109
LAPORAN MAGANG DIAGNOSIS MALARIA DENGAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS DI BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA Oleh ADITYA CANDRA NUGRAHA NIM : B 0903002 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Diagnosis Malaria Dengan Pemeriksaan Parasit

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN MAGANGDIAGNOSIS MALARIA DENGAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS DI BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA

OlehADITYA CANDRA NUGRAHANIM : B 0903002

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALPOLITEKNIK BANJARNEGARAPROGRAM DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN2012 LEMBAR PERSETUJUAN

Dengan ini menerangkan bahwa Laporan Magang mahasiswa Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Politeknik Banjarnegara berjudul DIAGNOSIS MALARIA DENGAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS DI BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARAYang disusun oleh :Nama: ADITYA CANDRA NUGRAHANIM: B 0903002Telah disetujui dan disahkan pada tanggal 25 Februari 2011

Banjarnegara, 25 Februari 2011 Pembimbing Akademik

Eny Sofiyatun, S.Si, M.SiNUP. 080290039

IDENTITAS PEMAGANG

Data PersonalNama: Aditya Candra NugrahaNIM: B0903002Jumlah SKS yang telah lulus: 110Tahun Akademik: 2011/2012Data Institusi MagangNama Institusi: Balai Litbang P2B2 BanjarnegaraUnit Kerja: Penelitian dan Pengembangan Penyakit Bersumber BinatangAlamat: Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Jl. Selamanik No. 16A, Banjarnegaara, Jawa tengah, Tlp/Fax (0286) 594972Pembimbing MagangPembimbing Lapangan: Sunaryo, SKM, M.ScPembimbing Akademis: Eny Sofiyatun, S.Si, M.Si

Banjarnegara, 25 Februari 2012Pembimbing Akademik MagangPembimbing Lapangan Magang

Eny Sofitayun, S.Si, M.SiSunaryo, SKM, M.ScNUP. 080290039NIP. 196604131989031001

Mengetahui,Ka. Tim Pengelola Magang

Barni, S.Pd, M.A.NUP 080290035KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan tanpa ada halangan suatu apapun dengan judul Diagnosis Malaria Dengan Pemeriksaan Mikroskopis Di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara.Laporan magang ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan rangkaian kegiatan magang di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara dan sebagai pemenuhan Sistim Kredit Semester (SKS) pada perkuliahan Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Politeknik Banjarnegara.Penulisan dan penyusunan laporan magang ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan laporan praktikum ini dapat diselesaikan dengan baik.2. Bapak Moch. Sugiarto, Ph.D, selaku Direktur Politeknik Banjarnegara yang telah memberi fasilitas serta kemudahan selama saya mengikuti pendidikan.3. Ibu Dwi Atin Faidah, SKM, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Lingkungan Politeknik Banjarnegara atas segala bimbingan selama penulis mangikuti pendidikan.4. Bapak Joko Malis Sunarno, S. Si, M. Si, Med selaku sekretaris Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Politeknik Banjarnegara.5. Ibu Eny sofiyatun,S.Si,M.Si selaku Pembimbing Akademik magang Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan Politeknik Banjarnegara.6. Bapak Budi santoso, SKM, M.Kes selaku kepala Balai Litbang P2B2 Banjarnegara.7. Bapak Sunaryo, SKM, M.Sc selaku Pembimbing Lapangan pada kegiatan magang di Balai LitBang P2B2 Banjarnegara yang telah memberikan bimbingan selama mengikuti kegiatan magang.8. Pegawai dan staff yang ada Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang telah memberikan bantuan dan informasi selama kegiatan magang.9. Kedua orang tua tercinta yang senantiasa memberikan dukungan moril maupun materiil selama kegiatan magang.10. Teman-teman (Ade saputro, Aji Nurokhim, Bangkit Wahyu, Barkah F, Feri Triana, Ike Merliana dan Kurnia logowati) yang telah memberikan dukungan selama kegiatan magang.Penulis menyadari penulisan laporan magang ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran dari pembaca akan sangat bermanfaat bagi penulis dan semoga laporan magang ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Banjarnegara, 25 Februari 2012Penulis,

Aditya Candra Nugraha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL iLEMBAR PERSETUJUAN iiIDENTITAS PEMAGANG iiiKATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI vDAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR viiDAFTAR LAMPIRAN xBAB I. PENDAHULUAN 1A. Latar belakang 1B. Perumusan Masalah 4C. Tujuan 41. Tujuan umum 42. Tujuan khusus 4D. Manfaat 41. Bagi mahasiswa 42. Bagi instansi magang 5BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 6A. Determinan Penyakit Malaria 61. Host ............................................................................................ 62. Agent ......................................................................................... 83. Environment .......................................................................... 9B. Penularan Penyakit Malaria 11C. Diagnosa atas Dasar Pemeriksaan Laboratorium 12BAB III.ANALISIS SITUASI UMUM DAN KHUSUS UNIT KERJA .... 16A. Analisis Situasi Umum 16B. Analisis Situasi Khusus 27BAB IV.IDENTIFIKASI, PERUMUSAN MASALAH DAN PRIORITAS MASALAH 29A. Identifikasi Masalah 29B. Perumusan Masalah 30C. Prioritas Masalah 30BAB V.PEMBAHASAN 31A. Pembuatan Preparat Sediaan Darah 32B. Pewarnaan Sediaan Darah 38C. Pemeriksaan Parasit Malaria secara Mikroskopis 46BAB VI.PENUTUP 52A. Kesimpulan 52B. Saran 52DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Hasil pemeriksaan secara mikroskopis pada sediaan darah 48

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Balai Litbang P2B2 Banjaranegara 24Gambar 3.2 Sumber Daya Manusia 32Gambar 3.3 Stuktur Organisasi Instalasi Parasitologi 37Gambar 5.1 Pembuatan Sediaan Darah Tebal39Gambar 4.2 Pembuatan Sediaan Darah Tipis43Gambar 4.3 Sediaan Darah Tebal dan Darah Tipis44Gambar 4.3 Alat dan Bahan Pembuatan Sediaan Darah45Gambar 4.4 Penulisan Etiket53Gambar 4.5 Pewarnaan Sediaan Darah dengan Giemsa53Gambar 4.6 Pencucian Larutan Giemsa53Gambar 4.7 Pengeringan Sediaan Darah55Gambar 4.8 Alat dan Bahan Pewarnaan55Gambar 4.9 Pemeriksaan Sediaan Darah Malaria55Gambar 4.10 Pemeriksaan Sediaan Darah Malaria56Gambar 4.11 Plasmodium falciparum Stadium Tropozoid56Gambar 4.12 Plasmodium falciparum Stadium Gametosit56

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal Kegiatan Magang di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara2. Struktur Organisasi Balai Litbang P2B2 Banjaranegara

x

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangMalaria masih menjadi problema kesehatan, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Penyebaran malaria pada suatu daerah sering menimbulkan penularan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Malaria dalam buku The World Malaria Report 2005, Badan Kesehatan Dunia (WHO), menggambarkan walaupun berbagai upaya telah dilakukan, hingga tahun 2005 malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 107 negara di dunia, termasuk di Indonesia.Malaria di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius sehingga memerlukan perhatian dan penatalaksanaan yang sistematis. Banjarnegara merupakan Kabupaten dengan topografi wilayah berada di ketinggian antara 100 s/d 1000 meter dari permukaan laut, dan hampir 70% dari seluruh wilayahnya adalah daerah endemis malaria. Berdasarkan 20 Kecamatan yang ada, hanya 3 yang merupakan kecamatan bebas malaria. Data malaria yang diperoleh Dinkes Kabupaten Banjarnegara, angka kesakitan malaria penduduk perseribu atau Annual Paracyte Incidence (API) di Kabupaten Banjarnegara mengalami penurunan yakni pada tahun 2001 angka kesakitan malaria mencapai 9,07, tahun 2002 meningkat menjadi 15,54 kemudian mengalami penurunan menjadi 5,74 pada tahun 2003, 0,77 pada tahun 2004 dan 0,13 pada tahun 2005 sebesar 0,22, tahun 1

