Upload
nguyendat
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK
MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI
KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK
TAHUN PELAJARAN
2011/2012
Disusun Oleh
BUDI DWI NURYANTI
K8408029
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK
MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI
KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK
TAHUN PELAJARAN
2011/2012
Disusun Oleh
BUDI DWI NURYANTI
K8408029
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK
MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI
KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK
TAHUN PELAJARAN
2011/2012
Disusun Oleh
BUDI DWI NURYANTI
K8408029
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Budi Dwi Nuryanti
Nim : K8408029
Jurusan/ Progam Studi: P.IPS/ Pendidikan Sosiologi Antropologi
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SEBAGAI
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1
NGEMPLAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012” ini benar-banar merupakan
hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis
lain telah dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Budi Dwi Nuryanti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK
MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI
KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK
TAHUN PELAJARAN
2011/2012
Disusun Oleh
BUDI DWI NURYANTI
K8408029
Skripsi
Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK
MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI
KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK
TAHUN PELAJARAN
2011/2012
Disusun Oleh
BUDI DWI NURYANTI
K8408029
Skripsi
Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK
MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI
KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK
TAHUN PELAJARAN
2011/2012
Disusun Oleh
BUDI DWI NURYANTI
K8408029
Skripsi
Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, 2 Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Budi Dwi Nuryanti. K8408029. “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYAPENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARANSOSIOLOGI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK TAHUNPELAJARAN 2011/2012”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan. Universitas Sebelas Maret. Juli. 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan modelpembelajaran kooperatif teknik make a match dalam meningkatkan hasil belajarsiswa dalam pembelajaran sosiologi kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 NgemplakTahun Pelajaran 2011/2012.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukansebanyak 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: perencanaan,pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalahsiswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/2012 yangberjumlah 34 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara,observasi, tes, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik trianggulasimetode. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan modelpembelajaran kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan hasil belajarkognitif siswa. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan,nilai rata-rata siswa 71,50 dengan persentase ketuntasan siswa sebesar 55,88%,siklus I nilai rata-rata siswa 73,35 dengan persentase ketuntasan siwa sebesar67,65%, dan siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 80,12 denganpresentase ketuntasan siswa sebesar 85,29%.
Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaraan kooperatifteknik make a match dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa Kelas XIIPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kata kunci : pembelajaran kooperatif, make a match, hasil belajar siswa ,pembelajaran Sosiologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Budi Dwi Nuryanti. K8408029 “APPLICATION OF COOPERATIVELEARNING MODEL MAKE A MATCH TECHNIQUE TO INCREASESTUDENT’S LEARNING RESULT IN SOCIOLOGY CLASS XI IPS 2SMA NEGERI 1 NGEMPLAK ACADEMIC YEAR 2011/2012”. Thesis.Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret Universityin July. 2012
The aim of this research is to determine application of cooperativelearning model make a match technique to increase student’ learning result insociology Class XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak Academic Year 2011/2012.
This research used classroom action research conducted by two cycles.Every cycles consists of four steps i.e planning, implementation of the action,observation and reflection. The subjects of the research were students class XI IPS2 SMA Negeri 1 Ngemplak academic year 2011/2012 which is 34 students. Thecollecting data used interview, observation, test and documentation method.Validity of the data used techniques of method triangulation. Data analysis usedqualitative descriptive.
The result of the research showed that through the application ofcooperative learning model make a match technique can be increased students’cognitive learning result. This proved on the initial condition of research theaverage value of students were 71,50 with the completeness percentage ofstudents 55,88%, on the first cycles the average value of students increasedbecome 73,35 with the completeness percentage of students 67,65% and on thesecond cycles the everage value of students increased become 80,12 with thecompleteness percentage of students 85,29%.
The conclusion of this research is the application of cooperativelearning model make a match technique can be increased students’ cognitivelearning result class XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak academic year 2011/2012.
Keywords : cooperative learning, make a match, students’ learning result,sociology learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
“Hay orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada ALLAH) dengansabar dan sholat. Sesungguhnya ALLAH beserta orang-orang yang sabar.
(Al-Baqarah: 45)
“Barang Siapa yang suka memberikan kemudahan kepada orang yang sedangdalam kesempitan, maka ALLAH akan memberikan kemudahan baginya
di dunia dan akhirat”
(H.R. Ibnu Majah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Karya kecil nan istimewa ini penulis persembahkan kepada:
Bapak dan Ibuku Tercinta
Bapak (Kadianto) yang menjadi teladan bagiku untuk menjadi seorang yang baik
dan kuat menghadapi tantangan dalam hidup ini, Ibu (Parti) seorang motivator
hidupku yang menguatkan hati menghadapi hidup ini.
Serta doa dan pengorbanan mereka yang tak pernah tergantikan apapun.
Adikku satu-satunya, Vivin Yunita Sari yang menjadi motivasiku dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Almamater kebanggaanku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menghadapi banyak hambatan.
Namun berkat bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung,
sehinngga terselesaikannya skripsi ini. Pada kesempatan kali ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis
haturkan kepada:
1. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan. M.Si, a.n. Dekan, Pembantu Dekan I Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. MH. Sukarno,M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku
pembimbing 1 yang dengan bijaksana dalam memberikan masukan,
dorongan, bimbingan, dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
4. Dra.Hj. Siti Rochani, M.Pd, selaku pembimbing Akademik yang telah
memberi dukungan dan bimbingan.
5. Atik Catur Budiati, S.Sos, M.A selaku pembimbing II yang dengan
bijaksana dalam memberikan masukan, dorongan, bimbingan, dan
pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Drs. Wahyu Purnomojati. M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1
Ngemplak yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian, dan
Dra. Saptatiarti selaku guru sosiologi kelas XI SMA Negeri 1 Ngemplak
serta siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak yang telah banyak
membantu penulis dan menyediakan waktu dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu segala kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca agar dapat
memperbaiki penulisan yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
JUDUL........................ ................................................................................................. i i
PERNYATAAN........................................................................................................... ii
PENGAJUAN............ ................................................................................................. iii
PERSETUJUAN......... ................................................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................... v
ABSTRAK................. ................................................................................................. vi
MOTTO..................... .................................................................................................. viii
PERSEMBAHAN........ ................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ................................................................................................. x
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ .... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... ..... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 5
D. Manfaat Hasil Penelitian.................................................................................. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA..................................................................................... .. 7
A. Kajian Pustaka.................................................................................................. 7
1. Penelitian Tindakan Kelas.......................................................................... 7
2. Belajar . ...................................................................................................... 13
3. Model Pembelajaran kooperatif Teknik Make a Match ............................ 19
4. Hasil Belajar.............................................................................................. 25
5. Pembelajaran Sosiologi ............................................................................. 30
B. Kerangka Berfikir............................................................................................. 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................... 34
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 34
B. Subyek Penelitian............................................................................................. 35
C. Data dan Sumber Data................................................................................... .. 35
D. Pengumpulan Data ........................................................................................... 36
E. Uji Validitas Data............................................................................................. 38
F. Analisis Data.................................................................................................. .. 39
G. Indikator Kinerja Penelitian........................................................................... .. 40
H. Prosedur Penelitian........................................................................................... 40
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN........................................... .... 45
A. Deskripsi Pratindakan.................................................................................... .. 45
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus.............................................................. 50
1. Siklus I............... ........................................................................................ 50
2. Siklus II............. ......................................................................................... 60
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus....................................................... 70
D. Pembahasan..................................................................................................... 75
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN……………………………….... 78
A. Simpulan .......................................................................................................... 78
B. Implikasi........................................................................................................... 78
C. Saran................................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 80
LAMPIRAN............................................................................................................... .. 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Alokasi Waktu penelitian.......................................................................... 34
Tabel 4.1. Hasil Nilai Ulangan Harian Pratindakan................................................... 47
Tabel 4.2. Hasil tes Ulangan Harian Siswa................................................................ 48
Tabel 4.3 Jadwal Penelitian Siklus I ................. ........................................................ 50
Tabel 4.4. Hasil Tes Evaluasi Siklus I .............. ........................................................ 57
Tabel 4.5. Hasil Tes Evaluasi Siklus I .............. ........................................................ 58
Tabel 4.6. Jadwal Penelitian Siklus II............... ........................................................ 60
Tabel 4.7. Hasil Tes Evaluasi Siklus II ............. ........................................................ 67
Tabel 4.8. Hasil Tes Evaluasi Siklus II ............. ........................................................ 68
Tabel 4.9. Perbandingan Nilai Terendah dan Tertinggi Antarsiklus ......................... 70
Tabel 4.10. Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Siswa Antarsiklus ......................... 71
Tabel 4.11. Perbandingan prosentase ketuntasan siswa Antarsiklus ........................... 72
Tabel 4.12. Perbandingan Jumlah Siswa mencapai KKM........................................... 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Karangka berfikir Penelitian Tindakan Kelas ............................................ 33
Gambar 3.1. Bagan Siklus Analisis Interaktif Milles Huberman.................................... 39
Gambar 3.2. Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ............................................... 41
Gambar 4.1. Grafik Frekuensi Nilai Ulangan Harian Siswa PraTindakan .................... 47
Gambar 4.2. Grafik nilai Ulangan Harian Siswa PraTindakan....................................... 48
Gambar 4.3. Grafik Frekuensi Nilai Tes Evaluasi Siklus I............................................. 57
Gambar 4.4. Grafik Hasil Nilai Tes Evaluasi Siklus I ................................................... 58
Gambar 4.5. Grafik Frekuensi Nilai Tes Evaluasi Siklus II ........................................... 68
Gambar 4.6. Grafik Hasil Nilai Tes Evaluasi Siklus II .................................................. 69
Gambar 4.7. Grafik Perbandingan Nilai Terendah dan Tertinggi Antarsiklus .............. 71
Gambar 4.8. Perbandingan Nilai Rata-Rata Siswa Antarsiklus .................................... 72
Gambar 4.9. Perbandingan Prosentase ketuntasan Siswa......................................... ...... 73
Gambar 4.10. Perbandingan jumlah siswa yang mencapai KKM ................................. 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus ..................................................................................................... 84
Lampiran 2. Daftar Absensi Siswa .............................................................................. 85
Lampiran 3. Nilai Ulangan Harian Siswa Pratindakan ................................................ 86
Lampiran 4. Catatan Lapangan Pratindakan ................................................................ 87
Lampiran 5. RPP Siklus I Pertemuan 1........................................................................ 89
Lampiran 6. RPP Siklus I Pertemuan 2........................................................................ 93
Lampiran 7. RPP Siklus I Pertemuan 3........................................................................ 98
Lampiran 8. Materi RPP Siklus I ................................................................................. 102
Lampiran 9. Pembelajaran Make a Match Siklus I ...................................................... 108
Lampiran 10. Soal Evaluasi Siklus I ............................................................................ 113
Lampiran 11. Kunci Jawaban Soal Tes Evaluasi Siklus I............................................ 119
Lampiran 12. Nilai Siswa Hasil Tes Evaluasi Siklus I ................................................ 122
Lampiran 13. Lembar Observasi Siklus I Pertemuan I ................................................ 123
Lampiran 14. Lembar Observasi Siklus I Pertemuan 2 ............................................... 125
Lampiran 15. Lembar Observasi Siklus I Pertemuan 3 ............................................... 127
Lampiran 16. Catatan Lapangan Siklus I..................................................................... 129
Lampiran 17. RPP Siklus II pertemuan 1 .................................................................... 135
Lampiran 18. RPP Siklus II Pertemuan 2 .................................................................... 139
Lampiran 19. RPP Siklus II Pertemuan 3 .................................................................... 143
Lampiran 20. Materi RPP Siklus II.............................................................................. 147
Lampiran 21. Pembelajaran Make a match Siklus II ................................................... 150
Lampiran 22. Soal Evaluasi Siklus II........................................................................... 160
Lampiran 23. Kunci Jawaban Tes Evaluasi Siklus II .................................................. 167
Lampiran 24. Nilai Siswa Hasil Tes Evaluasi Siklus II ............................................... 170
Lampiran 25. Lembar Observasi Siklus II Pertemuan 1 .............................................. 171
Lampiran 26. Lembar Observasi Siklus II Pertemuan 2.............................................. 173
Lampiran 27. Lembar Observasi Siklus II Pertemuan 3 .............................................. 175
Lampiran 28. Catatan Lapangan Siklus II ................................................................... 177
Lampiran 29. Pedoman Wawancara (Guru)................................................................. 182
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Lampiran 30. Pedoman Wawancara (Siswa) ............................................................... 183
Lampiran 31. Hasil Wawancara (Guru) ....................................................................... 184
Lampiran 32. Hasil Wawancara (Siswa)...................................................................... 186
Lampiran 33. Gambar-gambar Kegiatan…………………………………………….. 190
Lampiran 34. Surat-surat Ijin Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia,
pendidikan memegang peranan penting. Banyak perhatian khusus yang diarahkan
pada perkembangan dan kemajuan pendidikan guna meningkatkan mutu dan
kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
menumbuh kembangkan sumber daya manusia dalam proses belajar mengajar
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kecerdasan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Keberhasilan dalam menempuh setiap jalur
pendidikan yang telah di tempuh, diukur berdasarkan hasil belajar dari masing-
masing peserta didik.
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan dengan pembaharuan kurikulum pendidikan. Saat ini kurikulum yang
berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Secara umum, menurut E. Mulyasa (2007: 22) tujuan diterapkannya KTSP ini
adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui
pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong
sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
pengembangan kurikulum. Menurut Suharsimi Arikunto,dkk, (2009:2)
berdasarkan hak otonom yang diberikan, sekolah sebagai satuan pendidikan harus
mampu mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan
dan kondisi sekolah, sehingga kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut dapat
berjalan secara efektif dan kondusif. Prinsip dalam pengembangan KTSP adalah
berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan
lingkunganya. Dalam hal ini seorang guru dituntut kreatif dalam memilih serta
mengembangkan materi pembelajaran.
Guru merupakan tenaga pengajar atau pendidik yang secara langsung
terlibat dalam proses belajar mengajar, maka guru sebagai pendidik memegang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
peranan penting dalam menentukan hasil belajar yang akan dicapai siswa dan
memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia,
baik sebagai ujung tombak peningkatan mutu pendidikan, pengajar maupun
pendidik sehingga guru dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi yang
diperlukan agar materi yang disampaikan dapat diterima dangan baik. Begitu
pentingnya peranan guru, sehingga Basrowi (2008:5) mengemukakan bahwa mutu
guru akan sangat menentukan mutu generasi muda. Oleh karena itu, peningkatan
mutu generasi muda dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas pembelajaran.
Dalam hal ini, guru menggunakan strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa
menghafal fakta-fakta tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa membangun
pengetahuan di benak mereka sendiri.
Bagi seorang guru, mengajar adalah aktivitas utama. Oleh karena itu, ia
layak disebut guru, karena ada transfer ilmu kepada siswa. Untuk dapat membantu
daya kreatif dan perkembangan siswa, dibutuhkan pendidik yang kreatif, inovatif,
menguasai banyak metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan,
situasi, dan intelegensi anak. Model pembelajaran yang digunakan guru sangat
berpengaruh dalam menciptakan situasi belajar yang benar-benar menyenangkan
dan mendukung kelancaran proses belajar mengajar, serta sangat membantu
dalam pencapaian prestasi belajar yang memuaskan.
Kekurang aktifan dan rendahnya hasil belajar siswa merupakan fenomena
yang umum terjadi di dalam pembelajaran. Jika hal tersebut tidak segera diatasi
pembelajaran lebih lanjut tidak akan memberikan hasil yang optimal dan makin
lama akan semakin buruk hasilnya. Pemahaman siswa merupakan hal yang sangat
penting bagi tenaga pengajar didalam proses belajar mengajar, sehingga dapat
menciptakan situasi dan kondisi yang tepat di dalam proses belajar mengajar serta
memberi pengaruh yang optimal bagi siswa untuk mencapai hasil belajar yang
baik. Dalam rangka meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa melalui kegiatan
belajar mengajar di kelas, guru perlu mengembangkan kreativitasnya dan terus
berinovasi dalam menata kembali desain pembelajaran yang selama ini di
gunakan. Hal ini merupakan suatu tuntutan yang harus dilakukan oleh guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
sehingga dengan perubahan ini diharapkan dapat memberikan kemajuan pada pola
pikir siswa.
Sekolah menegah atas (SMA) adalah salah satu dari lembaga pendidikan
yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang siap bersaing untuk bisa
melanjutkan studi akademik di perguruan tinggi negeri. Salah satu mata pelajaran
yang ada di kurikulum SMA adalah Sosiologi. Sosiologi merupakan salah satu
mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional untuk program Ilmu Sosial.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh penulis terhadap guru mata
pelajaran sosiologi SMA Negeri 1 Ngemplak di temukan adanya permasalahan –
permasalahan yang muncul dalam kegiatan belajar mengajar khususnya mata
pelajaran Sosiologi, sebagai mata pelajaran pokok yang harus benar – benar di
kuasai oleh para siswa ternyata masih terdapat siswa yang mengalami kesulitan
dalam mempelajarinya, sehingga menghasilkan belajar yang kurang optimal.
Permasalahan – permasalahan yang terjadi dapat di kemukakan sebagai berikut:
(1). Kekurang aktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran; (2). Kurang tepatnya
model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam menyampaikan materi di
kelas; (3). Nilai rata – rata kelas belum memenuhi nilai KKM pelajaran sosiologi.
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti terhadap guru mata pelajaran
sosiologi pada kelas XI IPS 2 SMA N 1 Ngemplak yang terdiri dari 34 siswa,
dalam mata pelajaran sosiologi yang batas ketuntasannya (KKM) nya 72,
diperoleh bahwa siswa yang mampu mencapai >72 hanya 55,88%. Sisanya
memperoleh nilai di bawah batas ketuntasan nilai minimal. Dari hal tersebut
menjadi permasalahan yang dipandang peneliti perlu segera diatasi. Oleh karena
itu tujuan penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran sosiologi. Berangkat dari kondisi tersebut maka, penulis tergerak untuk
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif. Dengan
pembelajaran kooperatif ini diharapkan hasil belajar siswa meningkat
Banyak kendala yang dihadapi siswa dalam kegiatan belajar mengajar
yang secara keseluruhan menimbulkan kesulitan bagi siswa. Selain itu proses
transfer ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh guru selama ini masih
konvensional, kegiatan yang di lakukan siswa di dalam proses belajar mengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
adalah mendengar dan mencatat apa yang disampaikan guru. Adapun faktor yang
mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar adalah model mengajar yang
digunakan guru. Dalam rangka menciptakan proses pembelajaran yang efektif
agar hasil yang di capai siswa dapat optimal maka diperlukan usaha dari guru
dalam memotivasi seluruh siswa untuk belajar dan saling membantu belajar satu
sama lain serta usaha dari guru untuk dapat menyusun kegiatan kelas sedemikian
rupa sehingga siswa dapat memahami ide, konsep, dan ketrampilan yang di
berikan.
