46
DIKTAT Paskibra SMAN 26 Jakarta paskibraoftwentysix @paskibra26 paskibraoftwentysix.blogspot.com jalan Tebet Barat IV, Jakarta Selatan

DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

DIKTAT Paskibra SMAN 26 Jakarta

paskibraoftwentysix

@paskibra26

paskibraoftwentysix.blogspot.com

jalan Tebet Barat IV, Jakarta Selatan

Page 2: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang
Page 3: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang
Page 4: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

DAFTAR ISI

DHARMA MULIA PUTRA INDONESIA ............................................................................. i

IKRAR PUTRA INDONESIA ............................................................................................... ii

MARS PASKIBRA .............................................................................................................. iii

CONAY CHICKEN ........................................................................................................... iv

MICOL ............................................................................................................................. iv

SEJARAH PASKIBRAKA ................................................................................................... 1

SEJARAH SINGKAT BENDERA PUSAKA ......................................................................... 3

MENGENAL LAMBANG NEGARA ................................................................................. 6

SEJARAH NAMA INDONESIA ......................................................................................... 11

TATA UPACARA BENDERA ............................................................................................. 15

PERATURAN BARIS-BERBARIS ......................................................................................... 18

Page 5: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

i

DHARMA MULIA PUTRA INDONESIA

I. Putra Indonesia adalah makhluk Tuhan Al-Khalik yang Maha Esa, dan oleh sebab itu maka

dengan iman dan ihsan, serta dengan adab, ia bertakwa kepada Tuhannya.

II. Putra Indonesia adalah makhluk jenis manusia, oleh sebab itu ia adalah manusia, maka ia

berakhlak manusia. Pikirannya, perkataannya dan perbuatannya terhadap sesama makhluk

khususnya sesama umat manusia, digetari oleh getaran rasa kasih sayang dari dalam lubuk

hati-nuraninya yang digerakkan oleh daya rasa keadilan dari budi kemanu-siaannya,

teristimewa terhadap sesama Putra Indonesia. Demikianlah laku dan karya manusia Sang

Putra Indonesia yang dapat dipercaya, beradab, bersusila dan berbudi luhur.

III. Karena darah kelahirannya tumpah di pangkuan Ibu Pertiwi Indonesia, tumpah di tanah

antara air, tumpah di nusa antara bahari, dan bernafasnya menghirup udara Indonesia,

maka dengan kepantasan setiap Putra Indonesia cinta kepada Tanah Air dan Udara yang

diamanatkan Tuhan Penguasa seluruh alam semesta kepada umat Indonesia dan dengan

kepantasan pula membalas budi baik Ibunya. Suka dan rela berkorban untuk

melindunginya, memandunya, sambil berjuang tanpa putus asa, untuk mensejahterakan

hidup selaku anggota satu keluarga persatuan, ialah keluarga Persatuan Indonesia.

Demikianlah jiwanya: jiwa Indonesia, pribadinya: pribadi Indonesia, perilakunya: beradat

Indonesia, karya budi-dayanya: karya budi daya Indonesia, perhatian dan dharma-baktinya

dipusatkan pertama-tama dan terutama kepentingan Indonesia, bukan kepentingan lebih

dari itu, apalagi kepentingan dirinya sendiri.

IV. Setiap manusia, juga setiap Putra Indonesia, pada hakekatnya adalah sama. Sama hak

asasinya, sama daulat pribadinya, sama daulat kerakyatannya. Itulah asas kemerdekaan

Indonesia dan kemerdekaan setiap bangsa di atas dunia, demi peri-kemanusiaan dan peri-

keadilan. Peri-kehidupan Putra-putra Indonesia dalam suatu wadah Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, dipimpinkannya kepada hukum yang

mengandung hikmat kebijaksanaan sebagai mufakat yang dicapai oleh wakil-wakilnya

dalam permusyawaratan perwakilan. Asas kemerdekaan yang dengan jujur ditata dan

ditertibkan sedemikian itu, dengan disiplin pula dipatuhinya dan tanpa putus asa

menanggulangi segala kesukaran dalam menjaga tetap berlakunya ketatatertiban itu agar

Indonesia dan Putra-putranya tetap merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Demikianlah, dengan Ridho Tuhan Yang Maha Esa, segenap Putra Indonesia selaku Pandu-pandu

Ibunya, dengan watak ksatria, rasa tanggung jawab dan dengan gembira berjuang bersama-

sama untuk mengadakan dan menjaga adanya masyarakat yang adil, tapi juga makmur dalam

peri-kehidupan kebendaan yang dapat membekali peri-kehidupannya di masa sesudah

meninggalkan hidup di dunia ini.

Selangkah demi selangkah, dengan cermat dan tepat, hemat dan bersahaja, berupayalah

segenap Putra Indonesia bersama-sama, untuk mewujudkan cita-cita bangsanya, ialah masyarakat

pancasila dengan insan-insan Pancasila sebagai warganya, dalam keadaan yang aman dan

sentausa, jaya dan mulia, serta bermanfaat di antara dan bagi masyarakat bangsa-bangsa di

dunia. Itulah kehendak kehormatan Dharma Mulia Putra Indonesia.

Page 6: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

ii

IKRAR PUTRA INDONESIA

Aku mengaku Putra Indonesia, dan berdasarkan pengakuan itu:

Aku mengaku bahwa aku adalah makhluk Tuhan Al-Khalik Yang Maha Esa dan

bersumber kepada-Nya.

Aku mengaku bertumpah darah satu: tanah Air Indonesia.

Aku mengaku berbangsa satu: Bangsa Indonesia.

Aku mengaku berjiwa satu: jiwa Pancasila.

Aku mengaku bertujuan satu: masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila

sesuai dengan isi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Aku mengaku bercarakarya satu: perjuangan besar dengan akhlak dan ihsan

menurut ridho Tuhan Yang maha Esa.

Berdasarkan pengakuan-pengakuan ini dan demi kehormatanku, aku berjanji akan

bersunggguh-sungguh menjalankan kewajiban untuk mengamalkan semua pengakuan ini

dalam karya hidupku sehari-hari.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati niatku ini dengan taufik dan hidayah-Nya,

serta dengan Inayah-Nya.

Page 7: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

iii

MARS PASKIBRA Aku tunggu engkau, aku tunggu engkau

Rupanya engkau forget to me

Aku tunggu engkau, aku tunggu engkau

Rupanya engkau forget to me

Badan sakit-sakit jungkir balik di Paskibra,

Rupanya engkau forget to me

Rambate ratahayu tarik tambang (Tarik!)

Di sini aku jadi s’makin senang (Asik!)

Andaikan aku burung, aku akan terbang

Kini aku jadi anggota Paskibra

Setiap sabtu sore aku datang ke sekolah

Untuk m’laksanakan latihan baris-berbaris

Begini rasanya jadi calon anggota:

Dicaci, dimaki, dan dibentak-bentak

Wahai seniorku engkau galak sekali,

Wahai seniorita engkau cantik sekali

Tahukah engkau apa isi hatiku?

Ku cinta padamu,

Oh darling I love you

Ku cinta padamu,

Oh darling I love you

Page 8: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

iv

MI COL Mi col, mi col, mi col la ci la col

Mi le mi le mi col

Mi le do mi le do

Mi col col mi do la pa pa

Col ci ci la do col do col

Mi col col mi do la pa pa

Col ci le! Col ci le!

Col ci le mi do col do

CONAY CHICKEN Conay chicken dress so fun

Ah! Conna mine

Conay Chicken dress so fun

Ah! Conna mine

Stretch a little bit, stretch a little bit

Peck peck peck the ground

Claps your wings and do the dance

Ah! Conna mine

Page 9: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

1

Sejarah Paskibraka

Beberapa hari menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI pertama. Presiden Soekamo memberi tugas

kepada ajudannya, Mayor M. Husein Mutahar untuk mempersiapkan upacara peringatan Detik-Detik Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1946, di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta

Pada saat itu, sebuah gagasan berkelebat di benak Mutahar. Alangkah baiknya bila persatuan dan kesatuan

bangsa dapat dilestarikan kepada generasi muda yang kelak akan menggantikan para pemimpin saat itu.

Pengibaran bendera pusaka bisa menjadi simbol kesinambungan nilai-nilai perjuangan. Karena itu, para pemudalah

yang harus mengibarkan bendera pusaka. Dari sanalah kemudian dibentuk kelompok-kelompok pengibar bendera

pusaka, mulai dari lima orang pemuda-pemudi pada tahun 1946 —yang menggambarkan Pancasila.

Usul Mutahar Namun, Mutahar mengimpikan bila kelak para pengibar bendera pusaka itu adalah pemuda-pemuda utusan dari

seluruh daerah di Indonesia. Sekembalinya ibukota Republik Indonesia ke Jakarta, mulai tahun 1950 pengibaran

bendera pusaka dilaksanakan di Istana Merdeka Jakarta. Regu-regu pengibar dibentuk dan diatur oleh Rumah

Tangga Kepresidenan Rl sampai tahun 1966. Para pengibar bendera itu memang para pemuda, tapi belum mewakili

apa yang ada dalam pikiran Mutahar.

Tahun 1967, Husain Mutahar kembali dipanggil Presiden Soeharto untuk dimintai pendapat dan menangani masalah

pengibaran bendera pusaka. Ajakan itu, bagi Mutahar seperti "mendapat durian runtuh" karena berarti ia bisa

melanjutkan gagasannya membentuk pasukan yang terdiri dari para pemuda dari seluruh Indonesia. tersirat dalam

benak Husain Mutahar akhirnya menjadi kenyataan. Setelah tahun sebelumnya diadakan ujicoba, maka pada tahun

1968 didatangkanlah pada pemuda utusan daerah dari seluruh Indonesia untuk mengibarkan bendera pusaka.

Sayang, belum seluruhnya provinsi bisa mengirimkan utusannya, sehingga pasukan pengibar bendera pusaka tahun

itu masih harus ditambah dengan eks anggota pasukan tahun 1967.

Paskibraka Selama enam tahun, 1967-1972, bendera pusaka dikibarkan oleh para pemuda utusan daerah dengan sebutan

“Pasukan Pengerek Bendera Pusaka (PASKERAKA)”. Nama, pada kurun waktu itu memang belum menjadi perhatian

utama, karena yang terpenting tujuan mengibarkan bendera pusaka oleh para pemuda utusan daerah sudah

menjadi kenyataan.

Dalam mempersiapkan Pasukan Pengerek Bendera Pusaka, Husein Mutahar sebagai

Dirjen Udaka (Urusan Pemuda dan Pramuka) tentu tak dapat bekerja sendiri. Sejak

akhir 1967, ia mendapatkan dukungan dari Drs Idik Sulaeman yang

dipindahtugaskan ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dari Departemen

Perindustrian dan Kerajinan) sebagai Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan. Idik

yang terkenal memiliki karakter kerja sangat rapi dan teliti, lalu mempersiapkan

konsep pelatihan dengan sempurna, baik dalam bidang fisik, mental, maupun

spiritual. Latihan yang merupakan derivasi dari konsep Kepanduan itu diberi nama

“Latihan Pandu Ibu Indonesia Ber-Pancasila”. Setelah melengkapi silabus latihan

dengan berbagai atribut dan pakaian seragam, pada tahun 1973 Idik Sulaeman

melontarkan suatu gagasan baru kepada Mutahar, “Bagaimana kalau pasukan

pengibar bendera pusaka kita beri nama baru”.

FIGURE 1. IDIK SULAEMAN

Page 10: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

2

Mutahar yang tak lain mantan pembina penegak Idik di Gerakan Pramuka

menganggukkan kepala. Maka, kemudian meluncurlah sebuah nama antik berbentuk

akronim yang agak sukar diucapkan bagi orang yang pertama kali menyebutnya.

Akronim itu adalah PASKIBRAKA, yang merupakan singkatan dari Pasukan Pengibar

Bendera Pusaka. “Pas” berasal dari kata pasukan, “kib” dari kata kibar, “ra” dari kata

bendera dan “ka” dari kata pusaka. Idik yang sarjana senirupa lulusan Institut Teknologi

Bandung (ITB) itupun juga segera memainkan kelentikan tangannya dalam membuat

sketsa. Hasilnya, adalah berbagai atribut yang digunakan Paskibraka, mulai dari

Lambang Anggota, Lambang Korps, Kendit Kecakapan sampai Tanda

Pengukuhan (Lencana Merah-Putih Garuda/MPG).

