17
4.1 Tinjauan Umum Darah 4.1.1 Definisi Darah Darah merupakan medium transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7% - 10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada tiap – tiap orang tidak sama, bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah. ( Handayani dan Haribowo, 2008) Darah merupakan bagian penting dari sistem transport, darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari dua bagian besar yaitu plasma darah (merupakan bagian cair dalam tubuh) dan bagian korpuskuli yakni benda – benda darah yang terdiri dari sel darah putih atau leukosit, sel darah merah atau eritrosit dan sel pembekuan darah atau trombosit. ( Depkes, 1989) Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah merupakan bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein darah dan butir – butir darah (blood corpuscles) , yang terdiri atas : - Eritrosit : sel darah merah (SDM)- red blood cell (RBC) - Leukosit : sel darah putih (SDP)-white blood cell ( WBC ) - Trombosit : butir pembeku- platelet (Bakta I Made, 2006) 4.2 Tinjauan Umum Tentang Sel Darah Putih (Leukosit) 4.2.1 Definisi Sel Darah Putih (Leukosit) Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka

Diff Count

Embed Size (px)

Citation preview

4.1 Tinjauan Umum Darah4.1.1 Definisi DarahDarah merupakan medium transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7% - 10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada tiap tiap orang tidak sama, bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah. (Handayani dan Haribowo, 2008)Darah merupakan bagian penting dari sistem transport, darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari dua bagian besar yaitu plasma darah (merupakan bagian cair dalam tubuh) dan bagian korpuskuli yakni benda benda darah yang terdiri dari sel darah putih atau leukosit, sel darah merah atau eritrosit dan sel pembekuan darah atau trombosit. (Depkes, 1989)Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah merupakan bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein darah dan butir butir darah (blood corpuscles) , yang terdiri atas : Eritrosit: sel darah merah (SDM)- red blood cell (RBC) Leukosit: sel darah putih (SDP)-white blood cell ( WBC ) Trombosit: butir pembeku- platelet(Bakta I Made, 2006)4.2 Tinjauan Umum Tentang Sel Darah Putih (Leukosit)4.2.1 Definisi Sel Darah Putih (Leukosit)Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, Yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Granula dianggap spesifik bila secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya) (Effendi, 2003).Sel darah putih disebut juga Leukosit merupakan unit sistem pertahanan tubuh yang bergerak aktif. Sel darah Putih (leukosit) sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit,monosit, serta sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju ke bagian tubuh yang membutuhkannya. Darah tepi mengandung leukosit yang jumlahnya berkisar 4500-11.000 sel/mm3 (Writmann FK, 1989).4.2.2 Karakteristik Sel Darah PutihLeukosit memiliki bentuk khas, nukleus, sitoplasma dan organel, semuanya bersifat mampu bergerak pada keadaan tertentu. Eritrosit bersifat pasif dan melaksanakan fungsinya dalam pembuluh darah, sedangkan leukosit mampu keluar dari pembuluh darah menuju jaringan dalam menjalankan fungsinya. Jumlah seluruh leukosit jauh di bawah eritrosit, dan bervariasi tergantung jenis organismenya. Fluktuasi dalam jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi tertentu, misalnya: stress, aktivitas fisiologis, gizi, umur, dan lain-lain. Jumlah leukosit yang menyimpang dari keadaan normal mempunyai arti klinik penting untuk evaluasi proses penyakit Masa hidup sel darah putih sangat bervariasi mulai dari beberapa jam untuk granulosit, bulanan untuk monosit bahkan tahunan untuk limfosit (Frandson, 1992). Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit ini sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit, monosit dan sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan Kebanyakan sel darah putih ditransport secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius (Guyton, 1983). Pada manusia dewasa dapat dijumpai sekitar 7000 sel darah putih per mikroliter darah. Presentase normal dari sel darah putih yaitu netrofil polimorfonuklir 62%, eosinofil polimorfonuklir 2,3%, basofil polimorfonuklir 0,4%, monosit 5,3%, dan limfosit 30%. (Guyton, 1983).

