of 120 /120
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK MATERI GEOMETRI BANGUN RUANG DI KELAS V MI DARUL HIKMAH KOTA MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Oleh : WAHYUNI. M NIM: 2080011546 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2019

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK MATERI …

  • Author
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK MATERI …

GEOMETRI BANGUN RUANG DI KELAS V MI
DARUL HIKMAH KOTA MAKASSAR
Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Pada
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar
Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt atas rahmat hidayah
beserta taufik-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
rampung dalam bentuk yang sederhana ini. Shalawat beserta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad saw sang revolusioner sejati, pembawa
rahmat yang mengantar kita dari alam biadab menuju alam beradab, dan semoga kita
semua menjadi pengikutnya yang setia ke dalam ajarannya. Adapun judul skripsi ini,
yaitu “Diagnosis Kesulitan Belajar Peserta Didik Materi Geometri Bangun
Ruang di Kelas V MI Darul Hikmah Kota Makassar” Penyusunan skripsi ini
bertujuan untuk memenuhi beban studi guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa sejak awal hingga dengan selesainya
penyusunan skripsi ini banyak tantangan dan rintangan yang ditemui dan dihadapi.
Namun, berkat kesabaran yang dilandasi dengan usaha yang sungguh-sungguh, maka
hambatan tersebut dapat dilalui dengan baik.
Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri, bahwa dalam penyusunan skripsi ini
penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik dari pihak
akademik dan non akademik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenakan
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada keluarga terutama kedua orang tua
ayahanda Marsuki dan ibundaku Mutiara saya yang telah melahirkan dan mendidik
saya sepanjang usianya, serta saudara-saudara saya terimakasih atas segala dukungan,
semangat, pengorbanan, kepercayaan, pengertian dan doanya sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi dengan baik. Semoga Allah SWT selalu merahmati kita semua
dan menghimpun kita dalam hidayah-Nya.
v
tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Hamdan Juhannis MA.PhD., rektor Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar dan Prof. Dr. Mardan, M.Ag., Dr. Wahyuddin, M. Hum.,
Prof. Dr. Darussalam, M.Ag., Dr. Kamaluddin Abunawa, M.Ag selaku wakil
rektor I, II, III dan IV yang telah memberikan fasilitas kepada kami selama
menimba ilmu.
2. Dr. H. A. Marjuni, S.Ag., M.Pd., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Alauddin Makassar, Dr. M. Shabir Umar., Dr. Muh. Rusdi.T., M.Ag. dan Dr.
H. Ilyas, M.Pd., M.Si. selaku wakil dekan I, II, dan III yang senantiasa
terpancar dan berusaha memajukan dan meningkatkan kualitas Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.
3. Ayahanda Dr. Usman, S.Ag., M.Pd. dan Ibunda Dr. Rosdiana M.Pd.I., Ketua
dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Alauddin
Makassar yang telah memberikan pengetahuan serta pengalaman yang sangat
berguna untuk kami kedepannya.
4. Ayahanda Nursalam, S.Pd., M.Si. dan Ibunda Dr. Munirah, S.Ag., M.Ag.,
pembimbing I dan II yang telah memberi arahan dan koreksi dalam
penyusunan skripsi ini dan membimbing penulis sampai pada tahap
penyelesaian.
5. Para dosen, karyawan, dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Alauddin Makassar yang secara konkrit memberikan bantuan baik langsung
maupun tidak langsung.
6. Kelompok kolaborasi tim 2; Siti Hawa, Nafirah, Haswidianti, dan Syahreni
vi
7. Zulaikah Grup: Wiwi, Kiki, Rini, Irma dan Fira yang senantiasa memotivasi
serta dukungan dan doa penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.
8. Mirabers (Miracel of Hijabers) yang telah memberikan semangat kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa PGMI angkatan 2015 terkhusus PGMI 3-4
yang telah memberikan semangat kepada penulis selama di bangku
perkuliahan.
teman posko 3 Dusun Bontosunggu Utara Desa Bungungloe yang selalu
memberikan dorongan motivasi kepada peneliti.
Penulis berharap semoga amal baik semua pihak yang ikhlas memberikan
andil dalam penyusunan skripsi ini mendapatkan pahala dari Allah swt.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesemprnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan karya selanjutnya. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin.
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ........................................... 5
C. Rumusan Masalah .......................................................................... 6
E. Kajian Pustaka ................................................................................ 8
A. Tes Diagnosis Hasil Belajar .......................................................... 10
B. Kesulitan Belajar ............................................................................ 14
4. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar ......................................... 31
C. Ruang Lingkup Matematika ........................................................... 32
1. Hakikat Matematika ................................................................. 32
2. Karakteristik Matematika ......................................................... 33
D. Materi Geometri Bangun Ruang .................................................. 39
1. Pengertian Bangun Ruang ........................................................ 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 46
A. Jenis, lokasi, dan pendekatan Penelitian ....................................... 46
viii
D. Instrumen Penelitiian .................................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 54
A. Hasil Penelitian ............................................................................. 54
.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) untuk mengetahui kesulitan apa saja yang dialami peserta didik di kelas V MI Darul Hikmah Kota Makassar dalam menyelesaikan soal matematika materi geometri bangun ruang, 2) untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kesulitan peserta didik di kelas V MI Darul Hikmah Kota Makassar dalam menyelesaikan soal matematika materi geometri bangun ruang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan memberikan soal dalam bentuk tes diagnostic kepada subjek penelitian. Dimana hal ini peserta didik semester 2 di Kelas V, 5 (lima) peserta didik responden yang dipilih sebagai subjek penelitian berdasarkan jenis kesulitan dilakukan pesert adidik. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes diagnostik, metode wawancara dengan isntrumen pedoman wawancara. Sementara itu, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) kesulitan belajar peserta didik berdasarkan soal-soal yang diberikan kepada 35 peserta didik semester 2 di Kelas V MI Darul Hikmah Kota Makassar.Penyebab peserta didik melakukan kesalahan dalam menjawab soal-soal tersebut, yaitu: kesalahan dalam pemahaman fakta, kesalahan dalam pemahaman konsep dan kesalahan dalam operasi hitung. 2) Ada banyak faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar matematika peserta didik. Terutama pada faktor internal dan eksternal yang menurut para ahli yang dialami peserta didik ada 5. Yaitu faktor internal meliputi (faktor intelektual dan faktor emosional), faktor emosional meliputi (minat. Motivasi dan bakat) sedangkan faktor eksternal yaitu faktor pedagogik, faktor fisiologis dan faktor sosial.
Implikasi penelitian dapat simpulkan bahwa Guru hendaknya memberikan
penambahan tugas atau latihan soal pada peserta didik sebagai bahan evaluasi setiap
selesai pembahasan materi. Sebaiknya soal yang diberikan harus bervariatif sesuai
dengan kemampuan peserta didik. Hendaknya menciptakan suasana belajar dan
model atau metode yang membuat peserta didik tertarik dan berminat untuk
mengikuti proses pembelajarana terutaman pada pelajaran matematika yang hanya
itu-itu saja. Hendaknya memastika bahwa peserta didik telah mengerti pembahasan
materi yang diajarkan sebelum pindah ke materi selanjutnya.
1
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.1 Pentingnya suatu pendidikan sejalan dengan
pemikiran yang berada dalam agama islam, bahkan islam mewajibkan umatnya
senantiasa menuntut ilmu. Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pedidikan Nasional pada Pasal 3 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2
Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan
individu.3 Dimana pendidikan membentuk generasi bangsa agar lebih berkarakter
dengan cara menambah ilmu pengetahuan, keterampilan serta kreativitasnya.
Namun, pendidikan di Indonesia saat ini belum bisa dikatakan baik.Terutama
pada pendidikan matematika. Dimana matematika merupakan bidang studi yang
dipelajari oleh semua peserta didik dari SD hingga SMA dan bahkan juga perguruan
1Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Cet. XI; Jakarta: Rajawali Pres, 2013), h. 4.
2Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nasional Cet.III; Pustaka Pelajar: Jakarta 2007), h. 3
3Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan, (Cet. IX; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 3.
2
tinggi. Mendengar kata matematika peserta didik sudah merasa inferior, anggapan
mata pelajaran itu susah, sulit untuk dipelajari dan akhirnya membuat peserta didik
berada tekanan ketika mempelajarinya. Matematika pun seakan menjadi momok
menakutkan bagi peserta didik sehingga tak jarang membuat nilai rapor merah. Hal
ini juga mencerminkan bahwa peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami
masalah matematika yang mempengaruhi proses pemecahan masalah.4 Hal ini
terbukti menjadi salah satu alasan mengapa prestasi dalam matematika dianggap
cukup rendah.
Dari hasil tes dan survey PISA (Program International Assessmennt), pada
tahun 2015. Melibatkan 540.000 peserta didik dari 70 di negara, dari hasil tes dan
evaluasi PISA 2015 performa peserta diidik Indonesia masih tergolong rendah.
Pencapaian prestasi matematika berada diperingkat 63 dari 69 negara yang di
evaluasi.5Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia
salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan matematika pelajar Indonesia
rendah.Rendahnya kemampuan matematika pelajar Indonesia dapat diketahui dari
nilai-nilai yang diperoleh peserta didik di sekolah.Karena matematika kurang
disenangi dan dianggap mata pelajaran yang sulit untuk dimengerti karena banyak
mempelajari materi yang bersifat abstrak di dalamnya.Matematika menjadi pelajaran
yang ditakuti dan kalau bisa dihindari oleh para pelajar.Tidak mengherankan apabila
kemampuan pelajar Indonesia rendah dan sulit untuk meningkat.
4Siridej Suiva, dkk, “An Analysis of Elementary School Students’ Difficulties in Mathematical Problem Solving’, Jurnal Procedia – Social and Behaviora Sciences 116 No. sebelas (204), h. 374.
5Hasrul Iswandi, Survei Internasional PIA. Diakses dari http://www.oecd.org/pisa/.com, tanggal: 07 Desember 2016.
