Upload
vokiet
View
224
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
PERBEDAAN DERAJAT INSOMNIA PADA PENDUDUK YANG
TERPAPAR RADIASI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
DI SEKITAR SALURAN UDARA TEGANGAN
EKSTRA TINGGI (SUTET)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
M. ARIEF SYAIFUDDIN
G0008122
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 21 Desember 2011
M. ARIEF SYAIFUDDIN
G0008122
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
M. Arief Syaifuddin, G0008122, 2011. Perbedaan Derajat Insomnia pada Penduduk yang Terpapar Radiasi Gelombang Elektromagnetik di Sekitar Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan derajat insomnia penduduk yang terpapar radiasi gelombang elektromagnetik di sekitar Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil dengan menggunakan simple random sampling. Penelitian ini menggunakan 60 sampel dengan kriteria wanita produktif, sehat, dan minimal tinggal 5 tahun di bawah SUTET. Sampel di bagi berdasar jarak tempat tinggal dari poros tengah SUTET. Kelompok dengan jarak 0 – 15 m dari poros tengah SUTET disebut kelompok terpapar, Kelompok dengan jarak lebih dari 15 m dari poros tengah SUTET disebut kelompok kontrol. Selanjutnya dilakukan wawancara dengan panduan skala L-MMPI, kuisioner dan Insomnia Rating Scale pada masing-masing kelompok. Data yang diperoleh kemudian diuji analisis menggunakan Chi Square (X2). Hasil Penelitian: Dari hasil penelitian didapat X2
hitung sebesar 11, 589 lebih besar dari X2
tabel yaitu 3,841 dengan taraf signifikasi 0,05 dan derajat kebebasan (db) 1. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan insomnia secara bermakna pada kedua kelompok penelitian. Simpulan Penelitian: Ada perbedaan derajat insomnia penduduk yang terpapar radiasi gelombang elektromagnetik di sekitar Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
Kata kunci: Elektromagnetik, radiasi, insomnia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
M. Arief Syaifuddin, G0008122, 2011. The Differences of Insomnia Grade on People Expossed by Electromagnetic Wave Radiation of Extra High Voltage Air Corridor (EHVAC). Paper of Bachelor Degree. Medical Falculty of Sebelas Maret University, Surakarta. Objective : The objective of this study is to find out differences of insomnia grade on people expossed by Electromagnetic Wave Radiation of Extra High Voltage Air Corridor (EHVAC). Methods: This study was an analytical observational with cross sectional approach. Samples were taken by using simple random sampling. This research used 60 samples with criteria: healthy productive woman who has lived at least for 5 years under the EHVAC exposure. Sample divided based on the distance from the axis of EHVAC. The group which has distance 0 - 15 meters from the axis of EHVAC is exposure group, The group which has distance more than 15 meters from the axis of EHVAC is controlled group. The interview was done by using L-MMPI scale, questioner, and Insomnia Rating Scale for each group. The results were analyzed by Chi Square (X2). Results: From this study results showed X2 value is 11, 589 more than X2 table, 3.841, with a significancy level of 0.05 and degrees of freedom (db) 1. It showed that there is significant difference of insomnia in both study groups. Conclusion: There is the differences of insomnia grade on people expossed by electromagnetic wave radiation of Extra High Voltage Air Corridor (EHVAC). Keywords: Electromagnetic, radiation, insomnia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Perbedaan Derajat Insomnia pada Penduduk yang Terpapar Radiasi Gelombang Elektromagnetik di Sekitar Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Nur Hafida Hikmayani, dr, MClinEpid selaku Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. Hartono, dr., M.Si selaku Pembimbing Utama yang telah memberi bimbingan dan saran guna penyusunan skripsi ini.
4. R. P. Andri Putranto, dr., M.Si selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberi bimbingan, saran, dan motivasi bagi penulis.
5. Margono, dr., M.Kes selaku Penguji Utama yang telah memberi saran, nasehat, dan melengkapi kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
6. Anik Lestari, dr., M.Kes selaku Anggota Penguji yang telah memberi masukan dalam melengkapi kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
7. Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran UNS yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
8. Ibu, Bapak, Kakak dan Adik yang telah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
9. Segenap Staf Laboratorium Fisika Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta. 10. Kepada Kepala Desa dan masyarakat Desa Jimbung Kecamatan Kalikotes. 11. Segenap anggota PMPA VAGUS Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik serta saran untuk peningkatan karya ini. Semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi semua.
Surakarta, 21 Desember 2011
M. Arief Syaifuddin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
halaman
PRAKATA ................................................................................................................. vi
DAFTAR ISI.............................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 3
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................. 4
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 4
B. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 14
C. Hipotesis .................................................................................................. 15
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 16
A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 16
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 16
C. Populasi Penelitian.................................................................................. 16
D. Teknik Sampling ..................................................................................... 17
E. Alur Penelitian ........................................................................................ 17
F. Klasifikasi Variabel ................................................................................ 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
G. Definisi Operasional Variabel................................................................ 19
H. Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... 20
I. Cara Kerja .............................................................................................. 21
J. Teknik Analisis Data ............................................................................. 22
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................................ 23
A. Kondisi Lingkungan ............................................................................... 23
B. Karakteristik Responden ........................................................................ 23
C. Derajat Insomnia ..................................................................................... 26
BAB V PEMBAHASAN ......................................................................................... 29
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 33
A. Simpulan.................................................................................................. 33
B. Saran ........................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 35
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Nilai Ambang Batas (NAB) Paparan Radiasi Elektromagnetik...............8
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal ..............24
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur ......................................................24
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan...................................................25
Tabel 5. Perbedaan Insomnia ...................................................................................27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA Klaten
Lampiran 3. Kuesioner Identitas Responden
Lampiran 4. Skala L-MMPI
Lampiran 5. Insomnia Rating Scale
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Selaras dengan kemajuan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berimbas pula pada kegiatan industri maupun pemukiman
yang meningkat pesat, maka penggunaan tenaga listrik dari tahun ke tahun
meningkat pula. Untuk menyalurkan kebutuhan aliran listrik untuk
mendukung hal di atas salah satunya adalah dengan menggunakan suatu
jaringan kabel konduktor yang ditransmisikan melalui udara. Sebagian
jaringan untuk transmisi listrik melalui udara tersebut dikenal dengan
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
Di sekitar jaringan transmisi timbul medan magnet yang
bergantung pada besarnya arus yang mengalir pada penghantar dan jarak
terhadap penghantar tersebut (Supardi, dkk. 2003).
