Upload
lykhanh
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KINERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURAKARTA DALAM
MENANGGULANGI PENCEMARAN AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK
DI KELURAHAN LAWEYAN
Disusun oleh:
Nurul Hudah
D0105115
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
KINERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURAKARTA
DALAM MENANGGULANGI PENCEMARAN AIR LIMBAH INDUSTRI
BATIK DI KELURAHAN LAWEYAN
Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing
Drs. Sudarmo, M.A, Ph.D NIP. 196311011990031002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari :
Tanggal :
Panitia Penguji :
1. Drs. Sukadi, M.Si ( ) NIP. 194708201976031001 Ketua
2. Drs. H. Muhtar Hadi, M.Si ( ) NIP. 195303201985031002 Sekretaris
3. Drs. Sudarmo, M.A, Ph.D ( ) NIP. 196311011990031002 Penguji
Mengetahui
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Drs. H. Supriyadi, SN.,SU NIP. 195301281981031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
“ Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sangatlah berat, kecuali bagi orang
yang khusyu’. “
(Q.S Al Baqarah : 45)
“ Seorang ahli ilmu, lebih berat bagi setan daripada seribu orang
ahli ibadah (tanpa ilmu).”
(HR. Ad-Dharaquthny)
“ Dunia dan semua yang ada didalamnya terkutuk, kecuali zikrul,
orang berilmu dan orang yang mau belajar.”
(HR At-Turmudzy)
“ Jadikanlah kesalahan masa lalu sebagai pelajaran dalam
menjalani kehidupan ke depan.”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
~PERSEMBAHAN~
Dengan segenap ketulusan hati, karya kecil ini kupersembahkan untuk :
Allah SWT, Tuhan semesta alam, hanya kepada-Mu kami
menyembah dan memohon pertolongan. Alhamdulillahirabbil’ alamin
puji syukur hamba panjatkan atas segala nikmat dan karunia yang
telah Engkau anugerahkan pada hamba.
Kedua orangtuaku, Ibu, Ayah terimakasih atas kasih sayang dan
dukungan yang telah kalian berikan kepadaku selama ini.
Adik-adikku Novi dan Dila, walaupun kita jauh dan jarang ketemu
tapi kalianlah penyemangatku.
Special thank’s to “gendut”, kamu selalu ada bersamaku saat suka
maupun duka.
Team Sampun Mapan….gembrubux bu!!!…… kerja bareng kalian buat
aku belajar banyak hal.
Seluruh teman-teman AN’05 yang telah berjuang bersama-sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAKSI Nurul Hudah. D0105115. Kinerja Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta Dalam Menanggulangi Pencemaran Air Limbah Industri Batik di Kelurahan Laweyan. Skripsi, Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret. 2010 Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kinerja pemerintah daerah dalam hal ini melalui Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan. Kinerja dinilai dengan menggunakan beberapa indikator yaitu produktivitas, responsivitas dan akuntabilitas. Selain itu penelitian ini juga melihat faktor-faktor yang mendukung dan menghambat kinerja Badan Lingkungan Hidup. Penelitian ini mengambil lokasi di kota Surakarta dan dilakukan di Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta. Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha untuk menggambarakan tentang suatu keadaan atau fenomena sosial tertentu dan melakukan penilaian mengenai permasalahan penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik dokumentasi dan wawancara. Data menggunakan data primer dan sekunder, data primer didapat langsung dari informan yang terkait dengan kegiatan menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di KelurahanLaweyan baik dari Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat. Sedangkan data sekunder berasal dari buku-buku, dokumen dan sumber informasi lain yang terkait dengan penelitian. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum pelaksanaan kegiatan menanggulangi pencemaran air limbah industri batik diKelurahan Laweyan telah dilaksanakan. Namun dari hasil yang dicapai belum menunjukkan hasil yang maksimal, dimana masih terjadi pencemaran air limbah industri batik dan masih ada industri batik yang belum memiliki IPAL. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yang berasal dari pihak Badan Lingkungan Hidup maupun dari masyarakat pelaku industri. Namun demikian Badan Lingkungan Hidup sebagai aparat pelaksana sudah berusaha untuk menanggulangi pencemaran. Berdasarkan hasil penelitian maka BLH perlu meningkatkan produktivitasnya terutama pada kegiatan pencegahan, pengawasan dan penertiban. Perlu alternatif lain selain IPAL komunal karena IPAL komunal belum dapat mengatasi pencemaran air limbah industri batik di KelurahanLaweyan. Kata kunci : kinerja, pencemaran air limbah industri batik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACTION Nurul Hudah. D0105115. Performance of Surakarta Environmental Agencies in Tackling Batik Industrial Waste Water Pollution in Laweyan Village. Thesis, Administrative Science, The Faculty of Social and Political Science Sebelas Maret University. 2010 This research aimed to describe the performance of local government which in this trough the Surakarta Environmental Agencies in tackling batik industrial waste water pollution in Laweyan Village. Performance assessed using several indicators that is, productivity, responsiveness and accountability. This research also look at the factors that support and hinder the performance of Environmental Agencies. This research takes location in Surakarta and done in Surakarta Environmental Agencies. Research type is qualitative descriptive, where this research tries to describe about a certain situation or social phenomenon and does assessment about research problems. Data collecting is done with documentation and interview techniques. Data using primary and secondary data, primary data obtained directly from the informant who relating to cope with batik industrial waste water pollution inVillage Laweyan both from Environmental Agencies or from the public. While secondary data derived from the books, document and other information resources related with research. From result of research can be concluded that the overall implementation of activities in tackling batik industrial waste water pollution have been implemented. But the result has not shown the maximum result, which still happened batik industrial waste water pollution and still many batik industries which have not owned IPAL. This thing is because of some factors coming from the Environmental Agencies and the industry community. Environmental Agencies however, as the implementing authority has tried to tackle pollution. Based on research result, BLH need to increase produktivity, especially in prevention, surveillance and control activity. Need other alternatives beside IPAL communal because the IPAL communal does not fix batik industrial waste water pollution in LaweyanVillage. Keywords : performance, batik industrial waste water pollution.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji hanya untuk Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,
hidayah dan inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi “Kinerja
Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam Menanggulangi Pencemaran Air
Limbah Industri Batik di Kelurahan Laweyan”.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan
bantuannya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu dengan
kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Drs. Sudarmo, MA.Ph.D, selaku pembimbing skripsi yang selama ini
telah meluangkan waktu, memberikan arahan, masukan, dan perhatian yang
sangat besar dalam penulisan skripsi ini.
2. Ibu Dra. Sudaryanti, M.Si, selaku Pembimbing Akademik.
3. Bapak Drs. Supriyadi SN.SU, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Sudarto, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Program
Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
5. Seluruh Dosen pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu
Administrasi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Ibu dan Ayah terima kasih atas segala do’a dan perhatiannya.
7. Bapak Sri Adhyaksa, Bapak Edi, Bapak Bambang, mbak Ari, Ibu Sutarmi,
seluruh staf dan karyawan Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta yang telah
banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna
dalam penyusunan skripsi.
8. Bapak Alfa Pabela, Bapak Widi dan Bapak Yanto di Kelurahan Laweyan yang
telah banyak memberikan kemudahan bagi penulis dalam mengumpulkan data
yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.
9. Sahabat-sahabatku yang sudah lulus lebih dulu Kiki, Ocha, Intan, Nisa, Nida
serta seluruh teman-teman AN’05 terima kasih atas segala kebaikannya.
10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas
semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis berharap semoga Allah SWT memberi balasan dan pahala atas
budi baik beliau semua.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Surakarta, Desember 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PERSETUJUAN .......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
BAB
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 12
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 12
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 13
II. KAJIAN TEORI .................................................................................. 14
A. Pengertian Kinerja ............................................................................ 14
B. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ................................................ 15
C. Pengukuran Kinerja .......................................................................... 18
D. Indikator Kinerja .............................................................................. 22
E. Kinerja Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam
Menanggulangi Pencemaran Air Limbah Industri Batik di
Laweyan ........................................................................................... 28
F. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 34
III. METODOLOGI ................................................................................... 37
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Lokasi Penelitian .............................................................................. 37
C. Sumber Data ..................................................................................... 38
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 38
E. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 39
F. Validitas Data ................................................................................... 40
G. Teknik Analisis Data ........................................................................ 40
H. Deskripsi Wilayah ............................................................................ 43
1. Gambaran Umum Kelurahan Laweyan ....................................... 43
a. Letak dan Luas Wilayah ...................................................... 43
b. Sejarah Kelurahan Laweyan ................................................. 44
c. Mata Pencaharian Penduduk ................................................ 45
d. Bentuk Arsitektur Pemukiman Penduduk ............................ 46
2. Badan Lingkungan Hidup .......................................................... 47
a. Umum .................................................................................. 47
b. Visi ....................................................................................... 48
c. Misi ...................................................................................... 48
d. Tugas Pokok ......................................................................... 49
e. Fungsi ................................................................................... 49
f. Susunan Organisasi .............................................................. 49
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 74
A. Kinerja BLH ..................................................................................... 74
1. Indikator Produktivitas ............................................................... 75
a. Pencegahan ........................................................................... 75
b. Penyuluhan ........................................................................... 80
c. Pengawasan .......................................................................... 84
d. Penertiban ............................................................................. 93
2. Indikator Responsivitas .............................................................. 99
3. Indikator Akuntabilitas .............................................................. 101
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Kinerja BLH ........................... 104
1. Faktor Pendukung ...................................................................... 104
2. Faktor Penghambat .................................................................... 105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 113
A. Kesimpulan ...................................................................................... 108
B. Saran ................................................................................................. 118
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Monitoring Sungai 2007 berdasarkan Parameter Fisika ............ 6
Tabel 1.2 Monitoring Sungai 2008 berdasarkan Parameter Fisika ............ 7
Tabel 1.3 Monitoring Sungai 2009 berdasarkan Parameter Fisika ............ 8
Tabel 4.1 Penyuluhan Konservasi Sumber Daya Air dan Pengendalian
Kerusakan Sumber-sumber Air Kota Surakarta Tahun 2009 ..... 77
Tabel 4.2 Monitoring Keadaan Sungai tahun 2007 ..................................... 88
Tabel 4.3 Monitoring Keadaan Sungai tahun 2008 .................................... 89
Tabel 4.4 Monitoring Keadaan Sungai tahun 2009 .................................... 90
Tabel 4.5 Baku Mutu Air ........................................................................... 91
Tabel 4.6 Matrik Hasil Analisis ................................................................. 110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran .............................................................. 36
Gambar 3.1. Model Analisis Interaktif ....................................................... 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Lingkungan hidup diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda,
daya keadaan dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Lingkungan hidup ini terdiri dari 3 komponen utama yaitu
komponen fisik(abiotik), komponen abiotik dan komponen kultur. Dalam proses
pelaksanaan pembangunan ketiga komponen itu kemungkinan akan mengalami
perubahan atau lebih dikenal dengan kata akan terkena dampak. Dampak yang
bersifat positif sangat diharapkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas dan
kenyamanan hidup. Sedangkan dampak yang bersifat negatif memang tidak
diharapkan karena dapat menurunkan kualitas dan kenyamanan hidup, harus dapat
diatasi dengan sebaik-baiknya.
Dinamika perkembangan hidup manusia menunjukkan bahwa semakin
modern kehidupan manusia, semakin besar pula kerusakan dan pencemaran
lingkungan yang ditimbulkannya. Di samping itu perkembangan kehidupan
tersebut juga menyebabkan semakin menipisnya sumber daya alam di bumi ini.
Jika kegiatan kelompok masyarakat jaman dulu hanya menimbulkan kerusakan
dan pencemaran lingkungan dalam jumlah minimal, maka kegiatan kelompok
masyarakat jaman sekarang ternyata menimbulkan kerusakan yang berlipat ganda,
sehingga Pemerintah selaku penyelenggara negara wajib mengeluarkan kebijakan
di bidang lingkungan hidup secara nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Prinsip-prinsip pengelolaan hidup di Indonesia telah dirumuskan salah
satunya dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Dalam undang-undang tersebut telah dirumuskan pengertian,
tujuan dan asas serta sasaran maupun mekanisme dan kewenangan pengelolaan
lingkungan hidup. Pengelolaan Lingkungan Hidup diartikan sebagai upaya
terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan
penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan
dan pengendalian lingkungan hidup.
Tindakan pengendalian mempunyai posisi strategis untuk menjaga dan
mengawasi agar fungsi lingkungan hidup terjaga baik daya dukungnya ataupun
daya tampungnya. Tindakan pengendalian perusakan dan atau pencemaran
lingkungan salah satunya adalah permasalahan pencemaran air. Air merupakan
kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, tidak akan ada kehidupan
seandainya di bumi tidak ada air. Air yang bersih sangat didambakan oleh
manusia, baik untuk keperluan sehari-hari, untuk keperluan industri, pertanian
dan lain sebagainya. Saat ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian
khusus. Untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan standar tertentu sekarang
bukanlah suatu yang mudah karena air sudah banyak tercemar oleh berbagai
macam limbah dari kegiatan manusia, baik itu limbah industri, limbah dari
kegiatan rumah tangga, maupun limbah dari kegiatan yang lainnya. Pembuangan
limbah secara langsung inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya
pencemaran air. Limbah (baik berupa zat padat maupun zat cair) yang masuk ke
air akan menyebabkan terjadinya penyimpangan dari keadaan normal air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup
oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya (Undang-
undang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 angka 11).Kebijakan
Pengendalian Pencemaran Air, secara nasional diatur dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Walaupun penetapan air bersih tidaklah mudah, namun ada kesepakatan
bahwa air yang bersih tidak ditetapkan pada kemurnian air, akan tetapi didasarkan
pada keadaan normalnya. Apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal
maka berarti air tersebut telah tercemar. Menurut Wisnu Arya Wardhana dalam
bukunya “Dampak Pencemaran Lingkungan”, indikator atau tanda bahwa air
lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati
melalui yaitu :
1. Adanya perubahan suhu air.
2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen.
3. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air.
4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut.
5. Adanya mikro organisme.
6. Meningkatnya radioaktivas air lingkungan (1995:74)
Hal ini tercermin dalam berbagai kasus dugaan pencemaran industri:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
* Sulawesi-kasus Pencemaran Teluk Buyat, dugaan pencemaran teluk Buyat
akibat dari pembuangan limbah tailing (submarine tailing disposal)
* dugaan yang sama terhadap Perairan laut Lombok Timur akibat operasi PT.
Newmont Nusa Tenggara (PT.NTT) NTB
* Papua; PT. Freeport beroperasi dari tahun 1967 telah menimbulkan dampak
hancurnya Gunung Grasberg, Tercemarnya Sungai Aigwa, Meluapnya air
danau Wanagon, Tailing mengkontaminasi : 35.820 hektar daratan dan 84.158
hektar Laut Arafura
* di Kalimantan Selatan, Pembuangan limbah industri ke aliran Sungai oleh PT
Galuh Cempaka.
* Kalimantan Tengah; Tiga sungai besar di Kalimantan Tengah masih tercemar
air raksa (merkurium) akibat penambangan emas di sepanjang daerah aliran
sungai (DAS) Barito, Kahayan, dan Kapuas. Pencemaran itu melebihi baku
mutu yang dipersyaratkan.
* Di Jawa, Pembuangan limbah pabrik-pabrik di Sungai Cikijing selama
puluhan tahun (Jawa Barat), pembuangan limbah oleh beberapa pabrik ke Kali
Surabaya, dan sederetan kasus pencemaran industri yang telah nyata-nyata
menimbulkan korban.
(gendovara.blogdetik.com/2008/09/20/limbah-industri-dan-limpahan-air-mata-
manusia,diakses pada tanggal 16 Mei 2010)
Pertumbuhan ekonomi dapat terjadi akibat dari pembangunan di berbagai
bidang. Baik dalam bidang industri, jasa pemukiman, pendidikan maupun
transportasi. Seiring dengan perkembangan perkotaan tersebut, maka terjadi alih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
fungsi lahan yang tadinya merupakan lahan pertanian yang tidak terbangun
menjadi daerah terbangun(built up area). Perubahan ini menyebabkan
peningkatan kepadatan penduduk dan kepadatan pemukiman. Perluasan lahan
terbangun baik difungsikan sebagai pemukiman, perdagangan maupun industri
secara otomatis akan memicu permasalahan penurunan kualitas lingkungan. Di
bidang industri sendiri jika tidak dilakukan pengelolaan yang tepat dari sisa
buangan industri, akan menimbulkan berbagai masalah. Permasalahan tersebut
antara lain masalah banjir, sampah, polusi udara dan pencemaran air.Di dalam
kegiatan industri, air yang telah digunakan(air limbah industri) tidak boleh
langsung dibuang ke lingkungan karena kandungan bahan kimianya dapat
mencemari lingkungan. Air limbah industri harus diolah terlebih dahulu untuk
meminimalisasi kandungan kimia dari limbah tersebut. Tetapi pada kenyataannya
masih banyak industri yang membuang limbahnya tanpa diolah.
Surakarta ada di titik persimpangan antara Jawa Timur, Jawa Tengah, dan
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan lokasi yang sangat strategis, yang
memberikan keuntungan yang sangat menggiurkan bagi para pelaku usaha untuk
menanamkan modalnya di daerah ini. Keadaan seperti inilah yang meramaikan
kegiatan perindustrian di kota ini.
Namun pertumbuhan industri juga membawa pengaruh buruk terhadap
lingkungan kota, terutama pada sungai-sungai yang ada di kotaSurakarta. Sungai-
sungai yang mengalir di sini mengalami pencemaran yang mengkhawatirkan.
Sedikitnya ada sebelas sungai yang melewati wilayah kota Surakarta sudah dalam
kondisi yang mengkhawatirkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kota Surakarta sebagai kota yang pertumbuhannya sangat pesat, terutama
di bidang industri dengan berbagai limbah yang dikeluarkan dari proses produksi,
memiliki potensi dampak pencemaran. Berdasarkan Peraturan Daerah kota
Surakarta Nomor 2 tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup, Pasal 9
mewajibkan setiap orang yang akan melakukan pembuangan air limbah ke
sumber-sumber air terlebih dahulu melakukan pengelolaan air limbah yaitu
dengan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).
