133
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN SOLUSINYA DENGAN PEMBELAJARAN REMEDIAL (Penelitian Deskriptif Analisis di MAN 7 Jakarta) Skripsi Diajukan dalam rangka penyelasaian studi Strata-1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Oleh SURYANIH 103017027257 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M /1432 H

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

MATEMATIKA SISWA DAN SOLUSINYA DENGAN

PEMBELAJARAN REMEDIAL (Penelitian Deskriptif Analisis di MAN 7 Jakarta)

Skripsi

Diajukan dalam rangka penyelasaian studi Strata-1

Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

SURYANIH

103017027257

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M /1432 H

Page 2: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul “Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Siswa dan

Solusinya dengan Pembelajaran Remedial” disusun oleh Suryanih,

NIM. 103017027257, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah

melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk

diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 26 Februari 2011

Yang Mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Kadir, M.Pd Lia Kurniawati, M.Pd

NIP. 19670812 199402 1 001 NIP. 19760521 200801 2 008

Page 3: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : SURYANIH

NIM : 103017027257

Jurusan : Pendidikan Matematika

Angkatan Tahun : 2003

Alamat : Jl. Nusantara Raya Gg. Madrasah RT 04/13 No.5A

Beji, Depok 16421

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika

Siswa dan Solusinya dengan Pembelajaran Remedial adalah benar hasil karya

sendiri di bawah bimbingan dosen:

1. Nama : Dr. Kadir, M.Pd

NIP : 19670812 199402 1 001

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

2. Nama : Lia Kurniawati, M.Pd.

NIP : 19760521 200801 2 008

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya

sendiri.

Jakarta, Februari 2011

Yang Menyatakan

SURYANIH

Page 4: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

i

ABSTRAK

Suryanih (103017027257). “Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Siswa dan

Solusinya dengan Pembelajaran Remedial”. Skripsi Jurusan Pendidikan

Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, Februari 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa pada

materi eksponen dan logaritma dari segi faktor intelektual, kemudian menentukan

langkah remedial yang tepat bagi siswa. Kegiatan remedial dilakukan guna

membantu siswa mengatasi kesulitan belajar. Metode penelitian yang digunakan

adalah metode deskriptif. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen tes

diagnostik eksponen dan logaritma dan melalui teknik wawancara. Sedangkan

metode pembelajaran remedial yang dilakukan adalah dengan mengajarkan

kembali penyederhanaan materi eksponen dan logaritma, pemanfaatan tutor

sebaya, dan drill soal. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat 3 jenis

kesalahan umum yang menyebabkan siswa kesulitan mengerjakan soal eksponen

dan logaritma, yakni 1) Kesalahan konsep eksponen dan logaritma: 2) Kesalahan

prinsip operasi hitung; dan 3) Kesalahan karena kecerobohan siswa. Hasil

penelitian juga menunjukkan setelah pembelajaran remedial jumlah siswa yang

mencapai KKM meningkat dari 5 siswa (16,13%) menjadi 19 siswa (61,29%) dan

rata-rata nilai siswa naik dari 47,71 menjadi 68,08. Dengan demikian program

remedial dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar matematika.

Kata kunci: kesulitan belajar matematika, pembelajaran remedial

Page 5: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

ii

ABSTRACT

Suryanih (103017027257). "The Diagnosis of Student’s Learning-Difficulties in

Mathematics and its Solution with Remedial Teaching". Script Department of

Mathematics Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, Syarif

Hidayatullah State Islamic University Jakarta, February 2011.

This research purposes is to diagnose the intellectual causes of low student’s

achievement in Exponent and Logarithm, and follow up decide what kind of

remedial activities for each student. The remedial activities aim is to help student

make up their difficulties in mathematics. This research using descriptive method.

This research was held at MAN 7 Jakarta for 10th

grade students in school year

2010-2011. Data was collected by using instruments diagnostic test and

interviews. The remedial method is by re-teaching, peer-tutorial, and drill

problems. The result of research was showed that there are 3 common errors that

students often do in mathematics test (Exponent and Logarithm test):

1) misconceptions; 2) rules of arithmetic errors; and 3) unintentional error/

careless mistake. The research was also showed that after remedial teaching the

sum of students who get mastery in Exponent and Logarithm increase from 5

students (16,13%) to 19 students (61,29%), the average increase from 47,71 to

68,08. Therefore, the conclusion of these research was showed that remedial

teaching help students to make up their difficulties in mathematics.

Keywords: learning difficulties, remedial teaching

Page 6: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan

Hidayah dan Pertolongan-Nya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, suriteladan

bagi umat Islam, beserta keluarganya dan para sahabatnya yang berjuang

menegakkan kalimat tauhid.

Proses penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis haturkan kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maifalinda Fatra M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika, dan

Bapak Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika

yang telah sangat peduli kepada mahasiswanya, beserta semua dosen jurusan

Pendidikan Matematika yang telah memberikan ilmu pengetahuannya

kepada penulis.

3. Bapak Dr. Kadir, M.Pd. dan Ibu Lia Kurniawati, M.Pd, dosen pembimbing

yang dengan tulus ikhlas meluangkan waktu dan mencurahkan fikirannya

untuk memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat, dan arahan pada penulisan

skripsi ini.

4. Bapak Drs. Teguh Arminto, M. Pd, Kepala MAN 7 Jakarta, Bapak Padilah,

S. Pd, guru mata pelajaran matematika kelas X, serta seluruh karyawan dan

guru MAN 7 Jakarta yang telah membantu melaksanakan penelitian.

5. Keluarga tercinta Ayahanda Sanilam, Ibunda (almh) Misnati. Kakak

Herman dan Nurhayati, Adinda Ropiah dan Syarifah, yang mendorong

penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita.

6. Ibu Sri Andayani, S. Pd., Bunda kedua bagi penulis, yang telah menyayangi

dan mencurahkan perhatiannya, mencurahkan ilmunya, hingga penulis

mengikuti langkahnya untuk mengajarkan matematika.

7. Agus Budiman, yang telah membantu penulis, menemani selama penulis

memperjuangkan skripsi ini.

Page 7: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

iv

8. Rekan-rekan angkatan 2003 terutama Hikmah, Indah, Tuti, Dian, Novi,

teman sehati selama penulis menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Teman-temanku Mudhof, Dini, Ninis, Thya, Apri, Eva, Hanafi,

Sukron, Rafli, Malkan, Qbot, Emon, Hadi, yang sama-sama berjuang demi

kelulusan ini, serta rekan-rekan lain yang pernah hadir dalam kehidupan

penulis, semoga kebersamaan kita menjadi kenangan indah seumur hidup.

9. Murid-muridku di MAN 7 Jakarta, terutama kelas XII IPA angkatan

2010/2011 yang telah banyak membantu dan mendoakan selesainya skripsi

ini, Kelas X angkatan 2010/2011 yang telah Ibu telantarkan karena

kesibukan Ibu menyelesaikan skripsi ini.

10. Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Perpustakaan Umum Universitas Terbuka, Perpustakaan UNINDRA Jakarta,

Perpustakaan LIPI, dan Perpustakaan Nasional yang telah memberikan

fasilitas kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang namanya

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT. memberi balasan

yang baik sebagai amal shalih mereka. Jazakumullah khairan katsiran.

Skripsi ini masih dirasakan dan ditemui berbagai kekurangan. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang konstruktif akan penulis terima. Penulis berharap

semoga skripsi ini akan membawa manfaat bagi siapa yang membacanya.

Jakarta, Februari 2011

Penulis

Suryanih

Page 8: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

v

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK .................................................................................................... i

ABSTRACT ................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iii

DAFTAR ISI ................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 4

C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 5

D. Perumusan Masalah ....................................................................... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 5

BAB II ACUAN TEORITIK

A. Belajar dan Pembelajaran................................................................ 7

B. Pengertian Matematika ................................................................. 10

C. Kesulitan Belajar Matematika ....................................................... 15

D. Diagnosis Kesulitan Belajar Peserta Didik ................................... 20

E. Pembelajaran Remedial................................................................. 22

1. Pengertian Pembelajaran Remedial ............................................. 22

2. Pendekatan, Metode dan Model Pelaksanaan

Pembelajaran Remedial ............................................................... 25

3. Prinsip Pembelajaran remedial..................................................... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 33

B. Metode Penelitian ......................................................................... 33

C. Unit Analisis ................................................................................. 34

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 34

E. Teknik Analisis Data ..................................................................... 36

Page 9: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Temuan Penelitian ........................................................................ 38

1. Uji Validitas Instrumen ........................................................ 38

2. Uji Reliabilitas ..................................................................... 39

3. Hasil Tes Diagnostik Eksponen dan Logaritma

pada Kelas yang menjadi Subjek Penelitian ........................ 39

4. Kesalahan Umum Siswa dalam Menyelesaikan

Soal Eksponen dan Logaritma ............................................. 41

a. Kesalahan Konsep Eksponen dan Logaritma .................. 41

b. Kesalahan Prinsip Operasi Hitung................................... 48

c. Kesalahan karena Kecerobohan Siswa ............................ 52

5. Langkah-langkah Pembelajaran Remedial........................... 54

a. Langkah Remedial untuk Mengatasi Kesalahan

Konsep Siswa .................................................................. 54

b. Langkah Remedial untuk Mengatasi Kesalahan

Prinsip Operasi Hitung ................................................... 56

c. Langkah Remedial untuk Mengatasi Kecerobohan

Siswa............................................................................... 58

B. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian ..................................... 60

a. Kesalahan Konsep Eksponen dan Logaritma .................. 61

b. Kesalahan Prinsip Operasi Hitung................................... 64

c. Kesalahan karena Kecerobohan Siswa ............................ 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................... 67

B. Saran ............................................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 69

LAMPIRAN ................................................................................................ 71

Page 10: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

vii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Uji Coba Soal ....................................................... 38

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Diagnostik Eksponen

dan Logaritma ....................................................................................... 40

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Remedial Eksponen

dan Logaritma ....................................................................................... 59

Page 11: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

viii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 4.1 Histogram dan Poligon Hasil Tes Diagnostik .............................. 40

Gambar 4.2 Contoh Kesalahan Konsep Perkalian Bentuk Pangkat ................ 41

Gambar 4.3 Contoh Kesalahan Konsep Bentuk Pangkat ................................. 42

Gambar 4.4 Contoh Kesalahan dalam Merasionalkan Penyebut ..................... 43

Gambar 4.5 Contoh Kesalahan Penggunaan Sifat Logaritma .......................... 45

Gambar 4.6 Contoh Kesalahan Penggunaan Sifat Logaritma .......................... 46

Gambar 4.7 Contoh Kesalahan Penggunaan Sifat Logaritma .......................... 47

Gambar 4.8 Contoh Kesalahan Kaidah Hitung Bentuk Pecahan ..................... 49

Gambar 4.9 Contoh Kesalahan Prinsip Hitung karena Pemahaman

yang Salah Terhadap “Kaidah Pencoretan” ................................. 50

Gambar 4.10 Contoh Kesalahan Prinsip Hitung karena Pemahaman

yang Salah Terhadap “Konsep Pindah Ruas” ............................... 51

Gambar 4.11 Kecerobohan Siswa dalam Menyelesaikan Soal

Bentuk Pangkat ............................................................................. 52

Gambar 4.12 Kecerobohan Siswa dalam Menghitung Bilangan Bulat .............. 53

Gambar 4.13 Histogram Hasil Tes Remedial Eksponen dan Logaritma ............ 59

Page 12: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1 RPP Pembelajaran Remedial ...................................................... 70

Lampiran 2 RPP Pembelajaran Remedial ...................................................... 73

Lampiran 3 RPP Pembelajaran Remedial ...................................................... 76

Lampiran 4 RPP Pembelajaran Remedial ...................................................... 79

Lampiran 5 Daftar Nilai Ulangan Harian Eksponen dan Logaritma .............. 81

Lampiran 6 Kisi-kisi Tes Uji Coba ................................................................ 82

Lampiran 7 Tes Uji Coba .............................................................................. 84

Lampiran 8 Kisi-kisi Tes Diagnostik ............................................................. 85

Lampiran 9 Tes Diagnostik ............................................................................ 87

Lampiran 10 Pembahasan dan Bobot Soal Tes Diagnostik .............................. 88

Lampiran 11 Perhitungan Validitas ................................................................. 91

Lampiran 12 Hasil Uji Validitas ...................................................................... 92

Lampiran 13 Perhitungan Reliabilitas ............................................................. 93

Lampiran 14 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................. 94

Lampiran 15 Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment dari Pearson ...... 95

Lampiran 16 Lembar Hasil Wawancara ........................................................... 96

Lampiran 17 Perhitungan Rentang, Panjang Kelas Sebelum Remedial .......... 101

Lampiran 18 Perhitungan Rentang, Panjang Kelas Setelah Remedial ............. 102

Lampiran 19 Perhitungan Mean, Modus dan Median Sebelum Remedial ....... 103

Lampiran 20 Perhitungan Mean, Modus dan Median Setelah Remedial ......... 104

Lampiran 21 Perhitungan Letak KKM Sebelum Remedial ............................. 105

Lampiran 22 Perhitungan Letak KKM Setelah Remedial ................................ 106

Lampiran 23 Tabel Nilai Siswa Sebelum dan Sesudah Remedial ................... 107

Lampiran 24 Foto-foto Lembar Jawaban Siswa ............................................... 108

Lampiran 25 Lembar Uji Referensi .................................................................. 111

Lampiran 26 Surat Bimbingan Skripsi ............................................................. 116

Lampiran 27 Surat Keterangan Penelitian ........................................................ 117

Page 13: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional setiap siswa yang berada pada jenjang

Pendidikan Dasar dan Menengah wajib mengikuti pelajaran matematika (BAB X

Pasal 37 ayat 1).1 Bahkan, sejak diberlakukan Ujian Nasional (UN) tahun 2003,

matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang diujikan serta menentukan

kelulusan siswa, sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang disusun

oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pernyataan tersebut

mengindikasikan betapa pentingnya siswa untuk memiliki kemampuan

matematika.

Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang banyak sekali

mengandung ide-ide dan konsep-konsep abstrak dan mendasarkan diri pada

kesepakatan-kesepakatan dan menggunakan pola pikir deduktif secara konsisten.

Matematika adalah suatu ilmu yang memiliki objek dasar abstrak yang berupa

fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Objek matematika yang abstrak tersusun

secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari yang sederhana

sampai yang paling kompleks. Karena keabstrakan konsepnya, maka mempelajari

matematika memerlukan kegiatan berfikir yang sangat tinggi sehingga banyak

siswa yang menganggap matematika sulit, memusingkan dan membosankan untuk

dipelajari.

Selain itu alasan siswa merasa pelajaran matematika itu sulit adalah karena

harus bergelut dengan perhitungan-perhitungan yang sulit dan rumus yang

memerlukan daya ingat serta daya analisis dalam penggunaannya. Hal tersebut

sejalan dengan pendapat Sriyanto yang menyatakan bahwa penyebab siswa tidak

menyukai pelajaran matematika antara lain dikarenakan matematika merupakan

1 Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2003), h.19.

Page 14: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

2

pelajaran yang teoritis dan abstrak, banyak rumus, dan hanya berisi hitung-

hitungan saja. 2

Sementara di lain pihak, telah disadari benar bahwa matematika

merupakan salah satu ilmu yang sangat berperan dalam kehidupan manusia.

Ruseffendi mengemukakan bahwa kegunaan matematika besar, baik sebagai ilmu

pengetahuan, sebagai alat, sebagai pembimbing pola pikir, maupun sebagai

pembentuk sikap yang diharapkan. Matematika juga memegang peranan penting

dalam pendidikan di masyarakat baik sebagai objek langsung (fakta, kemampuan,

konsep, prinsipel) maupun tak langsung (bersifat kritis, logis, tekun, maupun

memecahkan masalah dan lain-lain).3

Dengan demikian, idealnya para siswa harus mampu menguasai konsep-

konsep dasar matematika yang dalam kurikulum disebutkan sebagai standar

kompetensi dan kompetensi dasar matematika. Akan tetapi pada kenyataannya,

dalam kegiatan pembelajaran matematika selalu dijumpai jauh lebih banyak siswa

yang mengalami kesulitan untuk menguasai materi pembelajaran yang diberikan.

Banyak siswa yang kesulitan dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi

dasar matematika yang ditentukan. Hal ini misalnya dapat terlihat dari hasil

ulangan harian siswa pada pokok bahasan Eksponen dan Logaritma di MAN 7

Jakarta, dari 31 siswa tidak ada satupun siswa yang nilainya mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). Kegagalan siswa dalam mempelajari eksponen dan

logaritma yang merupakan materi awal di tingkat SMU mengindikasikan betapa

sulitnya matematika bagi siswa.

Jika kesulitan belajar siswa tersebut dibiarkan, maka tujuan pembelajaran

tidak akan tercapai dengan baik. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, siswa

memerlukan bantuan, baik dalam mencerna bahan pengajaran maupun dalam

mengatasi hambatan-hambatan lainnya. Kesulitan belajar siswa harus dapat

diketahui dan dapat diatasi sedini mungkin, sehingga tujuan instruksional dapat

tercapai dengan baik. Di sinilah peran guru sebagai pendidik dan fasilitator

2 H.J. Sriyanto, Strategi Sukses Menguasai Matematika, (Yogyakarta: Indonesia Cerdas,

2007), cet. I, h.18-24 3

E.T. Ruseffendi, Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru,

(Bandung:Tarsito, 1989), Edisi ke-4, h.39

Page 15: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

3

pendidikan sangat diperlukan. Seorang guru dituntut untuk selalu

mengembangkan diri dalam pengetahuan matematika maupun pengelolaan proses

belajar mengajar. Selain itu, guru juga harus mempunyai kemampuan untuk

mendiagnosis kesulitan siswa. Artinya, ia bukan saja harus dapat menganalisis

bahan pelajaran yang disampaikannya, tetapi juga berbagai kesulitan yang

mungkin dialami siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan. Melalui

diagnosis ini guru membimbing serta membantu siswa untuk memperoleh hasil

belajar yang optimal.

Terlebih pada KTSP ditekankan tentang prinsip belajar tuntas (mastery

learning). Guru harus mengupayakan agar para siswanya tuntas dalam belajar.

Ketuntasan belajar yang dimaksud adalah siswa dapat mencapai standar

kompetensi dan kompetensi dasar dari materi yang disampaikan oleh guru pada

setiap tatap muka atau setiap kegiatan pembelajaran. Siswa diupayakan benar-

benar telah menguasai materi yang disampaikan sebelum mereka menerima materi

selanjutnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengatasi

kesulitan siswa serta membantu siswa untuk mencapai ketuntasan belajar yakni

dengan menyelenggarakan pembelajaran remedial.

Kegiatan remedial (perbaikan) dalam proses pembelajaran merupakan

salah satu kegiatan pemberian bantuan yang telah diprogram dan disusun secara

sistematis. Pembelajaran remedial (remedial teaching) ini berfungsi sebagai

terapis untuk penyembuhan. Dalam hal ini, yang disembuhkan adalah hambatan

atau gangguan yang menyebabkan siswa kesulitan mempelajari matematika.

Prinsip utama pembelajaran remedial ini adalah pemberian umpan balik sesegera

mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan

sesegera mungkin memperoleh umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar

yang berlarut-larut yang dialami siswa, dan guru dapat menilai siswa mana yang

perlu mengikuti pembelajaran remedial sehingga siswa tersebut dapat mencapai

ketuntasan belajar.

Program pembelajaran remedial diperuntukkan bagi siswa agar dapat

mempelajari kembali materi pelajaran yang belum dikuasai. Program

pembelajaran remedial disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar siswa

Page 16: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

4

dan tingkat kemampuan siswa. Pembelajaran remedial dalam pelaksanaannya

lebih bersifat individual, sehingga diharapkan siswa dapat mencapai hasil belajar

yang optimal sesuai dengan kemampuannya.

Berdasarkan paparan tersebut, maka penulis hendak mengadakan

penelitian dan menerapkan pembelajaran remedial bagi siswa-siswi yang belum

mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dalam belajar matematika. Peneliti

mencoba untuk mencari tahu letak kesulitan siswa dalam mempelajari matematika

kemudian memberikan pembelajaran remedial kepada siswa-siswi yang dianggap

memerlukannya. Oleh karena itu penulis mengangkat judul, “Diagnosis

Ketuntasan Belajar Matematika Siswa dan Solusinya dengan Pembelajaran

Remedial”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Faktor apakah yang menyebabkan banyak siswa yang hasil belajar

matematikanya tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ?

2. Langkah apa yang dilakukan guru dalam menyikapi banyaknya siswa yang

hasil belajarnya belum mencapai KKM?

3. Bagaimanakah variasi strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru

dalam mengajar matematika?

4. Apa sajakah kesulitan yang dialami oleh siswa dalam belajar matematika?

5. Bagaimanakah motivasi belajar matematika siswa?

6. Upaya apakah yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan siswa

belajar matematika?

7. Apakah guru dan pihak sekolah mengadakan program remedial?

8. Apakah program remedial dapat mengatasi kesulitan belajar matematika

siswa?

9. Apakah pembelajaran remedial dapat membantu siswa mencapai

ketuntasan belajar matematika?

Page 17: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

5

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada upaya mendiagnosis

kesulitan belajar matematika siswa pada pokok bahasan Eksponen dan Logaritma.

Akan tetapi tidak semua faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa dibahas

pada penelitian ini, yang menjadi fokus penelitian adalah menemukan kesulitan

belajar siswa dari segi/faktor intelektual. Setelah kesulitan belajar siswa

diidentifikasi, peneliti menyusun upaya mengatasi kesulitan tersebut dengan

melaksanakan pembelajaran remedial. Objek pada penelitian ini adalah siswa

kelas X-4 di Madrasah Aliyah Negeri 7 Jakarta tahun ajaran 2010/2011.

D. Perumusan Masalah

1. Faktor-faktor intelektual apakah yang menyebabkan kesulitan belajar

matematika siswa?

2. Bagaimana pembelajaran remedial dapat membantu siswa mengatasi

kesulitan belajar matematika?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor

penyebab siswa tidak mencapai KKM matematika, yakni mengidentifikasi

kesulitan belajar siswa dalam memahami dan menggunakan konsep/prinsip

matematika dengan cara melihat kesalahan umum yang dilakukan siswa

dalam menyelesaikan masalah matematika, kemudian menyusun upaya

mengatasi kesulitan tersebut melalui pelaksanaan pembelajaran remedial

sehingga siswa mencapai ketuntasan belajar matematika.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi siswa : membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar

matematika sehingga siswa mampu mencapai KKM yang

ditetapkan.

Page 18: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

6

b. Bagi sekolah/guru : dapat digunakan sebagai masukan untuk mengatasi

masalah pembelajaran matematika, sehingga mendapatkan

salah satu solusi untuk meningkatkan hasil belajar dan

mencapai ketuntasan belajar matematika siswa.

c. Bagi peneliti : menambah wawasan dan keterampilan mengidentifikasi

kesulitan siswa dalam upaya mempersiapkan diri menjadi

seorang pendidik (guru).

Page 19: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

7

BAB II

ACUAN TEORITIK

A. Belajar dan Pembelajaran

Manusia tidak terlepas dari sebuah proses yang disebut belajar. Belajar

merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan manusia sepanjang hidupnya. Dengan

belajar manusia mampu memahami segala sesuatu baik itu mengenai diri maupun

lingkungan sekitarnya. Upaya memahami sesuatu itu dilakukan dengan berbagai

cara baik itu melihat, mendengar, ataupun membaca, yang setelah itu akan

terciptalah sebuah kondisi yang berbeda pada diri manusia itu sendiri, seperti dari

tidak tahu sesuatu menjadi tahu banyak hal.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata belajar mengandung

pengertian “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.1

Yang dimaksud

kepandaian di atas dapat bermakna luas, baik pandai dalam hal memiliki

pengetahuan yang banyak maupun pandai dalam bertingkah laku atau berinteraksi

dengan lingkungan.

