Upload
feliciaabe
View
78
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 1/23
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Koagulasi intravascular diseminata (KID) merupakan salah satu kedaruratan
medis,karena mengancam nyawa dan memerlukan penanganan segera. Tetapi tidak
semua KID digolongkan dalam darurat medis,hanya KID fulminan atau akut sedang KID
derajat yang terendah atau kompensasi bukan suatu keadaan darurat. Namun perlu di
waspadai bahwa KID derajat rendah dapat berubah menjadi KID fulminan,sehingga
memerlukan pengobatan segera.Banyak penyakit yang sudah di kenal dan sering mencetuskn KID. Akibat banyaknya
penyakit yang dapat mencetuskannya gejala klinis KID menjadi sangat bervariasi pula.
Hal ini juga mungkin salah satu penyabab mengapa banyak istilah yang dipakai untuk
KID seperti konsumsi koagulopati,hiperfibrinolisis,defibrinasi dan sindrom
trombohemoragik. Istilah yang paling akhir ini lebih menggambarkan gejala klinis karena
dihubungkan dengan patofisiologis. Istilah yang paling umum diterima sekarang ini
adalah KID. Trombohemoragik menggambarkan terjadinya thrombosis bersamaan
dengan perdarahan. Kedua manifestasi klinik ini dapat terjadi bersamaan pada KID.
Tetapi para dokter lebih sering memperhatikan perdarahan daripada akibat thrombosis
padahal morbiditas dan mortalitas lebih banyak dipengaruhi thrombosis.
Keberhasilan pengobatan selain ditentukan keberhasilan mengatasi penyakit dasar yang
mencetuskan KID juga ditentukan oleh akibat KID itu sendiri.
Dalam makalah ini akan disajikan penanganan yang obyektif mengenai diagnosis klinis
dan laboratorium,etiologi,patofisiologi,menentukan berat KID,menilai respons terhadap
pengobatan,dan tatalaksana pada umumnya.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 2/23
Pada makalah ini kami akan membahas mengenai apa itu KID, penanganan yang obyektif
mengenai diagnosis klinis dan laboratorium, etiologi, patofisiologi, menentukan berat
KID, menilai respons terhadap pengobatan,dan tatalaksana pada umumnya.
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun sebagai bahan informasi bagi para pembaca, khususnya
kalangan medis, Agar kita dapat lebih memahami tentang apa i tu DIC,
penanganan yang obyektif mengenai diagnosis klinis dan
laboratorium,etiologi,patofisiologi,menentukan berat KID,menilai respons terhadap
pengobatan,dan tatalaksana pada umumnya.
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 3/23
Bab II
Pembahasan Konsep Medik
A. Definisi DIC
- Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuan-
bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk
mengendalikan perdarahan. (medicastore.com).
- Disseminated Intravascular Coagulation adalah suatu sindrom yang ditandai dengan
adanya perdarahan/kelainan pembekuan darah yang disebabkan oleh karena terbentuknya
plasmin yakni suatu spesifik plasma protein yang aktif sebagai fibrinolitik yang didapatkan dalam sirkulasi (Healthy Cau’s)
- Secara umum Disseminated Intavascular Coagulation (DIG) didefinisikan sebagai
kelainan atau gangguan kompleks pembekuan darah akibat stirnulasi yang berlebihan
pada mekanisme prokoagulan dan anti koagulan sebagai respon terhadap jejas/injury
(Yan Efrata Sembiring, Paul Tahalele)
- Kesimpulan : DIC adalah penyakit dimana faktor pembekuan dalam tubuh berkurang
sehingga terbentuk bekuan-bekuan darah yang tersebar di seluruh pembuluh darah.
B. Mekanisme Hemostasis normal
Sistem pembuluh darah membentuk suatu sirkuit yang utuh yang mempertahankan darah
dalam keadaan cair. Jika terdapat kerusakan pada pembuluh darah, trombosit dan sistem
koagulasi akan menutup kebocoran atau kerusakan tersebut sampai sel pada dinding
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 4/23
pembuluh darah memperbaiki kebocoran tersebut secara permanen. Proses ini meliputi
beberapa tahap/faktor, yaitu;
1. Interaksi pembuluh darah dengan struktur penunjangnnya.
2. Trombosit dan interaksinya dengan pembuluh darah yang mengalami kerusakan.
3. Pembentukan fibrin oleh sistem koagulasi.
4. Pengaturan terbentuknya bekuan darah oleh inhibitor/penghambat faktor pembekuan dan
sistem fibrinolisis.
