31
BAB.I PENDAHULUAN Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini ternyata terjadi hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World Health Organization) badan dunia PBB yang menangani masalah kesehatan dunia, memandang serius masalah kesehatan mental dengan menjadikan isu global WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan jiwa seperti Schizoprenia, Alzheimer, epilepsy, keterbelakangan mental dan ketergantungan alkohol sebagai isu yang perlu mendapatkan perhatian. Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sudah cukup memprihatinkan, yakni mencapai 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total penduduk. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) pada tahun 1985 yang dilakukan terhadap penduduk di 11 kotamadya oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri Indonesia, ditemukan 185 per 1.000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa baik yang ringan maupun berat. Dengan analogi lain bahwa satu dari lima penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa dan mental. Sebuah fenomena angka yang sangat mengkhawatirkan bagi sebuah bangsa. Dalam kehidupan sehari – hari sering dijumpai dalam klinis, keluhan – keluhan neurologis berupa, rasa nyeri dan sakit kepala yang tidak dapat didefinisikan secara neurologis. 1

Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

BAB.I PENDAHULUAN

Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini

ternyata terjadi hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World Health Organization)

badan dunia PBB yang menangani masalah kesehatan dunia, memandang serius

masalah kesehatan mental dengan menjadikan isu global WHO. WHO mengangkat

beberapa jenis gangguan jiwa seperti Schizoprenia, Alzheimer, epilepsy,

keterbelakangan mental dan ketergantungan alkohol sebagai isu yang perlu

mendapatkan perhatian.

Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sudah cukup

memprihatinkan, yakni mencapai 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total penduduk.

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) pada tahun

1985 yang dilakukan terhadap penduduk di 11 kotamadya oleh Jaringan Epidemiologi

Psikiatri Indonesia, ditemukan 185 per 1.000 penduduk rumah tangga dewasa

menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa baik yang ringan maupun berat.

Dengan analogi lain bahwa satu dari lima penduduk Indonesia menderita

gangguan jiwa dan mental. Sebuah fenomena angka yang sangat mengkhawatirkan

bagi sebuah bangsa. Dalam kehidupan sehari – hari sering dijumpai dalam klinis,

keluhan – keluhan neurologis berupa, rasa nyeri dan sakit kepala yang tidak dapat

didefinisikan secara neurologis.

Berbagai pemeriksaan dilakukan untuk memastikan gangguan neurologis.

Keadaan ini sering disamarkan dengan adanya gangguan psikiatri. 6

1

Page 2: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

BAB.II. ISI

2.1 DEFINISI KELUHAN NEUROLOGIS

Keluhan neurologis yang dimaksudkan disini dapat sama dengan keluhan yang

ditunjukkan pada keadaan gangguan mirip neurologis. Pasien dapat mengeluhkan

tiba-tiba menjadi buta dan sama sekali tidak dapat melihat sesaat setelah terjadi

peristiwa yang sangat emosional. Pada contoh lain, pasien tidak dapat menggerakkan

anggota badannya yang seolah-olah pasien mengalami serangan stroke padahal tidak

terdapat lesi organik diotak. Dengan demikian, keluhan-keluhan tersebut lebih tepat

dinamakan keluhan pseudoneurologis, melainkan sebenarnya adalah gangguan

psikiatri. 1

2.2 DEFINISI GANGGUAN JIWA

Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan manifestasi-

manifestasi psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja

yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisis

atau kimiawi. 5

Gangguan jiwa mewakili suatu keadaan tidak beres yang berhakikatkan

penyimpangan dari suatu konsep normatif. Setiap jenis ketidakberesan kesehatan itu

memiliki tanda-tanda dan gejala-gejala yang khas. 6

Setiap gangguan jiwa dinamai dengan istilah yang tercantum dalam PPDGJ-

IV (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi IV) atau

DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th edition with

text revision). 6

2.3 ETIOLOGI

Etiologi yang sebenarnya belum diketahui, tetapi kebanyakan menganggap

keluhan neurologis pada psikiatri disebabkan sebelumnya oleh stress yang berat,

konflik emosional, atau gangguan kejiwaan yang terkait. Beberapa dari pasien dengan

gangguan ini juga memiliki gangguan kepribadian atau menampilkan sifat-sifat

2

Page 3: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

histeris. Penyebab gangguan ini yang langsung biasanya mengalami peristiwa sangat

menegangkan atau peristiwa trauma. Gangguan ini dapat dianggap sebagai usaha atau

ekspresi psikologis seseorang dari suatu masalah. Depresi dan gangguan psikologis