Penerapan model pembelajaran kooperatif di dalam kelas dapat
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik. Melalui kegiatan
belajar dengan teman sebaya maka akan membantu siswa dalam memahami
konsep yang sulit. Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe pendekatan
yang salah satu di antaranya adalah make a match. Pemilihan teknik make a match
pada penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang dihadapi di kelas yang
akan diberikan tindakan. make a match digunakan untuk menumbuhkan keaktifan
siswa saling memberi semangat dalam pembelajaran. Model pembelajaran
kooperatif teknik make a match dicirikan oleh permainan kartu yang berisi
pertanyaan dan jawaban. Keberhasilan belajar menurut model pembelajaran
kooperatif teknik make a macth ini bukan semata – mata ditentukan oleh
kemampuan individu secara utuh melainkan perolehan belajar itu akan semakin
baik apabila dilakukan secara bersama – sama dalam kelompok kecil.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan penulis
mengangkat judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik make a
match sebagai Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran
Sosiologi Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/2012”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
“Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match
dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sosiologi di
Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/2012?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan secara
umum adalah untuk memperbaiki pembelajaran sosiologi di SMA Negeri 1
Ngemplak, sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam
meningkatan hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sosiologi kelas XI
IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Dalam suatu penelitian diharapkan mampu untuk menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat. Manfaatnya antara lain :
1. Manfaat Teoretis
a. Untuk menambah pengetahuan guru dalam pemilihan model pembelajaran
yang sesuai dengan materi dan karakter siswa seperti penggunaan model
pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam pembelajaran
sosiologi. make a macth merupakan salah satu teknik dalam pembelajaran
kooperatif yang membentuk kelompok berpasangan yang dalam
pelaksanaannya menggunakan media kartu soal dan kartu jawaban.
b. Sebagai bahan referensi bagi pembaca yang akan melakukan penelitian
lanjutan yang relevan dengan penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Memberikan kemudahan bagi siswa dalam mempelajari ilmu sosiologi
sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi dapat meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
b. Bagi guru
Memberikan informasi kepada guru mata pelajaran sosiologi, tentang
penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam
proses pembelajaran sosiologi, sebagai solusi alternatif untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran yang lebih menyenangkan dan mudah di pahami oleh
siswa sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi juga
meningkat.
c. Bagi sekolah
Sebagai umpan balik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pembelajaran, meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui
peningkatan hasil belajar siswa dan kinerja guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian Tindakan Kelas
a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Menurut pendapat Suharsimi Arikunto (2009: 22-23) yang menjelaskan
pengertian Penelitian Tindakan Kelas secara lebih sistematis yaitu :
1) Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu obyek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik minat dan penting bagi peneliti.
2) Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus
kegiatan untuk siswa.
3) Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam
bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas
adalah sekelompok sisea yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran
yang sama dari guru yang sama pula.
Dari ketiga pengertian diatas, yakni penelitian, tindakan, kelas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas adalah
pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.
Suyanto (1997:4) berpendapat bahwa “penelitian tindakan kelas adalah
suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-
tindakan tertentu agar dapat mempebaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik
pembelajaran di kelas secara lebih professional”. Sedangkan Ebbut dalam
Basrowi dan Suwandi (2008:26) berpendapat bahwa”penelitian tindakan kelas
merupakan studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta
refleksi dari tindakan tersebut”.
Dari definisi di atas disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-
tindakan tertentu agar dapat dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek
pembelajaran di kelas secara profesional. penelitian tindakan kelas ini dilakukan
pada interaksi belajar siswa, penggunaan metode mengajar, penggunaan metode
mengajar, penggunaan media pengajaran, pendekatan evaluasi yang dilakukan,
dan sebagainya. Dengan demikian penelitian tindakan untuk memperbaiki
praktek-praktek pembelajaran menjadi lebih efektif.
b. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Suharsimi Arikunto (2009:60-61) berpendapat bahwa “Tujuan utama
Penelitian tindakan kelas adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang
terjadi di dalam kelas”. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk
memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal
tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Suyanto dalam
Basrowi dan Suwandi (2008:52) berpendapat bahwa “Tujuan akhir dari
pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan (1) kualitas
praktik pembelajaran di sekolah, (2) relevansi pendidikan, (3) mutu hasil
pendidikan, dan (4) efisiensi pengelolaan pendidikan.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas bertujuan
untuk meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan
pembelajaran di kelas serta kegiatan nyata guru dalam pengembangan
profesionalnya. Pada intinya penelitian tindakan kelas bertujuan untuk
memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu
pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan
siswa yang sedang belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
c. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas mempunyai karakter tersendiri jika
dibandingkan dengan penelitian lain pada umumnya. Beberapa karakteristik
penelitian tindakan kelas menurut Basrowi dan Suwandi, (2008:36-37) adalah
sebagai berikut :
1) Penelitian tindakan kelas sifatnya situsional, berkaitan dengan upaya
mendiagnosis masalah dalam konteks tertentu, yaitu di kelas dalam
sekolah dan berupaya menyelesaikan dalam konteks tersebut.
2) Penelitian tindakan kelas merupakan upaya kolaboratif antara guru dan
siswa-siswanya, yaitu satu satuan kerjasama dengan perspekstif berbeda,
bisa juga antara guru dan kepala sekolah. Kerjasama ini sendiri bersifat
partisipatori, yaitu setiap anggota tim secara langsung mengambil bagian
dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dari tahap awal sampai
tahap akhir.
3) Penelitian tindakan kelas bersifat self evaluative, dimana kegiatan
merupakan modifikasi praktis yang dilakukan secara kontinu, dievaluasi
dalam situasi yang berjalan.
4) Penelitian tindakan kelas bersifat luwes dan menyesuaikan, adanya
penyesuaian ini menjadikannya suatu prosedur yang cocok untuk bekerja
di kelas, yang memiliki banyak kendala yang melatarbelakangi masalah di
sekolah.
5) Penelitian Tindakan Kelas terutama memanfaatkan data pengamatan dan
perilaku empirik, perubahan kemajuandicermati dari peristiwa-peristiwa,
dari waktu ke waktu, bukan sekedar impersionistik-subjektif, melainkan
dengan evaluasi formatif.
6) Keketatan ilmiah penelitian tindakan kelas memang agak longgar, dimana
Penelitian Tindakan Kelas merupakan antitesis dari desain penelitian
eksperimental yang sebenarnya, sifat sasarannya situasional-spesifik,
tujuannya pemecahan masalah praktis, sampel populasinya terbatas dan
tidak representatif. Oleh karena itu temuan-temuannya tidak dapat
digeneralisasikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Sedangkan menurut Mc.Niff dalam Basrowi dan Suwandi (2008:36),Penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik yang bersifatumum, yaitu sebagai berikut. (1) penelitian tindakan kelasdilaksanakan oleh guru sendiri, (2) penelitian tindakan kelasberangkat dari permasalahan praktik factual, dan (3) adanyatindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki prosespembelajaran di kelas yang bersangkutan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas ini
merupakan tindakan-tindakan alternatif yang telah direncanakan oleh seorang
guru. Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian yang lainnya, meskipun
pada semua penelitian berupaya untuk memecahkan suatu masalah, namun
Penelitian tindakan kelas dilihat dari masalah yang harus dipecahkan, masalah
yang diangkat untuk dipecahkan berangkat dari awal pembelajaran sehari-hari
yang dihadapi oleh guru.
d. Cara Melakukan Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Mulyasa (2008:156-157), Untuk dapat melakukan penelitian
tindakan kelas, terlebih dahulu guru harus memiliki beberapa hal berikut : (a)
perasaan ketidakpuasan terhadap praktek pembelajaran; (b) berani dan jujur
terhadap diri sendiri; (c) memahami kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran
yang dilakukannya.
Beberapa langkah umum yang harus diperhatikan guru dalam
mengembangkan rancangan penelitian tindakan kelas, adalah sebagai berikut.
1) Identifikasi masalah
2) Analisis masalah dan menentukan berbagai faktor penyebabnya
3) Merumuskan ide-ide sementara tentang berbagai faktor penting yang
berkaitan dengan masalah
4) Mengumpulkan dan menafsirkan data untuk mengembangkan alternative
tindakan
5) Merumuskan tindakan
6) Menilai hasil tindakan
Beberapa petunjuk praktis yang harus diperhatikan guru dalam melakukan
penelitian tindakan kelas, dikemukakakan McNiff (1991), sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
1) Mulailah dari hal-hal kecil yang terjadi dalam pembelajaran di kelas
2) Kembangkan desain penelitian tindakan kan secara cermat
3) Buatlah jadwal sesuai dengan kemampuan dan waktu yang tersedia secara
realistik
4) Konsultasikan dan diskusikan hasil penelitian tindakan dengan orang lain
5) Carilah dukungan informasi dari pihak lain untuk memperkokoh asumsi
tindakan yang akan dilakukan
6) Ciptakanlah system umpan balik untuk melakukan koreksi terhadap setiap
langkah yang dilakukan
7) Buatlah jadwal penulisan laporan tindakan kelas yang telah dilakukan baik
secara formal maupun informal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa didalam penelitian tindakan
kelas harus sesuai dengan cara-cara melakukan Penelitian tindakan kelas yang
berawal dari ketidakpuasan akan praktik pembelajaran dan adanya masalah-
masalah dalam proses pembelajaran.
e. Langkah Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Secara umum, terdapat empat tahap dalam melakukan penelitian tindakan
kelas, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Berikut ini adalah
gambaran keempat tahapan dalam penelitian tindakan kelas yang dikemukakakan
oleh Arikunto dalam Suyadi (20011:49-67).
1) Tahap I : Perencanaan
Langkah pertama dalam penelitian tindakan kelas adalah melakukan
perencanaan secara matang dan teliti. Pada masing-masing kegiatan,
terdapat sub-sub kegiatan yang sebaiknya dilaksanakan untuk menunjang
sempurnanya tahap perencanaan.
2) Tahap II : Pelaksanaan
Tahap kedua dari penelitian tindakan kelas adalah palaksanaan. Pelaksanaan
adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu
bertindak dikelas.
3) Tahap III : Observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Tahap ketiga dalam penelitian tindakan kelas adalah observasi. Pof. Supardi
menyatakan bahwa observasi yang dimaksud pada tahap III adalah
pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk memotret
sejauh mana efek tindakan telah mencapai sasaran.
4) Tahap IV :Refleksi
Tahap keempat atau terakhir dalam penelitian tindakan kelas adalah refleksi.
Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah
dilakukan.
Menurut Suyadi (2011:65-66), siklus dalam penelitian tindakan kelas
adalah putaran dari suatu rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan, persiapan,
pelaksanaan hingga pada refleksi.
Dalam hal ini, yang dimaksud siklus-siklus dalam penelitian tindakan
kelas adalah satu putaran penuh tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas,
sebagaimana disebutkan di atas. Jadi, satu siklus adalah kegiatan penelitian yang
dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Jika dalam penelitian tindakan kelas terdapat lebih dari satu siklus, maka
siklus kedua dan seterusnya merupakan putaran ulang dari tahapan sebelumnya.
Hanya saja, antara siklus pertama, kedua, dan selanjutnya selalu mengalami
perbaikan setahap demi setahap. Jadi antara siklus yang satu dengan yang lain
tidak akan pernah sama, meskipun melalui tahap-tahap yang sama.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum langkah
penelitian tindakan kelas adalah perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi. Langkah-langkah tersebut dilakukan secara berurutan, dan langkah-
langkah tersebut saling berkaitan dalam pelaksanaan penelitian. Di dalam
penelitian tindakan kelas terdapat siklus-siklus yang merupakan perulangan
rangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi untuk
memperoleh tujuan yang ingin dicapai.
f. Urgensi Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Basrowi dan Suwandi (2008:51), alasan pentingnya penelitian
tindakan kelas dilakukan, antara lain seperti berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
1) Penelitian tindakan kelas menawarkan suatu cara baru untuk memperbaiki
dan meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar
dikelas.
2) Penelitian tindakan kelas membuat guru dapat meneliti dan mengkaji sendiri
kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dilakukan di kelas sehingga
permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan aktual.
3) Penelitian tindakan kelas tidak membuat guru meninggalkan tugasnya,
artinya guru tetap melakukan kegiatan mengajar seperti biasa, namun pada
saat yang bersamaan dan secara terintegrasi, guru melaksanakan penelitian.
4) Penelitian tindakan kelas akan menjembati kesenjangan antara teori dan
praktik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas
sangat penting dalan dunia pendidikan. Sesuai dengan tujuan dari penelitian
tindakan kelas yaitu memperbaiki kualitas pembelajaran serta meningkatkan
kemampuan guru dalam proses pembelajaran.
2. Belajar
a. Pengertian Belajar
Dimyati dan Mudjiono (2006: 7) berpandangan bahwa “Belajar
merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, kegiatan yang tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia dan dilakukan oleh setiap orang. Sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri”. (Slameto, 2003:2)
berpendapat bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar.
Cronbach, Harold Spears, Morgan dan Geoch dalam Agus Suprijono (2009:2-3)
sebagai berikut :
1) Cronbach memberikan definisi :
“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
“Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari
pengalaman”.
2) Harold Spears memberikan batasan:
“Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to
listen, to follow direction”.
Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,
mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.
3) Morgan, mendefinisikan :
Learning is any relatively permanent change in behavior that a result of past
experience
“belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari
pengalaman.”
4) Geoch, mengatakan :
“Learning is a change in performance as a result of practice”.
Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.
Beberapa ciri belajar menurut Darsono Dalam Hamdani (2011:22) adalah
sebagai berikut.
1) Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan.
2) Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada
orang lain.
3) Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan.
4) Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar.
Ciri – ciri umum dari kegiatan belajar menurut (Aunurrahman, 2009: 35 –
37), diantaranya yaitu:
1) Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari
atau disengaja. Dalam aspek ini kita memahami begitu banyak aktivitas
seseorang merupakan cerminan dari kegiatan belajar, walaupun diri
individu tersebut tidak secara nyata memahami bahwa dirinya melakukan
kegiatan belajar.
2) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan
dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek – obyek lain yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
memungkinkan individu memperoleh pengalaman – pengalaman atau
pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun yang
pernah diperoleh akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi
individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi.
3) Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang
berkenaan dengan aspek psikomotorik, aspek afektif dan aspek kognitif
(kemampuan berfikir).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar itu merupakan suatu
kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku, dengan serangkaian
kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru
Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan
individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya
kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan
rumus antara individu dan lingkungan.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Slameto (2003: 54) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar digolongkan menjadi faktor intern
danfaktor ekstern.
1) Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
meliputi faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan.
a) Faktor jasmaniah
(1) Faktor KesehatanSehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-
bagiannya yang bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang akan
berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan ikut
terganggu apabila kesehatannya juga terganggu, sehingga hal tersebut
berpengaruh pula pada hasil belajar yang akan dicapainya.
(2) Cacat TubuhCacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat tubuh juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat tubuhnya, belajarnya juga akan
terganggu.
b) Faktor psikologis
Ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang
mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut adalah intelegensi, perhatian,
minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
(1) Intelegensi
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam
situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi
akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang
rendah.
(2) Perhatian
Perhatian ialah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun
semata-mata tertuju pada suatu objek (benda atau hal) atau sekumpulan
objek.
(3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar,
karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat
siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak
ada daya tarik baginya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih
mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.
(4) BakatBakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru akan
menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Jika bahan
pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil
belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia
lebih giat lagi dalam belajarnya itu.
(5) Motif
Motif erat kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam
proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dapat belajar dengan baik atau mempunyai motif untuk berpikir dan
memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang
berhubungan atau menunjang belajar. Motif yang kuat sangatlah perlu
dalam belajar, dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan
dengan adanya latihan-latihan maupun kebiasaan dan pengaruh
lingkungan yang kuat.
(6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang, di
mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
Anak yang sudah matang (siap) belum dapat melaksanakan kecakapannya
sebelum belajar. Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu
tergantung dari kematangan dan belajar.
(7) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau reaksi.
Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan
dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Kesipaan perlu diperhatikan dalam proses
belajar, karena jika siswa belajar dan sudah ada kesiapan, maka hasil
belajarnya akan lebih baik.
c) Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi belajar, karena apabila jasmani dan
rohani mengalami kelelahan maka sulit sekali untuk berkosentrasi, seolah-olah
otak kehabisan daya untuk bekerja.
2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu yang sedang
belajar. Faktor ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu: faktor keluarga, sekolah,
dan masyarakat.
a) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa
tingkat pendidikan orang tua, hubungan antara anggota keluarga, fasilitas
belajar, dan keadaan ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
(1) Tingkat pendidikan orang tua
Tingkat pendidikan orang tua berkaitan erat dengan cara mendidik
anak. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya dapat
menyebabkan anak tidak berhasil dalam belajarnya, sehingga hasil yang
didapatkan tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya.
(2) Hubungan antara anggota keluarga
Hubungan antara anggota keluarga yang terpenting adalah orang tua
dengan anaknya. Demi kelancaran serta keberhasilan anak, perlu diusahakan
hubungan yang baik di dalam keluarga anak tersebut yaitu hubungan yang
penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu
hukumanhukuman untuk mensukseskan belajar anak.
(3) Penyediaan fasilitas belajar
Penyediaan fasilitas belajar di rumah dapat memperlancar proses
belajar anak, apalagi dengan didukung suasana rumah yang nyaman untuk
belajar. Suasana rumah yang tenang dan tenteram perlu diciptakan agar anak
dapat belajar dengan baik.
(4) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Jika
anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang
terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga belajar anak juga
terganggu. Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering mempunyai
kecenderungan untuk memanjakan anak, akibatnya anak kurang dapat
memusatkan perhaitannya untuk belajar.
b) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode
mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,
keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap
belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Hal-hal yang berengaurh tersebut antara lain kegiatan siswa dalam masyarakat,
mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu pembelajaran dan
hasil proses pembelajaran itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor
eksternal maupun internal. Yang mana kedua factor tersebut sangat berpengaruh
dalam jalannya pembelajaran.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match
a. Pengertian Model Pembelajaran
Isjoni dan Arif Ismail (2008: 146) Berpendapat bahwa “Model
pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan
motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berfikir kritis, memiliki
keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal”.
Mills dalam Agus Suprijono (2009:45-46) berpendapat bahwa “model
adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan
seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”.
Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang
diperoleh dari beberapa system. Sedangkan menurut Joice dan Weil dalam Isjoni
(2011:50) “Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah
direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum,
mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya”.
Menurut Wirotaputra dalam Sugiyanto (2009: 3) Model Pembelajaranadalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematisdalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuanbelajar tertentu, dan berfungsi sebagai suatu pedoman bagi paraperancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan danmelaksanakan aktivitas pembelajaran.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan suatu strategi yang digunakan oleh seorang guru dalam proses
pembelajaran sesuai dengan perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan
antusias, motivasi dan minat siswa berdasarkan model yang diterapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama
lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin dalam Isjoni dan Arif Ismail
(2008: 150) mengemukakan bahwa “Pempelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana kelompok belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil yang berjumlah empat orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang
siswa lebih bergairah dalam belajar”.
Sedangkan Sugiyanto (2009: 40) menyatakan “Pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi
yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang
dapat menimbulkan permasalahan, sebagai latihan hidup di masyarakat”. Anita
Lie dalam Isjoni dan arif ismail (2008: 23) menyebut “Pembelajaran kooperatif
dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa
lain dalam tugas-tugas yang terstruktur”.
Menurut Agus Suprijono (2009:54-55), Pembelajaran kooperatif adalah
“suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku
bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama
yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih”. Sedangkan
Slavin dalam Etin Sholihatin (2007:4) mengatakan bahwa “Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam
kelompok kecil secara kolaboratif dengan strukturkelompok yang heterogen”
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model dalam pembelajaran yang secara sadar
mengembangkan kerja sama dan interaksi baik antar siswa mupun siswa dengan
guru dalam bentuk kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan dari
pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan sehingga banyak digunakan
untuk meningkatkan berbagai kekurangan di dalam kelas. Adapun kelebihan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
pembelajaran kooperatif menurut Jarolimek dan Parker dalam Isjoni (2011: 24)
antara lain sebagai berikut:
1) Saling ketergantungan yang positif, dimana siswa dalam kegiatan belajar
bergantung kepada teman satu kelompoknya. Untuk itulah setiap siswa harus
melaksanakan tugas dan kewajiban dari kelompok asalnya, karena semua
anggota kelompok bergantung pada teman lain. Namun demikian, setiap
anggota memiliki tugasnya masing-masig sehingga semua anggota harus
bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil kelompok terbaik.
2) Adanya pengakuan merespon perbedaan individu, siswa dilibatkan dalam
perencanaan dan pengelolaan kelas. Pembelajaran kooperatif membagi
kelompok berdasarkan perbedaan. Dalam satu kelompok diusahakan
berdasarkan latarbelakang budaya siswa yang berbeda, sehingga kelompok
akan mendapatkan ide yang beragam dari latar belakang siswa masing-masing.
3) Suasana pembelajaran rileks dan menyenangkan. Hal ini dikarenakan guru
bukanlah pemegang peran utama dalam kegiatan pembelajaran, namun siswa
yang bergerak melaksanakan kegiatan belajar mereka sendiri.
4) Terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. Guru
sebagai fasilitator bukan diktator, sehingga komunikasi antara siswa dan guru
akan lebih fleksibel.
5) Memiliki banyak kesempatan untuk mengeksresikan pengalaman emosi yang
menyenangkan. Berbagai model dan teknik kooperatif banyak yang
mengandung unsur bermain, meskipun yang ditekankan utamanya adalah
belajar kelompok.
Meskipun banyak digunakan dalam kegiatan pembelajaran, pembelajaran
kooperatif juga memiliki beberapa kelemahan. Untuk itulah perlu diketahui
beberapa kelemahan dari pembelajaran kooperatif sehingga sedapat mungkin
dipersiapkan oleh guru atau peneliti. Sedangkan kelemahan dari pembelajaran
kooperatif diungkapkan oleh Isjoni (2011: 25)antara lain sebagai berikut:
1) Guru harus mempersiapkan kegiatan pembelajaran secara matang, disamping
itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. Kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
pembelajaran memerlukan perencanaan yang panjang, pembagian materi dan
penjelasan kepada siswa akan teknik yang digunakan.
2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan
fasilitas, alat, biaya yang cukup memadai. Berbagai model dan teknik
kooperatif paling tidak membutuhkan alat dan media yang menunjang kegiatan
belajar berlangsung.
3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan materi
diskusi akan melebar sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Waktu merupakan salah satu permasalahan kurang suksesnya
pembelajaran kooperatif.
4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan
siswa lain menjadi pasif. Untuk itulah guru harus berusaha mengatur diskusi
kelas sehingga kelas tidak didominasi begitu saja oleh sebagaian siswa saja.
Menurut Miftahul Huda (2011:46) ada beberapa elemen dasar yang
membuat pembelajaran kooperatif lebih produktif dibandingkan dengan
pembelajaran kompetitif dan individual. Elemen- elemen tersebut antara lain:
1) Positive interdependence (saling ketergantunagan positif)
2) Promotive interaction (interaksi promotif)
3) Interpersonal and small group skill (Ketrampilan interpersonal dan
kelompok kecil)
4) Individual accountability (akuntabilitas individu)
5) Group processing (pemrosesan kelompok)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu model
pembelajaran tidak ada yang sempurna didalamnya pasti ada kelebihan dan
kelemahannya, dari titulah seorang guru harus pandai dalam memanfaatkan
kelebihan yang ada dan dapat meminimalisi kekurangan dalam proses
pembelajaran.
c. Pengertian make a match
Pada model pembelajaran kooperatif, siswa yang merupakan makhluk
individualis (homo homini lupus) diharapkan menjadi seorang makhluk sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
(homo homini socius). Salah satu teknik belajar mengajar dalam pembelajaran
model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk mengasah
kemampuan homo homini socius adalah teknik belajar mengajar mencari
pasangan (Make A Match). Teknik ini dikembangkan oleh Lorna Curran.
Menurut Isjoni (2011: 77) “Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana
yang menyenangkan”. Teknik ini memberi kesempatan siswa bekerja sama
dengan orang lain dan bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk
semua tingkatan usia anak didik.
Ciri utama model pembelajaran kooperatif teknik make a match adalah
siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal dalam
waktu tertentu. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan
sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan.
Model pembelajaran kooperatif teknik make a match merupakan salah satu
teknik dalam model kooperatif yang membentuk kelompok berpasangan yang
dalam pelaksanaannya menggunakan media kartu soal dan kartu jawaban. Anita
Lie (2002: 46) menjelaskan bahwa kelompok berpasangan mempunyai kelebihan
dan kekurangan sebagai berikut:
1) Kelebihan:
a) Meningkatkan partisipasi antar anggota kelompok.
b) Cocok untuk tugas sederhana.
c) Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota
kelompok.
d) Interaksi menjadi lebih mudah dan cepat membentuknya.
2) Kelemahan:
a) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
b) Lebih sedikit ide yang muncul.
c) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.
Berdasarkan prosedur proses pembelajaran make a match siswa nampak
lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Setelah guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
memerintahkan siswa untuk mengambil kartu tampak sebagian besar siswa
bersemangat dan termotivasi untuk menarik satu kartu soal.
Setelah siswa mendapatkan kartu soal, Masing-masing tampak
memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. Kelompok dengan
pasangannya ingin saling mendahului untuk mencari pasangan dan mencocokkan
dengan kartu (kartu soal atau kartu jawaban) yang dimilikinya. Di sinilah terjadi
interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa di dalam kelompok untuk
membahas kembali soal dan jawaban. Guru membimbing siswa dalam
mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa.
Pada penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match ini
dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan
mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih
menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses
pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari
pasangan kartunya masing-masing. Dengan menerapkan pembelajaran model
pembelajaran kooperatif teknik make a match diharapkan kegiatan pembelajaran
lebih kondusif, sederhana, bermakna dan menyenangkan sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match
Hisyam Zaini (2007:69-70) Langkah-langkah penerapan pembelajaran
kooperatif teknik Make a Match sebagai berikut
1) Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah siswa yang ada dalam kelas,
2) Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama,
3) Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada
setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu
pertanyaan,
4) Pada separoh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
tadi dibuat
5) Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
6) Beri setiap siswa satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas untuk
dilakukan berpasangan. Separoh siswa akan mendapat soal dan separoh yang
lain yang akan mendapat jawaban,
7) Minta siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah
menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga
agar mereka tidak memberitahu yang mereka dapatkan kepada teman lain.
8) Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, minta setiap
pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan
keras kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal tersebut di jawab oleh
pasangan-pasangan yang lain,
9) Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.
Setiap langkah-langkah tersebut memiliki tujuan yang telah disesuaikan
denga tujuan pembelajaran kooperatif.
Dalam pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif teknik
make a match seorang guru harus benar-benar memahami tekniknya agar siswa
dapat menjalankan pembelajaran dengan baik. Guru harus menuntun siswanya
dalam setiap langkahnya dan langkah demi langkah dijalankan dengan berurutan
dan di akhir guru memberikan kesimpulan tentang materi yang di gunakan dalam
teknik make a match.
4. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar dilakukan oleh setiap manusia dalam hidupnya. Belajar merupakan
proses yang dilaksanakan seumur hidup dari saat manusia lahir hingga ia mati.
Proses belajar banyak sekali melibatkan kegiatan yang kompleks. Makna belajar
itu sendiri sangat beragam tergantung sudut pandang masing-masing individu
yang memaknai.
Hasil belajar merupakan tujuan yang ingin dicapai seseorang ketika ia
melakukan sebuah kegiatan pembelajaran. Nana Syaodih Sukmadinata (2006:102-
103) menyatakan bahwa, “hasil belajar yang merupakan realisasi atau pemekaran
dari kecakapan potensi atau kapasitas yang dimiliki seseorang yang dapat dilihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dari perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, kemempuan berfikir,
maupun ketrampilan motorik”.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengrtian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, dan ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne dalam (Agus
suprijono, 2009:5-7) hasil belajar berupa:
1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa baik lisan maupun tertulis.kemampuan merespon secara spesifik
terhadap rangsangan spesifik.
2) Ketrampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konssep dan
lambang. Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,
kemampuan analisis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip
keilmuan.
3) Strategi kognitif
Kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
Kemapuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan
masalah.
4) Ketrampilan motorik
Kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan
koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap
Kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap
obyek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi
nilai-nilai.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya
salah satu aspek potensi kemampuan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang di
kategorisasikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak
dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. Pada penelitian
ini hasil belajar yang diukur adalah prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b. Pengertian Prestasi Belajar
Sutratinah T. (2001: 43) berpendapat bahwa ”prestasi belajar adalah hasil
dari pengukuran serta penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah
dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”. Sedangkan menurut Suharsimi
Arikunto. (2009: 6-8) guru maupun pendidik lainnya perlu mengadakan penilaian
terhadap hasil belajar siswa karena dalam dunia pendidikan, khususnya dunia
persekolahan penilaian hasil belajar mempunyai makna yang penting, baik bagi
siswa, guru maupun pihak sekolah. W.S Winkel (2004:39) berpendapat bahwa
”prestasi belajar adalah bukti keberhasilan belajar yang dapat dicapai dalam suatu
proses yang berlangsung dalam interaksi subyek dengan lingkungannya yang
menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai yang
akan disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan”.
Dari definisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan pengukuran atau pencapaian hasil usaha belajar siswa dalam bentuk
angka pada materi tertentu sebagai bukti keberhasilan siswa yang dicapai selama
proses pembelajaran.
c. Pengukuran Prestasi Belajar
Adapun cara yang ditempuh untuk mengetahui tingkat prestasi belajar
siswa, Muhibinsyah (2010:142) antara lain:
1) Tes diagnostik, yaitu tes untuk mengetahui kelemahan siswa sehingga dapat
diberikan perlakuan yang tepat.
2) Tes formatif, merupakan tes yang berfungsi mengetahui sejauh mana siswa
telah terbentuk setelah mengetahui suatu sub bab tertentu.
3) Tes sumatif, merupakan tes yang dilaksanakan setelah berakhir pembelajaran
program. Tes tersebut dilakukan setiap caturwulan atau semester.
4) Pre-Test dan post Test
Kegiatan pre-test dilakukan di awal pembelajaran dengan tujuan
mengidentifikasi saraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
disajikan. Sedangkan post test dilakukan diakhir pembelajaran dengan tujuan
mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.
5) Evaluasi Prasyarat
Evaluasi ini hampir mirip dengan pretest. Bertujuan mengidentifikasi
penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru.
6) UAN/ UN
Ujian akhir pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai
penentu kenaikan siswa. Namun UAN dirancang untuk siswa yang telah
menduduki kelas tertinggi pada suatu sekolah.
Dalam suatu proses pembelajaran terdapat pegukuran akan hasil dari
pembelajaran yang telah dilakukan sudah berhasil atau belum. Dan biasanya
pengukuran tersebut dilakukan dengan evaluasi, terdapat berbagai macam evaluasi
yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan dari proses pembelajaran
serta mengukur sejauh mana prestasi belajar siswa.
Fungsi prestasi menurut Zainal Arifin (1990:30) adalah :
1) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan anak didik. Hal ini untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
2) Lambang hasrat ingin tau
Dengan rasa penasaran yang tinggi membuat siswa termotivasi untuk
mengetahui apakah hasil yang didapatkan sesuai dengan apa yang diusahakan.
3) Bahan informasi dalam inovasi pendidikan
Prestasi memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih meningkatkan
kemampuannya dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
kualitas pendidikan meningkat pula.
4) Indikator intern dan ekstern dari institusi pendidikan
Indikator intern meliputi kualitas atau mutu dari pendidikan itu sendiri.
Sedangkan indikator ekstern meliputi kesuksesan peserta didik
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan)
anak didik.
Mudjiono dan Mochammad Paryani dalam Gino, dkk (1996:19-20)
prestasi belajar dapat dilihat dari tiga Ranah, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
a. Ranah Kognitif
1) Pengetahuan merupakan tingakatan yang paling rendah dari ranah kognitif
berupa pengenalan dan pengingata kembali terhadap pengetahuan tentang
fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk yang dipelajari.
2) Pemahaman, merupakan tingkat berikutnya dari tujuan belajar ranah kognitif
berupa kemampuan mengerti isi pelajaran yang dipelajari tanpa
menghubungkan dengan isi pelajaran lainnya.
3) Aplikasi, merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi
lainnya sesuai dengan situasi yang kongkrit.
4) Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran kebagian-bagian
yang menjadi unsur pokok.
5) Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok menjadi
struktur baru
6) Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud
atau tujuan tertentu
b. Ranah Afektif
1) Penerimaan, merupakan tingkat terendah. Tujuan ranah efektif berupa
perhatian terhadap stimulus secara pasif dan meningkat secara lebih aktif.
2) Jawaban atau reaksi, merupakan kesengajaan untuk menanggapi stimulus dan
merasa terikat serta secara aktif memperhatikan.
3) Penilaian, merupakan kemampuan menilai gejala atau kegiatan sehingga
dengan sengaja merespon lebih lanjut untuk mencari jalan agar dapat
mengambil bagian atas apa yang terjasi.
4) Organisasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai bagi
dirinya berdasarkan nilai-nilai yang diresponnya.
5) Internalisasi, merupakan kemampuan untuk mengonseptualisasi masing-
masing nilai waktu merespon jalan dengan mengidentifikasikan karakteristik
nilai atau membuat pertimbangan-pertimbangan.
c. Ranah psikomotorik
1) Gerakan reflek, merupakan ketrampilan pada gerakan dasar yang tidak sadar.
2) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3) Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.
4) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, kehormanisan, dan ketepatan.
5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan sederhana sampai pada
ketrampilan yang kompleks.
6) Kemampuan yang berkenan dengan komunikasi non-decursive, seperti
gerakan ekspresif dan anterpretatif.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
dari serangkaian usaha yang dilakukan siswa dalam rangka untuk memperoleh
perubahan tingkah laku secara keseluruhan (aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik) sebagai hasil dari aktivitas belajar dan interaksi siswa dengan
lingkungannya. Jadi, pengukuran terhadap prestasi belajar ini sangat penting bagi
siswa sebagai indikator kualitas keberhasilan dan berfungsi sebagai umpan balik
bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Pada penelitian ini, prestasi belajar
siswa diukur dari segi kognitif saja.
5. Pembelajaran Sosiologi
Istilah “pembelajaran” sama dengan “pengajaran”. Alvin W. H. dalam
Slametto (2003: 32) berpendapat bahwa “Pembelajaran adalah suatu aktivitas
untuk mendapatkan, mengubah, atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-
cita), appreciations (penghargaan), dan knowledge (pengetahuan)”. Dalam
pengertian ini guru harus berusaha membawa perubahan tingkah laku yang baik
bagi siswanya. Sementara itu, pembelajaran juga diartikan sebagai pengaturan dan
pengorganisasian lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat
mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan. Definisi ini
menunjukkan bahwa yang aktif adalah siswa yang mengalami proses belajar,
sedangkan guru hanya membimbing, menunjukkan jalan dalam memperhitungkan
kepribadian siswa (Slametto, 2003: 30).
Dalam berbagai kajian dikemukakan bahwa instruction atau
pembelajaran merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang dan disusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar
siswa. Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum
terdidik menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan
tentang sesuatu menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa
yang memiliki sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang belum mencerminkan
eksistensi dirinya sebagai pribadi baik atau positif, menjadi siswa yang memiliki
sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang baik (Aunurrahman, 2009: 34).
Menurut Darsono (2000:25), Ciri-ciri dari kegiatan pembelajaran dapat
dikemukakan sebagai berikut :
a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.
b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.
c. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik bagi siswa.
d. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.
e. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi siswa.
f. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik
maupun psikologis.
Dari berbagai definisi tentang pembelajaran di atas, maka disimpulkan
bahwa pembelajaran sosiologi dapat diartikan sebagai suatu aktivitas belajar (oleh
siswa) dan mengajar (oleh guru) tentang materi – materi sosiologi, yang dirancang
sedemikian rupa untuk membantu dan mendukung proses belajar siswa sehingga
dapat merubah siswa ke arah yang positif yaitu menjadi siswa yang terdidik,
memiliki sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang baik serta memiliki pengetahuan
tentang materi sosiologi yang dipelajarinya.
B. Kerangka Berfikir
Pada umumnya materi dalam mata pelajaran sosiologi cukup kompleks.
Didalamnya banyak terdapat materi konsep-konsep yang harus dimengerti oleh
siswa, misalnya pada materi perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat
multicultural. Penggunaan metode yang kurang tepat dalam pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
sosiologi akan mengakibatkan kurangnya pemahaman materi oleh siswa. Hal ini
akan berdampak pada prestasi belajar siswa yang cenderung rendah.
