8
3. Diagnosis Periodontitis Pemeriksaan kondisi periodontal pasien dapat dilakukan untuk menegakan diagnosis periodontitis. Pemeriksaan periodontal dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan radiografi. 3.1 Pemeriksaan Klinis Periodontitis pada gigi rahang bawah Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melihat secara teliti keadaan jaringan periodontal dari gigi pasien. Seperti warna, ukuran, ketinggian dan kepadatan dari periodontal pasien. Pemeriksaan juga dapat dibantu menggunakan periodontal probe dan curette. Pada periodontitis ditandai dengan warnanya yang memerah, pembengkakan, ditandai dengan rasa sakit dan goyangnya gigi dari soket, dan berkurangnya ketinggian gingiva (resesi gingiva). 3.1.1 Pemeriksaan plak Pengecekan dapat dilakukan pada permukaan proximal, bukal, dan lingual. Informasi kondisi plak pasien

diagnosis periodontitis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: diagnosis periodontitis

3. Diagnosis Periodontitis

Pemeriksaan kondisi periodontal pasien dapat dilakukan untuk menegakan

diagnosis periodontitis. Pemeriksaan periodontal dapat dilakukan dengan

menggunakan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan radiografi.

3.1 Pemeriksaan Klinis

Periodontitis pada gigi rahang bawah

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melihat secara teliti keadaan jaringan

periodontal dari gigi pasien. Seperti warna, ukuran, ketinggian dan kepadatan dari

periodontal pasien. Pemeriksaan juga dapat dibantu menggunakan periodontal

probe dan curette. Pada periodontitis ditandai dengan warnanya yang memerah,

pembengkakan, ditandai dengan rasa sakit dan goyangnya gigi dari soket, dan

berkurangnya ketinggian gingiva (resesi gingiva).

3.1.1 Pemeriksaan plak

Pengecekan dapat dilakukan pada permukaan proximal, bukal, dan lingual.

Informasi kondisi plak pasien penting untuk memperkuat diagnosis dan untuk

memberi edukasi mengenai oral hygiene pasien.

3.1.2 Pemeriksaan Perdarahan dan Pus

Gambar perdarahan saat probing

Page 2: diagnosis periodontitis

Untuk mengetahui keberadaan dari inflamasi pada pocket periodontal dapat

dilakukan probing ke bawah dari pocket dengan instrument yang tumpul. Apabila

terdapat Bleeding on Probing (BOP) atau/dan terdapat pus disana maka dapat

dicurigai mengalami periodontitis. Namun bisa juga perdarahan yang terjadi

merupakan iritasi akibat probing yang berlebihan. Maka dikatakan beresiko

periodontitis apabila perdarahan meningkat 30% dan BOP meningkat terus.

3.1.3 Pemeriksaan Poket

Dengan probing bagian proximal, lingual, bukal pemeriksaan dilakukan dengan

melihat jarak dari gingival margin ke dasar dari poket, dan merefleksikan

hilangnya tampilan gingival yang banyak apabila sedang terjadi edema,

hypertrophy, da hyperplasia. Hal pentin adalah instrumen probingnya tidak boleh

terlalu ditekan karena dapat menyebabkan iritasi.

3.1.4 Pemeriksaan Level Kerekatan Periodontal

Gambar perbedaan periodontal sehat dan yang mengalami periodontitis. PD (Peridontal Depth) merupakan

kedalam dari poket dan AL (Attachement Loss) kehilangan level kerekatan pada periodontal yang diukur dari

CEJ hingga dasar poket

Page 3: diagnosis periodontitis

Level kerekatan periodontal didefinisikan sebagai jarak dari point tetap cemento

enamel junction ke dasar dari pocket. Kehilangan kerekatan yang terlalu banyak

mengindikasikan kecepatan dari kerusakan yang terjadi pada periodontal pasien

dan resiko periodontitis pada periodontal pasien. Pengecekan dapat dilakukan

dengan periodontal probe.

3.1.5 Pemeriksaan Furkasi pada Gigi Berakar Banyak (furcation involvement)

Pada gigi berakar lebih dari satu dapat dilakukan pemeriksaan kerusakan yang

terjadi pada tulang alveolar bone yang terdapat pada titik diantara dua atau lebih

akar gigi tersebut. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan probing menggunakan

curette.

