Upload
operator-warnet-vast-raha
View
1.559
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya besar bangsa Indonesia untuk meluruskan kembali arah pembangunan Nasional yang telah dilaksanakan secara terpadu dalam tiga
dasawarsa terakhir menurut reformasi total kebijakan disegala bidang.
Di dalam bidang kesehatan, tuntunan reformasi total tersebut muncul karena masih banyak ketimpangan-ketimpangan hasil pembangunan
kesehatan antar daerah dan antar golongan. Derajat kesehatan masyarakat yang masih tertinggal dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan
kesehatan. Untuk dapat meningkatkan daya tangkal dan daya juang pembangunan kesehatan yang merupakan modal utama pembangunan Nasional,
maka pentingnya penerapan paradigma baru yaitu paradigma sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan yang bersifat preventif.
(Depkes RI, 2001)
Demi terwujudnya Indonesia sehat di masa depan , visi dan misi Indonesia sehat 2010 harus dapat bertaat azas dan berkesinambungan. Visi
merupakan gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dapat dicapai melalui pembangunan kesehatan yakni masyarakat, bangsa dan
negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia.
(Depkes RI, 2001)
Perilaku kehidupan masyarakat Indonesia sehat 2010 adalah prilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah,
terjadinya resiko penyakit, dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta turut berpatisipasi. Untuk Indonesia sehat 2010 di tetapkan 4 misi
pembangunan yaitu :
1. Menggerakan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk tetap hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata serta terjangkau.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu dan keluarga serta masyarakat dan lingkungannya.
Salah satu masalah kesehatan yang tidak jarang diderita oleh individu, keluarga dan masyarakat adalah penyakit gangguan sistim pencernaan,
salah satu diantaranya adalah penyakit diare. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia.
Tiap tahun 12,9 juta anak meninggal yaitu 28 % kematian disebabkan karena penyakit pneumonia, 23 % karena penyakit diare dan 16 % karena
penyakit yang tidak memperoleh vaksinasi (Markum, 1991).
Di Indonesia merupakan Negara berkembang terdapat masalah utama kesehatan anak yaitu masih tingginya morbiditas dan mortalitas pada
golongan bayi dan balita. Penyakit inveksi yang sering dijumpai yaitu diare, infeksi saluran napas, tetanus dan infeksi kulit serta diare yang merupakan
penyebab utama kematian bayi dan anak sehingga wajib mendapat perhatian yang penuh (Markum, 1991).
Pada tahun 2002, jumlah pasien anak yang mengalami diare dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara menurut
data Medical Record yaitu sebanyak 299 orang yang terdiri dari laki-laki 183 orang dan perempuan 116 orang dan jumlah pasien meninggal dunia 4
orang. Tahun 2003 angka kejadian rawat inap yaitu 404 orang yang terdiri dari laki-laki 247 orang dan perempuan 157 orang dan jumlah pasien
meninggal dunia adalah 2 orang. Sementara tahun 2004 kasus diare mengalami peningkatan, angka kejadian rawat inap yaitu 549 orang yang terdiri
dari laki-laki 291 orang dan perempuan 258 orang dan jumlah pasien meninggal dunia 4 orang. Dan pada tahun 2005 ( januari-mei ) angka kejadian
rawat inap yaitu 116 orang yang terdiri dari laki-laki 68 orang dan perempuan 48 orang dan jumlah pasien meninggal dunia adalah 3 orang. ( RSUD
Provinsi Sulawesi Tenggara Ruang melati 2002-2005 ).
Masih tingginya angka kesakitan dan angka kematin karena diare tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain karena kesehatan
lingkungan kesehatan yang belum memadai, keadaan gizi yang belum mencukupi, kepadatan penduduk, keadaan sosial ekonomi maupun pendidikan
dan perilaku masyarakat yang secara langsung dapat mempengaruhi penyakit diare. Masalah lain dari penyakit diare adalah mudah terjangkitnya pada
orang lain, terutama orang-orang yang selalu kontak dengan klien.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengambil judul karya tulis yaitu : “Asuhan Keperawatan pada Klien By. I
dengan gangguan Sistim Pencernaan: Diare di Ruang Melati (Ruang Perawatan Anak) Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara”.
B. Ruang Lingkup.
Dalam pelaksanaan studi kasus, penulis membatasi asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system pencernaan pada salah satu kasus
yaitu “diare” yang dirawat di ruang melati RSUD propinsi sulawesi tenggara pada tanggal 30 september-3 oktober.
C. Tujuan Penulisan.
1. Tujuan Umum.
Memperoleh gambaran jelas tentang Penerapan Asuhan Keperawatan kepada klien By. I dengan diare.
2. Tujuan khusus.
a. Mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan pengkajian, menganalisa dan menetapkan dignosa keperawata terhadap By. I dengan
diare.
b. Mendapatkan pengalaman dalam menyusun rencana keperawatan pada klien By. I dengan diare.
c. Mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada klien By. I dengan diare.
d. Mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan evaluasi terhadap tujuan yang akan dicapai.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penulisan karya tulis ini adalah:
1. Merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Akper PemKab Muna.
2. Sebagai bahan tambahan pengetahuan serta pengalaman bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan.
3. Sebagai bahan perbandingan bagi rekan-rekan sejawat dalam melakukan penelitian lebih lanjut pada klien dengan gangguan sistim pencernaan
khususnya diare.
4. Sebagai pedoman bagi pembaca dalam melayani kasus klien dengan gangguan sistem pencernaan “diare”.
5. Sebagai bahan masukan bagi tenaga perawat dalam bertugas melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan khususnya klien anak dengan gangguan
sistem pencernaan “diare”.
E. Metode Dan Tehnik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang akurat untuk bahan penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan pendekatan studi kasus dengan metode
pengumpulan data ;
1. Studi kepustakaan.
Mempelajari literatur yang berkaitan dengan penulisan karya tulis ini.
2. Studi kasus.
Dalam Studi kasus ini penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Adapun teknik pengumpulan data digunakan cara sebagai berikut :
a. Wawancara
Mengadakan tanya jawab secara langsung dengan klien dan keluarga serta tenaga kesehatan lain untuk memperoleh informasi yang akurat.
b. Observasi
Mengamati klien secara langsung melalui pemeriksaan fisik yang mencakup inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi.
c. Studi dokumentasi
Melakukan pengumpulan data atau informasi melalui catatan dan arsip dari medical record yang berhubungan dengan keseharian klien.
F. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan studi dan kasus yaitu pada tanggal 30 September sampai dengan 3 Oktober 2005.
G. Tempat Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Perawatan Anak (Melati) Rumah Sakit Umum daerah Provinsi Sulawesi Tenggara.
H. Sistimatika Penulisan.
Untuk memudahkan memahami isi dari pada karya tulis ini maka penulis sajikan dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan tehnik pengumpulan data, waktu
dan tempat serta sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini diuraikan mengenai tinjauan teoritis anatomi dan fisiologi, tinjauan teoritis diare, dan konsep dasar keperawatan.
Bab III Tinjauan Kasus.
Membahas tentang laporan studi kasus terhadap klien yang dirawat di Rumah Sakit mencakup, pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
dan catatan perkembangan.
Bab IV Pembahasan.
Bab ini menguraikan tentang kesenjangan antara teori dan praktek asuhan keperawatan yang dilaksanakan, dibahas secara sistematis mulai dari
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Bab V Penutup.
Berisikan kesimpulan dari hasil pelaksanaan studi kasus, saran-saran yang merupakan alternative jawaban dari masalah.