Dalam pembelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 Ngemplak khususnya
Kelas XI IPS 2, metode yang digunakan guru adalah metode ceramah. Pada
pelaksanaan pembelajarannya materi disampaikan guru dengan metode ceramah
kemudian guru menyuruh siswa untuk menghafalkan materi yang telah
disampaikan. Pembelajaran yang seperti ini hanya berpusat pada guru sementara
siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Hal ini menimbulkan kebosanan pada
siswa dan siswa kurang antusias dalam proses pembelajaran. Akibatnya pada
akhir pembelajaran, prestasi belajar siswa cenderung rendah. Buktinya hanya
55,88% siswa yang prestasinya mencapai KKM (72). Untuk itu perlu adanya
tindakan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran guna menghasilkan
kualitas hasil pembelajaran yang memuaskan. Salah satunya yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match.
Model pembelajaran kooperatif tipe make a match merupakan salah satu
teknik dalam model pembelajaran kooperatif yang membentuk kelompok
berpasangan yang dalam pelaksanaanya menggunakan media kartu soal dan kartu
jawaban. Salah satu keunggulan teknik make a match adalah siswa belajar tentang
suatu konsep dalam suasana yang menyenangkan. Dengan pembelajaran
menerapkan teknik make a match ini dapat tercipta interaksi baik antar siswa
dengan siswa maupun siswa dengan guru.
Selain itu penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match
dapat memupuk kerjasama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan
mencocokkan kartu yang ada ditangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik
dan tampak sebagian besar siswa lebih antusias mencari pasangan kartunya
masing-masing. Dengan menerapkan pembelajaran teknik make a match
diharapkan kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan materi yang disampaikan
oleh guru akan lebih mudah diingat oleh siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat dimungkinkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam penelitian ini akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi di Kelas XI
IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak.
Penjelasan di atas dapat divisualisasikan dalam bentuk bagan Gambar 2.1
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas Peningkatan
Hasil belajar siswa.
Kondisi Akhir
Guru ; pelaksanaan pembelajaranmasih tradisional yakni berpusatpada guru sedangkan siswa pasif.
Dalam pembelajaran gurumenggunakan modelpembelajaran kooperatif teknikmake a match.
Diduga melalui model pembelajarankooperatif teknik make a match.dapatmeningkatkan prestasi belajar siswa.
Siswa : hasil prestasi siswarendah
Siklus I : Dalam pembelajaransosiologi guru menggunakanmodel pembelajaran kooperatifteknik make a match.
Siklus II : Dalam pembelajaransosiologi guru menggunakanmodel pembelajaran kooperatifteknik make a match yangdisempurnakan.
Tindakan
Kondisi Awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Ngemplak. SMA Negeri 1
Ngemplak ini terletak di Desa Donohudan Kecamatan Ngemplak Kabupaten
Boyolali. SMA Negeri 1 Ngemplak ini jauh dari pusat kota akan tetapi lebih dekat
dengan Kota Surakarta dengan kata lain SMA ini berada di perbatasan daerah.
Dipihnya SMA Negeri 1 Ngemplak sebagai tempat penelitian dengan alasan
sebagai berikut:
a. Sarana dan prasarana di sekolah ini bisa dikatakan sudah cukup memadai
dalam menunjang proses pembelajaran, walaupun sarana dan prasarana cukup
memadai akan tetapi masih terdapat masalah-masalah dalam proses
pembelajarannya.
b. Guru sosiologi di SMA Negeri 1 Ngemplak sangat terbuka untuk
memperbaiki pembelajaran sehingga dapat bekerja sama dalam penelitian
untuk membentuk profesionalisme guru.
c. Banyak tenaga pendidik di SMA Negeri 1 Ngemplak yang masih
memerlukan peningkatan ketrampilan dalam hal penerapan metode atau model
pembelajaran yang lebih inovatif guna memperbaiki kegiatan pembelajaran di
kelas sehingga dapat pula ikut memberikan warna dalam pelaksanaan
pembelajaran sehingga tidak membosankan untuk siswa.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanakan pada semester genap tahun Pelajaran
2011/2012 selama 6 bulan, yaitu dari bulan Februari 2012 sampai bulan Juli 2012.
Adapun jadwal selengkapnya pada tabel 3.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 3.1. Alokasi Waktu Penelitian
Kegiatan penelitianBulan
Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1. Persiapan penelitian
a. Koordinasi peneliti dengankepala sekolah dan guru yangbersangkutan
b. Diskusi dengan guru untukmengidentifikasi masalahpembelajaran dan merancangtindakan
c. Menyusun proposal penelitian
d. Menyiapkan perangkatpembelajaran dan instrumentpenelitian
e. Mengadakan simulasipelaksanaan tindakan
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Siklus 1 Perencanaan Pelaksanaan tindakan Observasi Refleksi
b. Siklus II Perencanaan Pelaksanaan tindakan Observasi Refleksi
3. Analisis Data dan Pelaporan
a. Analisis data (hasil tindakan 2siklus)
b. Menyusun laporan/skripsi
c. Ujian dan revisi
d. Penggandaan danpengumpulan laporan
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini sendiri adalah siswa. Penelitian ini difokuskan pada
Kelas XI IPS 2, pada kelas tersebut ditemukan adanya permasalahan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar khususnya dalam mata pelajaran
sosiologi, yaitu dengan 34 siswa, yang terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 29 siswa
perempuan pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012, Sehingga sangat
potensial sekali dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang inovatif guna
meningkatkan keaktifan siswa untuk mencapai hasil belajar sosiologi yang
memuaskan dan dapat pula memperbaiki proses pembelajaran yang telah
berlangsung.
C. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam PTK berupa segala gejala atau peristiwa
yang mengandung informasi yang berkaitan dengan kriteria keberhasilan yang
telah diterapkan dalam pembelajaran. Data penelitian dikumpulkan dari berbagai
sumber-sumber yang telah ditentukan. Data dan sumber data dalam penelitian ini
dijabarkan sebagai berikut:
1. Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data informasi
tentang keadaan siswa dilihat dari aspek kualitatif dan kuantitatif. Aspek kualitatif
berupa data hasil observasi, wawancara, kajian dokumen atau arsip. Aspek
kuantitatif yang dimaksud adalah hasil penilaian belajar siswa dari materi pokok
perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural berupa nilai yang
diperoleh siswa dari penilaian kemampuan berupa aspek kognitif melalui ulangan
harian pratindakan, tes evaluasi siklus I, tes evaluasi siklus II.
2. Sumber Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari beberapa sumber yang
meliputi:
a. Informan
Informan merupakan orang yang dapat memberikan informasi yang lebih
lengkap dan rinci yang berkaitan dengan penelitian, sehingga dapat diperoleh
data yang obyektif. Informan disini adalah guru mata pelajaran sosiologi Kelas
XI Tahun Pelajaran 2011/2012 yaitu Ibu Saptatiarti dan beberapa siswa .
b. Dokumen dan arsip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Dokumen dan arsip ini merupakan sumber data yang penting dalam
penelitian yang akan dilaksanakan, dokumen maupun arsip ini dapat membantu
peneliti dalam mengumpulkan data penelitian yang berkaitan dengan
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan penelitian tindakan kelas
ini, yaitu : silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran serta arsip nilai siswa.
D. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
a. Wawancara
Salah satu cara untuk mengumpulkan data ialah dengan jalan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada subyek penelitian. Wawancara ini dilakukan
kepada guru mata pelajaran sosiologi kelas XI SMA Negeri 1 Ngemplak yaitu
Ibu Saptatiarti dan beberapa siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak
pada saat penelitian telah selesai mengenai penerapan model pembelajaran
kooperatif teknik make a match dalam proses pembelajaran di Kelas XI IPS 2
SMA Negeri 1 Ngemplak.
b. Observasi
Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam
penelitian dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Observasi
sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan kondisi
interaksi belajar mengajar, tingkah laku, dan interaksi kelompok.
Peran peneliti dalam kegiatan ini adalah melaksanakan pembelajaran
dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan berkolaborasi bersama
guru kelas yang berperan sebagai pengamat jalannya pembelajaran dikelas.
Dalam hal ini pengamat mengambil tempat duduk belakang, mengamati
jalannya proses pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi
selama proses pembelajaran berlangsung serta membantu dalam
mengkondisikan kelas. Observasi siswa difokuskan pada hasil belajar
sosiologi dan interaksi siswa dalam pembelajran dengan teknik make a
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
match. Sedangkan observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru
dalam menerapkan model pempelajaran kooperatif teknik make a match.
Hasil observasi didiskusikan bersama guru kelas untuk kemudian di
analisis bersama untuk mengetahui berbagai kelemahan ataupun kelebihan
dalam penerapan model pempelajaran kooperatif teknik make a match yang
telah dilakukan untuk kemudian diupayakan solusinya untuk pembelajaran
pada siklus II.
c. Tes
Tes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam penelitian. Tes
adalah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada siswa dengan maksud
untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka.
Tes diberikan pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun
Pelajaran 2011/2012 guna mengukur kemampuan materi perkembangan
kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.
Tes ini diberikan setiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan mutu
hasil belajar siswa. Dengan perkataan lain tes disusun dan dilakukan untuk
mengetahui tingkat kemampuan kognitif siswa sesuai dengan siklus yang ada.
d. Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah, data
identitas siswa, silabus sosiologi kelas XI, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,
daftar nilai siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak sebelum dan
sesudah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik
make a match.
E. Uji Validitas Data
Menurut Priyono dalam Basrowi (2008:123), trianggulasi merupakan
proses memastikan sesuatu dari berbagai sudut pandang. Dalam penelitian,
trianggulasi juga bisa berarti suatu cara untuk mendapatkan keakuratan data
dengan menggunakan berbagai cara, prosedur, dan metode, agar data yang
diperoleh dapat dipercaya kebenarannya. Menurut Moleong dalam Basrowi
(2008:123), terdapat tiga macam trianggulasi, yaitu pemeriksaan yang
menggunakan sumber data, metode dan teori. Trianggulasi sumber data digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dengan mengecek beberapa sumber data, misalnya dari beberapa orang guru,
metode ini digunakan dengan membandingkan data yang diperoleh melalui
observasi, wawancara maupun dokumen, sedangkan teori digunakan dengan
melakukan kaji ulang setelah tindakan selesai dilaksanakan, mengenai apakah
teori yang dipakai sebagi landasan masih sesuai atau tidak.
Dalam penelitian ini, untuk menjamin keabsahan data dan
mengembangkan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan
trianggulasi metode. Trianggulasi metode yaitu dengan mengumpulkan data
sejenis yang menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Dalam
penelitian ini, ditekankan pada penggunaan teknik pengumpulan data observasi
dan wawancara yang berbeda yang mengarahkan pada sumber data yang sama
untuk menguji kemantapan informasi tersebut.
F. Analisis Data
Data-data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara
deskriptif kualitatif. Teknik analisis kualitatif mengacu pada model analisis Miles
dan Huberman dalam Sutopo (2004:96) yang dilakukan dalam empat komponen
yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan
dan verifikasi.
Reduksi data meliputi penyeleksian data melalui ringkasan atau uraian
singkat dan penggolongan data ke dalam pola yang lebih luas. Penyajian data
dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan penyusunan
informasi secara sistematik dari hasil reduksi data dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada masing-masing siklus.
Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data, mencatat
keteraturan dan penggolongan data. Data terkumpul disajikan secara sistematik
dan perlu diberi makna. Selanjutnya untuk mempermudah verifikasi dan analisis
data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang ada, diidentifikasi
secara khusus pada tiap-tiap siklus pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan dengan
skema pada bagan gambar 3.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Gambar 3.1 Bagan Siklus Analisis Interaktif Milles Huberman.
G. Indikator Kinerja Penelitian
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Indikator kinerja
dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan materi perkembangan
kelompok sosial dalam masyarakat multikultural melalui model pembelajaran
kooperatif teknik make a match. Indikator kinerja dalam penelitian ini berasal dari
silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sosiologi kelas XI IPS dan Kriteria
Ketuntasan Minimal 72. Yaitu siklus 1 dinyatakan berhasil jika 75%, dihitung dari
jumlah siswa yang mendapatkan nilai 72 keatas, untuk siswa yang mendapatkan
nilai 72 dianggap telah mencapai ketuntasan belajar. Dan siklus II dinyatakan
berhasil jika >75% dari jumlah siswa mendapatkan nilai diatas 72.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam
penelitian dari awal sampai akhir secara urut. Prosedur penelitian tindakan kelas
ini terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus meliputi perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan dilakukan dengan
mengadakan pembelajaran dalam satu siklus ada tiga kali tatap muka yang
masing-masing 6x45 menit, sesuai dengan rencana pembelajaran. Tiap siklus
Pengumpulan Data(Data Collection)
Reduksi Data(Data Reduction)
Penyajian Data(Data Display)
Kesimpulan-KesimpulanPenarikan / Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain.
Untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan rendahnya hasil belajar pada
siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak Kabupaten Boyolali, diadakan
observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Berdasarkan
temuan di kelas, maka peneliti berusaha meningkatkan hasil belajar siswa kelas
XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak Kabupaten Boyolali, dengan penanaman
konsep melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam
pembelajaran.
Adapun prosedur penelitian tindakan kelas untuk lebih jelasnya dapat di
visualisasikan dalam gambar 3.2
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas.
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa prosedur penelitian
tindakan kelas ini secara rinci diuraikan sebagai berikut:
1. Siklus Pertama (Siklus I)
a. Perencanaan
1) Guru menyiapkan rencana pembelajaran dengan materi perkembangan
kelompok sosial dalam masyarakat multikultural
2) Menyiapkan materi mengenai perkembangan kelompok sosial dalam
masyarakat multikultural
Perencanaan
SIKLUS I
Observasi
Refleksi Tindakan
Perencanaan
SIKLUS II
Observasi
Refleksi Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
3) Menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model
peembelajaran kooperatif teknik make a match
4) Menyiapkan media pasangan kartu soal dan kartu jawaban
5) Menyiapkan soal evaluasi
6) Menyiapkan lembar penilaian observasi
b. Tindakan
Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP mata
pelajaran sosiologi dengan KD masyarakat multikultural yang di tulis dalam
model pempelajaran kooperatif teknik make a match. Dalam hal ini, pelakasanaan
pembelajaran dilakukan dalam tiga kali pertemuan setiap siklusnya.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku dan sikap
siswa ketika mengikuti pembelajaran sosiologi dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif teknik make a match. Observasi juga dilakukan terhadap
guru yang menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match pada
pembelajaran sosiologi.
Tahap ini dilakukan pada proses pembelajaran atau pada tahap
pelaksanaan tindakan. Observasi diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan
dalam indikator.
1) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai adalah :.
a) Pelaksanakan kegiatan pembelajaran.
b) Pengelolaan interaksi kelas.
c) Sikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positif
siswa terhadap pembelajaran.
d) Pelaksanaan tes evaluasi evaluasi hasil belajar.
2) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai adalah:
a) Perhatian siswa saat proses pembelajaran.
b) Kerjasama siswa saat proses pembelajaran.
c) Keaktifan siswa saat proses pembelajaran.
d) Tanggung jawab siswa saat mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban.
e) Kemampuan siswa dalam mengerjakan tes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
d. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah mengadakan pengamatan. Jika dalam
pembelajaran pada siklus I pertama tentang perkembangan kelompok sosial
didapatkan suatu kendala yaitu adanya nilai siswa yang belum mencapai hasil
yang diharapkan atau tindakan belum tercapai secara optimal, maka perlu adanya
perbaikan pada siklus II.
2. Siklus Kedua (Siklus II)
a. Perencanaan
1) Guru mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan masalah
pada refleksi siklus I
2) Guru menyiapkan rencana pembelajaran dengan materi perkembangan
kelompok sosial dalam masyarakat multikultural
3) Menyiapkan media pasangan kartu soal dan kertu jawaban
4) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran
5) Menyiapkan lembar penilaian observasi
b. Tindakan
Menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match
dalam pembelajaran perkembangan kelompok sosial dalam maasyarakat
multikultural dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat pada
perencanaan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati tingkah laku dan
sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran sosiologi dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Observasi juga dilakukan
terhadap guru yang menerapkan pembelajaran kooperatif teknik make a match
pada pembelajaran sosiologi.
1) Sama halnya pada siklus I untuk siklus II tahap observasi ini dilakukan pada
proses pembelajaran atau pada tahap pelaksanaan tindakan. Observasi
diarahkan pada poin-poin yang telah ditetapkan dalam indikator.
2) Indikator keberhasilan guru yang ingin dicapai adalah:
a) Pelaksanakan kegiatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
b) Pengelolaan interaksi kelas.
c) Sikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positif
siswa terhadap pembelajaran.
d) Pelaksanaan evaluasi proses dan hasil belajar.
3) Indikator-indikator keberhasilan siswa yang ingin dicapai adalah:
a) Perhatian siswa saat proses pembelajaran.
b) Kerjasama siswa saat proses pembelajaran.
c) Keaktifan siswa saat proses pembelajaran.
d) Tanggung jawab siswa saat mencari pasangan kartu soal dan kartu
jawaban.
e) Kemampuan siswa dalam mengerjakan tes.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah melakukan tindakan. Hasil refleksi akan
menentukan perlu ada tidaknya melaksanakan siklus berikutnya. Apabila dalam
siklus kedua peneliti belum berhasil maka peneliti melaksanakan siklus ketiga dan
seterusnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Peneliti melakukan observasi awal atau identifikasi masalah sebelum
malaksanakan proses penelitian untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya di
lapangan. Observasi awal dilakukan pada hari Senin, 5 Maret 2012 dan Jumat, 9
Maret 2012 di SMA Negeri 1 Ngemplak. Hasil dari identifikasi masalah tersebut
sebagai berikut :
1. Ditinjau dari segi siswa
Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat, yaitu model
pembelajaran konvensional dengan metode ceramah yang berpusat pada guru
menyebabkan siswa kurang antusias dalam proses pembelajaran sosiologi di
Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak. Siswa hanya diminta mendengarkan
penjelasan guru, mencatat materi yang sedang dijelaskan oleh guru dan
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Keadaan proses
pembelajaran yang demikian menjadikan siswa cenderung mengabaikan dan
tidak memperhatikan penjelasan dari guru. Siswa terlihat ramai sendiri dengan
berbicara dengan teman sebelahnya dan mengerjakan tugas yang tidak ada
kaitannya dengan mata pelajaran sosiologi. Pembelajaran tersebut juga
menjadikan siswa kurang aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa
cenderung diam saat diberi pertanyaan oleh guru dan tidak menggunakan
kesempatan yang ada untuk bertanya pada guru jika ada materi yang belum
dipahami.
