42

Dialog Bulan Puasa 3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

H Bakri Wahid

Citation preview

Page 1: Dialog Bulan Puasa 3
Page 2: Dialog Bulan Puasa 3

1

DIALOG

BULAN PUASA

3

Keterangan :

Selaku Pak Kyai oleh : Haji Bakri Wahid, B.A.

Daeng Naba oleh : Syamsul Marlin, B.A.

Page 3: Dialog Bulan Puasa 3

2

PERKAWINAN WANITA ISLAM

DENGAN

PRIA BER AGAMA LAIN

PAK KIAY : Assalamu‟alaikum Sudah lama Dg. Naba

DG. NABA : ia, Pak Kiay Say abaca-baca surat ini Pak Kiay

PAK KIAY : Banyak lagi surat masuk?

DG. NABA : Banyak Pak Kiay

PAK KIAY : Dari mana-mana Dg. Naba

DG. NABA : Ini ada dari Sulawesi Tengah Pak Kiay

Lishusuddin Parigi Sul Tengah. Kemudiajn saya

harap kepada Pak Kiay menjawab surat satu dua

yang musah masuk. Ini surat dari Toli-Toli, Begini

Pak Kiay, ini pertanyaan berasal dai Husein

Pakaya Toli-toli, Pertanyaan seorang Islam yang

sudah mempunyai hubungan cinta dengan dengan

seorang laki-laki yang bukan Warga Negara

Indonesia (Asing) yang beragama lain. Perkawinan

tidak disetujuai olehpihak orang tua perempuan.

Oleh karena cinta dan hubungan tersebut tidak

disetujuai orang tua, permpuan mengambil

keputusannya sendiri ia melarikan diri

kedaerahlain bersama laki-laki tersebut. Apakah

mereka itu bisa dikawinkan atau tidak dan

bagaimana hukumnya. Ini pertama bagaimana pak

Kiay.

PAK KIAY : Jadi tentu yang dibicarakan masalah sahkan

perkawinan wanita Islam denganlaki-laki yang

Page 4: Dialog Bulan Puasa 3

3

beragama lain. Begini Dg. Naba. Personalan itu

sudah dijelaskan olehAllah dalam surat Al-Maidah

ayat 5.

DG NABA : Bagaimana bunyinya pak Kiay

PAK KIAY : Kita ambil saja satu kesimpulan dari pada ayat itu

bahwa wanita yang beragama Islam tidak sah

kawinnya denganlaki-laki yang beragama lain.

DG. NABA : Tegasnya, wanita yang beragama Islam tidak boleh

kawin denganlaki-laki yang beragama lain. Lalu

yang kedua lagi Pak Kiay, berapa banyak jumlah

Mesjid dan Mushalla di Sulawesi Selatan. Sebab

sekarang Pak Kiay kan Sulawesi Selatan sudah ada

IMMIMnya tentu sudah bisa dihitung berapa

Mesjid di urusan Agama Islam pada kantor

wilayah Dep. Agama.

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, saya dapat bacakan, di seluruh

Sulawesi Selatan, Jumlah Mesjid bersama

langgarnya, itu 7.729 buah

DG. NABA : 7.729 buah semua jumlahnya. Dimana data pak

Kia dapat.

PAK KIAY : Saya dapat dari Kantor Dep. Agama (Bidang

urusan Agama) dikantor Wilayah.

DG. NABA : O. ya Pak Kiay dapat di Urusan Agama Kantor

wilayah Dep Agama, jumlaah Mesjid dan

Musholla 7.729 buah.

PAK KIAY : Mesjidnya saja itu Dg. Naba 4.895

DG. NABA : O, terperinci Pak Kiay Mesjidnya 4.895

Page 5: Dialog Bulan Puasa 3

4

PAK KIAY : Ia, kalau di Kotamadya Ujung Pandang, Mesjidnya

saja 238 buah, kalau termasuk Mushallah 290 buah

DG. NABA : 290 buah di Kotamadya Ujung Pandang saja itu

PAK KIAY : Ia. Kalau Mesjidnya, 238….

DG. NABA : Kalau termasuk Mesjid Mushallah, 290 buah.

Demikian Sdr. Husein Pakaya jawaban Pak Kiay

tentang pertanyaan Saudara. Selanjutnya ini lagi

pak Kiay dari Rusli Asrama MattoanginUP.

Pertanyaannya saja saya baca Pak Kiay, Melalui

surat ini, ingin bertanya 1. Apakah bangkitnya

dihari kiamat adalah denganruh dan jasa, 2. Masuk

surge dan neraka itu, bukan dengan badan, tetapi

ruh saja? Jelaskan, Atas perhatian tak lupa uap

banyak terima kasih. Hormat Sipil rusli di Asrama

Mattoangin.

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, kita perlu ucapkan banyak terima

kasih, rupanya perlu ada pengaertian. Kalau dulu

saya sekolah, itu kalu guru bertanya, selamanya

jelaskan. Jadi rupanya kalau kita baca ini, kita

rasanya jadi murid, di jadi guru. Jadi seharusnya

minta tologn dijelaskan, itulah kalimat yang cocok.

DG. NABA : Jadi jawabannya bagaimana Pak Kiay

PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Apakah manusia itu nanti

dibangkitkannya di hari kiamat ruh sama tubuhnya,

atau ruhnya saja Jawabnya berdasar surat Yasin

ayat 78 dan 79, bahwa manusia dibangkitkan dihari

kiamat nanti Roh bersama tubuhnya. Jadi itu

dasarnya. Didalam Qur‟an dikatan :

MAYYUHIIDHAMA WAHIYA RASIMUN

Page 6: Dialog Bulan Puasa 3

5

Siapa yang akan menghidupkan tulang-tulang yagn

sudah lapuk-lapuk itu, katakan Muhammad, yang

menghidupkan orang ada yang menciptakan

pertama yaitu, Allah. Jadi kalau sudah ada tulang-

tulang yang dihidupkan, berarti manusia

dibangkitkan di hari kiamat itu bersama roh atau

jasadnya, dapat diambil kesimpulan surat Ibrahim

ayat 49 dan surat Nisa ayat 56, dimana dikatakan

diantara ayat : INNALLAZINA KAFARU

BIAYATINA SAWFANUSHLIIHIM NARAN,

KULLAMA NADHIJAT JULUUDUHUM

BADDAL NAHUM JULUUDAN, GAIRAHA

LIYAZUUGUL‟AZAAB. Orang-orang kafit

dengan ayat kami akan dimasukkan kedalam

Neraka yang bernyala-nyala setiap hangat kulit

mereka dignati dengan kulit baru supaya

dirasakannya benar azap Tuhan. Jadi ini

menjelaskan bahwa manusia didalam Neraka atau

didalam Surga berobah dan berjasad.

DG. NABA : Dan akai kulit. Kalau hangus kulitnya, diganti

dengan kulit baru. Demikianlah jawaban Pak Kiay

melalui Dg. Naba untuk Bapak Rusli. Selanjutnya

Pak Kiay, kita lanjutkan lagi dialog kita yang lalu.

Surat sudah jelas dua terjawab, Alhamdulillah.

Sekarang Pak Kiay yang lalu membicarakan

tentang soal dengki. Dengki itu tidak baik, dengki

itu, dihilangkan dengan mendalamnya rasa iman

kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan perlu

disadarkan diri kita kenapa kita dengki, kalau

masalah rezeki, Tuhan sudah mentakdirkan

masalah rezeki kita itu. Didalam Al-Qur‟an surat

Assuruht, ayat (32) Tuhan jelaskan.

Page 7: Dialog Bulan Puasa 3

6

DG. NABA : Ia, bagaimana bunyinya Pak Kiay?

PAK KIAY : nahnu tasanaa mahaeshatahum “Kami yang

membagi-bagikan rezeki atau kehidupan diantara

mereka”.