Di Surakarta terdapat banyak sekali industri, baik industri makanan,
industri mebel, industri tekstil, industri batik, dll. Kota Surakarta terkenal akan
batik. Terdapat banyak industri batik baik skala besar, menengah dan kecil.
Industri batik yang ada di kota Surakarta antara lain yang terdapat pada Kampung
Batik Laweyan dan Kampung Batik Kauman. Di Kampung Batik Kauman proses
pewarnaan batik menggunakan bahan pewarna soga yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan sehingga sisa limbahnya dapat diuraikan oleh alam dan tidak
mencemari lingkungan, tetapi pada Kampung Batik Laweyan bahan pewarna yang
digunakan adalah pewarna kimia yang berbahaya bagi lingkungan jika sisa
limbahnya tidak diolah terlebih dahulu.Industri batik tersebut standarnya harus
memiliki IPAL. Tetapi berdasarkan wawancara dengan Bapak Alfa (Ketua Forum
Pengembangan Kampung Batik Laweyan) pada hari Rabu,18 Maret 2009, di
Kelurahan Laweyan terdapat sekitar 80an industri batik, yang masih aktif
produksi dari pembuatan pola, pewarnaan dan pencelupan terdapat sekitar 20an
industri diantaranya 4 industri skala besar yang terletak di bagian timur kelurahan
Laweyan, 1 industri di bagian tengah, sedangkan 15 UKM tersebar di bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
timur, tengah dan barat kelurahan Laweyan. Ada 11UKM yang bergabung dengan
IPAL komunal. Yang tidak tergabung dengan IPAL komunal beberapa memiliki
IPAL sendiri, tapi beberapa memang tidak memiliki IPAL karena industri skala
kecil tidak memiliki dana untuk membuat IPAL. Menurut Pusat Telaah dan
Informasi Regional (PATTIRO), Lembaga Swadaya Masyarakat di Surakarta,
sepanjang tahun 2008 terdapat banyak limbah industri batik yang langsung
dibuang tanpa diolah terlebih dahulu, kalaupun ada yang diolah, pengolahannya
kurang maksimal. Bahan kimia batik selain mencemari sungai juga menurunkan
kualitas air di sumur-sumur penduduk sekitar wilayah industri batik, sehingga air
sumur tidak dapat dikonsumsi oleh penduduk(http://tempointeraktif.com diakses
tanggal 13 Maret 2010).. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa usaha
pemerintah untuk menanggulangi limbah industri batik masih harus ditingkatkan,
permasalahan pencemaran ini merupakan permasalahan yang mendesak dan harus
segera ditangani demi pelestarian lingkungan.
Industri batik di Kelurahan Laweyan membuang limbah produksinya ke
sungai Jenes, sungai Jenes mengalir menuju muara sungai Pepe.
Berikut adalah data pencemaran sungai Jenes dan sungai Pepe berdasarkan
data dari Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta (BLH) dari tahun 2007-2009:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 1. 1
Monitoring Sungai Kota Surakarta
Badan Lingkungan Hidup KotaSurakarta
Tahun 2007
Berdasarkan Parameter Fisika
Baku Mutu Air Limbah
No Lokasi pengambilan sampel
Parameter Fisika
Temperatur TSS
(oC) (mg/L)
1 S. Pepe hulu 28,4 61
2 S. Pepe tengah 28,6 46,5
3 S. Pepe hilir 29 48
4 S. Jenes hulu 29,2 55
5 S. Jenes tengah 29,4 62
6 S. Jenes hilir 29,2 69
Sumber : Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 1. 2
Monitoring Sungai Kota Surakarta
Badan Lingkungan Hidup KotaSurakarta
Tahun 2008
Berdasarkan Parameter Fisika
Baku Mutu Air Limbah
No Lokasi pengambilan sampel
Parameter Fisika
Temperatur TSS
(oC) (mg/L)
1 S. Pepe hulu 27,8 49,5
2 S. Pepe tengah 28 47,5
3 S. Pepe hilir 28,1 48
4 S. Jenes hulu 28,1 59
5 S. Jenes tengah 28,2 82
6 S. Jenes hilir 28 80
Sumber : Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 1. 3
Monitoring Sungai Kota Surakarta
Badan Lingkungan Hidup KotaSurakarta
Tahun 2009
Berdasarkan Parameter Fisika
Baku Mutu Air Limbah
No Lokasi pengambilan sampel
Parameter Fisika
Temperatur TSS
(oC) (mg/L)
1 S. Pepe hulu 33,6 16
2 S. Pepe tengah 32,7 14
3 S. Pepe hilir 33,3 20
4 S. Jenes hulu 29,5 36
5 S. Jenes tengah 32,3 53
6 S. Jenes hilir 31,7 69
Sumber : Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta
Baku mutu air limbah : batas maksimal kandungan limbah yang diperbolehkan
TSS : Zat Padat Tersuspensi
Tabel di atas menggunakan batas dari kelas II, yaitu air yang peruntukannya
digunakan untuk sarana/ prasarana rekreasi air, pengelolaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman (batas maksimalnya 50 mg/L).
Dari tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2007 terjadi pencemaran
sungai pada sungai Pepe hulu, sungai Jenes hulu, tengah dan hilir. Pada tahun
2008 pencemaran terjadi pada sungai Jenes hulu, tengah dan hilir. Sedangkan
pada tahun 2009 pencemaran terjadi pada sungai Jenes tengah dan sungai Jenes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hilir, kandungan limbah di sungai-sungai tersebut melebihi dari yang
diperbolehkan yaitu lebih dari 50 mg/L.
Pemerintah dalam hal ini adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap
penanggulangan pencemaran ini. Pemerintah memiliki kewenangan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan pengendalian pencemaran. Pemerintah dan
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan
masing-masing dalam rangka pengendalian air pada sumber air berwenang :
1. Menetapkan daya tampung pencemaran.
2. Melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemaran.
3. Menetapkan persyaratan air limbah untuk aplikasi pada air tanah.
4. Menetapkan persyaratan pembuangan air limbah ke air atau sumber air.
5. Memantau kualitas air pada sumber air, dan
6. Memantau faktor-faktor lain yang menyebabkan perubahan mutu air.
(PP No 82 Tahun 2001 Pasal 20).
Permasalahan pencemaran lingkungan di kota Surakarta di tangani oleh Badan
Lingkungan Hidup kotaSurakarta. Tugas dari Badan Lingkungn Hidup adalah
menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang
lingkungan hidup.
Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta mengaku telah melakukan tindakan
preventif maupun represif tetapi permasalahan masih ditemui. Untuk mengatasi
permasalahan pencemaran karena air limbah industri batik diperlukan daya
tanggap terhadap kebutuhan industri batik dan kemampuan dari Pemerintah kota
dalam menanggulangi pencemaran air limbah secara bertanggungjawab, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kinerja penanggulangan air limbah industri batik bisa responsif dan
bertanggungjawab.
Berdasar pada latar belakang masalah di atas, penelitian ini bermaksud
menggambarkan bagaimana kinerja Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta
dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan
Laweyan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas yang telah dikemukakan, maka
dalam penelitian ini penulis mengajukan perumusan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana Kinerja Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam
menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan
Laweyan?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Obyektif
Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran yang jelas tentang
fenomena yang diteliti yaitu kinerja Badan Lingkungan Hidup kota
Surakarta dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di
Kelurahan Laweyan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Tujuan Subyektif
Untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat guna memperoleh
gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret.
D. Manfaat Penelitian
1. Diperolehnya informasi dan gambaran mengenai kinerja organisasi publik
khususnya Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam
menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan
Laweyan.
2. Sebagai tambahan pengetahuan bagi instansi terkait, yaitu Badan
Lingkungan Hidup, berkaitan dengan kinerja organisasi publik terutama
dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri batik diKelurahan
Laweyan.
3. Bagi penulis, merupakan kesempatan untuk menerapkan teori yang
diperoleh dalam praktek nyata. Sehingga dapat melatih cara berfikir
sistematis di samping belajar mengembangkan kemampuan professional.
4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang
Kinerja Organisasi Publik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
Kajian Teori
A. Pengertian Kinerja
Tujuan organisasi bisa dicapai apabila organisasi tersebut didukung oleh unit-
unit kerja yang terdapat di dalamnya. Baik buruknya output dari suatu organisasi
dipengaruhi oleh baik buruknya kinerja yang terjadi di dalam organisasi tersebut.
Dalam bahasa Inggris kinerja seringkali dipadankan dengan istilah
performance yang berarti sesuatu hasil yang telah dikerjakan. Menurut Suyadi
Prawirosentono (1999:2) kinerja atau performance adalah hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi yang sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya
mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika.
Bastian (dalam Hessel Nogi Tangkilisan, 2005:17) mendefinisikan kinerja
organisasi sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian hasil pelaksanaan tugas
dalam suatu organisasi dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi
organisasi tersebut. Yuwono, dkk (dalam Hessel Nogi Tangkilisan, 2005:175)
juga mengatakan bahwa konsep kinerja organisasi berhubungan dengan berbagai
aktivitas dalam rantai nilai (value chain) yang ada pada organisasi.
John Withmore dalam Lijan Poltak Sinambela (2006:138) mengemukakan
bahwa kinerja merupakan ekspresi potensi seseorang dalam memenuhi
tanggungjawabnya dengan menetapkan standar tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sedangkan menurut Lembaga Administrasi Negara kinerja diartikan sebagai
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi
organisasi. (Joko Widodo, 2005:78-79)
Pengertian kinerja menurut Joko Widodo (2005:79) pada hakikatnya berkaitan
dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang
menjadi wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja organisasi dapat diartikan sebagai kemampuan organisasi untuk
melaksanakan kegiatan atau aktivitas yang menjadi tanggung jawabnya dalam
mengoptimalkan pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Organisasi
Kinerja organisasi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di dalam
(internal) maupun di luar (eksternal) organisasi. Yuwono dkk dalam Hesssel Nogi
Tangkilisan menyebutkan bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi
kinerja suatu organisasi meliputi upaya manajemen dalam menerjemahkan dan
menyelaraskan tujuan organisasi, budaya organisasi, kualitas sumber daya
manusia yang dimiliki organisasi, dan kepemimpinan yang efektif (2005:178).
Selanjutnya, Atmosoeprapto dalam Hessel Nogi Tangkilisan (2005:181-182)
mengemukakan kinerja suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor
internal maupun eksternal sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Faktor Eksternal yang terdiri dari :
• Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan
kekuasaan negara yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban,
yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk berkarya secara
maksimal,
• Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang
berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli
untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai suatu sistem
ekonomi yang lebih besar,
• Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di tengah
masyarakat, yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos kerja
yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi.
b. Faktor Internal yang terdiri dari :
• Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin
diproduksi oleh suatu organisasi.
• Struktur organisasi, sebagai hasil dari desain antara fungsi yang akan
dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formalnya.
• Sumber daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota
organisasi sebagai penggerak jalannya organisasi secara keseluruhan.
• Budaya organisasi, yaitu gaya dan identitas suatu organisasi dalam pola
kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sedangkan Ruky dalam Hessel Nogi Tangkilisan (2005:180)
mengidentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat
pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut :
a. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan
untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi -
semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi
tingkat kinerja organisasi tersebut;
b. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi;
c. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan
ruang, dan kebersihan;
d. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada
dalam organisasi yang bersangkutan;
e. Kepimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi.
Dalam Mahmudi (2005:21), kinerja merupakan suatu konstruk
multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya,faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja adalah :
a. Faktor personal/ individual, meliputi : pengetahuan, ketrampilan (skill),
kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh
setiap individu ;
b. Faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan dorongan,
semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Faktor tim, meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh
rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim,
kekompakan dan keeratan anggota tim ;
d. Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang
diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam
organisasi ;
e. Faktor kontekstual (situasional), meliputi : tekanan dan perubahan
lingkungan eksternal dan internal.
Dari keseluruhan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ada begitu
banyak faktor yang dianggap mempengaruhi tingkat kinerja yang dapat dicapai
oleh suatu organisasi. Faktor tersebut bisa disebabkan oleh faktor dari luar
organisasi (eksternal) maupun faktor dari dalam organisasi (internal)
C. Pengukuran Kinerja
Kinerja sangat penting untuk dinilai atau diukur agar suatu organisasi atau
program dapat diketahui keberhasilannya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Mahmudi (2005:6) bahwa pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk
melakukan penilaian kinerja, yaitu untuk menilai sukses atau tidaknya suatu
organisasi, program atau kegiatan.
Penilaian kinerja, menurut Achmad S. Ruky (2001:158-159), dilakukan pada
akhir periode tertentu yang telah ditetapkan yaitu membandingkan antara hasil
yang sebenarnya diperoleh dengan yang direncanakan. Sehingga dapat diketahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mana yang telah dicapai sepenuhnya, mana yang diatas standar (target) dan mana
yang dibawah target atau tidak tercapai penuh.
Penilaian kinerja akan menimbulkan perbaikan atau peningkatan kinerja
karyawan yang kemudian akan berdampak positif pada kinerja organisasi secara
keseluruhan. James B. Whittaker (dalam Hessel Nogi Tangkilisan, 2005:171)
mengemukakan bahwa pengukuran/ penilaian kinerja merupakan suatu alat
manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
dan akuntabilitas. Penilaian kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian
tujuan dan sasaran (goals and objectives).
Definisi yang dikemukakan Whittaker tersebut tidak berbeda jauh dari definisi
yang tertuang dalam Reference Guide, Province of Alberta,Canada (dalam Hessel
Nogi, 2005:171-172) yang menyebutkan pengukuran kinerja merupakan suatu
metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Mardiasmo (dalam Hessel Nogi Tangkilisan, 2005:172)
juga mengemukakan bahwa tolak ukur kinerja organisasi publik berkaitan dengan
ukuran keberhasilan yang dapat dicapai oleh organisasi tersebut, karena satuan
ukur yang relevan digunakan adalah efisiensi pengelolaan dana dan tingkat
kualitas pelayanan yang dapat diberikan kepada publik.
Penilaian kinerja dalam International Journal Business Performance
Management, Vol 10, No 1, 2008 hal 112 (dalam www.inderscience.com) oleh
Edson Pinheiro de Lima :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“ The performance measurement is the process of quantifying the efficiency and effectiveness of action. A performance measurement system is the set of metrics used to quantify both efficiency and effectiveness actions “. (terjemahan : pengukuran kinerja adalah proses mengukur efisiensi dan efektivitas tindakan. Sistem pengukuran kinerja adalah himpunan metrik yang digunakan untuk mengukur baik efisiensi dan efektivitas tindakan )
Adapun manfaat penilaian kinerja organisasi dikatakan oleh Bastian (dalam
Hessel Nogi Tangkilisan, 2005:173) akan mendorong pencapaian tujuan
organisasi dan akan memberikan umpan balik untuk upaya perbaikan terus-
menerus (berkelanjutan). Pengukuran kinerja tidak dimaksudkan untuk berperan
sebagai mekanisme dalam memberikan penghargaan atau hukuman
(reward/punishment), akan tetapi pengukuran kinerja berperan sebagai alat
komunikasi dan alat manajemen untuk memperbaiki kinerja.
Selain itu, penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan dapat digunakan sebagai
ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Untuk organisasi
pelayanan publik, informasi mengenai kinerja tentu sangat berguna untuk menilai
seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh organisasi itu memenuhi harapan
dan memuaskan pengguna jasa. Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja,
maka upaya untuk memperbaiki kinerja bisa dilakukan secara lebih terarah dan
sistematis (Agus Dwiyanto, 2006:47 ).
Ada beberapa tujuan melakukan penilaian kinerja menurut Sedarmayanti
(2009:264), yaitu :
a. Mengetahui ketrampilan dan kemampuan karyawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Sebagai dasar perencanaan bidang kepegawaian khususnya
penyempurnaan kondisi kerja, peningkatan mutu dan hasil kerja.
c. Sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan keryawan seoptimal
mungkin, sehingga dapat diarahkan jenjang/ rencana kariernya, kenaikan
pangkat dan kenaikan jabatan.
d. Mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan
dan bawahan.
e. Mengetahui kondisi organisasi secara keseluruhan dari bidang
kepegawaian, khususnya kinerja karyawan dalam bekerja.
f. Secara pribadi, karyawan mengetahui kekuatan dan kelemahannya
sehingga dapat memacu perkembangannya. Bagi atasan yang menilai akan
lebih memperhatikan dan mengenal bawahan/karyawannya, sehingga
dapat lebih memotivasi karyawan.
g. Hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan dapat bermanfaat bagi penelitian
dan pengembangan di bidang kepegawaian.
Penilaian kinerja merupakan bagian dari sistem manajemen kinerja, yang mana
penerapan sistem manajemen kinerja akan membawa dampak positif bagi sebuah
organisasi, karena dengan melakukan penilaian terhadap kinerja organisasi baik
dari level yang paling rendah maupun level yang tertinggi dalam organisasi, akan
berpengaruh terhadap manajemen organisasi, kepemimpinan, dan juga
meningkatkan kualitas dalam kehidupan kerja karyawan. Hal ini diungkapkan
oleh Juhani Ukko yang ditulis dalam International Journal of Business
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Performance Management, Vol 10, No 1, 2008 hal 86-98 (dalam
www.inderscience.com) berikut ini :
“When designing and implementing a PM system there are always some impacts on the management, leadership and further on the QWL of the employees. Hence, the successful implementation of a PM system should bring out positive impacts. If the PM system can support the management of the company in leadership and communication, it can enhance for example the employees’ commitment, motivation and possibilities to affect the decision making”. (terjemahan : ketika merencanakan dan mengimplementasikan sebuah sistem manajemen kinerja selalu berdampak pada manajerial, kepemimpinan dan juga termasuk di dalamnya kualitas kehidupan pekerja (QWL) dari para pekerja. Sehingga keberhasilan dari implementasi sistem manajemen kinerja selalu membawa dampak positif. Jika dalam sistem manajemen kinerja dapat mendukung manajemen di perusahaan dalam hal kepemimpinan dan komunikasi, itu dapat dijadikan contoh sebagai komitman karyawan, motivasi, dan tanggungjawab dalam pengambilan keputusan.
