Upload
leminh
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KEPEN TINGAN PAKISTAN DALAM PENGEMBANGAN NUKLIR
(PERIODE 2008-2012)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh :
Muammar
107083003268
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Skripsi ini membahas permasalahan seputar “Kepentingan Pakistan dalam Pengembangan
Nuklir (Periode 2008-2012)”. Skripsi ini mencoba menjelaskan keterkaitan antara strategi
nuklir yang diterapkan oleh Pakistan dalam upaya meraih ambisinya. Dengan menggunakan
metode kualitatif, penulisan skripsi ini hanya menggunakan data sekunder yang ditelusuri
melalui studi kepustakaan serta dikaji dengan menggunakan konsep Kepentingan Nasional,
Security Dilemma dan teori Defense-Offense. Tulisan ini menguraikan sejarah yang
melatarbelakangi konflik Kashmir yang disertai intervensi Pakistan dan India. Setelah ikut
campur kedua negara tersebut, Konflik Kashmir semakin tak menentu. Wilayah Kashmir bahkan
menjadi terbelah dimana sebagian dikuasai India sementara sisanya di bawah kendali Pakistan.
Beberapa kali Pakistan dan India membicarakan penyelesaian atas sengketa Kashmir namun
selalu mengalami jalan buntu. Bahkan, kedua negara sempat mengalami perang yang dilatari
oleh isu tersebut yakni tahun 1947, 1965 dan 1971. Pakistan yang mengalami kekalahan atas
perang tersebut mulai berpikir bahwa kepemilikan nuklir merupakan langkah strategis untuk
dapat menekan New Delhi.
Kepemilikan senjata nuklir Pakistan terbukti dapat memberikan potensi ancaman bagi India.
Setelah kekalahan pada perang tahun 1971, praktis kedua negara hampir tidak pernah lagi terlibat
dalam perang terbuka dengan skala besar. India malahan membujuk Pakistan agar selalu
membicarakan solusi damai mengenai dinamika hubungan kedua negara. Dari analisa yang
dipaparkan dalam skripsi ini, diketahui bahwa kepentingan Pakistan dalam mengembangkan
nuklir memiliki tiga tujuan utama: Pertama, mempertahankan kedaulatan atas Wilayah Kashmir,
Kedua, mengimbangi kekuatan India di Regional Asia Selatan dan Ketiga, internasionalisasi isu
Kashmir.
Kata Kunci : Kepentingan, Nuklir, Pakistan, India, Strategi, Keamanan, Rudal.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr Wb. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahman
dan rahim-Nya yang tidak pernah berhenti mengalir, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Kepentingan Pakistan dalam Pengembangan Nuklir (Periode 2008-
2012)” Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program
Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sholawat dan Salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menuntun kita semua menjadi pribadi muslim yang berpengetahuan dan berperadaban.
Terwujudnya skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan
dukungan dan motivasi bagi penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis hendak
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Alm. Bapak H. Djamaluddin semoga diampuni dosa, dilapangkan kuburnya, diterima
segala amal ibadah dan buat Mama Hj. Aisyah semoga selalu diberikan kesehatan serta
diringi dengan kebajikan. Keduanya sebagai anugerah terbesar yang telah Allah berikan
kepada nanda. Curahan cinta, kasih, dan sayang sejak nanda masih belum lahir hingga
akhir hayat kalian adalah sekelumit alasan kenapa nanda harus menjadi seorang muslim
yang berguna untuk agama dan bangsa. Rabbighfirly waliwalidayya warhamhumaa kama
rabbayani soghira.
2. Keluarga besar di rumah. Kak Maghfirah, Bang Nurmiswari, Dek Mal dan Dek Kal yang
tak pernah lelah menyertai nanda dengan semangat dan nasihat hingga sebagian besar
impian penulis bisa tercapai untuk kini dan nanti.
3. Ibu Debbie Affianty, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing
penulis dalam memahami permasalahan di dalam skripsi ini, meluangkan waktu untuk
membaca, dan memberikan masukan yang cukup berarti, serta dengan penuh pengertian
mau mendengarkan pandangan pribadi penulis sehingga proses penulisan skripsi ini
menjadi sangat memorable bagi penulis pribadi.
4. Dosen dan Staff di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional yang selalu mendukung penulis
dalam proses belajar maupun beraktualisasi diri diantaranya Bapak Teguh Santosa, MA,
Bapak Kiki Rizky, Ph.D.,Bapak Adian Firnas, Bapak Agus Nilmada yang selalu
membuka cakrawala pemikiran dan pemahaman penulis selama masa studi. Ibu Dina
Affrianti, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik yang selalu ramah sekaligus jeli
dalam memberi masukan. Serta terakhir, tak lengkap rasanya kalau tak saya sebutkan
nama Bapak Jajang Saprijal yang selalu siap siaga memberikan reminder deadline,
vii
membantu kelengkapan berkas dan selalu sepenuh hati melayani keperluan mahasiswa
HI.
5. Teman-teman di jurusan HI terkhusus untuk Moka, Bayu, Fuad, Hendrik, ii, Yadi,
Shobah, Fatih selaku teman kosan yang selalu berbagi cerita. Ichsan Dalimunthe, Reval,
Hafiz Al-asad serta semua teman-teman HI Angkatan 2007 A maupun B.
6. Keluarga besar Himmah Bang Jamhur, Bang Andri, Adli, Bustamam, Furkon dan
semuanya yang tidak memungkinkan disebut satu-persatu. Intinya, kalian adalah The Best
Things that I have. Terima kasih sebesar-besarnya penulis hanturkan kepada Alm Maera
Puspita Sari yang semasa hidupnya selalu menyemangati penulis. Allahumma ghfirlahaa
amiiin.
7. Keluarga besar Kompa Jaya Bang Deni, Hijrah, Fauzan, Arbi, Iqbal, Hedi dan semuanya
yang selalu memiliki cita-cita perjuangan yang sama dengan penulis terkait membangun
Aceh di masa yang akan datang.
8. Bona, Khaidir, Dian, Fikri, Nurul Huda, Irfan sebagai teman kecil yang selalu berbagi
canda dan tawa. Serta keluarga besar Alumni Assalaam. Terima Kasih atas inspirasinya.
Penulis memahami bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Demikian,
semoga skripsi ini bisa memberikan paradigma baru yang bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.
Wassalamualaikum.Wr.Wb
Jakarta, Juli 2014
Muammar
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR TABEL.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………………..1
B. Pertanyaan Masalah………………………………………………...............................10
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………...............................10
D. Tinjauan Pustaka…………………………………………………………………...…10
E. Kerangka Pemikiran………………………………………………………………..…12
F. Metode Penelitian……………………………………………………………………..21
G.Sistematika Penulisan ………………………………………………………………...23
BAB II : SEJARAH KASHMIR DAN KONFLIK INDIA-PAKISTAN
2.1 Wilayah Kashmir
A. Kondisi Geografis………………………………………………………….…24
B. Masyarakat Kashmir……………………………………………………….…25
C. Awal Konflik Di Kashmir……………………………………………….……25
2.2 Perang India Pakistan
A. Perang Tahun 1947 Dan 1965……………………………………..………….29
B. Perang Tahun 1971……………………………………………………..……..35
BAB III: STRATEGI KEBIJAKAN NUKLIR PAKISTAN
3.1 Sejarah Pembangunan Nuklir Pakistan…………………………………………...….39
A. Peranan Abdul Qadeer Khan Dalam Pengayaan Uranium…………………...43
B. Pengembangan Senjata Misil Pakistan………………………………………..48
C. Kerjasama Pakistan Dengan Cina ………………………………………..…..50
3.2 Perkembangan Nuklir Pakistan-India (2008-2012)
A. Perkembangan Nuklir Pakistan…………………………………………….…55
B. Perkembangan Nuklir India……………………………………………….….59
BAB IV : KEPENTINGAN PAKISTAN DALAM MENGEMBANGKAN NUKLIR
KAITANNYA DENGAN WILAYAH KASHMIR
4.1 Mempertahankan Kedaulatan Atas Wilayah Kashmir……………………………….66
4.2 Strategi Mengimbangi Kekuatan India Di Regional Asia Selatan……………….…..71
4.3 Internasionalisasi Isu Kashmir…………………………………………………….…75
ix
DAFTAR SINGKATAN
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
WGU Weapon Grade Uranium
PDB Produk Domestik Bruto
LoC Line of Control
MBT Main Battle Tank
PAEC Pakistan Atomic Energy Comision
IAEC International Atomic Energy Comission
ICBM Intercontinental Ballistic Missile
NPT Non Prolifeation Treaty
PINSTECH Pakistan Institute of Science and Technology
KANUPP Karachi Nuclear Power Plant
BNFL British Nuclear Fuels Limited
SGN Saint-Gobain Techniques Nouvelles
HEU High Enrichly Uranium
UCN Ultra-Centrifuge Nederland
ERL Engineering Research Laboratories
HAM Hak Asasi Manusia
SIPRI Stockholm International Peace Research Institute
IPFM International Panel on fisi Material
TNW Tactical Nuclear Weapon
SPD Strategic Plans Division
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Daftar Negara dengan Inventaris Hulu Ledak Nuklir………………..56
Tabel 2 : Potensi Kekuatan Nuklir Pakistan……………………………………57
Tabel 3 : Potensi Kekuatan Nuklir India……………………………………….61
Tabel 4 : Perbandingan Militer Pakistan-India Tahun 2012…………………...65
Taebl 5 : Hasil Tanaman Buah di Kashmir…………………………………….70
1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Skripsi ini akan berfokus menganalisa tentang kepentingan pengembangan nuklir
Pakistan periode 2008-2012 yang dijelaskan dengan perkembangan teknik nuklir dan
kemampaun rudalnya serta beberapa tujuan yang hendak dicapai.
India merupakan negara yang terletak di Benua Asia Bagian Selatan yang berbatasan
dengan Laut Arab di penjuru Barat Daya, Teluk Benggala di Bagian Tenggara dan Samudera
Hindia di Arah Selatan.1 Perbatasan Utara India sebagian besar berbatasan dengan pegunungan
Himalaya yang diapit oleh negara Cina dan Nepal, sementara di Ujung Barat berbatasan dengan
Pakistan yang dipisah oleh Gurun Thar dan daratan Punjab.2 Pakistan adalah negara yang terletak
di ujung Laut Arab di Bagian Selatan, berbatasan dengan negara Afghanistan yang diapit oleh
pegunungan Karakoram sebelah Utara serta berbatasan dengan India di penjuru Timur.3
India dan Pakistan merupakan dua negara yang berselisih atas perebutan wilayah
Kashmir yang masih berlangsung hingga kini. Kashmir sendiri adalah sebuah daerah yang
memiliki luas kurang lebih 222.236 Km, terletak di sub-kontinen Benua India Bagian Utara dan
berbatasan dengan Pakistan di sebelah Barat yang dipisah oleh wilayah Kargil.4 India menguasai
100.569 Km dari wilayah Kashmir yang terdiri dari wilayah Ladakh, Jammu-Kashmir dan
1 India Yearbook 2007, Publications Division, Ministry of Information & Broadcasting, Govt. of India. Hal 2.
2 India Yearbook 2007. Publications Division, Ministry of Information & Broadcasting, Govt. of India. Hal 3.
3 http://countrystudies.us/pakistan/23.htm diaksees pada 9 Juni 2014.
4 Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, 2004 Hal 25.
2
Lembah Kashmir dengan populasi penduduk pada tahun 2001 yaitu 10.069.917 jiwa.5 Sedangkan
Pakistan menguasai 78.932 dari wilayah Kashmir yang terdiri dari distrik Baltistan, Dartistan,
Muzaffarabad, Nirpur dan Poonch dengan populasi penduduk sekitar 3.000.000 jiwa.6
Gambar 1 : Peta Pembagian Wilayah Kashmir7
Demi mencapai ambisinya menguasai wilayah Kashmir, negara yang sama-sama pernah
merasakan penjajahan Inggris itu rela mengerahkan semua upaya politik, hukum dan militer,
termasuk menyiapkan strategi lebih ekstrim yaitu penggunaan senjata nuklir.8 Sejak uji coba
nuklir pertama dengan sandi „Smiling Buddha‟ pada 18 Mei 1974 di Pokhran, India telah
memperlihatkan kemajuan teknologi nuklirnya yang signifikan.
5 Aftah Chairul, Studi Tentang Posisi Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan, Jurnal Sosial-Politika Vol.6 No.11
Juli 2005 Hal 86. 6 Ibid Hal 87.
7Kronstadt, K. Alan. India: Domestic Issues, Strategic Dynamics, and US Relations. Congressional Research Service
Report for Congress (1 September 2011). Halaman 63. 8Juwono Sudarsono, Zainuddin Djafar, Fredy B.L Tobing Dkk, Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan
Tantangan Masa Depan, Pustaka Jaya, Jakarta, 1996.Hal 81.
3
Sebagai negara paling luas di Asia Selatan yang mencapai 3,287,590 km dengan populasi
1,104 miliar jiwa, India memegang peranan penting terhadap kestabilan keamanan kawasan Asia
Selatan.9 Negara yang masyarakatnya memiliki pendapatan 2,880 Dollar AS ini secara ekonomi
berada di atas negara-negara tetangga di kawasan Asia Selatan.10
Sementara Pakistan yang memiliki luas area 796,100,000 km dengan pendapatan
rakyatnya rata-rata 2.060 Dollar AS,11
tentu menganggap bahwa India menjadi lawan yang tidak
mudah untuk dihadapi. Apalagi, negara yang beribukota di New Delhi tersebut setiap tahun
mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkontribusi pada tingkat belanja alat
militer.12
.
Keseriuasan India dalam menguatkan alat tempurnya terlihat dari belanja militer negara
tersebut pada tahun 2010 yang menembus angka 31,9 Miliar Dollar AS, dengan persentasi
peningkatan 54,3 persen dibanding tahun 2001 silam.13
Alokasi anggaran pertahanan India
berasal dari 2,7 persen Produk Domestik Bruto (PDB) serta menempati urutan kelima sebagai
negara yang cukup besar dalam kegiataan pendanaan kegiatan militer, termasuk pegembangan
senjata nuklir.14
Dalam politik internasional, eksistensi senjata nuklir merepresentasikan suatu alat untuk
membuktikan kekuatan sebuah negara yang dapat menekan negara lainnya.15
Nuklir dipercaya
sebagai instrumen yang dapat meraih ambisi politik dan ekonomi maupun menyelesaikan
9 Jones, Walter S. Logika Hubungan Internasional 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama 1993 Hal 126.
10 Bradshaw Dkk, Contemporary World Regional Geography. McGraw-Hill, New York 2007. Hal 300.
11 Ibid Hal 287.
12Robert E Looney, Defence Expenditures And Economics Performance In South Asia : Tests of Causality and
Interdependence, Jurnal Conflict Management And Peace Science Vol 11 no. 02 1991.Hal 8 13
.Laxman Kumar Behera, India's Defence Budget 2010-11:An Analysis, Journal of Defence Studies Vol 4 No. 2
2010. Hal 55-56. 14
News.viva.co.id/news/read/215170-4-negara-asia-dengan-belanja-militer-terbesar Diakses pada 24 Agustus 2012 15
Devin T, Hagerty, The Consequences of Nuclear Proliferation, MIT Press, Washington,1998. Hal 106.
4
sengketa atas suatu territorial. Berkaitan dengan hal tersebut, sebagai negara yang pernah
mengalami beberapa pengalaman buruk manakala berhadapan dengan India (khususnya perang
tahun 1947, 1965 dan 1971), Pakistan di bawah pimpinan Presiden Zia-ul Haq mulai
menganggap bahwa kepemilikan senjata nuklir merupakan strategi jitu untuk menekan India,
khususnya dalam perebutan wilayah Kashmir.
Dibandingkan Pakistan, India jelas memiliki kapabilitas militer yang lebih mumpuni.
Pengalaman dan kekuatan konvensional militer India serta kemahiran dalam pengoperasian alat
militer seperti tank perang, senapan otomatis, roket, mortir, granat dan sejumlah perlengkapan
militer lainnya, tentu menjadi ancaman serius bagi Pakistan16
. Untuk itu, dalam rangka
meningkatkan bargaining position atas India, Pakistan terus berusaha meningkatkan kekuatan
militernya, baik persenjataan konvensional maupun melalui strategi senjata nuklir.
Strategi aliansi militer pasca Perang Dingin dianggap tidak relevan lagi dengan kondisi
dan situasi keamanan internasional saat ini. Dalam rangka memperkuat alat utama sistem
persenjataan (alutsista) konvensional, impor senjata adalah pilihan masuk akal dalam upaya
perimbangan kekuatan lawan.17
Sikap ini terlihat dari kerjasama Pakistan dengan beberapa
negara seperti Cina di bidang militer dalam pembelian tank tipe Norinco 90-II yang kemudian
diadopsi dalam bentuk tank Al Khalid MBT 2000 hasil buatan dalam negeri. 18
Diperkirakan hampir 60 persen alat persenjataan Pakistan berasal dari Cina.19
Kerjasama
bilateral antara Pakistan dan Cina sangat rutin dilakukan sebagai bentuk keseriusan Cina
16
Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, 2004. Hal 34. 17
Jones, Walter S. Logika Hubungan Internasional 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama 1993. Hal 79-80. 18
http://www.militaryfactory.com/armor/detail.asp?armor_id=181 diakses pada 20 Agustus 2013. 19
Daffri Agussalim dan Muhammad Fais Alfadh : Kekayaan Dan Supremasi Politik, Menguatnya Ancaman Konflik
Terbuka Dalam Gelimang Globalisasi.Jurnal Verity Vol 3 No. 5 Januari-Juni 2011. Hal 11.
5
membantu Pakistan dalam mengembangkan persenjataanya. Ini merupakan lanjutan persaingan
senjata antara Pakistan dengan India.
Selain melengkapi diri dengan senjata konvensional, kedua negara yang bertikai akibat
konflik historis itu kemudian mulai berlomba meningkatkan teknologi persenjataan nuklir
sebagai sebuah strategi deterrence (penangkalan). Teknologi nuklir selama periode Perang
Dingin dan setelahnya cenderung berfungsi sebagai pencegah yang dapat menahan satu pihak
dengan pihak lainnya untuk tidak saling menyerang.20
Bagi kedua negara, perjuangan menguasai
tanah Kashmir menjadi agenda utama yang tertuang dalam sejumlah kebijakan luar negeri, tak
terkecuali dengan perlombaan adu kekuatan nuklir.21
Pakistan yang memulai pembangunan proyek nuklir tahun 1956 melalui Pakistan Atomic
Energy Commission (PAEC) mendapat kucuran dana atas Atoms for Peace Proposal inisiasi
Presiden Amerika Serikat Dwight Eisenhower, mengikuti jejak India yang lebih dulu
membangun fasilitas nuklir di bawah Indian Atomic Energy Commission (IAEC) pada 15 April
1948.22
Dalam perkembangannya, kedua negara pernah menjalin hubungan dengan sejumlah
negara sebagai upaya meningkatkan kapabilitas nuklir, termasuk kerjasama dalam
pengembangan rudal yang berfungsi untuk mengangkut hulu ledak nuklir. Pakistan melakukan
kerjasama dengan Korea Utara dalam penyempurnaan Rudal Ghauri 1 di pertengan tahun 1980an
dan adopsi Rudal M-11 buatan Cina ke dalam tipe Hatf 3 (Shaheen 1) di tahun 190an.23
20
Ambarwaty dkk, Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional, Rajawali Press, Jakarta,
2009, Hal 96. 21
Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar
Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik Jurnal Siklus Vol. 1 No. 3 Tahun 2005. Hal 75 22
Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar
Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik. Hal 78 23
Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar
Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik. Hal 79
6
Sedangkan India terlibat kerjasama dengan Amerika Serikat, Prancis dan Jerman dalam
pembuatan Rudal Agni 1 dan sistem pusat pengendalian ruang angkasa negara itu.
Baik Pakistan maupun India menyadari bahwa dari segi potensi ancaman, kekuatan daya
ledak thermo nuklir bukan satu-satunya gejala yang memberi pengaruh penting bagi terciptanya
kondisi bahaya terhadap lawan, tetapi daya jangkau dan ketepatan sasaran juga memiliki
pengaruh yang sama pentingnya.24
Oleh karena itu, kedua negara hingga kini masih terus
berlomba menguasai teknologi rudal yang lebih maju seperti pengembangan Rudal anti balistik
AD-2 dan Rudal ICBM (Intercontinental Ballistic Missile) jenis Surya II milik India dan Ghauri
III di pihak Pakistan. Daya jelajah rudal-rudal tersebut dilaporkan mampu mencapai kota penting
di India maupun Pakistan.25
India yang bukan anggota NPT(Nuclear Non-Proliferation Treaty) telah melakukan uji
coba nuklir pertamanya di tahun 1974, kemudian direspon oleh Pakistan dengan pembangunan
fasilitas nuklir secara bertahap.26
Selang 24 tahun kemudian, tepatnya tahun 1998, India kembali
melakukan uji coba Agni II yang direspon oleh Pakistan dengan unjuk kekuatan Rudal Ghauri II
dengan kemampuan jelajah mencapai 2000 km.27
Meski hubungan kedua negara selalu dibayang-bayangi dengan bentuk ancaman, proses
dialog terkait sengketa Kashmir masih terus dijalani, seperti dialog antara diplomat tinggi India
dan Pakistan yang dilaksanakan bulan Juni 2011 di Islamabad. Kedua pejabat negara tersebut
24
Ambarwaty dkk, Hukum Humaniter Internasional dalam studi hubungan Internasional, Hal 98. 25
http://thediplomat.com/2013/08/indias-missile-defense-is-the-game-worth-the-candle/ diakses pada 2 April 2014 26
Zafar Iqbal Cheema, “Pakistan’s Nuclear Use Doctrine and Command and Control,” in Planning the Unthinkable:
How New Powers Will Use Nuclear, Biological, and Chemical Weapons, Ithaca, New york: Cornell University
Press, 2000. Hal. 159. 27
Zafar Iqbal Cheema, “Pakistan’s Nuclear Use Doctrine and Command and Control, Hal 159.