DG. NABA : Ia, jadi rezeki itu Tuhan bagi. Kalau ini kaya, itu

miskin, itu Tuhan yang bikin, kenapa kita lagi

dengki.

PAK KIAY : Kalau kita dengki Dg. Naba kepada orang yang

telah ditentukan oleh Tuhan mendapat rezeki,

berarti kita memprotes keputusantuhan. Jadi ini

harus diresapkan kedalam hati, kalau ada perasaan

dengki dihati, kalau ada perasaan dengki dihati,

berarti kita memprotes ketentuan Tuhan.

DG. NABA : Ia, jadi kalau orang itu rezekinya agak lumayan, itu

sebenarnya Tuhan yang berikan. Oleh karena itu

kita tidak perlu dengki. Itulah yang dikatakan Iman

Pak Kiay ya.

PAK KIAY : Itu cara yang pertama

DG. NAGA : Kemudian yang lain Pak Kiay?

PAK KIAY : Yang kedua laig, cara yang kedua Dg. Naba,

hikmanya itulah nampaknya kita disuruh setiap

selesai sholat disuruh membaca “ALLHUMMA

LAMANIA LIMA ATHAITA? WALA MUTHIA

LIMAMAN‟TA” Apa isi doa ini Dg. Naba, ini doa

adalah untuk mengikis sifat-sifat dengki dihati

yang artinya “ya Allah tidak ada yang bisa

menghalnagi orang yang kau sudah tentukan akan

dapat diberi”.

Page 8: Dialog Bulan Puasa 3

7

DG. NABA : O, ya, tidak ada yang bisa melarang apa yang

sudah ditentukan Tuhan.

Ia. Dan tidak ada orang yang bisa memberiyang

sudah kau tentukan untuk tidak dapat.

DG. NABA : O, ya, yaya dengna kata lain rezeki alam tidak

akan dimakan musam, tapi musam tidak makan

alam

PAK KIAY : Jadi Dg. Naba, ini diresapkan agar iman itu benar-

benar sampai dihati sehingga dengan demikian

terkikislah perasaan dengki, dendam dari hati.

Maka dengan demikian jelas Dg. Naba Ibada

Puada akan dapat mengkikis dengki. Nah sejauh

mana iman itu bersarang dihat, sejauh itu pulalah

terkikisnya dengki itu tadi.

DG. NABA : A. a. Kalau dengki Pak Kiay, bercita-cita

hilangnya nikmat dari seseorang, bagaimana kalau

kita hanya bercita-cita memiliki nikmat itu? Seperti

yang dimiliki orang tersebut. Apakah ini dengki

juga namanya, seperti begini : Pak Kiay jadi Kiay,

Dg. Naba bercita-cita mau jadi Kiay toh apakah itu

dengki namanya.

PAK KIAY : Kalau ada orang kaya kita mau kaya pula,

apakahitu dengki namanya.

DG. NABA : Ia, ada orang pintar kita mau pintar juga, Ada

orang punya anak, kita mau punya anak ton.

PAKI KIAY : Begini Dg. Naba, memang defines dengki dulu kita

jelaskan : Dengki ialah bercita-citanya hilang

nikmat dari seseorang atau tidak sampainay nikmat

Page 9: Dialog Bulan Puasa 3

8

kepada seseorang, itu namanya dengki kalau ada

cita-cita dan niat dihati. Nah sekarang ada pula niat

oran gmau jadi kaya seperti kayanya orang, mau

alim sepeti alminya seseorang, apakah ini juga

disebut dengki, jawabannya ini bukan dengki,

malah dianjurkan, ini kebaikan.

DG. NABA : O, dianjurkan yang begitu?

PAK KIAY : Ia, didalam Al-Qur‟an dikatakan

“FASTAYBIQUL KHAIRAT” Artinay lombalah

kamu kepada kebaikan. Kaya itu baik, alim itu

baik. Berlombalah mencari kara tapi jangan

diniatkan dihati saya kaya supaya kau miskin, itu

yang tidak boleh.

DG. NABA : O, ya bahkan kalu perlu niatkan kalau saya kaya,

saya bantu kau. Begini lagi, bagaimana kalau

orang mendapat kekayaan itu dengan cara yang

haram Pak Kiay, caranya tidak betul……

PAK KIAY : Jadi kita ini menjadi dengki kepada dia. Karena dia

mendapatkan kekayaan dengan cara yang haram,

bagaiman ini. Begini Dg. Naba kita benci kepada

orang yang mendapatkan kekayaan dengan cara

yang haram, memang Dg. Naba. Kita harus benci

tapi benci kita bukan kepada hartanya itu tetapi

kepada caranya mendapatkan itu.

DG. NABA : O, kepada caranya kita benci, bukan kepada

orangnya. Cara mendapatkannya, kita harus

bencihi, karean tidak menempuh jalan yang halal.

DG. NABA : Bagaimana kalau begini Pak Kiay. Dia niatnya

biak Pak Kiay, tapi caranya merampok untuk

Page 10: Dialog Bulan Puasa 3

9

mendapatkan har. Tapi niatnya juntuk membantu

orang miskin umpanya.

PAK KIAY : Dia akan bersedekah ke Mesjid. Namun bagaimana

kalau caranya itu tidak baik, niat yang baik tidak

jadi sah karena yang tidak baik.

DG. NABA : O, begitu. Dengan kata lain Pak Kiay, biar niatnya

baik, yang haram tetap haram, tidak bisa jadi halal.

PAK KIAY : Betul, karena caranya yang haram. Jadi Dg. Naba,

kita harus benci kepada caranya tadi. Dan harus

kita rombaok karena caranya itu salah. Biarkan dia,

berarti kita membiarkan kejahatan. Merombak,

tentu sesuai dengan situasi dan keadaan dimana

kita berada. Itu diperlukan. Mungkin masih

diperlukan nasehat, nasehatilah. Wah ini

membahayakan dan diperlukan ini penangkapan,

ya tangkap. Jadi kita melihat caranya itu saja.

DG. NABA : Jadi masalah dengki di sini Pak Kiay, apakah

termasuk mental yang baik atau mental buru.

PAK KIAY : Sudah jelas tentu orang bersependapat. Dg. Naba

bahwa dengki itu mental buru. Oleh sebab itu Dg.

Naba orang yang bersepakat, harus dapat mengikis

mental dngki atau mental yang buruk. Itu sudah

harus.

DG. NABA : Bagaimana kalau dia beribadat, tapi mentalnya

buru tidak hilang. Dengan kata lain sudah lama

beribadat, tapi mentalnya tetap buruk.

Bagaimana kalau begitu?

Page 11: Dialog Bulan Puasa 3

10

PAK KIAY : Ini tetap menukkan Dg. Naba orang-orang yang

beribadat sekedar beribadat. Tidak mengerti siapa

yang diibadati, untuk apa ibadat, dan kenapa ia

beribadat, dan tidak kenal tujuan ibadat,

dikerjakannya, sudah puasa sudah tidak makan

tidak minu, sudah beres.

DG. NAGA : Ia, pada hal puasa itu bukan tidak makan tidak

minum itu.

PAK KIAY : Bukan

DG. NABA : Begini Pak Kiay, dengki adalah pokok ajran

komunisme. Begitu keterangan Pak Kiay yang lalu.

Jadi kalau begitu, apabila dengki adalah pokok

ajaran komunisme, bagaimana pendapat Pak Kiay

selanjutnya.

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, memang dengki adalah pangkal

bertolak dari pada ajran Komunisme. Dengan

demikian Dg. Naba, bahwa sebenarnya dengki juga

adalah dijalankan atau pokok dijalankan sihir atau

tukang-tukang sihir. Jadi juga disamping pokok

ajran komunisme, juga pokok pelaksanaan tukang-

tukang sihir.

DG. NABA : O, begitu. Jadi tukang sihir kerjasama dengan keo

komnunisme.