3
Science Study) Indonesia berada diurutan bawah. Skor matematika 397 menempatkan
peringkat 45 dari 50 negara, pada bidang sains dengan skor 397, Indonesia diurutan
ke 45 dari 48 negara.6 Dari kenyataan dilapangan belum sesuai dengan yang
diharapkan hasil studi menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu
pendidikan yang cukup menggembirakan.Namun, fokus dan perhatian pada
meningkatkan kemampuan berpikir matematika peserta didik masih jarang
dikembangkan.
rendahnya hasil belajarnya disebabkan karena tidak efektifnya pembelajaran,
diagnostik dan remedial terhadap peserta yang mengalami kesulitan belajar tidak
tuntas7. Karena mengerjakan soal matematika itu susah, masalahnya tingkat kesulitan
soal dan terkadang ada beberapa peserta didik cepat tangkap apa yang dipelajari dan
ada juga peserta didik yang lambat laun dalam menangkap apa yang dipelajari, karena
daya serap peserta didik berbeda-beda.
Penelitian Mulyono Abdurrahman mengemukakan bahwa terdapat 16,25%
peserta didik kelas satu hingga kelas enam SD di DKI Jakarta oleh guru dinyatakan
sebagai peserta didik bekesulitan belajar.8 Kesulitan belajar yang dialami oleh
seseorang akan dapat mempengaruhi kondisi psikologinya. Peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar cenderung akan mengalami kecemasan, frustasi,
gangguan emosional hambatan penyesuaian diri dari masalah intruksional atau
6Bernas.Id Pendidikaan, Survey International TIMSS, (2015).
7Ischak & Warji, Program Remedial dalam Proses Belajar Mengajar, Yogyakarta: Liberty, 1992, h. 35.
8 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, h. 10.
4
pedagogis saja, tetapi pada dasarnya merupakan masalah psikologis. Bantuan yang
diberikan tidak hanya bersifat intruksional pedagogis tetapi juga bantuan yang
bersifat terapeutik.9 Dikatakan demikian karena kesulitan belajar berakar kepada
aspek-aspek psikologis terutama gangguan kepribadian dan penyusunan dari segi
masalah psikologis, kesulitan belajar menuntut usaha pemecahan dengan pendekatan
yang lebih bersifat psikologis pula.
Kecenderungan peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar, khususnya
pelajaran matematika menyebabkan nilai matematika peserta didik rendah.Fenomena
tersebut biasanya dampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi
belajarnya.Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya
kelaianan perilaku (Misbehavior) peserta didik seperti kesukaan berteriak didalam
kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah dan sering minggat dari
sekolah.10 Kelainan perilaku tersebut muncul pada peserta didik memperlihatkan
bahwa terdapatnya kesulitan belajar yang menyebabkan menurunnya prestasi belajar.
Adapun Penyebab utama kesulitan belajar (Learning Disbilities) faktor
internal, yaitu kemunngkinan adanya disfungsi Neurologis; sedangkan penyebab
utama problema belajar (Learning Problems) adalah faktor internal, yaitu antara lain
berupa utama strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang
tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan
(Reinforcement) yang tidak tepat.11 Dalam keadaan dimana peserta didik tidak dapat
belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar.
9Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus (Cet. II; Yogyakarta: Nuha Litera, 2010), h. 3.
10Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, h. 184.
11Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Berkesulitan Belajar (Cet. 2;Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), h. 13.
5
Berdasarkan hasil wawancara pada hari kamis, 10 Januari 2019 yang
dilakukan guru sekaligus wali kelas V MI Darul Hikmah Makassar ibu Iswanty Nur,
S.Pd., diperoleh informasi bahwa nilai peserta didik dalam mata pelajaran matematika
masih rendah, pada umumnya peserta didik kurang memahami rumus, terutama pada
materi geometri bangun ruang,mengetahui dan menyelesaikan soal yang diberikan,
masih belum bisa membedakan ilustrasi gambar alok dan kubus serta simbol-simbol
yang ada pada materi bangun ruang.12 Serta masih terdapat peserta didik yang kurang
cakap dalam membaca. Data menunjukkan bahwa hasil belajar matematika peserta
didik masih dibawah rata-rata dan belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimum).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba mengungkapkan kesulitan
khususnya pelajaran matematika, juga dari faktor penyebab untuk mengatasi
kesulitan belajar peserta didik tersebut mencerminkan adanya kesulitan belajar. Hal
ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Diagnosis
Kesulitan Belajar peserta didik Materi Geometri bangun ruang kelas V di MI Darul
Hikmah kota Makassar.
Berdasarkan yang peneliti paparkan pada latar belakang, maka yang menjadi
fokus penelitian ini adalah mendiagnosa kesulitan yang dialami peserta didik di kelas
V dan deskripsi fokus penelitian adalah Kesulitan yang dialami peserta didik dalam
menyelesaikan soal matematika materi geometri bangun ruang dan Faktor internal
dan eksternal.
12Iswanty Nur, Guru kelas V Madrasah Ibtidaiyah Darul Hikmah Makassar, wawancara Makassar 10 januari 2019.
6
Dari uraian di atas tersebut dapat dipahami “Diagnosis Kesulitan Belajar
Peserta Didik” merupakan cara pandang untuk mengungkapkan dan menelaah suatu
kesukaran serta faktor yang menjadi hambatan dalam proses pembelajaran khususnya
materi Geometri bangun ruang peserta didik kelas V MI Darul Hikmah Kota
Makassar.
C. Rumusan Masalah
Berdaasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Kesulitan apa sajakah yang dialami peserta didik dalam menyelesaikan soal
mateatika materi Geometri Bangun Ruang?
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi peserta didik kesulitan dalam
menyelesaikan soal matematika pada materi Geometri Bangun Ruang ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Pada dasarnya tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan
pada rumusan masalah. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kesulitan belajar peserta didik dalam memahami mata pelajaran matematika di kelas
V MI Darul Hikmah Kota Makassar.
7
Adapun tujuan dari penelitian ini, adalah;
a. Untuk mengetahui kesulitan apa saja yang dialami peserta didik kelas V MI
Darul Hikmah Kota Makassar dalam menyelesaiakan soal matematika pokok
bahasan Geometri Bangun Ruang.
b. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan kesulitan peserta didik
kelas V MI Darul Hikmah Kota Makassar dalam menyelesaikan soal matematika
materi pokok bahasan Geometri Bangun Ruang.
2. Manfaat penelitian
berbagai pihak, antara lain:
Peserta dapa mengetahui dimana letak kesulitan dalam menyelesaikan
soal pada materi Geometri dan peserta didik lebih giat untuk belajar.
b. Manfaat bagi guru
Untuk mengetahui kondisi individu peserta didik, sehingga guru dapat
mengetahui bagian materi apa yang belum dimengerti atau dikuasai peserta didik.
Dan dapat juga diketahui faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami peserta
didik dalam menyelesaikan soal.
c. Manfaat bagi sekolah
meningkatkan prestasi dan agar lebih memperhatikan sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan belajar mengajar peserta didik terutama dalam
pembelajaran matematika.
peneliti memperoleh pengalaman yang menjadikan peneliti lebih
E. Kajian Pustaka
Telaah pustaka merupakan kajian hasil penelitian yang relevan dengan hasil
permasalahan. Fungsi kajian pustaka adalah mengemukakan secara sistematis hasil
penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan.
Berdasarkan judul di atas maka penulis menemukan beberapa hasil penelitian yang
relevan dengan penelitian yang akan dilakukan antara lain:
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani dengan judul “Diagnosis kesulitan
Belajar Matematika Peserta didik Pokok Bahasan Eksponen dan Logaritma dan
Solusinya dengan Pembelajaran Remedial Tahun 2010/2011”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik pada
materi Eksponen dan Logaritma dari segi faktor inteltual. Hasil penelitian
mengungakpkan bahwa terdapat 3 jenis kesalahan umum yang menyebabkan
peserta didik kesulitan mengerjakan soal, yakni 1)kesalahan konsep; 2)
kesalahan prinsip operasi hitung; dan 3) kesalahan karena kecerobohan peserta
didik. Hasil penelitian juga menunjukkan peserta didik yang mencapai KKM
meningkat dari 5 peserta didik (16, 13%) menjadi peserta didik (61,29%) dan
rata-rata nilai peserta didik naik dari 47,71 menjadi 68,08.13
2. Skripsi oleh Theresia Imawati, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang
berjudul“Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika pada Materi Luas dan
13Suryani, “Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Pokok Bahasan Eksponen dan Logaritma dan Solusinya dengan Pembelajaran Remedial”,Skripsi, (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 2.
9
Keliling Lingkaran di Kelas VII E SMP Negeri 2 Jatinom.” Dengan hasil
penelitian menunjukkan bahwa kesulitan yang dilakukan siswa yaitu: kesulitan
dalam menggunakan rumus, kesulitan dalam menghitung bilangan desimal,
kesulitan dalam diri siswa sendiri. Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan
belajar matematika meliputi kesalahan dalam mengerjakan soal dan faktor
internal. Rekomendasi pemecahan masalah kesulitan belajar adalah perlunya
menggunakan metode yang inovatif dan kreatif.
Perbedaan hasil penelitian peneliti dengan penelitian terdahulu adalah dari sub
materi, lokasi dan subjek penelitian. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan ada 3
jenis kesalahan yang dilakukan peserta didik dan menunjukkan nilai KKM peserta
didik meningkat dari 5 peserta didik dan juga menunjukkan hasil penelitian kesulitan
yang dilakukan peserta didik yaitu: kesulitan dalam menggunakan rumus, kesulitan
dalam menghitung bilangan decimal, kesulitan dalam diri peserta didik sendiri dan
faktor penyebab kesulitan belajar matematika kesalahan dalam mengerjakan soal dan
faktor internal. Rekomendasi pemecahan masalah kesulitan belajar adala perlunya
menggunakan metode yang inovatif dan kreatif. Sedangkan hasil penelitian peneliti
menunjukkan bentuk kesulitan dengan 3 jenis kesulitan yaitu kesulitan pemahaman
fakta, pemahaman konsep dan pemahaman operasi hitung. Adapun faktor yang
mempengaruhinya adalah faktor internal dan faktor eksternal.
10
Dalam dunia pendidikan, istilah “Diagnosis” merupakan istilah yang relative
baru. Walaupun dalam dunia kedokteran sudah lama dikenal dan bukan istilah asing
lagi. Dalam kegiatan diagnosis, seorang dokter mengadakan wawancara, mengukur,
dan memeriksa denyut jantung, tekanan darah dan sebagaimya kepada pasiennya.