7
sepakat membahas solusi perdamaian dan keamanan, termasuk langkah-langkah pembangunan
kepercayaan Jammu dan Kashmir, serta promosi pertukaran persahabatan.28
Hal ini tidak lepas dari peran Presiden Pakistan Asif Ali Zardari yang bersikap terbuka
atas upaya perundingan damai, khususnya pasca bom Mumbai tahun 2008 yang menewaskan
166 orang.29
Setelah tragedi tersebut, hampir tidak ada niat dan upaya dari kedua belah pihak
untuk saling melakukan dialog damai. Begitu pula soal perkembangan proyek nuklir, Asif Ali
Zardari dalam pidatonya 22 November 2008 mengatakan tidak akan terlebih dulu menggunakan
senjata nuklir untuk menyerang lawannya. Ia bahkan berusaha untuk meyakinkan parlemen
Pakistan atas kebijakannya tersebut.30
Meski demikian, Zardari tidak menyangkal akan terus memperkuat sistem pertahanan
Pakistan demi mengantisipasi situasi ancaman. Hal ini terlihat pada pengembangan transformasi
Rudal Hatf V yang diuji coba tahun 2012. Rudal tersebut diperkirakan mampu mencapai jarak
1.400 kilometer (900 mil) yang bisa meluluhlantakkan wilayah di India.31
Lagi-lagi, uji coba ini
dilakukan atas aksi New Delhi yang sebelumnya melakukan tes rudal balistik berkemampuan
nuklir Agni V dengan daya jelajah 5.000 Km.32
Rudal dengan biaya 480 Juta Dollar AS tersebut
diyakini mampu membawa hulu ledak seberat 1,5 Ton.33
Persaingan kedua negara tampaknya akan terus berlanjut seiring dengan pemahaman
potensi ancaman. Menarik untuk dianalisa sejauh mana kebijakan penerapan nuklir ini
28
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/11/06/18/lmydax-diplomat-pakistanindia-berunding-di-
islamabad diakses pada 17 Maret 2014 29
http://www.hindustantimes.com/india-news/mumbai/mumbai-remembers-26-11-victims-four-years-on/article1-
964329.aspx diakses pada 17 Maret 2014. 30
http://blogs.reuters.com/pakistan/2008/11/22/zardari-says-ready-to-commit-to-no-first-use-of-nuclear-weapons/
diakses pada 19 Maret 2014. 31
http://international.okezone.com/read/2013/04/10/413/789363/pakistan-uji-coba-misil-balistik-yang-sanggup-
hantam-india diakses pada 19 Maret 2014. 32
Zafar Iqbal Cheema, “Pakistan’s Nuclear Use Doctrine and Command and Control,” in Planning the
Unthinkable: How New Powers Will Use Nuclear, Biological, and Chemical Weapons. Hal 32. 33
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/04/120418_indianuke.shtml diakses pada 21 Maret 2014
8
mempengaruhi hubungan kedua negara. Peningkatan kekuatan militer kedua negara tersebut
seakan memberi gambaran kepada dunia internasional dan wilayah lainnya di Asia Selatan
bahwa potensi meletusnya perang lebih dahsyat masih ada dan akan berlangsung di masa
mendatang. Pakistan sebagai negara yang berada di bawah India dalam bidang kekuatan militer
tampaknya tidak mau ketinggalan dengan kemajuan yang diperoleh India. Maka dari itu, dalam
penulisan skripsi ini penelitian hanya dibatasi dari sudut pandang kebijakan Pakistan yang
berupaya melawan dominasi India di Asia Selatan dalam perebutan wilayah Kashmir tahun
2008-2012.
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi pemilihan tahun tersebut. Pertama,
mundurnya Presiden Pervez Musharraf dan diangkatnya Asif Ali Zardari tahun 2008
menyebabkan perubahan pada formasi kontrol nasional pengendali senjata nuklir. Zardari
menyerahkan kepemimpinan National Command Authority (NCA) kepada Perdana Menteri
Yusuf Raza Gailani. NCA sendiri merupakan badan yang dibentuk untuk mengawasi senjata
nuklir Pakistan dan merumuskan kebijakan nuklir. Kedua, pasca bom Mumbai yang terjadi bulan
November 2008, konstelasi politik dan keamanan kedua negara sempat memanas.
Serentetan konflik bersenjata antara pasukan India dan Pakistan kerap terjadi seperti yang
berimbas pada gagalnya upaya diplomasi damai menyangkut wilayah Kashmir. Sementara di
tahun 2012, jumlah hulu ledak nuklir Pakistan semakin bertambah. Data dari Stockholm
International Peace Research Institute (SIPRI) menyebutkan Pakistan menempati urutan keenam
sebagai negara yang memiliki jumlah hulu ledak terbanyak yaitu diperkirakan 100 sampai 120
hulu ledak.34
Sedangkan India hanya memiliki 90 sampai 110 hulu ledak. Selain itu, di tahun
tersebut terdapat suatu peristiwa penting bagi perkembangan program nuklir Pakistan. Negara
34
http://www.sipri.org/yearbook/2013/files/SIPRIYB13Summary.pdf
9
tersebut berhasil melakukan uji coba Rudal Hatf XI berkemampuan nuklir yang memiliki akurasi
tinggi.35
B. Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini akan mencari jawaban dari pertanyaan penelitian, sebagai berikut :
Apa Kepentingan Pakistan dalam Mengembangkan Nuklir Periode 2008-2012 ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk strategi Nuklir Pakistan dalam upaya perebutan wilayah
Kashmir dengan India.
2. Untuk mengetahui apa saja kepentingan Pakistan terkait pengembangan nuklir.
D. Tinjauan Pustaka
Penulisan skripsi yang bertemakan tentang kepentingan Pakistan dalam mengembangkan
nuklir sebagai upaya perebutan Kashmir ini sebenarnya bukan tema baru dalam penulisan karya
ilmiah. Tulisan-tulisan lain yang berkaitan dengan tema serupa pernah dilakukan oleh sejumlah
mahasiswa. Tesis mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia yang ditulis oleh Syaifuddin
dengan judul “Kebijakan Luar Negeri Pakistan Terhadap India Dalam Upaya Penyelesaian
Sengketa Wilayah Kashmir (1998-2003)” menyinggung persoalan konflik Kashmir yang
berimbas pada hubungan India dengan Pakistan setelah era Perang Dingin. India memegang
35
Suara Pembaruan, 26 April 2012
10
peranan penting sebagai kekuatan yang mendominasi wilayah Asia Selatan sehingga negara
tersebut disebut sebagai negara core, sementara Pakistan sebagai negara bargainer disebut
sebagai negara periphery. Tesis itu juga menjelaskan bagaimana kebijakan luar negeri Pakistan
terkait hal di atas kemudian dirumuskan dalam dua agenda yang menjadi prioritas, yaitu
pertahanan yang memadai dalam menghadapi negara tetangga (India) yang relatif lebih kuat dan
prioritas meningkatkan bargaining position terhadap India dalam masalah Kashmir.
Ada pula skripsi mahasiswa Universitas Indonesia yang ditulis oleh Muhammad Taufiq
dengan judul “Penerapan Nuklir Pakistan Terhadap India Dalam Penyelesaian Masalah Kashmir
: Analisis Tahun 1989-1998”. Dalam skripsinya, Taufiq memaparkan alasan Pakistan
menggunakan pilihan strategi senjata nuklir dalam menghadapi dominasi kekuatan India di Asia
Selatan. Faktor tersebut yakni kekalahan perang Pakistan menghadapi India tahun 1947 dan 1965
yang memaksa negara tersebut memperbaiki alutsistanya serta alternatif senjata lain yaitu nuklir.
Pengaruh munculnya self determination di Kashmir pasca Perang Dingin serta faktor perubahan
geopolitik strategik Amerika Serikat dan Cina di Asia Selatan, merupakan faktor-faktor dominan
lainnya yang mendorong penerapan strategi nuklir Pakistan.
Tema yang sama juga pernah ditulis oleh Irmawan Effendi dengan judul “Kashmir Dalam
Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan
Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik” yang dimuat di Jurnal Siklus Vol. 1 No. 3 Tahun
2005. Tulisan Irmawan tersebut cenderung menyoroti perkembangan nuklir dan uji coba rudal
Pakistan yang beberapa kali memunculkan respon dari India yakni berupa gagalnya upaya
diplomasi atas permasalahan wilayah Kashmir.
11
Yang membedakan skripsi ini dengan beberapa karya ilmiah di atas, penulis lebih
menekankan pada aspek latar belakang kepentingan Pakistan dalam merebut wilayah Kashmir
dari India dengan memakai strategi nuklir periode 2008 hingga 2012.
E. Kerangka Pemikiran
Dalam membahas kepentingan Pakistan mengembangkan nuklirnya, digunakan Teori
Offense-Defense, Konsep Security Dilemma, Kepentingan Nasional dan Nuklir Sebagai
Instrumen Power.
1. Teori Defense-Offense
Kajian terhadap teori defense-offense dalam konteks hubungan antar negara mendapat
perhatian serius bagi para pengkaji kebijakan dalam kaitannya dengan penggunaan kekuatan
militer, termasuk strategi nuklir. Ilmuwan yang menaruh perhatian lebih pada teori ini yakni
Robert Jervis.
Jervis berpandangan ;
“When we say that offense has advantage, we simply mean that it is easier to destroy
other’s army and take its territory that it is to defend one’s own. When the defence has
the advantage, it is easier to protect and to hold than it is to move forward, destroy and
take,”36
"Ketika kita mengatakan pertahanan memiliki keunggulan, kita dengan sederhana
mengartikan bahwa hal tersebut lebih mudah untuk menghancurkan tentara lain dan
mengambil wilayahnya guna membela diri sendiri. Ketika pertahanan memiliki
keuntungan, hal tersebut lebih mudah untuk melindungi dan menahan daripada untuk
bergerak maju, menghancurkan dan mengambil (wilayah),"
Penjelasan Jervis di atas bisa dipahami bahwa pilihan bersikap ofensif memiliki
keuntungan saat lawan cenderung memiliki kekuatan militer yang tak sebanding dengan negara
36
Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold
Arguments on Cause of War and Peace. Mac Millan Publishing Company, NewYork, 1994, hal. 315
12
agresor sehingga konsekuensi logisnya, negara penyerang tersebut dapat dengan mudah
menguasai lahan dan mempertahankan wilayah yang lain. Sementara sikap defensif cenderung
dimiliki negara dengan sistem pertahanan kuat dengan implikasi negara tersebut lebih
menguntungkan baik dalam segi materi maupun taktik untuk mengambil tindakan defensif
ketimbang melakukan penyerangan.
Lebih lanjut, Jervis menjelaskan keyakinan tentang kehadiran perang akan terjadi apabila
ofensif lebih memiliki keuntungan yang dilandasi atas faktor berupa potensi mendapatkan
kemenangan dalam waktu singkat.37
Konsekuensi dari hal tersebut dapat mengurangi
kesempatan kerjasama karena perang lebih menguntungkan bagi penyerang, perang juga
diharapkan dalam waktu singkat, insentif dalam menggunakan senjata modern dan canggih,
dengan begitu negara pasti memilih sekutu yang mampu mendukung proses perang dapat
berlangsung singkat dan cepat walaupun memiliki daya musnah massal karena menghasilkan
banyak korban.38
Menurut Jervis pula dua faktor utama yang mempengaruhi keuntungan untuk memilih
strategi defensif atau ofensif yakni faktor geografi dan teknologi.39
Kondisi geografis yang sulit
seperti wilayah pegunungan atau perbukitan yang terjal membuat lawan sulit untuk menyerang.
Sementara dalam bidang teknologi, kemampuan sebuah negara dalam menciptakan senjata nuklir
misalnya, memberi keuntungan negara tersebut untuk menekan negara lainnya. Dalam kaitannya,
Pakistan sebagai negara yang selalu merasa terancam dengan fasilitas nuklir India, semasa
37
Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold
Arguments on Cause of War and Peace. Hal 317. 38
Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold
Arguments on Cause of War and Peace. Hal 317 39
Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict After the Cold
Arguments on Cause of War and Peace. Hal 323.
13
Presiden Zia-ul Haq mulai memandang bahwa kepemilikan nuklir menjadi pencegah atas upaya
penekanan yang dilakukan India menyangkut perebutan wilayah Kashmir.40
2. Security Dilemma
Konsep Security Dilemma (dilema keamanan) dalam ranah hubungan internasional kerap
dijadikan sebagai alat analisa atas terjadinya konflik hingga perang terbuka. Robert Jervis
menjelaskan bahwa dilema keamanan merupakan situasi dimana sebuah negara berusaha
meningkatkan keamanan dengan mengurangi keamanan pihak lain.41
Jika sebuah negara
menerapkan sistem senjata yang tergolong ofensif, lalu respon yang diberikan negara lain adalah
melakukan hal yang serupa, yaitu penempatan senjata ofensif juga, maka kemampuan negara
untuk melindungi wilayahnya akan berkurang dan cenderung lebih rentan keamanannya
dibandingkan sebelum merespon penempatan senjata tersebut.42
Jervis sebagaimana dikutip Glaser, Charles L & Kaufmann C, melihat kondisi dilema
keamanan akan muncul dalam dua situasi. Pertama, saat kekuatan militer ofensif maupun
defensif tidak dapat dibedakan, dimana pada kondisi ini objektifitas terhadap negara lain menjadi
sangat terbatas, misalnya dengan melihat jenis kekuatan militer yang digunakan untuk
disebarkan.43
Kondisi kedua muncul kala negara melihat strategi ofensif lebih menguntungkan,
maka tindakan untuk menyerang pertama kali memberikan keuntungan lebih jika dibanding
defensif. Hal tersebut biasanya dilakukan oleh negara yang memiliki kekuatan besar untuk
40
“Profile: Muhammad Zia ul-Haq”
http://www.historycommons.org/entity.jsp?entity=muhammad_zia_ul-haq diakses pada 20 Juni 2014. 41
Jervis Robert, Jurnal World Politics: Cooperation Under the Security Dilemma, Volume 30, Issue 2 (J an, 1978),
Hal 167. 42
Jervis Robert, Jurnal World Politics: Cooperation Under the Security Dilemma, Volume 30, Issue 2 (J an, 1978),
Hal 168. 43
Charles L. Glaser and Chaim Kaufmann, Jurnal International Security : What is the Offense-Defense Balance and
Can We Measure it? Vol. 22, No. 4 (Spring, 1998), Hal 45-46
14
melakukan pre-emptive strike yakni sebuah upaya untuk mengantisipasi strategi serangan dari
lawan terlebih dahulu.44
Begitupula dalam urusan kerjasama antar negara, Robert Jervis berpendapat.
”if they cooperate to trap the stag, they will eat well. But if one person defects to
chase a rabbit-which he likes less than stag-none of the others will get anything. Thus, all
actors have the same preference order, and there is a solution that gives each his first
choice: (1) cooperate and trap the stag (international analogue being cooperation and
disarmed); (2) chase a rabbit while others remain at their posts (maintain a high level of
arms while others are disarmed); (3) all chase rabbits (arms competition and high risk of
war); and (4) stay at the original position while another chases a rabbit (being disarmed
while others are armed)”.45
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa dalam situasi security dilemma suatu negara
dapat membuat pilihan dalam berinteraksi, yaitu pertama, suatu negara yang merasa takut atau
terancam, maka akan menimbulkan tindakan aksi-reaksi antar negara yang dapat menghilangkan
makna kerjasama. Keadaan seperti ini tidak akan dapat ditopang oleh rasa percaya dan
pemahaman individu terhadap kepentingan bersama yang diakomodasi secara bersama-sama.
Kedua, situasi anarki memaksa negara untuk mencari kekuasaan di luar batas nasional dan
memaksakan nilai-nilai ideologi yang dianut melalui tindakan intervensi untuk menyebarkan
pengaruhnya kepada negara lain. Ketiga, penyebaran pengaruh oleh negara-negara yang
memiliki kepentingan terhadap negara-negara yang lebih lemah lainnya memaksa beberapa
negara untuk saling berhadapan dalam perebutan pengaruh atau menciptakan daerah penyangga
demi kepentingan geopolitik. Keempat, berupaya untuk menyerang guna mengambil sikap atas
44
Charles L. Glaser and Chaim Kaufmann, Jurnal International Security : What is the Offense-Defense Balance and
Can We Measure it?. Hal 48 45
Robert J Art, Robert Jervis, Internastional Politics : Enduring concept and contemporary Issues, Pearson Longman
press, New York, 2007. Hal 177.
15
perilaku lawan yang meningkatkan persenjataan.46
Berdasarkan pilihan-pilihan tersebut, suatu
negara harus memperhatikan strategi yang akan digunakan dalam situasi security dilemma.
Dalam proses ini setiap pihak sama-sama merasa terancam. Kesiagaan defense salah satu
pihak dianggap bukti motif offensive oleh pihak lain, yang selanjutnya mempersenjatai diri
sebagai tanggapannya. Semua pihak berusaha untuk saling mengungguli sehingga menumbuhkan
perlombaan senjata dan pasukan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Perlombaan ini
menciptakan security dilemma. Maka dalam konteks hubungan Pakistan dengan India, Pakistan
merasa terancam dengan eksistensi nuklir India sehingga kondisi dilema keamanan ini memaksa
Pakistan untuk ikut menerapkan strategi serupa. Sebagai negara yang selalu merasa terancam
atas kemajuan militer India, maka strategi pengembangan nuklir untuk sama-sama berada dalam
posisi satu level merupakan sebuah keniscayaan yang harus dilakukan oleh Pakistan.
3. Teori Kepentingan Nasional
Konsep kepentingan nasional sering digunakan untuk mendeskripsikan, meramalkan
maupun menganjurkan perilaku luar negeri suatu negara. Salah satu ilmuwan yang terkenal
dengan konsep ini adalah Hans J. Morgenthau. Ia menjelaskan kepentingan nasional sebagai
berikut:
The fundamental objective ultimate determinant that guides the decision maker of a state
is foreign policy. The national interest of state is typically a highly generalized
conception of those alignment that constitute the statemost vital needs. These include self
preservation,independence, territorial integrity, military security and economic
wellbeing. 47
Dari definisi tersebut bisa disimpulkan bahwa prioritas kepentingan nasional setiap
negara berbeda antara satu dengan negara lainnya, tergantung pada kebutuhan negara yang
46
Robert J Art, Robert Jervis, Internastional Politics : Enduring concept and contemporary Issues. Hal 177-178 47
Morgenthau, J Hans, Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace, University of California,
McGraw-Hill, 1993. Hal 137-138.
16
bersangkutan. Namun para ahli cenderung menempatkan masalah survival dan self preservation
sebagai prioritas utama.48
Menurut Robert Gilpin tujuan mendasar serta faktor paling
menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik dan ekonomi
luar negeri adalah kepentingan nasional.49
Kepentingan nasional merupakan konsepsi yang sangat umum, tetapi merupakan unsur
yang menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi negara. Dalam konsep ini, ada lima kategori
umum yang dijadikan sasaran yang hendak dituju yaitu: (1) self preservation, yaitu hak untuk
mempertahankan diri; (2) independent, yang berarti tidak dijajah atau tunduk pada negara lain;
(3) military security, berarti tidak ada gangguan dari kekuatan militer lain; (4) territorial
integrity, atau keutuhan wilayah dan (5) economic wellbeing atau kesejahteraan ekonomi.50
Dalam hal ini nuklir India membuat Pakistan merasa khawatir sehingga mengambil
tindakan preventif guna mengantisipasi berbagai macam permasalahan yang muncul akibat
adanya ancaman tersebut. Kepentingan nasional disini bisa diterjemahkan sebagai keinginan
politik yang dirasa sangat perlu untuk dilindungi dan diperjuangkan. Kepentingan ini bisa berupa
keutuhan wilayah atau territorial integrity, khususnya wilayah Kashmir.
4. Nuklir Sebagai Instrumen Power
Kepemilikan senjata nuklir menjadi tolak ukur bagi kekuatan dan perkembangan
teknologi militer suatu negara yang dapat meningkatkan bargaining position dalam percaturan
politik internasional.51
Karena efek ledakannya yang dahsyat, negara-negara cenderung menahan
diri untuk saling menyerang.
48
Mas‟oed Mochtar, Ilmu Hubungan Internasional-Disiplin dan Metodologi, LPP3ES, Yogyakarta, 1990 Hal 141. 49
Stuart S. Malawer, The Political Economy of International Relations by Robert Gilpin, Maryland Journal of
International Law Volume 12 tahun 1988 Hal 1988. 50
Hans J, Morgenthau, Politic Among Nations, Hal 142. 51
A.R. Sutopo, Perkembangan Pemikiran Strategi Nuklir Barat, Jurnal Analisa, No. 2, Tahun 1986.
17
Menurut Robert McNamara, perang nuklir hampir pasti tidak bisa dibatasi dan akan
menyulut perang yang lebih besar dengan konsekuensi kehancuran dunia secara totalitas.