Nama Paskibraka dan atribut baru itulah yang dipakai sejak tahun 1973 sampai sekarang. Sulitnya penyebutan

akronim Paskibraka memang sempat mengakibatkan kesalahan ucap pada sejumlah reporter televisi saat

melaporkan siaran langsung pengibaran bendera pusaka setiap tanggal 17 Agustus di Istana Merdeka. Bahkan, tak

jarang wartawan media cetak masih ada yang salah menuliskannya dalam berita, misalnya dengan “Paskibrata”.

Tapi, bagi para anggota Paskibraka, Purna (mantan) Paskibraka maupun orang-orang yang terlibat di dalamnya,

kata Paskibraka telah menjadi sesuatu yang sakral dan penuh kebanggaan.

Penutup Memang pernah, suatu kali nama Paskibraka akan diganti, bahkan pasukannya pun akan dilikuidasi. Itu terjadi pada

tahun 2000 ketika Presiden Republik Indonesia dijabat oleh KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kata ‘pusaka’ yang

ada dalam akronim Paskibraka dianggap Gus Dur mengandung makna ‘klenik’. Untunglah, dengan perjuangan

keras orang orang yang berperan besar dalam sejarah Paskibraka, akhirnya niat Gus Dur untuk melikuidasi Paskibraka

dapat dicegah.

Apalagi, Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia, pada

pasal 4 jelas-jelas menyebutkan:

BENDERA PUSAKA adalah Bendera Kebangsaan yang digunakan pada upacara Proklamasi

Kemerdekaan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.

BENDERA PUSAKA hanya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus.

Ketentuan-ketentuan pada Pasal 22 tidak berlaku bagi BENDERA PUSAKA. (Pasal 22: Apabila

Bendera Kebangsaan dalam keadaan sedemikian rupa, hingga tak layak untuk dikibarkan lagi, maka

bendera itu harus dihancurkan dengan mengingat kedudukannya, atau dibakar).

Itu berati, bila Presiden ngotot mengubah nama Paskibraka, berarti dia melanggar PP No. 40 Tahun 1958.

Presiden akhirnya tidak jadi membubarkan Paskibraka, tapi meminta namanya diganti menjadi “Pasukan

Pengibar Bendera Merah-Putih” saja. Hal ini di-iyakan saja, tapi dalam siaran televisi dan pemberitaan media massa,

nama pasukan tak pernah diganti. Paskibraka yang telah menjalani kurun sejarah 32 tahun tetap seperti apa

adanya, sampai akhirnya Gus Dur sendiri yang dilengserkan.

*****

Page 11: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

3

Sejarah Singkat Bendera

Pusaka

Sejarah telah membuktikan, kelompok-kelompok manusia yang bergabung menjadi suatu himpunan kuat selalu

memiliki tanda-tanda, lambang, dan atribut. Dari peninggalan arkeologis retusan bahkan ribuan tahun, lambang-

lambang itu telah dikenal dalam wujud tunggul, panji-panji, ubul-umbul, dhuaja, dan pataka.

Undang-Undang Dasar 1945 yang disahkan pada 18 Agustus 1945 mencantumkan bab XV pasal 35 yang berbunyi,

Bendera Negara Indonesia ialah Merah Putih. Melalui Peraturan Pemerintah No. 65/1958 tanggal 26 Juni 1958 dan

penjelasan dalam tambahan Lembaran Negara No. 1633/

Dalam filsafat warna Merah Putih terhimpun sebuah panduan. Merah berarti keberanian dan Putih berarti kesucian.

Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, kedua warna itu juga mencerminka berbagai hakekat.

Merah Putih menunjukkan hakikat alam makro dan mikro menyatukan manusia dengan bumi dan lingkungannya.

Penyelamatan Bendera Pusaka Bendera pusaka yang setiap tanggal 17 Agustus mendampingi pengibaran

duplikatnya di halaman Istana Merdeka Jakarta memiliki sejarah yang sama

panjangnya dengan kemerdekaan Indonesia sendiri. Bendera Pusaka

dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, dan dikibarkan pertama

kali pada 17 Agustus 1945 seusai Dwitunggal Soekarno-Hatta membacakan

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Bendera Pusaka berkibar siang dan malam di Jakarta, di tengah desing

pelutu sampai saat ibikota negara dipindahkan ke Yogyakarta. Karena aksi

teror Belanda semakin meningkat, tanggal 4 Januari 1946, Presiden dan Wakil Presiden meninggalkan Jakarta menuju

Yogyakarta dengan kereta api. Saat itu, Bendera Pusaka dimasukkan ke dalam kopor probadi Presiden Soekarno.

Selama dua tahun, bendera itu berkibar di Yogyakarta sampai Belanda melancarkan agresi militer kedua pada 19

Desember 1948. Presiden, Wakil Presiden dan beberapa pejabat tinggi Indonesia akhirnya ditawan Belanda. Namun

pada saat Istana Presiden, Gedung Agung Yogyakarta, dikepung, Soekarno sempat memanggil salah seorang

ajudannya – Mayor Laut M. Husein Mutahar – ke kamar pribadinya. Sang ajudan lalu ditugaskan untuk

menyelamatkan Bendera Pusaka. Saat itu Soekarno berucap kepada Mutahar:

“Apa yang terjadi pada diriku, aku sendiri tidak tahu. Dengan ini aku

memberi tugas kepadamu pribadi. Dalam keadaan apapun juga aku

memerintahkan engkau untuk menjaga bendera kita dengan nyawamu.

Ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh. Di waktu jika Tuhan mengizinkan,

engkau harus mengembalikan kepadaku sendiri dan tidak kepada

siapapun juga kecuali orang yang menggantikanku sekiranya umurku

pendek. Andai engkau gugur dalam menyelamatkan Bendera ini,

percayakan tugasmu kepada orang lain dan dia harus menyerahkannya

ke tanganku sendiri sebagaimana engkau mengerjakannya.”

FIGURE 2. HUSEIN MUTAHAR

Page 12: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

4

Mutahar terdiam. Ia memejamkan matanya seraya berdoa, sementara bom berjatuhan di sekeliling mereka.

Tanggung jawab itu sungguh berat. Akhirnya Mutahar hanya memecahkan kesulitan itu dengan mencabuat benagn

jahitan tangan yang memisahkan kain merah putih dari bendera itu dengan bantuan Ibu Perna Dinata.

Masing-masing bagian merah dan putih dimasukkan ke dalam dua tas terpisah milik Mutahar, kemudian diselipkan di

antara pakaian dan perlengkapan pribadinya. Mutahar hanya berpikir, dengan memisahkannya menjadi secarik

kain merah dan putih, Bendera Pusaka akan terhindar dari penyitaan pihak Belanda.

Ketika Soekarno dibawa Belanda ke Prapat (Sumatera Utara) lalu dipindahkan ke Bangka, sementara Hatta langsung

ke Muntok (Bangka); Mutahar juga diangkat dengan salah satu pesawat Dakota. Ternyata ia dan beberapa orang

lainnya dibawa ke Semarang dan ditahan di sana. Saat ditahan itulah Mutahar berhasil melarikan diri dan naik kapal

laut kembali ke Jakarta.

Di Jakarta, Mutahar menginap di rumah PM Sutan Syahrir yang tidak ikut mengungsi ke Yogyakarta. Beberapa hari

kemudian, ia kost di jalan Pegangsaan Timur nomor 43, di rumah R. Said Siekanto Tjokroamidjoyo (Kepala Kepolisian

pertama Indonesia). Selama di Jakarta, ia selalu mencari informasi bagaimana agar dapat segera menyerahkan

kembali Bendera Pusaka kepada Presiden.

Sekitar pertengahan Juli 1949 pada suatu pagi, Mutahar menerima pemberitahuan dari Bapak Soedjono yang

tinggal di Oranje Boulevard (sekaran Jalan Diponegoro), Jakarta, yang menyebutkan ada sebuah surat pribadi dari

Presiden untuknya. Sore hari, surat itu diambil Mutrahar dan ternyata benar-benar dari Presiden.

Surat itu berisi perintah agar Mutahar segera menyerahkan kembali Bendera Pusaka yang diterimanya di Yogyakarta

kepada Soedjono sebagai perantara. Hal itu untuk menjaga kerahasiaan saat Bendera Pusaka dibawa dan

diserahkan kepada Presiden Soekarno yang sedang dalam pengasingan di Muntok (Bangka). Karena dalam

pengasingan, Soekarno hanya boleh dikunjungi anggota delegasi Republik Indonesia dalam perundingan dengan

Belanda di bawah pengawasan UNCI (United Nations Committee for Indonesia), termasuk Soedjono. Mutahar sendiri

bukanlah anggota delegasi.

Setelah mengetahui jadwal keberangkatan Soejono ke Bangka, Mutahar meminjam mesin jahit tangan milik seorang

isteri dokter. Bendera pusaka yang terpisah itu dijahit kembali dengan persis mengikuti lubang bekas jahitan aslinya.

Meski dilakukan dengan sangat hati-hati, terjadi kesalahan jahit sekitar 2 cm di ujungnya. Bendera yang telah dijahit

kembali itu lalu dibungkus dengan kertas koran agar tidak mencurigakan. Soedjono berhasil dengan selamat

menyerahkan Bendera pusaka itu kepada Presiden Soekarno seperti apa yang diperintahkan.

Berakhirlah drama penyelamatan Bendera Pusaka dan sejak saat itu, Mutahar tak lagi menangani masalh

pengibaran Bendera Pusaka seperti yang dijalaninya sejak tahun 1946.

Tanggal 6 Juli 1949, Presiden Soekarno dan WAjuk Oresudeb Mohammad Hatta kembali ke Yogyakarta dari Bangka

dengan membawa serta Bendera Pusaka. Tanggal 17 Agustus 1949, Bendera Pusaka kembali dikibarkan di halaman

Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta. Naskah pengakuan kedaulatan Indonesia ditandatangani tanggal 27

Desember 1949 dan sehari setelah itu, Soekarno kembali ke Jakarta memangku jabatan Presiden Republik Indonesia

Serikat (RIS). Setelah empat tahun ditinggalkan, Jakarta pun kembali menjadi Ibukota Republik Indonesia. Hari itu juga

Bendera Pusaka dibawa kembali ke Jakarta.

Untuk pertama kalinya setelah Proklamasi kemerdekaan, Bendera Pusaka kembali dikibarkan di Jakarta, pada

peringatan detik-detik Proklamasi 17 Agustus 1950. Bendera Pusaka berkibar dengan megahnya di puncak tiang 17

halaman Istana Merdeka. Bendera Pusaka itu terus dikibarkan setiap tahun sampai 1968.

Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya menyelamatkan Bendera Pusaka, tahun 1961, Pemerintah RI

menganugerahkan Bintang Mahaputera kepada M. Husain Mutahar. Penyerahan bintang jasa itu dilakukan sendiri

oleh Presiden Soekarno sebagai pimpinan tertinggi dan orang yang memberikan kepercayaan langsung kepada

Mutahar.

Page 13: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

5

Duplikat Bendera Pusaka Pada tahun 1968, kondisi Bendera Pusaka disadari sudah sangat tua dan robek di keempat sudutnya. Husain Mutahar

mengusulkan pembuatan bendera duplikat yang terbuat dari bahan kain sutera, pewarna dan alat tenun asli

Indonesia; lalu ditenun tanpa jahitan antara merah putihnya. Sayangnya gagasan itu tidak sampai karena

keterbatasan dana yang ada.

Pembuatan Duplikan Bendera dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tekstil Bandung dibantu PT. Ratna di Ciawi, Bogor.

Syarat yang ditentukan Mutahar tidak terlaksana karena bahan pewarna asli Indonesia tidak memiliki warna merah

standar bendera. Sementara penenunan dengan alat tenun asli bukan mesin akan memakan waktu terlalu lama.

Duplikat akhirnya dibuat dengan bahan sutera, namun menggunakan bahan pewarna impor dan ditenun dengan

mesin. Bendera duplikat itu kemudian dibagi-bagikan ke seluruh Daerah Tingkat I, Daerah Tingkat II, dan Perwakilan

Indonesia di luar negeri pada 5 Agustus 1969.

Duplikat Bendera Pusaka yang sekarang dikibarkan di tiang 17 Istana Merdeka setiap 17 Agustus dibuat dari kain

bendera (wool). Bagian merah terdiri dari tiga potongan kain memanjang, begitu juga kain putihnya yang berwarna

agak kekuningan. Seluruh potongan itu disatukan dengan mesin jahit dan pada salah satu bagian tepinya dipasangi

sepotong tali inti.

*****

Page 14: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

6

Mengenal Lambang

Negara

Kita sebagai bangsa Indonesia tentu sering melihat dan sangat mengenal

gambar di sampingi. Namun apakah kita benar-benar mengenal gambar

tersebut? Jika ditanya itu gambar apa, tentu kita bisa menjawabnya.

