25
8 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pasar Modal II.1.1 Definisi Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI No.1548/KMK/90, tentang peraturan pasar modal, definisi pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar yang berupa tempat atau gedung yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara pedagang efek. Sementara dengan perspektif yang lebih luas pasar modal adalah pertemuan pihak yang kelebihan dana (masyarakat) melalui investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh pihak perusahaan yang kekurangan dana (perusahaan/emiten). Transaksi seperti ini tidak terbatas pada gedung pasar modal dan dapat dilakukan di mana saja, tetapi transaksi ini tidak menjamin investor dengan kepastian hukum dari pemerintah padahal ada risiko yang harus dihadapi investor atas kesediannya menginvestasikan dana pada emiten. Fungsi Pasar Modal antara lain sebagai berikut 1. Sumber dana jangka panjang 2. Alternatif investasi 3. Alat restrukturisasi modal perusahaan Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

Digital 126363 5763 Pengujian Komponen Literatur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

komponen literatur

Citation preview

  • 8

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    II.1 Pasar Modal

    II.1.1 Definisi

    Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI No.1548/KMK/90, tentang

    peraturan pasar modal, definisi pasar modal secara umum adalah suatu sistem

    keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan

    semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga

    yang beredar.

    Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar yang berupa tempat atau

    gedung yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi dan

    jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara pedagang efek.

    Sementara dengan perspektif yang lebih luas pasar modal adalah pertemuan

    pihak yang kelebihan dana (masyarakat) melalui investasi dalam surat berharga yang

    ditawarkan oleh pihak perusahaan yang kekurangan dana (perusahaan/emiten).

    Transaksi seperti ini tidak terbatas pada gedung pasar modal dan dapat dilakukan di

    mana saja, tetapi transaksi ini tidak menjamin investor dengan kepastian hukum dari

    pemerintah padahal ada risiko yang harus dihadapi investor atas kesediannya

    menginvestasikan dana pada emiten.

    Fungsi Pasar Modal antara lain sebagai berikut

    1. Sumber dana jangka panjang

    2. Alternatif investasi

    3. Alat restrukturisasi modal perusahaan

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 9

    4. Alat untuk melakukan divestasi

    Ada dua jenis pasar di pasar modal, yaitu pasar perdana (primary market /

    penawaran umum / initial publik offering (IPO)) dan pasar sekunder (secondary

    market). Sesuai dengan istilahnya, pasar perdana adalah pasar yang menjelaskan

    transaksi jual beli yang terjadi antara penjual dan pembeli terhadap sebuah saham

    perusahaan yang pada saat transaksi perusahaan itu baru saja go public dan terdaftar

    di bursa. Sementara pasar sekunder adalah pasar yang menjelaskan transaksi jual beli

    terhadap saham sebuah perusahaan yang terjadi setelah transaksi pertama yang

    dijelaskan oleh pasar primer.

    II.1.2 Perkembangan Bursa Efek Jakarta (BEJ)

    Bursa Efek Jakarta adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan

    peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan

    ekonomi nasional. Bursa Efek Jakarta berperan juga dalam upaya mengembangkan

    pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan Pasar Modal Indonesia yang

    stabil.

    BEJ, sebagai salah satu contoh pasar modal secara fisik yang berada di

    Indonesia berawal dengan dibukanya sebuah bursa saham oleh pemerintah Hindia

    Belanda pada 1912 di Batavia. Setelah sempat tutup beberapa kali karena terjadinya

    perang, BEJ kembali dibuka pada 1977 di bawah pengawasan Badan Pengawas Pasar

    Modal (Bapepam). Pada tanggal 13 Juli 1992, BEJ diprivatisasi dengan dibentuknya

    PT. Bursa Efek Jakarta. Kemudian pada 1995, perdagangan elektronik di BEJ

    dimulai.

    Pada tahun 1995 ditetapkan Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar

    Modal sebagai landasan hukum penyelenggaraan pasar modal. Dengan ditetapkannya

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 10

    Undang-Undang tersebut, maka peran BEJ selaku Self Regulatory Organization

    (SRO) Pasar Modal Indonesia semakin dikukuhkan. Sejak itu BEJ tumbuh pesat,

    berkat sejumlah pencapaian di bidang teknologi perdagangan, di antaranya mulai

    dipakainya Jakarta Automated Trading System (JATS) pada tahun 1995, tepatnya 22

    Mei 1995. Pada tahun 1996 didirikan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia

    kemudian pada tahun 1997 didirikan PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia. Pada

    tahun 2000, mulai diberlakukan perdagangan tanpa warkat (scripless trading system).

    Dengan menggunakan sistem komputerisasi yang dikenal dengan nama JATS

    (Jakarta Automated Trading System) tersebut, diharapkan perdagangan yang fair,

    transparan, efisien dan pasar yang efektif bagi para investor bisa terwujud.

    Perdagangan di BEJ didasarkan pada sistem order. Investor harus menghubungi

    perusahaan sekuritas. Perusahaan sekuritas kemudian menjalankan order mereka.

    Sebuah perusahaan sekuritas mungkin juga membeli atau menjual saham dengan

    menggunakan nama mereka sebagai bagian dari portofolio mereka. Perusahaan

    sekuritas yang mendaftarkan sebagai anggota bursa menunjuk wakilnya untuk

    melaksanakan order tersebut. Petugas yang bertugas di lantai bursa disebut JATS

    trader dan yang bertugas di kantor disebut sebagai petugas pengesah order dan

    transaksi (order and trading authorizers) dan terdaftar di bursa.

    Dengan menggunakan JATS, order diproses oleh komputer dengan

    mempertemukan order beli dan jual berdasarkan prioritas harga dan waktu. Sistem

    lelang terbuka tersebut dilaksanakan secara berkesinambungan selama jam

    perdagangan, sehingga sistem (mekanisme) itu kemudian disebut sistem lelang

    berkesinambungan (continous auction market mechanism).