Sardiman dalam bukunya mengemukakan beberapa definisi tentang

belajar, sebagaimana dikutip oleh Angkowo dan Kosasih sebagai berikut: 2

1. Cronbach memberi definisi: Learning is shown by a change is

behavior as a result of experience.

2. Harold Spears memberi batasan: Learning is to be observe, to read, to

imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.

3. Geoch mengatakan: Learning is a change in performance as a result of

practice.

Menurut Ahmadi dan Widodo belajar dapat diartikan: “Belajar ialah suatu

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri

1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), ed.3,

cet.2, h.17 2 R. Angkowo dan A. Kosasih, Optimalisasi Media Pembelajaran, (Jakarta: PT.Grasindo,

2007), h.48.

Page 20: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

8

dalam interaksi dengan lingkungan.”3 Pendapat tersebut sejalan dengan Winkel

yang menyatakan: “Belajar yang terjadi pada manusia merupakan suatu proses

psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya dan

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pengamatan dan

keterampilan serta nilai sikap dan perubahan konstan/membekas.” 4

Burton

menyatakan sebagaimana dikutip oleh Usman, “Learning is a change in the

individual due to instruction of that individual and his environment, wich fells a

need and makes him more capable of dealing adequately with his environment”.5

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, agaknya beberapa ahli

pendidikan modern sepakat bahwa belajar berhubungan dengan perubahan

tingkah laku, yang terjadi sebagai hasil pengalaman akibat interaksi dengan

lingkungan. Perubahan sebagai akibat dari belajar tersebut bersifat aktif, terarah

dan mencakup seluruh aspek tingkah laku baik fisik maupun psikis, seperti

perubahan pada kecakapan, keterampilan, kebiasaan, sikap, pengertian,

pemecahan masalah atau berfikir. Jadi, belajar adalah proses usaha manusia untuk

melakukan perubahan secara pengetahuan, keterampilan dan sikap, yang berguna

bagi manusia untuk menjalani hidupnya, sebagai akibat interaksi dengan

lingkungan. Pengetahuan dan keterampilan ini diperlukan manusia baik karena

kebutuhan atau tuntutan hidup maupun keinginan manusia untuk menjadi lebih

baik.

Pengalaman menjadi sesuatu yang amat penting dalam proses belajar.

Sebuah pengalaman yang terjadi akan merespon manusia untuk berpikir mengenai

peristiwa yang dialaminya dan melakukan upaya untuk merespon peristiwa

tersebut. Maka proses itulah yang dikatakan sebagai proses belajar. Dalam belajar

diartikan dengan proses perubahan yang terjadi dalam kepribadian siswa yang

3 Abu Ahmadi dan Widodo S, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h.128.

4W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT. Grasindo, 1996), Edisi yang

disempurnakan, Cet. IV, h.53. 5 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2008), h.5

Page 21: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

9

membentuk pola baru sebagai reaksi dari pengajaran yang dilakukan guru yang

berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.6

Sedangkan pembelajaran menurut Sadiman, adalah usaha-usaha yang

terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar

dalam diri siswa.7

Selain itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk

hidup belajar.8 Menurut konsep sosiologi, pembelajaran adalah rekayasa sosio-

psikologis untuk memelihara kegiatan belajar tersebut sehingga tiap individu yang

belajar akan belajar secara optimal dalam mencapai tingkat kedewasaan dan dapat

hidup sebagai anggota masyarakat yang baik.9

Belajar dan pembelajaran menjadi kegiatan utama di sekolah. Dalam arti

sempit, belajar dan pembelajaran adalah aktivitas dimana guru dan siswa dapat

saling berinteraksi. Pada proses pembelajaran terjadi komunikasi dua arah antara

guru dan siswa. Pembelajaran sering disejajarkan dengan kegiatan mengajar.

Dalam mengajar guru melibatkan siswa untuk aktif, misalkan dengan memberi

pertanyaan ketika mengajar atau dengan berdiskusi. Sehingga suasana

pembelajaran yang kondusif dapat tercipta. Pengertian mengajar menurut

Nasution :

Mengajar itu suatu usaha dari pihak guru, yaitu mengatur lingkungannya

sehingga terbentuk suasana yang sebaik-baiknya bagi anak untuk belajar.

Belajar anak itu berkat kegiatannya sendiri. Guru hanya dapat

membimbing dan memanfaatkan segala faktor lingkungan termasuk

dirinya, buku-buku, alat peraga dan sebagainya.10

Dengan demikian proses belajar bersifat internal dan unik dalam diri

individu siswa, sedang proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja

direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku. Belajar merupakan proses yang

6 Darwyan Syah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Diadit Media, 2009), h.65

7 M. Sobry Sutikno, Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna, (Mataram: NTP

Press, 2007), h.49

8 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), ed.3,

cet.2, h.17 9 Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:

UPI, 2003), Edisi Revisi, h.8 10

S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi

Aksara, 1992), Edisi pertama, Cet. kelima, h.99.

Page 22: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

10

menjadikan siswa lebih tahu, lebih terampil, lebih cakap, dan juga menjadi lebih

dewasa, sedangkan pembelajaran merupakan perencanaan agar kegiatan belajar

dapat terjadi secara optimal.

Di antara hal terpenting dalam proses pembelajaran adalah cara

penyampaian informasi suatu bahan pelajaran, karena pembelajaran itu

merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian informasi melalui

saluran tertentu kepada si penerima.

Informasi berupa bahan pelajaran dijabarkan oleh guru menjadi simbol-

simbol komunikasi, baik simbol non verbal atau visual maupun simbol verbal

(kata lisan atau tertulis). Selanjutnya siswa menafsirkan simbol-simbol

komunikasi tersebut sehingga diperoleh pengertian. Di dalam proses pembelajaran

tersebut komunikasi diperlukan untuk membangkitkan dan memelihara perhatian

siswa, memberitahu dan mengharapkan hasil belajar yang dicapai siswa,

merangsang siswa untuk mengingat kembali hal-hal yang berhubungan dengan

topik tertentu serta menyajikan stimulus untuk mempelajari suatu konsep.

Pada proses komunikasi adakalanya siswa tidak dapat memahami simbol-

simbol komunikasi yang disampaikan oleh gurunya. Hal ini disebabkan adanya

beberapa faktor penghambat antar lain : psikologis dan lingkungan belajar. Untuk

itulah guru sebagai pengajar harus memperhatikan psikologis anak. Guru harus

dapat mengetahui tahapan berfikir siswa sehingga dapat menciptakan proses

komunikasi yang baik dan efektif dan dapat dimengerti oleh siswa. Lingkungan

belajar yang terlalu riuh dapat menghambat proses komunikasi dan guru akan

mengalami kesulitan dalam mentransfer materi. Karenanya guru harus dapat

menciptakan lingkungan belajar yang kondusif agar proses komunikasi berjalan

dengan baik sehingga dapat tercipta pembelajaran yang efektif.

B. Pengertian Matematika

Kata “matematika” berasal dari kata μάθημα (máthēma) dalam bahasa

Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar” . Juga

μαθηματικός (mathēmatikós) yang diartikan sebagai “suka belajar”. Matematika

Page 23: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

11

(dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) juga diartikan studi besaran,

struktur, ruang, dan perubahan.11

Istilah mathematics (Inggris), Mathematik (Jerman), Mathematique

(perancis), Mathematico (Italia), Matematiceski (Rusia), atau

matematick/Wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica yang

mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti relating to

learning. Perkataan ini mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan

atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan erat dengan

sebuah kata lainnya yang serupa yaitu yang berasal dari kata Yunani yaitu

”Mathein” atau ”Mathenein” yang artinya belajar (berpikir). Jadi berdasarkan

etimologis perkataan matematika berarti “ilmu pengetahuan yang diperoleh

dengan bernalar”12

Menurut Nasution, mungkin juga kata matematika berasal dari bahasa

sanksakerta yaitu ”Medha” atau ”Widya” yang artinya kepandaian, ketahuan, atau

intelegensia.13

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia matematika diartikan

sebagai ” ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur

operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.14

Definisi di atas memberikan gambaran bahwa matematika berhubungan

erat dengan belajar, terutama berkaitan dengan bilangan serta operasi-operasi

yang membantu penyelesaian bilangan-bilangan tersebut. Namun matematika

ternyata tidak terbatas pada bilangan saja, karena dengan matematika seorang

siswa akan melatih diri dalam upaya membentuk pola pikir yang bersifat

sistematis, rasional, mampu menyelesaikan masalah, serta membiasakan siswa

bersikap teliti dan tekun.

Menurut Johnson dan Myklebust (1967: 244), matematika adalah bahasa

simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

11

http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika 12

Erman Suherman dan Udin S. W., Strategi Belajar Mengajar Matematika, (Jakarta:

Universitas Terbuka, 1999), h.119. 13

M. Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran

Matematika (PSPM), (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h.40 14

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), ed.3,

cet.2, h.723

Page 24: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

12

kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan

berpikir. Lerner (1988: 430) mengemukakan bahwa matematika di samping

sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan

manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen

dan kuantitas. Kline (1981: 172) juga mengemukakan bahwa matematika

merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar

deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.15

Sejalan dengan Johnson dan Lerner, Herman Weyl mengatakan seperti

dikutip oleh Kadir, bahwa matematika adalah permainan dengan symbol-simbol

yang dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan. Simbol-simbol

ini sangat diperlukan dalam matematika karena dengan symbol ini kaitan antara

konsep dengan konsep lain dapat lebih mudah dijelaskan. Belajar matematika

dengan sendirinya membutuhkan kemampuan memanipulir simbol-simbol yang

ada untuk pemecahan soal matematika.16

Matematika adalah suatu ilmu yang memiliki objek dasar abstrak yang

berupa fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Yang dimaksud dengan fakta adalah

ketentuan-ketentuan dalam matematika yang telah disepakati bersama seperti

lambang bilangan, sudut, dan notasi matematika lainnya. Sedangkan konsep

adalah ide abstrak yang memungkinkan seseorang dapat mengelompokkan objek

ke dalam contoh dan bukan contoh. Misalnya konsep persegi, dengan memahami

konsep persegi seseorang mampu mengklasifikasikan himpunan persegi dan

bukan persegi. Operasi dalam matematika adalah suatu fungsi yaitu relasi khusus,

karena operasi adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu atau

lebih elemen yang diketahui. Prinsip adalah objek matematika yang kompleks.

Prinsip terdiri atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu

relasi ataupun operasi. Prinsip dapat berupa aksioma, teorema, sifat, dan

sebagainya.

15

Mulyono Abdurahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar , (Jakarta:

Depdikbud dan Rimeka Cipta, 1999), h.252. 16

Kadir, Pengaruh Pendekatan Problem Posing terhadap Prestasi Belajar Matematika

Jenjang Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi dan Evaluasi ditinjau dari Metakognisi Siswa SMU

di DKI Jakarta, dari http://www.depdiknas.go.id/jurnal/53/j53 02.pdf

Page 25: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

13

Dari definisi-definisi matematika yang dijabarkan diatas dapat

disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang mengkaji tentang besaran,

struktur, ruang, dan perubahan. Matematika mendasarkan diri pada ide-ide dan

konsep-konsep yang abstrak , direpresentasikan melalui bahasa simbol-simbol

yang disepakati bersama. Matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis,

dan sistematis serta mempunyai prosedur operasional dalam memecahkan

masalah.

Penggunaan matematika pada awalnya adalah di dalam perdagangan,

pengukuran tanah, pelukisan, dan pola-pola penenunan dan pencatatan waktu dan

tidak pernah berkembang luas hingga tahun 3000 SM. Matematika mulai muncul

ke permukaan ketika orang Babilonia dan Mesir Kuno mulai menggunakan

aritmetika, aljabar, dan geometri untuk penghitungan pajak dan urusan keuangan

lainnya, bangunan dan konstruksi, dan astronomi. Pengkajian matematika yang

sistematis di dalam kebenarannya sendiri dimulai pada zaman Yunani Kuno

antara tahun 600 dan 300 SM.17

Matematika sejak saat itu segera berkembang

luas, dan terdapat interaksi bermanfaat antara matematika dan sains,

menguntungkan kedua belah pihak. Penemuan-penemuan matematika dibuat

sepanjang sejarah dan berlanjut hingga kini.

Matematika sebagai ilmu berbeda dengan matematika sekolah.

Matematika sekolah merupakan bagian dari matematika yang diberikan untuk

dipelajari oleh siswa sekolah formal. Bahan ajar matematika sekolah terdiri atas

bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan

kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpandu kepada

perkembangan IPTEK.18

Matematika sekolah dipilih berdasarkan kepentingan

kependidikan dan dasar perkembangan IPTEK. Butir-butir yang akan disampaikan

disesuaikan dengan perkembangan peserta didik. Dengan memperhatikan

perkembangan siswa, maka dilakukan penyederhanaan dari konsep matematika

yang kompleks yang kemudian secara bertahap semakin diperluas. Agar siswa

17

http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika 18

Soemoenar, dkk., Penerapan Matematika Sekolah, (Jakarta: Universitas Terbuka),

h.1.11

Page 26: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

14

lebih mudah memahami matematika, maka guru sebisa mungkin mengurangi sifat

abstrak matematika.

Cockroft mengemukakan sebagaimana dikutip oleh Mulyono, bahwa

matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segi

kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang

sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat

digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan

kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6)

memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.19

Peranan matematika sekolah adalah untuk mempersiapkan siswa agar

sanggup menghadapi perubahan-perubahan keadaan dalam kehidupannya, dengan

menggunakan pola pikir matematika. Pendidikan matematika di sekolah lebih

menekankan pada penataan nalar, pembentukan sikap, serta keterampilan dalam

penerapan matematika.20

Oleh sebab itu, NCSM (National Council of Supervisor

of Mathematics) membuat keputusan bahwa dalam pembelajaran matematika

hendaknya mengandung hal-hal antara lain: pemecahan masalah, penerapan

matematika dalam kehidupan sehari-hari, keterampilan hitung yang memadai,

pengukuran, geometri, membuat diagram dan grafik, dan penggunaan matematika

dalam taksiran/perkiraan.21

Jadi matematika adalah suatu ilmu yang memiliki objek dasar abstrak yang

berupa fakta, konsep, operasi, prinsip, dan menggunakan simbol-simbol yang

dimaksudkan agar objek matematika dapat ditulis dengan singkat, tepat, dan

mudah dimengerti. Sedangkan matematika sekolah adalah bagian dari matematika

yang dipilih, diproyeksikan atau ditujukan untuk menumbuh dan mengembangkan

kepribadian dan penalaran siswa di dalam kehidupan sehari-hari.

19

Mulyono Abdurahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta:

Depdikbud dan Rimeka Cipta, 1999), h.253. 20

HJ Sriyanto, Strategi Sukses Menguasai Matematika, (Yogyakarta: Indonesia Cerdas,

2007), h.15 21

Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI Press,

2006), h.54

Page 27: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

15

C. Kesulitan Belajar Matematika

Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris

learning disability. Terjemahan yang benar seharusnya adalah ketidakmampuan

belajar (learning artinya belajar, disability berarti ketidakmampuan), akan tetapi

istilah kesulitan belajar digunakan karena dirasakan lebih optimistik.22

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa di antara hal terpenting

dalam proses pembelajaran adalah cara penyampaian informasi suatu bahan

pelajaran, karena pembelajaran itu merupakan proses komunikasi, yaitu proses

penyampaian informasi melalui saluran tertentu kepada si penerima. Pada proses

komunikasi adakalanya siswa tidak dapat memahami simbol-simbol komunikasi

yang disampaikan oleh gurunya. Hal inilah yang antara lain menjadi penyebab

siswa mengalami kesulitan memahami bahan ajar.

Dalam proses belajar mengajar di sekolah, baik Sekolah Dasar, Sekolah

Menengah, maupun Perguruan Tinggi sering kali dijumpai beberapa

siswa/mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dengan demikian

masalah kesulitan dalam belajar itu sudah merupakan problema umum yang khas

dalam proses pembelajaran. Terutama dalam pembelajaran matematika.

Aktifitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung

secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak. Kadang-kadang dapat

dengan cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit.

Dalam hal semangat, terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit

mengadakan konsentrasi. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo S., “Dalam keadaan

dimana anak didik/ siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang

disebut kesulitan belajar.”23

Warkitri mengemukakan kesulitan belajar adalah suatu gejala yang

nampak pada siswa dengan ditandai adanya hasil belajar rendah serta di bawah

norma yang telah ditetapkan. Jadi, kesulitan belajar itu merupakan suatu kondisi

22

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta:

Depdikbud dan PT. Rineka Cipta, 1999), h.6. 23

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2004), h.77

Page 28: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

16

dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan - hambatan tertentu

dalam mencapai hasil belajar.24

Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan oleh faktor inteligensi yang

rendah (kelainan mental), akan tetapi juga disebabkan oleh faktor- faktor

noninteligensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin

keberhasilan belajar. Seperti diungkapkan oleh Muhibbin Syah bahwa “Kesulitan

belajar tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga

dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu, kesulitan belajar juga

dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata atau normal, hal tersebut

disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja

akademik yang sesuai harapan”.25

Jadi belum tentu anak yang mengalami

kesulitan belajar menandakan bahwa anak tersebut mempunyai IQ rendah.

Terkadang kesulitan belajar hanya disebabkan oleh tidak cukupnya pengetahuan

siswa tentang cara-cara belajar.

Sabri mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah kesukaran siswa

dalam menerima atau menyerap pelajaran di sekolah, kesulitan belajar yang

dihadapi oleh siswa ini terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan

atau ditugaskan oleh seorang Guru.26

Kesulitan belajar ini tidak terlepas dari

beragamnya individu dan cara belajar siswa yang berbeda, dimana individu yang

satu akan mempunyai kesulitan tertentu dibandingkan dengan individu yang lain.

Disetiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak

didik yang berkesulitan belajar. Setiap kali kesulitan belajar anak didik yang satu

dapat diatasi, tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kesulitan belajar anak didik

yang lain. Hal tersebut dikarenakan adanya keberagaman individu tiap peserta

didik dan kondisi lingkungan yang berbeda pula, sehingga timbullah

permasalahan yang berbeda.

24

Warkitri, dkk., Penilaian Pencapaian Hasil Belajar, (Jakarta : Universitas Terbuka,

1998), h.8.3 25

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 1999), Edisi Revisi, h.172. 26

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya,1995), h. 88.

Page 29: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

17

Mukhtar dan Rusmini mengungkapkan bahwa secara garis besar faktor-

faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal tersebut antara lain kelemahan fisik, mental, dan

emosional; kebiasaan dan sikap-sikap yang salah (seperti malas belajar), atau

tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan. Sedangkan

Faktor eksternal antara lain: kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran yang tidak

tepat, beban belajar yang terlalu berat, terlalu banyak kegiatan di luar jam sekolah,

terlalu sering pindah sekolah, dan sebagainya.27

Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi siswa dalam menyerap bahan

ajar yang disajikan. Masing-masing faktor memiliki intensitas pengaruh yang

berbeda pada tiap siswa tergantung dari masalah yang dialami masing-masing

siswa. Misalkan pada siswa tertentu mungkin metode pembelajaranlah yang

menjadi faktor utama penyebab kesulitannya dalam belajar, akan tetapi pada siswa

lain yang brokenhome misalnya, faktor emosional lah yang paling mempengaruhi

kesulitan dalam belajar.

Dalam pembelajaran matematika, Rachmadi mengutip Brueckner dan

Bond, mengelompokkan penyebab kesulitan belajar menjadi 5 faktor, yakni faktor

fisiologis, faktor sosial, faktor emosional, faktor intelektual, dan faktor pedagogis.

Faktor intelektual yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa umumnya

adalah:28

1. Siswa kurang berhasil dalam menguasai konsep, prinsip, dan algoritma

2. Kesulitan mengabstraksi, menggeneralisasi, berpikir deduktif, dan

mengingat konsep-konsep maupun prinsip-prinsip

3. Kesulitan dalam memecahkan masalah terapan atau soal cerita

4. Kesulitan pada pokok bahasan tertentu saja.

27

Mukhtar dan Rusmini, Pengajaran Remedial: Teori dan Penerapannya dalam

Pembelajaran, (Jakarta: Fifa Mulia Sejahtera, 2003), h.42-45 28

Rachmadi Widdiharto, Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan Alternatif

Proses Remidinya, Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP Matematika, {Yogyakarta:

Depdiknas), h. 6-9

Page 30: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

18

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Sholeh yang menyatakan

bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar antara lain disebabkan oleh hal-hal

sebagai berikut:29

1. Siswa tidak bisa menangkap konsep dengan benar.

2. Siswa tidak mengerti arti lambang- lambang

3. Siswa tidak dapat memahami asal- usul suatu prinsip

4. Siswa tidak lancar menggunakan operasi dan prosedur.

5. Ketidaklengkapan pengetahuan

Sedangkan menurut John L. Marks, et all. seperti dikutip Noorhadi Thohir

dan Basuki Haryono, bahwa yang menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan

belajar matematika ialah kesulitan siswa dalam:

1. Kemampuan dalam mengembangkan konsep-konsep

2. Kemampuan mengembangkan pemahaman matematika

3. Kemampuan mengembangkan keterampilan (matematika)

4. kemampuan dalam memecahkan soal

5. Kemampuan mengembangkan sikap menghargai dan sikap lain yang

menguntungkan (seperti berdiskusi, keaktifan dalam belajar bersama,

dsb.)30

Dalam pembelajaran matematika, kesulitan siswa dari segi intelektual

dapat terlihat dari kesalahan yang dilakukan siswa pada langkah-langkah

pemecahan masalah soal matematika yang berbentuk uraian, karena siswa

melakukan kegiatan intelektual yang dituangkan pada kertas jawaban soal yang

berbentuk uraian tersebut. Beberapa ahli menggolongkan jenis-jenis kesalahan

siswa dalam menyelesaikan soal matematika yakni: kesalahan pemahaman

29

M. Sholeh, Pokok- pokok Pengajaran Matematika di Sekolah, (Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1998), dari http://idb4.wikispaces.com. 30

Noorhadi Thohir dan Basuki Haryono, Jurnal Rehabilitasi dan Remediasi, (Surakarta:

Pusat Penelitian Rehabilitasi dan Remediasi Lembaga Penelitian UNS, 1996), h.19-29.

Page 31: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

19

konsep; kesalahan penggunaan operasi hitung; algoritma yang tidak sempurna;

dan kesalahan karena mengerjakan serampangan/ceroboh.31

Berdasarkan paparan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa secara garis

besar kesulitan yang dialami siswa dapat berupa kurangnya pengetahuan

prasyarat, kesulitan memahami materi pembelajaran, maupun kesulitan dalam

mengerjakan latihan-latihan dan soal-soal ulangan. Secara khusus, kesulitan yang

dijumpai siswa dapat berupa tidak dikuasainya kompetensi dasar tertentu,

misalnya siswa tidak menguasai operasi bilangan. Lebih jauh lagi kesulitan yang

dialami siswa disebabkan perbedaan tiap individu, baik dalam kemampuan

intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan, maupun

pendekatan belajar yang digunakan.

Untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa, guru hendaknya

memperhatikan hal-hal tersebut di atas. Terutama memastikan siswa telah

menguasai materi prasyarat, mendesain cara penyampaian bahan ajar dengan

komunikasi yang efektif serta memperhatikan keadaan keluarga dan keadaan

sosial siswa. Agaknya guru dapat mengimplementasikan apa yang disarankan oleh

Gagne, seperti dikutip Mulyono: “Proses belajar hendaknya bertahap, dari hal

yang paling sederhana ke hal yang kompleks dan intinya adalah perlunya

penguasaan prasyarat yang digunakan sebagai landasan untuk menguasai bentuk

perilaku yang diharapkan”.32

Untuk membantu mengatasi kesulitan belajar siswa, guru harus

mengetahui secara tepat faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan tersebut

karena kesulitan yang dialami siswa dilatarbelakangi oleh sebab yang berbeda-

beda. Jika kesulitan tersebut sudah diketahui penyebabnya, maka selanjutnya guru

dapat menentukan cara yang tepat untuk mengatasinya.