Hal tersebut berdampak pada kurangnya pemahaman siswa akan
materi-materi yang ada dalam mata pelajaran sosiologi, sehingga siswa
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh
guru. Keadaan seperti itu dapat diatasi apabila siswa dilibatkan secara langsung
dalam proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan
menumbuhkan antusias dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar kognitif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2. Ditinjau dari segi guru
1) Guru kurang inovatif dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat
serta menarik untuk meningkatkan pemahaman siswa dan hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran sosiologi.
Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru adalah model
konvensional dengan metode ceramah yang berpusat pada guru. Model
pembelajaran yang demikian menyebabkan siswa kurang antusias dan
kurang aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa kurang memahami
materi-materi yang telah dijelaskan akibatnya hasil belajar kognitif siswa
kurang memuaskan. Untuk meningkatkan pemahaman siswa, guru
mencoba meminta siswa menghafalkan materi-materi yang telah
dijelaskan. Akan tetapi, ternyata cara ini belum mampu menumbuhkan
antusias siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga belum mampu
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pada mata pelajaran
sosiologi.
2) Hasil belajar yang tercermin dari prestasi belajar siswa belum
menunjukkan hasil yang maksimal.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di kelas XI
IPS 2 mengenai hasil prestasi belajar kognitif siswa, menunjukkan bahwa
prestasi belajar kognitif siswa kurang memuaskan. Kurang maksimalnya
hasil belajar siswa ditunjukkan oleh fakta dari nilai ulangan harian pada
materi masyarakat multikultural. Dari hasil penilaian yang diperoleh
peneliti dari guru menunjukan bahwa masih terdapat 15 siswa dari 34
siswa Kelas XI IPS 2 belum memenuhi standar nilai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) atau 44,12% siswa yang nilainya belum memenuhi
standar nilai KKM. mata pelajaran sosiologi yaitu 72,00. Dengan demikian
prestasi belajar kognitif siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak
Kabupaten Boyolali perlu ditingkatkan. Hasil perolehan nilai siswa pada
ulangan harian sebelum tindakan dapat dilihat pada lampiran 15 halaman
104 dan disajikan pada tabel 4.1 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 4.1 Hasil Nilai Ulangan Harian Sebelum Tindakan
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Dari tabel di atas di atas dapat dilihat bahwa terdapat 19 siswa dinyatakan
tuntas (memenuhi standart KKM) dan 15 siswa tidak tuntas (tidak memenuhi
standar KKM). Dapat dilihat juga bahwa kebanyakan siswa memperoleh nilai
pada rentang nilai 72-75 yaitu sebanyak 12 siswa. Sedangkan hanya 2 siswa yang
memperoleh nilai pada rentang nilai 80-83. Dari tabel 4.1 lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 4.1
Gambar 4.1 Grafik Nilai Ulangan Harian Awal Sebelum Tindakan.
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
No Interval Nilai Frekuensi
1 60-63 4
2 64-67 4
3 68-71 7
4 72-75 12
5 76-79 5
6 80-83 2
4 4
7
12
5
2
0
2
4
6
8
10
12
14
60-63 64-67 68-71 72-75 76-79 80-83
Presentase (%)
Nilai
Nilai Ulangan Harian
Frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Berdasarkan lampiran 15 halaman 154 dapat disajikan hasil ulangan harian
pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Tes Ulangan Harian
Keterangan NilaiNilai Terendah 60Nilai Tertinggi 81Nilai Rata-rata 71,50Siswa Belajar Tuntas 19Prosentase Ketuntasan 55,88%
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa sebelum
pelaksanaan tindakan, siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak yang terdiri
dari 34 siswa hanya 19 siswa yang mencapai batas kriteria ketuntasan minimal
yaitu 72 dengan prosentase siswa tuntas sebesar 55,88%. Sedangkan 15 siswa
belum mencapai batas nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu 72 dengan
prosentase siswa tidak tuntas sebesar 44,12% dengan nilai tertinggi 81, nilai
terendah 60 dan nilai rata-rata 71,50. Berdasarkan tabel 4.2 lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 4.2
Gambar 4.2 Grafik Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Berdasarkan permasalahan ini, maka peneliti menerapkan model
pembelajaran kooperatif, yaitu suatu model dalam pembelajaran yang secara sadar
mengembangkan kerja sama dan interaksi baik antar siswa mupun siswa dengan
60
81
0102030405060708090
NilaiTerendah
NilaiTertinggi
48
Berdasarkan lampiran 15 halaman 154 dapat disajikan hasil ulangan harian
pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Tes Ulangan Harian
Keterangan NilaiNilai Terendah 60Nilai Tertinggi 81Nilai Rata-rata 71,50Siswa Belajar Tuntas 19Prosentase Ketuntasan 55,88%
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa sebelum
pelaksanaan tindakan, siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak yang terdiri
dari 34 siswa hanya 19 siswa yang mencapai batas kriteria ketuntasan minimal
yaitu 72 dengan prosentase siswa tuntas sebesar 55,88%. Sedangkan 15 siswa
belum mencapai batas nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu 72 dengan
prosentase siswa tidak tuntas sebesar 44,12% dengan nilai tertinggi 81, nilai
terendah 60 dan nilai rata-rata 71,50. Berdasarkan tabel 4.2 lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 4.2
Gambar 4.2 Grafik Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Berdasarkan permasalahan ini, maka peneliti menerapkan model
pembelajaran kooperatif, yaitu suatu model dalam pembelajaran yang secara sadar
mengembangkan kerja sama dan interaksi baik antar siswa mupun siswa dengan
8171.5
19
55.88%
NilaiTertinggi
Nilai Rata-rata
SiswaBelajarTuntas
ProsentaseKetuntasan
Nilai ulangan harian
Tes Awal
48
Berdasarkan lampiran 15 halaman 154 dapat disajikan hasil ulangan harian
pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Tes Ulangan Harian
Keterangan NilaiNilai Terendah 60Nilai Tertinggi 81Nilai Rata-rata 71,50Siswa Belajar Tuntas 19Prosentase Ketuntasan 55,88%
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa sebelum
pelaksanaan tindakan, siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak yang terdiri
dari 34 siswa hanya 19 siswa yang mencapai batas kriteria ketuntasan minimal
yaitu 72 dengan prosentase siswa tuntas sebesar 55,88%. Sedangkan 15 siswa
belum mencapai batas nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu 72 dengan
prosentase siswa tidak tuntas sebesar 44,12% dengan nilai tertinggi 81, nilai
terendah 60 dan nilai rata-rata 71,50. Berdasarkan tabel 4.2 lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 4.2
Gambar 4.2 Grafik Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Berdasarkan permasalahan ini, maka peneliti menerapkan model
pembelajaran kooperatif, yaitu suatu model dalam pembelajaran yang secara sadar
mengembangkan kerja sama dan interaksi baik antar siswa mupun siswa dengan
Tes Awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
guru dalam bentuk kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan dari
pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif berfungsi membuat suasana
pembelajaran lebih rileks dan menyenangkan. Hal ini dikarenakan guru bukanlah
pemegang peran utama dalam kegiatan pembelajaran, namun siswa yang bergerak
melaksanakan kegiatan belajar mereka sendiri. Dan dapat menjalin hubungan
yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. Guru sebagai fasilitator
bukan diktator, sehingga komunikasi antara siswa dan guru akan lebih fleksibel.
Pada penelitian ini, peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif
teknik make a match. Make a match merupakan salah satu teknik dalam model
kooperatif yang membentuk kelompok berpasangan yang dalam pelaksanaannya
menggunakan media kartu soal dan kartu jawaban. Salah satu keunggulan teknik
ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau
topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini memberi kesempatan siswa
bekerja sama dengan orang lain dan bisa digunakan dalam semua mata pelajaran
dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Aktivitas belajar dalam kelompok
kecil dalam model pembelajaran memungkinkan siswa dapat belajar dengan rileks
disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama antar siswa.
Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam
penelitian ini dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi mata pelajaran sosiologi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dengan pembelajaran yang lebih menyenangkan dan siswa terlibat langsung
dalam pembelajaran. Sebelum penerapan teknik make a match ini siswa diberi
penjelasan akan materi yang akan dipelajari. Pembelajaran kooperatif teknik make
a match ini membuat siswa menjadi lebih semangat dalam mengikuti proses
belajar mengajar. Dengan keterlibatan siswa secara aktif dan langsung dapat
membantu siswa dalam pemahaman materi yang diberikan dapat meningkatkan
hasil belajar kognitif siswa.
Penilaian terhadap siswa pada pembelajaran kooperatif teknik make a
match ini hanya mencakup ranah kognitif saja untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif teknik make match ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
B. Diskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus 1
dan siklus II dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a
match. Pada setiap siklusnya peningkatan hasil belajar siswa ranah kognitif di
ukur melalui tes evaluasi dan pengamatan secara langsung selama proses belajar.
1. Siklus 1
Tindakan siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan (6 × 45 menit)
yaitu pada tanggal 30 Maret 2012, 02 April dan 09 April 2012. Adapun tahapan-
tahapan yang di lakukan pada siklus I adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tindakan ini dilaksanakan pada hari Senin, 05 Maret
2012 dan Jumat, 09 Maret 2012 di SMA Negeri 1 Ngemplak. Peneliti bersama
guru mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan dalam penelitian
tindakan ini. Peneliti dan guru akhirnya sepakat bahwa dalam pelaksanaan
tindakan ini akan dilakukan 3 kali pertemuan (6x45 menit) yang dimulai pada hari
Jumat, 30 Maret 2012 sampai Senin, 09 April 2012. Untuk lebih jelasnya tahap
perencanaan tindakan1 di jelaskan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Jadwal Penelitian Siklus 1
Pertemuan ke
Hari Tanggal Waktu Kegiatan
1 Jumat 30-03-2012 90’ Pemberian konsep materiyang akan diajarkan danmemberi penjelasanmengenai pembelajarankooperatif teknik make amatch.
2 Senin 02-04-2012 90’ mengulas sedikit materi danpelaksanaan pembelajarandengan teknik make amatch.
3 Senin 09-04-2012 90’ tes evaluasi pembelajarandengan teknik make a matchpada siklus I.
Perencanaan tindakan pertama ini peneliti bersama guru berdikusi
mengenai skenario pembelajaran sosiologi pada kompetensi dasar menjelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
perkembangan kelompok sosial dalam masayarakat multikultural dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Rencana
pelaksanaan pembelajaran telah disesuaikan antara RPP guru dengan RPP
masukan dari peneliti. Skenario pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif teknik make a match sebagai berikut:
1) Pertemuan I (2x45 menit)
a) Menyajikan konsep-konsep materi pelajaran yang akan dipelajari, meliputi
pokok-pokok bahasan perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat
multikultural.
b) Menjelaskan kepada siswa pokok bahasan materi yang akan diajarkan
pada pertemuan ini.
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang
belum jelas. Guru mengkondisikan siswa untuk bertanya-jawab di kelas.
d) Memberikan penjelasan kepada siswa mengenai penelitian yang akan
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa diberitahu bahwa dalam
kegiatan pembelajaran selanjutnya akan dilaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda
dari biasanya.
e) Memberitahu siswa bahwa pada pertemuan yang selanjutnya proses
pembelajaran dengan menerapkan teknik make a match.
f) Memberikan penjelasan kepada siswa mengenai pembelajaran kooperatif
teknik make a match. Siswa diberitahu terlebih dahulu mengenai model
pembelajaran yang akan digunakan dengan harapan siswa akan memahami
jalannya kegiatan pembelajaran ketika model tersebut dipraktikkan.
g) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya baik mengenai
model pembelajaran yang akan dilaksanakan maupun mengenai pokok-
pokok bahasan yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
2) Pertemuan 2 (2x45 menit)
a) Mengulas sedikit materi sebelumnya mengenai perkembangan kelompok
sosial dalam masyarakat multikultural. Guru menanyai siswa mengenai
materi pelajaran sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
b) Penerapan teknik make a match yaitu mencari pasangan antara kartu soal
dan kartu jawaban. Masing-masing siswa diberi kartu, dimana setengah
jenis kartu soal dan setengah siswa dengan kartu jawaban.
c) Beberapa siswa presentasi hasil pencarian atau pencocokan antara kartu
soal dan kartu jawaban.
d) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi
yang belum jelas.
e) Mengumumkan kepada siswa bahwa pertemuan yang akan datang akan
diadakan tes evaluasi dari siklus I
f) Siswa diharapkan menyiapkan diri dan belajar mengenai materi yang telah
di ajarkan.
3) Pertemuan 3 (2x45 menit)
a) Sedikit mengulas materi sebelumnya meliputi pokok-pokok bahasan
perkembangan kelompok social dalam masyarakat multikultural.
b) Pelaksanaan tes evaluasi dari siklus I dengan menggunakan tes tertulis
pilihan ganda dan essay.
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai soal yang
dirasa sulit untuk dikerjakan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan I dalam penelitian ini dilaksanakan selama 3 kali
pertemuan yang masing-masing pertemuan selama 2 jam pelajaran seperti yang
telah direncanakan yaitu hari 30 Maret 2012, 02 April 2012, dan 09 April 2012 di
ruang Kelas XI IPS 2. Pelaksanaan dilaksanakan selama 6x45 menit sesuai
dengan skenario pembelajaran dan RPP. Materi pada penelitian ini adalah
perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural. Pada saat
mengawali pelaksanaan tindakan ini siswa diberi pengarahan tentang langkah-
langkah model pembelajaran kooperatif teknik maka a match dengan tujuan agar
dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teknik make a match ini dapat berjalan
dengan lancar. Langkah-langkah tersebut meliputi: membagi kartu soal dan
jawaban pada siswa, siswa mencari pasangan yang cocok dengan kartu yang
dibawanya, siswa yang sudah menemukan pasangan kartunya dikondisikan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
duduk satu meja, dan beberapa siswa akan ditunjuk maju kedepan untuk
membacakan kartu soal dan kartu jawaban yang telah mereka temukan. Dengan
adanya pengarahan tersebut siswa akan memahami gambaran yang jelas mengenai
model pembelajaran kooperatif teknik make a match, sehingga siswa mampu
melaksanakan kegiatan belajar dengan baik setiap tahapnya.
Langkah-langkah pelaksanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan pertama (Jumat, 30 Maret 2012)
a) Guru mengawali pembelajaran dengan mengucap salam pembuka dan
mengecek kehadiran siswa dengan absensi siswa, semua siswa hadir.
b) Menciptakan suasana yang kondusif, menanyakan kesiapan siswa, dan
memberi motivasi kepada siswa dengan tanya jawab mengenai konsep
masyarakat multikultural. 4 siswa yang mencoba menjawab, yaitu
Rohmah, Fatonah, Diah, dan Maulana.
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan kali ini
d) Guru memberi penjelasan tentang materi perkembangan kelompok sosial
dalam masyarakat multikukultural untuk memperkaya pengetahuan siswa
e) Guru memberi penjelasan mengenai model pembelajaran kooperatif teknik
make a match yang akan di terapkan dalam penelitian ini
f) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya hal-hal yang belum jelas. Disini
ada siswa yang bertanya mengenai pembelajaran teknik make a match,
yaitu Fitria dan Rohmah. Mereka belum jelas mengenai teknik make a
match ini, dan guru mengulangi penjelasan mengenai langkah
pembelajaran dengan teknik make a match ini
g) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah diajarkan
h) Guru menutup pelajaran dengan mengucap salam penutup
2) Pertemuan kedua ( Senin, 02 April 2012)
a) Guru mengawali pembelajaran dengan mengucap salam dan mengecek
kehadiran siswa. Dua siswa tidak hadir dikarenakan sakit, yaitu Fakih Andi dan
Nurul Sholikhah, 1 siswa ijin mengikuti latihan paduan suara untuk mengikuti
perlombaan, yaitu Dewi Arum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
b) Guru memberi tanya jawab mengenai perkembangan kelompok sosial
dalam masyarakat multikultural. Guru menunjuk Ummi dan Khotimatul
untuk menjawab dan jawaban mereka cukup memuaskan.
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menanyakan kesiapan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran
d) Guru melanjutkan kegiatan belajar mengajar dengan membagikan kartu
soal kepada separuh siswa dan kartu jawaban kepada separuhnya lagi
secara acak untuk dicocokkan masing-masing siswa agar sesuai antara soal
dan jawaban sampai siswa menemukan pasangannya selama 8 menit.
Siswa yang sudah menemukan pasangannya dikondisikan untuk duduk
semeja. Setelah waktu selama 8 menit selesai, guru meminta beberapa
pasang siswa maju kedepan untuk membacakan kartu soal dan kartu
jawaban yang telah dicarinya apakah sudah cocok dan benar. Teknik ini
dilakukan sebanyak 5 sesi atau 5 kali pengocokan kartu.
Pada sesi pertama siswa yang diminta untuk membacakan hasilnya
adalah Niko, Joko, Suprihati, Devi. Dan ada beberapa siswa yang
terlambat menemukan pasangannya, yaitu Taufiq, Yeni, Tika, Rohmah,
Ria, dan inti. Sesi kedua dibacakan oleh Ikke, Isnaini, Khotimatul, dan
Rasyidah dan siswa yang tidak menemukan pasangannya adalah Devi,
Joko, dan Diana. Ketiga Annafiyatul. Anik, Asri, dan Diana membacakan
hasil pencariannya, sedangkan Diah, Tika belum berhasil menemukan
jawabannya. Sesi keempat Diah dan Tika yang maju kedepan untuk
membacakan hasilnya dan pada sesi ini Khotimatul dan Niko tidak dapat
menemukan pasangannya. Dan sesi terakhir siswa yang maju kedepan
adalah Taufiq, Joko, Rohmah, dan Yeni. Dan pada sesi ini semua siswa
dapat menemukan pasangannya masing-masing. Dengan penerapan teknik
make a match ini dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan
lebih menyenangkan
e) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya materi yang
belum jelas. Satu siswa yang bertanya mengenai perbedaan asimilasi dan
akulturasi yaitu Ummi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
f) Guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah diberikan
g) Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucap salam.
3) Pertemuan ketiga (Senin, 09, April 2012)
a) Membuka pembelajaran dengan mengucap salam dan mengecek kehadiran
satu persatu, semua siswa hadir.
b) Guru menanyakan kesiapan siswa dan memberi kesempatan kepada siswa
mempersiapkan diri untuk menjawab soal-soal dalam tes evaluasi siklus I
c) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang
belum jelas.
d) Guru dan peneliti membagikan soal evaluasi untuk materi perkembangan
kelompok sosial dalam masyarakat multicultural serta meminta siswa
untuk mengerjakan secara mandiri
e) Siswa mengerjakan soal evaluasi dan guru bersama peneliti mengawasi
jalannya tes dengan baik agar hasil tes benar-benar dari kemampuan
mereka. Pada saat tes berlangsung ada beberapa siswa yang mencoba
bertanya pada teman sebelahnya, yaitu Faqih, Devi, Maulana, Joko dan
guru langsung menegurnya untuk mengerjakan sendiri dan siswa tampak
tenang kembali.
f) Kegiatan tes evaluasi berjalan cukup tertip dan pekerjaan tes evaluasi
dikumpulkan saat itu juga
g) Guru sedikit membahas soal tes supaya diketahui letak permasalahan-
permasalahan yang dialami siswa sehingga dapat diperbaiki pada siklus
selanjutnya.
h) Guru mengakhiri pertemuan pada siklus I dengan salam penutup.
