DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK MATERI …
of 120/120
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK MATERI GEOMETRI BANGUN RUANG DI KELAS V MI DARUL HIKMAH KOTA MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Oleh : WAHYUNI. M NIM: 2080011546 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2019
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK MATERI …
Text of DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK MATERI …
GEOMETRI BANGUN RUANG DI KELAS V MI
DARUL HIKMAH KOTA MAKASSAR
Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Pada
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar
Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt atas rahmat
hidayah
beserta taufik-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat
rampung dalam bentuk yang sederhana ini. Shalawat beserta salam
senantiasa
tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad saw sang revolusioner
sejati, pembawa
rahmat yang mengantar kita dari alam biadab menuju alam beradab,
dan semoga kita
semua menjadi pengikutnya yang setia ke dalam ajarannya. Adapun
judul skripsi ini,
yaitu “Diagnosis Kesulitan Belajar Peserta Didik Materi Geometri
Bangun
Ruang di Kelas V MI Darul Hikmah Kota Makassar” Penyusunan skripsi
ini
bertujuan untuk memenuhi beban studi guna memperoleh gelar sarjana
pada Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa sejak awal hingga dengan
selesainya
penyusunan skripsi ini banyak tantangan dan rintangan yang ditemui
dan dihadapi.
Namun, berkat kesabaran yang dilandasi dengan usaha yang
sungguh-sungguh, maka
hambatan tersebut dapat dilalui dengan baik.
Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri, bahwa dalam penyusunan
skripsi ini
penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik
dari pihak
akademik dan non akademik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
perkenakan
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada keluarga terutama
kedua orang tua
ayahanda Marsuki dan ibundaku Mutiara saya yang telah melahirkan
dan mendidik
saya sepanjang usianya, serta saudara-saudara saya terimakasih atas
segala dukungan,
semangat, pengorbanan, kepercayaan, pengertian dan doanya sehingga
penulis dapat
menyelesaikan studi dengan baik. Semoga Allah SWT selalu merahmati
kita semua
dan menghimpun kita dalam hidayah-Nya.
v
tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Hamdan Juhannis MA.PhD., rektor Universitas Islam
Negeri
Alauddin Makassar dan Prof. Dr. Mardan, M.Ag., Dr. Wahyuddin, M.
Hum.,
Prof. Dr. Darussalam, M.Ag., Dr. Kamaluddin Abunawa, M.Ag selaku
wakil
rektor I, II, III dan IV yang telah memberikan fasilitas kepada
kami selama
menimba ilmu.
2. Dr. H. A. Marjuni, S.Ag., M.Pd., Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN
Alauddin Makassar, Dr. M. Shabir Umar., Dr. Muh. Rusdi.T., M.Ag.
dan Dr.
H. Ilyas, M.Pd., M.Si. selaku wakil dekan I, II, dan III yang
senantiasa
terpancar dan berusaha memajukan dan meningkatkan kualitas
Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.
3. Ayahanda Dr. Usman, S.Ag., M.Pd. dan Ibunda Dr. Rosdiana
M.Pd.I., Ketua
dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN
Alauddin
Makassar yang telah memberikan pengetahuan serta pengalaman yang
sangat
berguna untuk kami kedepannya.
4. Ayahanda Nursalam, S.Pd., M.Si. dan Ibunda Dr. Munirah, S.Ag.,
M.Ag.,
pembimbing I dan II yang telah memberi arahan dan koreksi
dalam
penyusunan skripsi ini dan membimbing penulis sampai pada
tahap
penyelesaian.
5. Para dosen, karyawan, dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN
Alauddin Makassar yang secara konkrit memberikan bantuan baik
langsung
maupun tidak langsung.
6. Kelompok kolaborasi tim 2; Siti Hawa, Nafirah, Haswidianti, dan
Syahreni
vi
7. Zulaikah Grup: Wiwi, Kiki, Rini, Irma dan Fira yang senantiasa
memotivasi
serta dukungan dan doa penulis dapat menyelesaikan studi dengan
baik.
8. Mirabers (Miracel of Hijabers) yang telah memberikan semangat
kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa PGMI angkatan 2015 terkhusus PGMI
3-4
yang telah memberikan semangat kepada penulis selama di
bangku
perkuliahan.
teman posko 3 Dusun Bontosunggu Utara Desa Bungungloe yang
selalu
memberikan dorongan motivasi kepada peneliti.
Penulis berharap semoga amal baik semua pihak yang ikhlas
memberikan
andil dalam penyusunan skripsi ini mendapatkan pahala dari Allah
swt.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesemprnaan,
oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi
kesempurnaan karya selanjutnya. Semoga karya ini dapat bermanfaat
bagi kita
semua. Aamiin.
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
........................................... 5
C. Rumusan Masalah
..........................................................................
6
E. Kajian Pustaka
................................................................................
8
A. Tes Diagnosis Hasil Belajar
.......................................................... 10
B. Kesulitan Belajar
............................................................................
14
4. Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar
......................................... 31
C. Ruang Lingkup Matematika
...........................................................
32
1. Hakikat Matematika
.................................................................
32
2. Karakteristik Matematika
......................................................... 33
D. Materi Geometri Bangun Ruang
.................................................. 39
1. Pengertian Bangun Ruang
........................................................ 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
.................................................. 46
A. Jenis, lokasi, dan pendekatan Penelitian
....................................... 46
viii
D. Instrumen Penelitiian
....................................................................
49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................
54
A. Hasil Penelitian
.............................................................................
54
.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) untuk mengetahui
kesulitan apa saja yang dialami peserta didik di kelas V MI Darul
Hikmah Kota Makassar dalam menyelesaikan soal matematika materi
geometri bangun ruang, 2) untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang menyebabkan kesulitan peserta didik di kelas V MI Darul Hikmah
Kota Makassar dalam menyelesaikan soal matematika materi geometri
bangun ruang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
memberikan soal dalam bentuk tes diagnostic kepada subjek
penelitian. Dimana hal ini peserta didik semester 2 di Kelas V, 5
(lima) peserta didik responden yang dipilih sebagai subjek
penelitian berdasarkan jenis kesulitan dilakukan pesert adidik.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes diagnostik,
metode wawancara dengan isntrumen pedoman wawancara. Sementara itu,
teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) kesulitan belajar peserta
didik berdasarkan soal-soal yang diberikan kepada 35 peserta didik
semester 2 di Kelas V MI Darul Hikmah Kota Makassar.Penyebab
peserta didik melakukan kesalahan dalam menjawab soal-soal
tersebut, yaitu: kesalahan dalam pemahaman fakta, kesalahan dalam
pemahaman konsep dan kesalahan dalam operasi hitung. 2) Ada banyak
faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar matematika peserta
didik. Terutama pada faktor internal dan eksternal yang menurut
para ahli yang dialami peserta didik ada 5. Yaitu faktor internal
meliputi (faktor intelektual dan faktor emosional), faktor
emosional meliputi (minat. Motivasi dan bakat) sedangkan faktor
eksternal yaitu faktor pedagogik, faktor fisiologis dan faktor
sosial.
Implikasi penelitian dapat simpulkan bahwa Guru hendaknya
memberikan
penambahan tugas atau latihan soal pada peserta didik sebagai bahan
evaluasi setiap
selesai pembahasan materi. Sebaiknya soal yang diberikan harus
bervariatif sesuai
dengan kemampuan peserta didik. Hendaknya menciptakan suasana
belajar dan
model atau metode yang membuat peserta didik tertarik dan berminat
untuk
mengikuti proses pembelajarana terutaman pada pelajaran matematika
yang hanya
itu-itu saja. Hendaknya memastika bahwa peserta didik telah
mengerti pembahasan
materi yang diajarkan sebelum pindah ke materi selanjutnya.
1
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif
mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.1 Pentingnya suatu pendidikan
sejalan dengan
pemikiran yang berada dalam agama islam, bahkan islam mewajibkan
umatnya
senantiasa menuntut ilmu. Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pedidikan Nasional pada Pasal 3 berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.2
Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi
pertumbuhan
individu.3 Dimana pendidikan membentuk generasi bangsa agar lebih
berkarakter
dengan cara menambah ilmu pengetahuan, keterampilan serta
kreativitasnya.
Namun, pendidikan di Indonesia saat ini belum bisa dikatakan
baik.Terutama
pada pendidikan matematika. Dimana matematika merupakan bidang
studi yang
dipelajari oleh semua peserta didik dari SD hingga SMA dan bahkan
juga perguruan
1Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Cet. XI; Jakarta:
Rajawali Pres, 2013), h. 4.
2Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nasional Cet.III; Pustaka
Pelajar: Jakarta 2007), h. 3
3Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan, (Cet. IX; Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2014), h. 3.
2
tinggi. Mendengar kata matematika peserta didik sudah merasa
inferior, anggapan
mata pelajaran itu susah, sulit untuk dipelajari dan akhirnya
membuat peserta didik
berada tekanan ketika mempelajarinya. Matematika pun seakan menjadi
momok
menakutkan bagi peserta didik sehingga tak jarang membuat nilai
rapor merah. Hal
ini juga mencerminkan bahwa peserta didik mengalami kesulitan dalam
memahami
masalah matematika yang mempengaruhi proses pemecahan masalah.4 Hal
ini
terbukti menjadi salah satu alasan mengapa prestasi dalam
matematika dianggap
cukup rendah.
Dari hasil tes dan survey PISA (Program International Assessmennt),
pada
tahun 2015. Melibatkan 540.000 peserta didik dari 70 di negara,
dari hasil tes dan
evaluasi PISA 2015 performa peserta diidik Indonesia masih
tergolong rendah.
Pencapaian prestasi matematika berada diperingkat 63 dari 69 negara
yang di
evaluasi.5Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya kualitas pendidikan
di Indonesia
salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan matematika pelajar
Indonesia
rendah.Rendahnya kemampuan matematika pelajar Indonesia dapat
diketahui dari
nilai-nilai yang diperoleh peserta didik di sekolah.Karena
matematika kurang
disenangi dan dianggap mata pelajaran yang sulit untuk dimengerti
karena banyak
mempelajari materi yang bersifat abstrak di dalamnya.Matematika
menjadi pelajaran
yang ditakuti dan kalau bisa dihindari oleh para pelajar.Tidak
mengherankan apabila
kemampuan pelajar Indonesia rendah dan sulit untuk meningkat.
4Siridej Suiva, dkk, “An Analysis of Elementary School Students’
Difficulties in Mathematical Problem Solving’, Jurnal Procedia –
Social and Behaviora Sciences 116 No. sebelas (204), h. 374.
5Hasrul Iswandi, Survei Internasional PIA. Diakses dari
http://www.oecd.org/pisa/.com, tanggal: 07 Desember 2016.
