46
BAB I-Pendahuluan Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek, yang sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian. Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistem keseimbangan. Sesuai kejadiannya, vertigo ada beberapa macam iaitu vertigo spontan, vertigo posisi dan vertigo kalori. Dikatakan vertigo spontan bila vertigo timbul tanpa pemberian ransangan. Ransangan timbul dari penyakitnya sendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab tekanan endolimfa yang meninggi. Dalam vertigo posisi, timbul disebabkan oleh perubahan posisi kepala . vertigo timbul kerana perangsangan pada kupula kanalis semikularis oleh debris atau pada kelainan servikal. Yang disebutkan sebagai debris adalah kotoran yang menempel pada kupula semi-sirkularis. Pada pemeriksaan kalori juga dirasakan adanya vertigo, dan vertigo ini disebut vertigo kalori. Vertigo kalori ini penting ditanyakan pada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat membandingkan perasaan vertigo ini dengan serangan yang pernah dialaminya. Page | 1

Diagnosis Vertigo

Embed Size (px)

DESCRIPTION

vertigo adalah

Citation preview

Page 1: Diagnosis Vertigo

BAB I-Pendahuluan

Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek, yang sering

digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa

pusing (dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan

nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan

nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian.

Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada sensasi

berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh

gangguan pada sistem keseimbangan. Sesuai kejadiannya, vertigo ada beberapa macam iaitu

vertigo spontan, vertigo posisi dan vertigo kalori. Dikatakan vertigo spontan bila vertigo timbul

tanpa pemberian ransangan. Ransangan timbul dari penyakitnya sendiri, misalnya pada penyakit

Meniere oleh sebab tekanan endolimfa yang meninggi.

Dalam vertigo posisi, timbul disebabkan oleh perubahan posisi kepala . vertigo timbul

kerana perangsangan pada kupula kanalis semikularis oleh debris atau pada kelainan servikal.

Yang disebutkan sebagai debris adalah kotoran yang menempel pada kupula semi-sirkularis.

Pada pemeriksaan kalori juga dirasakan adanya vertigo, dan vertigo ini disebut vertigo kalori.

Vertigo kalori ini penting ditanyakan pada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat

membandingkan perasaan vertigo ini dengan serangan yang pernah dialaminya.

Page | 1

Page 2: Diagnosis Vertigo

BAB II-ISI

Definisi

Vertigo: perasaan berputar

Benign Paroxysmal Positional Vertigo(BPPV): gejala atau sindrom klinis yang timbul dalam

beberapa detik sampai menit dan intermitten. Bisa timbul mual, rasa melayang,

ketidakseimbangan, gejala timbul dalam perubahan posisi ( bangun tidur, miring kanan atau kiri)

Anatomi dan fisiologi alat keseimbangan tubuh

Terdapat 3 sistem yang mngelola pengaturan keseimbangan tubuh yaitu:

Sistem vestibuler, sistem propriseptik dan sistem optik. Sistem vestibuler meliputi labirin

( aparatus vestibularis),nervus vestibularis dan vestibular sentral. Labirin terletak dalam pas

petrosa os temporalis dan dibagi atas koklea ( alat pendengaran) dan aparatus vestibularis ( alat

keseimbangan). Labirin yang merupakan seri saluran, terdiri atas labirin membran yang berisi

endolimfe dan labirin tulang berisi perilimfe, dimana kedua cairan ini mempunyai komposisi

kimia berbeda dan tidak saling berhubungan.

Apparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolith dan 3 pasang canalis

semisirkularis. Otolith terbagi atas sepasang kantong yang disebut sakulus dan utrikulus. Sakulus

dan utrikulus masing-masing mempunyai suatu penebalan atau makula sebagai mekanoreseptor

khusus. Makula terdiri dari sel-sel rambut dan sel penyokong. Kanalis semisirkularis adalah

saluran labirin tulang yang berisi perilimfe, sedang duktus semisirkularis adalah saluran labirin

selaput berisi endolimfe. Ketiga duktus semisirkularis adalah saluran labirin selaput berisi

endolimfe. Ketiga duktus semisirkularis terletak saling tegak lurus.

Sistem vestibuler terdiri dari labirin, bagian vestibular nervus kranialis VIII dan nuklei

vestibularis di bagian otak, dengan koneksi sentralnya. Labirin terletak di dalam bagian petrosus

Page | 2

Page 3: Diagnosis Vertigo

os temporalis dan terdiri dari utrikulus, sakulus dan 3 kanalis semisirkularis. Labirin

membranosa itu sendiri berisi endolimfe. Utrikulus, sakulus dan bagian kanalis semisirkularis

yang melebar ( ampula) mengandung organ reseptor yangbefungsi untuk mempertahankan

keseimbangan.

Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap linkungan disekitarnya tergantung

kepada input sensorik dan reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan proprioseptik.

Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP, sehingga

menggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu.

Reseptor sistem ini adalah sel rambut yang terletak dalam kanalis semisirkularis dan

makula dari organ otolith. Secara fungsional terdapat dua jenis sel. Sel-sel pada kanalis

semisirkularis peka terhadap rotasi khususnya terhadap percepatan sudut, sedangkan sel-sel pada

organ otolit terhadap gerak linier, khususnya percepatan linier dan terhadap perubahan posisi

kepala relatif terhadap gravitasi. Perbedaan kepekaan terhadap percepatan sudut dan percepatan

linier ini disebabkan oleh geometri dari kanalis dan organ otolit secara ciri-ciri fisik dari struktur-

struktur yang menutupi sel rambut.

Sel rambut

Secara morfologi sel rambut pada kanalis sangat menyerupai dengan sel rambut pada

organ otolit. Masing-masing sel rambut memiliki polarisasi struktural yang dijelaskan oleh posisi

dari stereosilia relatif terhadap kinosilium. Jika suatu gerakan menyebabkan stereosilia

membengkok kearah kinosilium, maka sel-sel rambut akan tereksitasi. Jika gerakan dalam arah

yang berlawanan sehingga stereosilia menjauh dari kinosilium maka sel-sel rambut akan

terinhibisi.

Kanalis semisirkularis

Polarisasi adalah sama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis, dan pada rotasi sel-sel

dapat tereksitasi ataupun terinhibisi. Ketiga kanalis hampir tegak lurus satu dengan yang lainnya,

dan masing-masing kanalis dari satu telinga terletak hampir satu bidang yang sama dengan

kanalis telinga satunya. Pada waktui rotasi, salah satu dari pasangan kanalis semisirkularis akan

tereksitasi sementara yangs atunya akan terinhibisi. Misalnya, bila kepala pada posisi lurus

Page | 3

Page 4: Diagnosis Vertigo

normal dan terdapat percepatan dalam bidang horizontal yang menimbulkan rotasi ke kanan,

maka serabut-serabut yang kiri akan terinhibisi. Jika rotasi pada dinding vertikal misalnya rotasi

kedepan, maka kanalis anterior kiri dan kanan kedua sisi akan tereksitasi, sementara kanalis

posterior akan terinhibisi.