4.2.3 Fungsi Sel Darah Putih (Leukosit)Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asingan. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses diapedesis. Leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Bila memeriksa variasi Fisiologi dan Patologi sel-sel darah tidak hanya persentase tetapi juga jumlah absolut masing-masing jenis per unit volume darah harus diambil (Effendi, 2003). Ada enam macam sel darah putih yang secara normal ditemukan dalam darah yaitu netrofil polimorfonuklir, eosinofil polimorfonuklir, basofil polimorfonuklir, monosit, limfosit dan kadang-kadang sel plasma. Selain itu terdapat sejumlah besar trombosit, yang merupakan pecahan dari tipe ketujuh sel darah putih yang dijumpai dalam sumsum tulang, yaitu megakariosit (Guyton, 1983). Sel - sel polimorfonuklir seluruhnya mempunyai gambaran granular sehingga disebut granulosit. Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap organisme penyerang terutama dengan cara mencernanya yaitu melalui fagositosis. Fungsi pertama sel limfosit dan sel-sel plasma berhubungan dengan sistem imun.

4.2.4 Jenis-Jenis Sel Darah PutihLeukosit dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu jenis Granulosit dan Agranulosit.4.2.4.1 GranulositGranulosit memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya, memiliki diameter sekitar 10 -12 mikron. Granulosit dibagi menjadi tiga kelompok berikut :a. NeutrofilNeutrofil memiliki granula yang tidak bewarna, mempunyai inti sel yang terangkai, kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya banyak berbintik-bintik halus atau granula, serta banyaknya sekitar 60 -70 % (Handayani, 2008).

Gambar 2.2 Neutrofil(Hoffbrand, 2006). Neutrofil merupakan leukosit darah perifer yang paling banyak. Sel ini memiliki masa hidup singkat, sekitar 10 jam dalam sirkulasi. Sekitar 50 % neutrofil dalam darah perifer menempel pada dinding pembuluh darah.

b. EosinofilEosinofil memiliki granula bewarna merah dengan pewarnaan asam, ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrofil, tetapi granula dalam sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 24 % (Handayani, 2008).

Gambar 2.3 Eosinofil(Hoffbrand, 2006). Sel ini sangat penting dalam respon terhadap penyakit parasitik dan alergi. pelepasan isi granulnya ke patogen yang lebih besar membantu dekstruksinya dan fagositosis berikutnya (Hoffbrand, 2006). Fungsi utama eosinofil adalah detoksifikasi baik terhadap protein asing yang masuk ke dalam tubuh melalui paru-paru ataupun saluran cerna maupun racun yang dihasilkan oleh bakteri dan parasit. b. BasofilBasofil memiliki granula bewarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini lebih kecil daripada eosinofil, ntetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-granula yang besar, Jumlah basofil di dalam sirkulasi darah relatif sedikit, banyaknya kira-kira 0,5 % di sumsum merah. Di dalam sel basofil terkandung zat heparin (antikoagulan). (Handayani, 2008).

Gambar 2.4 Basofil(Hoffbrand, 2006).

4.2.4.2 Agranulosita. LimfositLimfosit memiliki nucleus besar bulat dengan menempati sebagian besar sel limfosit berkembang dalam jaringan limfe. Ukuran bervariasi dari 7 sampaidengan 15 mikron. Banyaknya 20-25% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri masuk ke dalam jaringan tubuh. Limfosit ada 2 macam, yaitu limfosit T dan limfosit B.(Handayani, 2008).Gambar 2.5 Limfosit(Hoffbrand, 2006).

b. Monosit :Monosit adalah leukosit terbesar yang berdiameter 15 sampai 20 m dan monosit memiliki ukuran yang lebih besar daripada limfosit, protoplasmanya besar, warna biru sedikit abu-abu, serta mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Inti selnya bulat atau panjang. Monosit dibentuk di dalam sumsum tulang, masuk ke dalam sirkulasi dalam bentuk imatur dan mengalami proses pematangan menjadi makrofag setelah masuk ke jaringan. Fungsiya sebagai fagosit. Jumlahnya 34% dari total komponen yang ada di sel darah putih (Handayani, 2008).Gambar 2.7 MonositJenis-jenis sel leukosit

4.5.1 Analisa Sel Darah Putih (Leukosit)Hitung jumlah leukosit merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk menunjukkan adanya infeksi dan dapat juga untuk mengikuti perkembangan dari suatu penyakit tertentu. Analisa sel darah putih secara manual dapat dibedakan menjadi dua pemeriksaan yaitu Analisa Penghitungan Jumlah Total Sel Darah Putih dan Analisa Diferensial Sel Darah Putih. Dalam penghitungan diferensial sel leukosit metode manual memiliki keunggulan yaitu dapat membedakan antara neutrofil stab atau batang dengan neutrofil segmen yang tidak dapat dihitung menggunakan alat hitung otomatis (Wirawan. R dan Silman.E, 1992).