PAK KIAY : Betul sama-sama jahat, Cuma caranya berbeda.

DG. NABA : O, jahatnya tukang sihir lain, jahatnya komunisme

lain ton.

PAK KIAY : Ia, karena itu kita diajarkan Dg. Naba tentang

menghadapi tukang sihir dengan sifat dengkinya

Page 12: Dialog Bulan Puasa 3

11

disuruh kita berlindung kepada Tuhan dengan

kalimat didalam surat dibacakan : MIN SARRI

KHASIDHIN ISYAHASADAA. Itu terdapat

didalam Al-Qur‟an bahwa kita terlindung dari pada

dengki orang yang dengki.

DG. NABA : Nah sekarang begini. Orang yang beribadat, sudah

beribadat seharusnya dapat mengikis sifat-sifat

dengki. Nah berarti orang yang benar-benar

beribadeat telah dapat mengikis pokok ajaran

komunisme darihatinya.

PAK KIAY : Betul Dg. Naba. Jadi orang-orang yang benar-

benar beribadat. Itu sudah dapat mengikis ajran

pokok dari pada komunisme yaitu dengko. Dengan

demikian Dg. Naba oleh karena itu orang yang

menjalankan ibadah dengan baik, tiu sudah terkikis

pokok ajaran komunisme secara permanen

dihatinya.

Dengan demikian Dg. Naba ketahanan Nasional

dapat terbina dibidang mental idiologis. Dan

keputusan MPR melarang idiologi komunisme di

Indonesia itu akan benar-benar dapat terlaksana

bila rakyat Indonesia ini didorong menjalankan

ibadah sebaik-baiknya. Apalagi Dg. Naba ini

dalam UUD 45 pasal 29 Negara menjamin

kebebasan penduduknya menjalankan ibadah

sesuai dengan keyakinannya.

DG. NABA : Artinya Negara tidak menjamin orang yang tidak

beribadah.

PAK KIAY : Bebas tidak beribadah tidak dijamin. Jadi didorong

menjalankan ibadah yang benar, Begitu Dg. Naba.

Page 13: Dialog Bulan Puasa 3

12

DG. NABA : Nah sekarang begini tenapa ada orang yang

beribadat jadi komunis.

PAK KIAY : Adakah begitu Dg. Naba?

DG. NABA : Ada

PAK KIAY : Ada yah, dia beribadah tapi jadi komunisme.

DG. NABA : I, dianaik ton haji apa

PAK KIAY : Jawabnya begini Dg. Naba, kalau komunisnya

benar itu adalah ibadah orang munafik. Sebaiknya.

DG. NAGA : Kalau munafiknya benar, jelas orang itu komunis.

PAK KIAY : Kalau ibadahnya benar, maka komunisnya adalah

komunis munafik

DG. NABA : A. a. a. kalau ibadahnya benar maka komunisnya

komunis munafik.

PAK KIAY : Ia, tapi kalau komunisnya yang benar, ibadahnya

munafik.

DG. NABA : O, ya kenapa begitu?

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, karena tidak bisa dihimpun

antara keduanya, sebagaimana tidak bisa dihimpun

antara gerak dengan diam.

DG. NABA : Ia, kalau tidakb ergerak, tentu diam…..

PAK KIAY : Kalu diam, tentu tidak bergerak. Komunisme tidak

bertuhan. Agama mengakui adanya Tuhan,

beribadah kepada Tuhan itu. Jadi bagaimana bisa

dihimpun.

Page 14: Dialog Bulan Puasa 3

13

DG. NABA : Baiklah Pak Kiay. Sudah waktu rupanya, sampai

disini Pak kiayai, saya permisi dulu,

Assalamu‟alaikum

PAK KIAY : Yaa, Alaikumussalam Warahmatullahi Wabakatuh.

Page 15: Dialog Bulan Puasa 3

14

SHALAT SUBUH DAN QUNUT

DG. NABA : Assalamu‟alaikum

PAK KIAY : Alaikummussalam warahmatullahi Wabarakatuh

Dg. Naba, silakan masuk Dg. Naba

DG. NABA : Sudah lebih dahulu Pak Kiay diruangan, saya

diruangan RRI Pak Kiay membaca surat-surat.

PAK KIAY : Banyak lagi surat-surat Dg. Naba?

DG. NABA : Banyak Pak Kiay

PAK KIAY : Apa pertanyaannya?

DG. NABA : Ini kita dahulukan ak Kiayai dari Langa Panda, 31

Agustus 1976, dari NTT Nurdin Dalle asarama

Komsok Nangapanda Ende Flores. Pertanyaannya

begini yang berpata (tidak usah dibaca seluruhnya

Pak Kiay_\), Pak Kiay dan Dg. Naba. Kesempatan

yang baik ini saya ingin mengajukan beberapa

pertanyaa ialah :

1. Sejak kapankah sahur diselenggarakan?

2. Bolehkan shlat subuh tanpa baca qunut?

3. Anak-anak berapa tahunkah yang baik untuk

diajak berpuasa?

Sekian pertanyaannya Pak Kiay

PAK KIAY : Mengenai siaran sahur Dg. Naba yang berlangsung

di RRI Nusantara IV Ujung Pandang kalau saya

tidak salah ingat adalah sejak tahun 1970 adalah

RRI Nusantara I, jadi berarti berlangsung lima

tahun.

Page 16: Dialog Bulan Puasa 3

15

DG. NABA : Kalau Pak Kiay salah ingat, Dg. Naba kasih ingat,

memang tahun 1970 itu. Sebab Pak Kiay selalu

sama dengan Dg. Naba. Begitulah sdr. Nurdin

jawaban Pak Kiay melalui Dg. Naba. Terima kasih

atas perhatian anda. Yang kedua, bolehkah

sembahyang Subuh tanpa qunut?

DG. NABA : Tapi yang ditanya di sini, bolehkan shat subuh

tanpa Qunut?

PAK KIAY : Jadi Dg. Naba karena itu masalah khilafiah

masalah ada yang membolehkan, dan ada juga

yang mengharapkan agar supaya dibaca qunu, jadi

dengan demikian Dg. Naba, dua persoalan ini tidak

perlu kita perpanjang. Bagi yang berkeyakinan ada

qunut sembahyang qunut subuh, laukanlah. Dan

tidak usah benci, jengkel kepada orang qunut pada

waktu subyh. Karena masalahnya adalah masalah

khilafiah, tidak akan selesai sampai qiamat.

DG. NABA : Ia, jadi kalau begitu, timbale baik. Orang yang

qunut, jangan jengkel kepada yang tidak berqunut.

Yang tidak

PAK KIAY : Betul. Sebab orang Islam bisa sembahyang pada

satu mesjid.

DG. NABA : Ia, yang perlu dijengkeli, orang yang tidak

sembahyang. Pak Kiay ya? Sebab apa, sebab orang

begitu ada cirri-cirinya menurut Pak Kiay mental

komunis. Begini lagi Pak Kiay yang ketiga, anak-

anak lagi Pak Kiay, umur berapa tahunkah yang

baik diajak berpuasa?.

Page 17: Dialog Bulan Puasa 3

16

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, dari segi hadist yang menyuruh

anak berpuasa, rupanya tahunnya tidak

dicantumkan masalah puasa. Tapi kalau masalah

shalat, sudah dicantumkan oleh Nabi “Suruhlah

ankmu bersahyang umur 7 tahun. Bila 10 tahun

tidak sembahyang, pukul. Itu kesimpulan terakhir”.

DG. NABA : Tapi dari situ, saya rasa tidak salah itu Pak Kiaya

ancer-ancer untuk diajak puasa umur 7 tahun.

PAK KIAY : Boleh Dg. Naba disamping kita lihat juga pisik

anak-anak tadi. Ada anak-anak umur 6 tahun

karena pisiknya baik, bisa diajak puasa 6 tahun.

