Upload
dotruc
View
251
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGGUNAAN ALAT PERAGA BANGUN RUANG
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
TENTANG KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS IV
SD NEGERI 01 TENGKLIK TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh :
NURIA KUSUMA PUTRI
K7108197
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nuria Kusuma Putri
Nim : K7108197
Jurusan/Program Studi : IP/Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENGGUNAAN ALAT PERAGA
BANGUN RUANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA TENTANG KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS
IV SD NEGERI 01 TENGKLIK TAHUN 2012” ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri. Selain itu sumber informasi yang dikutip dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juni 2012
Yang membuat peryataan
Nuria Kusuma P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGGUNAAN ALAT PERAGA BANGUN RUANG
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
TENTANG KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS IV
SD NEGERI 01 TENGKLIK TAHUN 2012
Oleh :
NURIA KUSUMA PUTRI
K7108197
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Nuria Kusuma Putri. PENGGUNAAN ALAT PERAGA BANGUN RUANG
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
TENTANG KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS IV SD N 01
TENGKLIK TAHUN 2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika
tentang kubus dan balok pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Tengklik tahun 2012
melalui penggunaan alat peraga bangun ruang.
Bentuk penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
yang dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus terdapat tiga kali pertemuan.
Setiap siklus meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri 01 Tengklik
tahun 2012 yang berjumlah 36 siswa. Dalam pengumpulan data, metode yang
digunakan adalah tes, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah model analisis deskriptif komparatif.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
penggunaan alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar
matematika tentang kubus dan balok. Dari hasil penelitian, diperoleh nilai rata-
rata hasil tes awal sebelum tindakan yaitu 57,44 dengan ketuntasan klasikal
41,67%. Pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai 69,82 dengan
ketuntasan klasikal meningkat menjadi 55,56%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas
meningkat menjadi 80,17 dan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 86,11%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga
bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang kubus dan
balok pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Tengklik tahun 2012.
Kata kunci : alat peraga bangun ruang, hasil belajar matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Nuria Kusuma Putri. THE USE OF SPATIAL STRUCTURE VISUAL AID
TO IMPROVE THE MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT
ABOUT CUBE AND BEAM OF THE IV GRADERS OF SD N 01
TENGKLIK IN 2012. Skripsi, Surakarta: Teacher Training and Education
Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, June 2012.
This research aims to improve the mathematics learning achievement
about cube and beam of the IV graders of SD N (Elementary School) 01 Tengklik
in 2012 through the use of spatial structure visual aid.
This study was a Classroom Action Research (CAR) carried out two
cycles, each of which was conducted in three meetings. Each cycle includes
planning, acting, observing, and reflecting stages. The subject of research was all
IV graders of SD N 01 Tengklik in 2012 consisting of 36 students. In collecting
data, the methods used were test, observation, and documentation. The technique
of data analysis, researcher used comparative descriptive analysis.
Based on the research conducted, it could be found that the use of spatial
structure visual aid could improve the learning achievement of cube and beam.
From the result of research, it could be seen the mean value of prior condition of
57.44 with classical of 41.67%. The cycle I showed the mean class value of 69.82
with classical passing increased to 55.56%. In cycle II, the mean class value
increased to 80.17 and the classical passing increased to 86.11%.
Thus, it could be concluded that the use of spatial structure visual aid
could improve the mathematics learning achievement about cube and beam of the
IV graders of SD N 01 Tengklik in 2012.
Keywords: spatial structure visual aid, mathematic learning achievement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Tidak ada rahasia untuk sukses. Ini adalah hasil sebuah persiapan, kerja keras, dan
belajar dari kesalahan
(Colin Powel)
Kepuasan itu terletak pada usaha, bukan pada pencapaian hasil. Berusaha keras
adalah kemenangan besar
(Mahatma Gandhi)
Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau
kita telah berhasil melakukannya dengan baik
(Evelyn Underhill)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
“Bapak dan Ibu”
Terima kasih atas doa-doa yang tak henti, dukungan dan kasih sayang
yang diberikan selama ini.
“Teman-teman seperjuangan kelas D S1 PGSD 08”
Terima kasih atas semua dukungan dan motivasinya.
“Seluruh Mahasiswa PGSD Universitas Sebelas Maret Surakarta”
“Almamaterku tercinta”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGGUNAAN ALAT PERAGA
BANGUN RUANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA TENTANG KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS
IV SD N 01 TENGKLIK TAHUN 2012.”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikanya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Usada, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan
dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Noer Hidayah, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepala Sekolah SD Negeri 01 Tengklik yang telah memberikan ijin
mengadakan penelitian di SD tersebut.
7. Bapak/Ibu guru SD Negeri 01 Tengklik yang telah memberikan bimbingan
dan bantuan dalam penelitian ini.
8. Para siswa SD Negeri 01 Tengklik yang telah bersedia untuk berpartisipasi
dalam pelaksanaan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta , Juni 2012
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. vi
HALAMAN ABSTRACT ............................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................. ..... 4
D. Manfaat Penelitian …………………………………………. 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 6
1. Hasil Belajar Matematika Tentang Bangun Ruang ............ 6
a. Hakikat Hasil Belajar ................................................... 6
b. Pengertian Hasil Belajar ............................................... 11
c. Hakikat Matematika ..................................................... 13
d. Bangun Ruang Kubus dan Balok ................................. 15
2. Alat Peraga Matematika Tentang Bangun ruang ............... 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
a. Pengertian Alat Peraga ................................................. 22
b. Fungsi Alat Peraga ....................................................... 24
c. Jenis Alat Peraga .......................................................... 26
d. Alat Peraga Bangun Ruang Kubus dan Balok ............. 29
B. Penelitian yang Relevan ......................................................... 30
C. Kerangka Berpikir .................................................................. 31
D. Perumusan Hipotesis ............................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 34
B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................... 34
C. Bentuk Strategi Penelitian ....................................................... 35
D. Data dan Sumber Data ............................................................ 35
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 36
F. Validitas Data ......................................................................... 38
G. Teknik Analisis Data .............................................................. 38
H. Indikator Kerja ........................................................................ 39
I. Prosedur Penelitian .................................................................. 39
BAB IV PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian...................................................... 45
B. Deskripsi Permasalahan ........................................................... 46
1. Kondisi Awal .................................................................... 46
2. Siklus I ............................................................................. 49
3. Siklus II ............................................................................ 59
C. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ............................. 69
BAB IV SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................ 76
B. Implikasi ................................................................................. 77
C. Saran ....................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 79
LAMPIRAN .................................................................................................... 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bangun Ruang Kubus dan Balok ............................................................... 16
2.2 Jaring-jaring kubus dan balok .................................................................... 22
2.3 Alat Peraga Bangun Ruang ........................................................................ 29
2.4 Alat Peraga Kubus dan Balok yang Ada Di Sekitar .................................. 30
2.5 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 33
3.1 Prosedur Pelaksanaan PTK ........................................................................ 35
3.2 Model Penelitian Tindakan Kelas .............................................................. 40
4.1 Histogram Nilai Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Kubus dan
Balok Pratindakan ..................................................................................... 48
4.2 Histogram Nilai Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Kubus dan
Balok pada 1 Siklus I ................................................................................ 55
4.3 Histogram Nilai Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Kubus dan
Balok pada 2 Siklus I ................................................................................ 57
4.4 Histogram Perbandingan Kondisi Awal dengan Siklus I ........................... 58
4.5 Histogram Nilai Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Kubus dan
Balok pada 1 Siklus II ............................................................................... 66
4.6 Histogram Nilai Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Kubus dan
Balok pada 2 Siklus II ............................................................................... 68
4.7 Grafik Peningkatan Prosentase Kondisi Awal, siklus I dan siklus II ......... 71
4.8 Histogram Keaktifan Siswa........................................................................ 73
4.9 Histogram Kegiatan Guru .......................................................................... 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Distribusi Frekuensi Data Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan ............... 47
4.2 Hasil Tes Awal di Kelas IV .................................................................... 48
4.3 Distribusi Frekuensi Data Nilai 1 Siklus I .............................................. 54
4.4 Hasil Pertemuan Kedua Siklus I dengan Penggunaan Alat Peraga
Bangun Ruang ........................................................................................ 55
4.5 Distribusi Frekuensi Data Nilai 2 Siklus I .............................................. 56
4.6 Hasil Pertemuan Ketiga Siklus I dengan Penggunaan Alat Peraga
Bangun Ruang ........................................................................................ 57
4.7 Skor Kerja Kelompok Siklus I Kelas IV ................................................ 59
4.8 Distribusi Frekuensi Data Nilai 1 Siklus II............................................. 65
4.9 Hasil Pertemuan Kedua Siklus II dengan Penggunaan Alat Peraga ....... 66
4.10 Distribusi Frekuensi Data Nilai 2 Siklus II ............................................. 67
4.11 Hasil Pertemuan Ketiga Siklus II dengan Penggunaan Alat Peraga
Bangun Ruang ........................................................................................ 68
4.12 Skor Kerja Kelompok Siklus II Kelas IV ............................................... 69
4.13 Perbandingan Prosentase Siswa Belajar Tuntas ..................................... 71
4.14 Keaktifan dalam Pembelajaran Siswa Kelas IV ..................................... 73
4.15 Kegiatan Guru dalam Penggunaan Alat Peraga Bangun Ruang ............. 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Jadwal Penelitian ......................................................................................... 82
2. Daftar Nama Siswa ..................................................................................... 83
3. Kisi-kisi Soal Kondisi Awal ....................................................................... 85
4. Soal, Kunci Jawaban dan Kriteria Penilaian Kondisi Awal ........................ 86
5. Daftar Nilai Kondisi Awal .......................................................................... 88
6. Silabus ......................................................................................................... 89
7. RPP Siklus I ................................................................................................ 91
8. Kisi-kisi Soal 1 Siklus I............................................................................... 104
9. Kisi-kisi Soal 2 Siklus I............................................................................... 105
10. Soal, Kunci Jawaban dan Kriteria Penilaian 1 Siklus I .............................. 106
11. Soal, Kunci Jawaban dan Kriteria Penilaian 2 Siklus I .............................. 108
12. Daftar Nilai 1 Siklus I ................................................................................ 111
13. Daftar Nilai 2 Siklus I ................................................................................ 112
14. Kisi-kisi Lembar Kerja 1 ............................................................................ 113
15. Soal, Kunci Jawaban dan Kriteria Penilaian Lembar Kerja 1 .................... 114
16. Kriteria Penilaian Kelompok ..................................................................... 116
17. Daftar Nilai Kelompok Siklus I ................................................................. 117
18. Hasil Obsevasi Keaktifan Siswa Siklus I ................................................... 118
19. Hasil Obsevasi Kegiatan Guru Siklus I ...................................................... 122
20. RPP Siklus II .............................................................................................. 128
21. Kisi-kisi Soal 1 Siklus II ............................................................................ 142
22. Kisi-kisi Soal 2 Siklus II ............................................................................ 143
23. Soal, Kunci Jawaban dan Kriteria Penilaian 1 Siklus II ............................ 145
24. Soal, Kunci Jawaban dan Kriteria Penilaian 2 Siklus II ............................ 147
25. Daftar Nilai 1 Siklus II ............................................................................... 153
26. Daftar Nilai 2 Siklus II ............................................................................... 154
27. Kisi-kisi Lembar Kerja 2 ............................................................................ 155
28. Soal, Kunci Jawaban dan Kriteria Penilaian Lembar Kerja 2 .................... 156
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
29. Daftar Nilai Kelompok Siklus II ................................................................ 162
30. Hasil Obsevasi Keaktifan Siswa Siklus II .................................................. 163
31. Hasil Obsevasi Kegiatan Guru Siklus II .................................................... 167
32. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus
II ................................................................................................................ 173
33. Data Perbandingan Keaktifan Siswa .......................................................... 174
34. Data Perbandingan Kegiatan Guru............................................................. 175
35. Lembar Jawab Siswa .................................................................................. 176
36. Dokumentasi .............................................................................................. 180
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia menjadi agenda penting
pemerintah. Seperti dalam pembukaan UUD 1945, pentingnya dalam
meningkatkan mutu pendidikan, agar pendidikan di Indonesia semakin maju dan
berkembang. Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan masyarakat
akan pendidikan juga meningkat, sehingga mutu pendidikan juga harus
ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan di masa mendatang. Melalui pendidikan
akan melahirkan karakteristik manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan
itulah diharapkan dapat tercapai peningkatan kehidupan manusia ke arah yang
lebih sempurna.
Jenjang pendidikan di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah pertama, dan pendidikan menengah keatas. Pendidikan di Sekolah
Dasar sangat penting dan menentukan dalam pembelajaran anak didik, di mana
anak belajar baca, tulis, dan hitung yang sangat berpengaruh pada jenjang
pendidikan selanjutnya.
Proses pembelajaran di kelas menurut Sugiyanto (2009) sebagai bagian
integral dari kehidupan masyarakat. Pendidikan di era global harus dapat memberi
dan memfasilitasi bagi tumbuh dan berkembangnya keterampilan intelektual,
sosial dan personal bagi setiap peserta didik. Pembelajaran di kelas ataupun di luar
kelas harus mampu menumbuhkembangkan berbagai kompetensi peserta didik.
Hal inilah yang akan mendukung terciptanya keterampilan intelektual, sosial dan
personal yang didasarkan pada logika, inspirasi, kreatifitas, moral, dan budi
pekerti secara komprehensif antara guru dan siswa (hlm. 12).
Sejarah perkembangan peradapan manusia dahulu sampai sekarang
menyatakan peranan matematika semakin dianggap penting, baik bagi
perkembangan peradapan manusia secara keseluruhan (misal bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi), maupun bagi perkembangan setiap individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Bagi setiap individu, matematika berguna misalnya untuk perolehan keterampilan
tertentu dan untuk pengembangan cara berfikir. Mengingat pentingnya
matematika dan mengingat pula kenyataan bahwa sampai sekarang masih banyak
orang yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika, kiranya perlu
diketahui selengkap mungkin aspek yang diduga mempunyai hubungan
(relevansi) dengan pembelajaran matematika, agar aspek-aspek tersebut dapat
diperhatikan dalam proses pembelajaran siswa secara optimal, sehingga proses
belajar bisa berlangsung dengan lebih lancar dan siswa memperoleh manfaat yang
sebesar mungkin dari kegiatan belajar tersebut. Perkembangan pesat teknologi di
bidang informasi dan komunikasi dewasa ini, sangat membantu keberhasilan guru
dalam mengajar matematika kepada siswanya. Baik itu berupa teori bilangan,
bangun ruang, aljabar, pecahan dan sebagainya
Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan
berfikir yang logis, kreatif, maka pelajaran matematika perlu diberikan kepada
siswa sejak dini mungkin. Berdasarkan observasi, hasil belajar pada mata
pelajaran matematika tentang bangun ruang pada tahun sebelumnya menunjukkan
hasil yang kurang baik. Siswa SDN 01 Tengklik menganggap mata pelajaran
matematika itu rumit, membuat pusing. Seperti yang dialami di SDN 01 Tengklik,
salah satu contoh, pada pelajaran matematika tentang bangun ruang yang
mengalami kesulitan untuk menyampaikan pengertian tentang bangun ruang.
Guru menyampaikan pembelajaran dengan media yang kurang sesuai.
Selain itu siswa hanya belajar dengan mendengarkan dan mencatat materi
pelajaran, guru hanya menggambar di papan tulis atau hanya menunjukkan
gambar-gambar yang terdapat dalam buku pelajaran yang digunakan siswa. Selain
itu siswa juga tidak mendapat pengalaman belajar secara langsung, karena siswa
tidak dituntut untuk mencari dan menemukan sendiri. Maka dari itu siswa tidak
memahami konsep karena siswa hanya menghafal sehingga tidak ada
kebermaknaan dalam mempelajari materi, siswa juga sulit untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan. Disini guru sebagai penyampai materi
pembelajaran harus memperhatikan aspek-aspek individual siswa sebagai
penerima materi pembelajaran. Selain itu juga harus mampu memilih metode dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
alat peraga dalam pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kemampuan siswa di
dalam kelas. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai ulangan harian siswa
SDN 01 Tengklik yang masih rendah. Dengan KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) yang ditetapkan yaitu 71, ada 21 anak yang nilainya dibawah KKM dan
15 anak yang nilainya sudah memenuhi KKM.
