Upload
anggia-prameswari-wardhana
View
291
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
DIAGNOSIS KEDOKTERAN KELUARGA
TUBERKULOSA PARU
Oleh:
Oleh:
Anggia Prameswari Wardhana
Pembimbing:
dr.Kesuma Wijayanti, M.Si
dr.Riris Choiru, M.Kes
LABORATORIUM/ SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UMUM
UNIVERSITAS MULAWARMANPUSKESMAS PALARAN
SAMARINDA2011
1
PENDAHULUAN
Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih
menjadi masalah kesehatan Masyarakat. Di Indonesia maupun diberbagai belahan
dunia, Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular yang kejadiannya
paling tinggi dijumpai di India sebanyak 1.5 juta orang, urutan kedua dijumpai di
Cina yang mencapai 2 juta orang dan Indonesia menduduki urutan ketiga dengan
penderita 583.000 orang.
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri
berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberkulosis.
Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang
mengandung basil berkulosis paru. Pada waktu penderita batuk butir-butir air
ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk kedalam
paru-parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru.
Menurut WHO (1999), di Indonenia setiap tahun terjadi 583 kasus baru
dengan kematian 130 penderita dengan tuberkulosis positif pada dahaknya.
Sedangkan menurut hasil penelitian kusnindar 1990, jumlah kematian yang
disebabkan karena tuberkulosis diperkirakan 105,952 orang pertahun. Kejadian
kasus tuberkulosa paru yang tinggi ini paling banyak terjadi pada kelompok
masyarakat dengan sosio ekonomi lemah.
Terjadinya peningkatan kasus ini disebabkan dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh, status gizi dan kebersihan diri individu dan kepadatan hunian lingkungan
tempat tinggal.
2
Pada tahun 1995 pemerintah telah memberikan anggaran obat bagi
penderita tuberkulosis secara gratis ditingkat Puskesmas, dengan sasaran utama
adalah penderita tuberkulosis dengan ekonomi lemah. Obat tuberkulosis harus
diminum oleh penderita secara rutin selama enam bulan berturut-turut tanpa henti.
Untuk kedisiplinan pasien dalam menjalankan pengobatan juga perlu
diawasi oleh anggota keluarga terdekat yang tinggal serumah, yang setiap saat
dapat mengingatkan penderita untuk minum obat. Apabila pengobatan terputus
tidak sampai enam bulan, penderita sewaktu-waktu akan kambuh kembali
penyakitnya dan kuman tuberkulosis menjadi resisten sehingga membutuhkan
biaya besar untuk pengobatannya.
Usaha pengendalian dan pengobatan terhadap komunitas harus ditujukan
pada usaha menemukan dan mendiagnosis penyakit sedini mungkin pada
seseorang, keluarganya atau masyarakat sekitarnya, dilanjutkan dengan
pengobatan individual dari kelompok yang terkena serta komunitas disekitarnya.
3
ILUSTRASI KASUS
Pasien Ny R, 56 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan batuk
berdahak. Pasien mengalami batuk berdahak sejak 6 bulan yang lalu, dan semakin
parah sejak 1 bulan terakhir. Dahak berwarna kuning, tidak berdarah dan kental.
Bersamaan dengan batuk ini, pasien sering merasakan badannya panas, tetapi
tidak mengalami panas tinggi, dan sering berkeringat pada malam hari. Sejak
sakit, pasien mengalami penurunan berat badan cukup drastis, yaitu dari 45 kg
menjadi 36 kg selama 6 bulan. Pasien tidak mengeluhkan adanya batuk darah.
Sesak napas juga tidak ada. Di keluarga dan lingkungan sekitar tidak ada yang
memiliki sakit yang sama seperti pasien.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, tampak sakit
ringan, status generalis dalam batas normal. Status gizi pasien kurang: berat badan
31 kg dengan tinggi badan 145 cm. Pasien adalah ibu dari empat orang anak yang
tinggal di rumah sendiri berukuran 8 m x 15 m dengan luas tanah 10 x 20 m.