Tapi 7 tahun itulah yang wajar. Kalau sekiranya

pisik anak lemah, mungkin tidak mampu, nantilah

sedikit umur 8 tahun. Begitulah Dg. Naba.

DG. NABA : Tapi ada juga ilmunya anak-anak Pak Kiay. Waktu

Dg. Naba anak-anak, pura-pura saya puasa padalah

diluar dia minum. Tapi yang pokok diajar Pak

Kiay. Jadi tegasnya Pak Kiay ujur berapa?

PAK KIAY : Dalam Hadist dikatakan begini Dg. Naba. Apabila

sanggup anakmu berpuasa tiga hari, suruh puasa

untuk satu bulan penuh.

DG. NABA : O, begitu, jadi ada teksnya. Kalau anak kita sudah

bisa puasa tiga hari berturut-turut, silakan untuk

satu bulan Artinya kalau tiga hari bisa dijalani, bisa

untuk satu bulan. Ada hadistnya Pak Kiay begitu?

PAK KIAY : ada Dg. Naba. “INA ASHAGAL

GULAMUSSHIAMA HALANATI AYYAMIN

WAJABA ALAIHI SHIYAMUL AHRA

KULLIHI” Artinya, apabila mampu anak-anak

Page 18: Dialog Bulan Puasa 3

17

puasa tiga hari, wajib kepadanya puasa untuk satu

bulan.

Dg. NABA : A. a. a. Kenapa dibilang wajib Pak Kiay?

PAK KAY : WAJABA…..

DG. NABA : Artinya maksud wajibnya distu wajib fardu

PAK KIAY : Ia, dengan sendirinya sudah diwajibkan ia

menjalankan puasa satu bulan keseluruhannya.

DG. NABA : O, ya. Ya. Jadi teksnya tiga hari. Kalau tiga hari

beres, bisa beres untuk satu bulan. Selanjutnya Pak

Kiay Saudara Nurdin Dale mengharapkan,

menyarakan kalau boleh agar ceramah subuh

puasa, kali ini supaya dibukukan dan dapt dijual

kepada yang ingin memiliki pengetahuannya dan

tentunya saya sendiri membutuhkannya.

PAK KIAY : Itu kita nanti sarankan kepada RRI, apakah itu

dibukukan, yang sudah jelas castnya sudah ada.

DG. NABA : Yah, tetapi lebih jelas lagi disarankan kepada

Kanwil Dep. Agama. Kita sampaikan sama beliau

disana (sama Bpk. Kansil). Sdr. Nurdin, saya rasa

Sdr. Sependapat bila kamisarankan kepada Kantor

Wilayah Dp. Agama Prop. Sulsel saran Saudara

ini.

Kemudian terima kasih atas perhatian anda. Ini lagi

Pak Kiay dari Ujung Pandang, Apakah yang

dimaksud salawat Nabi (ini Pak Kiay dari Rusli

Aburaera), Apakah yang dimaksudkan salawat

mati/salawat hidup, mana yang lebih baik dipakai,

kapan dipakai salawat hidup/mati? Bagaimana

Page 19: Dialog Bulan Puasa 3

18

bunyi salawat hidup dan salawat mati Pak Kiay?

Mohon penjelasan.

PAK KIAY : Apa yang dimaksud salawat Nabi. Begini Dg.

Naba, salawat itu kata-kata jamak dari kalimat

shala. Kalau dikatakan shalatullah alaik, itu

maksudnya. Shalatullah Alahi, sama dengan arti

barakallah alaikhi. Shala artinya doa. Jadi shala

disebut shalawat jamaknya. Apakah yang

maksudkan shalawat Nabi, ini Dg. Naba. Shalawat

Nabi itu ialah kapan kita bershalawat kepada Nabi

katanya Kaipanushallu Alaika Iyanahnu Shallaina

alaika fishalatina quluu Alahumma shalli ala

Muhammad. Sebagaiman kami bershalawat kepada

engkau Muhammad bila kami bersembahyang.

Nabi jawab: ucapkanlah Allahumma shalli ala

Muhammad. Inilah hadist riwayat Muslim

menjelaskan caranya shalawat kepada Nabi. Itu

bunyi shalawat. Lantas yang ditanyakan disni

apakah yang dimaksud dengan shalawat, itu

maksudnya Apa yang dimaksudkan shalawat mati

dan shalawat itu tidak ada orang yang mati

mengucapkan shalawat lagi, hanyaorang hidup

yang mengucapkan shalawat. Dan tidak ada

shalawat yang mati dan tidak ada shalawat yang

hidup, karena itu kalimat diucapkan.

DG. NABA : Ya, Allahummashalli Ala Muhammad……

PAK KIAY : Ia. Itu diucapkan dalam sembahyang. Mana yang

lebih baik dipakai? Yang lebih baik dipakai

menurut hadist riwayat muslim tadi,

Allahummashalli ala „Muhammad, itulah shalawat

yang baik dipakai tidak ada kalimat lain

Page 20: Dialog Bulan Puasa 3

19

DG. Naba : Ia, kalau ada kalimat lain, salah tentu

PAK KIAY : Ia, kapan dipakai shalawat hdup, kapan dikapakai

shalawat mati, shalawat hidup tidak ada, shalawat

mati tidak ada, itu hanya ucapan.

Bagaimana buny shlawat hidup, bagaimana bunyi

shalawat mati, itu juga tidak ada.

DG. NABA : Ia, tidak ada shalawat hidup, tidak ada shalawat

mati. Yang ada hanya selamat hidup, selamat kalau

mati.

PAK KIAY : Kapan kita bershalawat, itu ada didalam shalat dan

di luar shalat. Diluar shalat, ada ucapan Nabi

begini. AGAMAN ZAKARTU INDAHU FALAM

YSHALLI ALAA. Celakalah orang yang

menyebut namaku dan dia tidak bershalawat

kepadaKu.

DG. NABA : O, Menyebut Nabi Muhammad, dengan tidak

diiringi.

Pak kiay : ALLA HUMMA SHALLI ALA MUHAMMAD,

dengan tidak jadi seharusnya kalau kita sebut

Muhammad, jawabanya Syallallaju Alaihi

Wassalam, kalu diluar shalat.

DG. NABA : O, ya kalau disebut Muhammad, diiringi

Syallallahu Alaihi Wassalam.

PAK KIAY : Ia, jadi kalaudalam sembahyang, sudah ada, diluar

sembahyang sudah ada petunjuk, tidak ada

shalawat itu kalau kita sudah mati. Orang mati itu

tidak ada shalawat.

Page 21: Dialog Bulan Puasa 3

20

NG. NABA : O, ya, yang ada menurut Dg, Naba ialah selamat.

Selamat hidup dan selamat nanti kalu mati. Begini

Paki Kiay kembali kepada masalah dialog kita.

Dulu Pak Kiay menyatakan bahwa penyakit dengki

adalah pkok lahirnya dendam dan fitnah. Yang

saya tanyakan dendam itu apa.

PAK KIAY : Jadi bahwa karena memang saya jelaskan bahwa

itu adalahpkok lahirnya penyakit dendam, penyakit

fitnah, selain dari pokok ajaran kounis, juga disitu

lahir penyakit dendam dan fitnah. Nah sekarang

Dg. Naba tanyakan apa itu dendam. Begini Dg.

Naba, ini definsinya = dendam ialah permusuhan

yang terdapat di dalam batin dan menunggu waktu

terbaik untuk melepaskan dendam dengan

mencelakakan orang yang didendami.

DG. NABA : O, ia terpendam dibathin bila waktunya, ia keluar

untuk mencelakakan orang didemdamnya.

PAK KIAY; : ia, itu, jadi ia menunggu waktu karena tidak

mempu memberikan pembalasan terhadam orang

yang didendami secara terang-terangn maka ia

tunggu waktu yang baik. Datanglah waktu yang

baik. Barulah disitu ia menghantam.