Namun apakah kita bisa menjawab dengan benar apa nama gambar

itu? Siapa perancang gambar itu? Bisakah anda menjelaskan secara

detail lambang-lambang yang terkandung di dalamnya? Marilah kita

mulai satu per satu.

Sekilas Gambar tersebut merupakan lambang negara Indonesia. Lambang

negara berupa seekor Burung Garuda berwarna emas yang berkalungkan

perisai yang di dalamnya bergambar simbol-simbol Pancasila, dan

mencengkeram seutas pita putih yang bertuliskan "BHINNEKA TUNGGAL

IKA". Sesuai dengan desainnya, lambang tersebut bernama resmi Garuda Pancasila. Garuda merupakan nama

burung itu sendiri, sedangkan Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang disimbolkan dalam gambar-

gambar di dalam perisai yang dikalungkan itu. Nama resmi Garuda Pancasila yang tercantum dalam Pasal 36A, UUD

1945.

Sejarah Perancangan lambang negara dimulai pada Desember 1949, beberapa hari setelah pengakuan kedaulatan

Republik Indonesia Serikat oleh Belanda. Kemudian pada tanggal 10 Januari 1950 dibentuklah Panitia Lencana

Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Portofolio Sultan Hamid II dengan susunan panitia Muhammad

Yamin sebagai ketua, sedangkan Ki Hajar Dewantoro, M. A. Pellaupessy, Mohammad Natsir, dan RM Ngabehi

Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan lambang negara. Dari berbagai usul lambang

negara yang diajukan ke panitia tersebut, terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid

II (Garuda) dan karya M Yamin (Banteng Matahari). Pada proses selanjutnya, rancangan karya Sultan Hamid II lah

yang diterima. Rancangan M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh

Jepang.

Sultan Hamid II (1913–1978) yang bernama lengkap Syarif Abdul Hamid Alkadrie

merupakan sultan dari Kesultanan Pontianak, yang pernah menjabat sebagi Gubernur

Daerah Istimewa Kalimantan Barat dan juga Menteri Negara Zonder Portofolio pada

era Republik Indonesia Serikat.

Setelah disetujui, rancangan itupun disempurnakan sedikit demi sedikit atas usul

Presiden Soekarno dan masukan berbagai organisasi lainnya. Rancangan final awal

yang diajukan tanggal 8 Februari 1950 mendapat masukan dari Partai Masyumi (Partai

Islam terbesar saat itu) untuk dipertimbangkan karena adanya keberatan terhadap

gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai

dan dianggap bersifat mitologis (terlihat seperti dewa). Dan dialog intensif antara

Sultan Hamid II, Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta pun FIGURE 3. SULTAN HAMID II

Page 15: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

7

terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Akhirnya disepakati

untuk mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula pita merah putih menjadi

pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Sultan Hamid II

kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan

berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali – Garuda

Pancasila yang disingkat Garuda Pancasila. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekoitar

Pancasila” menyebutkan rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya

diresmikan pemakaiannya dalam sidang kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala

Rajawali Garuda masih “gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang ini.

Penyempurnaan terus diupayakan. Kepala burung garuda yang “gundul” dijadikan “berjambul”. Bentuk cakar kaki

yang mencengkeram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan, atas masukan

Presiden Soekarno.

Akhirnya pada tanggal 20 Maret 1950, jadilah lambang negara seperti yang kita kenal sekarang. Presiden Soekarno

lalu memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk akhir rancangan

Sultan Hamid II. Rancangan final lambang negara itupun akhirnya diperkenalkan ke masyarakat dan mulai

digunakan pada tanggal 17 Agustus 1950 dan disahkan penggunaannya pada 17 Oktober 1951 oleh Presiden

Soekarno dan Perdana Menteri Sukiman Wirjosandjojo melalui PP 66/1951, dan kemudian tata cara penggunaannya

diatur melalui PP 43/1958.

Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu

dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara dimana lukisan otentiknya diserahkan

kepada H. Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi

Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari

1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah, Pontianak.

Meskipun telah disahkan penggunaannya sejak tahun 1951, tidak ada nama resmi untuk lambang negara itu,

sehingga muncul berbagai sebutan untuk lambang negara itu, seperti Garuda Pancasila, Burung Garuda, Lambang

Garuda, Lambang Negara, atau hanya sekedar Garuda. Nama Garuda Pancasila baru disahkan secara resmi

sebagai nama resmi lambang negara pada tanggal 18 Agustus 2000 oleh MPR melalui amandemen kedua UUD

1945.

Cerita di balik layar Dikisahkannya, dalam rangka mencari ide untuk membuat lambang negara, mulanya Sultan Hamid II mengunjungi

Sintang, kemudian beliau bertolak ke Putus Sibau. Sepulang dari Putus Sibau, ia kembali singgah di kerajaan Sintang,

dan tertarik pada burung garuda yang menghiasi gantungan gong yang dibawa Patih Lohgender dari Majapahit.

Patung burung garuda sendiri ketika itu sudah menjadi lambang kerajaan Sintang. Sebelumnya, di pulau Sibau, pihak

swa praja disana mengusulkan kepada Sultan Hamid II untuk menggunakan lambag burung enggang. Namun ia

tidak langsung mengakomodir usul tersebut. Karena ia tertarik pada lambang burung garuda yang menjadi lambang

kerajaan Sintang, Sultan Hamid II berinisiatif meminjam lambang kerajaan Sintang untuk dibawa. Saat itu pihak swa

praja Sintang tak keberatan, namun dengan beberapa syarat, salah satunya Sultan Hamid II harus menandatangani

semacam berita acara peminjaman, dan waktu peminjaman sendiri tak boleh lebih dari satu bulan. Fakta bahwa

FIGURE 4. BANTENG MATAHARI

Page 16: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

8

bentuk burung garuda pernah dibawa Sultan Hamid II tersebut kini disimpan di Museum Dara

Juanti, yang puluhan tahun lalu menjadi pusat Kerajaan Sintang.

Makna dan Arti Lambang Garuda Pancasila terdiri atas tiga komponen utama, yakni Burung Garuda, perisai, dan pita

putih.

Burung Garuda Burung Garuda merupakan burung mistis yang berasal dari Mitologi Hindu yang berkembang di

wilayah Indonesia sejak abad ke-6. Burung Garuda itu melambangkan kekuatan, sementara warna emas pada

burung garuda itu melambangkan kemegahan dan kejayaan.

Pada burung garuda itu, jumlah bulu pada setiap sayap berjumlah 17, kemudian bulu ekor berjumlah 8, bulu pada

pangkal ekor atau di bawah perisai 19, dan bulu leher berjumlah 45. Jumlah-jumlah bulu tersebut jika digabungkan

menjadi 17-8-1945, merupakan tanggal di mana kemerdekaan Indonesiadiproklamasikan.

Perisai Perisai yang dikalungkan melambangkan pertahanan Indonesia. Pada perisai itu mengandung lima buah simbol

yang masing-masing simbol melambangkan sila-sila dari dasar negara Pancasila.

Pada bagian tengah terdapat simbol bintang bersudut lima yang melambangkan sila pertama Pancasila, Ketuhanan

yang Maha Esa. Lambang bintang dimaksudkan sebagai sebuah cahaya, seperti layaknya Tuhan yang menjadi

cahaya kerohanian bagi setiap manusia. Sedangkan latar berwarna hitam melambangkan warna alam atau warna

asli, yang menunjukkan bahwa Tuhan bukanlah sekedar rekaan manusia, tetapi sumber dari segalanya dan telah

ada sebelum segala sesuatu di dunia ini ada.

Di bagian kanan bawah terdapat rantai yang melambangkan sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang Adil dan

Beradab. Rantai tersebut terdiri atas mata rantai berbentuk segi empat dan lingkaran yang saling berkait membentuk

lingkaran. Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki, sedangkan yang lingkaran melambangkan perempuan.

Mata rantai yang saling berkait pun melambangkan bahwa setiap manusia, laki-laki dan perempuan, membutuhkan

satu sama lain dan perlu bersatu sehingga menjadi kuat seperti sebuah rantai.

Di bagian kanan atas terdapat gambar pohon beringin yang melambangkan sila ketiga, Persatuan Indonesia. Pohon

beringin digunakan karena pohon beringin merupakan pohon yang besar di mana banyak orang bisa berteduh di

bawahnya, seperti halnya semua rakyat Indonesia bisa "berteduh" di bawah naungan negara Indonesia. Selain itu,

pohon beringin memiliki sulur dan akar yang menjalar ke mana-mana, namun tetap berasal dari satu pohon yang

sama, seperti halnya keragaman suku bangsa yang menyatu di bawah namaIndonesia.

Kemudian, di sebelah kiri atas terdapat gambar kepala banteng yang melambangkan sila keempat, Kerakyatan

yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratn/Perwakilan. Lambang banteng digunakan karena

banteng merupakan hewan sosial yang suka berkumpul, seperti halnya musyawarah di mana orang-orang harus

berkumpul untuk mendiskusikan sesuatu.

Page 17: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

9

Dan di sebelah kiri bawah terdapat padi dan kapas yang melambangkan sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh

Rakyat Indonesia. Padi dan kapas digunakan karena merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yakni pangan

dan sandang sebagai syarat utama untuk mencapai kemakmuran yang merupakan tujuan utama bagi sila kelima

ini.

Pada perisai itu terdapat garis hitam tebal yang melintang di tengah-tengah perisai. Garis itu melambangkan garis

khatulistiwa yang melintang melewati wilayah Indonesia.

Warna merah dan putih yang menjadi latar pada perisai itu merupakan warna nasional Indonesia, yang juga

merupakan warna pada bendera negaraIndonesia. Warna merah melambangkan keberanian, sedangkan putih

melambangkan kesucian.

Pita dan Semboyan Negara Pada bagian bawah Garuda Pancasila, terdapat pita putih yang dicengkeram, yang bertuliskan "BHINNEKA

TUNGGAL IKA" yang ditulis dengan huruf latin, yang merupakan semboyan negara Indonesia. Perkataan bhinneka

tunggal ika merupakan kata dalam Bahasa Jawa Kuno yang berarti "berbeda-beda tetapi tetap satu jua". Perkataan

itu diambil dari Kakawin Sutasoma karangan Mpu Tantular, seorang pujangga dari Kerajaan Majapahit pada abad

ke-14. Perkataan itu menggambarkan persatuan dan kesatuan Nusa dan BangsaIndonesia yang terdiri atas berbagai

pulau, ras, suku, bangsa, adat, kebudayaan, bahasa, serta agama.

Tata Cara Penggunaan Tata cara penggunaan Lambang Negara Garuda Pancasila diatur dalam PP Nomor 43 tahun 1958 yang disahkan

oleh Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Djuanda pada tanggal 26 Juni 1958. Berikut ini adalah tata cara

penggunaan Lambang Negara menurut PP tersebut.

Lambang Negara dapat digunakan pada:

Gedung-gedung negeri di sebelah dan/atau dalam.

Kapal-kapal pemerintah yang digunakan untuk keperluan dinas.

Paspor.

Tiap-tiap nomor Lembaran Negara dan Berita Negara Republik indonesiaserta tambahan-tambahannya

pada halaman pertama di bagian tengah atas.

Surat jabatan presiden, wakil presiden, menteri, ketua MPR/DPR, ketua MA, Jaksa Agung, ketua BPK,

gubernur kepala daerah, dan notaris.

Mata uang logam atau kertas.

Kertas bermeterai dan meterainya.

Surat ijazah negara.

Barang-barang negara di rumah jabatan presiden, wakil presiden, dan menteri luar negeri.

Pakaian resmi yang dianggap perlu oleh pemerintah.

Buku-buku dan majalah-majalah yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.

Buku kumpulan undang-undang yang diterbitkan oleh pemerintah dan, dengan izin pemerintah, buku

kumpulan undang-undang yang diterbitkan oleh partikelir.

Surat-surat kapal dan barang-barang lain dengan izin menteri yang bersangkutan.

Tempat diadakannya acara-acara resmi yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Gapura.

Bagunan-bangunan lain yang pantas.

Panji-panji dan bendera-bendera jabatan sesuai dengan aturan pada PP 20/1955 dan PP 42/1958.

Page 18: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

10

Pengunaan Lambang Negara di luar gedung hanya dibolehkan pada:

Rumah jabatan presiden, wakil presiden, menteri, dan gubernur kepala daerah.

Gedung-gedung kepresidenan, kementerian, MPR/DPR, Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, dan

Badan Pengawas Keuangan.

Penggunaan di dalam gedung diharuskan pada tiap-tiap:

Kantor Kepala Daerah

Ruang sidang MPR/DPR

Ruang sidang pengadilan.

Markas Angkatan Bersenjata.