2006 sebesar 0,37; tahun 2007 sebesar 0,23, tahun 2008 sebesar 0,21 dan 0,3751 pada tahun 2009 (Dinkes Banjarnegara, 2009).Plasmodium malaria pada manusia ada 4 spesies yaitu P. vivax, P. falciparum, P. ovale dan P. malariae. Spesies Plasmodium malaria yang ada di Kabupaten Banjarnegara yaitu P. falciparum dan P. vivax. Penyebab malaria berat disebabkan P. falciparum dengan berbagai komplikasi yang dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak, sedangkan pada orang dewasa akan menurunkan produktifitas ekonomi dan sosial. Sedangkan P.vivax dapat tinggal berbulan-bulan sampai bertahun-tahun di dalam sel hati dan jika kondisi imunitas tubuh menurun menimbulkan kambuh (relaps).Kecepatan penemuan dan pengobatan penderita merupakan kunci keberhasilan program penatalaksanaan malaria, karena dapat memutus rantai penularan. Penemuan penderita secara dini dapat dilakukan dengan mendiagnosis dengan pemeriksaan mikroskopis yang meliputi pengambilan sediaan darah untuk dilakukan pewarnaan dengan larutan Giemsa dan identifikasi dengan mikroskop. Diagnosis malaria yang tepat sangat penting dalam menemukan adanya Plasmodium malaria dalam darah untuk pengobatan yang tepat dan cepat agar komplikasi dapat dihindari.Balai Litbang P2B2 Banjarnegara memiliki tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan pemberantasan penyakit bersumber binatang. Bermula dari Proyek Intensification of Communicable Disease Control-Asian Development Bank (ICDC-ADB) yang dimulai pada tahun 1998, yaitu suatu proyek Itensifikasi Pemberantasan Penyakt Menular (IPPM) yang meliputi penyakit Malaria, ISPA, TBC dan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Proyek ICDC-ADB ini dilaksanakan di enam Propinsi yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur. Proyek ini terdistribusi 21 Kabupaten di enam Provinsi tersebut.Penunjang dalam upaya menurunkan kejadian malaria di daerah ICDC-ADB maka dibangun institusi penunjang proyek bernama Stasiun Lapangan Pemberantasan Vektor (SLPV) di enam Provinsi, salah satunya di Provinsi Jawa Tengah, SLPV ini berkedudukan di Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah dengan Annual Parasite Incidence tertinggi diantara empat kabupaten pelaksana proyek ICDC-ADB lainnya di Jawa Tengah, yaitu: Banjarnegara, Jepara, Kebumen, dan Pekalongan. SLPV ini secara adminstratif bertanggung jawab kepada Kanwil Departemen Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tetapi secara teknis kepada Kepala Direktur Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2).Laboratorium parasitologi merupakan salah satu fasilitas yang digunakan Balai Litbang P2B2 Banjarnegara dalam menunjang upaya menurunkan kejadian mlaria dengan memutus rantai penularan dengan malakukan diagnosis malaria secara mikroskopis, yang meliputi: Pembuatan preparat malaria sediaan darah tipis dan tebal, Pembuatan preparat malaria dengan Giemsa, Pemeriksaan parasit malaria secara mikroskopis, Pemeriksaan parasit malaria dengan rapid test dan Menghitung densitas (human malaria) pada sediaan darah tipis dan tebal.Untuk itu penulis ingin mengetahui lebih lanjut mengenai diagnosis malaria secara tepat dan cepat dengan mempelajari pembuatan sediaan darah yang baik, pewarnaan yang baik dari berbagai konsentrasi Giemsa dan pemahaman masing spesies Plasmodium dan stadium-stadium secara mikroskopis.B. Perumusan MasalahDalam upaya pengendalian malaria salah satu yang harus dilakukan adalah pemeriksaan penderita dengan cara diagnosis cepat dan tepat. Diagnosis cepat dan cepat yang merupakan gold standard adalah pemeriksaan mikroskopis.C. Tujuan1. Tujuan UmumMengetahui secara spesifik diagnosis malaria dengan pemeriksaan mikroskopis yang terdapat di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara.2. Tujuan Khususa. Mengetahui pembuatan preparat malaria sediaan darah tipis dan sediaan darah tebal secara mikroskopis.b. Mengetahui pewarnaan sediaan darah dengan Giemsa dari berbagai konsentrasi yang digunakan secara mikroskopis.c. Mengetahui identifikasi spesies dan stadium Plasmodium malaria secara mikroskopis untuk pengobatan tepat dan cepat.D. Manfaat 1. Bagi Mahasiswaa. Memperoleh gambaran spesifik mengenai diagnosis malaria dengan pemeriksaan mikroskopis di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara.b. Memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai pentingnya identifikasi Plasmodium malaria dalam mencegah penularan dan upaya pengobatan tepat dan cepat.c. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat digunakan sebagai bekal bagi mahasiswa ketika di masyarakat.2. Bagi Instansi Maganga. Menciptakan kerja sama saling menguntungkan antara institusi tempat magang dengan Politeknik Banjarnegara.b. Membantu dalam penyelesaian permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam penatalaksanaan pengendalian penyakit malaria.c. Memberikan umpan balik (feedback) demi perbaikan di instansi magang.

5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Determinan Penyakit MalariaMalaria adalah penyakit endemik yang dijumpai di seluruh dunia, terutama pada daerah tropis. Daerah yang mempunyai prevalensi tertinggi adalah daerah sekitar gurun Sahara, sebagian Amerika Tengah dan Selatan Serta Oceania. Namun demikian, penularan dapat terjadi di daerah beriklim sedang, dimana nyamuk Anopheles hidup. Penularan juga dapat terjadi secara kongenital, melalui transfusi atau jarum yang terkontaminasi (Sihombing, T.Y, 1999).Penyebaran penyakit malaria ditentukan oleh faktor yang disebut host, agent, dan environtment. Penyebaran malaria terjadi apabila ketiga komponen tersebut di atas saling mendukung. 1. Hosta. Host Intermediate (Manusia)Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat terinfeksi oleh agent (parasit/Plasmodium) dan merupakan tempat berkembangbiaknya agent. Faktor-faktor instrinsik yang mempengaruhi kerentanan host terhadap agent, antara lain :1) Usia

Anak-anak lebih rentan dibanding orang dewasa terhadap infeksi parasit malaria karena daya tahan tubuhnya (imun) lebih rendah dari pada orang dewasa. WHO (2000), melaporkan bahwa sekitar satu juta anak-anak di bawah lima tahun meninggal karena 6