DG. NABA : Apa resikonya? Menurut Agama pendendam Pak

Kiay.

PAK KIAY : O, resikonya? Bukan main kalau resiko yang Dg.

Naba tanyakan, pertama : Allah tidak mengampuni

dosa-dosa pendendam. Didasarkan kepda hasdist

Nabi

DG. NABA : Bagaimana bunyik haadistnya pak Kiay?

Page 22: Dialog Bulan Puasa 3

21

PAK KIAY : Hadistnya berbunyi begini : “SHALATUM MAN

LAMYYAKUM PHO WAHIDATUM MIN

HUMNA FAINNALLAH YAFGIRAHU

MAGRIFA FIWASALI FIMAYYASA, MAN

MAKA LAYUSRIQ BILLAIHASYALA

WAMANLAMYAKUM SHAHRAM

MINNASSHAH RAA, WAMANLAMYAHSRIK

ALA ASHIHI WALLAHU TABRAHI. Artinya

“ada tiga perkara orang-orang yang tidak terdapat

salah satu daintara tiga perkara ini, Allah bersedia

mengampuni dosa-dosa tai. Asal salah satu

diantara tiga tidak ada. Yang bertama, orang yang

mati tidak dipersekutukan Allah maka allah,

mengampuni dosanya.

DG. NABA : Orang yang mempersekutukan Allah lalu mati

tidak akan diampuni

PPAK KIAY : Yang kedua, WMAN LAM YAKUN SAAHIRAN

MINAS SAHARATI tidak pernah jadi tukang sihir

DG. NABA : Ya, kalau jadi tukang sihir, dosa tidak diampuni.

PAK KIAY : Yang ketiga Dg. Naba tidak mendendam kepada

saudaranya.

DG. NABA : Ia, tidak mendendam kepada saudaranya.

PAK KIAY : Saudara disini, jangan diartikan seibu sebapk Dg.

Naba, orang islam

DG. NABA : Kalau mencintai saudaranya, artinya diampuni itu.

PAK KIAY : Diampuni, tai kalau mendendam tidak

akandiampuni

Page 23: Dialog Bulan Puasa 3

22

DG. NABA : Ia, jadi kalau mau meminta ampunan Tuhan jangan

mendentam.

PAK KIAY : Ia, bukanmain itu Dg. Naba akibatnya, itu baru

akibat yang pertama.

DG. NABA : Bagaimana kalau kit adianiaya? Kita ini dianiaya

orang lain kita mau balas, kita tidak kuat, terpaksa

kita tunggu saat yang baik untuk membalas. Ini

bagiamana Pak Kiay?

PAK KIAY : Kita dianiaya, mau membalas kita tidak kuat pada

saat itu terpaksa kita mencari jalan. Danitu masih

tetap di simpan dihati. Apakah itu dendam atau

tidak karena dimpan dihati. Itu tidak dikatakan

dendam Dg. Naba karena itu dianiaya. Pembalasan

penganiayaan itu, untuk mendapatkan

pembalasanyang setimpal, itu harus melalui

saluran-saluran hokum kalau memang tidak

dianiaya Dg. Naba. Itu ada penjelasan dari Allah

persoalan yang semacam itu.

DG. NABA : O, jadi kita dianiaya orang, tidak boleh dibalas

sendir harus melalui saluran huku. Lalu?

PAK KIAY : Firman Tuhan menjelaskan begini

“WAJAZAAUN USAY‟ATIN? SAY‟ATUN

MITSLUTHA, FAMAN‟AFA WAASHLAH

FAJRUHU „ALALLAHI (Surat ayat 40) artinya :

pembalasan dari pada kejahatan, adalah kejatan

yang setimpal. Jadi kita tadi disakiti orang

dihianati orang, jadi itu perlu pembalasan yang

setimpal. Jadi mendendam ingin membalas yang

setimpal itu, jangan berindak sendiri, jadi jangan

jadihakim sendiri. Pembalasan yang setimpal itu,

Page 24: Dialog Bulan Puasa 3

23

harus melalui saluran hokum. Tapi ingat Dg. Naba,

ayat itu masih ada sambungan “FAMAN AFA WA

ASHLAHA FA AJRUHU ALALLAH Siapa-siapa

yang dapatkan orang yang menganiaya dia, dan

baik kepadanya, Allah memberikan pahala yang

berlipat ganda kepadanya, dan berisifat pemaap itu

bukan karena penakut, disinilah kita lihat

ketinggian budi didalam ajaran yang diajarkan

islam kepada kita.

DG. NABA : Ia, jadi kesalahanorang, dimaafkan, memang betul

Pak Kiay. Orang salah memang perlu maaf. Kan

orang salah tidak perlu dimarahi.

PAK KIAY : Isinilah hubungannya itu yang dikatakan manusai

berpuasa mencapai taqwa. Yang taqwa itu dapa

tmemaafkan kesalahan orang lain. Sebaiknya yang

menganiaya tadi, harus tobat. Dan dia harus

meminta maaf dan berjanji jangan diulangi

kembali. Ini Dg. Naba, disini kita lihat bagaimana

kita lihat ketinggian agama itu terhadap pembinaan

mental masyarakat.

DG. NABA : Ia, itu pembinaan akhlak yang tinggi. Saya dengar-

dengan Pak Kiay begini, ada orang yang tidak

berbicara dengan tetangganya. Kadang-kadang

dengan gamili akrabnya. Itu di dalam masyarakat

begini Pak Kiay Apakah ini tidak termasuk

dendam juga?

PAK KIAY : O, ya tidak ngomong-ngomong lagi. Kalau

bertemu di jalan satu paling kiri, satu paling kanan.

Tidak mau bakulihat, tidak mau baku omong.

Apakah ini dendam juga. Jawabnya Dg. Naba,

Page 25: Dialog Bulan Puasa 3

24

benar ini dendam. Walaupun tidak berbuat sampai

menyakiti menganiaya, namun tidak mau

berhubungan rapat, tidak mau ngomong, tidak mau

bicara, itu tetap dikatakan dendam Dg. Nab.

DG. NABA : Itu tetap dikatakan dendam….

PAK KIAY : Dan diancam itu oleh Rasulullah dalam Hadist

DG. NABA : Ya, bagaimana ancamannya Pak Kiay.

PAK KIAY : Begini Dg. Naba: AN ANAS. QALA SAWA.

LAYAHII LULILMUSLIMIN, AYA JURAA

AHAMU FHADU SALASIN LAYALINLAYALI

YALTHAQIANI FAYA‟ RIDUHASHAWA

YAQRIDHUHASHA, WAHAIRUHU MALLAZI

YABDA U BISSALAM, YABDAU

MUITAFQUN ALAIH. Artinya; dari Annas, nabi

bersabda ; Tidak halal bagi muslim hijrah atau

tidak baku omong liwat tiga hari tiga malam.

DG. NABA : Tidak halal bagi orangmuslim tidak beromong

liwat tiga haritiga mala, aritinya haram.

PAK KIAY : YALTHAQIANI : kedua-duanya bertemu, yang

satumemandang ketempat lain, yang satu

memalingkan muka kepada yang lain lagi, untuk

tidak beketemu mukanya.

DG. NABA : O, ya jadi kalau ketemu dijalanan, satu melengong

lain satumelengong keiri.

PAK KIAY : Ia sehingga tidak ketemu. Apa kesudahnya, yang

terbaik diantara keduanya siapyang mengucapkan

Assalamu alaikum.

Page 26: Dialog Bulan Puasa 3

25

DG.NAGA : Jadi kalau Dg. Naba paham ini hadist Pak Kiay

bertengkar itu bolehasal jangan melampaui tiga

hari tiga malam.

PAK KIAY : Bukan bertengkar boleh.

