42
Diagram Pareto Tempat kerja kita dibanjiri oleh banyak masalah (semoga juga tidak terlalu banyak biar bisa pulang tepat waktu J), sedangkan sumberdaya yang kita punya, baik manuasia maupun waktu, sangat terbatas. Untuk itu kita perlu memusatkan sumberdaya yang ada untuk menyelesaikan masalah yang paling signifikan memberikan hasil terbesar. Prinsip Pareto atau lebih dikenal juga sebagai aturan 20/80 menyatakan banyak kejadian atau akibat sebesar 80% dari total efeknya hanya disebabkan 20% dari sebabnya. Prinsip ini dinamakan berdasarkan seorang ekonom dari italia yang bernama Vilfredo Pareto yang pada tahun 1906 mengamati dan menemukan fakta bahwa 80% tanah di Italia, hanya dimiliki oleh 20% dari total populasi. Contoh diagram Pareto adalah adalah sebagai berikut: Dari diagram Pareto diatas, dapat diketahui bahwa hanya 4 Masalah yang menyebabkan kerugian terbesar, yaitu hingga 80% dari total masalah. Sehingga, untuk mengurangi total kerugian, kita dapat berfokus pada 4 masalah tersebut dari pada

Diagram Pareto

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mkalah PMP

Citation preview

Page 1: Diagram Pareto

Diagram Pareto

Tempat kerja kita dibanjiri oleh banyak masalah (semoga juga tidak terlalu banyak biar bisa

pulang tepat waktu J), sedangkan sumberdaya yang kita punya, baik manuasia maupun

waktu, sangat terbatas. Untuk itu kita perlu memusatkan sumberdaya yang ada untuk

menyelesaikan masalah yang paling signifikan memberikan hasil terbesar. Prinsip Pareto atau

lebih dikenal juga sebagai aturan 20/80 menyatakan banyak kejadian atau akibat sebesar 80%

dari total efeknya hanya disebabkan 20% dari sebabnya. Prinsip ini dinamakan berdasarkan

seorang ekonom dari italia yang bernama Vilfredo Pareto yang pada tahun 1906 mengamati

dan menemukan fakta bahwa 80% tanah di Italia, hanya dimiliki oleh 20% dari total populasi.

Contoh diagram Pareto adalah adalah sebagai berikut:

Dari diagram Pareto diatas, dapat diketahui bahwa hanya 4 Masalah yang menyebabkan

kerugian terbesar, yaitu hingga 80% dari total masalah. Sehingga, untuk mengurangi total

kerugian, kita dapat berfokus pada 4 masalah tersebut dari pada keseluruhan masalah yang

ada namun tetap memberikan implikasi yang besar terhadap pengurangan total kerugian yang

ada.

Pareto diagram merupakan salah satu perangkat kendali mutu (QC 7 Tools) yang membantu

kita untuk menganalisa data berdasarkan kategorinya dan implikasi dari pola datanya (sebab

terhadap akibat) terhadap akibat atau masalah seluruhnya. Serta membantu kita untuk

memfokuskan usaha kepada kontribusi data terbesar (20/80)

Cara membuat diagram pareto secara sederhana melalui program MS Excel dalah sebagai

Page 2: Diagram Pareto

berikut:

1. Definisikan apa masalah yang akan dianalisa (sebab) dan kumpulkan data kerugian dari

masalah tersebut (akibat), contoh sebagai berikut:

2. Lalu urutkan berdasarkan jumlah kerugian mulai dari yang terbesar, hingga yang terkecil. 

Page 3: Diagram Pareto

3. Buatlah tabel sebagai berikut, lalu hitung rasio kerugian tersebut serta kalkulasi juga

kumulatif dari rasio tersebut. 

4. Buatlah grafik batang dan secondary axis berupa grafik garis. Untuk grafik batang,

gunakan data kerugian, sedangkan grafik garis gunakan data kumulatif rasio. Hasilnya adalah

grafik sebagai berikut. Lalu interpretasikan berdasarkan hasil data dan tujuan kita dalam

membuat data tersebut, misal mengurangi kerugian. 

Page 4: Diagram Pareto

Berdasarkan grafik Pareto, kita dapat mengolah berapa besarkah masalah yang kita hadapi,

akibat dari setiapmasalah yang ada dan strategi apa yang diperlukan untuk menyelesaikan

masalah berdasarkan target yang ada. Jadi, misalnya kita dapat target untuk mengurangi

kerugian sebesar 30% dari kerugian total Rp. 132.004 atau sebesar Rp. 39.601. Maka dari

pada kita menurunkan seluruh kerugian baik masalah A sampai J masing-masing sebesar

30%, lebih effisien jika kita menurukan kerugian dimasalah yang paling besar yaitu G dan C

dengan total kontribusi kerugian sebesar 65% (kumulatif) menjadi separuhnya atau 50%.

Sehingga didapatkan hasil penurunan kerugian sebesar 32.5% sesuai atau melebihi target.

Diagram Pareto juga bisa kita gunakan sebagai analisa perbandingan sebelum dan sesudah

perbaikan. Fungsinya adalah untuk menganalisa hasil perbaikan dan implikasi dari tindakan

perbaikan yang dilakukan. Gambarannya sebagai berikut. 

Memungkinkan juga, dari hasil perbandingan Pareto sebelum dan sesudah perbaikan, terdapat

distribusi data yang berubah, bisa jadi lebih baik atau lebih buruk, contohnya sebagai berikut.

Page 5: Diagram Pareto

Terdapat peningkatan kerugian di masalah F. Hal ini perlu dianalisa, apakah peningkatan

kerugian ini akibat implikasi “negatif” penerapan perbaikan ataukah ada akar masalah lain

yang timbul.