Plasmodium falciparum di Afrika. Kebanyakan disebabkan karena malaria serebral dan anemia.2) RasBeberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai kekebalan alamiah terhadap malaria. Misalnya, di Afrika di mana prevalensi dari hemoglobin S (Hb S) cukup tinggi, penduduknya ternyata lebih tahan terhadap akibat dari infeksi Plasmodium falciparum. Hb S terdapat pada penderita dengan kelainan darah yang merupakan penyakit turunan (herediter) yang disebut sickle cell anaemia.3) Cara HidupCara hidup sangat berpengaruh terhadap penularan malaria. Misalnya tidur tidak memakai kelambu dan sering berada di luar rumah pada malam hari.4) Status GiziAnak-anak yang gizinya kurang baik dan tinggal di daerah endemis malaria lebih rentan terhadap infeksi malaria.5) Kekebalan/ImmunitasKekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi dua, yakni kekebalan tidak spesifik (non-spesific resistance) dan kekebalan spesifik (spesific resistance). Kekebalan tidak spesifik adalah pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit. Untuk kekebalan spesifik dapat diperoleh dari dua sumber yaitu genetik dan kekebalan yang diperoleh (acquired immunity). Kekebalan yang bersumber dari genetik biasanya berhubungan dengan ras (warna kulit) dan kelompok-kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivax. Kekebalan yang diperoleh (acquired immunity) ini diperoleh dari luar tubuh anak. Kekebalan dapat bersifat aktif, dan dapat bersifat pasif. Kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu, kekebalan aktif juga dapat diperoleh melalui imunisasi, yang berarti ke dalam tubuhnya dimasukkan organisme patogen penyakit. Kekebalan pasif diperoleh dari ibu melalui plasenta dan dapat juga diperoleh melalui serum anti bodi, tetapi kekebalan pasif hanya bersifat sementara.b. Host Defenitive (Nyamuk Anopheles)Hanya nyamuk Anopheles betina yang menghisap darah, darah ini diperlukan untuk proses pematangan telurnya. Faktor perilaku nyamuk merupakan hal yang sangat menentukan dalam proses penularan malaria disamping faktor lain seperti : umur nyamuk, kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit, frekuensi menggigit manusia dan siklus gonotrofik yaitu waktu yang diperlukan untuk matangnya telur.2. Agent (Parasit/Plasmodium)Parasit/Plasmodium hidup di dalam tubuh manusia dan dalam tubuh nyamuk. Parasit/Plasmodium hidup dalam tubuh nyamuk dalam tahap daur seksual (pembiakan melalui kawin) dan hidup dalam tubuh manusia pada daur aseksual (pembiakan tidak kawin, melalui pembelahan diri).Agen penyebab malaria dari Genus Plasmodium, Familia Plasmodiidae, dari Ordo Coccidiidae. Penyebab malaria di Indonesia sampai saat ini ada empat macam Plasmodium yaitu :1. Plasmodium falciparum, penyebab penyakit malaria tropika.2. Plasmodium vivax, penyebab penyakit malaria tertiana.3. Plasmodium malariae, penyebab penyakit malaria kuartana.4. Plasmodium ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat.Seorang penderita dapat ditulari oleh lebih dari satu jenis Plasmodium, biasanya infeksi semacam ini disebut infeksi campuran (mixed infection). Tapi umumnya hanya dua jenis parasit yaitu campuran antara Plasmodium falciparum dengan Plasmodium vivax atau Plasmodium malariae. Campuran tiga jenis parasit jarang sekali terjadi.3. Environment (Lingkungan)Environment adalah lingkungan dimana manusia dan nyamuk berada. Nyamuk akan berkembang biak bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang biak. Faktor lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu :a. Lingkungan Fisik, meliputi : Suhu Udara, Kelembaban Udara, Hujan, Angin, Sinar Matahari, Arus Air.b. Lingkungan Kimiawi, Lingkungan yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perindukan. Sebagai contoh An.sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya berkisar antara 12-180/00 dan tidak dapat berkembang pada kadar garam diatas 400/00, meskipun di beberapa tempat di Sumatera Utara An. sundaicus ditemukan pula dalam air tawar. An. letifer dapat hidup di tempat yang asam /pH rendah.c. Lingkungan BiologiTumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena ia dapat menghalangi sinar matahari yang masuk atau melindungi dari serangan makhluk hidup lain.Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah (Panchax spp.), gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Selain itu adanya ternak besar seperti sapi dan kerbau dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia apabila kandang hewan tersebut diletakkan di luar rumah, tetapi tidak jauh jaraknya dari rumah.d. Lingkungan Sosial BudayaFaktor ini terkadang besar sekali pengaruhnya dibandingkan dengan faktor lingkungan yang lain. Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam, dimana vektornya lebih bersifat eksofilik dan eksofagik akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk. Penggunaan kelambu, kawat kasa pada rumah dan penggunaan zat penolak nyamuk (repellent) yang intensitasnya berbeda sesuai dengan perbedaan status sosial masyarakat akan mempengaruhi angka kesakitan malaria.Penelitian oleh Zaluchu dan Arma (2007) di Kecamatan Gunungsitoli, Kabupaten Nias, menemukan ternyata malaria yang telah sekian lama menjadi suatu penyakit masyarakat, dianggap tidak lagi menjadi penyakit yang berbahaya atau penyakit biasa dan bahkan menyatakan malaria bukan penyakit menular yang harus dikuatirkanB. Penularan Penyakit MalariaMenurut Safar (2010), penyakit malaria disebabkan oleh protozoa, nyamuk berperan sebagai vektor penyakit malaria yaitu tribus Anophelini, genus Anopheles. Di Indonesia genus Anopheles ini diketahui sekitar 80 spesies dan 16 spesies telah dibuktikan sebagai vektor malaria, yang berbeda-beda dari satu daerah dengan daerah lain tergantung dari beberapa faktor seperti iklim geografi dan tempat perindukan dari Anopheles.Malaria diambil dari dua kata bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk, karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk (Prabowo, 2004).Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles dengan gambaran penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal. Berat ringannya kelainan darah ini tergantung pada : (1) spesies parasit; (2) jumlah parasit yang masuk dalam tubuh; (3) lamanya infeksi, dan (4) respons daripada hospes.Budiawan (2004) menerangkan bahwa, Plasmodium mempunyai siklus hidup sebagian dalam tubuh manusia (aseksual) dan sebagian lagi dalam tubuh nyamuk Anopheles (seksual). Terdapat 4 spesies yang menginfeksi manusia yaitu Plasmodium falciparum, P. Vivax, P.ovale dan P.malariae. Siklus hidup semua spesies parasit malaria adalah sama, yaitu mengalami stadium-stadium yang berpindah dari vektor nyamuk ke manusia dan kembali ke nyamuk lagi. Terdiri dari siklus seksual (sporogoni) yang berlangsung pada nyamuk Anopheles dan siklus aseksual yang berlangsung pada manusia yang terdiri dari fase eritrosit dan fase yang berlangsung di dalam parenkim sel hepar. Khusus pada P.vivax dan P.ovale, sebagian tropozoid hati tidak langsung membelah tetapi ada yang menjadi bentuk hipnozoid. Hipnozoid tersebut tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun dan pada suatu saat (bila kekebalan tubuh menurun) dapat mengalami aktivasi dengan membelah diri sehingga dapat menimbulkan kambuh (relaps).C. Diagnosa atas Dasar Pemeriksaan LaboratoriumAfiah (2009) menerangkan bahwa, diagnosis malaria dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan ditemukannya parasit (Plasmodium) di dalam darah apusan darah tepi (tetes tebal dan tipis) yang merupakan standar emas (gold standard). Terdapat juga cara deteksi antigen Plasmodium dengan cepat yaitu dengan metode imunokromatografi (dipstick).Diagnosis malaria dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium (mikroskopik, tes diagnostik cepat) dan tanpa pemeriksaan laboratorium. Pada daerah yang tidak tersedia fasilitas dan tenaga untuk pemeriksaan laboratorium, maka diagnosis tanpa pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan berdasarkan anamnese dan pemeriksaan fisik, maka diagnosa malaria ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Kasus malaria yang didiagnosis hanya berdasarkan gejala dan tanda klinis disebut kasus tersangka malaria atau malaria klinis. Sampai saat ini diagnosis pasti malaria berdasarkan ditemukannya parasit malaria dalam sediaan darah secara mikroskopik.Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan dengan membuat sediaan darah hapus tipis dan darah tebal kemudian dilakukan pewarnaan preparat. Pewarnaan darah tipis untuk melihat perubahan bentuk eritrosit, dapat dilakukan berdasarkan jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1.000 sel darah merah, dan pewarnaan darah tebal untuk melihat Plasmodium. Pewarnaan darah tebal merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Hitung parasit pada sediaan darah tebal dapat dilakukan dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit.Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negatif maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga laboratorik yang berpengalaman dalam pemeriksaan parasit malaria. Pemeriksaan pada saat penderita demam atau panas dapat meningkatkan kemungkinan ditemukannya parasit.Diagnosis definitif berdasarkan adanya Plasmodium pada sediaan darah, baik darah tebal dengan pengecatan Giemsa setiap 8-12 jam dalam beberapa hari. Sediaan darah tebal untuk menentukan densitas parasit, sedangkan sediaan darah tipis untuk menentukan jenis Plasmodium dan jenis obat yang akan diberikan (Nurjaya, 2004).Sebagai diagnosis pasti, bila ditemukan adanya parasit malaria pada preparat darah tepi dengan pemeriksaan mikroskopik (metode konvensional). Pemeriksaan Mikroskopik (metode konvensional), yaitu dengan pewarnaan Giemsa yang dikembangkan oleh Ross sejak tahun 1903. Ada 2 macam preparat, yaitu :1. Preparat darah tebal menggunakan 3 tetes darah dan dengan preparat ini lebih banyak kemungkinan parasit ditemukan, bahkan dikatakan 20 kali lebih cepat daripada preparat darah tipis.2. Preparat darah tipis, lebih tepat untuk konfirmasi jenis spesies parasit. Selain itu juga dapat melihat perubahan bentuk eritrosit, sehingga dapat membedakan keempat spesies Plasmodium.Metode konvensional ini memerlukan biaya yang relatif murah, tetapi membutuhkan waktu cukup lama untuk proses pewarnaan dan untuk interpretasinya diperlukan tenaga terlatih dan berpengalaman (Budiawan, 2004).Pewarnaan sediaan darah malaria merupakan pemberian warna pada sediaan darah malaria dengan zat warna Giemsa pada konsentrasi tertentu untuk mendapatkan warna yang baik dan sesuai dengan standar teknis agar sediaan darah tersebut dapat diperiksa secara mikroskopis.Pemeriksaan darah untuk parasit malaria dapat dilakukan dengan mengambil darah dari jari tangan dan membuat sediaan darah tebal dan tipis untuk kemudian dipulas dengan Giemsa. Pemeriksaan darah tepi, pembuatan preparat darah tebal dan tipis dilakukan untuk melihat keberadaan parasit dalam darah tepi. Seperti tropozoid yang berbentuk cincin (Mansjoer, 2002).Kemampuan seorang mikroskopis baik dalam membuat sediaan darah, mewarnai dan memeriksanya sangat menentukan ditemukannya parasit malaria. Oleh sebab itu ketepatan dan kebenaran pemeriksaan sediaan darah oleh mikroskopis perlu diamati dan dipantau secara terus menerus. Pelaksanaannya dilakukan dengan memeriksa hasil kerja mikroskopis jenjang laboratorium tingkat bawah oleh mikroskopis laboratorium tingkat di atasnya secara berurutan (Chadijah, 2006).

15

BAB IIIANALISIS SITUASI UMUM DAN KHUSUS PADA UNIT KERJA

A. Analisis Situasi Umum1. Profil Instansia. Nama InstansiBalai Litbang P2B2 Banjarnegarab. Bidang KerjaBalai Litbang P2B2 Banjarnegara memiliki tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit bersumber binatang, dengan 5 Instalasi yang pendukung yaitu Instalasi Rodentiologi, Instalasi Entomologi, Instalasi Parasitologi, Instalasi Bakteriologi dan Instalasi Epidemiologi, Biostatistik dan GIS.c. Alamat InstansiJl. Selamanik No. 16A, Banjarnegaara, Jawa tengah, Tlp/Fax (0286) 594972.2. Sejarah Singkat InstansiBalai Litbang P2B2 Banjarnegara memiliki tugas melaksanakan program penelitian dan pengembangan serta program pencegahan dan pengendalian terhadap vektor-vektor penyakit menular, serta program kesehatan lain. Vektor-vektor penyakit yang diteliti dan dikembangkan di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara antara lain vektor penyakit Malaria, Demam Berdarah dan Filariasis.