Organ otolit

Ada dua organ otolit, utrikulus yang terletak pada bidang kepala yang hampir horizontal,

dan sakulus yang terletak pada bidang yang hampir vertikal. Berbeda dengan sel rambut kanalis

semisirkularis, maka polarisasi sel rambut pada organ otolit tidak semuanya sama. Pada makula

utrikulus, kinosilium terletak dibagian samping sel rambut yang terdekat dengan daerah sentral

yaitu striola. Maka pada saat kepala miring atau mengalami percepatan linier, sebagian serabut

aferan akan tereksitasi sementara yang lainnya terinhibisi. Dengan adanya polarisasi yang

berbeda dari tiap makula, maka SSP mandapat informasi tentang gerak linier dalam 3 dimensi,

walaupun sesungguhnya hanya ada dua makula.

Hubungan-hubungan langsung antara inti vestibularis dengan motoneuron ekstraokularis

merupakan suatu jarans penting yang mengendalikan gerakan mata dan refleks vestibulo-okularis

( RVO). RVO adalah gerakan mata yang mempunyai suatu komponen lambat berlawanan arah

dengan putaran kepala dan suatu komponen cepat yang searah dengan putaran kepala.

Komponen lambat mengkompensasi gerakan kepala dan berfungsi menstabilkan suatu bayangan

pada retina. Komponen cepat berfungsi untuk kembali mengarahkan tatapan ke bagian lain dari

lapang pandang. Perubahan arah gerakan mata selama ransangan vestibularis merupakan suatu

contoh nistagmus normal.

Page | 4

Page 5: Diagnosis Vertigo

Gambar 1 Telinga dalam

Etiologi

Pada sekitar 50% kasus, penyebabnya tidak diketahui ( idiopatik). Beberapa kasus BPPV

dijumpai setelah mengalami jejas atau trauma kepala atau leher, infeksi telinga tengah atau

operasi stapedektomi dan proses degenerasi pada telinga dalam juga merupakan penyebab BPPV

sehingga insiden BPPV meningkat dengan bertambahnya usia.

Banyak BPPV yang tibul spontan, disebabkan oleh kelainan di otokonial berupa deposit

yang berada di kupula bejana semisirkularis posterior. Deposit ini menyebabkan bejana menjadi

sensitif terhadap perubahan gravitasi yang menyertai keadaan posisi kepala yang berubah.

Perjalanan penyakit

Perjalanan penyakit BPPV sangat bervariasi. Pada sebagian besar kasus gangguan

menghilang secara spontan dalam kurun beberapa minggu, namun dapat kambuh setelah

beberapa waktu, bulan atau tahun kemudian. Ada pula penderita yang hanya satu kali

Page | 5

Page 6: Diagnosis Vertigo

mengalaminya. Sesekali dijumpai penderita yang kepekaannya terhadap vertigo posisional

berlangsung lama.

Serangan vertigo umumnya berlangsung singkat, kurang dari 1 menit. Namun, bila

ditanyakan kepada penderita, mereka menaksirnya lebih lama sampai beberapa menit. Bila

serangan vertigo datang bertubi-tubi, hal ini mengakibatkan penderitanya merasakan kepalanya

menjadi terasa ringan, merasa tidak stabil, atau merasa mengambang yang menetap selama

beberapa jam atau hari.

BPPV sering dijumpai pada kelompok usia menengah yaitu pada usia 40-an dan 50-an

tahun. Wanita agak lebih sering daripada pria. BPPV jarang dijumpai pada anak atau orang yang

sangat tua. Nistagmus kadang dapat disaksikan waktu terjadinya BPPV dan biasanya bersifat

torsional ( rotator).

Patofisiologi

Pada telinga dalam terdapat 3 kanalis semisirkularis. Ketiga kanalis semisirkularis tersebut

terletak pada bidang yang saling tegak lurus satu sama lain. Pada pangkal setiap kanalis

semisirkularis terdapat bagian yang lebar yakni ampula. Di dalam ampula terdapat kupula, yakni

alat untuk mendeteksi gerakan cairan dalam kanalis semisirkularis akibat gerakan kepala.

Sebagai contoh, bila seseorang menolehkan kepalanya ke arah kanan, maka cairan dalam kanalis

semisirkularis kanan akan tertinggal sehingga kupula amakn mengalami defleksi ke arah ampula.

Defleksi ini diterjemahkan dalam sinyal yang diteruskan ke otak sehingga timbul sensasi kepala

menoleh ke kanan. Adanya partikel atau debris dalam kanalis semisirkularis akan mengurangi

atau bahkan menimbulkan defleksi kupula ke arah sebaliknya dari arah gerakan kepala yang

sebenarnya. Hal ini menimbulkan sinyal yang tidak sesuai dengan arah gerakan kepala, sehingga

timbul sensasi vertigo. Terdapat 2 teori yang menjelaskan patofisiologi BPPV, yakni teori

kupulolitiasis dan kanalolitiasis.

Page | 6

Page 7: Diagnosis Vertigo

Teori Cupulolithiasis

Pada tahun 1962 Horald Schuknecht mengemukakan teori ini untuk menerangkan BPPV. Dia

menemukan partikel-partikel basofilik yang berisi kalsiurn karbonat dari fragmen otokonia

(otolith) yang terlepas dari macula utriculus yang sudah berdegenerasi, menempel pada

permukaan kupula. Dia menerangkan bahwa kanalis semisirkularis posterior menjadi sensitif

akan gravitasi akibat partikel yang melekat pada kupula. Ini digambarkan oleh nistagmus dan

rasa pusing ketika kepala penderita dijatuhkan ke belakang posisi tergantung (seperti pada tes

Dix-Hallpike). KSS posterior berubah posisi dari inferior ke superior, kupula bergerak secara

utrikulofugal, dengan demikian timbul nistagmus dan keluhan pusing (vertigo). Perpindahan

partikel otolith tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang menyebabkan adanya masa laten

sebelum timbulnya pusing dan nistagmus.

Teori Canalithiasis

Tahun1980 Epley mengemukakan teori canalithiasis, partikel otolith bergerak bebas di dalam

KSS. Ketika kepala dalam posisi tegak, endapan partikel ini berada pada posisi yang sesuai

dengan gaya gravitasi yang paling bawah. Ketika kepala direbahkan ke belakang partikel ini

berotasi ke atas sarnpai ± 900 di sepanjang lengkung KSS. Hal ini menyebabkan cairan

endolimfe mengalir menjauhi ampula dan menyebabkan kupula membelok (deflected), hal ini

menimbulkan nistagmus dan pusing. Pembalikan rotasi waktu kepala ditegakkan kernbali,

terjadi pembalikan pembelokan kupula, muncul pusing dan nistagmus yang bergerak ke arah

berlawanan. Dibanding dengan teori cupulolithiasis teori ini lebih dapat menerangkan

keterlambatan "delay" (latency) nistagmus transient, karena partikel butuh waktu untuk mulai

bergerak. Ketika mengulangi manuver kepala, otolith menjadi tersebar dan semakin kurang

efektif dalam menimbulkan vertigo serta nistagmus. Hal inilah yang dapat menerangkan

konsep kelelahan "fatigability" dari gejala pusing.

Page | 7

Page 8: Diagnosis Vertigo

Gambar 2 Patofisiologi

Gejala klinis

BPPV terjadi secara tiba-tiba. Kebanyakan pasien menyadari saat bangun tidur, ketika

berubah posisi dari berbaring manjadi duduk. Pasien merasakan pusing berputar yang lama

kelamaan berkurang dan hilang. Terdapat jeda waktu antara perubahan posisi kepala dengan

timbulnya perasaan pusing berputar. Pada umumnya perasaan pusing berputar timbul sangat kuat

pada awalnya dan awalnya dan menghilang setelah 30 detik sedangkan serangan berulang

sifatnya menjadi lebih ringan. Gejala ini dirasakan berhari-hari hingga berbulan-bulan.