5. Pembentukan kembali (remodeling) tempat yang luka setelah perdarahan berhenti.
Tahap 1 dan 2 dikenal sebagai hemostasis primer. Sel endotel pada dinding pembuluh
darah mempunyai mekanisme untuk mengatur aliran darah dengan cara vasokontriksi
atau vasodilatasi, sedangkan membran basal subendotel mengandung protein-protein
yang berasal dari endotel seperti kolagen, fibronektin, faktor von Willebrand dan lain-
lain, yang merupakan tempat melekatnya trombosit dan leukosit. Trombosit akan
membentuk sumbat hemostasis melalui proses: 1) adhesi (adhesion), yaitu melekat pada
dinding pembuluh darah: 2) agregasi atau saling melekat di antara trombosit tersebut,
yang kemudian menjadi dilanjutkan dengan proses koagulasi.
Tahap 2 atau sistem koagulasi melibatkan faktor pembekuan dan kofaktor yang
berinteraksi pada permukaan fosfolipid membran trombosit atau sel endotel yang rusak
untuk membentuk darah yang stabil. Sistem ini dibagi menjadi jalur ekstrinsik yangnmelibatkan faktol jaringan (tissue factor) dan faktor VII, dan jalur instrinsik (starface-
contact factor). Sistem ini diaktifkan jika faktor jaringan, yang diekspresikan pada sel
yang rusak atau teraktivasi (sel pembuluh darah atau monosit) berkontak dengan faktor
VII aktif (a) yang bersikulasi, membentuk kompleks yang selanjutnnya akan
mengaktifkan faktor X menjadi Xa dan seterusnya hingga membentuk trombus/fibrin
yang stabil (fibrin ikat silang /cross-linked fibrin).
Setelah fibrin terbentuk, antikoagulan alamiah berperan untuk mengatur dan membatasi
pembentukan sumbat hemostasis atau trombus pada dinding pembuluh darah yang rusak
tersebut. Sistem ini terdiri dari antirombin (AT)-III, protein S, serta heparin kofaktor II,
alfa-1 antirifsin dan alfa-2 makroglobulin. Antirombin bekerja menghambat atau
menginaktivasi trombin, faktor VIIa, XIIa, Xia, Xa, dan Ixa. Tanpa adanya heparin,
kecepatan inaktivasi ini reelatif lambat. Heparin mengikat dan mengubah AT dan
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 5/23
meningkatkan kecepatan inaktivasi AT. Sedangkan protein C menghambat faktor Va dan
VIIIa, dengan bantuan protein S sebagai kofaktor.
Fibrinolisis atau pemecahan fibrin merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk
mempertahankan patensi pembuluh darah dan menormalkan aliran darah. Enxim yang
berperan dalam sistem ini adalah plasminogen, yang akan diubah menjadi plasmin dan
kemudian akan memecah fibrinogen dan fibrin menjadi fibrinogen(atau fibrin)
degradation product (FDP), sedangkan produk pemecahan fibrin ikat silang adalah D-
dimer.
C. Etiologi DIC
KID merupakan mekanisme perantara berbagai penyakit dengan gejala klinis tertentu.
Berbagai penyakit dapat mencetuskan KID fulminan atauderajat rendah seperti di bawah
ini:
1. Penyakit yang disertai KID fulminan
a. Bidang obstetric: emboli cairan amnion,abrupsi plasenta,eklamsia,abortus
b. Bidang hematologi: reaksi transfusi darah,hemolisis berat,transfuse massif, leukemia M3
& M4
c. Infeksi
1. Septicemia,gram negative (endotoksin),gram negative (mikro polisakarida)
2. Viremia : HIV,hepatitis,varisela,virus sitomegalo,demam dengue
3. Parasit : Malaria
4. Trauma
5. Penyakit hati akut : gagal hati akut ,ikterus obstruktif
6. Luka bakar
7. Alat prosthesis : shunt leveen shunt denver,alat bantu balon aorta
8. Kelaian vascular
2. Penyakit di sertai KID derajat
1. Keganasan
2. Penyakit kardiovaskular
3. Penyakit autoimun
4. Penyakit ginjal menahun
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 6/23
5. Peradangan
6. Graft versus host disease
7. Penyakit hati menahun
D. Patofisiologi DIC
Emboli cairan amnion yang disertai KID sering mengancam jiwa dan dapat menyebabkan
kematian. Gejala KID karena emboli cairan amnion yaitu gagal nafas akut, dan renjatan.