3
Science Study) Indonesia berada diurutan bawah. Skor matematika 397
menempatkan
peringkat 45 dari 50 negara, pada bidang sains dengan skor 397,
Indonesia diurutan
ke 45 dari 48 negara.6 Dari kenyataan dilapangan belum sesuai
dengan yang
diharapkan hasil studi menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan
mutu
pendidikan yang cukup menggembirakan.Namun, fokus dan perhatian
pada
meningkatkan kemampuan berpikir matematika peserta didik masih
jarang
dikembangkan.
rendahnya hasil belajarnya disebabkan karena tidak efektifnya
pembelajaran,
diagnostik dan remedial terhadap peserta yang mengalami kesulitan
belajar tidak
tuntas7. Karena mengerjakan soal matematika itu susah, masalahnya
tingkat kesulitan
soal dan terkadang ada beberapa peserta didik cepat tangkap apa
yang dipelajari dan
ada juga peserta didik yang lambat laun dalam menangkap apa yang
dipelajari, karena
daya serap peserta didik berbeda-beda.
Penelitian Mulyono Abdurrahman mengemukakan bahwa terdapat
16,25%
peserta didik kelas satu hingga kelas enam SD di DKI Jakarta oleh
guru dinyatakan
sebagai peserta didik bekesulitan belajar.8 Kesulitan belajar yang
dialami oleh
seseorang akan dapat mempengaruhi kondisi psikologinya. Peserta
didik yang
mengalami kesulitan belajar cenderung akan mengalami kecemasan,
frustasi,
gangguan emosional hambatan penyesuaian diri dari masalah
intruksional atau
6Bernas.Id Pendidikaan, Survey International TIMSS, (2015).
7Ischak & Warji, Program Remedial dalam Proses Belajar
Mengajar, Yogyakarta: Liberty, 1992, h. 35.
8 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,
Jakarta: Rineka Cipta, 2003, h. 10.
4
pedagogis saja, tetapi pada dasarnya merupakan masalah psikologis.
Bantuan yang
diberikan tidak hanya bersifat intruksional pedagogis tetapi juga
bantuan yang
bersifat terapeutik.9 Dikatakan demikian karena kesulitan belajar
berakar kepada
aspek-aspek psikologis terutama gangguan kepribadian dan penyusunan
dari segi
masalah psikologis, kesulitan belajar menuntut usaha pemecahan
dengan pendekatan
yang lebih bersifat psikologis pula.
Kecenderungan peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar,
khususnya
pelajaran matematika menyebabkan nilai matematika peserta didik
rendah.Fenomena
tersebut biasanya dampak jelas dari menurunnya kinerja akademik
atau prestasi
belajarnya.Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan
munculnya
kelaianan perilaku (Misbehavior) peserta didik seperti kesukaan
berteriak didalam
kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah dan
sering minggat dari
sekolah.10 Kelainan perilaku tersebut muncul pada peserta didik
memperlihatkan
bahwa terdapatnya kesulitan belajar yang menyebabkan menurunnya
prestasi belajar.
Adapun Penyebab utama kesulitan belajar (Learning Disbilities)
faktor
internal, yaitu kemunngkinan adanya disfungsi Neurologis; sedangkan
penyebab
utama problema belajar (Learning Problems) adalah faktor internal,
yaitu antara lain
berupa utama strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan
kegiatan belajar yang
tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan
penguatan
(Reinforcement) yang tidak tepat.11 Dalam keadaan dimana peserta
didik tidak dapat
belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan
belajar.
9Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap
Kesulitan Belajar Khusus (Cet. II; Yogyakarta: Nuha Litera, 2010),
h. 3.
10Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, h. 184.
11Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Berkesulitan Belajar (Cet.
2;Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), h. 13.
5
Berdasarkan hasil wawancara pada hari kamis, 10 Januari 2019
yang
dilakukan guru sekaligus wali kelas V MI Darul Hikmah Makassar ibu
Iswanty Nur,
S.Pd., diperoleh informasi bahwa nilai peserta didik dalam mata
pelajaran matematika
masih rendah, pada umumnya peserta didik kurang memahami rumus,
terutama pada
materi geometri bangun ruang,mengetahui dan menyelesaikan soal yang
diberikan,
masih belum bisa membedakan ilustrasi gambar alok dan kubus serta
simbol-simbol
yang ada pada materi bangun ruang.12 Serta masih terdapat peserta
didik yang kurang
cakap dalam membaca. Data menunjukkan bahwa hasil belajar
matematika peserta
didik masih dibawah rata-rata dan belum memenuhi KKM (Kriteria
Ketuntasan
Minimum).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba mengungkapkan
kesulitan
khususnya pelajaran matematika, juga dari faktor penyebab untuk
mengatasi
kesulitan belajar peserta didik tersebut mencerminkan adanya
kesulitan belajar. Hal
ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul
“Diagnosis
Kesulitan Belajar peserta didik Materi Geometri bangun ruang kelas
V di MI Darul
Hikmah kota Makassar.
Berdasarkan yang peneliti paparkan pada latar belakang, maka yang
menjadi
fokus penelitian ini adalah mendiagnosa kesulitan yang dialami
peserta didik di kelas
V dan deskripsi fokus penelitian adalah Kesulitan yang dialami
peserta didik dalam
menyelesaikan soal matematika materi geometri bangun ruang dan
Faktor internal
dan eksternal.
12Iswanty Nur, Guru kelas V Madrasah Ibtidaiyah Darul Hikmah
Makassar, wawancara Makassar 10 januari 2019.
6
Dari uraian di atas tersebut dapat dipahami “Diagnosis Kesulitan
Belajar
Peserta Didik” merupakan cara pandang untuk mengungkapkan dan
menelaah suatu
kesukaran serta faktor yang menjadi hambatan dalam proses
pembelajaran khususnya
materi Geometri bangun ruang peserta didik kelas V MI Darul Hikmah
Kota
Makassar.
C. Rumusan Masalah
Berdaasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini
adalah:
1. Kesulitan apa sajakah yang dialami peserta didik dalam
menyelesaikan soal
mateatika materi Geometri Bangun Ruang?
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi peserta didik kesulitan
dalam
menyelesaikan soal matematika pada materi Geometri Bangun Ruang
?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Pada dasarnya tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab
pertanyaan
pada rumusan masalah. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui
kesulitan belajar peserta didik dalam memahami mata pelajaran
matematika di kelas
V MI Darul Hikmah Kota Makassar.
7
Adapun tujuan dari penelitian ini, adalah;
a. Untuk mengetahui kesulitan apa saja yang dialami peserta didik
kelas V MI
Darul Hikmah Kota Makassar dalam menyelesaiakan soal matematika
pokok
bahasan Geometri Bangun Ruang.
b. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan kesulitan
peserta didik
kelas V MI Darul Hikmah Kota Makassar dalam menyelesaikan soal
matematika
materi pokok bahasan Geometri Bangun Ruang.
2. Manfaat penelitian
berbagai pihak, antara lain:
Peserta dapa mengetahui dimana letak kesulitan dalam
menyelesaikan
soal pada materi Geometri dan peserta didik lebih giat untuk
belajar.
b. Manfaat bagi guru
Untuk mengetahui kondisi individu peserta didik, sehingga guru
dapat
mengetahui bagian materi apa yang belum dimengerti atau dikuasai
peserta didik.
Dan dapat juga diketahui faktor penyebab kesulitan belajar yang
dialami peserta
didik dalam menyelesaikan soal.
c. Manfaat bagi sekolah
meningkatkan prestasi dan agar lebih memperhatikan sarana dan
prasarana yang
mendukung kegiatan belajar mengajar peserta didik terutama
dalam
pembelajaran matematika.
peneliti memperoleh pengalaman yang menjadikan peneliti lebih
E. Kajian Pustaka
Telaah pustaka merupakan kajian hasil penelitian yang relevan
dengan hasil
permasalahan. Fungsi kajian pustaka adalah mengemukakan secara
sistematis hasil
penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang
dilakukan.
Berdasarkan judul di atas maka penulis menemukan beberapa hasil
penelitian yang
relevan dengan penelitian yang akan dilakukan antara lain:
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani dengan judul
“Diagnosis kesulitan
Belajar Matematika Peserta didik Pokok Bahasan Eksponen dan
Logaritma dan
Solusinya dengan Pembelajaran Remedial Tahun 2010/2011”.
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendiagnosis kesulitan belajar peserta
didik pada
materi Eksponen dan Logaritma dari segi faktor inteltual. Hasil
penelitian
mengungakpkan bahwa terdapat 3 jenis kesalahan umum yang
menyebabkan
peserta didik kesulitan mengerjakan soal, yakni 1)kesalahan konsep;
2)
kesalahan prinsip operasi hitung; dan 3) kesalahan karena
kecerobohan peserta
didik. Hasil penelitian juga menunjukkan peserta didik yang
mencapai KKM
meningkat dari 5 peserta didik (16, 13%) menjadi peserta didik
(61,29%) dan
rata-rata nilai peserta didik naik dari 47,71 menjadi
68,08.13
2. Skripsi oleh Theresia Imawati, Jurusan Pendidikan Matematika,
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang
berjudul“Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika pada Materi Luas
dan
13Suryani, “Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Pokok
Bahasan Eksponen dan Logaritma dan Solusinya dengan Pembelajaran
Remedial”,Skripsi, (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 2.
9
Keliling Lingkaran di Kelas VII E SMP Negeri 2 Jatinom.” Dengan
hasil
penelitian menunjukkan bahwa kesulitan yang dilakukan siswa yaitu:
kesulitan
dalam menggunakan rumus, kesulitan dalam menghitung bilangan
desimal,
kesulitan dalam diri siswa sendiri. Faktor-faktor yang menyebabkan
kesulitan
belajar matematika meliputi kesalahan dalam mengerjakan soal dan
faktor
internal. Rekomendasi pemecahan masalah kesulitan belajar adalah
perlunya
menggunakan metode yang inovatif dan kreatif.
Perbedaan hasil penelitian peneliti dengan penelitian terdahulu
adalah dari sub
materi, lokasi dan subjek penelitian. Hasil penelitian terdahulu
menunjukkan ada 3
jenis kesalahan yang dilakukan peserta didik dan menunjukkan nilai
KKM peserta
didik meningkat dari 5 peserta didik dan juga menunjukkan hasil
penelitian kesulitan
yang dilakukan peserta didik yaitu: kesulitan dalam menggunakan
rumus, kesulitan
dalam menghitung bilangan decimal, kesulitan dalam diri peserta
didik sendiri dan
faktor penyebab kesulitan belajar matematika kesalahan dalam
mengerjakan soal dan
faktor internal. Rekomendasi pemecahan masalah kesulitan belajar
adala perlunya
menggunakan metode yang inovatif dan kreatif. Sedangkan hasil
penelitian peneliti
menunjukkan bentuk kesulitan dengan 3 jenis kesulitan yaitu
kesulitan pemahaman
fakta, pemahaman konsep dan pemahaman operasi hitung. Adapun faktor
yang
mempengaruhinya adalah faktor internal dan faktor eksternal.
10
Dalam dunia pendidikan, istilah “Diagnosis” merupakan istilah yang
relative
baru. Walaupun dalam dunia kedokteran sudah lama dikenal dan bukan
istilah asing
lagi. Dalam kegiatan diagnosis, seorang dokter mengadakan
wawancara, mengukur,
dan memeriksa denyut jantung, tekanan darah dan sebagaimya kepada
pasiennya.