    Remote trading mulai diterapkan pada tahun 2002 sedangkan produk kontrak

    opsi saham mulai diluncurkan pada tahun 2004. Setelah sempat jatuh ke sekitar 300

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 11

    poin pada saat-saat krisis, BEJ mencatat rekor tertinggi baru pada awal tahun 2004

    setelah mencapai level 1.500 poin berkat adanya sentimen positif dari dilantiknya

    presiden baru, Susilo Bambang Yudhoyono. Peningkatan pada tahun 2004 ini

    sekaligus membuat BEJ menjadi salah satu bursa saham dengan kinerja terbaik di

    Asia pada tahun tersebut.

    Pada tahun 2005, Bursa Efek Jakarta berhasil mencapai pertumbuhan nilai

    kapitalisasi pasar serta indeks harga saham gabungan yang menggembirakan

    sekalipun dihadapkan kepada kondisi makro-ekonomi yang kurang menguntungkan.

    Kapitalisasi pasar mencapai Rp 801,253 triliun, naik sebesar 17,84% dibandingkan

    dengan tahun sebelumnya. Indeks Harga Saham Gabungan mencapai 1.162,635 pada

    hari perdagangan terakhir tahun 2005 atau naik 16,24% dibandingkan dengan tahun

    sebelumnya.

    Dalam rangka memberikan informasi yang lebih lengkap tentang perkembangan

    bursa kepada publik, BEJ telah menyebarkan data pergerakan harga saham melalui

    media cetak dan elektronik. Satu indikator pergerakan harga saham tersebut adalah

    indeks harga saham.

    Saat ini, BEJ mempunyai 4 macam indeks saham yaitu :

    1. IHSG, yang menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen kalkulasi

    indeks.

    2. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam setiap sektor.

    3. Indeks LQ45, menggunakan 45 saham terpilih setelah melalui beberapa tahapan

    seleksi.

    4. Indeks Individual, yang merupakan Indeks untuk masing-masing saham

    didasarkan harga dasar.

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 12

    II.2 Mikrostruktur Pasar (Market Microstructure)

    Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai konsep market microstructure.

    Definisi Maureen OHara dalam bukunya Market Microstructure Theory

    mengenai mikrostruktur pasar (market microstructure) adalah sebuah studi tentang

    proses dan hasil dari pertukaran aset dengan mengikuti peraturan perdagangan yang

    eksplisit (tertulis). Oleh karena banyak dari ekonom yang merasa abstrak dengan

    mekanisme perdagangan, literatur mikrostruktur menganalisis seberapa spesifik

    mekanisme perdagangan ini mempengaruhi proses pembentukan harga.

    Mekanisme ini melibatkan perantara khusus seperti stock specialist, yaitu

    perantara untuk jual beli saham atau order clerk (saitori), yaitu perantara yang

    menyeimbangkan penawaran dan permintaan atau melakukan proses market clearing.

    Sebuah mekanisme perdagangan juga memerlukan lokasi yang terpusat untuk

    dijadikan bursa atau tempat perdagangan kontrak future (futures pit) atau papan

    buletin elektronik pada mana pembeli dan penjual dapat menunjukkan ketertarikan

    mereka dalam perdagangan.

    Hal paling mendasar dalam mempelajari mikostruktur pasar adalah :

    Bagaimana harga terbentuk dalam sebuah perekonomian?. Pertanyaan ini

    merupakan suatu hal yang fundamental untuk bisa mengerti bagaimana kerja

    perekonomian dalam mengalokasikan barang dan jasa.

    Riset terhadap mikrostruktur pasar memanfaatkan struktur yang disebabkan

    oleh adanya mekanisme perdagangan (trading mechanism) tertentu untuk

    memodelkan bagaimana aturan penetapan harga bisa berkembang di pasar. Apabila

    sebuah riset terhadap mikrostruktur pasar dilakukan di pasar aset finansial, kita akan

    mengerti bagaimana tingkat pengembalian dari aset finansial dan proses yang terjadi

    sehingga pasar menjadi efisien.

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 13

    Kesimpulannya, riset terhadap mikrostruktur pasar penting dan berharga untuk

    mengerti perilaku harga dan perilaku pasar. Hal ini akan memiliki aplikasi langsung

    dalam regulasi pasar dan dalam disain serta formulasi dari mekanisme perdagangan

    yang baru.

    Salah satu aspek yang menarik dari teori mikrostruktur pasar adalah evolusi.

    Penelitian-penelitian terdahulu banyak menyelidiki tentang sifat dasar dari penawaran

    (supply) dan permintaan (demand) yang bergerak tidak teratur atau tidak dapat

    diprediksi (stochastic), sementara belakangan penelitian banyak berfokus pada

    keseluruhan kandungan informasi yang dimiliki harga dan yang dimiliki pasar. Kedua

    pendekatan ini, baik terdahulu maupun belakangan, belum dapat sepenuhnya

    bergabung, artinya banyak dimensi yang penting dan menarik dari masalah

    mikrostruktur yang belum diteliti.

    Evolusi pasar keuangan telah menghasilkan banyak kebijakan yang terkait

    dengan struktur dan stabilitas pasar. Di samping banyak pemodelan, analisis teoritis

    belum dapat memberikan hasil terhadap hal-hal apa saja dan perilaku yang

    bagaimana yang harus dimiliki oleh harga sebuah sekuritas. Sebelum hal tersebut

    dapat dimengerti, hal yang fundamental tentang bagaimana pasar bekerja harus dapat

    demengerti terlebih dahulu.

    II.2.1 Mekanisme Perdagangan (Trading Mechanism)

    Mekanisme perdagangan dapat dilihat seperti salah satu tipe permainan

    perdagangan di mana para pemain bertemu (mungkin tidak secara fisik) pada sebuah

    tempat dan bertindak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pemain-pemain

    melibatkan bagian yang besar dari partisipan-partisipan pasar, walaupun tidak semua

    tipe dari pemain, yang akan disebutkan kemudian, ditemukan di tiap mekanisme.

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 14

    Beberapa tipe dari partisipan pasar antara lain :

    1. Pelanggan (customer), yang memberikan order untuk membeli maupun untuk

    menjual. Keseluruhan order ini dapat disesuaikan dengan hasil yang diinginkan,

    atau dapat berupa direct order yang secara langsung ditransaksikan.