Kantor Kepolisian Negara.

Kantor Imigrasi.

Kantor Bea dan Cukai.

Lambang Negara yang dipasang di gedung harus mempunyai ukuran yang pantas dan sesuai dengan besar

kecilnya gedung, ruangan, atau kapal di mana Lambang Negara dipasang, dan harus dipasang pada tempat yang

pantas dan menarik perhatian.

Jika Lambang Negara yang digunakan hanya mengandung satu warna, maka warna itu harus layak dan pantas.

Dan jika mengandung lebih dari satu warna, maka warna-warna itu harus sesuai dengan yang dimaksud dalam PP

66/1951.

Apabila Lambang Negara ditempatkan bersama-sama dengan gambar Presiden dan Wakil Presiden, maka

Lambang Negara itu harus diberi tempat yang paling sedikit sama utamanya.

Cap dengan Lambang Negara di dalamnya hanya dibolehkan untuk cap jabatan presiden, wakil presiden, menteri,

ketua MPR/DPR, ketua MA, jaksa agung, ketua BPK, kepala daerah, dan notaris.

Lambang Negara dapat digunakan sebagai lencana oleh Warna NegaraIndonesia di luar negeri. Jika digunakan

sebagai lencana, lambang itu harus dipasang di dada, sebelah kiri-atas.

Lambang Negara dilarang digunakan jika bertentangan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan.

Pada Lambang Negara, dilarang menaruh huruf, kalimat, angka, gambar, atau tanda-tanda lain selain yang telah

diatur dalam PP 66/1951.

Lambang Negara dilarang digunakan sebagai perhiasan, cap atau logo dagang, reklame perdagangan, atau

propaganda politik dengan cara apapun juga.

Lambang untuk perseorangan, perkumpulan, organisasi, partikelir, atau perusahaan tidak boleh sama atau pada

pokoknya menyerupai Lambang Negara.

Penggunaan Lambang Negara di negara asing dilakukan menurut peraturan atau kebiasaan tentang penggunaan

lambang kebangsaan asing yang berlaku di negara itu.

Barangsiapa yang melanggar ketentuan-ketentuan penggunaan Lambang Negara dihukum dengan hukuman

kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 500,00 (lima ratus rupiah)

Page 19: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

11

Sejarah Nama Indonesia

Pada zaman purba, kepulauan Indonesia disebut dengan aneka

nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa, kawasan kepulauan tanah

air dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno

bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah

Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa(pulau)

dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya

pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta,

istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau

Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan

Dwipantara.

Bangsa Arab menyebut wilayah yang kemudian menjadi

IndonesiaJaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin

untuk kemenyan, benzoe, berasal dari nama bahasa Arab luban

jawi ("kemenyan Jawa"), sebab para pedagang Arab memperoleh

kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji

kita masih sering dipanggil "Jawa" oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Dalam bahasa

Arab juga dikenal Samathrah (Sumatra), Sholibis (Sulawesi), Sundah (Sunda), semua pulau itu dikenal sebagaikulluh

Jawi (semuanya Jawa).

Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India,

dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah "Hindia".

Semenanjung Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang".

Sedangkan tanah air memperoleh nama "Kepulauan Hindia" (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien)

atau "Hindia Timur" (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah "Kepulauan

Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais).

Pada zaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda),

sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur).

Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang

spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu Insulinde, yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (bahasa

Latin insula berarti pulau). Nama Insulinde ini kurang populer.

Nusantara Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang dikenal

sebagai Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli), memperkenalkan suatu nama untuk

Indonesia yang tidak mengandung unsur kata "India". Nama itu tiada lain

adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya.

Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang

ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan olehJ.L.A. Brandes dan

diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.

Pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian

nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit, Nusantara digunakan untuk

menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar,

FIGURE 5, DOUWES DEKKER

Page 20: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

12

seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Sumpah Palapa dari Gajah

Mada tertulis "Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa" (Jika telah kalah

pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat).

Oleh Dr. Setiabudi kata Nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi

pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka

Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu "nusa di antara dua benua dan dua

samudra", sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah

nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai

alternatif dari nama Hindia Belanda.

Sampai hari ini istilah nusantara tetap dipakai untuk menyebutkan Indonesia.

Indonesia Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern

Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum

dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor

Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.

Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan,

Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi

penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama

Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan

nama:Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu

tertulis:

"... the inhabitants of the Indian Archipelago or

Malayan Archipelago would become respectively

Indunesians or Malayunesians".

Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia),

sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka)

dan Maldives (Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam

tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.

Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the

Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air

kita, sebab istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang

dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan:

"Mr. Earl suggests the ethnographical term

Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I

prefer the purely geographical term Indonesia, which

is merely a shorter synonym for the Indian Islands or

the Indian Archipelago".

FIGURE 6. J. R. LOGAN

Page 21: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

13

Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di

kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara

konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan

lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan

bidang etnologi dan geografi.

Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf

Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen

Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika

mengembara ke tanah air pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah

yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga

sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat

yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van

Nederlandsch-Indië tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu

dari tulisan-tulisan Logan.

Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika

dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.

Nama Indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch (Hindia) oleh Prof Cornelis van

Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan Indonesiër (orang Indonesia).

Politik Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil

alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna

politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Akibatnya pemerintah Belanda mulai

curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.

Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi)

di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan

namaIndische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia.

Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.

Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,:

"Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de

toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut

‘Hindia Belanda’. Juga tidak ‘Hindia’ saja, sebab

dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang

asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu

tujuan politik (een politiek doel), karena

melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air

di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap

orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan

segala tenaga dan kemampuannya."

FIGURE 7. ADOLF BASTIAN

Page 22: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

14

Di Indonesia Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis

Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk

kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula

menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan

bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan

sebutan Sumpah Pemuda.

Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad

Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Hindia

Belanda agar nama "Indonesia" diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Tetapi Belanda menolak

mosi ini.

Dengan pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia Belanda". Lalu pada tanggal 17

Agustus 1945, lahirlah Republik Indonesia.

*****

Page 23: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

15

Tata Upacara Bendera Pengertian Tata artinya mengatur, menata, menyusun. Upa artinya rangkaian. Dan cara artinya tindakan atau gerakan. Jadi

Tata Upacara Bendera adalah tindakan dan gerkan yang dirangkaikan dan ditata dengan tertib dan disiplin. Pada

hakekatnya upacara bendera adalah pencerminan dari nilai-nilai budaya bangsa yang merupakan salah satu

pancaran peradaban bangsa, hal ini merupakan ciri khas yang membedakan dengan bangsa lain.

Pejabat, Petugas, dan Perlengkapan Upacara

Pejabat Upacara: Pembina Upacara (dalam TUM: Inspektur Upacara).

Pemimpin Upacara (dalam TUM: Komandan Upacara).

Pengatur Upacara (dalam TUM: Perwira Upacara).

Pembawa Acara (dalam TUM: Protokol).

Petugas Upacara: Pembawa teks Pancasila, sekaligus sebagai ajudan Pembina Upacara.

Pembaca teks UUD 1945 dan atau teks naskah lain.

Pembaca Doa.

Pemimpin lagu/ dirigen.

Petugas Pengibar/penurun Bendera.

Kelompok pembawa lagu.

Cadangan tiap perangkat.

Perlengkapan Upacara: Bendera Merah Putih.

Ukuran perbandingan 2:3, ukuran terbesar 2m x 3m dan terkecil 1m x 1,5m.

Tiang Bendera.

Tinggi minimal 5 meter, maksimal 17 meter dengan perbandingan bendera dengan tiang 1:5

Tali Bendera

Diusahakan terbuat dari tali layar (tali kalimetal) dan bukan tali plastik dan harus berwarma putih.

Naskah-naskah (Pancasila, Pembukaan UUD 1945, Naskah Doa, Naskah Acara, dll).

Susunan Acara Upacara Bendera

Acara Pendahuluan: Acara pendahuluan ini hendaknya dilakukan untuk mempersiapkan segala sesuatu sebelum upacara dimulai,

misalnya:

1. Mengetahui jumlah tiap pasukan.

2. Penjelasan dari pemimpin upacara tentang hal-hal yang berhubungan dengan upacara.

Acara pendahuluan dapat disusun sebagai berikut:

1. Sebelum acara dimulai, Pengatur Upacara mengatur penempatan peserta upacara dan memeriksa

kelengkapan upacara.

2. Apabila peserta siap, upacara dapat segera dimulai.

Page 24: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

16

3. Pemimpin Upacara memasuki lapangan upacara, barisan disiapkan oleh masing-masing pemimpin

kelompok.

4. Penghormatan kepada \Pemimpin Upacara dipimpin oleh pemimpin kelompok yang paling kanan.

5. Laporan masing-masing pemimpin kelompok kepada Pemimpin Upacara.

6. Setelah selesai, Pemimpin Upacara dapat mengambil alih pimpinan untuk mengatur peserta upacara,

letak barisan, dan sebagainya.

7. Apabila semua siap, Pemimpin Upacara mengistirahatkan barisan kemudian balik kanan menghadap tiang

bendera.

Acara Pokok Urutan acara disusun menurut keperluan dan disesuaikan dengan maksud dan tujuan upacara. Sebagai pedoman,

berikut susunan acara pokok:

1. Penghormatan peserta upacara kepada Pembina Upacara.

2. Laporan Pemimpin Upacara kepada Pembina Upacara.

3. Pengibaran Bendera Kebangsaan Sang Merah Putih diiringi dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan

Indonesia Raya (oleh kelompok paduan suara).

4. Mengheningkan cipta diiringi lagu Mengheningkan Cipta.

5. Pembacaan naskah Pembukaan UUD 1945.

6. Pembacaan teks Pancasila oleh Pembina Upacara diikuti oleh seluruh peserta.

7. Pembacaan teks lain (Janji siswa, dasa dharma, dll).

8. Amanat Pembina Upacara.

9. Menyanyikan salah satu lagu wajib nasional.

10. Pembacaan doa oleh petugas.

11. Laporan Pemimpin Upacara kepada Pembina Upacara.

12. Penghormatan peserta upacara kepada Pembina Upacara.

*) Untuk pelaksanaan pada penurunan bendera, urutannya sama dengan pengibaran.

Acara Penutup 1. Acara penutup ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan pengumuman.

2. Para guru maupun staff tata usaha diperbolehkan membubakan diri setelah Pembina Upacara

meninggalkan lapangan upacara.

3. Penghormatan seluruh peserta upacara kepada pemimpin upacara, dipimpin oleh pemimpin kelombok

yang paling kanan.

4. Selanjutnya, tiap-tiap pasukan dibubarkan atau mengikuti petunjuk pemimpinnya masing-masing.

Gangguan Upacara 1. Kerekan Macet

Upacara berjalan terus dan setelah selesai baru betulkan kerekan.

2. Tali Kerekan Putus

Petugas pengibar bendera berusaha menangkap bendera tegak lurus sampai upacara selesai kemudian

bendera dilipat sesuai ketentuan untuk disimpan.

3. Tiang Bendera Roboh

Petugas pengibar bendera berusaha menegakkan tiang bendera yang roboh. Bila tidak memungkinkan,

laksanakan seperti pada sebelumnya.

4. Cuaca Buruk/ Hujan

Apabila sebelum dilaksanakan upacara terjadi cuaca buruk/hujan, maka upacara penaikkan bendera

dibatalkan. Tetapi apabila sudah dilaksanakan baru terjadi cuaca buruk, maka upacara tetap dilaksanakan

sampai bendera berada di puncak tiang dan lagu selesai dinyanyikan.

5. Bendera Terbalik

Page 25: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

17

a. Apabila pemasangan bendera ke tali sudah benar namun membentangkannya salah, maka cukup

dengan menukar pegangan/ menarik bendera.

b. Apabila pemasangan bendera ke tali sudah salah, maka pemimpin upacara membalikkan seluruh

peserta untuk kemudian petugas memperbaiki bendera, setelah itu pemimpin upacara kembali

membalikkan seluruh peserta menghadap tiang bendera.

Upacara Dalam Ruangan Susunan acaranya adalah sebagai berikut:

1. Pengantar oleh Pembawa Acara.

2. Laporan

3. Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.

4. Mengheningkan Cipta.

5. Acara pokok

6. Sambutan, amanat.

7. Doa.

8. Laporan.

9. Lain-lain.

10. Penutup

11. Ramah tamah.

*****

Page 26: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

PERATURAN BARIS-BERBARIS SKEP. MENHAMKAM/PANGAB NO. 611/X/1985

Page 27: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

18

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

PENGERTIAN Baris-berbaris adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara hidup

Angkatan Bersenjata/masyarakat yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.