Setelah tes evaluasi selesai maka kegiatan belajar mengajar pada siklus I
ini berakhir yang kemudian akan dilanjutkan pada siklus ke II.
c. Observasi
Peneliti melakukan observasi ini dengan mengacu pada lembar observasi
yang telah disusun. Observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi
akan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran sosiologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Selama observasi
berlangsung guru memantau penerapan model pembelajaran kooperatif teknik
make a match serta membantu siswa yang kurang paham terhadap materi yang
diberikan. Guru menjelaskan materi mengenai terbentuknya kelompok sosial,
perkembangan kelompok sosial dalam mayarakat multikultural dan hubungan
antar kelompok sosial. Pada saat pelaksanaan tindakan peneliti juga berperan
dalam mengawasi jalannya pelaksanaan pembelajaran melalui teknik make a
match ini.
Pada pertemuan pertama, siswa terlihat masih kurang antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan
pratindakan, siswa sudah mulai terlihat lebih antusias. Hal ini ditunjukkan dengan
sikap siswa yang lebih memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh
guru secara ceramah interaktif. Setelah materi selesai, guru menjelaskan bahwa
pertemuan yang selanjutnya pembelajaran akan berbeda, yaitu menggunakan
model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Mendengar hal tersebut,
siswa tampak lebih antusias. Pada pertemuan kedua saat pelaksanaan
pambelajaran dengan teknik make a match terlihat siswa sudah bekerja sama
dengan cukup baik meskipun ada beberapa siswa yang kurang tanggung jawab
dengan tugasnya. Suasana pembelajaran terlihat lebih aktif dan lebih
menyenangkan dengan adanya interaksi antar siswa dan guru. Dalam
pembelajaran ini siswa kurang terkondisikan. Tampak sebagian siswa
kebingungan dalam mencari kartu yang cocok dengan kartu yang dibawanya.
Pada pertemuan ketiga saat dilaksanakannya tes evaluasi pada siklus I berjalan
dengan baik walaupun ada beberapa siswa yang tidak sportif dengan bertanya
pada teman sebelahnya. Siswa mengerjakan soal tes evaluasi dengan tertib.
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh baik melalui observasi maupun nilai tes siswa
dikumpulkan untuk dianalisis. Hasil tindakan yang dilakukan dapat dilihat bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match mampu
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 4.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 4.4 Hasil Siklus I
No Interval Nilai Frekuensi
1 60-63 1
2 64-67 3
3 68-71 7
4 72-75 10
5 76-79 9
6 80-83 4
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa pada siklus I terdapat 23
siswa yang telah mencapai batas nilai minimum yaitu 72 dan 11 siswa dari semua
jumlah siswa belum mencapai nilai minimal. Jumlah siswa yang memiliki nilai
mencapai KKM ini meningkat jika dibandingkan dengan pada saat pratindakan.
Dapat dilihat juga bahwa kebanyakan siswa memperoleh nilai pada rentang nilai
72-75 yaitu sebanyak 10 siswa. Sedangkan hanya 1 siswa yang memperoleh nilai
pada rentang nilai 60-63. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Grafik hasil perolehan nilai siswa pada siklus I
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
1
0
2
4
6
8
10
12
60-63 64-67
Frekuensi
57
Tabel 4.4 Hasil Siklus I
No Interval Nilai Frekuensi
1 60-63 1
2 64-67 3
3 68-71 7
4 72-75 10
5 76-79 9
6 80-83 4
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa pada siklus I terdapat 23
siswa yang telah mencapai batas nilai minimum yaitu 72 dan 11 siswa dari semua
jumlah siswa belum mencapai nilai minimal. Jumlah siswa yang memiliki nilai
mencapai KKM ini meningkat jika dibandingkan dengan pada saat pratindakan.
Dapat dilihat juga bahwa kebanyakan siswa memperoleh nilai pada rentang nilai
72-75 yaitu sebanyak 10 siswa. Sedangkan hanya 1 siswa yang memperoleh nilai
pada rentang nilai 60-63. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Grafik hasil perolehan nilai siswa pada siklus I
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
3
7
109
4
64-67 68-71 72-75 76-79 80-83
Rentang Nilai
Nilai siklus I
Frekuensi
57
Tabel 4.4 Hasil Siklus I
No Interval Nilai Frekuensi
1 60-63 1
2 64-67 3
3 68-71 7
4 72-75 10
5 76-79 9
6 80-83 4
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa pada siklus I terdapat 23
siswa yang telah mencapai batas nilai minimum yaitu 72 dan 11 siswa dari semua
jumlah siswa belum mencapai nilai minimal. Jumlah siswa yang memiliki nilai
mencapai KKM ini meningkat jika dibandingkan dengan pada saat pratindakan.
Dapat dilihat juga bahwa kebanyakan siswa memperoleh nilai pada rentang nilai
72-75 yaitu sebanyak 10 siswa. Sedangkan hanya 1 siswa yang memperoleh nilai
pada rentang nilai 60-63. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Grafik hasil perolehan nilai siswa pada siklus I
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Berdasarkan lampiran 15 halaman 154 dapat disajikan hasil tes awal pada
tabel 4.5
Tabel 4.5. Hasil Tes Siklus I
Keterangan Tes Siklus INilai Terendah 61Nilai Tertinggi 81Nilai Rata-rata 73,35Siswa Belajar Tuntas 23Prosentase Ketuntasan 67,65%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
Peningkatan hasil belajar kognitif siswa ini dapat dilihat dari hasil tes
evaluasi siklus I yang menunjukkan nilai rata-rata mereka sebesar 73,35. Nilai
rata-rata tersebut terlihat meningkat dibandingkan nilai rata-rata kelas sebelum
diterapkannya model pembelajaran kooperatif teknik make a match yaitu 71, 50.
Jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas kriteria ketuntasan minimal 72,00
sebanyak 23 siswa dari 34 siswa. Dengan kata lain, indikator ketercapaian pada
siklus I telah tercapai 67, 65% dari 75% yang telah direncanakan. Dari tabel 4.5
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.4.
Gambar 4.4 Grafik hasil perolehan nilai siswa pada siklus 1
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
61
81
0102030405060708090
NilaiTerendah
NilaiTertinggi
58
Berdasarkan lampiran 15 halaman 154 dapat disajikan hasil tes awal pada
tabel 4.5
Tabel 4.5. Hasil Tes Siklus I
Keterangan Tes Siklus INilai Terendah 61Nilai Tertinggi 81Nilai Rata-rata 73,35Siswa Belajar Tuntas 23Prosentase Ketuntasan 67,65%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
Peningkatan hasil belajar kognitif siswa ini dapat dilihat dari hasil tes
evaluasi siklus I yang menunjukkan nilai rata-rata mereka sebesar 73,35. Nilai
rata-rata tersebut terlihat meningkat dibandingkan nilai rata-rata kelas sebelum
diterapkannya model pembelajaran kooperatif teknik make a match yaitu 71, 50.
Jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas kriteria ketuntasan minimal 72,00
sebanyak 23 siswa dari 34 siswa. Dengan kata lain, indikator ketercapaian pada
siklus I telah tercapai 67, 65% dari 75% yang telah direncanakan. Dari tabel 4.5
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.4.
Gambar 4.4 Grafik hasil perolehan nilai siswa pada siklus 1
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
8173.35
23
67.65%
NilaiTertinggi
Nilai Rata-rata
SiswaBelajarTuntas
ProsentaseKetuntasan
Tes Siklus I
Tes Siklus I
58
Berdasarkan lampiran 15 halaman 154 dapat disajikan hasil tes awal pada
tabel 4.5
Tabel 4.5. Hasil Tes Siklus I
Keterangan Tes Siklus INilai Terendah 61Nilai Tertinggi 81Nilai Rata-rata 73,35Siswa Belajar Tuntas 23Prosentase Ketuntasan 67,65%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
Peningkatan hasil belajar kognitif siswa ini dapat dilihat dari hasil tes
evaluasi siklus I yang menunjukkan nilai rata-rata mereka sebesar 73,35. Nilai
rata-rata tersebut terlihat meningkat dibandingkan nilai rata-rata kelas sebelum
diterapkannya model pembelajaran kooperatif teknik make a match yaitu 71, 50.
Jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas kriteria ketuntasan minimal 72,00
sebanyak 23 siswa dari 34 siswa. Dengan kata lain, indikator ketercapaian pada
siklus I telah tercapai 67, 65% dari 75% yang telah direncanakan. Dari tabel 4.5
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.4.
Gambar 4.4 Grafik hasil perolehan nilai siswa pada siklus 1
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Tes Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus I,
peneliti melakukan analisis sebagai berikut :
1) Beberapa kelemahan guru pada siklus I ini adalah :
a) Guru kurang memberi motivasi pada siswa yang kurang memperhatikan
dan lebih memperhatikan siswa yang bertanya
b) Guru kurang dalam mengkondisikan kelas sehingga suasana menjadi
ramai.
c) Cara guru dalam penyampaian masih kurang interaktif sehingga masih ada
siswa yang kurang memperhatikan penjelasan materi dari guru.
2) Dari segi siswa ditemukan beberapa kekurangan, yaitu sebagai berikut :
a) Pada saat mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban terlihat ada
siswa masih kebinggungan menentukan jawaban dari kartu yang dia
pegang.
b) Suasana kelas sedikit ramai pada saat mencari pasangan kartu soal dan
kartu jawaban karena ditengah kegiatan tersebut siswa masih suka
bergurau dengan temannya.
c) Siswa masih malu saat presentasi hasil pencocokan kartu jawaban dan
kartu soal yang mereka cari.
d) Pada saat tes evaluasi berlangsung, beberapa siswa yang duduk di
belakang kurang sportif dalam mengerjakan tes evaluasi. Hal ini terbukti
dengan adanya siswa yang bertanya dan menyontek jawaban dari teman
sebelahnya walaupun sudah ditegur oleh guru.
Berdasarkan analisis diatas, maka tindakan refleksi yang dapat dilakukan
adalah :
1) Guru lebih banyak melakukan pendekatan dan motivasi kepada seluruh siswa
di kelas
2) Guru sebaiknya lebih interaktif saat menjelaskan materi kepada siswa,
sehingga siswa lebih memperhatikan penjelasan guru.
3) Guru lebih mengontrol kondisi siswa agar suasana belajar menjadi kondusif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
4) Guru lebih memperhatikan siswa yang duduk dibelakang pada saat evaluasi
sehingga siswa tidak bermain curang dengan bertanya dan mencontek teman
sebelahnya.
5) Pada saat mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban guru dan
kolaborator harus lebih seksama dalam memonitoring siswa saat kegiatan
berlangsung.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan pada hari
senin, 09 April 2012 di ruang guru SMA Negeri 1 Ngemplak. Peneliti bersama
guru mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan dalam penelitian
tindakan ini. Peneliti dan guru akhirnya sepakat bahwa dalam pelaksanaan
tindakan pada siklus II akan dilakukan 3 kali pertemuan dengan rincian masing-
masing 2 jam pelajaran dan setiap satu jam pelajaran 45 menit dan sepakat
penelitian dalam siklus 1I ini dilaksanakan mulai Senin, 23 April 2012 sampai
Senin, 30 April 2012. Untuk lebih jelasnya tahap perencanaan tindakan 1I ini
dijadwalkan sebagai berikut:
Tabel 4.6 Jadwal Penelitian Siklus 1I
Pertemuan ke
Hari Tanggal Waktu Kegiatan
1 Senin 23-04-2012 90’ Pemberian konsep materipada indikator yang belumtercapai dan sedikitmemberi penjelasan materimengenai dinamikakelompok sosial sertamelanjutkan pembelajarandengan teknik make amatch.
2 Jumat 27-04-2012 90’ mengulas sedikit materisebelumnya dengan tanyajawab dan melanjutkanpembelajaran dengan teknikmake a match.
3 Senin 30-04-2012 90’ tes evaluasi pembelajarandengan teknik make a matchpada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Pada perencanaan tindakan kedua peneliti bersama guru berdikusi
mengenai skenario pembelajaran sosiologi yaitu mempelajari mengenai materi
hubungan antar kelompok sosial dan dinamika kelompok sosial dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match, dengan rincian
skenario sebagai berikut :
1) Pertemuan I (2x45 menit)
a) Sedikit mengulas pembelajaran sebelumnya dengan tanya jawab dan
memberi penjelasan sedikit mengenai materi yang akan di ajarkan. Guru
menanyai siswa mengenai materi sebelumnya.
b) Melanjutkan pembelajaran dengan menerapkan teknik make a match.
Dengan membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada masing-masing
siswa
c) Beberapa siswa diminta maju kedepan untuk membacakan hasil pencarian
pasangan antara kartu soal dan kartu jawaban yang telah mereka temukan.
d) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang
belum jelas
e) Memberi penugasan kepada siswa untuk memperkaya pengetahuan siswa.
2) Pertemuan 2 (2x45 menit)
a) Mengulas sedikit materi sebelumnya dengan tanya jawab. Guru
memberikan pertanyaan kepada siswa.
b) Pembelajaran dengan penerapan teknik make a match yaitu mencari
pasangan antara kartu soal dan kartu jawaban
c) Membagikan kartu soal dan kartu jawaban pada masing-masing siswa
secara acak
d) Beberapa siswa presentasi hasil pencarian atau pencocokan antara kartu
soal dan kartu jawaban
e) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi
yang belum dimengerti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
f) Mengumumkan kepada siswa bahwa pertemuan yang akan datang akan
diadakan tes evaluasi dari siklus II. Siswa diharapkan menyiapkan diri dan
belajar mengenai materi yang telah diajarkan oleh guru.
3) Pertemuan 3 (2x45 menit)
a) Sedikit mengulas materi sebelumnya dan memberi kesempatan pada siswa
untuk belajar terlebih dahulu sebelum tes dimulai
b) Pelaksanaan tes evaluasi dari siklus II dengan menggunakan tes tertulis
dalm bentuk pilihan ganda dan essay.
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai soal yang
dirasa sulit untuk dikerjakan
d) Membahas soal evaluasi dari siklus II
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II akan dilaksanakan 3 kali pertemuan,
dengan rincian masing-masing 2 jam pelajaran yang setiap satu kali jam pelajaran
berdurasi 45 menit. Jadwal pelaksanaan sesuai dengan yang telah direncanakan
yaitu tanggal 23 April 2012, 27 April 2012, dan 30 April 2012.
Dalam pelaksanaan tindakan siklus II ini guru menerapkan model
pembelajaran kooperatif teknik make a match. Sebelum memulai penerapan guru
sedikit memberi sedikit penjelasan materi untuk memperkaya pengetahuan siswa
dan meningkatkan pemahaman siswa akan materi.
Urutan pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan pertama (Senin, 23 April 2012)
a) Guru mengawali kegiatan belajar mengajar dengan mengucap salam dan
mengecek kehadiran siswa. Dua orang siswa yang terlambat masuk kelas yaitu
Muh. Niko dan Joko Suprityanto, salah satu siswa tidak hadir yaitu taufiq
dikarenakan menunggu bapaknya di rumah sakit.
b) Guru memberi tanya jawab materi sebelumnya mengenai hubungan antar
kelompok sosial ynag di jawab oleh Khotimatul, Joko, Maulana, Fatonah,
dan Diah
c) Guru menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar
pertemuan kali ini dan menyampaikan tujuan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
d) Guru sedikit memberi penjelasan materi untuk memperkaya pengetahuan
siswa, namun ada siswa yang tampak tidak memperhatikan yaitu Ummi
dan Fitria
e) Guru melanjutkan pembelajaran dengan teknik make a match, guru
membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak, kemudian guru
memerintahkan siswa untuk mencari pasangannya dalam waktu 8 menit,
siswa yang telah menemukan pasangannya dikondisikan untuk duduk
sebangku dan beberapa siswa maju kedepan untuk membacakan kartu soal
dan kartu jawaban yang telah mereka temukan. Teknik ini dilakukan 4 sesi
pengocokan kartu dan masing-masing diberi waktu selama 8 menit. Pada
pertemuan kali ini siswa lebih paham akan materi yang ada pada kartu.
Tetapi pada pertemuan kali ini masih ada siswa yang belum bisa
menemukan jawabannya.
Pada sesi pertama guru memberi kesempatan kepada Rohmah,
Khotimatul, Devi, dan Dyah untuk membacakan hasil pencariannya
kedepan. Kedua siswa yang maju kedepan adalah Niko, Joko, Maulana,
dan Ummi, sesi ketiga dibacakan oleh Fitria, Isnaini, Suprihatin, dan
Inasiati. Yang terakhir guru meminta Nurul, Nindi, Yeni dan Faqih untuk
kedepan membacakan hasil pencocokan kartu. Pada penerapan make a
match pertemuan kali ini hanya ada beberapa siswa saja yang belum bisa
mencocokkan kartu jawaban dan soal dalam waktu yang telah diberikan,
yaitu Joko, Maulana, Inti, Ina. Ikke, dan Diana.
f) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
materi yang belum jelas, tetapi tidak ada yang bertanya
g) Guru bersama murid bersama-sama memberi kesimpulan tentang materi
yang telah di ajrkan
h) Guru menutup pertemuan dengan mengucap salam.
2) Pertemuan Kedua (Jumat, 27 April 2012)
a) Guru mengawali proses pembelajaran dengan mengucap salm pembuka
dan mengecek kehadiran siswa satu persatu. Siswa hadir dan tidak ada yang
meninggalkan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
b) Guru memberi tanya jawab materi sebelumnya mengenai dinamika
kelompok sosial dan guru menunjuk Ummi, Taufiq, Faqih untuk
menjawab pertanyaan dari guru
c) Guru menanyakan kesiapan siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran
pertemuan kali ini
d) Guru melanjutkan kegiatan belajar mengajar dengan membagikan kartu
soal kepada separuh siswa dan kartu jawaban kepada separuhnya lagi
secara acak untuk dicocokkan masing-masing siswa agar sesuai antara soal
dan jawaban sampai siswa menemukan pasangannya selama 8 menit.