Menurut pendapat W.J.S. Poewadarminto yang mengatakan, bahwa diagnosis berarti
penentuan sesuatu penyakit dengan memilih atau memeriksa gejalanya. Dalam dunia
pendidikan arti “diagnosis” tidak banyak mengalami perubahan, yaitu diartikan
sebagai usaha-usaha untuk mendeteksi, meneliti sebab-sebab, jenis-jenis, sifat-sifat,
dari kesulitan belajar seorang murid.1
Diagnosis merupakan istilah teknis yang sering digunakan dalam istilah
medis. Dalam Kamus Besar Indonesia, diagnosis diartikan sebagai: (1) penetuan
penyakit dengan meneliti atau memeriksa gejala-gejalanya, (2) proses pemeriksaan
terhadap hal yang dipandang tidak beres, (3) proses penemuan penyakit berdasarkan
tanda-tanda atau gejala-gejala yang menggunakan cara dan alat seperti laboratium,
foto, dan klinik.2 Berdasarkan hal tersebut, kegiatan mendiagnosis dapat memberikan
gambaran tentang kesulitan yang dialami peserta didik dalam belajar matematika.
Thorndike dan Hagen mengemukakan bahwa diagnosis dapat diartikan
sebagai berikut: (1) upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang
1Jhon Holt, Mengapa Siswa Gagal, (Jakarta; Erlangga; 1994), h. 5.
2 Depdiknas, Tes Diagnostik, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama,
Direktorat Jenderal ManajemenPendidikan Dasar dan Menengah, 2007,h.1.
11
dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai
gejala-gejalanya, (2) studi yang seksama terhadap fakta sesuatu hal untuk
menemukan karakteristik atau kesalahan dan sebagainya yang esensial, (3) keputusan
yang dicapai setelah dilakukan studi secara seksama atas gejala atau fakta tentang
sesuai hal.
dapat dikatakan bahwa diagnosis merupakan upaya untuk menemukan penyakit atau
kelemahan yang dialami seseorang melalui pengujian untuk mendapatkan suatu
keputusan yang seksama atas gejala-gejala tentang sesuatu hal. Tes dapat berupa
sejumlah pertanyaan atau permintaan melakukan sesuatu untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan, intelegensi, bakat, atau kemampuan lain yang dimiliki
oleh seseorang.
Tes diagnostik memiliki karakteristik: (a) dirancang untuk mendeteksi
kesulitan belajar peserta didik, karena itu format dan respons yang dijaring harus
didesain memiliki fungsi diagnostik, (b) dikembangkan berdasarkan analisis terhadap
sumber-sumber kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab munculnya
masalah (penyakit) peserta didik, (c) menggunkan soal-soal bentuk supply response
(bentuk uraian atau jawaban singkat) sehingga mampu menangkap informasi secara
lengkap. Bila ada alasan tertentu sehingga menggunakan bentuk supply response
(misalnya bentuk pilihan ganda), harus disertakan penjelasan mengapa memilih
jawaban tertentu sehingga dapat meminimalisirkan jawaban tebakan dan dapat
ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya, dan (d) disertai rancangan tindak lanjut
(pengobatan) sesaui dengan kesulitan (penyakit) yang teridentifikasi3.
3Depdiknas, Tes Diagnositik, 2007, h. 2.
12
dalam menegakkan diagnosis yaitu identifikasi, menentukan prioritas, menentukan
potensi anak, menentukan taraf kemampuan, menentukan gejala kesulitan,
menganalisis faktor-faktor terkait, dan menyusun rekomendasi untuk pengajaran
remedial.4
Alderson menyatakan bahwa tes diagnostik seharusnya memiliki enam sifat
yaitu: (1) dapat menampilkan indikator kompetensi yang telah dan atau belum
dikuasai peserta didik, (2) indikator kompetensi yang belum dikuasai peserta didik
ditunjukkan dengan jelas pada hasil tes diagnostik, (3) hasil tes diagnostik dapat
mengarahkan peserta didik untuk mengetahui indikator kompetensi yang masih perlu
dipelajari, (4) hasil tes diagnostik dapat langsung ditindaklanjuti peserta didik untuk
memperbaiki pencapaian kompetensi, (5) hasil tes diagnostik langsung dapat
diketahui peserta didik setelah peserta didik selesai melaksanakan tes, dan (6) soal-
soal yang ada dalam tes diagnostik dapat mengukur pencapaian kompetensi peserta
didik secara mendalam.5 Agar hasil tes diagnostik langsung dapat diketahui oleh
peserta didik setelah melaksanakan tes, maka Alderson mengemukakan bahwa guru
harus segera mengoreksi hasil tes diagnostik peserta didik. Jika jumlah peserta didik
banyak tentu memberatkan guru. Oleh karena itu, tes diagnostik yang dikembangkan
dalam bentuk program komputer akan memudahkan guru.6
4Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta; Depdikbud
dan PT. Rineka Cipta, 1999), h. 21.
5Alderson, Diagnosing Foreign Language Pproficirency: The Interface between Learning
and Assessmen, London: Continuum, 2005, h. 11.
6Alderson, Diagnosing Foreign Language Pproficirency: The Interface between Learning
and Assessmen, 2005, h. 11.
13
komputer harus mempertimbangkan aspek kinerja, rancangan, dan adaptabilitas
program. Kinerja program diketahui dari efisiensi, integritas, relibilitas,
survivabilitas, dan usabilitas program.7 Oleh karena itu, rancangan program harus
dapat dinilai dari kebenaran, kemudahan untuk diperbaiki, dan kemudahan untuk
diuji.
serta alternative strategis pengajaran remedial yang efektif dan efesien. Diagnostik
kesulitan belajar dapat pula diartikan sebagaisuatu proses upaya untuk memahami
jenis karakteristik serta latar belakang kesulitan belajar dengan menghimpun dan
menggunakan berbagai data/informasi selengkapnya dan subjektif mungkin sehingga
memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternative
kemungkinan pemecahannya.
data.Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang peserta didik
saat belajar di kelas.
3. Mewawancarai orang tua/wali tentang kesulitan belajar.
4. Memberikan tes diagnosis bidang kecakapan tertentu mengetahui hakekat
kesulitan belajar.
7McCall, Richards, & Walters, Factors in Sofware Quality Preliminary Handbook on
Sofware Quality for an Acquisition Manager. New York: Rome Air Development Center, 1977, h. 2-
3.
14
Pendidikan Nasional (2007: 5-7) adalah:
1. Pembatasan pembahasan yang diteskan
2. Menentukan kemungkinan sumber masalah
3. Menentukan bentuk soal
5. Menentukan kisi-kisi soal
6. Menyusun instrument, dan
7. Melakukan validitas instrument.
Jurnal oleh Nursalam S.Pd., M.Si yang berjudul “Diagnostik kesulitan belajar
matematika: studi pada peserta didik SD/MI di kota Makassar”. Hasil penelitian ini
menununjukkan bahwa materi matematika khususnya di kelas V SD/MI yang paling
banyak peserta didik mengalami kesulitan adalah prapangkatan dan operasi pecahan.
Hal ini disebabkan kemampuan operasi hitung yang lemah. 9
B. Kesulitan belajar
Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu gejala yang nampak pada
siswa dengan ditandai adanya hasil belajar rendah serta di bawah norml yang telah
ditetapkan dan ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai
hasil belajar.10 Ketidakberhasilan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai
8 Ulfiana Rahma, Psikologi Belajar, h. 17.
9 Nursalam, Diagnostik Kesulitan Belajar Matematika, Jurnal Alaudina. (Vol. 19 No. 1, 1
juni 2016), h. 1.
15
ketuntasan bahan tidak dapat dikembalikan pada satu faktor, tetapi pada beberapa
faktor yang terlihat dalam proses belajar mengajar. Faktor tersebut adalah peserta
didik yang belajar, jenis kesulitan yang dialami peserta didik dan kegiatan yang
terlibat dalam proses. Dalam kegiatan proses diagnosis kesulitan belajar menemukan
letak kesulitan pengajaran perbaikan (learning corrective) yang dilakukan dapat
dilaksanakan secara efektif.
persyaratan ketuntasan yang telah ditetapkan, maka kegiatan diagnosis harus
ditunjukkan terutama kepada:
a. Bakat yang dimiliki peserta didik, yang berbeda antara satu dan lainnya.
b. Waktu yang tersedia untuk menguasai ruang lingkup tertentu sesuai dengan
bakat peserta didik yang sifatnya individual dan usaha yang dilakukannya.
c. Ketentuan dan tingkat usaha yang dilakukan peserta didik dalam menguasai
bahan yang dipelajarinya.
e. Kualitas pengajaran tersedia sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan serta
karakteristik individu.
f. Tingkat dari jenis kesulitan cara memperbaiki, yaitu mengulang cara yang sama
atau mengambil alternative kegiatan lain melalui pengajaran remedial
(Mulyadi, 2003).
Dari uraian di atas jelaslah kedudukan diagnosis adalah menemukan letak
kesulitan belajar pesera didik dan menentukan kemungkinan cara mengatasi dengan
memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar.
Sekedar gambaran letak kedudukan diagnosis kesulitan belajar mengajar
16
sebagaimana terlihat pada halaman berikut: (Bagan asil Modifikasi Penulis dari Buku
II, Modul Diagnostik Kesulitan Belaajar dan Pengajaran Remedial) (Program Akta
Mengajar V B), (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, 18994).11
memahami cara-cara belajar yang baik. Pada umumnya “Kesulitan” Merupakan suatu
kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan
mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasi.
Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar
yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
Hambatan-hambatan ini mungkin disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh
orang yang mengalaminya, dan dapat bersifat sosiologis, psikologis ataupun
fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya.
Secara spesifik, kesulitan belajar dalam pelajaran matematika memiliki corak
dan karakteristik tersendiri dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Menurut
Lerner, beberapa karakteristik peserta didik berkesulitan dalam belajar matematika
adalah: (1) adanya gangguan dalam hubungannya dengan ruangan, (2) abnormalitas
persepsi visual, (3) asosiasi visual motor, (4) perseverasi, (5) kesulitan mengenal dan
memahami symbol, (6) gangguan penghayatan tubuh, (7) kesulitan dalam bahasa dan
membaca, (8) performance IQ jauh lebih rendah daripada skor verbal12.
11Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar Dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar
Khusus, h. 4.
Houghton Mifflin, 1981.
Orang yang mengalami hambatan dalam proses mencapai hasil belajar yang
akan mendapatkan hasil di bawah semestinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Allan
O. Ripps : “A learning difficualtiy represents a discrepancy between a child’s
estimated academis potential and his actual level of academic performance”(Ross,
AD, 1974).
termasuk pengertian-pengertian seperti:
Adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya
respons yang bertentangan. Pada dasarnya orang yang mengalami gangguan belajar,
prestasi belajarnya tidak terganggu, akan tetapi proses belajarnya yang terganggu atau
terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan. Dengan demikian hasil
belajar yang dicapai akan lebih rendah dari potensi yang dimiliki (Rosyidan, 1998).
2) Learning Disabilities (Ketidakmampuan Belajar)
Adalah ketidakmampuan seseorang murid yang mengacu kepada gejala di mana
tidak mampu belajar (menghindari belajar), sehingga hasil belajarnya di bawah
potensi intelektualnya.
Menunjukkan gejala proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun
pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat dria atau
gangguan-gangguan psikologis lainnya.
Adalah mengacu kepada murid yang memiliki tingkat potensi intelektual di
atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
18
Adalah murid yang lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan
waktu dibandingkan dengan murid-murid yang lain yang memiliki taraf potensi
inteletual yang sama.
Uraian di atas menunjukkan bahwa kesulitan belajar mempunyai pengertian
lebih luas dari pada pengertian-pengertian “learning dan slow learner”. Mereka yang
tergolong seperti tersebut di atas, akan mengalami kesulitan belajar yang ditandai
dengan adanya hambatan-hambatan dalam proses belajar.
Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagai
jenis manifestasi tingkah laku baik secara langsung ataupun tidak langsung. Sesuai
dengan pengertian kesulitan belajar sebagaimana dikemukakan diatas, maka tingkah
laku yang dimanifestasi ditandai dengan adaya hambatan-hambatan tertentu.
Gejala ini akan nampak dalam aspek-aspek kognitif, motoris dan afektif, baik
dalam proses maupun hasil belajar yang dicapai. Ciri-ciri tingkah laku yang
merupakan pernyataan-pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar antara lain:
1) Menunjukkan hasil belajar yang rendah dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau di bawah potensi yang dimiliki.
2) Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
Mungkin ada murid yang sudah berusaha untuk belajar dengan giat, tetapi nilai yang
dicapainya selalu rendah.
3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Selalu tertinggal kawan-
kawannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Misalnya rata-rata akan dapat menyelesaikan suatu tugas dalam waktu 40 menit,
19
maka anak yang mengalamikesulitan belajar memerlukan waktu yang lebih lama,
karena dengan waktu yang tersedia ia tidak dapat menyelesaikan tugasnya.
4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5) Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti: membolos, datang
terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, menganggu di dalam atau di luar
kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak tertib dalam kegiatan belajar mengajar,
mengasingkan diri, tidak mau bekerja sama dan sebagainya.
6) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, kurang gembira dalam menghadapi nilai rendah menunjukkan
perasaan sedih dan menyesal dan sebagainya13. Banyak jenis dan ragam kesulitan
belajar yang dialami oleh peserta didik dengan alasan yang berbeda-beda, baik
disadari oleh peserta didik tersebut ataupun tidak. Pelajaran matematika dengan
karakteristik yang dimilikinya sangat memungkinkan peserta didik mengalami
kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan soal-soal matematika.
Beberapa kesulitan belajar yang sering dialami peserta didik di antaranya:
1. Peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar karena peserta didik tanpa
mengetahui untuk apa dan apa tujuan yang hendak dicapai. Akibatnya, peserta
didik tidak mengetahui bahan dan materi apa yang harus dipelajari, cara yang
harus dipergunakan, alat-alat yang perlu disediakan, dan cara mengetahui hasil
pencapaian belajarnya.
Khusus, h. 8.
20
2. Tidak memiliki motivasi yang murni atau tidak termotivasi untuk belajar;
Akibatnya, hanya sedikit makna yang diperoleh pada pencapaian hasil belajar.
3. Belajar dengan tangan kosong. Artinya tidak menyadari pengalaman-
pengalaman belajarnya pada masa lampau atau apa yang telah dimiliki.
4. Mengganggap belajar sama dengan menghafal.
5. Menafsirkan belajar semata-mata hanya untuk memperoleh pengetahuan saja.
6. Belajar tanpa konsentrasi pikiran.
7. Belajar tanpa rencana dan melakukan belajar asal keinginan yang bersifat
insidentil.
9. Belajar dilakukan sewaktu ada ujian saja.
10. Bersikap pasif dalam pelajaran di sekolah.
11. Tidak mau menghargai waktu ketika mengikuti pelajaran.
12. Membaca cepat tanpa memahami isi yang dibacanya.14
Beberapa kesalahan umum yang dilakukan oleh peserta didik yang
berkesulitan dalam belajar matematika menurut Lerner adalah kekurangan
pemahaman tentang simbol, nilai tempat, perhitungan, penggunaan proses yang
keliru, dan tulisan yang tidak terbaca. Sedangkan kesalahan dalam pemahaman soal,
kesalahan dalam pengambilan keputusan, dan kesalahan dalam hal perhitungan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa diagnostik kesulitan belajar adalah
suatu upaya atau proses untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang
kesulitan belajar dengan menggunakan berbagai macam data yang memadai dan
14Sugiharto, Diagnosis Kesulitan Siswa SMU dalam menyelesaikan soal-soal matematika.
Tesis.Pascasarjana UNY Yogyakarta, 2003.
dikemukakan solusi pemecahan untuk keluar dari kesulitan yang diharapi tersebut.
Menurut Moelyono Abdurahman, anak berkesulitan belajar (learning
diabilitas), yaitu anak yang memiliki kesulitan belajar dalam proses psikologis dasar,
sehingga menunjukkan hambatan dalam belajar berbicara, mendengarkan, menulis
dan berhitung, sedangkan mereka ini memiliki potensi kecerdasan yang baik
tapiberprestasi rendah, yang bukan disebabkan oleh tunanetra, tunarungu, terbelakang
mental, gangguan emosional, gangguan ekonomi, sosial atau budaya.15
Pada dasarnya seorang anak memiliki 4(empat) masalah besar yang tampak
jelas dalam kehidupannya yaitu:
1) Out of Law/tidak taat aturan (seperti misalnya, susah belajar, susah menjalankan
perintah, dan sebagaianya).
2) Bad Habit/kebiasaan jelek (misalnya, suka jalan, suka merengek, suka ngambek,
dan sebagainya).
4) Pause Playing Delay/ masa bermain yang tertunda.16
Kesulitan belajar merupakan suatu bentuk kondisi dimana individu
mengalami kesulitan dalam kegiatan akademik yang ditandai dengan berbagai
hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar yang dapat disebabkan oleh berbagai
faktor internal maupun eksternal.17 Kesulitan belajar juga diartikan sebagai suatu
15 Sumantri Mohamad syarif, Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik ditingkat Pendidikan
Dasar (Cet. II; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), h. 168.
16 Sumantri Mohamad Syarif, Strategi Pembelajaran Teori Dan Praktik ditingkat Pendidkan
Dasar, h. 170.
17 Umi Kusyairy, Psikologi Belajar, (Makassar: Alaudidin Universty Press, 2014), h. 168.
22
kesulitan belajar pada peserta didikditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar dan dapat bersifat psikologi, sosiologi maupun
fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan potensi belajar yang
dicapainya berada di bawah yang semetinya.19
Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu gejala yang nampak pada
peserta didik dengan ditandai adanya hasil belajar rendah serta di bawah normal yang
telah ditetapkan dan ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu dalam
mencapai hasil bejalar.20 Kesulitan belajar ditandai dengan kesulitan peserta didik
dalam pemecahan masalah.Untuk memecahkan masalah peserta didk harus memiliki
pengetahuan yang relevan dan dapat mengkoordinasikan pengetahuan keterampilan
yang tepat untuk memecahkan masalah. Selain itu, penegetahuan algoritma,
linguistik, konseptual, skema dan strategis juga diperlukan.21 Dibalik kelebihan yang
diberikan oleh Allah maka manusia bisa memanfaatkannya dengan baik,
sesungguhnya dalam kesulitan selalu disertai kemudahan. Dimana dijelaskan dalam
QS Asy – Syarh / 94 : 6.

18 Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h.
74.
Prestasi Pustaka, 2011), h. 143.
20Maisura, Remedial Teaching Matematika didasarkan pada Diagnosis Kesulitan Siswa
Kelas II Madrasah Tsanawiya.”(Jurnal Didatik Matematika, Vol. 1, April 2014), h. 3.
21 Yeo Kai Kow Joseph, “Secondary 2 Students” Difficulties in Solving NonRoutine
Problems”, Jurnal Matematics Education Academic Group5, no. 1 (2004):h. 27-32.
23
Ayat di atas menerangkan bahwa setiap manusia mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Tentunya dengan menggunakan akal serta usaha yang keras untuk
mengatasi kesulitan tersebut. Allah swt perintahkan agar setiap hambanya tidak putus
asa dengan pertolongan Allah dan disertai usaha maka kesulitan yang dihadapi akan
dimudahkan. Sekalipun cobaan atau kesulitan yang ia hadapi begitu berat.
Dari Ibnu ‘Abbas Ra. Mengatakan Rasulullah saw bersabda:

Artinya:
“Dan kelapangan menyertai kesulitan, dan bersama kesulitan ada kemudahan”. (HR. At-Tirmidzi).23
Menjelaskan tentang sebagai seorang mukmin kita harus meyakini bahwa
setelah kesulitan akan ada kemudahan sebagaimana hadis di atas yang memberikan
pelajaran bagi kita untuk tidak berputus asa, dan yakin apabila himpitan dan kesulitan
itu telah mencapai puncaknya, maka insya Allah ia akan berakhir dan terlampau
dengan hadirnya kemudahan dan kelapangan. Mari kita selalu berprasangka baik atas
ketentuan Allah Swt. terhadap diri kita karena itulah yang terbaik, janganlah merasa
terhimpit sejengkalpun, karena setiap keadaan pasti berubah. Dan sebaik-baik ibadah
adalah menanti kemudahan dengan sabar.