Menurut pendapat W.J.S. Poewadarminto yang mengatakan, bahwa
diagnosis berarti
penentuan sesuatu penyakit dengan memilih atau memeriksa gejalanya.
Dalam dunia
pendidikan arti “diagnosis” tidak banyak mengalami perubahan, yaitu
diartikan
sebagai usaha-usaha untuk mendeteksi, meneliti sebab-sebab,
jenis-jenis, sifat-sifat,
dari kesulitan belajar seorang murid.1
Diagnosis merupakan istilah teknis yang sering digunakan dalam
istilah
medis. Dalam Kamus Besar Indonesia, diagnosis diartikan sebagai:
(1) penetuan
penyakit dengan meneliti atau memeriksa gejala-gejalanya, (2)
proses pemeriksaan
terhadap hal yang dipandang tidak beres, (3) proses penemuan
penyakit berdasarkan
tanda-tanda atau gejala-gejala yang menggunakan cara dan alat
seperti laboratium,
foto, dan klinik.2 Berdasarkan hal tersebut, kegiatan mendiagnosis
dapat memberikan
gambaran tentang kesulitan yang dialami peserta didik dalam belajar
matematika.
Thorndike dan Hagen mengemukakan bahwa diagnosis dapat
diartikan
sebagai berikut: (1) upaya atau proses menemukan kelemahan atau
penyakit apa yang
1Jhon Holt, Mengapa Siswa Gagal, (Jakarta; Erlangga; 1994), h.
5.
2 Depdiknas, Tes Diagnostik, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Pertama,
Direktorat Jenderal ManajemenPendidikan Dasar dan Menengah,
2007,h.1.
11
dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama
mengenai
gejala-gejalanya, (2) studi yang seksama terhadap fakta sesuatu hal
untuk
menemukan karakteristik atau kesalahan dan sebagainya yang
esensial, (3) keputusan
yang dicapai setelah dilakukan studi secara seksama atas gejala
atau fakta tentang
sesuai hal.
dapat dikatakan bahwa diagnosis merupakan upaya untuk menemukan
penyakit atau
kelemahan yang dialami seseorang melalui pengujian untuk
mendapatkan suatu
keputusan yang seksama atas gejala-gejala tentang sesuatu hal. Tes
dapat berupa
sejumlah pertanyaan atau permintaan melakukan sesuatu untuk
mengukur
pengetahuan, keterampilan, intelegensi, bakat, atau kemampuan lain
yang dimiliki
oleh seseorang.
Tes diagnostik memiliki karakteristik: (a) dirancang untuk
mendeteksi
kesulitan belajar peserta didik, karena itu format dan respons yang
dijaring harus
didesain memiliki fungsi diagnostik, (b) dikembangkan berdasarkan
analisis terhadap
sumber-sumber kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi
penyebab munculnya
masalah (penyakit) peserta didik, (c) menggunkan soal-soal bentuk
supply response
(bentuk uraian atau jawaban singkat) sehingga mampu menangkap
informasi secara
lengkap. Bila ada alasan tertentu sehingga menggunakan bentuk
supply response
(misalnya bentuk pilihan ganda), harus disertakan penjelasan
mengapa memilih
jawaban tertentu sehingga dapat meminimalisirkan jawaban tebakan
dan dapat
ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya, dan (d) disertai
rancangan tindak lanjut
(pengobatan) sesaui dengan kesulitan (penyakit) yang
teridentifikasi3.
3Depdiknas, Tes Diagnositik, 2007, h. 2.
12
dalam menegakkan diagnosis yaitu identifikasi, menentukan
prioritas, menentukan
potensi anak, menentukan taraf kemampuan, menentukan gejala
kesulitan,
menganalisis faktor-faktor terkait, dan menyusun rekomendasi untuk
pengajaran
remedial.4
Alderson menyatakan bahwa tes diagnostik seharusnya memiliki enam
sifat
yaitu: (1) dapat menampilkan indikator kompetensi yang telah dan
atau belum
dikuasai peserta didik, (2) indikator kompetensi yang belum
dikuasai peserta didik
ditunjukkan dengan jelas pada hasil tes diagnostik, (3) hasil tes
diagnostik dapat
mengarahkan peserta didik untuk mengetahui indikator kompetensi
yang masih perlu
dipelajari, (4) hasil tes diagnostik dapat langsung ditindaklanjuti
peserta didik untuk
memperbaiki pencapaian kompetensi, (5) hasil tes diagnostik
langsung dapat
diketahui peserta didik setelah peserta didik selesai melaksanakan
tes, dan (6) soal-
soal yang ada dalam tes diagnostik dapat mengukur pencapaian
kompetensi peserta
didik secara mendalam.5 Agar hasil tes diagnostik langsung dapat
diketahui oleh
peserta didik setelah melaksanakan tes, maka Alderson mengemukakan
bahwa guru
harus segera mengoreksi hasil tes diagnostik peserta didik. Jika
jumlah peserta didik
banyak tentu memberatkan guru. Oleh karena itu, tes diagnostik yang
dikembangkan
dalam bentuk program komputer akan memudahkan guru.6
4Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,
(Jakarta; Depdikbud
dan PT. Rineka Cipta, 1999), h. 21.
5Alderson, Diagnosing Foreign Language Pproficirency: The Interface
between Learning
and Assessmen, London: Continuum, 2005, h. 11.
6Alderson, Diagnosing Foreign Language Pproficirency: The Interface
between Learning
and Assessmen, 2005, h. 11.
13
komputer harus mempertimbangkan aspek kinerja, rancangan, dan
adaptabilitas
program. Kinerja program diketahui dari efisiensi, integritas,
relibilitas,
survivabilitas, dan usabilitas program.7 Oleh karena itu, rancangan
program harus
dapat dinilai dari kebenaran, kemudahan untuk diperbaiki, dan
kemudahan untuk
diuji.
serta alternative strategis pengajaran remedial yang efektif dan
efesien. Diagnostik
kesulitan belajar dapat pula diartikan sebagaisuatu proses upaya
untuk memahami
jenis karakteristik serta latar belakang kesulitan belajar dengan
menghimpun dan
menggunakan berbagai data/informasi selengkapnya dan subjektif
mungkin sehingga
memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari
alternative
kemungkinan pemecahannya.
data.Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang
peserta didik
saat belajar di kelas.
3. Mewawancarai orang tua/wali tentang kesulitan belajar.
4. Memberikan tes diagnosis bidang kecakapan tertentu mengetahui
hakekat
kesulitan belajar.
7McCall, Richards, & Walters, Factors in Sofware Quality
Preliminary Handbook on
Sofware Quality for an Acquisition Manager. New York: Rome Air
Development Center, 1977, h. 2-
3.
14
Pendidikan Nasional (2007: 5-7) adalah:
1. Pembatasan pembahasan yang diteskan
2. Menentukan kemungkinan sumber masalah
3. Menentukan bentuk soal
5. Menentukan kisi-kisi soal
6. Menyusun instrument, dan
7. Melakukan validitas instrument.
Jurnal oleh Nursalam S.Pd., M.Si yang berjudul “Diagnostik
kesulitan belajar
matematika: studi pada peserta didik SD/MI di kota Makassar”. Hasil
penelitian ini
menununjukkan bahwa materi matematika khususnya di kelas V SD/MI
yang paling
banyak peserta didik mengalami kesulitan adalah prapangkatan dan
operasi pecahan.
Hal ini disebabkan kemampuan operasi hitung yang lemah. 9
B. Kesulitan belajar
Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu gejala yang nampak
pada
siswa dengan ditandai adanya hasil belajar rendah serta di bawah
norml yang telah
ditetapkan dan ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu
dalam mencapai
hasil belajar.10 Ketidakberhasilan dalam proses belajar mengajar
untuk mencapai
8 Ulfiana Rahma, Psikologi Belajar, h. 17.
9 Nursalam, Diagnostik Kesulitan Belajar Matematika, Jurnal
Alaudina. (Vol. 19 No. 1, 1
juni 2016), h. 1.
15
ketuntasan bahan tidak dapat dikembalikan pada satu faktor, tetapi
pada beberapa
faktor yang terlihat dalam proses belajar mengajar. Faktor tersebut
adalah peserta
didik yang belajar, jenis kesulitan yang dialami peserta didik dan
kegiatan yang
terlibat dalam proses. Dalam kegiatan proses diagnosis kesulitan
belajar menemukan
letak kesulitan pengajaran perbaikan (learning corrective) yang
dilakukan dapat
dilaksanakan secara efektif.
persyaratan ketuntasan yang telah ditetapkan, maka kegiatan
diagnosis harus
ditunjukkan terutama kepada:
a. Bakat yang dimiliki peserta didik, yang berbeda antara satu dan
lainnya.
b. Waktu yang tersedia untuk menguasai ruang lingkup tertentu
sesuai dengan
bakat peserta didik yang sifatnya individual dan usaha yang
dilakukannya.
c. Ketentuan dan tingkat usaha yang dilakukan peserta didik dalam
menguasai
bahan yang dipelajarinya.
e. Kualitas pengajaran tersedia sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan serta
karakteristik individu.
f. Tingkat dari jenis kesulitan cara memperbaiki, yaitu mengulang
cara yang sama
atau mengambil alternative kegiatan lain melalui pengajaran
remedial
(Mulyadi, 2003).
Dari uraian di atas jelaslah kedudukan diagnosis adalah menemukan
letak
kesulitan belajar pesera didik dan menentukan kemungkinan cara
mengatasi dengan
memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
kegiatan belajar.
Sekedar gambaran letak kedudukan diagnosis kesulitan belajar
mengajar
16
sebagaimana terlihat pada halaman berikut: (Bagan asil Modifikasi
Penulis dari Buku
II, Modul Diagnostik Kesulitan Belaajar dan Pengajaran Remedial)
(Program Akta
Mengajar V B), (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal
Pendidikan Tinggi, 18994).11
memahami cara-cara belajar yang baik. Pada umumnya “Kesulitan”
Merupakan suatu
kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan
dalam kegiatan
mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk
dapat mengatasi.
Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu
proses belajar
yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai
hasil belajar.
Hambatan-hambatan ini mungkin disadari dan mungkin juga tidak
disadari oleh
orang yang mengalaminya, dan dapat bersifat sosiologis, psikologis
ataupun
fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya.
Secara spesifik, kesulitan belajar dalam pelajaran matematika
memiliki corak
dan karakteristik tersendiri dibandingkan dengan mata pelajaran
yang lain. Menurut
Lerner, beberapa karakteristik peserta didik berkesulitan dalam
belajar matematika
adalah: (1) adanya gangguan dalam hubungannya dengan ruangan, (2)
abnormalitas
persepsi visual, (3) asosiasi visual motor, (4) perseverasi, (5)
kesulitan mengenal dan
memahami symbol, (6) gangguan penghayatan tubuh, (7) kesulitan
dalam bahasa dan
membaca, (8) performance IQ jauh lebih rendah daripada skor
verbal12.
11Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar Dan Bimbingan Terhadap
Kesulitan Belajar
Khusus, h. 4.
Houghton Mifflin, 1981.
Orang yang mengalami hambatan dalam proses mencapai hasil belajar
yang
akan mendapatkan hasil di bawah semestinya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Allan
O. Ripps : “A learning difficualtiy represents a discrepancy
between a child’s
estimated academis potential and his actual level of academic
performance”(Ross,
AD, 1974).
termasuk pengertian-pengertian seperti:
Adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena
timbulnya
respons yang bertentangan. Pada dasarnya orang yang mengalami
gangguan belajar,
prestasi belajarnya tidak terganggu, akan tetapi proses belajarnya
yang terganggu atau
terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan. Dengan
demikian hasil
belajar yang dicapai akan lebih rendah dari potensi yang dimiliki
(Rosyidan, 1998).
2) Learning Disabilities (Ketidakmampuan Belajar)
Adalah ketidakmampuan seseorang murid yang mengacu kepada gejala di
mana
tidak mampu belajar (menghindari belajar), sehingga hasil
belajarnya di bawah
potensi intelektualnya.
Menunjukkan gejala proses belajar tidak berfungsi dengan baik
meskipun
pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan
alat dria atau
gangguan-gangguan psikologis lainnya.
Adalah mengacu kepada murid yang memiliki tingkat potensi
intelektual di
atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
18
Adalah murid yang lambat dalam proses belajarnya sehingga
membutuhkan
waktu dibandingkan dengan murid-murid yang lain yang memiliki taraf
potensi
inteletual yang sama.
Uraian di atas menunjukkan bahwa kesulitan belajar mempunyai
pengertian
lebih luas dari pada pengertian-pengertian “learning dan slow
learner”. Mereka yang
tergolong seperti tersebut di atas, akan mengalami kesulitan
belajar yang ditandai
dengan adanya hambatan-hambatan dalam proses belajar.
Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam
berbagai
jenis manifestasi tingkah laku baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Sesuai
dengan pengertian kesulitan belajar sebagaimana dikemukakan diatas,
maka tingkah
laku yang dimanifestasi ditandai dengan adaya hambatan-hambatan
tertentu.
Gejala ini akan nampak dalam aspek-aspek kognitif, motoris dan
afektif, baik
dalam proses maupun hasil belajar yang dicapai. Ciri-ciri tingkah
laku yang
merupakan pernyataan-pernyataan manifestasi gejala kesulitan
belajar antara lain:
1) Menunjukkan hasil belajar yang rendah dibawah rata-rata nilai
yang dicapai oleh
kelompoknya atau di bawah potensi yang dimiliki.
2) Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang
telah dilakukan.
Mungkin ada murid yang sudah berusaha untuk belajar dengan giat,
tetapi nilai yang
dicapainya selalu rendah.
3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Selalu
tertinggal kawan-
kawannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
Misalnya rata-rata akan dapat menyelesaikan suatu tugas dalam waktu
40 menit,
19
maka anak yang mengalamikesulitan belajar memerlukan waktu yang
lebih lama,
karena dengan waktu yang tersedia ia tidak dapat menyelesaikan
tugasnya.
4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh,
menentang,
berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5) Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti: membolos,
datang
terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, menganggu di dalam
atau di luar
kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak tertib dalam kegiatan
belajar mengajar,
mengasingkan diri, tidak mau bekerja sama dan sebagainya.
6) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung,
mudah
tersinggung, pemarah, kurang gembira dalam menghadapi nilai rendah
menunjukkan
perasaan sedih dan menyesal dan sebagainya13. Banyak jenis dan
ragam kesulitan
belajar yang dialami oleh peserta didik dengan alasan yang
berbeda-beda, baik
disadari oleh peserta didik tersebut ataupun tidak. Pelajaran
matematika dengan
karakteristik yang dimilikinya sangat memungkinkan peserta didik
mengalami
kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan soal-soal
matematika.
Beberapa kesulitan belajar yang sering dialami peserta didik di
antaranya:
1. Peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar karena peserta
didik tanpa
mengetahui untuk apa dan apa tujuan yang hendak dicapai. Akibatnya,
peserta
didik tidak mengetahui bahan dan materi apa yang harus dipelajari,
cara yang
harus dipergunakan, alat-alat yang perlu disediakan, dan cara
mengetahui hasil
pencapaian belajarnya.
Khusus, h. 8.
20
2. Tidak memiliki motivasi yang murni atau tidak termotivasi untuk
belajar;
Akibatnya, hanya sedikit makna yang diperoleh pada pencapaian hasil
belajar.
3. Belajar dengan tangan kosong. Artinya tidak menyadari
pengalaman-
pengalaman belajarnya pada masa lampau atau apa yang telah
dimiliki.
4. Mengganggap belajar sama dengan menghafal.
5. Menafsirkan belajar semata-mata hanya untuk memperoleh
pengetahuan saja.
6. Belajar tanpa konsentrasi pikiran.
7. Belajar tanpa rencana dan melakukan belajar asal keinginan yang
bersifat
insidentil.
9. Belajar dilakukan sewaktu ada ujian saja.
10. Bersikap pasif dalam pelajaran di sekolah.
11. Tidak mau menghargai waktu ketika mengikuti pelajaran.
12. Membaca cepat tanpa memahami isi yang dibacanya.14
Beberapa kesalahan umum yang dilakukan oleh peserta didik
yang
berkesulitan dalam belajar matematika menurut Lerner adalah
kekurangan
pemahaman tentang simbol, nilai tempat, perhitungan, penggunaan
proses yang
keliru, dan tulisan yang tidak terbaca. Sedangkan kesalahan dalam
pemahaman soal,
kesalahan dalam pengambilan keputusan, dan kesalahan dalam hal
perhitungan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa diagnostik kesulitan belajar
adalah
suatu upaya atau proses untuk memahami jenis dan karakteristik
serta latar belakang
kesulitan belajar dengan menggunakan berbagai macam data yang
memadai dan
14Sugiharto, Diagnosis Kesulitan Siswa SMU dalam menyelesaikan
soal-soal matematika.
Tesis.Pascasarjana UNY Yogyakarta, 2003.
dikemukakan solusi pemecahan untuk keluar dari kesulitan yang
diharapi tersebut.
Menurut Moelyono Abdurahman, anak berkesulitan belajar
(learning
diabilitas), yaitu anak yang memiliki kesulitan belajar dalam
proses psikologis dasar,
sehingga menunjukkan hambatan dalam belajar berbicara,
mendengarkan, menulis
dan berhitung, sedangkan mereka ini memiliki potensi kecerdasan
yang baik
tapiberprestasi rendah, yang bukan disebabkan oleh tunanetra,
tunarungu, terbelakang
mental, gangguan emosional, gangguan ekonomi, sosial atau
budaya.15
Pada dasarnya seorang anak memiliki 4(empat) masalah besar yang
tampak
jelas dalam kehidupannya yaitu:
1) Out of Law/tidak taat aturan (seperti misalnya, susah belajar,
susah menjalankan
perintah, dan sebagaianya).
2) Bad Habit/kebiasaan jelek (misalnya, suka jalan, suka merengek,
suka ngambek,
dan sebagainya).
4) Pause Playing Delay/ masa bermain yang tertunda.16
Kesulitan belajar merupakan suatu bentuk kondisi dimana
individu
mengalami kesulitan dalam kegiatan akademik yang ditandai dengan
berbagai
hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar yang dapat
disebabkan oleh berbagai
faktor internal maupun eksternal.17 Kesulitan belajar juga
diartikan sebagai suatu
15 Sumantri Mohamad syarif, Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik
ditingkat Pendidikan
Dasar (Cet. II; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), h.
168.
16 Sumantri Mohamad Syarif, Strategi Pembelajaran Teori Dan Praktik
ditingkat Pendidkan
Dasar, h. 170.
17 Umi Kusyairy, Psikologi Belajar, (Makassar: Alaudidin Universty
Press, 2014), h. 168.
22
kesulitan belajar pada peserta didikditunjukkan oleh adanya
hambatan-hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar dan dapat bersifat psikologi,
sosiologi maupun
fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan potensi
belajar yang
dicapainya berada di bawah yang semetinya.19
Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu gejala yang nampak
pada
peserta didik dengan ditandai adanya hasil belajar rendah serta di
bawah normal yang
telah ditetapkan dan ditandai oleh adanya hambatan-hambatan
tertentu dalam
mencapai hasil bejalar.20 Kesulitan belajar ditandai dengan
kesulitan peserta didik
dalam pemecahan masalah.Untuk memecahkan masalah peserta didk harus
memiliki
pengetahuan yang relevan dan dapat mengkoordinasikan pengetahuan
keterampilan
yang tepat untuk memecahkan masalah. Selain itu, penegetahuan
algoritma,
linguistik, konseptual, skema dan strategis juga diperlukan.21
Dibalik kelebihan yang
diberikan oleh Allah maka manusia bisa memanfaatkannya dengan
baik,
sesungguhnya dalam kesulitan selalu disertai kemudahan. Dimana
dijelaskan dalam
QS Asy – Syarh / 94 : 6.
18 Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1991), h.
74.
Prestasi Pustaka, 2011), h. 143.
20Maisura, Remedial Teaching Matematika didasarkan pada Diagnosis
Kesulitan Siswa
Kelas II Madrasah Tsanawiya.”(Jurnal Didatik Matematika, Vol. 1,
April 2014), h. 3.
21 Yeo Kai Kow Joseph, “Secondary 2 Students” Difficulties in
Solving NonRoutine
Problems”, Jurnal Matematics Education Academic Group5, no. 1
(2004):h. 27-32.
23
Ayat di atas menerangkan bahwa setiap manusia mempunyai kelebihan
dan
kekurangan. Tentunya dengan menggunakan akal serta usaha yang keras
untuk
mengatasi kesulitan tersebut. Allah swt perintahkan agar setiap
hambanya tidak putus
asa dengan pertolongan Allah dan disertai usaha maka kesulitan yang
dihadapi akan
dimudahkan. Sekalipun cobaan atau kesulitan yang ia hadapi begitu
berat.
Dari Ibnu ‘Abbas Ra. Mengatakan Rasulullah saw bersabda:
Artinya:
“Dan kelapangan menyertai kesulitan, dan bersama kesulitan ada
kemudahan”. (HR. At-Tirmidzi).23
Menjelaskan tentang sebagai seorang mukmin kita harus meyakini
bahwa
setelah kesulitan akan ada kemudahan sebagaimana hadis di atas yang
memberikan
pelajaran bagi kita untuk tidak berputus asa, dan yakin apabila
himpitan dan kesulitan
itu telah mencapai puncaknya, maka insya Allah ia akan berakhir dan
terlampau
dengan hadirnya kemudahan dan kelapangan. Mari kita selalu
berprasangka baik atas
ketentuan Allah Swt. terhadap diri kita karena itulah yang terbaik,
janganlah merasa
terhimpit sejengkalpun, karena setiap keadaan pasti berubah. Dan
sebaik-baik ibadah
adalah menanti kemudahan dengan sabar.
