2
CERMIN MASYARAKAT DIGITAL NEWSPAPER edisi pagi surabaya.tribunnews.com surya.co.id | KAMIS, 12 DESEMBER 2013 | Terbit 2 halaman Spirit Baru Jawa Timur join facebook.com/suryaonline follow @portalsurya HAL 2 KECELAKAAN KA SURYA ONLINE - Menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 yang tentunya membutuhkan banyak dana karena pasti akan banyak praktik-praktik politik uang, pemalsuan uang diprediksi bakal kian marak. Jadi tidak hanya Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden, tetapi juga marak Pemilu Uang Palsu karena membagikan yang haram saja susah apalagi membagikan yang halal. Tertangkapnya sindikat peredaran Uang Palsu (Upal) oleh Unit Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim, menjadi bukti bahwa Upal marak beredar di masyarakat menjelang Pemilu. “Polisi masih melakukan penyidikan terkait peredaran Upal pasca-tertangkapnya dua tersangka itu,” kata Kasubbid Pen Mas Polda Jatim Kompol R Bambang. Berdasarkan laporan masyarakat, Polda Jatim menangkap Slamet Riyadi (45) warga Kecamatan Kartoharjo dan Muji Suryanto (46) warga Kec. Delopo, Kabupaten Madiun. Mereka adalah jaringan pengedar Upal lintas provinsi. Hasil penyidikan pihak kepolisian, dua pelaku ini mengedarkan Upal terkait kepentingan ekonomi. “Motif mereka untuk ke arah sana (kebutuhan politik uang) masih kita dalami,” kata Bambang dan menambahkan bahwa saat ini polisi masih mengejar jaringan di atas dua orang ini, yakni seseorang bernama Edy. Tersangka Muji, menurut dia, menerima uang dari Edy yang sekarang masih buron, empat kali. Mereka transaksi di Jawa Tengah. Pertama awal Oktober, Edy menyerahkan uang palsu Rp 200.000 sebagai contoh. Kemudian pertengahan Oktober dia memberikan 50 lembar uang pecahan Rp100.000. Uang tersebut ditukar dengan uang asli sebesar Rp 2,5 juta. Akhir Oktober 2013, keduanya bertemu lagi dan bertransaksi upal sebesar Rp 35 juta dan ditukar dengan uang asli Rp15 juta. Terakhir, Novem- ber, Muji menerima uang palsu dari Edy sebesar Rp10 juta. Muji menjual Upal kepada Slamet. Kadang juga diedarkan ke pembeli lain. Dia memakai sistem Rp1 juta uang asli ditukar dengan Rp 2,5 juta uang palsu,” katanya. Momentum besar lainnya yang dija- dikan peluang untuk mengedarkan Upal adalah menjelang Hari Natal dan Tahun Baru. Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Rahmat Hernowo, mengimbau masyarakat untuk mewaspadai hal tersebut. “Uang palsu yang saat ini beredar masih dalam batas normal, artinya ada tetapi masih seperti sebelumnya, belum ada indikasi peningkatan,” katanya. Kendati demikian, waspadai setiap menjelang momentum besar karena sering dimanfaatkan pihak-pihak terten- tu untuk mencari keuntungan dengan mengedarkan Upal. Oleh karena itu, kata dia, pihaknya bersama seluruh perbankan yang ada di Kabupaten Banyumas terus berupaya menyosialisasikan cara mengenali uang asli kepada masyarakat, salah satunya melalui kegiatan “Pencanangan Bersih Ru- piah dan Gerakan Indonesia Menabung”. “Kami berikan pemahaman mengenai uang rupiah aslinya. Jadi nanti kalau ada uang rupiah palsu di sini, masyara- kat bisa langsung tahu,” ujarnya seraya menambahkan bahwa dalam kegiatan itu Bank Indonesia bersama perbankan lain melayani penukaran uang yang telah lusuh dengan uang yang masih baru. “Kami menyediakan dana sekitar Rp1 miliar untuk melayani penukaran ini,” ujarnya. “Kami langsung datang ke pasar, karena berdasarkan penelitian tempat yang paling banyak uang lusuhnya ada- lah pasar. Kami mengajak teller-teller perbankan berinteraksi langsung dengan masyarakat, sehingga mereka tahu informasi apa yang mereka perlukan tentang rupiah. Kami menyediakan dana sekitar Rp1 miliar untuk melayani penukaran ini,” katanya. Dalam kegiatan ini, Bank Indonesia (BI) juga mensosialisasikan gerakan menabung kepada masyarakat agar mereka yang selama ini belum pernah berhubungan dengan perbankan, bisa mulai menjalin kemitraan dengan perbankan. Kantor Perwakilan BI di Jogjakarta