Mata pelajaran matematika sangat bermanfaat untuk memberikan bekal
siswa Sekolah Dasar dalam berfikir logis, kritis, kreatif, serta sistematis. Yang
selanjutnya siswa mampu memperoleh, mengelola, bahkan mampu memanfaatkan
untuk menghadapi perkembangan jaman yang semakin kompetitif dan global ini.
Oleh karena itu perlu ditingkatkan nilai siswa SDN 01 Tengklik tentang bangun
ruang kubus dan balok yang akan menjadi dasar pada materi selanjutnya. Selain
itu juga siswa dapat belajar aktif, bekerja sama dengan siswa lain selama
pengajaran dan gurupun selalu menggunakan alat peraga dan model pembelajaran
yang disesuaikan dengan karakter siswanya.
Berangkat dari kesulitan pemahaman siswa dan rendahnya hasil belajar
matematika materi bangun ruang, maka perlu dikembangkan suatu pembelajaran
baru yang lebih menekankan pada kegiatan belajar siswa aktif berinteraksi dan
bekerja sama dengan siswa lain selama pengajaran matematika, sebagai salah satu
alternatif adalah penggunaan alat peraga bangun ruang.
Penggunaan alat peraga bangun ruang ini karena sesuai dengan materi
yang dipelajari dan alat peraga bangun ruang ini ada di sekolah. Selain itu benda-
benda yang berbentuk bangun ruang sesuai contoh alat peraga yang digunakan
dapat ditemukan di sekitar, siswapun dapat belajar secara riil. Sebagai salah satu
cara yang efektif untuk menunjang keberhasilan pembelajaran matematika adalah
penggunaan alat peraga secara rutin. Selain alat peraga, tentu masih ada hal yang
penting yaitu penggunaan model dan metode pembelajaran yang tepat sesuai
dengan perkembangan siswa Sekolah Dasar.
Dari Uraian di atas maka peneliti melakukan penelitian dengan judul
Penggunaan Alat Peraga Bangun Ruang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Tentang Kubus dan Balok Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 01
Tengklik Tahun 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, bahwa pada intinya
permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dari berbagai permasalahan yang
ada. Dengan demikian permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut: “Apakah penggunaan alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan hasil
belajar matematika tentang bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas IV
SD Negeri 01 Tengklik Tahun 2012?’.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah yang diungkapkan di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk : “Untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang bangun
ruang kubus dan balok melalui alat peraga bangun ruang pada siswa kelas IV SD
Negeri 01 Tengklik Tahun 2012”.
D. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
diantaranya yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya dengan pokok
permasalahan yang hampir sama dengan penelitian ini.
b. Sebagai sumbangan karya ilmiah bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya bagi guru (pendidik).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
- Peneliti akan mendapat pengalaman secara langsung.
b. Bagi Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
- Siswa menjadi senang dan tidak takut terhadap mata
pelajaran Matematika.
- Siswa tidak bosan, karena guru menggunakan alat peraga
dan didukung dengan model pembelajaran yang membuat
siswa aktif.
- Siswa mengetahui sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok
serta dapat menggambarnya.
c. Guru
- Dapat mengembangkan kemampuan dalam merencanakan
dan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan
perkembangan siswa SD.
- Meningkatkan kreativitas dan membiasakan guru
menggunakan alat peraga secara rutin.
d. Sekolah
- Penggunaan alat peraga bangun ruang dapat menjadi
pertimbangan dalam mengefektifkan pembinaan,
pembiayaan serta mendorong guru-guru untuk aktif, kreatif
dalam menyusun, merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hasil Belajar Matematika Tentang Bangun Ruang
a. Hakikat Belajar
1) Pengertian Belajar
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan
berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Belajar
merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Belajar merupakan hal
yang kompleks. Sudjana (2009) belajar bukan menghafal dan bukan pula
mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,
pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan
dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain
aspek yang ada pada individu (hlm. 28).
Mengenai pengertian belajar Lapono (2008) mengutarakan belajar
itu suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu beriteraksi
dengan lingkungannya. Perubahan yang tadi diri individu banyak ragamnya,
baik sifat maupun jenisnya (hlm. 12).
Pengertian belajar yang lain, Hamalik (2009) berpendapat: “Belajar
adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
(learning is defined as the modification or strengthening of behavior
through experiencing)”. Berdasarkan pengertian diatas, belajar adalah
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan
perubahan kelakuan (hlm. 36).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Pendapat dari Dimyati dan Mudjiono (1999) belajar merupakan
suatu proses yang melibatkan mausia secara perorangan sebagai kesatuan
organisme sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, keterampilan dan
sikap (hlm. 156). Sedangkan Soemanto (1998) mempunyai pendapat bahwa
belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan
belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu
sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup
manusia tidak lain adalah hasil dari belajar (hlm. 104).
Beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang baik secara kognitif,
afektif, dan psikomotorik yang berupa pengetahuan, pemahaman, sikap,
tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kemampuan, daya reaksi, dan daya
penerimaan.
2) Ciri belajar
Belajar merupakan tindakan yang kompleks, yang memiliki
beberapa ciri-ciri.
Mengenai cirri belajar Hamalik (2009) berpendapat bahwa belajar
sesungguhnya memiliki ciri-ciri tertentu:
(a) Belajar berbeda dengan kematangan
Pertumbuhan adalah saingan utama sebagai pengubah tingkah
laku. Bila serangkaian tingkah laku matang melalui secara wajar
tanpa adanya pengaruh dari latihan, maka dikatakan bahwa
perkembangan itu adalah berkat kematangan (maturation) dan
bukan karena belajar.
(b) Belajar dibedakan dari perubahan fisik dan mental
Perubahan tingkah laku juga dapat terjadi, disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada fisik dan mental karena melakukan
suatu perbuatan berulangkali yang mengakibatkan badan menjadi
letih/lelah.
(c) Ciri belajar yang hasilnya relatif menetap
Hasil belajar dalam bentuk perubahan tingkah laku. Belajar
berlangsung dalam bentuk latihan (practice) dan pengalaman
(experience). Tingkah laku yang dihasilkan bersifat menetap dan
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Tingkah laku itu
berupa perilaku (perfomance) yang nyata dan dapat diamati.
(hlm. 48).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Tim Dosen Pengembang MKDK-IKIP Semarang yang dikutip
Lapono (2008), karakteristik perubahan tingkah laku adalah sebagai berikut:
a) Perubahan tingkah laku secara sadar atau sekurang-kurangnya merasa
terjadi perubahan dalam dirinya.
Contoh seseorang merasa pengetahuannya bertambah, kemahirannya
bertambah.
b) Perubahan dalam belajar kontinu dan fungsional.
Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus-menerus
dan tidak statis.
c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
Dalam perubahan belajar senantiasa bertambah dan tertuju untuk
memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
d) Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara.
Perubahan yang terjadi bersifat menetap atau permanen untuk beberapa
saat saja.
e) Perubahan dalam belajar bertujuan.
Perubahan tingkah laku ini karena ada tujuan yang ingin dicapai.
Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingakah laku yang benar-
benar-benar disadari.
f) Perubahan mencangkup aspek tingkah laku.
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan aspek tingkah laku, baik afektif,
kognitif dan psikomotorik (hlm. 12).
Ciri-ciri (karakteristik) dari belajar yang dikemukakan Winataputra
(2009) yaitu:
a) Perubahan intensional
Pengalaman atau praktik atau latihan itu dengan sengaja dan disadari
dilakukan dan bukan secara kebetulan.
b) Perubahan itu positif
Perubahan ini sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai dengan
kriteria keberhasilan dari segi siswa maupun guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
c) Perubahan itu efektif
Perubahan yang membawa pengaruh dan makna tertentu bagi siswa itu
relatif tetap dan setiap saat diperlukan dalam pemecahan masalah (hlm.
158).
Berbagai pendapat yang telah dikemukakan diatas, dapat
disimpulkan bahwa ciri penting dari belajar adalah terjadinya proses
perubahan pada diri seseorang, perubahan yang dimaksud meliputi aspek-
aspek kematangan, pengetahuan, psikomotorik, nilai dan sikap.
3) Teori belajar
Mengenai teori belajar berdasarkan pendapat dari Abimanyu
(2008) konsep belajar menurut aliran psikologi yaitu:
a) Psikologi tingkah laku, yaitu:
Pertama ada teori belajar koneksionisme yang mengartikan bahwa belajar
merupakan suatu upaya dalam membentuk hubungan antara stimulus dan
respon sebanyak-banyaknya. Yang ke dua teori belajar klassikal
conditioning yang mengartikan belajar atau pembentukan perilaku
diperlukan kondisi tertentu dan dilakukan berulang-ulang. Selanjutnya teori
belajar operant conditioning yaitu penggunaan konsekwensi yang
menyenangkan atau ganjaran dan yang tidak menyenangkan atau hukuman
untuk mengubah tingkah laku. Dan juga teori belajar social pada umumnya
menerima sebagian besar prinsip-prinsip toeri belajar tingkah laku, yang
menekankan pengaruh pikiran pada tindakan dan pengaruh tindakan pada
pikiran.
b) Psikologi kognitif, yaitu:
Pertama, Schema yang berarti dasar ingatan hasil dari pengalaman yang lalu
yang diorganisir secara individual. Selanjutnya ada pendekatan utama
belajar yang meliputi belajar reseptif, penemuan, hafalan dan penuh arti.
Yang ke tiga ada konstruktivism merupakan pendekatan terhadap belajar
dengan secara aktif orang membangun atau membuat pengetahuan sendiri
dan realitas ditentukan pengalamannya sendiri (hlm. 1.2-1.23).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Pendapat Ibrahim dan Syaodih (1991) konsep belajar menurut
beberapa aliran psikologi yang meliputi:
a) Teori psikologi klasik
Belajar sebagai suatu proses pengembangan dan latihan jiwa (mind).
Pengembangan jiwa pada siswa dapat dilakukan dengan pemberian
pendidikan mental dan spiritual.
b) Teori psikologi daya
Belajar merupkan upaya melatih daya-daya agar dapat berfungsi dengan
baik. Untuk meningkatkan daya kreativitas siswa, guru sebagai
fasilatator dapat memberikan pelatihan yang dapat menggali daya
kreativitas siswa.
c) Teori psikologi behavioristik
Belajar membentuk hubungan stimulus-respons dengan latihan-latihan.
Belajar dapat berwujud dengan baik apabila siswa dapat menerapkan
pengalaman yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang didapat di
sekolah.
d) Teori psikologi kognitif
Belajar sebagai atau merupakan proses-proses pusat otak atau struktur
kognitif (fakta) dalam bentuk pemahaman dan pemecahan masalah.
Faktor utama pendukung dalam belajar adalah kecerdasan siswa.
e) Teori psikologi gestalt
Belajar adalah akibat interaksi antara individu dengan lingkungan
berdasarkan keseluruhan dan pemahaman. Kegiatan belajar terjadi
apabila siswa dapat memanfaatkan dan bekerjasama dengam
lingkungam di sekitar siswa (hlm. 8-16).
Teori belajar selanjutnya dikemukakan oleh Winataputra (2008)
yaitu ada teori belajar behavioristik dan teori belajar kognitif. Menurut teori
belajar behavioristik bahwa belajar merupakan perubahan perilaku manusia
yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Sedangkan teori belajar kognitif
setiap orang dalam bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat perkembangan dan pemahaman
atas dirinya sendiri (hlm. 2.1-3.1).
Berbagai pendapat teori belajar diatas dapat disimpulkan bahwa
teori belajar dibagi menjadi beberapa bagian yaitu teori belajar
behavioristik, teori psikologi gestalt, psikologi daya, psikologi klasik, dan
teori belajar kognitif.
b. Pengertian Hasil Belajar
Arah dari proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah rumusan
tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima
pengalaman belajar. Dan untuk penilaian disini adalah tindakan yang
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu
tercapai untuk memperoleh hasil belajar yang baik.
Mengenai hasil belajar Sudjana (2011) berpendapat hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya (hlm. 22). Sementara itu menurut Suprijono (2011)
yang membatasi pengertian hasil belajar merupakan perubahan perilaku
secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja,
hasilnya dilihat tidak terpisah (hlm. 7). Pengertian yang lain, Dimyati dan
Mudjiono (1999) juga mengemukakan hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses hasil belajar.
Hasil belajar untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian
tujuan pengajaran (hlm. 3).
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil“ dan “belajar”. Pengertian hasil (product) yaitu
menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau
proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil
produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan
mengubah bahan menjadi barang jadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Syamsuddin (2009) mengemukakan tentang evaluasi keberhasilan
belajar-mengajar guru. Dijelaskan bahwa salah satu tugas pokok dari setiap
guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan
kegiatan belajar-mengajar (hlm. 166). Untuk mengetahui sejauh mana taraf
keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa secara tepat atu bias dikatakan
valid dan dapat dipercaya atau reliable, untuk melaksanakanya kita
memerlukan informasi yang didukung oleh data yang objektif dan memadai
tentang indikator-indikator tentang perubahan perilaku dan pribadi siswa.
Karena itu kita biasanya berusaha mengambil cuplikan sample of behavioral
changes saja yang diharapkan mencerminkan dari keseluruhan perubahan
perilaku itu. Dengan demikian, jelaslah sejauh mana kecermatan evaluasi
(pertimbangan dan pengambilan keputusan serta diagnosis) kita atas taraf
keberhasilan proses belajar-mengajar itu akan banyak bergantung pada
tingkat ketepatan, kepercayaan, keobjektifan, dan kerepresentatifan
informasi yang didukung oleh data yang diperoleh.
Mengenai hasil belajar yang dikemukakan Winataputra (2004)
hasil belajar tersebut berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Dapat
dikatakan juga bahwa seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah
perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik, atau
penguasaan nilai-nilai (sikap). Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah
perubahan yang dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan),
dimana proses mental dan emosional terjadi. Perubahan perilaku sebagai
hasil belajar dikelompokkan kedalam tiga ranah (kawasan), yaitu:
pengetahuan (kognitif), keterampilan motorik (psikomotorik), dan
penguasaan nilai-nilai atau sikap (afektif). Didalam pembelajaran perubahan
perilaku sebagai hasil belajar tersebut dirumuskan di dalam rumusan tujuan
pembelajaran (hlm. 2.6).
Evaluasi hasil belajar biasanya dapat dilakukan dengan tertulis dan
lisan. Tetapi dalam pelaksanaannya juga harus mempertimbangkan situasi
dan kondisi untuk memilih cara pelaksanaan yang tepat, apakah dilakukan
dengan dengan tertulis atau dilakukan dengan lisan. Biasanya lebih banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
yang menggunakan tertulis karena waktu yang diperlukan lebih sedikit dan
kesempatan memperoleh pertanyaan yang sama untuk semua peserta.
Berbagai pendapat hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah menjalani
proses pembelajaran yang dipengaruhi kondisi dan situasi tertentu, yaitu
pendidikan dan latihan dalam suatu jenjang pendidikan.
c. Hakikat Matematika
Salah satu unsur pokok dalam pembelajaran di Sekolah Dasar
adalah pembembelajaran matematika. Dengan matematika inilah yang akan
membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola pikir
matematis. Setyono (2007) berpendapat matematika adalah salah satu ilmu
yang sangat penting dalam dan untuk hidup kita. Banyak hal di sekitar kita
yang selalu berhubungan dengan matematika. Selain itu, matematika adalah
sesuatu yang dapat membuat muka pucat, sakit perut, atau badan gemetar
dan berkeringat dingin. Matematika dianggap sebagai sesuatu yang
menakutkan (hlm. 1).