D. Indikator Kinerja
Menurut Bastian (dalam Hessel Nogi Tangkilisan, 2005:175) indikator kinerja
organisasi adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian sasaran atau tujuan. Bastian mengemukakan beberapa elemen-elemen
indikator kinerja antara lain :
a. indikator masukan (inputs), yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan agar
organisasi mampu menghasilkan produknya,baik barang atau jasa, yang
meliputi sumber daya manusia, informasi, kebijakan, dan sebagainya.
b. indikator keluaran (outputs), yaitu sesuatu yang diharapkan langsung
dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun non fisik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. indikator hasil (outcomes), yaitu segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
d. indikator manfaat (benefit), yaitu sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir
dari pelaksanaan kegiatan.
e. indikator dampak (impacts), yaitu pengaruh yang ditimbulkan, baik positif
maupun negatif, pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang
telah ditetapkan.
Indikator kinerja untuk tiap-tiap unit organisasi berbeda-beda tergantung pada
tipe pelayanan yang dihasilkan. Selim dan Woodward (dalam Agus Dwiyanto,
2006:52) melihat kinerja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomi,
efisiensi, efektivitas, dan persamaan pelayanan. Sedangkan Zeithaml, Pasuraman,
dan Berry (dalam Agus Dwiyanto, 2006:53) mengemukakan bahwa kinerja
pelayanan publik yang baik dapat dilihat melalui berbagai indikator yang sifatnya
fisik.
Wahyudi Kumorotomo (dalam Agus Dwiyanto, 2006:52) menggunakan
beberapa kriteria untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja organisasi
pelayanan publik, antara lain, adalah berikut ini :
a. Efisiensi
Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi
pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi
serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. Apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diterapkan secara objektif, kriteria seperti likuiditas, solvabilitas, dan
rentabilitas merupakan kriteria efisiensi yang sangat relevan.
b. Efektivitas
Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut
tercapai? Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi,
tujuan organisasi, serta fungsi agen pembangunan.
c. Keadilan
Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang
diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat
kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Keduanya
mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-
nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang menyangkut
pemerataan pembangunan, layanan kepada kelompok pinggiran dan
sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini.
d. Daya tanggap
Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta,
organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara
atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu, kriteria
organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat dipertanggungjawabkan
secara transparan demi memenuhi kriteria daya tanggap ini.
Agus Dwiyanto (2006:50-51) mengemukakan bahwa penilaian kinerja
birokrasi publik tidak cukup hanya dilakukan dengan menggunakan indikator-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
indikator yang melekat pada birokrasi itu, seperti efisiensi dan efektivitas, tetapi
juga harus dilihat juga dari indikator-indikator yang melekat pada pengguna jasa,
seperti kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas, dan responsivitas. Agus Dwiyanto
mengemukakan lima indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur kinerja
birokrasi publik yaitu :
a. Produktifitas
Produktifitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektifitas
pelayanan. Produktifitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara
input dengan output . Konsep produktifitas dirasa terlalu sempit dan
kemudian General Accounting Office ( GAO ) mencoba mengembangkan
satu ukuran produktifitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa
besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah
satu indikator kinerja yang penting.
b. Kualitas Layanan
Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam
menjelaskan kinerja organisasi publik. Banyak pandangan negatif yang
terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan
masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik
dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan
indikator kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan
kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai
kepuasan masyarakat seringkali tersedia secara mudah dan murah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan seringkali dapat
diperoleh dari media massa atau diskusi publik. Akibat akses terhadap
informasi mengenai kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan relatif
sangat tinggi, maka bisa menjadi suatu ukuran kinerja organisasi publik
yang mudah dan murah dipergunakan. Kepuasan masyarakat bisa menjadi
parameter untuk menilai kinerja organisasi publik.
c. Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan
masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan
mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas disini
menunjukkan pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan
dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan
sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung
mengambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi
dan tujuan, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara
pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan
kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi-
organisasi publik. Organisasi memiliki responsivitas yang rendah dengan
sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Responsibilitas
Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi
publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar
atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang ekspilisit maupun
implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika
berbenturan dengan responsivitas.
e. Akuntabilitas
Akuntabilitas publik menunjukkan pada seberapa besar kebijakan dan
kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih
oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena
dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan
kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat
digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi
publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja
organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang
dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian
target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal seperti nilai-
nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi
publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap
benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam
masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan beberapa indikator kinerja yang disampaikan tersebut, maka yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah produktivitas, responsivitas, dan
akuntabilitas sebagai indikator kinerja . Ketiga indikator ini dipilih karena dirasa
telah mewakili dari beberapa indikator yang ada. Indikator responsibilitas sudah
tercakup dalam indikator akuntabilitas.
E. Kinerja Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan.
Instansi Pengendalian Lingkungan Hidup adalah Unit Kerja Perangkat Daerah
Kota Surakarta yang menurut tugas dan fungsinya mengendalikan lingkungan
hidup (Perda no 2 tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup pasal 1
poin 5). Pengendalian lingkungan hidup adalah upaya pencegahan dan/ atau
penanggulangan dan/ atau pemulihan pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan
melalui kegiatan perencanaan, penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pengawasan, dan pemeliharaan. Di Surakarta instansi tersebut adalah Badan
Lingkungan Hidup kota Surakarta.
Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta merupakan instansi pemerintah yang
berperan dalam menanggulangi pencemaran limbah di wilayahnya, dalam
penelitian ini khususnya menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di
Kelurahan Laweyan. Dalam melaksanakan tugasnya Badan Lingkungan Hidup
harus mampu bekerja secara optimal untuk mewujudkan visi dan misi Badan
Lingkungan Hidup demi menjaga keseimbangan antara manusia dan lingkungan
hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kinerja Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta adalah kemampuan yang
dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam melaksanakan
tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dalam menangani pencemaran
lingkungan sehingga tujuan penanggulangan pencemaran air limbah, yaitu
meminimalisir jumlah pencemaran air limbah industri khususnya limbah industri
batik di Kelurahan Laweyan.
Kinerja Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dapat diidentifikasikan
melalui beberapa indikator kinerja yang dapat menjadi tolak ukur keberhasilan
dalam kegiatan menanggulangi pencemaran air limbah industri batik. Indikator
yang digunakan dalam penelitian ini adalah produktivitas, responsivitas, dan
akuntabilitas. Ketiga indikator ini dipilih karena dirasa telah mewakili dari
beberapa indikator yang ada. Indikator responsibilitas sudah tercakup dalam
indikator akuntabilitas. Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut mengenai batasan-
batasan indikator yang telah dipilih tersebut :
a. Produktivitas
Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dan
output, artinya perbandingan sejauh mana upaya yang dilakukan dengan
hasil yang diperolehnya dalam periode tertentu. Menurut Agus Dwiyanto
(2006:50) konsep produktivitas tidak hanya menyangkut pada tingkat
efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Selain itu juga harus
memperhitungkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang
diterapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai konsep produktivitas maka
dalam penelitian ini akan menekankan konsep produktivitas pada sejauh
mana upaya yang telah dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup kota
Surakarta dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di
Kelurahan Laweyan. Hal ini dapat diketahui dengan berbagai kegiatan apa
saja yang dilakukan dalam upaya menanggulangi pencemaran air limbah
industri batik di Kelurahan Laweyan dan apakah hasilnya sesuai dengan
target yang telah ditetapkan.
b. Responsivitas
Responsivitas merupakan salah satu konsep yang digunakan sebagai
indikator untuk menilai kinerja. Responsivitas ini merupakan daya tanggap
yang dimiliki suatu organisasi terhadap suatu permasalahan.
Responsivitas menurut Dilulio dalam Agus Dwiyanto (2006:62)
adalah kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat,
menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan
program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan bahwa responsivitas ini
mengukur daya tanggap birokrasi terhadap harapan, keinginan dan
aspirasi, serta tuntutan pengguna jasa. Responsivitas sangat diperlukan
dalam pelayanan publik karena hal tersebut merupakan bukti kemampuan
dari suatu organisasi . Organisasi yang memiliki responsivitas yang rendah
dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula. (Osborne & Plastrik
dalam Agus Dwiyanto, 2006:62)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Responsifitas menurut Agus Dwiyanto (2006:63) dalam
operasionalisasinya dijabarkan menjadi beberapa indikator yaitu :
(1) terdapat tidaknya keluhan pengguna jasa selama satu tahun
terakhir ;
(2) sikap aparat birokrasi dalam merespon keluhan dari pengguna jasa
(3) penggunaan keluhan dari pengguna jasa sebagai referensi bagi
perbaikan penyelenggaraan pelayanan pada masa mendatang;
(4) berbagai tindakan aparat birokrasi untuk memberikan kepuasan
pelayanan pada pengguna jasa ; serta
(5) penempatan pengguna jasa oleh aparat birokrasi dalam sistem
pelayanan yang berlaku.
Responsivitas disini menunjukkan pada keselarasan antara program
dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Responsivitas secara tidak langsung menggambarkan kemampuan
organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya terutama untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah
menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan
organisasi publik. Organisasi yang memiliki responsivitas yang rendah
dengan sendirinya memiliki kinerja yang buruk. Sebuah organisasi publik
harus mempunyai responsivitas yang tinggi terhadap apa yang menjadi
permasalahan, kebutuhan, keluhan dan aspirasi masyarakat. Organisasi
hendaknya cepat memahami apa yang menjadi tuntutan masyarakat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berusaha semaksimal mungkin memenuhinya. Organisasi dapat
menangkap masalah yang dihadapi publik dan berusaha untuk mencapai
solusinya. Sehingga dengan demikian dibutuhkan sumber daya manusia
yang memadai dan peka agar dapat lebih mengenali aspirasi masyarakat
serta dapat memberikan solusi terhadap tuntutan kebutuhan masyarakat.
Sebagai salah satu instansi pemerintah Badan Lingkungan Hidup kota
Surakarta harus memiliki responsivitas yang tinggi agar kinerja baik.
Responsivitas pada Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam
menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan
Laweyan dapat diketahui dengan sejauh mana instansi tersebut merespon,
mengatasi, menjawab dan memberikan solusi yang tepat sesuai dengan
aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam permasalahan pencemaran air
limbah industri batik di Kelurahan Laweyan.
c. Akuntabilitas
Akuntabilitas dalam penyelenggaraan publik menurut Agus Dwiyanto
(2006:57) adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat
kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilai-nilai atau
norma eksternal yang ada dimasyarakat atau yang dimiliki oleh para
Stakeholders . nilai dan norma pelayanan yang berkembang dalam
masyarakat tersebut, diantaranya meliputi transparasi pelayanan , prinsip
keadilan jaminan penegakan hukum, hak asasi manusia, dan orientasi
pelayanan yang dikembangkan terhadap masyarakat pengguna jasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Wahyudi Kumorotomo (2005:3-4) akuntabilitas diartikan
sebagai ukuran yang menunjukkan apakah aktivitas birokrasi publik atau
pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah sudah sesuai dengan norma dan
nilai-nilai yang dianut oleh rakyat dan apakah pelayanan publik tersebut
mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat sesungguhnya.
Dalam Mahmudi (2005:9) akuntabilitas publik terdiri dari dua macam,
yaitu (1) akuntabilitas vertikal dan (2) akuntabilitas horizontal.
Akuntabilitas vertikal adalah akuntabilitas kepada otoritas yang lebih
tinggi, misalnya akuntabilitas kepala dinas kepada bupati atau walikota,
menteri kepada presiden, kepala unit kepada kepala cabang, kapala cabang
kepada CEO, dan sebagainya. Akuntabilitas horizontal adalah
akuntabilitas kepada publik secara luas atau terhadap sesama lembaga
lainnya yang tidak memiliki hubungan atasan-bawahan.
Dalam penelitian ini, akuntabilitas sebagai kriteria untuk mengetahui
sejauh mana Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta bertanggungjawab
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan nilai dan norma yang ada
dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki tingkat
akuntabel, jika kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan
norma yang berkembang dalam masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F. Kerangka Pemikiran
Pencemaran air adalah masuknya limbah ke dalam air yang mengakibatkan
fungsi air turun, sehingga tidak mampu lagi mendukung aktivitas manusia dan
menyebabkan timbulnya masalah penyediaan air bersih. Bagian terbesar yang
menyebabkan pencemaran air adalah limbah cair dari industri, disamping limbah
padat berupa sampah domestik.
Sesuai dengan isi PP No 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Pemerintah adalah pihak yang memiliki wewenang
untuk melakukan pencegahan pencemaran air. Namun dalam kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa masih banyak terjadi pelanggaran terhadap
peraturan-peraturan yang berkaitan dengan permaslahan pengelolaan kualitas air
ini sehingga diperlukan adanya penanganan yang serius dari Pemerintah Kota
Surakarta. Penanganan yang serius ini dibuktikan dengan kinerja maksimal dari
Badan Lingkungan Hidup. Dalam penelitian ini membahas kinerja Badan
Lingkungan Hidup Surakarta dalam menanggulangi pencemaran air limbah
industri batik di Kelurahan Laweyan.
Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja Badan
Lingkungan Hidup Surakarta dalam penanggulangan pencemaran air limbah
industri batik di Kelurahan Laweyan yaitu produktivitas, responsivitas dan
akuntabilitas. Ketiga indikator ini dipilih karena dirasa telah mewakili dari
beberapa indikator yang ada. Indikator responsibilitas sudah tercakup dalam
indikator akuntabilitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Indikator produktivitas dalam penelitian ini menekankan konsep produktivitas
pada sejauh mana upaya yang dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota
Surakarta dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di
Laweyan. Hal ini dapat diketahui dengan berbagai program atau kegiatan apa saja
yang telah dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam upaya
menggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan dan
apakah hasilnya sudah sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Responsivitas Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam menanggulangi
pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan dapat diketahui
dengan sejauh mana organisasi tersebut merespon, menanggapi, menjawab dan
memberikan solusi yang tepat terhadap keinginan-keinginan masyarakat dalam
permasalahan pencemaran air limbah industri batik.
Akuntabilitas Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam menanggulangi
pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan ditekankan pada
sejauh mana Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta bertanggungjawab dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan nilai dan norma yang ada dalam
masyarakat baik kepada pemerintah maupun kepada masyarakat.
Dari indikator-indikator tersebut, maka akan diperoleh gambaran mengenai
bagaimana kinerja Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam
menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan, serta
akan diuraikan juga faktor-faktor yang menghambat dan yang mendukung yang
dihadapi oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam menanggulangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan. Adapun alur
kerangka pemikiran yang digunakan dapat dilihat pada bagan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berpikir
Badan
Lingkungan Hidup kota Surakarta
Pencapaian tujuan
teratasinya permasalahan
pencemaran air limbah industri
batik di Kelurahan Laweyan
Kinerja Penanggulangan Pencemaran Air Limbah
Industri Batik di Kelurahan Laweyan • Produktivitas
• Responsivitas
• Akuntabilitas
• Faktor-faktor yang
mendukung dan menghambat (dari pihak Badan Lingkungan Hidup maupun dari pihak masyarakat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
Metodologi Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bermaksud memberikan
gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta tertentu.
Arah kajian penelitian kualitatif adalah pada perilaku manusia sehari-hari dalam
keadaan rutin secara apa adanya. Berdasarkan arah kajiannya penelitian ini
dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kinerja Badan
Lingkungan Hidup dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di
wilayah Surakarta khususnya diKelurahan Laweyan. Karena penelitian ini
berusaha untuk menggambarkan, menafsirkan dan menganalisis kinerja Badan
Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam menanggulangi pencemaran air limbah
industri batik di Kelurahan Laweyan, maka penelitian ini dikategorikan sebagai
bentuk penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menggambarkan
keadaan fenomena sosial tertentu.
B. Lokasi penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Laweyan dan dilakukan di
Badan Lingkungan Hidup Surakarta. Adapun pemilihan lokasi tersebut karena :
a. Banyaknya industri batik di Kelurahan Laweyan yang membuang
limbah batiknya ke sungai yang telah menyebabkan terjadinya
pencemaran menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, sebab
bahan pewarna yang digunakan adalah pewarna kimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Badan Lingkungan Hidup merupakan Badan atau Lembaga
pemerintahan yang diberi kewenangan oleh pemerintahan di bidang
perlindungan lingkungan hidup.
C. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari informan yang memahami
permasalahan penelitian.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau data yang
diperoleh selain dari sumber data primer. Penelitian yang
memanfaatkan data sekunder ini tidak perlu hadir, kapan dan
dimanapun data tersebut dikumpulkan (tidak dibatasi oleh ruang dan
waktu).
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Wawancara
Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini diperlukan teknik
wawancara, yang dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan
dalam bentuk wawancara mendalam dengan cara mengajukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pertanyaan langsung kepada informan. Disini peneliti menggunakan
pedoman wawancara sebagai kegiatan bertanya lebih terarah.
b. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang
berupa peristiwa, tempat atau lokasi, benda serta rekaman gambar.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mencari,
mengumpulkan, dan mempelajari dokumen yang relevan dengan
penelitian berupa arsip, laporan, peraturan, dokuman, dan literatur
lainnya.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, maka teknik pengambilan
sampel dilakukan secara selektif dengan menggunakan pertimbangan secara
teoritis, keinginan dari peneliti, karakteristik empiris, serta kebutuhan dan tujuan
penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penarikan sampel yaitu purposive
samplingatau sampel bertujuan, dimana peneliti cenderung menggunakan atau
memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber
data yang mantap dan mengetahui permasalahannya secara lengkap tanpa
didasarkan pada strata maupun random, tetapi lebih ditekankan pada tujuan
tertentu (HB. Sutopo: 2002:56).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F. Validitas Data
Untuk menentukan keabsahan atau validitas data, peneliti menggunakan
teknik pemeriksaan trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
pembanding terhadap data itu (Lexy J. Moloeng 2004:178). Ada 4 macam
trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang menggunakan pemanfaatan sumber,
metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini, trianggulasi yang digunakan
adalah trianggulasi sumber yang berarti membandingkan dan mengecek balik
informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda. Ini dilakukan
dengan dengan cara membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan. Dengan demikian data yang satu akan dikontrol oleh
data yang sama dari sumber lain.