lain sering terlihat pada pasien. 4

Pada anak-anak, keluhan neurologis sering diamati karena adanya kekerasan

fisik atau perilaku seksual. Anak-anak yang memiliki anggota keluarga dengan

riwayat gangguan lebih memungkinkan untuk menderita gangguan psikiatri. Selain

itu, jika ada anggota keluarga yang sakit parah atau sakit kronis, anak-anak cenderung

akan terpengaruh. 4

a.Teori Psikososial

Terdapat faktor-faktor psikososial berupa konflik psikis di bawah sadar yang

mempunyai tujuan tertentu, sehingga apabila dicermati, maka bentuk keluhan fisisk

yang timbul sebenarnya dapat diinterpretasi sebagai suatu bentuk komunikasi

emosional untuk meredam dan untuk mensimbolisasikan konflik tersebut. Dalam hal

ini, pasien mungkin tidak dapat mengkomunikasikan emosi mereka secara verbal,

sehingga mereka menggunakan keluhan somatik sebagai media perantara. Sebagai

contoh, seringkali dijumpai pasien remaja perempuan yang mengeluhkan nyeri perut

yang tidak dapat dijelaskan yang sebenarnya bermaksud untuk mencegah agar

orangtuanya tidak pergi meninggalkannya. 3

b. Teori Psikodinamik

Menurut teori psikodinamik, gejala berkembang mempertahankan impuls yang

tidak dapat diterima. Keuntungan utama suatu keluhan neurologis pada psikiatri

adalah kecemasan mengikat dan menyimpan konflik internal. Gejala tersebut

memiliki nilai simbolis yang merupakan representasi dan solusi sebagian dari konflik

psikologis yang mendalam untuk menghindari diri dari rasa ketidakmampuan

melalakukan sesuatu. Sedangkan menurut teori belajar, gejala dari gangguan

merupakan respon terhadap stres maladaptive yang dipelajari . Pasien mendapat

keuntungan sekunder dengan menghindari kegiatan yang terutama menyerang

mereka, sehingga mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman-teman. 3

3

Page 4: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

c.Faktor Herediter

Beberapa penelitian terakhir menyebutkan adanya peningkatan resiko

terjadinya gangguan somatisasi pada pasien dengan riwayat keluarga yang memiliki

kepribadian anti social. 3

2.4 EPIDEMIOLOGI

Keluhan neurologis pada psikiatri yang sebenarnya jarang di dapatkan. Insiden

telah dilaporkan 11-300 kasus per 100.000 orang. Faktor budaya mungkin memainkan

peran yang sangat penting. Gejala yang mungkin dianggap sebagai gangguan konversi

di Amerika Serikat mungkin merupakan ekspresi normal dari kecemasan budaya

lain. Sebuah penelitian melaporkan bahwa gangguan ini mencapai 1,2-11,5% dari

konsultasi kepada psikiatris untuk pasien rawat inap medis dan bedah sedangkan pada

rumah sakit nasional di London hanya terdapat 1% dari pasien rawat inap, untuk

insiden di Islandia dilaporkan mencapai 15 kasus per 100.000 orang. 6

Gangguan dapat muncul pada umur berapa pun tetapi jarang pada anak-anak

muda umumnya pada sekitar 10 tahun atau orang tua usia 35 tahun. Dalam studi

University of Iowa dari 32 pasien dengan gangguan konversi, ditemukan rata-rata usia

41 tahun dengan rentang 23-58 tahun. Pada pasien anak, kejadian meningkat setelah

kekerasan fisik atau seksual. Insiden juga peningkatan orang anak yang orang tuanya

adalah baik sakit parah atau sakit kronis. 6

2.5 GAMBARAN KLINIS KELUHAN NEUROLOGIS

Seseorang dengan gangguan keluhan neurologis pada psikiatri sering memiliki

tanda-tanda fisik tetapi tidak memiliki tanda-tanda neurologis untuk mendukung

gejala mereka.

4

Page 5: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

a. Kelemahan

Kelemahan biasanya melibatkan seluruh gerakan daripada kelompok otot

tertentu. Kelemahan pada kaki lebih sering di bandingkan pada mata, wajah atau

gerakan servikal. Dengan menggunakan berbagai teknik klinis, kelemahan satu

anggota tubuh dapat diperlihatkan untuk menyebabkan kontraksi yang berlawanan

dengan beberapa otot tertentu . 3

b. Gangguan fungsi sensorik

Kehilangan sensorik atau distorsi sering tidak sesuai ketika di uji lebih dari

satu kali dan bertentangan dengan saraf perifer dan distribusi asal. 3

c. Gangguan fungsi visual

Gejala visual dapat meliputi diplopia, triplopia, cacat bidang, dan kebutaan

bilateral terkait dengan refleks pupil yang masih utuh. 3

d. Gangguan gaya berjalan

- Astasia-abasia adalah gangguan koordinasi motorik ditandai dengan

ketidakmampuan untuk berdiri walaupun kemampuannya normal untuk

menggerakkan kaki ketika berbaring atau sedang duduk.

