31
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan Peserta Didik adalah salah satu mata kuliah yang harus diikuti oleh seluruh mahasiswa yang mengikuti program akta mengajar di Universitas Ga1uh Ciamis. Salah sate kompetensi dasar yang dipersyaratkan didalamnya adalah memahami konsep dasar belajar mengajar dengan 4 indikatornya, yaitu: Pemahaman konsep dasar belajar mengajar, mengidentifikasi perilaku hasil belajar, menjelaskan faktor-faktor yang menentukan proses belajar, serta memberi contoh hasil belajar dan pengukurannya. Keempat indikator tersebut harus dipahami oleh seorang guru sebagai bagian dari kemampuannya dalam melaksanakan tugas sebagai seorang tenaga pendidik. Ketidakpahaman seorang tenaga pendidik akan konsep dasar kegiatan belajar mengajar, akan sangat berdampak terhadap proses dan hasil kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Maka untuk menghindari hal seperti itu, seorang tenaga pendidik dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas keilmuannya melalui berbagai cara, antara lain dengan cara membaca sumber bacaan yang relevan. Sebagai seorang tenaga pendidik, guru 1

Diagnostik Kesulitan Belajar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Diagnostik Kesulitan Belajar

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan Peserta Didik adalah salah satu mata kuliah yang harus

diikuti oleh seluruh mahasiswa yang mengikuti program akta mengajar di

Universitas Ga1uh Ciamis. Salah sate kompetensi dasar yang dipersyaratkan

didalamnya adalah memahami konsep dasar belajar mengajar dengan 4

indikatornya, yaitu: Pemahaman konsep dasar belajar mengajar, mengidentifikasi

perilaku hasil belajar, menjelaskan faktor-faktor yang menentukan proses belajar,

serta memberi contoh hasil belajar dan pengukurannya. Keempat indikator

tersebut harus dipahami oleh seorang guru sebagai bagian dari kemampuannya

dalam melaksanakan tugas sebagai seorang tenaga pendidik. Ketidakpahaman

seorang tenaga pendidik akan konsep dasar kegiatan belajar mengajar, akan

sangat berdampak terhadap proses dan hasil kegiatan belajar mengajar itu sendiri.

Maka untuk menghindari hal seperti itu, seorang tenaga pendidik dituntut untuk

selalu meningkatkan kualitas keilmuannya melalui berbagai cara, antara lain

dengan cara membaca sumber bacaan yang relevan. Sebagai seorang tenaga

pendidik, guru harus memiliki pengetahuan yang memadai baik tentang subjek

materi yang diajarkan, tentang siswa atau peserta didik, serta pengetahuan lain

yang berkaitan dengan konsep belajar mengajar itu sendiri. Upaya pencarian dan

penggalian berbagai informasi mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan

mata kuliah tersebut di atas, merupakan hal yang melatarbelakangi penulis untuk

membuat makalah yang berjudul "Diagnostik Kesulitan Belajar".

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis dapat merumuskan

sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan diagnostik kesulitan belajar?

2. Apa saja jenis-jenis diagnostik ?

1

Page 2: Diagnostik Kesulitan Belajar

3. Bagaimanakah prosedur dan teknik diagnostik kesulitan belajar?

1.3. Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis bertujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian diagnostik kesulitan belajar.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis diagnostik.

3. Untuk mengetahui prosedur dan teknik diagnostik kesulitan belajar.

2

Page 3: Diagnostik Kesulitan Belajar

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Dasar Diagnostik

Diagnosis merupakan istilah teknis (terminology) yang kita adopsi dari

bidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen (1955: 530-532), diagnoses dapat

diartikan sebagai berikut:

- Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness,

disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi

yang seksama mengenai gejala-gejala (symptoms)

- Studi yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan

karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial

- Keputusan yang dicapai setelah dilakukan studi yang saksama atas gejala-

gejala atau fakta tentang suatu hal.

Dari ketiga pengertian tersebut di atas bahwa di dalam konsep

diagnosis, secara implisit telah tersimpul pula konsep prognosisnya.

Dengan demikian bukan hanya sekadar mengidentifikasi jenis dan

karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit

tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan

(predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.