Dikemukakan Ruseffendi yang dikutip oleh Heruman (2008)
matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima
pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang
terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak terdefinisikan, ke aksioma atau
postulat, dan akhirnya ke dalil. (hlm:1)
Beberapa definisi atau pengertian tentang matematika yang
dikemukakan Soedjadi (2000) adalah:
a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan aksak dan
terorganisir secara sistematik.
b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan
kalkulasi.
c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan
berhubungan dengan bilangan.
d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta
kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur
yang logik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang
ketat (hlm. 11)
Banyak orang yang mempertukarkan antara matematika dengan
aritmetika atau berhitung. Padahal matematika memiliki cakupan yang lebih
luas daripada aritmetika. Aritmetika hanya merupakan bagian dari
matematika. Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah,
matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para
siswa. Baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang
berkesulitan belajar.
Winataputra (2004) juga mempunyai pendapat bahwa mata
pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol serta ketajaman
penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari (hlm. 1.25).
Pendapat lainya tentang matematika, Karso (2004) mengemukakan bahwa
matematika bagi siswa SD berguna untuk kepentingan hidup dalam
lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya dan untuk
mempelajari ilmu-ilmu yang kemudian (hlm. 1.5)
Demikian pula pendapat Cockroft yang dikutip Abdurrahman
(2003), mengemukakan Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena :
(a) selalu digunakan dalam segala kehidupan; (b) semua bidang studi
memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai; (c) merupakan sarana
komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (d) dapat digunakan untuk
menyajikan informasi dalam berbagai cara; (e) meningkatkan kemampuan
berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (f) memberikan
kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang (hlm. 253).
Beberapa pengertian matematika di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda
abstrak yang berkenaan dengan ide, aturan-aturan, hubungan-hubungan
yang logis dengan menggunakan simbol dan penalaran deduktif yang dapat
berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Shafer, K. G. (2008) dalam International Journal Learning to teach
with technology through an apprenticeship model berpendapat
Advances in mathematics education technology have supported the
shift from teacher-centered instruction to student-centered
instruction, in which the teacher serves as a facilitator for
learning. Kemajuan teknologi pendidikan matematika telah
mendukung pergeseran dari guru-instruksi terpusat untuk instruksi
yang berpusat pada siswa, di mana guru berfungsi sebagai
fasilitator untuk belajar.
Dilihat dari pembelajaran matematika, guru harus memperhatikan
adanya perbedaan individu, karakteristik siswa dan mendukung mereka
untuk belajar dengan baik. Karena setiap peserta didik mempunyai
kemampuan yang berbeda dalam menyerap materi yang disampaikan guru.
Matematika yang diajarkan di jenjang persekolahan yaitu Sekolah Dasar,
Sekolah Lanjutan Pertama dan Sekolah Menengah Umum disebut
matematika sekolah. Sering juga dikatakan bahwa matematika sekolah
adalah unsur-unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih
berdasarkan atau berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan
perkembangan IPTEK. Disini guru menjadi fasilitator dalam mengajarkan
matematika dan siswa yang mengembangkannya. Hal tersebut menunjukkan
bahwa matematika sekolah tidaklah sepenuhnya sama dengan matematika
sebagai ilmu. Dikatakan tidak sepenuhnya sama karena memiliki perbedaan
Soedjadi (2000) mengemukakan perbedaan tersebut antara lain dalam hal
(1) penyajian, disesuaikan dengan perkembangan intelektual dan iptek, (2)
pola pikirnya, disesuaikan dengan topik yang akan disampaikan, (3)
keterbatasan semestanya, adanya penyederhanaan konsep (4) tingkat
keabstrakannya, objek matematika adalah abstrak maka guru harus
menyesuaikan perkembangan penalaran siswa agar objek abstrak terlihat
lebih konkret (hlm. 37).
d. Bangun Ruang Kubus dan Balok
Berkaitan dengan matematika di dalamnya terdapat banyak sistem.
Ada sistem yang mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi juga ada sistem
yang dipandang terlepas satu sama lain. Semua benda padat dapat dilihat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
jika anda memandang benda padat maka yang terlihat hanya permukaan
saja. Anda pasti mengenal kardus yang mempunyai enam sisi dan sisi-
sisinya itu sepasang-sepasang bertemu pada ruas garis. Ini adalah suatu
contoh bangun ruang.
Berkaitan dengan pengertian bangun ruang Ageung (2008)
mengemukakan bangun ruang itu merupakan bangun geometri yang
memiliki volume atau isi. Pembedanya dengan bangun datar adalah bangun
ruang memiliki isi, sedangkan bangun datar tidak memiliki isi (hlm. 41).
Sedangkan Karim (2005) benda padat dapat dilihat dan dipegang, jika
memandangnya akan terlihat permukaannya misalnya batu bata. Seluruh
permukaan batu bata itu adalah contoh dari bangun ruang (hlm. 2.6). Dan
pengertian yang lain, Soenarjo (2007) mengatakan bahwa bangun ruang itu
disebut juga bangun 3 dimensi yang memiliki sifat berbeda-beda (hlm. 226).
Diperoleh beberapa pendapat di atas tentang bangun ruang yang
dapat disambil kesimpulan bahwa bangun ruang adalah bangun yang
memiliki isi dan memiliki sifat yang berbeda-beda.
Bangun ruang memiliki istilah sisi, rusuk, dan titik sudut. Mari kita
perhatikan bangun ruang berikut ini.
Gambar 2.1. Bangun ruang kubus dan balok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Istilah sisi, rusuk, dan titik sudut dikemukakan Burhan Mustaqim
dan Astuty (2008), sisi adalah bidang atau permukaan yang membatasi
bangun ruang. Rusuk adalah garis yang merupakan pertemuan dari dua sisi
bangun ruang. Titik sudut adalah titik pertemuan dari tiga buah rusuk pada
bangun ruang (hlm. 207). Mengenai pendapat diatas Ageung (2008) juga
mengungkapkan pendapatnya bahwa sisi merupakan bidang datarnya, rusuk
merupakan garis-garis yang menyusun suatu bangun ruang, sedangkan titik
sudut adalah bagian pojok-pojoknya (hlm. 41). Dan Soenarjo (2007) juga
mengemukakan bahwa sisi merupakan bidang yang dibatasi oleh rusuk,
sedangkan rusuk itu pertemuan dari sisi-sisinya dan titik sudut adalah
pertemuan dari rusuk (hlm. 235).
Kesimpulannya bahwa sisi adalah bidang datar yang membatasi
bangun ruang tersebut, rusuknya merupakan garis dari pertemuan sisi
bangun ruang, dan titik sudutnya adalah titik pertemuan rusuk di bagian
pojok bangun ruang.
Mari kita selidiki sifat-sifat bangun ruang sederhana tersebut
berkaitan dengan sisi,rusuk, dan titik sudutnya.
1) Kubus
Kubus memiliki enam sisi, seperti dadu. Setiap sisinya berbentuk
persegi. Kubus memiliki dua belas rusuk yang sama panjang. Selain itu
kubus memiliki delapan titik sudut. Heruman (2008) membatasi pengertian
tentang kubus bahwa bangun ruang kubus merupakan bagian dari prisma.
Kubus memiliki ciri khas, yaitu memiliki sisi yang sama. Pengajaran topik
kubus ini kepada siswa bukanlah hal yang sulit, tetapi lagi-lagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
permasalahannya bersumber dari pemberian drill secara langsung, mengenai
bentuk dan ciri-ciri kubus (hlm. 110). Pendapat yang lain dikemukakan oleh
Karim (2005) bahwa suatu prisma siku-siku yang semua sisinya dibatasi
oleh bujur sangkar disebut kubus (hlm. 2.8). Dan pengertian lain mengenai
kubus dari Tri (2009) kubus merupakan bangun ruang yang dibentuk oleh
enam persegi yang mempunyai ukuran sama dan merupakan sisi-sisi dari
kubus tersebut (hlm. 37).
Sifat-Sifat Kubus
Untuk mengetahui sifat-sifat bangun ruang kubus, mari kita
perhatikan gambar di bawah ini.
Mari menyebutkan sisi, rusuk, dan titik sudut pada kubus
ABCD.EFGH.
a) Sisi-sisi pada kubus ABCD.EFGH adalah:
• sisi ABCD • sisi EFGH
• sisi ABFE • sisi DCGH
• sisi ADHE • sisi BCGF
Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang kubus.
Sisi-sisi kubus tersebut berbentuk persegi (bujur sangkar) yang
berukuran sama.
b) Rusuk-rusuk pada kubus ABCD.EFGH adalah:
• rusuk AB • rusuk BC • rusuk AE
• rusuk EF • rusuk FG • rusuk BF
• rusuk HG • rusuk EH • rusuk CG
• rusuk DC • rusuk AD • rusuk DH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Jadi, ada 12 rusuk pada bangun ruang kubus.
Rusuk-rusuk kubus tersebut mempunyai panjang yang sama.
c) Titik-titik sudut pada kubus ABCD.EFGH adalah:
• Titik sudut A • Titik sudut E
• Titik sudut B • Titik sudut F
• Titik sudut C • Titik sudut G
• Titik sudut D • Titik sudut H
Jadi, ada 8 titik sudut pada bangun ruang kubus.
Berbagai pengertian yang diuraian di atas, dapat kita tuliskan
pengertian bangun ruang kubus sebagai berikut ini, kubus adalah sebuah
benda ruang yang dibatasi oleh enam buah persegi yang berukuran sama,
dengan dua belas rusuk yang sama panjang dan delapan titik sudut.
2) Balok
Gambar di atas salah satu kotak lagi yang beda dengan kubus,
namanya balok. Coba lihat, balok ini mirip dengan kubus. Bedanya, rusuk-
rusuk pada balok tidak semuanya sama panjang. Di dalam balok, ada yang
namanya rusuk panjang dan rusuk lebar. Jadi, mirip dengan persegi panjang,
memiliki panjang dan lebar juga. Bedanya, ada rusuk panjang dan rusuk
lebar, balok juga memiliki rusuk tinggi. Balok juga memiliki 12 rusuk dan 8
titik sudut serta 6 sisi. Heruman (2008) mengemukakan bagi siswa Sekolah
Dasar, pengenalan bangun ruang balok sama halnya dengan pengenalan
bangun kubus, yaitu melalui identifikasi bentuk bangun serta analisis ciri-
cirinya. Meskipun demikian, tetap diperlukan konsep pembelajaran yang
benar, serta dengan menggunakan media peraga yang dapat digunakan
sendiri oleh siswa (hlm. 110). Pengertian yang lain diutarakan Ageung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
(2008) balok merupakan bangun ruang yang dinding-dindingnya adalah
gabungan dari empat persegi panjang dan dua persegi itu jika sisi kanan dan
kiri bentuknya persegi, jika sisi kanan dan kiri berbentuk persegi panjang
juga balok tersebut tersusun dari enam persegi panjang (hlm. 55) Sedangka
pendapat Tri (2009) balok merupakan suatu bangun ruang yang dibentuk
oleh tiga pasang persegi panjang (hlm. 36).
Sifat-Sifat Balok
Mengenai balok untuk mengetahui sifat-sifatya bangun ruang
balok, mari kita perhatikan gambar di bawah ini.
Mari menyebutkan sisi, rusuk, dan titik sudut pada balok
ABCD.EFGH.
a) Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah:
• sisi ABCD • sisi EFGH
• sisi ABFE • sisi DCGH
• sisi ADHE • sisi BCGF
Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang balok.
Sisi ABCD = sisi EFGH
Sisi BCFG = sisi ADHE
Sisi ABFE = sisi EFGH
b) Rusuk-rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah:
• rusuk AB • rusuk BC • rusuk AE
• rusuk EF • rusuk FG • rusuk BF
• rusuk HG • rusuk EH • rusuk CG
• rusuk DC • rusuk AD • rusuk DH
Jadi, ada 12 rusuk pada bangun ruang kubus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Rusuk AB = rusuk EF = rusuk HG = rusuk DC
Rusuk BC = rusuk FG = rusuk EH = rusuk AD
Rusuk AE = rusuk BF = rusuk CG = rusuk DH
c) Titik-titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah:
• Titik sudut A • Titik sudut E
• Titik sudut B • Titik sudut F
• Titik sudut C • Titik sudut G
• Titik sudut D • Titik sudut H
Jadi, ada 8 titik sudut pada bangun ruang balok.
Berbagai pengertian yang diuraian di atas, dapat kita tuliskan
pengertian bangun ruang balok sebagai berikut, balok adalah sebuah benda
ruang yang dibatasi oleh tiga pasang (enam buah) persegi panjang dimana
setiap pasang persegi panjang saling sejajar (berhadapan) dan berukuran
sama yang merupakan sisinya, memiliki dua belas rusuk dan delapan titik
sudut.
Jaring-Jaring Kubus dan Balok
Sifat-sifat bangun ruang mempermudah dalam menggambar
bangun ruang, setelah tahu caranya menggambarnya dapat mengetahui
jaring-jaringnya. Karim (2005) jaring-jaring bangun ruang adalah rangkaian
bidang datar dan apabila digabungkan akan membentuk bangun ruang (hlm.
2.18). Sedangkan pendapat Mustaqim dan Astuty (2008), bangun ruang
kubus dan balok terbentuk dari bangun datar persegi dan persegi panjang.
Gabungan dari beberapa persegi yang membentuk kubus disebut jaring-
jaring kubus. Sedangkan jaring-jaring balok adalah gabungan dari beberapa
persegi panjang yang membentuk balok (hlm. 214). Dari Sinaga (2006)
mengemukakan bahwa bangun ruang yang diiris pada beberapa rusuknya
kemudian dibuka dan diratakan sehingga menjadi rangkaian bangun datar
ini yang dinamakan jarring-jaringnya (hlm. 195). Dari beberapa pengertian
tersebut disimpulkan bahwa jarring-jaring yang dimaksud adalah gabungan
dari beberapa bangun datar yang dirangkai sehingga membentuk bangun
ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Berikut contoh dari jaring-jaring kubus dan balok:
Gambar 2.2. Jaring-jaring kubus dan balok
2. Alat Peraga Matematika Bangun Ruang
a. Pengertian Alat Peraga
Anak usia Sekolah Dasar masih terikat dengan objek konkret yang
dapat ditangkap oleh panca inderanya. Disini siswa memerlukan alat bantu
berupa media atau alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan
disampaikan guru sehingga lebih cepat untuk memahami dan mengerti.
Selain itu juga siswa juga dapat melihat objek secara nyata dan akan merasa
senang dan tidak bosan jika penggunaan media atau alat peraga itu rutin dan
ada yang melibatkan mereka juga.
Pengertian alat peraga pada masa lalu, banyak orang menggunakan
istilah alat peraga. Peraga, berasal dari kata raga yang berarti jasad atau
bentuk. Bila diingat sejenak masa nenek moyang manusia ini masih sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
primitif, cara mengajarkan sesuatu kepada anak-anaknya dilakukan melalui
pengalaman langsung (Anitah, 2009).
Istilah alat peraga ini demikian melekat pada banyak pendidik
sampai kurun waktu yang cukup lama. Bahkan sampai saat ini masih
banyak orang menggunakan istilah alat peraga secara silih berganti dengan
istilah lain seperti alat bantu, media, alat pelajaran, dan lain-lain. Dengan
alat peraga dimaksudkan untuk memperjelas pelajaran yang disajikan.
Istilah ini dikemukakan bukan berarti penggunaan kata “alat peraga” itu
dianggap salah atau konvensional. Alat peraga dalam pembelajaran pada
hakekatnya merupakan suatu alat yang digunakan untuk menunjukkan objek
yang riil sehingga memperjelas pengertian pebelajar. Sudjana (2009)
memberikan batasan pengertiannya bahwa alat peraga itu memegang
peranan penting sebagai alat bantu dalam menciptakan keefektifan belajar-
mengajar (hlm. 99).