- Pasien dapat berjalan dengan normal jika mereka berpikir mereka tidak

sedang diamati.

- Terkadang bila sedang di amati, pasien secara aktif berusaha untuk jatuh. Hal

ini bertentangan dengan pasien dengan penyakit organik yang akan berusaha

untuk melindungi diri sendiri.

- Pseudoseizures

- Selama serangan, ditandai keterlibatan otot-otot truncal dengan opistotonos

dan kepala atau badan berputar ke arah lateral. Semua 4 tungkai mungkin

menunjukkan gerakan meronta-ronta , yang mungkin akan meningkatkan

intensitas jika pengekangan diterapkan.

- Sianosis jarang terjadi kecuali pasien dengan sengaja menahan nafas

mereka.

5

Page 6: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

- Menggigit lidah atau inkontinensia jarang terjadi kecuali pasien memiliki

beberapa tingkat pengetahuan medis tentang penyakit.

- Ini Berbeda dengan kejang yang sebenarnya, pseudoseizures terutama terjadi

di hadapan orang lain dan bukan ketika pasien sendirian atau tidur. 3

2.6 RAGAM KELUHAN – KELUHAN NEUROLOGIS PADA PSIKIATRI

F.44. 0. AMNESIA DISOSIATIF

Definisi

Hilangnya daya ingat, biasa mengenai kejadian penting yang baru terjadi yang

bukan disebabkan gangguan mental organik, dan terlalu luas untuk dijelaskan.

Amnesia tersebut diakibatkan traumatic seperti kecelakaan atau kesedihan tak terduga

yang biasanya parsial dan selektif. 2

Pedoman Diagnostik

a. Amnesia, baik total maupun parsial mengenai kejadian baru yang bersifat

stress atau traumatic (aspek ini mungkin tampil apabila ada saksi lain yang

memberi informasi).

b. Tidak ada gangguan otak organic, intoksikasi atau kelelahan yang

berlebihan.

Diagnosis Banding

Pada gangguan mental organic, biasa ditemukan kesadaran berkabut,

disorientasi dan kesadaran yang berfluktuasi. Kehilangan daya ingat mengenai hal –

hal baru adalah lebih khas pada kondisi organic, tanpa tergantung pada kemungkinan

adanya problem/ peristiwa traumatic. Pingsan yang disebabkan oleh penyalahgunaan

alcohol, sangat erat dengan saat penyalahgunaan dan ingatan yang hilang tidak dapat

dipulihkan. 2

Amnesia setelah komosio atau trauma kepala berat biasanya bersifat retrograd,

meskipun dalam keadaan yang berat dapat juga anterograd. Amnesia disosiaatif

6

Page 7: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

biasanya predominan retrograd. Hanya amnesia disosiatif yang dapat dipulihkan

dengan hipnosis.

Amnesia pasca serangan/ kejang pada penderita epilepsy dan keadaan stupor

lain atau mutisme yang kadang – kadang terdapat pada penderita skizofrenia yang

biasanya dapat dibedakan berdasarkan ciri – ciri lain dari penyakit yang

mendasarinya.

Yang paling sulit adalah pembedaan dari amnesia yang merupakan simulasi

secara sadar atau malingering, maka penilaian yang terinci dan berulang mengenai

kepribadian pramorbid dan motivasi diperlukan. Amnesia buatan sebagai simulasi

secara sadar biasanya berkaitan dengan berbagai masalah yang nyata mengenai

masalah keuangan, bahaya kematian dalam perperangan atau kemungkinan hukuman

penjara atau hukuman mati. 2

F.44.2 STUPOR DISOSIATIF

Definisi

Perilaku individu memenuhi kriteria untuk stupor, akan tetapi dari

pemeriksaan tidak didapatkan adanya tanda penyebab fisik. Seperti juga pada

gangguan disosiatif yang lain, didapat bukti adanya penyebab psikogenik dalam

bentuk kejadian – kejadian yang penuh stress ataupun problem social atau

interpersonal yang menonjol. 2

Stupor didiagnosis atas berkurangnya atau hilangnya gerakan volunteer dan

respon normal terhadap rangsangan dari luar seperti cahaya, suara, dan perabaan.

Individu berbaring atau tanpa bergerak dalam jangka waktu yang lama. Hampir tidak

ada pembicaraan atau gerakan spontan atau disengaja.