2.2. Pengertian Kesulitan Belajar

Burton dalam Abin S.M. (2004: 307-308) mengidentifikasi seorang

siswa kasus dapat dipandang atau dapat diduga mengalami kesulitan belajar

kalau yang bersangkutan menunjukan kegagalan (failure) tertentu dalam

mencapai tujuan-tujuan belajarnya sebagai berikut:

Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang

bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat

penguasaan minimal dalam pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan

3

Page 4: Diagnostik Kesulitan Belajar

oleh orang dewasa atau guru. Dalam konteks sistem pendidikan di Indonesia

angka nilai batas lulus itu adalah angka 6 atau 60 atau C (60% dari tingkat

ukuran yang diharapkan atau ideal). Kasus siswa semacam ini dapat

digolongkan ke dalam lower group.

2.3. Diagnostik Kesulitan Belajar

Dengan demikian pengertian Diagnostik Kesulitan Belajar sebagai suatu

proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang

kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai

data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan

untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif

kemungkinan pemecahannya.

2.3.1. Jenis-jenis Diagnostik

a. General Diagnostik

Pada tahap ini lazim dipergunakan tes buku, seperti yang dipergunakan

untuk evaluasi dan pengukuran psikologis dan hasil belajar. sasarannya

ialah untuk menemukan siapakah siswa yang diduga mengalami

kelemahan tertentu.

b. Analytic Diagnostik

Pada tahap ini lazimnya digunakan ialah tes diagnostik. Sasarannya

untuk mengetahui dimana letak kelemahan tersebut.

c. Psychological Diagnostik

Pada tahap ini teknik pendekatan dan instrumen yang digunakan antara

lain: Observasi, analisis karya tulis, analisis proses dan respon lisan,

analisis berbagai catatan objektif, wawancara, pendekatan laboratories

dan klinis, studi kasus.

2.3.2. Prosedur dan Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar

Menurut Ross dan Stanley dalam Abin S.M. (2001:309)

menggariskan tahapan-tahapan diagnosis sebagai berikut:

4

Page 5: Diagnostik Kesulitan Belajar

a. Siapa-siapa siswa yang mengalami gangguan?

b. Dimanakah kelemahan-kelemahan itu dapat dilokalisasikan?

c. Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi?

d. Penyembuhan-penyembuhan apakah yang disarankan?

e. Bagaimana kelemahan itu dapat dicegah?

Secara operasional langkah-langkah diagnostik kesulitan belajar adalah

sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi kasus kesulitan belajar.

1) Menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar

Pada suatu kelompok siswa yang berdistribusi normal, sudah dapat

diperkirakan adanya jumlah kasus hipotetik kesulitan belajar sekitar 10-

20% dari keseluruhan populasi kelompok tersebut. Yang menjadi

persoalan sekarang ialah bagaimana caranya membuktikan kasus

tersebut di dalam praktik. Dengan kata lain, siapa-siapa siswa di dalam

kenyataannya yang memerlukan bantuan itu. Dengan menghimpun dan

menganalisis data hasil belajarnya serta menafsirkan dengan

mempergunakan criterion-referenced atau norm-referenced (PAP atau

PAN).

Kalau kita mempergunakan criterion referenced (PAP) dengan

berasumsi bahwa instrumen evaluasi atau soal yang kita pergunakan

telah dikembangkan dengan memenuhi syarat, caranya dapat kita

tempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Tetapkan angka nilai kualifikasi minimal yang dapat diterima

(misalnya 5,5; 6 atau 7 dan sebagainya) sebagai batas lulus (passing

grade).

b) Kemudian bandingkan angka nilai (prestasi) dari setiap siswa

dengan angka nilai batas lulus tersebut. Catatlah siswa-siswa mana

yang nilai prestasinya berada di bawah nilai batas lulus tersebut.

Dengan demikian mereka dapat diduga sebagai siswa yang

mengalami kesulitan belajar.

5

Page 6: Diagnostik Kesulitan Belajar

c) Himpunlah semua siswa yang angka nilai prestasinya di bawah nilai

prestasinya di ubah nilai batas lulus tersebut. Kesemuanya mungkin

akan merupakan sebagian besar (mayoritas), seimbang (fifty-fifty),

sebagian kecil (minoritas) dibandingkan keseluruhan populasi

keseluruhannya.

d) Mengadakan prioritas layanan kepada mereka yang diduga paling

beret kesulitannya dengan membuat ranking, dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

(1) Pertama, selisihkan angka nilai prestasi setiap siswa (kasus)

dengan angka nilai passing grade (batas lulus) itu sehingga akan

diperoleh angka selisih (deviasi)-nya.

(2) Susunlah daftar kasus tersebut mulai dengan siswa yang angka

selisihnya paling besar.