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif pada dasarnya proses analisis dilakukan
bersamaan dengan proses pelaksanaan pengumpulan data. Model yang digunakan
adalah model analisis yang dilakukan apabila inti data sudah diperoleh. Kemudian
dilakukan penafsiran data dimana penulis mengungkapkan dalam bentuk uraian-
uraian dan penjelasan lainnya yang pada akhirnya dapat diambil kesimpulan-
kesimpulan serta saran-saran sesuai dengan penelitian ini.
Dalam metode interaktif ini terdapat tiga komponen analisis, yaitu : reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Aktifitas yang dilakukan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus.
(H.B. Sutopo, 2002:91) Pengertian dari tiga komponen tersebut adalah :
a. Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi
data yang ada dalam fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang
pelaksanaan riset, yang dimulai bahkan sebelum riset dilakukan.
Reduksi dimulai sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka
kerja konseptual, pemilihan kasus, pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan, dan tentang cara pengumpulan data yang dipakai. Pada saat
pengumpulan data berlangsung, reduksi data berupa singkatan, coding,
memusatkan tema, membuat batas permasalahan, dan menulis memo.
Proses reduksi ini berlangsung sampai penelitian berakhir.
b. Penyajian Data
Yaitu suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan
kesimpulan riset dapat dilakukan. Dengan melihat suatu penyajian data,
peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan kemudian mengerjakan
sesuatu pada analisis atau tindakan lain berdasarkan penelitian tersebut.
Susunan penyajian data yang baik dan jelas sistematikanya akan banyak
menolong peneliti sendiri.
c. Penarikan kesimpulan
Pada awal pengumpulan data, peneliti harus sudah mengerti apa arti dan
hal-hal yang ia temui dalam melakukan pencatatan peraturan, pokok
pernyataan konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
proposisi-proposisi. Aktivitas antara ketiga komponen tersebut
dilaksanakan dalam bentuk interaktif dalam proses pengumpulan data
dalam suatu proses siklus. Peneliti bergerak diantara 3(tiga) komponen
analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.
Ketiga komponen tersebut sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada
saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk
sejajar.
Untuk lebih jelasnya proses tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 3.1
Skema Model Analisis Interaktif(H.B Sutopo, 2002:96)
Pengumpulan Data
Penarikan Kesimpulan
Reduksi Data Sajian Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
H. Deskripsi Wilayah
1. Profil Umum Kelurahan Laweyan
a. Letak dan Luas Wilayah
Kelurahan Laweyan, yang juga dikenal sebagai Kampung Batik
Laweyan merupakan pusat industri batik tradisional di Indonesia.
Kelurahan Laweyan berada kira-kira 15km di pinggiran sebelah barat
daya kota Surakarta, posisinya yang sangat strategis menjadikan
Kelurahan Laweyan sebagai daerah yang menghubungkan daerah
kawasan luar kota, khususnya wilayah Kartasura dan Sukoharjo.
Kelurahan Laweyan termasuk dalam kecamatan Laweyan. Batas-
batas wilayah Kelurahan Laweyan adalah :
Sebelah Utara : Kelurahan Sondakan
Sebelah Timur : Kelurahan Bumi
Sebelah Selatan : Sungai Jenes dan Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Barat : Kelurahan Pajang dan Kabupaten Sukoharjo
Luas wilayah Kelurahan Laweyan adalah sekitar 24.830 Ha yang
terbagi menjadi 2 lingkungan yaitu 3 RW (Rukun Warga) dan 16 RT
(Rukun Tetangga).Terdiri dari 20,56 Ha tanah pekarangan dan
bangunan,sedang yang berupa sungai,jalan,tanah terbuka dan kuburan
luasnya 4,27 Ha. Apabila dilihat dari struktur kota Surakarta, kawasan
Laweyan merupakan suatu kantong (enclave). Kelurahan Laweyan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilewati oleh Sungai Jenes, Sungai Jenes terletak di bagian selatan
kota Surakarta yang merupakan anak sungai Premulung yang mengalir
menuju muara sungai Pepe.
b. Sejarah Kelurahan Laweyan
Kelurahan Laweyan atau Kampung Laweyan sudah ada sejak tahun
1500 sebelum masehi. Dan sejak kerajaan Pajang, Laweyan yang
berasal dari kata Lawe (bahan sandang) telah menjadi pusat
perdagangan bahan sandang seperti kapas dan aneka kain. Laweyan
semakin pesat ketika Kyai Ageng Henis (keturunan Brawijaya V) dan
cucunya yaitu Raden Ngabehi Lor Ing Pasar/ Sutawijaya yang kelak
menjadi raja pertama Mataram bermukim di Laweyan tahun 1546 M.
Kyai Ageng Henislah yang kemudian mengajarkan cara membuat
batik kepada masyarakat Laweyan.
Lama kelamaan Laweyan berkembang menjadi pusat industri batik
sejak jaman kerajaan Mataram. Dulu para saudagar batik yang tinggal
di Laweyan membangun rumah besar-besar dengan tembok
menjulang. Para juragan batik juga membangun lorong atau jalan
rahasia di dalam rumah mereka menuju rumah juragan batik lainnya di
Laweyan. Kabarnya ketika itu mereka bersikap berseberangan dengan
pihak keraton. Sehingga lewat jalan-jalan rahasia mereka bisa leluasa
melakukan pertemuan-pertemuan dengan sesama saudagar batik untuk
membahas kondisi sosial politik saat itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada sebelum kemerdekaan kampung Laweyan memegang peranan
yang sangat penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, di
Laweyan ini pada tahun 1911 muncul organisasi politik yang bernama
Sarekat Dagang Islam ( SDI ) yang didirikan oleh KH. Samanhudi,
dalam bidang ekonomi para pedagang batik di Laweyan juga
memelopori pergerakan koperasi dengan mendirikan Persatoean
Peroesahaan Batik Boemiputra Soerakarta ( PPBBS ) pada tahun
1935.
c. Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Laweyan
Mayoritas Mata Pencaharian penduduk di Kampung Laweyan
sebagian besar adalah pedagang batik ini semua berkat jasa Kyai
Ageng Henis, selain menyebarkan agama, Kyai Ageng Henis juga
mengajarkan masyarakat laweyan bagaimana caranya membuat batik.
Jadilah Laweyan yang dulunya hanya memproduksi kain tenun kini
berubah menjadi produsen batik. Kampung Laweyan adalah sentra
batik yang terkenal di Kota Solo. Mayoritas penduduk di kampung ini
bekerja sebagai pengrajin batik. Batik-batik itu dipajang langsung di
depan rumah mereka yang disulap menjadi ruang pamer atau butik.
Ada yang terlihat mewah ada pula yang sederhana. Tapi nuansa kuno
tetap dipertahankan sampai sekarang. Selain itu penduduk Laweyan
juga ada yang menjadi karyawan pabrik, supir becak, supir angkot dan
juga PNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Bentuk Arsitektur Pemukiman Penduduk Kelurahan
Laweyan
Dalam perkembangannya sebagai salah satu usaha untuk lebih
mempertegas eksistensinya sebagai kawasan yang spesifik, corak
bangunan di laweyan banyak di pengaruhi oleh gaya arsitektur Eropa
dan Islam, sehingga banyak bermunculan bangunan yang bergaya
arsitektur jawa-eropa dengan bentuk yang sederhana beroreintasi
kedalam, fleksibel, berpagar tinggi lengkap dengan lantai yang
bermotif karpet khas timur tengah. Keberadaan beteng tinggi ini yang
banyak memunculkan gang gang sempit dan merupakan ciri khas
laweyan, selain untuk keamanan,juga merupakan bentuk usaha para
pedagang batik ini untuk menjaga privacy dan aman dari tindakan
pencurian. Pemukiman di kampung Laweyan terdiri dari dua
kelompok besar,kelompok tersebut terbentuk berdasarkan kesamaan
etnis dan mata pencaharian, penduduk Laweyan sebagian besar di
dominasi oleh keturunan Jawa yang mempunyai pekerjaan sebagai
juragan batik.
Kampung Laweyan sebagai pemukiman tradisional, kawasannya
terbentuk dari butiran massa yang saling berdekatan membentuk jalan
lingkungan yang relatif sempit. Massa banguna milik juragan batik
sebagian besar terdiri dari massa bangunan besar dan sedang,
bangunan tersebut biasanya di lengkapi pagar tinggi yang menyerupai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
beteng. Adapun massa bangunan kecil jumlahnya lebih sedikit dari
sebagian besar milik pekerja batik
2. Gambaran Umum Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta
a. Umum
Dengan berlakunya Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah maka terjadi perubahan pemerintahan yang
semula sentralistik menjadi pemerintahan desentralistik dan
demokratis serta sekaligus mendorong untuk perwujudan sistem
pemerintahan yang Good Governance. Kewenangan berdasarkan
Undang-Undang no 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
menegaskan bahwa urusan pengendalian lingkungan hidup marupakan
urusan wajib daerah inti yang terkandung dalam pengendalian
lingkungan hidup ini adalah upaya pencegahan, penanggulangan dan
pemulihan pencemaran atau kerusakan lingkungan melalui kegiatan
perencanaan, pengawasan dan pemeliharaan.
Sejak memasuki era otonomi daerah yang salah satu tujuannya
adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan
pembangunan. BLH sebagai salah satu unsur pelaksana pemerintah
daerah mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang lingkungan hidup. Terlebih lagi pada saat
sekarang dimana kita berada pada era globalisasi yang menuntut
selalu peka terhadap perubahan lingkungan dan pembangunan. Untuk
menghadapi tantangan tersebut dengan berdasar pada visi kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Surakarta demi terwujudnya kota Surakarta sebagai kota budaya yang
bertumpu pada potensi perdagangan, jasa, pariwisata, dan olah raga
maka BLH selalu berusaha memberikan pendampingan dalam rangka
mengendalikan lingkungan hidup di Surakarta agar tidak terjadi
kerusakan lingkungan.
b. Visi
”Pengelolaan Lingkungan Hidup yang diselenggarakan dengan asas
tanggung jawab Negara, asas berkelanjutan dan asas manfaat untuk
mewujudkan pembangunan Kota Surakarta yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan hidup untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat.”
c. Misi
Guna menjabarkan visi yang telah ditetapkan, maka misi yang akan
ditempuh harus bertumpu pada tupoksi dan peraturan-peraturan yang
berlaku di bidang lingkungan hidup.
Adapun Misi Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta adalah :
1. Pengelolaan lingkungan hidup yang bertumpu pada keselarasan,
keserasian dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan
hidup.
2. Pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana dan terkendali
dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan
lingkungan.
3. Peningkatan akses Sistem Informasi Lingkungan (SIL).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Peningkatan pengendalian dan pemantauan sumber-sumber
pencemaran lingkungan.
5. Penataan dan penambahan vegetasi kota di ruang terbuka hijau.
6. Peningkatan dan pengembangan pelayanan prima dalam rangka
penggalian potensi sumber-sumber PAD.
d. Tugas Pokok
Tugas Pokok (Berdasarkan Perda No. 6 tahun 2008 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota
Surakarta), Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di
bidang lingkungan hidup.
e. Fungsi :
1. Penyelenggarakan kesekretariatan badan
2. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan
pelaporan
3. Pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan
4. Pemantauan dan pemulihan lingkungan
5. Pematuhan hukum lingkungan dan pengembangan kapasitas
6. Penyelenggaraan sosialisasi
7. Pembinaan jabatan fungsional
f. Susunan organisasi Badan Lingkungan Hidup terdiri dari :
1. Kepala Badan
2. Sekretariat, terdiri dari :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a) Sub. Bagian Evaluasi dan Pelaporan
b) Sub. Bagian Keuangan
c) Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian
3. Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup, terdiri
dari :
a) Sub. Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup
b) Sub. Bidang Dokumen Lingkungan Hidup
4. Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup dan
Konservasi Sumber Daya Alam, terdiri dari :
a) Sub. Bidang Pengendalian Kerusakan
b) Sub. Bidang Konservasi Sumber Daya Alam
5. Bidang Kepatuhan Hukum dan Pengembangan Kapasitas, terdiri
dari :
a) Sub. Bidang Kepatuhan Hukum
b) Sub. Bidang Pengembangan Kapasitas
6. Kelompok Jabatan Fungsional
Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta memiliki Uraian Tugas sebagai
berikut :
1. Kepala Badan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan
di bidang lingkungan hidup. Dengan uraian tugas sebagai berikut :
a. Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan Kantor
sesuai dengan Program Pembangunan Daerah (Propeda);
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta
pemerataan tugas;
c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas;
d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan;
e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluarnya;
f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan
peningkatan kerja;
g. Merumuskan kebijakan teknis pemberian bimbingan dan
pembinaan terhadap urusan perencanaan, pengembangan
kapasitas, penanggulangan pencemaran dan kerusakan
lingkungan, pemantauan dan pemulihan kualitas lingkungan;
h. Menyusun program pencegahan dan penanggulangan
pencemaran serta kerusakan lingkungan;
i. Melaksanakan koordinasi pelaksanaan pencegahan dan
penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan serta
pengawasan dan pemantauan pelaksanaan Analisa Dampak
Lingkungan (AMDAL);
j. Memproses pengesahan dokumen Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
k. Menyelenggarakan penerapan dan pengembangan fungsi
informasi lingkungan;
l. Menyusun kebijakan teknis pelaksanaan kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup;
m. Memproses permohonan ijin gangguan;
n. Menyelenggarakan urusan tata usaha kantor;
o. Menyelenggarakan pembinaan kelompok jabatan fungsional;
p. Menyelenggarakan Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi
Hukum;
q. Menginventarisasi permasalahan-permasalahan guna menyiapkan
bahan petunjuk pemecahan masalah;
r. Menyelenggarakan tertib administrasi serta membuat laporan
berkala dan tahunan;
s. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait guna kelancaran
pelaksanaan tugas;
t. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas;
u. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;
v. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
2. Sekretaris mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian pelaksanaan tugas
secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perencanaan, evaluasi dan pelaporan, keuangan, umum dan
kepegawaian. Dengan uraian tugas sebagai berikut :
a. Menyusun program dan rincian kerja Sekretariat berdasarkan
rencana strategis dan program kerja tahunan Badan
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta
pemerataan tugas
c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas
d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan
e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluarnya
f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan
peningkatan kinerja
g. Mengelola perencanaan, evaluasi, dan pelaporan
h. Mengelola administrasi surat menyurat, peralatan dan
perlengkapan kantor, rumah tangga serta dokumentasi dan
perpustakaan
i. Mengelola administrasi kepegawaian
j. Mengelola administrasi keuangan
k. Menyiapkan dan merumuskan administrasi perijinan serta
mekanisme pemberiannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
l. Melaksanakan sistem jaringan Dokumentasi dan Informasi
Hukum
m. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna
menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah
n. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala
dan tahunan
o. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas
p. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas
q. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
r. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
3. Kepala Sub. Bagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan
teknis, pembinaan, pengkoordinasian tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi. Dengan uraian sebagai berikut :
a. Menyusun rincian kerja Sub. Bagian Perencanaan, Evaluasi dan
Pelaporan berdasarkan program kerja secretariat
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta
pemerataan tugas
c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan
e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluarnya
f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan
peningkatan kinerja
g. Menghimpun, mengolah dan menyajikan data dan informasi
untuk menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan
Badan
h. Melaksanakan monitoring dan pengendalian pelaksanaan rencana
strategis dan program kerja tahunan Badan
i. Melaksanakan evaluasi dan analisa hasil kerja guna
pengembangan rencana strategis dan program kerja tahunan
Badan
j. Menyediakan data publikasi sistem informasi lingkungan dan
pengembangan rekayasa teknologi
k. Melaporkan hasil pelaksanaan program kerja
l. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna
menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah
m. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala
dan tahunan
n. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
o. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas
p. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
q. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
4. Kepala Sub. Bagian Keuangan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian secara terpadu, pelayanan administrasi dan
pelaksanaan di bidang keuangan. Dengan uraian tugas sebagai
berikut :
a. Menyusun rincian kerja Sub. Bagian Keuangan berdasarkan
program kerja Sekretariat
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta
pemerataan tugas
c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas
d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan
e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluarnya
f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan
peningkatan kinerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
g. Mengelola administrasi keuangan meliputi penyusunan rencana
anggaran dalam bentuk Daftar Usulan Kegiatan Daerah
(DUKDA) dan Daftar Usulan Proyek Daerah (DUPDA),
penyusunan Daftar Isian Kegiatan Daerah (DIKDA) dan Daftar
Isian Proyek Daerah (DIPDA) serta penyusunan perubahan dan
perhitungan anggaran
h. Melaksanakan pembuatan daftar gaji pegawai dan pembayaran
gaji pegawai
i. Mengkoordinasikan administrasi keuangan, anggaran rutin dan
pembangunan serta melakukan pengawasan laporan administrasi
keuangan bendahara rutin dan pembangunan dengan
membubuhkan paraf
j. Melaksanakan Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi
Hukum
k. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna
menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah
l. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala
dan tahunan
m. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas
n. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas
o. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
p. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
5. Kepala Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan, pengkoordinasian secara terpadu, pelayanan
administrasi, di bidang umum dan kepegawaian. Dengan uraian
tugas sebagai berikut :
a. Menyusun rincian kerja Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian
berdasarkan program kerja sekretariat
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta
pemerataan tugas
c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas
d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan
e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluarnya
f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan
peningkatan kinerja
g. Mengelola administrasi surat menyurat, peralatan dan
pelengkapan kantor, rumah tangga, perjalanan dinas,
dokumentasi dan perpustakaan serta hubungan masyarakat dan
protokol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
h. Mengelola administrasi kepegawaian meliputi pengangkatan,
kenaikan pangkat, perpindahan, pemberhentian, pensiun,
kenaikan gaji berkala dan tunjangan serta presensi atau daftar
hadir pegawai
i. Merencanakan dan mengusulkan kebutuhan jenis pendidikan dan
pelatihan, calon peserta pendidikan dan pelatihan serta calon
peserta ujian dinas pegawai
j. Mengusulkan pernohonan ijin dan tugas pegawai
k. Memproses permohonan cuti dan mengusulkan permohonan
kartu pegawai, kartu istri atau kartu suami, kartu tabungan
asuransi pensiun serta kartu asuransi kesehatan
l. Menyiapkan dan memproses Daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan (DP3) dan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P)
m. Memproses laporan perkawinan, ijin perkawinan dan perceraian
n. Melaksanakan sistem jaringan Dokumentasi dan Informasi
Hukum
o. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna
menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah
p. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala
dan tahunan
q. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas
r. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
s. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
t. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
6. Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan
teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengendalian
pencemaran lingkungan hidup dan dokumen lingkungan hidup.