Pada banyak kasus, BPPV dapat mereda sendiri namun berulang di kemudian hari.

Bersamaan dengan perasaan pusing berputar, pasien dapat mengalami mual dan muntah. Sensasi

ini dapat timbul lagi bila kepala dikembalikan ke posisi semula, namun arah nistagmus yang

timbul adalah sebaliknya.

Diagnosis BPPV pada kanalis posterior dan anterior dapat ditegakkan dengan memprovoksi

dan mengamati respon nistagmus yang abnormal dan respon vertigo dari kanalis semisirkularis

yang terlibat. Pemeriksaan dapat memilih perasat Dix- Hallpike atau perasat Sidelying.

Dix dan Hallpike mendeskripsikan tanda dan gejala BPPV sebagai berikut:

Page | 8

Page 9: Diagnosis Vertigo

1. Terdapat posisi kepala yang mencetuskan serangan

2. Nistagmus yang khas

3. Adanya masa laten

4. Lamanya serangan terbatas

5. Arah nistagmus berubah bila posisi kepala dikembalikan ke posisi awal

6. Adanya fenomena kelelahan/ fatigue nistagmus bila stimulus diulang

Diagnosis

Teknik diagnosa dan perjalanan penyakit vertigo perifer

Dalam dunia kedokteran, untuk mendiagnosa suatu penyakit, haruslah melalui tahap- tahap

sebagai berikut :

1. Anamnesis 

Anamnesis adalah suatu metode wawancara yang di lakukan oleh seorang dokter untuk

memperoleh informasi secara detail mengenai riwayat openyakit pasien sekarang, riwayat

penyakit dahulu, riwayat openyakit keluarga dan keluhan penyerta lainnya.

Anamnesis ada dua metode yang di gunakan, yaitu baik secara allo-anamnesis dan secara auto-

anamnesis. Allo- anamnesis di lakukan bukan pada pasienya langsung, tetapi pada orang atau

keluarga dekatnya yang mengantar pasien tersebut ke dokter, hal ini bisa terjadi misalnya pada

pasien yang masih bayi, atau pasien kegawat daruratan yang tidak sadarkan diri sehingga tidak

dapat berkomunikasi secara langsung dengan dokter. Teknik kedua secara auto Anamnesis,

dimana pertanyaan pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan pasien, di tanyaklan langsung

kepada pasien, hal ini di lakukan khususnya pada pasien yang dapat berkomuniokasi secara

langsung dengan dokter pemeriksanya.

Perlu di perhatikan bagi seorang dokter maupun bagi seorang pasien, bahwa metode anamnesis

ini, merupakan salah satu metode terpenting dalam menegakan diagnosa suatu penyakit, sebab

hampir sekitar 90% penegakkan diagnosis berasal dari anamnesis, oleh karena itu prtisipasi dari

pasien juga sangat di harapkan, sebab metode ini membutuhkan wawancara dengan dokter

pemeriksanya.

Page | 9

Page 10: Diagnosis Vertigo

Untuk kasus ini, ada beberapa pertanyaan yang penting untuk ditanyakan kepada pasien.

Antaranya adalah:

Menanyakan identitas dan data umum seperti nama, usia, pekerjaan, agama, suku

Menanyakan keadaan sosial dan ekonomi, gaya hidup dan kondisi lingkungan

 Menanyakan adanya keluhan utama dan penyerta

Menanyakan apakah pasien telah melakukan pemeriksaan sebelumnya atau pengobatan

sebelumnya, apa yang dilakukan untuk mengatasi keluahannya sebelum ke dokter

 Menanyakan riwayat penyakit keluarga dan penyakit terdahulu.

 

Pada anamnesis ditemukan keluhan yang berupa berputarnya tubuh pasien atau keadaan

sekeliling disertai mual dan muntah atau kadang tanpa mual muntah. Perasaan tersebut dapat

timbul spontan atau diperberat oleh perubahan posisi tubuh. Serangan dapat berlangsung konstan

atau episodik selama beberapa menit atau jam. Selanjutnya perlu pula ditelusuri riwayat utama

kepala atau whisplash injury, gangguan penglihatan, kelemahan tubuh, kesulitan bicara, kesulitan

berjalan dan penurunan kesadaran. Sehingga pertanyaan-pertanyaan yang perlu ditanyakan

adalah dengan menanyakan gejala yang muncul seperti yang telah dibahas. Pertanyaan-

pertanyaannya antara lain:

Bagaimana rasa pusing yang dirasakan? Apakah rasanya berdenyut, berputar atau seperti

ditusuk-tusuk?

 Berapa lama satu serangan umumnya dirasakan? (durasi)

 Berapa kali serangan dapat berlangsung?

 Bagaimana intensitas sakit yang dirasakan? 

 Sejak kapan keluhan mulai dirasakan?

 Faktor apa yang memperberat keluhan?

Apakah pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya?

 Apakah pasien pernah mengalami muntah atau mual dikarenakan rasa pusingnya?

 Apakah pasien pernah mengalami demam, sakit pada telinga atau trauma maupun

pembedahan sebelumnnya?

 Apakah ada gangguan berjalan atau keseimbangan disebabkan rasa pusingnya?

 Apakah ada keluhan pendengaran yang berdengung atau terganggu?

Apakah ada keluhan lainnya?

Page | 10

Page 11: Diagnosis Vertigo

            Pertanyaan-pertanyaan ini perlu ditanyakan agar dapat memastikan penderita menderita

vertigo dengan latar belakang atau penyebab tertentu sehingga pemeriksaan yang dilakukan

dapat tepat membantu mendiagnosis penyakit.

2. Pemeriksaan Fisik

a) Pemeriksaan Fisik Umum

Pemeriksaan fisik umum yang sering dipakai pada pemeriksaan VPPJ yaitu pemeriksaan tanda

vital antara lain tekanan darah, denyut jantung, suhu dan nadi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

menentukan penyebab keluhan vertigo, misalnya adanya kenaikan tekanan darah atau penurunan

tekanan darah bisa di curiga bahawa bukan BPPVsebab pada penderita vertigo khususnya VPPJ

biasanya pemeriksaan umum biasanya normal.

b) Pemeriksaan Test Provokasi Nistagmus

Diagnosis VPPJ pada kanalis posterior dan anterior dapat ditegakkan dengan cara memprovokasi

dan mengamati respon nistagmus yang abnormal dan respon vertigo dari kanalis semi sirkularis

yang terlibat. Pemeriksaan dapat memilih perasat Dix-Hallpike atau side lying. Perasat Dix-

Hallpike lebih sering digunakan karena pada perasat tersebut posisi kepala sangat sempurna

Canalith Repositioning Treatment.

Pada saat perasat provokasi dilakukan, pemeriksa harus mengobservasi timbulnya respon

nistagmus pada kacamata FRENZEL yang dipakai oleh pasien dalam ruangan gelap, lebih baik

lagi bila direkam dengan system Video Infra Merah. Penggunaan VIM memungkinkan

penampakan secara simultan dari beberapa pemeriksaan dan rekaman dapat disimpan untuk

penayangan ulang.Perekaman tersebut tidak dapat bersamaan dengan pemeriksaan ENG, karena

prosesnya dapat terganggu oleh pergerakkan dan artefak kedipan mata, selain itu nistagmus

mempunyai komponen torsional yang prominen, yang tidak dapat terdeteksi oleh ENG.