juga mengimbau masyarakat setempat tetap mewaspadai potensi peredaran Upal menjelang Pemilu 2014. “Tahun ini saat gencar-gencarnya kampanye men- jelang Pemilu sehingga juga diprediksi rawan potensi pemalsuan uang,” kata Deputi Kepala Perwakilan BI Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ), Causa Imam Karana. Dia menyarankan kepada masyarakat DIJ agar terus mempraktikkan prinsip yang selalu disosialisasikan oleh BI, yak- ni 3 D - diraba, dilihat, diterawang pada setiap pecahan uang yang diterima. “Kami selalu meningkatkan peng- awasan bekerja sama dengan pihak kepolisian apalagi menjelang Pemilu 2014, dan mendorong masyarakat luas untuk selalu menerapkan prinsip 3D setiap menerima uang tunai,” katanya. Meskipun telah gencar disosialisasi- kan, prinsip 3D masih belum optimal dipraktekkan oleh masyarakat, sebagian karena terburu-buru atau malas, pa- dahal metode tersebut bukan hal yang sulit bagi masyarakat awam. Beredar di Sentra Aktivitas Menurut Causa, potensi terjadinya pertukaran uang palsu tersebut biasanya di sentra-sentra aktivitas masyarakat, seperti pertokoan, pasar dan tempat-tempat ramai lainnya. Peredaran Upal biasanya rawan terjadi menjelang hari-hari besar yang dapat berpotensi memicu peningkatan transaksi ekonomi masyarakat. Potensi peredaran Upal di DIJ saja, katanya, meningkat 67 persen pada 2012 menjadi 1.310 dibanding Tahun 2011 yang hanya tercatat 432 lembar. “Rata-rata pemalsuan uang Tahun 2011 dilakukan pada pecahan Rp 50.000 dan Rp100.000, sedangkan pada 2012 paling banyak pada pecahan Rp 50.000,” katanya. Di Sulawesi Selatan sepanjang 2013, BI menemukan peredaran ribuan lembar Upal. Selama periode Januari-Septem- ber, peredaran Upal mencapai 1.318 lembar dengan total nilai Rp 90,61 juta. Pecahan upal paling banyak ditemukan adalah Rp 50.000 (776 lembar) senilai Rp 38,8 juta. Disusul kemudian pecahan Rp100.000 (513 lembar) dengan total Rp 51,3 juta, pecahan Rp 20.000 (23 lembar) senilai Rp 460.000, pecahan Rp10.000 (4 lembar) dan pecahan Rp 5.000 (2 lembar). Menurut pengamat Ekonomi dari Universitas Hasanuddin Hamid Paddu, era yang serba terbuka seperti sekarang ini memicu kemungkinan adanya krimi- nalitas dalam ekonomi, termasuk Upal. Karena itu, koordinasi antara otoritas moneter (BI) dengan pihak kepolisian harus ditingkatkan untuk meminimalisir peluang peredaran Upal. Kepala Perwakilan BI Wilayah I, Sulampua Suhaedi menyebutkan, beberapa tahun terakhir, persentase peredaran Upal mengalami penurunan. Ini mengindikasikan bahwa masyarakat semakin bisa memahami ciri-ciri keaslian uang. Namun, meski temuan Upal mengalami penurunan, pihaknya mengharapkan masyarakat mampu mengenali ciri-ciri keaslian uang dengan langkah 3D dan menyarankan agar melakukan transaksi non tunai. “Sebenarnya peredaran uang palsu tidak terpola. Dalam artian tidak mengenal momen, sehingga untuk menghindarinya bisa ditempuh dengan melakukan transaksi non tunai, misal transfer atau debit,” ujarnya. Di Bandung dua pelaku pemalsuan uang Muzaki dan Rudayat, ditangkap petugas Polsek Babakan Ciparay. Keduanya terbukti membuat dan meng- edarkan uang palsu, pecahan Rp 5.000, Rp 50.000, dan Rp 100.000. Dalam aksinya, kedua tersangka ini membagi peran. Muzaki bertugas mengedit dan mencetak Upal, sedang Rudayat sebagai pemberi modal, sekaligus pengedar. “Mereka sudah enam bulan beraksi, Upal yang berhasil diedarkan sudah Rp 20 juta,” ujar Kapolsek Babakan Ciparay Kompol Harli Hardiaman. “Dari tangan tersangka, kami juga menyita Upal berbagai nominal yang totalnya Rp10 juta, dua printer, alat sablon, kertas, dan barang lainnya,” katanya. Di Solo, aksi penyebaran upal pecahan Rp 50.000 berhasil digagalkan teller Bank BNI Cabang Slamet Riyadi. Modus yang digunakan, Upal tersebut dikirimkan seorang nasabah ke rekening seseorang. Hanya saja, si teller merasa ada yang aneh dengan uang satu juta yang hendak ditransfer ke rekening Mitha Amalia itu. (joe/antara) PEMILU UANG PALSU