Beberapa para ahli berpendapat bahwa negara akan berusaha untuk mengembangkan nuklir jika
mereka tidak memiliki alternatif lain dalam menghadapi sebuah ancaman militer yang sangat
serius bagi keamanan negaranya.52
Scott D. Sagan dalam artikelnya memaparkan ada 3 alasan atau pendekatan yang dapat
dipakai untuk menjelaskan fenomena tersebut. Pertama, The Security Model yang berfokus pada
upaya negara untuk meningkatan keamanan nasionalnya dari ancaman pihak asing terutama dari
ancaman nuklir.53
Dasar dari pendekatan ini adalah pemikiran realis yang menyatakan bahwa
setiap negara harus mampu menjaga kedaulatannya serta keamanan nasionalnya sendiri.54
Hal ini
dikarenakan oleh ancaman terhadap daya rusak yang dapat ditimbulkan oleh senjata nuklir
mendorong setiap negara untuk meningkatkan kemampuannya guna mengimbangi negara lain
yang mengembangkan nuklir dengan menimbulkan deterrence. Secara umum, deterrence dapat
diartikan sebagai ancaman yang berpotensi menimbulkan lebih banyak kerugian dibandingkan
keuntungan apabila suatu pihak melakukan serangan, sehingga membuatnya memutuskan untuk
tidak melakukan serangan tersebut
Kedua, The Domestic Politics Model yang menekankan pada pemanfaatan nuklir sebagai
alat politik serta tarik-menarik kepentingan antar elit politik di dalam negeri ketika suatu
kelompok elit mampu mempengaruhi arah kebijakan suatu negara untuk menggunakan nuklirnya
52
http://history.defense.gov/mcnamara.shtml diakses pada 6 Juni 2014. 53
Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional
Security, Vol. 21,No. 3. Winter, 1996-1997, Hal. 54. 54
Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional
Security. Hal 67
18
demi kepentingan kelompok tersebut.55
Dalam hal ini, setiap aktor selalu aktif dalam
memaksakan kepentinganya sehingga seringkali terjadi benturan antar kepentingan. Ketiga, The
Norms Model berfokus pada penggunakaan nuklir sebagai sebuah simbol modernitas serta
identitas suatu bangsa di dunia internasional. Pengambilan keputusan mengenai penggunaan
nuklir mencerminkan perilaku negara di dunia internasional karena lewat proses pengambilan
keputusan ini membentuk identitas dan simbolisasi tertentu bagi Negara tersebut. Dalam hal ini
arah kebijakan suatu Negara tidak ditentukan oleh pemimpin bangsa atau elit politik tapi oleh
norma yang berlaku.56
Dari penjelasan di atas, sebuah kenyataan betapa strategisnya nilai guna dari kepemilikan
nuklir telah menciptakan sebuah power atas suatu negara. Strategi nuklir tidak hanya
dikotakkan sebagai sebuah unsur strategis karena terjadinya perang, namun karena penggunaan
sebagai deterrence yang efektif untuk mengatur tindakan dari negara lain, menjadi sebuah
indikator yang jelas untuk menentukan dsn memetakan kekuatan sebuah negara.57
Kekuatan penghancur nuklir memang memberikan dampak yang sangat mengerikan.
dengan satu megaton (1000 kiloton) ledakan nuklir, dapat mengakibatkan suhu 100 juta derajat
celcius atau sebanding dengan empat sampai lima kali lipat suhu permukaan matahari. Jika
dengan bom atom Hiroshima dan Nagasaki yang berkekuatan ledakan 15 Kiloton telah
membunuh sedikitnya 150.000 jiwa, maka dengan jumlah nuklir yang dimiliki Pakistan dan India
55
Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional
Security. Hal 68. 56
Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb :Internasional
Security. Hal 69-71 57
Nasution Dahlan, Politik Internasional:Konsep dan Teori. Airlangga. Jakarta: Airlangga 1991,Hal 36
19
tentu sudah mampu menghancur-leburkan anak benua India sendiri.58
Menyadari potensi tersebut,
maka kedua belah pihak hingga saat ini masih saling menahan untuk sama-sama menyerang
F. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis akan menjawab pertanyaan dalam penulisan ini
melalui metode penelitian kualitatif. Menurut Strauss dan Corbin, metodologi kualitatif
merupakan jenis metode yang tidak diproduksi melalui prosedur statistik atau bentuk numerik.59
Gumilar Rusliwa Somantri menjelaskan penelitian kualitatif berusaha mengkonstruksi realitas
dan memahami maknanya. Sehingga, penelitian kualitatif biasanya sangat memperhatikan
proses, peristiwa dan otentisitas.60
Penulis berusaha memahami strategi kebijakan nuklir Pakistan dalam rangka
mempertahankan wilayah Kashmir dari ambisi India. Pada penelitian ini metode yang
digunakan oleh penulis adalah deskriptif analitis yaitu kegiatan penelitian dalam Hubungan
Internasional dengan melihat permasalahan yang ada dan dikaitkan dengan teori dalam
Hubungan Internasional.61
Dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis
hanya menggunakan sumber sekunder yang berasal dari riset kepustakaan (library research).
58
Ahmed, Samina, “Public Opinion and Nuclear Plunge for South Asia”, Asian Survey, Vol XXVII, No.8, Agustus
1998, Hal 142. 59
Staruss and Corbin, Basics of Qualitative Research : Grounded Theory Procedures and Tehnique, Newbury Park,
Sage Publication, 1990. 60
Jurnal Makara, Sosial Humaniora, Vol. 9, No. 2, Desember 2005: Hal. 58. 61
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit Rineka Cipta,
Edisi revisi VI, Jakarta, 2006.
20
Penulis mendapatkan data dengan cara mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai perpustakaan
yang dikunjungi, seperti Perpustakaan Freedom Institutte, Perpustakaan FISIP UI, Perpustakaan
CSIS dan perpustakaan lainnya. Selain itu untuk mendapatkan data, penulis menggunakan
sumber melalui bahan bacaan dari jurnal-jurnal ilmiah, berita-berita dalam koran, dan situs-situs
internet yang dapat mendukung penelitian ini.
Langkah selanjutnya dalam metode ini yakni melakukan analisis data yang telah
dikumpulkan kemudian diklasifikasi dengan topik pembahasan yang dibutuhkan. Setelah itu data
tersebut bisa dipahami dan ditampilkan dalam bentuk kesimpulan-kesimpulan sederhana untuk
menjelaskan hasil penelitian. Dengan menggunakan data-data tersebut penulis akan menjawab
pertanyaan penelitian mengenai kepentingan Pakistan dalam Mengembangkan Nuklir periode
2008-2012.
21
G. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Pertanyaan Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Tinjauan Pustaka
E. Kerangka Pemikiran
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan
Bab II : Gambaran Umum Kashmir dan Konflik India-Pakistan.
2.1 .Wilayah Kashmir.
A) Kondisi Geografis
B) Masyarakat Kashmir
C) Awal Konflik Di Kashmir.
2.2 Perang India-Pakistan
A)Perang Tahun 1947 Dan 1965
B)Perang Tahun 1971.
Bab II : Strategi Kebijakan Nuklir Pakistan. 3.1 Sejarah Pembangunan Reaktor Nuklir Pakistan
A. Peranan Abdul Qadeer Khan Dalam Pengayaan Uranium
B. Pengembangan Rudal Ghauri Dan Hatf
C. Kerjasama Pakistan Dengan Cina Dan Korea Utara.
3.2 Kekuatan Nuklir Pakistan (2008-2012)
A. Kapabilitas Nuklir Pakistan
B. Kapabilitas Nuklir India
Bab IV : Kepentingan Pakistan Mengembangkan Nuklir Dalam Merebut
Wilayah Kashmir
A.Memperoleh Kedaulatan Atas Wilayah Kashmir
B. Strategi Mengimbangi Dominasi Kekuatan India di Regional
Asia Selatan
C.Internasionalisasi Isu Kashmir
Bab V : Kesimpulan
Daftar Pustaka
22
BAB II
Gambaran Umum Kashmir dan Konflik India-Pakistan
2.1 Wilayah Kashmir
A. Kondisi Geografis Kashmir
Wilayah Kashmir merupakan daerah yang terbentang di utara subkontinen India,
memiliki keadaan alam bergunung-gunung yang dialiri dengan banyak sungai antara lain Indus,
Jhellum, Khenab, Shyok dan Zaskar.62
Pada tahun 1947, sebelum 45 persen dikuasai utara India,
wilayah bernama lengkap Jammu dan Kashmir tersebut memiliki luas 85,806 Mil atau sekitar
222,979 km. Dengan keadaan geografis tersebut, Kashmir dikenal sebagai Princely State
(Negara Kepangeranan) paling luas di bawah kekuasaan Kerajaan British India.63
Setelah dikeluarkannya Resolusi PBB tahun 1949, wilayah Kashmir terbagi atas dua
bagian: Jammu Kashmir (India) dan Azad Kashmir (Pakistan). Wilayah Jammu Kahmir meliputi
distrik Ladakh dan lembah Kashmir sementara Azad Kashmir terdiri atas Baltistan, Dartistan,
Muzaffarabad, Gilgit dan Pooch.64
Wilayah yang berseberangan dengan gunung Himalaya dan
Karakorum ini berbatasan dengan Tibet di sebelah Utara, Cina Sinkiang di bagian Timur,
Himachal dan Punjab di sebelah Selatan serta di bagian Barat berbatasan dengan Pakistan.65
B. Penduduk Kashmir
Penduduk wilayah Kashmir sering dipanggil dengan sebutan Kashmiree. Data dari sensus
penduduk Pemerintah India tahun 2011 menyebutkan jumlah seluruh populasi di wilayah
62
R. W. McColl. Encyclopedia of World Geography, Volume 1, Infobase Publishing, 2005. Hal 75. 63
R. W. McColl. Encyclopedia of World Geography. Hal 76-79 64
http://www.un.org/documents/ga/res/4/ares4.htm diakses pada 14 Juni 2014 65
A.N Raina, Geography of Jammu Kashmir, 3rd
rev, New Delhi, National Books Trust, 1981 Hal 9
23
tersebut mencapai 12,541,302 jiwa dengan pembagian jenis kelamin laki-laki mencapai
6,640,662 orang sedangkan perempuan 5,900,640.66
Wilayah bagian Azad Kashmir yang berada
di bawah Pemerintah Pakistan memiliki penduduk kira-kira 2,5 juta sementara Jammu Kashmir
yang dikuasai India dengan jumlah 6,5 juta warga.67
Mayoritas penduduk Kashmir beragam Islam sedangkan sisanya ada yang memeluk
Hindu, Budha, Sikh dan Kristen.68
Sumber mata pencaharian utama masyarakat di sana yakni
dari hasil pertanian dan pariwisata yang mencapai 80 persen dari penghasilan negara.69
Pada
tahun 1946, Sheikh Abdullah melalui Partai Politik National Conference dalam artikel 48
program New Kashmir menetapkan bahwa bahasa nasional Kashmir adalah Kashmiri, Dogri,
Balti, Dardi, Punjabi dan Urdu.70
C. Awal Konflik di Kashmir
Pemisahan India-Pakistan menjadi dua negara berdaulat tahun 1947 menimbulkan
polemik terhadap pembagian wilayah kekuasaan. Saat itu, lebih dari 500 negara kepangeranan
secara bebas boleh menentukan masa depannya untuk bergabung dengan salah satu negara yang
ada.71
Namun ada tiga wilayah yang sulit untuk menentukan pilihan mengingat ketiga negara
kepangeranan tersebut tidak memiliki keseragaman antara penguasa dan mayoritas warganya
dalam hal agama yang dianutnya. Ketiga princely state tersebut yaitu, Junagadh, Hyderabad, dan
Jammu-Kashmir. Junagadh merupakan negara kecil dengan 80% penduduknya beragama Hindu,
tetapi penguasanya adalah seorang Muslim yang cenderung pro terhadap Pakistan. Hyderabad
66
http://www.census2011.co.in/census/state/jammu+and+kashmir.html diakses pada 18 Juni 2014 67
Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir. Hal 12-13 68
Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir. Hal 15 69
Aftah Chairul, Studi Tentang Posisi Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan, Jurnal Sosial-Politika Vol.6
No.11 Juli 2005 Hal 89 70
Nishat Anshari,“Jammu & Kashmir Linguistic Predica ment” http://koshur.org/Linguistic/9.html diakses pada 26
Juni 2014. 71
Sisir Gupta, Kashmir: A study in India-Pakistan Relations, New Delhi (The India Council of World Affair, 1967
Hal 23.
24
berpenduduk mayoritas Hindu dengan penguasa seorang Muslim tetapi tidak berkecenderungan
baik Pakistan maupun India. Sedangkan Jammu-Kashmir memiliki penduduk mayoritas Muslim
sebanyak 90 % dan condong kepada Pakistan, tetapi penguasanya yang beragama Hindu
kemudian membawa Jammu-Kashmir ke dalam India.72
Junagadh pada akhirnya bersatu dengan
India melalui plebisit, sedangkan Hyderabad melalui pendudukan militer.73
Namun untuk
wilayah Jammu-Kashmir sendiri hingga sekarang tidak dapat terselesaikan.
Untuk wilayah Kashmir permasalahannya berbeda, menurut peraturan pemisahan India-
Pakistan, Kashmir harus bergabung dengan Pakistan dengan melihat mayoritas penduduknya
Muslim. Berdasarkan hal itu maka setelah Inggris mundur dari Subkontinen India, seluruh
negara bagian yang pada saat kolonial Inggris kembali pada posisi sebelumnya yaitu merdeka.74
Maharaja Hari Singh yang kala itu memerintah wilayah Kashmir melihat bahwa hal ini
merupakan peluang baginya untuk mengembalikan sistem monarki absolut seperti sebelum
kedatangan Inggris di subkontinen India.75
Tetapi mayoritas rakyat muslim Kashmir menuntut agar Kashmir bergabung dengan
Pakistan atau merdeka. Namun Maharaja Hari Singh cenderung untuk memilih merdeka dari
pada bergabung dengan Pakistan, sementara penduduk Hindu Dogri di Jammu menginginkan
bergabung dengan India karena pertimbangan memiliki kesamaan agama.76
Akibat tidak adanya
kepastian apakah bergabung dengan India atau Pakistan atau merdeka, maka terjadilah krisis
internal di wilayah Kashmir. Krisis ini semakin memburuk ketika suku Poonch di bagian Barat
72
Sisir Gupta, Kashmir: A study in India-Pakistan Relations. Hal 31. 73
Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, 2004 Hal 25 74
Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai. Hal 27-28 75
Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai. Hal 29. 76
Rajat Ganguly, India-Pakistan and The Kashmir Dispute, New Zealand, Victoria University of Wellington, 1998
Hal 19.
25
Daya Kashmir menginginkan bergabung dengan Pakistan serta ketika pasukan Kashmir
membelot dan membentuk Azad Kashmir (Kashmir merdeka).77
Merasa keadaan wilayahnya semakin tidak terkendali, Singh kemudian meminta bantuan
India untuk mengatasi pergolakan tersebut.78
Pada saat inilah awal mula peranan India di wilayah
Kashmir. Singh dan India bersepakat jika India mampu mengatasi keadaan di Kashmir maka
Singh akan bersedia untuk bergabung dengan India.79
Setelah ditandatangani persetujuan tersebut, India kemudian mengirimkan bantuan
militer secara besar-besaran masuk ke dalam Kashmir untuk menumpas pemberontakan suku
Poonch.80
Invasi militer India ke dalam wilayah Kashmir tidak disetujui Pakistan dengan alasan
melindungi warga Muslim Kashmir.81
Pakistan akhirnya ikut mengirimkan pasukannya masuk
ke dalam wilayah Kashmir. Dengan masuknya dua pasukan tersebut, yang terjadi malah perang
antara India-Pakistan.
Gejolak yang ditimbulkan oleh perselisihan antara kelompok yang ingin bergabung ke
India dengan yang ingin bergabung ke Pakistan semakin membuat persoalan ini menjadi rumit.
Maharaja Hari Singh cenderung untuk memilih bergabung dengan India karena selama ini
Kashmir sangat bergantung pada pelayanan sosial dan ekonomi yang diberikan India seperti
bantuan dana dan pengobatan gratis.82
Ketergantungan pelayanan sosial dan ekonomi ini dianggap oleh India bahwa Kashmir
akan bergabung dengan India tetapi ternyata anggapan itu salah. Meskipun Maharaja Kashmir
sudah dibujuk, ia justru menawarkan suatu Standstill Agreement karena ingin mempertahankan
77
Rajat Ganguly, India-Pakistan and The Kashmir Dispute, Hal 20. 78
Aftah Chairul, Studi Tentang Posisi Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan. Hal 89. 79
Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar
Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik Jurnal Siklus Vol. 1 No. 3 Tahun 2005 80
Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir. Hal 23. 81
Mosammel Haque, Muslim Kashmir Facing Genocide, Pakistan Horizon, Vol 44 No. 3 Juli 1991 Hal 5. 82
Mosammel Haque, Muslim Kashmir Facing Genocide. 8-9
26
status quo pelayanan tersebut.83
Pakistan setuju dengan perjanjian tersebut tetapi ditolak India
tanpa alasan yang jelas.
Pertentangan antara kelompok yang pro India dengan yang pro Pakistan lebih banyak
dipengaruhi pertentangan antara Partai Kongres dengan Liga Muslim, ditambah seorang tokoh
Kashmir yaitu Seikh Mohammad Abdullah lebih condong untuk bergabung ke India.84
Seikh
Mohammad memiliki pertimbangan Kashmir nantinya akan diberikan hak khusus untuk
memerintah sendiri yang tergabung dalam Uni India.85
Seikh Mohammad Abdullah yang
bergabung dalam National Conference yang pro India memiliki kedekatan dengan Partai
Kongres pimpinan Jawaharlal Nehru.86
Hal itu terbukti dengan keberhasilan Seikh Mohammad Abdullah dalam mempengaruhi
Nehru agar memberikan hak untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri. Namun tuntutan
plebisit yang selalu diminta oleh rakyat Kashmir selalu mendapat hambatan dari Pemerintah
India dengan alasan bahwa tuntutan plebisit itu sudah tidak mungkin dilaksanakan karena selama
ini India sudah melakukan berbagai upaya untuk memenuhi tuntutan rakyat Kashmir, seperti
adanya persamaan di bidang hukum, pemberantasan kemiskinan dan perbaikan ekonomi, nsmun
bagi Rakyat Kashmir itu tidak cukup karena mereka tetap ingin merdeka dari India.87
2.2 Perang India-Pakistan
A. Perang India-Pakistan Tahun 1947 dan 1965
Setelah India mulai memasuki wilayah Kashmir, India mulai melakukan serangan-
serangan terhadap suku Poonch yang melakukan pemberontakan dengan bantuan suku Pathan
83
Mosammel Haque, Muslim Kashmir Facing Genocide. 20 84
http://www.thekashmirwalla.com/2013/03/abdullah-familys-rise-and-fall/ 85
Amal Hamzah. Dunia Sekitar Kita, Pakistan dan India, Penerbit PT. Jambatan, Jakarta, 2002, hlm 15. 86
Amal Hamzah. Dunia Sekitar Kita, Pakistan dan India. Hal 17. 87
http://www.jammu-kashmir.com/documents/instrument_of_accession.html
27
dari Pakistan. Kedua suku ini terdesak dan harus mundur karena persenjataan mereka tidak
sebanding dengan persenjataan India. Korbanpun berjatuhan terutama dari pihak suku Poonch
dan Pathan yang kebetulan beragama Islam.88
Melihat situasi yang tidak seimbang ini, Pakistan dengan dalih melindungi kaum Muslim
akhirya mengirimkan tentara, milisi suku-suku, dan sukarelawan untuk melawan India.89
Pada
awalnya India sempat mengalami kemunduran akibat serangan Pakistan tersebut di beberapa
sektor penting di Kashmir. Namun India tidak merasa gentar setelah menambah jumlah pasukan
dan alat tempurnya untuk menekan Pakistan. Pasukan India berhasil memukul mundur pasukan
Pakistan sampai ke sepertiga wilayah Jammu dan Kashmir, dimana keadaan itu terus terjadi
sampai sekarang. Pakistan menamai wilayah tersebut sebagai Azad Kashmir (Kashmir Merdeka)
sedangkan dua pertiga wilayah lainnya dikuasai oleh India.90
Konflik bersenjata ini terus terjadi hingga tahun 1949. Sebagai lembaga yang menaungi
perdamaian dunia, PBB berusaha keras untuk meredam konflik bersenjata ini dengan
mengeluarkan resolusi melalui Dewan Keamanan PBB. Beberapa resolusi yang dikeluarkan
Dewan Keamanan PBB diantaranya Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 47 (1948) yang
dikeluarkan pada tanggal 21 April 1948, resolusi Nomor 51 (1948) tanggal 3 Juni 1948 dan
resolusi yang dikeluarkan pada tanggal 13 Agustus 1948 yang akhirya mengakhiri perang India-
Pakistan.91
Kedua negara sepakat melakukan gencatan senjata serta membagi wilayah Kashmir
menjadi dua bagian pada 5 Januari 1949.
88
India-Pakistan and The Kashmir Dispute, Op.cit Hal 37-38. 89
A study in India-Pakistan Relations, New Delhi. Hal 29. 90
Amal Hamzah. Dunia Sekitar Kita, Pakistan dan India. Hal 15. 91
http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/past/unipombackgr.html diakses pada 20 Juli 2014.
28
Resolusi 5 Januari 1949 membagi wilayah Kashmir menjadi dua bagian, yaitu dua
pertiga wilayah dikuasai India dan sisinya satu pertiga wilayah dikuasai oleh Pakistan.92
PBB
juga membentuk suatu badan khusus yang mengawasi konflik bersenjata antara India dan
Pakistan yang bernama UNCIP (United Nation Comission for Indian Pakistan). Anggota komisi
UNCIP sendiri dari Argentina, Belgia, Colombia, Cekoslovakia, dan Amerika Serikat.93
Namun pada tahun 1965, konflik bersenjata kembali terjadi antara India dan Pakistan.
Sebelum konflik ini terjadi, India sempat terlibat konflik perbatasan dengan Cina pada tahun
1962 dan India mengalami kekalahan yang berakibat kerugian materil yang cukup banyak.