Pada sindrom mati janin dalam uterus yang lebih dari 5 minggu yang ditemukan KID
pada 50% kasus. Biasanya pada permulaan hanya KID derajat rendah dan kemudian
dapat berkembang cepat menjadi KID fulminan.Dalam keadaan seperti ini nekrosis
jaringan janin, dan enzim jaringan nekrosis tersebut akan masuk dalam sirkulasi ibu dan
mengaktifkan sistem koagulasi dan fibrinolisis,dan terjadi KID fulminan.
Pada kehamilan dengan eklamsia ditemukan KID derajat rendah dan sering pada
organ khusus seperti ginjal dan mikrosirkulasi plasenta. Namun perlu diingat bahwa 10-
15% KID derajat rendah dapat berkembang menjadi KID fulminan. Abortus yang
diinduksi dengan garam hipertonik juga sering disertai KID derajat rendah, sampai
abortus komplet,namun kadang dapt menjadi fulminan.
Hemolisis karena reaksi transfusi darah dapat memicu sistem koagulasi sehingga
terjadi KID. Akibat hemolisis,sel darah merah (SDM) melepaskan adenosine difosfat(ADP) atau membrane fosfolipid SDM yang mengaktifkan sistem koagulasi baik sendiri
maupun secara bersamaan dan menyebabkan KID. Pada septikimia KID terjasi akibat
endotoksin atau mantel polisakarida bakteri memulai koagulasi dengan cara
mengaktifkan factor F XII menjadi FXIIa,menginduksi pelepasan reaksi
trombosit,menyebabkan endotel terkelupas yang dilanjutkan aktivasi F XII men F X-
Xia,dan pelepasan materi prokoagulan dari granulosit dan semuanya ini dapat
mencetuskan KID.Terakhir dilaporkan bahwa organism gram positif dapat menyebabkan
KID dengan mekanisme seperti endotoksin, yaitu mantel bakteri yang terdiri dari
mukopolisakarida menginduksi KID.
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 7/23
Aktivitas Komplemen
FDP
D.dimer Kerusakan Endotel
Kompleks Ag-Ab
Endotoksin
Kerusakan JaringanKerusakan Trombosit
ADP
Kerusakan Sel darah merahKolagen
Aktivitas
TromboplastinXI
XIIa
XI
XIaFosfolipid
X Xa
Trombin
Prekalikrei
nKolagen
Kalikrein
KlinisPlasmin
Plasminogen
Protrombin
P.F.12
Fibrinogen
Fibrin
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 8/23
E. Gejala Klinis
Gejala klinis bergantung pada penyakit dasar,akut atau kronik,dan proses patologis yang
mana lebih utama,apakah akibat thrombosis mikrovaskular atau diathesis hemoragik.
Kedua proses patologis ini menimbulkan gejala klinis yang berbeda dan dapat ditemukan
dalam waktu yang bersamaan.
Perdarahan dapat terjadi pada semua tempat. Dapat terlihat sebagai petekie,
ekimosis,perdarahan gusi,hemoptisis,dan kesadaran yang menurun sampai koma akibat
perdarahan otak. Gejala akibat thrombosis mikrovaskular dapat berupa kesadaran
menurun sampai koma,gagal ginjal akut,gagal napas akut dan iskemia fokal,dan gangrene
pada kulit.
Mengatasi perdarahan pada KID sering lebih mudah daripada mengobati akibat
thrombosis pada mikrovaskular yang menyababkan gangguan aliran darah,iskemia dan
berakhir dengan kerusakan organ yang menyebabkan kematian.
F. Komplikasi
- Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 9/23
- Penurunan fungsi ginjal
- Gangguan susunan saraf pusat
- Gangguan hati
- Ulserasi mukosa gastrointestinal : perdarahan
- Peningkatan enzyme jantung : ischemia, aritmia
- Purpura fulminan
- Insufisiensi adrenal
- Lebih dari 50% mengalami kematian
G. Insiden
Orang-orang yang memiliki resiko paling tinggi untuk menderita DIC:
- Wanita yang telah menjalani pembedahan kandungan atau persalinan disertai
komplikasi, dimana jaringan rahim masuk ke dalam aliran darah
- Penderita infeksi berat, dimana bakteri melepaskan endotoksin (suatu zat yang
menyebabkan terjadinya aktivasi pembekuan
- Penderita leukemia tertentu atau penderita kanker lambung, pankreas maupun prostat.
Orang-orang yang memiliki resiko tidak terlalu tinggi untuk menderita DIC:
- Penderita cedera kepala yang hebat
- Pria yang telah menjalani pembedahan prostat
- Terkena gigitan ular berbisa.
H. Diagnosis Laboratorium
Karena rumitnya patofisiologi KID,hasil laboratorium yang di dapat sangat bervariasi.