    2. Broker, yaitu mereka yang menyampaikan atau mengirimkan order dari

    pelanggan. Broker tidak melakukan transaksi dari account-nya sendiri, tetapi

    hanya bertindak sebagai perantara (saluran) dari pesanan pelanggan. Pelanggan-

    pelanggan di sini bisa saja berupa pedagang-pedagang kecil (retail traders) atau

    partisipan pasar yang lain seperti dealer yang hanya bertujuan untuk

    menyamarkan tujuan perdagangan mereka.

    3. Dealer, yaitu mereka yang melakukan transaksi dengan account mereka sendiri.

    Pada beberapa pasar, dealer juga memfasilitasi order dari pelanggan sehingga

    sering dikenal juga dengan broker/dealer.

    4. Specialist (market maker), yang menetapkan atau mengestimasi harga pembelian

    atau penjualan asset. Market maker biasanya juga menjalankan fungsi sebagai

    seorang dealer, di mana tindakan mereka dapat bervariasi antara pasar yang satu

    dengan pasar lainnya.

    Keempat kategori di atas mencakup partisipan pasar yang utama, tatapi tidak

    menjelaskan seluruh partisipan pasar yang ada. Ada juga perantara-perantara lain

    seperti block traders, yang mengkombinasikan peran broker dan traders yang lebih

    luas, scalpers (pada future market), yang perannya mendekati peran dealer tetapi

    tidak memiliki posisi pasar jangka panjang, order clerk (saitori) di Tokyo yang

    berfungsi menyeimbangkan order permintaan dan penawaran atau biasa dikenal

    dengan proses market clearing, serta bank yang beroperasi di pasar luar negeri

    (foreign market) dapat bertindak sebagai dealer bagi pelanggan-pelanggannya dan

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 15

    juga sebagai pelanggan di interdealer market. Namun, walaupun setiap pasar

    memiliki pemain-pemainnya sendiri secara spesifik, fungsi mereka dapat secara

    umum dijelaskan oleh empat kategori yang telah disebutkan di atas.

    Tempat di mana perdagangan terjadi merupakan dimensi kedua dari mekanisme

    perdagangan. Secara tradisional, tempat yang yang paling umum adalah bursa, yang

    merupakan lokasi sentral untuk perdagangan. Order-order dikirim ke bursa dan

    seluruh transaksi perdagangan dieksekusi di sana. Bursa dipergunakan untuk

    memperdagangkan surat berharga bukti kepemilikan (equities) di New York, Madrid

    dan Tokyo, kontrak future di Chicago dan Osaka serta kontrak opsi di San Fransisco

    dan Frankfurt. Lokasi fisik bukan merupakan syarat yang utama bagi perdagangan

    agar bisa terjadi. Surat hutang (bonds) diperdagangkan melalui layar komputer dan

    telepon, demikian pula dengan valuta asing. Jaringan perdagangan yang

    terkomputerisasi seperti Instinet dan POSIT memperdagangkan surat-surat berharga

    bukti kepemilikan bagi pedagang-pedagang sebuah institusi di United States,

    sementara Globex sedang berusaha membuat sistem perdagangan yang

    terkomputerisasi untuk kontrak future.

    Sebelum membahas specialist order, ada baiknya diketahui juga bagaimana

    mekanisme pasar yang dihadapi oleh perantara tersebut. Perdagangan di New York

    Stock Exchange (NYSE) melibatkan dua mekanisme perdagangan yang berbeda,

    yaitu call auction, yang digunakan untuk membuka perdagangan dan continuous

    auction, yang digunakan sepanjang hari perdagangan. Dalam call auction, order-

    order diakumulasikan, lalu specialist menetapkan sebuah harga keseimbangan

    (market clearing price) di mana pada harga itu seluruh transaksi order dieksekusi.

    Sementara dalam continuous auction, specialist menyatakan harga permintaan dan

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 16

    penawaran di mana ia bersedia membeli atau menjual saham, dan kemudian transaksi

    terjadi secara individual.

    Mengikuti pembukaan, perdagangan kembali ke mekanisme continuous

    auction, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, di mana specialist menyatakan

    harga permintaan dan penawaran untuk membeli atau pun menjual saham (quotation

    price) dalam jumlah (trade size) tertentu, yang biasa disebut dengan depth. Konsep

    depth sendiri akan dibahas pada bagian selanjutnya.

    II.2.2 Peranan Specialist dalam Pasar

    Berdasarkan Market Microstructure Theory karangan Maureen OHara, yang

    mengacu pada bursa efek di luar negeri, misalnya NYSE, order tiba di tangan

    specialist secara langsung melalui floor trader (broker yang berada di lantai bursa),

    secara elektonik melalui Designated Order Turnaround System (bagian dari Super

    Dot System) dan Intermarket Trading System (ITS), yang menghubungkan sembilan

    pasar di Amerika, yaitu NYSE, American Stock Exchange, Boston, Midwest,

    Cincinnati, Pacific, Piladelphia, Chicago Board Options Exchange dan NASD).

    Market order dan limit order dapat diberikan oleh member NYSE kepada specialist.

    Peran dari seorang perantara (specialist) antara lain sebagai berikut :

    1. Specialist harus mengeksekusi order yang berada pada harga terbaik

    berdasarkan quotation price yang mereka berikan.

    2. Specialist bebas untuk mengubah quotation price atau depths dengan perubahan

    yang minimal. Oleh karena tujuan dari mekanisme perdagangan adalah

    kestabilan dan kontinuitas harga, jadi specialist diharapkan untuk mengubah

    harga dengan perubahan yang minimal. Peraturan spesifik mengenai kontinuitas

    harga kompleks dan bervariasi tergantung pada harga saham dan volume

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 17

    perdagangan. Pada tahun 1992, 96.4% dari seluruh transaksi terjadi dengan

    perubahan harga sebanyak 1/8 atau kurang.

    3. Specialist juga diharapkan untuk menstabilkan pasar, artinya mereka tidak

    boleh berkontribusi dalam pergerakan pasar, kecuali penjualan ke pasar yang

    sedang lesu (falling market).

