4

Click here to load reader

Diagnosis Prolaps Rekti

Embed Size (px)

DESCRIPTION

abses perianal adalah infeksi oleh bakteri

Citation preview

1. Diagnosis Prolaps Rekti (digestif fk unud)a. Anamnesis

Pasien biasanya mengeluh nyeri atau rasa tidak enak saat defekasi, panggul terasa penuh, merasa selalu ingin defekasi, sekresi lendir dan darah, terkadang terjadi diare berkepanjangan, terdapat massa keluar dari anus, adanya sulkus antara rectum dan anus serta inkontinensia alvi.b. Pemeriksaan Fisik

Penonjolan rektum dengan lipatan mukosa konsentrik, massa dapat direposisi, inkarserasi atau strangulasi, ulkus mukosa dengan perdarahan, tampak posisi anus normal (tidak eversi). Pada pemeriksaan colok dubur ditemukan pinggir anus beralur serta tonus sfingter lemah.

c. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium

Tidak ada gambaran laboratorium yang spesifik pada prolaps rekti. Pada pemeriksaan ini kadang ditemukan peningkatan kadar leukosit, penurunan hemoglobin.

Barium Enema

Pemeriksaan ini bertujuan mengevaluasi kolon untuk menyingkirkan kelainan primer pada kolon yang dapat menyebabkan prolaps. Tes Manometri

Bertujuan menilai kerusakan fungsi otot-otot sfingter ani. Sering ditemukan penurunan tekanan sfingter ani internus dan tidak adanya kemampuan refleks penahan dari anorectal.

Tes Sitz Marker

Tes ini digunakan untuk meyakini patensi kolon yang berguna dalam menentukan apakah diperlukan tindakan reseksi kolon. Rigid Proctosigmoidoscopy

Menentukan adanya ulkus rektum yang soliter terjadi hamper pada 10 - 25% kasus. Jika ditemukan ulkus tunggal atau multiple pada dinding anterior rectum, daerah ini sebaiknya diangkat dan sering menimbulkan perdarahan.2. Diagnosis Banding3. Penatalaksanaan

a. Konservatif

Prolaps rekti pada anak-anak, prolaps rekti interna dan prolaps rekti mukosa yang masih dini dapat diberikan obat yang berfungsi untuk melembutkan feses serta diberikan diet berserat tinggi. Reposisi manual dapat dilakukan dengan atau tanpa sedasi ringan atau menggunakan jelly sebagai anastesi lokal. Pemberian sukrosa dapat dilakukan untuk pembentukan jaringan granulasi permukaan mukosa yang diharapkan dapat mengurangi edema. Apabila reposisi gagal dilakukan, prolaps rekti edema dan tidak viable akibat inkarserata atau strangulangi maka dilakukan tindakan reseksi. Cara defekasi sebaiknya dengan menggunakan wc duduk bukan jongkok untuk mengurangi tekanan sewaktu mengedan. Perbaikan keadaan umum dan nutrisi merupakan dasar pengobatan, bila perlu tindakan bedah meskipun jarang diperlukan dapat dilakukan dengan cara Thiersch yaitu jahitan melingkar subkutan pada sfingter eksterna dua rangkap. (digestif fk unud, de jong)b. PembedahanPembedahan pada prolaps rekti dapat dilakukan dengan pendekatan abdominal, perineal, maupun laparoskopi. Penanganan bedah pada orang dewasa dan orang tua dapat dilakukan melalui pendekatan laparotomi atau melalui perineum. Prosedur abdominal memiliki risiko kekambuhan yang minimal namun dengan morbiditas yang tinggi, oleh karena itu pada pasien usia lanjut dengan keadaan umum yang buruk sebaiknya dilakukan pendekatan perineal karena risiko morbiditas yang rendah. Sedangkan pada pasien usia muda dengan keadaan umum yang baik dilakukan pendekatan abdominal. (digestif fk unud, de jong)

Pada operasi Thiers, dipasang pipa dari bahan sintetik di sekitar anus dan diikat sehingga menyebabkan konstriksi anus yang mencegah prolaps. Keuntungannya ialah operasi ini termasuk operasi yang ringan, namun terdapat penyulit berupa impaksi feses, infeksi, dan erosi pita ke dalam rektum. Rektopeksia yang dilakukan melalui laparotomi bukan merupakan operasi yang ringan. Rektum dimobilisasi dari panggul dan dilepaskan dari jaringan sekitarnya kemudian ditarik ke atas dan difiksasi pada sakrum. Fiksasi rektum atau rektopeksi ini dapat dilakukan dengan bahan teflon atau jahitan mersilen. Terkadang dilakukan sigmoidektomi dan kolon desendens dianastomosis dengan sisa rektum. (de jong)c. Penanganan Post OperatifPasien dengan pendekatan perineal dengan komplikasi nyeri minimal dan waktu perawatan relatif pendek dapat dipuasakan 12-24 jam kemudian diberikan cairan per oral secara bertahap sampai diet yang teratur. Pemulihan fungsi usus lebih cepat dan pasien dapat dipulangkan 24-72 jam setelah operasi. Pada pasien dengan pendekatan transabdominal biasanya memiliki keluhan ileus dan nyeri, oleh karena itu diberikan cairan intravena dan nutrisi parenteral hingga fungsi usus kembali normal sehingga diet per oral dapat diberikan. Pasien yang dilakukan anastomose sebaiknya diberikan makanan yang rendah serat selama 2-3 minggu untuk menghindari konstipasisi sedangkan pasien yang tidak dilakukan anastomose dapat diberikan diet tinggi serat segera mungkin. (digestif fk) 4. Komplikasi Prolaps Rektum