4.5.1.1 Analisa Diferensial Sel Darah Putih (Differential Count)Analisa Diferensial Leukosit atau juga disebut Hitung Jenis Leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/l).Untuk pemeriksaan ini sampel darah segar diteteskan pada gelas obyek dan dibuat preparat apus dengan menggunakan tangan kanan diletakkan gelas obyek lain di depan tetesan darah tersebut dengan sudut 30- 40 C. Gelas obyek kedua didorong ke depan hingga membentuk apus tipis. Setelah kering preparat apus tersebut difiksasi dengan metanol selama 3-5menit, dibiarkan mengering di udara. Preparat kemudian diwarnai dengan larutan giemza dengan pengenceran 1:9 selama 30 menit (pH bufer fosfat 6,8- 7,2). Selanjutnya preparat dicuci dengan aquades dan dibiarkan mengering di atas rak. Setelah kering preparat diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x dihitung setiap jenis leukosit menggunakan blood counter tabulator. Sel yang dihitung paling sedikit 100 sel dan dilakukan perhitungan persentase jenis leukosit. Angka yang diperoleh merupakan jumlah relatif masing-masing jenis leukosit dari seluruh jenis leukosit (Tambur et al., 2006).

Contoh Tabel Hitung Manual Jenis Leukosit4.5 Kadar Leukosit NormalJumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain.Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/l. Peningkatan jumlah leukosit di atas normal disebut leukositosis, sedangkan penurunan jumlah leukosit di bawah normal disebut lekopenia.Tabel 1. Hitung Jenis LeukositJenisNilai normalMelebihi nilai normalKurang dari nilai normal

Basofil0,4-1%40-100/Linflamasi, leukemia, tahap penyembuhan infeksi atau inflamasistress, reaksi hipersensitivitas, kehamilan, hipertiroidisme

Eosinofil1-3%100-300/LUmumnya pada keadaan atopi/ alergi dan infeksi parasitstress, luka bakar, syok, hiperfungsi adrenokortikal.

Neutrofil55-70%(2500-7000/L)Bayi Baru Lahir 61%Umur 1 tahun 2%Segmen 50-65% (2500-6500/L)Batang 0-5% (0-500/L)Inflamasi, kerusakan jaringan, peyakit Hodgkin, leukemia mielositik, hemolytic disease of newborn, kolesistitis akut, apendisitis, pancreatitis akut, pengaruh obatInfeksi virus, autoimun/idiopatik, pengaruh obat-obatan

Limfosit20-40%1700-3500/LBBL 34%1 th 60%6 th 42%12 th 38%infeksi kronis dan viruskanker, leukemia, gagal ginjal, SLE, pemberian steroid yang berlebihan

Monosit2-8%200-600/LAnak 4-9%Infeksi virus, parasit, anemia hemolitik, SLE< RALeukemia limfositik, anemia aplastik