    Berdasarkan Empirical Finance Lecture Notes Part I yang ditulis oleh Hosein

    Asgharian (2006), specialist (market maker) juga berperan dalam memelihara

    likuiditas pada pasar dengan membeli atau menjual sekuritas pada saat investor akan

    melakukan transaksi penjualan atau pembelian. Sebagai kompensasi, mereka

    memiliki hak monopoli untuk diferensiasi harga, yaitu mereka akan membeli pada

    bid price (Pb) dan menjual pada harga yang lebih tinggi, pada harga yang disebut

    dengan ask price (Pa). Oleh karena itu, ke depannya kita memiliki tiga jenis harga,

    yaitu bid, ask dan transaction price. Transaction price tidak harus sama dengan bid

    atau ask, tetapi kebanyakan berada di antara bid price dan ask price, walaupun tidak

    selalu akan demikian.

    II.2.3 Jenis-jenis Order

    Dalam memahami konsep pemecahan saham dan kaitannya dengan beberapa

    konsep lain seperti harga saham, tingkat pengembalian saham, volume dan spread,

    tidak terlepas dari bagaimana order yang terjadi untuk saham yang dipecah.

    Dalam buku Market Microstructure Theory karangan Maureen OHara

    dikenal dua jenis order, yaitu limit order dan market order. Definisi kedua jenis order

    ini berdasarkan www.investorwords.com adalah sebagai berikut :

    1. Limit order adalah sebuah order (kepada broker) untuk membeli sejumlah

    sekuritas tertentu pada atau di bawah harga tertentu, yang disebut dengan limit

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 18

    price. Hal ini menyebabkan seseorang tidak akan membayar sebuah saham

    dengan harga yang lebih mahal dari apa yang telah ia tetapkan.

    2. Market orders, adalah order pembelian atau penjualan yang dieksekusi oleh

    broker pada harga terbaik yang ada pada saat itu, yang disebut dengan at the

    market. Order ini sering merupakan transaksi yang berkomisi rendah (lowest-

    comission trades) karena melibatkan usaha yang sangat kecil dari broker.

    II.3 Pemecahan Saham (Stock Split)

    II.3.1 Definisi

    Pemecaham saham (stock split) merupakan salah satu jenis dari corporate

    action yang dilakukan oleh perusahaan. Definisi pemecahan saham menurut Emery

    dan Finnerty adalah pemecahan administratif yang proporsional dari besarnya klaim

    sebuah saham sehingga jumlah saham akan semakin banyak dan setiap saham

    memiliki kepemilikan yang secara proporsional lebih kecil. (Douglas R Emery, John

    D Finnery, Corporate Financial Management International Ed, Prentice Hall Inc,

    1997, hlm G17).

    Stock split merupakan suatu kejadian yang purely cosmetic event, yaitu

    kejadian yang pada dasarnya tidak mengubah arus kas perusahaan, proporsi

    kepemilikan pemegang saham atau pun klaim dari pemegang sekuritas yang lain,

    seperti halnya kosmetik yang hanya tampak di permukaan, serta membawa biaya

    administrasi yang besar bagi perusahaan, khususnya perusahaan besar. Namun, tetap

    saja banyak perusahaan yang melakukan pemecahan saham.

    Berdasarkan beberapa penelitian dari dalam dan luar negeri, pemecahan saham

    (stock split) yang dilakukan oleh perusahaan akan menyebabkan perubahan harga

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 19

    (kenaikan) yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan tingkat pengembalian

    (return) saham, yang biasa disebut dengan abnormal return.

    Stock split merupakan suatu hal yang cukup terkenal di pasar keuangan

    Amerika. Lima sampai sepuluh persen dari seluruh perusahaan yang ada di NYSE

    (New York Stock Exchange) dan AMEX (American Stock and Options Exchange)

    melakukan split pada tahun-tahun tertentu (Lakonishok dan Lev, 1987) sehingga di

    luar negeri, khususnya Amerika, penelitian tentang pemecahan saham (stock split)

    telah cukup banyak dilakukan dan telah menghasilkan banyak paradigma-paradigma

    baru tentang kondisi harga saham, tingkat pengembalian (return), volume

    perdagangan, bid-ask spread, kepemilikan saham, likuiditas perusahaan dan beberapa

    kondisi lainnya setelah terjadinya stock split. Oleh karena itu, dalam bagian teori

    mengenai stock split ini penulis mengambil sumber dari penelitian-penelitian yang

    telah dilakukan sebelumnya.

    II.3.2 Teori tentang Pemecahan Saham

    Tiga teori besar telah dibangun untuk menjelaskan mengapa sebuah perusahaan

    melakukan stock split.

    1. Signaling Theory

    Teori ini dikemukakan oleh Brennan and Copeland (1988). Mereka

    mengasumsikan bahwa para manager memiliki informasi khusus, yang dikenal

    dengan privat information tentang prospek masa depan perusahaan mereka.

    Apabila sebuah perusahaan yang memiliki prospek yang baik melakukan stock

    split, maka persentase spread-nya akan meningkat secara temporer, karena pada

    akhirnya, pasar juga akan menangkap informasi baik mengenai perusahaan

    tersebut, sama seperti yang diketahui oleh para manajer, sehingga menyebabkan

    harga dari perusahaan naik dan persentase spread akan normal kembali.

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 20

    Namun, apabila perusahaan dengan prospek yang buruk melakukan stock

    split, maka peningkatan yang terjadi pada persentase spread akan bersifat

    permanen. Perbedaan biaya yang terjadi ini memberikan celah pada perusahaan

    besar untuk memberikan sinyal akan kondisinya yang baik dan mencegah

    perusahaan-peruasahaan yang buruk atau pun berada di level rata-rata berpura-

    pura. Signaling theory memprediksikan bahwa perusahaan-perusahaan yang

    melakukan stock split harusnya memperoleh tingkat pengembalian abnormal

    yang positif (positive abnormal return) pada saat pengumuman.

    Bukti empiris menunjukkan adanya positive abnormal return pada saat

    pengumuman sedangkan tantangan empiris terhadap signaling theory adalah

    tidak adanya bukti yang menunjukkan bahwa perusahaan memang mengalami

    peningkatan persentase effective spread yang sementara apabila dibandingkan

    dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split.