Meskipun dapat terjadi gangguan kesadaran, tonus otot, postur tubuh,

pernapasan dan kadang gerakan membuka mata atau gerakan mata terkoordinasi

masih ada, sehingga jelas menunjukkan yang bersangkutan tidak tidur dan tidak

kehilangan kesadaran. 2

7

Page 8: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

Pedoman Diagnostik

a. Stupor seperti yang telah disebutkan diatas.

b. Tidak ditemukan adanya gangguan fisik atau gangguan psikiatrik, yang

dapat menjelaskan stupor tersebut.

c. Adanya problem atau kejadian baru yang penuh stress.

Diagnosis Banding

Stupor disosiatif harus dibedakan dengan stupor katatonik, stupor depresif atau

stupor manik. Stupor pada skizofrenia sering didahului gejala – gejala atau perilaku

yang menjurus kepada skizofrenia. Stupr depresif dan stupor manik biasanya

berkembang lambat sehingga perlu informasi dari orang lain untuk dapat

memastikannya. Stupor depresif dan manik keduanya semakin terlihat jarang

dibanyak Negara, sebagai akibat semakin meluasnya penanganan yang lebih dini dari

gangguan afektif. 2

F44.4-F44.7 GANGGUAN DISOSIATIF DARI GERAKAN DAN

PENGINDERAAN

Gangguan ini terdapat kehilangan atau ganggiuan dari gerakan atau

kehilangan penginderaan. Oleh sebab itu pasien biasanya mengeluh tentang adanya

penyakit fisik, meskipun tidak ada kelainan fisik yang dapat ditemukan untuk

menjelaskan gejala itu. 2

Pedoman Diagnostik

Tidak ada tanda kelainan fisik. Harus diketahui secara memadai mengenai

kondisi psikologis dan sosialserta hubungan interpersonal dari pasien agar

memungkinkan menyusun suatu formula yang meyakinkan perihal sebab gangguan

itu timbul. 2

Diagnosis Banding

Tahap dini dari gangguan neurologis yang progresif khususnya sklerosis

multiple dan SLE dapat disalahtafsirkan sebagai gangguan disosiatif dari gerakan dan

8

Page 9: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

perasaan. Apabila pasien yang bereaksi terhadapat skelrosis multiple dengan

memperlihatkan distress dan perilaku mencari perhatian menimbulkan problem yang

sulit. Maka akan memerlukan observasi yang lama untuk memastikan diagnostik.

Keluhan somatik yang tidak jelas batasannya diklasifikasikan di tempat lain di bawah

kategori somatoform atau neurastenia. 2

F44.4 GANGGUAN MOTORIK DISOSIATIF

Kehilangan gangguan untuk menggerakan seluruh atau sebagian dari anggota

gerak. Paralisis dapat bersifat parsial, dengan gerakan yang lemah atau lambat atau

total berbagai bentuk dan taraf inkoordinasi (ataksia) dapat terjadi, khususnya pada

kaki, ketidakmampuan berdiri tanpa dibantu. Dapat juga terjadi gemetar atau

bergoyang yang berlebih pada satu ekstremitas, atau lebih, atau seluruh badan. Ada

kemiripan dengan ataksia, apraksia, akinesia, afonia, disartria, diskinesia atau

paralisis. 2

F44.5 KOMPULSI DISOSIATIF

Pseudoseizures dapat terjadi, akan tetapi jarang disertai lidah tergigit, luka

serius karena jatuh dan inkontinensia urin, tidak dijumpai kehilangan kesadaran, tetpai

diganti dengan keadaan stupor. 2

F44.6 ANESTESIA DAN KEHILANGAN DISOSIATIF

Bagian kulit yang mengalami anestesi seringkali mempunyai batas tegas yang

menjelaskan bahwa hal tersebut lebih berkaitan dengan pemikiran pasien mengenai

fungsi tubuhnya daripada pengetahuan kedokteran. Dapat pula terjadi perbedaan

anatara hilangnya perasaan pada berbagai jenis modelitas penginderaan yang tidak

mungkin disebabkan kerusakan neurologis. 2

Hilangnya perasaan sensorik dapat disertai keluhan parestesia. Kehilangan

penglihatan jarang bersifat total, lebih banyak berupa ketajaman penglihatan, kabur,

atau tunnel vision. Walaupun ada gangguan mobilitas dan motorik pasien baik. Tuli

9

Page 10: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

disosiatif dan anosmia jauh lebih jarang terjadi dibandingkan dengan hilang rasa dan

penglihatan. 2

F44.7 GANGGUAN DISOSIATIF CAMPURAN

Campuran-campuran dari gangguan di atas dimasukkan dalam kategori ini.