Rumit dan sukar diinterpretasi jika patofisiologi tidak jelas dimengerti dan pemeriksaan
yang dilakukan tidak cukup. Tetapi jika pemeriksaan yang diminta cukup dan interpretasi
tepat akan dapat memberikan criteria diagnosis yang objektif. Saat ini banyak metode
baru tersedia,untuk uji laboratorium klinis yang memudahkan pemeriksaan pasien dengan
KID. Dibawah ini dijelaskan laboratorium yang objektif yang diperlukan untuk diagnosis
KID,yang didasarkan atas pengetahuan patofisiologi KID.
PEMERIKSAAN HEMOSTASIS pada KID
a) Masa Protombin
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 10/23
Masa protrombin bias abnormal pada KID, dapat disebabkan beberapa hal. Karena masa
protrombin yang memanjang bisa karena hipofibrinogenemia, gangguan FDP pada
polimerisasi fibrin monomer dan karena plasmin menginduksi lisis faktor V dan faktor
IX. Masa protrombin ditemukan memanjang pada 50-75% pasien KID sedang pada
kurang 50% pasien bias dalam batas normal atau memendek. Normal atau memendeknya
masa protrombin ini terjadi karena (1) beredarnya faktor koagulasi aktif seperti trombin
atau F Xa yang dapat mempercepat pembentukan fibrin, (2) hasil degradasi awal dapat
mempercepat pembekuan oleh thrombin atau sistem pembekuan gel yang cepat. Masa
protrombin umumnya kurang bermanfaat dalam evaluasi KID.
b) Partial Thrombin Time (PTT)
PTT diaktifkan seharusnya juga memanjang pada KID fulminan karena berbagai sebab
sehingga parameter ini lebih berguna pada masa protrombin. Plasmin menginduksi
biodegradasi F V, VIII, IX dan XI, yang seharusnya juga menyebabkan PTT memanjang.
Selain itu sama halnya dengan masa protrombin, PTT juga akan memanjang bila kadar
fibrinogen kurang dari 100 mg%.
PTT juga memanjang pada KID Karena pada FDP menghambat polimerisasi fibrin
monomer. Namun PTT yang memanjang dapat ditemukan pada 50-60% pasien KID, dan
oleh sebab itu PTT yang normal tak dapat dipakai menyingkirkan KID. Mekanisme
terjdinya PTT normal atau memendek pada 40-50% pasien KID sama seperti pada masa protrombin.
c) Kadar Faktor Pembekuan
Pemeriksaan kadar faktor pada pembekuan memberikan sedikit informasi yang berarti
pada pasien KID. Sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya pada kebanyakan pasien
KID fulminan faktor pembekuan yang aktif beredar dalam sirkulasi terutama F Xa, IXa
dan trombin. Pemeriksaan faktor yang didasarkan atas standar PTT dan masa protrombin
dengan teknik menggunakan difisiensi substrat akan memberikan hasil yang tidak dapat
diinterpretasi. Sebagai contoh jika F VIII diperiksa dengan pasien KID dengan disertai
peningikata F Xa, jelas F VIII yang dicatat akan tinggi karena dalam uji sistem F Xa
melintas kebutuhan F VIII sehingga terjadi perubahan fibrinogen menjadi fibrin dengan
cepat dengan waktu yang dicatat dalam kurva standar pendek, dan ini akan diinterpretasi
sebagai kadar F VIII yang tinggi.
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 11/23
d) FDP
Kadar FDP akan meningkat pada 85-100% kasus KID. Hasil degradasi ini akibat
biodegradasi fibrinogen atau fibrin oleh plasmin, jadi secara tidak langsung menunjukkan
bahwa jumlah plasmin melebihi jumlah normal dalam darah. Tes protamin sulfat atau
etanol biasanya positif bila dalam sirkulasi darah ada fibrin monomer soluble. Tetapi
sama sepert FDP, tes ini bukan sebagai sarana diagostik, karena fibrin monomer soluble
juga terlihat pada situasi klinis lain, sama seperti pada situasi klinis lain, seperti pada
wanita dengan kontrasepsi oral, pasien dengan emboli paru, pada beberapa pasien infark
miokard, pasien dengan penyakit ginjal tertentu, pasien dengan thrombosis vena atau
arteri, dan pasien dengan tromboemboli.
e) D- Dimer
suatu test terbaru untuk KID adalah D-Dimer.D-Dimer merupakan hasil degradasi fibrin
ikat silang yaitu fibrinogen yang diubah menjadi fibrin kemudian diaktifkan oleh factor
XIII. Dari periksaan atau tes yang paling banyak dilakukan untuk menilai KID. D-Dimer
tamapaknya merupakan tes yang paling dapat dipercaya untuk menilai kemungkinan
KID, Menunjukkan adanya D-Dimer apnormal pada 93% kasus, kadar AT III apnorml
pada 89% kasus, kadar fibri nopeptida apnormal pada 88% kasus, dan titer FDP abnormal
pada 75 % kasus.