Sebagian jaringan SUTET memang melintasi kawasan non
pemukiman, namun tidak jarang terpaksa melewati kawasan pemukiman
atau sekitar pemukiman penduduk. Di Indonesia, SUTET yang beroperasi
bertegangan 500 kV (Departemen Pertambangan dan Energi, 2006).
Akhir-akhir ini telah meluas kekhawatiran masyarakat akan bahaya
medan elektromagnetik terhadap kesehatan. Kekhawatiran tersebut erat
kaitannya dengan hasil-hasil penelitian tentang pengaruh medan
elektromagnetik terhadap kesehatan yang masih kontroversial (Anies,
2001).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Kekhawatiran akan pengaruh buruk medan listrik dan medan
magnet terhadap kesehatan dipicu oleh publikasi hasil penelitian yang
dilakukan oleh Wertheimer dan Leeper pada tahun 1979 di Amerika.
Penelitian tersebut menggambarkan adanya hubungan kenaikan risiko
kematian akibat kanker pada anak dengan jarak tempat tinggal yang dekat
jaringan transmisi listrik tegangan tinggi. Banyak ahli yang meragukan
hasil penelitian tersebut dengan menunjuk berbagai kelemahannya, antara
lain tidak adanya data hasil pengukuran kuat medan listrik dan medan
magnet yang mengenai kelompok anak-anak yang diteliti. Penelitian
dengan menggunakan hewan percobaan pernah dilakukan sejak tahun
1960-an dengan hasil yang bervariasi.
Medan elektromagnetik diketahui dapat menghambat produksi
hormon melatonin. Melatonin adalah hormon yang dikeluarkan oleh
kelenjar pineal, sebuah kelenjar sebesar kacang tanah yang terletak di
antara kedua sisi otak. Hormon melatonin di dalam tubuh mengatur irama
sirkadian, sehingga orang dapat tidur pada malam hari dan bangun pagi
hari (Anies, 2006)
Tidur mempunyai fungsi restoratif pada penyakit akut. Berdasarkan
sebuah penelitian, gangguan tidur akan menurunkan aktivitas natural killer
cell, menurunkan produksi T cell sitokin, dan menurunkan jumlah leukosit.
Kira-kira 70 % hormon pertumbuhan akan disekresi selama tidur. Oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
karena itu, sangat penting untuk pemeliharaan dan penyembuhan tubuh
(Dracup dalam Fatmasari, 2009)
Berdasar latar belakang masalah tersebut di atas, peneliti berminat
untuk mengetahui pengaruh paparan radiasi gelombang elektromagnetik
terhadap derajat insomnia penduduk di sekitar SUTET.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka didapatkan
permasalahan sebagai berikut:
Apakah ada perbedaan derajat insomnia penduduk yang terpapar
radiasi gelombang elektromagnetik di sekitar SUTET?
C. Tujuan penelitian
Mengetahui apakah ada perbedaan derajat insomnia penduduk yang
terpapar radiasi gelombang elektromagnetik di sekitar SUTET.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan bahwa
radiasi gelombang elektromagnetik berpengaruh terhadap derajat
insomnia penduduk di sekitar SUTET.
2. Manfaat Aplikatif
Memberikan informasi ilmiah bagi peneliti lain untuk
melakukan penelitian lebih lanjut tentang radiasi gelombang
elektromagnetik SUTET.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. SUTET
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) merupakan
saluran untuk menyalurkan tenaga listrik pada sistem tegangan ekstra
tinggi di atas 245 kV yang terdiri atas konduktor yang direntangkan
dari tiang ke tiang dan isolator-isolator sebagai penahannya. Di sekitar
transmisi timbul medan magnet yang bergantung pada besar arus yang
mengalir pada penghantar dan jarak terhadap penghantar tersebut
(Supardi dkk., 2003).
Gelombang elektromagnetik pada dasarnya adalah suatu
gelombang yang dibentuk dari perpaduan antara medan magnet dan
medan listrik yang berjalan saling tegak lurus satu sama lain
(Prawirosusanto, 1994).
Para ahli telah sepakat bahwa medan listrik dan medan magnet
yang berasal dari jaringan listrik digolongkan sebagai frekuensi
ekstrim rendah. SUTET merupakan sumber paparan medan
elegtromagnetik frekuensi eksrim rendah di lingkungan yang dicurigai
menimbulkan efek pada masyarakat yang bertempat tinggal di
sekitarnya (Pramesti, 2005).
Dalam perkembangan teknologi kelistrikan dikenal adanya
arus listrik bolak-balik (alternating current = AC) yang menghasilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
medan elektromagnetik atau medan elektrodinamik. Dikenal juga
medan yang dihasilkan listrik searah (Direct Current = DC) yang
disebut medan elektrostatik. Rangkaian arus listrik dapat melalui
udara atau partikel lainnya seperti bahan konduktif atau jaringan
tubuh. Kenyataannya medan listrik dapat bergabung dengan medium
ataupun jaringan tubuh sehingga menghasilkan arus konduktif, apabila
medan listrik pada permukaan jaringan mempunyai kecukupan udara
untuk terjadi ionisasi (Yunardi, 2000).