Digital surya 12 desember 2013

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Digital surya 12 desember 2013

CERMIN MASYARAKAT

DIGITAL NEWSPAPER

edisi pagisurabaya.tribunnews.com surya.co.id | KAMIS, 12 DESEMBER 2013 | Terbit 2 halaman

Spirit Baru Jawa Timur

join facebook.com/suryaonline follow @portalsurya

hal

2

KECELAKAAN KA

SURYA ONLiNE - Menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 yang tentunya membutuhkan banyak dana karena pasti akan banyak praktik-praktik politik uang, pemalsuan uang diprediksi bakal kian marak. Jadi tidak hanya Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden, tetapi juga marak Pemilu Uang Palsu karena membagikan yang haram saja susah apalagi membagikan yang halal.

Tertangkapnya sindikat peredaran Uang Palsu (Upal) oleh Unit Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim, menjadi bukti bahwa Upal marak beredar di masyarakat menjelang Pemilu. “Polisi masih melakukan penyidikan terkait peredaran Upal pasca-tertangkapnya dua tersangka itu,” kata Kasubbid Pen Mas Polda Jatim Kompol R Bambang.

Berdasarkan laporan masyarakat, Polda Jatim menangkap Slamet Riyadi (45) warga Kecamatan Kartoharjo dan Muji Suryanto (46) warga Kec. Delopo, Kabupaten Madiun. Mereka adalah jaringan pengedar Upal lintas provinsi.

Hasil penyidikan pihak kepolisian, dua pelaku ini mengedarkan Upal terkait kepentingan ekonomi. “Motif mereka untuk ke arah sana (kebutuhan politik uang) masih kita dalami,” kata Bambang dan menambahkan bahwa saat ini polisi masih mengejar jaringan di atas dua orang ini, yakni seseorang bernama Edy.

Tersangka Muji, menurut dia, menerima uang dari Edy yang sekarang masih buron, empat kali. Mereka transaksi di Jawa Tengah. Pertama awal Oktober, Edy menyerahkan uang palsu Rp 200.000 sebagai contoh. Kemudian pertengahan Oktober dia memberikan 50 lembar uang pecahan Rp100.000. Uang tersebut ditukar dengan uang asli sebesar Rp 2,5 juta.

Akhir Oktober 2013, keduanya bertemu lagi dan bertransaksi upal sebesar Rp 35 juta dan ditukar dengan uang asli Rp15 juta. Terakhir, Novem-ber, Muji menerima uang palsu dari Edy sebesar Rp10 juta. Muji menjual Upal kepada Slamet. Kadang juga diedarkan ke pembeli lain. Dia memakai sistem Rp1 juta uang asli ditukar dengan Rp 2,5 juta uang palsu,” katanya.

Momentum besar lainnya yang dija-dikan peluang untuk mengedarkan Upal adalah menjelang Hari Natal dan Tahun Baru. Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Rahmat Hernowo, mengimbau masyarakat untuk mewaspadai hal tersebut.

“Uang palsu yang saat ini beredar masih dalam batas normal, artinya ada tetapi masih seperti sebelumnya, belum

ada indikasi peningkatan,” katanya. Kendati demikian, waspadai setiap menjelang momentum besar karena sering dimanfaatkan pihak-pihak terten-tu untuk mencari keuntungan dengan mengedarkan Upal.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya bersama seluruh perbankan yang ada di Kabupaten Banyumas terus berupaya menyosialisasikan cara mengenali uang asli kepada masyarakat, salah satunya melalui kegiatan “Pencanangan Bersih Ru-piah dan Gerakan Indonesia Menabung”.