Kadang-kadang titer FDP dan reaksi para koagulasi dapat negative pada KID. Hal inidisebabkan pada KID akut jumlah plasmin yang beredar sngat banyak dan fibrinolisis
sekunder mengakibatkan degradasi Fragmen D & E, padahal fragmen inilah yang
dideteksi sebagai FDP. Selain itu penglepasan protease granulosid, kolagenase dan
elastase yang berlebihan dapat juga mengakibatkan dekradasi pada semua sisa fragmen D
& E dan akhirnya memberikan hasil FDP negative. Jadi FDP yang negative belum dapat
menyingkirkan diagnosis KID. Dengan tersedianya pemeriksaan D-Dimer, pemeriksaan
FDP dan tes protamin sulfat menjadi terbatas perannya dalam mendiagnosis KID.
f) Plasmin
Pemeriksaan system fibrinolisis yang tersedia sekarang dalam laboratorium klinis yang
berguna pada KID yaitu pemeriksaan plasminogen dan plasmin. Fibrinolisi sekunder
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 12/23
merupakan respon tubuh untuk mencegah thrombosis, dalam upaya tubuh menghindarkan
kerusakan organ yang ireversibel pada pasien dengan KID. Jika terjadi gangguan system
fibrinolisi, morbiditas dan mortalitas akan meningkat sebagai akibat terjadinya kerusakan
organ. Aktivasi system fibrinolisis dapat dinilai dengan mengukur kadar plasminogen dan
plasmin dengan teknik subtract sintesis. Masa lisis euglobulin memberikan sedikit atau
kurang bermanfaat untuk menilai system fibrinolisis pada KID.
g) Trombosit
Trombositopenia khas pada KID. Jumlah trombosit bervariasi mulai dari yang paling
rendah 2000-3000 sampai lebih dari 100000/mm3. Pada kebanyakan pasien KID
trombosit yang diperiksa dalam sediaan apus dari tepi pada umumnya jumlahnya rata-rata
60.000/mm3.
Uji fungsi trombosit seperti masa perdarahan, agregasi trombosit biasanya terganggu
pada KID. Gangguan ini disebabkan FDP menyelubungi membran trombosit. Jadi tidak
ada alasan dan tidak perlu melakukan uji fungsi trombosit pada KID. Factor 4 trombosit
(PF4) dan β - tromboglobulin merupakn petanda terjadinya reaktivasi dan penglepasan
trombosit, dan biasanya meningkat pada KID. Bila pada KID kadar PF4 dan β-
tromboglobulin meningkat dan kemudian menurun sesudah pengobatan , hal ini
menunjukkan pengobatan berhasil. Meningkatnya PF4 dan β- tromboglobulin pada KID
selain merupakan bukti tidak langsung adanya aktivitas prokoagulan, juga bermanfaatdalam pemantauan pengobatan.
Diagnosis laboratorium KID dapat dibagi dalam 4 kelompok : (1) aktifasi system
prokoagulan, (2) aktivasi system fibrinolisis, (3) konsumsi penghambat,(4) kerusakan
atau kegagalan organ.
1. Aktivasi system prokoagulan meliputi, protrombin, fragmen 1+ 2, fibrinopeptida A,
Fibrinopeptida B, kompleks thrombin – anti thrombin (TAT), dan D-Dimer. semuanya ini
meningkatkan pada KID.
2. Aktivasi system fibrinolisis meliputi D-Dimer, FDP, Plasmin dan plasmin antiplasmin
kompleks (PAP), semuanya meningkat pada KID.
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 13/23
3. Konsumsi penghambat ada yang menimgkat dan ada yang menurun. Yang meningkat :
kompleks TAT, kompleks PAP. Yang menurun L anti thrombin α2 antiplasmin, heparin,
kofaktor II, protein C & S.
4. Kerusakan ataau kegagalan organ. Yang meningkat adalah laktat dehidrogenase,
kreatinin, dan menurun pH dan PaO2.
Untuk menentukan diagnosis KID berdasarkan criteria laboratorium tersebut diperlukan
satu kelainan dari kelompok 1,2 dan 3, sedang kelompok 4 diperlukan 2 kalainan. Dari
data tersebut diatas terlihat bahwa D-Dimer merupakan pemeriksaan yang paling penting
dalam menentukan diagnosis KID.