Pasal 2

MAKSUD DAN TUJUAN 1. Guna menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin, sehingga dengan

demikian senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas di atas kepentingan individu dan secara tidak

langsung juga menanamkan rasa tanggung jawab.

2. Yang dimaksud dengan menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas adalah mengarahkan

pertumbuhan tubuh yang diperlukan oleh tugas pokok tersebut dengan sempurna.

3. Yang dimaksud dengan rasa persatuan adalah rasa senasib dan sepenanggungan serta ikatan batin yang sangat

diperlukan dalam menjalankan tugas.

4. Yang dimaksud dengan disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas individu yang hakikatnya

tidak lain dari pada keikhlasan menyisihkan pilihan hati sendiri.

5. Yang dimaksud dengan rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk bertindak yang mengandung risiko

terhadap dirinya tetapi menguntungkan tugas atau sebaliknya tidak mudah melakukan tindakan yang akan

dapat merugikan kesatuan.

Pasal 3

Ketentuan Khusus 1. Para pimpinan wajib mengetahui adanya, mengenal kegunaannya, serta senantiasa menegakkan peraturan

tersebut.

2. Para pembantu pimpinan (kader) wajib paham isinya, mau mengerjakannya, dan mampu melatihnya.

3. Semua warga Angkatan Bersenjata baik Perwira, Bintara atau Tamtama wajib melaksanakan secara tertib

(tepat) serta dilarang mengubah, menambah atau mengurangi apa yang tertera dalam peraturan baris-

berbaris ini.

Pasal 4

KEWAJIBAN PELATIH 1. Terwujud atau tidaknya maksud dan tujuan peraturan ini sangat tergantung kepada mutu serta

kesanggupan seorang pelatih. Pelatih yang melaksanakannya hanya karena tugas tidak akan mencapai hasil yang

diharapkan.

2. Hasil yang baik akan dapat diperoleh dengan memperhatikan pokok-pokok sebagai berikut:

a. Rasa kasih sayang. Seorang pelatih seharusnya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh anak didik.

b. Persiapan. Persiapan yang baik adalah jaminan berhasilnya latihan yang dikehendaki, oleh karena

itu pelatih harus mengadakan persiapan terlebih dahulu mengenai apa yang akan dilatih, pembagian

waktu, alat-alat, tempat dan sebagainya.

c. Mengenal tingkatan anak didik. Tiap tingkatan kemampuan seseorang/kelas membutuhkan metode

melatih tersendiri, oleh karena sebelum seorang pelatih memilih sesuau metode, ia terlebih dahulu

Page 28: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

19

menilainya.

d. Tidak sombong. Keahlian dan kepandaian bukanlah hal-hal yang patut dipamerkan, melainkan

wajib diamalkan yang berarti dibimbingkan, dituntunkan, sehingga dapat dimiliki oleh anak didik.

e. Adil. Selalu dapat memelihara adanya keseimbangan dalam segala hal dengan cara memberikan

pujian atau teguran pada tempatnya tanpa membeda- bedakan satu dengan lainnya.

f. Teliti. Teliti mengandung arti selalu mengusahakan pelaksanaan ketentuan- ketentuan sesuai dengan

semestinya, sebaliknya tidak puas dengan pelaksanaan yang setengah-setengah.

g. Sederhana. Untuk tidak mempesulit anak didik perlu diusahakan kalimat maupun kata- kata yang

mudah dimengerti. Pelatih bertindak seperlunya sesuai dengan apa yang dituntutnya.

3. Perhatian khusus bahwa dengan latihan (drill) dimaksud untuk mencapai kebiasaan atau kepahaman

bertindak bukan untuk mengetahui saja. Oleh karenanya hendaklah selalu diperhatikan jangan terlalu

bercerita, melainkan teladan, mencoba, mengoreksi, mengulangi sehingga paham mengerjakannya. catatan:

a. Guna mencegah terganggunya/rusaknya suasana pada saat-saat banyak memberikan aba-aba

dan untuk membiasakan suara yang diperlukan dalam memberikan aba-aba, maka para

komandan/pemimpin pasukan agar diberi latihan teratur (tiap hari).

b. Khusus dalam melatih sikap sempurna, pelatih agar memberikan perhatian/mengawasi

ketentuan mengenai pandangan mata.

c. Banyak melatih barisan dalam bentuk saf maju jalan untuk membiasakan pada waktu defile dan

parade.

Pasal 5

ABA-ABA 1. Pengertian. Aba-aba adalah perintah yang diberikan oleh seorang komandan/pimpinan pasukan kepada

pasukan/barisan untuk dilaksanakan pada waktunya secara serentak atau berturut-turut.

2. Macam aba-aba. Aba-aba terdiri atas 3 bagian dengan urutan:

a. Aba-aba petunjuk. Aba-aba petunjuk dipergunakan jika perlu untuk menegaskan maksud dari aba-

aba peringatan/pelaksanaan. contoh:

1) Untuk perhatian – Istirahat di tempat = GERAK

2) Untuk istirahat – Bubar = JALAN

3) Jika aba-aba ditujukan khusus terhadap salah satu bagian dari keutuhan pasukan: Pleton

II – Siap = GERAK.

4) Selanjutnya lihat baris-berbaris kompi.

5) Kecuali di dalam upacara: aba-aba petunjuk pada penyampaian penghormatan

terhadap seseorang, cukup menyebutkan jabatan orang yang diberi hormat tanpa

menyebutkan eselon satuan yang lebih tinggi contoh:

a) Kepada kepala sekolah – Hormat = GERAK

b) Kepada kepala kantor wilayah – Hormat = GERAK

b. Aba-aba peringatan. Aba-aba peringatan adalah inti dari perintah yang cukup jelas untuk dapat

dilaksanakan tanpa ragu-ragu. Contoh:

1) Lencang kanan = GERAK dan bukan LENCANG = KANAN

2) Istirahat di tempat = GERAK dan bukan Di tempat = ISRIRAHAT

c. Aba-aba pelaksanaan. Aba-aba pelaksanaan adalah ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan

aba-aba petunjuk/peringatan dengan cara serentak atau berturut-turut. Aba-aba pelaksanaan yang

Page 29: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

20

contoh: 1. Maju = JALAN

2. Haluan kanan/kiri Maju = JALAN 3. Melintang kanan/kiri Maju = JALAN

contoh: 1. Hitung = MULAI

2. Berbanjar/Bersaf Kumpul = MULAI

dipakai adalah:

1) GERAK

2) JALAN

3) MULAI

GERAK: adalah untuk gerakan-gerakan tanpa meninggalkan tempat yang menggunakan kaki dan gerakan-gerakan

yang memakai anggota tubuh lain, baik dalam keadaan berjalan maupun berhenti. contoh:

1. Jalan di tempat = GERAK

2. Siap = GERAK

3. Hormat kanan = GERAK

4. Hormat = GERAK

JALAN: adalah untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan meninggalkan tempat. contoh:

1. Haluan kanan/kiri = JALAN

2. Dua langkah ke depan = JALAN

3. Tiga langkah ke kiri = JALAN

4. Satu langkah ke belakang = JALAN

catatan: Apabila gerakan meninggalkan tempat itu tidak dibatasi jaraknya, maka aba-aba pelaksanaan harus

didahului dengan aba-aba peringatan: MAJU

MULAI: adalah untuk dipakai pada pelaksanaan perintah yang harus dikerjakan berturut-turut.

3. Cara menulis aba-aba:

a. Aba-aba petunjuk dimulai dengan huruf besar dan ditulis seterusnya dengan huruf kecil, atau

semuanya huruf besar.

b. Aba-aba peringatan dimulai dengan huruf besar dan ditulis seterusnya dengan huruf kecil yang

satu dengan yang lainnya agak jarang, atau semuanya huruf besar.

c. Aba-aba pelaksanaan ditulis seluruhnya dengan huruf besar.

d. Semua aba-aba ditulis lengkap, walaupun ucapannya dapat dipersingkat.

e. Diantara aba-aba petunjuk dan aba-aba peringatan terdapat garis penyambung/koma, antara aba-aba

peringatan dan aba-aba pelaksanaan terdapat dua garis bersusun/koma.

4. Cara memberi aba-aba:

a. Waktu memberi aba-aba, pemberi aba-aba pada dasarnya harus berdiri dalam keadaan sikap

sempurna dan menghadap pasukan.

b. Apabila aba-aba yang diberikan itu berlaku juga untuk si pemberi aba-aba, maka pada saat

memberikan aba-aba tidak menhadap pasukan. contoh: Waktu pemimpin upacara memberi aba-

aba penghormatan kepada Pembina upacara : Hormat = GERAK. Pelaksanaan : Pada waktu

memberi aba-aba pemimpin upacara/Danup menghadap ke arah pembina upacara/Irup sambil

melakukan gerakan penghormatan bersama-sama dengan pasukan. Setelah penghormatan selesai

dijawab/ dibalas oleh pembina upacara/Irup maka dalam sikap “sedang memberi hormat”

Page 30: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

21

Pemimpin upacara/Danup memberikan aba-aba : Tegak = GERAK dan setelah aba-aba itu pemimpin

upacara/Danup bersama-sama pasukan kembali ke sikap sempurna.

c. Dalam rangka menyiapkan pasukan pada saat Pembina upacara/Irup memasuki lapangan upacara dan

setelah amanat pembina upacara/Irup selesai,Pemimpin upacara/Danup tidak menghadap pasukan.

d. Pada taraf permulaan latihan aba-aba yang ditujukan kepada pasukan yang sedang berjalan atau

berlari, aba-aba pelaksanaannya selalu harus diberikan bertepatan dengan jatuhnya salah satu kaki

tertentu yang pelaksanaan geraknya dilakukan dengan tambahan 1 langkah pada waktu berjalan dan

3 langkah pada waktu berlari. Sedang pada taraf lanjutan, aba-aba pelaksanaan dapat

diberikan bertepatan dengan jatuhnya kaki yang berlawanan yang pelaksanaan gerakannya dilakukan

dengan tambahan 2 langkah pada waktu berjalan dan 4 langkah pada waktu berlari, kenudian berhenti

atau maju dengan merubah bentuk dan arah pada pasukan.

e. Semua aba-aba diucapkan dengan suara nyaring, tegas, dan bersemangat.

f. Pemberian aba-aba petunjuk yang dirangkaikan dengan aba-aba peringatan dan pelaksanaan,

pengucapannya tidak diberi nada.

g. Pemberian aba-aba peringatan wajib diberi nada pada suku kata pertama dan terakhir. Nada

suku kata terakhir diucapkan lebih panjang menurut besar-kecilnya pasukan. Aba-aba pelaksanaan

senantiasa diucapkan dengan cara yang di”hentakkan”.

h. Waktu pemberi aba-aba peringatan dan pelaksanaan diperpanjang sesuai besar-kecilnya pasukan

dan/atau tingkatan perhatian pasukan (konsentrasi pasukan). Dilarang memberi keterangan-

keterangan lain di sela-sela aba- aba pelaksanaan.

i. Bila ada suatu bagian aba-aba diperlukan, maka dikeluarkan perintah “ulangi” Contoh: Kepada

pemimpin upacara = ulangi Kepada pembina upacara – Hormat = GERAK. Gerakan yang tidak

termasuk aba-aba tetapi yang harus dijalankan pula, dapat diberikan petunjuk-petunjuk sengan suara

nyaring, tegas, dan bersemangat. Biasanya dipakai pada waktu di lapangan, seperti: MAJU, IKUT,

BERHENTI, LURUSKAN, LURUS.

Pasal 6

CARA MELATIH BERHIMPUN 1. Apabila seorang pelatih/komandan ingin mengumpulkan anggota bawahannya secara bebas, maka

pelatih/komandan/pemimpin memberi aba-aba: Berhimpun = MULAI

2. Pelaksanaan:

a. Pada waktu aba-aba peringatan seluruh anggota mengambil sikap sempurna dan menghadap

kepada yang memberi aba-aba.

b. Pada aba-aba pelaksanaan seluruh anggota mengambil sikap lari, selanjutnya lari menuju

ke depan pelatih/komandan.pemimpin, di mana ia berada dengan jarak 3 langkah.

c. Pada waktu datang di depan pelatih/komandan/ pemimpin, mengambil sikap sempurna,

kemudian mengambil sikap istirahat.

d. Setelah aba-aba selesai, seluruh anggota mengambil sikap sempurna, balik kanan selanjutnya

menuju tempat masing-masing.

e. Pada saat datang di depan pelatih/komandan/

pemimpin, serta kembali, tidak menyampaikan

penghormatan.

3. Yang dimaksud dengan berhimpun adalah semua

anggota datang si depan komandan/pemimin dengan

berdiri bebas, dengan jarak tiga langkah (lihat gambar).