Pecahnya konflik bersenjata pada tahun 1965 antara India-Pakistan berasal dari rasa saling
curiga. India menuduh Pakistan sebagai pendukung yang telah membantu perlawanan rakyat
Jammu dan Kashmir terhadap India yang intensitasnya semakin meningkat. Selain itu, India
menganggap perlawanan ini dapat mengganggu integritas nasionalnya.94
Setelah militer India porak-poranda akibat konflik dengan Cina, praktis kekuatan militer
India cenderung melemah. Maka dari itu, India mulai mencari bantuan ekonomi dan militer ke
negara Barat. India bahkan rela mengubah kebijakannya di forum Non Blok ke arah yang
progresif dan cenderung mendukung negara Barat yang cenderung berideologi kapitalis.95
Akhirnya India berhasil mendapatkan bantuan dari negara-negara Eropa sementara bantuan dari
Uni Soviet yang berhaluan komunis masih terus berjalan. Pembangunan dan peningkatan
92
Kompas, 19 April 2004. 93
http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/unmogip/background.shtml diakses pada 20 Juli 2014. 94
Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, 2004, Op.cit Hal 41. 95
http://www.theatlantic.com/international/archive/2012/08/non-aligned-with-reality-how-a-global-movement-for-
peace-became-a-club-for-tyrants/261737/ diakses pada 20 Juni 2014
29
kekuatan militer India ini juga ditujukan untuk memperkuat posisi mereka di Kashmir yang
masih didudukinya.96
Sementara India terus mencari dukungan bantuan militer ke dunia Barat, Pakistan
mengalami kemerosotan dukungan diplomatik dan militer dari Amerika. Hal ini lantaran
Amerika kecewa akibat bantuan militer yang diberikan kepada Pakistan untuk untuk
membendung pengaruh komunisme, ternyata digunakan oleh Pakistan untuk melawan India.97
Melihat kondisi tersebut, Pakistan mencoba untuk kembali mendapatkan simpatinya dari
Amerika Serikat dengan mendorong penyelesaian masalah Kashmir secara adil dan secepat
mungkin, sehingga peningkatan kekuatan militer India tidak akan digunakan untuk melawan
Pakistan. Pemimpin Pakistan yang waktu itu dijabat Ayub Khan juga terus berusaha meyakinkan
Presiden Amerika Serikat John F Kennedy bahwa cara tersebut adalah tepat untuk mencegah
konflik.98
Pada tanggal 21 Desember 1964, Pemerintah India berupaya menguasai Kashmir untuk
dijadikan bagian integral secara keseluruhan India. Langkah konkrit yang diambil Pemerintah
India terhadap Kashmir adalah membubarkan National Conference dan menggantikan partai
tersebut dengan Partai Kongres. Maksud pemerintah India adalah agar dapat mengatur hak-hak
politik di Kashmir sesuai dengan keinginan pemerintah pusat India.99
Kebijakan ini langsung diprotes oleh masyarakat Kashmir, karena mereka lebih memilih
jajak pendapat atau referendum untuk menentukan masa depan Jammu-Kashmir daripada terus
tunduk di bawah pemerintahan India.100
Tuntutan ini didasarkan oleh masyarakat Kashmir untuk
96
Matinuddin, Kamal, India-Pakistan Standoff, Regional Studies No. 3, Vol. XXI, summer 2003. 97
Matinuddin, Kamal, India-Pakistan Standoff. Hal 16. 98
Matinuddin, Kamal, India-Pakistan Standoff. Hal 19. 99
Schofield, Victoria, Kashmir in Conflict: India-Pakistan and the Unending War, Tauris; 3 edition, 2010. Hal 110 100
Schofield, Victoria, Kashmir in Conflict: India-Pakistan and the Unending War. Hal 117.
30
menuntut janji yang diberikan oleh Mountbatten dan Nehru pada saat penyatuan Jammu-
Kashmir dengan India oleh Maharaja Hari Singh. Janji itu adalah referendum, plebisit atau jajak
pendapat untuk menentukan masa depan Kashmir. Protes yang dilakukan rakyat Kashmir
membuat suasana berkecamuk dan bentrokan hampir tiap hari terjadi. Melihat kondisi ini, India
menambah kekuatan militernya untuk memadamkan gejolak di Kashmir. Tindakan militer India
yang represif tidak menyelesaikan masalah. Korban dari rakyat Kashmir terus berjatuhan dan
menimbulkan gelombang pengungsian yang besar ke wilayah Pakistan. Kondisi ini memancing
ketegangan antara Pakistan dan India kembali terjadi.101
Kontak senjata diperbatasan tidak dapat dihindari lagi antara tentara India dan Pakistan.
Namun kejadian ini dapat diredam dengan perjanjian antara kedua negara dan lebih dikenal
dengan perjanjian Rann Kutch. Pada tanggal 15 Januan 1965, hubungan kedua negara kembali
memanas. Hal ini dipicu oleh demonstrasi besar-besaran di sepanjang jalan wilayah Kashmir.
Sembilan kelompok oposisi di Kashmir menuntut janji India agar mengadakan jajak pendapat
atau referendum untuk diberi kebebasan dalam memilih bergabung dengan India atau
Pakistan.102
Kontak senjata kembali terjadi dimana pasukan Azad Kashmir dengan Pakistan
masuk ke wilayah Jammu-Kashmir dan berhasil memojokkan India di wilayah Srinagar. India
membalas dengan menyerang kembali posisi Pakistan hingga mendekati Lahore. Zona konflik
semakin melebar dan kedua negara terus mengirimkan tentara, milisi dan para anggota militer
lainnya sehingga menimbulkan permusuhan dan konflik yang lebih besar.
Kedua negara saling melanggar perbatasan masing-masing dan tidak menghiraukan garis
genjatan senjata. Menurut PM India saat itu B.Shastri, India tidak melanggar perbatasan tetapi
101
Schofield, Victoria, Kashmir in Conflict: India-Pakistan and the Unending War. Hal 124. 102
Republika, 21 Juni 1998.
31
Pakistan terlebih dahulu menyerang dan masuk ke wilayah Jammu-Kashmir.103
Konflik
bersenjata diantara India dan Pakistan ini menggunakan peralatan militer yang digunakan
terakhir kali ketika perang Dunia II berkecamuk.
Konflik bersenjata India-Pakistan ini menarik perhatian dunia. Beberapa negara besar
berusaha untuk menekan kedua negara untuk berhenti melakukan tindakan saling serang
tersebut. Amerika dan Inggris melakukan embargo ekonomi dan militer kepada India dan
Pakistan. Soviet pun menekan dengan cara politik dan embargo militer. Cara-cara penyelesaian
ini tidak mempengaruhi intensitas konflik yang terjadi, bahkan India berencana akan menyerang
Pakistan Timur namun rencana India ini dapat dibatalkan oleh Cina yang mengancam apabila
India tetap menyerang Pakistan Timur, maka Cina akan menyerbu India. Cina memberikan
ultimatum akan menyerbu India jika tidak menghentikan perang dalam waktu tiga hari.104
Tindakan Cina ini cukup efektif menekan India yang akhirnya mengumumkan gencatan
senjata pada tanggal 22 September 1965 dan menyerahkan permasalahan konflik ini kepada PBB
untuk menyelesaikan konflik ini. Mediator yang dipilih oleh India dan Pakistan adalah PM Uni
Soviet Alexie Kosygin.105
Pada Januari 1966, disepakati perjanjian Taskent yang ditandatangani
di Ibukota Uzbekistan. Kedua negara sepakat untuk mengembalikan posisi status quo Kashmir
sesuai dengan pembagian wilayah tahun 1949 yang mengantarkan konflik ini dapat diredam.106
B. Perang India-Pakistan Tahun 1971
Pasca gencatan senjata yahun 1966, ketegangan hubungan India dan Pakistan mulai
sedikit mereda. Akan tetapi pada sekitar tahun 1971, hubungan India dan Pakistan kembali
103
Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai . Hal 28.
http://news.bbc.co.uk/hi/english/static/in_depth/south_asia/2002/india_pakistan/timeline/1965.stm diakses pada 5
Maret 2014. 104
Kompas, 30 Mei 2005. 105
Dennis Kux, India-Pakistan Negotiations: Is Past Still Prologue?, Washington DC, United States Institute Peace,
2009, Hal 21. 106
Dennis Kux, India-Pakistan Negotiations: Is Past Still Prologue?. Hal 28.
32
memanas yang dipicu oleh konflik internal di wilayah Pakistan Timur dengan pemerintah pusat
di Pakistan Barat.107
Konflik internal yang terjadi ini disebabkan karena pemerintah pusat
Pakistan tidak mampu untuk mengatur keseimbangan kehidupan bernegara di kedua Bagian
Pakistan.
Kesenjangan telah terjadi di antara kedua wilayah Pakistan dimana dalam bidang pilitik
dan ekonomi lebih didominasi oleh Pakistan Barat, terutama oleh beberapa keluarga kaya dan
hampir 70% kekayaan negara dihabiskan di wilayah barat sehingga disparitas ekonomi keduanya
hampir mencapai 60%.108
Kesenjangan ini menimbulkan kecemburuan sosial dan seringkali
menimbulkan kerusuhan sejak Pakistan merdeka. Namun bisa dipadamkan oleh tindakan represif
tentara Pakistan.109
Pergolakan di wilayah Pakistan Timur terus berlanjut sampai jatuhnya pemerintahan
Ayub Khan dan digantikan oleh Yahya pada tahun 1969.110
Yahya pada pemilu 1970
memberikan janji perubahan kepada rakyat di Pakistan Timur untuk mendapatkan hak
politiknya. Hal tersebut ditentang oleh Zulfikar Ali Bhutto, militer dan keluarga kaya.
Permasalahan ini dibawa oleh Yahya ke parlemen dan disetujui untuk dilakukan pemilu yang
harus ditaati semua kontestan pemilu. Hasil dari pemilu adalah kemenangan Liga Awami dengan
167 kursi dibawah pimpinan Mujibur Rahman dan PPP (Pakistan People's Party ) pimpinan
Zulfikar Ali Bhutto hanya mendapat 85 kursi yang secara demokratis dapat menentukan
kebijakan nasional.111
107
http://news.bbc.co.uk/hi/english/static/in_depth/south_asia/2002/india_pakistan/timeline/1971.stm diakses pada
19 Juli 2014 108
James Wynbrandt, A Brief History of Pakistan, New York: Facts on File, 2009, Hal 41–47. 109
James Wynbrandt, A Brief History of Pakistan. Hal 50. 110
James Wynbrandt, A Brief History of Pakistan. Hal 63. 111
James Wynbrandt, A Brief History of Pakistan. Hal 65.
33
Liga Awami membuat kebijakan untuk mensejajarkan hak diantara kedua Pakistan
tersebut. Kebijakan Liga Awami dibawah pimpinan Mujibur Rahman ditentang oleh Zulfikar Ali
Bhutto dan partainya yang tidak menginginkan orang-orang Bengalia atau Pakistan Timur untuk
berada di kancah politk Pakistan.112
Zulfikar Ali Bhutto dan partainya memboikot pelantikan
anggota majelis nasional sehingga hal ini membuat Yahya harus menunda persidangan majelis
nasional. Rakyat Pakistan Timur kecewa atas kejadian itu dan kerusuhan kembali pecah.
Pemerintahan pusat mengirimkan pasukan untuk menenangkan perlawanan rakyat Pakistan
Timur, tetapi tindakan Pakistan Barat (pimpinan pusat) membuat Mujibur Rahman merasa perlu
memproklamasikan Pakistan Timur akibat kekecewaan selama ini dan pada tanggal 26 Maret
1971 di proklamasikan berdirinya negara Bangladesh di wilayah Pakistan Timur.113
Hal ini pada akhirnya menimbulkan perang saudara yang membuat banyak korban dari
rakyat sipil di Pakistan Timur (Bangladesh) akibat tindakan represif dari pemerintahan pusat.
Majibur Rahman ditangkap oleh pemerintah pusat yang menyebabkan kekacauan serta arus
pengungsian dari wilayah Bangladesh ke India semakin meningkat.114
Kondisi ini membuat India
dalam posisi dilema dimana di satu pihak India harus menahan diri untuk tidak ikut terlibat
karena hubungan Pakistan dengan AS dan Cina membaik, di sisi gelombang pengungsian yang
besar membuat instabilitas kondisi ekonomi, sosial dan keamanan India.
Kondisi dilematis bagi India ini juga ditambah oleh permintaan bantuan dari rakyat
Pakistan Timur (Bangladesh) untuk membantu dan melindungi pembantaian oleh tentara
pemerintah pusat India. Faktor tersebut ditambah dengan perjanjian Soviet dengan India tahun
1971, sehingga Soviet memberikan bantuan senjata militer ke India. Akhirnya dengan
112
New York Times, 30 Juni 2008. 113
Richard Sisson, Leo E. Rose, War and Secession: Pakistan, India, and The Creation of Bangladesh, University of
California Press, 1991. Hal 36. 114
Richard Sisson, Leo E. Rose, War and Secession: Pakistan, India, and The Creation of Bangladesh . Hal 40-41.
34
pertimbangan hal-hal diatas, India mulai masuk melalui wilayah perbatasan ke wilayah Pakistan
Timur (Bangladesh) dan pecahlah perang antara India dan Pakistan. 115
Tentara Pakistan yang berada diwilayah Pakistan Timur harus menghadapi tentara India
dan pejuang-pejuang kemerdekaan Bangladesh untuk mencoba mengalihkan konsentrasi India.
Pakistan menggunakan strategi menyerang kembali wilayah Jammu- Kashmir. Pada akhirnya
perang yang menghasilkan sebuah negara baru yaitu Bangladesh berakhir dengan diadakan
perjanjian antara India-Pakistan mengenai Bangladesh. Berdasarkan perjanjian Simla tahun
1972, wilayah itu terlepas dari Pakistan dan berdiri menjadi negara tersendiri. Konflik yang
terjadi antara kedua negara ini hingga kini terus terjadi walaupun setelah tahun 1972,
intensitasnnya relatif rendah tetapi sempat kembali menegang akibat gerakan separatis Kashmir
yang memberikan perlawanan pada tahun 1990-1994.116
115
Richard Sisson, Leo E. Rose, War and Secession: Pakistan, India, and The Creation of Bangladesh. Hal 75. 116
Iffat Malik, Kashmir: Ethnic Conflict and International Dispute. Oxford: Oxford University Press, 2002. Hal 22.
35
BAB III
Pengembangan Nuklir Pakistan (2008-2012)
3.1 Awal Pembangunan Nuklir Pakistan
Kekuatan inti atom menyimpan manfaat yang luar biasa sebagai penghasil energi
alternatif dari sumber utama gas alam dan minyak bumi. Sebagai contoh satu gram U-235 (salah
satu bahan radio aktif pembentuk nuklir) dapat dipakai untuk mensuplai kebutuhan listrik pesawat
televisi selama lebih dari 15 tahun dengan asumsi pemakaian selama 12 jam perhari. Bahkan
dengan perhitungan yang sama, satu gram U-235 dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan listrik
pada suatu rumah tangga dengan daya 900 watt selama lebih dari satu setengah tahun dengan
asumsi pemakaian maksimum selama 12 jam setiap harinya.117
Kekuatan luar biasa yang dimiliki oleh inti atom ini tentu mendorong para ahli untuk
dapat menguasai teknologi ini yang pada nantinya dapat dimanfaatkan untuk menunjang
kebutuhan sehari-hari manusia dalam hal energi. Hal ini pulalah yang ditempuh oleh Pakistan,
sebagai sebuah negara miskin yang berusaha untuk memanfaatkan teknologi nuklir bagi
warganya. Keterbatasan modal untuk memulai program nuklir ini tidak menjadi hambatan bagi
Pakistan. Pakistan mampu memulai program ini dengan memanfaatkan agenda yang dilancarkan
oleh Presiden Dwight Eisenhower yang pada tahun 1954 mengusulkan digunakannya atom
sebagai perdamaian (Atoms for Peace Proposal).118
Sebagai langkah awal Pakistan mendirikan Pakistan Atomic Energy Commission (PAEC)
pada tahun 1956 dengan menempatkan Dr. Nazir Ahmed sebagai ketua. Setelah berdiri badan ini
117
T. May Rudi, Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-Masalah Global: Isu, Konsep, Teori dan
Paradigma, PT Refika Aditama, Bandung, 2003, hlm. 103-104. 118
Amerika Serikat memberikan bantuan kepada Pakistan berupa dana sebesar US $ 350.000 untuk persiapan
pembangunan Pakistan Atomic Research Reactor (PARR-1)
36
segera membuat perencanaan untuk pembangunan reaktor pengolahan nuklir bertenaga listrik.119
Pada perkembangannya PAEC ini belum berjalan dengan semestinya dan belum memberikan
kontribusi yang berarti bagi program nuklir akibat dari masih lemahnya dukungan yang diberikan
oleh pemerintah pada saat itu.
Program ini sedikit mengalami kemajuan yang berarti dengan munculnya Zulfikar Ali
Bhutto sebagai menteri sumber daya alam dan mineral pada tahun 1960 dan diangkatnya Dr.
Ishrat H. Usmani menjadi ketua baru PAEC pada tahun yang sama. Usmani diberi tugas untuk
mempersiapkan dengan maksimal segala kebutuhan yang dibutuhkan bagi Pakistan. Pada masa
jabatan barunya itu dibangun sebuah institut dengan nama Pakistan Institute of Science and
Technology (Pinstech).120
Salah satu kemajuan yang dicapai oleh Usmani adalah dilakukannya
program bagi para remaja Pakistan yang potensial untuk diseleksi dan dikirim ke luar negeri
menjalani pelatihan. Antara tahun 1960 hingga 1967, sebanyak enam ratus dari peserta itu
kembali pulang dengan gelar doktor.121
Program energi nuklir Pakistan mengalami langkah maju yang cukup besar ketika pada
tahun 1965. Bhutto yang pada tahun ini telah menjadi menteri luar negeri sejak tahun 1963, mulai
untuk berfikir untuk menciptakan senjata nuklir sebagai jawaban atas upaya yang sedang
dilakukan oleh India dengan menggunakan tenaga nuklir untuk kepentingan militer. Bhutto
semakin kuat keinginannya setelah terjadi perang India-Pakistan pada 1965.122
119
Feroz Khan, Eating Grass: The Making of the Pakistani Bomb, Stanford University Press,2012, 396, 250 120
http://www.pakchem.net/2011/09/pakistan-institute-of-nuclear-science.html#.U7pRkUDm7gE diakses pada 18
Juni 2014. 121
http://www.nuclearweaponarchive.org/Pakistan/index.html diakses pada 29 Juni 2014. 122
Zafar Iqbal Cheema, Pakistan‟s Nuclear Use Doctrine and Command and Control, in Planning the Unthinkable:
How New Powers Will Use Nuclear, Biological, and Chemical Weapons, Ithaca,NY: Cornell University Press,
2000, Hal. 56..
37
Pemerintah Pakistan mencapai kesepakatan dengan Kanada untuk membangun reaktor
nuklir dengan nama Karachi Nuclear Power Plant (KANUPP) tahun 1971.123
Namun pada
perjalanannya KANUPP ini mendapatkan pengawasan dari IAEA karena reaktor ini tidak hanya
mampu untuk menghasilkan listrik tetapi juga telah mampu menghasilkan Plutonium yang dapat
digunakan untuk penggunaan militer. Hingga pada tahun 1974 Kanada tidak lagi meneruskan
pengiriman tenaga ahli, informasi teknologi, bahan bakar dan peralatannya sebagai akibat adanya
kekhawatiran lemahnya pengawasan pada fasilitas tersebut.124
Sedangkan semenjak uji coba
nuklir India pada tahun 1974 proliferasi nuklir menjadi perhatian serius dunia internasional.
Untuk mendapatkan materi Plutonium yang dibutuhkan sebagai materi dasar senjata
nuklir, Pakistan membutuhkan fasilitas tambahan berupa fasilitas pemisahan Plutonium. Pada
akhir dekade 60-an Pakistan menadatangani kontrak kerjasama dengan British Nuclear Fuels
Limited (BNFL) dan Belgonucleaire untuk kerjasama pembuatan desain fasilitas BNFL yang
mampu memisahkan hingga 360 gram per tahunnya.
Ambisi Pakistan membangun fasilitas nuklir tidak berhenti hingga pada tahun 1973,
negara tersebut berhasil menandatangani kontrak kerjasama baru dengan perusahaan Saint-
Gobain Techniques Nouvelles (SGN) yang berasal dari Perancis.125
Kerjasama ini dibutuhkan
untuk membangun fasilitas dengan skala yang lebih besar dari KANUPP yaitu fasilitas yang
dikenal dengan nama Chasma. Fasilitas Cashma ini mampu menghasilkan 200 kg plutonium
setiap tahunnya.126
Namun upaya kerjasama ini tidak mampu terwujud lama setelah Presiden
Perancis, Giscard D‟Estaing secara tiba-tiba membatalkan kontrak pada tahun 1977. Sikap
123
Zafar Iqbal Cheema, Pakistan‟s Nuclear Use Doctrine and Command and Control, in Planning the Unthinkable:
How New Powers Will Use Nuclear, Biological, and Chemical Weapons. Hal 57. 124
Zafar Iqbal Cheema, Pakistan‟s Nuclear Use Doctrine and Command and Control, in Planning the Unthinkable:
How New Powers Will Use Nuclear, Biological, and Chemical Weapons. Hal 63-64 125
Bruno Tertrais, Not a „Wal-Mart‟, but an „Imports-Exports Enterprise‟: Understanding the Nature of the A.Q.
Khan Network, Strategic Insights, Volume VI, Issue 5, August 2007. 126
http://www.nti.org/facilities/111/ diakses pada 13 Juni 2014.