Rumah tersebut didiami oleh pasien, anak ke-2 dan ke-4 serta seorang cucunya
yang berumur 5 tahun. Didalam rumah terdapat 3 kamar tidur masing-masing
dengan ukuran 3 x 2 m, 1 ruang keluarga, 1 ruang dapur dan 1 kamar mandi
sekaligus toilet. Ventilasi di dalam rumah sangat kurang. Terdapat beberapa
jendela kaca, namun sebagian besar tidak dapat di buka. Kamar yang ditempati
pasien terdapat 1 tempat tidur. Pasien tidur bersama-sama dengan anak ke-4nya.
Ventilasi kurang, kamar terasa lembab. Terdapat 1 buah jendela kaca namun tidak
bisa dibuka. Kebersihan dan kerapian rumah kurang. Kamar mandi menjadi satu
4
dengan jamban menggunakan air ledeng. Air minum juga menggunakan air
ledeng.
Pasien tidak bekerja. Kegiatan sehari-harinya hanya di rumah saja dan
mengantar jemput cucunya di TK. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, anak
ke-2nya bekerja sebagai pelayan di sebuah warung makan dengan upah
Rp.600.000/ bulan. Suami anak keduanya bekerja di sebuah perusahaan
perkayuan di hulu mahakam yang setiap bulan mengirimkan uang untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya sebesar kurang lebih Rp 500.000/ bulan
Keluarga pasien tidak mempunyai sumber dana kesehatan khusus, seperti
tabungan kesehatan. Selama ini keluarga berobat ke layanan kesehatan jika
keluhan sudah benar-benar mengganggu.
Penatalaksanaan Tuberkulosa paru pada pasien ini dengan pendekatan
kedokteran keluarga yang bersifat holistik, komprehensif, terpadu, dan
berkesinambungan. Dilaksanakan pula pemutusan rantai penyebaran dengan
perbaikan perilaku kesehatan pasien, keluarga, dan komunitas sekitar, serta
perbaikan lingkungan
Dalam menetapkan masalah serta faktor-faktor yang mempengaruhi,
digunakan konsep Mandala of Health. Diagnosis holistik yang ditegakkan pada
pasien adalah sebagai berikut. Alasan kedatangan adalah batuk berdahak sejak 5
bulan yang lalu. Diagnosis kerja yang ditegakkan adalah Tuberkulosa Paru.
Didapatkan masalah perilaku berupa higiene pasien dan keluarga kurang serta
perilaku berobat yang buruk. Didapatkan masalah pendapatan keluarga yang
kurang dan tidak adanya tabungan kesehatan.
5
Tindakan yang dilakukan meliputi tindakan terhadap pasien, keluarga, dan
lingkungannya. Pada pasien diberikan pengobatan OAT kategori 1. Dilakukan
edukasi terhadap keluarga mengenai tuberkulosa paru (penyebab, gejala, cara
penularan, terapi), dan mengenai higiene pribadi serta lingkungan.
GENOGRAM
6
PEMBAHASAN
Pasien berkunjung ke puskesmas Palaran pada tanggal 5 Maret 2009. Dari
hasil anamnesis didapatkan informasi sebagai berikut :
Keluhan utama: Batuk berdahak yang timbul sejak 5 bulan yang lalu. dan
semakin parah sejak 2 minggu terakhir. Dahak berwarna kuning, tidak berdarah
dan kental. Bersamaan dengan batuk ini, pasien sering merasakan badannya
panas, tetapi tidak mengalami panas tinggi, dan sering berkeringat jika malam.
Sejak sakit, pasien mengalami penurunan berat badan cukup drastis, yaitu dari 42
kg menjadi 31 kg selama 5 bulan. Setelah itu dilakukan pemeriksaan sputum dan
didapatkan hasil BTA (+) dan dinyatakan menderita TB paru.
Pengobatan pada pasien ini digunakan paket OAT kategori 1. Tujuan
pemberian obat anti TB adalah:
Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negative secepat mungkin
melalui kegiatan bakterisid (obat anti TB yang bersifat membunuh kuman
yang sedang tumbuh)
Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan
kegiatan sterilisasi (obat anti TB yang bersifat membunuh kuman yang
pertumbuhannya lambat)
Menghilangkan atau mengurangi gejala melalui perbaikan daya tahan
imunologis.