Page | 11

Page 12: Diagnosis Vertigo

Gambar 3.Kacamata video Frenzel

I. Perasat Dix-Hallpike

Perasat Dix-Hallpike pada garis besarnya terdiri dari dua gerakan.Perasat Dix-Hallpike kanan

pada bidang kanan anterior kiri dan kanal posterior kanan (gambar 1A) dan perasat Dix-Hallpike

kiri pada bidang posterior kiri (gambar 1B) untuk melakukan perasat Dix-Hallpike kanan, pasien

duduk tegak pada meja pemeriksaan dengan kepala menoleh 450 ke kanan.Dengan cepat pasien

dibaringkan dengan kepala tetap miring 450 ke kanan sampai hujung kepala pasien menggantung

20-300 pada ujung meja pemeriksaan, tunggu 40 detik sampai respon abnormal timbul. Penilaian

respon pada respon abnormal dilakukan selama kurang lebih 1 menit atau sampai respon

menghilang.Setelah tindakan pemeriksaan ini dapat langsung dilanjutkan degan Canalith

Repositioning Treatment (CRT).Bila tidak ditemukan respon abnormal atau bila perasat tersebut

tidak diikuti dengan CRT, pasien secara perlahan-lahan didudukkan kembali.Lanjutkan

pemeriksaan dengan perasat Dix-Hallpike kiri dengan kepala pasien dihadapkan 450 kekiri,

tunggu maksimal 40 detik sampai respon abnormal hilang. Bila ditemukan adanya respon

abnormal, dapat dilanjutkan dengan CRT, bila tidak ditemukan respon abnormal atau bila tidak

dilanjutkan dengan tindakan CRT, pasien secara perlahan-lahan didudukkan kembali.

Page | 12

Page 13: Diagnosis Vertigo

II. Perasat Sidelying

Perasat Sidelying juga terdiri dari 2 gerakanya itu perasat Sidelying kanan yang menempatkan

kepala pada posisi dimana kanalis anterior kiri/kanalis posterior kanan pada bidang tegak lurus

garis horizontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah dan perasat Sidelying kiri yang

menempatkan kepala pada posisi dimana kanalis anterior kanan dan kanalis posterior kiri pada

bidang tegak lurus garis horizontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah.

Pasien duduk pada meja pemeriksaan dengan kaki menggantung di tepi meja, kepala ditegakkan

kesisi kanan, tunggu 40 detik sampai timbul respon abnormal. Pasien kembali ke posisi duduk

untuk dilakukan perasat Side lying kiri. Pasien secara cepat dijatuhkan ke sisi kiri dengan kepala

ditolehkan 450 ke kanan (menempatkan kepala pada posisi kanalis anterior kanan/kanalis

posterior kiri). Tunggu 40 detik sampai timbul respon abnormal.

Respon abnormal

Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi kebelakang.Namun saat

gerakan selesai dilakukan tampak lagi nistagmus. Pada pasien VPPJ setelah provokasi ditemukan

nistagmus timbulnya lambat, kurang lebih 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari

satu menit bila sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu

menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus.

Pada pemeriksaan dapat mengidentifikasi jenis kanal yang terlibat dengan mencatat arah fase

cepat nistagmus yang abnormal dengan mata pasien menatap lurus ke depan.

1. Fase cepat ke atas, berputar ke kanan menunjukkan VPPJ pada kanalis posterior kanan.

2. Fase cepat ke atas, berputar ke kiri menunjukkan VPPJ pada kanalis posterior kiri.

Page | 13

Page 14: Diagnosis Vertigo

3. Fase cepat ke bawah, berputar ke kanan menunjukkan VPPJ pada kanalis anterior kanan.

4. Fase cepat ke bawah, berputar ke kiri menunjukkan VPPJ pada kanalis anterior kiri.

Respon abnormal diprovokasi oleh perasat Dix-Hallpike/Side lying pada bidang yang sesuai

dengan kanal yang sesuai dengan kanal yang terlibat.

Perlu diperhatikan, bila respon nistagmus sangat kuat, dapat diikuti oleh nistagmus sekunder

dengan arah fase cepat berlawanan dengan nistagmus pertama.Nistagmus sekunder terjadi oleh

karena proses adaptasi system vestibuler sentral.

Perlu dicermati bila pasien kembali ke posisi duduk setelah mengikuti pemeriksaan dengan hasil

respon positif, pada umumnya pasien mendapat serangan nistagmus dan vertigo kembali. Respon

tersebut menyerupai respon yang pertama namun lebih lemah dan nistagmus fase cepat timbul

dengan arah yang berlawanan, hal tersebut disebabkan oleh gerakan kanalith ke kupula.

Pada umumnya VPPJ timbul pada kanalis posterior dari hasil penelitian Herdman terhadap 77

pasien VPPJ, mendapatkan 49 pasien (64%) dengan kelainan pada kanalis posterior, 9 pasien

(12%) pada kanalis anterior dan 18 pasien (23%) tidak dapat ditentukan jenis kanal mana yang

terlibat, serta didapatkan satu pasien dengan keterlibatan pada kanalis horizontal. Kadang-kadang

perasat Dix-Hallpike/ Side lying menimbulkan Nistagmus Horizontal.Nistagmus ini bisa terjadi

karena nistagmus spontan, nistagmus posisi atau VPPJ pada kanalis horizontal. Bila timbul

Nistagmus Horizontal, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan pemeriksaan Roll Test.

III. Tes kalori Bitermal

Tes kalori ini dianjurkan oleh Dick & Hallpike. Pada cara ini dipakai 2 macam air, dingin

dan panas. Suhu air dingin adalah 30oC, sedangkan suhu air panas adalah 440C. Volume air

yang dialirkan ke dalam liang telinga masing-masing 250 ml, dalam waktu 40 detik. Setelah air

dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul. Setelah telinga kiri diperiksa dengan air

dingin,diperiksa telinga kanan dengan air dingin juga. Kemudian telingan kiri dialirkan air

panas, lalu telinga kanan. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan( telinga kiri atau kanan atau air

dingin atau air panas) pasien diistirahatkan selama 5 menit(untuk menghilangkan pusingnya).

Page | 14

Page 15: Diagnosis Vertigo

Dalam rumus dihitung selisih waktu nistagmus kiri dan kanan. Bila selisih ini kurang dari

40 detik maka berarti kedua fungsi vestibuler dalam keadaan seimbang. Tetapi bila selisih ini

lebih besar dari 40 detik, maka berarti yang mempunyai waktu nistagmus lebih kecil mengalami

paresis kanal.

Tabel 1.Tes Kalori

Langkah Telinga Suhu air Arah nistagmus Waktu

nistagmus

Pertama Kiri 300C Kanan / Kanan a………..detik

Kedua Kanan 300C Kanan/ Kanan b………..detik

Ketiga Kiri 440C Kanan/ Kanan c………..detik

Keempat Kanan 440C Kanan/ Kanan d………..detik

Hasil tes kalori dihitung dengan mempergunakan rumus:

Sensitivitas L(left)-R(right): (a+c)-(b+d)=<40 detik

c) Pemeriksaan Fungsi Keseimbangan

I. Uji Romberg

Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun masih dapat

berjalan,sedangkan pasien dengan vertigo sentral memiliki instabilitas yang parah dan

seringkali tidak dapat berjalan. Walaupun uji Romberg konsisten dengan masalah

vestibuler atau propioseptif, hal ini tidak dapat digunakan dalam mendiagnosis vertigo.