Balai Litbang P2B2 membawahi wilayah kerja tertentu dan mempunyai bidang-bidang kegiatan dalam rangka penelitian, 16

pengembangan dan pencegahan penyakit yang bersumber dari binatang. Wilayah kerja Balai Litbang P2B2 Banjarnegara adalah seluruh Indonesia. Bidang kegiatan tersebut antara lain pembiakan binatang-binatang yang menjadi vektor/reservoir penyakit (baik binatang pengerat, parasit, serangga), usaha penagkapan dan pengamatan secara langsung terhadap lokasi yang mengalami kejadian dan dicurigai sebagai sumber munculnya penyakit, pengendalian dan terhadap binatang vektor penyakit, penelitian dan pelaporan kasus.Bermula dari Proyek Intensification of Communicable Disease Control-Asian Development Bank (ICDC-ADB) yang dimulai pada tahun 1998, yaitu suatu proyek Itensifikasi Pemberantasan Penyakt Menular (IPPM) yang meliputi penyakit Malaria, ISPA, TBC dan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Proyek ICDC-ADB ini dilaksanakan di enam Propinsi yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur. Proyek ini terdistribusi 21 Kabupaten di enam Provinsi tersebut.Penunjang dalam upaya menurunkan kejadian malaria di daerah ICDC-ADB maka dibangun institusi penunjang proyek bernama Stasiun Lapangan Pemberantasan Vektor (SLPV) di enam Provinsi, salah satunya di Provinsi Jawa Tengah, SLPV ini berkedudukan di Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah dengan Annual Parasite Incidence tertinggi diantara empat Kabupaten pelaksana proyek ICDC-ADB lainnya di Jawa Tengah, yaitu: Banjarnegara, Jepara, Kebumen, dan Pekalongan. SLPV ini secara adminstratif bertanggung jawab kepada Kanwil Dep. Kes. Provinsi Jawa Tengah, tetapi secara teknis kepada Kepala Direktorat P2B2. Diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan di Daerah, SLPV menjadi UPT Pusat dibawah Badan Litbangkes bernama UPF-PVRP. Dengan berakhirnya Proyek ICDC-ADB, UPF-PVRP oleh Badan Litbangkes dan dibantu oleh Ditjen PPM-PL mengusulkan kelembagaan UPF-PVRP kepada Menpan. Persetujuan Menpan, Menteri Kesehatan dengan SK Nomor : 1406/MENKES/SK/IX/2003, tanggal : 30 September 2003 menetapkan kelembagaan UPF-PVRP di enam Provinsi menjadi Loka Litbang P2B2. Merujuk Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 894/Menkes/Per/IX/2008, Loka Litbang P2B2 Banjarnegara mempunyai Unggulan Penelitian dan Pengembangan di bidang Penyakit Bersumber Rodensia, dan adanya SOT baru dengan tambahan 1 orang Kaur Tata Usaha. Berdasarkan Permenkes No.920/Menkes/Per/V/2011 ditetapkan perubahan Loka menjadi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara, dengan 1 orang kepala dan 3 pejabat struktural yaitu Ka Subbag Tata Usaha, Kasi Program dan Kerjasama dan Kasi Pelayanan Penelitian. Balai Litbang P2B2 berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, secara administratif dibina oleh Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan secara Teknis Fungsional dibina oleh pusat yang bersesuaian (Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat).

3. Visi, Misi, Tugas dan Fungsia. VisiSebagai centre of excellence penelitian dan pengembangan penyakit bersumber binatangb. Misi1) Menghimpun, mengkaji, mengembangkan, dan menyebarkan informasi IPTEK tentang vektor, reservoir, bionomik serta dinamika penularan P2B2.2) Meningkatkan profesionalisme sediaan darah dalam bidang pengamatan dan pengkajian vektor, reservoir dan dinamika penularan serta cara pengendaliannya.3) Menggalang dan mengembangkan kemitraan lintas program dan sektor terkait dalam pengamatan dan pengkajian vektor dan reservoir serta dinamika penularan penyakit.c. TugasMelaksanakan Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang.d. Fungsi1) Penyusunan rencana dan program penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit bersumber binatang2) Pelaksanaan kerjasama penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit bersumber binatang3) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit bersumber binatang4) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit sesuai keunggulannya.5) Penentuan karakteristik epidemiologi penyakit bersumber binatang 6) Pengembangan metode dan teknik pengendalian penyakit bersumber binatang 7) Pengelolaan sarana penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit bersumber binatang serta pelayanan masyarakat. 8) Pengembangan jejaring informasi dan ilmu pengetahuan teknologi kesehatan 9) Pelaksanaan diseminasi dan promosi hasil-hasil penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit bersumber binatang 10) Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan.4. Kedudukan dan Struktur Organisasi a. KedudukanBerdasarkan Permenkes No.920/Menkes/Per/V/2011 : Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang yang selanjutnya disebut Balai Litbang P2B2 adalah Unit Pelaksanan Teknis di Lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan. Balai Litbang P2B2 berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, secara administratif dibina oleh Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan secara Teknis Fungsional dibina oleh pusat yang bersesuaian (Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat).

b. Struktur Organisasi

5. KemampuanDalam melaksanakan fungsinya Balai Litbang P2B2 banjarnegara didukung oleh :a. Sumber Daya Manusia

b. Sarana dan Prasarana1) Gedung Kantor L2 dan tiga rumah dinas 2) Kendaraan :a) Tiga unit kendaraan roda 4 : Hiline, Panther, Avanza b) Dua unit kendaraan roda 2 : Honda Supra X 125, Suzuki TS 125 3) Gedung Laboratorium:a) Lab. Entomologi b) Lab. Parasitologi c) Lab. Rodentologi d) Lab. Bakteriologie) Lab. Epidemiologi & Biostatistik (GPS, PDA) 4) Sarana Teknologi informasi : LAN, Internet (Modem ADSL, Modem USB, Modem 56 Kbps, GIS) 5) Peralatan ATK : mesin ketik, mesin foto copy, printer, mesin hitung elektronik 6) Personal komputer 23 unit dan 5 buah komputer notebook 7) Sarana presentasi (Camera digital, Camera manual SLR, Handycam, Mini DV, OHP, LCD viewer, Slide Proyektor, Banner, Sound System, DVD Recorder , DVD Player)8) Gedung Multimedia (Layar lebar, Sound System, DVD Recorder , DVD Player, TV 2,) 9) Kapasitas meeting 100 orang 10) Ruang kelas kapasitas 80 orang 11) Ruang rearing (tempat pengembangbiakan nyamuk) 12) Tempat pengembangbiakan mencit (Mus musculus albino)13) Ruang Perpustakaan (+300 judul buku, jurnal, buletin, majalah, VCD tutorial)14) Green House (Tanaman pengusir nyamuk) 15) Musholla16) Kandang ternak untuk umpan nyamuk peliharaan c. Kemampuan dan Rencana Laboratorium1) Laboratorium Entomologia) Mampu mengidentifikasi nyamuk dewasa b) Mampu mengidentifikasi telur dan jentik nyamuk c) Mampu mengidentifikasi pinjal pada tikus d) Mampu mengidentifikasi ixodidae pada tikus e) Mampu mengidentifikasi anoplura pada tikus f) Mampu mengidentifikasi trombiculidae secara mikroskopis g) Mampu mengidentifikasi sibling spesies nyamuk malaria h) Mampu menghitung siklus gonotropik i) Mampu mendeteksi kejadian transovari pada jentik aedes j) Menghitung umur relatif nyamukk) Identifikasi nyamuk penular malaria (menemukan sporozoit) dan filariasis (larva cacing ditubuh nyamuk)l) Menentukan bionomik/perilaku nyamuk vektor malaria di suatu daerah endemis malaria m) Pemeriksaan / identifikasi ektoparasit pada tikus n) Mampu melakukan uji presipitino) Mampu melakukan susceptibility atau resistensi nyamuk dewasa terhadap insektisidap) Mampu melakukan bioassay pada nyamuk dewasa (IRS,foging) dan jentikq) Pembuatan awetan nyamuk (pinning) dan jentik (mounting)r) Pembuatan replika nyamuk 2) Laboratorium Parasitologia) Pembuatan preparat malaria sediaan darah tipis dan tebal b) Pembuatan preparat malaria dengan pewarnaan acridine orange dan Giemsa c) Pemeriksaan parasit malaria secara mikroskopisd) Pemeriksaan parasit malaria dengan rapid test e) Melakukan kultur parasit malaria secara in vivof) Melakukan kultur parasit malaria secara in vitrog) Menghitung densitas (human malaria) pada sediaan darah tipis dan tebalh) Menghitung parasitemia pada hewan cobai) Pembuatan preparat filaria dengan pewarnaan Giemsa dan acridine orangej) Pemeriksaan parasit filaria secara mikroskopisk) Pemeriksaan diagnostik filariasis secara serologis (deteksi antibodi, deteksi antigen dengan antibodi monoklonal)l) Melakukan kultur parasit filaria secara in vivom) Melakukan kultur parasit filaria secara in vitron) Melakukan test resistensi Plasmodium malaria terhadap obat anti malaria o) Melakukan uji parasit (malaria, filaria, helmint) dengan menggunakan Enzim Link Immuno Sorbent Assay (ELISA) p) Melakukan uji parasit (malaria, filaria, helmint) dengan menggunakan Polimerase Chain Reaction (PCR)q) Melakukan identifikasi endoparasit pada rodent (cacing dan Protozoa)3) Laboratorium Epidemiolgi, GIS & Statistika) Telaah Epidemiologi penyakit bersumber binatangb) Menyiapkan pedoman tool kit penelitian indikasi KLB/KLB P2B2c) Memberi masukan dalam menentukan desain penelitiand) Memberi masukan dalam rencana pengolahan dan analisa datae) Membantu dalam pengolahan dataf) Membuat analisis secara spasial4) Laboratorium Rodentologia) Taksonomi (inventarisasi spesies dan identifikasi)b) Berbagai ragam teknik trapping (pengumpulan tikus baik hidup maupun mati c) Metode pengawetan spesimen baik basah maupun kering d) Uji reproduksi e) Koloni rodent f) Uji rodentisida 5) Kemampuan kegiatan yang telah dilakukana) Pengumpulan Data Dasar Malaria, DBD, Filaria, Leptospirosis, Pes b) Survei Entomologi, Rodentologi, Parasitologi c) Spot Survei Daerah Fokus Tinggi d) Survei PSP (Pengetahuan, Sikap, Praktek) e) Survei Pemetaan (GIS) f) Melakukan Kegiatan Laboratorium (Rearing Nyamuk, Kolonisasi Mus musculus albino, Pemeriksaan Hb, dll)g) Bioassay : Pasca Penyemprotan IRS, Kelambu berinsektisida h) Konfirmasi Laboratorium Di Puskesmas Endemis i) Desiminasi / Informasi Hasil Kegiatan (Ekspo, Buletin, Forum Ilmiah) j) Penyuluhan P2B2 (Leaflet, Booklet, Banner, VCD, Replika nyamuk)k) Melakukan Penelitan Dalam Bidang P2B2 l) Peningkatan Sumber Daya Manusia Bidang Entomologi, Parasitologi, Rodentologi Metodologi Penelitian dan Adm.m) Melakukan Survei Epidemiologi di Daerah KLB n) Kemitraan dengan Lintas SektorB. Analisis Situasi KhususLaboratorium Parasitologi merupakan salah satu Instalasi yang ada di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara, alat dan sarana penunjang di instalasi ini antara lain : compound microscop, compound microscop dengan kamera, parasitologi kit, teaching microscop (tandem 5 orang), lemari penyimpanan alat, alat dan bahan pembuatan sediaan darah untuk malaria dan filariasis.