2. Jenis-jenis Kesulitan belajar
kelompok, yaitu:
22Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemahnya (Surabaya: Cv
Penerbit Fajar
Mulya,2009), h. 596.
bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyusuaian
perilaku sosial.
b. Kesulitan belajar akademik (Academic Learning Disabilities)
merupakan adanya
kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan
kapasitas
yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup
penguasaan
keterampilan dalam membaca,menulis, dan matematika.24Anak
berkesulitan
belajar adalah anak yang memiliki gangguan satu atau lebih dari
proses dasar yang
mencakup pemahaman pengguanaan bahasa lisan atau tulisan, gangguan
tersebut
mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak
sempurna
dalam mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja,
atau
menghitung. Batasan tersebut meliputi kondisi-kondisi seperti
gangguan
perseptual, luka pada otak, diseleksia dan afasia
perkembangan.
Ketika seorang anak belajar memerlukan kemampuan dalam beberapa
aspek
yaitu: persepsi (perception), baik pendengaran, penglihatan,
taktual dan kinestetik,
kemampuan mengingat (Memory), proses kognitif (Cognitive Process)
dan perhatian
(Attenttion). Kemampuan-kemampuan tersebut bersifat internal
didalam otak. Proses
belajar akan mengalami hanbatan/kesulitan apabila kemapuan tersebut
mengalami
gangguan. Apabila ada seorang anak yang mengalami kesulitan pada
keempat aspek
seperti itu ada kemungkinana anak tersebut mengalami kesulitan yang
bersifat
internal (Learning Disability).25
24 Sumantri Mohamad Syarif, Startegi Pembelajaran Teori Dan Praktik
Ditingkat
Pendidikan Dasar, h. 170.
25 Sumantri Mohamad Syarif, Strategi Pembelajaran Teori Dan Praktik
Ditingkat
Pendidikan Dasar, h. 171.
penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari faktor internal
dan faktor eksternal.
Faktor internal tersebut antara lain kelemahan fisik, mental, dan
emosional: kebiasaan
dan sikap-sikap yang salah (seperti malas belajar), atau tidak
memiliki keterampilan
dan pengetahuan dasar yang diperluaskan. Sedangkan Faktor eksternal
antara lain:
kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran yang tidak tepat, beban
belajar yang terlalu
berat, terlalu banyak kegiatan di luar jam sekolah, terlalu sering
pindah sekolah, dan
sebagainya.26 Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi peserta
didik dalam
menyerap bahan ajar yang diajarkan. Masing-masing faktor memiliki
intensitas
pengaruh yang berbeda pada tiap peserta didik tergantung dari
masalah yang dialami
masing-masing peserta didik. Misalkan pada peserta tertentu mungkin
dari metode
pembelajarannya yang menjadi faktor utama penyebab kesulitannya
dalam belajar,
akan tetapi pada peserta didik lain yang brokenhome misalnya,
faktor emosionallah
yang paling mempengaruhi kesulitan dalam belajar. Untuk
mengembangkan
pendidikan dan memecahkan permasalahan pendidikan adalah suatu hal
yan perlu
mendapat perhatian serius, karena kenyataannya pada tataran mikro
guru sebagai
implementer pendidikan dan berhubungan langsung dengan peserta
didik dalam
proses pembelajaran untuk memberikan pembelajaran, bimbingan,
keterampilan, dan
pengalaman yang tentunya sangat diharapkan menghasilkan output,
dengan mutu
yang baik. 27
Pembelajaran, (Jakarta: Fifa Mulia Sejahtera, 2003), h.
42-45.
27 Rosdiana, Perkembangan Pembelajaran Pendidikan Islam pada
Madrasah Tsanawiyah
Madani Alauddin Paopao Sebagai Laborotry School Fakultas Tarbiyah
Dan Keguruan Uin Alauddin
Makassar, (Makassar: Desertasi, 2019), h. 33.
26
didik:
Disabilities) yaitu kemungkinana adanya disfungsi neurologis;28
Meliputi :
a) Bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya
kapasitas
inteletual/inteligensi peserta didik.
b) Bersifat afektif (ranah rasa), antara seperti labilnya emosi dan
sikap .
c) Bersikap psikomotorik (ranah karsa), antara lain seperti
terganggunya alat-alat
indra penglihatan dan pendengaran29.
2. Faktor Eksternal adalah penyebab utama problema belajar
(Learning Problems)
yaitu antara lain berupa startegis pembelajaran yang keliru,
pengelolaan kegiatan
belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan
pemberian ulangan
penguatan (Reinforcement) yang tidak tepat.30 Meliputi:
a. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan
antara ayah
dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
Lingkungan
perkampungan/masyarakat, contohnya: lingkungan tetangga, dan
teman
sepermainan (peer group) yang nakal.
b. Lingkungan sekolah dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat
belajar yang
berkualitas rendah.31
28 Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
h. 13.
29 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, h. 185.
30 Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
h. 13.
31 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, h. 185.
27
Faktor dasar umum adalah faktor yang secara umum menjadi
penyebab
kesulitan belajar peserta didik, adapun faktor-faktornya terdiri
atas:
a. Faktor Fisiologis
kesulitan belajar dengan faktor fisiologis. Kesulitan belajar
peserta didik yang
mempunyai gangguan penglihatan, pendengaran, neurulogis (sistem
syaraf) daripada
yang tidak mengalaminya.
b. Faktor Intelektual
intelektual, umumnya kurang mengusai konsep, fakta operasi dan
prinsip atau
alogaritma. Walaupun telah berusaha mpelajarinya, siswa yang
menglami kesulitan
menabstarksi, menggeneralisasikn, berfikir, deduktif, dan mengingat
konsep-konsep
atau prinsip-prinsip. Biasanya selalu merasa bahwamatematika itu
sulit. Siswa yang
demikian, juga mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah terapan
atau soal
cerita, ada juga siswa yang kesulitannya terbatas dalam materi
tertentu. Tetapi merasa
mudah dalam materi lain.32 Misalnya peserta didik yang kesulitan
memahami sifat
koutatif dan sifat asosiatif dalam penjumlahan. Maka peserta didik
kesulitan
menyeleaikan soal yang melibatkan hokum-hukum itu dalam
penyelesaiannya.
Adapun yang menjadi indikator kesulitan belajar matematika dalam
penelitian
ini. Pada faktor ntelektual peserta didik mencakup 3 aspek
yitu;
1) kesulitan belajar pemahaman fakta
32 Dimyati dan Mudjiono, Beljar dn Pembelajaran, h. 27.
28
kesulitan belajar matematika peserta didik makapeserta didik sering
mengalami
kesulitan disebabkan dari adanya lambng-lambang atau symbol, huruf,
dan kata.
Kesulitan yang terjadi pada aspek ini seringkali karena peserta
ddik tidak teliti
dalam memahmi maksud soal sehingga jawaban diperoleh peserta didik
seringkali
tidak sesuai dengan harapan. Selain itu diungkapkan pesera didik
belum mempunyai
gambaran dalam skema pikirannya tentang materi bangun ruang
sehingga peserta
didik akan mengalami kesulitan dalam memahami soal yang dihadapkan
kepadanya.
2) kesulitan belajar pemahamn konsep
Konsep merupakan pengertian abstrak yang memungkinkan
seseorang
menggolongkan objek atau peristiwa. Aspek ini sangat erat kaitannya
dengan
penguasaan materi yang dimiliki peserta didik. Hubungan dengan
kesulitan belajar
matematika maka peserta didik sering mengalami kesulitan untuk
menangkap konsep
dengan benar. Misalnya peserta didik salah dalam menggunakan konsep
diameter,
jari-jari salah dalam menggunakan konsep≤,≥ dengan benar, salah
dalam
menerapkan konsep lebih besar dan lebih kecil.
3) kesulitan belajar pemahaman operasi
Operasi adalah pengerjaan hitung aljabar dan pengerjaan matematika
yang
lain. Karena satu hal yang tidak kalah penting yaitu proses
perhitungan, karena
meskipun ketiga aspek di atas dikuasai dengan baik tetapi jika
peserta didik tidak
melakukan proses perhitungan dengan baik akan menyebabkan
kesalahan. Operasi
dalam matematika adalah suatu fungsi yaitu relasi khusus karena
operasi adalah
29
aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen
yang
diketahui.33
Orang tua selalu menanyakan tentang keadaan kegiatan belajar
anaknya di
sekolah, kemudian memberikan dorongan positif atas kurang
berhasilnya atau
keberhasilan anaknya, maka perhatian itu akan mendorong anaknya
untuk senantiasa
berusaha belajar.
dalam pembelajaran. Guru kurang memperhatikan kemampuan awal yang
dimiliki
[eserta didik, guru lngsung masuk ke materi baru. Dan jika ada
kesulitan peserta
didik, guru menguasai pengethauan dasar yang diperlukan kemudia
melanjutkan lagi
materi baru.
Peserta didik yang gagal dalam matematika lebih mudah berpikir
tidak
rasional, takut, cemas, benci pada matematika, Adapun penyebabnya
yaitu obat-
obatan, kurang tidur, diet yang tepat, hubungan renggang dengan
teman terdekat,
tertekan dari situasi keluarga di rumah. Akibat dari gejala
tersebut, kurang perhatian
terhadap pelajaran udah depresi mental, emosinal, kurang minat
membaca buku atau
menyelesikan pekerjaan rumah.
4. Faktor khusus
33 Sadam Eksan, dkk., Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan
Soal-soal Matematika
pada materi Himpunan, Jurnal Online Universitas Gorontalo (2014),
h. 15.
30
Dislexia, biasanya menyerang anak-anak, gangguan membaca &
menulis
akibat kelainan pada otak. Gangguan ini bukan bentuk dari
ketidakmampuan fisik,
seperti mengarah pada bagaimana otak mengolah & memproses
informasi yang
sedang dibaca. Kesulitan ini biasanya baru terdeteksi setelah anak
memasuki dunia
sekolah untuk beberapa waktu.
Disgrafia adalah kesulitan dalam menuliskan atau mengekspresikan
pikiran
dan perasaanya ke dalam bentuk tulisan. Gangguan disgrafis tidak
bisa menyusun
kata-kata dengan baik dan tidak bisa mengkoordinasikan motoric
halusnya (tangan)
untuk menulis. Dengan kata lain anak disgrafia adalah anak yang
mengalami
kesulitan dalam belajar. Disgrafis merupakan bagian dari anak
berkebutuhan khusus
(Children with special education need) namun bukan anak bodoh, anak
malas belajar,
anak nakal dan sebagainya. Anak disgrafia sama dengan anak normal
lain, namun
mengalami hambatan dalam mengungkapkannya ke dalam bentuk tulisan.