Dengan uraian sebagai berikut :
a. Menyusun program dan rincian kerja Bidang Pengendalian
Pencemaran Lingkungan Hidup berdasarkan rencana strategis
dan program kerja tahunan Badan
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta
pemerataan tugas
c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas
d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan
e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluarnya
f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan
peningkatan kinerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
g. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pengendalian pencemaran lingkungan
hidup
h. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang dokumen lingkungan hidup
i. Memproses permohonan ijin pengelolaan limbah cair dan padat
j. Memproses permohonan ijin gangguan
k. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna
menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah
l. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala
dan tahunan
m. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas
n. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas
o. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
p. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
7. Kepala Sub. Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan
teknis di bidang pengendalian pencemaran lingkungan hidup.
Dengan uraian tugas sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Menyusun rincian kerja Sub. Bidang Pengendalian dan
Pencemaran Lingkungan Hidup berdasarkan program kerja
Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta
pemerataan tugas
c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas
d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan
e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluarnya
f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan
peningkatan kinerja
g. Inventarisasi sumber-sumber pencemaran lingkungan hidup
h. Mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan
i. Melaksanakan kebijakan standar prosedur penetapan pencegahan
dan penanggulangan pencemaran lingkungan
j. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna
menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah
k. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala
dan tahunan
l. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
m. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas
n. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
o. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
8. Kepala Sub. Bidang Dokumen Lingkungan Hidup mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang
dokumen lingkungan hidup. Dengan uraian tugas sebagai berikut :
a. Menyusun rincian kerja Sub. Bidang Dokumen Lingkungan
Hidup berdasarkan program kerja Bidang Pengendalian
Pencemaran Lingkungan Hidup
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta
pemerataan tugas
c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas
d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan
e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluarnya
f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan
peningkatan kinerja
g. Memberikan informasi tentang lingkungan hidup
h. Membuat neraca sumber daya alam dan lingkungan hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i. Menerapkan kajian dampak lingkungan yang terkait dengan
upaya pelaksanaan pelestarian fungsi lingkungan hidup
j. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna
menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah
k. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala
dan tahunan
l. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas
m. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas
n. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
o. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
9. Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup dan
Konservasi Sumber Daya Alam mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan
di bidang pengendalian kerusakan lingkungan hidup dan konservasi
sumber daya alam. Dengan uraian tugas sebagai berikut :
a. Menyusun program dan rincian kerja Bidang Pengendalian
Kerusakan Lingkungan Hidup dan Konservasi Sumber Daya
Alam berdasarkan rencana strategis dan program kerja tahunan
Badan
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta
pemerataan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas
d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan
e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluarnya
f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan
peningkatan kinerja
g. Menganalisa dan mengevaluasi pelaksanaan pengendalian
kerusakan lingkungan dan konservasi sumber daya alam
h. Mengkoordinir pelaksanaan pengendalian kerusakan lingkungan
hidup
i. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna
menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah
j. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala
dan tahunan
k. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas
l. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas
m. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
n. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10. Kepala Sub. Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan
teknis, di bidang pengendalian kerusakan lingkungan hidup. Dengan
uraian tugas sebagai berikut :
a. Menyusun rincian kerja Sub. Bidang Pengendalian Kerusakan
Lingkungan Hidup dan Konservasi SDA
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta
pemerataan tugas
c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas
d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan
e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluarnya
f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan
peningkatan kinerja
g. Melaksanakan inventarisasi kerusakan lingkungan
h. Menyusun standar dan prosedur pencegahan penanggulangan
kerusakan lingkungan
i. Menanggulangi kerusakan lingkungan
j. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna
menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
k. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala
dan tahunan
l. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas
m. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas
n. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
o. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
11. Kepala Sub. Bidang Konservasi Sumber Daya Alam mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di
bidang konservasi Sumber Daya Alam. Dengan uraian tugas sebagai
berikut :
a. Menyusun rincian kerja Sub. Bidang Konservasi Sumber Daya
Alam berdasarkan program kerja Bidang Pengendalian
Kerusakan Lingkungan Hidup dan Konservasi Sumber Daya
Alam
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta
pemerataan tugas
c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas
d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluarnya
f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan
peningkatan kinerja
g. Melaksanakan inventarisasi potensi sumber daya alam
h. Meningkatkan konservasi sumber daya alam dan lingkungan
i. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna
menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah
j. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala
dan tahunan
k. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas
l. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas
m. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
n. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
12. Kepala Bidang Kepatuhan Hukum dan Pengembangan Kapasitas
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan
teknis, pembinaan dan pelaksanaan di Bidang Kepatuhan Hukum dan
Pengembangan Kapasitas. Dengan uraian tugas sebagai berikut :
a. Menyusun program dan rincian kerja di Bidang Kepatuhan
Hukum dan Pengembangan Kapasitas berdasarkan rencana
strategis dan program kerja tahunan Badan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta
pemerataan tugas
c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas
d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan
e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluarnya
f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan
peningkatan kinerja
g. Menghimpun, mendokumentasi, mempelajari peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum lingkungan
h. Melaksanakan penyuluhan hukum lingkungan
i. Melaksanakan pembinaan pengembangan kelembagaan dan
kapasitas pengendalian dampak lingkungan
j. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna
menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah
k. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala
dan tahunan
l. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas
m. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
n. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
o. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
13. Kepala Sub. Bidang Kepatuhan Hukum mempunyai tugas
melakukan bahan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di
Bidang Kepatuhan Hukum. Dengan uraian tugas sebagai berikut :
a. Menyusun rincian kerja Sub. Bidang Kepatuhan Hukum
berdasarkan program kerja Bidang Kepatuhan Hukum dan
Pengembangan Kapasitas
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar
tercipta pemerataan tugas
c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas
d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan
e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluarnya
f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan
peningkatan kinerja
g. Melaksanakan inventarisasi perundang-undangan bidang
lingkungan hidup
h. Mengadakan pengawasan dan penegakan hukum lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i. Menyimpan dokumentasi Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) maupun rencana pengelolaan
lingkungan, rencana pemantauan lingkungan serta upaya
pemantauan lingkungan dan upaya pengelolaan lingkungan
j. Menyelesaikan kasus-kasus sengketa lingkungan
k. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna
menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah
l. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala
dan tahunan
m. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas
n. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas
o. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
p. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
14. Kepala Sub. Bidang Pengembangan Kapasitas mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di Bidang
Pengembangan Kapasitas. Dengan uraian tugas sebagai berikut :
a. Menyusun rincian kerja Sub. Bidang Pengembangan Kapasitas
berdasarkan program kerja Bidang Kepatuhan Hukum dan
Pengembangan Kapasitas
b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar
tercipta pemerataan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas
d. Mengawasi pelaksanaan tugas bawahan agar tidak terjadi
penyimpangan
e. Memeriksa hasil kerja bawahan untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan serta memberikan jalan keluarnya
f. Menilai hasil kerja bawahan secara periodik guna bahan
peningkatan kinerja
g. Menyiapkan dan memproses pemberian rekomendasi Air Bawah
Tanah dan bahan galian golongan C
h. Melaksanakan pengawasan pelaksanaan dan menilai penerapan
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RPL), Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) serta Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
i. Memproses Penilaian Rencana Pengelolaan Lingkungan,
Rencana Pemantauan Lingkungan, Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UPL) serta Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL)
j. Melaksanakan penyuluhan dalam rangka meningkatkan peran
serta masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan lingkungan
hidup
k. Menginventariskan permasalahan-permasalahan guna
menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
l. Melaksanakan tertib administrasi serta membuat laporan berkala
dan tahunan
m. Melaksanakan koordinasi guna kelancaran pelaksanaan tugas
n. Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka
kelancaran pelaksanaan tugas
o. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
p. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
15. Kelompok Jabatan Fungsional uraian tugasnya mengikuti pedoman
uraian tugas sesuai ketentuan peraturan perundangan yang belaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Kinerja Penanggulangan Pencemaran Air Limbah Industri Batik di Kelurahan Laweyan oleh Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta
Sektor industri adalah salah satu sektor usaha yang sangat berperan
penting dalam menggerakkan kegiatan perekonomian masyarakat di kota
Surakarta. Sektor industri perlu dikembangkan karena memberikan sumbangan
yang sangat besar terhadap penyerapan tenaga kerja di kota Surakarta. Namun
perkembangan sektor industri juga menimbulkan dampak negatif dari
pelaksanaan aktivitas industri yang dilakukan. Dampak yang sangat besar
terutama dampak yang berhubungan dengan ancaman terhadap pelestarian
lingkungan hidup.
Untuk mengatur dan mencegah agar kegiatan industri yang dilaksanakan
oleh masyarakat pelaku industri tidak menyebabkan kerusakan terhadap
lingkungan hidup maka pemerintah mengeluarkan UU No 23 Tahun 1997 tentang
Lingkungan Hidup yang mengatur segala aktivitas yang berkaitan dengan
lingkungan hidup. Untuk mencegah pencemaran air, pemerintah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, dalam peraturan pemerintah ini memuat
persyaratan yang harus dipatuhi oleh pelaku kegiatan industri selama melakukan
kegiatan industri. Tujuan dari PP No 82 tahun 2001 ini untuk mencegah atau
meminimalisir terjadinya pencemaran terhadap sumber air yang diakibatkan oleh
pembuangan limbah dari aktivitas industri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Surakarta terkenal akan industri batik, bahkan terdapat wisata kampung
batik salah satunya di Kelurahan Laweyan yang sering disebut Kampung Batik
Laweyan, di Kelurahan Laweyan pewarna batik yang digunakan adalah pewarna
kimia, pewarna inilah yang sisa limbahnya mencemari lingkungan terutama
sungai jika tidak diolah terlebih dahulu. Terhadap permasalahan ini Pemerintah
kota Surakarta melalui Badan Lingkungan Hidup melakukan berbagai usaha untuk
menanggulangi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan.
Untuk dapat mengetahi seberapa besar kinerja kegiatan penanggulangan
pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan oleh Badan
Lingkungan Hidup kota Surakarta yang telah dicapai selama ini, berikut
dijelaskan dalam bab ini dengan menggunakan indikator-indikator produktivitas,
responsivitas dan akuntabilitas. Selain itu juga akan dibahas faktor-faktor apa saja
yang mendukung dan menghambat penanggulangan air limbah industri batik di
Kelurahan Laweyan.
1. Indikator Produktivitas
Produktivitas dapat dipahami sebagai rasio antara input dan output,
artinya perbandingan sejauh mana upaya yang dilakukan dengan hasil yang
diperoleh dalam periode tertentu. Berkaitan dengan prodiktivitas ini kinerja
Badan Lingkungan Hidup dapat diukur dari pencapaian target yang telah
ditetapkan dengan hasil realisasi. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh
pihak Badan Lingkungan Hidup dalam menanggulangi pencemaran air limbah
industi Batik. Kegiatan-kegiatan ini mengacu pada Perda No 2 Tahun 2006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tentang Pengendalian Lingkungan Hidup. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah
pencegahan, penyuluhan, pengawasan dan penertiban.
a) Pencegahan
Berdasarkan PP No 82 tahun 2001 pasal 38 ayat (1) menyebutkan
bahwa “Setiap pertanggungjawaban usaha dan atau kegiatan yang
membuang air limbah ke air atau sumber air wajib mentaati
persyaratan yang ditetapkan dalam izin”. Salah satu dari persyaratan
yang harus dipenuhi dalam izin pembuangan limbah adalah ketentuan
kewajiban untuk mengolah limbah sebagaimana dimaksud dalam pasal
38 ayat (2) point pertama. Kemudian dipertegas dengan Perda No 2
Tahun 2006 pasal 9 point pertama bahwa “Mewajibkan setiap orang
yang akan melakukan pembuangan air limbah ke sumber-sumber air
terlebih dahulu melakukan pengelolaan air limbah (IPAL)”. Namun
dalam kenyataannya masih banyak industri yang tidak memiliki IPAL
dalam melakukan aktivitas industri.
Untuk mendorong kesadaran para pengusaha batik untuk sadar dan
peduli lingkungan, Badan Lingkungan Hidup melalui program dari
Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia-Jerman (ProLH) Deutsche
Gesselscaft fur technische Zusammenorbeit (GTZ), bekerjasama
dengan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan membangun
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Kampoeng Batik
Laweyan. IPAL Komunal ini adalah wujud nyata kegiatan pencegahan
pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan, dal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
seperti yang disampaikan oleh mbak Ari Arsianti selaku staf subbidang
Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup Badan Lingkungan
Hidup kota Surakarta, sebagai berikut :
“Sebenarnya IPAL komunal itu adalah tindakan preventif yaitu termasuk dalam pencegahan pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan, sebagai upaya pengendalian pencemaran air terpadu pada segmen terpilih Bengawan Solo” (wawancara, 29 12 10)
IPAL Komunal UKM Batik ini diresmikan pada 18 Maret 2008.
Pada awal diresmikannya IPAL komunal ini diikuti oleh 11 UKM
batik di Kelurahan Laweyan yaitu :
1. Puspa Kencana terletak di Jl. Sidoluhur
2. Mahkota terletak di Jl. Sayangan Kulon
3. Cempaka terletak di Setono no.22
4. Gunawan Design terletak di Setono Rt 02/II
5. Gress Tenan terletak di Setono Rt 02/II
6. Surya terletak di Jl. Sidoluhur
7. Pelangi terletak di Jl. Sidoluhur
8. Adityan terletak di jl. Sidoluhur
9. Amelia terletak di Setono Rt 02/II
10. Adina Batik terletak di Jl. Dr. Radjiman
11. Cokro Sumarto terletak di Jl. Dr. Radjiman
Untuk saat ini batik Cokro Sumarto sudah tidak berproduksi lagi
karena pemiliknya yang sekarang lebih fokus pada usaha perhotelan.
IPAL komunal ini diikuti oleh pengusaha batik yang terkonsentrasi di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bagian tengah yaitu ada 9 industri dan di bagian barat ada 2 industri.
Di bagian timur ada 4 industri batik yang masih berproduksi dan
termasuk industri skala besar, keempat industri ini memiliki IPAL
sendiri. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak Yanto
selaku pengelola IPAL komunal di Kelurahan Laweyan sebagai
berikut :
“ Yang ikut IPAL komunal antara lain Puspa Kencana, Mahkota, Cempaka, Gunawan Design, Gresstenan, Surya, Pelangi, Adityan, Amelia, Adina Batik dan Cokro Sumarto. Tetapi Cokro Sumarto sudah tidak produksi karena pemiliknya sekarang fokus ke usaha hotelnya. Kalau di timur itu ada 4 industri skala besar, mereka punya IPAL sendiri, seperti Putra Laweyan, Batik Sidomanis.” (wawancara, 08 12 10)
Pengelolaan IPAL komunal ini, setiap hari dibersihkan dan 3 bulan
sekali diberi mikroba pengurai. Seharusnya jenis mikroba pengurai
disesuaikan dengan jenis pewarna sintetis yang digunakan karena
banyak sekali macam pewarna sintetis dan antara satu dengan industri
batik yang lain belum tentu sama jenis pewarnanya, tetapi IPAL
komunal hanya diberi satu macam mikroba pengurai. Karena itu hasil
limbah yang dialirkan ke sungai Jenes masih belum memenuhi syarat
baku mutu air dari pemerintah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Bapak Yanto sebagai berikut :
“ IPAL komunal ini dibersihkan setiap hari oleh Pak Marno, 3 bln sekali di beri mikroba pengurai. Mikroba pengurai untuk IPAL komunal hanya satu macam padahal banyak macam pewarna sintetis yang digunakan, harusnya jenis mikroba pengurai disesuaikan dengan jenis pewarna sintetis. Hasil pengolahannya memang belum sesuai ketentuan, tapi paling tidak sudah mengurangi pencemaran. “ (wawancara, 08 12 10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IPAL komunal dibuat berdasarkan geografis atau kemiringan
tanah, kendalanya adalah jika letak UKM di daerah lebih rendah. Ada
sekitar 4 UKM batik yang tidak bergabung dengan IPAL komunal dan
juga tidak memiliki IPAL sendiri, hal ini karena UKM tersebut tidak
memiliki dana untuk membuat IPAL. Untuk UKM yang tidak
memiliki IPAL, mereka memiliki pre treatment sederhana yaitu
dengan produksi bersih. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak
Edi Suparmanto selaku staf dari subbidang Pengendalian Pencemaran
Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta sebagai
berikut :
“ IPAL komunal dibuat berdasar geografis tanah, dibangun di daerah lebih rendah sehingga tinggal mengalirkan saja, ini untuk meminimalisasi anggaran dan agar tidak membebani pemilik industri batik, kendalanya jika letak industri lebih rendah dari IPAL komunal, yang tidak memiliki IPAL hanya melakukan pre treatment sederhana.” (wawancara, 25 08 10) Hal ini dipertegas dengan pernyataan dari Bapak Yanto sebagai
berikut :
“ Ada sekitar 4 UKM yang tidak memiliki IPAL yaitu Indobatik, Cattelya, Mu’tisari dan Aryabatik. Karena tidak punya IPAL untuk produksinya mereka melakukan pre treatmen sederhana. Hasil air limbahnya masih keruh, tapi yang penting sudah berusaha meminimalisasi pencemaran.” (wawancara, 08 12 10)
Pencegahan pencemaran air limbah dengan IPAL komunal
merupakan awal yang bagus bagi Badan Lingkungan Hidup untuk
mengatasi pencemaran limbah batik, tetapi produktifitas Badan
Lingkungan Hidup dalam pencegahan lewat IPAL komunal ini masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kurang, karena masih ada industri batik di Kelurahan Laweyan yang
tidak bisa ikut IPAL komunal.
b) Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan pencemaran air adalah kegiatan yang
dilakukan Pemerintah kota Surakarta melalui Badan Lingkungan
Hidup dalam rangka meningkatkan pengertian, pengetahuan dan
kesadaran masyarakat terhadap pelaksanaan PP No 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Perda No 2 Tahun 2006 tentang
Pengendalian Lingkungan Hidup. Kegiatan penyuluhan ini juga
dimaksudkan untuk menggugah kesadaran masyarakat agar tetap
menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran
air limbah dari kegiatan industri oleh masyarakat pelaku industri.