    2. Range Theory

    Teori kedua ini dibangun oleh Copeland (1979), yang menyatakan bahwa

    stock split menurunkan harga sehingga membuat perdagangan lebih terjangkau

    khususnya dengan menghindari biaya perdagangan yang tidak seharusnya (odd

    lot trading cost). Pada akhirnya hal ini akan menyebabkan peningkatan basis

    pada traders dalam perusahaan tersebut, yang juga mengakibatkan volume

    perdagangan dan menurunkan persentase dari spread.

    Bukti empiris menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan stock split

    mengalami peningkatan basis dari traders dan peningkatan pada volume. Baker

    and Gallagher (1980) melakukan survei terhadap top executive dan menemukan

    bahwa dominan dari mereka percaya bahwa stock split menjaga harga saham

    tetap berada pada rentang perdagangan yang optimal (optimal trading range),

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 21

    sehingga memberikan kemudahan kepada investor kecil untuk membeli saham

    yang menyebabkan jumlah pemegang saham (shareholder) pun meningkat.

    Tantangan empiris yang kemudian timbul untuk hipotesa ini adalah tidak

    adanya bukti bahwa perusahaan yang melakukan stock split pada akhirnya

    memiliki persentase spread yang lebih rendah. Atau dengan kata lain tidak ada

    bukti yang memadai bahwa perusahaan tersebut memperoleh perbaikan

    likuiditas jangka panjang yang diprediksikan akibat melakukan stock split.

    3. Optimal tick size theory

    Teori ini dikemukakan oleh Angel (1997). Idenya adalah stock split akan

    mengakibatkan peningkatan pada persentase spread.

    Hal ini menyebabkan jumlah limit order dari para investor meningkat untuk dua

    alasan :

    a. Pertama, beberapa traders akan beralih dari market order (yang sekarang

    menjadi lebih mahal) ke limit order (yang sekarang lebih

    menguntungkan).

    b. Kedua, beberapa orang akan tertarik untuk seolah-olah menjadi market

    maker (pseudo market makers), yang memperoleh keuntungan dengan

    mendaftarkan limit order pada dua sisi dan memperoleh spread.

    Peningkatan pada limit order akan menyebabkan persentase spread

    menyebar (cross over) dan jatuh di bawah titik seharusnya ia berada

    apabila tidak terjadi stock split.

    Bukti empiris menemukan bahwa setelah stock split, jumlah limit order

    meningkat dan rasio dari limit order terhadap market order juga meningkat.

    Tantangan empiris yang kemudian muncul terhadap teori optimal tick size

    adalah tidak adanya bukti bahwa perusahaan-perusahaan yang melakukan stock

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 22

    split pada akhirnya akan memiliki persentase spread yang lebih rendah.

    Lagipula tidak ada bukti juga yang menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan

    yang melakukan stock split tersebut memperoleh perbaikan likuiditas jangka

    panjang yang diharapkan sebelumnya sebagai dampak dari melakukan stock

    split.

    II.3.3 Penelitian Terdahulu tentang Pemecahan Saham

    Mark Grinblatt dan Donald Keim dalam penelitiannya tahun 1991 menyatakan

    bahwa stock split dan stock dividend adalah kejadian yang purely cosmetics event,

    artinya kejadian yang hanya tampak dari luar, seperti halnya kosmetik, dan tidak

    secara langsung mempengaruhi arus kas perusahaan setelah pajak, pajak yang harus

    ditanggung seseorang serta persentase kepemilikan perusahaan. Demikian pula

    halnya dengan kondisi pasar, di mana besarnya biaya transaksi dibentuk berdasarkan

    persaingan yang ada, dan bukan berdasarkan peraturan yang berlaku, tidak ada biaya

    khusus yang timbul karena kejadian stock split ini. Tidak sama seperti cash dividend

    ataupun perubahan struktur modal perusahaan.

    Namun demikian, riset-riset empiris selama dua puluh lima tahun mencatat

    bahwa stock split dan stock dividend mempengaruhi shareholder return. Beberapa

    catatan hasil penelitian mengenai efek lain yang juga disebabkan oleh stock split

    antara lain terhadap abnormal return, peningkatan pada bid-ask spread, peningkatan

    pada cash dividends serta peningkatan pada laba yang dilaporkan.

    Dua penjelasan yang kontradiktif mengenal stock split adalah :

    1. Kebanyakan manajer percaya (Baker dan Gallagher, 1980) bahwa stock split

    mengembalikan harga saham ke rentang harga perdagangan yang optimal dan

    shareholder liquidity yang lebih baik.

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 23

    2. Stock split merupakan sinyal yang mahal harganya untuk prospek masa depan

    yang lebih baik bagi perusahaan.

    Grinblatt, Masulis dan Titman (1984) menemukan bahwa pada hari pemecahan

    saham (ex-date), terjadi peningkatan harga saham sebesar rata-rata 3.3% pada sampel

    saham yang diteliti, yang sebelumnya telah dipilih untuk menghindari kontaminasi

    dari pengumuman corporate action lainnya dari perusahaan. Hasil akhir penelitian

    mereka mengkonfirmasi bahwa pola perdagangan yang sistematis dan perilaku dari

    market maker di sekitar ex-date dapat menyebabkan bias terhadap perhitungan

    anomaly ex-date return pada saat perusahaan melakukan stock split dan stock

    dividen.

    Pada bagian ini, akan dibahas hasil penelitian empiris yang menjelaskan

    dampak dilakukannya pemecahan saham (stock split) terhadap bid-ask spread, biaya

    transaksi (transaction cost) dan likuiditas (liquidity).

    II.3.3.1 Stock split dan bid-ask spread

    Mark Grinblatt dan Donald Keim (1997) menyebutkan bahwa terdapat tiga

    dugaan teoritis tentang komponen-komponen ekonomi apa yang menyebabkan

    terbentuknya bid-ask spread.

    1. Order processing spread, yaitu biaya administratif yang dikenakan kepada

    market maker untuk peran yang dijalankan (keberadaan) di pasar dan

    menyediakan jasa likuiditas.