Page 31: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

22

Pasal 7

CARA MELATIH BERKUMPUL 1. Komandan/pelatih/pemimpin menunjuk seorang anggota untuk berdiri kurang lebih 4 langkah di depannya,

orang ini dinamakan penjuru.

2. Komandan/pelatih/pemimpin memberikan perintah: Sdr. Hartono sebagai penjuru (bila penjuru bernama

Hartono).

3. Penjuru mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh kepada yang memberi perintah, selanjutnya

mengulangi perintah sebagai berikut: “Siap Hartono sebagai penjuru”.

4. Penjuru mengambil sikap untuk lari menuju tempat komandan/pelatih/pemimpin

yang memberi perintah.

5. Apabila bersenjata, mengambil sikap depan senjata kemudian lari menuju tempat komandan/pelatih/

pemimpin yang memberi perintah, langsung pundak kiri senjata.

6. Pada waktu aba-aba peringatan “Bersaf/Berbanjar Kumpul” maka anggota lain mengambil sikap sempurna

dan menghadap penuh pada komandan/pelatih/pemimpin.

7. Pada aba-aba pelaksanaan anggota lainnya dengan serentak mengambil sikap lari, selanjutnya penjuru

memberi isyarat “LURUSKAN”, anggota secara berturut-turut meluruskan diri.

8. Bila bersenjata, mengambil sikap depan senjata kemudian lari menuju di samping kiri/belakang penjuru

dan berturut-turut meluruskan diri.

9. Cara meluruskan diri ke samping (bila bersaf) sebagai berikut: Meluruskan lengan ke samping dengan

tangan kanan digenggam, punggung tangan menghadap ke atas, kepala dipalingkan ke kanan dan meluruskan

diri, hingga dapat melihat dada orang-orang yang di sebelah kanannya. Penjuru yang ditunjuk pada waktu

berkumpul melihat ke kiri, setelah barisan terlihat lurus maka penjuru memberikan isyarat dengan perkataan

“LURUS”. Pada isyarat ini penjuru melihat ke depan serta yang lain serentak menurunkan lengan kanan, melihat

ke depan dan kembali ke sikap sempurna. Bila bersenjata, maka senjata di pundak kiri dan ditegakkan serentak.

10. Cara meluruskan diri ke depan (bila berbanjar) sebagai berikut: Meluruskan lengan kanannya ke depan,

tangan digenggam, punggung tangan menghadap ke atas dan mengambil jarak satu lengan ditambah dua

kepal dari orang yang ada di depannya dan meluruskan diri ke depan. Setelah orang yang paling belakang

banjar kanan melihat barisannya sudah lurus, maka ia memberikan isyarat dengan mengucapkan “LURUS”,

pada isyarat ini serentak menurunkan lengan kanan dan kembali ke sikap sempurna.

11. Apabila bersenjata, maka setelah menegakkan tangan kanannya kemudian dengan serentak tegak

senjata. Catatan : Bila lebih dari 9 orang selalu berkumpul dalam bersaf tiga atau berbanjar tiga, kalau

kurang dari 9 orang menjadi bersaf/berbanjar satu. Meluruskan ke depan hanya digunakan dalam

bentuk berbanjar.

12. Penunjukkan penjuru tidak berdasarkan kepangkatan.

Pasal 8

CARA MELATIH MENINGGALKAN BARISAN 1. Apabila pelatih memberikan perintah kepada seseorang dari barisannya, terlebih dahulu ia memanggil

orang itu ke luar barisan dan memberikan perintahnya apabila orang tersebut telah berdiri dalam sikap

sempurna. Orang yang menerima perintah ini harus mengulangi perintah tersebut sebelum melaksanakannya

dan mengerjakan perintah itu dengan bersemangat.

Tata cara keluar barisan:

a. Bila keluar bersaf:

1) Untuk saf depan, tidak perlu balik, tetapi langsung menuju arah yang memanggil.

Page 32: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

23

2) Untuk saf tengah dan belakang, balik kanan kemudian melalui saf paling belakang

selanjutnya memilih jalan yang terdekat menuju arah yang memanggil.

3) Bagi orang yang berada di ujung kanan maupun kiri, tanpa balik kanan langsung menuju

arah yang memanggil (termasuk saf 2 dan 3).

b. Bila pasukan berbanjar:

1) Untuk saf depan tidak perlu balik kanan, langsung menuju arah yang memanggil.

2) Untuk saf tengah dan belakang, balik kanan kemudian melalui saf paling belakang selanjutnya

memilih jalan yang terdekat menuju arah yang memanggil.

c. Cara menyampaikan laporan dan penghormatan apabila anggota dipanggil sedang dalam barisan

sebagai berikut:

1) Komandan/pelatih/pemimpin memanggil: “Ahmad tampil ke depan”. Setelah selesai

dipanggil orang yang dipanggil tersebut mengucapkan kata-kata “Siap Ahmad Tampil ke

depan”, kemudian keluar barisan sesuai dengan tata cara keluar barisan.

2) Kemudian menghormat sesuai PPM, setelah selesai menghormat

mengucapkan kata-kata: “Lapor, siap menghadap”. Selanjutnya menunggu perintah.

3) Setelah mendapat perintah/petunjuk, mengulangi perintah tersebut. Contoh: “Berikan

aba-aba di tempat”. Selanjutnya melaksanakan perintah yang diberikan oleh

komandan/pelatih/pemimpin (memberikan aba-aba di tempat).

4) Setelah selesai melaksanakan perintah/petunjuk,kemudian menghadap ±6 langkah di depan

komandan/pelatih/pemimpin yang memanggil dan mengucapkan kata-kata:

“Memberikan aba-aba di tempat telah dilaksanakan, Laporan selesai”.

5) Setelah mendapat perintah “Kembali ke tempat”, anggota tersebut mengulangi perintah

kemudian menghormat, selanjutnya kembali ke tempat.

2. Jika pada waktu dalam barisan salah seorang meninggalkan barisannya, maka terlebih dahulu harus

mengambil sikap sempurna dan minta ijin kepada komandan/pelatih/pemimpin yang memanggil

dengan cara mengangkat tangan kanannya ke atas (tangan dibuka, jari-jari dirapatkan). Contoh: Anggota

yang akan meninggalkan barisan mengangkat tangan. komandan/pelatih/pemimpin bertanya: “Ada apa?”

Anggota menjawab: “ke belakang” komandan/pelatih/pemimpin memutuskan: “Baik, lima menit kembali”

Anggota yang meninggalkan barisan mengulangi: “Lima menit kembali”

3. Setelah mendapat ijin, ia keluar dari barisannya selanjutnya menuju tempat sesuai keperluannya.

4. Bila keperluannya telah selesai, maka orang tersebut menghadap ±6 langkah di depan

komandan/pelatih/pemimpin, menghormat dan laporan sebagai berikut: “Lapor, Ke belakang selesai Laporan

selesai”. Setelah ada perintah dari komandan/pelatih/pemimpin “Masuk barisan” maka orang tersebut

mengulangi perintah kemudian menghormat, balik kanan dan kembali ke barisannya pada kedudukan semula.

Pasal 9

CARA MELATIH GERAKAN BERJALAN 1. Untuk melatih seseorang tentang gerakan berjalan, ia disuruh berjalan sesuai dengan petunjuk dari pelatih.

Pelatih memperhatikan gayanya, diperbaiki dan disesuaikan dengan gaya “Langkah Biasa”.

2. Mula-mula hanya diperhatikan gerakan kaki saja, dimulai dengan meletakkan kaki, lalu tempo irama dan

panjangnya langkah. Selanjutnya gerakan lengan dan badan.

Page 33: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

24

Pasal 10

TATA CARA PENGHORMATAN 1. Sebagai dasar pegangan mengenai tata cara memberi hormat apa yang telah tercantum dalam pasal 5

PPM/AB.

2. Untuk membiasakan pelaksanaannya dengan cara yang sama, wajib diadakan latihan-latihan sebagai

berikut:

a. Penghormatan perorangan, bertutup kepala tanpa senjata dalam keadaan berhenti/berdiri.

1) Pasukan disuruh berdiri dalam bentuk huruf U.

2) Pelatih menggambarkan tentang adanya garis lurus yang terdapat antara samping

paha kanan dan bagian tertentu dari tutup kepala.

3) Dalam sikap sempurna dengan tangan terkepal, pelatih memerintahkan menunjuk dengan

jari telunjuk kebagian daripada tutup kepala yang merupakan tempat ujung jari pada

gerakan langsung melalui garis lurus ini yaitu dari samping paha kanan ke bagian tertentu

tutup kepala.

4) Gerakan ini dilakukan berulang-ulang menunjuk dan kembali bersikap sempurna yang

akhirnya menggantikan gerakan menunjuk itu dengan seluruh telapak tangan terbuka.

b. Penghormatan sambil memalingkan kepala ke kanan/kiri

1) Sebelum melakukan gerakan gabungan, terlebih dahulu diperintahkan untuk

memalingkan kepala secara baik ke kiri dan ke kanan.

2) Kemudian memalingkan kepala disertai gerakan penghormatan.

c. Penghormatan perseorangan, bertutup kepala, tanpa senjata dalam keadaan berjalan.

Anggota-anggota pasukan diperhatikan berjalan dari arah kanan ke kiri, atau sebaliknya melalui

depan pelatih sambil memberi hormat.

d. Penghormatan perseorangan, bertutup kepala, tanpa senjata, satu dan lainnya dalam keadaan

berjalan.

1) Pasukan dibagi atas 2 pasukan yaitu pasukan A dan B. Misalnya pasukan A di sebelah barat

sebagai atasan dan pesukan B sebagai bawahan.

2) Masing-masing pasukan dimulai dengan nomor urut satu dan seterusnya berjalan

berpapasan dengan jarak sepuluh langkah tiap anggota.

3) Tiap-tiap anggota pasukan B yang berpapasan dengan anggota pasukan A memberikan

penghormatan dan pasukan A membalas penghormatan.

4) Demikian seterusnya sampai seluruh anggota pasukan berpapasan dan pelatih

memerintahkan bergantian pasukan B sebagai atasan.

e. Penghormatan pasukan, bertutup kepala, tanpa senjata dalam keadaan berjalan.

1) Pasukan disuruh membentuk formasi pleton berbanjar. Pelatih menjadi atasan untuk diberi

penghormatan oleh pasukan.

2) Seorang ditunjuk menjadi Danton/pemimpin pasukan.

3) Pasukan bergerak dengan langkah biasa dan pada jarak tertentu sebelum memberikan

penghormatan melakukan gerakan “Langkah tegap”.

4) Pada aba-aba “Hormat kanan/kiri = GERAK” maka dilakukan gerakan-gerakan sebagai

berikut:

a) Danton/pemimpin pasukan bersama pasukan memberi penghormatan

seperti hormat bertutup kepala tanpa senjata (pasal 5 ayat 2a PPM) pasukan

memalingkan kepala dengan batas 45° kepada pelatih.

b) Pelatih membalas penghormatan.

Page 34: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

25

c) Kemudian Danton/pimpinan pasukan memberi aba-aba “Tegak = GERAK”.

Danton/pemimpin pasukan dan pasukannya memalingkan kepala kembali

serentak dan kedua tangan dilenggangkan dengan tetap langkah tegap.

d) Dilanjutkan dengan aba-aba Langkah biasa = JALAN.

BAB II

GERAKAN PERORANGAN TANPA SENJATA

GERAKAN DASAR

Pasal 11

SIKAP SEMPURNA Aba-aba: Siap = GERAK. Pelaksanaan:

Pada aba-aba pelaksanaan badan/tubuh berdiri tegap, kedua tumit rapat, kedua kaki merupakan sudut 45°, lutut

lurus dan paha dirapatkan, berat badan dibagi atas kedua kaki. Perut ditarik sedikit dan dada dibusungkan, pundak

ditarik ke belakang sedikit dan tidak dinaikkan. Lengan rapat pada badan, pergelangan tangan lurus, jari-jari tangan

menggenggam tidak terpaksa dirapatkan pada paha, punggung ibu jari menghadap ke depan, mulut ditutup, mata

memandang lurus ke depan, bernapas sewajarnya.

Pasal 12

ISTIRAHAT Aba-aba: Istirahat – di – tempat = GERAK. Pelaksanaan:

1. Pada aba-aba pelaksanaan, kaki kiri dipindahkan kesamping kiri dengan jarak sepanjang telapak kaki (±30

cm).

2. Kedua belah lengan dibawa ke belakang di pinggang, punggung tangan kanan di atas telapak tangan kiri,

tangan kanan dikepalkan dengan dilemaskan, tangan kiri memegang pergelangan tangan kanan di antara ibu

jari dan telunjuk serta kedua lengan dilemaskan, badan dapat bergerak.