38
Perancis ini merupakan hasil dari tekanan yang diberikan oleh Amerika Serikat melalui menteri
luar negerinya Henry Kissinger yang terus menekan Perancis untuk membatalkan kontrak kerja
samanya dengan Pakistan.127
Kekhawatiran AS ini didasarkan pada ketakutan akan upaya
pembuatan senjata nuklir oleh Pakistan. Jika saja kerjasama Pakistan-SGN berhasil maka Pakistan
akan menghasilkan materi plutonium yang cukup besar dan itu tentunya akan membahayakan jika
tidak mendapatkan pengawasan yang cukup.
Berakhirnya kerjasama dengan Kanada dan dilanjutkan dengan SGN membuat Pakistan
berusaha untuk mencari alternatif lain yaitu menggunakan HEU sebagai materi dasar. Upaya yang
ingin dicapai Pakistan ini tidaklah mudah mengingat dibutuhkannya teknologi yang cukup besar
yaitu adanya mesin pemutar atau sentrifugal untuk melakukan pengayaan uranium hingga
mendapatkan komposisi yang tepat.128
Teknologi ini dimiliki oleh ahli metalurgi asal Pakistan
Dr. Abdul Qadeer Khan yang bersedia membantu negaranya dalam teknologi mesin pemutar
ini.129
Khan memanfaatkan lemahnya pengawasan ekspor untuk mendapatkan komponen-
komponen dasar untuk membuat ultrasentrifugal secara terpisah dari berbagai negara.
Kemampuan Khan ini tentunya tidak lepas dari pengalaman yang dimilikinya ketika masih
bekerja pada URENCO yang merupakan kerjasama antara Belanda, Jerman dan Inggris.130
Pada
masa inilah Pakistan mampu untuk melakukan proses pengayaan dan pengembangan teknologi
nuklir di dalam negerinya sendiri dengan memanfaatkan potensi Khan.
B. Peranan Abdul Qadeer Khan dalam Pengayaan Uranium
127
Bruno Tertais, Ibid Hal 78. 128
Steve Weissman dan Herbert Krosney, The Islamic Bomb, Times Books, New York, 1981, hlm. 81. 129
Steve Weissman dan Herbert Krosney, The Islamic Bomb. Hal 83. 130
http://www.world-nuclear.org/info/Nuclear-Fuel-Cycle/Conversion-Enrichment-and Fabrication/Uranium-
Enrichment/ diakses pada 20 Juni 2014.
39
Kemajuan nuklir Pakistan yang menarik perhatian dunia internasional saat ini tidak lepas
dari salah satu sosok yang sangat berperan atas lahirnya kemampuan negara tersebut
memproduksi sejumlah bahan utama pembuatan senjata nuklir. Dia adalah Dr. Abdul Qadeer
Khan.131
Lahir di Bhopal tahun 1936, Khan adalah warga India yang hijrah ke Pakistan paska
pemisahan tahun 1947. Setelah lulus dari sekolah di Karachi, ia kemudian melanjutkan studinya
ke Eropa pada tahun 1961.132
Saat di sana, Khan mengenyam pendidikan di Technische
Universität Berlin Barat, setelah itu ia menerima gelar master di bidang teknik metalurgi di Delft
University of Technology Belanda tahun 1967. Gelar Ph.D. dalam bidang metalurgi didapatnya
dari Universitas Katolik Leuven di Belgia pada tahun 1972.133
Usai lulus, Khan bekerja untuk laboratorium riset dinamik (FDO), anak perusahaan
Verenigde Machine-Fabrieken di Amsterdam Mei 1972. FDO adalah subkontraktor untuk Ultra-
Centrifuge Nederland (UCN) yaitu mitra tiga negara konsorsium Eropa dalam pengayaan uranium
(URENCO) yang terdiri dari Inggris, Jerman, dan Belanda.134
Selama bekerja di URENCO, Khan
menempati sejumlah posisi penting. Dia mendapat akses tak terbatas di perusahaan ini, termasuk
akses membuka begitu banyak dokumen rahasia teknologi sentrifugal gas dan pengayaan
uranium.135
Dalam seminggu bekerja dengan FDO, Khan mulai dikirim ke fasilitas pengayaan
UCN di Almelo, Belanda. Insinyur yang mampu berbicara dalam multi bahasa itu ditugaskan
untuk menerjemahkan dokumen teknis yang sangat rahasia yang menggambarkan penggunaan
131
http://www.famousscientists.org/abdul-qadeer-khan/ diakses pada 25 Juni 2014. 132
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1009243/Abdul-Qadeer-Khan diakses pada 25 Juni 2014. 133
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1009243/Abdul-Qadeer-Khan diakses pada 25 Juni 2014. 134
William J. Broad, David E. Sanger, and Raymond Bonner,“ A Tale of Nuclear Proliferation,”New York Times,
February 12, 2004. 135
MA Chaudhri, “Pakistan‟s Nuclear History: Separating Myth from Reality,” Defence Journal, May 2006, Hal 13.
40
mesin sentrifugal secara rinci.136
Dalam perjalanannya, ia sering membawa pulang dokumen
tersebut dengan persetujuan FDO, meskipun ini juga merupakan pelanggaran prosedur normal.
Dalam dua tahun pertamanya, Khan bekerja mengoperasikan dua desain mesin sentrifugal yaitu
CNOR dan SNOR.137
Pada akhir tahun 1974, UCN meminta Khan untuk menerjemahkan
dokumen desain yang sangat rahasia untuk dua mesin Jerman, G-1 dan G-2. Ini mewakili
teknologi pengayaan industri yang paling canggih di dunia pada saat itu.138
Khan menghabiskan 16 hari selama satu bulan di bidang keamanan tertinggi fasilitas
Almelo selama ia belajar mesin tersebut.139
Selama periode ini, ia memiliki akses tanpa
pengawasan, dan tercatat berkeliaran di sekitar laboratorium, menulis catatan dalam naskah asing
tanpa ada upaya untuk menghentikannya atau menyelidiki kegiatannya dari pihak perusahaan.140
Usai menempuh studi dan memiliki pengalaman kerja di luar negeri, Khan kemudian
menulis surat yang ditujukan ke Perdana Menteri Pakistan pada bulan September 1974 yang berisi
menawarkan jasanya kepada Pakistan.141
Pada bulan Januari 1976, atas undangan Perdana
Menteri Zulfikar Ali Bhutto, ia tiba-tiba meninggalkan Eropa bersama keluarganya sebelum
spionasenya terdeteksi. Khan kemudian mengirim surat pengunduran diri kepada FDO dari
Pakistan yang efektif berlaku pada bulan Maret.142
Saat berada di Pakistan, Khan awalnya bekerja di bawah Komisi Energi Atom Pakistan
(PAEC) yang dipimpin oleh Munir Ahmad Khan. Sebuah fasilitas percontohan sentrifugal kecil
136
MA Chaudhri, “Pakistan‟s Nuclear History: Separating Myth from Reality,” Hal 15. 137
MA Chaudhri, “Pakistan‟s Nuclear History: Separating Myth from Reality,” Hal 18. 138
William J. Broad, David E. Sanger, and Raymond Bonner,“ A Tale of Nuclear Proliferation. Hal 17. 139
William J. Broad, David E. Sanger, and Raymond Bonner,“ A Tale of Nuclear Proliferation. Hal 19 140
William J. Broad, David E. Sanger, and Raymond Bonner,“ A Tale of Nuclear Proliferation
Hal 22-24. 142
Synnott, Hillary, The Causes and Consequences of South Asia’s Nuclear Test, Oxford University Press, New
York, 1999.
41
awalnya didirikan di Sihala, beberapa kilometer dari Islamabad.143
Pada bulan Juli 1976, Bhutto
memberi Khan kontrol secara otonom atas proyek pengayaan uranium. Ia berkewajiban
melaporkan langsung ke Perdana Menteri setiap hasil penelitian. Bhutto akhirnya memberi
keleluasaan kepada Khan membentuk tim sendiri. Tim itu bekerja di Kahuta, sebuah desa
terpencil di Pakistan. Fisikawan ternama Pakistan dari seluruh dunia dihimpun. Melalui
Engineering Research Laboratories (ERL), Khan diberi mandat mengembangkan Uranium
Enrichment Plant. Pembangunan sentrifugal pertama Pakistan pun dimulai tahun tersebut. Sejak
saat itu, PAEC di bawah Khan terus mengembangkan generasi pertama senjata nuklir Pakistan
pada 1980-an.144
Karena upaya Khan, Pakistan membuat kemajuan pesat dalam mengembangkan U-235
yang kemudian mulai diproduksi secara masif. Menurut Khan dalam sebuah wawancara tahun
1998, pengayaan uranium pertama Pakistan dilakukan di Kahuta pada tanggal 4 April 1978.145
Pada tahun 1981, Pakistan telah memproduksi uranium dengan jumlah besar. Tanggal 28 dan 30
Mei 1998, Pakistan berhasil meledakkan enam bom nuklir.146
Tidak hanya itu, di bawah
kepemimpinan Khan, Pakistan berhasil melakukan uji coba rudal balistik jarak menengah, Ghauri
I pada 6 April 1998 dan Ghauri II pada 14 April 1999.147
Dari laboratorium itulah Khan berperan besar dalam membentuk sistem pertahanan
Pakistan. Di antaranya adalah pengembangan rudal bahu anti jet tempur ANZA dan rudal jelajah
anti tank Baktar Shikan.148
143
Ibid Hal 14. 144
http://fas.org/nuke/guide/pakistan/nuke/ diakses pada 24 Juni 2014. 145
Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, April 2004, Hal 168. Synnott,
Hillary, Ibid Hal 24. 146
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1009243/Abdul-Qadeer-Khan diakses pada 25 Juni 2014. 147
Rodney W. Jones, Pakistan Nuclear Posture: Quest for Assured Nuclear Doctrine a Confecture, Regional Studies,
Vol. XVIII, No.2 Spring 2000, Hal 9. 148
Rodney W. Jones, Pakistan Nuclear Posture: Quest for Assured Nuclear Doctrine a Confecture. Hal 11.
42
Sebuah penyelidikan keamanan Belanda kemudian mengungkapkan bahwa Khan
mungkin telah mengetahui banyak rahasia fasilitas UCN.149
Khan mengakui dirinya tidak
mengambil keuntungan dari pengalamannya bertahun-tahun bekerja pada proyek-proyek serupa
di Eropa dan kontrak di sana dengan berbagai perusahaan manufaktur. Ia bahkan membantah
terlibat dalam spionase nuklir.150
Atas berbagai bukti, Pengadilan Amsterdam menjatuhkan
hukuman in absentia pada tahun 1983 selama empat tahun penjara. Khan lantas mengajukan
banding atas tuduhan tersebut yang akhirnya membatalkan hukumannya .151
Ia menegaskan
bahwa program sentrifugal Pakistan adalah asli dan bahwa peralatan yang digunakan di dalamnya
dikembangkan dan diproduksi secara lokal. Pada tahun 1990, Khan menyatakan semua pekerjaan
penelitian merupakan hasil dari inovasi dan perjuangan sendiri. Khan mengaku tidak menerima
pengetahuan teknis dari luar negeri, namun demikian ia tidak menyangkal menggunakan buku,
majalah dan makalah penelitian dari negara lain.
Karir resmi Abdul Qadeer Khan berakhir pada Maret 2001, ketika ia dan Ketua PAEC
Ishfaq Ahmed tiba-tiba pensiun atas perintah Pervez Musharraf. Ia kemudian ditawari sebagai
Special Adviser to the Chief Executive on Strategic dan menjadi ketua di Khan Research
Laboratorium Affairs152
B. Pengembangan Persenjataan Missile Pakistan
Kemampuan yang dicapai oleh Pakistan dalam penguasan teknologi nuklir semakin
berkembang. Setelah mampu untuk menghasilkan HEU, Pakistan membutuhkan rudal yang
149
Mark Fitzpatrick, Nuclear Black Markets: Pakistan, A.Q. Khan and the Rise of Proliferation Networks : a Net
Assessment, Jurnal The International Institute for Strategic Studies (ISBN: 9780860792017). Hal 25. 150
Mark Fitzpatrick, Nuclear Black Markets: Pakistan, A.Q. Khan and the Rise of Proliferation Networks : a Net
Assessment. Hal 28 151
http://www.historycommons.org/context.jsp?item=us_plans_to_use_military_force_against_iran_400 diakses
pada 6 Juni 2014. 152
http://nuclearweaponarchive.org/Pakistan/AQKhan .html diakses pada 6 Juli 2014.
43
mampu untuk membawa hulu ledak yang berisi nuklir. Kemampuan India yang terus berkembang
dalam hal pemilikan rudal mendorong Pakistan untuk berbuat hal yang sama. Khan pada tahun
1982 memberitahu kepada Presiden Zia ul Haq bahwa ia telah mampu untuk melakukan
pengayaan HEU dan sekarang ia ingin membuat rudal.153
Zia kemudian memberikan dukungan
dan pada akhirnya dua tahun kemudian perkerjaan ini telah selesai.
Pembuatan rudal pertama Pakistan diberi nama Hatf-1 yang memiliki daya jangkau 80 km.
Uji coba pertama kali pada April 1988 memperlihatkan kelemahan dari rudal jenis ini yang hanya
mampu mencapai jarak yang tidak memuaskan. Hatf-2 yang diuji coba pada waktu yang sama
dapat mencapai 300 km tetapi rudal jenis ini tidak dapat diandalkan dan pengembangan pun terus
berlanjut dengan lahirnya Hatf-3 yang memiliki kekurangan yang sama yaitu akurasi yang tidak
tepat.154
Kelemahan yang ditunjukkan pada rudal-rudal sebelumnya membuat Pakistan berusaha
untuk mengembangkan rudal jenis baru. PAEC memutuskan untuk melakukan kerjasama dengan
Cina untuk pembelian rudal jenis M-11.155
Rudal ini diberi nama oleh Pakistan dengan sebutan
Shaheen yang berarti Burung Elang. Kemampuan menjelajah Shaheen-1 mencapai jarak 800 km
dengan daya angkut sebesar 500 kg.156
Sedangkan untuk Shaheen-2 memiliki kemampuan jarak
hingga 2000 km. Pada Juli 2000 PAEC mengklaim bahwa kedua jenis rudal ini telah memiliki
kemampuan untuk mengangkut nuklir (nuclear capable).157
153
Janet Wood, Nuclear Power, Stevenage, United Kingdom: The Institution of Engineering and Technology, 2007,
Hal 8. 154
Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan Nuklir Pakistan, Latar
Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik. Hal 20. 155
Janet Wood, Nuclear Power, Stevenage. Hal 11. 156
Sumit Ganguli, S. Paul Kapur. India, Pakistan and The Bomb: Debating Nuclear in South Asia, Columbia
University press, New York. 2008. Hal 14 157
Sumit Ganguli, S. Paul Kapur. India, Pakistan and The Bomb: Debating Nuclear in South Asia. Hal 15.
44
Jika PAEC bekerjasama dengan Cina, maka Khan mencari alternatif lain dalam upayanya
untuk pengembangan kemampuan rudal. Khan memilih rute yang berbeda dengan melakukan
pendekatan dengan Korea Utara. Korea Utara mengirimkan bagian dari rudal versi Nodong
sedangkan Pakistan mengirimkan uang dan beras sebagai imbalannya.158
Ghauri-1 diuji cobakan
pada April 2000 dengan daya jangkau mencapai 1500 km. Rudal ini diklaim mampu membawa
muatan sebesar 700 kg. Setelah mengadopsi teknologi dari Korea Utara ini, Pakistan mencoba
untuk mengembangkannya sendiri dengan berhasil memproduksi Ghauri-2 dan Ghauri-3 dengan
kemampuan masing-masing hingga 2000 dan 3000 km.159
Jarak seperti ini memberi kemampuan
bagi Pakistan untuk mencapai target di India. Ghauri-2 diuji coba pada 14 April 1999, tiga hari
setelah India melakukan uji coba rudal Agni-2. Ghauri-2 diluncurkan dari peluncuran di Dina,
sekitar 60 km Pakistan Timur Ibu kota Islamabad dan mendarat di Jiwani, di sebelah Barat
Propinsi Balochistan .160
Pesawat terbang yang dimiliki oleh Angkatan Udara Pakistan rata-rata digunakan untuk
meluncurkan senjata nuklir, khususnya pesawat tempur jenis F-16 buatan AS.161
Pesawat lainnya
seperti Mirage-V atau A5 buatan Cina juga mampu untuk digunakan tujuan tersebut. Beberapa F-
16 kemungkinan telah dimodifikasi untuk memiliki kemampuan meluncurkan nuklir yang
digunakan pada Skuadron 9 dan 11 di Sargodha, 160 km Utara Kota Lahore.162
F-16 memiliki
jangkauan 1600 km atau lebih dan dapat digunakan untuk mengangkut hingga 5450 kg secara
eksternal di bawah badan pesawat dan enam buah di bawah pusat sayap.163
158
Sumit Ganguli, S. Paul Kapur. India, Pakistan and The Bomb: Debating Nuclear in South Asia, Hal 17-18 159
Michael Quinlan, Thinking About Nuclear Weapons: Principles, Problems, Prospects, New York: Oxford
University Press, 2009, Hal 36. 160
Laporan Tahunan KBRI Islamabad Tahun 2000; Jilid II, Departemen Luar Negeri RI, Hal 8 161
Pakistan played a leading role in China‟s entry into the U.N., Ghulam Ali, “China‟s Seat in the United Nations:
An Analysis of Pakistan‟s Role”, IPRI Journal, vol. IV, no. 2 (Summer 2004). 162
Pakistan played a leading role in China‟s entry into the U.N., Hal 56. 163
Laporan Tahunan KBRI Islamabad Tahun 2000; Jilid II . Hal 12.
45
C. Kerjasama Militer Pakistan dengan Cina
Sejak penandatanganan "Boundary Agreement" antara Cina dengan Pakistan pada 3
Maret 1963 menyangkut wilayah Jammu-Kashmir, hubungan kedua negara mengalami
perkembangan yang signifikan.164
Cina menjadi sekutu militer paling konsisten membela Pakistan
dalam segi pertahanan negara. Saat Pakistan dan India mengalami sanksi dari Amerika Serikat
akibat konflik tahun 1965, Cina menjadi satu-satunya negara yang bersedia melakukan kerjasama
militer dengan Pakistan.165
Sementara India masih terus mendapat bantuan dari sekutunya Uni
Soviet.166
Hubungan komprehensif antara Cina dengan Pakistan masih berlangsung beberapa
dekade setelah meletusnya konflik Indo-Pakistan. Yang paling signifikan, Cina ikut mendorong
agar Pakistan melakukan swasembada alat-alat militer ketimbang harus bergantung pada pasokan
senjata militer dari negara lain.167
Berkat bantuan dari Cina, Pakistan berhasil membangun
infrastruktur pertahanan yang memainkan peran penting dalam sektor pertahanan negara. Pakistan
juga mampu menyelesaikan sejumlah mega proyek dan joint venture (usaha bersama) dengan
bantuan China yang mencakup tiga dimensi dari angkatan bersenjata: Tentara, Angkatan Udara
dan Angkatan Laut.168
164
Mark W. Frazier, “China-India Relations since Pokhran II: Assessing Sources of Conflict and Cooperation”,16-
22 September 2000, http://www.nbr.org/publications/review/ vol3no2/essay.html 165
166
Fazal-ur-Rahman, “Pakistan‟s Relations with China”, Strategic Studies, Vol. XIX & XX, Nos. 4&1, Winter &
Spring 1998, Hal 72. 167
Fazal-ur-Rahman, “Pakistan‟s Relations with China”. Hal 73. 168
Urvashi Aneja, “Pakistan-China Relations: Recent Developments (Jan-May 2006)”, IPCS Special Report, June
26, 2006, Hal 2.
46
Proyek bersama pertama yang dibangun di Pakistan adalah kompleks mekanik alat berat
diikuti oleh fasilitas produksi Pabrik Artileri dan Kompleks Aeronautical (tehnik penerbangan).169
Perusahaan bersama ini memproduksi berbagai persenjataan kecil dan menengah serta
menyediakan komponen penting untuk industri yang berhubungan dengan pertahanan.170
Kedua
negara bersama-sama menyelesaikan pesawat jet kursi ganda Karakoram-8 (K-8) yang
menggantikan Jet Tempur T-37 dan Super-7 (FC-1) yang telah dimakan usia.171
Cina dan
Pakistan juga berhasil melakukan ujicoba penerbangan pertama jet tempur JF Thunder
multifungsi selama kunjungan Kepala Udara Pakistan Marshal Tanvir Mahmood Ahmed ke China
pada bulan Mei 2006.172
Selain itu, Cina menjadi pemasok peralatan militer konvensional bagi
Pakistan. Pada tanggal 23 Mei 2006, Pakistan mendapat kucuran dana sebesar 600 juta Dollar AS
untuk kerjasama di bidang pertahanan, termasuk pembangunan empat Kapal Fregat untuk
Angkatan Laut Pakistan serta peningkatan kemampuan Kapal Dockyard (Galangan) Karachi dan
transfer teknologi untuk produksi armada permukaan laut yang lebih modern.173
Hubungan kedua negara sempat diusik dengan laporan yang menyebutkan bahwa Cina
telah membantu Pakistan dalam pengembangan rudal dan program nuklir. Akan tetapi tuduhan
tersebut dibantah keras oleh Pakistan dan China. Selama pertengahan 1990an, Amerika Serikat
sempat memberlakukan sanksi terhadap Cina dan Pakistan atas dugaan kerjasama gelap.174
China
didakwa menyediakan 500 ring magnet (bahan dasar pembuatan rudal) dan mentransfer rudal M-
169
Urvashi Aneja, “Pakistan-China Relations. Hal 5. 170
John W. Garver, Protracted Contest: Sino-Indian Rivalry in the Twentieth Century, Seattle: University of
Washington Press, 2001, Hal 24. 171
John W. Garver, Protracted Contest: Sino-Indian Rivalry in the Twentieth Century. Hal 26. 172
http://english.peopledaily.com.cn/200605/09/eng20060509_263917.html diakses pada 2 Juli 2014. 173
http://defence.pk/threads/pak-china-finalise-usd-600-million-defence-deal.1285/ diakses pada 2 Juli 2014. 174
Tarique Niazi, “Thunder in Sino-Pakistan Relations”, China Brief,Vol.6,Issue. 5 (March 2, 2006), Hal 1.