Adapun analisa data
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis Anatomi dan Fisiologi Sistim pencernaan
Gambar 1. anatomi sistim pencernaan.
Saluran pencernaan terdiri atas :
a. Mulut
Mulut adalah pemulaan dari saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagian yaitu :
1) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi.
2) Bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisi-sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis dan disebelah belakang
bersambung dengan awal farings.
Di dalam mulut terdapat saliva atau ludah yang dihasilkan oleh tiga kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingnalis.
Saliva adalah cairan yang bersifat alkali yang mengandung enzim pencerna zat tepung yaitu ptyalin dan sedikit zat padat.
Fungsi saliva yaitu bekerja secara fisis maupun kimia.
1) Kerja fisisnya yaitu membasahi mulut, membersihkan lidah dan memudahkan orang berbicara.
2) Kerja kimiawinya disebabkan enzim ptyalin (amilase ludah) yang di dalam linkungan alkali bekerja zat gula dan zat tepung yang telah di
masak.
Setelah makanan dicerna di mulut maka makanan tersebut ditelan dengan gerakan membentuk makanan menjadi sebuah bolus dengan bantuan
lidah dan pipi dan melalui belakang mulut masuk ke dalam farings.
b. Farings
Farings merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (esophagus). Di dalam lengkungan farings terdapat tonsil
yaitu kumpulan limfa yang banyak mengandung limfosit yang merupakan pertahanan terhadap infeksi.
Setelah makanan masuk ke farings maka palatum lunak naik untuk menutup nares posterior, glotis menutup oleh kontraksi otot-ototnya dan otot
konstriktor farings menangkap makanan dan mendorongnya masuk ke esophagus, pada saat ini pernapasan terhenti, jika tidak maka akan
tersedak.
c. Esophagus
Esophagus adalah sebuah tabung berotot dan panjangnya 20-25 cm, dimulai dari farings sampai pintu masuk kardiak lambung. Makanan
berjalan dalam esophagus karena kerja peristaltik. Lingkaran serabut otot di depan makanan mengendor dan yang dibelakang makanan
berkontraksi, maka gelombang peristaltik mengantarkan bola makanan ke lambung.
d. Gaster (lambung).
Lambung menerima makanan dari esophagus melalui orifisium kardiak dan bekerja sebagai penimbun sementara. Kontraksi otot lambung
mencampur makanan dengan getah lambung. Getah lambung merupakan sekret yang dikeluarkan kelenjar dalam lapisan mukosa
lambung.’Getah ini mengandung 0.4 % asam hidrokhlorida (HCL) yang mengasamkan semua makanan, dan bekerja sebagai antiseptik dan
desinfektan serta menyediakan lingkungan untuk pencernaan makanan protein.
Beberapa enzim pencernaan yang terdapat dalam getah lambung yaitu :
1) Pepsin berfungsi mengubah protein menjadi pepton.
2) Renin adalah membekukan susu dan membentuk kasein dan karsinogen yang dapat larut.
3) Lipase yang berfungsi untuk memecahkan lemak.
e. Usus halus
Usus halus adalah bagian dari saluran pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada sekum.
Usus halus terdiri dari :
1) Duodenum atau usus 12 jari.
Panjangnya kira-kira 25 cm, berbentuk sepatu kuda. Saluran empedu dan saluran pankreas masuk ke dalam duodenum pada suatu lubang
yang di sebut ampulahepatopankreatika atau ampula vatun.
Empedu dibuat di hati dan dikeluarkan ke duodenum yang berfungsi mengemulsi lemak sehingga membantu kerja lipase.
Di duodenum juga terdapat getah pankreas yang terdiri dari 3 jenis enzim yaitu :
a) Amilase berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida.
b) Lipase berfungsi memecah lemak menjadi gliserin dan asam lemak.
c) Tripsin mengubah protein dan pepton menjadi golongan polipeptida.
2) Yeyenum dan ileum
Yeyenum menempati 2/5 sebelah atas dari usus halus, sedangkan ileum menempati 3/5 akhir.
Di usus halus terdapat sukus interikus (getah usus) terdiri dari beberapa enzim yang menyempurnakan pencernaan semua makanan yaitu :
a) Enterokinase : mengaktifkan enzim proteolitik.
b) Eripsin : menyempurnakan pencernaan protein yaitu polipeptida dijadikan berbagai asam amino.
c) Intertase : bekerja atas gula.
d) Laktase : membelah laktose menjadi glukosa dan galaktosa diubah menjadi glukosa di dalam hati.
e) Maltase : mengubah maltose menjadi dekstrose.
Setelah makanan dicerna semuahnya kemudian diabsorbsi didalam usus halus melalui 2 saluran yaitu pembuluh kapiler darah dan saluran
kimfe di vili.
f. Usus besar
Usus besar merupakan sambungan dari usus halus yang dimulai dari katup ileosekal. Fungsi katup ileosekal adalah untuk mengontrol passage
isi usus ke dalam usus besar dan mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus.
Lapisan usus besar dari dalam ke luar yaitu :
1) Selaput lendir.
2) Lapisan otot melingkar.
3) Lapisan otot memanjang.
4) Jaringan ikat.
Fungsi usus besar yaitu :
1) Absorbsi air, garam dan glukosa.
2) Sebagai populasi bakteri.
3) Sekresi musim.
4) Defekasi.
Adapun usus besar terdiri dari :
1) Sekum
Terletak di daerah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsos.
2) Apendiks Verivormis
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir sekum, mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat
dilewati oleh beberapa isi usus.
3) Kolon Asendens
Terletak disebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke daerah hati.
4) Kolon Transversum
Terletak di bawah hati berbelok pada tempat yang disebut flexura, hepatika, lalu berjalan melalui tepi daerah epigastrik dan umbilikal.
5) Kolon Desendens
Terletak di daerah limfa, membelok sebagai flexura sinistra dan kemudian berjalan melalui daerah kanan lumbal.
6) Kolon Signoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri.
7) Rektum
8) Anus
Merupakan jalan keluar dari sisa makanan yang diatur oleh jaringan otot lurik yang membentuk baik spingter internal dan eksternal.
B. Tinjauan Teoritis Diare
1. Pengertian
Diare adalah keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi defekasi encer,
dapat berwarna hijau dan dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 1997).
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan / tanpa darah dan/atau lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara
mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak sebelumnya sehat (Mansjoer, 2000).
2. Etiologi.
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu :
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral merupakan infeksi saluran pencernaan makanan yang menjadi penyebab utama diare pada anak. Infeksi enterall biasa di
akibatkan oleh :
Infeksi bakteri : vibrio, E.coli, salmonelia, shigella, campylo bacter, aeromonas, dan sebagainya.
Infeksi virus : Enterovirus (virusa ECHO. coxsachie, poliomyelitis), adenovirus, Rotaavirus, Astrovirus dan lain-lain.
Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides),protozoa (entamoeba histolytica, gardia lambia,
Trichomonas hominis), Jamur (candida albicans).
2) Infeksi Parenteral adalah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti Otitis Media Akut (OMA) tonsillitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun .
b. Faktor Malaborsi.
1) Malabsorbsi karbohidrat :disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) : monosakarida (intoleransi glukosa, pruktosa dan galaktosa.
Pada bayi dan anak yang sering adalah intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
c. Faktor makanan : makana basi, beracun, alergi, terhadap makanan.
d. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).
4. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
a. Gangguan osmotik
Akibatnya terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus.
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila pristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula. (Ngastiyah : 1997).
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang menyebabkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolic,
hipokalemia).
2) Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah).