System skor KID didasarkan atas nilai uji laboratorium ke 4 kelompok tersebut diatas,
ditambk keadaan klinis dan hemodinamik pasien. Nilai skor KID didapat dari hasil 100 di
kurangi jumlah nilai seluruh kolom. Berdasarkan nilai skor maka sejak permulaan dapat
ditentukan derajat beratnya KID.
Kriteria derajat berat KID :
1. Skor > 90, KID tidak mungkin
2. Skor 75-89 KID ringan
3. Skor 50- 79 KID sedang
4. Skor < 49 KID beratPemakaian system skor ini bermanfaat dalam perawatan pasien rutin untuk menilai
manfaat pengobatan pada KID walaupun pencetusnya (penyakit dasarnya ) berbeda.
Manfaat skor dalam menilai dan menentukan pengobatan:
1. Ada respon pengobatan.skor bertambah 10 atau lebih dalam 48 jam. KID ada perbaikan.
N Pengobatan dengan anti koagulan diteruskan (Heparin atau AT III).
2. KID menetap. Kenaikan skor ≤ 9 selama 48 jam KID menetap. antikoagulan (Heparin,
AT III) diteruskan.evaluasi 48 jam lagi.
3. Terapi gagal. Skor berkurang selama 72 jam. Antikoagulan dihentikan, demikian juga
pengobatan subtitusi.
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 14/23
I. Penatalaksanaan
Mengenai pengobatan KID fulminan masih belum ada keseragaman dan kadang
kontrofersial.hal ini disebabkan,sangat sukar untuk melakukan percobaan pengobatan
klinis maupun penilaian hasil percobaan krna etiologi beragam dan beratnya KID juga
bervariasi.dalam pengobatan pasien ada 2 prinsip yang perlu diperhatikan,(1)
khusus:pengobatan KID bersifat individual atau kasus demi kasus,(2) umum:mengobati
pembekuan darah dalam,dan mengatasi perdarahan.
Walaupun masih controversial tetapi langkah pendekatan penatalaksanaan pada KID
yang disepakati sekarang ini sebagai berikut:
1. Khusus pengobatan individu:mengatasi keadaan yang khusus dan yang mengamcam
nyawa.
2. Bersifat umum:
a. Mengobati atau menghilangkan proses pencetus
b. Menghentikan proses patalogis pembekuan intravascular.
c. Terapi komponen atau substitusi
d. Menghentikan sisa fibrinolisis.
Terapi Individu
Berhubung banyak macam penyakit yang mencetuskan KID dan derajat penyakit maupunKID bervariasi,pengobatan kasus demi kasus perlu mendapat perhatian yang
besar.Mungkin hanya dengan pendekatan pengobatan etiologi saja untuk satu pasien
sudah cukup sedangpasien yang lain tidak.Atau pemberian heparin pada kasus yang stu
sangat diperlukan,sebaiknya pada kasus yang lain sama sekali tidak.Jadi harus selalu
dilihat pada setiap individu keuntungan dan keruggian suatu pengobatan.
Pengobatan harus didasarkan atas eteologi KID,umur,keadaan hemodinamik,tempat dan
beratnya pendarahan,tempat beratnya thrombus,dan gejala klinis yang ada hubungannya.
a. Pengobatan factor pencetus
Pengobatan yang sangat penting pada KID fulminan yaitu mengobati secara progresif dan
menghilangkan penyakit pencetus KID. Dengan mengobati factor pencetus, proses KID
dapat dikurangi atau berhenti. Mengatasi renjatan, mengeluarkan janin mati, memberantai
infeksi (sepsis), dan mengembalikan volume dapat menghentikan proses KID
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 15/23
b. Meghentikan koagulasi
Menghentikan atau menghambat proses koagulasi dapat dapat dilakukan dengan
memberikan antikoagulan misalkan heparin.
Indikasi pemberian heparin:
- Bila penyakit dasar tidak dapat dihilangkan dalam waktu yang singkat
- Pasien yang masih disertai perdarahan walaupun penyakit dasar sudah dihilangkan. Hal
ini karena KID sendiri menggangu proses koagulasi.
- Bila ada tanda/ditakutkan terjadi thrombosis dalam mikrosirkulasi, gagal ginjal, gagal
hati, sindrom gagal nafas.
