7
DISSEMNATED INTRAVASCULAR COAGULOPATHY Disseminated Intravascular coagulopathy (DIC) adalah sindroma abnormalitas koagulasi dan fibrinolisis ,disebut juga dengan suatu sindrom yang ditandai dengan adanya perdarahan akibat trombin bersirkulasi dalam darah. Dasarnya adalah pembentukan bekuan darah dalam pembuluh pembuluh darah kapiler, diduga karena masuknya tromboplastin jaringan ke dalam darah. DIC juga disebut consumptive coagulopathy. 1 Etiologi 2,3 Penyebab DIC dapat dibedakan menjadi penyebab akut atau kronik. DIC dapat merupakan suatu hasil dari satu atau lebih kondisi yang terjadi. DIC akut Infeksi (demam berdarah dengue, sepsis, meningitis, pneumonia berat, malaria tropika, infeksi oleh beberapa jenis riketsia). Dimana bakteri melepaskan endotoksin (suatu zat yang menyebabkan terjadinya aktivasi pembekuan) Bakteri (contohnya sepsis akibat bakteri gram negative, infeksi bakteri gram positif, rikettsia) Viral (contohnya HIV, citomegalovirus, varicella, hepatitis) Fungi (contohnya hitoplasma) Parasit (contohnya malaria) Hematologi (contohnya akut mielositik leukemia) Metastase (contohnya mucin-secreting adenocarsinoma) Trauma Terbakar Kecelakaan Lalu Lintas Terkena racun ular Penyakit hepar (acute hepatic failure) DIC kronik Keganasan Tumor solid

Dic

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

  • DISSEMNATED INTRAVASCULAR

    COAGULOPATHY

    Disseminated Intravascular coagulopathy (DIC) adalah sindroma abnormalitas koagulasi

    dan fibrinolisis ,disebut juga dengan suatu sindrom yang ditandai dengan adanya perdarahan

    akibat trombin bersirkulasi dalam darah. Dasarnya adalah pembentukan bekuan darah dalam

    pembuluh pembuluh darah kapiler, diduga karena masuknya tromboplastin jaringan ke

    dalam darah. DIC juga disebut consumptive coagulopathy.1

    Etiologi 2,3

    Penyebab DIC dapat dibedakan menjadi penyebab akut atau kronik. DIC dapat merupakan

    suatu hasil dari satu atau lebih kondisi yang terjadi.

    DIC akut

    Infeksi (demam berdarah dengue, sepsis, meningitis, pneumonia berat, malaria

    tropika, infeksi oleh beberapa jenis riketsia). Dimana bakteri melepaskan endotoksin

    (suatu zat yang menyebabkan terjadinya aktivasi pembekuan)

    Bakteri (contohnya sepsis akibat bakteri gram negative, infeksi bakteri gram positif,

    rikettsia)

    Viral (contohnya HIV, citomegalovirus, varicella, hepatitis)

    Fungi (contohnya hitoplasma)

    Parasit (contohnya malaria)

    Hematologi (contohnya akut mielositik leukemia)

    Metastase (contohnya mucin-secreting adenocarsinoma)

    Trauma

    Terbakar

    Kecelakaan Lalu Lintas

    Terkena racun ular

    Penyakit hepar (acute hepatic failure)

    DIC kronik

    Keganasan

    Tumor solid

  • Leukemia

    Intra Uterine Fetal Death yang lama

    Penahan produk konsepsi yang lama dalam rahim

    Hematologik

    Penyakit ginjal kronik

    Inflamasi

    Mekanisme terjadinya pembekuan dan DIC

    Teori yang paling diterima mengenai koagulasi darah dikenal dengan cascade theory. Pada

    dasarnya sistem koagulasi dibagi menjadi sistem intrinsik dan ekstrinsik. Sistem intrinsik

    mengandung semua komponen intravaskular yang dibutuhkan untuk mengaktifkan trombin ,

    yaitu faktor XII , XI , X , IX , V , dan II (protrombin). Faktor ekstrinsik meliputi

    tromboplastin jaringan yang akan mengawali aktifasi faktor VII , X , V dan protrombin.