Ahmed, Jeavons and Oldknow (2004), dalam internasional journal
How Can Teaching Aids Improve the Quality of Mathematics
Education, berpendapat The interplay among and connections
between objects (structured or unstructured), images, language and
symbols that lead to mathematical reasoning and the stating of
mathematical propositions of very wide generality is well worth
closer study. I believe that the subtle distinction between the way
mathematical ideas are constructed from objects and the particular
characteristics of the objects is often not clear in many teachers'
minds. In the plenary, with the help of colleagues, using practical
examples and situations. Interaksi antara dan hubungan antara
objek (terstruktur atau tidak terstruktur), gambar, bahasa dan
simbol yang mengarah pada penalaran matematika dan menyatakan
posisi matematika umum yang sangat luas dipelajari. Saya percaya
bahwa perbedaan halus antara cara ide-ide matematika yang
dibangun dari objek dan karakteristik tertentu dari objek sering
tidak jelas dalam pikiran banyak guru’. Dalam perencanaan,
dengan bantuan dari kolega, menggunakan contoh-contoh yang
praktis dan sesuai situasi.
Matematika yang biasanya dibangun dari objek yang tidak jelas itu
memerlukan suatu objek yang jelas dan nyata, tidak hanya berupa gambar
atau simbol saja agar dapat dengan mudah diterima siswa. Maka perlu
adanya objek secara nyata, atau alat bantu dalam menjelaskannya. Inilah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
perlu adanya alat peraga untuk memperjelas objek yang akan dipelajari
menjadi riil.
Berbagai Pengertian yang lain dikemukakan Nasution (2004), ada
berbagai pendapat tentang alat peraga:
1) Gagne menempatkan alat peraga sebagai komponen sumber, dia
mendefinisikan alat peraga sebagai; “komponen sumber belajar di
lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar”.
2) Briggs berpendapat bahwa harus ada sesuatu untuk
mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses
belajar. Karena itu dia mendefinisikan alat peraga sebagai “wahana
fisik yang mengandung materi pembelajaran”.
3) Wilbur Schramm nampaknya melihat alat peraga dalam pendidikan
sebagai suatu teknik untuk menyampaikan pesan. Oleh sebab itu dia
mendefinisikan alat peraga, sebagai berikut “ Alat peraga adalah
teknologi pembawa informasi atau pesan pembelajaran”.
4) Yusuf Hadi Miarso melihat alat peraga secara makro dalam
keseluruhan sistem pendidikan sehingga definisinya berbunyi
“Segalanya sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar”
(hlm. 7.3).
Berbagai pendapat tentang alat peraga di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa alat peraga adalah suatu teknologi alat bantu yang
digunakan dalam proses pembelajaran, untuk menyampaikan materi
pembelajaran yang menunjukkan sesuatu objek secara nyata atau riil pada
peserdik agar lebih jelas.
b. Fungsi Alat Peraga
Alat peraga merupakan salah satu unsur yang berfungsi untuk
mengantarkan bahan pelajaran agar mudah dipahami siswa dan
menunjukkan objek secara nyata. Menurut Sudjana (2009), ada enam fungsi
pokok dari alat peraga dalam proses belajar-mengajar. Keenam fungsi
tersebut adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
1) Penggunaan alat peraga dalam belajar-mengajar sebagai alat bantu
untuk mewujudkan situasi belajar-mengajar yang efektif.
2) Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan situasi mengajar. Alat peraga merupakan salah satu unsur
yang harus dikembangkan guru.
3) Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan
dan isi pelajaran. Penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan
dan bahan pelajaran.
4) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat
hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses
belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
5) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk
mempercepat proses belajar-mengajar dan membantu siswa dalam
menangkap pengertian yang diberikan guru.
6) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran untuk mempertinggi mutu
belajar-mengajar. Hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat
siswa, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi (hlm. 99).
Disamping enam fungsi di atas penggunaan alat peraga dalam
proses belajar-mengajar mempunyai nilai-nilai seperti dikemukakan
Sudjana (2009) di bawah ini :
1) Dengan peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk
berpikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme.
2) Dengan peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk
belajar.
3) Dengan peragaan dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar
sehingga hasil belajar bertambah mantap.
4) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.
5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.
6) Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya
kemampuan berbahasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
7) Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain
serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar
yang lebih sempurna (hlm. 100).
Fungsi alat peraga yang dikemukakan oleh Iswadji (1996) meliputi:
Sebagai alat bantu dalam memperjelas konsep, meningkatkan efisiensi
waktu dalam proses belajar-mengajar. Selanjutnya meningkatkan motivasi
belajar-mengajar, dan menunjang cara belajar siswa yang aktif (hlm. 1).
Sedangkan menurut Nasution (2004) untuk memperjelas pesan
pembelajaran, memberikan tekanan dibagian-bagian yang penting,
memberikan variasi dalam proses belajar-mengajar, dan memotivasi belajar
peserdik (hlm. 7.4).
Pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi alat
peraga adalah sebagai alat bantu dalam proses belajar-mengajar yang dapat
mewujudkan situasi belajar yang efektif dan memotivasi peserdik agar lebih
mudah menerima penjelasan materi yang disampaikan secara bervariasi
tersebut.
c. Jenis Alat Peraga
Alat peraga dalam proses belajar-mengajar kita bedakan menjadi
alat peraga dua dan tiga dimensi dan alat peraga yang diproyeksi, menurut
Sudjana (2009).
1) Alat peraga dua dan tiga dimensi
Alat peraga dua dimensi artinya alat yang mempunyai ukuran
panjang dan lebar, sedangkan alat peraga tiga dimensi di samping
mempunyai panjang dan lebar juga mempunyai ukuran tinggi.
Alat peraga dua dan tiga dimensi ini antara lain ialah :
a) Bagan ialah gambaran dari sesuatu yang dibuat dari garis dan
gambar. Bagan bertujuan untuk memperlihatkan hubungan perkembangan,
perbandingan, dan lain-lain. Jenis bagan antara lain bagan keadaan, lukisan,
perbandingan, petunjuk, waktu, dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b) Grafik adalah penggambaran data berangka, bertitik, bergaris,
bergambar yang memperlihatkan hubungan timbal balik informasi secara
statistik. Dibedakan, ada grafik garis, batang, lingkaran, dan grafik
bergambar.
c) Poster merupakan penggambaran yang ditujukan sebagai
pemberitahuan, peringatan, maupun penggugah selera yang biasanya berisi
gambar-gambar. Poster yang baik gambarnya sederhana, kata-katanya
singkat dan menarik perhatian.
d) Gambar mati adalah sejumlah gambar, foto, lukisan, baik dari
majalah, buku, koran, atau sumber lain yang dapat digunakan sebagai alat
bantu pengajaran.
e) Peta datar banyak digunakan sebagai peraga dalam pelajaran ilmu
bumi dan kependudukan. Peta datar ialah gambaran suatu permukaan bumi
yang mewujudkan ukuran dan kedudukan yang kecil dilakukan dalam garis,
titik dan lambang.
f) Peta timbul pada dasarnya peta dasar yang dibentuk dengan tiga
dimensi. Dibuat dari tanah liat atau bubur kertas. Penggunaannya sama
dengan peta datar.
g) Globe merupakan model penampang bumi yang dilukiskan dalam
bentuk benda bulat. Globe adalah alat peraga yang tepat untuk menunjukkan
negara-negara di dunia.
h) Papan tulis ada papan pengumuman, papan tempel. Alat ini
merupakan alat klasik yang tak pernah dilupakan orang dalam proses
belajar-mengajar.
2) Alat-alat peraga yang diproyeksi
Alat peraga yang diproyeksi, adalah alat peraga yang menggunakan
proyektor sehingga gambar nampak pada layar. Alat peraga yang diproyeksi
antara lain :
Film pada hakikatnya merupakan penemuan baru dalam interaksi
belajar-mengajar yang mengkombinasikan dua macam indria saat yang
sama. Film adalah serangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
kecepatan tertentu sehingga menggambarkan pergerakan yang nampak
normal. Menggunakan film dalam pendidikan dan pengajaran di kelas
terutama untuk :
(1) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.
(2) Menambah daya ingat pada pelajaran.
(3) Mengembangkan daya fantasi anak didik.
(4) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.
(5) Mengatasi pembatasan dalam jarak waktu.
(6) Memperjelas hal-hal yang abstrak.
(7) Memberikan gambaran pengalaman yang lebih realistik.
Slide dan filmstrip adalah gambar yang diproyeksikan yang dapat
dilihat dengan mudah oleh siswa di dalam kelas. Slide adalah sebuah
gambar transparan (tembus sinar) yang diproyeksikan oleh cahaya melalui
proyektor. Filmstrip atau film slide adalah gambar seri yang diproyeksikan
oleh cahaya melalui proyektor. Gambar ini sering disebut frame atau
bingkai. Penggunaan slide dan filmstrip dalam pendidikan mempunyai nilai
atau manfaat karena :
(1) Penyajiannya berupa satu unit dalam suatu kesatuan yang bulat.
(2) Menimbulkan dan mempertinggi minat siswa.
(3) Dapat digunakan dalam ruangan kecil dan setengah gelap.
(4) Praktis dan mudah dibuat.
(5) Dapat dibuat dan digunakan untuk semua mata pelajaran atau
bidang studi.
(6) Bila kurang jelas dapat diulang dengan mudah dan cepat (hlm. 100)
Jenis alat peraga yang dikemukakan Sudjana yang berupa grafik,
poster, chart, papan tulis menurut Setiawan (2009) itu merupakan alat yang
tidak diproyeksikan (hlm. 2.1). Sedangkan Nasution (2004) mengemukakan
secara umum alat peraga terdiri dari: bahan cetakan seperti: koran, majalah.
Alat-alat audio dan visual seperti: radio kaset, TV. Selanjutnya sumber-
sumber masyarakat seperti: monument, candi. Kemudian koleksi benda-
benda seperti: mata uang kuno, awetan tumbuhan dan binatang. Berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
bentuk penyajiannya yaitu alat peraga tidak diproyeksikan seperti: gambar,
foto, peta timbul, awetan tumbuhan dan hewan. Dan alat peraga
diproyeksikan seperti: film strip. Sedangkan berdasarkan sumbernya alat
peraga dibagi menjadi alat peraga alamiah seperti hewan, tumbuhan.
Selanjutnya alat peraga buatan seperti model alat pernafasan, model jantung,
model kubus dan balok dan lainnya (hlm. 7.4).
Pendapat yang telah dikemukakan diatas diambil kesimpulannya
jenis alat peraga yang bermacam-macam dapat membantu proses belajar
meliputi alat peraga dua dan tiga dimensi, juga alat peraga yang
diproyeksikan dan alat peraga alami dan buatan.
d. Alat Peraga Bangun Ruang Kubus dan Balok
Seperti yang dijelaskan di atas bangun ruang adalah bangun
geometri yang memiliki volume atau isi, Ageung (2008). Berbagai jenis alat
peraga, menurut Sudjana (2009) sudah dijelaskan di atas alat peraga dua
dimensi yang artinya alat tersebut mempunyai ukuran panjang dan lebar,
misalnya berupa gambar. Sedangkan alat peraga tiga dimensi di samping
mempunyai panjang dan lebar juga mempunyai ukuran tinggi (hlm. 100).
Misalnya kardus. Alat peraga yang digunakan dalam pengajaran bangun
ruang ini seperti yang dijelaskan yaitu alat peraga tiga dimensi.
Contoh alat peraga bangun ruang tersebut:
Gambar 2.3. Alat peraga bangun ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Alat peraga bangun ruang yang digunakan juga dapat ditemukan di
lingkungan sekitar, sebagai contoh adalah kotak kue, batu bata, kotak kapur
dadu, almari, kardus sabun, kardus pasta gigi dan sebagainya, Sa’dijah
(2001) Semua itu dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran sehingga siswa
lebih mudah memahaminya, selain itu juga mudah ditemukan di lingkungan
sekitar (hlm. 61).
Contoh alat peraga yang ada di sekitar:
Gambar 2.4. Alat peraga kubus dan balok yang ada di sekitar.
B. Penelitian Yang Relevan
Endar Ari Handayani (2010), dalam penelitiannya yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Menjumlah Bilangan Bulat Menggunakan Alat
Peraga Garis Bilangan Pada Siswa Kelas IV SDN Tanjungsari Banyudono
Boyolali Tahun ajaran 2009/2010”. Pada siklus I keberhasilannya 69,2%
dan pada siklus II mencapai 80,8%. Menyimpulkan bahwa melalui alat
peraga garis bilangan dapat meningkatkan kemampuan menjumlah bilangan
bulat pada siswa kelas IV SDN Tanjungsari Banyudono Boyolali Tahun
ajaran 2009/2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Istanti (2010), dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan
Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Bangun Ruang Dalam Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV SDN 03
Sidanegara Kedungreja Cilacap Tahun pelajaran 2009/2010”. Pada siklus I
keberhasilannya 68% dan pada siklus II mencapai 88%. Menyimpulkan
bahwa melalui model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
pemahaman konsep bangun ruang dalam pelajaran matematika siswa kelas
IV SDN 03 Sidanegara Kedungreja Cilacap Tahun pelajaran 2009/2010.
Harinda Dina Natamia (2010), dalam penelitiannya yang berjudul
“Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Kontekstual
Pada Siswa Kelas III SDN 1 Simo Kecamatan Boyolali Tahun Pelajaran
2009/2010”. Hasil penelitian ini Pada siklus I keberhasilannya 97,2% dan
pada siklus II mencapai 100%, menyimpulkan bahwa melalui pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas
III SDN 1 Simo Kecamatan Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010.
C. Kerangka Berpikir
Keberhasilan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan
pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang tinggi. Di dalam
pembelajaran di sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran
matematika, banyak siswa yang hasil belajarnya rendah dalam
pembelajarannya. Hal tersebut akibat dari mata pelajaran matematika
banyak tidak disukai siswa dan pembelajaran yang bersifat konvensional.
Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari berbagai hal, diantaranya
pembelajaran yang monoton karena guru di dalam menyampaikan materi
dengan metode ceramah, siswa pasif, kurang memperhatikan penjelasan dari
guru hanya diam, mendengarkan, dan mencatat tugas dari guru. Hal ini
menjadikan konsentrasi dan pemahaman siswa kurang pada pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
matematika dan nilai matematika siswa banyak yang dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).
Penggunaan alat peraga bangun ruang dimungkinkan dapat
meningkatkankan hasil belajar matematika. Alat peraga bangun ruang
adalah alat yang dipakai untuk membantu menanamkan konsep tentang
bangun ruang kubus dan balok pada siswa kelas IV Sekolah Dasar. Dengan
alat peraga ini siswa diharapkan dapat memahami konsep dari bangun ruang
kubus dan balok serta dapat memberi contoh benda-benda yang menyerupai
bangun ruang tersebut. Selain itu berdasarkan sifat bangun ruang tersebut
siswa dapat membuat jaring-jaringnya.
Pada kondisi akhir pembelajaran, siswa lebih aktif, dapat
bekerjasama dan pembelajaran lebih bermakna. Dengan alat peraga bangun
ruang siswa lebih paham terhadap materi, hal ini dapat meningkatkan hasil
belajar matematika tentang kubus dan balok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Berdasarkan uraian tersebut maka kerangka pemikiran dapat
digambarkan secara sistematis ke dalam gambar 2.5 berikut:
Gambar 2.5. Kerangka Berfikir
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat
dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut “Penggunaan alat peraga
bangun ruang dapat meningkatan hasil belajar matematika tentang bangun
ruang kubus dan balok pada siswa kelas IV SD N 01 Tengklik Tahun ajaran
2011/2012”.
Kondisi
Awal
Tindakan
Kondisi
Akhir
Pembelajaran
yang bersifat
konvensional
Hasil belajar matematika
tentang bangun ruang kubus
dan balok siswa rendah,
yaitu 41,67%.
Pembelajaran
menggunakan
alat peraga
bangun ruang
SIKLUS I
- Perencanaan
- Tindakan
- Pengamatan
- Refleksi
SIKLUS II
- Perencanaan
- Tindakan
- Pengamatan
- Refleksi
Diduga dengan menggunakan alat peraga bangun
ruang dapat meningkatkan hasil belajar matematika
tentang bangun ruang kubus dan balok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sekolah 01
Tengklik, Guyon desa Tengklik, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten
Karanganyar. SD Negeri 01 Tengklik ini walaupun tempatnya jauh dari
kecamatan dan kabupatennya sudah berdiri dari tahun 1973 dan merupakan salah
satu sekolah negeri yang berada di lingkup wilayah Karanganyar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2011/2012,
selama 6 bulan dimulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012. Sebelum
diadakan penelitian perlu ada persiapan. Jadwal penelitian terlampir.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Mengenai subjek penelitian Suwandi (2009) mengatakan bahwa subjek
penelitian adalah siswa dan guru yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran
(hlm. 55). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N 01 Tengklik Tahun
Ajaran 2011/2012. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan
jumlah siswa 36, yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.