4.6 Peningkatan dan Penurunan Nilai LeukositLeukositosis adalah peningkatan jumlah sel darah putih dalam sirkulasi. Hal ini merupakan respons normal terhadap infeksi atau proses peradangan. Sedangakan penurunan jumlah leukosit dibawah nilai normal adalah leukopenia, hal ini dapat disebabkan misalnya infeksi virus, penyakit atau kerusakan sumsum tulang, radiasi atau kemoterapi. Penyakit sistemik yang parah misalnya lupus eritrematosis, penyakit tiroid, dan sindrom cushing, dapat menyebabkan penurunan jumlah leukosit (Corwin, EJ, 2007).a. NetrofilNetrofil yang beredar di darah tepi terbanyak adalah segmen, yaitu netrofil yang matur. Batang atau stab adalah netrofil imatur yang dapat bermultiplikasi dengan cepat selama infeksi akut.Dalam keadaan normal, jumlah netrofil berkisar antara 50-65 % atau 2.5-6.5 x10^3/mmk.Peningkatan jumlah netrofil (disebut netrofilia) dijumpai pada infeksi akut (lokal dan sistemik), radang atau inflamasi (reumatoid arthritis, gout, pneumonia), kerusakan jaringan (infark miokard akut, luka bakar, cedera tabrakan, pembedahan), penyakit Hodgkin, leukemia mielositik, hemolytic disease of newborn (HDN), kolesistitis akut, apendisitis, pancreatitis akut, pengaruh obat (epinefrin, digitalis, heparin, sulfonamide, litium, kortison, ACTH)Penurunan jumlah netrofil (disebut netropenia) dijumpai pada penyakit virus, leukemia (limfositik dan monositik), agranolositosis, anemia defisiensi besi (ADB), anemia aplastik, pengaruh obat (antibiotic, agen imunosupresif).b. Limfosit Limfosit berperan penting dalam respons imun sebagai limfosit T dan limfosit B. Dalam keadaan normal, jumlah limfosit berkisar 25-35 % atau 1.7-3.5 x10^3/mmk. Jumlah limfosit meningkat (disebut limfositosis) terjadi pada infeksi kronis dan virus. Limfositosis berat umumnya disebabkan karena leukemia limfositik kronik. Limfosit mengalami penurunan jumlah (disebut leukopenia) selama terjadi sekresi hormon adenokortikal atau pemberian terapi steroid yang berlebihan.Peningkatan jumlah limfosit dijumpai pada leukemia limfositik, infeksi virus (mononucleosis infeksiosa, hepatitis, parotitis, rubella, pneumonia virus, myeloma multiple, hipofungsi adrenokortikal.Penurunan jumlah limfosit dijumpai pada kanker, leukemia, hiperfungsi adrenokortikal, agranulositosis, anemia aplastik, sklerosis multiple, gagal ginjal, sindrom nefrotik, SLE.c. Monosit Limfosit berperan penting dalam respons imun sebagai limfosit T dan limfosit B. Dalam keadaan normal, jumlah limfosit berkisar 25-35 % atau 1.7-3.5 x10^3/mmk. Jumlah limfosit meningkat (disebut limfositosis) terjadi pada infeksi kronis dan virus. Limfositosis berat umumnya disebabkan karena leukemia limfositik kronik. Limfosit mengalami penurunan jumlah (disebut leukopenia) selama terjadi sekresi hormon adenokortikal atau pemberian terapi steroid yang berlebihan.Peningkatan jumlah limfosit dijumpai pada leukemia limfositik, infeksi virus (mononucleosis infeksiosa, hepatitis, parotitis, rubella, pneumonia virus, myeloma multiple, hipofungsi adrenokortikal.Penurunan jumlah limfosit dijumpai pada kanker, leukemia, hiperfungsi adrenokortikal, agranulositosis, anemia aplastik, sklerosis multiple, gagal ginjal, sindrom nefrotik, SLE.d. EosinofilJumlah eosinofil meningkat selama alergi dan infeksi parasit. Bersamaan dengan peningkatan steroid, baik yang diproduksi oleh kelenjar adrenal selama stress maupun yang diberikan per oral atau injeksi, jumlah eosinofil mengalami penurunan.Jumlah eosinofil pada kondisi normal berkisar antara 1-3 % atau 0.1-0.3 x10^3/mmk. Peningkatan jumlah eosinofil (disebur eosinofilia) dapat dijumpai pada alergi, pernyakit parasitic, kanker (tulang, ovarium, testis, otak), feblitis, tromboflebitis, asma, emfisema, penyakit ginjal (gagal ginjal, sindrom nefrotik).Penurunan jumlah eosinofil dapat dijumpai pada stress, luka bakar, syok, hiperfungsi adrenokortikal.e. Basofil Dalam keadaan normal, basofil dijumpai dalam kisaran 0.4-1 % atau 0.04-0.1 x 10^3/mmk. Peningkatan jumlah basofil (disebut basofilia) dapat dijumpai pada proses inflamasi, leukemia, tahap penyembuhan infeksi atau inflamasi, anemia hemolitik didapat.Penurunan jumlah dapat dijumpai pada stress, reaksi hipersensitivitas, kehamilan, hipertiroidisme. (Riswanto, 2013)

Corwin,Elizabet, J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGCDepkes RI. 1989. Hematologi. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. Jakarta. Gandosoebrata, R. 1969. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian RakyatGuyton DC, Hall JE. 2008. Texbook of Medical Physiology. 11th Edition. Philadelphia : WB Saunders Company. Handayani , Wiwik dan Andi Sulistyo Haribowo. 2008. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem hematologi. Salemba Medika :Jakarta.Effendi, Zukesti. 2003. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam Tubuh. Fakultas Kedokteran: Universitas Sumatera UtaraHoffbrand, Victor. 2006. At a Glance Hematology. EMS: JakartaTambur Z, et al., 2006. White Blood Cell Differential Count in Rabbits Artificially Infected withIntestinal Coccidia. J. Protozool.Wirawan R,Silman E. 1992Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Sederhana. Ed 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI,.Writmann FK., 1989. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi ke-9, Jakarta: EGC. Riswanto, 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Alfamedika dan Kanal Medika. Yogyakarta