Anak
disgrafia walaupun mengalami gangguan dan hambatan dalam menulis,
tetapi bisa
saja normal dalam berbicara dan normal dalam kemampuan
lainnya.
c) Diskalkulia: ketidakmampuan belajar matematika
Diskalkulia adalah masalah yang memberi dampak terhadap
operasi
perhitungan dalam matematika. Apabila anak menghadapi masalah
matematika pada
tingkat yang serius, ia dapat dikatakan mengalami masalah
diskalkulia. Masalah yang
dimaksud adalah masalah dalam memahami istilah matematika dasar
atau operasi
seperti penjumlahan dan pengurangan, simbol matematika atau belajar
table
31
perkalian. Masalah ini biasanya nampak pada usia 8 tahun. Pada
beberapa anak,
diskalkulia terlihat pada usia 6 tahun atau tidak terlihat sampai
usia 10 tahun.34
Dalam pembelajaran matematika, kesulitan peserta didik dari segi
intelektual
dapat terlihat dari kesalahan yang dilakukan peserta didik pada
langkah-langkah
pemecahan masalah soal matematika yang berbentuk uraian, karena
peserta didik
melakukan kegiatan intelektual yang dituangkan pada kertas jawaban
soal yang
berbentuk uraian tersebut. Beberapa ahli menggolongkan jenis-jenis
kesalahan
peserta didik dalam menyelesaikan soal matematika yakni: kesalahan
pemahaman
konsep, kesalahan penggunaan operasi hitung; algoritma yang tidak
sempurna; dan
kesalahan karena mengerjakan serampangan/ceroboh.35
Mengatasi kesulitan belajar, tidak dapat dipisahkan dari
faktor-faktor kesulitan
belajar sebagaimana diuraikan di atas. Karena itu, mencari sumber
penyebab utama
dan sumber-sumber penyebab lainnya, adalah menjadi mutlak adanya
dalam rangka
mengatasi kesulitan belajar.36 Mengatasi kesulitan belajar suatu
hal harus dilakukan
demi membantu peserta didik dalam menambah wawasan
pengetahuannya.
Untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami peserta didik, guru
hendaknya
memperhatikan hal-hal tersebut. Terutama memastikan peserta didik
telah menguasai
materi prasyarat, mendesain cara penyampaian bahan ajar dengan
komunikasi yang
efektif serta memperhatikan keadaan keluarga dan keadaan sosial
peserta didik.
Sepertinya guru dapat mengimplementasikan apa yang disarankan oleh
Ggne, seperti
34 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, h. 186.
35 Rachmadi Waddiharto, Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP
dan Alternatif
Proses Remidinya, Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika, (Yogyakarta:
Depdiknas), h. 41.
32
dikutip Mulyono: “Proses belajar hendaknya bertahap, dari hal yang
paling sederhana
ke hal yang kompleks dan intinya adalah perlunya penguasaan
prasyarat yang
digunakan sebagai landasan untuk menguasai bentuk perilaku yang
diharapkan”.37
Untuk membantu mengatasi kesulitan belajar peserta didik, guru
harus
mengetahui secara tepat faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan
tersebut karena
kesulitan yang dialami peserta didik di latar belakangi oleh sebab
yang berbeda-beda.
Jika kesulitan tersebut sudah diketahui penyebabnya, maka
selanjutnya guru dapat
menentukan cara yang tepat untuk mengatasinya.
C. Ruang Lingkup Matematika
Pada hakikatnya, matematika merupakan ilmu deduktif, terstruktur
tentang
pola dan hubungan, bahasa simbol, serta sebagai ratu dan pelayanan
ilmu
(Ruseffendi, 1991: 260; Suwangsih dan Tiurlina,
2010:4-8).Matematika sebagai ilmu
deduktif artinya matematika memerlukan pembuktian kebenaran.
Kata matematika berasal dari beberapa istilah. Dalam tulisan
Suwangsih dan
Tiurlina (2010: 3) istilah matematika berawal dari bahasa Yunani
yaitu
Mathematikeartinya mempelajari. Kata Mathematike berasal dari kata
Mathema yang
memiliki arti pengetahuan atau ilmu (Knowledge, science). Selain
itu, kata
Mathematike berhubungan juga dengan kata lain yang hampir sama,
yaitu Mathein
atau Mathenein yang berarti berpikir.
Matematika merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan
di
SD/MI karena matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari
peserta didik
37 Mulyono Abdurahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,
(Jakarta: Depdikbud
dan PT. Rineka Cipta, 1999), h. 28.
33
dan diperlukan sebagai dasar untuk mempelajari matematika lanjut
dan mata
pelajaran lain. Seorang guru SD/MI yang akan mengajar mata
pelajaran matematika
memerlukan pemahaman yang memadai tentang hakikat matematika dan
bagaimana
matematika yang memiliki karakteristik unik dan khas harus
diajarkan kepada peserta
didik. Pemahaman tentang hakikat matematika dan pembelajaran
matematika
merupakan syarat mutlak bagi guru untuk dapat mengajar dengan
baik.
Definisi matematika dipaparkan juga oleh para ahli. Menurut
Ruseffendi
(1991: 261) matematika adalah ilmu tentang struktur yang
teroraganisai mulai dari
unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke
aksnioma, atau
postulat, dan akhirnya ke dalil.Pendapat dari Johnson dan Rising
yang
mengungkapkan bahwa matematika adalah bahasa yang didefinisikan
dengan cermat,
jelas, dan akurat representasinya menggunakan symbol. Selain itu,
Kline (Suwangsih
dan Tiurlina, 2010); Subarinah, 2006) berpendapat bahwa matematika
bukan
pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri,
tetapi adanya
matematika itu untuk membantu manusia dalam menguasai permasalahan
sosial,
ekonomi, dan alam.38
2. Karakteristik Matematika
Matematika mempunyai karakteristik yang terdiri atas (a)
matematika
memiliki objek kajian yang abstrak, (b) bertumpu pada kesepakatan,
(c) berpola pikir
deduktif, (d) memiliki simbol yang kosong dari arti, (e)
memperhatikan semesta
pembicaraan, dan (f) konsisten dalam sistemnya.
Berikut ini dikemumukan uraian masing-masing karakteristik tersebut
yaitu:
a. Matematika Memiliki Objek Kajian Abstrak
38 Isrok’atun & Amelia Rosmala, Model-Model Pembelajaran
Matematika, h. 3.
34
Matematik mempunyai objek kajian yang bersifat abstrak, walaupun
tidak setiap
yang abstrak adalah matematika. Sementara beberapa matematikawan
mengangap
objek matematika itu “konkret” dalam pikiran mereka, maka kita
dapat menyebut
objek matematika seara lebih tepat sehingga objek mental atau
pikiran. Ada empat
objek kajian matematika, yaitu fakta, operasi atau relasi,knsep dan
prinsip.
1) Fakta adalah pemufaktaan atau konvensi dalam matematika
yang
biasanya diungkapkan melalui simbol-simbol tertentu
.
Contoh:
Simbol “2” secara umum telah dipahami sebagai simbol untuk bilangan
dua.
Sebaliknya, bila kita menhendaki bilangan dua, maka cukup
dengan
menggunakan simbol”2”.
2) Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
menggolongkan
atau mengkategorikan sekumpulan objek. Apakah objek tertentu
merupakan ontoh
konsep atau bukan.
“Segitiga” adalah nama konsep. Dengan konsep itu, ita dapat
membedakan
mana yang merupakan contoh segitiga dan mana yang bukan contoh
segitiga.
3) Prinsip adalah objek matematika yang kompleks, prinsip dapat
terdiri dari
beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi
atapun operasi.
Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan
antara berbagai
objek dasar matematika. Prinsip dapat berupa “aksioma”, “teorema”,
atau “dalil”,
“corollary” atau sifat, dan sebagainya. Misalnya sifat distributive
dalam aritmatika
dan teorema phytagoras.
sebagainya.
Sebagai contoh adalah lambang bilangan yang digunakan sekarang ;
1,2,3 dan
seterusnya merupakan contoh sebuah kesepakatan dalam matematika.
Siswa-siswi
tidak sadar menerima kesepakatan itu ketika mulai mempelajari
tentang angka atau
bilangan. Termasuk pula penggunaan kata “satu” untuk lambang “1”
atau “sama
dengan” untuk “=” juga merupakan suatu kesepakatan.
c. Berpola Pikir Deduktif
Dalam matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pikir deduktif. Pola
pikir
deduktif secara sederhana dapat dikatakan sebagaia pemikiran yang
berpangkal dari
hal yang bersifat umum diterapkan dan diarahkan kepada hal yang
bersifat khusus.
Pola pikir deduktif ini dapat terwujud dalam bentuk yang amat
sederhana,, tetapi juga
dapat berwujud dalam bentuk yang tidak sederhana.
d. Memiliki Simbol yang Kosong dari Arti
Di dalam matematika, banyak sekali simbol baik yang berupa huruf
lain, huruf
yunai, maupun simbol-simbol khusus lainnya. Simbol-simbol tersebut
membentuk
kalimatdalam matematika yang biasa disebut mode matematika. Model
matematika
dapat berupa persamaan, pertidaksamaan, maupun fungsi. Selain
itu,bangun-bangun
geometrik, grafik, maupun diagram.
36
Contoh :
Model matematika, seperti x + y = z tidak selalu berarti bahwa x, y
dan z berarti
bilangan. Secara sederhana, bilangan-bilangan yang biasa digunakan
dalam
pembelajaran pun bebas dari arti atau makna real. Bilangan tersebut
dapat berarti
panjang,jumlah barang, volume, nilainuang, dan lan-lain tergantung
pada kinteks
penerapan bilangan tersebut
menggunakannya kita harusnya memeperhatikan pula lingkup
pembicaraannya.lingkup atau sering disebut semesta pembicaraan bisa
sempit bisa
pula luas. Bila kita berbicara tentang bilangan-bilangan, maka
sibol-smbl terebt
menunjukkan bilangan-bilangan. Beitu pula bilakita bebicara tentang
trnsformasi
geometris (sepeti translasi, rotasi dan lain-lain), maka
simbol-simbol matematikanya
menunjukkan suatu transformasi pula. Benar salahnya atau ada
tidaknya
penyelesaiannya suatu soal atau masalah, juga ditentukan oleh
semesta pembicaraan
yang digunakan.
Dalam semesta hmpunan bilangan bulat, terdapat model 2x = 3.
Adakah
penyelesaiannya? Apabila diselesaikan dengan menggunakan carabiasa
tanpa
menghiraukan semesta pembicaraannya,maka dipeoleh x = 1,5. Tetapi
1,5
bukan termasuk bilangan bulat. Jadi, dalam hal ini dapat dikatakan
bahwa
37
bulat atau dengan kata lain dapat dinyatakan sebagai “himpunan
kosong”.
f. Konsisten dalam Sistemnya
Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang
mempunyai
kaitan satu sama lain, tetapi ada juga sistem yang dapat dipandang
terlepas satu sama
lain, misal dikenal sistem-sistem aljabar, sistem-sistem geometri.