31

Rachmadi Widdiharto, Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan Alternatif

Proses Remidinya, Paket Fasilitasi pemberdayaan KKG/MGMP Matematika, (Yogyakarta:

Depdiknas), h. 41 32

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta:

Depdikbud dan PT. Rineka Cipta, 1999), h.28.

Page 32: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

20

D. Diagnosis Kesulitan Belajar Peserta Didik

Menurut Webster, diagnosis diartikan sebagai proses menentukan hakikat

daripada kelainan atau ketidakmampuan dengan ujian dan melalui ujian tersebut

dilakukan suatu penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta untuk menentukan

masalahnya.33

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diagnosis

mempunyai arti: (1) penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa)

gejala-gejalanya. (2) pemeriksaan terhadap suatu hal. Jadi, diagnosis adalah suatu

cara menganalisis suatu kelainan dengan mengamati gejala-gejala yang nampak

dan selanjutnya berdasar gejala tersebut dicari faktor penyebab kelainan tadi.

Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar yang dialami siswa sangat

beragam. Sebelum memutuskan langkah untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut,

guru perlu terlebih dahulu mencari tahu penyebab utama kesulitan belajar siswanya

atau dengan kata lain guru perlu mendiagnosis kesulitan siswa dalam belajar. Untuk

melaksanakan kegiatan diagnosis kesulitan belajar harus ditempuh beberapa

tahapan kegiatan. Tahapan tersebut meliputi:34

1) Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar

2) Melokalisasi letak kesulitan belajar

3) Menentukan faktor penyebab kesulitan belajar

4) Memperkirakan alternatif bantuan

5) Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya

6) Tindak lanjut

Diagnosis kesulitan belajar dilakukan dengan teknik tes dan nontes.

Teknik yang dapat digunakan guru untuk mendiagnosis kesulitan belajar antara

lain: tes prasyarat (prasyarat pengetahuan, prasyarat keterampilan), tes diagnostik,

wawancara, pengamatan, dsb.35

Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah

prasyarat yang diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu

33

Warkitri, dkk., Penilaian Pencapaian…, h.8.3 34

Warkitri, dkk., Penilaian Pencapaian…, h.8.10 35

Sistem Penilaian KTSP, Pembelajaran Remedial, oleh Direktorat Pendidikan Nasional

dari http://www.dikmenum.go.id

Page 33: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

21

terpenuhi atau belum. Prasyarat ini meliputi prasyarat pengetahuan dan

prasyarat keterampilan.

Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam

menguasai kompetensi tertentu. Misalnya dalam mempelajari operasi

bilangan, apakah peserta didik mengalami kesulitan pada kompetensi

penambahan, pengurangan, pembagian, atau perkalian.

Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta

didik untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang

dijumpai peserta didik.

Pengamatan (observasi) dilakukan dengan jalan melihat secara cermat

perilaku belajar peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat

diketahui jenis maupun penyebab kesulitan belajar peserta didik.

Tes diagnostik untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh siswa

ini dapat dilakukan secara kelompok maupun individual. Sasaran utama tes

diagnostik belajar adalah untuk menemukan kekeliruan-kekeliruan atau kesalahan

konsep dan kesalahan proses yang terjadi dalam diri siswa ketika mempelajari

suatu topik pelajaran tertentu. Identifikasi kesulitan siswa melalui tes diagnostik

berupaya memperoleh informasi tentang: profil siswa dalam materi pokok,

pengetahuan dasar yang telah dimiliki siswa, pencapaian indikator, kesalahan

yang biasa dilakukan siswa, dan kemampuan dalam menyelesaikan soal yang

menuntut pemahaman kalimat.

Sedangkan teknik diagnosis nontes (seperti wawancara, angket, dan

observasi) dilakukan untuk mengidentifikasi kesulitan siswa yang tidak dapat

diidentifikasi melalui teknik tes. Informasi yang dapat diperoleh dari teknik nontes

ini sangat banyak, misalnya untuk mengetahui kebiasaan belajar siswa, kelemahan

fisik, kelemahan emosional, keadaan keluarga, cara guru mengajar, dan

sebagainya. Wawancara dapat dilakukan langsung kepada siswa atau keluarganya

atau teman terdekatnya, sementara observasi dilakukan oleh guru selama siswa

mengikuti pembelajaran di kelas dan selama siswa berinteraksi di lingkungan

sekolah.

Page 34: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

22

E. Pembelajaran Remedial

1. Pengertian Pembelajaran Remedial

Dilihat dari arti katanya, istilah remedial berasal dari kata remedy (bahasa

Inggris) yang berarti obat, memperbaiki, atau menolong. Karena itu remedial berarti

hal-hal/tindakan-tindakan/usaha-usaha yang berhubungan dengan perbaikan.36

Tarigan mengutip pengertian remedial dalam “Webster’s New Twentieth Century

Dictionary” sebagai berikut: Remediasi dalam pendidikan berarti tindakan atau

proses penyembuhan/peremedian atau penanggulangan ketidakmampuan atau

masalah-masalah pembelajaran (1983: 1528). Remediasi juga berarti tindakan

melakukan diagnosis dan perawatan (Mc Ginnis dan Smith, 1982 : 355).37

Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan

kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai

kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Dengan kata lain, remedial diperlukan bagi

peserta didik yang belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran. Pemberian program pembelajaran remedial

didasarkan atas latar belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan

individual peserta didik.

Untuk memahami konsep penyelenggaraan model pembelajaran remedial,

terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar

tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta

didik. Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas,

dimulai dari penilaian kemampuan awal peserta didik terhadap kompetensi atau

materi yang akan dipelajari. Kemudian dilaksanakan pembelajaran menggunakan

berbagai metode dan media. Pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung,

diadakan penilaian proses menggunakan berbagai teknik dan instrumen dengan

tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa jauh penguasaan peserta

36

John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT Gramedia,

1992), h.476. 37

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Remedi Bahasa, (Bandung: Angkasa, 1990), h.41-

42.

Page 35: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

23

didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari. Pada akhir program

pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan harian.

Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar

peserta didik, apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat

penguasaan tertentu yang telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan.

Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan kompetensi

yang telah ditentukan, maka muncul permasalahan mengenai apa yang harus

dilakukan oleh pendidik. Salah satu tindakan yang diperlukan adalah pemberian

program pembelajaran remedial atau perbaikan.

Kegiatan perbaikan mencakup segala bantuan yang diberikan kepada

peserta didik. Baik kepada siswa yang lamban, kurang mengerti, menemui

kesulitan, maupun yang gagal dalam mencapai tujuan pengajaran. Syamsuddin

menyatakan tentang kegiatan perbaikan sebagaimana dikutip oleh Ischak, sebagai

berikut:

Segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis sifat

kesulitan belajar, faktor-faktor penyebabnya, serta cara menerapkan

kemungkinan-kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan)

maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang

seobyektif dan selengkap mungkin.38

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran remedial adalah suatu bentuk

khusus pembelajaran yang ditujukan untuk memperbaiki sebagian atau seluruh

kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik. Perbaikan dilakukan atas kerjasama

guru mata pelajaran, wali kelas, guru BP, tutor, serta pihak-pihak lain yang terkait.

Melalui pembelajaran remedial ini diharapkan siswa dapat belajar dengan tuntas

dan pencapaian hasil belajar dapat diperoleh secara optimal.

Siswa yang tergolong ke dalam kelompok yang harus dimasukkan ke dalam

kelompok pembelajaran remedial biasanya mengalami kesulitan dalam hal sebagai

berikut: 39

38

Ischak SW dan Warji R, Program Remedial dalam Proses Belajar-Mengajar,

(Yogyakarta: Liberty, 1982), h.2. 39

Made Alit Mariana, Pembelajaran Remedial, (Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional, 2003), h.21.

Page 36: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

24

1. Kemampuan mengingat relatif kurang

2. Perhatian (konsentrasi) ysng sangat kurang dan mudah terganggu dengan

sesuatu yang lain di sekitarnya pada saat belajar

3. Relatif lemah dalam kemampuan memahami secara menyeluruh

4. Kurang dalam hal memotivasi diri dalam belajar

5. Kurang dalam hal kepercayaan diri dan rendah harapan dirinya

6. Lemah dalam kemampuan memecahkan masalah

7. Sering gagal dalam menyimak suatu gagasan dari suatu informasi

8. Mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep yang abstrak

9. Gagal menghubungkan suatu konsep dengan konsep lainnya yang relevan

10. Memerlukan waktu relatif lebih lama daripada yang lainnya untuk

menyelesaikan tugas-tugas.

Pembelajaran remedial sebaiknya diberikan dengan memperhatikan

kesulitan belajar tiap individu siswa. Akan tetapi, karena kesulitan yang dialami tiap

individu disebabkan oleh faktor yang berbeda dan beragam, dan sangat berat bagi

guru jika mengatasinya per individu, maka siswa yang mengikuti kegiatan remedial

ini berdasarkan tingkat kesulitan belajarnya, dapat dikelompokkan menjadi tiga,

yaitu:

- Tingkat kesulitan ringan. Untuk tingkat kesulitan belajar yang ringan ini

pemecahannya tidak terlalu sulit. Mungkin siswa tersebut tidak

mendengarkan ketika guru sedang menjelaskan. Cara pemecahannya dapat

dilakukan dengan menerangkan kembali pokok bahasan atau menyuruh

mereka mempelajari kembali catatan atau buku sumber tentang pokok

bahasan yang dipelajari dengan suasana yang lebih serius.

- Tingkat kesulitan sedang. Untuk tingkat kesulitan belajar yang sedang ini,

guru harus menanganinya secara khusus, karena siswa benar-benar

mengalami kesulitan dalam mencerna keterangan yang disampaikan.

Mungkin saja gangguan ini disebabkan oleh suasana keluarga yang tidak

harmonis (broken home), atau baru sembuh dari sakit, atau mungkin sedang

Page 37: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

25

mendapat musibah. Dalam hal ini, guru hendaknya bekerja sama dengan

guru bimbingan konseling.

- Tingkat kesulitan berat. Untuk tingkat kesulitan belajar yang berat ini,

mungkin karena siswa tersebut mengalami kecelakaan sehingga salah satu

organ tubuhnya rusak, akibatnya ia sulit menangkappelajaran, atau memang

kemampuannya yang sangat minim. Walaupun demikian, seorang guru

harus tetap berusaha membantunya sedemikian rupa, sekalipun sukar

memperbaikinya.40

Dengan melihat ketiga tingkat kesulitan belajar tersebut di atas, maka yang

penting bagi guru adalah menentukan yang mana dan sejauh mana bantuan itu

diberikan kepada siswa, sehingga bantuan yang akan diberikan nanti benar-benar

mengenai sasarannya.

2. Pendekatan, Metode dan Model Pelaksanaan Pembelajaran

Remedial

Mengingat pentingnya program pembelajaran remedial dalam

keseluruhan proses belajar-mengajar, maka kita perlu memahami berbagai

pendekatan dan metode pembelajaran remedial tersebut. Pendekatan dalam

pengajaran remedial dibedakan menjadi tiga, yaitu :41

1. Pendekatan yang Bersifat Kuratif

Pendekatan ini diadakan mengingat kenyataannya ada seseorang atau

sejumlah siswa yang tidak mampu menyelesaikan program secara sempurna sesuai

dengan kriteria keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Program dalam proses

itu dapat diartikan untuk setiap pertemuan, unit pelajaran, atau satuan waktu

tertentu. Untuk mencapai sasaran pencapaian dapat menggunakan pendekatan

pengulangan, pengayaan/ pengukuhan, atau percepatan (akselerasi).

40

Mukhtar dan Rusmini, Pengajaran Remedial: Teori dan Penerapannya dalam

Pembelajaran, (Jakarta: Fifa Mulia Sejahtera, 2003), h.54 41

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2004), Ed.revisi, h.179

Page 38: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

26

2. Pendekatan yang Bersifat Preventif

Pendekatan ini ditujukan kepada siswa tertentu yang berdasarkan data/

informasi diprediksikan atau patut diduga akan mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan suatu program studi tertentu yang akan ditempuhnya. Berdasarkan

prediksi tersebut maka layanan pengajaran perbaikan dapat dalam bentuk:

kelompok belajar homogen,individual, atau kelompok dengan kelas remedial.

3. Pendekatan yang Bersifat Pengembangan

Pendekatan ini merupakan upaya yang dilakukan guru selama proses

belajar mengajar berlangsung (during teaching diagnostic). Karena itu diperlukan

peranan bimbingan dan penyuluhan agar tujuan pengajaran yang telah dirumuskan

berhasil.

Sedangkan metode yang digunakan dalam pengajaran perbaikan yaitu

metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan belajar mulai dari tingkat

identifikasi kasus sampai dengan tindak lanjut. Metode yang dapat digunakan,

yaitu:

1. Metode pemberian tugas

2. Metode diskusi

3. Metode tanya jawab

4. Metode Kerja Kelompok

5. Metode Tutor sebaya

6. Pengajaran individual42

Metode-metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-

masing, tergantung tujauan pembelajaran yang hendak dicapai. Oleh karena itu,

guru harus dapat memilih metode yang paling sesuai agar pembelajaran berjalan

dengan efektif.

Dalam melaksanaan pembelajaran remedial ini, guru juga dapat

memberikan berbagai perlakuan yang dapat membantu siswa untuk memahami

42

Warkitri, dkk., Penilaian Pencapaian …, h. 9.21

Page 39: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

27

materi yang belum mereka kuasai, seperti memberikan penjelasan ulang tentang

materi tertentu, sampai siswa memahami materi tersebut dan mencapai ketuntasan.

Jika dilihat dari faktor-faktor yang terdapat pada kegiatan perbaikan itu

sendiri, seperti tempat, waktu, metode, dan lainnya, maka dapat dipilih dan

ditentukan kegiatan perbaikan, antara lain:43

a. Mengajarkan kembali (re-teaching) yaitu: kegiatan perbaikan dilaksanakan

dengan jalan mengajarkan kembali bahan yang sama kepada para siswa

dengan penyajian yang berbeda, dan bila mungkin dengan lebih banyak

contoh mengenai materi yang dirasakan sukar dipahami oleh siswa, serta

memberikan motivasi kepada siswa dalam kegiatan belajar.

Peserta didik kadang-kadang mengalami kesulitan memahami

penyampaian materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang

disajikan hanya sekali, apalagi kurang ilustrasi dan contoh. Pemberian

tambahan ilustrasi, contoh dan bukan contoh untuk pembelajaran konsep

misalnya, akan membantu pembentukan konsep pada diri peserta didik.

Selain itu, penggunaan alternatif berbagai strategi pembelajaran

akan memungkinkan peserta didik dapat mengatasi masalah

pembelajaran yang dihadapi.

b. Penggunaan alat peraga (audio visual aids)

Penggunaan berbagai jenis media dapat menarik perhatian peserta

didik. Perhatian memegang peranan penting dalam proses pembelajaran.

Semakin memperhatikan, hasil belajar akan lebih baik. Namun peserta

didik seringkali mengalami kesulitan untuk memperhatikan atau

berkonsentrasi dalam waktu yang lama. Agar perhatian peserta didik

terkonsentrasi pada materi pelajaran perlu digunakan berbagai media

untuk mengendalikan perhatian peserta didik.

c. Studi kelompok (study group)

43

Mukhtar dan Rusmini, Pengajaran remedial:Teori dan Penerapannya dalam

Pembelajaran Remedial, (Jakarta: Fifa Mulia Sejahtera), h.55-57.

Page 40: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

28

d. Tutoring, yaitu rekan siswa yang telah mencapai ketuntasan atau dari kelas

yang lebih tinggi diminta untuk membantu temannya yang ditunjuk secara

individual.

e. Tugas-tugas perseorangan, dengan menggunakan sumber belajar lain yang

relevan sehingga siswa dapat lebih memahami materi yang sukar diolah dan

dimengertinya melalui sumber yang diwajibkan sekolah.

f. Bimbingan lain, artinya proses perbaikan itu dapat dilakukan oleh wali

kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling, atau orang tua

siswa.

Selain bentuk kegiatan perbaikan yang tepat, guru juga harus dapat

memperhatikan masalah waktu untuk melakukan kegiatan perbaikan. Terdapat

beberapa alternatif berkenaan dengan waktu atau kapan pembelajaran remedial

dilaksanakan. Pertanyaan yang timbul, apakah pembelajaran remedial diberikan

pada setiap akhir ulangan harian, mingguan, akhir bulan, tengah semester, atau

akhir semester. Ataukah pembelajaran remedial itu diberikan setelah peserta didik

mempelajari SK atau KD tertentu?

Menurut Mariana, pembelajaran remedial dapat dilaksanakan di luar jam

sekolah (out-side school hours), atau dapat menggunakan model pembelajaran

remedial pemisahan (withdrawal).

a. Model Pembelajaran Remedial di Luar Jam Sekolah (Out-side School Hours)

Model ini dilaksanakan untuk membantu kesulitan belajar siswa terhadap

satu atau beberapa materi subyek, sebelum atau sesudah jam pelajaran reguler

dilaksanakan. Beberapa keuntungan model ini adalah siswa dapat lebih

konsentrasi dalam mengulang pelajaran tanpa tertinggal materi pada jam

reguler.

Beberapa pedoman dalam menerapkan model pembelajaran remedial di

luar jam sekolah ini yaitu sebagai berikut:

- Penekanan pada remediasi yang bertujuan membantu siswa belajar materi

yang sulit dan menanamkan kemampuan belajar mandiri dengan

bimbingan guru.

Page 41: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

29

- Guru hendaknya mengkaji intisari kurikulum yang menekankan pada

ketuntasan belajar siswa. Pengetahuan dasar ini diperlukan dalam

mempelajari materi lanjutan.

- Guru pembelajaran remedial dapat memberikan ilustrasi yang lebih

banyak, atau dapat juga memberikan bimbingan mengisi LKS, mencatat

hal-hal penting, dan membahas soal ulangan.

- Hanya kelompok siswa yang peringkatnya sama yang mengikuti

pembelajaran remedial pada topikyang sama.

- Jumlah jam pembelajaran remedial tidak sama dengan pembelajaran biasa.

- Lamanya jam pelajaran remedial sebaiknya disesuaikan.

b. Model Pembelajaran Remedial Pemisahan (Withdrawal)

Model pelaksanaan pembelajaran remedial ini, dengan cara memisahkan

siswa dari kelas biasa ke dalam kelas remedial. Pemisahan ini bertujuan untuk

memberikan pengetahuan dasar tentang materi subyek yang dibahas. Model ini

tidak digunakan untuk semua mata pelajaran, biasanya hanya topik-topik yang

dianggap essensial sebagai pondasi pengetahuan yang lain dan atau lanjutan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran

remedial model ini adalah pelaksanaan remediasi yang terlalu lama akan

memberikan efek julukan tertentu yang mengakibatkan ketidaknyamanan bagi

siswa yang bersangkutan. Di samping itu juga menghilangkan kesempatan siswa

berinteraksi dengan rekan lainnya pada kelas reguler.44

Pembelajaran remedial dapat diberikan setelah peserta didik mempelajari

KD tertentu. Namun karena dalam setiap SK terdapat beberapa KD, maka terlalu

sulit bagi pendidik untuk melaksanakan pembelajaran remedial setiap selesai

mempelajari KD tertentu. Mengingat indikator keberhasilan belajar peserta didik

adalah tingkat ketuntasan dalam mencapai SK yang terdiri dari beberapa KD,

maka pembelajaran remedial dapat juga diberikan setelah peserta didik menempuh

tes SK yang terdiri dari beberapa KD. Hal ini didasarkan atas pertimbangan

bahwa SK merupakan satu kebulatan kemampuan yang terdiri dari beberapa KD.

44

Made Alit Mariana, Pembelajaran Remedial, (Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional, 2003), h.26-29.

Page 42: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

30

Mereka yang belum mencapai penguasaan SK tertentu perlu mengikuti program

pembelajaran remedial.

3. Prinsip Pembelajaran Remedial

Pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap

peserta didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan

yang terjadi dapat berupa kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau

lambat dalam mecapai kompetensi. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan

dalam pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus

antara lain:45

1. Adaptif

Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu

program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik

untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar

masing-masing.

2. Interaktif

Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk

secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang

tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar

peserta didik yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapatkan

monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika

dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan segera diberikan

bantuan.

3. Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian

Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang

berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan

berbagai metode mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan

karakteristik peserta didik.

45

Sistem Penilaian KTSP, Pembelajaran Remedial, oleh Direktorat Pendidikan Nasional

dari http://www.dikmenum.go.id

Page 43: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

31

4. Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin

Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik

mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan

balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera

mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar

yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.

5. Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan

Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan

satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan

remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar

setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan

masing-masing.

Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

remedial pada prinsipnya mendasarkan diri pada kesadaran bahwa pada setiap

kegiatan pembelajaran umumnya ada siswa yang mengalami kesulitan belajar.

Kesulitan setiap individu disebabkan oleh faktor yang berbeda-beda. Atas dasar

asumsi inilah, seorang guru harus menyusun program perbaikan/remedial bagi

siswanya sedemikian sehingga siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat

mengatasi kesulitan belajarnya. Dengan diadakannya pembelajaran remedial,

maka diharapkan siswa akan mampu mengatasi kesulitan belajarnya, dan dapat

pula mencapai standar kompetensi minimal (KKM) yang ditetapkan.

Indikator pencapaian KKM ini antara lain dapat dilihat dari hasil belajar

siswa. Secara individual, siswa dikatakan tuntas dalam suatu materi pembelajaran

jika hasil belajarnya telah mencapai KKM yang telah ditetapkan oleh satuan

pendidikan sesuai prosedur. Hasil belajar yang menunjukkan tingkat pencapaian

kompetensi melalui penilaian diperoleh dari penilaian proses dan penilaian hasil.

Penilaian proses diperoleh melalui postes, tes kinerja, observasi dan lain-lain.

Sedangkan penilaian hasil diperoleh melalui ulangan harian, ulangan tengah

semester dan ulangan akhir semester. Apabila kesulitan belajar yang dipantau

melalui tes ini dialami oleh banyak siswa, maka upaya perbaikan sebaiknya

Page 44: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

32

diberikan secara kelompok. Akan tetapi, apabila kesulitan belajar itu hanya

dialami oleh satu hingga tiga orang siswa, maka perbaikan secara individual

tentunya akan lebih efektif dan efisien.

Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta didik yang

belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan

waktu lebih lama daripada mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan.

Waktu-waktu yang dapat digunakan untuk pembelajaran remedial antara lain

sebelum atau sesudah jam pelajaran, di akhir pekan, atau di waktu-waktu khusus

seperti selesai melaksanakan ulangan pada pekan ulangan. Siswa yang satu

mungkin mengalami kesulitan yang berbeda dengan siswa lainnya sehingga

memerlukan observasi secara individual. Mereka juga perlu menempuh penilaian

kembali setelah mendapatkan program pembelajaran remedial sehingga diketahui

apakah siswa telah mencapai standar kompetensi minimal (KKM) atau masih

mengalami kesulitan dalam belajarnya. Sedangkan bagi siswa yang telah

mencapai di atas standar ketuntasan belajar minimum atau berada di atas rata-rata

kelompoknya dapat ditindaklanjuti dengan mengikuti program pengayaan.46

46

Darwyan syah dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Diadit Media, 2009), h.177.

Page 45: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu yang penulis gunakan untuk mengadakan penelitian ini adalah pada

semester ganjil tahun ajaran 2010/2011, yakni dari bulan November - Desember

2010. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 7 yang beralamat di

Jl. Bina Warga No.99 Srengseng Sawah Jagakarsa Jakarta Selatan.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

yaitu suatu metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi , gambaran atau

lukisan secara sistematis, faktual, akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah

tertentu.1

Akan tetapi, dalam kaitannya dengan tugas mengajar guru maka jenis

penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang memiliki dampak terhadap

pengembangan profesi guru dan peningkatan mutu pembelajaran. Untuk itu

walaupun penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif yang bersifat

ex post facto, namun tetap mendeskripsikan upaya untuk memecahkan masalah

dalam pembelajaran. Lebih tepatnya rancangan penelitian ini dapat disebut

penelitian deskriptif analisis yang berorientasi pemecahan masalah. Hal ini sesuai

definisi penelitian deskripsi sendiri yakni penelitian yang berusaha untuk

menentukan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data- data,

menyajikan data, menganalisis data dan menginterpretasikannya.