Pada studs, hanya 19% sensitive untuk gangguan vestibular dan tidak berhubungan

dengan penyebab yang lebih serius dari dizziness misalnya drug related vertigo, seizure,

arrhythmia atau cerebrovascular event.

Pasien berdiri, lengan dilipatkan di dada, mata ditutup, dpat dipertajam(sharp Romberg)

dengan memposisikan kaki tandem depan belakang,lengan dilipat di dada, mata tertutup.

Pada orang normal dapat berdiri lebih dari 30 detik.

Page | 15

Page 16: Diagnosis Vertigo

II. Uji berjalan (Stepping test): Berjalan di tempat 50 langkah, bila tempat berubah

melebihi jarak 1 meter dan badan berputar lebih dari 300 berarti sudah terdapat gangguan

keseimbangan.

III. Past pointing test : Dilakukan dengan merentangkan tangan diangkat tinggi, kemudian

telunjuk menyentuh yang lain dengan mata tertutup. Tes jari hidung dilakukan dalam

posisi duduk pasien di minta menunjuk hidung dengan jari dalam keadaan mata terbuka

dan tertutup.

Pemeriksaan fungsi keseimbangan secara objektif dapat dilakukan dengan Posturografi dan

ENG.

Posturografi

Posturografi adalah pemeriksaan keseimbangan yang dapat menilai secara objektif dan

kuantitatif kemampuan keseimbangan postural seseorang. Untuk mendapatkan gambaran yang

benar tentang gangguan keseimbangan karena gangguan vestibuler, maka input visual di ganggu

dengan menutup mata dan input propioseptif dihilangkan dengan berdiri di atas alas tumpuan

yang tidak stabil. Dikatakan terdapat gangguan keseimbangan bila terlihat ayun tubuh

berlebihan, melangkah atau sampai jatuh sehingga perlu berpegangan. Pemeriksaan posturografi

dilakukan dengan menggunakan alat yang terdiri dar alas sebagai dasar tumpuan yang disebut

Force Platform, computer graficoder, busa dengan ketebalan 10 cm, untuk mengganggu input

propioseptif, disket data digunakan untuk menyimpan data hasil pengukuran.

Page | 16

Page 17: Diagnosis Vertigo

Teknik pemeriksaan Posturografi:

Pasien diminta berdiri tenang dengan tumit sejajar diatas alat mata memandang ke satu titik

dimuka, kemudian dilakukan perekaman pada empat kondisi, masing-masing selama 60 detik.

1) Berdiri di atas alas dengan mata terbuka memandang titik tertentu dalam pemeriksaan ini

ketiga input sensori bekerja sama.

2) Berdiri diatas alas dengan mata tertutup dalam keadaan ini input visual diganggu.

3) Berdiri di atas alas busa 10 cm dengan mata terbuka, memandang titik tertentu, dalam

keadaan ini input propioseptif diganggu.

4) Berdiri tenang di atas alas busa 10 cm dengan mata tertutup, dalam keadaan ini input

visual dan propioseptif diganggu. Jadi hanya organ vestibuler saja yang bekerja, bila

terdapat pemanjangan ayun tubuh berarti terjagi gangguan keseimbangan.

Elekrtronistagmografi(ENG)

ENG gunanya untuk memonitor gerakan bola mata. Prinsipnya sederhana saja, yaitu bahwa

kornea mata itu bermuatan positif. Muatan positif ini sifatnya sama dengan muatan positif listrik

atau magnit yang selalu mengimbas daerah sekitarya. Begitu pula muatan positif kornea ini

mengimbas kulit sekitar bola mata. Dengan meletakkan elekktroda pada kulit kantus lateral mata

kanan dan kiri bisa direkam. Rekaman muatan ini disalurkan pada sebuah galvanometer.

Bila muatan kornea mata kanan dan kiri sama, maka galvanometer akan menunjukkan angka nol

(di tengah). Bila mata bergerak ke kanan, maka elektrodakanan yang bertambah muatannya,

sedangkan elektroda kiri akan berkurang, jarum galvanometer akan bergerak ke satu arah. Jadi

kesimpulannya, jarum galvanometer akan bergerak sesuai dengan gerak bola mata. Dengan

demikian nistagmus yang terjadi bisa dipantau dengan baik. Bila gerak jarum galvanometer

diperkuat, maka akan mampu menggerakkan sebuah tuas, gerakan tuas ini akan membentuk

grafik pada kertas, yang disebut elektronistagmografi(ENG). Dalam grafik ENG dapat mudah

dikenal gerakan nistagmus fase lambat dan fase cepat, arah nistagmus serta frekuensi dan bentuk

grafiknya. Yang menjadi pegangan utama adalah kecepatan fase lambat dari nistagmus yang

dapat dihitung di dalam derajat perdetik. Rumus perhitungan yang dipakai sama dengan rumus

yang dianjurkan Dick & hallpike, hanya parameter yang dipakai adalah kecepatan fase lambat

yang dihitung dengan derajat per detik.

Page | 17

Page 18: Diagnosis Vertigo

Rumus perhitungan yang dipakai sama dengan rumus yang dianjurkan Dick & Hallpike, hanya

parameter yang dipakai adalah kecepatan fase lambat yang dihitung dengan derajat perdetik.

Rumus I

Sensitivitas L-R:(a+c )−(b+d)(a+c+b+d)

x 100%=<20 %

Bila hasil rumus di atas kurang dari 20% maka kedua fungsi vestibuler dalamkeadaan seimbang,

dan bila hasilnya melebihi 15 derajat perdetik, maka kedua fungsi vestibuler dalam keadaan

normal. Bilahasilnya lebih besar dari 20%, maka vestibuler yang hasilnya kesil berarti

mengalami paresis kanal.

Rumus II

Kuat nist.R-L:(a+d )−(b+c)(a+d+b+c)

x 100%=<20%

Bila hasil rumus lebih besar dari 20%, maka nistagmus berat ke kanan(directional

preponderanceto the right), berarti kemungkinan terdapat lesi sentral di sebelah kanan atau ada

focus iritatif sentral di sebelah kiri.

d) Pemeriksaan Pendengaran

1. Tes Schwabach

Pada tes ini, pendengaran penderita dibandingkan dengan pendengaran pemeriksa (yang

dianggap normal). Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus

sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala segera dipindahkan pada prosesus

mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat

mendengar disebut Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan

diulang dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa

lebih dulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila

pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut Schwabach sama dengan

pemeriksa.