3) Hipoglikemia
4) Gangguan sirkulasi darah
5. Gambaran klinik
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasa meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair,
mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.
Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat
yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelim atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit. Gejala dehidrasimulai nampak
yaitu : berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir, bibir dan mulut serta kulit
menjadi kering.
Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung cepat, nadi cepat dan
kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lemah, kesadaran menurun (apatis, sommolen, atau soporokomatens).
6. Komplikasi
Komplikasi yang akan muncul akibat diare adalah :
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovalemik
c. Hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vilimukosa usus dan defisiensi enzim lactase.
f. Kejang
h. Malnutrisi energi protein
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan faeces : makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula jika di duga ada intoleransi gula, biakan kuman dan uji resistensi
terhadap berbagai antibiotik.
b. Pemeriksaan darah : darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama, Na, K.Ca dan P serum).
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah.
d. Duodenal intubation.
e. Proktosigmoidoskopi dan endema bariun.
8. Penatalaksanaan
Ada tiga dasar pengobatan diare, yaitu :
a. Pemberian cairan/ rehidrasi
Pemberian cairan dapat dilakukan melalui oral dan parenteral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan HaCE dan NaHCO3, KCL dan glukosa.
Untuk diare akut dan kolera pada anak di atas umur 6 bulan kadar natrium 90 m Eq/L. Pada anak di bawah umur 6 bulan dengan dehidrasi
ringan/ sedang kadar natrium 50 – 60 mEq/L. Formula lengkap sering disebut oralit adalah cairan sederhana yang dapat di buat sendiri (formula
tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCL dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk pengobatan sementara
di rumah (Ngastiyah, 1997).
Jumlah cairan yang diberikan harus sama dengan jumlah cairan yang hilang. Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan
masing-masing anak atau golongan umur.
Tabel 1. Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur < 2 tahun
(BB 3 – 10 Kg) sesuai dengan derajat dehidrasi.
Derajat dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah
Ringan
Sedang
Berat
50
75
125
100
100
100
25
25
25
175
200
250
Table 2. Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur 2 – 5 tahun
(BB 10 – 15 Kg) sesuai dengan derajat dehidrasi.
Derajat dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah
Ringan
Sedang
30
50
80
80
25
25
135
155
Berat 80 80 25 185
Table 3. Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur > 5 tahun
(BB 15 – 25 Kg) sesuai dengan derajat dehidrasi.
Derajat dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah
Ringan
Sedang
Berat
25
50
80
65
65
65
25
25
25
115
140
1170
Keterangan
PWL : Previus Water Losses (Cairan yang hilang karena muntah)NWI : Normal Water Losses (karena urin, penguapan kulit dan pernapasan)CWI : Concomitant Water Losses (karena diare dan muntah terus) (A. Mansjeor, 2000).
b. Pengobatan diuretik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 Kg jenis makanan :
1) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak jenuh, misalnya LLM, Almiro atau sejenis
lainnya).
2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
3) Susu khas yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang
berantai sedang atau tidak jenuh.
4) Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain :
a) Obat anti sekresi :
- Asetosal, dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg
- Klorpromazin, dosis 0,5-1 mg/kg BB/hari
b) Obat spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrak beladon, opium lophamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi.
Obat pengeras faeces seperti kaolin, pectin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare, sehingga tidak diberikan
lagi.
c) Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/hg
BB/hari. Antibiotik juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti : OMA, faringitis, bronchitis atau bronchopneumonia.
C. Konsep Dasar Proses Keperawatan
Menurut Ann Mariner, proses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah keperawatan secara ilmiah yang digunakan untuk
mengidentifikasi masalah-masalah klien, merencanakan secara sistematis dan melaksanakan serta mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan (Effendy,1995).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan metode pemecahan masalah yakni proses keperawatan yang terdiri dari 5 tahap yaitu :
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan.
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
Asuhan keperawatan khususnya adalah asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan sistim pencernaan : diare adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dan proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data-data tentang klien agar
dapat mengidentifikasikan, menganalisa masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy,
1995).
Proses pengkajian terdiri dari beberapa tahap yaitu :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data secara umum adalah hal-hal yang perlu dikaji meliputi biodata, keluhan utama, riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
(keadaan umum, tanda-tanda vital, berat badan, dan pemeriksaan yang berupa heat to toe, sistim fungsional tubuh, berdasarkan kebutuhan
manusia). (Barbara. C. Long. 1996).
1) Biodata .
a) Identitas klien
Hal yang perlu di peroleh : nama, jenis kelamin, umur, suku bangsa, agama, alamat, nomor medik, serta diagnosa medik.
b) Identitas penanggung.
Hal yang perlu ditanyakan adalah nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, agama, alamat, status perkawinan, hubungan dengan klien.
2) Keluhan utama.
Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang.
Menggambarkan keluhan saat dilakukan pengkajian serta menggambarkan kejadian sampai terjadinya penyakit saat ini.
Dengan menggunakan metode PQRST.
- Paliative : apa yang menyebabkan bertambahnya ata berkurangnya keluhan.
- Qualitatif/quantitas: bagaimana bentuk atau gambaran keluhan dan sejauh mana tingkat keluahannya.
- Region : lokasi keluhan diraskan dan penyebabnya.
- Skala : intensitas keluhan apakah sampai mengganggu atau tidak
- Timming : kapan waktu mulai terjadi keluhan dan berapa lama kejadian ini berlangsung.
b) Riwayat kesehatan dahulu.
Pada riwayat kesehatan dahulu, pernahkah klien menderita penyakit yang sama atau perlu dikaji apakah klien pernah mengalami
penyakit yang berat atau suatu penyakit tertentu yang memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatannya sekarang.
c) Riwayat kesehatan keluarga.
Dengan menggunakan genogram tiga generasi, apakah dalam keluarga klien ada yang pernah menderita penyakit yang sama dengn
klien.
4) Riwayat imunisasi
Pada riwayat imunisasi, imunisasi apa saja yang telah didapat oleh klien dan reaksi setelah pemberian imunisasi itu.
5) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
a) Pertumbuhan fisik anak
Hal yang perlu diketahui,berat badan klien sebelum sakit, berat badan selama sakit, tinggi badan, jumlah gigi, lingkar kepala, lingkar
dada dan lingkar lengan.
b) Perkembangan anak
Pada perkembangan anak, usia anak dapat berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, dan senyum pada orang lain pertama kali.
6) Riwayat nutrisi
Meliputi : pertama kali diberikan asi, usia berapa asi dihentikan, apa yang diberikan sebagai pengganti asi.
7) Riwayat psikososial
8) Riwayat spiritual
9) Reaksi hospitalisasi
Meliputi : pemahaman keluarga tentang rawat inap dan pola personal hygiene.
10) Pemeriksaan fisik
Perlu diperhatikan dalam pemeriksan fisik pada klien dengan diare adalah
a) Keadaan umum.
b) Tanda-tanda vital.
c) Pemeriksaan sistim tubuh, meliputi :
- Sistim pernapasan.
- Sistim kardiovaskuler.
- Sistim pencernaan.
- Sistim indra.
- Sistim musculoskeletal.
- Sistim integument.
- Sistim reproduksi
- Sistim imun.
b. Pengelompokan data
Pengelompokan data adalah mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi klien yang terdiri dari data subyektif dan data obyektif.
(Depkes RI. 1999).