Jadi, penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif analisis

yang berorientasi pemecahan masalah, karena pada penelititan ini akan

dideskripsikan upaya guru mengatasi masalah belajar matematika siswa melalui

pelaksanaan pembelajaran remedial. Akan dideskripsikan pula apakah program

1 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2003), h. 75.

Page 46: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

34

pembelajaran remedial efektif untuk mencapai ketuntasan belajar matematika,

dengan cara menganalisis instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian.

C. Unit Analisis

Unit analisis pada penelitian ini adalah siswa kelas X di Madrasah Aliyah

Negeri 7 Jakarta yang terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011.

Namun karena pertimbangan beberapa hal, khususnya keefektifan pembelajaran

remedial bagi siswa, maka peneliti mengkhususkan analisis pada satu kelas yang

dipilih secara acak yaitu kelas X4.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan

wawancara. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar soal tes

diagnostik dan pedoman wawancara.

1. Lembar soal tes diagnostik. Instrumen ini digunakan untuk mendiagnosis

faktor-faktor intelektual yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan

belajar dan menyebabkan hasil belajar siswa tidak mencapai KKM, yakni

dengan cara mengidentifikasi kesalahan umum siswa dalam

menyelesaikan soal eksponen dan logaritma. Hasil diagnosis ini digunakan

untuk mengelompokkan siswa berdasarkan jenis kesulitan yang

dialaminya. Untuk keperluan diagnosis, maka instrumen yang digunakan

adalah tes dengan bentuk essay. Tes diagnostik yang digunakan

sebelumnya telah diuji nilai validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu

sehingga data penelitian memiliki kualitas yang cukup tinggi.

2. Pedoman wawancara. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui lebih

jauh faktor penyebab kesulitan belajar siswa. Hasil wawancara ini juga

sebagai pertimbangan untuk menentukan tindakan paling tepat dalam

mengatasi kesulitan masing-masing siswa.

Validitas instrumen tes diagnostik yang digunakan adalah validitas isi

(content validity). Butir-butir soal tes diagnostik disusun sesuai dengan standar

Page 47: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

35

kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pembelajaran. Pengujian validitas ini

menggunakan rumus Korelasi Product Moment Pearson memakai angka kasar

sebagai berikut:2

xyr=

))().()((

))((

2222 YYNXXN

YXXYN

Keterangan:

N = banyaknya peserta tes

X = skor butir soal

Y = skor total

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y

Nilai rxy kemudian dibandingkan dengan nilai rtabel. Jika nilai rxy > rtabel

maka soal tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya, jika rxy ≤ rtabel maka soal tersebut

didrop ( tidak digunakan ).

Soal yang dinyatakan valid kemudian dihitung reliabilitasnya. Reliabilitas

adalah ketepatan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Reliabilitas yang digunakan

untuk mengukur tes hasil belajar bentuk uraian menggunakan rumus Alpha yaitu:3

Keterangan:

= reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir soal

= jumlah varians butir soal

= varians total

2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) h. 146

3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) h. 171

Page 48: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

36

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data kualitatif meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data

display), serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/

verification).

Reduksi data pada penelitian ini yakni dengan cara memilah lembar

jawaban tes diagnostik, memfokuskan pada kesalahan umum siswa dalam

mengerjakan soal eksponen dan logaritma. Data kesalahan umum siswa disajikan

dalam kumpulan gambar/foto. Sedangkan data hasil tes siswa sebelum dan setelah

remedial disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan histogram.

Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam

pola hubungan, sehingga makin mudah dipahami. Kesimpulan peneliti

kemukakan berdasarkan analisis lembar jawaban tes diagnostik siswa, kemudian

diperkuat (diverifikasi) melalui analisis hasil wawancara dengan siswa.

Selain menggunakan analisis kualitatif, data juga akan dianalisis

menggunakan perhitungan statistik deskriptif. Perhitungan statistik yang

digunakan adalah Prosentase (%) dan Rata-rata (Mean).

Untuk menghitung rata-rata digunakan rumus Rataan Hitung Data

Berkelompok, sebagai berikut:4

=

Keterangan:

= Rataan Hitung Data Berkelompok

= Jumlah perkalian antara nilai tengah kelas ke-i dengan frekuensi

kelas ke-i

= Frekuensi total

Untuk menghitung nilai Median data digunakan rumus Median untuk data

berkelompok, sebagai berikut:5

4 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 1995), h. 67

5 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 1995), h. 79

Page 49: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

37

Me = b + p.

Keterangan:

Me = Nilai Median data berkelompok

b = Tepi bawah kelas median

= Frekuensi total data

F = Frekuensi kumulatif bawah kelas median

f = Frekuensi kelas median

p = panjang kelas/interval kelas

Untuk menghitung nilai Modus data digunakan rumus Modus data

berkelompok, sebagai berikut:6

Mo = b + p.

Keterangan:

Mo = Nilai Modus data berkelompok

b = Tepi bawah kelas Modus

b1 = Selisih frekuensi kelas Modus dengan frekuensi kelas bawah Modus

b2 = Selisih frekuensi kelas Modus dengan frekuensi kelas atas Modus

p = panjang kelas/interval kelas

6 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 1995), h. 77

Page 50: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Temuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X4 Madrasah Aliyah Negeri 7 Jakarta

pada pokok bahasan eksponen dan logaritma. Penelitian diawali dengan

mengamati hasil belajar siswa pada pokok bahasan tersebut, kemudian

memberikan tes diagnostik untuk mengetahui letak kesulitan siswa. Tes

Diagnostik yang diberikan kepada subjek penelitian telah diuji coba dan dihitung

validitas serta reliabilitasnya terlebih dahulu.

1. Uji Validitas Instrumen

Sebelum diberikan kepada siswa, tes diagnostik eksponen dan logaritma

sebanyak 24 soal diuji validitasnya terlebih dahulu. Setelah dilakukan pengujian

diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1

Hasil Uji Validitas Uji Coba Soal

No. No. Item Soal Keterangan

1. 1a,1b,2a,2b,2c,3b,4a,4b,4c,4e,

4f,5a,5b,5c,5d,6a,6b,7a,7c Soal Valid

2. 2d,2e,3a,4d,7b Soal Tidak Valid

Berdasarkan pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa setelah dilakukan uji

validitas, dari 24 soal yang diujicobakan terdapat 5 soal yang tidak valid yaitu soal

dengan nomor 2d, 2e, 3a, 4d dan 7b. Soal ini tidak valid karena memiliki nilai

rhitung ≤ r tabel, dengan nilai r kritis (db-2, 5%) = r kritis (32-2, 5%) = r kritis (30, 5%) =

0.361.1

Selanjutnya berarti ada 19 soal yang valid. Dari 19 soal yang valid

tersebut diambil 15 soal untuk diberikan kepada kelas yang menjadi subjek

penelitian. Soal ini diberikan sebagai tes diagnostik yang nantinya menjadi alat

1 Lampiran 12 hal. 92

Page 51: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

39

untuk mengidentifikasi kesulitan siswa dari segi intelektualitas. Lembar jawaban

dari tes tersebut selanjutnya akan dianalisis dan nilai hasil tes dijadikan sebagai

data yang akan digunakan dan diolah sebagai hasil penelitian.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Soal uji coba yang telah dinyatakan valid sebanyak 19 soal kemudian diuji

reliabilitasnya terlebih dahulu sebelum diberikan kepada subjek penelitian. Dari

hasil perhitungan, diketahui bahwa nilai koefisien reliabilitas tes diagnostik

eksponen dan logaritma tersebut adalah 0,90.2 Angka 0,90 terdapat pada rentang

0,70 < rit ≤ 0,90. Berarti nilai koefisien reliabilitas masuk dalam kategori tinggi.

Maksud dari reliabilitas yang tinggi adalah tes yang peneliti gunakan mempunyai

keajegan atau kekonsitenan yang baik.

Tes yang telah dinyatakan valid dan reliabel tersebut kemudian dikerjakan

oleh kelas yang menjadi subjek penelitian. Dengan menganalisis lembar jawaban

tes, peneliti mencoba mendiagnosis kesalahan-kesalahan yang menyebabkan hasil

belajar siswa tidak mencapai KKM. Nilai KKM yang ditetapkan oleh sekolah

adalah 70 dari rentang nilai 0 - 100. Selain menganalisis lembar jawaban siswa,

peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa untuk mengetahui lebih dalam

tentang kesalahan-kesalahan dalam pengerjaan tes diagnostik.

3. Hasil Tes Diagnostik Eksponen dan Logaritma pada Kelas yang menjadi

Subjek Penelitian

Dari 19 soal yang dinyatakan valid, peneliti mengambil 15 soal untuk

diujikan kepada subjek penelitian.3 Hal ini dilakukan karena soal tersebut

dirasakan terlalu banyak mengingat waktu yang tersedia untuk mengerjakan soal.

Selain itu, 15 soal yang dipilih ini telah mewakili setiap indikator dari standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa.

Hasil tes diagnostik yang diberikan kepada kelas yang menjadi subjek

penelitian dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa, disajikan dalam bentuk tabel

2 Lampiran 14 hal 94

3 Lampiran 9 hal 87

Page 52: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

40

distribusi pada tabel 4.2. Dari 32 siswa nilai terkecil yang didapat adalah 20

sedangkan nilai tertinggi adalah 85. Rentang nilai cukup besar yaitu 65.

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi

Hasil Tes Diagnostik Eksponen dan Logaritma

No Nilai

Frekuensi Absolut Frekuensi

Kumulatif (fi) f (%)

1 20 – 30 4 12,90% 4

2 31 – 41 10 32,26% 14

3 42 – 52 7 22,58% 21

4 53 – 63 3 9,68% 24

5 64 – 74 4 12,90% 28

6 75 – 85 3 9,68% 31

Jumlah 31 100%

Jika Tabel 4.2 dibuat Histogram dan Poligonnya, maka akan terlihat

seperti berikut:

Gambar 4.1

Histogram dan Poligon Hasil Tes Diagnostik Eksponen dan Logaritma

Page 53: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

41

Berdasarkan tabel dan histogram di atas dapat dilihat rendahnya

penguasaan siswa pada materi eksponen dan logaritma. Dari 31 siswa, hanya 5

siswa atau hanya 16,13% saja yang nilainya tuntas (mencapai KKM), sementara

sebanyak 83,87% siswa lainnya belum mencapai KKM.4 Nilai rata-rata, modus,

dan mediannya pun sangat rendah yakni berturut-turut 47,71; 37,83; dan 43,86.5

4. Kesalahan Umum Siswa dalam Menyelesaikan Soal Eksponen

dan Logaritma

a. Kesalahan Konsep Eksponen dan Logaritma

Umumnya kesalahan siswa dalam mengerjakan soal adalah berupa

kesalahan konsep. Contoh kesalahan yang dilakukan siswa dikarenakan belum

memahami konsep eksponen, dapat diamati dari langkah penyelesaian soal

berikut ini:

Soal no.7b Tes Diagnostik Eksponen dan Logaritma

Gambar 4.2

Contoh Kesalahan Konsep Perkalian Bentuk Pangkat

Dari 32 siswa ada sebanyak 8 siswa atau sebanyak 25% siswa yang

mengerjakan soal 7b dengan langkah seperti pada gambar 4.2. Jika

diamati, pada perkalian bilangan berpangkat ini siswa mengalikan basis

eksponen sekaligus menjumlahkan pangkatnya. Berdasarkan wawancara

dengan Responden D, terkait dengan pengerjaan soal no. 7b tersebut,

4 Lampiran 23 hal 107

5 Lampiran 19 hal. 103

Page 54: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

42

siswa mengemukakan alasan “Bentuk pangkat kalau dikali pangkatnya

dijumlah, kalau bagi dikurang”.6 Dari pernyataan tersebut, siswa

menyatakan dia ingat gurunya mengajarkan bahwa pada perkalian

bilangan berpangkat, maka pangkatnya dijumlah, jika dibagi pangkatnya

dikurang. Rupanya kalimat ini yang tertanam di ingatan siswa. Siswa tidak

mengingat kalau sifat bilangan berpangkat tersebut hanya berlaku untuk

perkalian/pembagian bilangan berpangkat yang basisnya sama.

Kesalahan konsep dalam materi bentuk eksponen dapat dilihat juga

pada contoh berikut:

Contoh : Soal no.2b Tes Diagnostik Eksponen dan Logaritma

Gambar 4.3

Contoh Kesalahan Konsep Bentuk Pangkat

Kesalahan seperti pada gambar 4.3 sangat umum dilakukan oleh

siswa. Dari 31 siswa ada sebanyak 11 siswa atau sekitar 35,48% siswa

yang melakukan kesalahan tersebut. Saat diwawancarai berkenaan dengan

kesalahan ini Responden E menjawab, “Masing-masing dipangkatin -2 bu.

Ini kan ada pangkat trus dipangkatin lagi, jadi pangkatnya dikali bu. -1x-2

= 2, -2x-2 = 4 jadi ini 32 + 3

4 bu”.

7 Dari jawaban siswa tersebut, peneliti

menyimpulkan bahwa siswa tidak memahami konsep bahwa

(a + b)n ≠ a

n + b

n. Salah satu kemungkinannya adalah mereka salah

menggeneralisasikan sifat (a x b)n = a

n x b

n kepada bentuk penjumlahan.

6 Lampiran 16 hal 96, Hasil wawancara dengan Responden D pada tanggal 11 November

2011 7Lampiran 16 hal 96. Hasil wawancara dengan Responden E pada tanggal 11 November

2011

Page 55: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

43

Banyak lagi contoh kesalahan konsep yang dilakukan oleh siswa

pada bentuk eksponen, antara lain:8

1) 32 + 3

4 = 3

2+4 = 3

6

2) 3-2

= -9

3) 5. 5x-2

= 25x-2

4) (3-1

+ 3-2

)-2

=

5) (3-1

+ 3-2

)-2

= ( )-2

=

6) (3-1

+ 3-2

)-2

= 3-2

+ 3-3

+ 3-4

Sedangkan kesalahan konsep pada bentuk akar yang umum

dilakukan oleh siswa dapat dilihat pada contoh berikut ini:

Soal no. 3 Tes Diagnostik Eksponen dan Logaritma

Gambar 4.4

Contoh Kesalahan dalam Merasionalkan Penyebut

Dari 31 siswa, ada sebanyak 14 siswa atau sekitar 45,16 % siswa

mengerjakan seperti terlihat pada Gambar 4.4. Ketika ditanya melalui

wawancara, Responden A menjawab. “Seinget saya, kalo merasionalkan

akarnya udah sama ngitungnya yang depan akarnya dikuadratin trus yang

belakang juga dikuadratin”.9 Generalisasi seperti ini mereka simpulkan

8 Lampiran 24 hal 108. Foto-foto Lembar Jawaban Siswa.

9 Lampiran 16 hal.96. Hasil wawancara dengan Responden A pada tanggal 11 November

2011

Page 56: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

44

setelah melihat contoh-contoh soal tentang merasionalkan penyebut

pecahan yang diberikan oleh guru atau yang mereka lihat di buku, yakni

mengalikan penyebut dengan bentuk akar sekawan yang perhitungannya

adalah bilangan awal dan akhir sama-sama dikuadratkan. Misal :

( ) ( ) = 8 – 6; ( ) ( ) = 7 – 2;

( ) ( ) = 12 – 3; dan sebagainya. Siswa kemudian

menggeneralisasi bahwa ( )( ) = 8 + 6; ( )

( ) = 7 + 2; dan sebagainya. Hal ini peneliti simpulkan dari hasil

wawancara dengan Responden A yang mengatakan,” Abis kalo saya liat contoh

yang diajarin guru trus contoh yang ada di buku begitu bu kalo merasionalkan

penyebut, ya saya mah ikutin aja”.10

Yang mengherankan adalah siswa

menjawab benar saat mengalikan ( )( ) yakni sama dengan

14 + 2 . Ketika ditanya mengapa saat merasionalkan menjawab ( )

( ) = 8 + 6 = 14, Responden A menjawab “ya kan beda Bu, kalo

merasionalkan ngitungnya emang gitu”, yakni maksudnya bahwa dalam

merasionalkan saja seperti itu cara menghitungnya.11

Ini merupakan kesalahan

konsep yang fatal.

Contoh lainnya tentang kesalahan konsep bentuk akar adalah pada

penjumlahan/pengurangan bentuk akar, antara lain:12

1)

2)

3) ( ) ( ) = ( ). ( )

Sedangkan pada materi logaritma, umumnya siswa kesulitan dalam

menggunakan sifat-sifat logaritma dalam menyelesaikan soal. Mungkin

hal ini disebabkan guru hanya memberikan contoh-contoh dasar

penggunaan sifat logaritma pada soal-soal sederhana. Siswa paham

10

Lampiran 16 hal.96. Hasil wawancara dengan Responden A pada tanggal 11 November

2011 11

Lampiran 16 hal.96. Hasil wawancara dengan Responden A pada tanggal 11 November

2011 12

Lampiran 24 hal 108. Foto-foto Lembar Jawaban Siswa.

Page 57: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

45

penjelasan dan contoh soal yang diberikan, akan tetapi konsepnya tidak

benar-benar mereka pahami, sehingga ketika mengerjakan soal siswa

seringkali menggunakan sifat-sifat logarima tersebut secara salah. Terlebih

lagi jika untuk menyelesaikan soal tersebut harus menggunakan dua atau

lebih sifat logaritma, maka siswa tidak mampu memilah sifat mana yang

harus mereka gunakan untuk menyelesaikan soal tersebut.

Kesalahan siswa dalam menggunakan sifat logaritma dapat dilihat

pada contoh berikut ini:

Contoh : Soal no.5a Tes Diagnostik Eksponen dan Logaritma

Gambar 4.5

Contoh Kesalahan Penggunaan Sifat Logaritma

Berdasarkan wawancara dengan Responden C, pada dasarnya

siswa tahu bahwa ada sifat logaritma : sehingga

mereka mengubah 2log 2

3.3 menjadi 3.

2log 2.3 = 3.3 = 9.

13 Akan tetapi

siswa tidak menyadari kesalahan penggunaan sifat logaritma ini pada

pengerjaan soal tersebut.

Perhatikan contoh lain kesalahan siswa dalam menggunakan sifat

logaritma pada soal no. 5b Tes Diagnostik Eksponen dan Logaritma

berikut ini:

13

Lampiran 16 hal.96. Hasil wawancara dengan Responden C pada tanggal 11

November 2011

Page 58: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

46

Soal no. 5b Tes Diagnostik Eksponen dan Logaritma

Gambar 4.6

Contoh Kesalahan Penggunaan Sifat Logaritma

Bila kita analisa, siswa ini menganggap bahwa jika basis logaritma

sama maka operasi hitung bisa dilakukan. Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara dengan Responden C yang berkata, “Salah ya Bu? Saya

mikirnya kan kalo di logaritma pembagian bisa berubah jadi pengurangan,

berarti pengurangan bisa berubah jadi pembagian, gitu Bu. Abis saya juga

bingung gimana lagi cara ngerjainnya.”14

Maksudnya adalah bahwa yang

diingat oleh siswa tersebut adalah sifat logaritma alog =

alog b –

alog c.

Siswa tidak benar-benar memahami sifat tersebut sehingga dia

menerapkannya dengan salah. Siswa merasa sulit untuk menghapal sifat-

sifat logaritma dalam bentuk variabel, sehingga mereka mengingat dengan

cara menanamkan kalimat ’kalau bagi jadi kurang’ dan sebagainya. Kata-

kata “Abis saya bingung Bu gimana lagi cara ngerjainnya”, merupakan

ungkapan kesulitan yang dialami siswa dalam memilah sifat logaritma

mana yang dapat mereka pergunakan untuk menyelesaikan soal logaritma.

Siswa tidak “sadar” bahwa pada bentuk soal seperti ini mereka bisa

menggunakan sifat logaritma: . Kesulitan siswa dalam

menggunakan sifat logaritma terjadi antara lain mungkin dikarenakan

siswa jarang mengerjakan soal-soal secara mandiri.

14

Lampiran 16 hal.96. Hasil wawancara dengan Responden C pada tanggal 11

November 2011

Page 59: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

47

Kesalahan siswa dalam menggunakan sifat logaritma juga dapat

dilihat pada soal no. 6a Tes Diagnostik Eksponen dan Logaritma berikut

ini:

Gambar 4.7

Contoh Kesalahan Penggunaan Sifat Logaritma

Seperti terlihat pada Gambar 4.7, siswa mengerjakan soal tersebut

dengan cara mengubah 8log 49 menjadi . Dari 32 siswa ada

sebanyak 9 siswa atau sekitar 28,125% mengerjakan dengan cara yang

persis sama. Peneliti kemudian melakukan wawancara dengan beberapa

siswa tersebut. Responden A menjawab, “Ya kan emang gitu Bu.. Pak

Guru kalo ngajarin juga begitu Bu.. diubah jadi bentuk pecahan”.15

Lebih

lanjut peneliti bertanya mengapa pada pembilang dipilih logaritma

berbasis 2 dan pada penyebut dipilih basis 5, tetapi bukan basis yang lain

dan mengapa tidak pada pembilang saja dipilih logaritma berbasis 5 dan

pada penyebut dipilih basis 2? Siswa tersebut menjawab, karena yang

diketahui 5log 2 = p dan

2log 7 = q. Mereka memilih basis 2 pada

pembilang sehingga muncul 2log 7, yakni:

2log 49 =

2log 7x7 =

2log 7 +

2log 7 = q + q = 2q. Sedangkan jika pada pembilang digunakan basis 5

maka yang muncul adalah 5log 7, dan itu tidak diketahui nilainya.

15

Lampiran 16 hal.96. Hasil wawancara dengan Responden A pada tanggal 11 November

2011

Page 60: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

48

Demikian pula pada penyebut dipilih basis 5 sehingga mereka bisa

langsung mendapatkan nilainya.16

Dari jawaban siswa tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa siswa

tersebut belum memahami konsep dan sifat logaritma. Mereka juga telah

melakukan generalisasi yang salah terhadap apa yang diajarkan oleh guru.

Mereka beranggapan menyelesaikan soal tersebut intinya adalah

mengubah ke bentuk pecahan dan memilih basis yang sesuai dengan yang

diketahui sedemikian sehingga nilainya dapat langsung ditentukan. Siswa

tidak lagi memperhatikan sifat-sifat logaritma atau ketentuan-ketentuan

dalam mengubah bentuk logaritma, yang terpenting mereka bisa

menyelesaikan soal tersebut dan mereka menganggap cara ini memang

benar demikian untuk soal seperti no.6b tersebut.

Kesalahan penggunaan sifat-sifat logaritma pada pengerjaan soal

juga banyak dijumpai, antara lain:17

1)

2) 5log 320 –

5log 64 = = = 5

3) 5log3.

5log3 =

5log 9

b. Kesalahan Prinsip Operasi Hitung

Prinsip operasi hitung terutama telah ditanamkan dan dilatih secara

maksimal saat siswa duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Oleh

karenanya, pendidikan yang diperoleh siswa di SD sangat berpengaruh

pada penguasaan siswa dalam berhitung. Kenyataannya masih banyak

siswa SMA yang belum menguasai teknik berhitung, terutama perhitungan

bentuk pecahan. Kesalahan ini dapat terlihat pada contoh berikut:

16

Lampiran 16 hal.96. Hasil wawancara dengan Responden A pada tanggal 11 November

2011 17

Lampiran 24 hal 108. Foto-foto Lembar Jawaban Siswa.

Page 61: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

49

Soal no. 3 Tes Diagnostik Eksponen dan Logaritma

Gambar 4.8

Contoh Kesalahan Kaidah Hitung Bentuk Pecahan

Beberapa siswa mengerjakan soal no.3 ini (merasionalkan

penyebut pecahan) dengan langkah-langkah yang sudah cukup baik pada

awalnya, artinya siswa telah memahami konsep merasionalkan. Akan

tetapi penyelesaiannya tidak sempurna seperti terlihat di atas. Kesalahan

konsep hitung seperti ini sangat sering dijumpai, dan sangat disayangkan

kesalahan ini masih banyak dilakukan oleh siswa setingkat SMA.