47
11 yang mampu membawa hulu ledak nuklir.175
Namun Pakistan mengklaim bahwa mereka
mengembangkan nuklir dan program rudal tanpa bantuan Cina.176
Meski demikian, Cina tidak membuat perubahan dramatis dalam kebijakan nuklirnya dan
telah menyatakan ingin membantu Pakistan dalam memenuhi kebutuhan energi. Selama
kunjungan Presiden Musharaf pada Februari 2006, Cina menandatangani kesepakatan untuk
kerjasama dalam aplikasi energi nuklir tujuan damai, meskipun Barat mencurigai kerjasama
tersebut memiliki motif militer.177
Komitmen Beijing dalam memperhatikan kebutuhan
pertahanan Islamabad sangat dihargai oleh rakyat Pakistan.
Semenjak intensitas hubungan dengan Cina, AS kurang mendapat simpati dari masyarakat
Pakistan. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa Pakistan telah menghadapi sanksi pada saat-saat
yang sangat kritis.178
Justru Beijing muncul dengan tawaran kerjasama serta menginginkan
Islamabad mencapai kemandirian di bidang pertahanan.179
Bantuan Cina juga termasuk
penyediaan suku cadang, menyiapkan fasilitas lokal yang overhaul, produksi lisensi, fasilitas
pelatihan dan sejumlah joint venture.180
Pada tahun 2001 Pakistan dan China mengadakan
kerjasama dalam uji coba penggunaan Al Khalid MBT-2000/2000 Type Main Battle Tank yang
kemudian diproduksi dalam negeri.181
Berbeda dengan Amerika Serikat, Cina tidak pernah mengaitkan bantuan dengan isu-isu
internal Pakistan seperti Hak Asasi Manusia (HAM), demokrasi, dan lain-lain.182
Cina selalu
menahan diri mencampuri urusan internal Pakistan. Meski di awal 1990-an, AS memberlakukan
175
Tarique Niazi, “Thunder in Sino-Pakistan Relations”, Hal 4. 176
Protracted Contest: Sino-Indian Rivalry in the Twentieth Century, Ibid Hal 35. 177
http://www.strategycenter.net/research/pubID.92/pub_detail.asp diakses pada 2 Juli 2014. 178
http://www.strategycenter.net/research/pubID.92/pub_detail.asp diakses pada 2 Juli 2014. 179
Robert Hewson, “Sino-Pakistani fighter improved,” Jane‟s Defence Weekly, December 7, 2005 180
Robert Hewson, “Sino-Pakistani fighter improved,” Hal 49. 181
Robert Hewson, “Sino-Pakistani fighter improved,” Hal 54. 182
Pakistan‟s Relations with China, Ibid Hal 84.
48
sanksi terhadap Pakistan dan Cina untuk dugaan kerja sama mereka dalam teknologi nuklir dan
rudal, hubungan Cina dengan Pakistan tidak lantas menyerah pada tekanan.183
Faktor-faktor ini
jelas meningkatkan status China dalam perhitungan Pakistan. Menurut Perdana Menteri Pakistan
Yousaf Raza Gillani, dukungan militer Cina untuk Pakistan telah meningkatkan kepercayaan diri
negara tersebut dalam memperkuat kemampuan pertahanan Pakistan.184
Pada tahun 2011, Pakistan dan China kembali melakukan kerjasama dalam bidang
militer yaitu mengenai konfirmasi Pakistan yang menyatakan akan membeli rudal Cina dan
sistem penerbangan untuk melengkapi JF-17 jet tempur Guntur sebanyak 250 unit untuk
memperdalam kerjasama militer dengan Beijing.185
Kerjasama militer ini sangatlah menunjang
persenjataan milik Pakistan yang ingin bersaing dengan India di Kawasan Asia Selatan. Transfer
senjata yang dilakukan antara Pakistan dan China antara lain: Towed gun, Fighter aircraft, FGA
aircraft, Anti-ship missile, Fire control radar, Airs search radar, ASW helicopter, SAM (Surface
to air missile), BVRAAM (Beyond Visual Range Air to Air Missile), SRAAM (Short Range
Attack Missile), guided bomb, Arty locating radar, Aircraft EO system, AEW & C aircraft,
portable SAM, Anti-tank missile, ARV (Armed Response Vehicle), Tank, Frigate, Self propelled
MRI, dan Submarine.186
Kerjasama bilateral antara Pakistan dan China sangatlah rutin dilakukan sebagai bentuk
keseriusan China dalam membantu Pakistan dalam mengembangkan persenjataanya. Kembali lagi
bahwa peningkatan persenjataan yang dilakukan oleh Pakistan yang dibantu China merupakan
lanjutan persaingan senjata dengan India. Konflik Kashmir adalah pusat dari persaingan
persenjataan yang terjadi antara Pakistan dan India. Menurut pejabat tinggi militer Pakistan Feroz
183
Sino-Pakistani fighter improved. op.cit Hal 74. 184
http://www.youlinmagazine.com/article/pakistan-china-relations-strategic-partners-in-the-21st-century/OA 185
http://www.asian-defence.net/2011/04/pakistani-jf-17-thunder-or-blunder.html diakses pada 14 Juni 2014. 186
Laporan SIPRI Bookyear 2011, Armaments, Disarmament and International Security Hal 18.
49
Khan, dengan adanya suplai senjata yang dilakukan oleh China, maka Pakistan sangat terbantu
dalam persaingan melawan India.187
3.2 Perkembangan Kekuatan Nuklir Pakistan-India (2008-2012)
A. Kapabilitas Nuklir Pakistan
Keberadaan nuklir Pakistan mengalami perkembangan signikan pasca negara tersebut
berhasil memproduksi weapon grade-Uranium tahun 1984.188
Menurut catatan International
Panel on fisil Material (IPFM) yang dipublikasi pada Januari 2013, ketersedian bahan fisil HEU
milik Pakistan mencapai tiga ton yang diperoleh dari fasilitas sentrifugal di Kahuta.189
Dari
laporan tersebut pula, Pakistan berhasil memproduksi non-civilian Plutonium atau sering disebut
weapon-grade Plutonium sebesar 0.15 ton yang digunakan sebagai bahan utama hulu ledak
nuklir.190
Sementara Data dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI)
menyatakan Pakistan menempati urutan keenam sebagai negara yang memiliki hulu ledak
terbanyak di dunia dengan jumlah 100-120 unit. Amerika Serikat dan Rusia masing-masing
memiliki 7.700 dan 8.500 hulu ledak sementara Inggris, Prancis dan Cina dengan 225, 300 dan
250 hulu ledak.191
Pakistan saat ini dianggap sebagai negara dengan pertumbuhan senjata nuklir yang sangat
cepat dari segi kuantitas. Diperkirakan negara tersebut mampu memproduksi hulu ledak berbahan
fisil sebanyak 30 unit per tahun.192
Para pengamat mengkhawatirkan Amerika Serikat yang
187
Jones, Walter S. Logika Hubungan Internasional 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama 1993 Hal 78. 188
Sumit Ganguli, S. Paul Kapur. India, Pakistan and The Bomb: Debating Nuclear in South Asia, Hal 23. 189
Laporan Global Fissile Material 2013: Increasing Transparency of Nuclear Warhead and Fissile Material Stocks
as a Step toward Disarmament. Hal 10-11. 190
Laporan Global Fissile Material 2013: Increasing Transparency of Nuclear Warhead and Fissile Material Stocks
as a Step toward Disarmament. Hal 13-15. 191
SIPRI Yearbook 2013 : Armaments, Disarmament and International Security Hal 14. 192
Bruno Tertrais, Pakistan‟s Nuclear Programme: a Net Assessment, Paris: Fondation pour la
50
pernah menjadi sekutu Pakistan, semakin kehilangan pengaruh serta kontrolnya dalam menekan
jumlah nuklir Islamabad.193
Hal ini terlihat dari hubungan yang memburuk antara kedua negara
dimana Pakistan dianggap sebagai negara yang mendukung aksi kelompok jihadis serta
kecurigaan Pakistan atas aksi Amerika yang melakukan pemantauan lewat pesawat tampak awak
pada tahun 2011.194
Apalagi, ketergantungan intelijen Pakistan terhadap Washington semakin
menurun pasca keputusan Amerika menarik pasukannya tahun 2014.
Tabel 1: Daftar Negara dengan Inventaris Hulu Ledak Nuklir195
Kekuatan Nuklir Dunia 2013
Negara Hulu Ledak yang
Dikerahkan
Hulu Ledak Lainnya Total Inventaris
Amerika
Rusia
Inggris
Perancis
China
India
Pakistan
Israel
Korea Utara
Total
2.150
1.800
160
290
-
-
-
-
-
4.400
5.550
6.700
65
10
250
90–110
100–120
80
12.865
7.700
8.500
225
300
250
90–110
100–120
80
6-8 ?
17.270
Semua perkiraan didasarkan pada Januari 2013.
Sebagian bahan fisil Pakistan diperoleh dari reaktor di Khusab dengan daya 50 MWt
yang beroperasi pada awal tahun 1998.196
Pakistan juga sedang membangun sebuah reaktor di
Recherche Strate´gique (FRS), June 13, 2012 Hal 27. 193
Windrem, Robert. “Pakistan‟s Nuclear History Worriers Insiders”
http://www.nbcnews.com/id/21660667/ns/nbc_nightly_news_with_brian_williams/t/pakistans-nuclear-history-
worries-insiders/ Diakses pada 9 Juli 2014. 194
“US drone strike kills 10 in Pakistan, Islamabad intelligence officials say”
http://www.foxnews.com/world/2014/06/12/us-drone-strike-kills-10-in-northwest-pakistan-islamabad-intelligence-
officials/ diakses pada 24 Juni 2014. 195
SIPRI Yearbook, Hal 18. 196
“Weapons of Mass Destruction (WMD),
Khusab“http://www.globalsecurity.org/wmd/world/pakistan/khushab.htm diakses pada 17 Juni 2014.
51
daerah yang sama dengan nama Khusab II.197
Kapasitas dari reaktor kedua yang sedang
dibangun di Khushab tersebut masih belum pasti. Sebuah perkiraan menyebutkan bisa mencapai
daya 1.000 MWt, yang memungkinkan untuk menghasilkan sebanyak 200 kg weapon grade-
plutonium per tahun.198
Data pasti terkait jumlah ketersediaan bahan fisil Pakistan sulit untuk
dilancak namun beberapa analis berpendapat di akhir tahun 2003 saja, Pakistan telah memiliki
persedian 1100 Kg HEU, jika produksi berlanjut dengan 100 kg pertahun, maka akhir tahun 2012
Pakistan telah memiliki 2.600 Kg weapon grade uranaium.199
Kemajuan yang diperoleh Pakistan di bidang pengayaan uranium juga diikuti dengan
perkembangan alat pembawa hulu ledaknya. Sejak uji coba Rudal Hatf pertama dengan daya
jelajah 80 km pada tahun 1983, Islamabad terus melakukan pemutakhiran serta transfer teknologi
dari negara lain demi menunjang kapabilitas rudal yang diinginkan.200
Negara tersebut pernah
terlibat kerjasama dengan Cina dalam pembelian rudal M-11 yang ditempatkan di Sarghoda dan
Kharian.201
Berbagai varian rudal terus dikembangkan dan yang terbaru pada Mei 2012, Pakistan
melakukan uji coba short range missile dari jenis Hatf IX (Nasr) dengan jangkauan 60 km yang
dapat membawa hulu ledak nuklir. Peluncuran rudal tersebut merupakan respon atas aksi serupa
yang dilakukan oleh India dalam mengembangkan varian Rudal Agni V.202
Dengan suksesnya
peluncuran rudal tersebut, eksistensi Tactical Nuclear Weapon (TNW) Pakistan kian memberikan
gambaran ancaman serius terhadap India bahwa Pakistan telah siap dengan segala kemungkinan
197
“Weapons of Mass Destruction (WMD),
Khusab“http://www.globalsecurity.org/wmd/world/pakistan/khushab.htm diakses pada 17 Juni 2014. 198
Hans M. Kristensen and Robert S. Norris, "Pakistan's Nuclear Forces, 2011," Bulletin of the Atomic Scientists,
Vol. 67 No. 4, July/August 2011 Hal 29. 199
Hans M. Kristensen and Robert S. Norris, "Pakistan's Nuclear Forces, 2011. Hal 31. 200
Hans M. Kristensen and Robert S. Norris, "Pakistan's Nuclear Forces, 2011. Hal 31. 201
Brian Cloughley, “India‟s and Pakistan‟s Nuclear Pluge-The Hardware Opportunities and Challenges”, Asia
Pacific Defence Reporter, Vol XXIV, No.5, Agustus/September 1998, Hal 8. 202
http://www.intelijen.co.id/pakistan-ujicoba-rudal-berkemampuan-nuklir/ diakses pada 01 Juli 2014.
52
yang lebih buruk dalam menghadapi India terkait perang terbuka.203
Meski demikian, Feroz Khan,
mantan pejabat sekretariat tenaga nuklir Strategic Plans Division (SPD) menegaskan bahwa
keberadaan Hatf IX dimaksudkan untuk meningkatkan pencegahan konvensional untuk
menghalangi pasukan lawan saat melakukan penyerangan pada tingkat taktis.204
Pada September 2012, Pakistan juga sedang mengembangkan sistem peluncuran rudal
melalui fasilitas angkatan laut. Nantinya, rudal-rudal milik Pakistan dapat dimobilisasi dengan
kapal militernya serta diterbangkan di atas permukaan laut dengan daya akurasi tinggi guna
meningkatkan kapasitas operasionalnya.205
Tabel 2: Potensi Kekuatan Nuklir Pakistan206
Tipe Jumlah Jangkau
an
Daya
Angkut
Negara Asal
Pesawat Tempur
-A5
-Mirage III/5
-F 1
116
200
600 Km
500 Km
850 Km
1.750 Km
3.500 Km
2.500 Km
Cina
Perancis
AS
Rudal Berbasis
Darat
-M 11
-Hatf 1
-Hatf 1A
-Hatf 2
-Hatf 3
-Hatf 4
-Ghauri
-Shaheen II
Status
Disimpan
18
n/a
Pengembangan
Pengembangan
Pengembangan/Ujico
ba
Pengembangan
Pengembangan
80 Km
100 Km
150 Km
400 Km
750 Km
1.200
Km
2.000
Km
Pakistan/Perancis
Pakistan/Perancis
B. Perkembangan Nuklir India (2008-2012)
203
Brian Cloughley, Ibid Hal 9. 204
http://csis.org/files/publication/TWQ_13Summer_Joshi.pdf diakses pada 01 Juli 2014. 205
http://defence.pk/threads/the-pakistan-navy-transformation-from-fledgling-force-to-a-fighting-machine.263742/
diakses pada 30 Juni 2014. 206
Center for strategic and international studies, The Military Balance In Asia: 1990-2011, A Quantitative Analysis,
May 16, 2011 , Hal 74.
53
Saat ujicoba pertama di Pokhran pada 18 Mei 1974, daya ledak nuklir India dengan 4-6
Kiloton plutonium dilaporkan telah mampu membentuk kawah seluas radius 80 meter dengan
kedalaman 10 meter.207
Dengan salah satu dari enam reaktor penelitiannya saja, India berhasil
memproduksi 25 kg plutonium setiap tahunnya.208
Data dari Nucleonics Week memperkirakan
India memiliki inventaris plutonium sekitar 285 kilogram yang cukup untuk memproduksi 40
buah bom.209
Sementara itu laporan SIPRI tahun 2012 menyebutkan hulu ledak nuklir India telah
menembus angka 90 sampai 110 buah dengan ketersediaan 500 kg bahan fisil Plutonium.210
Angka tersebut kemungkinan bisa bertambah karena India bukan anggota yang menandatangi
perjanji profelirasi nuklir sehingga sulit melacak angka pasti kepemilikan hulu ledak India.211
Material plutonium untuk senjata nuklir atau weapon grade-Plutonium India
kemungkinan besar diperoleh dari dua reaktor riset yakni CIRUS dengan kapasitas 40 MWt dan
Dhruva 100 MWt yang mulai beroperasi pada tahun 1963 dan 1988.212
Namun reaktor CIRUS
tahun 2010 dihentikan dengan pertimbangan masa operasi yang telah memasuki kadaluarsa serta
atas negosiasi dengan Amerika Serikat.213
Di tahun 2008, program nuklir India mengalami perkembangan signifikan setelah negara
tersebut diizinkan menjalin hubungan dagang internasional dengan negara anggota rezim Nuclear
Suppliers Group (NSG) yang merupakan hasil dari tindak lanjut kerjasama dengan Amerika
Serikat pada tahun 2005.214
Sebagai imbalannya, New Delhi setuju membuka informasi terkait
207
http://fas.org/nuke/guide/india/nuke/first-pix.htm diakses 28 Juni 2014. 208
Hans M. Kristensen and Robert S. Norris, "Pakistan's Nuclear Forces, 2011. Hal 37. 209
Harry Sachianis, Atoms for Peace at 50: The legacy and the future, Nucleonics Week, Volume 44, December 11,
2003 Hal 28. 210
SIPRI Yearbook 2013 : Armaments, Disarmament and International Security Hal 14. 211
“Status of World Nuclear Forces” http://fas.org/issues/nuclear-weapons/status-world-nuclear-forces/ diakses pada
20 Juni 2014. 212
SIPRI Yearbook 2013 : Armaments, Disarmament and International Security. Hal 17. 213
http://gulfnews.com/pm-to-announce-cirus-reactor-shutdown-1.227832 diakses pada 28 Juni 2014. 214
http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/India/ diakses pada 20 Juni 2014.
54
fasilitas dan perlindungan nuklirnya yang diklasifikasikan sebagai nuklir tujuan sipil. Akhirnya,
perjanjian perlindungan bagi fasilitas nuklir sipil disepakati antara India dan Badan Energi Atom
Internasional (IAEA) pada bulan Februari 2009.215
Akhir Juli 2010, India dan Amerika Serikat
menandatangani perjanjian bilateral yang memungkinkan India untuk memproses ulang bahan
nuklir di dua fasilitas pemrosesan terbaru yang akan dibangun dan ditempatkan di bawah
pegawasan IAEA.216
Selain aktif menjalin kerjasama dengan anggota NSG, India juga ikut menandatangani
perjanjian kerjasama nuklir dengan Rusia, Perancis, Inggris, Korea Selatan, Kanada, Argentina,
Kazakhstan, Mongolia, dan Namibia.217
Pada bulan Oktober 2009, New Delhi mengidentifikasi
dua lokasi di negara bagian Gujarat dan Andhra Pradesh yang bisa dijadikan sebagai lokasi
reaktor yang akan dibangun oleh GE Hitachi dan Westinghouse.218
Namun, mengingat kendala
pada perjanjian yang diberlakukan oleh hukum sipil nuklir India, tidak jelas apakah perusahaan-
perusahaan AS akan menjalin setiap transaksi pasokan reaktor dengan India. Meski demikian,
ambisi India mengembangkan senjata nuklir tampaknya belum surut. Hal ini terbukti dengan
sejumlah uji coba dan pengembangan rudal yang dilakukan New Delhi.
Dimulai tahun 1975 di mana negara tersebut berhasil mengembangkan teknologi rudal
untuk meluncurkan satelit, tiga tahun berikutnya India telah mampu menempatkan satelit Rohni
D-2 di orbit luar angkasa yang menjadi pijakan bagi kemajuan missile ballistic-nya. India berhasil
memproduksi rudal Pritvi dengan kapasitas muatan 1500 kg dan berdaya jangkau 150 km.219
215
“India Safeguards Agreement Signed, http://www.iaea.org/newscenter/news/2009/indiaagreement.html diakses
pada 18 Juni 2014. 216
http://www.cfr.org/india/us-india-nuclear-deal/p9663 diakses pada 20 Juni 2014. 217
“Nuclear Power in India” http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/India/ diakses pada
20 Juni 2014. 218
http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/India/ diakses pada 20 Juni 2014. 219
Kamal Matinuddin, “Nuclearisation of South Asia Implication and Prospect”, Regional Studies, Vol.XVI, No.3,
Summer 1998, Hal 21.
55
Beberapa daerah Penting Pakistan seperti Islamabad, Lahore, Faisalabad, dan Rawalpindi masuk
dalam sasaran Prithvi-1. menurut Dr. Maleeha Ladhi, Prithvi dapat mencakup sekitar 60-65
persen dari wilayah Pakistan, dan pada kenyataannya mayoritas dari rakyat Pakistan mendiami
wilayah perbatasan.220
Selain itu, India mengembangkan rudal Sagarika dengan jangkauan 300 km yang dapat
diluncurkan dari kapal selam.221
Agni yang merupakan rudal jarak menengah menjangkau 2000
km dan daya angkut lebih besar yaitu 1000 kg. Bahkan India mengembangkan pula rudal antar
benua (ICBM) dengan nama Surya dengan jangkauan 12.000 km.222
Tabel 3: Potensi Kekuatan Nuklir India223
Tipe Jumlah Jangkauan Daya
Angkut
Negara
Asal
Pesawat Tempur -
Jaguar
-MIG 27
-MIG 29
-Su 30
-Mirage 2000
116
200
74
8+
42
2.600 Km
1.100 Km
1.500 Km
3.000 Km
1.850 Km
4.750 Km
4.000 Km
3.000 Km
8.000 Km
6.300 Km
Inggris
Rusia
Rusia
Rusia
Rusia
Land Based Missiles
-Prihtvi I SRBM 150
-PrihtviII SRBM 250
-Prithvi III SRBM
350
-Agni V
-Surya
StatusOperasional
Pengembangan/Uji
coba
Pengembangan
Pengembangan/Uji
coba
Pengembangan
150 km
250 km
350 km
5.000 km
12.000 km
1.000 kg
500 Kg
500 Kg
1.000 Kg
n/a
India/Soviet
India/Soviet
India/Soviet
India/AS/Pra
ncis
India
Peluncur Rudal
Balistik
-Sagarika
Produksi
300 Km
500 Kg
India juga telah memulai pengembangan sistem pertahanan terhadap rudal atau missile
defense system yang diberi nama Theatre Missile Defense (TMD). Secara umum TMD bertugas
220
Kamal Matinuddin, “Nuclearisation of South Asia Implication and Prospect”. Hal 25. 221
Kamal Matinuddin, “Nuclearisation of South Asia Implication and Prospect”. Hal 28. 222
http://thediplomat.com/2013/09/india-is-developing-its-first-real-icbm/ diakses pada 11 Juni 2014. 223
Kewal Krishan Nayyar, National Security: Military Aspects, Michigan University Press, 2009. Hal 28.