“Kami berikan pemahaman mengenai uang rupiah aslinya. Jadi nanti kalau ada uang rupiah palsu di sini, masyara-kat bisa langsung tahu,” ujarnya seraya menambahkan bahwa dalam kegiatan itu Bank Indonesia bersama perbankan lain melayani penukaran uang yang telah lusuh dengan uang yang masih baru. “Kami menyediakan dana sekitar Rp1 miliar untuk melayani penukaran ini,” ujarnya.

“Kami langsung datang ke pasar, karena berdasarkan penelitian tempat yang paling banyak uang lusuhnya ada-lah pasar. Kami mengajak teller-teller perbankan berinteraksi langsung dengan masyarakat, sehingga mereka tahu informasi apa yang mereka perlukan tentang rupiah. Kami menyediakan dana sekitar Rp1 miliar untuk melayani penukaran ini,” katanya.

Dalam kegiatan ini, Bank Indonesia (BI) juga mensosialisasikan gerakan menabung kepada masyarakat agar mereka yang selama ini belum pernah berhubungan dengan perbankan, bisa mulai menjalin kemitraan dengan perbankan.

Kantor Perwakilan BI di Jogjakarta juga mengimbau masyarakat setempat tetap mewaspadai potensi peredaran Upal menjelang Pemilu 2014. “Tahun ini saat gencar-gencarnya kampanye men-

jelang Pemilu sehingga juga diprediksi rawan potensi pemalsuan uang,” kata Deputi Kepala Perwakilan BI Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ), Causa Imam Karana.

Dia menyarankan kepada masyarakat DIJ agar terus mempraktikkan prinsip yang selalu disosialisasikan oleh BI, yak-ni 3 D - diraba, dilihat, diterawang pada setiap pecahan uang yang diterima.

“Kami selalu meningkatkan peng-awasan bekerja sama dengan pihak kepolisian apalagi menjelang Pemilu 2014, dan mendorong masyarakat luas untuk selalu menerapkan prinsip 3D setiap menerima uang tunai,” katanya.

Meskipun telah gencar disosialisasi-kan, prinsip 3D masih belum optimal dipraktekkan oleh masyarakat, sebagian karena terburu-buru atau malas, pa-dahal metode tersebut bukan hal yang sulit bagi masyarakat awam.

Beredar di Sentra AktivitasMenurut Causa, potensi terjadinya

pertukaran uang palsu tersebut biasanya di sentra-sentra aktivitas masyarakat, seperti pertokoan, pasar dan tempat-tempat ramai lainnya. Peredaran Upal biasanya rawan terjadi menjelang hari-hari besar yang dapat berpotensi memicu peningkatan transaksi ekonomi masyarakat.

Potensi peredaran Upal di DIJ saja, katanya, meningkat 67 persen pada 2012 menjadi 1.310 dibanding Tahun 2011 yang hanya tercatat 432 lembar. “Rata-rata pemalsuan uang Tahun 2011 dilakukan pada pecahan Rp 50.000 dan Rp100.000, sedangkan pada 2012 paling banyak pada pecahan Rp 50.000,” katanya.

Di Sulawesi Selatan sepanjang 2013, BI menemukan peredaran ribuan lembar Upal. Selama periode Januari-Septem-ber, peredaran Upal mencapai 1.318

lembar dengan total nilai Rp 90,61 juta. Pecahan upal paling banyak ditemukan adalah Rp 50.000 (776 lembar) senilai Rp 38,8 juta.

Disusul kemudian pecahan Rp100.000 (513 lembar) dengan total Rp 51,3 juta, pecahan Rp 20.000 (23 lembar) senilai Rp 460.000, pecahan Rp10.000 (4 lembar) dan pecahan Rp 5.000 (2 lembar).

Menurut pengamat Ekonomi dari Universitas Hasanuddin Hamid Paddu, era yang serba terbuka seperti sekarang ini memicu kemungkinan adanya krimi-nalitas dalam ekonomi, termasuk Upal. Karena itu, koordinasi antara otoritas moneter (BI) dengan pihak kepolisian harus ditingkatkan untuk meminimalisir peluang peredaran Upal.