Siswa yang sudah menemukan pasangannya dikondisikan untuk duduk
semeja. Setelah waktu selama 8 menit selesai, guru meminta beberapa
pasang siswa maju kedepan untuk membacakan kartu soal dan kartu
jawaban yang telah dicarinya apakah sudah cocok dan benar. Ada
beberapa siswa yang terlambat menemukan pasangannya. Teknik ini
dilakukan sebanyak 5 sesi atau 5 kali pengocokan kartu. Akan tetapi dalam
pembelajaran kali ini siswa tampak kurang antusias. Meskipun kurang
antusias namun kualitas pembelajarannya cukup baik, semua siswa
mampu menemukan pasangannya dengan benar.
Pada sesi pertama guru menunjuk Dewi, Anna, Anik dan fitri untuk
kedepan membacakan kartu jawaban dan soal yang mereka pegang.
Selanjutnya sesi kedua guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
maju kedepan tanpa ditunjuk, disini beberapa siswa tampak antusias untuk
maju kedepan. Rohmah, Khotimatul, Joko, dan Maulana adalah siswa
membacakan kartunya dalam sesi kedua. Pada sesi ketiga Nur Hidayati,
Nur Novita, Rasyidah, dan Rofi’ mencoba untuk maju kedepan. Dan yang
keempat Tika, Taufiq, Ummi, dan Yeni memberanikan diri maju ke depan
membacakan kartu yang telah dipegang masing-masing. Sesi terakhir
dibacakan oleh Rusyati, Asri, Inasiati, Isnaini, Niko dan Maulana. Dalam
pertemuan kali ini siswa mampu menemukan pasangannya masing-masing
dengan tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
e) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya materi yang belum
dimengerti
f) Guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah berlangsung
g) Guru menutup pembelajaran dengan mengucap salam
3) Pertemuan ketiga (Senin, 30 April 2012)
a) Guru mengucap salam pembuka untuk mengawali pembelajaran dan tak
lupa mengecek kehadiran siswa. Siswa hadir semua dan tak ada siswa yang
terlambat masuk kelas.
b) Guru menanyakan kesiapan siswa dan memberi kesempatan siswa untuk
bertanya mengenai materi yang belum jelas dan meminta siswa untuk
mempersiapkan diri dalm mengerjakan soal evaluasi
c) Sebelum tes dimulai guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar selama 15 menit
d) Guru bersama kolaborator membagikan soal dan lembar jawab yang akan
di kerjakan oleh siswa untuk materi perkembangan kelompok sosial dalam
mayarakat multikultural serta meminta siswa untuk mengerjakan tes secara
mandiri
e) Siswa mengerjakan soal evaluasi sampai waktu yang telah ditentukan,
sedangkan guru bersama kolaborator mengawasi dengan tertib jalannya tes
evaluasi. Pada siklus ini guru berkeliling kelas dan lebih memperhatikan
siswa yang duduk dibarisan belakang. Sehingga siswa tidak berani
bertanya pada teman lain dan suasana kelas tampak tenang. Dibanding
pada saat tes evaluasi siklus I pada tes evaluasi siklus II ini berjalan
dengan tertib
f) Waktu habis dan hasil kuis segera dikumpulkan dan siswa waktu
digunakan guru untuk membahas soal evaluasi
g) Guru menyimpulkan pembelajaran yang telah berlangsung dan menutup
pembelajaran dengan mengucap salam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
c. Observasi
Peneliti melakukan observasi ini dengan mengacu pada lembar observasi
yang telah disusun. Observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi
akan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran sosiologi. Pada saat
observasi, kegiatan peneliti adalah berkolaborasi dengan guru serta teman
kolaborator dalam mengawasi pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan
model kooperatif teknik make a match. Peneliti bersama guru berkolaborasi dalam
penyajian materi tentang hubungan antar kelompok sosial dan dinamika kelompok
sosial serta pelaksanaan pembelajaran dengan menerap kan model pembelajaran
kooperatif teknik make a match.
Pada pertemuan pertama siswa terlihat semangat dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan teknik ini. Siswa lebih tanggung jawab dengan
tugasnya, meskipun ada beberapa siswa yang belum bisa memasangkan kartu
yang dibawanya. Kali ini guru sudah bisa mengkondisikan kelas dengan baik
dibandingkan pada siklus I. Suasana kelas terlihat lebih hidup dan lebih
menyenangkan. Pertemuan kedua saat pelaksanaan pambelajaran dengan teknik
make a match siswa terlihat kurang semangat akan tetapi tidak mengurangi
kualitas pembelajaran. Terbukti dari siswa yang mampu bekerja sama dan
bertanggung jawab dengan tugasnya dalam mencari pasangan kartu yang cocok
dengan kartu dibawanya. Pada pertemuan kali ini semua siswa mampu mencari
pasangan kartu yang dibawanya dengan tepat.interaksi antar siswa semakin baik
dengan adanya kerjasama antar siswa. Dan pada pertemuan ketiga saat
dilaksankannya tes evaluasi pada siklus I berjalan dengan baik dan siswa
mengerjakan soal evaluasi dengan baik.
Pada siklus II ini siswa lebih memahami materi-materi dalam mata
pelajaran sosiologi. Peran serta siswa dalam kegiatan belajar mengajar melalui
teknik make a match ini lebih meningkat dari siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat
meningkatkan hail belajar kognitif siswa. Siswa telah jelas dan paham akan
prosedur penerapan teknik make a match karena siswa telah terbiasa dengan
model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Tentu saja dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif teknik make a match ini berdampak pada proses
pembelajaran yang lebih efektif dalam pemahaman siswa untuk meningkatkan
hasil belajar kognitif siswa. Untuk penilaian hasil belajar dari ranah kognitif
mengalami peningkatan pada siklus II dibanding siklus I. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 4.7 hasil perolehan nilai siswa pada siklus II.
Tabel 4.7 Hasil Siklus II
No Interval Nilai Frekuensi
1 68-71 5
2 72-75 1
3 76-79 8
4 80-83 10
5 84-87 6
6 88-91 4
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang belum mencapai standart
ketuntasan (72) sebanyak 5 siswa, sedangkan siswa yang telah mencapai KKM
bejumlah 29 siswa. Dapat dilihat juga bahwa kebanyakan siswa memperoleh nilai
pada rentang nilai 80-83 yaitu sebanyak 10 siswa. Sedangkan hanya 1 siswa yang
memperoleh nilai pada rentang nilai 72-75. Hal ini dapat dikatakan bahwa nilai
siswa mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
4.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Gambar 4.5 Frekuensi perolehan nilai siswa pada siklus II
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Berdasarkan lampiran 15 halaman 154 dapat disajikan hasil tes awal pada
tabel 4.8
Tabel 4.8 Hasil Tes Siklus II
Keterangan Tes Siklus IINilai Terendah 68Nilai Tertinggi 90Nilai Rata-rata 80,12Siswa Belajar Tuntas 29Prosentase Ketuntasan 85,29%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil tes evaluasi siklus II perolehan
nilai terendah siswa adalah 68 sedangkan nilai tertinggi sebesar 90 dengan nilai
rata-rata siswa 80,12. Jumlah siswa yang telah mencapai standar ketuntasan
sebanyak 29 siswa dari jumlah siswa yaitu 34 siswa. Dengan kata lain indikator
ketercapaian siswa pada siklus II telah mencapai 85,29% siswa telah mendapat
nilai diatas standar ketuntasan yaitu 72,00 dari 75% target yang telah
direncanakan sebelumnya. Berdasarkan tabel 4.8 maka dapat digambarkan pada
gambar 4.6
5
1
0
2
4
6
8
10
12
68-71 72-75
68
Gambar 4.5 Frekuensi perolehan nilai siswa pada siklus II
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Berdasarkan lampiran 15 halaman 154 dapat disajikan hasil tes awal pada
tabel 4.8
Tabel 4.8 Hasil Tes Siklus II
Keterangan Tes Siklus IINilai Terendah 68Nilai Tertinggi 90Nilai Rata-rata 80,12Siswa Belajar Tuntas 29Prosentase Ketuntasan 85,29%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil tes evaluasi siklus II perolehan
nilai terendah siswa adalah 68 sedangkan nilai tertinggi sebesar 90 dengan nilai
rata-rata siswa 80,12. Jumlah siswa yang telah mencapai standar ketuntasan
sebanyak 29 siswa dari jumlah siswa yaitu 34 siswa. Dengan kata lain indikator
ketercapaian siswa pada siklus II telah mencapai 85,29% siswa telah mendapat
nilai diatas standar ketuntasan yaitu 72,00 dari 75% target yang telah
direncanakan sebelumnya. Berdasarkan tabel 4.8 maka dapat digambarkan pada
gambar 4.6
1
8
10
6
4
72-75 76-79 80-83 84-87 88-91
rentang nilai
Frekuensi nilai siklus II
Frekuensi
68
Gambar 4.5 Frekuensi perolehan nilai siswa pada siklus II
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Berdasarkan lampiran 15 halaman 154 dapat disajikan hasil tes awal pada
tabel 4.8
Tabel 4.8 Hasil Tes Siklus II
Keterangan Tes Siklus IINilai Terendah 68Nilai Tertinggi 90Nilai Rata-rata 80,12Siswa Belajar Tuntas 29Prosentase Ketuntasan 85,29%
(Sumber: data primer yang diolah, 2012)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil tes evaluasi siklus II perolehan
nilai terendah siswa adalah 68 sedangkan nilai tertinggi sebesar 90 dengan nilai
rata-rata siswa 80,12. Jumlah siswa yang telah mencapai standar ketuntasan
sebanyak 29 siswa dari jumlah siswa yaitu 34 siswa. Dengan kata lain indikator
ketercapaian siswa pada siklus II telah mencapai 85,29% siswa telah mendapat
nilai diatas standar ketuntasan yaitu 72,00 dari 75% target yang telah
direncanakan sebelumnya. Berdasarkan tabel 4.8 maka dapat digambarkan pada
gambar 4.6
Frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Gambar 4.6 Hasil perolehan nilai tes pada siklus II
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Berdasarkan hasil refleksi tersebut dapat diketahui bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam proses pembelajaran
pada siklus II telah berhasil sehingga tidak perlu dilanjutkan lagi ke siklus
berikutnya.
Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus II,
peneliti melakukan analisis sebagai berikut:
1) Guru lebih bisa meningkatkan motivasi siswa untuk lebih memperhatikan
penjelasan dari guru
2) Guru lebih bisa mengkondisikan kelas sehingga siswa tidak ramai dalam
kegiatan pembelajaran melalui teknik make a match
3) Siswa telah mengikuti pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif teknik make a match dengan baik. Siswa lebih tanggung jawab
akan tugasnya masing-masing pada kegiatan pembelajaran melalui teknik
make a match
4) Siswa sudah berani maju kedepan untuk mempresentasikan hasil pencarian
pasangan kartunya tanpa ditunjuk oleh guru
68
90
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
NilaiTerendah
NilaiTertinggi
69
Gambar 4.6 Hasil perolehan nilai tes pada siklus II
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Berdasarkan hasil refleksi tersebut dapat diketahui bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam proses pembelajaran
pada siklus II telah berhasil sehingga tidak perlu dilanjutkan lagi ke siklus
berikutnya.
Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus II,
peneliti melakukan analisis sebagai berikut:
1) Guru lebih bisa meningkatkan motivasi siswa untuk lebih memperhatikan
penjelasan dari guru
2) Guru lebih bisa mengkondisikan kelas sehingga siswa tidak ramai dalam
kegiatan pembelajaran melalui teknik make a match
3) Siswa telah mengikuti pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif teknik make a match dengan baik. Siswa lebih tanggung jawab
akan tugasnya masing-masing pada kegiatan pembelajaran melalui teknik
make a match
4) Siswa sudah berani maju kedepan untuk mempresentasikan hasil pencarian
pasangan kartunya tanpa ditunjuk oleh guru
90
80.12
29
85,29%
NilaiTertinggi
Nilai Rata-rata
Siswa BelajarTuntas
ProsentaseKetuntasan
Hasil Tes Siklus II
Tes Siklus I
69
Gambar 4.6 Hasil perolehan nilai tes pada siklus II
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Berdasarkan hasil refleksi tersebut dapat diketahui bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam proses pembelajaran
pada siklus II telah berhasil sehingga tidak perlu dilanjutkan lagi ke siklus
berikutnya.
Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus II,
peneliti melakukan analisis sebagai berikut:
1) Guru lebih bisa meningkatkan motivasi siswa untuk lebih memperhatikan
penjelasan dari guru
2) Guru lebih bisa mengkondisikan kelas sehingga siswa tidak ramai dalam
kegiatan pembelajaran melalui teknik make a match
3) Siswa telah mengikuti pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif teknik make a match dengan baik. Siswa lebih tanggung jawab
akan tugasnya masing-masing pada kegiatan pembelajaran melalui teknik
make a match
4) Siswa sudah berani maju kedepan untuk mempresentasikan hasil pencarian
pasangan kartunya tanpa ditunjuk oleh guru
Tes Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
5) Guru telah mengawasi jalannya tes evaluasi dengan ketat sehingga siswa
lebih tertib dalam mengerjakan soal.
Berdasarkan analisis di atas, maka tindakan refleksi yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut:
1) Guru perlu lebih meningkatkan lagi dalam mengkondisikan kelas
2) Guru harus lebih memperhatikan siswa sehingga siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar dapat teratasi
3) Guru lebih kreatif dan inovatif dalam kegiatan belajar mengajar, seperti
menerapkan berbagai model pembelajaran ataupun dengan penggunaan media
pembelajaran yang lebih menarik agar siswa tidak jenuh dalam proses
pembelajaran.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Dari hasil tes evaluasi tiap siklus dapat dilihat perbandingan hasil tindakan
antara siklus I dan II yang menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran sosiologi pada
setiap siklusnya. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa dapat dilihat pada tabel
dan grafik sebagai berikut :
Tabel 4.9 Perbandingan nilai terendah dan tertinggi antarsiklus
Kriteria Pratindakan Siklus I Siklus IINilai Terendah 60 61 68Nilai Tertinggi 81 81 90
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai siswa dari sebelum tindakan
sampai siklus II. Nilai terendah siswa sebelum tindakan yaitu 60, siklus I sebesar
61, dan siklus II sebesar 68. Sedangkan nilai tertinggi siswa sebelum tindakan
yaitu 81, siklus I sebesar 81, dan siklus II sebesar 90. Hal tersebut dapat
dikatakan bahwa nilai siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya.
Berdasarkan tabel 4.9 lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Gambar 4.7 Perbandingan nilai terendah dan tertinggi antarsiklus
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Nilai rata-rata siswa antar siklusnya pun juga mengalami peningkatan.
Peningkatan nilai rata-rata siswa dapat dilihat pada tabel perbandingan nilai rata-
rata siswa antar siklus.
Tabel 4.10 Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif
Siklus Nilai rata-rataPratindakan 71,50Siklus I 73,35Siklus II 80,12
(Sumber: data primer PTK, 2012)
Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata siswa antar siklus
nya mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata siswa sebelum
tindakan adalah 71,50 dan nilai rata-rata pada siklus I sebesar 73,35, sedangkan
nilai rata-rata siswa pada siklus II meningkat menjadi 80,12. Nilai rata-rata yang
semula tidak mecapai kriteria ketuntasan minimal pada pratindakan meningkat
yang cukup memuaskan pada siklus II. Berdasarkan tabel 4.10 lebih jelasnya
dapat di lihat pada gambar 4.8.
60
81
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pratindakan
Perbandingan nilai terendah dan tertinggi antar siklus
71
Gambar 4.7 Perbandingan nilai terendah dan tertinggi antarsiklus
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Nilai rata-rata siswa antar siklusnya pun juga mengalami peningkatan.
Peningkatan nilai rata-rata siswa dapat dilihat pada tabel perbandingan nilai rata-
rata siswa antar siklus.
Tabel 4.10 Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif
Siklus Nilai rata-rataPratindakan 71,50Siklus I 73,35Siklus II 80,12
(Sumber: data primer PTK, 2012)
Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata siswa antar siklus
nya mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata siswa sebelum
tindakan adalah 71,50 dan nilai rata-rata pada siklus I sebesar 73,35, sedangkan
nilai rata-rata siswa pada siklus II meningkat menjadi 80,12. Nilai rata-rata yang
semula tidak mecapai kriteria ketuntasan minimal pada pratindakan meningkat
yang cukup memuaskan pada siklus II. Berdasarkan tabel 4.10 lebih jelasnya
dapat di lihat pada gambar 4.8.
6168
81
90
Siklus I Siklus II
Perbandingan nilai terendah dan tertinggi antar siklus
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
71
Gambar 4.7 Perbandingan nilai terendah dan tertinggi antarsiklus
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Nilai rata-rata siswa antar siklusnya pun juga mengalami peningkatan.
Peningkatan nilai rata-rata siswa dapat dilihat pada tabel perbandingan nilai rata-
rata siswa antar siklus.
Tabel 4.10 Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif
Siklus Nilai rata-rataPratindakan 71,50Siklus I 73,35Siklus II 80,12
(Sumber: data primer PTK, 2012)
Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata siswa antar siklus
nya mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata siswa sebelum
tindakan adalah 71,50 dan nilai rata-rata pada siklus I sebesar 73,35, sedangkan
nilai rata-rata siswa pada siklus II meningkat menjadi 80,12. Nilai rata-rata yang
semula tidak mecapai kriteria ketuntasan minimal pada pratindakan meningkat
yang cukup memuaskan pada siklus II. Berdasarkan tabel 4.10 lebih jelasnya
dapat di lihat pada gambar 4.8.
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Gambar 4.7 Perbandingan nilai rata-rata siswa antarsiklus
(Sumber: Data Primer PTK,2012)
Dengan peningkatan nilai rata-rata siswa pada setiap siklusnya, prosentase
ketuntasan belajar siswa ranah kognitif juga mengalami peningkatan yang cukup
memuaskan. Peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada
tabel 4.11.
Tabel 4.11 Prosentase ketuntasan hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif
kriteria Prosentase (%)
Pratindakan Siklus I Siklus II
Tidak Tuntas 44,12 32,35 14,71
Tuntas 55,88 67,65 85,29
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa prosentase ketuntasan belajar
siswa ranah kognitif pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Dapat
dilihat bahwa prosentase siswa pada pratindakan, siswa yang telah tuntas
memenuhi standart KKM sebesar 55,88% sedangkan siswa yang tidak tuntas
sebesar 44,12%. Pada siklus I prosentase siswa yang telah tuntas (memenuhi
standart KKM) sebesar 67,65%, sedangkan siswa yang tidak tuntas pada
siklus I ini sebesar 32,35%. Dan siklus II siswa yang tidak tuntas mencapai
71.5
66
68
70
72
74
76
78
80
82
Pratindakan
72
Gambar 4.7 Perbandingan nilai rata-rata siswa antarsiklus
(Sumber: Data Primer PTK,2012)
Dengan peningkatan nilai rata-rata siswa pada setiap siklusnya, prosentase
ketuntasan belajar siswa ranah kognitif juga mengalami peningkatan yang cukup
memuaskan. Peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada
tabel 4.11.