Pengukuran medan listrik di daerah Ungaran pada tahun 2005
adalah 4,78 kV/m pada titik sejarak 15 m. Kuat medan magnet di
daerah Ungaran adalah 0,00180 mT pada titik 0 m pada poros utama
tower SUTET (Tribuana, 2006).
Paparan medan elektromagnetik Extremely Low Frequency
(ELF) di lingkungan senantiasa semakin meningkat seirirng dengan
peningkatan teknologi pemanfaatan peralatan berenergi listrik di
dalam kehidupan ini. Walaupun intensitas paparan gelombang
elektromagnetik ELF di lingkungan pada umumnya berada di bawah
Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan WHO (yaitu 5 kV/m
untuk medan listrik dan 100 µT untuk medan magnet), namun hasil
penelitian untuk kesehatan oleh paparan gelombang elektromagnetik
ELF pada intensitas rendah di lingkungan yang dilaporkan sampai saat
ini masih kontradiktif (Pramesti, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Gelombang Elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang
dihasilkan dari perubahan medan magnet dan medan listrik secara
berurutan, di mana arah getar vektor medan listrik dan medan magnet
saling tegak lurus dan gelombang tersebut akan merambat ke segala
arah dengan sama rata (Hanafi, 2006).
Gelombang elektromagnetik terjadi karena adanya perubahan
medan magnet dan medan listrik. Menurut Maxwell, perubahan
medan magnet dapat menimbulkan medan listrik dan demikian juga
sebaliknya, perubahan medan listrik juga akan menghasilkan medan
magnet. Arah perambatan akan selalu saling tegak lurus dan keduanya
tegak lurus terhadap arah perambatan gelombang, jadi gelombang
elektromagnetik merupakan gelombang transversal (Foster, 2003).
Radiasi elektromagnetik adalah kombinasi medan listrik dan
medan magnet yang berosilasi dan merambat lewat ruang dan
membawa energi dari satu tempat ke tempat yang lain (Muttaqin,
2007).
Radiasi gelombang elektromagnetik mempunyai spektrum
yang sangat luas dimulai dari elektromagnetik dengan frekuensi
ekstrim rendah sampai pada elektromagnetik berfrekuensi sangat
tinggi (Mansyur, 1998). Gelombang elektromagnetik mempunyai
daerah frekuensi dari 101 sampai 1022 Hz (Soetrisno, 1979). Yang
dimaksud dengan Extremely Low Frequency (ELF) Field yaitu 0 –
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
300 Hz sedangkan Radio Frequency (RF) berkisar antara 300 Hz –
300 GHz (Sri, 1996).
Perbedaan frekuensi, panjang gelombang, energi foton, jarak
paparan dari sumber, dan lama paparan dapat menyebabkan efek
radiasi yang berbeda pula. Secara garis besar radiasi elektromagnetik
terbagi dua kelompok yaitu radiasi pengion (ionisasi) dan radiasi tidak
pengion (non-ionisasi) (Mansyur, 1998).
Perbedaan antara radiasi gelombang elektromagnetik ionisasi
dan radiasi gelombang elektromagnetik non-ionisasi terletak pada
kemampuan radiasi gelombang elektrornagnetik ionisasi yang dapat
mengeluarkan elektron dari inti atom, sisa atom ini menjadi muatan
positif atau disebut ion positif. Elektron yang dikeluarkan akan
mengikat atom netral lain dan membentuk ion negatif (Gabriel, 1996).
Termasuk dalam radiasi ionisasi adalah sinar X, sinar Gamma,
dan sebagian sinar ultraviolet. Dampak kesehatan yang terjadi akibat
paparan radiasi gelombang elektromagnetik ionisasi meliputi efek
akut dan kronis. Efek akut terdiri dan sindrorn hemopoetik, sindrom
gastrointestinal, dan sindrom saraf pusat. Terdapat efek-efek tertentu
yang lazim bagi ketiga efek tersebut yaitu mual dan ingin muntah, tak
enak badan dan lesu, naiknya suhu, adanya perubahan-perubahan
darah. Sedangkan efek kronisnya adalah kanker, perubahan genetika,
memendeknya jangka hidup, dan katarak (Cember, 1983).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Sedangkan radiasi gelombang elektromagnetik non-ionisasi
adalah radiasi yang tidak memiliki kemampuan untuk mengionisasi
molekul. Termasuk di antaranya adalah sebagian sinar ultraviolet,
sinar tampak sinar infra merah, gelombang mikro. Gelombang radio,
dan medan elektromagnetik berfrekuensi ekstrim rendah (Mansyur,
1998).
Dalam mempelajari dan melakukan penilaian tentang
kemungkinan adanya risiko akibat paparan medan elektromagnetik
terhadap kesehatan, satu kelompok kerja gabungan dari International
Radiation Protection Association (IRPA) dan WHO melakukan kajian
dan membuat evaluasi tentang risiko kesehatan akibat paparan medan
elektromagnetik frekuensi rendah untuk mengembangkan batas
pajanan terhadap manusia (Sri,1996).
Tabel 1. Nilai Ambang Batas (NAB) Paparan Radiasi Elektromagnetik
No. Keterangan Medan Listrik
(kV/m)
Medan Magnet
(mT)
1. Lingkungan kerja :
a. Sepanjang hari
kerja
b. Waktu singkat
10
30 (s.d 2 jam/hari)
< 0,5
5,0 (s.d 2 jam/hari)
2. Lingkungan umum :
a. Sampai 24jam/hari
b. Beberapa jam/hari
5
10
0,1 (ruang terbuka)
1
Sumber: WHO, 1987
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3. Insomnia
Tidur didefiniskan sebagai suatu keadaan bawah sadar di mana
orang tersebut mudah dibangunkan dengan rangsang sensorik atau
dengan rangsang lainnya (Guyton and Hall, 2006). Tidur ditandai
dengan menurunnya kesadaran secara reversibel, biasanya disertai
posisi berbaring dan tidak bergerak (Maramis, 2004).