Dengan cara di atas ini maka kita dapat menandai:

(1) Kelas dan kelompok siswa tertentu sebagai kasus, kalau kita

teliti ternyata mayoritas dari populasi kelas atau kelompok

tersebut nilai prestasinya di bawah nilai batas lulus.

(2) Individu-individu siswa sebagai kasus, kalau ternyata hanya

sebagian kecil (minoritas) dari populasi kelas yang memperoleh

angka nilai prestasi di bawah batas lulus.

b. Identifikasi masalah

Dalam langkah identifikasi masalah meliputi antara lain:

1) Mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu

Sebenarnya tidaklah terlalu sulit untuk menjawab persoalan, apakah

kesulitan itu terjadi pada beberapa atau hanya salah satu bidang studi

tertentu, yaitu dengan jalan membandingkan nilai prestasi individu yang

bersangkutan. Dari semua bidang studi yang diikutinya atau angka nilai

rata-rata prestasi (mean) dari setiap bidang studi kalau kebetulan

6

Page 7: Diagnostik Kesulitan Belajar

kasusnya adalah kelas maka dengan mudah kita akan menemukan pada

bidang studi manakah individu atau kelas itu mengalami kesulitan.

2) Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bagian ruang lingkup

bahan pelajaran manakah kesulitan terjadi

Pada langkah ini pendekatan yang paling tepat (kalau ada) seyogyanya

menggunakan tes diagnostik. Dengan demikian, dalam keadaan belum

tersedia tes diagnostik yang khusus dipersiapkan untuk keperluan ini

maka analisis masih tetap dapat dilangsungkan dengan menggunakan

naskah jawaban (answer sheets) tes ulangan umum (TPB) triwulan atau

semesteran.

c. Identifikasi faktor penyebab kesulitan belajar

1) Stimulus Variables, mencakup:

a) Learning experience variables, antara lain mengenai :

(1) Method variables, yang antara lain menyangkut:

- kuat lemahnya motivasi untuk belajar;

- intensif tidaknya bimbingan guru;

- ada tidaknya kesempatan berlatih ate berpraktik; ada

tidaknya upaya dan kesempatan reinforcement

(2) task variables yang mencakup:

- menarik tidaknya apa yang harus dipelajari dan dilakukan-,

- bermakna tidaknya (meaningfulness) apa yang dipelajari dan

dilakukan;

- sesuai tidaknya (appropriateness); panjang (length) atau

luasnya (width) serta tingkat keakuran apa yang harus

dipelajari dan dikerjakan.

b) Environmental variables, menyangkut iklim belajar yang

bergantung pada faktor-faktor:

- tersedia tidaknya tempat atau ruangan (space) yang memadai;

7

Page 8: Diagnostik Kesulitan Belajar

- cukup tidaknya waktu, serta dapat tidaknya penggunaan waktu

tersebut untuk waktu belajar;

- tersedia tidaknya fasilitas belajar yang memadai

- harmonis tidaknya bubungan manusiawi baik di sekolah, di

rumah maupun di lingkungan masyarakat yang lebih luas.

2) Organismic variables. Yang mencakup:

a) Characteristic of the learners, aturan lain tingkatan inteligensi, usia

dan taraf kematangan, jenis kelamin, kesiapan dan kematangan

untuk belajar. dengan demikian, kelemahan sering disebabkan oleh:

(1) kurangnya kemampuan dan keterampilan kognitif,

(2) terbatasnya kemampuan, menghimpun, dan mengintegrasikan

informasi.

(3) kurang gairah belajar karena kurang jelasnya tujuan/ aspirasi

b) Mediating processes, kondisi yang lazim terdapat dalam diri swasta

antara lain inteligensi, persepsi, motivasi, dorongan, lapar, taktik,

cemas, kesiapan, konflik, tekanan batin, dan sebagainya turut

berperan pula dalam proses berprilaku termasuk perilaku belajar.

3) Response variables, sebagaimana kita kelompokkan berdasarkan tujuan-

tujuan pendidikan yaitu :

a) Tujuan-tujuan kognitif, seperti pengetahuan, konsep-konsep,

keterampilan pemecahan masalah;

b) Tujuan-tujuan efektif, seperti sikap-sikap, nilai-nilai, minat, dan

apresiasi:

c) Tujuan-tujuan pola-pola bertindak, antara lain:

- keterampilan psikomotoris, seperti menulis, mengetik, kegiatan

pendidikan jasmani atau olahraga, melukis, dan sebagainya;

- kompetensi-kompetensi untuk menyelenggarakan pertemuan,

berpidato, memimpin diskusi, pertunjukan dan sebagainya;

8

Page 9: Diagnostik Kesulitan Belajar

- kebiasaan-kebiasaan berupa, kebiasaan hidup sehat, keamanan,

kebersihan, keberanian disertai kesopanan, ketegasan,

ketekunan, kejujuran, kerapian, keserasian dan sebagainya.

4) Faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa, antara lain

a) Kelemahan secara fisik, seperti :

(1) suatu pusat susunan syaraf tidak berkembang secara sempurna

karena luka atau cacat atau sakit sehingga sering membawa

gangguan emosional;

(2) panca indra (mata, telinga, alai bicara, dan sebagainya) mungkin

berkembang kurang sempurna atau sakit (rusak) sehingga

menyulitkan proses interaksi secara afektif-,

(3) ketidakseimbangan perkembangan dan reproduksi serta

berfungsinya kelenjar-kelenjar tubuh sering membawa kelainan-

kelainan perilaku kurang terkoordinasikan dan sebagainya

(4) cacat tubuh atau pertumbuhan yang kurang sempurna, organ dan

anggota-anggota badan (tangan, kaki, dan sebagainya) sering

pula membawa ketidakstabilan mental dan emosional;

(5) penyakit menahun (asma dan sebagainya) menghambat usaha-

usaha belajar secara optimal.

b) Kelemahan-kelemahan secara mental (baik kelemahan yang dibawa

sejak lahir maupun karena pengalaman) yang sukar diatasi oleh

individu yang bersangkutan dan juga oleh pendidikan, antara lain -.

(1) kelemahan mental (taraf kecerdasannya memang kurang);

(2) tampaknya seperti kelemahan mental, tetapi sebenarnya kurang

minat, kebimbangan, kurang usaha, aktivitas yang tidak pernah,

kurang semangat (kurang gizi, kelelahan atau overwork, dan

sebagainya), kurang menguasai keterampilan, dan kebiasaan

fundamental dalam belajar.

9

Page 10: Diagnostik Kesulitan Belajar

c) Kelemahan-kelemahan emosional, antara lain :

(1) terdapat rasa tidak aman (insecurity)

(2) penyesuaian yang salah (maladjustment) terhadap orang-orang,

situasi, dan tuntutan-tuntutan tugas dan lingkungan;

(3) tercekam rasa phobia (takut, benci, dan antipati), mekanisme

pertahanan diri;

(4) ketidakmatangan (immaturity)

d) kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap-

sikap yang salah, antara lain :

(1) tidak menentu dan kurang menaruh minat terhadap pekerjaan-

pekerjaan sekolah;

(2) banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak

menunjang pekerjaan sekolah, menolak atau malas belajar;

(3) kurang berani dan gagal untuk berusaha memusatkan perhatian;

(4) kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab;

(5) malas, tak bernafsu untuk belajar;

(6) sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran;

(7) nervous.

e) Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar

yang tidak diperlukan, seperti :

(1) Ketidakmampuan membaca, menghitung, kurang menguasai

pengetahuan dasar untuk suatu bidang studi yang sedang diikuti

secara sekuensial (meningkat dan berurutan), kurang menguasai

bahasa (Inggris misalnya);

(2) Memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah

10

Page 11: Diagnostik Kesulitan Belajar

5) faktor-faktor yang terletak di luar diri siswa (situasi sekolah dan

masyarakat), antara lain:

a) kurikulum yang seragam (uniform), bahwa dan buku-buku sumber

yang tidak sesuai dengan tingkat-tingkat kematangan dan

perbedaan-perbedaan individu;

b) ketidaksesuaian standar administratif (sistem pengajaran), penilaian,

pengelolaan kegiatan dan pengalaman belajar mengajar dan

sebagainya;

c) terlalu berat beban belajar (siswa) dan/atau mengajar (guru);

d) terlalu besar populasi siswa dalam kelas, terlalu banyak menuntut

kegiatan di luar, dan sebagainya;

e) terlalu sering pindah sekolah atau program, tinggal kelas, dan

sebagainya;

f) kelemahan dari sistem belajar-mengajar pada tingkat-tingkat

pendidikan (dasar/asal) sebelumnya;

g) kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga (pendidikan,

status sosial ekonomi, keutuhan/keluarga, besamya anggota

keluarga, tradisi dan kultur keluarga, ketenteraman dan keamanan

sosial psikologis dan sebagainya);

h) terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah atau terlalu

banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler;

i) kekurangan makan (gizi, kalori, dan sebagainya)

d. Prognosis Mengambil Kesimpulan dan Meramalkan kemungkinan

penyembuhan

Seperti dijelaskan dalam paragraf pertama bahwa berdasarkan hasil

analisis diagnostik seperti kita pelajari dalam paragraf kedua dan ketiga;

kita hendaknya: (1) menarik suatu kesimpulan umum/meskipun hanya

secara tentatif, (2) membuat pemikiran apakah masalah itu mungkin untuk

11

Page 12: Diagnostik Kesulitan Belajar

diatasi, selanjutnya (3) memberikan saran tentang kemungkinan cara

mengatasinya.

a. Kasus kelompok

1) Kesimpulan (tentatif)

a) Kasus dan permasalahannya

Seperti dijelaskan dalam paragraf terdahulu bahwa kalau

ternyata mayoritas siswa, nilai prestasinya tidak dapat mencapai

batas lulus (minimal acceptable performance), kita dapat

menyimpulkan bahwa kelas yang bersangkutan patut diduga

sebagai kasus yang mengalami kesulitan belajar (berdasarkan

criterion referenced evaluation), atau kalau ternyata rata-rata

(mean) nilai prestasi kelas yang bersangkutan dibandingkan

kelas lain yang setaraf menunjukkan perbedaan yang sangat

berarti (significant), kelas tersebut patut diduga sebagai kasus

yang mengalami kesulitan belajar (berdasarkan norm-reference)

b. Kasus individual

1) Kesimpulan (tentatif)

a) Kasus dengan permasalahannya

Seperti telah dijelaskannya dalam paragraf terdahulu,

ternyata hanya sebagian kecil (minoritas) dari siswa (sekitar 5-

25%) yang angka prestasinya tidak memadai batas lulus

(criterion referenced) dan atau lebih kecil dari rata-rata nilai

prestasi kelas atau kelompoknya.

2) Perkiraan kemungkinan dan cara mengatasinya

a) Perkiraan kemungkinan mengatasinya

(1) Kalau ternyata kesimpulan analisis di atas didukung oleh

bukti atau indikator yang cukup kuat bahwa kelemahan itu

bersumber pada faktor hereditas (tingkat kecerdasan atau

inteligensi dan bakat), dapat diperkirakan bahwa usaha

penyembuhan secara didaktis atau metodologis sangat kecil

12

Page 13: Diagnostik Kesulitan Belajar

kemungkinannya atau bahkan tidak mungkin sama sekali.

Yang dapat dilakukan ialah penyaluran atau penjurusan

kepada program pendidikan tertentu 'yang lebih sesuai

dengan tingkat kecerdasan atau jenis bakatnya.

(2) Kalau kelemahan itu bersumber pada aspek organismik

lainnya seperti sikap, kebiasaan, minat atau motivasi belajar

tertentu, termasuk juga terhadap guru dan lingkungannya,

masih ada kemungkinan mengatasinya meskipun mungkin

memerlukan waktu yang relatif lama secara berangsur

(3) Kalau penyebab kelemahan itu ternyata terletak di luar diri

siswa, dapat diperkirakan juga bahwa kelemahan itu akan

mungkin diatasi. Cepat atau lambatnya bergantung pada

kondisi di sekolah atau lingkungan yang bersangkutan.

b) Kemungkinan cara mengatasinya

(1) Kalau kelemahannya fatal (karena bersifat heredite), jalan

yang terbaik adalah menyalurkan atau mentransfer siswa

kepada program atau jurusan atau praktik pendidikan yang

lebih sesuai dengan tingkat kecerdasan dan jenis yang

dimilikinya.

(2) Sikap, minat dan motivasi akan dapat diubah dengan jenis :

- menciptakan conditioning (reinforcement) rewards,

encouragement;

- menggunakan strategi belajar yang inovatif seperti SPM,

dan sebagainya;

(3) Kebiasaan juga dapat diubah dengan jalan mengadakan

conditioning dan drill.

(4) Kalau sifat kelemahan itu terletak sumbernya di luar diri

siswa, kiranya dapat ditempuh cara pemecahan seperti di

atas.

13

Page 14: Diagnostik Kesulitan Belajar

e. Rekomendasi bagi pelaksanaan pemecahannya dan referral

Berdasarkan hasil perkiraan dan identifikasi alternatif kemungkinan

pemecahan tersebut, maka langkah selanjutnya yang dikerjakan oleh guru

ialah membuat rekomendasi alternatif tindakan yang akan ditempuh untuk

melaksanakan pemecahannya.