Hal ini sesuai dengan penjelasan dari Bapak Edi Suparmanto,
sebagai berikut :
“ Kegiatan penyuluhan ini bertujuan untuk memberikan penjelasan kepada para pelaku industri tentang PP No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Perda no 2 Tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup.”(wawancara, 30 08 10)
Kegiatan penyuluhan oleh Badan Lingkungan Hidup lebih bersifat
penyuluhan pada aspek perilaku, jadi Badan Lingkungan Hidup
memberikan penyuluhan kepada pemilik industri agar pemilik industri
merubah perilakunya untuk tidak mencemari lingkungan dalam proses
produksi mereka., seperti yang diungkapkan oleh Bapak Bambang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Wijayani selaku kepala subbidang Pengembangan Kapasitas Badan
Lingkungan Hidup kota Surakarta sebagai berikut :
“Penyuluhan yang kami lakukan kepada masyarakat lebih bersifat pada aspek perilaku.”(wawancara, 05 11 10)
Pada kegiatan penyuluhan ini, tingkat partisipasi dari masyarakat
sangat tinggi dilihat dari undangan yang diberikan kepada masyarakat
sasaran kegiatan, persentase kehadiran masyarakat yang tinggi, hal ini
menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat di kota Surakarta ini
sebenarnya sadar terhadap kondisi yang ada dan pentingnya
pemeliharaan lingkungan hanya saja mereka terkadang masih bingung
dan belum tahu apa saja yang harus mereka lakukan untuk menjaga
lingkungan karena itulah kegiatan penyuluhan penting untuk dilakukan
dalam mengarahkan masyarakat pelaku industri dalam melakukan
produksi tanpa mencemari lingkungan. Tanggapan positif tentang
kegiatan penyuluhan ini seperti yang dikemukakan oleh mbak Dwi
selaku pemilik industri batik di Kelurahan Laweyan, sebagai berikut :
“Saya mendukung kegiatan ini mbak, karena kita mendapatkan pengetahuan dan pengarahan tentang bagaimana melakukan aktivitas industri dengan tidak mencemari lingkungan”(wawancara, 21 10 10)
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini merupakan suatu bentuk
sosialisasi secara langsung kepada masyarakat. Selain melalui kegiatan
ini, sosialisasi juga dilakukan secara tidak langsung yaitu melalui
brosur atau selebaran. Kegiatan penyuluhan di Kelurahan Laweyan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
merupakan tindak lanjut dari program penyuluhan tahun 2008 tentang
Produksi Bersih, penerapan produksi bersih di Laweyan ini dimulai
dari pengadaan pelatihan-pelatihan produksi bersih, yaitu :
1. Tata kelola yang apik (good housekeeping)
Bertujuan agar industri dapat mengoptimumkan konsumsi
bahan baku, air energi serta menurunkan jumlah limbahnya dan
mengelola pemakaian bahan agar tidak menimbulkan resiko
kesehatan bagi pekerjanya maupun bagi lingkungan di
sekitarnya.
2. Pengelolaan biaya berorientasi lingkungan (environtment
oriented cost management)
Bertujuan agar industri dapat mengelola biaya yang
dikeluarkannya untuk optimasi biaya produksi.
3. Pengelolaan bahan kimia (dhemical management)
Bertujuan agar industri dapat mengelola pemakaian,
penyimpanan dan pembuangan bahan kimia dengan benar.
Penyuluhan ini berjalan dengan baik sesuai dengan target yang
telah ditetapkan dalam program kegiatan Badan Lingkungan Hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.1
Penyuluhan Konservasi Sumber Daya Air dan Pengendalian Kerusakan Sumber-
Sumber Air Kota Surakarta Tahun 2009
No Kecamatan Waktu Sosialisasi
Tempat Hari/Tanggal
1 Laweyan Kantor Kecamatan Rabu, 2 Juli 2009
2 Banjarsari Kantor Kecamatan Kamis, 3 Juli 2009
3 Pasar Kliwon Kantor Kecamatan Jumat, 4 Juli 2009
4 Serengan Kantor Kecamatan Senin, 7 Juli 2009
5 Jebres Kantor Kecamatan Selasa, 8 Juli 2009
Sumber : BLH
Secara kuantitas petugas penyuluhan dirasa masih kurang karena
jumlah petugas sekitar 2 atau 3 orang, tidak sebanding dengan jumlah
peserta yang mencapai 50 orang. Sedangkan dari segi kualitas, Badan
Lingkungan Hidup selalu berusaha meningkatkan kualitas dari petugas
dengan mengikutsertakan mereka dalam pelatihan- pelatihan. Seperti
baru-baru ini dilakukan pelatihan untuk petugas agar mereka lebih
berkompeten dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan
pencemaran. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh mbak Ari Arsianti,
sebagai berikut :
“Untuk meningkatkan kinerja BLH, petugas mengikuti pelatihan. Hal ini bukan hanya dilakukan kali ini saja, petugas dikirim untuk mengikuti pelatihan- pelatihan yang diadakan baik oleh pemerintah atau instansi non pemerintah.”(wawancara, 02 11 10) Secara umum produktivitas kegiatan penyuluhan yang dilakukan
Badan Lingkungan Hidup dapat dikatakan sudah maksimal, hal ini
dikarenakan pencapaian pelaksanaan kegiatan sesuai dengan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
direncanakan. Pelaksanaan kegiatan ini berjalan baik dan lancar.
Keberhasilan kegiatan ini didukung dengan besarnya animo
masyarakat pelaku industri ketika kegiatan penyuluhan berlangsung,
dalam sesi tanya jawab dan diskusi peserta tidak sungkan untuk
bertanya dan meminta penjelasan tentang kegiatan industri mereka
yang berkaitan dengan peraturan yang ada dan permasalahan
penanggulangan pencemaran air. Badan Lingkungan Hidup berharap
supaya pemahaman yang diperoleh masyarakat pelaku industri pada
saat penyuluhan tidak hanya sebatas dipahami, tetapi juga diterapkan
dalam pelaksanaan kegiatan industri mereka.
c) Pengawasan
Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup
merupakan pengawasan terhadap industri dalam melaksanakan
kegiatan industri berdasar pada undang-undang lingkungan hidup. Hal
ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Edi Suparmanto, seperti
berikut ini :
“Badan Lingkungan Hidup melakukan pengawasan terhadap hal-hal yang ada dalam peraturan perundang-undangan lingkungan hidup. Berdasarkan peraturan perundang-undangan tersebut ada beberapa hal yang harus ditaati oleh pemilik industri, hal tersebut yang menjadi fokus pengawasan Badan Lingkungan Hidup”(wawancara, 30 08 10)
Dalam pasal 20 PP No 82 tahun 2001 Pemerintah dan
pemerintahan Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kewenangan masing-masing dalam rangka pengendalian air pada
sumber air berwenang :
1. Menetapkan daya tampung beban pencemaran
2. Melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar
3. Menetapkan persyaratan air limbah untuk aplikasi pada tanah
4. Menetapkan persyaratan pembuangan air limbah ke air atau
sumber air
5. Memantau kualitas air pada sumber air
6. Memantau faktor lain yang menyebabkan perubahan mutu air.
Dalam usaha untuk mengendalikan permasalahan lingkungan
hidup pemerintah Daerah Kota Surakarta membentuk Instansi
Pengendalian Lingkungan Hidup, di Surakarta instansi tersebut dalah
Badan Lingkungan Hidup. Badan Lingkungan Hidup wajib melakukan
pemantauan terhadap setiap usaha dan atau kegiatan secara periodik
dan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan
Kegiatan pengawasan yang dilakukan Badan lingkungan Hidup
bersifat pembinaan. Badan Lingkungan Hidup menjamin dan
mengarahkan agar pelaksanaan aktivitas industri yang dilakukan oleh
masyarakat pelaku industri berjalan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Hal ini sesuai dengan keterangan dari mbak Ari Arsianti,
sebagai berikut :
“BLH melakukan pengawasan yang bersifat pembinaan. Apabila terjadi masalah atau kesalahan dari pelaku industri maka BLH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memberikan arahan atau pembinaan agar dalam pengolahan limbah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.”(wawancara, 02 11 10) Kegiatan pengawasan ini terkendala dengan kurangnya jumlah
petugas. Di Surakarta ada sekitar 120 industri batik dan di Laweyan
adalah pelaku industri batik terbesar di Surakarta yaitu sekitar 80
industri batik, baru sebagian saja yang mampu dipantau. Namun Badan
Lingkungan Hidup dalam kegiatan pengawasan ini bekerjasama
dengan instansi lainnya yang terkait seperti dengan Dinas Koperasi dan
UMKM. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Bapak Edi Suparmanto
sebagai berikut :
“Jumlah petugas yang ada tidak sebanding dengan jumlah industri yang ada, di Surakarta ada sekitar 120 industri batik. Selain itu di wilayah Laweyan kebanyakan adalah home indutri maka pemilik banyak yang tidak melaporkan perubahan produksi dan perubahan kapasitas produksi, hal ini mempersulit BLH dalam melakukan pengawasan. Tetapi dalam kegiatan pengawasan ini BLH bekerjasama dengan instansi lainnya yang terkait seperti dengan Dinas Koperasi dan UMKM. ”(wawancara, 25 08 10) Kegiatan pengawasan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup
diagendakan 3 sampai 4 kali dalam setahun, tetapi untuk industri kecil
pengawasan diagendakan 1 atau 2 kali dalam setahun karena industri
kecil hanya beroperasi jika ada order, tidak bisa diawasi secara
berkala. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Edi Suparmanto, sebagai
berikut :
“Untuk industri kecil pengawasan hanya dilakukan 1 atau 2 kali dalam setahun, sebab industri kecil hanya beroperasi jika ada order atau pesanan saja, tidak bisa diawasi secara berkala.” (wawancara, 25 08 10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kegiatan pengawasan Badan Lingkungan Hidup tidak hanya
kepada pelaku industri saja tetapi juga pada sumber-sumber air untuk
mengetahui tingkat pencemaran. Berikut monitoring pencemaran
sungai oleh Badan Lingkungan Hidup tahun 2007-2009 (Pada sungai
Jenes dan sungai Pepe karena sungai Jenes yang melewati kelurahan
Laweyan kemudian bermuara pada sungai Pepe) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.5
Baku mutu air berdasarkan PP No 82 Tahun 2001
No Kelas Baku Mutu
BOD COD pH Seng Tembaga Krom Nikel Timbal Nitrit Nitrat Kadmium
1 Kelas I 2 - 6-9 0.05 0.02 0.05 - 0.03 0.06 10 0.01
2 Kelas II 3 25 6-9 0.05 0.02 0.05 10 0.03 0.06 10 0.01
3 Kelas III 6 50 6-9 0.05 0.02 0.05 20 0.03 0.06 20 0.01
4 Kelas IV 12 100 5-9 2 0.2 1 20 1 - 20 0.01
Keterangan : Kelas I : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air minum
Kelas II : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk sarana/prasarana
rekreasi air, pengelolaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman
Kelas III : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan air untuk mengairi pertanaman
Kelas IV : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman
Dari monitoring keadaan sungai-sungai yang ada menunjukkan
terjadi fluktuasi kondisi pencemaran yang ada di beberapa sungai yang
menunjukkan kenaikan dan penurunan beberapa kandungan zat kimia
dalam air. Badan Lingkungan Hidup memberikan alasan bahwa
kondisi tersebut disebabkan oleh aktifitas kegiatan produksi oleh
pelaku industri dimana ada waktu ketika industri melakukan aktifitas
yang sangat intensif sehingga limbah yang dihasilkan juga banyak, dan
ada waktu ketika industri hanya berproduksi sedikit bahkan tidak
berproduksi sama sekali sehingga limbah yang dihasilkan juga sedikit.
Terkait dengan limbah yang dihasilkan oleh industri ini dibenarkan
oleh Bapak Widi selaku Wakil Ketua Forum Pengembangan
Kampoeng Batik Laweyan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“Limbah yang dihasilkan tergantung dari kegiatan produksi pengusaha batik, kebanyakan pemilik industri skala kecil hanya berproduksi jika ada pesanan.”(wawancara, 26 10 10) Dari pemantauan yang dilakukan di beberapa titik sungai,
pencemaran yang terjadi tidak bisa ditetapkan bahwa pencemaran yang
disebabkan oleh industri di sekitar situ. Hal ini dijelaskan oleh Bapak
Edi Suparmanto, sebagai berikut :
“Pencemaran yang terjadi pada satu titik sungai bisa saja karena akumulasi dari pencemaran yang terjadi di hulu yang kemudian menumpuk di titik tersebut.”(wawancara, 25 08 10) Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak Widi di
Laweyan, seperti berikut ini :
“Karena geografis Laweyan yang rendah membuat limbah terakumulasi di Laweyan dan seolah-olah Laweyan yang menghasilkan limbah paling banyak yang mencemari sungai.”(wawancara, 26 10 10) Hal yang patut disayangkan karena dari hasil data monitoring
menunjukkan bahwa limbah yang ada masih melebihi baku mutu yang
ditetapkan oleh pemerintah.
Produktivitas Badan Lingkungan Hidup dalam kegiatan ini dirasa
masih kurang karena pengawasan yang diagendakan hanya dilakukan 3
sampai 4 kali dalam setahun, dan 1 atau 2 kali untuk industri kecil.
Jumlah petugas juga berpengaruh karena jumlah petugas yang sedikit
akan menyulitkan proses pengawasan. Jika jumlah petugas ditambah
maka disa dilakukan pengawasan yang lebih sering.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) Penertiban
Kegiatan penertiban pengendalian pencemaran air adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surakarta untuk
menertibkan kegiatan industri di Kota Surakarta yang dalam
pelaksanaan aktivitas usahanya telah melanggar ketentuan dan
peraturan yang berlaku dalam kaitan ini adalah PP No 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
dan Perda No 2 Tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup.
Dari pengertian ini terkandung tujuan diadakannya kegiatan tersebut,
sebagai mana yang dikemukakan oleh bapak Edi Suparmanto sebagai
berikut ini :
“Tujuan dari kegiatan penertiban yang dilakukan ini adalah untuk menertibkan industri yang dalam melaksanakan kegiatannya telah menyalahi peraturan-peraturan yang telah ada, terutama terhadap permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan dengan limbah yang dibuang yang kemungkinan dapat menyebabkan terjadi pencemaran air.” (wawancara, 30 08 10) Setiap pihak yang akan mendirikan industri harus memenuhi syarat
dan ketentuan perundang-undangan pada Perda no 2 Tahun 2006 pasal
53 dan 54 sebagai berikut :
Persyaratan dan Prosedur Izin
Pasal 53
“Setiap pemberian izin melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib
mendasarkan pada ketentuan tentang baku mutulingkungan hidup dan
atau kriteria baku kerusakanlingkungan hidup sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pasal 54
(1) Prosedur untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksuddalam
Pasal 52 ayat (1) diatur sebagai berikut:
a. mengajukan permohonan secara tertulis dengandilengkapi data,
dokumen dan informasisebagaimana dipersyaratkan dalam
ketentuanperizinan;
b. data, dokumen dan informasi sebagai kelengkapanpersyaratan
izin sebagaimana dimaksud pada hurufa, harus jelas, lengkap,
akurat dan benar; dan
c. seluruh data, dokumen dan informasi harus dibuatsalinannya
kemudian disampaikan kepada pejabatyang berwenang.
(2) Proses perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)wajib
didasarkan pada :
a. batas waktu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku; dan
b. penghitungan batas waktu sebagaimana dimaksudpada huruf a
dilakukan setelah semua persyaratandinyatakan lengkap.
(3) Penerimaan permohonan izin tidak dapat dimulai
apabilapemohon tidak dapat memenuhi persyaratansebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(4) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
sudahdiputuskan dalam jangka waktu sesuai dengan
peraturanperundang-undangan yang berlaku.
(5) Apabila peraturan perundang-undangan tidakmenentukan
jangka waktu penyelesaian izinsebagaimana dimaksud pada ayat (4),
makaditentukanselambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari
keputusanterhadap izin harus sudah diterbitkan.
(6) Dalam rangka penerapan prinsip-prinsip kehati-hatian,pejabat
pemberi izin dapat meminta pertimbangan dariasosiasi profesi, pakar,
dan masyarakat yang terkenadampak.
(7) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapatberupa
persetujuan atau penolakan penerbitan izinmelakukan usaha dan/atau
kegiatan.
(8) Penolakan penerbitan izin sebagaimana dimaksud padaayat (7)
harus disertai dengan alasan dan penjelasantertulis.
(9) Permohonan izin bersifat terbuka untuk umum.