Prinsip Pareto dapat kita gunakan juga sebagai filosofi dalam tindakan kita. Kita harusnya

berfokus untuk mengerjakan dengan baik sebab yang 20% untuk menghasilkan akibat sebesar

80%. Contoh sederhananya adalah, Tukul Arwana yang “fenomenal” hanya menggunakan 1

jam waktunya di acara empat mata, sedangkan sebagian karyawan menghabiskan 10 sampai

12 jam ditempat kerja (kurang lebih 20% tukul 80% karyawan untuk waktu kerja). Namun

hasil sehari yang didapatkan Tukul Arwana jauh lebih besar dari pada gaji sebulan sebagian

besar karyawan (kurang lebih 20% Karyawan 80% Tukul Arwana untuk besar penghasilan). 

http://ibrahimmiran-kaes.blogspot.com/2012/06/diagram-pareto.html

1.  Diagram Pareto

Diagram pareto adalah metode pengorganisasian kesalahan, problem atau cacat untuk

membantu memfokuskan pada usaha-usaha pemecahan masalah. Diagram ini digunakan

untuk mengklasifikasi masalah menurut sebab dan gejalanya. Masalahakan didiagramkan

menurut prioritas atau kepentingannya dengan menggunakan diagram batang.

Proses pembuatan diagram pareto dapat diuraikan sebagai berikut:

a.       Pilih beberapa faktor penyebab dari suatu masalah (bisa diketahui dari hasil analisis

sebab dan akibat).

b.      Kumpulkan data dari masing-masing faktor dan hitung persentase kontribusi dari

masing-masing faktor.

c.       Susun faktor-faktor dalam urutan baru dimulai dari yang memiliki persentasi kontribusi

terbesar dan hitung nilai akumulasinya.

Page 6: Diagram Pareto

d.      Bentuk kerangka diagram dengan aksis vertikal sebelah kiri menunjukan frekuensi,

sedangkan aksis vertikal sebelah kanan dalam bentuk kumulatif. Tinggi aksis sebelah kiri dan

kanan sama.

e.       Berpedoman pada aksis vertikal sebelah kiri, buat kolom secara berurutan pada aksis

horisontal yang menggambarkan kontribusi masing-masing faktor.

f.       Berpedoman pada aksis vertikal sebelah kanan, buat garis yang mengambarkan persen

kumulatif, dimulai dari 0% pada ujung bawah aksis sebelah kiri sampai 100% di ujung atas

aksis sebelah kanan.

  Contoh:

Data Ketidaksesuaian pada Kotak Pengeras Suara

Diagram Pareto Ketidaksesuaian pada Kotak Pengeras Suara 

2. Cause and Effect Diagram (Diagram Sebab-Akibat)

Diagram sebab dan akibat merupakan suatu alat pengendalian mtu dikembangkan oleh Kaoru

Ishikawa. Diagram ini berupa suatu grafik yang menggambarkan hubungan suatu efek

Page 7: Diagram Pareto

(masalah) dengan penyebab potensialnya. Diagram sebab dan akibat digunakan untk

mengembangkan variasi yang luas atas suatu topik dan hubungannya, termasuk untuk

pengujian suatu proses maupun perencanaan suatu kegiatan. Proses dalam membangun

diagram membantu menstimulasi pemikiran mengenai suatu isu, membantu berpikir secara

rasional.

Contoh :

Diagram Sebab dan Akibat untuk Jagung yang Tidak Meletus

http://makjegagik.blogspot.com/2011/11/diagram-penyebab-masalah.html

Pengertian Diagram Ishikawa

           Diagram Ishikawa disebut juga diagram tulang ikan (Fishbone Diagram) , atau cause-

and-effect matrix adalah diagram yang menunjukkan penyebab-penyebab dari sebuah even

yang spesifik. Diagram ini pertama kali diperkenalkan oleh Kaoru

Ishikawa (1968). Pemakaian diagram Ishikawa yang paling umum adalah untuk mencegah

defek serta mengembangkan kualitas produk. Diagram Ishikawa dapat membantu

mengidentifikasi faktor-faktor yang signifikan memberi efek terhadap sebuah even. Metode

tersebut awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang menggunakan

data verbal (non-numerical) atau data kualitatif.

          Diagram ini sering dikenal dengan Diagram Fishbone (Tulang

Ikan), Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena  memang berbentuk mirip dengan

tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan

sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek

atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab

sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan diagram Cause and Effect (Sebab dan

Page 8: Diagram Pareto

Akibat) karena diagram tersebut  menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan

dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk untuk

menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang

disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu.

          Diagram Fishbone merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi,

mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail semua penyebab yang

berhubungan dengan suatu permasalahan. Menurut Scarvada (2004), konsep dasar dari

diagram fishbone adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram

atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab permasalahan digambarkan

pada sirip dan durinya. Kategori penyebab permasalahan yang sering digunakan

sebagai start awal meliputi materials (bahan baku),machines and equipment (mesin dan

peralatan), manpower (sumber daya manusia), methods(metode), Mother

Nature/environment (lingkungan), dan measurement (pengukuran). Keenam penyebab

munculnya masalah ini sering disingkat dengan 6M. Penyebab lain dari masalah selain 6M

tersebut dapat dipilih jika diperlukan. Untuk mencari penyebab dari permasalahan, baik yang

berasal dari 6M seperti dijelaskan di atas maupun penyebab yang mungkin lainnya dapat

digunakan teknik brainstorming.

Diagram Fishbone ini umumnya digunakan pada tahap mengidentifikasi permasalahan dan

menentukan penyebab dari munculnya permasalahan tersebut. Selain digunakan untuk

mengidentifikasi masalah dan menentukan penyebabnya, diagram fishbone ini juga dapat

digunakan pada proses perubahan.

Manfaat Diagram Ishikawa

          Fungsi  dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/

Ishikawa adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang

mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar

penyebabnya.Dan dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan baik pada level

individu, tim, maupun organisasi. Terdapat banyak kegunaan atau manfaat dari pemakaian

Page 9: Diagram Pareto

Diagram Fishbone ini dalam analisis masalah. 

Manfaat penggunaan diagram fishbone tersebut antara lain:

Memfokuskan individu, tim, atau organisasi pada permasalahan utama. Penggunaan Diagram

dalam tim/organisasi untuk menganalisis permasalahan akan membantu anggota tim dalam

menfokuskan permasalahan pada masalah prioritas.

Memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat permasalahan tim/organisasi.

Diagram Fishbone dapat mengilustrasikan permasalahan utama secara ringkas sehingga tim

akan mudah menangkap permasalahan utama.