Sedangkan mengenai objek penelitian Arikunto (2006) mengemukakan
objek penelitian adalah sasaran yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (hlm.
118). Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian yaitu hasil belajar siswa
kelas IV SD N 01 Tengklik. Proses pembelajarannya yaitu guru menjelaskan
tujuan pembelajaran, menjelaskan tentang bangun ruang kubus dan balok,
memberi soal latihan. Jadi nilai siswa yang diperoleh dari mengerjakan soal
latihan menjadi objek penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Menurut Wiriaatmadja (2009) penelitian tindakan kelas adalah
bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek
pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri (hlm. 13).
Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran
mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Suwandi (2009)
mengemukakan bahwa tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengadakan
perbaikan atau peningkatan mutu praktik pembelajaran di kelas (hlm. 15). Dengan
menggunakan bentuk Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan akan mendapat
informasi yang sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan praktek-praktek
pembelajaran di kelas secara professional.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tindakan
model siklus. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan melalui empat
tahap, yaitu : perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan
(observasing), dan refleksi (reflecting) (Taggart (1988) dalam Zainal Aqib, 2009).
Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini:
Gambar 3.1. Prosedur pelaksanaan PTK Zainal Aqib (2009: 30)
D. Sumber Data
Mengenai sumber data Arikunto (2006) mengutarakan bahwa sumber
data adalah sumber darimana data diperoleh, baik dari manusia, peristiwa, tingkah
laku, dukumen arsip, benda-benda lain yang berhubungan. atau subjek dariman
data diperoleh (hlm. 129). Oleh karena itu data yang diperlukan dalam penelitian
dapat diperoleh dari beberapa sumber data, yaitu informan atau responden, tempat
dan peristiwa, arsip dan dokumen.
Penelitian menentukan responden dengan cara memilih informan yang
dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data, serta mengetahui
masalah yang diteliti secara mendalam, Arikunto (2010) secara garis besar data
Perencanaan Tindakan Observasi merefleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
yang dikumpulkan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) Data primer adalah
data yang langsung keluar dari mulut, dikatakan oleh orang atau pihak yang
menjadi sumber data, dan (2) Data sekunder adalah data yang diperolehnya tidak
langsung dari sumber data. Pada penelitian ini sumber data berasal dari:
1. Sumber data primer (pokok)
Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu guru dan siswa
kelas IV SDN 01 Tengklik.
2. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah penelitian dokumen
dan arsip berupa, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, hasil pekerjaan
siswa dan lembar penilaian, hasil observasi. (hlm. 143)
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan juga sumber data
yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Tes
Suatu proses mengajar dan belajar perlu diadakan penilaian secara
objektif dari guru. Menurut Suwandi (2009) tes yang dimaksud untuk mengukur
seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan
(hlm. 59). Tes ini peneliti gunakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan
hasil belajar siswa kelas IV SDN 01 Tengklik tentang bangun ruang kubus dan
balok mata pelajaran matematika.
2. Observasi
Pengumpulan data dengan observasi menurut Sugiyono (2010), dari segi
proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi
participant observation (observasi berperan serta) dan non participant
observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi
dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur (hlm. 204).
Observasi berperan serta, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari
orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh
sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini,
maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada
tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
Observasi non partisipan, peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai
pengamat independen. Peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat
membuat kesimpulan. Pengumpulan data dengan observasi non partisipan ini
tidak akan mendapatkan data yang mendalam, dan tidak sampai pada tingkat
makna. Observasi atau pengamatan dilakukan selama pelaksanaan tindakan
berlangsung. Dari pengamatan tersebut untuk mengukur atau menilai aktivitas
guru dan peserta didik kelas IV SD 01 Tengklik. Dalam hal ini, peneliti bertindak
sebagai partisipan aktif, yaitu peneliti yang melakukan tindakan (sebagai guru
pengajar) kegiatan pembelajaran dengan materi bangun ruang kubus dan balok
menggunakan alat peraga bangun ruang. Sedangkan, guru kelas IV sebagai
pengamat pasif terhadap proses pembelajaran sehingga lebih leluasa dalam
mengamati jalannya pembelajaran.
3. Dokumentasi
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data selain yang disebutkan
diatas adalah dokumentasi. Dari pendapat Arikunto (2006), dokumen yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, prastati, notulen, rapat, agenda dan sebagainya (hlm. 158). Dokumen
dalam penelitian ini yaitu kurikulum, RPP guru, buku atau materi pelajaran, dan
arsip nilai peserta didik kelas IV SDN 01 Tengklik yang diberikan oleh guru, foto-
foto di setiap pelaksanaan pembelajaran tindakan dalam proses pembelajaran
menggunakan alat peraga.
Dokumentasi foto kegiatan pembelajaran, merupakan instrumen yang
penting, yaitu sebagai bukti kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian.
Melalui dokumen foto ini akan memperkuat data yang diperoleh. Adapun
dokumen foto yang diambil adalah pada saat guru atau peneliti melaksanakan
pembelajaran setiap siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
F. Validitas Data
Suatu penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya adalah
semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya
diukur atau diteliti. Sugiyono (2010) mengemukakan untuk instrumen yang
berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan
antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan (hlm. 182).
Penelitian yang dilakukan ini, menggunakan validitas isi (content
validity), berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang
seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau
variabel. Misalnya tes hasil belajar bidang studi tersebut. Hal ini bisa dilakukan
dengan cara menyusun tes yang bersumber dari kurikulum bidang studi yang
hendak diukur. Disamping kurikulum dapat juga dipercaya dengan melihat atau
mengkaji buku sumber. Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2010) menyatakan bahwa
“bila bangunan teorinya sudah benar, maka hasil pengukuran dengan alat ukur
(instrumen) yang berbasis teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang valid”
(hlm. 176).
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif komparatif. Agar hasil penelitian dapat terwujud sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
Melihat dari pendapat Suwandi (2009), teknik analisis deskriptif
komparatif digunakan dengan membandingkan hasil antarsiklus. Peneliti
membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus
(hlm. 61).
Berdasarkan rincian di atas, langkah-langkah yang akan ditempuh dalam
penelitian ini adalah :
1. Pengolahan Data : mengolah data dari hasil penelitian.
2. Penyajian Data : menyajikan data yang sudah diolah dalam bentuk
tabel, diagram, atau grafik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
3. Analisis Data : membandingkan data yang telah disajikan yaitu antara
data sebelum penelitian dan data siklus I dan II. Setelah akhir siklus,
membandingkan data hasil penelitian dengan indikator kinerja.
4. Penyimpulan : menarik kesimpulan
H. Indikator Kerja
Indikator kinerja yang dikemukakan Suwandi (2009), indikator kinerja
merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan
keberhasilan atau keefektifan penelitian (hlm. 61). Indikator kinerja yang ingin
dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan hasil belajar
matematika tentang bangun ruang kubus dan balok pada peserta didik kelas IV
SDN 01 Tengklik dengan menggunakan alat peraga bangun ruang. Indikator
penelitian ini bersumber dari kurikulum dan silabus KTSP matematika kelas IV
serta Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dalam penelitian ini yang menjadi
indikator kinerja adalah: apabila 80% dari jumlah siswa kelas IV mencapai nilai
KKM, sedangkan nilai KKM untuk mata pelajaran matematika adalah 71,00.
I. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, sehingga mekanisme
kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus (direncanakan 2 siklus) yang setiap
siklus terdiri atas 4 kegiatan, yaitu:
1. perencanaan,
2. pelaksanaan,
3. observasi,
4. analisis dan refleksi.
Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam
satu siklus ada 3 kali tatap muka/pertemuan yang masing-masing 2x35 menit,
sesuai skenario pembelajaran dan RPP pada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 3.2. Model Penelitian Tindakan Suharsimi Arikunto (2006: 16)
Rancangan prosedur penelitian tindakan kelas ini diuraikan sebagai
berikut:
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini, meliputi:
1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai SK dan KD.
2) Menyiapkan sarana pendukung seperti ruang kelas, materi, sumber,
dan alat peraga bangun ruang.
3) Menyiapkan lembar penilaian.
Perencanaan
Siklus I Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Siklus II Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
4) Membuat lembar observasi.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Setelah membuat rencana yang matang maka langkah selanjutnya
adalah melaksanakan tindakan yang telah direncanakan dalam skenario
pembelajaran pada siklus I. Langkah-langkah yang dilaksanakan pada tindakan
siklus I sebagai berikut:
1) Pelaksanaan pembelajaran dilakukan di jam sesuai dengan jadwal
pelajaran
2) Guru mengucapkan salam dilanjutkan dengan berdoa bersama dan
presensi kehadiran peserta didik
3) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
4) Apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada peserta didik
“Siapa yang tahu tentang bangun ruang?”
5) Siswa menjawab pertanyaan dari guru mengenai bangun ruang di
lingkungan.
6) Menggali pengetahuan siswa mengenai sifat-sifat bangun ruang
dengan menunjukkan contoh bangun ruang.
7) Dalam proses pembelajaran, guru menggunakan alat peraga bangun
ruang.
8) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
9) Setiap kelompok diberi diberi lembar kerja yang akan didiskusikan
dalam kelompoknya.
10) Setiap kelompok berdiskusi mengerjakan lembar kerja yang
diberikan guru.
11) Perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi.
12) Guru memberi evaluasi.
13) Guru memberikan pemantapan materi yang telah dipelajari
14) Siswa diberi kesempatan bertanya tentang materi yang belum
dipahami.
15) Siswa membuat rangkuman pelajaran yang telah dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
16) Guru memberikan PR dan guru menutup pelajaran.
c. Tahap Pengamatan
pengamatan dilakukan oleh guru kelas IV terhadap pelaksanaan tindakan
oleh peneliti dalam pembelajaran matematika tentang bangun ruang kubus dan
balok menggunakan alat peraga. Tahap pengamatan dilakukan dengan mengamati
proses pembelajaran (aktivitas guru dan peserta didik). Guru kelas IV melakukan
pengamatan teradap aktivitas peserta didik dan kinerja guru (peneliti).
d. Tahap Refleksi
Peneliti bersama guru kelas IV membuat refleksi atas tindakan pada
siklus I. Pada tahap refleksi peneliti melakukan analisis terhadap proses
pelaksanaan pembelajaran siklus I dan hasil belajar berupa nilai peserta didik pada
siklus I tentang bangun ruang kubus dan balok. Hasil dari pelaksanaan tindakan
dan hasil dari pengamatan kemudian dibandingkan dengan indikator ketercapaian
kinerja yang telah ditentukan. Kegiatan pembelajaran matematika pada siklus I
kurang menyenangkan dan guru belum menciptakan kondisi kelas yang kondusif
secara optimal. Dilihat dari hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini
hanya mencapai 55,56% yaitu hanya 20 siswa yang tuntas, masih 44,44% atau 16
siswa yang belum tuntas. Hasil ini masih belum mencapai indikator keberhasilan
yang ditentukan yaitu 80%. Maka dari itu, penelitian ini akan disempurnakan pada
siklus II.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Peneliti merencanakan tindakan, meliputi:
1) Menganalisis kekurangan yang terdapat pada siklus I untuk
menentukan suatu perbaikan
2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai SK dan KD
siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
3) Menyiapkan sarana pendukung seperti ruang kelas, materi, sumber,
dan alat peraga bangun ruang.
4) Menyiapkan lembar penilaian
5) Membuat lembar observasi
Perbaikan tindakan yang akan dilakukan dari hasil refleksi siklus I
yaitu:
1) Identifikasi masalah pada siklus I.
2) Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan peserta didik.
3) Mempersiapkan alat peraga bangun ruang dan kerangkanya yang
telah diberi abjad berupa benda nyata yang akan digunakan dalam
proses perbaikan pembelajaran.
4) Mempersiapkan situasi kelas dan siswa agar kondusif sehingga siap
dipergunakan untuk proses pembelajaran dan melibatkan siswa
dalam proses pelaksanaan pembelajaran.
5) Menetapkan indikator ketercapaian yang akan dilaksanakan dalam
proses pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini, pada dasarnya sama dengan
pelaksanaan tindakan pada siklus I. Pelaksanaan pada siklus II ini disesuaikan
dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada siklus I, sehingga rencana
tindakan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I.
c. Tahap Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh guru kelas IV terhadap pelaksanaan tindakan
oleh peneliti dalam pembelajaran matematika tentang bangun ruang kubus dan
balok menggunakan alat peraga yang dikaitkan dengan benda nyata disekitar.
Tahap pengamatan dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas
guru dan peserta didik). Guru kelas IV melakukan pengamatan teradap aktivitas
peserta didik dan kinerja guru (peneliti).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
d. Tahap Refleksi
Tahap refleksi siklus II, peserta didik yang memperoleh nilai di atas
KKM sudah memenuhi target yaitu 86,11% sudah tuntas, lebih dari 80% maka
peserta didik dikatakan aktif dalam pembelajaran matematika tentang bangun
ruang kubus dan balok menggunakan alat peraga yang dikaitkan dengan benda
nyata disekitar. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga yang
sesuai materi dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang kubus dan
balok pada peserta didik kelas IV SDN 01 Tengklik tersebut telah berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 01 Tengklik,
Tawangmangu. SD Negeri 01 Tengklik berdiri pada tahun 1973. Ketika berdiri
memiliki Nomor Statistik Sekolah (NSS) 101031306019. Saat ini SD Negeri 01
Tengklik merupakan salah satu Sekolah Dasar yang ada di wilayah Kabupaten
Karanganyar.
Secara geogarafis Sekolah Dasar Negeri 01 Tengklik berada di wilayah
Kabupaten Karanganyar, Kecamatan Tawangmangu, tepatnya terletak di desa
Tengklik. Letak SD Negeri 01 Tengklik jauh dari kecamatan dan kabupatennya.
Di sebelah utara berbatasan dengan kantor kelurahan, sebelah timur ada jalan
desa, selatan berbatasan dengan rumah penduduk, sedangkan di sebelah barat
sekolahan berbatasan dengan kebun cengkih.
Sekolah Dasar Negeri 01 Tengklik memiliki 6 ruang kelas yaitu kelas I,
kelas II, kelas III, kelas IV, kelas V, dan kelas VI. Bangunan lain diantaranya
adalah 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang komputer, 1 ruang UKS,
tempat parkir, kamar mandi guru dan siswa dan gedung perpustakaan. SD Negeri
01 Tengklik juga memiliki halaman yang cukup luas dan tergabung dengan SD
Negeri 01 Tengklik yang biasa digunakan untuk tempat upacara, olahraga dan
bermain siswa.
Data personil ketenagaan SD Negeri 01 Tengklik pada tahun pelajaran
2011/2012 terdiri dari satu Kepala Sekolah, 6 guru kelas, 1 guru agama, 1 guru
penjaskes, 1 guru bahasa Inggris, 1 petugas perpustakaan, 1 penjaga sekolah.
Demi kelancaran program-program sekolah dan semakin meningkatnya mutu
pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 01 Tengklik, maka segenap komponen
pengelola sekolah, baik kepala sekolah, komite sekolah, guru maupun karyawan
senantiasa melaksanakan tugas sesuai dengan tanggungjawab masing-masing
sesuai dengan yang tertuang dalam program kerja yang telah direncanakan pada
setiap awal tahun pelajaran. Mekanisme kerja segenap komponen pengelola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Sekolah Dasar Negeri 01 Tengklik tersebut berada dibawah koordinasi dan
pengawasan kepala sekolah.
Tahun pelajaran 2011/2012, jumlah keseluruhan siswa SD Negeri 01
Tengklik adalah 198 siswa yang terbagi menjadi enam kelas. Adapun rinciannya
adalah sebagai berikut : kelas I ada 32 siswa, kelas II ada 28 siswa, kelas III ada
35 siswa, kelas IV ada 36 siswa, kelas V ada 37 siswa, kelas VI ada 30 siswa.