Kepala InstalasiRr.Anggun PD,SKM,MPHStaff:Novia triastutiDwi priyanto,S.SiWahyuning nuraeniDian indra dewi

Gambar 3.4 Struktur organisasi Instalasi parsitologiKemampuan Instalasi Parasitologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara antara lain:1. Pembuatan preparat malaria sediaan darah tipis dan tebal2. Pembuatan preparat malaria dengan Giemsa3. Pemeriksaan parasit malaria secara mikroskopis4. Pemeriksaan parasit malaria dengan rapid test5. Menghitung densitas (human malaria) pada sediaan darah tipis dan tebal6. Pembuatan preparat filaria dengan pewarnaan Giemsa7. Pemeriksaan parasit filaria secara mikroskopis8. Melakukan identifikasi endoparasit pada rodent (cacing dan Protozoa)

28

BAB IVIDENTIFIKASI, PERUMUSAN MASALAH DAN PRIORITAS MASALAH

A. Identifikasi MasalahUpaya pengendalian malaria adalah dengan memutus siklus penularan yaitu dengan penemuan atau diagnosis dini, serta pengobatan cepat dan tepat. Pemeriksaan darah secara mikroskopis telah dikembangkan dari tingkat pusat, Provinsi (Laboratorium Kesehatan Daerah/Labkesda), Kabupaten (Dinas Kesehatan Kabupaten), dan Kecamatan (Puskesmas). Keterampilan pemeriksaan petugas mikroskopis di berbagai tingkat administrasi masih belum memadai, dan tidak sesuai dengan tingkat administratifnya. Sebagai contoh kemampuan pemeriksaan mikroskopis di suatu Puskesmas lebih baik dari pada di Rumah Sakit Provinsi (Tuti S, 2010). Tenaga petugas mikroskopis dengan kemampuan dan kualitas yang sesuai dengan tingkat administrasi sangat dibutuhkan, demi menunjang keberhasilan program pengendalian malaria.Balai Litbang P2B2 Banjarnegara merupakan suatu instansi Kesehatan Pemerintah Pusat yang bertugas melaksanakan Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang. Salah satu Instalasi di Balai Litbang adalah Instalasi Parasitologi, yang mempunyai kemampuan antara lain :1. Pembuatan preparat malaria sediaan darah tipis dan tebal2. Pembuatan preparat malaria dengan Giemsa3. Pemeriksaan parasit malaria secara mikroskopis4. Pemeriksaan parasit malaria dengan rapid test

5. 29

6. Menghitung densitas (human malaria) pada sediaan darah tipis dan tebal7. Pembuatan preparat filaria dengan pewarnaan Giemsa 8. Pemeriksaan parasit filaria secara mikroskopis9. Melakukan identifikasi endoparasit pada rodent (cacing dan Protozoa) B. Perumusan MasalahBerdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan bagaimana diagnosis malaria dengan pemeriksaan mikroskopis di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara.C. Prioritas MasalahSehat menjadi indikator meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, salah satunya terbebas dari penyakit menular seperti malaria. Upaya menyediakan pelayanan diagnosis mikroskopis malaria yang dapat diandalkan dan bermutu tinggi, menjadi salah satu misi Gerakan Berantas Kembali (GEBRAK) Malaria dalam menjamin kualitas penetapan diagnosa terhadap penderita. Pemantapan kualitas petugas mikroskopis perlu dilakukan, untuk memastikan kinerja petugas mikroskopis di semua laboratorium dan pusat diagnostik malaria. Kegiatan diagnosis malaria dengan pemeriksaan mikroskopis meliputi 1) Pembuatan preparat malaria sediaan darah tipis dan tebal, 2) Pewarnaan sediaan darah malaria dengan Giemsa, dan 3) Pemeriksaan parasit malaria secara mikroskopis di Balai Litbang P2B2 Banjarnegara.

30

BAB VPEMBAHASAN

Malaria masih menjadi masalah kesehatan, parasit malaria yang menginfeksi manusia diketahui ada 4 spesies yakni P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan P.ovale. Diperlukan kewaspadaan terutama di daerah dengan kepadatan vektor nyamuk Anopheles yang tinggi agar tidak semakin meluas. Mengenal dan memahami parasit malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosis dini dan benar. Diagnosis malaria dengan pemeriksaan mikroskopis sangat diperlukan terkait dengan akurasi data untuk menentukan kebijakan program, menentukan pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat dan benar, evaluasi pengobatan dan resistensi antimalaria. Banyak penelitian telah dikembangkan untuk mendapatkan metode pemeriksaan laboratorium dalam diagnostik malaria yang lebih baik dari yang sudah ada. Namun sampai saat ini, metode pemeriksaan mikroskopis terhadap sediaan darah masih menjadi pilihan utama dan merupakan gold standard dalam diagnosis malaria yang efektif dan efektif.

Penemuan parasit Plasmodium yang beredar pada darah tepi hingga saat ini masih merupakan diagnosis pasti yang tak terbantahkan. Akan tetapi untuk memastikan bahwa seseorang tidak mengandung parasit ini dalam darahnya akan menjadi sukar karena mungkin parasit sedikit sekali beredar di darah tepi atau dalam jaringan hati atau tidak jarang juga tidak dijumpai parasit karena kekurangan dalam teknik pemeriksaan, pewarnaan dan juga teknisi pemeriksa kurang terampil. Metode pewarnaan Giemsa pada sediaan darah sampai saat ini 31

cukup baik kualitasnya karena mempunyai sensitifitas dan spesifisitasnya dalam mengidentifikasi morfologi dari setiap Plasmodium. Laboratorium Parasitologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara menerapkan metode pemeriksaan mikroskopis sediaan darah sebagai pilihan utama dalam penegakan diagnosis malaria. Metode diagnosis malaria dengan pemeriksaan mikroskopis meliputi Pembuatan preparat malaria sediaan darah tebal dan tipis, Pewarnaan Giemsa sediaan darah dan Pemeriksaan parasit secara mikroskopis.A. Pembuatan Preparat Sediaan Darah1. Preparat sediaan darah tebalSediaan darah tebal merupakan sediaan yang terdiri dari tumpukan sel darah merah yang melekat pada kaca sediaan yang dibuat sedemikian rupa menurut aturan. Pembuatan sediaan darah tebal biasanya dilakukan dalam survei malaria di lapangan agar lebih cepat dalam pembuatan sediaan darah dan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena volume darah lebih banyak.

Gambar 4.1 Pembuatan sediaan darah tebalAdapun kelebihan dan kekurangan pembuatan sediaan darah tebal, sebagai berikut :a. Kelebihannya dapat menemukan parasit lebih cepat karena volume darah yang digunakan lebih banyak. Jumlah parasit lebih banyak dalam satu lapang pandang, sehingga pada infeksi ringan lebih mudah ditemukan.b. Kelemahan dari sediaan darah tebal bentuk parasit yang kurang lengkap morfologinya karena akibat hemolisa terlebih dahulu sebelum pewarnaan, sehingga bentuk parasit tidak lagi tampak secara keseluruhan (leukosit dan parasit malaria kemungkinan menjadi tidak utuh karena dinding sel dan sebagian sitoplasmanya hancur).2. Preparat sediaan darah tipisSediaan darah tipis merupakan sediaan yang hanya terdiri dari satu lapisan sel darah merah yang melekat pada kaca sediaan dan digunakan untuk melihat morfologi parasit dengan bentuk-bentuk parasit yang utuh serta sebagai konfirmasi ulang pada penderita malaria berat yang densitas parasitnya tinggi. Konfirmasi ulang ini biasa dikerjakan di Rumah sakit, Puskesmas dengan fasilitas rawat inap dan atau pada penelitian secara khusus.Sediaan darah tipis yang baik yaitu jangan terlalu tebal dan terlalu tipis, jika sediaan terlalu tebal akan menutupi sel-sel eritrosit satu sama lain sehingga mempersulit penilaian dan jika sediaan terlalu tipis maka sel-sel akan kehilangan bentuk terutama pada daerah tepi.