Menentukan kesepakatan mengenai penyebab suatu masalah. Dengan menggunakan

teknik brainstorming para anggota tim akan memberikan sumbang saran mengenai penyebab

munculnya masalah. Berbagai sumbang saran ini akan didiskusikan untuk menentukan mana

dari penyebab tersebut yang berhubungan dengan masalah utama termasuk menentukan

penyebab yang dominan.

Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi. Setelah ditentukan penyebab

dari masalah, langkah untuk menghasilkan solusi akan lebih mudah mendapat dukungan dari

anggota tim.

Memfokuskan tim pada penyebab masalah. Diagram Fishbone akan memudahkan anggota

tim pada penyebab masalah. Juga dapat dikembangkan lebih lanjut dari setiap penyebab yang

telah ditentukan.

Memudahkan visualisasi hubungan antara penyebab dengan masalah. Hubungan ini akan

terlihat dengan mudah pada Diagram Fishbone yang telah dibuat.

Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan menjadikan diskusi lebih

terarah pada masalah dan penyebabnya.

Selain itu, Dengan adanya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan

Akibat)/ Ishikawa ini sebenarnya memberi banyak sekali keuntungan bagi dunia bisnis.

Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi perhatian penting perusahaan. Masalah –

masalah klasik lainnya juga terselesaikan. Masalah – masalah klasik yang ada di industri

manufaktur khusunya antara lain adalah : 

               a) keterlambatan proses produksi

               b) tingkat defect (cacat) produk yang tinggi

               c) mesin produksi yang sering mengalami trouble

               d) output lini produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya plan produksi

Page 10: Diagram Pareto

               e) produktivitas yang tidak mencapai target

                f) complain pelanggan yang terus berulang

Pada dasarnya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/

Ishikawa dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut:

               a) Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah

               b) Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah

               c) Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut

               d) Mengidentifikasi tindakan (bagaimana) untuk menciptakan hasil  yang diinginkan

               e) Membahas issue secara lengkap dan rapi

               f) Menghasilkan pemikiran baru

Jadi ditemukannya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/

Ishikawa ini memberikan kemudahan dan menjadi bagian penting bagi penyelesaian masalah

yang mucul bagi perusahaan.

      Penerapan diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/

Ishikawa ini dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar “penyebab” terjadinya

masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya

ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila “masalah”

dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan

lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan

memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan “penyebab” dan mencari

“akar” permasalahan sebenarnya.

       Apabila ingin menggunakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab

dan Akibat)/ Ishikawa, kita terlebih dahulu harus melihat, di departemen, divisi dan jenis

usaha apa diagram ini digunakan. Perbedaan departemen, divisi dan jenis usaha juga akan

mempengaruhi sebab – sebab yang berpengaruh signifikan terhadap masalah yang

mempengaruhi kualitas yang nantinya akan digunakan.

Contoh Diagram Ishikawa

Page 11: Diagram Pareto
Page 12: Diagram Pareto

Langkah-langkah Dalam Penyusunan Diagram Ishikawa

Langkah-langkah dalam penyusunan Diagram Fishbone dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.  Membuat kerangka Diagram Fishbone. Kerangka Diagram Fishbone meliputi kepala ikan

yang diletakkan pada bagian kanan diagram. Kepala ikan ini nantinya akan digunakan untuk

menyatakan masalah utama. Bagian kedua merupakan sirip, yang akan digunakan untuk

Page 13: Diagram Pareto

menuliskan kelompok penyebab permasalahan. Bagian ketiga merupakan duri yang akan

digunakan untuk menyatakan penyebab masalah. Bentuk kerangka

Diagram Fishbone tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

2.  Merumuskan masalah utama. Masalah merupakan perbedaan antara kondisi yang ada

dengan kondisi yang diinginkan (W. Pounds, 1969 dalam Robbins dan Coulter, 2012).

Masalah juga dapat didefinisikan sebagai adanya kesenjangan atau gap antara kinerja

sekarang dengan kinerja yang ditargetkan. Masalah utama ini akan ditempatkan pada bagian

kanan dari Diagram Fishboneatau ditempatkan pada kepala ikan. Berikut contoh rumusan

masalah utama.

a. Masalah pada lembaga diklat

    Rendahnya kualitas lulusan diklat.

    Rendahnya kualitas pelayanan kepada peserta diklat, dan lain-lain.

b. Masalah pada Bank

    Panjangnya antrian di kasir atau customer service.

    Tingginya tingkat kredit macet, dan lain-lain.

c. Kantor Pajak

    Tidak tercapainya target penerimaan pajak.

    Rendahnya kualitas layanan, dan lain-lain

Page 14: Diagram Pareto

3.  Langkah berikutnya adalah mencari faktor-faktor utama yang berpengaruh atau berakibat

pada permasalahan. Langkah ini dapat dilakukan dengan teknik brainstorming. Menurut

Scarvada (2004), penyebab permasalahan dapat dikelompokkan dalam enam kelompok

yaitu materials (bahan baku), machines and equipment (mesin dan

peralatan),manpower (sumber daya manusia), methods (metode), Mother

Nature/environment(lingkungan), dan measurement (pengukuran). Gaspersz dan Fontana

(2011) mengelompokkan penyebab masalah menjadi tujuh

yaitu manpower (SDM), machines(mesin dan peralatan), methods (metode), materials (bahan

baku), media, motivation(motivasi), dan money (keuangan). Kelompok penyebab masalah ini

kita tempatkan di Diagram Fishbone pada sirip ikan.

4.  Menemukan penyebab untuk masing-masing kelompok penyebab masalah. Penyebab ini

ditempatkan pada duri ikan. Berikut disajikan contoh penyebab masalah rendahnya kualitas

lulusan diklat.

a. Kelompok SDM.

Misalnya masalah SDM terkait dengan tenaga pengajar. Penyebab dari unsur tenaga pengajar

ini adalah rendahnya kompetensi tenaga pengajar. Terdapat beberapa pengajar yang tidak

sesuai dengan bidangnya.

b. Kelompok Material.