56
untuk mendeteksi ancaman serangan rudal dan memberi peringatan dini sebelum rudal musuh
menghancurkan target.224
Fungsi ini dilakukan dengan membangun radar yang memakai
teknologi array radar.225
Selain itu TMD juga memiliki kemampuan untuk menghentikan peluru
kendali lawan yang akan menghancurkan target, dengan cara menembakkan Arrow-Anti-Tactical
Balistic Missile (ATBM) ke arah rudal lawan yang sedang menuju target.226
TMD diantaranya
menggunakan akash, yang memiliki leknologi rudal Uni Soviet SA-6, untuk menangkal serangan
rudal musuh.227
Akash merupakan low to medium altitude multi target surface to air missile, yang
memiliki kemampuan jarak tembak sejauh 27 km dengan kecepatan 2 mach.228
Akash dilengkapi
dengan Radar Rajendra yang dapat mendeteksi musuh dalam jarak 50 km, dan menembakkan
empat rudal secara bersamaan setelah sasaran terkunci.229
Saat ini Akash sedang mengalami
upgrade untuk mampu menangkal peluru kendali lawan jarak 2.000 km. Akash sangat efektif
untuk menembak pesawat tempur musuh dan rudal balistik jarak pendek. Teknologi TMD
diperoleh tersebut dari Rusia dan Israel.230
Namun demikian, menurut Charles C. Swicker dari
Center for Naval Warfare Studies, TMD diragukan dapat menangkal seluruh peluru kendali saat
terjadi serangan rudal.231
224
Kewal Krishan Nayyar, National Security: Military Aspects. Hal 29. 225
Frank O‟ Donnell and Yogesh Joshi, “ India‟s Missile Defense: Is the Game Worth the Candle?”
http://thediplomat.com/2013/08/indias-missile-defense-is-the-game-worth-the-candle/ diakses pada 28 Juni 2014. 226
Stephen Peter Rosen, Societies and Military Power: India and Its Armies. Cornell studies in security affairs,
1996. Hal 24. 227
Siddharth Srivastava, "India and the US talk missile defense"
http://www.atimes.com/atimes/South_Asia/KA15Df01.html diakses pada 25 Juni 2014. 228
Kewal Krishan Nayyar, National Security: Military Aspects. Hal 35. 229
Stephen Peter Rosen, Societies and Military Power: India and Its Armies. Hal 28. 230
http://www.airforce-technology.com/projects/akash-surface-to-air-missile-system/ diakses pada 24 Juni 2014. 231
https://www.usnwc.edu/Publications/Naval-War-College-Press/-Newport-Papers/Documents/14.pdf
57
Pada tahun 2012, India telah melakukan uji coba rudal seri Agni V yang dapat
menjangkau Beijing dan Eropa dengan daya jangkau 5.000 km.232
Juru bicara Organisasi Riset
dan Pembangunan Pertahanan India, Ravi Kumar Gupta mengatakan rudal tersebut bisa mencapai
sasaran dalam lintasan yang ditetapkan serta memenuhi seluruh tujuan misi.233
Menurut Shasank Josi, jika 30 kiloton saja kekuatannya sama dengan dua kali kekuatan
bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, maka daya hancur satu bom nuklir India diprediksi
kekuatan hancurnya empat kali kehancuran Hiroshima.234
Padahal India diyakini memiliki hingga
110 hulu ledak nuklir yang dapat ditaruh di rudal Agni, yang berarti sekitar 440 kali kehancuran
Hiroshima.235
Baik India maupun Pakistan kemudian sama-sama diperkuat oleh kekuatan militer yang
dimilikinya. Hal ini guna menunjang program nuklir masing-masing negara. Di tahun 2012, India
tercatat memiliki personil militer aktif sebanyak 3.467.821 kombatan sementara Pakistan
didukung oleh 1.434.000 militer aktif.236
Selain itu, India memiliki 4117 Main Battle Tank dan
Pakistan dengan jumlah 2656 unit. Kedua negara juga memiliki pertahanan laut yang relatif
hampir sama kuat. India memiliki 13 Kapal Fregrat sementara Pakistan dengan 9 unit Kapal
Fregrat.237
232
“Agni-V missile successfully test launched from Wheeler Island off Odisha coast”
http://timesofindia.indiatimes.com/india/Agni-V-missile-successfully-test-launched-from-Wheeler-Island-off-
Odisha-coast/articleshow/22594796.cms diakses pada 28 Juni 2014. 233
Natalia Santi, “India Uji Coba Rudal Berkemampuan Nuklir Agni-V”
http://www.tempo.co/read/news/2013/09/15/118513515/India-Uji-Coba-Rudal-Berkemampuan-Nuklir-Agni-V
diakses pada 25 Juni 2014. 234
Shasank Joshi “India Nuclear Choice” http://timesofindia.indiatimes.com/home/opinion/edit-page/Indias-
nuclear-choices/articleshow/12825780.cms diakses pada 29 Juni 2014. 235
Newsweek, 25 Mei 1998, Hal 32. 236
Center for strategic and international studies, The Military Balance In Asia: 1990-2012, A Quantitative Analysis,
May 16, 2012 , Hal 74 237
Center for strategic and international studies, The Military Balance In Asia: 1990-2012. Hal 78
58
Tabel 4: Perbandingan Militer Pakistan-India Tahun 2012238
Kekuatan Militer India Pakistan
Total Personil Militer
-Aktif
-Cadangan
Kekuatan Para Militer
-Tank Tempur Utama (MBT)
-Helikopter
-Kapal Selam
-Kapal Taktik Fregat
-Kapal Patroli dan Tempur
Pantai
-Pesawat Terbang
3.467.821
1.325.000
2.142.821
1.300.586
4117
222
16
13
22
92
1.434.000
617.000
513.000
304.000
2656
182
8
9
20
12
238
Ibid Hal 75.
59
BAB IV
Kepentingan Pakistan dalam Mengembangkan Nuklir (2008-2012)
Implementasi energi material fisil ke arah militer yang dilakukan Pakistan sebenarnya
memiliki kepentingan yang sama seperti India. Merujuk pada penjelasan bab II dan III, kedua
negara tersebut sama-sama pernah mengalami pengalaman buruk dalam menghadapi perang.
India mengalami kekalahan atas Cina pada tahun 1962, sementara Pakistan harus mengakui
superiotas India pada perang tahun 1947, 1965 dan 1971. Maka atas dasar tersebut,
pengembangan strategi nuklir Pakistan atas India memiliki beberapa kepentingan yang hendak
dicapai.
Ada tiga kepentingan Pakistan mengembangkan nuklir menghadapi India selama periode
2008 hingga 2012, yaitu 1. Untuk menghadapi India, 2. Perebutan Wilayah Kashmir, dan 3.
Internasionalisasi Isu Kashmir.
A. Memperoleh Kedaulatan Atas Wilayah Kashmir
Eksistensi wilayah Kashmir bagi Pakistan memiliki arti yang sangat penting bagi
kepentingan nasional negara tersebut. Sebagaimana dijelaskan pada bab II, wilayah Kashmir
diapit oleh beberapa hulu sungai yang menjadi sumber air baik bagi Pakistan maupun India.
Heartland advantage atau keuntungan utama yang dapat diperoleh jika Pakistan mampu
mempertahankan bahkan menguasai sebagian Wilayah India atas Kashmir diantaranya sumber
daya air dan hutan serta populasi muslim.
Diantara enam aliran sungai yang melewati wilayah Pakistan, lima sumber air berada di
wilayah India atas wilayah Kashmir. Kelima sungai tersebut adalah Saltuj, Beas, Chenab, Ravi
60
dan Jhelum. Sementara sungai Indus sepanjang 3.180 kilometer bersumber di wilayah Tibet,
mengalir melewati wilayah Kashmir, baru kemudian melewati wilayah Pakistan.239
Diagram 1.1 : Potensi Hydroelectric di Wilayah India over Kashmir240
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa potensi hydroelectric yang bisa dimanfaatkan di
wilayah Kashmir cukup besar. Pembangunan hydroelectric di sepanjang aliran sungai Chenab
berpotensi menghasilkan sumberdaya energi paling tinggi mencapai 10.360 MWs, disusul
pembangunan di sepanjang aliran sungai Jehlum mencapai 3560 MWs, Sungai Indus sebesar
2060 MWs, Ravi sebesar 500 MWs. Proyek hydropower ini sangat berpotensi terutama untuk
mendorong sektor sosial ekonomi di wilayah Kashmir.241
Rencana pembangunan jangka panjang
ini diperkirakan berpotensi memenuhi kebutuhan suplai energi India. Lebih lanjut
239
Rashid, U. H. “Possible Indo-Pak tension on Indus water sharing?” dalam The Daily Star Web Edition Vol.4 No.
80. 2003. 240
“Salal hydro power project, Jammu & Kashmir, India “ http://ejatlas.org/conflict/salal-hydro-power-project-
jammu--kashmir-india diakses pada 15 Juli 2014. 241
“Salal hydro power project, Jammu & Kashmir, India “ http://ejatlas.org/conflict/salal-hydro-power-project-
jammu--kashmir-india diakses pada 15 Juli 2014.
61
pengembangan teknologi ini diperkirakan mampu memenuhi kebutuhan energi Pakistan serta
menimbulkan ketergantungan energi bagi Pakistan.
Raina A.N sebagaimana dikutip Finsa menjelaskan sumberdaya air mendukung wilayah
India over Kashmir yang subur dan padat penduduk. Air di wilayah India over Kashmir
menunjang sumber daya hutan. Wilayah India over Kashmir memiliki hutan yang luas dan lebat.
Hutan menyediakan kayu serta bahan bakar. Sehingga dari sinergi sumberdaya alam dan
kepadatan penduduk dimungkinkan pengembangan sektor industri dan pertanian dan
peternakan.242
Keinginan Pakistan untuk mendapatkan potensi-potensi tersebut diperkuat dengan
kondisi domestik Pakistan sejak akhir tahun 1980an. Pakistan mencatat peningkatan
pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup tinggi. Peningkatan ini sudah dirasakan sejak masa
Perang Dingin hingga saat ini. Sebagaimana yang telah dipaparkan pada bab I, populasi Pakistan
di tahun 2012 telah mencapai angka 200 juta jiwa lebih.
242
Bose, Sumantra. Contested Lands: Israel–Palestine, Kashmir, Bosnia,Cyprus, and Sri Lanka. London: Harvard
University Press. 2007.
62
Gambar 2 : Grafik Pertumbuhan penduduk Pakistan243
Dengan semakin besarnya jumlah penduduk, maka semakin banyak pula debit air yang
dibutuhkan Pakistan. Di samping itu debit air juga dibutuhkan untuk sistem irigasi. Sementara
kemampuan Pakistan dalam mengontrol debit air terbatasi oleh penguasaan India terhadap
wilayah sumber air Kashmir. India mampu mengurangi jumlah debit air dengan menutup aliran
air. India juga mampu membangun proyek-proyek DAM yang dapat merusak biota alami
disepanjang sungai seperti pembangunan waduk atau bendungan raksasa.244
243Wendell Cox, “Pakistan: Where The Population Bomb Is Exploding”
http://www.newgeography.com/content/002940-pakistan-where-population-bomb-exploding diakses pada 16 Juli
2014. 244
Wendell Cox, “Pakistan: Where The Population Bomb Is Exploding”
http://www.newgeography.com/content/002940-pakistan-where-population-bomb-exploding diakses pada 16
Juli 2014.
63
Selain itu, industri holtikultura sangat menjanjikan di Wilayah Kashmir. Dengan tanah
yang subur, daerah tersebut memungkinkan untuk menghasilkan buah-buahan kualitas prima
serta produk holtikultura yang dapat dijadikan komoditas ekspor.
Table 5: Ekspor buah-buahan ke luar negeri (lakh Metric Tonnes)245
Produksi Ekspor
Tahun Segar Keri
ng
Total Segar Kering Total
2003-04 11.65 1.08 12.74 7.63(98.32) 0.13(1.68) 7.76(60.83)
2004-05 12.18 1.14 13.32 8.20 (98.3) 0.14 (1.68) 8.34(62.61)
2005-06 12.80 1.23 14.03 8.58(98.62) 0.12(1.38) 8.70(62.01)
2006-07 13.74 1.30 15.04 7.35(98.00) 0.15(2.0) 7.50(49.87)
2007-08 14.78 1.58 16.36 7.34(9.86) 0.16(2.13) 7.50(45.84
2008-09 15.26 1.65 16.91 11.01(98.56) 0.16(1.43) 11.17(66.06)
2009-10 15.35 1.76 17.12 9.34(60.84) 0.23(12.99) 9.57(55.90)
2010-2011 20.46 1.76 22.22 8.51(42.59) 0.51(8.52) 8.66(38.97)
Berdasarkan sumber daya dan potensi di atas, Shasank Joshi melihat bahwa salah satu
instrumen yang dapat mewujudkan kepentingan nasional Pakistan yaitu dengan meningkat
kapabilitas power yang diwujudkan dengan kepemilikan senjata nuklir.246
Hal ini sesuai dengan
penjelasan Hans J. Morgenthau atas ciri-ciri realisme dalam hubungan antar negara bahwa
tingkah laku negara-negara di panggung politik internasional selalu dilihat sebagai perwujudan
245
International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 2, Issue 6, June 2012,
http://www.ijsrp.org/research_paper_jun2012/ijsrp-June-2012-96.pdf diakses pada 16 Juli 2014.
246 Shashank Joshi, “Pakistan‟s Tactical Nuclear Nightmare: De'jaVu?
http://csis.org/files/publication/TWQ_13Summer_Joshi.pdf diakses pada 28 Juni 2014.
64
atas perjuangannya untuk memelihara, meningkatkan, serta menunjukkan power-nya.247
Maka
atas dasar tersebut, kepemilikan nuklir Pakistan merupakan salah satu instrumen yang dapat
mencapai kepentingan nasionalnya.
4.1 Mengimbangi Kekuatan India di Kawasan Asia Selatan
Strategi dan perkembangan nuklir Pakistan telah membuat India menyadari bahwa
potensi ancaman di regional Asia Selatan begitu mengkhawatirkan. Sebagaimana telah
dijelaskan di bab III, dengan kepemilikan hulu ledak yang dimiliki Pakistan saat ini, setidaknya
mampu menjangkau wilayah India. Namun dalam skala kekuatan militer konvensional, selama
ini Pakistan selalu berada jauh di bawah India. Maka dari itu, strategi nuklir dipercaya mampu
mengimbangi kekuatan India di kawasan tersebut.
Feroz Khan menjelaskan bahwa berbeda dengan India, kontrol atas nuklir Pakistan
selama ini berada di bawah komando militer.248
Sebagai pihak yang sangat memahami taktik
perang, maka militer sangat mengerti bahwa peningkatan atas kapabilitas nuklir setidaknya dapat
mengimbangi potensi kekuatan pihak lawan. Lebih lanjut Feroz memaparkan:
“Pakistani leaders also believe that nuclear weapons have to be configured for war-
fighting roles if only to retain their deterrent value. Pakistan therefore has developed and
deploys nuclear forces separate from its conventional forces, but has integrated war plans
which include targeting policies for conventional and nuclear weapons.”249
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa nuklir Pakistan akan diluncurkan dalam
empat situasi sebagaimana dijelaskan oleh Letnan Jenderal Khalid Ahmed Kidwai yakni
247
Morgenthau, J Hans, Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace. Hal 78. 248
Feroz Hassan Khan, “Pakistan‟s Perspective on the Global Elimination of Nuclear Weapons,” dalam Barry
M.Blechman dan Alexander K. Bollfrass, National Perspectives on Nuclear Disarmament, Washington: Stimson
Center, 2010, Hal 218. 249
Feroz Hassan Khan, “Pakistan‟s Perspective on the Global Elimination of Nuclear Weapons,” Hal 219.
65
pertama, India menyerang Pakistan dan mencaplok sebagian besar wilayahnya.250
Kedua, India
menghancurkan sebagian besar pasukannya baik darat maupun udara. Ketiga, India melanjutkan
agresi dengan mencekik ekonomi Pakistan. Dan yang terakhir, India mendorong Pakistan ke arah
destabilisasi politik atau menciptakan kekacauan internal yang berskala besar di Pakistan
(destabilisasi domestik). Dengan doktrin ini, pihak India akan menjadi pihak yang selalu
mempertimbangkan segala kebijakan yang menyebabkan kerugian di pihak Pakistan.
Secara historis, kepemilikan nuklir India serta uji coba rudal pertama yang dilakukan
tahun 1974 sesungguhnya telah memancing Islamabad untuk melakukan hal serupa. Dengan
keadaan sistem internasional yang anarki disertai situasi keamanan yang tidak pasti, tampaknya
Pakistan memahami bahwa peningkatan kapabilitas keamanan, terutamanya strategi nuklir
merupakan sebuah keniscayaan dalam upaya melawan hegemoni negara lain.
Menurut Robert Jervis peningkatan kapabilitas persenjataan militer dari satu negara dan
ketidakpercayaan dari satu aktor kepada aktor negara lainnya adalah indikator pemicu
munculnya dilema keamanan (security dilemma). Dengan kata lain, keamanan bagi satu negara
dipandang dapat mengurangi keamanan bagi negara lain.251
Dalam politik luar negeri, ada bermacam-macam cara untuk menghadapi dilemma ini. Di
antara strategi yang ditawarkan yakni menciptakan keseimbangan kekuatan atau balance of
power Dalam beberapa kasus, negara-negara mengadakan aliansi untuk mempertahankan
keseimbangan ini namun bagi negara-negara yang memiliki teknologi yang canggih serta
250
Michael Krepon, “Pakistan‟s Nuclear Strategy And Deterrence Stability“
http://www.stimson.org/images/uploads/researchpdfs/Krepon_Pakistan_Nuclear_Strategy_and_Deterrence_Stability
.pdf diakses pada 09 Juli 2014 251
251
Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts. Hal. 315
66
didukung oleh faktor kemampuan sumber daya manusia, kepemilikan senjata nuklir adalah
sebuah keharusan untuk mencapai situasi keseimbangan tersebut.
Maka dari itu, kepemilikan nuklir Pakistan merupakan salah satu strategi dalam upaya
mengimbangi hegemoni India di wilayah Asia Selatan. Di kawasan tersebut, hanya Pakistan
satu-satunya negara yang dapat mengimbangi pengaruh atas dominasi India. Hal ini lantaran
Pakistan merupakan negara yang memiliki nuklir selain India.
4.2 Internasionalisasi Kasus Kashmir
Sejak Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi pada 21 April 1948 yang
menyatakan bahwa plebisit harus dilaksanakan di Kashmir serta dikawal oleh badan UNCIP,
India menjadi negara yang selalu menunda-nunda untuk melaksanakan kehendak rakyat Kashmir
tersebut. India bahkan semakin gencar menempatkan 400 ribu pasukannya di garis perbatasan
yang memisahkan dengan Pakistan (Line of Control).252
Selama bertahun-tahun, India telah
menempatkan persoalan Kashmir keluar dari konteks semula, yakni hanya dijadikan sebagai
problem bilateral India-Pakistan dengan mengabaikan hak dan kemauan rakyat seperti yang
diamanatkan oleh PBB yaitu prinsip bahwa masa depan status Jammu-Kashmir ditentukan
berdasar atas aspirasi rakyat Kashmir sendiri.
Di kemudian hari muncul kelompok-kelompok pemberontak seperti Lashkar e-Thaiba
dan Pasukan Hizbul Mujahidin yang menginginkan kemerdekaan.253
Menyikapi fenomena ini,
Pakistan lantas mengirim delegasi-delegasi kenegaraan untuk mendukungnya dalam
menyelesaikan isu Kashmir. Isu yang dimaksudkan Islamabad yakni pelanggaran terhadap nilai
demokrasi berupa penangguhan hak plebisit dan pelanggaran HAM yang dilakukan India di
252
India‟s secret Army in Kashmir: New Patterns of Abuse Emergence in the conflict, (A Human Right Watch/Asia
Report: Mei 1996), Hal 17-18. 253
“Mapping Militant Organization of Lashkar e-Thaiba” http://web.stanford.edu/group/mappingmilitants/cgi-
bin/groups/view/79 diakses pada 30 Juni 2014.