2. Jenis-jenis Kesulitan belajar
kelompok, yaitu:
22Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemahnya (Surabaya: Cv Penerbit Fajar
Mulya,2009), h. 596.
bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyusuaian perilaku sosial.
b. Kesulitan belajar akademik (Academic Learning Disabilities) merupakan adanya
kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas
yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan
keterampilan dalam membaca,menulis, dan matematika.24Anak berkesulitan
belajar adalah anak yang memiliki gangguan satu atau lebih dari proses dasar yang
mencakup pemahaman pengguanaan bahasa lisan atau tulisan, gangguan tersebut
mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna
dalam mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau
menghitung. Batasan tersebut meliputi kondisi-kondisi seperti gangguan
perseptual, luka pada otak, diseleksia dan afasia perkembangan.
Ketika seorang anak belajar memerlukan kemampuan dalam beberapa aspek
yaitu: persepsi (perception), baik pendengaran, penglihatan, taktual dan kinestetik,
kemampuan mengingat (Memory), proses kognitif (Cognitive Process) dan perhatian
(Attenttion). Kemampuan-kemampuan tersebut bersifat internal didalam otak. Proses
belajar akan mengalami hanbatan/kesulitan apabila kemapuan tersebut mengalami
gangguan. Apabila ada seorang anak yang mengalami kesulitan pada keempat aspek
seperti itu ada kemungkinana anak tersebut mengalami kesulitan yang bersifat
internal (Learning Disability).25
24 Sumantri Mohamad Syarif, Startegi Pembelajaran Teori Dan Praktik Ditingkat
Pendidikan Dasar, h. 170.
25 Sumantri Mohamad Syarif, Strategi Pembelajaran Teori Dan Praktik Ditingkat
Pendidikan Dasar, h. 171.
penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal tersebut antara lain kelemahan fisik, mental, dan emosional: kebiasaan
dan sikap-sikap yang salah (seperti malas belajar), atau tidak memiliki keterampilan
dan pengetahuan dasar yang diperluaskan. Sedangkan Faktor eksternal antara lain:
kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran yang tidak tepat, beban belajar yang terlalu
berat, terlalu banyak kegiatan di luar jam sekolah, terlalu sering pindah sekolah, dan
sebagainya.26 Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi peserta didik dalam
menyerap bahan ajar yang diajarkan. Masing-masing faktor memiliki intensitas
pengaruh yang berbeda pada tiap peserta didik tergantung dari masalah yang dialami
masing-masing peserta didik. Misalkan pada peserta tertentu mungkin dari metode
pembelajarannya yang menjadi faktor utama penyebab kesulitannya dalam belajar,
akan tetapi pada peserta didik lain yang brokenhome misalnya, faktor emosionallah
yang paling mempengaruhi kesulitan dalam belajar. Untuk mengembangkan
pendidikan dan memecahkan permasalahan pendidikan adalah suatu hal yan perlu
mendapat perhatian serius, karena kenyataannya pada tataran mikro guru sebagai
implementer pendidikan dan berhubungan langsung dengan peserta didik dalam
proses pembelajaran untuk memberikan pembelajaran, bimbingan, keterampilan, dan
pengalaman yang tentunya sangat diharapkan menghasilkan output, dengan mutu
yang baik. 27
Pembelajaran, (Jakarta: Fifa Mulia Sejahtera, 2003), h. 42-45.
27 Rosdiana, Perkembangan Pembelajaran Pendidikan Islam pada Madrasah Tsanawiyah
Madani Alauddin Paopao Sebagai Laborotry School Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Uin Alauddin
Makassar, (Makassar: Desertasi, 2019), h. 33.
26
didik:
Disabilities) yaitu kemungkinana adanya disfungsi neurologis;28 Meliputi :
a) Bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
inteletual/inteligensi peserta didik.
b) Bersifat afektif (ranah rasa), antara seperti labilnya emosi dan sikap .
c) Bersikap psikomotorik (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat
indra penglihatan dan pendengaran29.
2. Faktor Eksternal adalah penyebab utama problema belajar (Learning Problems)
yaitu antara lain berupa startegis pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan
belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan
penguatan (Reinforcement) yang tidak tepat.30 Meliputi:
a. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah
dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga. Lingkungan
perkampungan/masyarakat, contohnya: lingkungan tetangga, dan teman
sepermainan (peer group) yang nakal.
b. Lingkungan sekolah dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang
berkualitas rendah.31
28 Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, h. 13.
29 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, h. 185.
30 Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, h. 13.
31 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, h. 185.
27
Faktor dasar umum adalah faktor yang secara umum menjadi penyebab
kesulitan belajar peserta didik, adapun faktor-faktornya terdiri atas:
a. Faktor Fisiologis
kesulitan belajar dengan faktor fisiologis. Kesulitan belajar peserta didik yang
mempunyai gangguan penglihatan, pendengaran, neurulogis (sistem syaraf) daripada
yang tidak mengalaminya.
b. Faktor Intelektual
intelektual, umumnya kurang mengusai konsep, fakta operasi dan prinsip atau
alogaritma. Walaupun telah berusaha mpelajarinya, siswa yang menglami kesulitan
menabstarksi, menggeneralisasikn, berfikir, deduktif, dan mengingat konsep-konsep
atau prinsip-prinsip. Biasanya selalu merasa bahwamatematika itu sulit. Siswa yang
demikian, juga mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah terapan atau soal
cerita, ada juga siswa yang kesulitannya terbatas dalam materi tertentu. Tetapi merasa
mudah dalam materi lain.32 Misalnya peserta didik yang kesulitan memahami sifat
koutatif dan sifat asosiatif dalam penjumlahan. Maka peserta didik kesulitan
menyeleaikan soal yang melibatkan hokum-hukum itu dalam penyelesaiannya.
Adapun yang menjadi indikator kesulitan belajar matematika dalam penelitian
ini. Pada faktor ntelektual peserta didik mencakup 3 aspek yitu;
1) kesulitan belajar pemahaman fakta
32 Dimyati dan Mudjiono, Beljar dn Pembelajaran, h. 27.
28
kesulitan belajar matematika peserta didik makapeserta didik sering mengalami
kesulitan disebabkan dari adanya lambng-lambang atau symbol, huruf, dan kata.
Kesulitan yang terjadi pada aspek ini seringkali karena peserta ddik tidak teliti
dalam memahmi maksud soal sehingga jawaban diperoleh peserta didik seringkali
tidak sesuai dengan harapan. Selain itu diungkapkan pesera didik belum mempunyai
gambaran dalam skema pikirannya tentang materi bangun ruang sehingga peserta
didik akan mengalami kesulitan dalam memahami soal yang dihadapkan kepadanya.
2) kesulitan belajar pemahamn konsep
Konsep merupakan pengertian abstrak yang memungkinkan seseorang
menggolongkan objek atau peristiwa. Aspek ini sangat erat kaitannya dengan
penguasaan materi yang dimiliki peserta didik. Hubungan dengan kesulitan belajar
matematika maka peserta didik sering mengalami kesulitan untuk menangkap konsep
dengan benar. Misalnya peserta didik salah dalam menggunakan konsep diameter,
jari-jari salah dalam menggunakan konsep≤,≥ dengan benar, salah dalam
menerapkan konsep lebih besar dan lebih kecil.
3) kesulitan belajar pemahaman operasi
Operasi adalah pengerjaan hitung aljabar dan pengerjaan matematika yang
lain. Karena satu hal yang tidak kalah penting yaitu proses perhitungan, karena
meskipun ketiga aspek di atas dikuasai dengan baik tetapi jika peserta didik tidak
melakukan proses perhitungan dengan baik akan menyebabkan kesalahan. Operasi
dalam matematika adalah suatu fungsi yaitu relasi khusus karena operasi adalah
29
aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang
diketahui.33
Orang tua selalu menanyakan tentang keadaan kegiatan belajar anaknya di
sekolah, kemudian memberikan dorongan positif atas kurang berhasilnya atau
keberhasilan anaknya, maka perhatian itu akan mendorong anaknya untuk senantiasa
berusaha belajar.
dalam pembelajaran. Guru kurang memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki
[eserta didik, guru lngsung masuk ke materi baru. Dan jika ada kesulitan peserta
didik, guru menguasai pengethauan dasar yang diperlukan kemudia melanjutkan lagi
materi baru.
Peserta didik yang gagal dalam matematika lebih mudah berpikir tidak
rasional, takut, cemas, benci pada matematika, Adapun penyebabnya yaitu obat-
obatan, kurang tidur, diet yang tepat, hubungan renggang dengan teman terdekat,
tertekan dari situasi keluarga di rumah. Akibat dari gejala tersebut, kurang perhatian
terhadap pelajaran udah depresi mental, emosinal, kurang minat membaca buku atau
menyelesikan pekerjaan rumah.
4. Faktor khusus
33 Sadam Eksan, dkk., Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-soal Matematika
pada materi Himpunan, Jurnal Online Universitas Gorontalo (2014), h. 15.
30
Dislexia, biasanya menyerang anak-anak, gangguan membaca & menulis
akibat kelainan pada otak. Gangguan ini bukan bentuk dari ketidakmampuan fisik,
seperti mengarah pada bagaimana otak mengolah & memproses informasi yang
sedang dibaca. Kesulitan ini biasanya baru terdeteksi setelah anak memasuki dunia
sekolah untuk beberapa waktu.