Kepala Perwakilan BI Wilayah I, Sulampua Suhaedi menyebutkan, beberapa tahun terakhir, persentase peredaran Upal mengalami penurunan. Ini mengindikasikan bahwa masyarakat semakin bisa memahami ciri-ciri keaslian uang. Namun, meski temuan Upal mengalami penurunan, pihaknya mengharapkan masyarakat mampu mengenali ciri-ciri keaslian uang dengan langkah 3D dan menyarankan agar melakukan transaksi non tunai.

“Sebenarnya peredaran uang palsu tidak terpola. Dalam artian tidak mengenal momen, sehingga untuk menghindarinya bisa ditempuh dengan melakukan transaksi non tunai, misal transfer atau debit,” ujarnya.

Di Bandung dua pelaku pemalsuan uang Muzaki dan Rudayat, ditangkap petugas Polsek Babakan Ciparay. Keduanya terbukti membuat dan meng-edarkan uang palsu, pecahan Rp 5.000, Rp 50.000, dan Rp 100.000. Dalam aksinya, kedua tersangka ini membagi peran. Muzaki bertugas mengedit dan mencetak Upal, sedang Rudayat sebagai pemberi modal, sekaligus pengedar.

“Mereka sudah enam bulan beraksi, Upal yang berhasil diedarkan sudah Rp 20 juta,” ujar Kapolsek Babakan Ciparay Kompol Harli Hardiaman. “Dari tangan tersangka, kami juga menyita Upal berbagai nominal yang totalnya Rp10 juta, dua printer, alat sablon, kertas, dan barang lainnya,” katanya.

Di Solo, aksi penyebaran upal pecahan Rp 50.000 berhasil digagalkan teller Bank BNI Cabang Slamet Riyadi. Modus yang digunakan, Upal tersebut dikirimkan seorang nasabah ke rekening seseorang. Hanya saja, si teller merasa ada yang aneh dengan uang satu juta yang hendak ditransfer ke rekening Mitha Amalia itu. (joe/antara)

PEMILU UANG PALSU

Page 2: Digital surya 12 desember 2013

KAMIS, 12 DESEMBER 2013 | surya.co.id | surabaya.tribunnews.com 2

join facebook.com/suryaonline follow @portalsurya

SURYA ONLiNE - Kecelekaan kereta api kembali menghiasi tangis Bangsa Indonesia. Tujuh nyawa melayang dan puluhan lainnya cedera, ketika KRL Commuter Line tujuan Tanah Abang bertabrakan dengan truk tangki milik Pertamina yang mengangkut 24.000 liter premium, di perlintasan kereta api Pondok Betung, Jakarta Selatan.

Memang sampai saat tulisan ini dibuat, belum ada kete-rangan dari pihak berwenang tentang penyebab pasti terjadinya kecelakaan maut Senin (9/12/2013), pukul 11.20 WIB itu, karena penyelidikan sedang berlangsung. Namun apakah musibah itu akibat palang pintu yang terlambat di-turunkan ataukah karena sopir mobil tangki menerobos palang pintu, tetap saja penyebabnya adalah kecerobohan manusia.

Lepas dari siapa yang salah dan siapa yang benar, kecelakaan angkutan massal ini merupakan salah satu cermin kehidupan masyarakat kita, bahwa tidak ada yang disiplin dan tidak ada yang perhatian terhadap lingkungan apalagi sesama. Kita bisa liat di triffic light, apalagi di perlintasan kereta api, pasti banyak kendaraan yang tidak sabar dan tidak disiplin. Saling serobot, bahkan memakan badan jalan orang lain. Tingkat pemikiran dan tingkat kesadaran manusia Indonesia sudah merosot, apalagi moralnya. Kondisi ini perlu menjadi introspeksi semua pihak dan Pemerintah terutama dalam menjalankan program dan melaksanakan amanah rakyat.

Seorang penumpang, Wisnu Brata mengutip keterangan saksi mata yang tidak bersedia disebutkan namanya, bahwa kereta menabrak truk tangki bahan bakar yang melintasi palang sesaat sebelum kereta lewat. “Palang telat ditutup dan truk sudah telanjur masuk di rel ketika kereta nabrak,” katanya.

Namun Manajer Komunikasi PT KCJ Eva Chairunisa mengatakan, petugas penjaga palang pintu di pelintasan Betung, Bintaro, sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Petugas tidak terlambat menutup palang pintu saat truk tangki menerobos hingga tertabrak KRL.