Untuk mengkaji klien dengan gangguan sistim pencernaan ; diare, perlu diketahui data sebagai berikut :
Data subyektif :
o Buang air besar lebih dari 3X sehari
o Mual
o Selera makan kurang
Data obyektif :
o Kelopak mata cekung
o Bibir kering
o Kelembapan mukosa mulut kurang
o Turgor kulit kurang elastis
o Nyeri tekan
o Peristaltik usus meningkat
o Tekanan darah menurun
o Denyut nadi cepat
o Berat badan menurun
o Keadaan umum lemah
c. Analisa data.
Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan mentabulasi, menyelidiki, mengklasifikasi dan mengelompokkan data serta
mengkaitkannya untuk menentukan kesimpulan dalam bentuk diagnosa keperawatan, biasanya ditemukan data subyektif dan data obyektif,
(Linda Jual Carpenito: 2000).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon insani (status atau perubahan pola interaksi baik aktual maupun potensial),
individu atau kelompok yang perawat dapat membuat pernyataan resmi serta memasang intervensi yang pasti demi kelestarian kesehatan atau
mengurangi, menghilangkan serta mencegah perubahan-perubahan yang terjadi. (Linda jaul capernito. 2000).
Adapun diagnosa yang timbul pada penyakit dengan gangguan saluran pencernaan diare antara lain :
a. Gangguan pola eliminasi BAB : diare berhubungan dengan infeksi atau gangguan pada usus.
b. Gangguan keseimbangan cairan dan eletrolit berhubungan dengan output yang berlebihan.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
d. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit yang diderita anaknya.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah acuan tertulis berbagai intervensi keperawatan yang direncanakan dapat mengatasi diagnosa keperawatan sehingga klien
dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya, (Depkes RI: 1999).
Tujuan adalah hasil yang diharapkan dari setiap asuhan keperawatan yang dapat dicapai dalam upaya menanggulangi masalah kesehatan klien
yang telah teridentifikasi dalam pengkajian keperawatan. Dalam merumuskan tujuan harus jelas dengan kriteria yang dapat diukur.
Setelah informasi dan data mengenai klien terkumpul, penjabaran masalah-masalah klien tersebut melalui perencanaan. Dari diagnosa
keperawatan di atas dapat di buat suatu perencanaan keperawatan dengan susunan sebagai berikut :
a. Gangguan pola eliminasi BAB : diare berhubungan dengan infeksi pada usus
1) Tujuan
Pola eliminasi BAB klien kembali normal yang ditandai dengan klien akan menunjukan penurunan frekwensi defekasi, konsistensi
faecestidak encer/cair.
2) Intervensi
• Observasi dan catat frekwensi defekasi, karakteristik jumlah dan pola faktor pencetus.
• Tingkatkan tirah baring : bantu untuk membersihkan alat-alat di samping tempat tidur klien.
• Berikan masukan peroral secara bertahap dan hindari minuman yang dingin.
• Beri H.E pada klien dan keluarganya akan kebersihan diri dan makanan.
• Koloborasi pemberian therapy antidiare dan antibiotic.
3) Rasional
• Membantu membedakan berat penyakit individu sehingga mempermudah intervensi selanjutnya.
• Istrahat menurunkan mobilitas usus juga menentukan laju metabolisme bila infeksi, peningkatan resiko jatuh bila alat-alat tidak dalam
jangkauan tangan.
• Memberikan istrahat colon dengan menghilangkan atau menurunkan ransangan makanan/ cairan makan kembali secara bertahap cairan
dingin dapat meningkatkan mobilitas usus.
• Kebersihan diri dan makanan menghindari kontaminasi kuman/ bakteri yang menyebabkan diare.
• Anti diare menurunkan frekwensi defekasi dan antibiotik mengobati infeksi
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan.
1) Tujuan
Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi dibuktikan oleh membran mukosa lembab, turgor kulit baik dan pengisian kapiler baik tanda vital
stabil.
2) Intervensi
• Awasi intake dan output.
• Observasi tanda vital (nadi dan suhu).
• Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat.
• Beri cairan peroral secara bertahap.
• Pertahankan pemberian cairan parenteral.
• HE tentang pentingnya pemberian cairan peroral dan parenteral.
• Koloborasi untuk pemberian terapi :
- Anti diare.
- Anti emetik.
3) Rasional.
a) Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.
b) Takikardia, demam dapat menunjukan respon terhadap efek kehilangan cairan.
c) Menunjukan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.
a) Mencegah terjadinya kekurangan cairan tubuh.
b) Mempertahankan hidrasi dan keseimbangan terjadinya kekurangan cairan dan elektrolit tubuh.
c) Keluarga dan klien mengerti tentang tindakan yang dilakukan sehingga dapat mempertahankan keseimbangan pengeluaran cairan yang
berlebihan.
d) Antidiare menurunkan kehilangan cairan dari usus dan antiemetik mengontrol mual dan muntah.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
1) Tujuan.
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi yang dibuktikan dengan berat badan meningkat, porsi makan dihabiskan, nafsu makan meningkat.
2) Intervensi
a) Beri makan lunak dengan porsi kecil tapi sering.
b) Timbang berat badan setiap hari.
c) Anjurkan istrahat sebelum makan.
d) Berikan kebersihan oral.
e) Koloborasi dengan team kesehatan lain untuk pemberian obat - obat vitamin.
3) Rasional
a) Memberi kesempatan pada usus untuk mengabsorbsi makanan dan mencegah kelelahan.
b) Memberikan informasi tentang kebutuhan diet /keefektian terapi.
c) Menenangkan peristaltik usus dan meningkatkan energi dan makanan.
d) Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
e) Merangsang selera makan dan memenuhi kebutuhan vitamin.
d. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit yang diderita anaknya.
1) Tujuan
Kecemasan orang tua berkurang/hilang yang dibuktikan dengan orang tua nampak tenang, dan telanh mengetahui penyakit yang diderita
anaknya.
2) Intervensi
a) Obserfasi faktor kecemasan orang tua klien
b) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mengungkapkan perasaan/ keluhan.
c) Beri informasi yang akurat dan nyata tentang tindakan yang dilakukan.
d) Beri dorongan spiritual kepada klien dan keluarga untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3) Rasional.
a) Dengan mengetahui faktor penyebab kecemasan klien dan keluarga dapat membantu dalam memberikan tindakan selanjutnya.
b) Dengan mengungkapkan keluhan-keluhan akan dapat meringankan beban yang dirasakan sehingga kecemasan berkurang.
c) Dengan informasi yang akurat, klien dan keluarganya dapat mengerti dan mau terlibat dalam perencanaan perawatan memberikan rasa
kontrol dan membantu menurunkan kecemasan.
d) Dengan berdoa diharapkan klien mendapat ketenangan jiwa.
4. Pelaksanaan.
Pelaksanaan adalah suatu tahap dimana perawat membantu pasien untuk mencapai kesehatan optimal, (Long C. Barbara, 1996:28).
Pelaksanaan adalah pengelolaan yang merupakan perwujudan dari asuhan keperawatan yang meliputi tindakan-tindakan yang telah
direncanakan, melaksanakan hasil koloborasi yang dilaksanakan berdasarkan pertimbangan rasional dari perawat.
5. Evaluasi.
Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien. Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan
dalam menggunakan proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai apakah tujuan keperawatan berhasil atau tidak.
Demikian pula diadakan pengkajian ulang dengan mengajukan pertanyaan yang berdasarkan tujuan rencana keperawatan yaitu :
a. Apakah gangguan pola eliminasi BAB tidak teratasi ?
b. Apakah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi ?
c. Apakah kebutuhan nutrisi klien terpenuhi ?
d. Apakah kecemasan orang tua klien berkurang atau hilang ?