Di Kelurahan Laweyan dari 80 industri yang ada sekitar 80% telah
berijin dan 20% sedang dalam proses pendataan untuk memperoleh
ijin industri, sedangkan dari ke-20 industri batik yang masih aktif
berproduksi keseluruhannya telah memiliki ijin industri. Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh bapak Bambang Wijayani sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“Di Kelurahan Laweyan memang baru 80% yang memiliki ijin mendirikan industri, tetapi 20% sedang dalam pendataan untuk memperoleh ijin” (wawancara, 29 12 100 Hal ini dipertegas dengan pernyataan dari Bapak Widi sebagai
berikut :
“80% pemilik industri di Kelurahan Laweyan ini telah memiliki ijin sedangkan sisanya masih dalam proses untuk memperoleh ijin, untuk 20industri yang masih aktif produksi seluruhnya telah memiliki ijin.’ (wawancara, 30 12 10) Penertiban dalam rangka pengendalian pencemaran air di Kota
Surakarta dilaksanakan berdasarkan hasil laporan dari kegiatan
pengawasan dan pemantauan yang telah dilakukan sebelumnya, untuk
mewujudkan kondisi lingkungan yang optimal dan dapat untuk
mendukung dalam kegiatan sehari-hari masyarakat.
Produktivitas dari kegiatan penertiban ini dirasa masih kurang
mengingat masih ada pelanggaran yang terjadi, petugas kurang berani
memberikan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran yang
terjadi. Pada tahun 2009 terjadi 4 pelanggaran di Kelurahan Laweyan,
petugas hanya memberi peringatan lesan dan peringatan tertulis.
Bentuk dari penertiban yang dilakukan oleh Badan Lingkungan
Hidup Kota Surakarta ini disesuaikan dengan tingkatan dari
pelanggaran yang dilakukan oleh industri seperti yang diungkapkan
oleh Bambang Wijayani sebagai berikut ini :
“ Kalau jenis penertiban yang kita dilakukan terhadap industri yang melanggar peraturan yang ada itu kita sesuaikan dengan jenis pelanggarannya, kita lihat pelanggarannya berat atau tidak.” (wawancara, 05 11 10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Terhadap pelanggaran yang terjadi penertiban dapat dilakukan dari
pencabutan ijin (operasi) sementara maupun pencabutan ijin secara
permanen tergantung dari pelanggarannya.
Penanggungjawab kegiatan (industri) dapat dikenakan sanksi
berupa penghentian atau penutupan sementara dilakukan apabila :
1. sifat dan bobot pelanggaran pencemaran dan atau kerusakan
lingkungan hidup belum menimbulkan dampak yang besar;
2. belum terpenuhi persyaratan pokok perizinan yang telah
ditentukan;
3. terdapat keberatan atau pengaduan dari pihak ketiga;
4. pelanggaran atau kesalahan yang bersifat teknis.
Sementara itu pengenaan sanksi pencabutan izin permanen
Pengenaan sanksi penghentian dilakukan terhadap pelanggaran :
1. persyaratan pokok yang diajukan ternyata mengandung cacat,
masih dalam sengketa, kekeliruan, penyalahgunaan,
ketidakbenaran, ketidakakuratan, kebohongan dan atau tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. pelaksanaan izin telah menyimpang dari ketentuan dan persyaratan
yang tercantum dalam izin;
3. dalam waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan ternyata tidak
terpenuhinya suatu keharusan yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. usaha dan atau kegiatan telah dihentikan selama 12 (dua belas)
bulan berturut-turut dan tidak diajukan lagi.
Tata cara pengenaan sanksi pencabutan izin dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut :
1. kepada penanggung jawab diberikan teguran pertama secara
tertulis dalam jangka waktu selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari
untuk segera menghentikan pelanggaran;
2. apabila teguran pertama sebagaimana dimaksud belum diindahkan
oleh penanggung jawab, dikenakan teguran kedua secara tertulis
dalam jangka waktu selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari untuk
segera menghentikan pelanggaran;
3. apabila teguran kedua sebagaimana dimaksud dalam diindahkan
oleh penanggung jawa, dikenakan teguran ketiga secara tertulis
dalam jangka waktu selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari untuk
segera menghentikan pelanggaran;
4. apabila teguran ketiga sebagaimana dimaksud belum diindahkan
oleh penanggung jawab, dikenakan pencabutan izin sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
Pada setiap tahapan sebagaimana dimaksud pemberi izin
(pemerintah) wajib memberikan kesempatan seluas mungkin kepada
pemegang izin untuk memberikan penjelasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Indikator Responsivitas
Responsivitas di sini dilihat dari tanggapan Badan Lingkungan Hidup
terhadap keinginan-keinginan dari masyarakat baik masyarakat umum maupun
masyarakat pelaku industri. Dalam operasionalnya Badan Lingkungan Hidup
harus mampu menanggapi keluhan, tuntutan, kebutuhan para pelaku industri
sehingga penanggulangan terhadap pencemaran dapat dilaksanakan sebaik-
baiknya. Terhadap keinginan dari pelaku industri, responsivitas Badan
Lingkungan Hidup dapat dikatakan baik, hal ini dapat dilihat dari kegiatan-
kegiatan Badan Lingkungan Hidup. Dalam kegiatan sosialisasi jika ada pelaku
industri yang belum mengetahui suatu permasalahan petugas akan memberi
informasi yang dibutuhkan, dalam kegiatan pengawasan Badan Lingkungan
Hidup memberikan bantuan terhadap pelaksanaan pengolahan limbah kepada
industri yang belum melaksanakan seperti ketentuan yang telah ditetapkan.
Terkait dengan penertiban, petugas memberikan waktu bagi industri untuk
memperbaiki apa yang tidak atau belum sesuai tersebut sebelum diberi surat
peringatan tertulis, dalam tahapan ini pelaku industri juga diberikan
kesempatan untuk menjelaskan apa yang terjadi.
Sementara itu responsivitas terhadap masyarakat umum juga cukup baik
dengan adanya peran serta dari masyarakat dalam memberikan saran,
pertimbangan, pendapat bahkan menyampaikan keluhan. Responsivitas
terhadap laporan dari masyarakat ini seperti yang disampaikan Bapak Edi
Suparmanto sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“Pengawasan dilakukan secara periodik, tetapi jika ada laporan pengaduan dari masyarakat maka kami akan melakukan pengecekan ke lokasi tersebut.”(wawancara, 25 08 10) Hal ini juga dipertegas dengan pernyataan dari Bapak Widi sebagai
berikut :
“Badan Lingkungan Hidup cukup responsif terhadap keluhan dari masyarakat, masyarakat di sini pernah beberapa kali memberikan surat aduan dan ditangani dengan baik.”(wawancara, 26 10 10) Berikut beberapa permasalahan yang diajukan masyarakat di kelurahan
Laweyan terkait dengan pencemaran akibat limbah industri batik pada tahun
2009 :
a) Pencemaran sumur warga yang berada di Rw 01 Rt 04 kelurahan
Laweyan Kecamatan Laweyan.
Adanya salah satu sumur warga yang menjadi keruh akibat limbah
batik. Secara teknis air tersebut berubah warna menjadi agak
kemerahan tetapi tidak berbau ataupun berbusa. Badan Lingkungan
Hidup menindaklanjuti dengan pemasangan pipa PDAM yang akan
dialirkan ke rumah warga yang sumurnya tercemar tetapi dengan
syarat untuk pembayaran retribusi bulanan ke PDAM di tanggung
pengusaha batik yang menyebabkan pencemaran sampai air sumur
kembali seperti semula, sementara itu Badan Lingkungan Hidup
melakukan pemulihan agar sumur tersebut kembali seperti semula.
b) Pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah usaha batik/
printing di wilayah Rw 03.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tim penanganan kasus lingkungan bersama petugas laboratorim
Badan Lingkungan Hidup telah melakukan pemeriksaan di lapangan
dan mengambil sampel untuk selanjutnya dilakukan uji coba terhadap
sampel tersebut. Berdasarkan hasil laboratorium diperoleh bahwa
terdapat beberapa kandungan yang melabihi baku mutu. Kemudian
dilakukan musyawarah penyelesaikan di tingkat Rt dan Badan
Lingkungan Hidup menghimbau agar pengusaha memperbaiki sistem
pengolahan air limbahnya. Permasalahan dinyatakan selesai
sehubungan dengan surat pencabutan aduan dari pengadu.
(Sumber : LAKIP Badan Lingkungan Hidup Tahun 2009)
Pencemaran air sumur di Rw 01 tersebut akibat dari limbah batik milik
Batik Merak Manis. Batik Merak Manis sudah 4 kali berpindah tempat karena
di 3 tempat sebelumnya mereka diprotes oleh warga yang rumahnya berada di
sekitar industri batik Merak Manis. Untuk kepindahan yang ke empat tidak
terjadi pengaduan dari masyarakat sekitar, hal ini seperti yang disampaikan
oleh Bapak Yono selaku warga Kelurahan Laweyan yang rumahnya
berdekatan dengan batik Merak Manis sebagai berikut :
“Awalnya saya takut kalau sumur saya tercemar limbah dari Merak Manis sebab dari 3 tempat sebelumnya industri tersebut diprotes oleh warga karena sumurnya tercemar, tapi sepertinya industri tersebut sudah benar-benar memperbaiki sistem IPALnya, sampai saat ini tidak ada masalah.” (wawancara, 30 12 10)
3. Indikator Akuntabilitas
Akuntabilitas sebagai kriteria untuk mengetahui sejauh mana Badan
Lingkungan Hidup kota Surakarta bertanggungjawab dalam melaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tugasnya sesuai dengan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Suatu
kegiatan organisasi publik memiliki tingkat akuntabel, jika kegiatan itu
dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam
masyarakat.
Akuntabilitas Badan Lingkungan Hidup secara vertikal adalah kepeda
Pemerintah Daerah, dalam hal ini adalah Walikota Surakarta. Sedangkan
akuntabilitas Badan Lingkungan Hidup secara horizontal adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
Pertanggungjawaban Badan Lingkungan Hidup kepada pemerintah
bukan hanya masalah dana saja, tetapi juga pada pelaksanaan-pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup apakah memenuhi target
yang ditetapkan pemerintah, dan mengacu pada aturan-aturan yang sudah
ditetapkan atau tidak.
Pelaksanaan kegiatan dalam menanggulangi pencemaran air limbah
industri batik ini sudah sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar
dan sesuai dengan kebijakan organisasi, karena pada dasarnya mengacu pada
aturan dari pemerintah dari sisi hukum dan undang-undangnya. Hal ini
menurut pernyataan dari Bapak Edi Suparmanto seperti berikut ini :
“Semua kegiatan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup mengacu pada aturan dari pemerintah dari sisi hukum dan undang-undangnya, tetapi ada juga beberapa permasalahan yang yang tidak diatur undang-undang sehingga dipakai teknologi yang ada, yang bisa digunakan untuk aplikasi lapangan.”(wawancara, 25 08 10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pertanggungjawaban terhadap penanggulangan pencemaran limbah
industri batik ini cukup besar karena banyaknya industri batik di Kelurahan
Laweyan sehingga perlu upaya yang lebih agar pencemaran dapat diatasi.
Pertanggungjawaban Badan Lingkungan Hidup untuk menanggulangi
pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan belum
memperoleh hasil yang maksimal karena masih terjadi beberapa kasus
pencemaran. Pertanggungjawaban Badan Lingkungan Hidup memang bukan
hanya pada pencemaran industri batik saja, tetapi ada banyak program lain
juga yang membutuhkan penanganan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Edi Suparmanto sebagai berikut :
“Memang masih terjadi permasalahan pencemaran tetapi kami dari BLH sudah mengupayakan secara maksimal dengan keterbatasan yang kami miliki, banyaknya industri dan keterbatasan petugas yang menyulitkan kami untuk bekerja secara maksimal.”(wawancara, 25 08 10) Sedangkan pertanggungjawaban Badan Lingkungan Hidup terhadap
masyarakat lebih kepada pelaksanaan kegiatan. Pada kegiatan penyuluhan,
Badan Lingkungan Hidup sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Hanya
saja pada pengawasan dan penertiban Badan Lingkungan Hidup kurang
maksimal dan masih terjadi permasalahan pencemaran di masyarakat. Badan
Lingkungan Hidup tidak tegas terhadap pemilik industri yang melanggar
ketentuan sehingga masyarakat yang menjadi korban. Hal ini diungkapkan
oleh ibu Tini, yaitu warga Kelurahan Laweyan yang rumahnya dekat dengan
bantaran sungai Jenes, sebagai berikut :
“Sebenarnya dari pihak Pemkot memang sudah ada beberapa kegiatan untuk mengatasi pencemaran, tapi bukankah persoalan utama itu dari pemilik industri sendiri. Pemkot cenderung lebih mementingkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengembangan industri batik dibandingkan dengan memperhatikan pencemaran air limbah batik. Suami saya sendiri juga buruh di pabrik batik, kalau pabriknya ditutup pemkot kan dampaknya ke saya juga. Sebenarnya air sumur saya berbau agak kurang enak, tapi warnanya tidak keruh, jadi ya saya diamkan saja selama tidak meracuni saya.” (wawancara, 30 12 10)
Surakarta memang sudah identik dengan Kampung Batik Laweyan,
kalau ada industri yang ditutup tentu berdampak pada ekonomi, karena itulah
Badan Lingkungan Hidup cenderung tidak tegas dalam memberikan sanksi.
B. Faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat kinerja Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta dalam menanggulangi air limbah industri Batik di Kelurahan Laweyan.
1. Faktor Pendukung
a) Dari Pihak Badan Lingkungan Hidup
Perhatian dari pemerintah sangat besar terhadap perkembangan
industri batik di Surakarta dan segala sesuatu yang terlibat di
dalamnya. Pada bulan Juli kemarin BLH turut serta dalam rapat
dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan provinsi yang fokus pada
penanggulangan pencemaran air limbah industri Batik. Hal ini
diungkapkan oleh Bapak Edi Suparmanto sebagai berikut :
“Pada bulan Juli Badan Lingkungan Hidup turut serta dalam rapat dengan Kementerian Lingkungan hidup dan provinsi membahas tentang pencarian solusi yang tepat dalam penanggulangan pencemaran limbah batik di Laweyan. Ada rencana untuk membuat mobil atau unit pengolahan langsung untuk membantu pemilik industri batik.”(wawancara, 25 08 10) Pemerintah juga mengadakan pelatihan-pelatihan untuk
meningkatkan kinerja Badan Lingkungan Hidup dalam menanggulangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masalah pencemaran lingkungan. Petugas dari Badan Lingkungan
Hidup juga antusias mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah ataupun oleh instansi non
pemerintah.
b) Dari Pihak Masyarakat
Antusiasme masyarakat dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
sudah merupakan awal yang baik. Meskipun dalam pengawasan dan
penertiban masih ada hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan
namun Badan Lingkungan Hidup mencoba mengatasi dengan sebaik-
baiknya Tidak semua pelaku industri tidak mendukung, hanya para
pelaku industri yang tidak mengerti tujuan dari pelaksanaan kegiatan
ini saja, sebenarnya dari masyarakat sudah ada peningkatan kesadaran
terhadap lingkungan hidup. Badan Lingkungan Hidup juga dibantu
oleh LSM yang peduli pada kelestarian lingkungan, yang turut
membantu memantau keadaan lingkungan.
2. Faktor Penghambat
a) Dari Pihak Badan Lingkungan Hidup
• Dana
Dalam pelaksanaan suatu program, dana merupakan faktor
penting yang sangat menentukan. Tanpa adanya dukungan dana
yang memadai mustahil suatu kegiatan dapat berjalan dengan
lancer. Sumber dana untuk pelaksanaan penanggulangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pencemaran air air limbah industri batik berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kotaSurakarta yang setiap
tahun menganggarkan dana untuk kegiatan penanggulangan
pencemaran. Namun alokasi dana yang ada masih kurang untuk
mendapatkan hasil yang maksimal, sehingga Badan Lingkungan
Hidup kotaSurakarta sebagai organisasi pemerintah yang memiliki
kewenangan dalam permasalahan penanggulangan pencemaran ini
berusaha mendayagunakan sumber daya yang ada dengan seefektif
dan seefisien mungkin. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Edi Suparmanto sebagai berikut :
“Masalah dana memang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan pencemaran ini. Kurangnya anggaran untuk membantu UKM seperti untuk pembangunan IPAL, pembinaan, sosialisasi dan penyuluhan”.(wawancara, 25 08 10)
Dari penuturan tersebut di atas, bisa diketahui bahwa
terbatasnya anggaran yang dimiliki merupakan salah satu kendala
yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan
pencemaran yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup
kotaSurakarta. Padahal kegiatan industri di kotaSurakarta terus
berjalan dan cenderung meningkat. Sebagai akibatnya adalah
kegiatan penyuluhan, pengawasan, penertiban sangat minim
dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
• SDM (Sumber Daya Manusia)
Badan Lingkungan Hidup sebagai instansi pemerintah yang
mempunyai wewenang dalam menanggulangi pencemaran
khususnya penanggulangan pencemaran air limbah industri batik di
Kelurahan Laweyan, diharapkan dapat menjalankan tugas secara
maksimal. Sumber daya manusia adalah salah satu faktor yang
harus dipersiapkan dan dipenuhi oleh Badan Lingkungan Hidup
dalam setiap kegiatan yang dilakukan untuk menanggulangi
pencemaran air limbah industri batik. Dilihat dari sisi kuantitas,
jumlah petugas masih kurang, tidak sebanding dengan jumlah
industri batik yang ada khususnya di Kelurahan Laweyan.