NG. NAGA : Apa?

PAK KIAY : Pertengkaran bias terjadi, tetapi batas waktunya

jangan.Inisebab emosionil manusiaitu paling lama

tiga hari. Kalau sudah lewat tiga hari sebenarnya

bukan lagi emosionil. Kalau sudah nenurun dia,

bias bersalaman. Kalau sudahliwat itu, itu namanya

dendam.

DG. NABA : O, ya jadi sebaik-baiknya orang yang sudah pernah

bertengkar, yang lebih dahulu mengucapkan salam.

Begitu Pak Kiay. Yang lebih dahulu mengucapkan

salam. Kalau ketemu, mengucapkan

Assalamu‟aliaikum.

PAK KIAY : I, siapa yang mengucap salam itu, hapuslah

dosanya dan itulah yang terbaik.

DG. NABA : Kalau dia tidak maujawab Pak Kiay?

PAK KIAY : Yangtidak mau jawab, berdosa seluruhnya.

DG. NABA : Kalaudia jawab Pak Kiay?

PAK KIAY : Damailah kedua-duanya.

DG. NABA : Alhamdulillah berpahala dua-dua. Sudah waktu

Pak Kiay. Kita sampai disni dulu. Nanti lagi

disambung Pak Kiay, Saya permisi dulu mau ke

Mesjid Pak iay. Assalamu‟alaikum

Page 27: Dialog Bulan Puasa 3

26

PAK KIAY : Alaikummussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Page 28: Dialog Bulan Puasa 3

27

WUDUK DAN MANDI JUNUB

PAK KIAY : Assalamu‟alaikum

DG. NABA : Alaikumussalam

PAK KIAY : Kana Dg.Naba

DG. NABA : Asik baca surat-suratini Pak Kiay

PAK KIAY : Pantas sudah ngetuk-ngetuk tidak ada suara

DG. NABA : Ia. Ini surat-surat banyak PakKiay. Ini ada dari

Rishan Suddin Kesmas Parigi, Sul Tengah. Pak

Kiay

PAK KIAY : Apa pertanyaannya Dg. Naba

DG. NABA : Pertanyaan Pak Kiay tidak banyak. Tapipertama

kita ucapkanterim kasih atas perhatianya dulu.

Begini Pak Kiay, setelahDg. Nab abaca ini surat.

Diambil intinya saja Pak Kiay, apakah sah

sembahyang itu tanpa mengambil air wuduk lagi

PAK KIAY : Itu pertanyaannyaya, apakahsah sembahyang tanpa

mengambil air wuduk lai. Latas apa hubungannya

denganjunub barangkali begini……

DG. NABA : ya kita sarang dalam keadaan junub ataupun

telahmelakukan senggama. Maka kemudian dari

pada itu, lalu kita mandi junub. Setelahitu pula,

lalu terus mengerjakan shalat. Sedangkan dalam

hal itu tidak mengambil air sembahyang lagi.

Apakah sah sembahyang itutanpa mengambil air

wuduk lagi?

Page 29: Dialog Bulan Puasa 3

28

PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Memang ada hadist yang

memberikan penjelasan terhadap persoalanitu.

Berkata Aisyah. Kata RasulullahSAW.

“WAYATAWADDHAU BADDHAL HUSLI?

RAWAHU AHMAD, RAHU ABU DAUD,

WATTIRMIDI WANNASAII” kata Aisya adalh

Rasulullah tidak lagi berwuduk sesudah beliau

mandi. Jadi berarti Dg. Naba, cukup dasar

memberikan penjelasan kepda kit akalau kita sudah

mandi junnub, tidak berwuduk terus sembahyang,

sudah sah. Alasannya, niat membuanghadiast kecil

sudah tecakup didalam niat membuang hadast kecil

sudah tercakup didalam niat membuat hadast

besar. Bila orang berniat membuang hadast besar,

maka hadast kecil termasuk didalamnya. Bila

orang mandi junnu, membasuh seluruh badan,

maka seluruh anggota badan sudah tercakup pula

didalamnya. Dengan alasan itulan, maka orang

yangsudah mandi Junu, bernit sudah membuang

hadat besart, maka di adapatmelakukan ibadah

shalat tanpa mengambil wuduk lagi. Tapi orang

yang merasa untuk cara sempurnah umpamanya,

lantas diamau bersuduk, tidak ada salahnya juga.

DG. NABA : Tidak ada salahnya juga, artinya bolh saja. Yang

kedua Pak Kiay, bagaimanakah cara Rasulullah

SAW, yang sebenarnya tentang soal yang saya

tanyakan diatas ini. Atas pertanyaan yang saya

ajukan diatas ini, mohonpenjelasanlebihluas.

PAK KIAY : Itulah pertanyaan sudah terjawab, Aisyah sendiri

bercerita tentang suaminya yaitu Rasulullah.

Page 30: Dialog Bulan Puasa 3

29

DG. NABA : o, Begini barangkali maksudnya Pak Kiay,

haifiatnya mandi junnu itu bagaimana.

PAK KIAY : Kalau Kaifiat mandi junnu Dg. Naba, untuk nanti

jangan terlalujauh penjelasannya, cara-caranya

cukup saya kemukakan, yang pertam aberniat,

yang kedua kita mandi membasahi seluruh badan,

dan dimulai dari bahagian kanan dulu. Betulah cara

mandi junnu itu yang dijelaskan.

DG. NABA : O, ya dan setelah Junub itu, tidakusahambil wuduk

lagi. Boleh diaterus sembahyang.

DG. NABA : ya dan kalau mau ambil wuduk, tidak ada

salahnya. Demikian Sdr. Rishan Suddin Puskesmas

parigi. Atas perhatian anda, kami ucapkan banyak

terima kasih. Selanjutnya Pak Kiay dari Hamzah

Mustaf Rappokalling ORK 2 UP. Adapun

pertanyaan-petanyaan kami, ialahsebagai berikut :

1. Adakah yang dinamakn sembahyang tarwih?

2. Pernahkah dilaksanakan oleh Rsulullah SAW

sebagai contoh kepada kita masalah tarawih

itu? (adakah ayatdan hadistnya)

3. Apakah hubungannya sembah yang tarawih

dengan puasa itu?

4. Tidak bertentangankah sembahyang tarawih itu

dengan surat Al-Musyamming ayat (1) dan

seterusnya?

PAK KIAY : Baiklah saya berikan penjelasan yang petama Dg.

Naba, Apa yang dinamakan sembahyang tarawih.

Kata-kata Tarawih, itu sebenarnya darikalimat

Raha. Jadi arti yang sesungguhnya sembahyang

tarawih, ialah sembahyang senang-senang.

Page 31: Dialog Bulan Puasa 3

30

DG. NABA : Sembahyang senang-senang. Jadi kalau tidak

sembahnyang tarawih diburu-buru, tidak cocok.

PAK KIAY : Ya, sebab ini sembahyang senang-senang

namanya, Lantas Dg. Naba, pernah dikerjakan oleh

Rasulullah? Jawabannya kata Tarawih didalam

hadist, jelas tidak ada.

DG. NABA : Kata tarawih didalam jadist, jelas tidakada.

PAK KIAY : Tidak ada didalam badist ada disebut beberapa

macam. Ada disebut qiamu Ramadhan, ada yang

disebut quamullail. Apakah nabi pernah melakukan

sembahyang Tarawih. Nabi selalu melakukan

sembahyang senang-senang, karena kalau dia

berdirilama berdirinya, kalau dia ruku lama

rukunyam kalau dia sujud lama sujudnya. Itu

namanya sembahyang senang-senang

diterjemahkan dalam bahasa arabnya, sembahyang

tarawih. Jadi ada didalam perbuatan, tapi tidak

pernah Nabi menyebut tarawih didalam ucapan.

DG. NABA : O, darisitu dipahami tarawih itu.