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 29 – 09 - 05
Tanggal Pengkajian : 30 – 09 - 05
Nomor Register : 14 42 53
Diagnosa Medik : Diare
1. Biodata
a. Identitas
Nama : By. I
Umur : 2 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke : 1 ( pertama )
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia
Alamat : BTN Wahana
b. Identitas orang tua
1) Identitas ayah
Nama : Tn. M
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Pendidikan : SI
Pekerjaan : PNS
Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia
Alamat : BTN Wahana
2). Identitas Ibu
Nama : Ny. S
Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia
Alamat : BTN Wahara
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan utama : Ibu klien mengatakan klien berak encer ± 5 kali dan muntah ± 3 kali.
2) Riwayat keluhan utama :
a) Provokatif / faktor Pencetus : ibu klien mengatakan tidak tahu pasti penyebabnya.
b) Quality/sifat keluhan : hilang timbul
c) Region / radiasi lokasi dan penyebarannya : pada daerah abdomen.
d) Severity/tingkat beratnya : sedang.
e) Timing/mulai timbulnya keluhan : sejak tanggal 26-09-05 pukul 15.00 wita.
3) Keluhan yang menyertai : ibu klien mengatakan klien muntah ± 3 kali dan klien panas.
4) Usaha yang dilakukan : ibu klien mengatakan tidak memberi obat pada klien, hingga akhir klien di bawa ke UGD RSUP pada tanggal
29 September 2005 pukul 18.00
5) Keluhan saat pengkajian :
Ibu klien mengatakan sejak pagi sampai pukul 11.00 klien berak encer 4 kali dan muntah 2 kali.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Prenatal
a) Ibu klien melakukan perawatan selama hamil sejak usia kehamilan 3 bulan.
b) Keluhan ibu waktu hamil ; mengidam, muntah-muntah selama 4 bulan
c) Lamanya hamil 9 bulan 12 hari.
d) Tidak pernah dirawat di rumah sakit selama hamil
e) Tempat pemeriksaan kehamilan di RSUP (Rumah Sakit Umum Propinsi )
f) Pola makan ibu selama hamil baik
g) Tidak ada riwayat sinar X atau sinar matahari yang berlebihan
h) Imunisasi 2 kali pada usia kehamilan 6 bulan dan 7 bulan.
2) Natal
a) Tempat melahirkan di rumah sakit umum propinsi
b) Penolong persalinan ; bidan
c) Jenis persalinan ; spontan
d) Lama persalinan + 1 jam.
e) Tidak ada penyulit/komplikasi selama melahirkan.
3) Post Natal
a) Kondisi anak saat lahir ; sehat
b) Berat badan 3,2 kg
c) Panjang badan 50 cm
d) Keadaan anak terhadap penyakit :
- Tidak ada penyakit infeksi yang diderita
- Tidak pernah mengalami kecelakaan
- Tidak ada riwayat keracunan
- Tidak ada riwayat operasi
- Tidak ada riwayat alergi
4) Riwayat Imunisasi
Tabel 4. Riwayat Imunisasi
No Jenis Imunisasi UsiaReaksi Setelah
PemberianPenanganan
1.2
HB I BCG, Polio I
0 bulan 2 bulan
-Demam
-Kompres
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Genogram 3 Generasi :
G. I
G. I I
G. III
Keterangan :
: Laki-Laki/Perempuan Hidup
: Tinggal Serumah
: Hubungan Keluarga
: Ikatan Perkawinan
: Keluarga yang meninggal
: Tidak diketahui usianya
X X
XX X X
? ? ? ? ? 33 ? ? ?26 ?
2 bl
? ?? ?
?
: Klien
2) Riwayat kesehatan anggota keluarga
a) Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
b) Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan
c) Generasi pertama meninggal karena usia lanjut
d. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
1) Pertumbuhan
a) Berat badan saat lahir : 3,2 kg
b) Sebelum sakit : 5 kg
c) Selama sakit : 7,8 kg
d) Panjang badan saat lahir : 50 cm
e) Panjang badan saat ini : 63 cm
f) Lingkar kepala : 43 cm
g) Lingkar lengan : 12 cm
h) Lingkar dada : 41cm
i) Gigi belum tumbuh
2) Perkembangan
a) Berguling : belum bisa
b) Duduk : belum bisa
c) Merangkak : belum bias.
d) Berdiri : belum bisa
e) Jalan : belum bisa
f) Tersenyum pada orang lain : 2 bulan.
g) Berbicara : Klien belum dapat berbicara
e. Riwayat nutrisi
1) Pemberian ASI
a) Pertama kali disusui : segera setelah lahir
b) Waktu pemberian : tidak menentu .
c) Cara pemberian : berbaring di sisi bayi atau dengan cara
duduk dan memangku bayi .
d) Lama pemberian : sampai 4 bulan.
2) Susu formula belum diberikan
f. Riwayat psikososial .
1) Kehidupan sosial .
a) Klien tinggal bersama orang tua di rumah sendiri .
b) Lingkungan tempat tinggal yaitu di kota
c) Klien tidur bersama orang tuanya.
2) Kehidupan perkawinan/hubungan antara orang tua klien baik.
3) Hubungan antara anggota keluarga harmonis.
4) Klien diasuh oleh kedua orang tuanya.
5) Pola bermain anak selalu dalam pengawasan orang tuanya .
g. Riwayat spiritual
Belum ada ritual yang bisa dilaksanakan oleh klien .
h. Reaksi hospitalisasi
1) Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap :
a) Alasan orang tua membawa anaknya ke rumah sakit kerena anaknya sudah buang air besar + 4 kali dan kondisi anaknya semakin
lemah .
b) Dokter tidak menceritakan tentang penyakit anaknya .
c) Ibu klien menyatakan sangat cemas terhadap keadaan anaknya.
d) Ekspresi wajah ibu klien tampak tegang.
e) Ibu klien sering menanyakan tetang keadaan anaknya .
f) Ibu klien berharap agar anaknya cepat sembuh dan tidak sakit lagi .
g) Yang menjaga klien di rumah adalah ibu dan bapak klien .
2) Pemahaman klien tentang rumah sakit dan rawat inap
Klien belum memahami tentang rawat inap.
3. Aktifitas sehari – hari
a. Pola nutrisi
1) Sebelum sakit:
a) Makanan yang diberikan : ASI
b) Frekuensi : tidak menentu
c) Berat badan 5 kg .
2) Saat ini :
ASI tetap diberikan sesuai kebutuhan
b. Pola cairan
1) Sebelum sakit :
a) Jenis minuman ASI
b) Frekuensi : tidak menentu.
2) Saat ini / setelah sakit
a) Jenis minuman ASI
b) Ibu klien mengatakan klien mau minum tapi sedikit.
c) Infus KA-EN 3B. 20 tetes / Menit
c. Pola eliminasi (BAB dan BAK)
1) Sebelum sakit :
a) Tempat pembuangan belum teratur .
b) Frekwensi BAB : 1-2 x sehari.
c) Konsistensi : lunak.
d) Warna feses : kuning.
e) Frekwensi BAK : 4 -5 x sehari.
f) Warna urine : jernih.
g) Bau urine : khas amoniak.
2) Saat ini / setelah sakit :
a) Frekwensi BAB : sejak pagi sampai dikaji yaitu 4 kali .
b) Konsistensi : encer.
c) Warna Feses : kuning bercampur lendir.
d) Frekwensi BAK : 3 kali.
e) Bau Urine : khas amoniak
f) Warna urine : jernih.
d. Pola istirahat tidur.