Sistem aljabar dan
sistem geometri tersebut dapat dipandang terlepas satu sama lain,
tetapi didalam
sistem aljabar sendiri terdapat beberapa sistem yang lebih “kecil”
yang terkait satu
sama lain.39
sistem geometri Euclid, sistem geometriLobachevski, dan
lain-lain.
3. Pembelajaran Matematika di SD
Pembelajaran merupakan proses dua arah, mengajar dilakukan oleh
pihak
guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan peserta didik
atau murid.
Menurut Dimyati dan Mudjiono mengemukakan bahwa pembelajaran adalah
suatu
persiapan yang dilakukan oleh guru untuk menarik dan memberi
informasi kepada
peserta didik, sehingga dengan persiapan yang dirancang oleh guru
dapat membantu
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.40 Sementara Oemar
Hamalik
mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang
tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan
dan prosedur yang
saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.41
39Nursalam, Ilmu Bilangan, (Yogyakarta; Cakrawala, 2009), h.
8-16.
40Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2009, h. 7.
41Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara,
2005, h. 57.
38
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran
merupakan suatu proses interaksi ynag dibangun oleh guru untuk
membantu peserta
didik dengan suatu prosedur tertentu yang dapat mengaktifkan
peserta didik dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran.
menjadi tiga kelompok besar, yaitu
a. Penanaman konsep dasar (penanaman konsep).
Yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum
pernah
mempelajari konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari
isi kurikulum,
yang dicikan dengan kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman konsep
dasar
merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan
kognitif siswa
yang kongkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam
kegiatan
pembelajaran konsep ini, media atau alat peraga diharapkan dapat
digunakan untuk
membantu kemampuan pola pikir siswa.
b. Pemahaman konsep
bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.
Pemahaman konsep
terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari
pembelajaran konsep
dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan
kedua,
pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang
berbeda, tetapi
masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan
tersebut
penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan
sebelumnya,
disemester atau kelas sebelumnya.
dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan
agar siswa
lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.
Seperti halnya pada
pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri atas dua
pengertian.
Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep
dan
pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua,
pembelajaran
pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda,
tetapi masih
merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep. Pada
pertemuan
tersebut penanaman dan pemahan konsep dianggap sudah disampaikan
pada
pertemuan sebelumnya, disemester atau kelas sebelumnya.
Tujuan akhir pembelajaran matematika SD yaitu agar siswa terampil
dalam
menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi
untuk mewujudkan keterampilan tersebut harus melalui
langkah-langkah benar yang
sesuai dengan kemampuan dan lingkungan peserta didik.
D. Tinjaun Materi Geometri (Bangun Ruang)
1. Pengertian Bangun Ruang
Bangun ruang dikenalkan di SD diantaranya adalah kubus, balok,
prisma
tegak, limas, kerucut, tabung dan bola. Bangun ruang disebut juga
bangun tiga
dimensi. Bangun ruang merupakan sebuah bangun yang memiliki ruang
yang dibatasi
oleh beberapa sisi. Jumlah dan model sisi yang membatasi bangun
tersebut
menentukan nama dan bentuk bangun tersebut.
1. Tabung
40
Tabung adalah bangun ruang yang memiliki tiga bidang sisi dengan
sisi alas
dan sisi atasnya berupa lingkaran, tidak memiliki titik sudut, dan
memiliki dua buah
rusuk lengkung.
Rumus =
Volume tabung = luas alas x tinggi atau V = x r² x t
Luas permukaan = (2 x luas alas) + ( keliling alas x tinggi) atau =
(2 x x r x)
+ ( x d x t)
Sifat-sifat Tabung:
a) Tabung memiliki tiga sisi yaitu sisi alas, atas, dan
jari-jari.
b) Sisi alas dan sisi atas tabung berbentuk selimut.
c) Tabung memiliki dua rusuk lengkung dan tidak memilki titik
sudut.
2. Prisma
(Sumber: calculat.org)
41
Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang berhadapan
yang
sama sejajar, serta bidang-bidang lain yang berpotongan menurut
rusuk-rusuk yang
sejajar.
Rumus :
Volume = luas alas segitiga x tinggi atau V = ½ x p x l x t
Luas permukaan = keliling alas segitiga x tinggi + (2 x luas alas
segitiga)
Sifat-sifat Prisma:
a) Mempunyai tiga buah sisi, dua buah sisi berbentuk segitiga dan
tiga buah sisi
berbentuk persegi panjang.
c) Jumlah rusuknya adalah sembilan.
3. Limas
(Sumber: id.wikipedia.org)
(Sumber: id.wikipedia.org)
42
Adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah alas dan beberapa
segitiga
yang bertemu pada titik puncuknya. Sifat-sifat Limas:
a) Memiliki alas yang berbentuk segitiga.
b) Terdapat tiga buah sisi yang berbentuk segitiga.
c) Terbentuk dari enam buah rusuk.
d) Mempunyai tiga rusuk yang sama persis ukurannya.
e) Mempunyai titik puncak atas.
4. Kerucut
Adalah bangun ruang yang memilki dua bidang sisi, yakni alas
dan
selimut.Kerucut memilki sebuah titik sudut yang juga merupakan
puncak.Serta hanya
memilki sebuah sisi lengkung.Kerucut hampir menyerupai limas, namun
sisi alasnya
berbentuk lingkaran.
Volume kerucut = 1/3 x x r² x t
Luas permukaan = ( x r²) + ( x r x s)
Sifat-sifat Kerucut:
b) Memiliki titik puncak atas.
c) Memiliki sisi (selimut) yang berbentuk lengkung.
d) Alas kerucut berbentuk lingkaran.
5. Bola
Bola adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh tak
terhingga
lingkaran berjari-jari sama panjang dan berpusat pada satu titik
yang sama.
Rumus :
Sifat-sifat Bola:
b) Tidak mempunyai titik sudut.
c) Hanya mempunyai sebuah sisi lengkung yang tertutup.
(Sumber:www.mahirmatematika.com)
44
6. Balok
(Sumber: jadijuara.com)
Adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh tiga pasang
persegi
atau persegi panjang, dengan paling tidak satu pasang diantaranya
berukuran berbeda.
Balok memiliki 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik sudut.
Rumus :
Volume balok V = Panjang x Lebar x tinggi atau V = p x l x t
Luas permukaan balok =(2 x p x l) + (2 x p x t) + (2 x l x t)
Diagonal ruang = akar dari (p kuadrat + l kuadrat + t
kuadrat)
Keliling balok = 4 x (p + l + t)
Sifat-sifat Balok:
c) Terdapat empat buah rusuk yang memiliki ukuran sama
persis.
7. Kubus
45
Adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh enam bidang
sisi yang
kongruen berbentuk bujur sangkar, kubus memiliki 6 sisi, 12 rusuk
dan 8 titik sudut.
Rumus Volume Kubus:
V = S x S x S atau V = S³
L = 6 x S²
K = 12 x s (rusuk)
Sifat-sifat Kubus:
a) Mempunyai enam buah sisi dengan ukuran dan bentuk yang sama
persis.
b) Jumlah rusuk yang membentuknya ada 12 buah dengan ukuran yang
sama
persis.
c) Rusuk tersebut saling bertemu dan membentuk delapan buah sudut
yang
besarnya sama (90°).
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati,
berdasarkan pada penciptaan gambaran holistik yang dibentuk dengan
kata,
melaporkan pandangan informasi secara terperinci, dan disusun dalam
latar alamiah.1
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif
kualitatif, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk membuat
deskripsi, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual, akurat mengenai
sifat-sifat populasi atau
daerah tertentu.2
Lokasi penelitiannya adalah di MI Darul Hikmah Makassar. Jalan
abubakar
lambogo, Lr 10/8, Bara-baraya Tim., Kec. Makassar, Kota Makassar,
Sulawesi
Selatan.
Sumber data adalah komponen yang akan diolah sehingga dapat
menggambarkan hasil dari suatu penelitian. Oleh karena itu dalam
penelitian ini
terdapat dua sumber data yang menjadi acuan peneliti yaitu:
1Muh. Khalifah mustamin, dkk., metode penelitian pendidikan
(makassar: CV. Berkah utami, 2009), h.2.
2Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 75.
47
Guru dalam penelitian ini merupakan sebagai sumber data dikarenakan
guru
berhubungan langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran.
b. Peserta didik Kelas V
Peserta didik dalam penelitian ini merupakan sumber data juga,
sebagai objek
penelitian dikarenakan pengumpulan data membutuhkan penggalian
lebih
mendalam tentang informasi data yang akurat dan sesuai dengan
tujuan
penelitian.
dengan perencanaan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap suatu obejk yang ingin
diteliti baik
secara langsung maupun tidak langsung, untuk memperoleh data yang
harus
dikumpulkan dalam penelitian3. Observasi yaitu penulis mengamati
langsung proses
pembelajaran untuk mengetahui bagaimana proses belajar mengajar
berlangsung
sehingga penulis dapat memperoleh beberapa informasi yang
dibutuhkan dalam
penelitian yang akan dilakukan.
(participant observation) yaitu peneliti mengamati langsung
kegiatan pembelajaran.
Dalam hal ini peneliti tidak harus ikut mengajar atau ikut
mengatasi masalah yang
dihadapi oleh peserta didik, namun peneliti hanya berperan sebagai
pengamat.
3Djam’an Satori &Aan Komariah, Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Cet. III: Bandung), h. 105.
48
menyebabkan hasil belajar peserta didik mengalami kesulitan belajar
dan
menyebabkan hasil belajar peserta didik tidak mencapai KKM, yakni
dengan cara
mengidentifikasi kesalahan umum peserta didik dalam menyelesaikan
soal
matematika. Hasil diagnosis ini digunakan untuk mengelompokkan
peserta didik
berdasarkan jenis kesulitan yang dialaminya. Untuk keperluan
diagnosis, maka
instrumen yang digunakan adalah tes dengan bentuk uraian.
3. Wawancara
sebagai pihak yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara sebagai
pihak yang
diberi peranyaan. Jenis wawancara yang peneliti gunakan adalah
wawancarat
tersruktur.4 Dimana peneliti menetapkan sendiri pertanyaan yang
akan diajukan.
Peneliti yang menggunakan jenis wawancara ini bertujuan mencari
jawaban terhadap
kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Pertanyaan-pertanyaan
ini disusun
sebelumnya dan didasarkan atas masalah dalam rancangan
penelitian..
4. Dokumentasi
sekunder. Peneliti tinggal mengambil atau menyalin data yang
sudahada yang
berhubung dengan variabel penelitian. Pengambilan data secara
dokumentasi bisa
untuk data dalam bentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan, cerita,
biografi, peraturan kebijakan. Dalam bentuk gambar misalnya foto,
gambar hidup,
4Lexy J. Moleong, M.A., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Cet.
;Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2014), h. 190.
49
sketsa dan lain-lain. Dalam bentuk karya misalnya seni, film, dan
lain-lain.