Terkait dengan diklat, penyebab bahan baku yang kurang baik adalah pertama kualitas

kurikulum yang kurang baik. Kedua, bahan ajar banyak yang kurang update dengan

perkembangan organisasi. Ketiga, tidak ada rencana pembelajaran dalam bentuk program

pengajaran dan Satuan Acara Pembelajaran.

c. Kelompok mesin dan peralatan.

Penyebab masalah dari sisi mesin dan peralatan ada tiga yaitu kurang nyamannya ruangan

kelas, tidak adanya ruangan untuk praktik, dan banyak komputer dan proyektor yang rusak.

d. Kelompok method.

Penyebab masalah dari sisi metode adalah kurangnya inovasi dalam model pembelajaran.

Penyebab masalah ini dapat dirinci lebih lanjut dengan mencari penyebab dari penyebab

masalah tersebut. Pendalaman lebih lanjut dari penyebab masalah ini dapat dilakukan sampai

Page 15: Diagram Pareto

dengan lima level. Dapat digunakan metode Five Whys untuk pendalaman penyebab masalah

ini.

5.  Langkah selanjutnya setelah masalah dan penyebab masalah diketahui, kita dapat

menggambarkannya dalam Diagram Fishbone. Contoh Diagram Fishbone berikut terkait

dengan permasalahan rendahnya kualitas lulusan diklat seperti yang telah dijelaskan di atas.

 

http://taufikafandii.blogspot.com/2013/09/diagram-fishbone-tulang-ikan-cause-and.html

Diagram Tulang Ikan

21122009

Ini bukan ajakan untuk menikmati tulang ikan

layaknya kucing. Tapi gambar tersebut juga bukan bermaksud mengaburkan topik tulisan

mengenai sebuah “tulang ikan”. Yakni tepatnya sebuah metode / tool yang disebut dengan

diagram tulang ikan (fishbone diagram). Atau sering juga disebut dengan cause effect

diagram. Penggagas adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru

Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tikyo Jepang yang juga alumni teknik kimia

Universitas Tokyo. Sehingga sering juga disebut dengan diagram ishikawa. Metode tersebut

Page 16: Diagram Pareto

awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang menggunakan data verbal

(non-numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa juga ditengarai sebagai orang pertama yang

memperkenalkan 7 alat atau metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone

diagram, control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flowchart.

Diagram tulang ikan ini memang berbentuk mirip dengan tulang ikan yang moncong

kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat

dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai

moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan

permasalahannya. Umumnya penggunaan fishbone untuk design produk dan mencegah

kualitas produk yang jelek (defect). Mengenai pemilahan sebab-sebab, berikut adalah

beberapa pendekatannya.

The 4 M’s (digunakan untuk perusahaan manufaktur) :

Machine (Equipment),

Method (Process/Inspection)

Material (Raw,Consumables etc.)

Man power.

The 8 P’s (digunakan pada industri jasa) :

People

Process

Policies

Procedures

Price

Promotion

Place/Plant

Product

The 4 S’s (digunakan pada industri jasa) :

Surroundings

Suppliers

Systems

Skills

4 P (pendekatan manajemen pemasaran) :

Price

Product

Place

Page 17: Diagram Pareto

Promotion

Contoh sederhana pemilahan sebab dengan

pendekatan tertentu adalah pada gambar di samping.

Langkah-langkah untuk belajar dan menerapkan diagram tulang ikan adalah :

Fokuskan pada satu hal akibat yang diamati, di ruang lingkup yang lebih kecil dahulu.

Kemudian hal yang besar jika sudah terlatih.

Sebab lebih dari satu. Sehingga jangan berhenti untuk bertanya mengapa? Penentuan sebab-

sebab juga bisa dengan  branstorming.

Buatlah usulan perbaikan jangka pendek dan jangka panjang dari sebab-sebab permasalahan.

Kerja tim dan dukungan kepemimpinan adalah hal penting.

Teruslah berlatih.

Gambar berikut adalah contoh hasil dari

pembuatan diagram tulang ikan. Berkisah mengenai pencarian jawaban mengapa produk

sebuah mobil di industri manufaktur tidak bisa berjalan. Sebab-sebab dipilah sesuai dengan

pendekatan jenis kelamin operator perakitan (pria atau wanita), lingkungan, metode dan

bahan. Semakin dekat garis sebab dengan akibat, semakin perlu diperhatikan. Faktor

lingkungan dipilah lagi menjadi dua sub bagian. Yakni faktor temperatur dan cahaya.

Diperkirakan cahaya terlalu banyak dan temperatur terlalu rendah. Demikian seterusnya

dilakukan analisis yang sama terhadap sebab-sebab yang ada. Kemudian setelah diketahui

betul sebab-sebab yang ada, maka dapat dibuat kerangka pemecahan masalahnya. Misalnya

dengan perbaikan lingkungan kerja, metode dan bahan.

Page 18: Diagram Pareto

Diagram ini memang lebih banyak diterapkan oleh departemen kualitas di perusahaan

manufacturing atau jasa. Tapi di sektor lain sebenarnya juga bisa, seperti pelayanan

masyarakat, sosial dan bahkan politik. Karena sifat metode ini mudah dibuat dan bersifat

visual. Walaupun kelemahannya ada pada subjektivitas si pembuat.

http://nurrahmanarif.wordpress.com/2009/12/21/diagram-tulang-ikan/

6. Diagram Fishbone

        Ada banyak metode untuk mengetahui akar penyebab dari masalah yang muncul diperusahaan.

Metode – metode tersebut antara lain : Brainstorming, Bertanya Mengapa beberapakali (WHY –

WHY) dan metode Diagram  Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa.

Pada kesempatan ini yang dibicarakan adalah metode yang ke 3 yakni Diagram  Fishbone (Tulang Ikan)/

Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa

        Diagram tulang ikan atau fishbone adalah salah satu metode / tool di dalam meningkatkan kualitas.

Sering juga diagram ini disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau cause effect diagram. Penemunya

adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915

di Tikyo Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo. Sehingga sering juga disebut dengan

diagram ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang

menggunakan data verbal (non-numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa juga ditengarai sebagai orang

pertama yang memperkenalkan 7 alat atau metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni  fishbone

diagram, control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flowchart.

      Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena  memang berbentuk mirip dengan tulang ikan yang

moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari

sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala.

Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan

diagram Cause and Effect (Sebab dan Akibat) karena diagram tersebut  menunjukkan hubungan antara

sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan

untuk untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang

disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu.

      Diagram Fishbone telah menciptakan ide cemerlang yang dapat membantu dan memampukan setiap

orang atau organisasi/perusahaan dalam menyelesaikan masalah dengan tuntas sampai ke akarnya.

Page 19: Diagram Pareto

Kebiasaan untuk mengumpulkan beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai

menyangkut problem yang dihadapi oleh perusahaan Semua anggota tim memberikan pandangan dan

pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi. Kebersamaan

sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan pendapat dan pandangan setiap individu. Jadi

sebenarnya dengan adanya diagram ini sangatlah bermanfaat bagi perusahaan, tidak hanya dapat

menyelesaikan masalah sampai akarnya namun bisa mengasah kemampuan berpendapat bagi orang –

orang yang masuk dalam tim identifikasi masalah perusahaan yang dalam mencari sebab masalah

menggunakan diagram tulang ikan.

Manfaat Diagram Fishbone 

        Fungsi  dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan) adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi

penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar

penyebabnya . Sering dijumpai orang mengatakan “penyebab yang mungkin” dan dalam kebanyakan

kasus harus menguji apakah penyebab untuk hipotesa adalah nyata, dan apakah memperbesar atau

menguranginya akan memberikan hasil yang diinginkan.

        Dengan adanya diagram Fishbone ini sebenarnya memberi banyak sekali keuntungan bagi dunia

bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi perhatian penting perusahaan. Masalah –

masalah klasik lainnya juga terselesaikan. Masalah – masalah klasik yang ada di industri manufaktur

khusunya antara lain adalah : a) keterlambatan proses produksi, b) tingkat defect (cacat) produk yang

tinggi, c) mesin produksi yang sering mengalami trouble, d) output lini produksi yang tidak stabil yang

berakibat kacaunya plan produksi, e) produktivitas yang tidak mencapai target, f) complain pelanggan

yang terus berulang

        Namun, pada dasarnya diagram Fishbone dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut :a)

Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah, b) Membantu membangkitkan ide-ide

untuk solusi suatu masalah, c) Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut, d)

Mengidentifikasi tindakan (bagaimana) untuk menciptakan hasil  yang diinginkan, e) Membahas issue

secara lengkap dan rapi, f) Menghasilkan pemikiran baru. Jadi ditemukannya diagram Fishbone 

memberikan kemudahan dan menjadi bagian penting bagi penyelesaian masalah yang mucul bagi

perusahaan.

      Penerapan diagram Fishbone dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar “penyebab”

Page 20: Diagram Pareto

terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya ragam

variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila “masalah” dan “penyebab”

sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan

diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua

kemungkinan “penyebab” dan mencari “akar” permasalahan sebenarnya.

       Apabila ingin menggunakan Diagram Fishbone , kita terlebih dahulu harus melihat, di departemen,

divisi dan jenis usaha apa diagram ini digunakan. Perbedaan departemen, divisi dan jenis usaha juga akan

mempengaruhi sebab – sebab yang berpengaruh signifikan terhadap masalah yang mempengaruhi kualitas

yang nantinya akan digunakan. 

Cara Membuat Diagram Fishbone 

        Dalam hal melakukan Analisis Fishbone, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, yakni 1).

Menyiapkan sesi analisa tulang ikan.  2). Mengidentifikasi akibat atau masalah. 3). Mengidentifikasi

berbagai kategori sebab utama.  4). Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran. 5).

Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama. 6). Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling

mungkin

Cara yang lain dalam menyusun Diagram Fishbone dalam rangka mengidentifikasi penyebab suatu

keadaan yang tidak diharap adalah sebagai berikut: 

Mulai dengan pernyataan masalah-masalah utama penting dan mendesak untuk diselesaikan.

Tuliskan pernyataan masalah itu pada kepala ikan, yang merupakan akibat (effect). Tulislah pada sisi

sebelah kanan dari kertas (kepala ikan), kemudian gambarkan tulang belakang dari kiri ke kanan dan

tempatkan pernyataan masalah itu dalam kotak.

Tuliskan faktor-faktor penyebab utama (sebab-sebab) yang mempengaruhi masalah kualitas sebagai

tulang besar, juga ditempatkan dalam kotak. Faktor-faktor penyebab atau kategori-kategori utama dapat

dikembangkan melalui  Stratifikasi ke dalam pengelompokan dari faktor-faktor: manusia, mesin,

peralatan, material, metode kerja, lingkungan kerja, pengukuran, dll. Atau stratifikasi melalui langkah-

langkah aktual dalam proses. Faktor –faktor penyebab atau kategori-kategori  dapat dikembangkan

melalui brainstorming. Berikut beberapa pendekatan yang bisa dijadikan panduan untuk merumuskan

faktor-faktor utama dalam mengawali pembuatan Diagram Cause and Effect:

a) Pendekatan The 4 M’s (digunakan untuk perusahaan manufaktur). Faktor-faktor utama yang bisa

dijadikan acuan menurut pendekatan ini adalah 1) Machine (Equipment), 2) Method (Process/Inspection),

Page 21: Diagram Pareto

3) Material (Raw, Consumables dll.), 4) Man power.

b) Pendekatan The 8 P’s (digunakan pada industri jasa). Menurut pendekatan ini, ada setidaknya 8 hal

yang bisa dijadikan acuan sebagai faktor utama antara lain 1) People, 2) Process, 3) Policies, 4)

Procedures, 5) Price, 6) Promotion, 7) Place/Plant, 8) Product

c) PendekatanThe 4 S’s (digunakan pada industri jasa). Pendekatan ini memberikan acuan 4 faktor utama

antara lain 1) Surroundings, 2) Suppliers, 3) Systems, 4) Skills

d) Pendekatan 4 P (pendekatan manajemen pemasaran). Pendekatan yang menggunakan perspektif

manajemen pemasaran untuk memberikan faktor utama yang bisa dijadikan acuan yakni 1) Price, 2)

Product 3) Place, 4) Promotion

Tuliskan penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab-penyebab utama (tulang-tulang

besar), serta penyebab-penyebab sekunder itu dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran sedang.