1) Sebelum sakit :
a) Jam tidur malam : 20.00 – 06.00.
b) Jam tidur siang : 12.00 – 17.00.
c) Tidak ada gangguan tidur pada klien.
2) Saat Ini / setelah sakit :
Sebelum masuk rumah sakit klien tidak dapat tidur, namun saat ini klien dapat tidur nyenyak .
e. Personal hygiene
1) Sebelum sakit :
a) Klien mandi 2 kali sehari menggunakan sabun mandi dengan cara dimandikan.
b) Rambut klien dicuci setiap kali mandi.
c) Kuku klien di potong sekali seminggu .
d) Baju klien diganti setiap kali mandi .
2) Saat ini / setelah sakit :
a) Ibu klien mengatakan klien sudah dimandikan sejak masuk rumah sakit semalam .
b) Ibu klien mengatakan baju klien sudah diganti karena basah dikena muntah.
c) Klien tampak bersih.
d) Baju klien tampak bersih.
f. Pola aktivitas
1) Sebelum sakit
Ibu klien mengatakan klien aktif
2) Saat ini / setelah sakit :
Klien tampak lemah.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum klien .
1) Klien nampak lemah.
2) Kesadaran compos mentis.
3) Tanda – tanda vital :
a) Suhu : 36,20 C.
b) Nadi : 100 kali/menit.
c) Respirasi : 30 kali/menit.
b. Antro pometri.
1) Berat badan : 5 kg. Sebelum sakit : 5,5 kg.
2) Panjang badan : 63 cm .
3) Lingkar lengan atas : 12 cm.
4) Lingkar dada : 41 cm.
5) Lingkar kepala : 43 cm.
c. Sistem pernapasan
1) Hidung
Inspeksi : - Tidak ada sekret.
- Tidak ada polip
- Tidak ada pernapasan cuping hidung.
Palpasi : - Tidak ada nyeri tekan .
2) Leher
Inspeksi : - Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
- Leher tampak kotor .
Palpasi : - Tidak ada nyeri tekan .
- Tidak ada massa /tumor .
3) Dada
Inspeksi : - Pergerakan dada mengikuti irama napas dengan frekuensi 30 kali/menit.
- Bentuk dada simetris kiri dan kanan.
- Tidak ada retraksi dinding dada pada saat inspirasi.
Auskultasi : - Tidak terdengar suara napas tambahan.
Perkusi : - Bunyi resonan pada paru kanan dan kiri.
Palpasi : - Tidak ada nyeri tekan.
- Vokal fremitus bergetar.
4) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : - Konjungtiva tidak anemis.
- Tidak ada pembesaran vena juga laris.
Auskaltasi : - Irama jantung teratur yaitu 120 kali/menit.
- Tidak terdengar murmur .
5) Sistem pencernaan
Inspeksi : - Sklera tidak ikterus.
- Bibir agak kering.
- Tidak ada stomatitis.
- Kemampuan menelan baik .
- Perut kembung.
Auskultasi : peristaltic usus meningkat
Perkusi : terdapat bunyi hypertimpani.
Palpasi : - Turgor kulit sedang.
- Nyeri tekan pada epigastrium.
- Tidak ada pembesaran hepar.
6) Sistem indera
a) Mata
Inspeksi : - Kelopak mata nampak cekung .
- Konjungtiva tidak anemis.
- Sklera tidak ikterus.
- Simetris kiri dan kanan.
- Penglihatan baik
- G erakan bola mata baik.
b) Hidung
Inspeksi : - Tidak ada secret.
- Tidak ada polip.
- Tidak ada pernapasan cuping hidung.
Palpasi : - Tidak ada nyeri tekan.
c) Telinga
Inspeksi : - Simetris kiri dan kanan.
- Telinga tampak bersih.
- Tidak ada pengeluaran cairan.
- Tidak ada serumen.
- Fungsi pendengaran baik, terbukti dengan klien
menoleh jika dipanggil.
d) Fungsi pengecapan baik.
7) Sistem saraf
a) Fungsi serebral :
Inspeksi : Kesadaran baik ( compos mentis ).
E = 4, M = 6, V = 5
b) Fungsi motorik.
Inspeksi dan palpasi : massa dan tonus otot baik
c) Fungsi sensorik.
Bereaksi terhadap rangsangan dingin dan panas
d) Fungsi serebrum
Inspeksi : koordinasi dan keseimbangan masih kurang
e) Refleks
Inspeksi : - Refleks bisep ( + )
- Refleks triseps ( + )
- Refleks babinski ( + )
Perkusi : - Refleks patela ( + )
f) Iritasi meningen : tidak ada kaku kuduk
8) Sistem muskoloskeletal
a) Kepala
Inspeksi : - Bentuk mesocephal
- Gerakan kepala baik
- Ubun-ubun tidak cekung
- Terpasang infus KA EN 3B 20 tts/menit
Palpasi : - Tidak ada masa / benjolan
- Tidak ada nyeri tekan
b) Bahu
Inspeksi : - Tidak ada luka
- Konsistensi dan massa otot baik
c) Ekstremitas atas
Inspeksi : - Tonus otot dekstra dan sinistra baik
- Kekuatan otot dekstra 4 dan sinistra 4
Perkusi : - Refleksi bisep dekstra dan sinistra ( + )
- Refleks triseps dekstra dan sinistra ( + )
Palpasi : - Rangsang nyeri ( + )
- Rangsang raba ( + )
d) Ekstremitas bawah
Inspeksi : - Gerakan fleksi dan ekstensi baik
- Kekuatan otot dekstra 5 dan sinistra 5
Palpasi : - Rangsang nyeri ( + )
- Rangsang Raba ( + )
9) Sistem Integumen
a) Rambut
Inspeksi : - Warna rambut kepala hitam
- Penyebaran rambut merata
- Rambut tidak mudah tercabut
b) Kulit
Inspeksi : - Warna kulit kuning langsat
- Nampak persebaran bulu halus
Palpasi : - Temperatur 36,20C
- Tugor kulit kurang elastis.
c) Kuku
Inspeksi : - Kuku tampak bersih .
- Tidak tampak jari tabuh
- Kuku tidak sianosis
Palpasi : - Kuku tidak mudah patah .
10) Sistem endokrin.
a) Kelanjar tiroid tidak terjadi pembesaran.
a) Pertumbuhan normal sesuai usia.
b) Tidak ada riwayat air kencing dikelilingi semut.
11) Sistem perkemihan.
Inspeksi : - Tidak ada kesulitan dalam berkemih.
- Warna jernih
- Bau khas amoniak.
Palpasi : Tidak ada distensi kandung kemih.
12) Sistem imun
a) Tidak ada riwayat alergi terhadap cuaca dan debu.
b) Imunisasi lengkap
c) Tidak ada riwayat tranfusi darah.
d) Pernah menderita influenza
5. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan.
a. Motorik kasar
Klien belum dapat berjalan
b. Motorik halus
Klien sudah dapat memegang/menggenggam.
c. Bahasa
Klien belum dapat berbicara.
d. Kognitif .
Klien belum dapat menyebutkan bagian – bagian dari anggota tubuhnya
e. Sosialisasi
1) Klien sangat dekat dengan ibunya.
2) Klien tidak susah didekati oleh orang asing.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tidak ada
7. Pengobatan
a. Infus KA-EN 3B : 20 tetes/menit
b. Amoxyciliin 3x1pulv.
Klasifikasi Data
1. Data subyektif
Ibu klien mengatakan saat masuk anakya berak encer terus-menerus + 5 kali dan muntah ± 4 kali.