Gambar 4.2 Pembuatan sediaan darah tipisKelebihan dan kekurangan sediaan darah tipis, sebagai berikut :a. Kelebihan pada pembacaan pada sediaan ini, bentuk parasit Plasmodium berada dalam eritrosit sehingga didapatkan bentuk parasit yang utuh dan morfologinya sempurna. Serta lebih mudah untuk menentukan spesies dan stadium parasit dan perubahan pada eritrosit yang dihinggapi parasit dapat dilihat jelas.b. Kelemahan dari sediaan darah tipis yaitu kemungkinan ditemukan parasit lebih kecil karena volume darah yang digunakan relatif sedikit.Berikut langkah pembuatan sediaan darah tebal dan darah tipis, sebagai berikut :a. Menyiapkan alat dan bahan (kaca sediaan, lanset, kapas beralkohol, kapas kering, isolasi).b. Memegang tangan kiri pasien dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas.c. Memilih jari tengah atau jari manis (pada bayi usia 6-12 bulan darah diambil dari ujung ibu jari kaki dan bayi < 6 bulan darah diambil dari tumit).d. Membersihkan jari dengan kapas beralkohol untuk menghilangkan kotoran dan minyak yang menempel pada jari tersebut.e. Setelah kering, jari ditekan agar darah terkumpul di ujung jari f. Menusuk bagian ujung jari (agak pinggir, dekat kuku) secara cepat dengan menggunakan lanset.g. Membersihkan tetesan darah pertama yang keluar dengan kapas kering, untuk menghilangkan bekuan darah dan sisa alkohol.h. Menekan kembali ujung jari sampai darah keluar, ambil kaca sediaan bersih (pegang kaca sediaan di bagian tepinya). Posisi kaca sediaan berada di bawah jari tersebut.i. Darah tebal : meneteskan 2-3 tetes darah pada kaca sediaan, darah dibuat homogen dgn cara memutar ujung kaca sediaan searah jarum jam, sehingga membentuk bulatan diameter 1 cm pada kaca sediaan, j. Darah tipis : meneteskan 1 tetes darah pada kaca sediaan di atas meja yang rata. Kemudian mengambil kaca sediaan baru, dan tempelkan ujungnya pada tetes darah kecil dengan membentuk sudut 450 geser kaca sediaan dengan cepat ke arah yang berlawanan dengan tetes darah tebal, sehingga di dapatkan sediaan hapus (bentuk lidah).k. Membersihkan sisa darah di ujung jari dengan kapas.l. Pemberian etiket (label) pada sediaan darah.

Gambar 4.3 Sediaan darah tebal dan darah tipis

Gambar 4.3 Alat dan Bahan Pembuatan Sediaan DarahPemberian etiket penting dilakukan sebagai identitas dari sediaan darah yang telah dibuat agar tidak terjadi kekeliruan dalam diagnosis malaria sehingga tepat dalam penanganan.Etiket dapat dibuat dari kertas label atau dengan menggunakan darah, yang ditulis menggunakan pensil biasa dengan tulisan yang jelas meliputi kode tempat, tanggal/tahun pembuatan sediaan darah, serta nomor sediaan darah (nomor pasien). Nomor sediaan darah terkecil terletak paling dekat dengan etiket. Kode pada etiket harus sama dengan pencatatan pada buku/formulir pengambilan darah (Mass Survey, Passive Case Detection, Active Case Detection).Contoh etiket pada pengambilan sediaan darah kegiatan Mass Survey yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan :Kode desa/lokasi kegiatan (misal Desa Madukara) diberi kode MD, angka 27-28 menunjukkan nomor urut sediaan darah yang diambil, sedangkan angka 15-01-2012 menunjukkan tanggal pembuatan sediaan darah (no kecil yang dekat dengan etiket), ini menunjukkan bahwa angka 27 diambil pertama kali sediaan darahnya.

Gambar 4.4 Penulisan EtiketFaktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan sediaan darah, antara lain :a. Kualitas dan kebersihan kaca sediaan sehingga mudah dalam pemeriksaan dan proses pewarnaan baik.b. Pengambilan darah dilakukan di tempat yang aman, terbebas dari pengaruh debu, lalat dan sinar matahari langsungc. Volume darah yang digunakan cukup (memenuhi syarat yang diperlukan) sehingga warna sediaan darah tidak gelap dan mudah dilihat. d. Ujung kaca sediaan kedua bergerigi atau tidak rata sehinga penyebaran sediaan darah tipis tidak merata.Cara membungkus/menyimpan sediaan darah sebelum diwarnai : a. Sediaan darah yang sudah kering dibungkus tisu yang tipis berpasangan tetapi bertolak belakang. b. Memasukkan ke dalam kotak sediaan (slide box) dan siap untuk diwarnai. Sediaan darah harus sudah diwarnai selambat-lambatnya 24 jam setelah pembuatan sediaan darah. B. Pewarnaan Sediaan DarahPewarnaan sediaan darah malaria merupakan pemberian warna pada sediaan darah malaria dengan zat warna Giemsa pada konsentrasi tertentu untuk mendapatkan warna yang baik dan sesuai dengan standar teknis agar sediaan darah tersebut dapat diperiksa secara mikroskopis dengan memakai alat mikroskop sehingga dapat membedakan jenis-jenis leukosit, parasit, trombosit dan benda-benda yang terlihat pada lapang pandang mikroskop.Giemsa adalah tepung zat warna yang terdiri dari eosin yang memberi warna merah pada sel darah merah. Eosin yang dicampur dengan methilen biru akan menghasilkan pulasan berupa sel darah berwarna merah muda, inti sel darah putih menjadi lembayung tua, protoplasma parasit malaria menjadi biru dan butir kromatin parasit menjadi merah (Hadidjaja, 1992).Berikut langkah pewarnaan sediaan darah dengan larutan Giemsa :1. Mengencerkan Giemsa stok dengan aquadest, buffer atau air agar diperoleh pewarnaan yang sempurna (air pengencer yang mempunyai pH 6,8 7,2 paling ideal dengan pH 7,2).2. Mengencerkan Giemsa sebanyak yang dibutuhkan dengan pipet :Takaran pewarnaan untuk pewarnaan individu yaitu dengan perbandingan 1 : 7 (1 tetes stok Giemsa ditambahkan 7 tetes pengencer dengan lama pewarnaan 10 15 menit (Giemsa 10%), atau takaran pewarnaan stok Giemsa 1 tetes ditambah pengenceran 1 cc (20 tetes) dengan lama pewarnaan 45 60 menit (Giemsa 20%). 3. Meneteskan larutan Giemsa dengan pipet sampai menutupi seluruh permukaan sediaan darah (selama proses pewarnaan berlangsung, larutan Giemsa harus tetap menutupi permukaan sediaan darah).4. Mencatat waktu dimulainya pewarnaan, dengan memasang timer bell. 5. Bila waktu pewarnaan sudah cukup, slide yang ada sediaan darahnya diangkat dan diguyur dengan air yang mengalir sampai semua endapan elemen-elemen zat warna terlepas dari sediaan darah. Hati-hati melakukan pembilasan, agar sediaan darah tidak lepas. 6. Mengeringkan sediaan darah untuk diperiksa menggunakan mikroskop (sediaan darah tebal). Sedangkan untuk sediaan darah tipis dilakukan fiksasi dengan menuangkan methanol diatas permukaan sediaan darah kemudian baru dikeringkan dan siap untuk diperiksa dengan mikroskop.

Gambar 4.5 Pewarnaan sediaan darah dengan Giemsa

Gambar 4.6 Pencucian larutan Giemsa

Gambar 4.7 Pengeringan sediaan darah

Gambar 4.8 Alat dan bahan pewarnaanTakaran pewarnaan dengan larutan Giemsa biasanya berbeda dengan teori yang telah ditentukan, takaran pewarnaan biasanya tergantung kemampuan petugas yang akan melakukan pemeriksaan mikroskopis. Hal ini bertujuan untuk memudahkan petugas mikroskopis dalam mendiagnosis pemeriksaan parasit malaria dengan mikroskop. Balai Litbang P2B2 Banjarnegara menggunakan perbandingan 1 (tetes Giemsa) dengan 7 (tetes aquadest) untuk setiap 1 sediaan darah yang akan diperiksa. Cara pewarnaan massal berbeda konsentrasinya dengan pewarnaan biasa, pewarnaan massal digunakan pada saat melakukan hasil penelitian khusus di lapangan atau sediaan darah hasil malariometrik survei yang jumlahnya banyak.Langkah yang harus dipersiapkan antara lain :1. Menghitung kebutuhan volume (cc) larutan Giemsa 5 % yang harus dibuat dengan menghitung jumlah sediaan darah yang akan diwarnai 1 cc larutan untuk satu kaca sediaan dan dapat menutupi seluruh permukaan kaca sediaan)2. Menyusun kaca benda (slide) satu persatu pada rak pewarnaan atau tempat yang datar dan darah harus berada di bagian atas. Kaca benda satu dengan lainnya tidak bersentuhan, agar larutan Giemsa tidak meleleh waktu dituangkan ke atas kaca benda.3. Membuat larutan Giemsa 5 % sebanyak yang dibutuhkan dan dilarutkan sampai homogen.4. Mencat waktu dimulainya pewarnaan atau pasang timer bell.5. Meneteskan larutan Giemsa dengan pipet tetes pada SD satu persatu secara teratur, dimulai dari satu arah dan berakhir pada arah yang lain. Penetesan harus dilakukan cepat dan larutan Giemsa harus menutupi seluruh permukaan darah. 6. Proses pewarnaan berlangsung selama 45 menit. Peralatan dan bahan-bahan pewarnaan yang tidak diperlukan lagi sudah dapat dibersihkan dan disimpan.7. Sesudah 45 menit, satu persatu sediaan darah itu dapat dibilas dengan cepat dimulai dari awal sediaan darah diwarnai.8. Bila pembilasan sudah bersih, tegakkan kaca sediaan yang ada sediaan darahnya itu di tempat yang bersih dan aman supaya kering.9. Bila semua sediaan darah sudah kering, sediaan darah dapat dibungkus supaya tidak tercemar debu selama menunggu pemeriksaan.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk mencapai pewarnaan yang baik, sebagai berikut :1. Kualitas dari stok Giemsa yang digunakan memenuhi standar mutu yaitu stok Giemsa yang belum tercemar air, zat warna pada Giemsa masih aktif dan pengadaan Giemsa harus dari merek tertentu yang kualitasnya baik.2. Kualitas dari air pengencer Giemsa harus jernih, tidak berbau, derajat keasaman pengencer hendaknya berada pada ph 6,8 -7,2, perubahan pH pada larutan Giemsa berpengaruh pada sel-sel darah.3. Kepekatan larutan Giemsa yaitu pewarnaan sediaan darah malaria adalah proses osmose, sebab itu dibutuhkan kepekatan tertentu dari larutan Giemsa.4. Lamanya reaksi pewarnaan yaitu dibutuhkan waktu tertentu agar semua parasit yanag ada pada sediaan darah menerima zat warna.5. Kualitas dari pembuatan sediaan daraha. Ketebalan sel darah yang diwarnai mempengaruhi hasil pewarnaan, semakin berat fiksasi akan semakin sukar bagi larutan Giemsa menerobos plasma darah untuk mencapai sel darah merah untuk melakukan proses hemolisa.b. Kebersihan sediaan darah berpengaruh terhadap zat warna yang mengendap dipermukaan pada akhir pewarnaan tertinggal pada sel darah dan mengotorinya. Oleh karena itu pada akhir pewarnaan larutan Giemsa harus dibilas dengan air mengalir.