Disgrafia adalah kesulitan dalam menuliskan atau mengekspresikan pikiran
dan perasaanya ke dalam bentuk tulisan. Gangguan disgrafis tidak bisa menyusun
kata-kata dengan baik dan tidak bisa mengkoordinasikan motoric halusnya (tangan)
untuk menulis. Dengan kata lain anak disgrafia adalah anak yang mengalami
kesulitan dalam belajar. Disgrafis merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus
(Children with special education need) namun bukan anak bodoh, anak malas belajar,
anak nakal dan sebagainya. Anak disgrafia sama dengan anak normal lain, namun
mengalami hambatan dalam mengungkapkannya ke dalam bentuk tulisan. Anak
disgrafia walaupun mengalami gangguan dan hambatan dalam menulis, tetapi bisa
saja normal dalam berbicara dan normal dalam kemampuan lainnya.
c) Diskalkulia: ketidakmampuan belajar matematika
Diskalkulia adalah masalah yang memberi dampak terhadap operasi
perhitungan dalam matematika. Apabila anak menghadapi masalah matematika pada
tingkat yang serius, ia dapat dikatakan mengalami masalah diskalkulia. Masalah yang
dimaksud adalah masalah dalam memahami istilah matematika dasar atau operasi
seperti penjumlahan dan pengurangan, simbol matematika atau belajar table
31
perkalian. Masalah ini biasanya nampak pada usia 8 tahun. Pada beberapa anak,
diskalkulia terlihat pada usia 6 tahun atau tidak terlihat sampai usia 10 tahun.34
Dalam pembelajaran matematika, kesulitan peserta didik dari segi intelektual
dapat terlihat dari kesalahan yang dilakukan peserta didik pada langkah-langkah
pemecahan masalah soal matematika yang berbentuk uraian, karena peserta didik
melakukan kegiatan intelektual yang dituangkan pada kertas jawaban soal yang
berbentuk uraian tersebut. Beberapa ahli menggolongkan jenis-jenis kesalahan
peserta didik dalam menyelesaikan soal matematika yakni: kesalahan pemahaman
konsep, kesalahan penggunaan operasi hitung; algoritma yang tidak sempurna; dan
kesalahan karena mengerjakan serampangan/ceroboh.35
Mengatasi kesulitan belajar, tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor kesulitan
belajar sebagaimana diuraikan di atas. Karena itu, mencari sumber penyebab utama
dan sumber-sumber penyebab lainnya, adalah menjadi mutlak adanya dalam rangka
mengatasi kesulitan belajar.36 Mengatasi kesulitan belajar suatu hal harus dilakukan
demi membantu peserta didik dalam menambah wawasan pengetahuannya.
Untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami peserta didik, guru hendaknya
memperhatikan hal-hal tersebut. Terutama memastikan peserta didik telah menguasai
materi prasyarat, mendesain cara penyampaian bahan ajar dengan komunikasi yang
efektif serta memperhatikan keadaan keluarga dan keadaan sosial peserta didik.
Sepertinya guru dapat mengimplementasikan apa yang disarankan oleh Ggne, seperti
34 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, h. 186.
35 Rachmadi Waddiharto, Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan Alternatif
Proses Remidinya, Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP Matematika, (Yogyakarta:
Depdiknas), h. 41.
32
dikutip Mulyono: “Proses belajar hendaknya bertahap, dari hal yang paling sederhana
ke hal yang kompleks dan intinya adalah perlunya penguasaan prasyarat yang
digunakan sebagai landasan untuk menguasai bentuk perilaku yang diharapkan”.37
Untuk membantu mengatasi kesulitan belajar peserta didik, guru harus
mengetahui secara tepat faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan tersebut karena
kesulitan yang dialami peserta didik di latar belakangi oleh sebab yang berbeda-beda.
Jika kesulitan tersebut sudah diketahui penyebabnya, maka selanjutnya guru dapat
menentukan cara yang tepat untuk mengatasinya.
C. Ruang Lingkup Matematika
Pada hakikatnya, matematika merupakan ilmu deduktif, terstruktur tentang
pola dan hubungan, bahasa simbol, serta sebagai ratu dan pelayanan ilmu
(Ruseffendi, 1991: 260; Suwangsih dan Tiurlina, 2010:4-8).Matematika sebagai ilmu
deduktif artinya matematika memerlukan pembuktian kebenaran.
Kata matematika berasal dari beberapa istilah. Dalam tulisan Suwangsih dan
Tiurlina (2010: 3) istilah matematika berawal dari bahasa Yunani yaitu
Mathematikeartinya mempelajari. Kata Mathematike berasal dari kata Mathema yang
memiliki arti pengetahuan atau ilmu (Knowledge, science). Selain itu, kata
Mathematike berhubungan juga dengan kata lain yang hampir sama, yaitu Mathein
atau Mathenein yang berarti berpikir.
Matematika merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di
SD/MI karena matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari peserta didik
37 Mulyono Abdurahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Depdikbud
dan PT. Rineka Cipta, 1999), h. 28.
33
dan diperlukan sebagai dasar untuk mempelajari matematika lanjut dan mata
pelajaran lain. Seorang guru SD/MI yang akan mengajar mata pelajaran matematika
memerlukan pemahaman yang memadai tentang hakikat matematika dan bagaimana
matematika yang memiliki karakteristik unik dan khas harus diajarkan kepada peserta
didik. Pemahaman tentang hakikat matematika dan pembelajaran matematika
merupakan syarat mutlak bagi guru untuk dapat mengajar dengan baik.
Definisi matematika dipaparkan juga oleh para ahli. Menurut Ruseffendi
(1991: 261) matematika adalah ilmu tentang struktur yang teroraganisai mulai dari
unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksnioma, atau
postulat, dan akhirnya ke dalil.Pendapat dari Johnson dan Rising yang
mengungkapkan bahwa matematika adalah bahasa yang didefinisikan dengan cermat,
jelas, dan akurat representasinya menggunakan symbol. Selain itu, Kline (Suwangsih
dan Tiurlina, 2010); Subarinah, 2006) berpendapat bahwa matematika bukan
pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya
matematika itu untuk membantu manusia dalam menguasai permasalahan sosial,
ekonomi, dan alam.38
2. Karakteristik Matematika
Matematika mempunyai karakteristik yang terdiri atas (a) matematika
memiliki objek kajian yang abstrak, (b) bertumpu pada kesepakatan, (c) berpola pikir
deduktif, (d) memiliki simbol yang kosong dari arti, (e) memperhatikan semesta
pembicaraan, dan (f) konsisten dalam sistemnya.
Berikut ini dikemumukan uraian masing-masing karakteristik tersebut yaitu:
a. Matematika Memiliki Objek Kajian Abstrak
38 Isrok’atun & Amelia Rosmala, Model-Model Pembelajaran Matematika, h. 3.
34
Matematik mempunyai objek kajian yang bersifat abstrak, walaupun tidak setiap
yang abstrak adalah matematika. Sementara beberapa matematikawan mengangap
objek matematika itu “konkret” dalam pikiran mereka, maka kita dapat menyebut
objek matematika seara lebih tepat sehingga objek mental atau pikiran. Ada empat
objek kajian matematika, yaitu fakta, operasi atau relasi,knsep dan prinsip.
1) Fakta adalah pemufaktaan atau konvensi dalam matematika yang
biasanya diungkapkan melalui simbol-simbol tertentu
.
Contoh:
Simbol “2” secara umum telah dipahami sebagai simbol untuk bilangan dua.
Sebaliknya, bila kita menhendaki bilangan dua, maka cukup dengan
menggunakan simbol”2”.
2) Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan
atau mengkategorikan sekumpulan objek. Apakah objek tertentu merupakan ontoh
konsep atau bukan.
“Segitiga” adalah nama konsep. Dengan konsep itu, ita dapat membedakan
mana yang merupakan contoh segitiga dan mana yang bukan contoh segitiga.
3) Prinsip adalah objek matematika yang kompleks, prinsip dapat terdiri dari
beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi atapun operasi.
Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan antara berbagai
objek dasar matematika. Prinsip dapat berupa “aksioma”, “teorema”, atau “dalil”,
“corollary” atau sifat, dan sebagainya. Misalnya sifat distributive dalam aritmatika
dan teorema phytagoras.
sebagainya.
Sebagai contoh adalah lambang bilangan yang digunakan sekarang ; 1,2,3 dan
seterusnya merupakan contoh sebuah kesepakatan dalam matematika. Siswa-siswi
tidak sadar menerima kesepakatan itu ketika mulai mempelajari tentang angka atau
bilangan. Termasuk pula penggunaan kata “satu” untuk lambang “1” atau “sama
dengan” untuk “=” juga merupakan suatu kesepakatan.
c. Berpola Pikir Deduktif
Dalam matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pikir deduktif. Pola pikir
deduktif secara sederhana dapat dikatakan sebagaia pemikiran yang berpangkal dari
hal yang bersifat umum diterapkan dan diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.
Pola pikir deduktif ini dapat terwujud dalam bentuk yang amat sederhana,, tetapi juga
dapat berwujud dalam bentuk yang tidak sederhana.
d. Memiliki Simbol yang Kosong dari Arti
Di dalam matematika, banyak sekali simbol baik yang berupa huruf lain, huruf
yunai, maupun simbol-simbol khusus lainnya. Simbol-simbol tersebut membentuk
kalimatdalam matematika yang biasa disebut mode matematika. Model matematika
dapat berupa persamaan, pertidaksamaan, maupun fungsi. Selain itu,bangun-bangun
geometrik, grafik, maupun diagram.
36
Contoh :
Model matematika, seperti x + y = z tidak selalu berarti bahwa x, y dan z berarti
bilangan. Secara sederhana, bilangan-bilangan yang biasa digunakan dalam
pembelajaran pun bebas dari arti atau makna real. Bilangan tersebut dapat berarti
panjang,jumlah barang, volume, nilainuang, dan lan-lain tergantung pada kinteks
penerapan bilangan tersebut
menggunakannya kita harusnya memeperhatikan pula lingkup
pembicaraannya.lingkup atau sering disebut semesta pembicaraan bisa sempit bisa
pula luas. Bila kita berbicara tentang bilangan-bilangan, maka sibol-smbl terebt
menunjukkan bilangan-bilangan. Beitu pula bilakita bebicara tentang trnsformasi
geometris (sepeti translasi, rotasi dan lain-lain), maka simbol-simbol matematikanya
menunjukkan suatu transformasi pula. Benar salahnya atau ada tidaknya
penyelesaiannya suatu soal atau masalah, juga ditentukan oleh semesta pembicaraan
yang digunakan.
Dalam semesta hmpunan bilangan bulat, terdapat model 2x = 3. Adakah
penyelesaiannya? Apabila diselesaikan dengan menggunakan carabiasa tanpa
menghiraukan semesta pembicaraannya,maka dipeoleh x = 1,5. Tetapi 1,5
bukan termasuk bilangan bulat. Jadi, dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
37
bulat atau dengan kata lain dapat dinyatakan sebagai “himpunan kosong”.
f. Konsisten dalam Sistemnya
Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang mempunyai
kaitan satu sama lain, tetapi ada juga sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama
lain, misal dikenal sistem-sistem aljabar, sistem-sistem geometri. Sistem aljabar dan
sistem geometri tersebut dapat dipandang terlepas satu sama lain, tetapi didalam
sistem aljabar sendiri terdapat beberapa sistem yang lebih “kecil” yang terkait satu
sama lain.39
sistem geometri Euclid, sistem geometriLobachevski, dan lain-lain.