F45. GANGGUAN SOMATOFORM

Definisi

Ciri utama gangguan somatoform adalah adanya keluhan gejala fisik yang

berulang yang ditandai dengan permintaan pemeriksaan medis, meskipun sudah

berkali-kali terbukti hasilnya negative dan sudah dijelaskan oleh dokter bahwa tidak

ditemukan kelainan fisik yang menjadi dasar keluhan.meskipun onset dan kelanjutan

dari gejala-gejala tadi mempunyai kehidupan yang erat dengan peristiwa kehidupan

yang tidak menyenangkan atupun konflik – konflik, pasien biasanya menolak upaya-

upaya untuk membahas kemungkinan adanya penyebab psikologis, baik fisik maupun

psikologis,dapat dicapai perihal kemungkinan penyebab gejala- gejalanya, seringkali

mengecewakan dan menimbulkan frustasi kepada kedua belah pihak, baik pasien

maupun dokter. 2

Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian

(histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk

dokternya untuk menerima bahwa keluhannya adalah memang penyakit fisik dan

bahwa perlu adanya pemeriksaan fisik lebih lanjut.

Diagnosis banding

Untuk membedakan dengan waham –waham hipokondrik biasanya

memerlukan pendekatan yang baik pada pasien.meskipun kenyakinan akan keluhan

nya tersebut sudah berlangsung lama, dan tampaknya dipertahankan meskipun tidak

di dukung oleh alasan yang memadai, sampai taraf tertentu dan dalam jangka pendek

keuletan dalam mempertahankan kenyakinan tersebut biasanya dapat dipengaruhi

oleh argumentasi, dukungan moril atau dengan dilakukannya lagi pemeriksaan medis

lain. 2

10

Page 11: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

Disamping itu, adanya keluhan fisik yang tidak enak dan menakutkan dapat

dianggap sebagai penjelasan yang wajar,dan dapat diterima untuk timbulnya dan

menetapkan nya suatu kenyakinan akan adanya penyakit fisik.

F.45.0 GANGGUAN SOMATISASI

Definisi

Ciri utamanya adalah adanya gejala-gejala fisik yang bermacam-macam

( multiple ), berulang dan sering berubah-ubah, yang biasanya sudah berlangsung

beberapa tahun sebelum pasien dating ke psikiatri. Kebanyakan pasien mempunyai

riwayat pengobatan yang panjang dan sangat kompleks, baik ke pelayanan kesehatan

dasar maupun psikiatrik, dengan hasil pemeriksaan atau bahkan operasi yang

negative. Yang paling lazim mengenai keluhan gastrointestinal dan keluhan perasaan

abnormal pada kulit serta bercak-bercak pada kulit, keluhan mengenai seks dan haid

juga lazim terjadi. 2

Pedoman diagnostik

Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:

a. Ada banyak dan berbagai gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan adanya dasar

kelainan fisik yang memadai, yang sudah berlangsung sekurangnya 2 tahun.

b. Selalu tidak menerima nasehat dan penjelasan dari beberapa dokter bahwa

tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya

c. Terdapat hendanya dalam taraf tertentu dalam berfungsinya di masyarakat dan

keluarga yang berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak

perilakunya

Diagnosis Banding

Dalam mendiagnosis gangguan somatisasi, adalah esensial pembedaan dengan

berbagai gangguan di bawah ini: 2

11

Page 12: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

Gangguan Fisik :

Pasien dengan gangguan somatisasi yang sudah lama mempunyai kesempatan

yang sama untuk mengalami gangguan fisik lainnya seperti orang lain yang

seusianya atau pemeriksaan.

Gangguan afektif ( depresif ) dan aksiatas:

Berbagai tingkat depresi dan axietas lazimnya menyertai gangguan somatisasi,

akan tetapi tidak perlu didiagnosis tersendiri, kecuali bila cukup nyata dan

menetap untuk memenuhi suatu kriteria diagnosis tersendiri

Gangguan hipokondrial:

Pada gangguan somatisasi ,penekanannya ada pada gejalanya sendiri.pada

gangguan hipokondrial pasien cendrung meminta pemeriksaan untuk

menentukan atau memastikan adanya penyakit yang mendasari, sedangkan

pasien dengan gangguan somatisasi mengharapkan pengobatan untuk

menghilangkan gejala.

Gangguan waham :

( seperti skizofrenia dengan waham somatic, dan gangguan depresif dengan

waham hipokondrik ). 2

F.45.1 GANGGUAN SOMATOFORM TAK TERINCI

Bilamana keluhan fisik bersifat multiple, bervariasi dan menetap, akan tetapi

gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi,

sebaiknya digunakan kategori ini.apabila masih tetap terdapat kemungkinan adanya

gangguan fisik yang melandasi, atau bila pemeriksaan psikiatrik belum lengkapnya

pada saat pemberian kode diagnostis, maka disarankan untuk menggunakan kategori

lain yang lebih relevan. 2

Diagnosis banding :

Seperti yang tersebut pada sindrom gangguan somatisasi ( F45,0 )

12

Page 13: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

F.45.2 GANGGUAN HIPOKONDRIK

Definisi

Ciri utama dari gangguan ini adalah adanya preokupasi yang menetap akan

kemungkinan menderita satu atau lebih gangguan fisik yang serius dan progresif.