Insomnia merupakan suatu gangguan pola tidur dapat berupa
sulit tidur, tidak tidur nyenyak, terlalu banyak atau terlalu sedikit
tidur. Gangguan pola tidur merupakan salah satu dari tanda-tanda
perilaku stres dan ketegangan (Karnadi dalam Aprilani, 2007).
Gangguan pola tidur juga merupakan salah satu tanda-tanda dari
gangguan hormon melatonin, di mana hormon melatonin bertanggung
jawab atas pola tidur manusia (Anies, 2006).
Untuk mendiagnosis adanya insomnia digunakan Insomnia
Rating Scale yang telah dibakukan oleh KSPBJ (Kelompok Studi
Psikiatri Biologi Jakarta), dikenal sebagai KSPBJ Insomnia Rating
Scale yang terdiri dari 8 keluhan gangguan tidur yang dianggap cukup
untuk melengkapi semua keluhan tidur.
Derajat insomnia yang dipakai KSPBJ Insomnia Rating Scale
adalah:
a. No Insomnia : < 8
b. Mild Insomnia : 8 – 13
c. Moderate Insomnia : 13 – 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
d. Severe Insomnia : > 18
Responden dinyatakan insomnia bila skor Insomnia Rating
Scale yang diperoleh ≥ 8 dan tidak insomnia bila skor Insomnia
Rating Scale yang diperoleh < 8 (Iskandar, 1985).
4. Pengaruh radiasi gelombang elektromagnetik terhadap derajat
insomnia.
Radiasi tidak dapat dilihat, dirasa atau diketahui
keberadaannya oleh tubuh, sedangkan paparan radiasi yang berlebihan
dapat menimbulkan efek yang merugikan tubuh. Oleh karena itu,
pemanfaatan sumber radiasi dalam berbagai bidang harus dilakukan
secara cermat dan mematuhi ketentuan teknik kerja keselamatan
radiasi (Alatas, 2003). Jika tubuh terpapar radiasi akan terjadi
interaksi antara energi radiasi dengan materi biologik baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Energi yang terkandung dalam gelombang elektromagnetik
terlebih pada frekuensi ekstrim rendah sebenarnya terlalu kecil untuk
dapat menyebabkan efek biologi. Akan tetapi dengan adanya
perbedaan radiosensitivitas berbagai sel yang membentuk jaringan
organ tubuh dan dihubungkan dengan dosis paparan yang mungkin
diterima memungkinkan terjadinya gangguan yang tidak diinginkan
(Mansyur, 1998).
Menurut Anies (2001), medan lisrik dan medan
elektromagnetik memiliki potensi gangguan kesehatan apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
seseorang terpapar oleh medan listrik dan medan magnet listrik yang
melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) paparan antara lain sebagai
berikut:
a. Dampak Biologis
1) Sistem Darah : Leukimia, lymphoma
2) Sistem Rcproduksi : Infertelitas, cacat kongenital
3) Sistem Saraf : Degeneratif
4) Sistem Kardiovaskuler : Perubahan ritme jantung
5) Sistem Endokrin/lain-lain : Perubahan metabolisme
melatonin, gangguan penglihatan, respon imun, gangguan
pertumbuhan tulang, perubahan kulit, dan hipersensitivitas.
b. Dampak Psikologis : Neurosis
c. Dampak Sosial Budaya : Gangguan persepsi
Banyak faktor penyebab stres yang diketahui mempunyai
dampak terhadap kesehatan, antara lain: suhu, radiasi, polusi udara,
bising, kepadatan dan penyakit (Supardi, 2003). Paparan gelombang
elektromagnetik mengakibatkan stres fisik (Turana dalam Aprilani,
2007). Hampir setiap jenis stres fisik dan psikologis dalam waktu
beberapa menit saja sudah dapat meningkatkan sekresi
adrenocorticotropic hormone (ACTH) dan akibatnya sekresi kortisol
juga akan meningkat (Guyton and Hall, 2006). Pada keadaan stres
terjadi aktivasi aksis Hipotalamus Pituitari Adrenal. Hal ini
menyebabkan produksi dan sekresi Corticotropin Releasing Factor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
(CRF) dari hipotalamus kemudian CRF akan menstimulasi sel-sel
kortikotropik pada pituitari sehingga ACTH akan terlepas. ACTH
akan memberikan stimulus sintesis dan pelepasan kortisol pada
korteks adrenal (Putra, 2005). Kadar kortisol yang meninggi akan
menghambat ekskresi nokturnal 6-sulfatoxymelatonin. 6-
sulfatoxymelatonin ini merupakan metabolit utama dari hormon
melatonin sehingga jika kadarnya dalam darah turun maka kadar
melatonin juga akan berkurang. Hal ini menyebabkan irama sirkadian
tidur terganggu oleh karena itu terjadilah insomnia (Aprilani, 2007).
Hormon melatonin (N-acetyl-5-metoksitriptamin) adalah
hormon yang sebagian besar dibuat oleh kelenjar pineal, sebuah
kelenjar sebesar kacang tanah yang terletak di antara kedua sisi otak
Hanya sebagian kecil dibuat di usus dan retina mata. Produksi hormon
melatonin dapat dipacu oleh gelap dan hening serta dihambat oleh
sinar yang terang maupun medan elektromagnetik (Anies, 2006).
Beberapa gejala yang dapat timbul berkaitan dengan hormon
melatonin, antara lain:
a. Insomnia.
b. Gangguan pada irama sirkadian, suatu pemeliharaan waktu internal
24 jam yang berperan sangat penting dalam menentukan kapan
tidur dan kapan bangun tidurnya.
c. Jet lag yaitu rasa tidak nyaman pada waktu melakukan perjalanan
udara yang lama dan dirasakan sebagai suatu kelelahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
sangat, disorientasi, konsentrasi menurun, sukar tidur (insomnia)
dan kegelisahan, serta berbagai gejala lain.