Siswa SD Negeri 01 Tengklik yang berjumlah 198 siswa sebagian besar memeluk
agama Islam. Latar belakang pekerjaan orang tua siswa sebagian besar adalah
petani, karena sebagian besar daerah desa Tengklik adalah perkebunan dan
pertanian yang banyak ladang sayuran.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal di SD diketahui sebelum melaksanakan proses penelitian,
sebelumnya dilakukan kegiatan survei awal untuk mengetahui keadaan nyata di
lapangan. Proses ini dilakukan melalui observasi dan tes awal pelajaran
matematika pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok di kelas IV SD Negeri
01 Tengklik, dengan ini dapat diketahui guru lebih banyak menggunakan metode
ceramah dalam menjelaskan materi pelajaran, kegiatan pembelajaran kurang aktif,
guru tidak menyiapkan alat peraga dalam menjelaskan materi pelajaran, hanya
menjelaskan di papan tulis, guru kurang banyak memberikan contoh-contoh.
Sedangkan permasalahan yang ditemui pada siswa yaitu: siswa terlihat
bosan untuk mengikuti pelajaran, siswa kurang memperhatikan penjelasan dan
tugas dari guru, siswa masih banyak yang takut untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan dari guru. Dari hasil evaluasi awal sebelum diterapkan pembelajaran
dengan alat peraga pada pelajaran matematika materi bangun ruang kubus dan
balok menunjukan pemahaman siswa masih rendah sehingga nilainya banyak
yang di bawah KKM. Hal ini terbukti dari tiga puluh enam siswa hanya 41,67%
atau lima belas siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM ( nilai 71 ), sedangkan
sisanya ada 58,33% atau dua puluh satu siswa yang nilainya di bawah KKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Fakta hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar siswa
mendapatkan nilai rendah, seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa siswa yang
nilainya mencapai KKM hanya ada 15 siswa dan nilai rata-rata kelasnya adalah
57,44. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa dalam materi
bangun ruang kubus dan balok masih kurang, maka perlu ditingkatkan. Hasil nilai
dari tindakan awal penyelesaian soal pada materi bangun ruang kubus dan balok
berdasarkan lampiran 5 dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini :
Tabel 4.1. Frekuensi Data Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan di Kelas IV SDN 01
Tengklik Tahun 2012
Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Prosentase
20 – 32 4 26 104 11,11%
33 – 44 7 38,5 269,5 19,44%
45 – 56 8 50,5 404 22,22%
57 – 68 1 62,5 62,5 2,78%
69 – 80 13 74,5 968,5 36,11%
81 – 92 3 86,5 259,5 8,33%
93 – 104 0 98,5 0 0
Nilai rata-rata kelas 57,44
Ketuntasan klasikal (15:36) x 100% = 41,67%
Dilihat dari tabel di atas diketahui bahwa yang mendapat nilai 20-32 ada
4 siswa yaitu 11,11%, yang mendapat nilai 33-44 ada 7 siswa yaitu 19,44%, nilai
45-56 ada 8 siswa yaitu 22,22%, nilai 57-68 ada 1 yaitu 2,78%, nilai 69-80 ada 13
siswa yaitu 36,11%, nilai 81-92 ada 3 siswa yaitu 8,33% dan 93-104 tidak ada.
Dengan nilai rata-rata kelas 57,44 dan ketuntasan klasikalnya ada 15 siswa yaitu
41,67%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Berdasarkan tabel 4.1 tentang distribusi frekuensi nilai awal siswa dapat dibuat
histogram yang tertera pada gambar 4.1 di bawah ini:
Gambar 4.1. Histogram Nilai Awal Siswa Sebelum Tindakan di Kelas IV
SD Negeri 01 Tengklik Tahun 2012
Berdasarkan data hasil tes awal pada lampiran 5 dapat disimpulkan hasil tes awal
seperti pada tabel 4.2 di bawah ini :
Tabel 4.2. Hasil Tes Awal di Kelas IV SD Negeri 01 Tengklik Tahun 2012
Keterangan Tes Awal
Nilai Terendah 20
Nilai Tertinggi 90
Rata-Rata Nilai 57,44
Siswa Belajar Tuntas 41,67%
Analisis hasil evaluasi dari tes awal siswa, diperoleh nilai rata-rata
kemampuan awal siswa kelas IV tentang bangun ruang kubus dan balok yaitu
57,44. Hasil tersebut ternyata masih di bawah nilai rata-rata yang diinginkan yaitu
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL
4
13
7
8
1
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
71. Pada tes awal ini diperoleh nilai terendah 20 dan nilai tertinggi 90. Besarnya
prosentase siswa tuntas belajar yaitu 41,67%, sedangkan ketuntasan siswa
diharapkan mencapai 80%. Dari hasil analisis tes awal tersebut, maka perlu
dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada
materi bangun ruang.
2. Deskripsi Siklus I
a. Tindakan Siklus I
Deskripsi data tindakan siklus I terdiri dari paparan data perencanaan,
data tindakan, data observasi dan data refleksi.
1) Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan dilaksanakan sebagai awal untuk melakukan
tindakan pada kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah persiapan yang
dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan antara lain adalah membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran. Sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran, peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang
kemudian didiskusikan dengan guru kelas IV. Peneliti juga mempersiapkan
alat peraga yang akan dipakai dalam proses pembelajaran bangun ruang.
Dalam melaksanakan tindakan siklus I telah disepakati untuk dilaksanakan
menjadi tiga kali pertemuan yang masing-masing pertemuan alokasi
waktunya 2x 35 menit yaitu pada hari Selasa tanggal 24 April 2012, hari
Rabtu tanggal 25 April 2012 dan Kamis tanggal 26 April 2012.
Peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran
materi bangun ruang kubus dan balok dengan menggunakan alat peraga
bangun ruang dan model kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions).
Standar Kompetensi : 8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan
hubungan antar bangun datar.
Kompetensi Dasar :
8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana.
8.2 Menentukan jaring-jaring balok dan kubus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Indikator :
Aspek kognitif
a) Mengidentifikasi bangun ruang kubus dan balok.
b) Menyebutkan sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok.
Aspek afektif
c) Memberi contoh-contoh bangun ruang kubus dan balok.
Aspek psikomotor
d) Membuat gambar kubus dan balok sesuai ukuran yang ditentukan.
e) Membuat berbagai jaring-jaring kubus dan balok.
2) Pelaksanaan Tindakan
Siklus I ini dibagi menjadi tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama
membahas tentang sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok. Pertemuan
kedua mengingatkan pembahasan pada pertemuan pertama dan dilanjutkan
membahas jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok. Sedangkan
pertemuan ketiga mengingatkan pembahasan pada pertemuan kedua dan
dilanjutkan tes.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan alat peraga dan model
kooperatif tipe STAD, langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu
kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah sebelum
pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa, apersepsi
kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti, adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
(1) Siswa menperhatikan penjelasan singkat dari guru mengenai sifat-
sifat bangun ruang kubus dan balok.
(2) Siswa menjawab pertanyaan dari guru mengenai bangun ruang di
lingkungan.
(3) Menggali pengetahuan siswa mengenai sifat-sifat bangun ruang
dengan menunjukkan contoh bangun ruang.
(4) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
(5) Setiap kelompok diberi lembar kerja yang akan didiskusikan dalam
kelompoknya.
(6) Setiap kelompok berdiskusi mengerjakan lembar kerja yang
diberikan guru.
(7) Perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi.
Kegiatan penutup adalah guru memberikan penghargaan pada
kelompok yang paling aktif kemudian memberikan pemantapan materi
dilanjutkan memberikan PR pada siswa.
b) Pertemuan kedua
Pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu
kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah sebelum
pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa, apersepsi
kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti, adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
(1) Menggali pengetahuan siswa mengenai jaring-jaring bangun ruang
dengan menunjukkan bangun ruang dan alat peraga.
(2) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
(3) Setiap kelompok diberi tugas menggambar jaring-jaring bangun
ruang kubus dan balok, tetapi tiap anak dalam satu kelompok harus
menggambar jaring-jaring yang berbeda.
(4) Setiap kelompok berdiskusi menentukan jaring-jaring kubus dan
balok kemudian di gambar pada kertas berpetak dan dikumpulkan
dalam satu kelompok.
(5) Perwakilan tiap kelompok menggambarkan jaring-jaring di papan
tulis.
(6) Guru memberikan evaluasi pada siswa.
Kegiatan penutup adalah guru memberikan pemantapan materi
yang telah dipelajari.
c) Pertemuan ketiga
Pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu
kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah sebelum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa, apersepsi
kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan intinya
guru mengulang sedikit pada pertemuan yang kedua dan dilanjutkan
pelaksanaan tes. Setelah selesai siswa bersama guru mengoreksi hasil
pelaksanaan tes individu.
Kegiatan penutup adalah guru memberikan pemantapan materi
yang telah dipelajari dan memberi penghargaan pada siswa yang
memperoleh nilai maksimal.
3) Observasi
Guru kelas dalam observasi melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan
hasil belajar dengan menggunakan alat peraga, yang dilaksanakan dengan
menggunakan lembar observasi/pengamatan dan dokumentasi berupa foto
dan rekaman. Dalam tahap ini yang menjadi observer adalah wali kelas IV
SDN 01 Tengklik. Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data
mengenai kegiatan yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran yang
dilaksanakan dan juga dilakukan untuk mengamati kegiatan siswa selama
mengikuti pembelajaran.
Dari data-data hasil observasi siklus I, diperoleh hasil sebagai
berikut:
a) Kegiatan Siswa ( Lampiran 18 )
(1) Kedisiplinan siswa memperoleh skor dua, (2) kesiapan siswa
menerima pelajaran memperoleh skor tiga, (3) keaktifan siswa
memperoleh skor tiga, (4) kemampuan siswa melakukan diskusi
memperoleh skor dua, (5) kemampuan siswa menjawab pertanyaan
dalam diskusi memperoleh skor dua, (6) keadaan siswa dengan
lingkungan belajar memperoleh skor tiga, (7) kemampuan siswa
mengerjakan tes individu memperoleh skor dua, (8) secara umum skor
total kegiatan siswa pada siklus I adalah tujuh belas masuk kriteria baik.
b) Kegiatan Guru ( Lampiran 19 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
(1) Persiapan memulai kegiatan pembelajaran memperoleh skor tiga,
(2) pengelolaan kelas memperoleh skor dua, (3) pengelolaan waktu
dalam proses pembelajaran memperoleh skor dua, (4) kegiatan
apersepsi memperoleh skor tiga, (5) kegiatan penyampaian materi
melalui penggunaan alat peraga memperoleh skor tiga, (6) kegiatan
tanya jawab memperoleh skor tiga, (7) diskusi dan penjelasan konsep
memperoleh skor tiga, (8) perhatian guru terhadap siswa memperoleh
skor tiga, (9) pengembangan aplikasi memperoleh skor tiga, (10)
kemampuan menutup pelajaran memperoleh skor dua, (11) secara
umum total skor kegiatan guru pada siklus I adalah dua puluh tujuh
termasuk dalam kritera baik.
Pengamatan yang dilakukan dapat dilihat pembelajaran matematika
yang dilaksanakan menggunakan alat peraga bangun ruang pada siklus I
dapat disimpulkan keaktifan siswa sudah baik tetapi belum maksimal, dan
hasil yang diharapkan belum dapat tercapai.
4) Analisis dan Refleksi
Diambil dari hasil penelitian siklus I kemudian dilakukan analisis
dan refleksi hasil pembelajaran. Dari hasil observasi kegiatan siswa dalam
mengikuti pembelajaran sudah baik selama pembelajaran berlangsung. Pada
siklus I didapatkan ketuntasan hasil belajar siswa hanya 55,56% ,sehingga
masih belum mencapai target penelitian 80%. Dengan demikian penelitian
ini perlu dilanjutkan ke siklus II.
b. Hasil Tindakan Siklus I
1) Pertemuan Pertama
Penelitian yang dilakukan pada siklus I pertemuan pertama, guru
mengajar materi bangun ruang kubus dan balok dan mengawalinya dengan
menggali pengetahuan siswa tentang materi bangun ruang kubus dan balok
dengan menggunakan alat peraganya. Dari pertemuan pertama ini siswa
diajak untuk memahami berbagai sifat-sifatnya dengan sedikit penjelasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
guru. Selesai pembelajaran siswa diberikan pekerjaan rumah mengenai
bangun ruang kubus dan balok.
2) Pertemuan Kedua
Penelitian yang dilakukan pada siklus I pertemuan kedua,
berdasarkan lampiran 12 diperoleh data nilai pada tabel 4.3 di bawah ini :
Tabel 4.3. Frekuensi Data Nilai Pertemuan Kedua Siklus I di Kelas IV SDN
01 Tengklik Tahun 2012
Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Prosentase
20 – 32 3 26 78 8,33%
33 – 44 1 38,5 38,5 2,78%
45 – 56 5 50,5 252,5 13,89%
57 – 68 10 62,5 625 27,78%
69 – 80 12 74,5 894 33,33%
81 – 92 4 86,5 346 11,11%
93 – 104 1 98,5 98,5 2,78%
Nilai rata-rata kelas 64,79
Ketuntasan klasikal (17:36) x 100% = 47,22%
Dilihat dari tabel di atas diketahui bahwa yang mendapat nilai 20-32 ada
3 siswa yaitu 8,33%, yang mendapat nilai 33-44 ada 1 siswa yaitu 2,78%, nilai 45-
56 ada 5 siswa yaitu 13,89%, nilai 57-68 ada 10 yaitu 27,78%, nilai 69-80 ada 12
siswa yaitu 33,33%, nilai 81-92 ada 4 siswa yaitu 11,11% dan 93-104 ada 1 siswa
yaitu 2,78%. Dengan rata-rata kelasnya 64,79 dan ketuntasan klasikalnya ada 17
siswa yaitu 47,22%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Berdasarkan tabel 4.3 tentang distribusi frekuensi nilai siswa pertemuaan
kedua di siklus I dapat dibuat histogram tertera pada gambar 4.2 di bawah
ini:
0
2
4
6
8
10
12
14
20 – 32 33 – 44 45 – 56 57 – 68 69 – 80 81 – 92 93 – 104
Gambar 4.2. Histogram Nilai Pertemuan Kedua Siklus I di Kelas IV SDN
01 Tengklik Tahun 2012
Berdasarkan data nilai siswa pertemuaan kedua di siklus I pada lampiran 12
dapat disimpulkan seperti pada tabel 4.4 di bawah ini :
Tabel 4.4. Hasil Pertemuan Kedua Siklus I dengan Penggunaan Alat Peraga
di Kelas IV SD Negeri 01 Tengklik Tahun 2012
Keterangan Tes Awal
Nilai Terendah 20
Nilai Tertinggi 95
Rata-Rata Nilai 64,79
Siswa Belajar Tuntas 47,22%
INTERVAL
F
R
E
K
U
E
N
S
I
3
1 1
10
5
12
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
3) Pertemuan Ketiga
Penelitian yang dilakukan pada siklus I pertemuan ketiga,
berdasarkan lampiran 13 diperoleh data nilai pada tabel 4.5 di bawah ini :
Tabel 4.5. Frekuensi Data Nilai Pertemuan Ketiga Siklus I di Kelas IV SDN
01 Tengklik Tahun 2012
Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Prosentase
20 – 32 1 26 26 2,78%
33 – 44 3 38,5 115,5 8,33%
45 – 56 3 50,5 151,5 8,33%
57 – 68 9 62,5 562,5 25%
69 – 80 9 74,5 670,5 25%
81 – 92 8 86,5 692 22,22%
93 – 104 3 98,5 295,5 8,33%
Nilai rata-rata kelas 69,82
Ketuntasan klasikal (20:36) x 100% = 55,56%
Dilihat dari tabel di atas diketahui bahwa yang mendapat nilai 20-32 ada
1 siswa yaitu 2,78%, yang mendapat nilai 33-44 ada 3 siswa yaitu 8,33%, nilai
45-56 ada 3 siswa yaitu 8,33%, nilai 57-68 ada 9 yaitu 25%, nilai 69-80 ada 9
siswa yaitu 25%, nilai 81-92 ada 8 siswa yaitu 22,22% dan 93-104 ada 3 siswa
yaitu 8,33%. Dengan rata-rata kelasnya 69,82 dan ketuntasan klasikalnya ada 20
siswa yaitu 55,56%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Berdasarkan tabel 4.5 tentang distribusi frekuensi nilai siswa pertemuaan
ketiga di siklus I dapat dibuat histogram tertera pada gambar 4.3 di bawah
ini:
Gambar 4.3. Histogram Nilai Pertemuan Ketiga Siklus I di Kelas IV SDN
01 Tengklik Tahun 2012
Berdasarkan data nilai siswa pertemuaan ketiga di siklus I pada lampiran 13
dapat disimpulkan seperti pada tabel 4.6 di bawah ini :
Tabel 4.6. Hasil Pertemuan Ketiga Siklus I dengan Penggunaan Alat Peraga
di Kelas IV SD Negeri 01 Tengklik Tahun 2012
Keterangan Tes Awal
Nilai Terendah 26
Nilai Tertinggi 93
Rata-Rata Nilai 69,82
Siswa Belajar Tuntas 55,56%
INTERVAL
F
R
E
K
U
E
N
S
I
3
9
8
3 3
1
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Dilihat dari hasil evaluasi siklus I yang terdiri dari tiga pertemuan
dan evaluasi yang dilakukan pada pertemuan kedua dan ketiga dapat diambil
kesimpulan, pada siklus I kemampuan siswa dalam memahami materi
bangun ruang kubus dan balok masih belum sesuai dengan yang diharapan,
karena nilai yang diperoleh belum memenuhi. Dari penelitian siklus I
diperoleh data rata-rata kelas 69,82, ketuntasan klasikalnya adalah 55,56%
atau 20 siswa mencapai batas nilai KKM, sedangkan siswa yang tidak tuntas
sebanyak 44,44% atau 16 siswa.
Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini
harus dilanjutkan ke siklus berikutnya yaitu siklus II, karena ketuntasan
klasikal siklus I belum sesuai yang diharapkan. Jika dibandingkan siklus I
dengan kondisi awal sebelum tindakan sudah mengalami peningkatan.
Berdasarkan lampiran 32 perbandingan siklus I dan kondisi awal dapat
dilihat padahistogram tertera pada gambar 4.4 di bawah ini :
Gambar 4.4. Histogram Perbandingan Keadaan Awal dan Siklus I di Kelas
IV SDN 01 Tengklik Tahun 2012
%
k
e
t
u
n
t
a
s
a
n
41,67
55,56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Berdasarkan data pada kondisi awal sebelum tindakan dan siklus I
maka dapat diperoleh juga data penilaian kerja kelompok yang dilaksanakan
dalam proses pembelajaran untuk mengetahui kerjasama siswa dalam
kelompoknya. Dari nilai masing-masing kelompok pada lampiran 17 dapat
dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini :
Tabel 4.7. Skor Kerja Kelompok Siklus I Kelas IV SD Negeri 01 Tengklik
Tahun 2012
Nama
Kelompok Kerjasama
Ketepatan
Jawaban Kecepatan Ketelitian
Nilai
Akhir
I √ √ √ √ 4
II √ - - √ 2
III √ √ √ √ 4
IV √ √ - √ 3
V √ - √ - 2
VI √ - - √ 2
Berdasarkan tabel 8, dapat dilihat skor kelompok yang paling tinggi
adalah kelompok I dan III yang sama-sama memperoleh skor 4, kedua ada
kelompok IV yang mendapat skor 3, untuk skor terendah adalah kelompok
II, V, VI dengan skor 2. Jadi kerjasama yang baik dan kompak terlihat pada
kelompok yang mendapatkan skor tertinggi.
3. Deskripsi Siklus II
a. Tindakan Siklus II
Deskripsi data tindakan siklus II terdiri dari paparan data perencanaan,
data tindakan, data observasi dan data refleksi.
1) Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan dilaksanakan sebagai awal untuk melakukan
tindakan pada kegiatan pembelajaran. Adapun langkah-langkah persiapan
peneliti dalam tahap perencanaan antara lain adalah membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran, selain itu perlu disiapkan alat peraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Pelaksanaan tindakan siklus II disepakati untuk dilaksanakan menjadi tiga
kali pertemuan yang masing-masing pertemuan alokasi waktunya 2 x 35
menit yaitu pada hari Senin tanggal 30 April 2012, hari Selasa tanggal 1
Mei 2012 dan Rabu tanggal 2 Mei 2012.
Peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran
materi bangun ruang kubus dan balok dengan menggunakan alat peraga
yang telah dipersiapkan sebelumnya dan model PBL ( Problem Based
Learning).
Standar Kompetensi : 8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan
hubungan antar bangun datar.
Kompetensi Dasar :
8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana.
8.2 Menentukan jaring-jaring balok dan kubus.
Indikator :
Aspek kognitif
a) Mengidentifikasi bangun ruang kubus dan balok.
b) Menyebutkan sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok.
Aspek afektif
c) Memberi contoh-contoh bangun ruang kubus dan balok.
Aspek psikomotor
d) Membuat gambar kubus dan balok sesuai ukuran yang ditentukan.
e) Membuat berbagai jaring-jaring kubus dan balok.
2) Pelaksanaan Tindakan
Siklus II ini dibagi menjadi tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama
membahas tentang sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok. Pertemuan
kedua mengingatkan pembahasan pada pertemuan pertama dan dilanjutkan
membahas jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok. Sedangkan
pertemuan ketiga mengingatkan pembahasan pada pertemuan kedua dan
dilanjutkan tes.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan alat peraga dan model
PBL, langkah-langkahnya sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
a) Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu
kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah sebelum
pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa, apersepsi
kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti, adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
(1) Siswa menperhatikan penjelasan singkat dari guru mengenai sifat-
sifat bangun ruang kubus dan balok.
(2) Menggali pengetahuan siswa mengenai sifat-sifat bangun ruang
dengan menunjukkan contoh bangun ruang dan kerangka bangun
ruang yang ada abjadnya.
(3) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
(4) Setiap kelompok diberi permasalahan yang akan didiskusikan
dalam kelompoknya.
(5) Pemberian lembar kerja berupa berbagai jaring-jaring kubus dan
balok yang akan didiskusikan dalam kelompoknya.
(6) Setiap kelompok berdiskusi mencari jaring-jaring yang dapat dibuat
kubus dan balok.
(7) Setiap kelompok yang sudah menemukan jaring-jaringnya akan
menempelkan pada kertas yang telah disediakan.
(8) Perwakilan kelompok menggambarkan jawaban hasil diskusinya.
Kegiatan penutup adalah guru memberikan penghargaan pada
kelompok yang paling aktif kemudian memberikan pemantapan materi
pada siswa.
b) Pertemuan kedua
Pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu
kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah sebelum
pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa, apersepsi
kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti, adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
(1) Menggali pengetahuan siswa mengenai jaring-jaring kubus dan
balok dengan menunjukkan bangun ruang dan alat peraga.
(2) Menyuruh beberapa siswa menggambarkan jaring-jaring di papan
tulis.
(3) Siswa memperhatikan sedikit penjelasan guru mengenai jaring-
jaring kubus dan balok.
(4) Beberapa siswa maju menunjukkan sisi alas dan tutup dari jaring-
jaring dari contoh kubus dan balok.
(5) Siswa menggambarkan jaring-jaring kubus dan balok.
(6) Guru memberikan evaluasi pada siswa.
Kegiatan penutup adalah guru memberikan pemantapan materi
yang telah dipelajari.
c) Pertemuan ketiga
Pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu
kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah sebelum
pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa, apersepsi
kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan intinya
guru mengulang sedikit pada pertemuan yang kedua dan dilanjutkan
pelaksanaan tes. Setelah selesai siswa bersama guru mengoreksi hasil
pelaksanaan tes individu.
Kegiatan penutup adalah guru memberikan pemantapan materi
yang telah dipelajari dan memberi penghargaan pada siswa yang
memperoleh nilai maksimal.
3) Observasi
Guru kelas dalam observasi melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan
hasil belajar dengan menggunakan alat peraga, yang dilaksanakan dengan
menggunakan lembar observasi/pengamatan dan dokumentasi berupa foto
dan rekaman. Dalam tahap ini yang menjadi observer adalah wali kelas IV
SDN 01 Tengklik. Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data
mengenai kegiatan yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
dilaksanakan dan juga dilakukan untuk mengamati kegiatan siswa selama
mengikuti pembelajaran.
Diketahui dari data hasil observasi siklus II, diperoleh hasil sebagai
berikut:
a) Kegiatan Siswa ( Lampiran 30 )
(1) Kedisiplinan siswa memperoleh skor tiga, (2) kesiapan siswa
menerima pelajaran memperoleh skor tiga, (3) keaktifan siswa
memperoleh skor tiga, (4) kemampuan siswa melakukan diskusi
memperoleh skor tiga, (5) kemampuan siswa menjawab pertanyaan
dalam diskusi memperoleh skor dua, (6) keadaan siswa dengan
lingkungan belajar memperoleh skor tiga, (7) kemampuan siswa
mengerjakan tes individu memperoleh skor tiga, (8) skor total kegiatan
siswa pada siklus II adalah dua puluh masuk kriteria baik.
b) Kegiatan Guru ( Lampiran 31)
(1) Persiapan memulai kegiatan pembelajaran memperoleh skor tiga,
(2) pengelolaan kelas memperoleh skor tiga, (3) pengelolaan waktu
dalam proses pembelajaran memperoleh skor tiga, (4) kegiatan
apersepsi memperoleh skor tiga, (5) kegiatan penyampaian materi
melalui penggunaan alat peraga memperoleh skor tiga, (6) kegiatan
tanya jawab memperoleh skor tiga, (7) diskusi dan penjelasan konsep
memperoleh skor tiga, (8) perhatian guru terhadap siswa memperoleh
skor tiga, (9) pengembangan aplikasi memperoleh skor empat, (10)
kemampuan menutup pelajaran memperoleh skor tiga, (11) total skor
kegiatan guru pada siklus II adalah tiga puluh satu yang masuk kriteria
sangat baik.
Pengamatan yang dilakukan dapat dilihat pembelajaran matematika
yang dilaksanakan menggunakan alat peraga bangun ruang pada siklus II
dapat disimpulkan keaktifan siswa sudah baik dan hasil yang diharapkan
dapat tercapai dengan baik pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
4) Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil penelitian siklus II kemudian dilakukan analisis
dan refleksi hasil pembelajaran. Dari hasil observasi menunjukkan keaktifan
siswa meningkat dan lebih semangat dalam mengikuti pelajaran karena
terlihat tidak bosan. Selain itu juga siswa lebih sungguh-sungguh dalam
mengerjakan tes yang diberkan oleh guru sehingga nilai yang didapatkan
lebih bagus. Pada siklus II didapatkan ketuntasan hasil belajar siswa
mencapai 86,11% dan meningkat dibandingkan ketuntasan pada siklus I.
Dengan tercapainya target ketuntasan minimal (80%) maka penelitian dapat
dihentikan.
b. Hasil Tindakan Siklus II
1) Pertemuan Pertama
Penelitian yang dilakukan pada siklus II pertemuan pertama, guru
mengajar materi bangun ruang kubus dan balok dan mengawalinya dengan
menggali pengetahuan siswa tentang materi bangun ruang kubus dan balok
dengan menggunakan alat peraga bangun ruang yang diberi abjad. Dari
pertemuan pertama ini siswa diajak untuk memahami berbagai sifat-
sifatnya beserta jaring-jaringnya juga. Dan di sini setiap kelompok diberi
permasalahan mencari jaring-jaring yang dapat dibuat kubus dan balok dan
didiskusikan dalam kelompoknya.
2) Pertemuan Kedua
Penelitian yang dilakukan pada siklus II pertemuan kedua,
berdasarkan lampiran 25 diperoleh data nilai pada tabel 4.8 dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 4.8. Frekuensi Data Nilai Pertemuan Kedua Siklus II di Kelas IV
SDN 01 Tengklik Tahun 2012
Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Prosentase
20 – 32 1 26 26 2,78%
33 – 44 2 38,5 77 5,56%
45 – 56 1 50,5 50,5 2,78%
57 – 68 2 62,5 125 5,56%
69 – 80 16 74,5 1192 44,44%
81 – 92 8 86,5 692 22,22%
93 – 104 6 98,5 591 16,67%
Nilai rata-rata kelas 76,49
Ketuntasan klasikal (26:36) x 100% = 72,22%
Dilihat dari tabel di atas diketahui bahwa yang mendapat nilai 20-32 ada
1 siswa yaitu 2,78%, yang mendapat nilai 33-44 ada 2 siswa yaitu 5,56%, nilai
45-56 ada 1 siswa yaitu 2,78%, nilai 57-68 ada 2 yaitu 5,56%, nilai 69-80 ada 16
siswa yaitu 44,44%, nilai 81-92 ada 8 siswa yaitu 22,22% dan 93-104 ada 3 siswa
yaitu 16,67%. Dengan rata-rata kelasnya 76,49 dan ketuntasan klasikalnya ada 26
siswa yaitu 72,22%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Berdasarkan tabel 4.8 tentang distribusi frekuensi nilai siswa pertemuaan
kedua di siklus II dapat dibuat histogram tertera pada gambar 4.5 di bawah
ini:
Gambar 4.5. Histogram Nilai Pertemuan Kedua Siklus II di Kelas IV SDN
01 Tengklik Tahun 2012
Berdasarkan data nilai siswa pertemuaan kedua di siklus II pada lampiran 25
dapat disimpulkan seperti pada tabel 4.9 di bawah ini :
Tabel 4.9. Hasil Pertemuan Kedua Siklus II dengan Penggunaan Alat Peraga
di Kelas IV SD Negeri 01 Tengklik Tahun 2012
Keterangan Tes Awal
Nilai Terendah 30
Nilai Tertinggi 100
Rata-Rata Nilai 76,49
Siswa Belajar Tuntas 72,22%
INTERVAL
F
R
E
K
U
E
N
S
I
1 2 2
1
16
8
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
3) Pertemuan Ketiga
Penelitian yang dilakukan pada siklus II pertemuan ketiga,
berdasarkan lampiran 26 diperoleh data nilai pada tabel 4.10 di bawah ini :
Tabel 4.10. Frekuensi Data Nilai Pertemuan Ketiga Siklus II di Kelas IV
SDN 01 Tengklik Tahun 2012
Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Prosentase
20 – 32 0 26 0 0%
33 – 44 1 38,5 38,5 2,78%
45 – 56 2 50,5 101 5,56%
57 – 68 2 62,5 125 5,56%
69 – 80 13 74,5 968,5 36,11%
81 – 92 10 86,5 865 27,78%
93 – 104 8 98,5 788 22,22%
Nilai rata-rata kelas 80,17
Ketuntasan klasikal (31:36) x 100% = 86,11%
Dilihat dari tabel di atas diketahui bahwa yang mendapat nilai 20-32
tidak ada yaitu 0%, yang mendapat nilai 33-44 ada 1 siswa yaitu 2,78%, nilai 45-
56 ada 2 siswa yaitu 5,56%, nilai 57-68 ada 2 yaitu 5,56%, nilai 69-80 ada 13
siswa yaitu 36,11%, nilai 81-92 ada 10 siswa yaitu 27,78% dan 93-104 ada 8
siswa yaitu 22,22%. Dengan rata-rata kelasnya 80,17 dan ketuntasan klasikalnya
ada 31 siswa yaitu 86,11%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Berdasarkan tabel 4.10 tentang distribusi frekuensi nilai siswa pertemuaan
ketiga di siklus II dapat dibuat histogram tertera pada gambar 4.6 di bawah
ini:
Gambar 4.6. Histogram Nilai Pertemuan Ketiga Siklus II di Kelas IV SDN
01 Tengklik Tahun 2012
Berdasarkan data nilai siswa pertemuaan ketiga di siklus II pada lampiran
26 dapat disimpulkan seperti pada tabel 4.11 di bawah ini :
Tabel 4.11. Hasil Pertemuan Ketiga Siklus II dengan Penggunaan Alat
Peraga di Kelas IV SD Negeri 01 Tengklik Tahun 2012
Keterangan Tes Awal
Nilai Terendah 36
Nilai Tertinggi 100
Rata-Rata Nilai 80,17
Siswa Belajar Tuntas 86,11%
Dilihat dari hasil evaluasi siklus II yang dilakukan pada pertemuan
kedua dan ketiga dapat diambil kesimpulan, pada siklus II kemampuan
siswa dalam memahami materi bangun ruang kubus dan balok sesuai
INTERVAL
F
R
E
K
U
E
N
S
I 1
2 2
13
10
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
dengan yang diharapan, karena nilai yang diperoleh sudah memenuhi. Dari
penelitian siklus II diperoleh data rata-rata kelas 80,17, ketuntasan
klasikalnya adalah 86,11% atau 31 siswa mencapai batas nilai KKM,
sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 13,89% atau 5 siswa.