Umumnya beberapa guru sering sekali mengajarkan cara

“pencoretan” dalam operasi hitung perkalian dan pembagian. Misal :

= 48ab. Cara perhitungan demikian kemudian

digeneralisasikan oleh siswa ke operasi penjumlahan. Siswa terbiasa

mengerjakan dengan cara “mencoret” seperti itu, dan sayangnya ketika

pada operasi penjumlahan mereka hanya “mencoret sebagian” saja.

Akibatnya sangat fatal seperti terlihat dari apa yang dikerjakan oleh siswa

tersebut.

Perhatikan kesalahan konsep hitung yang lebih fatal yang bisa

dilakukan siswa akibat kesalahan mengartikan “kaidah pencoretan”,

seperti terlihat pada jawaban siswa pada soal no. 7b Tes Diagnostik

Eksponen dan Logaritma berikut ini:

Page 62: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

50

Soal No. 7b Tes Diagnostik Eksponen dan Logaritma

Gambar 4.9

Contoh Kesalahan Prinsip Hitung karena Pemahaman yang Salah terhadap

“Kaidah Pencoretan”

Pada Gambar 4.9 terlihat kesalahan fatal yang dilakukan oleh siswa

yakni dengan mencoret nilai/variabel yang ada pada ruas kiri dengan

nilai/variabel yang ada di ruas kanan. Mengenai langkah pengerjaan

tersebut Responden E berkata, “Ini Bu, 3x dibagi 3x kan abis, 18 dibagi 6

= 3, jadi x = 3”.18

Dari kalimat tersebut tersirat banyaknya kesalahan

pemahaman siswa terhadap prinsip hitung pada bentuk aljabar.

Kaidah pencoretan mungkin mempermudah dalam penyampaian

materi pelajaran dan mempermudah siswa dalam melakukan operasi

hitung. Akan tetapi, jika digeneralisasikan dengan salah oleh siswa, maka

akan berdampak pada kesalahan prinsip hitung yang sangat fatal. Hal

tersebut dapat dilihat dari contoh-contoh langkah pengerjaan soal yang

dilakukan siswa seperti terlihat pada Gambar 4.8 dan Gambar 4.9.

Kesalahan konsep hitung juga dapat dilihat pada jawaban siswa

pada soal no. 4b Tes Diagnostik Eksponen dan Logaritma berikut ini:

18

Lampiran 16 hal.96. Hasil wawancara dengan Responden E pada tanggal 11 November

2011

Page 63: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

51

Soal No. 4c Tes Diagnostik Eksponen dan Logaritma

Gambar 4.10

Contoh Kesalahan Prinsip Hitung karena Pemahaman yang Salah terhadap

“Konsep Pindah Ruas”

Jika diperhatikan, siswa tersebut telah memahami konsep

logaritma. Akan tetapi prinsip hitung yang dipahaminya lah yang salah.

Pada saat diwawancarai, Siswa menjawab, “Kan kalau pindah ruas positif

berubah jadi negatif Bu, kalo perkalian jadi pembagian”.19

Hal ini antara

lain disebabkan oleh beberapa guru yang mengungkapkan istilah “pindah

ruas” dalam penyelesaian soal-soal persamaan, dan kata-kata yang paling

diingat siswa adalah, “kalau plus berubah tanda menjadi minus, dan

sebaliknya” atau “kalau perkalian pindah jadi pembagian, dan sebaliknya”.

Sebagian guru tersebut mungkin mengajarkan demikian untuk

mempermudah siswa menyelesaikan soal persamaan. Istilah demikian

dianggap lebih mudah dipahami dan lebih singkat dituliskan dibandingkan

bila guru berkata, “tambahkan kedua ruas dengan sekian” atau “kalikan

kedua ruas dengan sekian”. Akan tetapi akibatnya siswa melakukan

kesalahan seperti terlihat di atas. Siswa “memindahkan” angka ¼ menjadi

pembagi sekaligus berubah tanda menjadi negatif.

19

Lampiran 16 hal.96. Hasil wawancara dengan Responden E pada tanggal 11

November 2011

Page 64: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

52

c. Kesalahan karena Kecerobohan Siswa

Kecerobohan siswa dalam mengerjakan soal juga sangat sering

terjadi. Seperti salah menghitung karena terburu-buru, atau tidak

menyadari kesalahannya, atau karena kesalahan teknis seperti jawaban

yang di tipe-X kemudian lupa diperbaiki. Kecerobohan siswa antara

lain dapat dilihat pada contoh berikut ini:

Contoh : Soal no. 1 Tes Diagnostik Eksponen dan Logaritma

Gambar 4.11

Kecerobohan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Bentuk Pangkat

Berdasarkan wawancara, ketika ditanya mengapa dalam menjawab

soal ini angka 3 tidak dipangkatkan -1, Responden D menjawab, “iya ya

Bu, harusnya dipangkatin juga ya? Saya liatin p, q, r nya aja sih yang saya

hitung”.20

Berdasarkan jawaban siswa tersebut, dapat dipahami bahwa

sesungguhnya siswa telah paham bahwa jika ada beberapa angka/variabel

dikalikan kemudian dipangkatkan, maka sama saja variabel/angka tersebut

masing-masing dipangkatkan. Kesalahan terjadi karena siswa hanya fokus

pada variabel yang ada, yaitu p, q, dan r saja sehingga mereka lupa bahwa

angka 3 juga semestinya dipangkatkan -1. Hal ini karena 3 merupakan

satu-satunya angka yang ada., jadi mereka lupa untuk memangkatkannya.

Berdasarkan Tes Lanjutan kepada beberapa siswa, peneliti menyimpulkan

kecerobohan ini dikarenakan siswa melihat angka 3 sebagai konstanta

bukan sebagai bilangan yang mempunyai pangkat (3 = 31). Lain halnya

20

Lampiran 16 hal.96. Hasil wawancara dengan Responden D pada tanggal 11

November 2011

Page 65: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

53

jika angka 3 berpangkat (pangkatnya dituliskan seperti 32, 3

-3, atau , dan

sebagainya), siswa tidak akan lupa untuk memangkatnya.

Kecerobohan siswa juga dapat dilihat pada soal no. 7b Uji Coba

Tes Diagnostik berikut ini:

Gambar 4.12

Kecerobohan Siswa dalam Menghitung Bilangan Bulat

Diketahui ini merupakan kesalahan karena ceroboh melalui

wawancara dengan siswa yang bersangkutan. Ketika ditanya berapa hasil

3 – 4 dan 3x–4x, siswa menjawab benar. Siswa juga menjawab benar pada

setiap soal tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat (positif

dan negatif) yang diberikan. Namun karena terburu-buru mengerjakan

soal, dia melakukan kesalahan hitung pada soal tersebut. Ketika

diperlihatkan kembali lembar jawabannya, siswa tersebut berkata

“Mungkin saya buru-buru ngitungnya, ga ngeh salah, soalnya saya kan ga

sempet ngoreksi jawaban saya lagi”21

Kesalahan pengerjaan soal karena kecerobohan siswa juga banyak

dijumpai, antara lain:

1) 5.5x-2

= 5x-2+1

= 5x+1

Kecerobohan diketahui melalui wawancara dengan siswa yang

bersangkutan.22

21

Lampiran 16 hal.96. Hasil wawancara dengan Responden E pada tanggal 11 November

2011 22

Lampiran 16 hal.96. Hasil wawancara dengan Responden F pada tanggal 11

November 2011

Page 66: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

54

2) =

Kecerobohan diketahui melalui wawancara dengan siswa yang

bersangkutan.23

3) 28log 175 =

Kecerobohan diketahui melalui wawancara dengan siswa yang

bersangkutan.

4) 5 – 5log 625 +

5log 100 –

5log 4 = 5 –

5log

= 5 – 5log (625 x 25) = 5 –

5log 5

6 = 5 – 6 = -1

Kecerobohan diketahui melalui wawancara dengan siswa yang

bersangkutan.

5. Langkah-Langkah Pembelajaran Remedial

a. Langkah Remedial untuk Mengatasi Kesalahan Konsep Siswa

Untuk kesalahan konsep bentuk pangkat dan akar, maka pembelajaran

remedial yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

1) Siswa diajarkan kembali konsep bentuk pangkat dan akar, terutama

konsep pangkat negatif, konsep perhitungan bentuk akar, dan konsep

merasionalkan penyebut pecahan.

2) Siswa secara berkelompok (berdiskusi) mengerjakan lembar soal yang

disiapkan oleh guru.

3) Siswa diberikan tugas mandiri tentang bentuk pangkat dan akar dalam

waktu yang ditentukan oleh guru (dikerjakan di rumah).

4) Guru mengoreksi jawaban tugas mandiri siswa. Jika dirasa siswa sudah

paham maka siswa diizinkan mengikuti tes remedial. Jika dirasa siswa

belum paham maka guru mengingatkan letak kesalahan siswa

kemudian meminta siswa mengerjakan kembali dalam waktu yang

ditentukan sampai siswa tersebut paham.

23

Lampiran 16 hal.96. Hasil wawancara dengan Responden A pada tanggal 11

November 2011

Page 67: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

55

Sedangkan untuk kesalahan konsep penerapan sifat-sifat logaritma,

maka pembelajaran remedial yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

1) Mengajarkan kembali konsep/sifat-sifat logaritma satu per satu dengan

memberi contoh penggunaan sifat yang benar serta memberikan

contoh penggunaan sifat yang salah. Pada penggunaan sifat logaritma

yang salah, guru menegaskan di mana letak kesalahannya dan

menegaskan kepada siswa bahwa dalam menyelesaikan soal logaritma

tidak boleh menyalahi sifat-sifat logaritma.

Contoh:

Sifat logaritma alog b =

- Siswa diingatkan bahwa mengubah bentuk logaritma menjadi

bentuk pecahan diperbolehkan dengan syarat basis pada pembilang

sama dengan basis pada penyebut.

- Siswa diingatkan bahwa sifat ini berlaku bolak-balik (hal ini perlu

karena umumnya siswa membaca sifat dari kiri ke kanan saja, dan

tidak sebaliknya)

- Guru memberi contoh mulai dari yang sederhana, misalnya

menentukan nilai 4log 27 jika diketahui nilai

5log 2 dan

5log 3

(basis yang diketahui sama dan langsung berhubungan dengan nilai

logaritma yang dicari), dan sebagainya. Setelah itu mulai dibuat

variasi basis yang berbeda, misalnya menentukan nilai 4log 27 jika

diketahui 5log 3 dan

2log 5.

- Guru mengingatkan siswa bahwa penggunaan dua sifat logaritma

atau lebih pada satu soal mungkin saja diperlukan, atau mungkin

saja suatu soal dapat diselesaikan dengan dua atau lebih sifat

logaritma (dengan dua atau lebih cara yang berbeda), jadi siswa

boleh menggunakan sifat yang lain selama tidak menyalahinya.

- Guru memberi contoh penggunaan sifat secara bolak-balik.

Misalnya siswa diminta mencari nilai , dan

Page 68: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

56

sebagainya, dengan menggunakan sifat tersebut. Setelah itu dibuat

variasi soal yang harus menggunakan beberapa sifat logaritma,

misal siswa diminta menentukan nilai dan sebagainya.

- Guru memberikan contoh penggunaan sifat logaritma yang salah.

Demikian satu per satu sifat logaritma dibahas secara terperinci.

2) Setelah guru menjelaskan suatu sifat logaritma dan contoh

penggunaannya, siswa mengerjakan soal mandiri tanpa diperbolehkan

melihat catatan, dengan dibimbing guru. Soal mandiri tersebut dibuat

secara sistematis mulai dari soal yang mudah sampai soal yang butuh

ketelitian dalam menggunakan sifat logaritma.

3) Pada tiap soal yang dikerjakan siswa, guru bertanya apa sifat logaritma

yang digunakan siswa pada tiap tahapan pengerjaan soal tersebut,

sehingga guru yakin siswa tidak menggunakan cara yang hanya

bertujuan mendapat jawaban padahal tidak sesuai dengan sifat

logaritma.

4) Setelah guru merasa siswa tersebut sudah paham, maka siswa tersebut

diizinkan untuk melakukan tes remedial.

b. Langkah Remedial untuk Mengatasi Kesalahan Prinsip Operasi

Hitung

Untuk kesalahan pengerjaan soal karena kesalahan kaidah hitung,

maka proses pengajaran remedial yang peneliti lakukan adalah sebagai

berikut:

1) Mengajarkan kembali konsep hitung bilangan pecahan dimulai dari

konsep pecahan senilai, penjumlahan/pengurangan pecahan yang

syaratnya harus menyamakan penyebut, perkalian pecahan dan

pembagian pecahan.

2) Meluruskan kesalahan “kaidah pencoretan” yang sering dilakukan oleh

siswa, yakni menjelaskan bahwa kaidah pencoretan unsur penyebut

Page 69: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

57

dan pembilang pecahan hanya bisa dilakukan jika operasi antara unsur-

unsurnya adalah operasi perkalian (bukan penjumlahan atau

pengurangan). Penjelasan ini dimulai dengan memberikan contoh

sederhana yang menunjukkan bahwa “kaidah pencoretan” pada bentuk

pecahan yang memuat operasi penjumlahan/pengurangan adalah salah,

misalnya 4 + 6 ≠ 8 + 3, dan sebagainya.

3) Meluruskan kesalahan “konsep pindah ruas” yang sering dilakukan

oleh siswa, yakni dengan menjelaskan kembali konsep persamaan dua

ruas yang tetap bernilai sama jika pada kedua ruas dilakukan operasi

hitung yang sama. Setelah itu, siswa mengerjakan soal persamaan

sederhana, misalnya menentukan nilai x pada persamaan -3x – 2 = 22,

atau ½ x + 18 = 10, dan sebagainya dengan menuliskan setiap operasi

hitung yang dilakukan pada kedua ruasnya secara detail untuk

mendapatkan nilai x.

Contoh:

-3x – 2 = 22

-3x – 2 + 2 = 22 + 2

-3x = 24

(-3x) : (-3) = 24 : (-3)

x = -8

Kemudian siswa mengerjakan soal yang lebih rumit seperti

persamaan yang memuat bentuk pangkat/akar dengan menuliskan

setiap operasi hitung yang dilakukan pada kedua ruasnya secara detail.

Setelah itu, siswa diminta mengerjakan kembali soal-soal tersebut

tanpa menuliskan detail operasi yang dilakukan pada kedua ruas

persamaan (dengan kaidah pindah ruas yakni plus berubah tanda jadi

minus dan sebaliknya jika operasinya penjumlahan/pengurangan.

Tetapi jika perkalian berubah menjadi pembagian tanpa mengubah

tanda bilangan, dan sebaliknya).

Page 70: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

58

Contoh :

-3x – 2 = 22

-3x = 22 + 2 = 24

x = 24 : (-3)

x = -8

(penulisan bisa lebih singkat jika siswa telah paham)

4) Siswa kemudian mengerjakan tugas mandiri yang diberikan oleh guru

tentang konsep perhitungan. Jika siswa dirasa sudah paham maka

siswa tersebut diizinkan mengikuti tes remedial.

c. Langkah Remedial untuk Mengatasi Kecerobohan Siswa

Untuk kesalahan pengerjaan soal karena kecerobohan, maka proses

pengajaran remedial yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

1) Menginformasikan letak kecerobohan yang dilakukan oleh siswa yang

bersangkutan

2) Memberikan pengarahan dan motivasi kepada siswa yang

bersangkutan agar mau berusaha menghilangkan sifat ceroboh dalam

mengerjakan soal

3) Memberikan soal-soal latihan mandiri dengan tipe soal serupa dengan

soal yang dikerjakan siswa secara ceroboh tersebut.

4) Soal tersebut dikerjakan oleh siswa di luar jam pelajaran dalam waktu

yang ditentukan, kemudian dikoreksi oleh guru

5) Dalam mengerjakan latihan soal mandiri siswa dibimbing oleh tutor

sebaya. Tutor sebaya menjadi tempat bertanya jika siswa mengalami

kesulitan, akan tetapi tutor sebaya hanya membimbing tanpa ikut

mengerjakan soal. Tutor sebaya mengingatkan ketika siswa melakukan

kecerobohan dalam mengerjakan soal.

Setelah siswa melakukan pembelajaran remedial, siswa mengerjakan tes

ulang. Karena adanya perbedaan waktu yang diperlukan oleh siswa untuk

Page 71: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

59

memahami apa yang mereka pelajari, maka peneliti mengadakan tes ulang dalam

3 waktu yang berbeda secara klasikal. Selain itu, peneliti juga memberi

kesempatan kepada siswa-siswi yang meminta tes ulang secara individu di luar

jam pelajaran dan tidak melewati batas akhir waktu remedial. Nilai hasil tes

remedial siswa dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut:

Tabel 4.3

Nilai Siswa Setelah Pembelajaran Remedial

No Nilai

Frekuensi Absolut Frekuensi

Kumulatif (fi) f (%)

1 31 – 40 4 12,90% 4

2 41 – 50 1 3,23% 5

3 51 – 60 2 6,46% 7

4 61 – 70 6 19,35% 13

5 71 – 80 12 38,71% 25

6 81 – 90 6 19,35% 31

Jumlah 31 100%

Jika Tabel 4.3 dibuat histogram dan poligonnya, maka terlihat seperti

berikut:

Gambar 4.13

Page 72: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

60

Berdasarkan Tabel 4.3 dan histogram di atas, dapat dilihat bahwa

setelah dilaksanakan pembelajaran remedial, jumlah siswa yang hasil

belajarnya tuntas (mencapai KKM) ada sebanyak 19 siswa atau sekitar

61,29%.24

Hasil ini meningkat dibandingkan sebelum siswa diberikan

pembelajaran remedial, yakni hanya sebanyak 5 siswa saja atau hanya sekitar

16,13% saja. Nilai tertinggi naik sebesar 5 poin dari 85 menjadi 90, begitu

pula nilai terendah naik sebesar 15 poin dari 20 menjadi 35.25

Selain itu nilai

rata-rata siswa naik sekitar 20,37 poin menjadi 68,08. Begitu pula nilai median

dan modusnya. Nilai median naik sekitar 28,72 poin menjadi 72,58. Nilai

modus naik sekitar 36,42 poin menjadi 74,25. Hal ini menunjukkan bahwa

pembelajaran remedial dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan membantu

siswa mencapai ketuntasan belajar matematika.

B. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian

Sentral dari pembelajaran matematika adalah pemecahan masalah atau

mengutamakan proses daripada produk atau hasil akhir. Pada langkah-langkah

pemecahan masalah soal matematika yang berbentuk uraian, siswa melakukan

kegiatan intelektual yang dituangkan pada lembar jawaban. Dari lembar jawaban

ini dapat dilihat jenis kesalahan yang dilakukan siswa.

Eksponen dan Logaritma merupakan salah satu materi dasar yang harus

dikuasai oleh siswa. Melihat hasil tes diagnostik, hanya 4 siswa atau 12,90%

siswa saja yang nilainya mencapai KKM. Hal ini tentunya menjadi evaluasi bagi

pendidik. Jika dari 31 siswa hanya 4 siswa saja yang nilainya mencapai KKM,

maka hal ini mengindikasikan kegagalan kegiatan pembelajaran karena inti dari

kegiatan pendidikan terletak pada proses belajar-mengajar dengan guru sebagai

pemegang peranan utama.

Berdasarkan hasil tes diagnostik yang telah diujikan kepada siswa, peneliti

menemukan kesalahan-kesalahan umum yang dilakukan oleh siswa dalam

mengerjakan soal-soal bentuk eksponen dan logaritma. Kesulitan-kesulitan siswa

24

Lampiran 22 hal 106. Perhitungan Letak KKM Setelah Remedial 25

Lampiran 23 hal.107, Nilai Siswa Sebelum dan Sesudah Remedial

Page 73: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

61

ini tentunya bukanlah tanpa sebab, pastinya terdapat hal-hal yang menjadi

penyebabnya.

a. Kesalahan Konsep Eksponen dan Logaritma

Konsep merupakan hal yang sangat penting dalam mempelajari

matematika. Karena matematika merupakan ilmu yang mempunyai objek

kajian yang abstrak, maka konsep menjadi dasar dalam memahami

matematika. Banyaknya kesalahan konsep yang dipahami oleh siswa seperti

pada temuan penelitian di atas merupakan indikasi kegagalan dalam

pencapaian tujuan pembelajaran. Kesalahan konsep tersebut dapat terjadi

antara lain karena metode pembelajaran yang kurang tepat dan kesalahan pada

cara belajar siswa.

Berdasarkan wawancara dengan siswa diketahui bahwa pada kegiatan

pembelajaran matematika, guru cenderung menggunakan metode ceramah

dengan pemberian contoh soal. Kemudian memberikan latihan soal kepada

siswa.26

Pembelajaran masih bersifat teacher-centered sehingga siswa menjadi

pasif. Menurut Trianto, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap

rendahnya hasil belajar peserta didik, hal tersebut disebabkan proses

pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional.27

Jadi, metode

yang kurang variatif dan kepasifan siswa bisa jadi menjadi penyebab siswa

tidak memahami konsep aksponen dan logaritma.

Sebenarnya tidak ada masalah jika guru menggunakan metode ceramah,

karena beberapa siswa mungkin lebih bisa menangkap materi yang diajarkan

dengan metode ceramah tersebut. Selain itu, dalam matematika ada pokok

bahasan yang dirasakan lebih efektif jika menggunakan metode ceramah

dalam pengajarannya. Hanya saja dalam menggunakan metode ceramah, harus

diperhatikan tata cara penyampaiannya.

Miskonsepsi yang ada pada siswa seperti yang telah dibahas di atas,

dimungkinkan karena kurangnya tekanan/penegasan oleh guru saat mengajar

di kelas dengan menggunakan metode ceramah. Pemberian tekanan disini

26

Lampiran 16 hal 96. Hasil Wawancara Siswa. 27

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2007), h.1

Page 74: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

62

maksudnya adalah, guru harus memusatkan perhatian siswa kepada masalah

pokok (konsep pokok) dan mengurangi informasi yang tidak penting pada saat

menjelaskan materi kepada siswa.28

Berdasarkan hasil tes diagnostik dan

wawancara siswa, peneliti menyimpulkan bahwa guru kurang memberi

tekanan pada beberapa konsep pokok. Misalnya pada saat mengerjakan soal

no.7b tes diagnostik eksponen dan logaritma, siswa mengerjakan sebagai

berikut:

26. 4

x = 8

6+x

Kesalahan seperti ini dapat terjadi pada siswa yang memperhatikan

penjelasan guru, namun menangkap hanya sebagian konsep saja. Berdasarkan

wawancara, siswa menyatakan bahwa dia ingat gurunya mengajarkan jika ada

perkalian bilangan berpangkat, maka pangkatnya dijumlah, jika dibagi

pangkatnya dikurang.29

Rupanya kalimat ini yang tertanam di ingatan siswa.

Siswa tidak mengingat kalau sifat bilangan berpangkat tersebut hanya berlaku

untuk perkalian/pembagian bilangan berpangkat yang basisnya sama. Hal ini

dimungkinkan karena guru mengajarkan sifat tersebut secara rumus, bukan

secara konsep. Atau dimungkinkan karena siswa hanya menangkap kalimat

yang diucapkan oleh guru, yakni jika bilangan berpangkat dikalikan maka

pangkatnya dijumlah dan sebagainya, tanpa mengingat basisnya harus sama

(karena guru tidak menegaskan hal ini).

Penegasan konsep-konsep pokok sangatlah penting, apalagi jika metode

yang digunakan adalah metode ceramah di mana siswa berperan pasif dan

hanya mengandalkan dengan mendengarkan penjelasan guru saja. Kurangnya

penegasan dapat mengakibatkan kesalahan konsep yang ditangkap oleh siswa.