Saksi lain yang ditanyai Wisnu, Rozak, tukang ojek yang mangkal di dekat lokasi kece-lakaan menyatakan, palang

kereta di Pondok Betung itu tidak cukup panjang sehingga masih ada bagian yang terbuka meski palang ditutup. “Selain itu, nutupnya tadi juga enggak sampai bawah.”

Di Stasiun Rawabuntu, menurut Wisnu, kereta berhenti sebentar mengambil penum-pang. Selepas Stasiun Pondok Ranji, kereta melaju kencang. Namun, beberapa saat kemudian terasa kereta melambat karena direm, dan tiba-tiba tergoncang disertai bunyi tabrakan. Bebe-rapa penumpang yang berdiri terjatuh.

Awalnya semua penumpang tenang. Ada yang mengeluh ka-rena dikira kereta mati listrik. Memang begitu berhenti, listrik dalam kereta padam. Kepa-nikan terjadi karena dari luar jendela kereta, warga sekitar berteriak-teriak, “Ada api... keluar... kereta terbakar!”

“Penumpang menjadi panik dan berusaha membuka pintu. Namun, pintu tak bisa dibuka. Jendela pun tertutup rapat. Saya memandang sekeliling, mencari palu yang biasa terdapat dalam bus-bus untuk memecah jendela. Barang itu juga tidak ada. Penumpang makin panik. Beberapa anak menangis,” ujar Wisnu.

Akhirnya jendela bisa dibuka dengan digeser ke atas. Orang-orang pun memanjatnya, tetapi gamang untuk meloncat karena lumayan tinggi dari tanah yang ditutupi batu di luar rel. Setelah didorong dari belakang, orang-orang pun mulai berloncatan. “Saya termasuk yang meloncat keluar meski belum paham apa yang sebenarnya terjadi.”

Seorang penumpang cedera yang dirawat di RSP Pertamina, Iska Andini mengisahkan, dia kaget mendengar bunyi benturan keras yang disusul oleh sebuah ledakan dan kemudian panik ketika gerbong tempat dia berada gelap gulita serta dipenuhi asap. “Entah bagaimana saya bisa berlari menyelamatkan diri.”

Penumpang lainnya, Susi Relawati yang dirawat di RS Fatmawati menceriterakan bahwa dia mencari pintu tetapi tidak bisa dibuka. Kemudian dia lari ke gerbong tiga yang juga pintunya tidak bisa dibuka. “Saya sempat mengin-jak penumpang lain, lalu ada jendela yang sudah dipecahkan orang sebelumnya, maka saya loncat keluar dan dibantu war-ga dibawa ke tempat yang agak

tinggi,” ujarnya. Korban lainnya, Felicia, remaja berusia belasan tahun tampak syok. Ketika ditanya kejadiannya dia hanya mengangguk-angguk, namun tidak berbicara. Dia kemudian diangkut ke ambu-lans PMI Jakarta Timur.

Para korban dievakusi ke beberapa rumah sakit antara lain RS Suyoto di Jl Veteran, Jakarta Selatan, RSP Pertamina di Jl Kiai Maja di Kebayoran Baru dan RS Fatmawati di Jl RS Fatmawati, Jaksel.

Kereta jurusan Serpong-Tanah Abang ini sebelumnya mengalami kerusakan AC sehingga terlambat berangkat dari seharusnya pk.10.38 WIB menjadi pukul 10.50 WIB dari Stasiun Sudimara.

Menurut Kahumas Daop 1 PT KAI Jakarta, Sukendar Mulya, tabrakan yang terjadi di sekitar perlintasan Pondok Betung antara Stasiun Pondok Ranji dan Kebayoran Lama itu menewaskan masinis KRL, Darman Prasetyo dan teknisi Sofyan Hadi. Saat evakuasi korban, ada satu jenazah lagi dalam keadaan gosong.

Dijadikan PelajaranTentu saja kecelakaan

ini memprihatinkan banyak kalangan, karena 26 tahun lalu tabrakan maut serupa terjadi di lokasi yang hampir sama (Sudimara) manakala dua kereta KA255 jurusan Rangkasbitung - Jakarta dan KA 220 cepat jurusan Tanahabang - Merak yang melaju dari dua arah berlawanan bertabrakan akibat kelalaian manusia.