Gejala-gejala tersebut berkaitan dengan perubahan
metabolisme hormon melatonin yang diproduksi oleh kelenjar pineal.
Gejala-gejala tersebut terutama timbul bila produksi hormon
melatonin berkurang (Dollins dalam Anies, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
B. Kerangka Pemikiran
Keterangan :
= Diteliti
= Tidak diteliti
= Feed Back
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Faktor lingkungan: Sinar terang, bising, Suhu
ekstrim.
Stres fisik
Radiasi gelombang elektromagnetik
Saluran udara tegangan ekstra tinggi
Stres psikologis
Insomnia
Hipofisis anterior ( ↑ACTH)
Korteks Adrenal ( ↑ kortisol )
↓ nokturnal 6-sulfatoxymelatonin
↓ Melatonin
Hipotalamus ( ↑ CRF)
Sosial ekonomi, konflik keluarga
Obat-obatan, kafein, alkohol
dan rokok
Usia
Penyakit: ginjal, arthritis, diabetes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
C. Hipotesis
Ada perbedaan derajat insomnia penduduk yang terpapar radiasi
gelombang elektromagnetik di sekitar SUTET.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini berupa penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian non experimental di
mana faktor risiko dan efek diobservasi hanya sekali pada saat yang sama
(Taufiqqurohman, 2004).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes,
Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian dilakukan pada bulan
Agustus tahun 2011.
C. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh penduduk Desa Jimbung,
Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah yang
memenuhi kriteria berikut:
1. Kriteria Inklusi:
a. Wanita usia produktif.
b. Sudah tinggal di tempat tersebut selama 5 tahun.
c. Dalam kondisi sehat fisik dan mental.
2. Kriteria eksklusi:
a. Sedang menggunakan obat tidur atau obat penyakit tertentu yang
mengganggu tidur selama 3 bulan terakhir.
b. Minum-minuman yang mengandung kafein dan alkohol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Merokok.
d. Kebiasan tidur dengan lampu menyala.
e. Mempunyai penyakit yang dapat mengganggu tidur seperti asma,
batuk menahun, penyakit infeksi, dan lain-lain.
D. Teknik Sampling
Subjek yang memenuhi kriteria diambil sejumlah N dengan
menggunakan simple random sampling. N sama dengan 30, dihitung
berdasar rumus: (Sastroasmoro, 2008)
N 푠 Z ∝꽘 P.Qd꽘
Keterangan:
N = Jumlah sampel
Zα = Batas kepercayaan (1.96)
P = proporsi variabel yang dikehendaki (0.085)
Q = 1 – P ( 1 – 0,085 = 0,915)
d = kesalahan sampling yang masih dapat ditoleransi (10 %)
Berdasar rumus di atas diperoleh sampel sebesar 30 orang untuk tiap
kelompok, total sampel untuk 2 kelompok sebesar 60 orang.
E. Alur Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua kelompok subjek yang dibagi
berdasar jarak tempat tinggal dari poros tengah SUTET. Kelompok dengan
jarak 0 – 15 m dari poros tengah SUTET disebut kelompok terpapar,
Kelompok dengan jarak lebih dari 15 m dari poros tengah SUTET disebut
kelompok kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Gambar 2. Alur Penelitian
F. Klasifikasi variabel
1. Variabel bebas : Radiasi gelombang elektromagnetik SUTET
2. Variabel terikat : Insomnia
3. Variabel luar :
a. Variabel luar yang dapat dikendalikan: jenis kelamin, lama
paparan, lokasi tempat tinggal, dan status kesehatan.
b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan: daya tahan masing-
masing individu yang berbeda dalam merespon paparan radiasi
gelombang elektromagnetik SUTET
Penduduk
Penduduk yang tinggal di luar radius 15 meter dari
menara SUTET
Kuesioner biodata +
Kuesioner L-MMPI
Formulir Penilaian Derajat
Insomnia KSBPJ – Insomnia
Rating Scale
Analisis data
Penduduk yang tinggal di dalam radius 15 meter dari
menara SUTET
Kuesioner biodata +
Kuesioner L-MMPI
Formulir Penilaian Derajat
Insomnia KSBPJ – Insomnia
Rating Scale
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
G. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel bebas : Radiasi Gelombang Elektromagnetik SUTET
Radiasi Gelombang Elektromagnetik SUTET merupakan suatu
radiasi yang ditimbulkan oleh suatu saluran yang digunakan untuk
menyalurkan tenaga listrik pada sistem tegangan ekstra tinggi. Paparan
radiasi medan magnet dan medan listrik diukur dengan menggunakan
galvanometer dan teslameter. Paparan dibedakan berdasar jarak tempat
tinggal dari poros tengah SUTET. Kelompok dengan jarak 0 – 15 m
dari poros tengah SUTET disebut kelompok terpapar, Kelompok
dengan jarak lebih dari 15 m dari poros tengah SUTET disebut
kelompok kontrol. Skala pengukuran variabel ini adalah skala ordinal.
2. Variabel terikat : Insomnia
Insomnia adalah gangguan tidur yang ditandai dengan
kesulitan untuk mengawali atau mempertahankan tidur, serta dapat
menimbulkan rasa kurang istirahat dan tidak segar di pagi harinya.
Untuk mendiagnosis adanya insomnia, penelitian ini berpedoman pada
Insomnia Rating Scale yang telah dibakukan oleh Kelompok Studi
Psikiatri Biologi Jakarta (KSPBJ) yang terdiri dari 8 keluhan dari
gangguan tidur yang dianggap cukup untuk melengkapi semua keluhan
tidur.
Responden dinyatakan insomnia bila skor Insomnia Rating
Scale yang diperoleh ≥ 8 dan tidak insomnia bila skor Insomnia Rating
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Scale yang diperoleh < 8. Data yang didapat adalah insomnia dan tidak
insomnia. Dengan demikian skala datanya adalah nominal.