Kurangnya penegasan juga dapat menyebabkan siswa salah dalam

menggeneralisasi konsep materi. Misal definisi konsep bilangan berpangkat

negatif x-1

= digeneralisasikan secara salah menjadi x-2

= , x-3

= , dan

sebagainya.

28

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2008), h.90 29

Lampiran 16 hal 96, Hasil wawancara dengan Responden D pada tanggal 11

November 2011

Page 75: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

63

Selain kesalahan pada cara mengajar, kebiasaan belajar siswa juga

sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memahami konsep matematika.

Di kelas, siswa umumnya hanya belajar matematika dengan cara

mendengarkan penjelasan guru, melihat cara penyelesaian contoh soal yang

dilakukan oleh guru kemudian mencatatnya. Jarang sekali siswa mengulang

kembali materi yang diajarkan ketika mereka sampai di rumah. Siswa juga

tidak mencoba mengerjakan kembali contoh soal yang telah diselesaikan oleh

guru tadi dan tidak berlatih mengerjakan soal lain untuk mengetes pemahaman

mereka.

Menurut HJ. Sriyanto terdapat 3 hal penting tentang matematika yang

harus dipahami terlebih dahulu oleh siswa agar siswa dapat menentukan cara

belajar yang tepat, yakni: 30

1) Math is not a spectator sport

Maksudnya bahwa mempelajari matematika tidak cukup hanya

“menonton” penjelasan guru kemudian mencatatnya. Diperlukan keaktifan

siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah dan aktif pula

mempelajarinya di rumah.

2) Understand the principles

Dalam mempelajari matematika tidak cukup sekedar menghapalkan

rumus, tetapi harus memahami konsep yang mendasari penggunaan rumus

tersebut. Siswa perlu memahami bagaimana menggunakan rumus-rumus

tersebut dan saat kapan rumus harus digunakan.

3) Mathematics is cumulative

Matematika merupakan akumulasi atau kumpulan dari banyak materi.

Seringkali untuk memahami materi baru dibutuhkan pemahaman dari materi-

materi sebelumnya. Jadi siswa harus berusaha memahami tiap materi yang

diajarkan agar tidak kesulitan memahami materi selanjutnya

30

HJ. Sriyanto, Strategi Sukses Mengasai Matematika, (Yogyakarta: Indonesia Cerdas,

2007), h. 28-29

Page 76: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

64

Oleh karena itu, menurut HJ Sriyanto untuk sukses dalam mempelajari

matematika antara lain dengan cara mendengarkan penjelasannya, membuat

catatan yang baik, mempelajari kembali materi yang dipelajari, dan banyak

mengerjakan latihan soal.31

Akan tetapi, hanya segelintir siswa saja yang

menerapkan cara belajar yang benar seperti tersebut.

b. Kesalahan Prinsip Operasi Hitung

Menanamkan konsep matematika kepada siswa memang dirasa sangat

sulit, terlebih jika siswa tidak menguasai materi pada jenjang pendidikan

sebelumnya. Terkadang guru mengubah tujuan mengajar, yang awalnya

bertujuan membuat siswa paham konsep materi menjadi membuat siswa

mampu mengerjakan soal. Karena bertujuan membuat siswa mampu

mengerjakan tipe soal yang umum diujikan, beberapa guru mengajarkan “cara

cepat” atau “cara praktis”.

Misal dalam mengajarkan prinsip operasi hitung, beberapa guru

mengajarkan “kaidah pindah ruas” atau “kaidah pencoretan” seperti yang

terlihat pada lembar jawaban siswa, beberapa guru bahkan mengajarkan

rumus cepat dalam mengerjakan soal-soal tertentu. Pengajaran dengan cara

tersebut menyebabkan kesalahan prinsip operasi hitung pada siswa.

Jika siswa telah memahami konsep eksponen dan logaritma tetapi tidak

menguasai prinsip komputasi, misal tidak bisa menghitung bentuk pecahan

atau tidak mampu menyelesaikan perhitungan bentuk aljabar, maka yang

terjadi adalah siswa tetap menjawab salah pada tiap ujian dan menyebabkan

nilainya rendah (di bawah KKM).

c. Kesalahan karena Kecerobohan Siswa

Kecerobohan memang tidak dapat dihindari, tetapi dapat diminimalkan

dengan cara memperbanyak latihan soal. Selain itu, kecerobohan juga dapat

31

HJ. Sriyanto, Strategi Sukses Mengasai Matematika, (Yogyakarta: Indonesia Cerdas,

2007), h. 49-57

Page 77: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

65

diminimalkan dengan cara mengecek kembali jawaban pada saat mengerjakan

tes matematika.

Keberhasilan pembelajaran memang terutama dipengaruhi oleh kegiatan

belajar-mengajar di kelas dan kebiasaan belajar siswa, di samping faktor-faktor

lain yang juga mempengaruhinya. Melalui pembelajaran remedial, siswa dan guru

berusaha untuk memperbaiki kegagalan yang terjadi pada pembelajaran reguler.

Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran remedial mampu membantu siswa

mencapai ketuntasan belajar. walaupun pada penelitian ini ketuntasan belajar

secara klasikal belum tercapai, karena menurut teori ketuntasan klasikal tercapai

jika 85% dari jumlah peserta didik sudah mencapai KKM, akan tetapi

pembelajaran remedial telah mampu meningkatkan jumlah siswa yang tuntas

sebesar 45,825% dari 9,375% menjadi 55,2%. Hal ini memperlihatkan perlunya

pengadaan pembelajaran remedial jika pendidik menganut prinsip belajar tuntas

(mastery learning).

Hasil ini didukung dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri

Udiono yang menyatakan bahwa prestasi belajar mahasiswa Teknik Mesin

Program Studi Diploma III Universitas Negeri Semarang, masih kurang

memuaskan. Dari perhitungan rata-rata diperoleh 55,948 (Matematika Terapan),

54,09 (Kimia Terapan) dan 49,41 (Perpindahan Panas). Namun setelah mahasiswa

menjalani perkuliahan perbaikan (Program Remedial), diperoleh data rata-rata

prestasi belajar mahasiswa 59,33 (Matematika Terapan), 54,17 (Kimia Terapan)

dan 69,85 (Perpindahan Panas), dan dapat disimpulkan bahwa rata-rata prestasi

belajar mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti Program Remedial mengalami

peningkatan yang signifikan.32

Penggunaan tutor sebaya juga membantu siswa dalam mencapai

ketuntasan. Pembelajaran seperti ini telah terbukti mampu membantu peningkatan

hasil belajar siswa, sebagaimana hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yulitta

Radita Kusumasari. Hasil penelitian tersebut menunjukkan pemanfaatan metode

tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pengajaran remedial

32

Tri Udiono, Perbedaan Prestasi belajar Mahasiswa Sebelum dan Sesudah Mengikuti

Program Remedial, (Semarang: Tidak Diterbitkan, 2007)

Page 78: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

66

matematika pada sub materi pokok bangun ruang sisi datar pada siswa kelas VIII

semester II SMP Negeri 25 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Hal ini tampak

dari nilai rata-rata kelas pada siklus I 2,75 dan siklus II 8,64.33

33

Yulitta Radita Kusumasari, Meningkatkan hasilBelajar matematika Melalui Metode

Tutor Sebaya DalamPengajaran Remedial Pada siswa Kelas VIII, (Semarang: Tidak ditebitkan,

2007)

Page 79: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang diuraikan pada

Bab IV, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor intelektual yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa,

khususnya pada materi eksponen dan logaritma, antara lain adalah karena

siswa salah dalam memahami konsep eksponen dan logaritma, siswa tidak

menguasai prinsip operasi hitung, dan kecerobohan siswa dalam

menyelesaikan masalah matematika.

2. Setelah dilaksanakan pembelajaran remedial, pemahaman konsep siswa

meningkat, kesalahan prinsip operasi hitung berkurang, dan kecerobohan

siswa dalam mengerjakan soal juga berkurang. Hal ini dapat dilihat secara

statistik setelah siswa diberikan pembelajaran remedial jumlah siswa yang

mencapai ketuntasan belajar (nilainya mencapai KKM) meningkat dari 5

siswa (16,13%) menjadi 19 siswa (61,29%) dan rata-rata nilai matematika

siswa naik dari 47,71 menjadi 68,08. Dengan demikian, pembelajaran

remedial dapat membantu siswa mengatasi kesulitan belajar matematika.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis

ingin mengajukan beberapa saran:

1. Dalam rangka mengatasi kesulitan belajar siswa, maka guru di sekolah

disarankan untuk melaksanakan pembelajaran remedial bagi siswa yang

nilainya belum mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah. Program

remedial hendaknya disusun sesuai dengan karakteristik kesulitan belajar

yang dialami oleh siswa sehingga setiap siswa memperoleh layanan yang

tepat.

Page 80: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

68

68

2. Untuk menentukan langkah remedial yang tepat, maka sebaiknya program

remedial ini dilaksanakan setelah diadakan tes diagnostik yang berfungsi

sebagai alat identifikasi. Tes diagnostik sebaiknya disesuaikan dengan

standar kompetensi, kompetensi dasar, serta indikator yang ingin dicapai,

yang telah disusun oleh guru pada awal tahun ajaran. Untuk kesempurnaan

instrumen kajian, tes diagnostik yang diujikan kepada siswa ini disarankan

telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Hasil analisis tes diagnostik inilah

yang menjadi acuan penentuan pembelajaran remedial yang diberikan

kepada masing-masing siswa.

3. Program remedial bukanlah tanggung jawab guru mata pelajaran saja,

akan tetapi merupakan kewajiban seluruh pihak yang terkait seperti guru

BP, guru remedial, tutor remedial, wali kelas, dan pihak sekolah. Oleh

karena itu, hendaknya program remedial ini didukung penuh oleh tiap

pihak terkait, baik dengan cara memberi bimbingan, memberi bahan

belajar, memberi motivasi, menyediakan waktu untuk remedial, memberi

sarana penunjang, dan sebagainya.

4. Selain itu, penulis menyarankan agar guru melakukan penelitian lebih

lanjut untuk mengatasi kesulitan belajar lainnya yang dialami siswa

ditinjau dari faktor kesulitan yang lain (selain faktor intelektual), seperti

faktor fisiologis, emosional, sosial, maupun faktor internal dan eksternal

lainnya.

.

Page 81: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

69

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mulyono. 1999. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Depdikbud

dan Rimeka Cipta.

Ahmadi, Abu dan Widodo S. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Angkowo, R. dan A. Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: PT.Grasindo.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

DAFTAR PUSTAKA

Echols, John M. dan Hasan Shadily. 1992. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Hamzah, M. Ali dan Muhlisrarini. 2009. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika

(PSPM). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika

Kadir. Pengaruh Pendekatan Problem Posing terhadap Prestasi Belajar Matematika Jenjang

Pengetahuan, Pemahaman, Aplikasi dan Evaluasi ditinjau dari Metakognisi Siswa SMU di DKI

Jakarta, dari http://www.depdiknas.go.id/jurnal/53/j53 02.pdf

Kusumasari, Yulitta Radita. 2007. Meningkatkan hasil Belajar matematika Melalui Metode

Tutor Sebaya DalamPengajaran Remedial Pada siswa Kelas VIII. Skripsi. Semarang: Tidak

ditebitkan.

Mariana, Made Alit. 2003. Pembelajaran Remedial. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Mukhtar dan Rusmini. 2003. Pengajaran Remedial: Teori dan Penerapannya dalam

Pembelajaran. Jakarta: Fifa Mulia Sejahtera.

Nasution, S. 1992. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Ruseffendi, E.T. Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru. Bandung:Tarsito.

Sabri, M. Alisuf. 1995. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional. Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya.

Sholeh, M. 1998. Pokok- pokok Pengajaran Matematika di Sekola., Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Sistem Penilaian KTSP, Pembelajaran Remedial, oleh Direktorat Pendidikan Nasional dari

http://www.dikmenum.go.id

Soemoenar, dkk. Penerapan Matematika Sekolah. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sriyanto, H.J. 2007. Strategi Sukses Menguasai Matematika. Yogyakarta: Indonesia Cerdas.

Page 82: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

70

Sudjana. 1995. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Suherman, Erman dan Udin S. W. 1999. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI.

Suryabrata, Sumadi.2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sutikno, M. Sobry. 2007. Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna. Mataram: NTP

Press.

Suwangsih, Erna dan Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press.

SW, Ischak dan Warji R. 1982. Program Remedial dalam Proses Belajar-Mengajar.

Yogyakarta: Liberty.

Syah, Darwyan. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Diadit Media.

Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Remedi Bahasa. Bandung: Angkasa,.

Thohir, Noorhadi dan Basuki Haryono. 1996. Jurnal Rehabilitasi dan Remediasi. Surakarta:

Pusat Penelitian Rehabilitasi dan Remediasi Lembaga Penelitian UNS.

Tim Penyusun. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Edisi 3, Cetakan

Kedua.

TimPenyusun. 2003. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: Sinar Grafika.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Udiono, Tri. 2007. Perbedaan Prestasi belajar Mahasiswa Sebelum dan Sesudah Mengikuti

Program Remedial. Skripsi. Semarang: Tidak Diterbitkan.

Usman, Moh. Uzer. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Warkitri, dkk. 1998. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta : Universitas Terbuka.

Widdiharto, Rachmadi. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan Alternatif Proses

Remidinya, Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP Matematika. Yogyakarta: Depdiknas.

Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo. Edisi yang disempurnakan,

Cetakan ke IV.

Page 83: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

71

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELAS REMEDIAL

Mata Pelajaran / Materi : Matematika / Eksponen dan Logaritma

Kelas / Semester : X (Sepuluh) / Ganjil

Tahun Pelajaran : 2010/2011

Pertemuan ke - : 1 (satu)

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Standar Kompetensi : 1. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan

bentuk akar, pangkat, dan logaritma

B. Kompetensi Dasar : 1.1 Menggunakan aturan pangkat, akar, dan

Logaritma

C. Indikator : 1. Mengubah bentuk pangkat negatif ke pangkat

positif dan sebaliknya

2. Mengubah bentuk akar ke bentuk pangkat dan

sebaliknya

3. Melakukan operasi aljabar pada bentuk

pangkat dan akar

4. Merasionalkan penyebut pecahan

D. Tujuan Pembelajaran :

1. Siswa dapat mengubah bentuk pangkat negatif ke pangkat positif dan

sebaliknya

2. Siswa dapat mengubah bentuk akar ke bentuk pangkat dan sebaliknya

3. Siswa dapat melakukan operasi aljabar pada bentuk pangkat dan akar

4. Siswa dapat merasionalkan penyebut pecahan

E. Materi Pembelajaran

a. Pangkat Bulat Positif, Pangkat Nol, dan Pangkat Bulat Negatif

b. Bentuk Akar dan Pangkat Pecahan

c. Operasi Aljabar pada Bentuk Akar Kuadrat

1. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Akar

2. Perkalian dan Pembagian Bentuk Akar

d. Merasionalkan Bentuk Akar

F. Sumber dan Media Pembelajaran

Media : Papan tulis, spidol, Lembar Soal Pre-test dan Post-test

Sumber : - Buku “Matematika untuk SMA dan Madrasah Aliyah (MA)

Page 84: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

72

Semester 1&2” karya Kasmina dan To’ali, Penerbit:

Karya Cakra Buana, Jakarta.

- “Modul Matematika untuk SMA atau MA Kelas X Semester

Gasal” karya Tim Edukatif HTS, Penerbit:Hayati Tumbuh

Subur, Surakarta.

G. Metode Pembelajaran

Ekspositori, Drill Soal

H. Langkah-langkah Pembelajaran

Langkah-langkah Jenis Kegiatan Waktu

Apersepsi

Kegiatan Inti

Penutup

- Guru menyampaikan kompetensi dasar yang

ingin dicapai

- Siswa diberi pre-test (5 soal) tentang pangkat

bulat negatif, bentuk akar dan pangkat pecahan,

operasi bentuk akar, serta merasionalkan

penyebut

TATAP MUKA

Siswa diberi stimulus berupa pemberian

materi oleh guru tentang cara mengubah

bentuk pangkat negatif ke bentuk pangkat

positif, cara mengubah bentuk akar menjadi

bentuk pangkat, operasi aljabar bentuk

pangkat dan akar, serta cara merasionalkan

penyebut pecahan

Siswa diberi kesempatan untuk membuat

catatan

Masing-masing siswa mengerjakan lembar

soal (modul) dengan dibimbing oleh guru

Guru bersama siswa membahas beberapa soal

yang dianggap sulit

Siswa diberi kesempatan untuk bertanya atau

memberi tanggapan

Siswa diberikan soal post-test

Guru memberikan kesimpulan materi hari ini

serta memotivasi siswa untuk tekun belajar

Siswa diberikan tugas mandiri

15’

60’

15’

Page 85: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

73

I. Penilaian

Teknik : Tes tertulis

Bentuk : Lembar jawaban pre-test dan post-test

Contoh Instrumen: Soal pre-test dan post-test

1. Nyatakan dalam bentuk eksponen

a)

b)

c)

d)

2. Nyatakan dalam bentuk pangkat bulat positif, kemudian tentukan nilainya

a)

b) 10-2

+ 10-2

c) (2-1

+ 2-2

)-3

3. Hitunglah nilai dari:

a) 641/2

+ 6253/4

+ 811/4

b) . . ( )2

4. Hitunglah nilai dari:

a) 2 + 12 - + 7 - 4

b) + -

c) 2 x 3 x 4

d) ( + ) ( - )

5. Rasionalkanlah penyebut pecahan berikut:

a)

b)

c)

Page 86: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

74

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELAS REMEDIAL

Mata Pelajaran / Materi : Matematika / Eksponen dan Logaritma

Kelas / Semester : X (Sepuluh) / Ganjil

Tahun Pelajaran : 2010/2011

Pertemuan ke - : 2 (dua)

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Standar Kompetensi : 1. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan

bentuk akar, pangkat, dan logaritma

B. Kompetensi Dasar : 1.2 Melakukan manipulasi aljabar dalam

perhitungan yang melibatkan pangkat, akar, dan logaritma

C. Indikator : 1. Menyederhanakan bentuk aljabar yang memuat

pangkat rasional, dengan menggunakan sifat-

sifat bentuk pangkat

2. Mengubah bentuk pangkat ke bentuk logaritma

dan sebaliknya

3. Menentukan nilai logaritma suatu bilangan

D. Tujuan Pembelajaran :

1. Siswa dapat menyederhanakan bentuk aljabar yang memuat pangkat

rasional dengan menggunakan sifat-sifat pangkat

2. Siswa dapat mengubah bentuk pangkat ke bentuk logaritma dan sebaliknya

3. Siswa dapat menentukan nilai logaritma suatu bilangan

4. Siswa dapat menyederhanakan bentuk aljabar yang memuat pangkat

rasional

E. Materi Pembelajaran

a. Sifat-sifat Pangkat Rasional

b. Logaritma

- Definisi Logaritma

- Nilai Logaritma Suatu Bilangan

F. Sumber dan Media Pembelajaran

Media : Papan tulis, spidol, Lembar Soal Pre-test dan Post-test

Sumber : - Buku “Matematika untuk SMA dan Madrasah Aliyah (MA)

Page 87: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

75

Semester 1&2” karya Kasmina dan To’ali, Penerbit:

Karya Cakra Buana, Jakarta.

- “Modul Matematika untuk SMA atau MA Kelas X Semester

Gasal” karya Tim Edukatif HTS, Penerbit:Hayati Tumbuh

Subur, Surakarta.

G. Metode Pembelajaran

Ekspositori, Diskusi Kelompok, Drill Soal

H. Langkah-langkah Pembelajaran

Langkah-langkah Jenis Kegiatan Waktu

Apersepsi

Kegiatan Inti

Penutup

- Guru menyampaikan kompetensi dasar yang

harus dicapai oleh siswa

- Siswa diberi pre-test (4 soal) tentang operasi

aljabar bentuk pangkat dan menentukan nilai

logaritma suatu bilangan

TATAP MUKA

Siswa diberi stimulus berupa pemberian

materi tentang manipulasi aljabar bentuk

pangkat dengan menggunakan sifat-sifat

bentuk pangkat dan menentukan nilai

logaritma suatu bilangan

Siswa dibagi dalam beberapa kelompok

diskusi yang terdiri dari 5 – 6 orang

Dengan berdiskusi dalam kelompok, masing-

masing siswa mengerjakan Lembar Soal

tentang manipulasi aljabar bentuk pangkat dan

logaritma

Lembar jawaban hasil diskusi tersebut

diserahkan kepada guru

Beberapa siswa menuliskan hasil kerjanya di

papan tulis untuk dibahas bersama-sama

Siswa diberi kesempatan untuk mencatat,

bertanya atau memberi tanggapan

Siswa diberikan soal post-test

Guru memberikan kesimpulan materi hari ini

serta memotivasi siswa untuk tekun belajar

Siswa diberi tugas mandiri

20’

55’

15’

Page 88: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

76

I. Penilaian

Teknik : Tes tertulis

Bentuk : Lembar jawaban kelompok, lembar jawaban pre-test dan post-

test

Contoh instrumen: Soal pre-test dan post test

1. Ubahlah ke bentuk pangkat:

a. alog b = c

b. 3log = -3

c. 2log 5 = p

2. Ubahlah ke bentuk logaritma:

a. 2-3

=

b. 34 = 81

c. 72 = 49

3. Tentukan nilai x, y, atau z pada bentuk logaritma berikut:

a. xlog 81 = 4

b. 2log y = -3

c. zlog 36 = -2

d. 1/5log x = -3

e. ylog = 3

4. Dengan menggunakan sifat pangkat, tentukan nilai dari:

Page 89: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

77

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELAS REMEDIAL

Mata Pelajaran / Materi : Matematika / Eksponen dan Logaritma

Kelas / Semester : X (Sepuluh) / Ganjil

Tahun Pelajaran : 2010/2011

Pertemuan ke - : 3 (tiga)

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Standar Kompetensi : 1. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan

bentuk akar, pangkat, dan logaritma

B. Kompetensi Dasar : 1.2 Melakukan manipulasi aljabar dalam

perhitungan yang melibatkan pangkat, akar,

dan logaritma

C. Indikator : 1. Menyederhanakan dan menyelesaikan operasi

aljabar logaritma dengan menggunakan sifat-

sifat logaritma

D. Tujuan Pembelajaran :

- Siswa dapat menyederhanakan dan menyelesaikan operasi aljabar

logaritma dengan menggunakan sifat-sifat logaritma

E. Materi Pembelajaran

- Sifat-sifat Bentuk Logaritma (Operasi Aljabar dalam Logaritma)

F. Sumber dan Media Pembelajaran

Media : Papan tulis, spidol, Lembar Soal Pre-test dan Post-test

Sumber : - Buku “Matematika untuk SMA dan Madrasah Aliyah (MA)

Semester 1&2” karya Kasmina dan To’ali, Penerbit:

Karya Cakra Buana, Jakarta.

- Lembar soal Eksponen dan Logaritma

Page 90: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

78

G. Metode Pembelajaran

Ekspositori, Drill Soal

H. Langkah-langkah Pembelajaran

Langkah-

langkah Jenis Kegiatan Waktu

Apersepsi

Kegiatan Inti

Penutup

- Guru menyampaikan kompetensi dasar

yang harus dicapai oleh siswa

- Siswa diberi pre-test (2 soal) tentang

manipulasi aljabar menggunakan sifat-

sifat logaritma

TATAP MUKA

Siswa diberi stimulus berupa pemberian

materi tentang manipulasi aljabar dengan

menggunakan sifat-sifat logaritma

Siswa mengerjakan Lembar Soal tentang

manipulasi aljabar dengan menggunakan

sifat logaritma dengan dibimbing oleh

guru

Beberapa siswa menuliskan hasil kerjanya

di papan tulis untuk dibahas bersama-sama

Siswa diberi kesempatan untuk mencatat,

bertanya atau memberi tanggapan

Siswa diberikan soal post-test

Guru memberikan kesimpulan materi hari

ini serta memotivasi siswa untuk tekun

belajar

Siswa diberi tugas mandiri

15’

60’

15’

I. Penilaian

Teknik : Tes tertulis

Bentuk : Lembar jawaban kelompok, lembar jawaban pre-test dan post-

test

Page 91: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

79

Contoh instrumen: Soal pre-test dan post test

1. Dengan menggunakan sifat logaritma, tentukan nilai dari:

a. 2log 24 –

8log 27 +

b. + 2log 10 .