Sedangkan dari sisi kualitas, pengetahuan yang dimiliki oleh
petugas Badan Lingkungan Hidup belum memadai mengingat
tugas- tugas dari Badan Lingkungan Hidup mencakup berbagai
bidang ilmu pengetahuan. Hal ini dipertegas dengan pernyataan
dari Bapak Edi Suparmanto seperti berikut ini :
“Kendala dari BLH adalah kurangnya jumlah staf, padahal di kotaSurakarta ini terdapat banyak sekali industri. Dan juga staf yang ada masih memerlukan training dan pembelajaran untuk bidang ilmu yang dimiliki mengingat tugas-tugas dari BLH mencakup banyak bidang ilmu pengetahuan.”(wawancara, 25 08 10)
b) Dari Pihak Masyarakat
• Kesadaran pelaku industri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kesadaran dan peran serta masyarakat terhadap
penanggulangan pencemaran yang dilakukan oleh Badan
Lingkungan Hidup dapat dikatakan masih kurang. Masyarakat
pelaku industri batik terkadang kurang memperhatikan aspek
lingkungan hidup dalam pelaksanaan kegiatan industri mereka. Hal
ini seperti yang diungkapkan Bapak Edi Suparmanto seperti
berikut ini :
“Salah satu kendala adalah kurangnya kesadaran dan partisipasi dari masyarakat dalam mengatasi pencemaran”(wawancara, 25 08 10)
Pencemaran dan perusakan lingkungan bisa diminimalisir jika
pemilik industri batik menggunakan alat- alat pengendali
pencemaran. Tetapi dalam prakteknya penggunaan alat-alat ini
memerlukan biaya yang tidak sedikit yang berpengaruh pada
bertambahnya biaya produksi. Selama ini beberapa pelaku industri
menganggap bahwa biaya yang dikeluarkannya untuk mendirikan
instalasi pengolahan limbah tidak akan kembali. Hal ini dipertegas
dengan pernyataan Bapak Edi Suparmanto sebagai berikut :
“Pelaku industri batik terkendala dengan masalah dana untuk membuat instalasi pengolahan limbah”(wawancara, 25 08 10)
Kebanyakan di KelurahanLaweyan jenis industrinya adalah
home industry, maka pemilik industri batik masih banyak yang
tidak melaporkan perubahan produksi dan perubahan kapasitas
produksi, hal ini mempersulit BLH dalam kegiatan pengawasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
• Pelaksanaan pengolahan limbah
Pencemaran dan perusakan lingkungan bisa diminimalisir
bahkan dicegah jika pemilik industri menggunakan alat- alat
pengendali pencemaran. Tetapi dalam prakteknya penggunaan alat-
alat ini akan menyebabkan kenaikan anggaran yang harus
dikeluarkan oleh pemilik industri. Hal inilah yang menyebabkan
keengganan pelaku industri untuk menggunakan pengendali
pencemaran. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh mbak Dwi,
salah satu pemilik industri batik di KelurahanLaweyan :
“Kalau membuat IPAL sendiri biaya yang dibutuhkan besar, kami pemilik usaha skala kecil keberatan dengan biaya tersebut.”(wawancara, 21 10 10) Pemilik industri di KelurahanLaweyan yang tidak memiliki
IPAL ataupun yang tidak ikut IPAL komunal hanya melakukan
pre-treatment sederhana sebelum membuang limbahnya. Hal ini
diungkapkan oleh Bapak Widi seperti berikut :
“Industri-industri disini yang masih aktif melakukan kegiatan produksi seperti pencelupan dan pewarnaan memiliki pre-treatment sederhana sebelum membuang sisa limbahnya ke sungai.”(wawancara, 26 10 10) Tetapi hasil sisa limbah tersebut masih belum memenuhi syarat
yang ditentukan oleh pemerintah. Keadaan ini menyebabkan
kurang optimalnya dalam penanggulangan pencemaran air limbah
insustri batik karena dari awal kegiatan yang dilakukan oleh pelaku
industri untuk meminimalisir pencemaran itu sendiri kurang
optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.6
Matrik Hasil Analisis dan Pembahasan Masalah
No Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian Indikator Hasil Penelitian dan
Pembahasan 1 Bagaimana
kinerja Badan
Lingkungan
Hidup Kota
Surakarta dalam
menanggulangi
pencemaran air
limbah industri
batik di
KelurahanLawey
an?
Untuk
mengetahui
bagaimana
kinerja Badan
Lingkungan
Hidup Kota
Surakarta dalam
menanggulangi
pencemaran air
limbah industri
batik
diKelurahan
Laweyan
a. Produktivitas
b. Responsivitas
c. Akuntabilitas
a. Produktivitas Badan
Lingkungan Hidup Kota
Surakarta dalam
menanggulangi pencemaran air
limbah industri batik di
KelurahanLaweyan pada
kegiatan penyuluhan cukup
baik tetapi pada kegiatan
pencegahan, pengawasan dan
penertiban belum dilaksanakan
secara maksimal meskipun
pihak Badan Lingkungan
Hidup Kota Surakarta telah
berusaha seoptimal mungkin
b. Responsivitas Badan
Lingkungan Hidup dalam
menanggulangi pencemaran air
limbah industri batik di
Kelurahan Laweyan terhadap
pelaku industri maupun
terhadap masyarakat umum
sudah baik dan sesuai harapan.
Badan Lingkungan Hidup Kota
Surakarta selalu tanggap
terhadap keluhan, tuntutan,
kebutuhan pelaku industri
ataupun masyarakat umum
c. Badan Lingkungan Hidup Kota
Surakarta telah melaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
prinsip-prinsip akuntabilitas
sesuai dengan aturan-aturan
yang telah ditetapkan namun
akuntabilitas terhadap
pemerintah dan masyarakat
belum menampakkan hasil
yang maksimal karena masih
terjadi kasus pencemaran air
limbah industri batik di
Laweyan
2 Faktor
pendukung
kinerja Badan
Lingkungan
Hidup Kota
Surakarta dalam
menanggulangi
pencemaran air
limbah industri
batik
diKelurahan
Laweyan
Untuk
mengetahui
faktor
pendukung
kinerja Badan
Lingkungan
Hidup Kota
Surakarta dalam
menanggulangi
pencemaran air
limbah industri
batik di
KelurahanLawey
an
a. Dari pihak
Badan
Lingkungan
Hidup Kota
Surakarta
b. Dari pihak
masyarakat
a. Perhatian dari pemerintah
sangat besar terhadap
perkembangan industri batik di
Surakarta dan segala sesuatu
yang terlibat di dalamnya.
Adanya pelatihan-pelatihan
untuk meningkatkan kualitas
staf dari Badan Lingkungan
Hidup yang berguna untuk
meningkatkan kinerja Badan
Lingkungan Hidup dalam
menggulangi masalah
pencemaran lingkungan
b. Antusiasme masyarakat dalam
mengikuti kegiatan penyuluhan
merupakan awal yang baik.
Tidak semua pelaku industri
tidak mendukung, hanya pelaku
industri yang tidak mengerti
tujuan dari penanggulangan
pencemaran lingkungan
3 Faktor
penghambat
kinerja Badan
Lingkungan
Untuk
mengetahui
faktor
penghambat
a. Dari pihak
Badan
Lingkungan
Hidup Kota
a. Terbatasnya dana merupakan
kendala untuk mendapatkan
hasil yang maksimal padahal
kegiatan industri di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hidup dalam
menanggulangi
pencemaran air
limbah industri
batik di
Kelurahan
Laweyan
kinerja Badan
Lingkungan
Hidup dalam
menanggulangi
pencemaran air
limbah industri
batik di
Kelurahan
Laweyan
Surakarta
b. Dari pihak
masyarakat
Surakartaterus berjalan dan
cenderung meningkat. Dari sisi
kuantitas, jumlah petugas
masih kurang dan tidak
sebanding dengan jumlah
industri batik yang ada, dari sisi
kualitas pengetahuan yang
dimiliki petugas belum
memadai mengingat tugas-
tugas dari Badan Lingkungan
Hidup mencakup berbagai
bidang ilmu pengetahuan
b. Masyarakat pelaku industri
batik terkadang kurang
memperhatikan aspek
lingkungan hidup dalam
pelaksanaan kegiatan industri
mereka. Faktor penghambat
yang lain adalah pemilik
industri yang belum memiliki
IPAL sehingga limbah yang
dihasilkan mencemari
lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Penanggulangan pencemaran akibat air limbah industri batik di Kelurahan
Laweyan merupakan usaha yang dilakukan pemerintah Surakarta dalam upaya
untuk menangani pencemaran yang ditimbulkan oleh industri batik di Kelurahan
Laweyan. Pelaksanaan penanggulangan pencemaran air limbah industri batik ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran air oleh limbah industri pabrik
yang menyebabkan terjadinya penurunan mutu air. Dalam kegiatan
penanggulangan pencemaran air limbah industri batik, pemerintah daerah
khususnya Badan Lingkungan Hidup memiliki peranan yang sangat besar
terhadap keberhasilan program karena sebagai aparat pelaksana kegiatan
penanggulangan pencemaran yang secara langsung berhubungan dengan
kelompok sasaran.
Secara umum dari hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan penanggulangan
pencemaran air limbah industri batik dapat dikatakan bahwa pelaksanaan kegiatan
penanggulangan pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan telah
dilaksanakan dengan baik, tetapi ada beberapa hal yang belum berjalan dengan
baik dalam mencapai tujuan yang ditetapkan karena adanya beberapa hambatan
yang ditemui dalam pelaksanaan kegiatan, namun Badan Lingkungan Hidup
sebagai instansi yang melaksanakan kegiatan telah berusaha untuk melaksanakan
seluruh kegiatan secara optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kinerja Badan Lingkungan Hidup dalam menanggulangi pencemaran air
limbah industri batik di Kelurahan Laweyan dilihat dari indikator-indikator yang
digunakan untuk mengukur kinerja serta faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat kinerja Badan Lingkungan Hidup, dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Produktivitas
Dilihat dari segi produktivitas dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan
menggulangi pencemaran dapat dikatakan bahwa produktivitas dari kegiatan
pencegahan belum maksimal karena IPAL komunal juga belum mampu
mengatasi pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan.
Kegiatan pengawasan juga masih kurang maksimal, hal ini dikarenakan
jumlah petugas pengawas yang dimiliki Badan Lingkungan Hidup Kota
Surakarta yang terbatas. Terbatasnya jumlah petugas pengawas ini maka
kegiatan pengawasan berkala hanya dilakukan 3 sampai 4 kali dalam
setahun, bahkan 1 atau 2 kali dalam setahun untuk industri kecil, kurangnya
pengawasan ini dapat dimanfaatkan oleh para pelaku industri yang nakal
untuk melakukan pelanggaran. Kegiatan penertiban juga kurang maksimal
karena sikap petugas yang kurang tegas.
2. Responsivitas
Responsivitas Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta telah
menunjukkan hal yang optimal. Terhadap keinginan dari pelaku industri
responsivitas Badan Lingkungan Hidup dapat dikatakan baik, dapat dilihat
dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan seperti dalam kegiatan sosialisasi
petugas akan memberikan informasi yang dibutuhkan, dalam kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengawasan Badan Lingkungan Hidup memberi bantuan terhadap
pelaksanaan pengolahan limbah kepada industri yang belum melaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, terkait dengan penertiban
petugas memberikan waktu bagi industri untuk untuk memperbaiki apa yang
tidak sesuai tersebut sebelum diberi surat peringatan tertulis. Sementara itu
responsivitas terhap masyarakat umum juga cukup baik dengan adanya
peran serta dari masyarakat dalam memberikan saran, pertimbangan bahkan
keluhan. Petugas juga akan menindaklanjuti laporan dari masyarakat tentang
pencemaran yang terjadi dan kemudian mengadakan pemantauan.
3. Akuntabilitas
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan penanggulangan pencemaran oleh
Badan Lingkungan Hidup sudah sesuai dengan aturan-aturan yang
ditetapkan anggaran kegiatan yang jelas, tetapi pertanggungjawaban Badan
Lingkungan Hidup kepada pemerintah belum memperoleh hasil yang
maksimal karena masih terjadi beberapa kasus pencemaran. Sedangkan
pertanggungjawaban terhadap masyarakat dalam kegiatan penyuluhan sudah
baik hanya saja pada pengawasan dan penertiban kurang maksimal sehingga
masih terjadi pelanggaran dan masyarakat umum yang menjadi korban
pencemaran.
Dari hasil penelitian di atas juga ditemukan adanya faktor-faktor yang
mendukung maupun menghambat dalam kinerja penanggulangan pencemaran air
limbah industri batik. Faktor-faktor itu adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Faktor Pendukung
Dari pihak Badan Lingkungan Hidup, perhatian pemerintah yang sangat
besar terhadap perkembangan industri batik di Surakarta dan segala sesuatu
yang terlibat di dalamnya memotivasi Badan Lingkungan Hidup untuk
meningkatkan kinerja dalam menanggulangi pencemaran air limbah industri
batik. Adanya pelatihan-pelatihan yang diadakan baik oleh instansi
pemerintah atau non pemerintah yang diikuti oleh petugas Badan
Lingkungan Hidup berguna untuk meningkatkan kualitas petugas Badan
Lingkungan Hidup. Sedangkan dari pihak masyarakat, antusiasme
masyarakat dalam kegiatan penyuluhan merupakan awal yang baik, dari
masyarakat sudah ada peningkatan kesadaran terhadap lingkungan hidup.
b. Faktor Penghambat
Dari pihak Badan Lingkungan Hidup terbatasnya dana dan kurangnya
kualitas petugas menghambat kinerja Badan Lingkungan Hidup untuk
meningkatkan kinerja untuk mencapai hasil yang maksimal. Kurangnya
anggaran menyebabkan kegiatan penanggulangan pencemaran minim
dilakukan karena disesuaikan dengan anggaran yang ada. Terbatasnya
jumlah petugas tidak sebanding dengan jumlah industri yang ada,
pengetahuan dan ketrampilan petugas juga belum memadai.
Dari pihak masyarakat, masyarakat pelaku industri terkadang kurang
memperhatikan aspek lingkungan hidup dalam pelaksanaan kegiatan
industri mereka. Pencemaran dan perusakan lingkungan bisa diminimalisir
bahkan dicegah jika pemilik industri menggunakan alat-alat pengendali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pencemaran, namun penggunaan alat-alat ini memerlukan biaya yang tidak
sedikit, hal inilah yang membuat pelaku industri enggan menggunakan alat
pengendali pencemaran.
Dari keseluruhan tersebut di atas dapat diambil beberapa kesimpulan
antara lain :
1. Sikap petugas dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan pencemaran
khususnya pencemaran air limbah industri batik sudah cukup baik,
namun masih terdapat pelaku industri yang tidak peduli terhadap
kegiatan.
2. Secara umum pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan penanggulangan
sudah cukup baik, namun masih saja terjadi pelanggaran. Hal ini karena
pengawasan yang kurang maksimal karena jumlah petugas yang kurang
memadai.
3. Pembangunan IPAL komunal di Kelurahan Laweyan pada dasarnya
untuk mencegah permasalahan pencemaran karena limbah dari produksi
batik di Kelurahan Laweyan, namun hasil dari pengolahan limbah oleh
IPAL komunal sendiri belum memenuhi ketentuan yang ditetapkan
pemerintah, IPAL komunal belum dapat diikuti oleh semua UKM yang
masih aktif berproduksi di Kelurahan Laweyan sehingga masih ada
limbah yang tidak melalui proses pengolahan terlebih dahulu.
4. Penegakan terhadap PP No. 82 Tahun 2001 belum dilaksanakan secara
optimal oleh pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penertiban, dimana belum diterapkannya secara tegas sanksi atas
pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku industri. Dalam peraturtan ini
tertulis bahwa “Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang
membuang air limbah ke air atau sumber air wajib mentaati persyaratan
yang ditetapkan dalam izin” pasal 38 ayat 1 dan salah satu syarat yang
terdapat dalam perijinan adalah kewajiban untuk mengolah limbah.
Sebagaimana yang tertulis “Dalam persyaratan izin pembuangan air
limbah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dicantumkan
kewajiban untuk mengolah limbah” Pasal 38 ayat 2 (1).
5. Dilihat dari monitoring sungai tahun 2007-2009 menunjukkan
terjadinya tingkat pencemaran yang cukup tinggi terhadap kandungan
zat kimia di dalam air sungai, hal ini menunjukkan bahwa upaya
pemerintah menanggulangi pencemaran belum menunjukkan hasil yang
optimal. Namun hal ini bukan hanya karena kinerja Badan Lingkungan
Hidup yang kurang, namun juga dipengaruhi oleh beberapa faktor dari
luar organisasi. Diantaranya adalah kesadaran pelaku industri, mereka
enggan mengolah limbah sisa produksinya karena membutuhkan proses
yang rumit dan dana yang besar.
B. Saran
Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan, maka dapat diberikan beberapa
masukan sebagai rekomendasi terhadap pelaksanaan kegiatan penggulangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pencemaran air limbah industri batik di Kelurahan Laweyan diwaktu-waktu
berikutnya. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Produktivitas dari kegiatan pengawasan dan penertiban perlu
ditingkatkan. Pengawasan yang dilakukan selama ini hanya 3 sampai
4 kali dalam setahun dan 1 atau 2 kali dalam setahun untuk industri
kecil hal ini tentu kurang efektif, untuk itu pengawasannya perlu
diintensifkan dengan mengadakan pengawasan yang lebih sering.
Kegiatan penertiban memerlukan tindakan yang lebih tegas terhadap
pelanggaran sesuai dengan ketentuan yang ada.
2. Akuntabilitas Badan Lingkungan Hidup terhadap masyarakat perlu
ditingkatkan karena dari pelanggaran yang dilakukan pemilik
industri, masyarakatlah yang terkena dampaknya.
3. Perlu adanya solusi yang lain dalam pengolahan limbah selain IPAL
komunal, karena IPAL komunal belum dapat diikuti seluruh UKM
batik di Kelurahan Laweyan yang masih aktif berproduksi.
4. Badan Lingkungan Hidup perlu merubah cara berproduksi para
pelaku industri batik di Laweyan dengan mencontoh para pelaku
industri batik di Kauman, yaitu merubah bahan baku pewarna batik
dari yang menggunakan pewarna kimia diganti memakai pewarna
soga yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga sisa limbahnya
tidak berbahaya bagi lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Perlu di tingkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga di luar
pemerintah yaitu LSM untuk turut serta dalam mengawasi dan
memantau pencemaran lingkungan.
6. Perlu adanya kompensasi bagi masyarakat yang terkena dampak
pencemaran industri batik di Kelurahan Laweyan.