Catatan:

a) Dalam keadaan parade di mana diperlukan pemusatan pikiran dan kerapihan istirahat dilakukan atas aba-aba

“Parade – Istirahat di tempat = GERAK. Pelaksanaan sama dengan tersebut di atas, hanya tangan ditarik

ke atas sedikit, tidak boleh bergerak, tidak berbicara, dan pandangan tetap ke depan.

b) Dalam keadaan parade maupun bukan parade apabila akan diberikan suatu amanat atau sambutan oleh

atasan/pembina, maka istirahat dilakukan atas aba-aba: “Untuk perhatian – Istirahat di tempat = GERAK”.

Pelaksanaan sama dengan tersebut dalam titik a, dan pandangan ditujukan kepada pemberi perhatian/

amanat/sambutan.

Page 35: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

26

Pasal 13

PERIKSA KERAPIHAN Aba-aba: Periksa kerapihan = MULAI

1. Tanpa senjata:

a. Periksa kerapihan dimaksudkan untuk merapihkan perlengkapan yang dipakai anggota pada

saat itu dan pasukan dalam keadaan istirahat (pasal 12).

b. Pelaksanaan:

1) Pada aba-aba peringatan, pasukan secara serentak mengambil sikap sempurna.

2) Pada saat aba-aba pelaksanaan dengan serentak membungkukkan badan masing-

masing, mulai memeriksa atau membetulkan perlengkapannya dari bawah (ujung kaki

ke atas sampai ke tutup kepala).

3) Setelah yakin sudah rapih, masing-masing anggota pasukan mengambil sikap sempurna

(pasal 11).

4) Setelah Pelatih/danpas/pemimpin pasukan melihat semua pasukannya sudah selesai

(sudah dalam keadaan sikap sempurna) maka Pelatih/danpas/pemimpin pasukan

memberi aba-aba = SELESAI.

5) Pasukan dengan serentak mengambil sikap istirahat (pasal 12).

2. Bersenjata (khusus ABRI).

Pasal 14

BERKUMPUL Pada dasarnya berkumpul selalu dilakukan dengan bersaf, kecuali keadaan ruang tidak memungkinkan.

1. Berkumpul bersaf. Aba-aba: Bersaf - Kumpul = MULAI. Pelaksanaan:

a. Sebelum aba-aba peringatan, pelatih/komandan/ pemimpin pasukan menunjuk salah seorang sebagai

penjuru.

b. Yang ditunjuk sebagai penjuru mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh

komandan/pelatih/ pemimpin yang memberi perintah, selanjutnya mengucapkan: Siap Ahmad

sebagai penjuru (bila nama penjuru Ahmad)

c. Penjuru mengambil sikap untuk lari, kemudian lari menuju ke depan

komandan/pelatih/pemimpin yang memberi perintah pada jarak ±4 langkah di depan

komandan/pelatih/pemimpin yang memberi perintah.

d. Pada waktu aba-aba peringatan, maka anggota lainnya mengambil sikap sempurna dan

menghadap penuh kepada komandan/pelatih/pemimpin yang memberi perintah.

e. Pada aba-aba pelaksanaan, seluruh anggota (kecuali penjuru) secara serentak mengambil

sikap untuk lari, kemudian lari menuju samping kiri penjuru, selanjutnya penjuru mengucapkan

“Luruskan”.

f. Anggota lainnya secara berturut-turut meluruskan diri dengan mengangkat lengan kanan ke

samping kanan, tangan kanan digenggam, punggung tangan menghadap ke atas, kepala

dipalingkan ke kanan dan meluruskan diri, hingga dapat melihat dada orang-orang yang di sebelah

kanannya sampai ke penjuru kanan, mata penjuru melihat ke kiri, setelah barisan terlihat lurus

maka penjuru mengucapkan “Lurus”. Pada isyarat ini penjuru melihat ke depan yang lain serentak

menurunkan lengan kanan, melihat ke depan dan kembali sikap sempurna.

2. Berkumpul berbanjar. Aba-aba: Banjar – Kumpul = MULAI. Pelaksanaan:

a. Sama dengan pasal 14 sub a s/d d.

b. Pada aba-aba pelaksanaan, seluruh anggota (kecuali penjuru) secara serentak mengambil

Page 36: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

27

sikap untuk lari, kemudian lari menuju ke belakang penjuru, selanjutnya penjuru mengucapkan

“Luruskan”.

c. Anggota lainnya secara berturut-turut meluruskan diri dengan mengangkat lengan kanan ke depan,

tangan kanan digenggam, punggung tangan menghadap ke atas, mengambil jarak satu lengan

ditambah dua kepal dari orang yang ada di depannya dan meluruskan diri ke depan. setelah orang

paling belakang/banjar kanan paling belakang melihat barisannya lurus maka ia memberi isyarat

dengan mengucapkan “Lurus”. Pada isyarat ini seluruh anggota yang di banjar kanan serentak

menurunkan lengan kanan dan kembali sikap sempurna.

Pasal 15

LENCANG KANAN/KIRI 1. Lencang kanan/kiri (hanya dalam bentuk bersaf) Aba-aba: Lencang kanan/kiri = GERAK. Pelaksanaan: Gerakan

ini dijalankan dalam sikap sempurna. Pada aba-aba pelaksanaan semua mengangkat lengan kanan/kiri ke

samping kanan/kiri, jari-jari tangan kanan/kiri menggenggam, punggung tangan menghadap ke atas.

Bersamaan dengan ini kepala dipalingkan ke kanan/kiri dengan tidak terpaksa kecuali penjuru

kanan/kiri tetap menghadap ke depan.Masing-masing meluruskan diri hingga dapat melihat dada orang

yang ada di sebelah kanan/kiri sampai kepada penjuru kanan/kirinya. Jarak ke samping harus sedemikian

rupa, hingga masing- masing jari menyentuh bahu kiri orang yang ada di sebelah kanannya. Kalau lencang

kiri maka masing-masing tangan kirinya menyentuh bahu kanan orang yang berada di sebelah kirinya.

Penjuru kanan/kiri tidak berubah tempat.

Catatan:

a. Kalau bersaf tiga mereka yang berada di saf tengah dan belakang kecuali penjuru, setelah meluruskan

ke depan dengan pandangan mata, ikut pula memalingkan muka ke samping kanan/kiri dengan tidak

mengangkat tangan. Penjuru pada saf tengah dan belakang mengambil jarak ke depan sepanjang satu lengan

ditambah dua kepal dan setelah lurus menurunkan tangan. Setelah masing-masing anggota berdiri lurus dalam

barisan, maka semuanya berdiri di tempatnya dan kepala tetap dipalingkan ke kanan/kiri. Semua gerakan

dikerjakan dengan badan tegak seperti dalam sikap sempurna. Pada aba-aba “Tegak = GERAK” semua anggota

dengan serentak menurunkan lengan dan memalingkan muka kembali ke depan dan berdiri dalam sikap

sempurna.

b. Pada waktu komandan/pelatih/pemimpin pasukan memberikan aba-aba lencang kanan/kiri dan barisan

sedang meluruskan safnya, komandan/ pelatih/pemimpin yang berada dalam barisan itu memeriksa kelurusan

saf dari sebelah kanan/kiri pasukan, dengan menitik beratkan kepada kelurusan tumit (bukan ujung depan

sepatu).

2. Setengah lencang kanan/kiri

Aba-aba: Setengah lengan lencang kanan = GERAK. Pelaksanaan: Seperti lencang kanan/kiri, tetapi tangan

kanan/kiri di pinggang (bertolak pinggang) dengan siku menyentuh lengan orang yang berdiri di sebelah

kanan/kirinya, pergelangan tangan lurus, ibu jari di sebelah belakang dan empat jari lainnya rapat satu sama

lainnya di sebelah depan. Pada aba-aba Tegak = GERAK semua serentak menurunkan lengan memalingkan

muka kembali ke depan dan berdiri dalam sikap sempurna.

3. Lencang depan (hanya dalam bentuk berbanjar) Aba-aba: Lencang depan = GERAK. Pelaksanaan: Penjuru

tetap sikap sempurna, banjar kanan nomor dua dan seterusnya meluruskan ke depan dengan

mengangkat tangan. Bila berbanjar tiga maka saf depan mengambil jarak satu/setengah lengan di samping

kanan, setelah lurus menurunkan tangan, serta menegakkan kepala kembali dengan serentak. Anggota-

anggota yang ada di banjar tengah dan kiri melaksanakannya tanpa mengangkat tangan

Page 37: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

28

Pasal 16

BERHITUNG Aba-aba: Hitung = MULAI Pelaksanaan: Jika bersaf, maka pada aba-aba peringatan penjuru tetap melihat ke depan,

sedangkan anggota lainnya pada saf depan memalingkan muka ke kanan. Pada aba- aba pelaksanaan, berturut-turut

tiap pasukan mulai dari penjuru kanan menyebut nomornya sambil memalingkan muka kembali ke depan. Jika

berbanjar, maka pada aba-aba peringatan semua pasukan tetap dalam sikap sempurna. Pada aba-aba pelaksanaan tiap

pasukan mulai dari penjuru kanan depan berturut-turut ke belakang menyebutkan nomornya masing-masing,

penyebutan nomor diucapkan penuh.

Pasal 17

PERUBAHAN ARAH 1. Hadap Kanan/Kiri

Aba-aba: Hadap kanan/kiri = GERAK. Pelaksanaan:

a. Kaki kanan/kiri diajukan melintang di depan kaki kanan/kiri, lekuk kaki kiri/kanan berada di

ujung kaki kanan/kiri, berat badan berpindah ke kaki kiri/kanan.

b. Tumit kaki kanan/kiri dengan badan diputar ke kanan/kiri 90°.

c. Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri seperti dalam keadaan sikap sempurna.

2. Hadap serong kanan/kiri

Aba-aba: Hadap serong kanan/kiri = GERAK. Pelaksanaan:

a. Kaki kanan/kiri diajukan ke muka berjajar dengan kaki kiri/kanan.

b. Berputar arah 45° ke kanan/kiri

c. Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri.

3. Balik kanan

Aba-aba: Balik kanan = GERAK. Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan melintang (lebih

dalam dari hadap kanan) di depan kaki kanan. Tumit kaki kanan beserta dengan badan diputar kek kanan 180°.

Kaki kiri dirapatkan pada kaki kanan.

Pasal 18

MEMBUKA ATAU MENUTUP BARISAN 1. Buka barisan

Aba-aba: Buka barisan = JALAN. Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan regu kanan dan kiri masing-masing

membuat satu langkah ke kanan dan kiri, sedangkan regu tengah tetap di tempat.

2. Tutup barisan

Aba-aba: Tutup barisan = JALAN Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan regu kanan dan kiri masing-masing

membuat satu langkah kembali ke kiri dan kanan, sedangkan regu tengah tetap di tempat.

Pasal 19

BUBAR Aba-aba: Bubar = JALAN Pelaksanaan: Aba-aba tiap pasukan menyampaikan penghormatan kepada komandan, sesudah

dibalas kembali dalam sikap sempurna kemudian melakukan balik kanan dan setelah menghitung dua hitungan dalam

hati, melaksanakan gerakan seperti langkah pertama dalam gerakan maju jalan, selanjutnya bubar menuju tempat

masing- masing.

Page 38: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

29

BAB III

GERAKAN PERORANGAN TANPA SENJATA

GERAKAN BERJALAN

Pasal 20

PANJANG, TEMPO, DAN MACAM LANGKAH Langkah dapat dibeda-bedakan sebagai berikut:

No Macam langkah Panjang Tempo

1 Langkah biasa 65 cm 110 tiap menit

2 Langkah tegap 65 cm 110 tiap menit

3 Langkah perlahan 40 cm 30 tiap menit

4 Langkah ke kanan/kiri 40 cm 70 tiap menit

5 Langkah ke belakang 40 cm 70 tiap menit

6 Langkah ke depan 60 cm 70 tiap menit

7 Langkah di waktu lari 80 cm 165 tiap menit

Panjangnya suatu langkah diukur dari tumit ke tumit. Bila dalam peraturan disebut satu langkah, maka panjangnya

70 cm.

Pasal 21

MAJU JALAN Dari sikap sempurna Aba-aba: Maju = JALAN Pelaksanaan:

a. Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan ke depan, lutut lurus, telapak kaki diangkat rata sejajar dengan

tanah setinggi ±20 cm, kemudian dihentakkan ke tanah dengan jarak satu langkah dan selanjutnya berjalan

dengan langkah biasa.

b. Langkah pertama dilakukan dengan melangkah, lengan kanan ke depan 90°, lengan kiri ke belakang 30°

ke belakang dengan tangan menggenggam. Pada langkah-langkah selanjutnya lengan kanan dan kiri lurus

dilenggangkan ke depan 45° dan ke belakang 30°, banjar kanan depan mengambil dua titik yang terletak dalam

satu garis sebagai arah barisan. Seluruh anggota meluruskan barisan ke depan dengan melihat pada

belakang leher.