Cara pemberian heparin klasik pada KID dimulai dengan dosis permulaan 100-
200π/kgBB intravena dan dosisi selanjutnya ditentukan berdasarkan APTT atau masa
pembekuan (MP) yang diperiksa 2-3 jam sesudah pemberian heparin. Target APTT 1,5-
2,5 kali control atau masa pembekuan (MP) 2-3 kali control. Bila APTT kurang dari 1,5
kali control atau MP kurang dari 2 kali control, dosis heparin dinaikkan. Bila lebih dari
2,5 kali APTT control atau MP lebih dari 3 kali control maka diulang 2 jam. Kemudian
bila APTT atau MP tetap lebih dari 2,5-3 kali control maka dosis dinaikkan sedangkan
bila kurang, dosis diturunkan. Heparin diberikan tiap 4-6 jam dan dosis diberikan berkisar
20.000-30.000 µ/hari.
c. Terapi subtitusiBila perdarahan masih berlangsung terus sesudah mengobati penyakit dasar dan sesudah
pemberian antikoagulan kemungkinan penyebabnya adalah penurunan komponen darah
yaitu kekurangan factor pembekuan. Untuk ini dapat diberikan plasma beku segar ( Fresh
frozen plasma) atau kriopresipitat. Bila trombosit turun sampai 25.000 atau kurang
pemberian trombosit konsentrat perlu diberikan.
d. Antifibrinolisis
Antifibrinolisis seperti asam traneksamik atau epsilon amino caproic acid ( EACA) hanya
diberikan bila jelas thrombosis tidak ada dan fibriolisis yang sangat nyata. Antifibrinolisis
tidak diberikan bila KID masih berlangsung dan bahkan merupakan kontraindikasi
J. Penyimpangan KDM
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 16/23
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 17/23
Bab III
Pembahasan Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1. kaji adanya faktor predisposisi
a) Septikemia
b) Komplikasi obstetrik
c) Sindrom distres pernapasan dewasa (ARDS)
d) Luka bakar berat dan luas
e) Neoplasia
f) Gigitan ular
g) Penyakit hepar
h) Bedah kardiopulmonal
i) Trauma
2. Pemeriksaan fisik
a) Perdarahan
b) Hematuria
c) Rembesan darah dari pungsi vena dan luka
d) Epistaksise) Perdarahan GI track
f) Kerusakan perfusi jaringan serebral : perubahan pada sensorium, gelisah, kacau mental,
atau sakit kepala.
g) Ginjal : penurunan pengeluaran urine
h) Paru-paru : dispnea, ortopnea
i) Kulit : akrosianosis (ketidakteraturan bentuk bercak sianosis pada lengan perifer atau
kaki.
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 18/23
a) Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan yang b/d perdarahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan perfusi jaringan dapat adekuat.
Intervensi dan rasional
Intervensi Rasional
1. Pantau Hasil pemeriksaan koagulasi,
tanda-tanda vital dan perdarahan
baru.
2. Waspadai perdarahan
3. Jelaskan tentang semua tindakan
yang diprogramkan dan pemeriksaan
yang akan dilakukan
4. .Lakukan pendekatan secara tenang
dan beri dorongan untuk bertanya
serta berikan informasi yang
dibutuhkan dengan bahasa yang jelas
.
5. Kolaborasi pemberian
- Terapi heparin : perhatikan
pembentukan tanda-tanda antibodi
antitrombosit oleh penurunan tiba-
Untuk mengidentifikasi indikasi
kemajuan atau penyimpangan dari hasil
yang diharapkan.
untuk meminimalkan potensial
perdarahan lanjut.
pengetahuan tentang apa yang
diharapkan membantu mengurangi
ansietas
Pemecahan masalah sulit untuk orang
yang cemas, karena ansietas merusak
belajar dan persepsi. Penjelasan yang
jelas dan sederhana paling baik untuk
dipahami. Istilah medis dan keperawatan
dapat membingungkan klien dan
meningkatkan ansietas.
Bila penyakit primer diatasi, tujuan
tindakan tambahan adalah untuk
mengontrol perdarahan dan
memperbaiki kadar faktor pembekuan
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 19/23
tiba dari jumlah trombosit
- Berikan transfusi darah sesuai
dengan prosedur dan evaluasi dengan
ketat terhadap menifestasi reaksi
transfusi. Hentikan transfusi bila
terjadi reaksi.
yang normal. Transfusi darah mungkin
diperlukan untuk menggantikan faktor-
faktor pembekuan dan memperbaiki
anemia yang dapat terjadi pada
kehilangan darah berlebihan.