Berdasarkan hasil di atas ketuntasan belajar siswa sudah mencapai target
ketuntasan minimal yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu 80%, maka
penelitian ini dapat dihentikan.
Diketahui dari kondisi awal sebelum tindakan, siklus I dan siklus II
diperoleh juga skor kerja kelompok. Berdasarkan nilai dari masing-masing
kelompok pada lampiran 29 dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini :
Tabel 4.12. Skor Kerja Kelompok Siklus II Kelas IV SD Negeri 01
Tengklik Tahun 2012
Nama
Kelompok Kerjasama
Ketepatan
Jawaban Kecepatan Ketelitian
Nilai
Akhir
I √ √ √ √ 4
II √ √ √ - 3
III √ √ - √ 3
IV - √ √ - 2
V √ √ √ √ 4
VI √ - √ √ 3
Berdasarkan tabel 13, skor kerja kelompok yang paling tinggi
adalah kelompok I dan V yang memperoleh skor 4, kedua ada kelompok II,
III, VI yang mendapat skor 3, untuk skor terendah adalah kelompok IV
dengan skor 2. Kelompok yang mempunyai kerjasama yang bagus dalam
kerja kelompok adalah kelompok yamg memperoleh skor tertinggi.
C. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada siklus I dan
siklus II dapat dinyatakan bahwa pembelajaran matematika menggunakan
alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar materi bangun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
ruang kubus dan balok pada siswa kelas IV SDN 01 Tengklik dan dapat
terlihat juga siswa tidak merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran.
Hal ini terlihat dengan menggunakan alat peraga bangun ruang
mampu menjadikan siswa lebih mudah memahami materi yang
disampaikan. Dalam pembelajarannyapun didukung dengan pembagian
kelompok agar siswa dapat bekerjasama dengan temannya dan tidak merasa
bosan. Dengan alat peraga bangun ruang yang disesuaikan dengan materi
perhatian siswa juga lebih terpusat, berbeda dengan sebelumnya guru
menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas. Siswa hanya
mendengarkan penjelasan guru, mencatat materi dan mengerjakan tugas
tanpa ada diskusi kelompok.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti terlihat jumlah siswa yang
mencapai nilai KKM sebelum penggunaan alat peraga hanya 41,67% dari
36 siswa, yaitu hanya 15 siswa yang tuntas dan sisanya 21 siswa belum
tuntas. Itu belum sesuai target siswa yang tuntas KKM yaitu 80%.
Rendahnya ketuntasan siswa disebabkan siswa kurang memahami materi
yang diberikan dan siswa kurang antusias dalam pembelajaran.
Peningkatan hasil belajar siswa karena penggunaan alat peraga
bangun ruang terbukti pada siklus I jumlah siswa yang mencapai nilai KKM
adalah 55,56% dari 36 siswa, yaitu 20 siswa tuntas dan sisanya 16 siswa
belum tuntas. Terlihat adanya peningkatan jumlah siswa yang mencapai
KKM dari sebelum penggunaan alat peraga yaitu sebesar 13,89%. Ini
menunjukkan bahwa siswa lebih memahami materi pelajaran saat guru
menggunakan alat peraga bangun ruang.
Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan nilai KKM pada siklus II
sebanyak 86,11% dari 36 siswa, yaitu 31 siswa tuntas dan sisanya masih 5
siswa atau 13,89% yang belum tuntas. Hal ini dikarenakan dari kelima anak
tersebut, dua diantaranya kemampuannya dibawah rata-rata temannya, yang
satu tidak pernah memperhatikan dan senang bermain sendiri, satu
diantaranya pernah tidak naik kelas, dan yang satu merupakan anak yang
tidak mendapat perhatian dari orang tuanya sehingga dia tidak pernah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
belajar dan suka mengganggu temannya. Setelah melaksanakan siklus II
terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan nilai KKM sebesar 30,55%. Pada siklus II siswa yang mencapai
ketuntasan nilai KKM sudah memenuhi target diatas 80%, maka penelitian
ini dapat dihentikan.
Diketahui dari lampiran 32 dapat dibuat tabel perbandinagan 4.13
di bawah ini:
Tabel 4.13. Perbandingan Prosentase Siswa Belajar Tuntas dalam
Penggunaan Alat Peraga Pada Siswa Kelas IV SDN 01
Tengklik Tahun 2012
Keterangan Prosentase Siswa Belajar Tuntas
Kondisi awal 41,67%
Siklus I 55,56%
Siklus II 86,11%
Berdasarkan tabel 4.13, maka dapat digambarkan perbandingan dengan
keadaan awal, siklus I dan siklus II pada gambar 4.7 di bawah ini :
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
kondisi awal siklus I siklus II
Gambar 4.7. Peningkatan Prosentase Siswa Belajar Tuntas dalam
Penggunaan Alat Peraga Pada Siswa Kelas IV SDN 01 Tengklik Tahun
2012.
%
K
E
T
U
N
T
A
S
A
N
41,67
55,56
86,11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan alat
peraga bangun ruang sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran
mengenai kubus dan balok sebab siswa tidak merasa bosan dan dapat
mengetahui benda-benda nyata yang berbentuk kubus dan balok di
lingkungan sekitarnya. Selain itu dapat saling bertukar pikiran dan saling
bekerja sama untuk memahami materi dan bisa mengerjakan tes.
Adapun temuan yang muncul selama kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan dengan menggunakan alat peraga bangun ruang adalah
sebelum menggunakan alat peraga bangun ruang kegiatan belajar mengajar
di kelas didominasi dengan kegiatan mendengarkan, memperhatikan
penjelasan guru, mencatat materi dan melaksanakan tugas. Setelah
menggunakan alat peraga bangun ruang siswa lebih antusias dalam
mengikuti pelajaran terus mengalami peningkatan. Penggunaan alat peraga
bangun ruang ini memiliki kefleksibelan, karena guru dapat melakukan
variasi dengan model-model pembelajaran, dalam penelitian ini model yang
diterapkan adalah model kooperatif tipe STAD dan model PBL agar siswa
tidak merasa bosan. Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan alat
peraga bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang telah
memenuhi target.
Berdasarkan observasi selama pembelajaran diperoleh data
perkembangan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Keaktifan siswa terus
meningkat dari tiap siklus ini terbukti dengan semakin banyak siswa yang
berani bertanya kepada guru dan juga kerjasamanya yang bagus terhadap
kelompoknya, selain itu juga siswa lebih memperhatikan penjelasan dari
guru. Berdasarkan siklus I dilaksanakan pembelajaran dengan alat peraga
bangun ruang dan model kooperatif keaktifan siswa yang semula mendapat
skor 17. Setelah dilakukan tindak lanjut kembali dengan alat peraga bangun
ruang yang diberi abjad dan modelnya PBL pada siklus II, keaktifan siswa
mendapat nilai 20. Jadi antusias siswa dalam proses pembelajaran
meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Berdasarkan lampiran 33 dapat dibuat tabel perbandingan keaktifan
siswa pada tabel 4.14 di bawah ini :
Tabel 4.14. Keaktifan dalam Pembelajaran Siswa Kelas IV SDN 01
Tengklik Tahun 2012
No Kategori Siklus 1 Siklus 2
1 Sangat baik - -
2 Baik 9 18
3 Kurang 8 2
4 Sangat Kurang - -
Jumlah 17 20
Diketahui dari tabel di atas bahwa pada siklus 1 skor keaktifan
dalam mengikuti pembelajaran adalah 17 dengan skor baik ada 9 dan kurang
ada 8 dan meningkat pada siklus 2 yaitu mendapat skor 20 dengan skor baik
18 dan kurang ada 2.
Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat dibuat histogram peningkatan
keaktifan siswa dalam pembelajaran tertera pada gambar 4.8 di bawah ini :
0
5
10
15
20
25
siklus I siklus II
Gambar 4.8. Histogram Keaktifan dalam Pembelajaran Siswa Kelas IV
SDN 01 Tengklik Tahun 2012
N
I
L
A
I
17 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Berdasarkan observasi selama pembelajaran matematika dengan
menggunakan alat peraga bangun ruang, diperoleh data kegiatan guru. Pada
siklus I dilaksanakan pembelajaran dengan alat peraga bangun ruang dan
model kooperatif kegiatan guru mendapat nilai 27. Setelah dilakukan tindak
lanjut kembali dalam siklus II dengan alat peragabangun ruang juga dan
model PBL, kegiatan guru mendapat nilai 31. Jadi kegiatan guru mengalami
peningkatan.
Berdasarkan lampiran 34 dapat dibuat tabel perbandingan kegiatan
guru pada tabel 4.15 di bawah ini :
Tabel 4.15. Kegiatan Guru dalam Penggunaan Alat Peraga di Kelas IV SDN
01 Tengklik Tahun 2012
No Kategori Siklus 1 Siklus 2
1 Sangat baik - 4
2 Baik 21 27
3 Kurang 6 -
4 Sangat Kurang - -
Jumlah 27 31
Diketahui dari tabel di atas bahwa pada siklus 1 skor kegiatan guru
dalam menggunakan alat peraga bangun ruang adalah 27 dengan skor baik
ada 21 dan kurang ada 6 dan meningkat pada siklus 2 yaitu mendapat skor
31 dengan skor sangat baik 4 dan baik 27.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Berdasarkan tabel 4.15 di atas dapat dibuat histogram kegiatan guru dalam
penggunaan alat peraga tertera pada gambar 4.9 di bawah ini :
0
5
10
15
20
25
30
35
siklus I siklus II
Gambar 4.9. Histogram Kegiatan Guru dalam Penggunaan Alat Peraga di
Kelas IV SDN 01 Tengklik Tahun 2012
Berdasarkan analisis data dan observasi selama pembelajaran
matematika tentang bangun ruang kubus dan balok secara umum
menunjukan perubahan yang signifikan. Dari keadaan awal dengan
prosentase ketuntasan 41,67% dan rata-rata kelas 57,44. Pada siklus i
diperoleh prosentase ketuntasan 55,56% dan rata-rata kelas 69,82 menjadi
86,11% dan rata-rata kelas 80,17 pada siklus II. Dapat diletahui bahwa guru
telah berhasil menerapkan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga
bangun ruang untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri
01 Tengklik. Selain itu juga siswa yang mengikuti pembelajaran merasa
tidak jenuh.
N
I
L
A
I
27
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari tiga pertemuan,
menggunakan alat peraga bangun ruang pada siswa kelas IV SD Negeri 01
Tengklik dapat diambil kesimpulan, bahwa penggunaan alat peraga bangun ruang
dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang kubus dan balok pada siswa
kelas IV SD Negeri 01 Tengklik tahun 2012.
Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan
peningkatan. Pada kondisi awal sebelum tindakan jumlah siswa yang mencapai
nilai KKM hanya 41,67% atau 15 siswa dari 36 siswa, sisanya ada 21 siswa yang
nilainya di bawah KKM, jumlah itu masih jauh dari target siswa yang tuntas
KKM yaitu 80%. Masih rendahnya ketuntasan siswa disebabkan siswa kurang
memahami sepenuhnya materi yang diberikan oleh guru dan siswa kurang
antusias dalam kegiatan belajar mengajar.
Penggunaan alat peraga bangun ruang yang disajikan dalam kegiatan
belajar mengajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti pada
siklus I jumlah siswa yang mencapai nilai KKM adalah 55,56% atau 20 siswa dari
36 siswa, terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM yaitu 13,89%
atau 5 siswa dari kondisi awal. Ini menunjukkan bahwa siswa lebih memahami
materi pelajaran saat guru menggunakan alat peraga bangun ruang.
Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan nilai KKM pada siklus II yaitu
86,11% atau 31 siswa dari 36 siswa, terjadi peningkatan jumlah siswa yang
mencapai KKm yaitu 30,55% atau11 siswa. Berdasarkan data tersebut setelah
melaksanakan siklus II terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II jumlah siswa
yang mencapai ketuntasan nilai KKM. Dalam siklus II siswa mulai aktif dan lebih
paham terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Sehingga jumlah siswa yang
mencapai nilai KKM dalam siklus II lebih banyak dari pada siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa penggunaan alat
peraga bangun ruang sangat cocok untuk diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar tentang bangun ruang sebab siswa dapat memahami secara langsung
materinya sehingga semua siswa bisa mengerjakan tes.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka
implikasi penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan alat peraga bangun ruang hendaknya digunakan dan dibiasakan
oleh guru dalam pembelajaran bangun ruang pada siswa SD kelas IV.
2. Penggunaan alat peraga bangun ruang dapat digunakan sebagai acuan untuk
menggunakan alat peraga lain dalam pengajaran.
3. Dapat dijadikan bahan referensi dalam penelitian lain yang hampir sama
pokok permasalahannya dengan penelitian ini.
C. Saran
Sesuai dengan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam
rangka ikut menyumbangkan pemikiran dalam meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pelajaran matematika, dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
a) Siswa sebaiknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan berani
memberikan pendapatnya tentang materi bangun ruang kubus dan balok.
b) Selalu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dalam proses
pembelajaran mengenai bangun ruang kubus dan balok.
c) Dalam kerja kelompok materi bangun ruang kubus dan balok ini
hendaknya mau berinteraksi dengan teman dalam kelompoknya supaya
terjadi interaksi dalam proses pembelajaran.
d) Siswa sebaiknya mengaplikasikan pengetahuan yang telah didapat dari
sekolah tentang bangun ruang kubus dan balok ini dalam kehidupan
sehari-hari atau sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
e) Diharapkan siswa lebih punya keberanian untuk mengajukan pertanyaan
seputar bangun ruang kubus dan balok agar terjadi interaksi pembelajaran
yang menyenangkan.
2. Bagi Guru
a) Dalam pembelajaran hendaknya menggunakan alat peraga yang bervariasi
salah satunya adalah alat peraga bangun ruang.
b) Sebaiknya dalam materi bangun ruang kubus dan balok ini guru memilih
dalam menggunakan model dan metode pembelajaran yang menarik dan
sesuai dengan pembelajaran sperti model kooperatif, PBL dan model tanya
jawab, kerja kelompok, jangan terlalu sering menggunakan metode
ceramah.
c) Guru mempersiapkan alat peraga bangun ruang dan perencanaan
pembelajaran yang sesuai dengan materi bangun ruang kubus dan balok
sebelum pembelajaran dimulai.
d) Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi bangun ruang
kubus dan balok, sebaiknya guru mengaitkan materi yang dipelajari
dengan dunia nyata siswa, memberikan contoh benda nyatanya.
3. Bagi Sekolah
a) Menyediakan fasilitas alat peraga yang mendukung, seperti alat peraga
bangun ruang yang dapat digunakan untuk pembelajaran terutama dalam
pembelajaran matematika tentang kubus dan balok.
b) Mengadakan kelompok belajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas
agar siswa dapat memahami materi bangun ruang kubus dan balok lebih
cepat.
c) Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mendorong guru-guru untuk
melaksanakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif salah satunya
menggunakan alat peraga bangun ruang.