6log 4. log 216

c. 3log .

2log 27 –

d. + 5log 320 – 3

5log 4

e. + – 2log 22,5

2. Jika 2log 3 = p dan

3log 5 = q , tentukan nilai dari:

a. 4log 27

b. 6log 120

Page 92: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

80

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELAS REMEDIAL

Mata Pelajaran / Materi : Matematika / Eksponen dan Logaritma

Kelas / Semester : X (Sepuluh) / Ganjil

Tahun Pelajaran : 2010/2011

Pertemuan ke - : Matrikulasi

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Dasar : Melakukan operasi hitung bentuk pecahan dan

menyelesaikan persamaan satu variabel

B. Tujuan Pembelajaran :

- Siswa dapat melakukan perhitungan bentuk pecahan

- Siswa dapat menyelesaikan persamaan satu variabel

- Siswa memahami “kaidah pindah ruas” dengan benar

- Siswa memahami “kaidah pencoretan” dengan benar

C. Materi Pembelajaran

- Operasi aljabar bentuk pecahan

- Persamaan satu variabel

D. Sumber dan Media Pembelajaran

Media : Papan tulis, spidol, Lembar Soal Pre-test dan Post-test

Sumber : Lembar soal Bentuk pecahan dan persamaan satu variabel

E. Metode Pembelajaran

Ekspositori, Drill Soal, Tutor sebaya

Page 93: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

81

F. Langkah-langkah Pembelajaran

Langkah-

langkah Jenis Kegiatan Waktu

Apersepsi

Kegiatan Inti

Penutup

- Guru menyampaikan kompetensi dasar

yang harus dicapai oleh siswa

TATAP MUKA

Siswa diberi stimulus berupa pemberian

materi tentang operasi hitung bentuk

pecahan dan penyelesaian persamaan satu

variabel

Siswa dibagi dalam beberapa kelompok

diskusi yang terdiri dari 5 – 6 orang

Dengan berdiskusi dalam kelompok,

masing-masing siswa mengerjakan

Lembar Soal dengan dibimbing oleh tutor

sebaya dan guru

Lembar jawaban hasil diskusi tersebut

diserahkan kepada guru

Beberapa siswa menuliskan hasil kerjanya

di papan tulis untuk dibahas bersama-sama

Siswa diberi kesempatan untuk mencatat,

bertanya atau memberi tanggapan

Guru memberikan kesimpulan materi hari

ini serta memotivasi siswa untuk tekun

belajar

Siswa diberi tugas mandiri

15’

60’

15’

G. Penilaian

Teknik : Tes tertulis

Bentuk : Lembar jawaban kelompok, lembar jawaban tugas mandiri

Page 94: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

DAFTAR NILAI ULANGAN HARIAN 1

EKSPONEN DAN LOGARITMA

MATA PELAJARAN : MATEMATIKA

KELAS/SEMESTER : X.4 / 1 (SATU) KKM : 70

TAHUN PELAJARAN : 2010/2011

NILAI

UH

1 A 44 Tidak Tuntas

2 B 44 Tidak Tuntas

3 C 44 Tidak Tuntas

4 D 60 Tidak Tuntas

5 E 48 Tidak Tuntas

6 F 52 Tidak Tuntas

7 G 44 Tidak Tuntas

8 H 50 Tidak Tuntas

9 I 24 Tidak Tuntas

10 J 60 Tidak Tuntas

11 K 32 Tidak Tuntas

12 L 24 Tidak Tuntas

13 M 36 Tidak Tuntas

14 N 40 Tidak Tuntas

15 O 44 Tidak Tuntas

16 P 26 Tidak Tuntas

17 Q 68 Tidak Tuntas

18 R 28 Tidak Tuntas

19 S 36 Tidak Tuntas

20 T 48 Tidak Tuntas

21 U 60 Tidak Tuntas

22 V 40 Tidak Tuntas

23 W 64 Tidak Tuntas

24 X 16 Tidak Tuntas

25 Y 44 Tidak Tuntas

26 Z 52 Tidak Tuntas

27 AA 36 Tidak Tuntas

28 AB 64 Tidak Tuntas

29 AC 36 Tidak Tuntas

30 AD 56 Tidak Tuntas

31 AE 44 Tidak Tuntas

KETERANGAN

RATA-RATA NILAI UH : 44

RATA-RATA NILAI TES DIAGNOSTIK : 48

JUMLAH SISWA YANG PERLU REMEDIAL : 29 siswa

NO. NAMA SISWA KETERANGAN

Page 95: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

KISI PENULISAN SOAL TES UJI COBA

EKSPONEN DAN LOGARITMA

MATA PELAJARAN : MATEMATIKA JUMLAH SOAL : 7 SOAL

KELAS/SEMESTER : X/GANJIL ALOKASI WAKTU : 120 MENIT

NO. STANDAR

KOMPETENSI

KOMPETENSI

DASAR

MATERI

AJAR INDIKATOR SOAL

BENTUK

SOAL

NOMOR

SOAL

1. Memecahkan masalah

yang berkaitan dengan

bentuk pangkat, akar, dan

logaritma

Menggunakan aturan

pangkat, akar, dan

logaritma

Sifat-sifat

pangkat rasional

Diberikan soal berupa perkalian atau

pembagian bilangan berpangkat (basis

berupa variabel). Siswa dapat

menyederhanakannya dengan

menggunakan aturan pangkat.

Essay 1a, 1b

2. Memecahkan masalah

yang berkaitan dengan

bentuk pangkat, akar, dan

logaritma

Melakukan manipulasi

aljabar dalam perhitungan

yang melibatkan bentuk

pangkat, akar dan

logaritma

Bentuk pangkat

dan akar

Diberikan soal berupa perkalian atau

pembagian bilangan berpangkat bulat atau

pecahan. Siswa dapat menggunakan

aturan pangkat untuk menyederhanakan

dan menentukan nilainya.

Essay 2a, 2b,2d

3. Memecahkan masalah

yang berkaitan dengan

bentuk pangkat, akar, dan

logaritma

Menggunakan aturan

pangkat, akar, dan

logaritma

Operasi aljabar

pada bentuk

akar kuadrat

Diberikan bentuk akar. Siswa dapat

melakukan operasi aljabar pada bentuk

akar tersebut.

Essay 2c, 2e

4. Memecahkan masalah

yang berkaitan dengan

bentuk pangkat, akar, dan

logaritma

Melakukan manipulasi

aljabar dalam perhitungan

yang melibatkan bentuk

pangkat, akar dan

logaritma

Merasionalkan

bentuk akar

kuadrat

Diberikan bentuk akar. Siswa dapat

merasionalkan bentuk akar tersebut.

Essay 3a, 3b

82

Lam

pira

n 6

Page 96: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

5. Memecahkan masalah

yang berkaitan dengan

bentuk pangkat, akar, dan

logaritma

Menggunakan aturan

pangkat, akar, dan

logaritma

Bentuk

logaritma

Diberikan bentuk logaritma dasar. Siswa

dapat menentukan nilai basis atau

numerus yang belum diketahui, serta

dapat menentukan nilai logaritma yang

diminta.

Essay 4a, 4b, 4c,

4d, 4e, 4f

6. Memecahkan masalah

yang berkaitan dengan

bentuk pangkat, akar, dan

logaritma

Melakukan manipulasi

aljabar dalam perhitungan

yang melibatkan bentuk

pangkat, akar dan

logaritma

Sifat-sifat

logaritma

Diberikan operasi hitung bentuk

logaritma. Siswa dapat melakukan

manipulasi aljabar dengan menggunakan

sifat-sifat logaritma untuk menentukan

hasil/nilai operasi tersebut.

Essay 5a, 5b, 5c,

5d

7. Memecahkan masalah

yang berkaitan dengan

bentuk pangkat, akar, dan

logaritma

Melakukan manipulasi

aljabar dalam perhitungan

yang melibatkan bentuk

pangkat, akar dan

logaritma

Sifat-sifat

logaritma

Diketahui nilai suatu bentuk logaritma

(nilai dalam bentuk variabel). Siswa dapat

melakukan manipulasi aljabar dengan

menggunakan sifat-sifat logaritma untuk

menentukan nilai logaritma lain yang

berhubungan dengan nilai logaritma yang

diketahui.

Essay 6a, 6b

8. Memecahkan masalah

yang berkaitan dengan

bentuk pangkat, akar, dan

logaritma

Melakukan manipulasi

aljabar dalam perhitungan

yang melibatkan bentuk

pangkat, akar dan

logaritma

Persamaan

bentuk pangkat,

akar, dan

logaritma

Diberikan persamaan sederhana bentuk

eksponen. Siswa dapat menentukan nilai

variabel x yang memenuhi persamaan

tersebut.

Essay 7a, 7b, 7c

Jakarta, Oktober 2010

Penyusun

Suryanih

NIM. 103017027257

83

Page 97: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

KISI PENULISAN SOAL TES DIAGNOSTIK

EKSPONEN DAN LOGARITMA

MATA PELAJARAN : MATEMATIKA JUMLAH SOAL : 7 SOAL

KELAS/SEMESTER : X/GANJIL ALOKASI WAKTU : 90 MENIT

NO. STANDAR

KOMPETENSI

KOMPETENSI

DASAR

MATERI

AJAR INDIKATOR SOAL

BENTUK

SOAL

NOMOR

SOAL

1. Memecahkan masalah

yang berkaitan dengan

bentuk pangkat, akar, dan

logaritma

Menggunakan aturan

pangkat, akar, dan

logaritma

Sifat-sifat

pangkat rasional

Diberikan soal berupa perkalian atau

pembagian bilangan berpangkat (basis

berupa variabel). Siswa dapat

menyederhanakannya dengan

menggunakan aturan pangkat.

Essay 1

2. Memecahkan masalah

yang berkaitan dengan

bentuk pangkat, akar, dan

logaritma

Melakukan manipulasi

aljabar dalam perhitungan

yang melibatkan bentuk

pangkat, akar dan

logaritma

Bentuk pangkat

dan akar

Diberikan soal berupa perkalian atau

pembagian bilangan berpangkat bulat atau

pecahan. Siswa dapat menggunakan

aturan pangkat untuk menyederhanakan

dan menentukan nilainya.

Essay 2a, 2b

3. Memecahkan masalah

yang berkaitan dengan

bentuk pangkat, akar, dan

logaritma

Menggunakan aturan

pangkat, akar, dan

logaritma

Operasi aljabar

pada bentuk

akar kuadrat

Diberikan bentuk akar. Siswa dapat

melakukan operasi aljabar pada bentuk

akar tersebut.

Essay 2c

4. Memecahkan masalah

yang berkaitan dengan

bentuk pangkat, akar, dan

logaritma

Melakukan manipulasi

aljabar dalam perhitungan

yang melibatkan bentuk

pangkat, akar dan

logaritma

Merasionalkan

bentuk akar

kuadrat

Diberikan bentuk akar. Siswa dapat

merasionalkan bentuk akar tersebut.

Essay 3

85

Lam

pira

n 8

Page 98: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

5. Memecahkan masalah

yang berkaitan dengan

bentuk pangkat, akar, dan

logaritma

Menggunakan aturan

pangkat, akar, dan

logaritma

Bentuk

logaritma

Diberikan bentuk logaritma dasar. Siswa

dapat menentukan nilai basis atau

numerus yang belum diketahui, serta

dapat menentukan nilai logaritma yang

diminta.

Essay 4a, 4b, 4c,

4d

6. Memecahkan masalah

yang berkaitan dengan

bentuk pangkat, akar, dan

logaritma

Melakukan manipulasi

aljabar dalam perhitungan

yang melibatkan bentuk

pangkat, akar dan

logaritma

Sifat-sifat

logaritma

Diberikan operasi hitung bentuk

logaritma. Siswa dapat melakukan

manipulasi aljabar dengan menggunakan

sifat-sifat logaritma untuk menentukan

hasil/nilai operasi tersebut.

Essay 5a, 5b, 5c

7. Memecahkan masalah

yang berkaitan dengan

bentuk pangkat, akar, dan

logaritma

Melakukan manipulasi

aljabar dalam perhitungan

yang melibatkan bentuk

pangkat, akar dan

logaritma

Sifat-sifat

logaritma

Diketahui nilai suatu bentuk logaritma

(nilai dalam bentuk variabel). Siswa dapat

melakukan manipulasi aljabar dengan

menggunakan sifat-sifat logaritma untuk

menentukan nilai logaritma lain yang

berhubungan dengan nilai logaritma yang

diketahui.

Essay 6

8. Memecahkan masalah

yang berkaitan dengan

bentuk pangkat, akar, dan

logaritma

Melakukan manipulasi

aljabar dalam perhitungan

yang melibatkan bentuk

pangkat, akar dan

logaritma

Persamaan

bentuk pangkat,

akar, dan

logaritma

Diberikan persamaan sederhana bentuk

eksponen. Siswa dapat menentukan nilai

variabel x yang memenuhi persamaan

tersebut.

Essay 7a, 7b

Jakarta, Oktober 2010

Penyusun

Suryanih

NIM. 103017027257 86

Page 99: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

Lampiran 7

LEMBAR SOAL TES UJI COBA

EKSPONEN DAN LOGARITMA

NAMA SISWA : JUMLAH SOAL : 7 SOAL

KELAS/SEMESTER : X/GANJIL WAKTU : 120 MENIT

1. Sederhanakanlah bentuk berikut :

a. ( 3p-2

qr3 )

-1. r

4 b. ( x

-1 + y

-1 )

-1

(q-2

)4 . p

1/2

2. Hitunglah nilai dari :

a. = …

b. . (3-1

+ 3-2

)-2

= …

c. 2 (3 + ) + - = ...

d. (-8)1/3

. = . . .

e. (

3. Rasionalkan penyebut pecahan berikut :

a. b.

4. Tentukanlah nilai x, y, atau z!

a. xlog = 3

b. 16log y = - ¼

c. 1/6log 36 = z

d. 3log 1 = z

e. 81log y = 3/2

f. xlog = 3

5. Hitunglah nilai dari :

a. 2log 24 +

6log 4 –

8log 27 +

6log 9 = …

b. - 5log 9 .

9log 625 + - = …

c. + - ½

log = …

d. 5log 320 – 3

5log 4 + = …

6. Jika 5log 2 = p dan

2log 7 = q , tentukan nilai dari :

a. 8log 49 b. 28

log 175

7. Tentukanlah nilai x yang memenuhi :

a. 53x-2

= 252x+1

b. c. = 64.4

x

#Sungguh2 diiringi doa adalah kunci kesuksesan#

84

Page 100: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

Lampiran 9

LEMBAR SOAL TES DIAGNOSTIK

EKSPONEN DAN LOGARITMA

NAMA SISWA : JUMLAH SOAL : 7 SOAL

KELAS/SEMESTER : X/GANJIL WAKTU : 90 MENIT

1. Sederhanakanlah bentuk berikut :

( 3p-2

qr3 )

-1. r

4

(q-2

)4 . p

1/2

2. Hitunglah nilai dari :

a. = …

b. . (3-1

+ 3-2

)-2

= …

c. 2 (3 + ) + - = ...

3. Rasionalkanlah penyebut pecahan berikut :

4. Tentukanlah nilai x, y, atau z!

a. xlog = 3

b. 16log y = - ¼

c. 1/6log 36 = z

d. 81log y = 3/2

5, Hitunglah nilai dari :

a. 2log 24 +

6log 4 –

8log 27 +

6log 9 = …

b. - 5log 9 .

9log 625 + - = …

c. 5log 320 – 3

5log 4 + = …

6. Jika 5log 2 = p dan

2log 7 = q , tentukan nilai dari :

8log 49

7. Tentukanlah nilai x yang memenuhi :

a. 53x-2

= 252x+1

b. = 64.4x

#Sungguh2 diiringi doa adalah kunci kesuksesan#

87

Page 101: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

88

Lampiran 10

PEMBAHASAN DAN BOBOT SOAL TES DIAGNOSTIK

1. = = (BS : 20)

=

2. a. = (BS : 20)

=

= 228-12-15

. 312-7-5

. 510-7-3

= 21 . 3

0 . 5

0 = 2

b. = (BS : 20)

= =

= =

=

=

c. (BS : 20)

=

=

= =

= =

3. = = (BS : 20)

= =

Page 102: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

89

4. a. xlog = 3 (BS : 20)

x3 =

x =

x =

b. 16

log y = - (BS : 20)

y = 16 - ¼

y =

y =

y =

c. 1/6

log 36 = z (BS : 20)

z = - 2

d. 81

log y = (BS : 20)

y =

y =

y = 36

y = 729

5. a. 2log 24 +

6log 4 –

8log 27 +

6log 9 (BS : 20)

= 2log 24 +

6log 36 –

= 2log 8 +

6log 36

= 3 + 2 = 5

b. 7 7log 5 –

5log 9 .

9log 625 + (BS : 20)

= 5 – 5log 625 +

5log 100 –

5log 4

Page 103: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

90

= 5 – 4 + 5log

= 1 + 5log 25 = 1 + 2 = 3

c. 5log 320 – 3

5log 4 + (BS : 20)

= 5log 320 –

5log 4

3 +

= 5log +

= 5log 5 +

= 1 +

= 1 + 34 = 82

6. Diketahui : 5log 2 = p dan

2log 7 = q (BS : 20)

8log 49 =

=

=

=

7. a. 53x – 2

= 252x + 1

(BS : 20)

53x – 2

= 52(2x + 1)

3x – 2 = 4x + 2

4x – 3x = – 2 – 2

x = – 4

b. (BS : 20)

x – 3(x+2) = 6 + 2x

x – 3x – 6 = 6 + 2x

2x + 3x – x = – 6 – 6

4x = – 12

x = – 3

Page 104: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

91

Langkah-langkah Perhitungan Validitas Tes Essay

Contoh tabel validitas nomor 1:

Absen siswa x1 x12 Y Y

2 x1Y

1 10 100 206 42436 2060

2 10 100 182 33124 1820

3 10 100 196 38416 1960

4 8 64 200 40000 1600

5 10 100 209 43681 2090

6 3 9 171 29241 513

7 10 100 230 52900 2300

8 10 100 223 49729 2230

9 10 100 208 43264 2080

10 10 100 192 36864 1920

11 3 9 147 21609 441

12 8 64 127 16129 1016

13 3 9 108 11664 324

14 8 64 138 19044 1104

15 10 100 139 19321 1390

16 10 100 174 30276 1740

17 10 100 231 53361 2310

18 10 100 179 32041 1790

19 3 9 106 11236 318

20 10 100 206 42436 2060

21 10 100 210 44100 2100

22 8 64 199 39601 1592

23 10 100 220 48400 2200

24 10 100 217 47089 2170

25 10 100 210 44100 2100

26 10 100 230 52900 2300

27 3 9 145 21025 435

28 3 9 198 39204 594

29 10 100 192 36864 1920

30 3 9 140 19600 420

31 8 64 156 24336 1248

32 3 9 107 11449 321

∑ 254 2292 5796 1095440 48466

Lampiran 11

Page 105: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

92

Contoh mencari validasi nomor 1

Menentukan nilai X = Jumlah skor soal no.1

= 254

Menentukan nilai Y = Jumlah skor total

= 5796

Menentukan nilai 2X = Jumlah kuadrat skor no.1

= 2292

Menentukan nilai 2Y = Jumlah kuadrat skor total

= 1095440

Menentukan nilai XY = Jumlah hasil kali skor no.1 dengan skor total

= 48466

Menentukan nilai 2222 )(.)(

))(()(

YYNXXN

YXXYNrxy

=

Mencari nilai rtabel, dengan dk = n – 2 = 32 – 2 = 30 dan tingkat signifikansi

sebesar 0,05 diperoleh nilai rtabel = 0,35

Setelah diperoleh nilai rxy = 0,69 , lalu dikonsultasikan dengan nilai rtabel =

0,35. Karena rxy > rtabel (0,69 > 0,35), maka soal no.1 valid

Page 106: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

PERHITUNGAN VALIDITAS TES UJI COBA DIAGNOSTIK KETUNTASAN BELAJAR EKSPONEN DAN LOGARITMA

No. Nama X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 y No.

1 A 10 10 5 10 5 10 5 10 10 10 10 10 10 10 3 10 10 10 10 10 5 10 3 10 206 1

2 B 10 10 0 10 0 0 0 10 10 10 10 10 10 7 10 8 10 0 7 10 10 10 10 10 182 2

3 C 10 10 10 5 10 3 0 10 10 10 10 10 10 10 10 5 7 10 3 10 10 10 3 10 196 3

4 D 8 10 5 5 10 3 3 3 3 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 200 4

5 E 10 10 10 10 10 5 5 10 3 10 10 10 10 10 10 10 10 3 10 10 10 10 10 3 209 5

6 F 3 10 10 10 10 10 10 8 3 10 10 10 10 3 0 10 3 0 10 10 8 10 3 0 171 6

7 G 10 10 10 10 10 5 5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 230 7

8 H 10 10 10 5 10 3 5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 223 8

9 I 10 10 10 10 10 5 5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 5 10 0 10 10 10 3 10 208 9

10 J 10 10 10 10 10 10 10 10 3 10 10 10 10 10 0 3 3 10 0 10 8 10 5 10 192 10

11 K 3 3 10 3 8 3 3 10 10 10 1 1 10 10 10 3 3 0 10 10 10 10 3 3 147 11

12 L 8 10 3 10 5 0 0 7 3 10 10 10 10 1 0 3 3 0 0 10 8 10 5 1 127 12

13 M 3 3 3 0 10 0 0 10 3 3 3 3 10 10 1 3 3 3 3 10 3 8 10 3 108 13

14 N 8 3 8 10 3 1 1 7 3 10 10 3 10 10 3 8 5 3 3 10 10 3 3 3 138 14

15 O 10 3 10 5 5 8 0 8 3 10 10 3 10 10 3 3 3 3 3 10 8 3 3 5 139 15

16 P 10 10 10 5 10 0 0 8 10 10 10 10 10 10 10 10 10 5 0 3 3 10 5 5 174 16

17 Q 10 10 10 10 10 10 3 8 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 231 17

18 R 10 10 7 10 10 0 5 7 10 10 10 10 10 10 10 10 10 3 10 7 10 0 0 0 179 18

19 S 3 3 0 0 0 10 10 7 7 3 3 3 10 10 10 1 0 0 0 10 3 5 5 3 106 19

20 T 10 3 10 10 10 3 0 10 8 10 10 10 10 10 10 10 10 5 7 10 10 10 10 10 206 20

21 U 10 10 10 10 10 3 5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 7 0 10 10 10 10 10 5 210 21

22 V 8 5 10 7 8 3 5 10 8 10 10 10 10 10 10 10 7 5 10 10 8 10 8 7 199 22

23 W 10 10 10 10 10 3 0 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 7 10 10 10 10 10 10 220 23

24 X 10 10 10 10 10 3 5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 4 10 10 10 5 10 217 24

25 Y 10 10 10 7 10 5 5 10 10 10 10 10 10 10 3 10 10 10 10 10 7 10 3 10 210 25

26 Z 10 10 10 10 10 5 5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 230 26

27 AA 3 10 3 3 3 0 3 10 7 10 10 10 10 10 10 3 3 3 3 3 3 10 5 10 145 27

28 AB 3 3 3 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 3 5 10 8 10 3 10 198 28

29 AC 10 10 10 7 10 3 3 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 5 5 7 7 5 5 5 192 29

30 AD 3 10 3 3 8 3 5 10 3 10 10 10 10 8 3 3 3 3 3 3 3 10 8 5 140 30

31 AE 8 10 10 3 3 3 0 10 10 10 10 10 10 10 10 5 3 5 3 7 3 5 5 3 156 31

32 AF 3 3 5 5 3 0 5 10 10 10 0 3 5 3 3 3 3 5 5 3 7 3 5 5 107 32

Σ 254 259 245 233 251 130 121 293 247 306 287 276 315 292 239 241 221 171 194 283 252 272 198 216 5796

rxy 0.69 0.54 0.57 0.64 0.63 0.27 0.13 0.22 0.46 0.51 0.62 0.71 0.35 0.42 0.48 0.82 0.81 0.64 0.57 0.4 0.59 0.51 0.34 0.64

rtabel 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361

V V V V V DROP DROP DROP V V V V DROP V V V V V V V V V DROP Vkriteria

Page 107: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

La

mp

ir

an

12

92

Page 108: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

93

Langkah-langkah Perhitungan Uji Reabilitas Tes Esai

Menentukan nilai varian skor tiap-tiap soal

Misal varians skor total nomor 1

2

1

2

1

2

1

N

X

N

X

=

2

32

254

32

2292

= 8,62

Untuk mencari no.2 dan selanjutnya sama dengan nomor 1

Menentukan nilai jumlah varian semua soal. Berdasarkan tabel perhitungan

reabilitas tes uraian diatas diperoleh 2

i = 182,19

Menentukan nilai varian total σ2

t = 1243,83

Menentukan k = banyaknya soal yang valid

Menentukan nilai 2

2

11 t

i

itk

kr

= 83,1243

19,1821

18

19

= 0,901

Interpretasi terhadap nilai koefisien rit digunakan kriteria sebagai berikut:

0,90 < r11 ≤ 1,00 : sangat tinggi

0,70 < r11 ≤ 0,90 : tinggi

0,40 < r11 ≤ 0,70 : cukup

0,20 < r11 ≤ 0,40 : rendah

0,00 < r11 ≤ 0,20 : sangat rendah

Berdasarkan kriteria reabilitas, r11 = 0,90 berada diantara kisaran nilai

0,70 < r11 ≤ 0,90 , maka tes bentuk uraian tersebut memiliki reabilitas tinggi.