2. Peningkatan suhu tubuh b/d proses inflamasi
Tujuan : Hipertermi dapat diatasi dengan criteria hasil:
a) Pasien mengeluh tubuhnya tidak panas lagi
b) Suhu tubuh normal
c) Akral tidak teraba panas
d) Tidak teraba distensi abdomen
Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Pantau suhu tubuh pasien pada periode
akut tiap 1 jam.
2. Beri Kompres hangat
Kolaborasi:
1. Berikan obat penurun panas non alcohol
dan non kafein sesuai resep
Mandiri
1.Mendeteksi tingkat penyebaran peradangan.
Dapat membantu mengurangi demam
Kolaborasi:
Menurunkan panas melalui
responpersarafan pusat (hipotalamus)
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 20/23
3. Resiko intoleransi Aktivitas b/d penurunan suplai O2
Intervensi dan rasional
Intervesi Rasional
1. Kaji kemampuan pasien untuk
melakukan tugas
2. Awasi TD, nadi, pernafasan, selama
dan sesudah aktivitas.
3. Berikan lingkungan tenang.
Pertahankan tirah baring bila
diindikasikan.
4. Rencanakan kemajuan aktivitas
dengan pasien.
Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan
Manifestasi kardiopulmonal dari upaya
jantung dan paru utnuk membawa jumlah
O2 adekuat ke jaringan.
Meningkatkan istirahat untuk menurunkan
kebutuhan oksigen tubuh.
Meningkatkan secara bertahap aktivitas
sampai normal.
4. Nyeri
Tujuan :
Intervensi dan rasional
Nyeri hilang atau terkontrol.
Kriteria hasil :
1) Mengungkapkan nyeri hilang
2) Menyatakan metode yang memberikan pengurangan
Intervensi
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 21/23
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri pasien.
2. Mempertahankan tirah baring selama
fase akut
3. Kurangi aktifitas yang berlebihan
4. Bantu pasien dalam aktifitas sesuai
kebutuhan
Tingkat nyeri dapat mempengaruhi
tingkah laku pasien dan proses
pengobatan
Meningkatkan relaksasi terhadap
seluruh organ yang bersangkutan.
Aktifitas yang berlebihan dapat
meningkatkan tekanan vaskuler
Mencegah komplikasi dalam
hubungannya dengan sakit kepala
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 22/23
Bab IV
Penutup
A. Kesimpulan
Penyakit Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID) atau yang lebih dikenal sebagai
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan suatu gangguan pembekuan
darah yang didapat, berupa kelainan trombohemoragic sistemik yang hampir selalu
disertai dengan penyakit primer yang mendasarinya. Karakteristik ditandai oleh adanya
gangguan hemostasis yang multipel dan kompleks berupa aktivasi pembekuan darah yang
tidak terkendali dan fibrinolisis (koagulopati konsumtif). DIC merupakan salah satu
kedaruratan medik, karena mengancam nyawa dan memerlukan penanganan segera.
Penyebab DIC dapat diklasifikasikan berdasarkan keadaan akut atau kronis . DIC pun
dapat merupakan akibat dari kelainan tunggal atau multipel. DIC paling seringdisebabkan oleh kelainan obstetrik, keganasan metastasis, trauma masif, serta sepsis
bacterial.
Patofisiologi dasar DIC adalah terjadinya Aktivasi system koagulasi (consumptive
coagulopathy), Depresi prokoagulan, efek Fibrinolisis
DIC dapat terjadi hampir pada semua orang tanpa perbedaan ras, jenis kelamin, serta
usia. Gejala-gejala DIC umumnya sangat terkait dengan penyakit yang mendasarinya,
ditambah gejala tambahan akibat trombosis, emboli, disfungsi organ, dan perdarahan.
percobaan pengobatan klinik maupun penilaian hasil percobaan karena etiologi beragam
dan beratnya DIC juga bervariasi. Yang utama adalah mengetahui dan melakukan
pengelolaan penderita berdasarkan penyakit yang mendasarinya dan keberhasilan
mengatasi penyakit dasarnya akan menentukan keberhasilan pengobatan.
B. Saran
5/13/2018 DIC 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/dic-1 23/23
Mengetahui DIC harus sedini mungkin agar tidak menyebabkan akibat buruk seperti
kematian dan tenaga kesehatan harus memberi penyuluhan tentang penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
Gofir Abdul. 2003. Diagnosa dan Terapi kedokteran. Salemba Medika: Jakarta
Suyono Selamet. 2001. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi ketiga.Balai Penerbit FKUI:
Jakarta
Dianec Buughman. 1997. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Baker WF. 1989. Clinical of disseminated intravascular coagulation syndrome. Balai Penerbit
FKUI: Jakarta
Http:www.google.com