    2. Inventory holding costs, yaitu biaya karena memegang hanya sebagian dari

    portofolio yang terdiversifikasi, bukan secara penuh.

    3. Adverse selection costs, yaitu biaya yang timbul akibat informasi yang asimetris

    yang bisa terjadi di antara beberapa investor yang memiliki informasi dan market

    makers. Market maker tidak dapat membedakan investor yang memiliki informasi

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 24

    dari yang tidak memiliki informasi. Oleh karena itu, mereka menerima

    kompensasi atas risiko ini dengan penambahan premium pada bid-ask spread.

    Dampak stock split terhadap bid-ask spread pada perusahaan-perusahaan yang

    terdaftar di NYSE, diteliti oleh Robert Conroy, Robert Harris dan Bruce Benet

    (1990). Mereka menemukan bahwa persentase spread yang meningkat setelah terjadi

    stock split, menunjukkan adanya biaya likuiditas (liquidity cost) untuk para investor.

    Biaya likuiditas ini bisa digunakan sebagai validasi bahwa stock split memberikan

    sinyal akan adanya informasi yang baik tentang perusahaan. Peningkatan yang terjadi

    pada spread ini secara langsung terkait dengan penurunan yang terjadi pada harga

    saham setelah terjadi stock split dan dapat menjelaskan sebagian, tidak semua, dari

    peningkatan variabilitas return setelah stock split. Sebelumnya, Brennan dan

    Copeland (1988) menunjukkan bahwa apabila stock split meningkatkan biaya

    likuiditas bagi investor, maka stock split tersebut dapat dikatakan memberikan sinyal

    yang valid.

    Banyak studi empiris tentang efek likuiditas dari stock split menggunakan

    volume perdagangan. Copeland (1979), Lamoureux and Poon (1987), dan Murray

    (1985) menyimpulkan bahwa shareholder liquidity menurun setelah stock split

    sementara Lakonishok and Lev (1987) menemukan volume (tinggi) yang abnormal

    pada tahun sebelum terjadi stock split dan stock split tidak memiliki hubungan

    dengan perubahan yang terjadi pada volume perdagangan. Secara spesifik, kaitan

    antara stock split dan likuiditas akan dibahas pada bagian berikutnya.

    Penggunaan volume untuk mengukur likuiditas sebagian besar didorong oleh

    penemuan-penemuan empiris bahwa terdapat hubungan yang negatif antara volume

    dan bid-ask spread, misalnya penemuan oleh Demsetz (1968),Benston and Hagerman

    (1974),and Tinic (1972). Spread ini merupakan ukuran yang secara langsung

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 25

    menjelaskan biaya likuiditas apabila likuiditas itu sendiri didefinisikan sebagai

    kemudahan atau kecepatan sebuah instrumen keuangan dapat ditukar dengan mata

    uang (Hicks, 1946).

    Walaupun bid-ask spread penting dalam perhitungan likuiditas, hanya ada dua

    studi yang meneliti hubungan antara bid-ask spread dan stock split dan keduanya

    menghasilkan informasi yang bertentangan (kontradiktif). Pertama, Copeland (1979)

    yang meneliti 162 perusahaan over the counter (OTC) untuk periode 1968-1976

    menemukan peningkatan yang signifikan secara statistik terhadap persentase spread

    sebelum dan setelah ex-date, sementara yang kedua, Murray (1985) yang meneliti

    100 perusahaan OTC yang melakukan stock split untuk periode 1972-1976, tidak

    menemukan bukti apapun terkait dengan peningkatan spread.

    Penelitian yang dilakukan oleh Robert M. Conroy, Robert S Harris, Bruce A

    Benet dengan menggunakan data spread mencoba menguji apakah perubahan yang

    terjadi pada return variance di sekitar stock split memang benar disebabkan oleh

    perubahan yang terjadi pada variance return itu sendiri (true variance return) atau

    disebabkan oleh perubahan spread. Pengujian ini dilandasi oleh kesimpulan yang

    ditemukan oleh Ohlson and Penman (1985), yang meneliti 1.257 kasus stock split

    selama periode 1962-1981, bahwa terdapat peningkatan yang substansial dan

    permanen pada variabilitas return menyusul terjadinya stock split. Dravid (1987)

    mengkonfirmasi hal ini dan menemukan bahwa reverse split berhubungan dengan

    penurunan pada variabilitas return.

    Demikian pula pada penelitian lain, French dan Roll (1986) serta Amihud dan

    Mendelson (1987) memperoleh kesimpulan bahwa variabilitas return yang diamati

    mencakup variabilitas yang sebenarnya (true variability) dan juga fluktuasi yang

    terjadi pada harga permintaan (bid) dan harga penawaran (ask), tetapi mereka tidak

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 26

    menggunakan data harga permintaan (bid) dan penawaran (ask) sehingga kedua

    komponen tersebut tidak dapat dibedakan.

    Conroy, Harris dan Benet dalam penelitian mereka menemukan bahwa memang

    benar terdapat peningkatan pada return variance karena stock split, yang terjadi

    karena faktor bid-ask spreads dan juga peningkatan yang terjadi pada true variance.

    Kesimpulan ini konsisten dengan Ohlson and Penman, bahwa sebagian dari

    peningkatan yang terjadi pada volatilitas (variabilitas) return memang dapat

    dijelaskan oleh faktor bid-ask spread.

    Hal lain yang mereka peroleh adalah shareholder liquidity ternyata semakin

    buruk setelah terjadi stock split, seperti yang diukur oleh persentase bid-ask spread,

    di mana persentasenya meningkat setelah stock split dan peningkatan ini secara

    langsung berhubungan dengan penurunan yang terjadi pada harga saham menyusul

    terjadinya stock split.

