimetabolisme dan dieksresikan melalui urine dalam bentuk utuh. Diketahui bahwa efek

antihiperglikemik pada metformin > 24 jam.

Efek toksik yang paling umum dari metformin yaitu pada  gastrointestinal anoreksia, mual,

muntah, ketidaknyamanan perut, dan diare.

Pengobatan obesitas dan resistensi insulin pada orang dewasa sering terbukti tidak efektif

karena lingkaran setan yang menyebabkan diabetes tipe 2 mungkin telah menjadi berurat dan,

sampai batas tertentu, mungkin tidak dapat diubah. Deteksi dini dan terapi dari remaja

obesitas dengan riwayat keluarga diabetes tipe 2 dapat mengganggu siklus kenaikan berat

badan dan resistensi insulin yang menyebabkan intoleransi glukosa di masa dewasa. Melalui

kemampuannya untuk mengurangi glukosa darah puasa dan konsentrasi insulin sampai berat

badan ideal, metformin melengkapi efek konseling diet dan olahraga dan mengurangi risiko

diabetes tipe 2 pada pasien yang dipilih.

Page 20: diabetes mellitus

BAB X

DAFTAR PUSTAKA

1. http://medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=135 , diakses tanggal 29 mei

2012

2. http://www.bahayakolesterol.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=48&Itemid=61&lang=en, diakses tanggal 29

mei 2012

3. http://www.farmasiku.com/index.php?

target=products&mode=search&subcats=Y&type=extended&avail=Y&pshort=Y&pf

ull=Y&pname=Y&pkeywords=Y&cid=0&q=&page=67, diakses tanggal 29 mei 2012

4. http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/obat-antidiabetes-golongan-biguanid/ , diakses

tanggal 29 mei 2012

5. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11335776 , diakses tanggal 30 mei 2012