Lampiran 13

Page 109: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

94

Page 110: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

Lampiran

PERHITUNGAN VALIDITAS TES DIAGNOSTIK KETUNTASAN BELAJAR EKSPONEN DAN LOGARITMA (Setelah drop soal tidak valid)

No. Nama X1 X2 X3 X4 X5 X9 X10 X11 X12 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X24 skor total

1 A 10 10 5 10 5 10 10 10 10 10 3 10 10 10 10 10 5 10 10 168

2 B 10 10 0 10 0 10 10 10 10 7 10 8 10 0 7 10 10 10 10 152

3 C 10 10 10 5 10 10 10 10 10 10 10 5 7 10 3 10 10 10 10 170

4 D 8 10 5 5 10 3 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 171

5 E 10 10 10 10 10 3 10 10 10 10 10 10 10 3 10 10 10 10 3 169

6 F 3 10 10 10 10 3 10 10 10 3 0 10 3 0 10 10 8 10 0 130

7 G 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 190

8 H 10 10 10 5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 185

9 I 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 5 10 0 10 10 10 10 175

10 J 10 10 10 10 10 3 10 10 10 10 0 3 3 10 0 10 8 10 10 147

11 K 3 3 10 3 8 10 10 1 1 10 10 3 3 0 10 10 10 10 3 118

12 L 8 10 3 10 5 3 10 10 10 1 0 3 3 0 0 10 8 10 1 105

13 M 3 3 3 0 10 3 3 3 3 10 1 3 3 3 3 10 3 8 3 78

14 N 8 3 8 10 3 3 10 10 3 10 3 8 5 3 3 10 10 3 3 116

15 O 10 3 10 5 5 3 10 10 3 10 3 3 3 3 3 10 8 3 5 110

16 P 10 10 10 5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 5 0 3 3 10 5 151

17 Q 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 190

18 R 10 10 7 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 3 10 7 10 0 0 157

19 S 3 3 0 0 0 7 3 3 3 10 10 1 0 0 0 10 3 5 3 64

20 T 10 3 10 10 10 8 10 10 10 10 10 10 10 5 7 10 10 10 10 173

21 U 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 7 0 10 10 10 10 5 172

22 V 8 5 10 7 8 8 10 10 10 10 10 10 7 5 10 10 8 10 7 163

23 W 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 7 10 10 10 10 10 187

24 X 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 4 10 10 10 10 184

25 Y 10 10 10 7 10 10 10 10 10 10 3 10 10 10 10 10 7 10 10 177

26 Z 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 190

27 AA 3 10 3 3 3 7 10 10 10 10 10 3 3 3 3 3 3 10 10 117

28 AB 3 3 3 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 3 5 10 8 10 10 155

29 AC 10 10 10 7 10 10 10 10 10 10 10 10 10 5 5 7 7 5 5 161

30 AD 3 10 3 3 8 3 10 10 10 8 3 3 3 3 3 3 3 10 5 104

31 AE 8 10 10 3 3 10 10 10 10 10 10 5 3 5 3 7 3 5 3 128

32 AF 3 3 5 5 3 10 10 0 3 3 3 3 3 5 5 3 7 3 5 82

Σ 254 259 245 233 251 247 306 287 276 292 239 241 221 171 194 283 252 272 216 4739

σi2 8.621 9.397 11.16 10.51 10.44 9.39 2.871 7.655 8.297 5.234 14.69 10.5 11.27 14.29 14.87 5.632 7.047 7.938 12.38 182.19629

Σσi2

0.9009 kriteria koefisien reabilitasnya tinggi karena 0,90 di antara 0,70 < r 11 ≤ 0,90r11σt

2 1243.834961

Page 111: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

Lam

pir

an

14

94

Page 112: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

96

Lampiran 16

LEMBAR HASIL WAWANCARA SISWA

Hasil wawancara dengan siswa A

1. Peneliti : Bagaimana menurut pendapatmu tentang pelajaran matematika di SMP dan

SMA ?

Siswa A : Waktu SMP matematika gampang, pas SMA rada-rada ribet

2. Peneliti : Metode apa saja yang diterapkan guru dalam mengajar matematika?

Siswa A : Guru menjelaskan trus dikasih soal bu, disuruh ngerjain

3. Peneliti : Apakah kamu selalu mengulang materi pelajaran atau berlatih soal-soal

matematika di rumah?

Siswa A : Kadang-kadang bu. Kalau materinya saya paham, saya mengulang di rumah

dan ngerjain soal-soal. Tapi kalau materinya susah saya males.

4. Peneliti : Apakah kamu merasa paham materi Eksponen dan Logaritma?

Siswa A : Lumayan paham sih bu pas diajarin, tapi pas ngerjain soal rada-rada

bingung. Apalagi soal logaritma, saya bingung banget.

5. Peneliti : Bagian mana yang menurutmu sulit ?

Siswa A : Ga tau bu, kayaknya saya paham pas diajarin. Saya juga paham contoh-

contohnya. Tapi begitu ngerjain soal ulangan saya ngerasa susah, soalnya ga

sama kayak contoh sih bu.. Lebih ribet..

6. Peneliti : Jika merasa tidak paham materi yang diajarkan, apa yang kamu lakukan?

Siswa A : Saya baca-baca contoh soal yang ada di buku bu. Kalau belum paham juga

saya tanya temen bu.. kalau belum paham juga tanya guru.

7. Peneliti : Coba kamu hitung berapa hasil ( !

Setelah menghitung

Siswa A : 14 + 2 bu.. eh, ini bisa disederhanain lg bu jadi 14 + 8

Peneliti : Ibu lihat di lembar jawabanmu, kamu merasionalkan penyebut

dengan mengalikan ( hasilnya bukan 14 + 8 tapi

14 ?

Siswa A : ya kan beda bu, kalo merasionalkan ngitungnya emang gitu

Peneliti : Coba kamu jelaskan!

Siswa A : Seinget saya, kalo merasionalkan akarnya udah sama ngitungnya yang depan

akarnya dikuadratin trus yang belakang juga dikuadratin

Peneliti : Kenapa bisa berbeda cara menghitungnya?

Siswa A : Ga tau bu.. Abis kalo saya liat contoh yang diajarin guru trus contoh yang

Page 113: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

97

ada di buku begitu bu kalo merasionalkan penyebut, ya saya mah ikutin aj..

8. Peneliti : Kenapa di Soal no.6, kamu menjawab seperti ini : 8log 49 = dan

seterusnya?

Siswa A : Ya kan emang gitu bu.. Pak “P” kalo ngajarin juga begitu bu.. diubah jadi

bentuk pecahan

Peneliti : Kenapa di pembilang kamu memilih basis 2 dan penyebut kamu

memilih basis 5?

Siswa A : Kan sesuai yang diketahui bu, yang diketahui kan 5log 2 dan

2log 7

Peneliti : Kenapa tidak pembilangnya berbasis 5 dan penyebutnya yang berbasis 2 ?

Siswa A : Ya kan biar dapat jawabannya bu, 2log 49 kan sama dengan

2log 7x7 =

2log 7 +

2log 7 jadi q + q = 2q. Kalo

5log 7 kan ga diketahui bu.. Temen-

temen juga jawabnya katanya begitu bu.. sama..

Peneliti : Kamu menggunakan sifat logaritma yang mana? Untuk mengubah bentuk

logaritma menjadi bentuk pecahan diperbolehkan dengan syarat basis

pembilang dan penyebutnya harus sama dan tidak boleh terbalik. Jadi, alog b

boleh diubah menjadi . x itu basis yang kamu pilih, harus sama antara

pembilang dan penyebut.

Siswa A : Emang begitu ya bu? Pak Padil ga bilang. Saya kira sesuai yang diketahui

aja. Saya ga inget semua sifat logaritma bu, jadi saya ngerjainnya sesuai

contoh aja trus biar dapat jawabannya aja.

Peneliti : Kalau basisnya tidak sama berarti kamu mengubah nilai soalnya.. Ga boleh..

Kita boleh memanipulasi soal tapi tidak boleh mengubah nilainya.

9. Peneliti : Coba kamu lihat jawabanmu untuk no.7b. Jawabanmu salah, menurutmu

dimana letak salahnya?

Siswa A : mengecek jawabannya. Yang mana ya bu?.... Oh, yang ini ya bu, 3(x + 2) =

3x + 2.. Kan harusnya 3x + 6 ya bu?

10. Peneliti : Nah, kenapa kamu tulis 3x + 2 bukan 3x + 6?

Siswa A : Saya ga tau bu, kan harusnya 3x + 6. mungkin salah tulis kali bu, buru-buru.

11. Peneliti : Menurutmu, mengapa nilai matematika teman-temanmu banyak yang di

bawah KKM?

Siswa A : Kata temen-temen sih mereka ga ngerti bu. Trus cepet banget bu

diajarinnya, gurunya buru-buru katanya materinya banyak. Kita jadi ga

paham bu. Trus kita jadi males belajar MTK deh. Biarpun udah belajar tetep

jeblok nilainya.

Page 114: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

98

Hasil wawancara dengan siswa B

1. Peneliti : Bagaimana menurutmu tentang pelajaran matematika di SMP dan SMA?

Siswa B : Sulit, sama saja di SMP atau SMA

2. Peneliti : Apakah kamu merasa paham materi Eksponen dan Logaritma?

Siswa B : Saya ga paham bu,, ga ngerti apa yang diajarin guru. Abis ngajarinnya cepet

banget,tau-tau udah ulangan

3. Peneliti : Menurutmu kenapa kamu bisa tidak mengerti apa yang diajarkan oleh guru?

Siswa B : Abis gurunya ngajarnya ga enak bu. Trus kalo

ngasih soal ulangan susah. Soal yang dari ibu juga susah banget tuh, hehe..

4. Peneliti : Metode apa yang biasanya digunakan guru pada kegiatan pembelajaran?

Siswa B : Guru menjelaskan dan disuruh mengerjakan soal.

5. Peneliti : Apakah kamu mengulang materi pelajaran atau berlatih soal-soal

matematika di rumah?

Siswa B : kadang-kadang sih bu, kalo lagi ada PR pasti ngerjain

6. Peneliti : Apa yang kamu lakukan jika kamu tidak mengerti materi yang diajarkan

oleh guru?

Siswa B : Bertanya kepada teman tapi tetap saja sulit

7. Peneliti : Jawaban tesmu banyak yang salah, menurutmu kenapa bisa begitu?

Siswa B : ya karena saya ga paham sama sekali bu, jadi saya jawabnya asal aja. Saya

pasrah aja dapet nilai berapa, emang saya ga bisa MTK

Hasil wawancara dengan siswa C

1. Peneliti : Bagaimana menurutmu tentang pelajaran matematika di SMP dan SMA?

Siswa C : Pas SMP saya ngerti bu, tapi pas di SMA saya ga ngerti deh. Nilai saya juga

jeblok terus.

2. Peneliti : Apakah kamu merasa paham materi Eksponen dan Logaritma?

Siswa C : Sedikit bu, tapi ulangan kemaren saya remed. Yang soal logaritma saya ga

ngerti

3. Peneliti : Metode apa yang biasanya digunakan guru pada kegiatan pembelajaran?

Siswa B : Diterangkan lalu diberi latihan

4. Peneliti : Apakah kamu selalu mengulang materi yang diajarkan dan berlatih soal-soal

di rumah?

Siswa C : Kadang-kadang Bu

Page 115: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

99

5. Peneliti : Soal no.2b kamu jawab (3-1

+ 3-2

)-2

= . Coba jelaskan!

Siswa C : Emang salah ya bu?

6. Peneliti : Ibu cuma mau mendengar penjelasanmu.

Siswa C : Itu pangkatnya negatif, jadinya per-per’an bu..

7. Peneliti : Pembilangnya harus angka 2?

Siswa C : Ya ngga bu. Itu kan pangkatnya -2 jadinya 2 per. Kalo -3 ya 3 per..

8. Peneliti : Di soal no.5a kamu mengubah 2log 24 menjadi

2log 2

3 x 3 = 3 x 3 = 9. Nah

kenapa bisa jadi 3 x 3, coba kamu jelaskan!

Siswa C : Ini bu pangkatnya pindah ke depan, kan jadi 3 x 2log 2 x 3. Hm..

2log 2 kan

sama dengan 1, jadi ini 3 x 1 x 3 = 3 x 3 = 9 bu

9. Peneliti : Untuk soal no.5b, kenapa kamu mengubah = 2log 100 –

2log 5 =

2log =

2log 20 ? Coba kamu jelaskan!

Siswa C : Salah ya bu? Saya mikirnya kan kalo di logaritma pembagian bisa berubah

jadi pengurangan, berarti pengurangan bisa berubah jadi pembagian, gitu bu.

Abis saya juga bingung gimana lagi cara ngerjainnya.

10. Peneliti : Kamu menjawab soal no.6 dengan cara mengubah 8log 49 = . Coba

kamu jelaskan!

Siswa C : Ya biar dapet jawabannya bu. Kan yang diketahui 2log 7 dan

5log 3 bu. Jadi

diubah begitu.

11. Peneliti : Apakah dalam mengerjakan soal seperti ini harus diubah ke bentuk pecahan?

Siswa C : Ga tau bu. Tapi contoh yang Pak guru kasih diubah jadi begitu.

12. Peneliti : Menurutmu mengapa banyak sekali teman-temanmu yang nilai

matematikanya di bawah KKM?

Siswa C : Ya wajar bu, matematika susah banget. Udah dipelajari juga tetep susah, jadi

pada males belajar bu. Trus kan materinya banyak jadi gurunya ngebut

ngajarnya bu, kita belum paham udah ganti materi, trus udah ulangan lagi.

Page 116: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

100

Hasil wawancara dengan Siswa D

(sedikit petikan hasil wawancara)

1. Peneliti : Bagaimana menurutmu tentang pelajaran matematika di SMP dan SMA?

Apakah kamu merasa paham materi Eksponen dan Logaritma?

Siswa D : SMP gampang, SMA lumayan Bu. Eksponen saya ngerti tapi yang logaritma

bingung. Setiap ngerjain soal salah terus jawabannya.

2. Peneliti : Metode apa yang biasanya digunakan guru pada kegiatan pembelajaran?

Siswa D : Dijelaskan dan mengerjakan soal-soal.

3. Peneliti : Coba kamu lihat jawabanmu yang Nomor 1, mengapa angka 3 tidak

dipangkatkan -1 juga?

Siswa D : Iya ya Bu, harusnya dipangkatin juga ya? Saya liatin p, q, r nya aja sih yang

saya hitung

4. Peneliti : Nah, kalau soal No.3 kenapa kamu tulis 8 + 6 = 24?

Siswa D : Masa sih Bu?? Hehehe..

5. Peneliti : Coba jelaskan jawabanmu soal No.7b, mengapa 26 . 4

x = 8

6+x ?

Siswa D : Bentuk pangkat kalau dikali pangkatnya dijumlah, kalau bagi dikurang. Ya

gitu deh Bu pokoknya

Hasil wawancara dengan Siswa E

(sedikit petikan hasil wawancara)

1. Peneliti : Coba jelaskan jawabanmu No.2b!

Siswa E : 27 = 33, 8 = 2

3. Kan dipangkatin 2/3 jadi pangkatnya dikali. Trus ini juga

3-1

+ 3-2

dipangkatin jadi pangkatnya dikali Bu.

2. Peneliti : Jawaban No.4c, Mengapa ¼ menjadi pembagi berubah jadi – ¼ ?

Siswa E : Kan kalau pindah ruas positif berubah jadi negatif bu, kalo perkalian jadi

pembagian

3. Peneliti : Coba jelaskan jawabanmu soal No.7b, mengapa 26 . 4

x = 8

6+x ? Jelaskan

juga maksud coret-coret ini!

Siswa E : Ini pangkatnya dijumlah Bu, kan perkalian. Kalo ini bu, 3x dibagi 3x kan

abis, 18 dibagi 6 = 3, jadi x = 3

4. Peneliti : Berapa hasil 3 – 4?

Siswa E : -1 Bu.

Page 117: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

101

5. Peneliti : Kalau 3x – 4x?

Siswa E : - x Bu.

6. Peneliti : Tapi di lembar jawabanmu kamu tulis 3x – 4x = x, mana yang benar?

Siswa E : Mungkin saya buru-buru ngitungnya, ga ngeh salah, soalnya saya kan ga

sempet ngoreksi jawaban saya lagi

Hasil wawancara dengan siswa F

(sedikit petikan hasil wawancara)

1. Peneliti : Coba cek jawabanmu No.7b! Menurutmu 3(x+2) sama dengan 3x+2?

Siswa F : ehm.. 2 nya dikali 3 juga ya bu? Harusnya 3x + 6 bukan Bu?

2. Peneliti : Iya. Coba kamu hitung berapa hasil (x – 2 + 1)!

Siswa F : x nya ga ada lagi Bu? Ehm.. jadi x – 1 kan Bu? Bener ga Bu?

3. Peneliti : Iya. Sekarang coba kamu jelaskan jawaban No. 6, mengapa kamu mengubah

8log 49 menjadi ?

Siswa F : Kalo ga salah ada sifatnya Bu. Pak guru juga begitu caranya

Page 118: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

101

Lampiran 17

PERHITUNGAN RENTANG, BANYAK KELAS,

DAN PANJANG KELAS

DATA NILAI TES DIAGNOSTIK

1. Perhitungan Rentang

R = Xmaks - Xmin

= 85 – 20

= 65

2. Perhitungan Banyak Kelas

K = 1 + 3,3 log (n)

= 1 + 3,3 log 32

= 1 + 3,3 (1,505)

= 1 + 4,9665

= 5,0665

6

3. Perhitungan Panjang Kelas

p =

p =

p = 10,833

p ≈ 11

Page 119: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

102

Lampiran 18

PERHITUNGAN RENTANG, BANYAK KELAS,

DAN PANJANG KELAS

DATA NILAI TES SETELAH REMEDIAL

1. Perhitungan Rentang

R = Xmaks - Xmin

= 90 – 35

= 55

2. Perhitungan Banyak Kelas

K = 1 + 3,3 log (n)

= 1 + 3,3 log 27

= 1 + 3,3 (1,431)

= 1 + 4,9665

= 5,7223

6

3. Perhitungan Panjang Kelas

p =

p =

p = 9,167

p ≈ 10

Page 120: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

103

PERHITUNGAN MEAN, MEDIAN, DAN MODUS

(SEBELUM REMEDIAL)

1. Perhitungan Mean

71,47

31

1479

i

ii

f

xfx

2. Perhitungan Median

86,43

357,25,41

7

145,15115,41

2

Me

bef

Fn

PBM

3. Perhitungan Modus

83,37

33,75,30

36

6115,30

ba

abo

ff

fPBM

Lampiran 19

Page 121: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

104

PERHITUNGAN MEAN, MEDIAN, DAN MODUS

(SETELAH REMEDIAL)

1. Perhitungan Mean

08,68

31

5,2110

i

ii

f

xfx

2. Perhitungan Median

58,72

08,25,70

12

135,15105,70

2

Me

bef

Fn

PBM

3. Perhitungan Modus

25,74

75,35,70

106

6105,70

ba

abo

ff

fPBM

Lampiran 20

Page 122: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

104

Page 123: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

105

Perhitungan letak KKM

Sebelum Remedial

1. Letak KKM

Keterangan:

KKM = kriteria ketuntasan minimal

Tbk = tepi bawah kelas nilai KKM berada

k = letak nilai KKM dalam data

∑Fkb = frekuensi kumulatif sebelum kelas KKM

Fk = frekuensi kelas KKM

p = panjang kelas

Jadi, nilai siswa yang di bawah 70 (di bawah KKM/tidak tuntas) ada sebanyak 26

siswa.

Dalam persen 26/31 * 100% = 83,87%

Sementara siswa yang nilainya di atas 70 (mencapai KKM/tuntas) ada sebanyak 5

siswa.

Dalam persen 5/31*100% = 16,13%

Lampiran 21

Page 124: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

106

Perhitungan letak KKM

Sebelum Remedial

2. Letak KKM

Keterangan:

KKM = kriteria ketuntasan minimal

Tbk = tepi bawah kelas nilai KKM berada

k = letak nilai KKM dalam data

∑Fkb = frekuensi kumulatif sebelum kelas KKM

Fk = frekuensi kelas KKM

p = panjang kelas

Jadi, nilai siswa yang di bawah 70 (di bawah KKM/tidak tuntas) ada sebanyak 12

siswa.

Dalam persen 12/31 * 100% = 38,71%

Sementara siswa yang nilainya di atas 70 (mencapai KKM/tuntas) ada sebanyak

19 siswa.

Dalam persen 19/31*100% = 61,29%

Lampiran 22

Page 125: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

107

Lampiran 23

HASIL TES DIAGNOSTIK DAN TES REMEDIAL

EKSPONEN DAN LOGARITMA

MATA PELAJARAN : MATEMATIKA

KELAS/SEMESTER : X.4 / 1 (SATU) KKM : 70

TAHUN PELAJARAN : 2010/2011

No. Kode

Siswa

Nilai Tes

Diagnostik Tindak Lanjut

Hasil Tes

Remedial

1. A 58 Remedial 68

2. B 25 Remedial 65

3. C 38 Remedial 50

4. D 38 Remedial 90

5. E 38 Remedial 55

6. F 50 Remedial 85

7. G 40 Remedial 72

8. H 50 Remedial 80

9. I 38 Remedial 35

10. J 70 Pengayaan 70

11. K 66 Remedial 72

12. L 66 Remedial 78

13. M 32 Remedial 40

14. N 38 Remedial 55

15. O 66 Remedial 85

16. P 30 Remedial 65

17. Q 75 Pengayaan 75

18. R 32 Remedial 40

19. S 32 Remedial 75

20. T 80 Pengayaan 80

21. U 52 Remedial 88

22. V 44 Remedial 75

23. W 85 Pengayaan 85

24. X 20 Remedial 35

25. Y 28 Remedial 68

26. Z 58 Remedial 80

27. AA 52 Remedial 75

28. AB 60 Remedial 80

29. AC 38 Remedial 65

30. AD 52 Remedial 75

31. AE 48 Remedial 85

Page 126: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

108

Lampiran 24

Page 127: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

109

Page 128: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

110

Page 129: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

111

Page 130: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

112

Page 131: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

113

Page 132: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

114

Page 133: DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DAN …

115