Hasil penyelidikan atas tragedi 19 Oktober 1987 itu menunjukkan adanya kelalaian petugas Stasiun Sudimara yang memberikan sinyal aman bagi kereta api dari arah Rang-kasbitung. Padahal tidak ada pernyataan aman dari Stasiun Kebayoran. Hal ini dilakukan karena penuhnya jalur di Stasiun Sudimara.

Tragedi Bintaro yang terjadi persis pada jam sibuk orang berangkat kantor itu merupakan kecelakaan terdahsyat dan terburuk dalam sejarah perke-reta-apian di Indonesia, karena menelan 156 korban jiwa dan mencederai 300 orang lainnya.

Terkait tabrakan maut di Pon-dok Betung tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ber-duka dan mendoakan lewat akun twitternya, “Semoga keluarga korban diberi ketabahan.”

Presiden mengaku sudah menghubungi Menteri Per-hubungan EE Mangindaan untuk membantu semua korban. “Beban keluarga korban harus diringankan. Saya masih menunggu investigasi dari KNKT. Ini akan jadi pembelajaran bagi kita untuk menghindari kejadian yang sama agar tidak terulang kembali,” kata Presiden.

Menurut pihak PT KAI, kecelakaan itu akibat kesalah-an pengemudi truk yang tidak mematuhi peraturan. Sopir di-sebut tak menghiraukan bunyi tanda peringatan di pelintasan Pondok Betung. Palang pintu sudah bergerak turun, tapi geraknya lambat dan kemung-kinan truk menerobos hingga tertabrak kereta.

PT Kereta Commuter Jabode-tabek (KCJ) menanggung asuransi korban tewas dan korban luka-luka. Untuk korban tewas, santunan sebesar Rp 25 juta akan diberikan oleh PT Jasa Raharja dan Rp 40 juta oleh PT Jasa Raharja Putera. Korban luka akan mendapatkan santunan maksimal Rp10 juta dari PT Jasa Raharja dan maksimal Rp 30 juta dari PT Jasa Raharja Putera.

Selasa (10/12/2013) siang, menurut Kepala Stasiun Ser-pong, Dede Drajat Juarsa, KRL Serpong-Tn.Abang sudah mulai bisa dioperasikan karena jalur kereta telah diperbaiki, kabel di atas rel sudah diganti. Hanya saja KRL baru bisa berjalan di satu jalur dan saat di lokasi

kecepatan hanya berkisar 10 km/jam.

Hasil pantauan di dalam KRL yang sudah beroperasi menunjukkan, gerbong kereta masih sepi dari penumpang. Seorang penumpang yang dite-mui di gerbong khusus wanita, Meta mengaku awalnya takut naik KRL setelah tabrakan itu, tetapi ketika diberitahu bahwa perjalanan aman, dia merasa tenang karena menurutnya kereta adalah transportasi yang murah dan cepat.

Kepala Stasiun Palmerah, Santika mengatakan, sedianya terdapat 33 perjalanan KRL jurusan Serpong, Parung Panjang, dan Maja. Menurut dia, para penumpang sudah mengetahui dan menduga masih adanya pembatalan rute kereta api, mungkin memilih menggunakan alat transportasi massal lainnya.

Menurut Gubernur DKI Joko Widodo, kecelakaan di perlintasan seperti di Pondok Betung tak perlu terjadi jika saja jalur kereta dibangun melayang (flyover) ataupun di bawah tanah (underpass). “Ini sudah terlambat, tapi tetap akan kita buat seperti itu,” kata Gubernur.

Kecelakaan di perlintasan kereta api, katanya, seringkali disebabkan karena banyaknya angkot yang mengetem di sekitar lokasi. Sehingga lalu lin-tas menjadi tersendat saat KRL akan melintas. Petyugas lalu lintaslah yang harus menertib-kan sekitar lokasi perlintasan.

Meski Dirut Pertamina, Karen Agustiawan menyebut tabrakan maut ini adalah musibah, teta-pi bukan tidak mungkin tragedi tersebut bisa dicegah apabila semua pihak mematuhi aturan yang berlaku, pengguna jalan raya mematuhi disiplin dan rambu-rambu berlalu-lintas, seluruh jajaran KAI termasuk penjaga pintu perlintasan juga memenuhi protap yang sudah ditentukan. (joe/antara)

CERMIN MASYARAKAT