Hemolisa adalah pecahnya sediaan darah malaria yang membantu berlangsungnya proses pewarnaan. Sedangkan fiksasi adalah perekatan sel-sel darah akibat terkena alkohol/proses pemanasan.1. Terjadinya fiksasi harus dihindari sediaan darah tebal. Pada proses pewarnaan, larutan Giemsa harus mampu menerobos plasma darah untuk mencapai sediaan darah. Hal tersebut tidak akan terjadi, apabila sediaan darah tebal yang diwarnai itu terfiksasi. Sel darah yang terkena Giemsa akan mengalami hemolisa dan parasit akan menerima zat warna Giemsa. Semakin lancar proses ini berlangsung akan semakin banyak parasit yang diwarnai, sehinnga kepadatan parasit pada lapang pandang cenderung bertambah. Kebenaran diagnosa hasil pemeriksaan sediaan darah malaria dipengarungi oleh kepadatan parasit pada lapang pandang yang diperiksa. 2. Jika umur sediaan darah yang akan diwarnai kurang dari dua hari, pewarnaan dapat langsung dikerjakan dan hemolisa akan terjadi moleh larutan Giemsa.3. Jika umur sediaan darah lebih dari 2 hari tapi tidak lebih dari 5 hari, hemolisa dengan cara meneteskan aquadest/ air pada sediaan darah sampai hemoglobin melarut perlu dilakukan sebelum pewarnaan. Ini menambah kerja, sebab itu usahakan sediaan darah dapat diwarnai sebelum terlambat (2 hari).4. Sediaan darah yang berumur lebih dari satu minggu bila diwarnai, hasilnya tidak dapat dipertanggungjawabkan.Sebelum melakukan pewarnaan, sebaiknya mutu dari Giemsa yang akan dipakai diuji terlebih dahulu agar kualitas dari pewarnaan baik dan mudah dilihat dengan mikroskop. Ada 2 cara menguji mutu Giemsa :1. Dilakukan pewarnaan 1 - 2 sel darah lalu diperiksa dengan mikroskop. Jika hasil sesuai dengan kriteria yang ada (inti sel darah putih biru lembayung tua, trombosit berwarna lembayung muda), berarti Giemsa dan air pengencernya masih baik. Pengujian seperti ini sebaiknya dilakukan setiap akan melakukan pewarnaan.2. Dilakukan tes menggunakan kertas saring dan metil alkohol dengan cara :a) Meletakkan kertas saring di atas gelas supaya bagian tengah kertas saring tidak menyentuh sesuatu.b) Meneteskan 1 - 2 stok Giemsa pada kertas saring, menunggu sampai meresap dan melebar, kemudiaan meneteskan 3 - 5 tetes metil alkohol absolute dipertengahan bulatan Giemsa satu persatu dengan jarak waktu beberapa detik, sampai garis tengah Giemsa menjadi 5 - 7 cm maka akan terbentuk bulatan biru (methilen blue) di tengah, lingkaran cincin ungu (methilen azur) diluarnya serta lingkaran tipis warna merah (eosin) dipinggir sekali, jika warna ungu atau merah tidak berbentuk berarti Giemsa sudah rusak dan tidak boleh dipakai lagi.

C. Pemeriksaan Parasit Malaria secara MikroskopisDiagnostik malaria sebagaimana penyakit pada umumnya didasarkan pada gejala klinis, penemuan fisik diagnostik, uji imunoserologis dan diagnosis parasit (Plasmodium) di dalam darah tepi penderita secara mikroskopis yang menjadi gold standard. Pemeriksaan secara mikroskopis ini seharusnya dilakukan secara rutin, khususnya di daerah endemis. Hal ini karena gambaran klinis malaria yang bervariasi, seperti infeksi malaria dapat juga terjadi sebagai akibat transfusi darah dari donor yang terinfeksi. Selain itu, pemeriksaan dengan laboratorium dapat digunakan untuk diagnosis kasus pada kegagalan obat, penyakit berat dengan komplikasi dan mendeteksi parasit dari adanya infeksi parasit malaria yaitu P.falciparum dan P.vivax secara bersamaan, sebab pengobatan keduanya berbeda.Berikut langkah pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis, sebagai berikut :1. Menyiapkan alat dan bahan (mikroskop compound, preparat sediaan darah, minyak emersi dan tisu)2. Menyalakan mikroskop dengan memencet tombol ON/OFF3. Mengoleskan minyak emersi pada preparat sediaan darah sampai menutupi permukaan darah4. Meletakan preparat sediaan darah dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x5. Mengatur makro dan mikro pada mikroskop untuk mendapatkan lapang pandang yang jelas6. Mencari parasit malaria dalam lapang pandang7. Mencatat dan menggambar hasil pemeriksaan lapang pandang pada lembar kerja

Gambar 4.9 Pemeriksaan sediaan darah malaria

Gambar 4.10 Pemeriksaan sediaan darah malaria

Interpretasi hasil lapang pandang yang diperiksa secara mikroskopis sediaan malaria yaitu :1. Positif (+) : bila di dalam sediaan darah ditemukan Plasmodium malaria.2. Negatif (-) : bila di dalam sediaan darah tidak ditemukan Plasmodium malaria.Pemeriksaan mikroskopis Plasmodium malaria pada laporan ini diambil dari hasil koleksi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara yang diambil dari beberapa daerah KLB di Banjarnegara dan telah didiagnosa secara pasti oleh laboratorium terinfeksi Plasmodium malaria. Sampel sebanyak 10 buah dengan 5 Plasmodium falciparum dan 5 Plasmodium vivax. Tabel hasil pemeriksaan secara mikroskopis.NoNama/Kode Sediaan DarahJenis PlasmodiumStadium

1TrisurosoP. falciparumGametosit

21391P. falciparumTropozoid

32106 BP. falciparumGametosit

41235 AP. falciparumGametosit

53436P. falciparumGametosit

6Mat Abdul SapuranP. vivaxTropozoid

7J4P. vivaxTropozoid

8C4P. vivaxTropozoid

9L4655P. vivaxTropozoid

10K4P. vivaxTropozoid

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, ditemukan 2 jenis Plasmodium malaria yaitu P.falciparum dan P.vivax. P.falciparum merupakan penyebab malaria yang paling berbahaya diantara parasit malaria yang lain, karena sering ditunjukkan dengan adanya gejala demam, menggigil, pusing, dan sakit kepala, bahkan bisa berlanjut pada radang hati dan gangguan syaraf otak dengan gejala khas demam berulang setiap 2 hari sekali. Transmisi penularan Plasmodium falciparum biasanya terjadi pada suhu 20 0C atau dalam kisaran 25 0C 30 0C, itu sebabnya P.falciparum sangat menyukai daerah tropik. Penderita yang terinfeksi P.falciparum stadium Gametosit dapat di interpretasikan bahwa :1. Penularan atau transmisi malaria baru atau belum lama berlangsung2. Penemuan penderita terlambat oleh petugas kesehatan sehingga menyebabkan terjadinya perkembangbiakan parasit pada tubuh penderita.Berikut lapang pandang berdasarkan pemeriksaan mikroskopis Plasmodium falciparum stadium Tropozoid dan Gametosit :

Gambar 4.11 Plasmodium falciparum stadium TropozoidCiri-ciri stadium Tropozoid :1. Eritrosit yang terinfeksi berukuran hampir sama besar dengan yan normal.2. Inti bulat berwarna merah.3. Sitoplasma / cincin halus berwarna biru.4. Parasit berbentuk (marginal, appliqu atau accol)