3. Variabel luar
a. Variabel luar yang dapat dikendalikan :
1) Jenis kelamin.
Jenis kelamin dikendalikan dengan pemilihan subjek wanita
usia produktif, 20 - 45 tahun (Hurlock dalam Buana, 2010).
2) Lama paparan
Dikendalikan dengan pemilihan subjek yang tinggal minimal 5
tahun di bawah SUTET (Asanova dalam Anies, 2001)
3) Lokasi tempat tinggal
Dikendalikan dengan pemilihan subjek yang tinggal di bawah
paparan radiasi SUTET
4) Sehat fisik dan mental
Dikendalikan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara
umum terhadap subjek sebelum pengisian kuesioner.
b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan :
Masing-masing subjek memiliki daya tahan tubuh yang
berbeda dalam merespon paparan radiasi gelombang
elektromagnetik SUTET.
H. Alat dan Bahan Penelitian
Dalam penelitian ini, ada beberapa instrumen yang akan digunakan
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
1. Data identitas responden
2. Skala Lie-Minnesota Multiphasic Personalit Inventory (L-MMPI)
Merupakan skala validitas yang berfungsi untuk mengidentifikasi
hasil yang mungkin invalid karena kesalahan-kesalahan yang tidak
disengaja atau manipulasi yang disengaja oleh responden. Skala ini juga
berisi tentang hal-hal yang tidak mungkin dan tuntutan yang dibuat-
buat. Skala L-MMPI memuat 15 pertanyaan. Nilai batas skala adalah
10, artinya jika jawaban “tidak” lebih atau sama dengan 10, responden
dinyatakan gugur.
3. Insomnia Rating Scale
Sebagai alat pengukur variabel terikat. Insomnia Rating Scale
telah dibakukan oleh Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta
(KSPBJ), dikenal sebagai KSPBJ Insomnia Rating Scale yang terdiri
dari 8 keluhan gangguan tidur yang dianggap cukup untuk melengkapi
semua keluhan tidur (Iskandar, 1985).
Responden dinyatakan insomnia bila skor Insomnia Rating
Scale yang diperoleh ≥ 8 dan tidak insomnia bila skor Insomnia
Rating Scale yang diperoleh < 8.
I. Cara Kerja
1. Menentukan kelompok terpapar berdasarkan jarak rumah dengan poros
tengah SUTET.
2. Mendatangi rumah responden dan melakukan wawancara dengan
panduan skala L-MMPI, kuesioner dan Insomnia Rating Scale.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
3. Dari wawancara tersebut didapatkan data yang kemudian dianalisis
secara statistik.
J. Teknik Analisis Data
Uji analisis yang digunakan adalah Chi Square (X2). Chi Square
adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam
populasi terdiri atas dua atau lebih klas, data berbentuk nominal dan
sampelnya besar.
Rumus dasar Chi Square adalah: X꽘 푠 ∑纵펐X能펐钮邹潜펐钮
Keterangan : X2 = Chi Square
Fo = Frekuensi diperoleh dari sampel
Fh = Frekuensi yang diharapkan dari populasi.
Interpretasi nilai X2 sebagai berikut:
1. Derajat kebebasan untuk nilai-nilai X2 adalah 1
2. Taraf signifikasi yang dipakai adalah 5%. Dengan ketentuan jika Xo
(X hitung)2 > Xh (X tabel)2 5 %, maka nilai X2 di katakan signifikan.
Sebaliknya jika Xo (X hitung)2 < Xh (X tabel)2 5%, maka nilai X2
dikatakan non signifikan.
Dengan : Xo = Chi Square yang diperoleh
Xh = Chi Square yang diharapkan.
(Sugiono, 2005)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Lingkungan
Kabupaten Klaten memiliki sifat iklim tropis dengan musim hujan dan
musim kemarau silih berganti sepanjang tahun. Temperatur antara 26oC –
30o C. Kecepatan angin rata-rata berkisar 20 – 25 km per jam (Departemen
Pertanian, 2011). Desa Jimbung Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten
merupakan daerah kawasan pemukiman yang tenang dengan rata-rata
intensitas kebisingan 50 dB.
Dari hasil pengukuran petugas PT PLN P3B Jawa Bali Region Jawa
Tengah DIY pada tanggal 01 Desember 2010, pukul 11.31 WIB, di Desa
Jimbung Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten pada titik terendah antara
tower T.38 dan tower T.39 yang mengalir arus sebesar 520 Ampere dan 518
Ampere pada ketinggian 35,5 meter, diperoleh hasil pengukuran medan
listrik sebesar 1,54 kV/m dan medan magnet sebesar 20,50 mG (PLN, 2010).
B. Karakteristik Reponden.
Penelitian telah dilaksanakan terhadap 60 sampel wanita berusia 20 -
45 tahun di Desa Jimbung Kecamatan Kalikotes pada bulan September 2011.
Sampel dibagi menjadi 2 area yaitu sampel yang tinggal pada jarak <15 m
serta > 15 m dari dari poros SUTET. Data yang diperoleh mengenai
karakteristik sampel dapat disajikan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
1. Tempat tinggal
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal di Daerah SUTET dan di Luar Daerah SUTET
No. Keterangan Jumlah Persentase
1. Warga di area < 15 m 30 50%
2. Warga di area > 15 m 30 50%
Jumlah 60 100%
Sunber: Data Primer 2011
Dari data di atas dapat dilihat bahwa jumlah sampel baik yang
tinggal di area < 15 meter dari poros SUTET maupun di area >15 meter
dari poros SUTET sama besar, yaitu 30 sampel.
2. Umur
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur
No. Umur Warga di area < 15 m Warga di area >15 m
Jumlah Persentase(%) Jumlah Persentase(%)
1. 20-25 3 10 4 13,3
2. 26-30 5 16,7 5 16,7
3. 31-35 7 23,3 7 23,3
4. 36-40 10 33,3 9 30
5. 40-45 5 16,7 5 16,7
Jumlah 30 100 30 100
Sumber: Data Primer 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Grafik 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur
Berdasar tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur yang
paling banyak adalah 36 - 40 tahun, yaitu sebanyak 10 orang (33,3 %)
pada area < 15 m dari poros SUTET dan 9 orang (30 %) pada area > 15
m dari poros SUTET.