Page | 18

Page 19: Diagnosis Vertigo

2. Tes rinne

Pada pemeriksaan ini, dibandingkan konduksi tulang dengan konduksi udara. Pada telinga yang

normal, konduksi udara lebih baik dari konduksi tulang. Hal ini didapatkan juga pada tuli

perseptif (tulis saraf). Akan tetapi, pada tuli konduktif, konduksi tulang lebih baik daripada

konduksi udara.Pada pemeriksaan tes rinne biasanya digunakan garpu tala yang berfrekuensi

128, 256, atau 512 Hz. Garpu tala dibunyikan dan pangkalnya ditekankan pada tulang mastoid

penderita. Ia disuruh mendengarkan bunyinya. Bila tidak terdengar lagi, garpu tala segera

didekatkan pada telinga. Jika masih terdengar bunyi, maka konduksi udara lebih baik daripada

konduksi tulang, dan dalam hal ini dikatakan Rinne positif. Bila tidak terdengar bunyi lagi

setelah garputala dipindahkan dari tulang mastoid ke dekat telinga, kita katakan Rinne

negative.Pada orang normal, konduksi udara lebih baik dari konduksi tulang, demikian juga pada

tuli perseptif/tuli saraf. Pada tuli konduktif, konduksi tulang lebih baik dari konduksi udara.

3. Tes weber

Garpu tala yang dibunyikan ditekankan pangkalnya pada dahi penderita, tepat pertengahan.

Penderita disuruh mendengarkan bunyinya, dan menentukan pada telinga mana bunyi lebih keras

kedengaran. Pada orang yang normal, kerasnya bunyi sama pada telinga kiri dan kanan. Pada tuli

saraf, bunyi lebih keras terdengar pada telinga yang sehat, sedang pada tuli konduktif bunyi lebih

keras terdengar pada telinga yang tuli. Kita katakan tes Weber berlateralisasi ke kiri (atau ke

kanan), bila bunyi terdengar lebih keras di telinga kiri (atau kanan). Dengan ringkas dapat

dikatakan bahwa tuli perseptif pendengaran berkurang, rinne positif, dan weber berlateralisasi ke

telinga yang sehat. Pada tuli konduktif pendengaran berkurang, Rinne negatif, dan Weber

berlateralisasi ke telinga yang tuli (gambar 5).

Page | 19

Page 20: Diagnosis Vertigo

Gambar 6 : cara dan hasil tes Weber

3. Pemeriksaan Penunjang

Karena maneuver Dix-Hallpike adalah pathogmonic, tes laboratorium tidak diperlukan untuk

membuat diagnosis vertigo posisional paroksismal jinak(VPPJ). Namun, karena hubungan tinggi

dengan penyakit di telinga dalam, hasil pemeriksaanlaboratorium mungkin diperlukan untuk

menggambarkan patologi lainnya.

a) Pemeriksaan laboratorium

Darah lengkap, profil lipid, asam urat, hemostasis(pemeriksaan ini bertujuan

untuk menentukan diagnosis banding vertigo).

b) Studi Imaging

Imaging studi tidak diperlukan dalam hasil pemeriksaan dari seorang pasien yang

diduga VPPJ, namun jika diragukan apakah vertigonya bukan VPPJ, maka studi

imaging dapat dilakukan baik foto kepala, CT-Scan, maupun MRI.

Page | 20

Page 21: Diagnosis Vertigo

Diagnosis Banding

1. Meniere’s disease

Meniere’s disease adalah sindrom dimana pasien mnegalami episode vertigo berputar “spinning”

(sense of the room spinning), gangguan pendengaran, dan tinnitus (telinga berdering). Diantara

serangan yang tak terduga, pasien tidak mengalami sebarang keluhan atau simptom penyakit.

Penyakit ini pertama ditemukan oleh seorang dokter dari Perancis, Prosper Meniere pada tahun

1861 namun penyebab sindrom ini belum diketahui. Beberapa menduga bahwa alergi makanan

dapat memeinkan peran untuk terjadinya penyakit ini. Beberapa yang lain pula mengatakan

penyakit ini merupakan respon dari telinga bagian dalam terhadap trauma.

Diagnosis penyakit ini adalah berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang berhati-

hati. Tapi, kadang diperlukan untuk diagnosis definitf dan perencanaan pengobatan. Penyakit ini

dapat mengenai seluruh usia, terutama usia pertengahan dan usia lanjut, dan jarang sekali

ditemukan pada anak-anak.

Gejala awal “warning symptoms” seperti kepenuhan atau tekanan di salah satu telinga mungkin

timbul sebelum serangan akut, atau serangan akut bisa saja terjadi secara spontan tanpa gejala

dini. Antara gejala yang sering dirasakan pasien adalah:

I. Gangguan pendengaran yang flaktuatif

II. Tinnitus

III. Terasa ruangan berputar (A sense of the room spinning)

IV. Keringat dingin, mual, dan muntah, atau kelemahan umum selama serangan

Episode serangan yang tak terduga biasanya berlangsung dari 1 jam sampai beberapa jam,

tergantung beratnya penyakit. Kehilangan pendengaran bisa permanen karena perubahan pada

telinga tengah dan mengakibatkan intoleransi terhadap suara keras.

2. Vestibular neuritis

Epidemiologi :

Penyebab kedua tersering untuk vertigo perifer.

Penyakit ini bisa terjadi pada beberapa orang dalam satu keluarga (Epidemic Vertigo)

Page | 21

Page 22: Diagnosis Vertigo

Patofisiologi :

Inflamasi dan degenerasi dari saraf vestibular,terkait dengan infeksi virus (Herpes virus

atau Borrelia)

Simptom:

I. Vertigo berlangsung beberapa hari sampai minggu

II. Onset spontan/Spontaneous onset dan dipicu oleh gerakan kepala yang cepat.

III. Tidak konsisten dipicu oleh perubahan posisi kepala.

IV. Boleh bertahan beberapa bulan setelah serangan akut membaik

V. Rasa ketidakseimbangan

VI. Nistagmus bervariasi

VII. Kehilangan tanggapan/respon terhadap rangsangan kalori dingin (consistent finding)

VIII. Tidak ada tinnitus

IX. Tidak ada gejala gangguan pendengaran

3. Vertigo central

Vertigo central adalah vertigo yang disebabkan oleh penyakit yang berasal dari sistem saraf

pusat (SSP). Dalam parktek klinik, sering ditemukan lesi pada saraf VIII. Pasien dengan vertigo

sental akan mengalami halusinasi gerak yang diarasakan disekeliling mereka.

Vertigo sentral boleh disebabkan oleh haemorrhagik atau iskemik pada cerebellum, inti

vestibuler, dan hubungannya dengan batang otak. Penyebab lain termasuklah CNS tumor,

infeksi, trauma, dan juga multiple sklerosis.Vertigo kerana acoustic neuroma secara garis

besarnya juga termasuk dalam vertigo sentral. Acoustic neuroma terdapat pada saraf cranial yang

kelapan biasnya pada perjalanan saluran pendengaran interna. Namun sering kali berkembang ke

fossa posterior dengan efek sekunder pada saraf kranial dan batang otak.

Page | 22

Page 23: Diagnosis Vertigo

Tabel 2. Perbandingan Vertigo Tipe Perifer Dan Tipe Sentral

Tabel 3. Diagnosis Banding VPPJ

Permasalaha

n

Awitan Durasi Perjalanan Pendengaran Tinitus Gejala

penyerta

BPPV Mendadak

saat berguling

ke sisi yang

sakit atau

mendongak

Singkat,

beberapa detik

hingga menit

Bertahan

selama

beberapa

minggu,

dapat relaps

Tidak

berpengaruh

Tidak ada Kadang

nausea dan

vomitus

Meniere’s

Disease

Mendadak Beberapa jam

hingga

beberapa hari,

atau lebih

Kambuhan

(rekuren)

Gangguan

pendengaran

sensori-neural

yang sembuh dan

kambuh kembali

serta akhirnya

berjalan progresif

pada satu atau

kedua sisi*

Terdapat,

berfluktuasi*

Nausea,

vomitus,

penuh

dalam rasa

tertekan

atau telinga

yang sakit

Neuronitis mendadak Beberapa jam Dapat timbul Tidak Tidak ada Nausea,

Page | 23

Page 24: Diagnosis Vertigo

Vestibuler hingga

beberapa hari,

sampai 2

minggu

kembali

setelah 12-18

bulan

berpengaruh vomitus

Penatalaksanaan

BPPV dengan mudah diobati. Partikel dengan sederhana perlu dikeluarkan dari kanal

semisirkular posterior dan mengembalikannya ke tempat asa.l.