7
Tabel 1. Panduan OAT pada TB paru (WHO, 1993)
Panduan OATKlasifikasi & tipe
penderitaFase awal Fase lanjutan
Kategori 1 BTA (+) baru
Sakit berat
2HRZS (E)
2RHZS (E)
4RH
4R3H3
Kategori 2 Pengobatan ulang :
kambuh BTA (+)
gagal
2RHZES/ 1RHZE
2RHZES/ 1RHZE
5RHE
5R3H3E3
Kategori 3 TB paru BTA (-)
TB luar paru
2RHZ
2RHZ/
2R3H3Z3
4RH
4R3H3
Edukasi yang diberikan pada pasien adalah mengenai penyakit pasien yang
bersifat menular dan memerlukan pengobatan dalam jangka waktu lama, sehingga
pasien harus sabar dan taat minum obat. Selain itu anggota juga perlu
memeriksakan dahaknya, karena memiliki kemungkinan tertular, anggota
keluarga juga harus mengingatkan dan memotivasi pasien dalam menjalani
pengobatan.
Seorang dengan dahak positif seringkali akan menularkan anggota
keluarganya sendiri karena keluarga merupakan kontak yang dekat. Walaupun
kepadatan rumah dari tiap anggota keluarga masih baik, tetapi faktor ventilasi
yang masih kurang dapat menjadi penyebab penyebaran TB. Kuman TB yang
terdapat di udara bebas akan terus berada di dalam rumah, terakumulasi sehingga
konsentrasi kuman lama kelamaan semakin meningkat.
Kondisi sosial ekonomi juga memiliki peran dalam terjadinya penyakit TB
pada pasien. Dari penghasilan yang cukup kecil sebagai pembantu di warung
8
makan, dan tambahan dari menantunya, maka kebutuhan rumah tangga tidak
dapat terpenuhi. Tingkat ekonomi keluarga yang rendah akan menyebabkan daya
beli keluarga terhadap bahan-bahan pokok makanan rendah, sehingga kualitas
makanan yang dikonsumsi juga rendah yang pada akhirnya akan menyebabkan
defisiensi makro dan mikronutrien secara kronis. Status gizi keluarga tidak akan
membaik jika masalah status ekonomi keluarga tidak teratasi. Selain itu, karena
pendapatan yang kecil tersebut menyebabkan tidak adanya dana alokasi khusus
untuk kesehatan. Hal ini menyebabkan lambatnya penanganan terhadap anggota
keluarga apabila menderita suatu penyakit.
Tingkat pendidikan berpengaruh karena sering kali akan sebanding dengan
tingkat pengetahuan yang terwujud dalam pola pikir dan perilaku seseorang.
Rendahnya tingkat pengetahuan menyebabkan keluarga tersebut tidak pernah
mendapatkan pelayanan kesehatan yang semestinya, terbukti yaitu pasien baru
mendapatkan pengobatan TB setelah 5 bulan pasien menderita batuk-batuk tanpa
adanya pengobatan yang baik.
Situasi krisis berkepanjangan yang melanda negara kita dalam tahun-tahun
terakhir ini makin memperburuk keadaan karena menurunnya status gizi sebagai
akibat krisis ekonomi menyebabkan status kekebalan tubuh manusia, sehingga
menyebabkan makin meluasnya penyebaran penyakit itu.
Penjelasan secara singkat bahwa kuman TBC dapat menyebar melalui
udara waktu penderita bersin atau batuk. Orang disekeliling penderita dapat
tertular karena menghirup udara yang mengandung kuman TBC. Oleh karena itu
penderita harus menutup mulut bila batuk atau bersin dan jangan membuang
9
dahak disembarang tempat. Pasien juga dianjurkan untuk meningkatkan gizi,
menjaga kebersihan rumah, meningkatkan daya tahan tubuh.
Anggota keluarga mempunyai resiko untuk tertular oleh karena itu
dianjurkan untuk survey kontak. Untuk melakukan pengawasan kepatuhan minum
obat bagi penderita diharapkan anggota keluarga dapat menjadi pengawas minum
obat. Dianjurkan kepada anggota keluarga untuk meningkatkan gizi, menjaga
kebersihan rumah, meningkatkan daya tahan tubuh.
10
DOKUMENTASI
11
12