Pasien menunjukan keluhan-keluhan somatic yang menetap atau preokupasi yang

menetap dengan penampilan fisiknya. Sindrom ini dapat terjadi pada pria dan wanita

dan tidak ada karakteristik khusus mengenai keluarga ( berbeda dengan gangguan

somatisasi ) 2

Pedoman Diagnostik

Untuk diagnosis pasti, dua hal dibawah ini harus ada :

a. Keyakinan yang menetap perihal adanya sekurang-kurangnya satu

penyakit fisik yang serius yang serius melandasi keluhan atau keluhan-

keluhannya.

b. Penolakan yang menetap dan tidak mau menerima nasehat atau dukungan

penjelasan dari beberapa doctor bahwa bahwa tidak ditemukan penyakit

atau abnormalisasi fisik yang melandasi keluhan-keluhannya.

Diagnosis banding

Perlu dibedakan dari gangguan-gangguan tersebut di bawah ini :

Gangguan somatisasi :

Penekanannya adalah pada adanya gangguan itu sendiri dan konsekwensi

nantinya, dan bukan pada gejala-gejala itu secara sendiri-sendiri seperti pada

gangguan somatisasi

Gangguan depresif :

Apabila gejala depresif sangat menonjol dan timbulnya lebih dahulu dari

gangguan hipokondrik ,maka gangguan depresif mungkin merupakan

gangguan primer

Gangguan Waham :

13

Page 14: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

Keyakinan terhadap gangguan hipokondrik tidak mempunyai keteguhan yang

sama seperti pada gangguan depresif ataupun skizofrenia yang disertai waham

somatic.

Gangguan eanxietas dan gangguan panic :

Gejala somatic dari axietas kadang-kadang ditafsirkan sebagai penyakit fisik

yang serius, akan tetapi pada keadaan ini kekhawatiran pasien biasanya dapat

diredahkan dengan penjelasan medis fisiologis sehingga tidak berkembang

menjadi keyakinan akan adanya penyakit fisik. 2

F.45.3 DISFUNGSI OTONOMIK SOMATOFORM

Keluhan-keluhan fisik yang ditampilkan pasien seakan-akan merupakan gejala

dari sistim saraf otonom,misalnya saja sistim saraf kardiovaskuler, gastrointestinal,

atau pernafasan , contoh yang paling mencolok dan lazim terjadi adalah yang

mengenai sistem kardiovaskuler ( cadiac neurosis ), sistem pernafasan ( hiperventilasi

psikogenik dan cegukan ) dan sistem gastrointestinal ( gastric neurosis dan nervus

diarrhoea ).gejala- gejala biasanya ada dua jenis, yang keduanya tidak menunjukan

adanya gangguan fisik dari sistem atau pun organ yang terlibat . jenis yang pertama

yaitu yang merupakan gejala utama dari katagori gangguan ini di warnai oleh

keluhan – keluhan yang didasarkan atas tanda-tanda objektif dari rangsangan otonom

seperti palpitasi berkeringat panas, merah (flushing), dan tremor.

Jenis gejala kedua lebih merupakan gejala yang idiosinkratik, subjektif dan

tidak khas, seperti perasaan sakit ,nyeri, rasa terbakar ,rasa berat , rasa kencang atau

perasaan badan seperti mengembangdan keluhan –keluhan tersebut oleh pasien di

hubungkan dengan organ atau sistem tubuh yang spesifik ( seperti juga sistem

otomonik ). Pada gangguan ini, beberapa gangguan ringan fungsi fisiologis mungkin

ada, seperti cekukan, perut kembung, dan hiperventilasi, tetapi keadaan ini tidak

dengan sendirinya menggangu fungsi fisiologis yang esensial dari organ atau sistem

yang bersangkutan. 2

Pedoman Diagnostik

Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:

14

Page 15: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

a. Adanya gejala-gejala bangkit otonomik, seperti palpitasi, berkeringat, tremor,

muka merah, yang menetap dan mengganggu.

b. Gejala subyektif tambahan, mengacu pada sitem dan organ tertentu

c. Preokupasi dengan dan distress mengenai kemungkinan adanya gangguan

yang serius ( sering tidak begitu khas ).

d. Tidak terbukti adanya gangguan yang bermakna pada struktur atau fungsi dari

sistem atau organ yang dimaksud.