Ibu klien mengatakan tidak tahu pasti penyebab anaknya berak encer,
Ibu klien mengatakan sejak pagi sampai pukul 11.00 (saat pengkajian) klien berak encer 4 kali dan muntah 2 kali.
Ibu klien mengatakan bahwa dokter tidak menceritakan penyakit anaknya.
Ibu klien mengatakan sangat cemas terhadap keadaan anaknya .
Ibu klien berharap agar anaknya cepat sembuh dan tidak sakit lagi.
Ibu klien mengatakan anaknya mau minum tapi sedikit.
2. Data Obyektif
a. Klien nampak lemah
b. Mata nampak cekung
c. BAB 4 kali, konsistensi feses encer bercampur lendir
d. Klien nampak gelisah
e. Muntah dua kali
f. Turgor kulit menurun / kurang elastis
g. Perut kembung
h. Peristaltik usus meningkat
i. Berat badan sebelum sakit 5,5 kg setelah sakit 5 kg.
j. Terpasang infus KA-EN 3B 20 tetes/menit
k. Ekspresi wajah ibu klien nampak tegang
l. Ibu klien sering menanyakan tentang keadaan anaknya
m. Tanda-tanda vital
- Suhu : 36,2º C
- Pernapasan : 30 kali/menit
- Nadi : 100 kali/menit
n. Terdapat bunyi hipertympani pada abdomen
A. Analisa Data
Tabel 3. Analisa Data No SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM1. Data Subyektif :
- Ibu klien mengatakan anaknya BAB encer sebanyak 4 kali.
- Ibu klien mengatakan anaknya muntah sebanyak 2 kali.
Data Obyektif :- Mata
cekung.- Keadaa
n umum lemah. - Gelisah
.- Turgor
kulit jelek.- Tanda-
tanda vital :S = 36,2º CN = 100 kali/menitR = 30 kali/menit
- Terpasa
Makanan yang terkontaminasi Saluran
pencernaan.↓
Endotoksin kuman Merangsang usus.
↓Peristaltik usus dan cairan berlebihan.
↓Usus berusaha
mengeluarkan toksin yang bercampur dengan
cairan.↓
Absorbsi cairan di usus menurun.
↓Penurunan volume
cairan tubuh.
Penurunan volume cairan
tubuh.
ng infus KA-EN 3B
2. Data Subyektif : - Ibu klien mengatakan anaknya
BAB encer sebanyak 4 kali.- Ibu
klien mengatakan anaknya muntah sebanyak 2 kali
Data Obyektif :- BAB 4
kali konsistensi Faeces encer bercampur lendir
- Klien tampak lemah.
- Klien nampak gelisah
- Perut kembung.
- Peristaltic usus meningkat
Endotoksin kuman pada saluran pencernaan.
↓Inflamasi pada saluran
pencernaan.↓
fungsi intestinal terganggu.
↓peningkatan peristaltic
usus.↓
merangsang defekasi terus - menerus
↓diare.
Ganguan pola eliminasi BAB
3 Data Subyektif :- Ibu
klien mengatakan bahwa dokter tidak menceritakan penyakit anaknya
- Ibu klien mengatakan sangat cemas terhadap keadaan anaknya
Keadaan penyakit anaknya
↓Koping individu
inefektif↓
Stres psikologis
Ansietas orang tua
- Ibu klien berharap agar anaknya cepat sembuh dan tidak sakit lagi
Data Obyektif :- Ekspres
i wajah ibu klien tampak tegang- Ibu
klien sering menanyakan tentang keadaan anaknya.
↓Ansietas orang tua
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan volume cairan tubuh berhubungan dengan intake kurang dan output yang berlebihan ditandai dengan :
Data Subyektif :
- Ibu klien mengatakan anaknya BAB encer sebanyak 4 kali.
- Ibu klien mengatakan anaknya muntah 2 kali.
Data Obyektif :
- Mata cekung
- Keadaan umum lemah
- Turgor kulit jelek
- Tanda-tanda vital :
S : 36,2ºC
N : 100 kali/meni
R : 30 kali/menit
- Terpasang infus KA – EN 3B
2. Ganguan pola eliminasi BAB : diare berhubungan dengan infeksi pada usus, ditandai dengan :
Data Subyektif :
- Ibu klien Mengatakan anaknya BAB encer sebanyak 4 kali
- Ibu klien mengatakan anaknya muntah sebanyak 2 kali
Data Obyektif :
- BAB 4 kali konsistensi Faeces encer bercampur lendir
- Klien tampak lemah.
- Klien nampak gelisah
- Perut kembung.
- Peristaltic usus meningkat
3. Ansietas orang tua berhubungan dengan keadaan penyakit klien, ditandai dengan:
Data Subyektif :
- Ibu klien mengatakan bahwa dokter tidak menceritakan penyakit anaknya
- Ibu klien mengatakan sangat cemas terhadap keadaan anaknya
- Ibu klien berharap agar anaknya cepat sembuh dan tidak sakit lagi
Data Obyektif :
- Ekspresi wajah ibu klien nampak tegang
- Ibu klien sering menanyakan tentang keadaan anaknya
E. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : By. I Tanggal pengkajian : 30 – 09 – 2005Umur : 2 bulan No. Register : 14 42 53Jenis kelamin : Perempuan Ruangan : Melati Alamat : BTN Wahana kendari Diagnosa Medis : Diare
No Hari/Tgl. DIAGNOSA KEPERAWATANRENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI
1. Jum’at,30 – 9 – 2005
Penurunan volume cairan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang dan output yang berlebihan ditandai dengan :Data subyektif: Ibu klien mengatakan
anaknya BAB encer sebanyak 4 kali.
Ibu klien mengatakan anaknya muntah sebanyak2 kali.
Data Obyektif: Mata cekung. Keadaan umum lemah. Gelisah. Turgor kulit jelek. Tanda-tanda vital :
S = 36,2 OC.N = 123 kali/menit.R = 30 kali/menit.
Terpasang infus KA – EN 3B.
Tupan :Setelah diberi asuhan keperawatan selama ± 3 hari, penurunan volume cairan tubuh teratasi.
Tupen :Setelah diberi asuhan keperawatan selama ± 1 hari, volume cairan tubuh normal dengan kriteria: BAB normal. Keadaan umum
baik. Turgor kulit
baik. Tidak muntah Tidak terjadi
dehidrasi
1. Observasi frekuensi BAB dan muntah.
2. Obserfasi tanda-tanda vital (denyut nadi,suhu).
3. Berikan HE ibu klien untuk tetap memberikan ASI sesuai kebutuhan klien.
4. Pertahankan pemberian cairan parenteral.
1. Mengobservasi frekuensi BAB dan muntah merupakan indikator untuk mengetahui kekurangan cairan.
2. Takkardia, demam sebagai respon terhadap aspek kehilangan cairan.
3. Asi yang diberikan dapat mengganti cairan tubuh yang hilang.
4. Sebagai prosedur pengobatan serta berfungsi untuk mengganti cairan yang hilang.
No Hari/Tgl. DIAGNOSA KEPERAWATANRENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI
2. Jum’at,30 – 9 – 2005
Ganguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan infeksi atau gangguan pada usus yang ditandai dengan : Data subyektif : Ibu klien mengatakan
anaknya BAB encer sebanyak 4 kali.
Ibu klien mengatakan anaknya muntah sebanyak2 kali.
Data obyektif : Keadaan umum lemah. Gelisah. Perut kembung. Peristaltic usus meningkat
Tupan :Setelah diberi asuhan keperawatan selama ± 3 hari, ganguan pola eliminasi BAB kembali normal.