Gambar 4.12 Plasmodium falciparum stadium GametositCiri-ciri stadium Gametosit :1. Sering ditemukan pada pemeriksaan darah tepi2. Intinya kompak.3. Bentuk seperti pisang atau bulan sabit4. Ujung parasit relatif runcingSedangkan Plasmodium vivax memiliki jangkauan geografis yang luas, dapat dijumpai di daerah beriklim sedang, subtropis dan tropis. Biasanya ditemukan pada daerah dengan persebaran vektor yang cukup tinggi sehingga penularan mudah terjadi. Selain itu, Plasmodium vivax mengalami stadium dorman dengan membentuk hipnozoit. Gejala demam periodik berulang setiap 3 hari sekali dimulai dari periode dingin, periode panas dan periode berkeringat. Penderita malaria dengan infeksi Plasmodium vivax, dapat diinterpretasikan bahwa : pengobatan kurang sempurna sehingga timbul rekrudensi, yaitu berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam delapan minggu sesudah berakhirnya serangan primer.Berikut lapang pandang berdasarkan pemeriksaan mikroskopis Plasmodium vivax stadium Tropozoid :

Gambar 4.12 Plasmodium vivax stadium TropozoidCiri-ciri stadium Tropozoid :1. Parasit berbentuk cincin tebal2. Sitoplasma berbentuk tak beraturan (amoeboid)3. Parasit berada di dalam eritrosit4. Eritrosit yang terinfeksi berukuran lebih besar dari eritrosit normal

51

BAB VIPENUTUP

A. Kesimpulan1. Pembuatan sediaan darah merupakan gold standard untuk pemeriksaan malaria, yaitu dengan pembuatan sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis. Sediaan darah tebal digunakan untuk menemukan densitas parasit malaria. Sedangkan sediaan darah tipis digunakan untuk menemukan bentuk parasit yang utuh dan morfologinya sempurna.2. Pewarnaan merupakan pemberian warna pada sediaan darah malaria dengan zat warna Giemsa pada konsentrasi tertentu untuk membedakan jenis-jenis leukosit, parasit, trombosit dan benda-benda yang terlihat pada lapang pandang mikroskop.3. Pemeriksaan secara mikroskopis untuk diagnosis kasus pada kegagalan obat, penyakit berat dengan komplikasi dan mendeteksi parasit dari adanya infeksi parasit malaria yaitu P.falciparum dan P.vivax secara bersamaan, sebab pengobatan keduanya berbeda.B. Saran1. Pembuatan sediaan darah sebaiknya memperhatikan beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain kualitas dan kebersihan kaca sediaan, volume darah.2. Pewarnaan sebaiknya memperhatikan beberapa hal, antara lain kualitas Giemsa, kualitas air pengencer, lama pewarnaan, konsentrasi Giemsa dan kualitas sediaan darah.

3. 52

4. Pemeriksaan sebaiknya membutuhkan pemahaman terhadap morfologi dari setiap Plamodium malaria sehingga didapatkan pemeriksaan yang tepat dan cepat.

53

DAFTAR PUSTAKAAfiah, N., Windarwati dan Hardjoeno. 2009. Comparison Of Rapid Immunochromatography Test And Peripheral Blood Smear Microscopically For Malaria Diagnosis In Endemic Region, Center Of Halmahera. The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No.5 July 2009 : 275-280.Balai Litbang P2B2. Sejarah Balai Litbang B2P2 Banjarnegara. http://www.lokabanjarnegara.litbang.depkes.go.id/display/4. Diakses tanggal 26 Januari 2011.Budiawan, W. 2004. Nilai Diagnostik Kombinasi Gejala Demam dan Gejala/Tanda Klinik Lain di Daerah Endemik Malaria dengan Kejadian Luar Biasa di Kecamatan Purwonegoro dan Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara. Fakultas Kedokteran UNDIP Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang : 6, 10.Chadijah S, et al. Efektifitas Diagnosis Mikroskopis Malaria di Puskesmas Donggala, Puskesmas Lembasada, dan Puskesmas Kulawi, Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 5 No 1, April 2006 : 385-394.Depkes RI. 2001. Modul Parasitologi Malaria. Jakarta : Direktorat Pemberantasan Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang. Nurjaya, Igk O. 2004. Status Gizi dan Kepadatan Parasit Malaria pada Anak Usia Sekolah Dasar di Daerah Endemis Malaria (studi kasus di Kabupaten Sumba Timur Nusa Tenggara Timur). Fakultas Kedokteran UNDIP Semarang : 10.Prabowo, A. 2004. Malaria Mencegah dan Mengatasinya, Cetakan 1. Jakarta: Puspa Swara.Safar, R. 2010. Parasit Kedokteran. Bandung: CV. YRAMA WIDYA.Sihombing, T. Y. 1999. Ovalositosis Pada Penduduk Di Daerah Endemis Malaria (Studi kasus di desa Tanjung Tirta Banjarnegara). Fakultas Kedokteran UNDIP Semarang : 11-12.Sutanto, I. 2009. Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. Jakarta: FKUI.

LAMPIRAN 1Jadwal Kegiatan Magang di Balai LitbangP2B2 Banjarnegara

NoHariTanggalKegiatan

1Senin9 januari 2012 pre test perkenalan profil loka pengenalan instalasi

2Selasa10 januari 2012 materi tentang mencit Rearing mencit Mencari materi

3Rabu11 januari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Materi cara pengendalian dan teknik survei tikus/rodent Memasang life trap di kebun

4Kamis12 januari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Materi bionomik dan identifikasi tikus Pemeriksaan trap di kebun Pembedahan tikus Pemeriksaan endoparasit dan ektoparasit pada tikus

5Jumat13 januari 2012 Pre test tentang rodensia

6Sabtu14 januari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan)

7minggu15 januari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan)

8Senin16 januari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Pembuatan awetan kering tikus (Taksidermi)

9Selasa17 januari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Pemeriksaan leptospirosis secara RDT (lateral flow dan Leptotek dri dot) materi pemeriksaan leptospirosis pengenalan alat dan sterilisasi alat lab pembuatan kultur leptospira

10Rabu18 januari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Isolasi DNA Pembuatan media untuk pemeriksaan leptospirosis Pemeriksaan leptospirosis dengan metode PCR

11Kamis19 januari 2012 Pembuatan PCR dan pemeriksaan leptospirosis dengan metode PCR

12Jumat20 januari 2012Parasitologi malaria (teori dan praktek)

13Sabtu21 januari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan)

14Minggu22 januari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan)

15Senin23 januari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles

16Selasa24 januari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles Parasitologi filariasis (teori dan praktek) Pengambilan sediaan darah malaria, pewarnaan dan pemeriksaan

17Rabu25 januari 2012 Berangkat ke Pagentan Penyelidikan Epidemiologi dengan wawancara di dusun Kweni desa Gumingsir Penitikan titik GPS (genangan air, rumah penderita) Spot survey entomologi (longituginal survey)

18Kamis26 januari 2012 Spot survey entomologi Survey nyamuk resting pagi Penitikan titik GPS

19Jumat27 januari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles

20Sabtu28 januari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles

21Minggu29 januari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles

22Senin30 januari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles Epidemiologi penyakit bersumber binatang, penggunaan GPS

23Selasa31 januari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles Pengenalan GIS

24Rabu1 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles pengenalan pengolahan data (Exell dan SPSS) praktikum pembuatan peta dengan GIS

25Kamis2 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles Penjelasan jenis dan cara kerja survei nyamuk dan jentik Identifikasi dan pembedahan ovari nyamuk Anopheles dewasa Pengawetan pinjal

26Jumat3 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles Materi entomologi (pengenalan Bionomik nyamuk, Identifikasi genera jentik dan nyamuk, identifikasi pinjal) Identifikasi dan pembedahan ovari nyamuk Anopheles dewasa Pinning/pengawetan nyamuk dewasa

27Sabtu4 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles

28Minggu5 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles

29Senin6 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles Materi Entomologi (Pengenalan identifikasi spesies nyamuk Anopheles di Jawa) Pinning nyamuk

30Selasa7 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles Identifikasi nyamuk Pinning nyamuk Pembedahan ovari

31Rabu8 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles Identifikasi nyamuk culex Pinning nyamuk

32Kamis9 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles Endoparasit tikus (pewarnaan dan identifikasi cacing)

33Jumat10 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles Pos tes

34Sabtu11 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles

35Minggu12 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles

36Senin13 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles Pendalaman materi sesuai proposal magang dan bimbingan laporan magang Pengawetan pinjal Pendalaman identifikasi parasit malaria

37Selasa14 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles Pendalaman materi sesuai proposal magang dan bimbingan laporan magang Mencari bahan (materi) laporan magang Pengawetan/pinning lalat

38Rabu15 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles Pendalaman materi sesuai proposal magang dan bimbingan laporan magang Mencari bahan (materi) laporan magang

39Kamis16 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles Pendalaman materi sesuai proposal magang dan bimbingan laporan magang Pembuatan awetan kutu Penyusunan laporan magang

40Jumat17 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles Pendalaman materi sesuai proposal magang dan bimbingan laporan magang Pembuatan awetan kutu

41Sabtu18 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles

42Minggu19 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles

43Senin20 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles Pendalaman materi sesuai proposal magang dan bimbingan laporan magang Identifikasi dan pinning nyamuk Anopheles

44Selasa21 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles Pendalaman materi sesuai proposal magang dan bimbingan laporan magang Identifikasi dan pinning nyamuk Anopheles

45Rabu22 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles Pendalaman materi sesuai proposal magang dan bimbingan laporan magang

46Kamis23 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles Pendalaman materi sesuai proposal magang dan bimbingan laporan magang

47Jumat24 Februari 2012 Rearing mencit (pemberian pakan) Rearing jentik dan nyamuk Anopheles Pendalaman materi sesuai proposal magang dan bimbingan laporan magang

Banjarnegara, 25 Februari 2012Pembimbing Lapangan magang

Sunaryo,SKM,M.ScNIP. 196604131989031001