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan pedoman atau format
dokumentasi yang
sudah dipersiapkan oleh pengumpula data.5 Sejalan dengan itu, ada
juga yang
mengartikan bahwa penggunaan metode dokumentasi, yaitu mencari
informasi data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, surat kabar,
majalah, prasasti,
notulen rapat, maupun dari suatu agenda. Oleh karena itu, hasil
penelitian dari
observasi dan wawancara, akan lebih dipercaya apabila didukung oleh
foto-foto
berupa dokumentasi yang berkenaan dengan suatu kegiatan yang sedang
berlangsung.
D. Instrumen Penelitian
yang dapat mengambarkan variabel-variabel penelitian.6. Dalam
pendekatan
kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri.
Meskipun demikian dalam pendekatan lapangan bahwa yang dimaksud
dengan
instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipakai melaksanakan
penelitian yang
disesuaikan dengan metode yang diinginkan agar mempermudah bagi
peneliti untuk
mendapatkan data seakurat mungkin. Alat bantu yang akan digunakan
adalah
pedoman observasi, pedoman wawancara, tes tertulis/soal tes
diagnosis dan
dokumentasi. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif peneliti
merupakan
instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.
Hasil data yang diperoleh dari observasi, hasil tes, wawancara
dan
dokumentasi merupakan hasil yang tidak berbentuk skor sehingga
teknik analisis data
yang digunakan yaitu:
5Sulaiman Saat dan Siti Mania, Pengantar Metodologi Penelitian:
Panduan Bagi Peneliti Pemula (Sibuku, 2018), h. 88,
6Nana Sudjanadan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidika (Cet.
V; Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), h. 97.
50
mengumpulkan data agar sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah
ditetapkan.
Pedoman observasi memfokuskan pada proses kegiatan pembelajaran
matematika di
kelas V.
sesuai dengan tujuan peneliti. Pedoman wawancara dalam penelitian
ini bertujuan
untuk mengetahui kesulitan belajar matematika peserta didik di
kelas V.
3. Butir-butir tes diagnosis
butir tes diagnosis yang digunakan berupa uraian.
4. Dokumentasi
Dibutuhkan sebagai data atau bukti dari hasil soal tes diagnosis
yang
diberikan oleh peneliti. Dokumentasi dalam prose penelitian yang
digunakan
meruapakan salah satu aspek yang penting untuk membuktikan
kebenaran dari
penelitian yang dilakukan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik
analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu teknik yang
menggambarkan dan
mengintrepretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan
memberikan
perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti
pada saat itu,
51
sebenarnya.
Reduksi data adalah suatu bentuk analisi yang menajamkan,
menggolongkan,
mengarahkan, membuang data yang tidak perlu, mengorganisai data
dengan cara
sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikasi. Tahap
reduksi data dalam penelitian ini meliputi:
a) Mengoreksi hasil pekerjaan peserta didik dengan cara penskoran
yang akan
digunakan untuk menentukan subjek penelitian.
b) Melakukan wawancara dengan beberapa subjek penelitian dan hasil
wawancara
tersebut disederhanakan menjadi susunan bahasa yang baik dan
rapi.
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
perlu
dicatat secara rinci dan teliti. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian, data yang telah
direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
b. Data display (penyajian data)
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang
memberi
kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.Dalam
tahap ini data
yang berupa hasil pekerjaan peserta didik dususun menurut urutan
objek
penelitian.Kegiatan ini memunculkan dan menunjukkan kumpulan data
atau
informasi yang terorganisasi dan terkategori yang memungkinkan
suatu penarikan
kesimpulan atau tindakan. Tahap penyajian data dalam penelitian ini
meliputi:
52
a) Menyajikan hasil pekerjaan peserta didik yang telah terpilih
sebagai subjek
penelitian.
b) Menyajikan hasil wawancara yang telah direkam pada Hand
Phone.
Dari hasil penyajian data yang berupa pekerjaan peserta didik dan
hasil
wawancara dilakukan analisis, kemudian disimpulkan yang berupa data
temuan
sehingga mampu menjawab permasalahan dalam penelitian ini.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data.
Melalui penyajian data, maka data terorganisasikan, tersusun pada
pola hubungan,
sehingga akan semakin muda dipahami. Penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, dan
sejenisnya.
c. Conclusion drawing/verification
Verifikasi adalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang
utuh
sehingga mampu menjawab pertanyaan penelitian dan tujuan
penelitian. Dengan cara
membandingkan hasil pekerjaan peserta didik dan hasil wawancara
maka dapat
ditarik kesimpulan letak dan penyebab kesalahan.7
F. Pengujian Keabsahan Data
Salah satu cara yang digunakan untuk menjamin keabsahan data yaitu
teknik
uji kredibiltas data. Uji kredibilitas data atau kepepercayaan
terhadap hasil
penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan
pemgamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi (triangulasi
sumber dan
triangulasi waktu), diskusi dengan teman sejawat analisis kasus
negative, dan meberi
check.8 Namun dalam penelitian ini yang digunakan hanya uji
kredibiltas data yakni
7Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
dan R&D, h.329.
8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta) h. 270.
53
54
Berdasarkan hasil tes dari 35 peserta didik dalam menyelesaikan
soal
geometri bangun ruang ditemukan beberapa kesulitan yang dialami
peserta didik.
Kesulitan tersebut dapat diketahui dari kesalahan yang dilakukan
peserta didik pada
saat menyelesaikan soal yang terdiri dari 5 butir soal.
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan diperoleh data sebagai
berikut.
2. Analisis Kesulitan yang Dialami Peserta Didik dalam
Menyelesaikan Soal
Matematika Materi Geometri Bangun Ruang
a) Kesulitan soal pada nomor 1
Berdasarkan jawaban dari peserta didik yang mengalami kesulitan
yaitu (S02,
S05, S08, S09, S16, S17, S20, S25, S28, dan S35), terlihat bahwa
peserta didik
subjek (S02, S05, S09, S16, S17, S20, S25, S28 dan S35) tidak
mengalami
perubahan. Dimana peserta didik tidak teliti dalam menjawab soal
dengan baik,
berdasarkan jawaban peserta didik yang asal jawab dalam mengerjakan
soal. Peserta
didik hanya memahami maksud soal yang menuliskan rumus dari volume
dan luas
permukaan bangun ruang. Jawaban yang diharapkan adalah menghitung
volume dan
luas permukaan bangun ruang. Tapi kebanyakan peserta didik yang
hanya menuliskan
55
untuk menyelesaikan soal tes tersebut.
Berdasarkan analisis soal diperoleh sebanyak 10 subjek penelitian
yang
melakukan jenis kesalahan memahami fakta, pemahaman konsep dan
pemahaman
operasi hitung. Pada soal nomor 1, 10 subjek penelitian melakukan
kesalahan
pemahaman fakta dengan presentase 28% dimana subjek penelitian
ketidaktelitian
dalam menjawab soal nomor 1. Serta pada pemahaman konsep subjek
penelitian
melakukan kesalahan yang diperoleh subjek penelitian 9 dengan
presentase 25% .
jenis kesalahan konsep dengan hanya menuliskan rumus dalam menajwab
suatu soal
tanpa melakukan langkah-langkah dengan baik sama halnya dengan
jenis kesalahan
tipe kesulitan pemahaman operasi hitung dengan subjek penelitian 9
dengan presntase
25%.
Gambar 4.1. Jawaban S-01 Soal Nomor 1
Dari uraian di atas pada nomor 1 terjadi kesalahan yang dilakukan
oleh
peserta didik ada 3 tipe kesulitan. Yaitu tipe 1, tipe 2 dan tipe
3. Dimana pada
kesulitan tipe 1 yaitu kesulitan pemahaman fakta yang dimana
peserta didik tidak
teliti dalam menjawab soal dengan baik. Kesulitan tipe 2 yaitu
kesulitan pemahaman
56
konsep, dimana peserta didik tidak tahu menghitung volume dan luas
permukaan
bangun ruang yang digabungkan dan yang terakhir kesulitan tipe 3
yaitu kesulitan
operasi hitung, dimana peserta didik salah dalam proses
perhitungan.
Dari ketiga tipe kesulitan peserta didik lebih banyak melakukan
kesalahan
pada tipe kesulitan 1 yaitu tidak teliti dalam menjawab soal dengan
baik.
b) Kesulitan soal pada nomor 2
Berdasarkan jawaban dari peserta didik yang mengalami kesulitan
yaitu (S01,
S02, S17, S22, dan S30) dimana peserta didik subjek (S01, S17, S22,
dan S30) tidak
teliti dalam menjawab soal dengan baik namun terjadi kesalahan pada
tipe kesulitan 2
dan 3.
Dari ketiga tipe kesulitan, peserta didik lebih banyak melakukan
kesalahan
pada tipe kesulitan 2 dan 3. Peserta didik tidak dapat mengetahui
luas bidang
diagonal dan tidak dapat menyelesaikan soal perhitungan dan peserta
didik tersebut
tidak tahu menuliskan simbol akar dari soal tersebut.
57
Berdasarkan analisis soal nomor 2, diperoleh sebanyak 5 subjek
penelitian
yang melakukan jenis kesalahan dalam pemahaman fakta dengan
presentase 14%,
pemahaman konsep diperoleh 4 subjek penelitian dengan presentase
11% dimana
subjek penelitian tidak mengetahui luas bidang diagonal sebuah
kubus serta jenis
melakukan kesalahan operasi hitung dengan subjek penelitian 4 sama
halnya dengan
jenis kesalahan konsep dengan presentase 11%.
c) Kesulitan soal pad nomor 3
Berdasarkan jawaban dari peserta didik yang mengalami kesulitan
pada tipe 1
(S01, S02, S05, S09, S11, S12, S16, S20, S25, S26, S28, S30 dan
S35) terlihat
peserta tidak dapat menyelesaiakn soal dengan baik. Dimana maksud
soal tersebut
peserta didik diperintahkan untuk menggambarkan bangun ruang kubus
dan balok
beserta pengertian dan sifat-sifatnya. Namun kebanyakan peserta
didik yang hanya
menyelesaikan atau menggambarkan bangun ruang kubus dan balok saja
tanpa
disertai pengertian dan sifatn-sifatnya. Gambar bangun ruang kubus
dan balok pun
tidak sesuia dengan gambar yang sebenarnya, sebagian peserta didik
hanya asal-
asalan menggambar demi menyelesaiakan jawaban nomor 3. Kesalahan
yang
dilakukan peserta didik yaitu tipe tipe kesulitan 1 dimana peserta
didik dengan
subjek (S01, S02, S05, S08, S09, S11, S12, S16, S20, S25, S26, S28,
S30, dan S35),
terlihat melakukan kesalahan dimana peserta didik menjawab
ketidaklengkapan
pengetahuan mengenai pengertian kubus dan balok beserta
sifat-sifatnya. Peserta
didik hanya menjawab seadanya saja hal itu terbukti pada saat
peneliti melakukan
wawancara peserta didik menjawab kalau peserta didik lupa pada
materinya.
58
Berdas