Tuliskan penyebab-penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab-penyebab sekunder (tulang-tulang

berukuran sedang), serta penyebab-penyebab tersier itu dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran kecil.

Tentukan item-item yang penting dari setiap faktor dan tandailah faktor-faktor penting tertentu yang

kelihatannya memiliki pengaruh nyata terhadap karakteristik kualitas. Untuk mengetahui faktor-faktor

penyebab dari suatu masalah yang sedang dikaji kita dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan

berikut :Apakah penyebab itu? Mengapa kondisi atau penyebab itu terjadi? Bertanya “Mengapa” beberapa

kali (konsep five whys) sampai ditemukan penyebab yang cukup spesifik untuk diambil tindakan

peningkatan. Penyebab-penyebab spesifik itu yang dimasukkan atau dicatat ke dalam diagram sebab-

akibat.

Kelebihan/ Kekurangan Diagram FishBone 

        Kelebihan Fishbone diagram adalah dapat menjabarkan setiap masalah yang terjadi dan setiap orang

yang terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran yang mungkin menjadi penyebab masalah

tersebut. Sedang Kekurangan Fishbone diagram adalah opinion based on tool dan di design membatasi

kemampuan tim / pengguna secara visual dalam  menjabarkan masalah yang mengunakan metode “level

why” yang dalam, kecuali bila kertas yang digunakan benar – benar besar untuk menyesuaikan dengan

kebutuhan tersebut. Serta biasanya voting digunakan untuk memilih penyebab yang paling mungkin yang

terdaftar pada diagram tersebut.

Contoh Bentuk Dasar Diagram Fishbone 

       Ada banyak bentuk dasar Diagram Fishbone yang dapat diadikan acuan. Berikut ini diberikan format

Page 22: Diagram Pareto

dasar dari Diagram Fishbone yang sekiranya dapat memberikan inspirasi dalam penerapan dan

pengembangan lebih jauh yang disesuaikan situasi dan kondisi yang ada. Ada yang penggambaran Cause

ditulis di tulang ikan sebelah kiri dan Effect di kepala ikan, namun ada pula yang sebaliknya.

Contoh 01 bentuk dasar Diagram Fishbone 

Contoh 2 bentuk dasar Diagram Fishbone

Contoh Penerapan Diagram Fishbone

Page 23: Diagram Pareto

      Perusahaan ABC bergerak di bidang manufaktur. Perusahaan ini memproduksi sepatu olahraga, karena

begitu pesatnya pertumbuhan pasar sehingga memaksa perusahaan ini menjaga kualitas agar tetap bisa

bersaing dengan para pesaingnya. Namun pada kuartal akhir tahun 20xx perusahaan ini mengalami

penuruanan penjualan karena produk dinilai cacat oleh distributor. Untuk mengatasi permasalahan ini,

manajer produksi diminta menganalisa dan mencari akar permasalahan sehingga banyak produk yang

cacat, sehingga diharapkan penjualan produk awal tahun depan bisa meningkat. Namun sebelum manajer

produksi melakukan analisa, sudah ada evaluasi yang menjelaskan bahwa banyaknya produk cacat

dikarenakan rendahnya kualitas bahan baku sepatu yang didapat. Manajer produksi, akhirnya menetapkan

ingin menggunakan Diagram Cause and Effect sebagai bahan pencari akar penyebab dari masalah

tersebut. 

    

    Langkah awal yang dilakukan adalah Manajer produksi menentukan Masalah yang terjadi. Masalah

yang muncul misalnya “ banyaknya produk cacat”.

    Langkah ke dua adalah menuliskan masalah tersebut pada kepala ikan yang merupakan akibat atau

effect. 

        Langkah ketiga, Manajer produksi menuliskan faktor – faktor yang mungkin menjadi penyebab

utama masalah pada banyaknya produk cacat di akhir kuartal tahun 20xx. Dimisalkan yang menjadi faktor

penyebab utama masalah ini adalah : a) Machine (Mesin), b) Method (Metode atau proses produksi), c)

Material (Bahan baku), d) Man power (Tenaga kerja).

Page 24: Diagram Pareto

        Langkah Keempat. Pada tahap ini manajer produksi mencari penyebab – penyebab sekunder yang

mungkin mempengaruhi penyebab utama. misalnya kemungkinan penyebab masalah sekunder pada tulang

Machine bersumber dari kerusakan mesin dan kesalahan setting mesin produksi. Kemungkinan penyebab

masalah sekunder pada tulang Metode dimisalkan terkait layout produksi. Kemungkinan penyebab

masalah sekunder pada Tulang Material misalkan disebabkan oleh dua kemungkinan yakni kualitas bahan

baku rendah dan pemasok barang baku. Sedangkan, kemungkinan penyebab masalah sekunder pada

tulang Man Power dimisalkan berasal dari kemampuan tenaga kerja dan kemampuan mandor.

Page 25: Diagram Pareto

        Pada langkah kelima, manajer produksi mencari penyebab – penyebab tersier yang mungkin bisa

mempengaruhi penyebab – penyebab sekunder. Jadi terjadi analisis lagi pada tahap ini. Apabila memang

tidak ditemukan penyebab tersier, penyebab sekunder dinyatakan cukup menjadi akar permasalahan pada

tiap pokok tulang permasalahan. Diandaikan hasil analisis penyebab tersier pada kasus ini yakni 1).

Kemungkinan penyebab masalah tersier pada tulang Machine bagian tulang kerusakan mesin adalah

mesin tua dan mesin tidak diservis dengan rutin. Sedang kemungkinan penyebab tersier pada tulang

kesalahan setting mesin produksi adalah rendahnya pengetahuan tentang SOP. 2). Kemungkinan penyebab

masalah tersier pada tulang Method pada bagian tulang layout produksi bersumber dari desain layout yang

kurang efektif. 3). Kemungkinan Penyebab masalah tersier pada tulang Material dimisalkan tidak ada, dan

4) Kemungkinan penyebab masalah tersier pada tulang Man Power bagian tulang kemampuan tenaga

kerja dimisalkan menyangkut keterampilan, pengalaman kerja, dan motivasi. Sementara penyebab tersier

pada bagian tulang kemampuan mandor dimisalkan juga terkait dengan pengalaman kerja, motivasi,

keterampilan dan kepemimpinan.