67
wilayah Kashmir. Berdasarkan laporan dari Komisi HAM di Srinagar yang diberi judul Kashmir
Bleeds disebutkan bahwa aksi-aksi kekerasan yang dilakukan aparat India menyebabkan 2.300
orang meninggal di tempat penginterogasian dan 40 sampai 50 orang terbunuh setiap harinya.254
Pakistan lantas meminta dukungan PBB untuk turut menyelesaikan isu Kashmir. Pada
Februari 1993, Nawaz Sharif menyampaikan tuduhan pelanggaran terhadap HAM khususnya
terhadap kaum Muslim di komisi Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa.255
Beberapa keberhasilan
yang dicapai diantaranya; Organisation of Islamic Countries (OIC) mengajukan agar India
mendapat sanksi atas pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
Pada Mei 1993, Partai Buruh di Inggris mengangkat isu Kashmir dan mendesak
pemerintah Inggris untuk memberi tekanan pada India untuk memberi kesempatan self-
determination pada rakyat Kashmir.256
Internasionalisasi isu Kashmir merupakan bagian dari
strategi untuk mendesak dunia internasional turut campur dalam konflik Kashmir. Berbagai
dialog sempat dicetuskan seperti perundingan yang dilakukan pada 17 Januari 2006 dimana
delegasi Pakistan yang beranggotakan 10 orang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Pakistan
Riaz Mohammed Khan terbang langsung ke New Delhi,257
namun perundingan tersebut kembali
mengalami jalan buntu akibat kedua negara memiliki pandangan berbeda atas solusi yang ingin
dicapai.
Seiring perjalanan waktu, Pakistan mulai menganggap bahwa persoalan Kashmir tidak
lagi menjadi perhatian serius negara-negara lain. Maka dengan strategi nuklir, Pakistan
setidaknya berusaha mengalihkan pandangan dunia internasional atas apa yang terjadi di
Kashmir. Dengan cara seperti ini, komunitas internasional kembali mengangkat isu Kashmir
254
Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai. Hal 76. 255
Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai. Hal 78-79. 256
Ganguly, Rajat. India, Pakistan and the Kashmir Dispute. New Zealand: Victoria University of Wellington. 1998. 257
Kompas, Selasa , 17 Januari 2006.
68
menjadi agenda penting di forum-forum internasional, baik di regional Asia maupun di forum
PBB. India keras menolak segala upaya pihak ketiga yang ingin mencampuri urusan Kashmir.
Hal ini jelas dari ucapan Menteri Luar Negeri India Salman Khurshid yang menyatakan:
“There is no way in which India will accept any intervention on an issue that is
entirely accepted in the Simla Agreement as a bilateral issue between India and Pakistan.
It is a waste of time for anybody no matter how eminent to be even trying to question it.”258
Dalam sebuah pertemuan dengan Barack Obama, Presiden Nawaz Sharif sempat
melakukan perbincangan menyangkut wilayah Kashmir. Kepada Obama, Sharif mengatakan:
“The situation can become dangerous. India has nuclear bomb, so do we; India
develops missiles, so do we…In July 1999 amid Kargil war, I had clearly told the then
President Bill Clinton that if the US intervened, Kashmir issue could be resolved. I told him
if he spends 10 per cent of the time that he was spending on Middle East, the Kashmir issue
between the two countries would resolve.”
Maka jika mencermati upaya dari Pakistan ini, maka dengan hubungan aliansi yang
pernah dijalin antara Islamabad dengan Amerika tentu akan memberikan keuntungan tersendiri
di forum-forum internasional. Apalagi, hubungan Pakistan dengan Cina sebagai negara yang
memegang hak veto kian akrab. Tentunya, internasionalisasi isu Kashmir akan memberi daya
tawar yang lebih tinggi bagi Pakistan dalam menghadapi India.
258
http://www.deccanchronicle.com/131020/news-world/article/pak-seeks-us-intervention-resolving-kashmir-issue
diakses pada 9 Juli 2014.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Paska pemisahan Pakistan dari India yang dilakukan pada tahun 1947, berbagai polemik
menyangkut garis batas wilayah menjadi hambatan bagi hubungan kedua negara. Persoalan
Kashmir merupakan akibat dari sengketa lahan yang diperebutkan kedua negara. Akibat konflik
ini, kedua negara sedikitnya telah tiga kali merasakan perang terbuka yang mengorbankan materi
dan nyawa. Karena Kashmir pula, India harus berhadapan dengan superioritas Cina. Pakistan
sebagai negara yang cenderung lemah dari segi kekuatan militer konvensional mulai berpikir
bahwa kepemilikan senjata nuklir merupakan sebuah keharusan dalam upaya menekan India
yang unggul dalam segala bidang.
Dalam sistem internasional yang statis bergerak ke arah anarki, negara-negara akan
cenderung mengakumulasi power-nya untuk meraih kepentingan nasional. Maka atas upaya
tersebut, nuklir Pakistan dapat diartikan sebagai upaya meraih kepentingannya terkait wilayah
Kashmir.
Isu Kashmir telah mengantarkan Pakistan pada pengembangan strategi nuklir yang lebih
canggih. Untuk mencapai hal tersebut, Pakistan tidak segan-segan menjalin hubungan dengan
negara lain, termasuk Cina. Tercatat di tahun 2012 jumlah hulu ledak telah mencapai angka yang
fantastis yakni 100 hingga 120 hulu ledak.259
Dengan kekuatan ledak yang ditimbulkan oleh
nuklir, kedua negara hingga saat ini masih sama-sama menahan diri untuk tidak saling
menyerang.
259
SIPRI Yearbook 2013 : Armaments, Disarmament and International Security Hal 14.
70
Penggunaan nuklir Pakistan memiliki tiga kepentingan yakni : memperoleh kedaulatan
atas wilayah Kashmir, untuk mengimbangi kekuatan India di kawasan Asia Selatan dan
internasionalisasi isu Kashmir. Kedaulatan atas wilayah Kashmir memiliki tujuan untuk
menguasai potensi serta sumber daya alam yang ada di Kashmir. Dengan kekayaan SDA
Kashmir, Pakistan tentu akan mengalami kemudahan dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Kepemilikan senjata nklir dalam mengimbangi dominasi India memiliki dampak yang signifikan
terhadap eksistensi Pakistan di kawasan Asia Selatan. Dengan senjata nuklir, Pakistan lebih
mudah melakukan posisi tawar atas India dalam isu Kashmir. Sementara internasionalisasi isu
Kashmir akan memberi keuntungan bagi proses penyelesaian sengketa atas wilayah tersebut. Hal
ini karena intervensi lembaga lain dapat memediasi konflik tersebut.
71
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Amal Hamzah. Dunia Sekitar Kita, Pakistan dan India, Penerbit PT. Jambatan, Jakarta,
2002
Ambarwaty dkk, Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional,
R
A.N Raina, Geography of Jammu Kashmir, 3rd
rev, New Delhi, National Books Trust,
1981
A.R. Sutopo, Perkembangan Pemikiran Strategi Nuklir Barat, Jurnal Analisa, No. 2,
Tahun 1986.
Bose, Sumantra. Contested Lands: Israel–Palestine, Kashmir, Bosnia,Cyprus, and Sri
Lanka. London: Harvard University Press. 2007.
Bradshaw Dkk, Contemporary World Regional Geography. McGraw-Hill, New York
2007.
Bruno Tertrais, Not a „Wal-Mart‟, but an „Imports-Exports Enterprise‟: Understanding
the Nature of the A.Q. Khan Network, Strategic Insights, Volume VI, Issue 5, August 2007.
Bruno Tertrais, Pakistan‟s Nuclear Programme: a Net Assessment, Paris: Fondation pour
la
Center for strategic and international studies, The Military Balance In Asia: 1990-2012,
A Quantitative Analysis, May 16, 2011
Dennis Kux, India-Pakistan Negotiations: Is Past Still Prologue?, Washington DC,
United States Institute Peace, 2009, Hal 21.
Devin T, Hagerty, The Consequences of Nuclear Proliferation, MIT Press,
Washington,1998.
Feroz Khan, Eating Grass: The Making of the Pakistani Bomb, Stanford University
Press,2012, 396, 250
India Yearbook 2007. Publications Division, Ministry of Information & Broadcasting,
Govt. of India.
Feroz Hassan Khan, “Pakistan‟s Perspective on the Global Elimination of Nuclear
Weapons,” dalam Barry M.Blechman dan Alexander K. Bollfrass, National Perspectives on
Nuclear Disarmament, Washington: Stimson Center, 2010
Ganguly, Rajat. India, Pakistan and the Kashmir Dispute. New Zealand: Victoria
University of Wellington. 1998.
Iffat Malik, Kashmir: Ethnic Conflict and International Dispute. Oxford: Oxford
University Press, 2002
James Wynbrandt, A Brief History of Pakistan, New York: Facts on File, 2009
Janet Wood, Nuclear Power, Stevenage, United Kingdom: The Institution of Engineering
and Technology, 2007
72
Jemadu Aleksius, Politik Global dalam Teori dan Praktik, Graha Ilmu, Yogyakarta 2008,
Hal 98.
Jones, Walter S. Logika Hubungan Internasional 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama
1993
Juwono Sudarsono, Zainuddin Djafar, Fredy B.L Tobing Dkk, Perkembangan Studi
Hubungan Internasional dan Tantangan Masa Depan, Pustaka Jaya, Jakarta, 1996
John W. Garver, Protracted Contest: Sino-Indian Rivalry in the Twentieth Century,
Seattle: University of Washington Press, 2001
Kronstadt, K. Alan. India: Domestic Issues, Strategic Dynamics, and US Relations.
Congressional Research Service Report for Congress (1 September 2011)
Laporan Tahunan KBRI Islamabad Tahun 2000; Jilid II, Departemen Luar Negeri RI
Laporan Global Fissile Material 2013: Increasing Transparency of Nuclear Warhead and
Fissile Material Stocks as a Step toward Disarmament.
Laporan SIPRI Bookyear 2011, Armaments, Disarmament and International Security
SIPRI Yearbook 2013 : Armaments, Disarmament and International Security
Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making of Kashmir, Op.cit
MA Chaudhri, “Pakistan‟s Nuclear History: Separating Myth from Reality,” Defence
Journal, May 2006
Mashad, Dhurorudin, Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, 2004
Mas‟oed Mochtar, Ilmu Hubungan Internasional-Disiplin dan Metodologi, LPP3ES,
Yogyakarta, 1990
Michael Quinlan, Thinking About Nuclear Weapons: Principles, Problems, Prospects,
New York: Oxford University Press, 2009, Hal 36.
Morgenthau, J Hans, Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace,
University of California, McGraw-Hill, 1993.
Mosammel Haque, Muslim Kashmir Facing Genocide, Pakistan Horizon, Vol 44 No. 3
Juli 1991
Nasution Dahlan, Politik Internasional:Konsep dan Teori. Airlangga. Jakarta: Airlangga
1991
Rajat Ganguly, India-Pakistan and The Kashmir Dispute, New Zealand, Victoria
University of Wellington, 1998
Richard Sisson, Leo E. Rose, War and Secession: Pakistan, India, and The Creation of
Bangladesh, University of California Press, 1991. Hal 36.
Robert J Art, Robert Jervis, Internastional Politics : Enduring concept and contemporary
Issues, Pearson Longman press, New York, 2007.
Robert Jervis, Cooperation Under the Security Dilemma dalam Richard K. Betts, Conflict
After the Cold Arguments on Cause of War and Peace. Mac Millan Publishing Company,
NewYork, 1994.
73
Schofield, Victoria, Kashmir in Conflict: India-Pakistan and the Unending War, Tauris; 3
edition, 2010. Hal 110
Sisir Gupta, Kashmir: A study in India-Pakistan Relations, New Delhi (The India Council
of World Affair, 1967
Staruss and Corbin, Basics of Qualitative Research : Grounded Theory Procedures and
Tehnique, Newbury Park, Sage Publication, 1990.
Suharsimi Arikunto, Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktik, Penerbit Rineka
Cipta,
Steve Weissman dan Herbert Krosney, The Islamic Bomb, Times Books, New York,
1981
Synnott, Hillary, The Causes and Consequences of South Asia’s Nuclear Test, Oxford
University Press, New York, 1999.
T. May Rudi, Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-Masalah Global: Isu,
Konsep, Teori dan Paradigma, PT Refika Aditama, Bandung, 2003
William J. Broad, David E. Sanger, and Raymond Bonner,“ A Tale of Nuclear
Proliferation,”New York Times, February 12, 2004.
Zafar Iqbal Cheema, “Pakistan’s Nuclear Use Doctrine and Command and Control,” in
Planning the Unthinkable: How New Powers Will Use Nuclear, Biological, and Chemical
Weapons, Ithaca, New york: Cornell University Press, 2000.
Zutshi, Chitralekha, Languages of Belonging : Islam, Regional Identity and the Making
of Kashmir, New York, Oxford University Press, 2004
Surat Kabar Cetak
Kompas, 19 April 2004.
Kompas, 30 Mei 2005.
Kompas, Selasa , 17 Januari 2006.
Newsweek, 25 Mei 1998, Hal 32.
New York Times, 30 Juni 2008.
Republika, 21 Juni 1998.
Recherche Strate´gique (FRS), June 13, 2012
Suara Pembaruan, 26 April 2012
Jurnal
Aftah Chairul, Studi Tentang Posisi Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan, Jurnal
Sosial-Politika Vol.6 No.11 Juli 2005
Ahmed, Samina, “Public Opinion and Nuclear Plunge for South Asia”, Asian Survey,
Vol XXVII, No.8, Agustus 1998
74
Brian Cloughley, “India‟s and Pakistan‟s Nuclear Pluge-The Hardware Opportunities and
Challenges”, Asia Pacific Defence Reporter, Vol XXIV, No.5, Agustus/September 1998
Charles L. Glaser and Chaim Kaufmann, Jurnal International Security : What is the
Offense-Defense Balance and Can We Measure it? Vol. 22, No. 4 (Spring, 1998),
Effendi, Irmawan : Kashmir Dalam Hubungan India-Pakistan: Perspektif Kebijakan
Nuklir Pakistan, Latar Belakang dan Perkembangan Menuju Penyelesaian Konflik Jurnal Siklus
Vol. 1 No. 3 Tahun 2005.
Fazal-ur-Rahman, “Pakistan‟s Relations with China”, Strategic Studies, Vol. XIX & XX,
Nos. 4&1, Winter & Spring 1998
Daffri Agussalim dan Muhammad Fais Alfadh : Kekayaan Dan Supremasi Politik,
Menguatnya Ancaman Konflik Terbuka Dalam Gelimang Globalisasi.Jurnal Verity Vol 3 No. 5
Januari-Juni 2011.
Hans M. Kristensen and Robert S. Norris, "Pakistan's Nuclear Forces, 2011," Bulletin of
the Atomic Scientists, Vol. 67 No. 4, July/August 2011
Harry Sachianis, Atoms for Peace at 50: The legacy and the future, Nucleonics Week,
Volume 44, December 11, 2003
Jurnal Makara, Sosial Humaniora, Vol. 9, No. 2, Desember 2005
Jervis Robert, Jurnal World Politics : Cooperation Under the Security Dilemma, Volume
30, Issue 2 (J an, 1978),
Kamal Matinuddin, “Nuclearisation of South Asia Implication and Prospect”, Regional
Studies, Vol.XVI, No.3, Summer 1998
Laxman Kumar Behera, India's Defence Budget 2010-11:An Analysis, Journal of
Defence Studies Vol 4 No. 2 2010.
Matinuddin, Kamal, India-Pakistan Standoff, Regional Studies No. 3, Vol. XXI, summer
2003.
“Possible Indo-Pak tension on Indus water sharing?” dalam The Daily Star Web Edition
Vol.4 No. 80. 2003.
Rodney W. Jones, Pakistan Nuclear Posture: Quest for Assured Nuclear Doctrine a
Confecture, Regional Studies, Vol. XVIII, No.2 Spring 2000
Robert E Looney, Defence Expenditures And Economics Performance In South Asia :
Tests of Causality and Interdependence, Jurnal Conflict Management And Peace Science Vol 11
no. 02 1991.
Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a
Bomb :Internasional Security, Vol. 21,No. 3. Winter, 1996-1997
Website
http://countrystudies.us/pakistan/23.htm diaksees pada 9 Juni 2014.
75
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/11/06/18/lmydax-diplomat-
pakistanindia-berunding-di-islamabad diakses pada 17 Maret 2014
http://fas.org/nuke/guide/india/nuke/first-pix.htm diakses 28 Juni 2014.
http://www.nti.org/facilities/111/ diakses pada 13 Juni 2014.
http://www.asian-defence.net/2011/04/pakistani-jf-17-thunder-or-blunder.html
Mark W. Frazier, “China-India Relations since Pokhran II: Assessing Sources of Conflict
and Cooperation”,16-22 September 2000, http://www.nbr.org/publications/review/
vol3no2/essay.html
http://www.intelijen.co.id/pakistan-ujicoba-rudal-berkemampuan-nuklir/ diakses pada 01
Juli 2014.
http://csis.org/files/publication/TWQ_13Summer_Joshi.pdf diakses pada 01 Juli 2014.
http://defence.pk/threads/the-pakistan-navy-transformation-from-fledgling-force-to-a-
fighting-machine.263742/ diakses pada 30 Juni 2014.
http://history.defense.gov/mcnamara.shtml diakses pada 6 Juni 2014.
http://www.pakchem.net/2011/09/pakistan-institute-of-nuclear-
science.html#.U7pRkUDm7gE diakses pada 18 Juni 2014.
http://www.nuclearweaponarchive.org/Pakistan/index.html diakses pada 29 Juni 2014.
http://fas.org/nuke/guide/pakistan/nuke/ diakses pada 24 Juni 2014.
http://news.bbc.co.uk/hi/english/static/in_depth/south_asia/2002/india_pakistan/timeline/
1971.stm diakses pada 19 Juli 2014
http://english.peopledaily.com.cn/200605/09/eng20060509_263917.html diakses pada 2
Juli 2014.
http://defence.pk/threads/pak-china-finalise-usd-600-million-defence-deal.1285/ diakses
pada 2 Juli 2014.
http://www.strategycenter.net/research/pubID.92/pub_detail.asp diakses pada 2 Juli 2014.
http://www.militaryfactory.com/armor/detail.asp?armor_id=181 diakses pada 20 Agustus
2013.
News.viva.co.id/news/read/215170-4-negara-asia-dengan-belanja-militer-terbesar.
Diakses pada 24 Agustus 2012
http://news.bbc.co.uk/hi/english/static/in_depth/south_asia/2002/india_pakistan/timeline/
1965.stm diakses pada 5 Maret 2014.
http://gulfnews.com/pm-to-announce-cirus-reactor-shutdown-1.227832 diakses pada 28
Juni 2014.
http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/India/ diakses pada
20 Juni 2014.
http://www.cfr.org/india/us-india-nuclear-deal/p9663 diakses pada 20 Juni 2014.
http://www.world-nuclear.org/info/Country-Profiles/Countries-G-N/India/ diakses pada
20 Juni 2014.
76
http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/unmogip/background.shtml diakses pada 20
Juli 2014.
Kashmir : Derita yang Tak Kunjung Usai, Khalifa, Jakarta, 2004, Op.cit
http://www.theatlantic.com/international/archive/2012/08/non-aligned-with-reality-how-
a-global-movement-for-peace-became-a-club-for-tyrants/261737/ diakses pada 20 Juni 2014
http://www.historycommons.org/context.jsp?item=us_plans_to_use_military_force_again
st_iran_400 diakses pada 6 Juni 2014.
http://nuclearweaponarchive.org/Pakistan/AQKhan.html diakses pada 6 Juli 2014.
http://thediplomat.com/2013/08/indias-missile-defense-is-the-game-worth-the-candle/
diakses pada 2 April 2014
http://www.world-nuclear.org/info/Nuclear-Fuel-Cycle/Conversion-Enrichment-and
Fabrication/Uranium-Enrichment/ diakses pada 20 Juni 2014.
http://www.famousscientists.org/abdul-qadeer-khan/ diakses pada 25 Juni 2014.
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1009243/Abdul-Qadeer-Khan diakses pada
25 Juni 2014.
http://www.deccanchronicle.com/131020/news-world/article/pak-seeks-us-intervention-
resolving-kashmir-issue diakses pada 9 Juli 2014.
http://blogs.reuters.com/pakistan/2008/11/22/zardari-says-ready-to-commit-to-no-first-
use-of-nuclear-weapons/ diakses pada 19 Maret 2014.
http://international.okezone.com/read/2013/04/10/413/789363/pakistan-uji-coba-misil-
balistik-yang-sanggup-hantam-india diakses pada 19 Maret 2014.
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/04/120418_indianuke.shtml diakses pada 21
Maret 2014
http://www.sipri.org/yearbook/2013/files/SIPRIYB13Summary.pdf
http://www.hindustantimes.com/india-news/mumbai/mumbai-remembers-26-11-victims-
four-years-on/article1-964329.aspx diakses pada 17 Maret 2014.
http://www.un.org/documents/ga/res/4/ares4.htm diakses pada 14 Juni 2014
http://www.census2011.co.in/census/state/jammu+and+kashmir.html diakses pada 18
Juni 2014
http://www.thekashmirwalla.com/2013/03/abdullah-familys-rise-and-fall/
http://www.jammu-kashmir.com/documents/instrument_of_accession.html
http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/past/unipombackgr.html diakses pada 20
Juli 2014.
http://thediplomat.com/2013/09/india-is-developing-its-first-real-icbm/
http://thediplomat.com/2013/08/indias-missile-defense-is-the-game-worth-the-
candle/diakses pada 28 Juni 2014.
http://www.atimes.com/atimes/South_Asia/KA15Df01.html diakses pada 25 Juni 2014.
http://www.airforce-technology.com/projects/akash-surface-to-air-missile-system/
diakses pada 24 Juni 2014.
77
http://www.tempo.co/read/news/2013/09/15/118513515/India-Uji-Coba-Rudal-
Berkemampuan-Nuklir-Agni-V diakses pada 25 Juni 2014.
http://www.stimson.org/images/uploads/researchpdfs/Krepon_Pakistan_Nuclear_Strategy
_and_Deterrence_Stability.pdf diakses pada 09 Juli 2014.