Rekomendasi tersebut mungkin pula untuk guru bidang studi yang

bersangkutan, kalau ternyata dari analisis menghasilkan kesimpulan bahwa

alternatif pemecahan itu lebih bersifat remedial teaching; sedangkan kalau

masalah dan alternatif pemecahannya disarankan lebih bersifat counseling

atau psychotherapy atau medical treatment maka tugas guru hanya

membuat referral.

14

Page 15: Diagnostik Kesulitan Belajar

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Diagnosis merupakan istilah teknis (terminology) yang kita adopsi dari

bidang medis.

Diagnostik Kesulitan Belajar sebagai suatu proses upaya untuk

memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan

belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi

selengkap dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil

kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif kemungkinan

pemecahannya.

Jenis-jenis Diagnostik :

a. General Diagnostik

b. Analytic Diagnostik

c. Psychological Diagnostik

Prosedur dan Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar :

a. Identifikasi faktor penyebab kesulitan belajar

b. Prognosis Mengambil Kesimpulan dan Meramalkan kemungkinan

penyembuhan

c. Rekomendasi bagi pelaksanaan pemecahannya dan referral

3.2. Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan sebagai rekomendasi dalam

mengatasi permasalahan diagnostik kesulitan belajar adalah sebagai berikut :

(1) Deskripsi singkat identitas kasus.

15

Page 16: Diagnostik Kesulitan Belajar

(2) Deskripsi singkat disertai data/informasi yang selengkap dan seakurat

mungkin tentang jenis dan sifat permasalahannya.

(3) Deskripsi singkat hash diagnosis atas sumber dan faktor yang menyebabkan

kesulitan tersebut.

(4) Hasil kesimpulan, perkiraan, serta alternatif tindakan yang disarankan untuk

mengatasinya

(5) Hal-hal yang dianggap sangat penting dan bermanfaat bagi pemecahannya.

16

Page 17: Diagnostik Kesulitan Belajar

DAFTAR PUSTAKA

Blain. GM. 1954. Diagnostic and Remedial Teaching, New York. The Mc Milan.

Gage, NI, and Berliner. 1975. Educational Psychology. Chicago, Rend. McMilattv

Indgrend, HC. 1970. Educational Psychology in the Classroom. New York Willey &- Sons.

Makmun Abin Syamsudin. 2005. Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya

Surya Moh. 1975. Psikologi Pendidikan. Bandung FIP IKIP Bandung.

Uzer, Usmar, Moh. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Rosda Karya.

17

Page 18: Diagnostik Kesulitan Belajar

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur seraya kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang

diberi judul "Diagnostik Kesulitan Belajar" tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah

Perkembangan Peserta. Didik Prodi Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Galuh Ciamis Tahun 2011.

Kelemahan dan kekurangan yang ada pada diri penulis merupakan hambatan

yang serius dalam penyusunan makalah ini. Namur berkat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari semua pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.

Selanjutnya dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa dalam

penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan berbagai saran, masukan dan kritikan yang bersifat

membangun dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Besar harapan penulis, makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis

dan umumnya bagi rekan-rekan semua. Semoga. Allah SWT membalas semua aural

baik dan melimpahkan hidayah-Nya pada kita semua. Amin Ya. Robbal Alamin.

Ciamis, Mei 2011

Penulis,

i

Page 19: Diagnostik Kesulitan Belajar

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ............................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................ 1

1.3. Tujuan Masalah ............................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 3

2.1. Pengertian Dasar Diagnostik ........................................ 3

2.2. Pengertian Kesulitan Belajar ........................................ 3

2.3. Diagnostik Kesulitan Belajar ....................................... 4

2.3.1. Jenis-jenis Diagnostik ...................................... 4

2.3.2. Prosedur dan Teknik Diagnostik Kesulitan

Belajar

...........................................................................

...........................................................................

4

BAB III PENUTUP ............................................................................. 15

3.1. Kesimpulan ................................................................... 15

3.2. Saran ............................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 17

ii

Page 20: Diagnostik Kesulitan Belajar

DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu TugasMata Kuliah Perkembangan Peserta Didik

Dosen : Dedeh Rukaesih, Dra., M.Pd.

Disusun oleh:

1. ANDRI A.2. DARKINO3. SURYANTO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRISFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS GALUH CIAMIS2011