Diagnosis Banding

Membedakan dengan gangguan axietas menyeluruh didasarkan atas adanya

dominasi dari komponen psikologis dari bangkitan otonomik seperti ketakutan dan

firasat yang mencemaskan pada gangguan axietas menyeluruh serta tiadanya focus

pada aspek fisik yang menetap untuk keluhan-keluhan lainnya. 2

F.45.4 GANGGUAN NYERI SOMATOFORM MENETAP

Gangguan yang predominanan adalah nyeri berat, menyiksa, dan menetap,

yang dapat dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologis maupun adanya

gangguan fisik. Nyeri timbul dalam hubungan dengan konflik emosional atau

problem psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam

mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut. Dampaknya adalah meningkatnya

perhatian dan dukungan, baik personal maupun medis untuk yang bersangkutan.

Diagnosis Banding:

Problem yang paling lasim dalam diagnosis banding adalah dengan elaborasi

histrionic dari nyeri oleh sebab organic. Pasien dengan nyeri organic yang

didiagnosinya belum dapat ditegakkan dengan pasti sering kali mudah terjadi takut

dan sangat peka, dengan akipat perilaku mencari perhatian. 2

15

Page 16: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

F48 GANGGUAN NEUROTIK LAINNYA

F48.0 NEUROSTENIA

Definisi

Terdapat dua tipe utama. Tipe pertama kelelahan setelah kegiatan mental yang

seringkali disertai menurunnya prestasi kerja serta efisiensi tugas sehari-hari. Pada

tipe lain, keluhan utama pada kelemahan, keluhan fisik, disertai rasa nyeri, sakit otot

dan tidak mampu santai.

Kedua tipe tersebut sering ditemukan keluhan fisik yang tidak menyenangkan

seperti pusing, sakit kepala karena ketegangan dan perasaan tidak mantap, setring

ditemukan kekhawatiran akan menurunnya kesehatan badan ataupun mental. 2

Pedoman Diagnostik

Adanya keluhan yang menetap dan mengganggu berupa meningkatnya rasa

lelah setelah suatu kegiatan mental atau keluhan yang juga menetap dan tidak enak

mengenai kelemahan badania dan kehabisan tenaga hanya sesudah kegiatan ringan

saja.

Paling sedikit ada dua dari hal tersebut dibawah ini, yaitu:

1. Perasaan sakit dan nyeri otot

2. Pusing kepala

3. Nyeri kepala (Tension Headache)

4. Gangguan tidur

5. Tidak bisa bersantai

6. Peka atau mudah tersinggung

7. Dispepsia

Setiap gejala otonom ataupun depresif yang ada, tidak cukup berat yang

mantap untuk memenuhi kriteria salah satu dari gangguan yang lebih khas di dalam

klasifikasi ini. 2

Diagnosis Banding

Banyak kasus yang dulu di dianosis neurostenia akan memenuhi kriteria

sekarang untuk gangguan atau gangguan ansietas. Ciri khas pada sindrom neurastenia

16

Page 17: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

adanya penekanan pada kelelahan dan kelemahan dan kekhawatiran perilah

penurunan efisiensi mental dan fisik (sebaliknya pada gangguan somatoform, keluhan

fisik dan preokupasi adanya penyakit fisik yang mendominasi gambaran klinisnya.

Untuk memastikan diagnostik neurastenia, singkirkan lebih dahulu gangguan depresif

dan ansietas. 2

F.98.0 ENURESIS NONORGANIK

Gangguan yang ditandai dengan buang air seni tanpa kehendak pada sian atau

malam hari dan bukan karena kurang pengendalian kantung kemih akibat gangguan

neurologis, serangan epilepsi atau kelainan struktural. Dapat merupakan suatau

kondisi yang berubungan dengan gangguan emosional atau perilaku. Dalam masalah

emosional mungkin timbul akibat sekunder dari suatu tekanan atau tekanan stigma

yang timbul karena enuresis itu dan merupakan bagian dari gangguan psikiatri. 2

F98.1 ENKOPRESIS NONORGANIK

Mengeluarkan buang air besar yang dikehendaki atau tidak, secara

berulangdengan konstitesi tinja yang normal. Kondisi ini mungkin timbul sebagai

suatau gangguan monosimtomatik, gangguan lebih luas khususnya gangguan

emosional dan gangguan tingkah laku. 2

2.7 DIAGNOSIS

Mungkin agak sulit mendiagnosis gangguan ini. Kemungkinan penyebab

organik harus disingkirkan lebih dahulu dan hal ini dapat berakibat pemeriksaan yang

lebih ekstensif. Hal-hal yang perlu di pertimbangkan adalah kemungkinan dibuat-

buatnya gejala tersebut.