    Kedua faktor intrinsik dan ekstrinsik bersamaan mengaktifasi faktor X, yang berikutnya

    bereaksi dengan faktor V yang teraktifasi dengan adanya calcium dan fosfolipid, untuk

    mengubah protrombin menjadi trombin.1 Trombin adalah emzim proteolitik yang

    bertanggung jawab untuk memecah rantai fibrinogen menjadi fibrinopeptid, memulai

    pembentukan fibrin monomer.1

    Jalur Intrinsik (PTT)

    Aktifasi sistem koagulasi juga menstimulasi perubahan plasminogen menjadi plasmin sebagai

    mekanisme pertahanan terhadap trombosis intravaskular. Plasmin adalah enzim yang

    menghambat aktivitas enzim V dan VIII, dan dapat menghancurkan fibrin membentuk Fibrin

    Degradation Product (FDP).1

    Hemostasis darah yang normal merupakan keseimbangan dinamis antara koagulasi yang

    membentuk fibrin dan sistem fibrinolisis, yang berfungsi membuang fibrin ketika fungsi

    hemostasis sudah lengkap. Pada DIC terdapat koagulasi yang berlebihan dan melampaui

    batas oleh karena lepasnya tromboplastin kedalam sirkulasi. Hal ini menyebabkan konsumsi

    faktor koagulasi berlebihan, menurunkan kadar faktor pembekuan, sehingga terjadi

    kecenderungan untuk berdarah. Sebagai respon terhadap koagulasi yang luas dan

    penumpukan fibrin pada mikrovaskular,proses fibrinolisis menjadi teraktivasi. Ini meliputi

    perubahan plasminogen menjadi plasmin , yang memecah fibrin menjadi Fibrin Degradation

  • Product (FDP). FDP mempunyai sifat antikoagulan, menghambat fungsi trombosit dan kerja

    trombin , sehingga memperburuk kelainan koagulasi.4

    Mekanisme klinis terjadinya DIC

    Patogenesis terjadinya DIC meliputi peningkatan pembentukan trombin, penurunan

    mekanisme fisiologis antikoagulan, dan terhambatnya proses fibrinolisis. Antikoagulan

    fisiologis meliputi antitrombin III, protein C dan TFPI (Tissue Factor Pathway Inhibitor).

    Pada DIC kadar antitrombin III, yang merupakan inhibitor trombin utama menurun sebagai

    respon terhadap proses koagulasi yang sedang berlangsung, degradasi oleh elastase yang

    dikeluarkan oleh neutrofil aktif, dan gangguan sintesis antitrombin III. Penurunan fungsi

    protein C disebabkan oleh penurunan aktifitas trombomodulin, penurunan kadar fraksi bebas

    protein S (kofaktor esensial protein C), disamping penurunan sintesis. Penurunan aktifitas

    fibrinolitik diperantarai oleh peningkatan inhibitor aktivator plasminogen tipe 1, penghambat

    utama sistem fibrinolitik, dan penelitian klinik menunjukkan meskipun terdapat aktivitas

    fibrinolitik, pada DIC aktivitasnya terlalu lemah dibandingkan aktivitas pembentukan fibrin.5

    Diagnosis DIC

    Pada DIC berat semua hasil laboratorium untuk menilai fungsi koagulasi dan fibrinolisis

    menjadi abnormal ,sedangkan pada kasus yang lebih ringan hasilnya bervariasi. Uji

    laboratorium untuk diagnosis DIC terdiri atas uji tapis dan uji penentu. Uji tapis meliputi

    hitung trombosit, protrombin Time (PT), partial tromboplastin time, masa trombin ,

    fibrinogen, sedangkan uji penentu adalah pemeriksaan fibrin monomer terlarut (soluble fibrin

    monomer), D-Dimer, Fibrin degradation product, dan anti trombin. Dalam pertemuan

    Scientific and Standardization Committee International Society on Trombosis and

    Haemostasis ke 47, Juli 2001 di Paris disusun sistem skor untuk DIC.6

    Skor DIC

    1. Peniaian risiko : apakah terdapat kelainan dasar / etiologi yang berkaitan

    dengan DIC ? (jika tidak, penilaian tidak dilanjutkan)

    2. Uji koagulasi : hitung trombosit, Protrombin Time, Fibrinogen, FDP/D-Dimer)

    Skor :