Non-medika mentosa

Ada tiga macam terapi non farmakologis untuk BPPV yaitu

Canalith Repositioning Treatment ( Epley Manuver)

Liberatory

Brant Daroff Training

1. Canalith Repositioning Treatment

CRP adalah pengobatan non-invasif untuk penyebab paling umumdari vertigo, terutama

BPPV, CRP pertama kali digambarkan sebagai pengobatan untuk BPPV di tahun 1992. Saat

ini CRP atau maneuver Epley telah digunakan sebagai terapi BPPV karena dapat mengurangi gejala

BPPV pada 88% kasus. CRP membimbing pasien melalui serangkaian posisi yang menyebabkan pergerakan

canalit dari daerah dimana dapat menyebabkan gejala (yaitu, saluran setengah lingkaran dalamruang

cairan telinga dalam) ke daerah telinga bagian dalam dimana canalit tidak menyebabkan gejala

(yaitu, ruang depan). Canalit biasanya berada pada organ telinga bagian dalam yang disebut

organ otolith, partikel Kristal ini dapat bebas dari organ otolith dan kemudian menjadi mengambang bebas

di dalam ruang telinga dalam.

Dalam kebanyakan kasus BPPV canalit bergerak di kanal ketika posisi kepala berubah

sehubungan dengan gravitasi, dan gerakan dalamkanal menyebabkan defleksi dari saraf berakhir

dalam kanal (cupula itu).Ketika saraf berhenti dirangsang, pasien mengalami serangan tiba-

tibavertigo.

Page | 24

Page 25: Diagnosis Vertigo

Sebaiknya dilakukan setelah pemeriksaan Dix-Hallpike menimbulkan respon

abnormal.Pasien tidak kembali ke posisi duduk, namun kepala pasien dirotasikan dengan tujuan

untukmendorong kanalith keluar dari kanalis semisirkularis menuju ke utrikulus, tempat di

manakanalith tidak lagi menimbulkan gejala.

Bila kanalis posterior kanan yang terlibat maka harus dilakukan tindakan CRT

kanan.Perasat ini dimulai pada posisi Dix-Hallpike yang menimbulkan respon abnormal

dengancara kepala ditahan pada posisi tersebut selama 1-2 menit, kemudian kepala direndahkan

dandiputar secara perlahan ke kiri dan dipertahankan selama beberapa saat. Setelah itu

badanpasien dimiringkan dengan kepala tetap dipertahankan pada posisi menghadap ke kiri

dengansudut 450 sehingga kepala menghadap kebawah melihat ke lantai. Akhirnya pasien

kembalike posisi duduk, dengan kepala menghadap ke depan. Setelah terapi ini pasien di

lengkapidengan menahan leher dan disarankan untuk tidak menunduk, berbaring, dan

membungkukkan badan selama satu hari. Pasien harus tidur pada posisi duduk dan harus tidur

pada posisi yang sehat untuk 5 hari.

Kadang-kadang CRT dapat menimbulkan komplikasi. Terkadang kanalith dapat pindah

ke kanal yang lain. Komplikasi yang lain adalah kekakuan pada leher, spasme ototakibat kepala

di letakkan dalam posisi tegak selama beberapa waktu setelah terapi. Pasiendianjurkan untuk

melepas penopang leher dan melakukan gerakan horisontal kepalanyasecara periodik. Bila

dirasakan adanya gangguan leher, ekstensi kepala diperlukan pada saat terapi dilakukan.

Digunakan meja pemeriksaan yang bertujuan untuk menghindari keharusanposisi ekstensi dari

leher. Terkadang beberapa pasien mengalami vertigo berat dan merasa mual sampai muntah pada

saat tes provokasi dan penatalaksanaan. Pasien harus dimintauntuk duduk tenang selama

beberapa saat sebelum meninggalkan klinis.pada saat pasien.

Modifikasi CRT digunakan untuk pasien dengan kanalitiasis pada BPPV kanalis

horizontal, permulaan pasien dibaringkan dengan posisi supinasi, telinga yang terlibat berada di

sebelah bawah. Bila kanalith pada kanalis horizontal kanan secara perlahan kepala pasien

digulirkan ke kiri sampai ke posisi hidung di atas dan posisi ini dipertahankan selama 15detik

Page | 25

Page 26: Diagnosis Vertigo

sampai vertigo berhenti. Kemudian kepala digulirkan kembali ke kiri sampai telinga yang sakit

berada di sebelah atas. Pertahankan posisi ini selama 15 detik sampai vertigo berhenti. Lalu

kepala dan badan diputar bersamaan ke kiri, hidung pasien menghadap kebawah, tahan selama

15 detik. Akhirnya, kepala dan badan diputar ke kiri ke posisi awal dimana telinga yang sakit

berada di sebelah bawah. Setelah 15 detik, pasien perlahan-lahan duduk, dengan kepala agak

menunduk 30°. Penyangga leher dipasang dan diberi instruksiserupa dengan pasca CRT untuk

kanalis posterior dan kanalis anterior.

Canalith Repositioning Treatment (CRT) atau Epley maneuver

Indikasi Canalith Reposisi Prosedur (CRP)/ Epley manuver

Episode berulang pusing dipicu BPPV. 

Positif menemukan gejala dan nistagmus dengan pengujian posisi(misalnya, uji Dix-

Hallpike).

Keterbatasan Canalith Reposisi Prosedur (CRT)/Epley manuver

Penggunaan CRP pada pasien tidak memiliki BBPV (diagnosis yang salah).

Salah kinerja masing-masing komponen CRP

2. Terapi liberatory

Page | 26

Page 27: Diagnosis Vertigo

Terapi liberatory juga dibuat untuk memindahkan otolit (debris/kotoran) dari

kanalsemisirkularis. Tipe perasat yang dilakukan tergantung dari jenis kanal mana yang

terlibat,apakah kanal anterior atau posterior.Bila terdapat keterlibatan kanal posterior kanan,

Terapi dimulai dengan penderita diminta untuk duduk pada meja pemeriksaan dengan kepala

diputar menghadap ke kiri 45°.Pasien yang duduk dengan kepala menghadap ke kiri secara cepat

dibaringkan ke sisi kanan dengan kepala menggantung ke bahu kanan. Setelah 1 menit, pasien

digerakan secara cepatke posisi duduk awal dan untuk ke posisi side lying kiri dengan kepala

menoleh 45° ke kiri.

Pertahankan penderita dalam posisi ini selama 1 menit dan perlahan-lahan kembali ke

posisi duduk. Penopang leher kemudian dikenakan dan diberi instruksi yang sama dengan

pasienyang diterapi dengan CRT. Bila kanal anterior kanan yang terlibat, terapi yang dilakukan

sama, namun kepala diputar menghadap ke kanan. Angka kesembuhan 70-84% setelah terapi

tunggal liberatory.