    II.3.3.2 Stock split dan likuiditas

    Literatur yang ada sejauh ini menunjukkan bukti bahwa stock split akan

    memperburuk likuiditas dalam jangka pendek (short after-event window). Riset

    yang dilakukan oleh Ruslan Y. Goyenko, Craig W. Holden, dan Andrey D. Ukhov

    dari Indiana University, mencoba menjawab pertanyaan berikut, Apakah stock

    split memperbaiki likuiditas? dan salah satu hasil penelitian yang ditemukan oleh

    mereka adalah memang terjadi peningkatan pada biaya transaksi setelah stock split,

    tetapi peningkatan tersebut hanya bersifat sementara.

    Likuiditas diartikan sebagai rata-rata biaya perdagangan yang diukur

    berdasarkan persentase spread yang efektif. Likuiditas sendiri merupakan konsep

    yang multi dimensional. Pada dimensi yang pertama, likuiditas definisikan sebagai

    rata-rata biaya perdagangan, seperti yang diukur dalam persentase effective spread.

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 27

    Pada dimensi yang kedua dapat diartikan sebagai jumlah yang dapat

    diperdagangkan pada biaya tertentu, seperti yang diukur dalam depth of the market.

    Vassilis Polimenis dalam jurnalnya A realistic model of market liquidity and

    depth menyatakan definisi depth pada intinya adalah tingkat rata-rata densitas dari

    limit order dalam saham per dolar, dalam bahasa aslinya, Liquidity is the expected

    rate of order execution in shares per minute. Depth is the average density of the

    limit order book in shares per dollar. Markets with low depth are characterized by

    high price sensitivity and larger risk.

    Definisi lain menyatakan bahwa depth adalah situasi di mana terdapat volume

    order pembelian dan penjualan sekuritas yang besar, sehingga perbedaan harga dari

    perdagangan yang terjadi akan kecil dan terjadi pengembangan harga yang kontinu

    (Michael Mej Strik, www.carolina pragensis.com) Pada dimensi yang ketiga

    didefinisikan dengan kecepatan (jangka waktu) yang diperlukan bagi sebuah

    transaksi, dari tahap order sampai tahap eksekusi.

    II.3.3.3 Stock split dan risiko

    Beberapa penemuan menunjukkan bahwa stock split juga memiliki hubungan

    terhadap perubahan risiko yang terjadi pada saham. Bar-Yosef dan Brown (1977)

    melaporkan bahwa risiko sistematis saham akan cenderung menurun pada bulan-

    bulan setelah stock split. Ohlson dan Penman (1985), di sisi yang sebaliknya,

    melaporkan peningkatan yang cepat dan tiba-tiba pada varians harian menyusul ex-

    date. Penelitian lain yang dilakukan oleh Brennan dan Copeland (1987) menemukan

    bahwa risiko sistematis cenderung lebih tinggi pada saat pengumuman dan ex-date

    dibandingkan pada hari-hari di sekitarnya serta terdapat peningkatan risiko sistematis

    yang permanen.

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 28

    II.4 Ex-date Returns dan Order Flow

    Stock split adalah suatu kejadian yang purely cosmetic. Terjadinya perubahan

    pada jumlah lembar saham, akan berpengaruh kepada aliran jumlah pemesanan

    (order flow) saham tersebut. Misalnya seorang trader yang memiliki sejumlah saham

    tertentu sebelum dilakukan pemecahan saham kemudian ingin menjualnya setelah

    pemecahan saham, harus menawarkannya dalam jumlah lembaran yang lebih besar.

    Berdasarkan beberapa penelitian dari dalam dan luar negeri, pemecahan saham

    (stock split) yang dilakukan oleh perusahaan akan menyebabkan perubahan harga

    (kenaikan) yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan pada tingkat

    pengembalian (return) saham, yang biasa disebut dengan abnormal return. Bukti

    yang diperoleh dari penelitian Copeland (1979), menunjukkan bahwa volume

    transaksi setelah pemecahan saham akan mengalami penurunan sementara jumlah

    transaksinya akan mengalami peningkatan.

    Perbedaan dalam jumlah pembeli dan penjual ini dapat memberikan dampak

    pada tingkat pengembalian (measured returns). Secara khusus, apabila jumlah

    pembeli secara relatif bertambah setelah stock split, maka harga penutupan akan

    cenderung berada pada harga penawaran (ask price) sehingga akan menghasilkan

    tingkat pengembalian yang positif. Namun demikian ada juga dampak yang lain,

    yaitu apabila jumlah penjual ternyata besar, maka perantara (specialist) yang

    mempertemukan pembeli dan penjual harus menunggu sampai jumlah dari pembeli

    dengan volume pembelian yang lebih kecil meningkat sehingga cukup volume saham

    yang dijual akan sama dengan volume saham yang dibeli. Untuk menkompensasi

    biaya pengelolaan inventori yang lebih besar (carrying cost), maka specialist akan

    menaikkan spread.

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 29

    Peningkatan pada spread juga dapat mempengaruhi return, secara spesifik efek

    tersebut tergantung pada mekanisme peningkatan spread. Specialist yang

    memaksimalkan profit akan memilih untuk meningkatkan spread dengan cara

    membebankan carrying cost yang semakin tinggi kepada investor, baik pembeli

    maupun penjual dengan kurva permintaan yang paling inelastis. Misalnya, di dalam

    sebuah model tentang perilaku specialist (specialist behavior), yang dikembangkan

    oleh Ho Stoll (1981), apabila jumlah pembeli adalah dua kali lipat dari jumlah

    penjual, maka order pembelian menjadi inelastis terhadap order penjualan. Oleh

    karena itu peningkatan pada spread dapat diperoleh dengan meningkatkan sekali lagi

    harga penawaran (ask price). Hal ini akan memperburuk order flow bias, karena

    hanya peningkatan awal pada harga penawaran saja dapat menimbulkan abnormal

    ex-date return.

    Oleh karena stock split memepengaruhi biaya perdagangan para investor, maka

    stock split seharusnya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dengan tujuan

    menyesuaikan jumlah saham yang beredar secara berkesinambungan sehingga harga

    saham juga terjaga pada cost minimizing level. Kebijakan stock split yang ideal

    seperti ini tidak akan tergantung dari informasi yang dimiliki para manager tentang

    masa depan harga saham perusahaan mereka, jadi kebijakan ini tidak akan memberi

    informasi / pertanda apapun tentang perusahaan. Stock split dan konsolidasi bukanlah

    suatu hal yang murah, mereka membutuhkan biaya cetak, biaya pengesahan dan

    biaya-biaya administratif lainnya. Biaya administratif ini membuat kebijakan stock

    split menjadi sulit untuk diputuskan di samping kebijakan ini juga meningkatkan

    kemungkinan munculnya pandangan yang menganggap bahwa stock split

    mengindikasikan informasi perusahaan yang dimiliki oleh manajer.