Tupen :Setelah diberi asuhan keperawatan selama ± 1 hari, pola eliminasi BAB kembali normal dengan kriteria : Penurunan
frekuensi defekasi. Konsistensi
lunak Perut normal Peristaltic
kembali normal
1. Observasi frekuensi dan karakteristiki defekasi
2. Tingkatkan tirah baring
3. Hindari pemberian susu yang mempunyai kadar laktogen tinggi.
4. Berikan HE pada keluarga akan kebersihan diri dan makanan
5. kolaborasi pemberian anti diare dan antibiotic
1. membentu membedakan berat penyakit klien sehingga mempermudah intervensi selanjutnya.
2. Istirahat menurunkan mobilitas usus
3. laktogen yang banyak dapat meningkatkan frekuensi BAB.
4. kebersihan diri dan makanan menghindari kontaminasi kuman/bakteri yang menyebabkan diare
5. anti diare menurunkan frekuensi defekasi dan antibiotic mengobati infeksi
4. Jum’at,30 – 9 – 2005
Ansietas orang tua berhubungan
dengan keadaan penyakit klien,
ditandai dengan:
Data Subyektif :
Ibu klien mengatakan bahwa dokter tidak menceritakan penyakit anaknya
Tupan :Setelah diberi asuhan keperawatan selama ± 3 harikeluarga klien tidak cemas
Tupen :Setelah diberi asuhan keperawatan selama
1. Observasi faktor penyebab kecemasan orang tua klien
2. Beri kesempatan orang tua klien untuk mengungkapkan perasaannya.
1. Dengan mengetahui factor penyebab kecemasan orang tua klien dapat membantu tindakan selanjutnya.
2. Dengan memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat
Ibu klien mengatakan sangat cemas terhadap keadaan anaknya
Ibu klien berharap agar anaknya cepat sembuh dan tidak sakit lagi
Data Obyektif :
Ekspresi wajah ibu klien nampak tegang
Ibu klien sering menanyakan tentang keadaan anaknya
± 1 hari, keluarga klien tidak cemas dengan kriteria : Ibu klien tidak
bertanya tentang penyakit anaknya
Ekspresi wajah ibu klien tenang.
3. Jelaskan pada orang tua klien tentang proses penyakit anaknya.
mengurangi beban sehingga kecemasan berkurang.
3. Dengan penjelasan yang diberikan diharapkan orang tua klien dapat mengerti dan mau bekerja sama dalam pemberian tindakan.
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari/tanggal No. Dx Jam Implementasi Paraf Hari/tanggal Jam Evaluasi
Jum’at,30 – 9 – 2005
I 10.0010.0510.15
10.30
11.00
1. Mengobservasi frekuensi BAB
2. mengobservasi tanda-tanda vital
3. Ibu klien memberikan ASI sesuai kebutuhan.
4. Mempertahankan infus KA – EN 3B 20 tetes/menit.
5. Memberikan obat anti diare (GE) Amoxycillin.(kolaborasi dengan dokter).
Jum’at 30 – 09 – 2005
13.05
S : - Ibu klien mengatakan klien masih berak encer 4 kali bercampur lendir.
- Ibu klien mngatakan klien tidak muntah
O : - Turgor kulit elastis.- Lemah.- Kelembaban mukosa mulut
agak lembab.- Denyut nadi 120 x /mt- Suhu 36,2º C.- Masih terpasang infus KA
EN 3B 20 tts/mtA : Masalah belum teratasi
Jum’at,30 – 9 – 2005
II 11.5011.55
12.10
12.15
12.20
1. mengobservasi frekuensi dan karakteristiki defekasi
2. Meningkatkan tirah baring
3. mengindari pemberian susu yang mempunyai kadar laktogen tinggi.
4. menjelaskan pada keluarga akan kebersihan diri dan makanan
5. memberikan obat anti diare anti diare amoxycillin
Jum’at30 – 09 – 2005
13.15
S : - Ibu klien mengatakan klien masih berak encer 4 kali bercampur lendir
O : - karakteristik defekasi encer bercampuir lendir.
- peristaltic usus meningkat - perut kembungA : Masalah belum teratasiP : - Intervensi 1,2,4, dan 5
dilanjutkan
Jum’at,30 – 9 – 2005
III 12.25
12.30
12.30
1. mengkaji factor penyebab kecemasan orang tua klien dengan hasil orang tua klien tidak mengetahui akitat yang timbul bila klien BAB terus .
2. memberikan kesempatan untuk mengungkapkan semua keluhan orang tua klien.
3. menjelaskan kepada orang tua klien tentang proses penyakit.
Jum’ at 30 – 09 – 2005
13.30
S : - Orang tua klien mengatakan tidak cemas lagi dengan keadaan anaknya, karena sudah mengerti dengan proses penyakitnya.
- Orang tua klien mengatakan mudah-mudahan anaknya cepat sembuh.
O : - orang tua klien nampak tenang.A: Masalah teratasi.P : Intervensi dipertahankan
108
G. CATATAN PERKEMBANGAN
Tabel 6. Catatan perkembangan
Hari/tanggal No. Dx. Jam Catatan Perkembangan
Sabtu, 1 –10 – 2005
I 08.15 S : Ibu klien mengatakan anaknya masih BAB encer sebanyak 3 kali dan muntah.
O: Mata cekung. Keadaan umum baik. Turgor kulit baik. Tanda-tanda vital :
S = 37,5 OC. N = 122 kali/menit.R = 38 kali/menit.
A : Masalah teratasi sebagian.P : Intervensi dilanjutkan.
II 08.45 S : - Ibu klien mengatakan klien masih berak encer 3 kali
O : - karakteristik defekasi encer bercampur lendir
- peristaltic usus meningkat - perut normalA : Masalah belum teratasiP : Intervensi 1,2,3,4, dan 5 dilanjutkan
III 09.00 S : - Orang tua klien mengatakan tidak cemas lagi dengan keadaan anaknya, karena sudah mengerti dengan proses penyakitnya.
- Orang tua klien mengatakan mudah-mudahan anaknya cepat sembuh.
O : - orang tua klien nampak tenang.A: Masalah teratasi.P : Intervensi dipertahankan I : -E : -
109
Hari/tanggal No. Dx. Jam Catatan Perkembangan
Minggu, 2 – 10 – 2005
I 08.05 S : Ibu klien mengatakan anaknya tidak lagi BAB encer dan muntah.
O: Mata tidak cekung. Keadaan umum baik. Klien tidak gelisah. Turgor kulit baik. Tanda-tanda vital :
S = 37 OC. N = 120 kali/menit.R = 38 kali/menit.
A : Masalah teratasi.P : Intervensi dipertahankan.
II 08.15 S : Ibu klien mengatakan anaknya tidak lagi BAB encer konsistensi melai ber ampas
O : - karakteristik defekasi encer lender tidak ada
- peristaltic meningkat - perut normalA : Masalah belum teratasi tapi sudah ada
kemajuanP : Intervensi dilanjutkan
Senin, 3 –10 – 2005
I 08.15 S : Ibu klien mengatakan anaknya BAB sebanyak 2 kali dan konsistensi lunak
O: Mata normal. Keadaan umum baik. Turgor kulit baik. Tanda-tanda vital :
S = 37,5 OC. N = 122 kali/menit.R = 38 kali/menit.
A : Masalah teratasi sebagian.P : Intervensi dilanjutkan.
II 08.45 S : - Ibu klien mengatakan klien masih berak encer 2 kali konsistensi lunak
O : - karakteristik defekasi lunak - peristaltic usus normal - perut normal
110
A : Masalah teratasiP : Intervensi dipertahankan