Tabel 4.11 Prosentase ketuntasan hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif
kriteria Prosentase (%)
Pratindakan Siklus I Siklus II
Tidak Tuntas 44,12 32,35 14,71
Tuntas 55,88 67,65 85,29
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa prosentase ketuntasan belajar
siswa ranah kognitif pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Dapat
dilihat bahwa prosentase siswa pada pratindakan, siswa yang telah tuntas
memenuhi standart KKM sebesar 55,88% sedangkan siswa yang tidak tuntas
sebesar 44,12%. Pada siklus I prosentase siswa yang telah tuntas (memenuhi
standart KKM) sebesar 67,65%, sedangkan siswa yang tidak tuntas pada
siklus I ini sebesar 32,35%. Dan siklus II siswa yang tidak tuntas mencapai
73.35
80.12
Siklus I Siklus II
Nilai rata-rata
Nilai rata-rata
72
Gambar 4.7 Perbandingan nilai rata-rata siswa antarsiklus
(Sumber: Data Primer PTK,2012)
Dengan peningkatan nilai rata-rata siswa pada setiap siklusnya, prosentase
ketuntasan belajar siswa ranah kognitif juga mengalami peningkatan yang cukup
memuaskan. Peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada
tabel 4.11.
Tabel 4.11 Prosentase ketuntasan hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif
kriteria Prosentase (%)
Pratindakan Siklus I Siklus II
Tidak Tuntas 44,12 32,35 14,71
Tuntas 55,88 67,65 85,29
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa prosentase ketuntasan belajar
siswa ranah kognitif pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Dapat
dilihat bahwa prosentase siswa pada pratindakan, siswa yang telah tuntas
memenuhi standart KKM sebesar 55,88% sedangkan siswa yang tidak tuntas
sebesar 44,12%. Pada siklus I prosentase siswa yang telah tuntas (memenuhi
standart KKM) sebesar 67,65%, sedangkan siswa yang tidak tuntas pada
siklus I ini sebesar 32,35%. Dan siklus II siswa yang tidak tuntas mencapai
Nilai rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
standart KKM sebesar 14,71% , sedangkan siswa yang telah mampu mencapai
standar KKM sebesar 85,29%. Berdasarkan tabel 4.11lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 4.9.
Gambar 4.9 Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Dengan prosentase ketuntasan belajar siswa maka dapat dilihat jumlah
siswa yang mencapai KKM. Jumlah siswa yang mencapai KKM di sajikan pada
tabel 4.12.
Tabel 4.12 Jumlah siswa yang mencapai KKM
Keterangan Jumlah siswa yangmencapai KKM
Pratindakan 19Siklus I 23Siklus II 29
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM
dari pratindakan sampe siklus II mengalami peningkatan yang memuaskan. Pada
pratindakan jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 19 siswa, dan siklus I
sebanyak 23 siswa yang mencapai nilai KKM, sedangkan pada siklus II 29 siswa
mencapai batas nilai KKM. Peningkatan tersebut dapat dilihat lebih jelas pada
gambar 4.10.
44.12
55.88
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pratindakan
Prosentase
(%)
73
standart KKM sebesar 14,71% , sedangkan siswa yang telah mampu mencapai
standar KKM sebesar 85,29%. Berdasarkan tabel 4.11lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 4.9.
Gambar 4.9 Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Dengan prosentase ketuntasan belajar siswa maka dapat dilihat jumlah
siswa yang mencapai KKM. Jumlah siswa yang mencapai KKM di sajikan pada
tabel 4.12.
Tabel 4.12 Jumlah siswa yang mencapai KKM
Keterangan Jumlah siswa yangmencapai KKM
Pratindakan 19Siklus I 23Siklus II 29
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM
dari pratindakan sampe siklus II mengalami peningkatan yang memuaskan. Pada
pratindakan jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 19 siswa, dan siklus I
sebanyak 23 siswa yang mencapai nilai KKM, sedangkan pada siklus II 29 siswa
mencapai batas nilai KKM. Peningkatan tersebut dapat dilihat lebih jelas pada
gambar 4.10.
32.35
14.71
55.88
67.65
85.29
Pratindakan Siklus I Siklus II
Tidak Tuntas
Tuntas
73
standart KKM sebesar 14,71% , sedangkan siswa yang telah mampu mencapai
standar KKM sebesar 85,29%. Berdasarkan tabel 4.11lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 4.9.
Gambar 4.9 Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Dengan prosentase ketuntasan belajar siswa maka dapat dilihat jumlah
siswa yang mencapai KKM. Jumlah siswa yang mencapai KKM di sajikan pada
tabel 4.12.
Tabel 4.12 Jumlah siswa yang mencapai KKM
Keterangan Jumlah siswa yangmencapai KKM
Pratindakan 19Siklus I 23Siklus II 29
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM
dari pratindakan sampe siklus II mengalami peningkatan yang memuaskan. Pada
pratindakan jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 19 siswa, dan siklus I
sebanyak 23 siswa yang mencapai nilai KKM, sedangkan pada siklus II 29 siswa
mencapai batas nilai KKM. Peningkatan tersebut dapat dilihat lebih jelas pada
gambar 4.10.
Tidak Tuntas
Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Gambar 4.10 Jumlah Siswa yang mencapai KKM
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam
proses pembelajaran pada siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak ini
tidak hanya membawa dampak dalam peningkatan hasil belajar kognitif siswa
saja, akan tetapi juga membawa dampak pada keaktifan dan antusias siswa dalam
proses belajar mengajar dibandingkan dengan pratindakan. Perubahan pada sikap
siswa setelah tindakan dibanding dengan pratindakan sikap siswa yang semula
cenderung mengabaikan mata pelajaran sosiologi karena pembelajaran yang
hanya berpusat pada guru kini menjadi lebih memperhatikan dan lebih antusias
dalam pembelajaran, dengan siswa dilibatkan secara langsung dalam proses
pembelajaran.
Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match
pada siklus II suasana kelas lebih terkondisikan dibandingkan dengan siklus I.
Pada siklus I siswa masih terlihat ramai saat kegiatan mencari pasangan kartu dan
jawaban yang mereka pegang. Namun pada siklus II siswa lebih terkondisikan,
siswa lebih tanggung jawab dengan tugasnya.
19
0
5
10
15
20
25
30
35
Pratindakan
jumlah siswa
Jumlah siswa yang mencapai KKM
74
Gambar 4.10 Jumlah Siswa yang mencapai KKM
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam
proses pembelajaran pada siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak ini
tidak hanya membawa dampak dalam peningkatan hasil belajar kognitif siswa
saja, akan tetapi juga membawa dampak pada keaktifan dan antusias siswa dalam
proses belajar mengajar dibandingkan dengan pratindakan. Perubahan pada sikap
siswa setelah tindakan dibanding dengan pratindakan sikap siswa yang semula
cenderung mengabaikan mata pelajaran sosiologi karena pembelajaran yang
hanya berpusat pada guru kini menjadi lebih memperhatikan dan lebih antusias
dalam pembelajaran, dengan siswa dilibatkan secara langsung dalam proses
pembelajaran.
Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match
pada siklus II suasana kelas lebih terkondisikan dibandingkan dengan siklus I.
Pada siklus I siswa masih terlihat ramai saat kegiatan mencari pasangan kartu dan
jawaban yang mereka pegang. Namun pada siklus II siswa lebih terkondisikan,
siswa lebih tanggung jawab dengan tugasnya.
23
29
Pratindakan Siklus I Siklus II
Jumlah siswa yang mencapai KKM
Jumlah siswa yangmencapai KKM
74
Gambar 4.10 Jumlah Siswa yang mencapai KKM
(Sumber: Data Primer PTK, 2012)
Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam
proses pembelajaran pada siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak ini
tidak hanya membawa dampak dalam peningkatan hasil belajar kognitif siswa
saja, akan tetapi juga membawa dampak pada keaktifan dan antusias siswa dalam
proses belajar mengajar dibandingkan dengan pratindakan. Perubahan pada sikap
siswa setelah tindakan dibanding dengan pratindakan sikap siswa yang semula
cenderung mengabaikan mata pelajaran sosiologi karena pembelajaran yang
hanya berpusat pada guru kini menjadi lebih memperhatikan dan lebih antusias
dalam pembelajaran, dengan siswa dilibatkan secara langsung dalam proses
pembelajaran.
Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match
pada siklus II suasana kelas lebih terkondisikan dibandingkan dengan siklus I.
Pada siklus I siswa masih terlihat ramai saat kegiatan mencari pasangan kartu dan
jawaban yang mereka pegang. Namun pada siklus II siswa lebih terkondisikan,
siswa lebih tanggung jawab dengan tugasnya.
Jumlah siswa yangmencapai KKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
D. Pembahasan
Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match ini
merupakan suatu penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan
hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sosiologi. Salah satu keunggulan
teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep
atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Ciri utama model pembelajaran
kooperatif teknik make a match adalah siswa diminta mencari pasangan kartu
yang merupakan jawaban atau soal dalam waktu tertentu. Penelitian ini dilakukan
dalam dua siklus dengan model pembelajaran yang sama pada setiap siklusnya
yaitu melalui model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Kegiatan
belajar mengajar dengan menerapkan teknik make a match ini dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
Penilaian kognitif siswa pada saat diterapkan model pembelajaran
kooperatif teknik make a match dilakukan dengan cara pemberian tes evaluasi
setiap akhir siklus. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti bahwa nilai rata-rata
nilai ulangan siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif teknik
make a match adalah 71,50 dengan prosentase siswa yang telah tuntas sebesar
44,12%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif siswa pada mata
pelajaran sosiologi masih rendah dilihat dari nilai rata-rata siswa yang belum
mencapai standar ketuntasan dan masih banyak siswa yang belum mencapai nilai
batas yaitu 72,00. Rendahnya hasil belajar siswa ini dikarenakan pembelajaran
kurang inovatif yang menyebabkan siswa kurang antusias dalam proses
pembelajaran sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal.
Proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa
pada mata pelajaran sosiologi dalam materi perkembangan kelompok sosial dalam
masyarakat multikultural. Terbukti dari nilai tes evaluasi pada siklus I nilai rata-
rata siswa 73,35 dengan prosentase ketuntasan siswa sebesar 67,65%.
Dibandingkan dengan pratindakan, prosentase siswa meningkat sebesar 11,77%
(pratindakan 55,88% dan siklus I 67,65%), dengan peningkatan nilai rata-rata
siswa sebesar 1,85 (nilai rata-rata pratindakan 71,50 dan nilai rata-rata siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
sebesar 73,35). Sedangkan pada siklus II juga terjadi peningkatan hasil belajar
kognitif siswa di lihat dari nilai rata-rata siswa sebesar 80,12 dengan prosentase
ketuntasan siswa adalah 85,29%. Ketuntasan siswa ini telah melampaui indikator
ketercapaian siswa yang telah di tetapkan sebelumnya yaitu >75%. Dibandingkan
dengan siklus I, prosentase siswa meningkat sebesar 17,64% (siklus I 67,65% dan
siklus II 85,29%), dengan peningkatan nilai rata-rata siswa sebesar 6,77 (nilai
rata-rata siklus I 73,35 dan nilai rata-rata siklus II 80,12). Dan apabila
dibandingkan dengan sebelum diterapkannya teknik make a match, prosentase
ketuntasan mengalami peningkatan sebesar 29.41% (prosentase sebelum
penerapan teknik make a match adalah 55,88% dan siklus II sebesar 85, 29%)
dengan peningkatan rata-rata siswa sebesar 8,62 (nilai rata-rata siswa sebelum
make a match adalah 71.50 dan nilai rata-rata siswa pada siklus II sebesar 80.12).
Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa siswa lebih mudah memahami materi
yang telah diberikan oleh guru dengan adanya penerapan model pembelajaran
kooperatif teknik make a match.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Efendi Fitrianto dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik Make A Match Untuk Meningkatkan Kemampuan Beritung Perkalian
Pada Siswa Kelas II SD Negeri I Krikilan Kalijambe Kecamatan Kalijambe
Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2010 / 2011”. Hasil Penelitiannya adalah sebagai
berikut : hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika setelah dilakukan dengan penggunaan model pembelajara
kooperatif tipe make a match menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami
peningkatan seperti yang diinginkan.
Wawancara yang dilakukan terhadap siswa setelah siklus diperoleh hasil
bahwa siswa merasa lebih senang dan tertarik dengan pembelajaran kooperatif
teknik make a match, siswa juga mengungkapkan bahwa nilai ulangan
perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural mengalami
kenaikan, sedangkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru diperoleh
keterangan bahwa hasil belajar kognitif siswa mengalami peningkatan yang cukup
memuaskan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Berdasarkan uraian di atas, guru telah berhasil melaksanakan pembelajaran
pada mata pelajaran sosiologi yang menarik dan menyenangkan yang menjadikan
siswa lebih aktif sehingga hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran
sosiologi pada materi perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat
multikultural dapat mengalami peningkatan.
Hal ini dikarenakan PTK telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur
penelitian dan menerapkan teknik validasi data methode triangulation (triangulasi
metode), yaitu menggunakan metode dalam pengumpulan data. Dari teknik
tersebut diperoleh hasil yang tidak berbeda, yaitu terjadi peningkatan hasil belajar
kognitif siswa pada pembelajaran sosiologi. Selain itu peneliti juga dapat
memberikan motivasi kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang lebih
inovatif, menarik, dan menyenangkan.
Keberhasilan pembelajaran sosiologi dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat dilihat dari indikator-
indikator sebagai berikut:
a. Siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran sosiologi dikarenakan
kegiatan belajar lebih menyenangkan yaitu mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dengan media kartu soal dan kartu jawaban .
b. Siswa lebih memahami materi yang telah diberikan oleh guru.
c. Siswa lebih menyadari pentingnya kerjasama dalam suatu kelompok.
Kerjasama ini ditekankan pada saat siswa mencari pasangan kartu soal dan
kartu jawaban yang mereka pegang masing-masing.
d. Hasil belajar kognitif siswa meningkat dengan diterapkannya model
pembelajaran kooperatif teknik make a match ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada siklus
1 dan siklus 2, dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat
meningkatkan hasil belajar kognif siswa dalam pembelajaran sosiologi Kelas
XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif siswa pada siklus 1
mengalami peningkatan dibanding dari pratindakan. Rata-rata siswa
meningkat 1,85 (nilai rata-rata pratindakan 71,50 sedangkan siklus 1 sebesar
73,35) dan prosentase ketuntasan siswa mengalami peningkatan sebesar
11,77% (prosentase ketuntasan pratindakan 55,88% dan siklus I sebesar
67.65%).
3. Pada penelitian siklus 2 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
teknik make a match hasil belajar kognitif siswa meningkat dari siklus I. Rata-
rata siswa meningkat 6,77 (nilai rata-rata siklus I adalah 73,35 dan siklus II
sebesar 80,12) sedangkan prosentase ketuntasan siswa meningkat 17,64%
(prosentase ketuntasan siswa siklus I adalah 67,65% dan siklus II sebesar
85,29% ). Jika dibanding dengan pratindakan nilai rata-rata siswa meningkat
8,62 (nilai rata-rata siswa pratindakan adalah 71,50 dan siklus II sebesar
80,12) sedangkan prosentase ketuntasan siswa meningkat 29,41% (prosentase
ketuntasan siswa pratindakan adalah 55,88% dan siklus II sebesar 85,29%).
Dengan peningkatan tersebut maka dapat dikatakan bahwa dengan
menerapkan teknik make a match kuailitas pembelajaran sosiologi semakin
meningkat.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan tersebut dapat diketahui
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match pada mata
pelajaran sosiologi dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas XI IPS 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Dengan demikian
implikasi dari simpulan tersebut sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya bersama antara guru,
siswa serta pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas hasil belajar kognitif siswa
secara maksimal. Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan teknik
make a match, siswa belajar mengenai suatu konsep dari materi dalam suasana
yang menyenangkan, yaitu siswa mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban
yang berkaitan dengan materi. Kegiatan ini memiliki kelebihan diantaranya yaitu
memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain, bisa digunakan
dalam semua mata pelajaran dan cocok untuk semua tingkatan usia anak didik.
Disamping kelebihannya teknik ini juga mempunyai kelemahan yaitu suasana
kelas sedikit ramai pada saat mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban
karena ditengah kegiatan tersebut siswa masih suka bergurau dengan temannya.
2. Implikasi Praktis
Hasil dari penelitian ini bahwa dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa
dalam pembelajaran sosiologi. Selain itu, pembelajaran dengan model kooperatif
teknik make a match yang tidak hanya berpusat pada guru dapat menjadikan siswa
lebih aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka secara
praktis dalam pembelajaran sosiologi dapat diterapkan model pembelajaran
kooperatif teknik make a match dan berbagai perbaikan didalamnya untuk
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi dari hasil penelitian, maka dapat
dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
a. Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan proses
pembelajaran khususnya pembelajaran pada mata pelajaran sosiologi
untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
yang dapat merangsang siswa untuk lebih semangat dan aktif serta lebih
mudah dalam memahami materi yang dampaknya peningkatan hasil
belajar kognitif siswa.
b. Mengintruksi guru sosiologi untuk memasukkan model pembelajaran
kooperatif teknik make a match sebagai metode dalam pembelajaran
khususnya pada mata pelajaran sosiologi pada materi perkembangan
kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.
2. Bagi Guru
a. Guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a
match dalam pembelajaran sosiologi untuk meningkatkan hasil belajar
kognitif siswa.
b. Dalam pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make
a macth pada pembelajaran sosiologi, sebaiknya kerjasama dan interaksi
antara siswa dengan guru harus diperhatikan agar suasana kelas menjadi
kondusif sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami materi
pembelajaran yang diajarkan oleh guru.
c. Dalam penyampaian materi, sebaiknya guru menggunakan media
pembelajaran yang lebih menarik sehingga siswa tidak merasa bosan saat
menerima penjelasan materi dari guru.
d. Guru perlu melakukan penelitian tindakan kelas mengenai pembelajaran
sosiologi pada materi pokok lain dengan memperhatikan faktor-faktor
yang mempengaruhi proses pembelajaran.
3. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya selalu mencoba membuka diri dan tidak menganggap
pusat informasi adalah guru.
b. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match
hendaknya siswa dapat memanfaatkan itu untuk menjalain kerja sama dan
interaksi antara siswa.
c. Siswa lebih tanggung jawab dengan tugasnya masing-masing.