Terapi liberatory

3. Latihan Brandt dan Daroff

Latihan Brandt dan Daroff dapat di lakukan oleh pasien di rumah tanpa bantuan

terapi.Pasien melakukan gerakan-gerakan dari duduk ke samping yang dapat mencetuskan

vertigo(dengan kepala menoleh ke arah yang berlawanan) dan tahan selama 30 detik, lalu

kembalike posisi duduk dan tahan selama 30 detik, lalu dengan cepat berbaring ke sisi

yangberlawanan (dengan kepala menoleh ke arah yang berlawanan) dan tahan selama 30

detik,lalu secara cepat duduk kembali. Pasien melakukan latihan secara rutin 10-20 kali, 3

kalisehari sampai vertigo hilang paling sedikit 2 hari.

Page | 27

Page 28: Diagnosis Vertigo

Terapi Brand Daroff

Terapi Bedah

Posterior canal plugging

Jika terapi-terapi diatas gagal untuk mengontrol gejala dari BPPV,diagnosis sudah

sangatpasti dan sudah berlangsung lebih dari pada 1 tahun maka suatu tindakan posterior

canalplugging dapat dianjurkan namun tindakan ini mempunyai resiko untuk berkurangnya

pendengaran. Tindakan ini berfungsi untuk memblok seluruh fungsi canal posterior

tanpamenggangu kerja kanal yang lain. Tindakan ini sangat efektif untuk pasien yang gagal

denganterapi-terapi yang lain sekitar 90% dari pasien yang gagal dengan terapi lain berhasil

dengan terapi ini.

Page | 28

Page 29: Diagnosis Vertigo

Medikamentosa

Obat-obatan anti vertigo yang biasa digunakan adalah penyekat kalsium, antihistamin,

anti kolinergik, monoaminergik, fenotiazin, benzodiazepin, dan butirofenon.Namun, obat rutin

seperti vestibular supresan (misalnya antihistamin dan benzodiazepine) tidak dianjurkan pada

pasien BPPV karena penggunaan obat vestibulo suppresan yang berkepanjangan hingga lebih dari 2

minggu dapat mengganggu mekanisme adaptasi susunan saraf pusat terhadap abnormalitas

vestibular perifer yang sudah terjadi.

Selain itu, efek samping yang timbul bisa berupa kantuk, letargi, dan perburukan keseimbangan.

Obat dapat diberikan untuk mengurangi sensasi berputar dari vertigo atau mengurangi gejala pusing yang

menyertai. Namun, tidak ada vestibular supresan yang efektif seperti CRMs untuk BPPV dan

tidak dapat digunakan sebagai pengganti untuk maneuver reposisi. Obat anti vertigo, seperti

dimenhydrinate (Dramamine®), belladonnaalkaloid scopolamine (Transderm-Scop®), dan

benzodiazepine (Valium®), diindikasikan untuk mengurangi gejala pusing dan mual sebelum

melakukan CRM.

Tujuan pengobatan vertigo, selain kausal (jika ditemukan penyebabnya), ialah untuk

memperbaiki ketidak seimbangan vestibuler melalui modulasi transmisi saraf; umumnya

digunakan obat yang bersifat antikolinergik.

Page | 29

Page 30: Diagnosis Vertigo

Komplikasi

Ada beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat serangan berkepanjangan dari vertigo.

Antara komplikasi yang ditemukan adalah:

1. Gejala mual dan muntah yang berterusan menyebabkan pasien mengalami aneroxia

nervosa serta resiko kehilangan eletrolit dan air tinggi akibat dehidrasi. Sistim imun

menurun dan menyebabkan berat badan menurun.

2. Vertigo kronis juga dapat menyebabkan masalah mata seperti kondisi persisten dari

diplopia.

3. Komplikasi umum dari vertigo adalah cedera kerana jatuh. Selama serangan vertigo,

seseorang akan kehilangan keseimbangan dan jatuh. Jatuh adalah penyebab utama cedera

serius pada orang yang berusia lebih 65 tahun.

Preventif

Tidak ada pencegahan khusus kecuali mencegah factor predisposisi seperti mencegah trauma dan

menjaga kebersihan telinga.

Langkah-langkah berikut ini dapat meringankan atau mencegah gejala vertigo:

Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi

Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum kita berdiridari tempat tidur 

Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang

Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk mengambil suatu benda dari

ketinggian

Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala kita dalam posisi datar (horisontal) atau bila

leher dalam posisi mendongak

Prognosis

Prognosis setelah dilakukan CRP (canalith repositioning procedure) biasanya bagus. Remisi

dapat terjadi spontan dalam 6 minggu, meskipun beberapa kasus tidak terjadi. Dengan sekali

pengobatan tingkat rekurensi sekitar 10-25%.

Page | 30

Page 31: Diagnosis Vertigo

BAB III-Penutup

Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subjektif dan objektif dari gangguan

alat keseimbangan tubuh. Gejala tersebut di atas dapat diperhebat/diprovokasi perubahan posisi

kepala. Untuk membantu penegakan diagnosis, diperlukan pemeriksaan neurologis (fungsi

vestibular atau serebelar) yang dapat dilakukan, antara lain tes Nylen Barany atau Dix Hallpike,

tes kalori, tes Romberg, Tandem gait, post pointing tes. Benign positional vertigo adalah vertigo

dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik,hilang dalam waktu kurang dari 1 menit,

akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Penyebab dari

penyakit ini adalah adanya debris ”otokonia”yang terdapat pada kanalis semisirkularis. Diduga

debris itu menyebabkan perubahan tekanan endolimfe dan defleksi kupula sehingga timbul

gejala vertigo. Penatalaksaannya yang dapatdilakukan meliputi Canalith Repositioning

Treatment ( Epley Manuver), Liberatory, BrantDaroff Training, terapi bedah posterior canal

plugging, serta pengobatan secara medikamentosa untuk menolong pasien dari gejala-gejala

BPPV.

Daftar Pustaka

1. Soepardi E.A, Nurbaiti Iskandar, Bashiruddin J, Restuti R.D. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke 6. Jakarta. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.2007. h 94-110.

2. Geoge L.Adamas, Lawrence R.Boies, et al. Buku ajar penyakit THT Boies. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Cetakan ketiga edisi ke enam 2000; (VI): 3-39, 119-139

3. Dewanto G, Wita J, Suwono, Riyanto B. Panduan praktis diagnosis dan tata laksana

penyakit saraf.Cetakan pertama. Jakarta : EGC. 2009. hal 111-5.

4. Arsyad E, Iskandar N, Bashiruddin J. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung

tenggorokan kepala dan leher. Edisi keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2007. hal

104-10.

5. Johnson J & Lalwani AK. Vestibular Disorders. In : Lalwani AK, editor. Current

Page | 31

Page 32: Diagnosis Vertigo

Diagnosis & treatment in Otolaryngology- Head & Neck Surgery. New York : Mc

Graw Hill Companies. 2004. h 761-5.

6. Penatalaksanaan vertigo. Diunduh dari

http://hennykartika.wordpress.com/2008/06/13/penatalaksanaan-vertigo/ , 17 September

2012.

7. BPPV. Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/76935876/16/BENIGN-

PAROXYSMAL-POSITION-VERTIGO-BPPV, 17 September 2012.

Page | 32