Studi Agama Sebagai Persiapan Kerja Sama Antar Agama
Manusia dalam beragama cenderung mempunyai sikap ekslusif, sikap
inklusif yang lahir pada manusia beragama adalah hasil proses
panjang pluralisme dan toleransi. Salah satu media sosialisasi
paham pluralisme adalah dialog, dalam dialog diperlukan sikap
toleransi dan saling menghargai keyakinan lain. Sikap inklusif juga
lahir ketika para pemeluk agama mengerti dan benar-benar paham akan
ajaran agama tersebut, karena pada hakikatnya seluruh agama
mengajarkan kebaikan.
Sebagaimana dituliskan oleh Fedrich Heiler, mayoritas agama dan
keyakinan mempunyai beberapa manifestasi dalam wilayah prinsip
kesatuan yang sama. Agama-agama dunia juga mempunyai beberapa
fenomena yang sama. Berangkat dari semua kesamaan itulah pluralisme
muncul dan patut untuk diterapkan dalam kehidupan sosial antar umat
beragama lewat ajaran agama.