3. Jenis Pekerjaan
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan Warga di area < 15 m Warga di area >15 m
Jumlah Persentase(%) Jumlah Persentase(%)
1. PNS 2 6,7 1 3,3
2. Buruh 18 60 19 63,3
0
2
4
6
8
10
12
20-25 26-30 31-35 36-40 41-45
di area < 15 m
di area > 15 m
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
3. Pedagang 4 13,3 5 16,7
4. Mahasiswa 2 6,7 3 10
5. Ibu rumah
tangga
4 13,3 2 6,7
Jumlah 30 100 30 100
Sumber: Data primer 2011
Berdasar tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerjaan yang paling
banyak adalah buruh, yaitu sebanyak 18 orang (60 %) pada area < 15 m
dari poros SUTET dan 19 orang (63,3%) pada area > 15 m dari poros
SUTET.
C. Derajat Insomnia
Setelah dilaksanakan penelitian terhadap 60 sampel yang telah
memenuhi syarat, responden melakukan pengisian kuesioner dengan
instrumen L-MMPI untuk mengetaui tingkat kejujurannya dan Insomnia
Rating Scale untuk mengetahui ada tidaknya insomnia. Dari 60 sampel
tersebut diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 5. Perbedaan Insomnia pada Penduduk yang Tinggal pada Daerah SUTET dan di Luar Daerah SUTET
No. Keterangan Insomnia Tidak insomnia Jumlah
1. Warga di area < 15 m 19 11 30
2. Warga di area > 15 m 6 24 30
Jumlah 25 35 60
Sumber: Data Primer 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penduduk yang tinggal dan
terpapar gelombang elektromagnetik SUTET dalam radius 15 meter dari
poros utama SUTET terdapat 19 orang yang mengalami insomnia dan 11
orang yang tidak mengalami insomnia. Sedangkan pada penduduk yang tidak
terpapar gelombang elektromagnetik SUTET atau yang tinggal di luar radius
15 meter dari poros utama SUTET terdapat 6 orang yang mengalami
insomnia dan 24 orang yang tidak mengalami insomnia.
Dalam penelitian ini data yang didapat dianalisis dengan uji statistik
Chi Square untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan insomnia.
Data yang diperoleh disajikan dalam tabel 2 x 2 sebagai berikut:
Keterangan Insomnia Tidak insomnia
Warga di area < 15 m a = 19 b = 11
Warga di area > 15 m c = 6 d = 24
Jadi : db = (jumlah lajur-1) . (jumlah baris-1)
= (2-1) . (2-1)
= 1
Kemudian nilai X2 dihitung dengan rumus :
X2 = 纵杸 能凝宁邹潜纵杸嫩凝邹纵宁嫩 邹纵杸嫩宁邹纵凝嫩 邹 = 淖难纵囊内.挠恼能囊囊.淖邹潜纵囊内嫩囊囊邹纵淖嫩挠恼邹纵囊内嫩淖邹纵囊囊嫩挠恼邹 = 11, 589
Berdasar taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (db) 1, maka
nilai X2 tabel adalah 3,841. Dari penelitian diperoleh nilai X2 hitung > X2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima yang berarti warga yang tinggal di
daerah yang terpapar gelombang elektromagnetik atau dalam radius 15 meter
dari menara SUTET lebih insomnia daripada warga yang tinggal di luar dari
radius 15 meter dari menara SUTET.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB V
PEMBAHASAN
Menurut Prawirosusanto (1994), gelombang elektromagnetik pada
dasarnya adalah suatu gelombang yang dibentuk dari perpaduan antara medan
magnet dan medan listrik yang berjalan saling tegak lurus satu sama lain.
Mansyur (1998) berpendapat bahwa energi yang terkandung dalam
gelombang elektromagnetik terlebih pada frekuensi ekstrim rendah sebenarnya
terlalu kecil untuk dapat menyebabkan efek biologi. Akan tetapi dengan adanya
perbedaan radiosensitivitas berbagai sel yang membentuk jaringan organ tubuh
dan dihubungkan dengan dosis paparan yang mungkin diterima memungkinkan
terjadinya gangguan yang tidak diinginkan. Banyak penelitian-penelitian yang
telah dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh medan listrik dan medan magnet.
dan juga mempelajari kemungkinan dampaknya terhadap kesehatan. Namun
dalam banyak hal hasil-hasil penelitian masih menujukkan hasil yang
kontroversial.
Pada penelitian ini didapatkan perbedaan derajat insomnia penduduk yang
terpapar radiasi gelombang elektromagnetik di sekitar Saluran Udara Tegangan
Ekstra Tinggi (SUTET). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penduduk yang
tinggal dan terpapar gelombang elektromagnetik SUTET dalam radius 15 meter
dari poros utama SUTET terdapat 19 orang yang mengalami insomnia dan 11
orang yang tidak mengalami insomnia. Sedangkan pada penduduk yang tidak
terpapar gelombang elektromagnetik SUTET atau yang tinggal di luar radius 15
meter dari poros utama SUTET terdapat 6 orang yang mengalami insomnia dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
24 orang yang tidak mengalami insomnia. Setelah data di analisis dengan uji
statistik Chi Square didapat X2 hitung sebesar 11, 589 lebih besar dari X2
tabel
yaitu 3,841 dengan taraf signifikasi 0,05 dan derajat kebebasan (db) 1. Hal
tersebut menunjukkan adanya perbedaan insomnia secara bermakna pada kedua
kelompok penelitian.
Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan Anies (2001) bahwa medan
elektromagnetik memiliki potensi gangguan kesehatan apabila seseorang
terpapar oleh medan listrik dan medan magnet, salah satunya perubahan
metabolisme melatonin. Hal ini menyebabkan irama sirkadian tidur terganggu
oleh karena itu terjadilah insomnia.
Menurut Aprilani (2007), paparan gelombang elektromagnetik
mengakibatkan stres fisik. Dalam Guyton and Hall (1997) disebutkan bahwa
hampir setiap stres fisik dan psikologis dalam waktu beberapa menit saja sudah
dapat meningkatkan sekresi ACTH dan akibatnya sekresi kortisol juga meningkat.
Kortisol adalah hormon steroid yang dihasilkan kelenjar adrenal. Produksi kortisol
akan mengalami peningkatan pada saat tubuh terpapar stres, baik fisik maupun
psikologis. Kadar kortisol yang meninggi akan menghambat ekskresi nokturnal 6-
sulfatoxymelatonin. 6-sulfatoxymelatonin ini merupakan metabolit utama dari
hormon melatonin sehingga jika kadarnya dalam darah turun maka kadar
melatonin juga akan berkurang. Hal ini menyebabkan irama sirkadian tidur
terganggu oleh karena itu terjadilah insomnia.
Untuk menghindarkan kerancuan dari faktor-faktor penyebab insomnia
yang lain, subjek pada penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
eksklusi. Menurut Kaplan dan Sadock (1997), umur dapat mempengaruhi
terjadinya insomnia, pada usia lanjut lebih cenderung terjadi insomnia daripada
usia muda. Maka pada penelitian ini responden dikendalikan dengan pemilihan
subjek wanita usia produktif, 20 - 45 tahun.
Seluruh reponden dari kelompok terpapar maupun kelompok kontrol tidak
menderita penyakit-penyakit tertentu yang bisa menyebabkan insomnia. Menurut
Aprilani (2007) beberapa penyakit fisik maupun penyakit kronis seperti asma,
rematik, batuk menahun, pneumonia, penyakit infeksi, sakit maag, penyakit ginjal,
serta penyakit radang dapat menjadi aspek pencetus terhadap timbulnya insomnia.
Selain itu setiap rasa nyeri dapat mengganggu proses tidur. Rasa nyeri yang
mengganggu dapat terjadi pada penyakit neuritis post herpes, tumor pada organ-
organ dalam, dan sebagainya. Dari sini jelas bahwa insomnia yang terjadi bukan
karena penyakit-penyakit tertentu yang bisa menyebabkan insomnia.
Seluruh responden tidak mengkonsumsi obat tidur, obat penenang, dan
lain-lain, tidak mempunyai kebiasaan merokok, serta tidak mengkonsumsi
minuman beralkohol. Selain itu semua responden juga tidak mengkonsumsi kopi.
Pratama (2005) berpendapat bahwa kafein yang terkandung dalam kopi dapat
memacu denyut jantung, membuat sigap dan memaksa mata untuk selalu terjaga.
Obat-obatan seperti monoaminoxydase (MAO I), derivat-derivat amfetamin serta
obat-obatan pelangsing badan dapat menimbulkan insomnia karena obat-obatan
tersebut dapat merubah pola tidur seseorang. Rokok yang mengandung nikotin
bersifat neurostimulan yang memaksa otak untuk tidak beristirahat. Kebiasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
minum-minuman beralkohol di malam hari dapat merangsang tubuh melakukan
metabolisme sehingga dapat menyebabkan kesulitan tidur.
Semua responden tidak dalam keadaan konflik keluarga, tidak ada
keluarga inti yang meninggal, tidak dalam proses perceraian. Konflik keluarga
merupakan stresor psikologis yang dapat menyebabkan insomnia.
Semua responden tidak mengalami gangguan akibat cahaya lampu yang
terlalu terang atau dari penerangan lainnya. Lampu atau penerangan yang terlalu
terang dapat mengganggu kenyamanan seseorang ketika tidur sehingga dapat
menyebabkan insomnia.
Dalam penelitian ini ada beberapa kelemahan yang sulit dihindari
oleh peneliti, seberapa lama sampel terpapar gelombang elektromagnetik
setiap harinya, serta respon individu yang berbeda-beda terhadap radiasi
gelombang elektromagnetik.
Dari hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa penduduk yang
terpapar gelombang elektromagnetik SUTET yang tinggal dalam radius 15
meter dari poros utama SUTET lebih insomnia dari penduduk yang tidak
terpapar gelombang elektromagnetik SUTET atau yang tinggal di luar radius 15
meter dari porors utama SUTET.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasar hasil penelitian dan pembahasan dalam Bab sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan derajat insomnia penduduk yang
terpapar radiasi gelombang elektromagnetik di sekitar Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
B. Saran
1. Bagi penduduk yang tinggal di bawah SUTET hendaknya melakukan
tindakan-tindakan untuk meminimalkan dampak negatif radiasi gelombang
elektromagnetik, seperti:
a. Semua benda logam misalnya atap, kawat jemuran, mobil, sepeda
motor yang berada di bawah SUTET, sebaiknya dilakukan
grounding.
b. Mengusahakan agar atap rumah berlangit-langit (plafon).
c. Disarankan untuk sebanyak mungkin menanam pohon di lahan kosong
sekitar rumah. Puncak pohon berjarak minimum 15 meter dari
kabel SUTET terendah.
d. Sebaiknya tidak berada di luar rumah di bawah SUTET, terutama pada
malam hari. Pada saat ini arus yang mengaliri kawat penghantar
SUTET lebih tinggi daripada siang hari.
2. Diharapkan pihak PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan pihak-pihak
terkait lainnya aktif memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada
masyarakat untuk meminimalkan dampak negatif radiasi gelombang
elektromagnetik SUTET.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
3. Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam untuk mengetahui
dampak negatif radiasi gelombang elektromagnetik SUTET terhadap
kesehatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user