PAK KIAY : Ia, dari perbuatannya. Tapi kalau dicari, hadist

Nabi yang menunjukkan kata tarawih, pasti tidak

ada.

DG.NABA : Sekarang apa hubungannya sembahytang tarawih

itu dengan puasa.

PAK KIAY : Ia, apakah ada hubungannya puada dengan

sembahyang tarawih? Begini Dg. Naba, Memang

ada nabi mengkaitkan dalam hadist yaitu

“WAHTISAABAN GHUFIRA LAHU

Page 32: Dialog Bulan Puasa 3

31

MATAQDAMA MINZANBIHI dengan keimanan

dan keikhlasan, diampuni dosa-dosanya yang lalu

siapa yang menegakkan bulan ramadhan, kata-kata

qama ini, disini maksudnya akan diampuni Allah

dosanya yang berlalu. Jadi orangnya puasa

siangnya, sembahyang tarawihmalamnya, Allah

akan ampuni dosa-dosanya. Jadi dengan

demikianDg. Naba puasa tidak sembahyang,

sembahyang tarawih tidak puasa, itunampaknya

tidak akan diampuni dosa-dosanya.

DG. NABA : Kemudian tidakah bertentangan sembahyang

tarawih itu dengan surat Almusyamin ayat (1) dan

seterusnya.

PAK KIAY : Jawabannya tentu tidak Dg. Naba, sebab Nabi

sendiri melakukan. Hanya kata-kata tarawih yang

tidak ada, tapi qiamullail jeas ada didalam Al-

Qu‟an itu.

DG. NABA : Itulah surat musyammil berdasarkan Qiamullail.

Kta lanjutkan dialog yang lalu. Begini bagaimana

orang yang berpuasa memfitnah, sahkan puasanya,

kalau masalahnya dulu masalah fitnah Pak Kiay.

Sekarang bagaimana orang berpuasa lalu

memfitnah, sahkah puasanya orang itu.

PAK KIAY : Untuk kita membahas persoalan sah tidaknya, kita

kembalikan kepada pokoknya, yaitu hadist. Ada

suau hadist yang memberikan interpertasi sah dan

tidaknya. Bunyi hadistsnya begini : MAN LAM

YAD‟UU QAULASSUR WAL AMALA BIHI,

FALAISA LILLAHI

HAAJATUUFIMAAYADA‟ATHA-AAMANU

Page 33: Dialog Bulan Puasa 3

32

WASYARAABAHU. Artinya “siapa yang tidak

meninggalkan kata berdosa dan beramal dengan

dia, maka tidak adalah bagi Allah hajat menerima

ibadah puasanya sekalipun ia telah meniggalkan

makan dan minum.

DG. NABA : Ia, Tuhan tidak menghajati membalasi puasanya

walaupun ia sudah tinggalkanmakan danminum

karena dia tidakdapat meninggalkan kata-kata

berdosa, dan alam-amal yang tidak baik.

PAK KIAY : Disinlah Dg. Naba, timbul dua perndapat…….

DG. NABA : Bagaimana pendapatnya dua?

PAK KIAY : Pendapat itu ada yang mengatakanbegini Dg. Naba

ada pendapat yangmengatakan bahwa puasanya

sah tapi pahala tidak ada. Ini pendapatyang

pertama sedangkanpendapat yang kedua, puasanya

tidak sah, pahalanya juga tidak ada.Begitu dua

pendapat itu.

DG. NABA : O, begitu, Pendapat pertama mengatakan puasanya

sah, pahala tida ada. Jadi

PAK KIAY : Terbayar utang, beruntung tidak.

DG. NABA : O, begitu. Sekarang pendapat kedua puasanya

tidak sah pahala juga tidak ada. Bagaimana alas an

pertama sampai begitu Pak Kiay.

PAK KIAY : Sekarang kita cari alasanpertama. Orang yang

pertama Dg. Naba, memunyai pendirian begini,

orang berpuasa dilarang makan, jadi makan itu

larangan orang berpuasa.

Page 34: Dialog Bulan Puasa 3

33

DG. NABA : Artinya bukanlah tidak makan dan tidak minum itu

puasa, tetapi larangan makan itu puasa.

PAK KIAY : Larangan puasa minum.

DG. NABA : Larang puasa memfintah.

PAK KIAY : Nah sekarang kalau dia makan, hilang lapar maka

puasanya sudah tidak ada lagi. Nah kalu dia

minum hilang juga hausnya, puasanya juga tidak

ada.

DG. NABA : Kalau Dia makan dandia minum hilang lapar dan

hilang hausnya.

PAK KIAY : Ya, maka puasanya tidak ada. Tapi kalau dia

mefitnha, laparnya tidak hilang, karena itu

puasanya tidak batal. Dengan demikian karena

melanggar larangan, pahala tidak ada, tapi

puasanya tidak batal. Karena tidak tercapaiapa

yang dikatakan rasahilang lapar, hilang haus,tidak

ada. Malahmain kuat diamemaki orang, makinkuat

diamemfitnah orang makinlahbertambahlaparnya.

Karena itu Dg. Naba, puasanya sah, tapipahala

tidak ada Itu pendapat golongan Pertama.

DG. NABA : Alasanyang kedua bagaimana?

PAK KIAY : Pendapat orang kedua, diantaranyapendapat yang

kedua ini, pendirianIbnu HasminTaushairi, ini

orang-orang rasional.

DG. NABA : Kalaupak Kiay bagaimana.

PAK KIAY : Tunggu dulu kita bahas dulu pendapat-pendapat

ulama-ulama kita, ini orang-orang besar Mujtahid-

Page 35: Dialog Bulan Puasa 3

34

mujtahid ulung. Begini Dg. Naba, pendapat beliau,

begini. Kalau kita puasa, dilarang makan, dilarang

minum, dilarang campur suami isteri, dilarang

bicara berdosa, memfitnah. Beliau mempunyai

pendirian semua larangan kalau dilanggar, batal,

Coba lihat, dilarang makan, kalau dia makan, batal

puasa, lantas campur, batal puasa, dilarang dia

memfitnah, memaki orang lantas dia memfitnah,

memaki orang, musti batal puasa. Jadi pendapat

kedua Dg. Naba, karena dilarang memaki orang

dan memfitnah orang latas dia memaki dan

memfitnah orang, mesti batal puasa.

DG.NABA : Jaditegasnya Pak kiay setuju dengan pendapat

kedua.

PAK KIAY : Ia, karena alasan, dilanggar larangan pertama batal,

dilanggar larangan ke empat tidak batal, ini tidak

masuk akal padahal sama-sama larangan.jadi inilah

alasan kedua. Belia menolak oleh Karena alasan

kenyang, batal puasa karean kenyang, lantas

memaki-maki orang tidak kenyang lantas tidak

batal puasa, ini tidak benar. Karena beliau

katakana bagaimana dengan campur isteri itu juga

tidak kenyang kenapa batal puasanya.

DG. NABA : Jadi kalau begitu Pak Kiay, tidak mungkinorang

berpuasa melakukan fitnah.

PAK KIAY : Disitulah letaknya, karena kepuasan itulah

akibatnya batal puasa, memaki-maki orang,

termasuk memberikan kepuasan. Jadi pendapat

kedua, memfitnah orang, memaki orang, termasuk

Page 36: Dialog Bulan Puasa 3

35

batal puasanya, bukan pahalanya saja tidak ada,

termasuk juga batal puasanya.

DG. NABA : Jadi kalau begitu Pak Kiay, tidak mungkin orang

berpuasa melakukan fitnah.

PAK KIAY : Benar Dg. Naba.

DG. NABA : Lalu?

PAK KIAY : Karena itu fitnah tidak akan muncul dari orang-

orang yang menjalankan ibadah puasa. Dengan itu

Dg. Naba terlaksana, ketahanan Nasional dibidang

Politik akan terwujud. Tetapi sebaliknya bila fitnah

tersebar kesana kemari, ketahanan Nasional akan

goyang.