        Pada langkah keenam, manajer produksi menetukan item-item yang penting dari seiap faktor pada

hasil diagram langkah kelima dan menandai (dalam hal ini diberi warna hijau) bahwa faktor-faktor

tersebut yang paling mungkin mempunyai pengaruh nyata terhadap banyaknya produk sepatu yang cacat 

Page 26: Diagram Pareto

        Dari diagram tulang ikan di atas dapat dilihat bahwa ternyata, banyaknya produk cacat tidak hanya

disebabkan oleh material atau bahan baku yang tidak berkualitas, namun juga dipengaruhi oleh tenaga

kerja, metode atau system operasi dan mesin yang digunakan. 

        Tahap terakhir adalah Kesimpulan. Dari hasil analisis, Manajer produksi menyimpulkan ada

beberapa cara yang dapat dilakukan untuk kembali menjaga kualitas produk untuk awal kuartal tahun

2011 yaitu :

Page 27: Diagram Pareto

Dari analisis fishbone diperoleh kesimpulan yang memberkan gambaran spesifik tentang penyebab dari

suatu efek atau problem. Temuan penyebab yang spesifik tersebut menjadi dasar untuk mendisain atau

merancang program solutif untuk mengatasi efek atau persoalan. (Hendra Poerwanto G)

https://sites.google.com/site/kelolakualitas/Diagram-Fishbone

Diagram Pareto

Teori Diagram Pareto

            Diagram ini diperkenalkan pertama kali oleh seorang ahli ekonomi dari Italia bernama

Vilfredo Pareto (1848-1923). Diagram pareto dibuat untuk menemukan masalah atau

penyebab yang merupakan kunci dalam penyelesaian masalah dan perbandingan terhadap

keseluruhan. Dengan mengetahui penyebab-penyebab yang dominan (yang seharusnya

pertama kali diatasi) maka kita akan bisa menetapkan prioritas perbaikan. Perbaikan atau

tindakan koreksi pada faktor penyebab yang dominan ini akan membawa akibat atau

pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan penyelesaian penyebab yang tidak berarti.

Prinsip Pareto adalah “sedikit tapi penting, banyak tetapi remeh”. Kegunaan dari diagram

pareto adalah (Wignjosoebroto, 2006):

Page 28: Diagram Pareto

1.    Menunjukkan persoalan utama yang dominan dan perlu segera diatasi.

2.    Menyatakan perbandingan masng-masing persoalan yang ada dan komulatif secara

keseluruhan.

3.    Menunjukkan tingkat perbaikan setelah tindakan koreksi dilakukan pada daerah yang

terbatas.

4.    Menunjukkan perbandingan masing-masing persoalan sebelum dan sesudah perbaikan.

  Pembuatan diagram pareto terdiri dari beberapa langkah. Langkah-langkah pembuatan

diagram pareto dapat dijelaskan sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2006):

1.    Kelompokkan masalah yang ada dan nyatakan hal tersebut dalam angka yang bisa

terukur secara kuantitatif.

2.    Atur masing-masing penyebab atau masalah yang ada sesuai dengan pengelompokkan

yang dibuat. Pengaturan dilaksanakan berurutan sesuai dengan besarnya nilai kuantitatif

masing-masing. Selanjutnya gambarkan keadaan ini dalam bentuk grafik kolom. Penyebab

nilai kuantitatif terkecil digambarkan paling kanan.

3.    Buatlah grafik garis secara komulatif (berdasarkan prosentase penyimpangan) di atas

grafik kolom ini. Grafik garis ini dimulai dari penyebab penyimpangan terbesar terus terkecil.

            Berdasarkan langkah-langkah pembuatan diagram pareto tersebut di atas jelas bahwa

secara sederhana dan mudah akan dapat digambarkan penyimpangan-penyimpangan mana

yang cukup penting dan mendesak untuk segera diatasi. Diagram pareto merupakan langkah

awal (berdasarkan skala prioritas) untuk melakukan perbaikan atau tindakan koreksi terhadap

penyimpangan yang terjadi. Untuk melaksanakan perbaikan atau korelasi ini maka 3 hal

berikut cukup penting untuk dipertimbangkan (Wignjosoebroto, 2006):

1.    Setiap orang yang terlibat dalam permasalahan ini harus sepakat untuk bekerja sama

mengatasinya.

2.    Tindakan perbaikan harus benar-benar akan memberikan dampak positif yang kuat yang

akhirnya juga akan menguntungkan semua pihak.

3.    Tujuan nyata (dalam hal ini efisiensi dan produktivitas kerja diharapkan akan meningkat)

harus bisa diformulasikan secara konkrit dan jelas.

            Diagram pareto dapat diaplikasikan untuk proses perbaikan dalam berbagai macam

aspek permasalahan. Diagram pareto ini seperti halnya diagram sebab akibat tidak saja efektif

digunakan untuk usaha pengendalian kualitas suatu produk, akan tetapi juga bisa

diaplikasikan untuk (Wignjosoebroto, 2006):

1.    Mengatasi permasalahan pencapaian efisiensi atau produktivitas kerja yang lebih tinggi

lagi.