3. Pembelajaran Matematika di SD
Pembelajaran merupakan proses dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak
guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan peserta didik atau murid.
Menurut Dimyati dan Mudjiono mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu
persiapan yang dilakukan oleh guru untuk menarik dan memberi informasi kepada
peserta didik, sehingga dengan persiapan yang dirancang oleh guru dapat membantu
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.40 Sementara Oemar Hamalik
mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.41
39Nursalam, Ilmu Bilangan, (Yogyakarta; Cakrawala, 2009), h. 8-16.
40Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009, h. 7.
41Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, h. 57.
38
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan suatu proses interaksi ynag dibangun oleh guru untuk membantu peserta
didik dengan suatu prosedur tertentu yang dapat mengaktifkan peserta didik dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran.
menjadi tiga kelompok besar, yaitu
a. Penanaman konsep dasar (penanaman konsep).
Yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah
mempelajari konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum,
yang dicikan dengan kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman konsep dasar
merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa
yang kongkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam kegiatan
pembelajaran konsep ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk
membantu kemampuan pola pikir siswa.
b. Pemahaman konsep
bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep
terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran konsep
dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua,
pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi
masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut
penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya,
disemester atau kelas sebelumnya.
dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa
lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti halnya pada
pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri atas dua pengertian.
Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan
pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran
pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih
merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep. Pada pertemuan
tersebut penanaman dan pemahan konsep dianggap sudah disampaikan pada
pertemuan sebelumnya, disemester atau kelas sebelumnya.
Tujuan akhir pembelajaran matematika SD yaitu agar siswa terampil dalam
menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi
untuk mewujudkan keterampilan tersebut harus melalui langkah-langkah benar yang
sesuai dengan kemampuan dan lingkungan peserta didik.
D. Tinjaun Materi Geometri (Bangun Ruang)
1. Pengertian Bangun Ruang
Bangun ruang dikenalkan di SD diantaranya adalah kubus, balok, prisma
tegak, limas, kerucut, tabung dan bola. Bangun ruang disebut juga bangun tiga
dimensi. Bangun ruang merupakan sebuah bangun yang memiliki ruang yang dibatasi
oleh beberapa sisi. Jumlah dan model sisi yang membatasi bangun tersebut
menentukan nama dan bentuk bangun tersebut.
1. Tabung
40
Tabung adalah bangun ruang yang memiliki tiga bidang sisi dengan sisi alas
dan sisi atasnya berupa lingkaran, tidak memiliki titik sudut, dan memiliki dua buah
rusuk lengkung.
Rumus =
Volume tabung = luas alas x tinggi atau V = x r² x t
Luas permukaan = (2 x luas alas) + ( keliling alas x tinggi) atau = (2 x x r x)
+ ( x d x t)
Sifat-sifat Tabung:
a) Tabung memiliki tiga sisi yaitu sisi alas, atas, dan jari-jari.
b) Sisi alas dan sisi atas tabung berbentuk selimut.
c) Tabung memiliki dua rusuk lengkung dan tidak memilki titik sudut.
2. Prisma
(Sumber: calculat.org)
41
Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang berhadapan yang
sama sejajar, serta bidang-bidang lain yang berpotongan menurut rusuk-rusuk yang
sejajar.
Rumus :
Volume = luas alas segitiga x tinggi atau V = ½ x p x l x t
Luas permukaan = keliling alas segitiga x tinggi + (2 x luas alas segitiga)
Sifat-sifat Prisma:
a) Mempunyai tiga buah sisi, dua buah sisi berbentuk segitiga dan tiga buah sisi
berbentuk persegi panjang.
c) Jumlah rusuknya adalah sembilan.
3. Limas
(Sumber: id.wikipedia.org)
(Sumber: id.wikipedia.org)
42
Adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah alas dan beberapa segitiga
yang bertemu pada titik puncuknya. Sifat-sifat Limas:
a) Memiliki alas yang berbentuk segitiga.
b) Terdapat tiga buah sisi yang berbentuk segitiga.
c) Terbentuk dari enam buah rusuk.
d) Mempunyai tiga rusuk yang sama persis ukurannya.
e) Mempunyai titik puncak atas.
4. Kerucut
Adalah bangun ruang yang memilki dua bidang sisi, yakni alas dan
selimut.Kerucut memilki sebuah titik sudut yang juga merupakan puncak.Serta hanya
memilki sebuah sisi lengkung.Kerucut hampir menyerupai limas, namun sisi alasnya
berbentuk lingkaran.
Volume kerucut = 1/3 x x r² x t
Luas permukaan = ( x r²) + ( x r x s)
Sifat-sifat Kerucut:
b) Memiliki titik puncak atas.
c) Memiliki sisi (selimut) yang berbentuk lengkung.
d) Alas kerucut berbentuk lingkaran.
5. Bola
Bola adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh tak terhingga
lingkaran berjari-jari sama panjang dan berpusat pada satu titik yang sama.
Rumus :
Sifat-sifat Bola:
b) Tidak mempunyai titik sudut.
c) Hanya mempunyai sebuah sisi lengkung yang tertutup.
(Sumber:www.mahirmatematika.com)
44
6. Balok
(Sumber: jadijuara.com)
Adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh tiga pasang persegi
atau persegi panjang, dengan paling tidak satu pasang diantaranya berukuran berbeda.
Balok memiliki 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik sudut.
Rumus :
Volume balok V = Panjang x Lebar x tinggi atau V = p x l x t
Luas permukaan balok =(2 x p x l) + (2 x p x t) + (2 x l x t)
Diagonal ruang = akar dari (p kuadrat + l kuadrat + t kuadrat)
Keliling balok = 4 x (p + l + t)
Sifat-sifat Balok:
c) Terdapat empat buah rusuk yang memiliki ukuran sama persis.
7. Kubus
45
Adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh enam bidang sisi yang
kongruen berbentuk bujur sangkar, kubus memiliki 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik sudut.
Rumus Volume Kubus:
V = S x S x S atau V = S³
L = 6 x S²
K = 12 x s (rusuk)
Sifat-sifat Kubus:
a) Mempunyai enam buah sisi dengan ukuran dan bentuk yang sama persis.
b) Jumlah rusuk yang membentuknya ada 12 buah dengan ukuran yang sama
persis.
c) Rusuk tersebut saling bertemu dan membentuk delapan buah sudut yang
besarnya sama (90°).
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati,
berdasarkan pada penciptaan gambaran holistik yang dibentuk dengan kata,
melaporkan pandangan informasi secara terperinci, dan disusun dalam latar alamiah.1
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual, akurat mengenai sifat-sifat populasi atau
daerah tertentu.2
Lokasi penelitiannya adalah di MI Darul Hikmah Makassar. Jalan abubakar
lambogo, Lr 10/8, Bara-baraya Tim., Kec. Makassar, Kota Makassar, Sulawesi
Selatan.
Sumber data adalah komponen yang akan diolah sehingga dapat
menggambarkan hasil dari suatu penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini
terdapat dua sumber data yang menjadi acuan peneliti yaitu:
1Muh. Khalifah mustamin, dkk., metode penelitian pendidikan (makassar: CV. Berkah utami, 2009), h.2.
2Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 75.
47
Guru dalam penelitian ini merupakan sebagai sumber data dikarenakan guru
berhubungan langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran.
b. Peserta didik Kelas V
Peserta didik dalam penelitian ini merupakan sumber data juga, sebagai objek
penelitian dikarenakan pengumpulan data membutuhkan penggalian lebih
mendalam tentang informasi data yang akurat dan sesuai dengan tujuan
penelitian.
dengan perencanaan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap suatu obejk yang ingin diteliti baik
secara langsung maupun tidak langsung, untuk memperoleh data yang harus
dikumpulkan dalam penelitian3. Observasi yaitu penulis mengamati langsung proses
pembelajaran untuk mengetahui bagaimana proses belajar mengajar berlangsung
sehingga penulis dapat memperoleh beberapa informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian yang akan dilakukan.
(participant observation) yaitu peneliti mengamati langsung kegiatan pembelajaran.
Dalam hal ini peneliti tidak harus ikut mengajar atau ikut mengatasi masalah yang
dihadapi oleh peserta didik, namun peneliti hanya berperan sebagai pengamat.
3Djam’an Satori &Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Cet. III: Bandung), h. 105.
48
menyebabkan hasil belajar peserta didik mengalami kesulitan belajar dan
menyebabkan hasil belajar peserta didik tidak mencapai KKM, yakni dengan cara
mengidentifikasi kesalahan umum peserta didik dalam menyelesaikan soal
matematika. Hasil diagnosis ini digunakan untuk mengelompokkan peserta didik
berdasarkan jenis kesulitan yang dialaminya. Untuk keperluan diagnosis, maka
instrumen yang digunakan adalah tes dengan bentuk uraian.
3. Wawancara
sebagai pihak yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara sebagai pihak yang
diberi peranyaan. Jenis wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancarat
tersruktur.4 Dimana peneliti menetapkan sendiri pertanyaan yang akan diajukan.
Peneliti yang menggunakan jenis wawancara ini bertujuan mencari jawaban terhadap
kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Pertanyaan-pertanyaan ini disusun
sebelumnya dan didasarkan atas masalah dalam rancangan penelitian..
4. Dokumentasi
sekunder. Peneliti tinggal mengambil atau menyalin data yang sudahada yang
berhubung dengan variabel penelitian. Pengambilan data secara dokumentasi bisa
untuk data dalam bentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita,
biografi, peraturan kebijakan. Dalam bentuk gambar misalnya foto, gambar hidup,
4Lexy J. Moleong, M.A., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Cet. ;Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2014), h. 190.
49
sketsa dan lain-lain. Dalam bentuk karya misalnya seni, film, dan lain-lain.