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 30

    Dalam riset empiris mengenai mikrostruktur pasar, ditemukan bahwa order flow

    merupakan penentu kunci pada tingginya frekuensi perubahan harga. Konsep order

    flow sendiri tidak sama dengan konsep excess demand. Kedua hal ini berbeda, baik

    secara empiris, maupun secara teoritis. Excess demand bernilai nol pada keadaan

    seimbang sedangkan order flow secara umum tidak sama dengan nol. Order flow

    didefinisikan sebagai akumulasi dari arus transaksi yang telah disetujui, di mana

    positif atau negaitifnya setiap transaksi tergantung pada inisiator transaksi itu, apakah

    ia membeli atau menjual. Secara lebih sederhana, order flow bahkan tidak sama

    dengan permintaan. Order flow mengukur transaksi aktual, sedangkan perubahan

    pada permintaan tidak melibatkan transaksi aktual apapun. Sebagai contoh adalah

    model kurs mata uang. Dalam model ini, pergerakan yang terjadi pada fundamental

    makroekonomi dapat menyebabkan pergerakan yang terjadi pada harga dan

    permintaan tanpa ada transaksi yang terjadi atau harus terjadi agar perubahan harga

    bisa terjadi.

    Jadi dalam hal ini, permintaan bergeser, tetapi tidak ada order flow yang terjadi

    karena pada tingkat harga yang baru, antara membeli atau menjual, posisinya akan

    sama saja. Model ini tidak dapat menjelaskan hubungan yang positif yang terjadi

    antara order flow dan perubahan harga karena seluruh pergerakan pada permintaan

    dipicu oleh perubahan pada informasi publik.

    II.5 Pengembangan Hipotesis Penelitian

    Investor terlibat dalam tiga pasar, yaitu market for information (terkait

    dengan demand dan supply dari informasi), securities (terkait dengan pembentukan

    harga securities) dan transaction service.

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 31

    Literatur sebelumnya dari asset pricing mengatakan bahwa pasar beroperasi

    tanpa adanya biaya perdagangan dan market friction, di mana pada hal inilah

    terletak pusat perhatian dari riset tentang market microstructure.

    Market for information berhubungan erat dengan market for transaction

    service, karena tingkat kesulitan dan biaya perdagangan bergantung pada informasi

    yang dimiliki oleh partisipan dalam perdagangan.

    Kembali ke pasar modal, pada saat perusahaan melakukan stock split, akan

    ditemukan adanya abnormal ex-date return pada harga sahamnya, yaitu return

    yang lebih besar dari return sebelum dilakukan stock split, tetapi tidak berlangsung

    dalam jangka waktu yang panjang.

    Abnormal return yang ingin diteliti penyebabnya itu, diduga disebabkan

    oleh order flow bias dan peningkatan pada specialists spread. Terdapat dugaan

    yang menyatakan bahwa pada periode setelah stock split, jumlah pembeli akan

    meningkat sementara jumlah yang dibeli setiap pembeli menjadi lebih sedikit,

    apabila dibandingkan dengan pada periode sebelum dilakukannya stock split.

    Sebaliknya, jumlah penjual menjadi lebih sedikit, tetapi jumlah yang ditawarkan

    oleh penjual akan lebih banyak.

    Perubahan pada arus pemesanan (order flow) ini selanjutnya akan

    menyebabkan lebih banyak buy-orders, sehingga harga penutupan (closing price)

    sering berada pada harga penawaran (ask/offer price) dan memberikan tingkat

    pengembalian yang positif. Di samping itu, perubahan ini juga akan menyebabkan

    specialist dealers meningkatkan specialists spread yang diterimanya untuk bisa

    menyeimbangkan (rebalancing) rata-rata inventori yang semakin besar.

    Peningkatan pada spread juga dapat mempengaruhi measured returns. Efek

    spesifiknya tergantung pada mekanisme bagaimana spread itu bisa naik.

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007

  • 32

    Seorang profit-maximizing specialist akan memilih untuk meningkatkan

    spread dengan mengenakan carrying cost yang lebih besar pada investor, baik itu

    pembeli atau penjual dengan permintaan yang paling inelastic. Misalnya (pada Ho-

    Stoll 1981), jika jumlah pembeli adalah dua kali lebih banyak dari jumlah penjual,

    maka buy orders menjadi inelastic relatif terhadap sell orders, sehingga

    peningkatan spread akan diperoleh dengan meningkatkan ask/offer price.

    Hal ini kemudian akan memperburuk order flow bias, mengingat bahwa

    kenaikan harga itu sendiri saja bisa mengakibatkan abnormal ex-date return,

    apalagi ditambah dengan kenaikan harga sekali lagi akibat peningkatan specialists

    spread. Pada dampak serta penyebab dari spread dan order flow bias inilah

    penelitian ini berfokus.

    Dari teori yang telah dibahas sebelunya, maka secara lebih terperinci, ada

    enam hipotesis yang akan diuji pada penelitian kali ini, yaitu :

    Hipotesis 1 : Terdapat perbedaan location parameter sebelum dan sesudah stock

    split.

    Hipotesis 2 : Terdapat hubungan antara bid-to-bid return dan close-to-close

    return

    Hipotesis 3 : Terdapat hubungan antara transaction return dan close-to-close

    return

    Hipotesis 4 : Terdapat hubungan antara bid-ask spread dan close-to-close return

    Hipotesis 5 : Terdapat hubungan antara order flow bias dan close-to-close return

    Hipotesis 6 : Terdapat hubungan antara volume dan jumlah transaksi terhadap

    order flow bias

    Pengujian komponen ..., Martha Anastasia Sibarani, FE UI, 2007