    Trombosit : > 100.000/mm3 : 0

    : 50.000-100.000/mm3 : 1

    : < 50.000/mm3 : 2

  • FDP atau D-Dimer : < 500 g/L : tidak meningkat : 0

    : 500-1000 g/L : meningkat ringan : 1

    : >1000 g/L : meningkat : 2

    Pemanjangan Protrombin Time (PT) : < 3 detik : 0

    : 4-6 detik : 1

    : > 6 detik : 2

    Fibrinogen : > 100 mg/dl : 0

    : < 100 mg/dl : 1

    Jumlah skor 5 sesuai DIC, skor diulang setiap hari

    Jumlah skor < 5 sugestif DIC, skor diulang dalam 1-2 hari

    Angka trombosit rendah, atau turun sangat rendah, hal ini disebabkan kadar faktor VII dari

    sel endotelial sering meningkat. Partial tromboplastin Time bervariasi dan mungkin hanya

    memanjang pada proses akhir, ketika faktor pembekuan turun sangat rendah. Protrombin

    Time menjadi memanjang, oleh karena hampir semua faktor koagulasi ekstrinsik turun

    (terutama II, V , VII, X).7

    Trombin Time biasanya memanjang. Kadar fibrinogen pada kondisi kehamilan normal

    meningkat 400-650 mg/dl pada DIC kadarnya turun pada kadar normal orang tidak hamil .

    Pada DIC berat kadar fibrinogen biasanya kurang dari 150 mg/dl. Kadar FDP 80 /ml

    mendukung diagnosis DIC, kadar ini akan menetap tinggi selama 24-48 jam setelah DIC

    terkontrol. Sediaan apus darah akan menunjukkan bentuk abnormal, dan sel darah merah

    yang pecah (schistocytes), yang terbentuk akibat melalui lubang fibrin pada kapiler yang

    tersumbat.4

    Penatalaksanaan 2,3

    Penatalakasanaan DIC yang utama adalah mengobati penyakit yang mendasari terjadinya

    DIC. Jika hal ini tidak dilakukan , pengobatan terhadap DIC tidak akan berhasil. Kemudian

    pengobatan lainnya yang bersifat suportive dapat diberikan.

    1. Antikogulan

    Secara teoritis pemberian antikoagulan heparin akan menghentikan proses pembekuan, baik

    yang disebabkan oleh infeksi maupun oleh penyebab lain. Meski pemberian heparin juga

  • banyak diperdebatkan akan menimbulkan perdarahan, namun dalam penelitian klinik pada

    pasien DIC, heparin tidak menunjukkan komplikasi perdarahan yang signifikan.

    Indikasi :

    - Penyakit dasar tidak dapat diatasi dalam waktu singkat

    - Terjadi perdarahan walau penyakit dasar sudah diatasi

    - Terdapat tanda-tanda trombosis dalam mikrosirkulasi, gagal ginjal, gagal hati, sindroma

    gagal nafas

    2. Plasma dan trombosit

    Pemberian baik plasma maupun trombosit harus bersifat selektif. Trombosit diberikan hanya

    kepada pasien DIC dengan perdarahan atau pada prosedur invasive dengan kecenderungan

    perdarahan. Pemberian plasma juga patut dipertimbangkan, karena di dalam palasma hanya

    berisi faktor-faktor pembekuan tertentu saja, sementara pada pasien DIC terjadi gangguan

    seluruh faktor pembekuan.

    3. Penghambat pembekuan (AT III)

    Pemberian AT III dapat bermanfaat bagi pasien DIC, meski biaya pengobatan ini cukup

    mahal. Direkomendasikan sebagai terapi substitusi bila AT III

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. DeCherney,A., Pernoll,M.L Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment

    (8th

    ed), Apleton and Lange,1994

    2. Rani, Aziz., Soegondo, Sidartawan., dkk., 2005, Standar Pelayanan Medik

    Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia., Penerbit PB PAPDI,

    Jakarta

    3. Tjokronegoro, Arjatmo., Utama, Hendra., 2001, Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II,

    Edisi Ketiga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

    4. The society of Obstetricians and Gynaecologists of Canada, Alarm International,

    Second edition, Ontario,2001

    5. Levi, M., Cate, H.T,. disseminated Intravascular Coagulation. Nejm : 1999;341 : 586-

    91

    6. Tambunan,K.L, Sudoyo,A.,Mustafa. Pudjiadji,A, Chen, K,. Tatalaksana Koagulasi

    Intravaskular Diseminata (DIC) pada sepsis, konsensus nasional, cetakan pertama,

    2001.

    7. Foley, M.R., Strong, T.H., Obstetric Intensive, WB saunders, 1997

  • DISSEMINATED INTRAVASCULAR

    COAGULOPATHY

    OLEH :

    DEVI SYAM GINTING