Disini ada dua kemungkinan, gangguan buatan ( factitious disorder) atau

berpura-pura (malingering) . Pada gangguan buatan, gejala-gejala dibuat dengan

sengaja untuk mendapatkan perawatan medis, sedangkan pada berpura-pura untuk

mendapatkan keuntungan pribadi.menentukan hal ini tidaklah mudah dan mungkin

memerlukan bukti bahwa ada inkonsistensi dalam gejalanya.

17

Page 18: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

Dilakukan pula pemeriksaan Laboratorium untuk menyingkirkan hipoglikemia

atau hiperglikemia, gagal ginjal , atau obat-obat yang terkait dengan penyebab , foto

dada x-ray atau CT scan , elektrokardiogram (ECG, EKG) yaitu untuk merekam

aktivitas jantung dengan mengukur arus listrik melalui otot jantung dan dapat juga

dilakukan pemeriksaan cairan tulang belakang untuk memeriksa penyebab neurologis.

Beberapa faktor resiko keluhan neurologis pada psikiatri diantaranya adalah : 2

- Adanya stress yang bermakna atau trauma emosional

- Perempuan lebih mungkin untuk mendapatkan gangguan neurologis pada

psikiatri dibandingkan laki-laki

- Menjadi remaja atau dewasa muda . Gangguan neurologis dapat terjadi pada

umur berapapun, tetapi paling umum pada usia remaja atau awal masa dewasa

- Memiliki kondisi kesehatan mental seperti suasana hati dan gangguan

kecemasan, gangguan disosiatif dan gangguan kepribadian tertentu

- Memiliki anggota keluarga dengan gangguan neurologis pada psikiatri

- Sejarah kekerasan fisik atau seksual

2.8 PENATALAKSANAAN

Yang terpenting dalam penatalaksanaannya yaitu bisa menerima gejala pasien

sebagai hal yang nyata, tetapi dapat menjelaskan bahwa itu hal itu bersifat reversible.

Dan diupayakan untuk dapat kembali ke fungsi semula secara bertahap. Dalam

beberapa kasus, pasien mungkin mulai sembuh secara spontan. Setelah penyebab fisik

untuk gejala telah dikesampingkan, pasien dapat mulai merasa lebih baik dan gejala

mungkin mulai memudar. 5

Dalam beberapa kasus, pasien mungkin membutuhkan bantuan dalam

pemulihan dari gejala mereka. Pilihan pengobatan dapat mencakup hal berikut:

18

Page 19: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

- Konseling dan psikoterapi

Membahas permasalahan dengan seorang konselor dapat membantu

mengatasi penyebab yang mendasari gejala fisik. Di lanjutan dengan belajar

cara menangani stres sepanjang hidup juga penting, karena sekitar 25% dari

pasien dengan gangguan ini sering mengalami episode masa depan. 1

- Terapi farmakologi

Digunakan dalam beberapa kasus, antidepresan juga dapat digunakan

untuk mempercepat pemulihan. Penelitian telah menunjukkan bahwa

antidepresan dapat membantu pasien. 1

- Pasien mungkin membutuhkan terapi untuk mengatasi tidak digunakannya

anggota badan, misalnya, dan untuk mempelajari kembali perilaku normal. 1

2.9 PROGNOSIS

Umumnya prognosisnya baik. Faktor yang terkait dengan prognosis yang baik

adalah sebagai berikut:

- Serangan yang akut

- Penyebab tekanan pada saat terjadi serangan jelas

- Jarak antara serangan dengan memulai pengobatan tidak terlalu jauh

- Daya kognitif dan kecerdasan baik

- Gejala aphonia, kelumpuhan, dan atau kebutaan (yang bertentangan dengan

kejang dan gemetaran, yang berhubungan dengan prognosis buruk)

19

Page 20: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

BAB III. PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Diagnosis gangguan neurologis harus di singkirkan dengan observasi dan

pemeriksaan medis. Diagnosa gangguan psikiatri dapat ditegakkan jika gangguan

mental organik tidak didapatkan.

20

Page 21: Diagnosis Banding Keluhan – Keluhan Neurologis dengan Gejala Psikiatri

DAFTAR PUSTAKA

1. Lukas Mangindaan. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

Hal 281.

2. Departemen Kesehatan R.I. (1993). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa di Indonesia III. Hal 196 - 296.

3. Kaplan. I Harold, Sadock. J Benjamin, Grebb. A Jack. Kaplan & Sadock Buku

Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. EGC. 2010. Hal 289.

4. Kaplan. I Harold, Sadock. J Benjamin, Grebb. A Jack. Kaplan & Sadock Buku

Saku Psikiatri Klinis. Binarupa aksara. 1994.

5. American Psychiatry Association, Diagnostic Crtiteria From DSM – IV,

American Psychiatry Association; Washington DC;1994.

6. http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2183-gangguan-jiwa-mengancam-

bangsa di unduh tanggal 1 Oktober 2012.

21