Page 29: Diagram Pareto

2.    Permasalahan keselamatan kerja (safety).

3.    Penghematan atau pengendalian material, energi, dan lain-lain.

4.    Perbaikan sistem dan prosedur kerja.

            Apapun permasalahannya, apabila target yang dituju adalah usaha perbaikan, maka

diagram pareto akan banyak membantu. Diagram pareto akan menunjukkan apakah usaha

perbaikan yang telah dilaksanakan bisa berhasil atau tidak. Setelah proses perbaikan

dilakukan maka sekali lagi perlu dibuat diagram pareto untuk kondisi yang baru dan

kemudian bandingkan dengan diagram sebelumnya serta lihat perbedaannya. Kalau perbaikan

telah dilaksanakan tentunya distribusi frekuensi dari penyimpangan-penyimpangan juga akan

berubah dan tentu saja skala prioritas tindakan perbaikan akan berubah pula (Wignjosoebroto,

2006).

http://marullohtekindustri.blogspot.com/2013/10/diagram-pareto.html

3. Histogram

        Kata histogram berasal dari bahasa Yunani: histos, dan gramma. Pada bidang statistik, pengertian histogram 

adalah tampilan grafis dari tabulasi frekuensi yang digambarkan dengan grafis batangan sebagai manifestasi data 

binning.   Tiap   tampilan   batang   menunjukkan   proporsi   frekuensi   pada   masing-masing   deret   kategori   yang 

berdampingan dengan interval yang tidak tumpang tindih. Dalam konteks manajemen kualitas, histogram adalah 

perangkat grafis yang menunjukkan distribusi, sebaran, dan bentuk pola data dari proses. Jika data yang terkumpul 

menunjukkan bahwa proses tersebut stabil dan dapat diprediksi, kemudian histogram dapat pula digunakan untuk 

menunjukkan kemampuan batasan proses. Dikenal juga sebagai grafik distribusi frekuensi, salah satu jenis grafik 

batang yang digunakan untuk menganalisa mutu dari sekelompok data (hasil produksi), dengan menampilkan nilai 

tengah sebagai standar mutu produk dan distribusi atau penyebaran datanya. Meski sekelompok data memiliki 

standar  mutu  yang   sama,   tetapi   bila   penyebaran  data   semakin  melebar   ke   kiri   atau  ke   kanan,  maka  dapat 

dikatakan  bahwa  mutu  hasil   produksi   pada   kelompok   tersebut   kurang  bermutu,   sebaliknya,   semakin   sempit 

sebaran  data  pada  kiri   dan   kanan  nilai   tengah,  maka  hasil   produksi   dapat  dikatakan   lebih  bermutu,   karena 

mendekati spesifikasi yang telah ditetapkan. Berikut diberikan satu contoh histogram. 

Page 30: Diagram Pareto

        Histogram pertama kali digunakan oleh Karl Pearson pada tahun 1895 untuk memetakan distribusi frekuensi 

dengan luasan area grafis batangan menunjukkan proporsi banyak frekuensi yang terjadi pada tiap kategori dan 

merupakan salah satu dari seven basic tools of quality control.  Aplikasi histogram diagram sangat tepat digunakan 

pada saat kita 1)  ingin menetapkan apakah proses berjalan dengan stabil atau tidak 2) ingin mendapatkan 

informasi tentang performance sekarang atau variasi proses. 3) ingin menguji dan mengevaluasi perbaikan proses 

untuk peningkatan. 4) ingin mengembangkan pengukuran dan memonitor peningkatan proses. Melalui gambar 

Histogram yang ditampilkan, akan dapat diprediksi hal-hal sebagai berikut: 

1. Merupakan penyajian data frekuensi yang diubah menjadi diagram batang. Dalam histogram, garis vertikal menunjukkan banyaknya observasi tiap-tiap kelas. Histogram juga menunjukkan kemampuan proses, dan apabila  memungkinkan histogram dapat menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses dan angka-angka nominal, misalnya rata-rata.  Untuk menggambarkan histogram dipakai sumbu mendatar yang menyatakan batas-batas kelas interval dan sumbu tegak yang menyatakan fekuensi absolute atau frekuensi relatif.

2. Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan rangking dari variasi terbesar sampai dengan yang terkecil. Bila bentuk Histogram pada sisi kiri dan kanan dari kelas yang tertinggi berbentuk simetri, maka dapat diprediksi bahwa proses berjalan konsisten, artinya seluruh  faktor-faktor dalam proses memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Bila Histogram berbentuk sisir, kemungkinan yang terjadi adalah ketidaktepatan dalam pengukuran atau pembulatan nilai data, sehingga berpengaruh pada penetapan batas-batas kelas. Bila sebaran data melampaui batas-batas spesifikasi, maka dapat dikatakan bahwa ada bagian dari hasil produk yang tidak memenuhi spesifikasi mutu. Tetapi sebaliknya, bila sebaran data ternyata berada di dalam batas-batas spesifikasi, maka hasil produk sudah memenuhi spesifikasi mutu yang ditetapkan. Secara umum, histogram biasa digunakan untuk memantau pengembangan produk baru, penggunaan alat atau teknologi produksi yang baru, memprediksi kondisi pengendalian proses, hasil penjualan, manajemen lingkungan dan lain sebagainya.

       Selanjutnya   adalah   bagaimana   cara  membuat   histogram?   Langkah   pertama   adalah  mengumpulkan  data. 

Sampel data haruslah dapat mewakili  populasinya. Berapa jumlah sampel yang dapat mewakili  populasi dapat 

dipelajari   loebih jauh di bidang kajian statistik atau metodologi  penelitian. Langkah kedua, adalah pengolahan 

data. Pengolahan data ini menjadi bagian yang tidak kalah pentingnya dengan langkah pertamaagar Histogram 

memberikan gambaran yang akurat tentang kondisi  hasil  produks,   terutama dalam menentukan besaran nilai 

tengah   (standar)   dan   seberapa   banyak   kelas-kelas   data   yang   akan  menggambarkan   penyebaran   data   yang 

tercipta.   Seberapa banyak kelas-kelas  data yang dibuat  untuk menggambarkan penyebaran data,  ditentukan  

Page 31: Diagram Pareto

dengan cara: pertama, menentukan batas-batas observasi (rentang).  Rentang (r) adalah data tertinggi dikurangi 

data terkecil.  Kedua,  menghitung banyaknya kelas atau sel-sel.  Banyak kelas (b)  = 1 + 3,3  log n.  Selanjutnya, 

menentukan lebar/panjang kelas dengan menggunakan rumus Panjang kelas (p) merupakan hasil pembagian nilai 

Rentang  dengan banyaknya kelas. Keempat, menentukan ujung kelas. Ujung kelas pertama biasanya diambil dari 

terkecil.   Kelas   berikutnya  dihitung  dengan   cara  menjumlahkan  ujung  bawah   kelas.   Kelima,  menghitung  nilai 

frekuensi histogram masing-masing kelas. Keenam, menggambarkan diagram batangnya (Hendra Poerwanto G).

https://sites.google.com/site/kelolakualitas/Histogram