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan pedoman atau format dokumentasi yang
sudah dipersiapkan oleh pengumpula data.5 Sejalan dengan itu, ada juga yang
mengartikan bahwa penggunaan metode dokumentasi, yaitu mencari informasi data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, maupun dari suatu agenda. Oleh karena itu, hasil penelitian dari
observasi dan wawancara, akan lebih dipercaya apabila didukung oleh foto-foto
berupa dokumentasi yang berkenaan dengan suatu kegiatan yang sedang berlangsung.
D. Instrumen Penelitian
yang dapat mengambarkan variabel-variabel penelitian.6. Dalam pendekatan
kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.
Meskipun demikian dalam pendekatan lapangan bahwa yang dimaksud dengan
instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipakai melaksanakan penelitian yang
disesuaikan dengan metode yang diinginkan agar mempermudah bagi peneliti untuk
mendapatkan data seakurat mungkin. Alat bantu yang akan digunakan adalah
pedoman observasi, pedoman wawancara, tes tertulis/soal tes diagnosis dan
dokumentasi. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan
instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.
Hasil data yang diperoleh dari observasi, hasil tes, wawancara dan
dokumentasi merupakan hasil yang tidak berbentuk skor sehingga teknik analisis data
yang digunakan yaitu:
5Sulaiman Saat dan Siti Mania, Pengantar Metodologi Penelitian: Panduan Bagi Peneliti Pemula (Sibuku, 2018), h. 88,
6Nana Sudjanadan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidika (Cet. V; Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), h. 97.
50
mengumpulkan data agar sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan.
Pedoman observasi memfokuskan pada proses kegiatan pembelajaran matematika di
kelas V.
sesuai dengan tujuan peneliti. Pedoman wawancara dalam penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kesulitan belajar matematika peserta didik di kelas V.
3. Butir-butir tes diagnosis
butir tes diagnosis yang digunakan berupa uraian.
4. Dokumentasi
Dibutuhkan sebagai data atau bukti dari hasil soal tes diagnosis yang
diberikan oleh peneliti. Dokumentasi dalam prose penelitian yang digunakan
meruapakan salah satu aspek yang penting untuk membuktikan kebenaran dari
penelitian yang dilakukan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu teknik yang menggambarkan dan
mengintrepretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan
perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu,
51
sebenarnya.
Reduksi data adalah suatu bentuk analisi yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang data yang tidak perlu, mengorganisai data dengan cara
sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Tahap
reduksi data dalam penelitian ini meliputi:
a) Mengoreksi hasil pekerjaan peserta didik dengan cara penskoran yang akan
digunakan untuk menentukan subjek penelitian.
b) Melakukan wawancara dengan beberapa subjek penelitian dan hasil wawancara
tersebut disederhanakan menjadi susunan bahasa yang baik dan rapi.
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu
dicatat secara rinci dan teliti. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
b. Data display (penyajian data)
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.Dalam tahap ini data
yang berupa hasil pekerjaan peserta didik dususun menurut urutan objek
penelitian.Kegiatan ini memunculkan dan menunjukkan kumpulan data atau
informasi yang terorganisasi dan terkategori yang memungkinkan suatu penarikan
kesimpulan atau tindakan. Tahap penyajian data dalam penelitian ini meliputi:
52
a) Menyajikan hasil pekerjaan peserta didik yang telah terpilih sebagai subjek
penelitian.
b) Menyajikan hasil wawancara yang telah direkam pada Hand Phone.
Dari hasil penyajian data yang berupa pekerjaan peserta didik dan hasil
wawancara dilakukan analisis, kemudian disimpulkan yang berupa data temuan
sehingga mampu menjawab permasalahan dalam penelitian ini.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Melalui penyajian data, maka data terorganisasikan, tersusun pada pola hubungan,
sehingga akan semakin muda dipahami. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, dan sejenisnya.
c. Conclusion drawing/verification
Verifikasi adalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh
sehingga mampu menjawab pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Dengan cara
membandingkan hasil pekerjaan peserta didik dan hasil wawancara maka dapat
ditarik kesimpulan letak dan penyebab kesalahan.7
F. Pengujian Keabsahan Data
Salah satu cara yang digunakan untuk menjamin keabsahan data yaitu teknik
uji kredibiltas data. Uji kredibilitas data atau kepepercayaan terhadap hasil
penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pemgamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi (triangulasi sumber dan
triangulasi waktu), diskusi dengan teman sejawat analisis kasus negative, dan meberi
check.8 Namun dalam penelitian ini yang digunakan hanya uji kredibiltas data yakni
7Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, dan R&D, h.329.
8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta) h. 270.
53
54
Berdasarkan hasil tes dari 35 peserta didik dalam menyelesaikan soal
geometri bangun ruang ditemukan beberapa kesulitan yang dialami peserta didik.
Kesulitan tersebut dapat diketahui dari kesalahan yang dilakukan peserta didik pada
saat menyelesaikan soal yang terdiri dari 5 butir soal.
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut.
2. Analisis Kesulitan yang Dialami Peserta Didik dalam Menyelesaikan Soal
Matematika Materi Geometri Bangun Ruang
a) Kesulitan soal pada nomor 1
Berdasarkan jawaban dari peserta didik yang mengalami kesulitan yaitu (S02,
S05, S08, S09, S16, S17, S20, S25, S28, dan S35), terlihat bahwa peserta didik
subjek (S02, S05, S09, S16, S17, S20, S25, S28 dan S35) tidak mengalami
perubahan. Dimana peserta didik tidak teliti dalam menjawab soal dengan baik,
berdasarkan jawaban peserta didik yang asal jawab dalam mengerjakan soal. Peserta
didik hanya memahami maksud soal yang menuliskan rumus dari volume dan luas
permukaan bangun ruang. Jawaban yang diharapkan adalah menghitung volume dan
luas permukaan bangun ruang. Tapi kebanyakan peserta didik yang hanya menuliskan
55
untuk menyelesaikan soal tes tersebut.
Berdasarkan analisis soal diperoleh sebanyak 10 subjek penelitian yang
melakukan jenis kesalahan memahami fakta, pemahaman konsep dan pemahaman
operasi hitung. Pada soal nomor 1, 10 subjek penelitian melakukan kesalahan
pemahaman fakta dengan presentase 28% dimana subjek penelitian ketidaktelitian
dalam menjawab soal nomor 1. Serta pada pemahaman konsep subjek penelitian
melakukan kesalahan yang diperoleh subjek penelitian 9 dengan presentase 25% .
jenis kesalahan konsep dengan hanya menuliskan rumus dalam menajwab suatu soal
tanpa melakukan langkah-langkah dengan baik sama halnya dengan jenis kesalahan
tipe kesulitan pemahaman operasi hitung dengan subjek penelitian 9 dengan presntase
25%.
Gambar 4.1. Jawaban S-01 Soal Nomor 1
Dari uraian di atas pada nomor 1 terjadi kesalahan yang dilakukan oleh
peserta didik ada 3 tipe kesulitan. Yaitu tipe 1, tipe 2 dan tipe 3. Dimana pada
kesulitan tipe 1 yaitu kesulitan pemahaman fakta yang dimana peserta didik tidak
teliti dalam menjawab soal dengan baik. Kesulitan tipe 2 yaitu kesulitan pemahaman
56
konsep, dimana peserta didik tidak tahu menghitung volume dan luas permukaan
bangun ruang yang digabungkan dan yang terakhir kesulitan tipe 3 yaitu kesulitan
operasi hitung, dimana peserta didik salah dalam proses perhitungan.
Dari ketiga tipe kesulitan peserta didik lebih banyak melakukan kesalahan
pada tipe kesulitan 1 yaitu tidak teliti dalam menjawab soal dengan baik.
b) Kesulitan soal pada nomor 2
Berdasarkan jawaban dari peserta didik yang mengalami kesulitan yaitu (S01,
S02, S17, S22, dan S30) dimana peserta didik subjek (S01, S17, S22, dan S30) tidak
teliti dalam menjawab soal dengan baik namun terjadi kesalahan pada tipe kesulitan 2
dan 3.
Dari ketiga tipe kesulitan, peserta didik lebih banyak melakukan kesalahan
pada tipe kesulitan 2 dan 3. Peserta didik tidak dapat mengetahui luas bidang
diagonal dan tidak dapat menyelesaikan soal perhitungan dan peserta didik tersebut
tidak tahu menuliskan simbol akar dari soal tersebut.
57
Berdasarkan analisis soal nomor 2, diperoleh sebanyak 5 subjek penelitian
yang melakukan jenis kesalahan dalam pemahaman fakta dengan presentase 14%,
pemahaman konsep diperoleh 4 subjek penelitian dengan presentase 11% dimana
subjek penelitian tidak mengetahui luas bidang diagonal sebuah kubus serta jenis
melakukan kesalahan operasi hitung dengan subjek penelitian 4 sama halnya dengan
jenis kesalahan konsep dengan presentase 11%.
c) Kesulitan soal pad nomor 3
Berdasarkan jawaban dari peserta didik yang mengalami kesulitan pada tipe 1
(S01, S02, S05, S09, S11, S12, S16, S20, S25, S26, S28, S30 dan S35) terlihat
peserta tidak dapat menyelesaiakn soal dengan baik. Dimana maksud soal tersebut
peserta didik diperintahkan untuk menggambarkan bangun ruang kubus dan balok
beserta pengertian dan sifat-sifatnya. Namun kebanyakan peserta didik yang hanya
menyelesaikan atau menggambarkan bangun ruang kubus dan balok saja tanpa
disertai pengertian dan sifatn-sifatnya. Gambar bangun ruang kubus dan balok pun
tidak sesuia dengan gambar yang sebenarnya, sebagian peserta didik hanya asal-
asalan menggambar demi menyelesaiakan jawaban nomor 3. Kesalahan yang
dilakukan peserta didik yaitu tipe tipe kesulitan 1 dimana peserta didik dengan
subjek (S01, S02, S05, S08, S09, S11, S12, S16, S20, S25, S26, S28, S30, dan S35),
terlihat melakukan kesalahan dimana peserta didik menjawab ketidaklengkapan
pengetahuan mengenai pengertian kubus dan balok beserta sifat-sifatnya. Peserta
didik hanya menjawab seadanya saja hal itu terbukti pada saat peneliti melakukan
wawancara peserta didik menjawab kalau peserta didik lupa pada materinya.
58
Berdas