• Grade 0 (F0) : tidak ada keterlibatan dari furkasi akar

• Grade I (F1) : furkasi dapat dirasakan namun tidak lebih dari 1/3 dengan probing

• Grade II (F2) : probe dapat masuk lebih dari 1/3 namun tidak begitu masuk melewati gigi

• Grade III (F3) : probe dapat masuk dari satu bagian ke bagian lain

3.2 Pemeriksaan Radiografi

Gambaran radiografi dari tulang yang jaringan periodontalnya normal alveolar crest berada 1-

1,5 mm dibawah CEJ yang berdekatan dan membentuk sudut lancip dengan lamina dura dan gigi

yang berdekatan

Diagnosis roentgen penting sebagai penambah pemeriksaan klinis. Teknik

radiografi yang pada umumnya digunakan pada praktek kedokteran gigi adalah

Page 4: diagnosis periodontitis

bite wing radiografi dan periapikal radiografi. Teknik Bitewing dipakai untuk

mengevaluasi ketinggian tulang interproksimal selama pemeriksaan periodontal

dan deposit kalkulus subgingival. Kekurangan bitewing adalah keterbatasan pada

bagian mahkota akar gigi yang diamati. Teknik periapikal dapat digunakan untuk

membantu perbedaan diagnosis dari gejala pasien dan menyaring proses patologis

yang tidak terdeteksi pada gigi dan sekeliling tulang alveolar. Pemeriksaan

menggunakan radiografi panoramik dapat memberi gambaran umum dari struktur

mulut, dan berguna untuk mendeteksi pola kehilangan tulang secara umum.

Perubahan pada radiograf memperlihatkan inflamasi yang terjadi pada tulang.

Perubahannya dapat diliat dalam dua aspek: perubahan dalam morfologi dari

tulang alveolar dan perubahan dari kepadatan tulang trabecular. Perubahan

morfologi dari tulang alveolar terlihat dari translusensi yang terlihat pada tulang

disekeliling bagian interproximal gigi. Perubahan dari kepadatan tulang trabecular

terlihat dari opasitas yang bertambah akibat meningkatnya skelerosis. Penyakit

periodontal biasanya berhubungan dari kombinasi dari kehilangan tulang dan

pembentukan tulang atau sklerosis. Pada awal lesi yang akut terlihat dominansi

kehilangan dari tulang-tulang, sedangkan pada lesi yang kronis juga dapat ditemui

ketebalan yang besar dari skelerosis yang terbentuk.

3.2.1 Periodontitis ringan (Mild periodontitis)

Mild periodontitis terlihat pengurangan ketinggian alveolar crest diikuti penumpulan sudutnya

Pada lesi periodontitis awal orang dewasa terlihat area yang mengalami erosi local

bagian interproximal alveolar bone crest. Pada bagian depan terlihat ketumpulan

dari alveolar crest dan sedikit hilangnya ketinggian tulang alveolar.

3.2.2 Periodontitis sedang (Moderate Periodontitis)

Page 5: diagnosis periodontitis

Moderate periodontitis memperlihatkan perubahan morfologi dari alveolar crest, pengurangan sedikit tulang

oesseous dan kortikal, disertai juga terdapatnya scelerosis pada trabekula

Moderate periodontitis terjadi ketika mild periodontitis yang mengalami progres

munuju kerusakan yang mencapai kehilangan tulang yang lebih parah yang juga

akan menyebabkan perubahan pada morfologi dari alveolar crest yang lebih lagi.

Terdapat perubahan pada pola kehilangan tulang akibat periodontitis yaitu :

kehilangan tulang kortikal aspek bukal atau lingual, kehilangan tulang horizontal,

pengurangan dari tulang osseous secara vertikal, dan perubahan internal tulang

sekitar lesi periodontal.

3.2.3 Periodontitis parah (Severe Periodontitis)

Gambar A memperlihatkan pengurangan periodontal secara vertikal; panah menunjukan pembesaran

abnormal dari jarak ligament periodontal, B gambar dari pengurangan tulang secara vertikal pada gigi

rahang atas

Pada periodontitis yang parah kehilangan tulang meluas menyebabkan banyaknya

pergerakan karena tidak seimbangnya sokongan yang diberikan kepada gigi.

Terlihat pula perluasan dari kehilangan tulang horizontal atau perluasan

pengurangan dari tulang esseous secara vertikal. Pada gigi yang memiliki lebih

dari satu akar akan terdapat deformasi esseous di dalam furkasi akar tersebut.

Page 6: diagnosis periodontitis

Gambaran radiografi memperlihatkan

pengurangan tulang esseous yang dibantu

menggunakan gutta percha

Gambar radiografi dari deformasi osseous pada

bagian furkasi akar dan terlhat juga penambahan

ketebalan dari tulang trabecula akibat

pembentukan sclerosis.

Sumber buku

Preus, HR. 2003. Periodontal disease : a manual of diagnosis, treatment, and

maintenance. Copenhagen : Quintessence Publising Co

Pharoah, Michael J & White, Stuart C. 2004. Oral radiology : Principles and

interpreatation. Missouri : Mosby