DG. NABA : Kalau begitu, sebaiknya Pemerintah mendorong

rakyat yang beragama Islam untuk mendalami

menjalankan ibadah puasa sebaik-baiknya. Karena

kebaikannya biasa dirasakan oleh Pemerintah dan

oleh rakyat.

PAK KIAY : Saya sangat setuju Dg. Naba dengan hasil analisa

yang demikian berdasarkan keterangan-keterangan

yang sudah kita kemukakan, memang apa yag

dikemukakan Dg. Naba itu sangat cocok dan

wajar, malah lebih tidak wajar kalau golongan

yang berkuasa memberikan contoh tidak

menjalankan puasa kepada rakyatnya.

DG. NABA : Ia, tambah tidak betul.

PAK KIAY : Tambah tidak betul, yang seharusnya mendorong,

malah menarik.

Page 37: Dialog Bulan Puasa 3

36

DG. NABA : Jadi mendorong, seharusnya memberikan contoh

kalau dia suruh orang berpuasa, dia sendiri harus

berpuasa. Cocokmi Pak Kiay. Nah sekarang begini

Pak Kiay : Pertanyaan selanjutnya (timbul

pertanyaan baru) mana yang termasuk Qaulussaur

seperti yang pak Kiay katakan tadi. Kan Pak Kiay

katakan MAN YADAA “Orang-orang yang tidak

dapat meninggalkan Qaulussur maka dengan

demikian tidak ada puasa baginya, sampai

pembahasannya lebar panjang. Sekarang yang saya

tanya Pak Kiay yaitu yang mana saja yang

termasuk Qaulussur.

PAK KIAY : Kalau itu yang Dg. Naba tanyakan, yang termasuk

kata-kata yang membawa kita berdosa yang harus

kita hindarkan dengan masalah puasa supaya tidak

batal pusa kita, dapat saya kemukakan 10 macam

Dg. Naba.

DG. NABA : Apararti kata Qaulussur itu Pak Kiay?

PAK KIAY : Kata-kata yang membuat kita berdosa. Ini Dg.

Naba ada sepuluh macam, pertama, menghina

dengan jangan mengejek, kedua menggelari orang

gelar-gelar yang tidak disenangi.

DG. NABA : O, menggelari orang gelar yang tidak disenangi

seperti Kaddoro, Goblok.

PAK KIAY : Ia, itulah Dg. Naba, yang ketiga, mengumpat, ke

empat, membuat fitnah, kelima membicarakan aid

orang lain.

DG. NABA : Aid itu apa Pak Kiay?

Page 38: Dialog Bulan Puasa 3

37

PAK KIAY : Keburukan-keburukan orang disebut dimuka orang

lain

DG. NABA : O. o…jadi keburukan orang harus kita simpan Pak

Kiay.

PAK KIAY : Bukan disimpan, tetapi tidak bias dikemukakan.

Semua orang tidak ada yang tidak ada buruknya.

Disamping ada baiknya, ada buruknya. Disamping

ada buruknya. Disamping ada militannya, ada

kejahatannya.

DG. NABA : O, itumi ada pepatanya Pak Kiay. Kata kuman mati

diseberang lautan kelihatan, keledai mati dikelapak

tak Nampak.

PAK KIAY : Jadi itulah, suka menyebut orang punya, tidak

menyebut diri sendiri. Keenam Dg. Naba,

bersumpah palsu atau menjadi saksi palsu.

Ketujuh, Dg. Naba, berdusta dalam bicara dan

berjanji.

DG. NABA : berjusta dalam bicara dan berjanji, artinya

bicaranya bicara justa, janjinya janji justa.

PAK KIAY : Tetapi barangkali masuk disini wamalusul

PAK KIAY : Wamalusul, panjang itu nanti lagi. Ini yang

berhubungan dengan caulusul saja artinya dengan

kata saja.

DG. NABA : Baiklah Pak Kiay bagaimana alasan-alasannya.

PAK KIAY : Tentang menghina dan mengejak, ada firmal Allah

surat Asyujara Dg. Naba yang berburnyi YAA

AYYUHAL LAQZINA „AMANU LAA

Page 39: Dialog Bulan Puasa 3

38

YASHAR QAUMUNMIN QAUMIN „ASAA

AYYAKUUNA KHAIRAN MINHUMWALAA

NISAAUN MIN NISAAIN „ASAA

AYYAKUNNA KHAIRAN MINHUNNA.

Artinya “Hai orang-orang yang beriman jangan

kau mengejek satu kamu terhadap kaum yang lain.

Boleh jadi mereka yang diejek lebih baik dari

mereka yang mengejek. Jangan pula wanita

mengejek akan yang lain, boleh jadi bahwa yang

diejek lebih baik dari pada yang mengejek.

DG. NABA : O, ya Wanita kalau berkumpul-kumpul, biasanya

mengejek sini, mengejek sana. Ini dilarang Pak

Kiay?

PAK KIAY : Itulah Dg. Naba. Sebenarnya dari kalimat kaumum

min kaumin sudah termasuk disitu pemuda,

pemudi, wanita, laki-laki sudah masuk. Tetapi

tentu ada rahasia dan dikmanya kenapa Tuhan

mengulangi lagi Wanita.

NG. NAGA : A. a. Walanisun minni sain

PAK KIAY : Kana Tuhan ulang kalimat itu. Rupaya sifat ini

adalah sifat khususia, spesialis.

DG. NABA : Sifat spesialisnya wanita

PAK KIAY : Ia lebih-lebih kalau mereka (zaman dahulu) itu

duduk ditangga cari kutu, makin tenang suaranya

ini untuk kita disini saja, ini berbisik Dg. Naba

untuk kita disini saja tidak boleh orang lain tahu,

sesudah itu mereka lebih asik berbisik. Sesudah

bubar, besok lagi berkumpul disana berbisik lagi

ini untuk kita disini saja. Ini rahasia. Akhirnya

Page 40: Dialog Bulan Puasa 3

39

rahasia itu menjadi rahasia umum, karena setiap

anggota itu berbisik dimana-mana akhirnya

dimana-mana orang ketahui.

DG. NABA : Itu namanya pengumuman rahasia.

PAK KIAY : Ia, rahasia yang diumumkan. Kata-kata yang

begini, bisa merusak puasa.

DG. NABA : betul, dan merusak juga pergaulan Pak Kiay.

PAK KIAY : Betul, karenaitu agama sangat melarang ejek

mengejek. Kenapa? Karena ejekan bagi wanita

banyak sekali, semenjak dari ujung rambut sampai

ketumit. Bedaknya terlalu tebal, diejek, terlalu

tipis, diejek, tidak pakai bedak salah, pakai bedak

salah. Pakai levestip salah, tidak pakai levestip

salah, pokoknya serba salah.

DG. NABA : Betul-betul itu Pak Kiay, memang sifat wanita itu

begitu.

PAK KIAY : Tidak juga semua.

DG. NABA : Itu yang amannu tidak begitu Pak kiay.

PAK KIAY : Yang beriman itulah diperingatkan supaya jangan

mengulang yang begitu.

DG. NABA : Sekarang begini Pak Kiay… Tapi rupanya sudah

waktu Pak Kiay

PAK KIAY : sudah waktu Dg. Naba, sampai disini saja dulu.

DG. NABA : Sudah Pak Kiay, besok saja dilanjutkan. Jadi Pak

Kiay dimana sebentar?

Page 41: Dialog Bulan Puasa 3

40

PAK KIAY : Sajadi Mesjid Raya Dg. Naba.

DG. NABA : Baiklah Pak Kiay, saya permisi Assalamualaikum

PAK KIAY : Alaikumussalam wr. wb

Page 42: Dialog Bulan Puasa 3