Dilarang keras:

- Berbicara

- Melihat ke kiri atau kanan

Pada waktu melenggangkan lengan supaya jangan kaku.

Page 39: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

30

Pasal 22

LANGKAH BIASA 1. Pada waktu berjalan, kepala dan badan seperti pada waktu sikap sempurna. Waktu mengayunkan kaki

ke depan lutut kaki dibengkokan sedikit (kaki tidak boleh diseret). Kemudian diletakkan ke tanah menurut

jarak yang telah ditentukan.

2. Cara melangkahkan kaki seperti pada waktu berjalan biasa. Pertama tumit diletakkan di tanah selanjutnya

seluruh kaki. Lengan dilenggangkan dengan sewajarnya lurus ke depan dan ke belakang di samping badan, ke

depan 45° dan ke belakang 30°. Jari-jari tangan digenggam dengan tidak terpaksa, punggung ibu jari

menghadap ke atas.

3. Bila berjalan dengan hubungan pasukan agar menggunakan hitungan irama langkah (untuk kendali

kesamaan langkah).

Pasal 23

LANGKAH TEGAP 1. Dari sikap sempurna

Aba-aba: Langkah tegap – maju = JALAN. Pelaksanaan: Mulai berjalan dengan kaki kiri, langkah pertama

selebar satu langkah, selanjutnya seperti jalan biasa (panjang dan tempo) dengan cara kaki dihentakkan

terus-menerus tetapi tidak berlebihan, telapak kaki rapat dan sejajar dengan tanah, lutut lurus, kaki tidak

boleh diangkat tinggi. Bersamaan dengan langkah pertama tangan menggenggam, punggung tangan

menghadap ke samping luar, ibu jari tangan menghadap ke atas, lenggang lengan 90° ke depan dan 30° ke

belakang.

2. Dari langkah biasa

Aba-aba: Langkah tegap = JALAN. Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh di

tanah, ditambah satu langkah selanjutnya berjalan langkah tegap.

3. Kembali ke langkah biasa (sedang berjalan)

Aba-aba: Langkah biasa = JALAN. Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri

jatuh di tanah ditambah satu langkah dan mulai berjalan dengan langkah biasa, hanya dengan langkah biasa,

hanya langkah pertama dihentakkan selanjutnya berjalan langkah biasa.

Catatan:

Dalam keadaan sedang berjalan cukup menggunakan aba-aba peringatan: Langkah tegap atau Langkah biasa =

JALAN pada tiap-tiap perubahan langkah (tanpa kata maju).

Pasal 24

LANGKAH PERLAHAN 1. Untuk berkabung (mengantar jenazah).

Aba-aba: Langkah perlahan Maju = JALAN. Pelaksanaan:

a. Gerakan dilakukan dengan sikap sempurna

b. Pada aba-aba JALAN kaki kiri dilangkahkan ke depan, kaki kiri ditarik ke depan dan ditahan sebentar

di sebelah mata kaki kiri, kemudian dilanjutkan ditapakkan di depan kaki kiri dilangkahkan ke depan,

setelah kaki kiri menapak segera disusul dengan kaki kanan ditari ke depan dan ditahan sebentar di

mata kaki kiri, kemudian dilanjutkan di depan kaki kiri.

c. Gerakan selanjutnya melakukan gerakan-gerakan seperti semula.

Page 40: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

31

Catatan:

a. Dalam sedang berjalan, aba-aba adalah langkah perlahan = JALAN yang diberikan pada waktu kaki kanan

atau kiri jatuh di tanah ditambah satu langkah dan kemudian mulai berjalan dengan langkah perlahan.

b. Tapak kaki pada saat melangkah (menginjak tanah) tidak dihentakkan rata-rata untuk lebih khidmat.

2. Berhenti dari langkah perlahan

Aba-aba: Henti GERAK. Pelaksanaan:Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri dirapatkan

pada kaki kanan atau kiri menurut irama langkah biasa dan mengambil sikap sempurna.

Pasal 25

LANGKAH KE SAMPING Aba-aba: Langkah ke kanan/kiri = JALAN. Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan kaki kanan/kiri dilangkahkan ke

kanan/kiri sepanjang ±40 cm. Selanjutnya kaki kanan/kiri dirapatkan pada kaki kiri/kanan, sikap akan tetap seperti pada

sikap sempurna. Sebanyak-banyaknya hanya boleh dilakukan empat langkah.

Pasal 26

LANGKAH KE BELAKANG Aba-aba: Langkah ke belakang = JALAN. Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan melangkah ke belakang mulai dengan

kaki kiri menurut panjangnya langkah dan sesuai tempo yang telah ditentukan (pasal 20),menurut jumlah langkah yang

diperintahkan. Lengan tidak boleh dilenggangkan dan sikap badan seperti dalam sikap sempurna. Sebanyak-banyaknya,

hanya boleh dilakukan empat langkah.

Pasal 27

LANGKAH KE DEPAN Aba-aba: Langkah ke depan = JALAN. Pelaksanaan: Pada aba-aba pelaksanaan melangkah ke depan mulai dengan kaki

kiri menurut panjangn langkah 60 cm dan tempo langkah 70 tiap menit, menurut jumlah langkah yang diperintahkan.

Gerakan kaki seperti kaki langkah tegap (pasal 23) dan dihentakkan terus-menerus. Lengan tidak boleh dilenggangkan

dan sikap seperti sikap sempurna. Sebanyak-banyaknya, boleh dilakukan empat langkah.

Pasal 28

LANGKAH DI WAKTU LARI 1. Dari sikap sempurna

Aba-aba: Lari Maju = JALAN. Pelaksanaan: Pada aba-aba peringatan dua tangan dikepalkan dengan lemas dan

diletakkan di pinggang sebelah depan, dengan punggung tangan menghadap ke luar, kedua siku sedikit ke

belakang, badan agak condongkan ke depan. Pada aba-aba pelaksanaan dimulai lari dengan panjang langkah

80 cm dan tempo langkah 165 tiap menit dengan cara kaki diangkat secukupnya, telapak kaki diletakkan

dengan ujung telapak kaki terlebih dahulu, lengan dilenggangkan secara tidak kaku.

2. Dari langkah biasa

Aba-aba: Lari = JALAN. Pelaksanaan: Pada aba-aba peringatan pelaksanaannya sama dengan aba-aba

peringatan (pasal 28 ayat 1). Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh ke tanah.

Kemudian ditambah satu langkah. selanjutnya berlari menurut ketentuan yang ada.

3. Kembali ke langkah biasa

Aba-aba: Langkah biasa = JALAN. Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh ke

Page 41: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

32

tanah ditambah 3 langkah, kemudian berjalan dengan langkah biasa, dimulai dengan kaki kiri dihentakkan,

bersamaan dengan itu kedua lengan dilenggangkan.

Catatan:

Untuk berhenti dengan keadaan berlari, diberikan aba-aba: Henti = GERAK. Aba-aba pelaksanaan diberikan

pada waktu kaki kanan atau kiri jatuh di tanah ditambah 3 langkah, selanjutnya kaki dirapatkan kemudian

kedua kepalan tangan diturunkan untuk mengambil sikap sempurna.

Pasal 29

LANGKAH MERDEKA 1. Dari langkah biasa

Aba-aba: Langkah merdeka = JALAN. Pelaksanaan: Anggota berjalan bebas tanpa terikat ketentuan panjang,

macam, dan tempo langkah. Ataas pertimbangn komandan, anggota dapat diizinkan untuk berbuat sesuatu

yang dalam keadaan lain terlarang (antara lain: berbicara, buka topi, dan menghapus keringat).

Catatan:

Langkah merdeka biasanya dilakukan untuk menempuh jalan jauh atau di luar kota atau lapangan yang tidak

rata. Anggota tetap dilarang meninggalkan barisan.

2. Kembali ke langkah biasa

Untuk melakukan gerakan ini lebih dahulu harus diberikan petunjuk samakan langkah. Setelah langkah sama,

komandan dapat memberikan aba-aba peringatan dan pelaksanaan. Aba-aba: Langkah biasa = JALAN

Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah kemudian di

tambah satu langkah dan mulai berjalan dengan langkah biasa, hanya langkah pertama dihentakkan.

Pasal 30

GANTI LANGKAH Aba-aba: Ganti langkah = JALAN. Pelaksanaan: Gerakan dapat dilakukan pada waktu langkah biasa/tegap. Aba-aba

pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah ditambah satu langkah. Sesudah itu ujung kaki kanan

atau kiri yang sedang di belakang dirapatkan kepada tumit kaki sebelahnya. Bersamaan dengan itu lenggang tangan

dihentikan tanpa dirapatkan pada badan. Untuk selanjutnya disesuaikan dengan langkah baru yang disamakan. Langkah

pertama tetap sepanjang satu langkah. Kedua gerakan ini dilakukan dalam satu hitungan.

Pasal 31

JALAN DI TEMPAT 1. Dari sikap sempurna

Aba-aba: Jalan di tempat = GERAK. Pelaksanaan: Gerakan dimulai dengan kaki kiri, lutut bergantian diangkat

setinggi paha rata- rata (horisontal), ujung kaki menuju bawah dan tempo langkah sesuai dengan tempo

langkah biasa. Badan tegak pandangan mata tetap ke depan, lengan tetap lurus dirapatkan pada badan (tidak

dilenggangkan).

2. Dari langkah biasa

Aba-aba: Jalan di tempat = GERAK. Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau

kiri jatuh di tanah. kemudian ditambah satu langkah, selanjutnya di mulai dengan kaki kanan/kiri berjalan di

tempat, selanjutnya gerakan di tempat.

Page 42: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

33

3. Dari jalan di tempat ke langkah biasa

Aba-aba: Maju = JALAN. Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh ke tanah,

kemudian di tambah satu langkah di tempat dan mulai berjalan dengan menghentakkan kaki kiri satu langkah

ke depan dan selanjutnya berjalan langkah biasa.

4. Dari jalan di tempat ke berhenti Aba-aba: Henti = GERAK Pelaksanaan:

Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan.kiri jatuh di tanah lalu ditambah satu langkah.

Selanjutnya kaki kanan/kiri dirapatkan pada kaki kanan menurut irama langkah biasa mengambil sikap

sempurna.

Pasal 32

BERHENTI Aba-aba: Henti = GERAK. Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan dibrikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah. Setelah

ditambah satu langkah selanjutnya kaki kanan/kiri dirapatkan kemudian mengambil sikap sempurna.

Pasal 33

HORMAT KANAN/KIRI 1. Gerakan hormat kanan/kiri

Aba-aba: Hormat kanan/kiri = GERAK. Pelaksanaan: Gerakan ini dilakukan pada waktu berjalan dengan

langkah tegap. Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan jatuh di tanah, kemudian ditambah

satu langkah, langkah berikutnya kepala dipalingkan dan pandangan mata diarahkan kepada yang diberi

hormat sampai hingga ada aba-aba “Tegak = GERAK”. Penjuru kanan/kiri tetap melihat ke depan untuk

memelihara arah. Setelah arah pandangan yang diberi hormat mencapai sudut 45° dari pada pandangan

lurus ke depan, maka kepala dan pandangan mata tetap pada arah tersebut hingga dapat aba-aba “Tegak =

GERAK”.

Catatan:

Pada saat penghormatan apabila bersenjata/pundak bersenjata, tangan kanan tetap melenggang. Apabila

tidak bersenjata, lengan kiri tidak melenggang tangan kanan menyampaikan penghormatan.

2. Gerakan selesai menghormat Aba-aba: Tegak = GERAK. Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan diberikan pada

waktu kaki kanan jatuh di tanah. Setelah ditambah satu langkah, lengan dilenggangkan (kembali langkah

tegap).

Pasal 34

PERUBAHAN ARAH DARI BERHENTI KE BERJALAN 1. Ke hadap kanan/kiri maju jalan

Aba-aba: Hadap kanan/kiri – Maju = JALAN. Pelaksanaan: Membuat gerakan hadap kanan/kiri. Pada hitungan

ketiga kaki kiri/kanan tidak dirapatkan tetapi dilangkahkan seperti gerakan maju jalan.

2. Ke hadap serong kanan/kiri maju jalan

Aba-aba: Hadap serong kanan/kiri – Maju = JALAN. Pelaksanaan: Membuat gerakan hadap serong

kanan/kiri. Pada hitungan ketiga kaki kiri/kanan tidak dirapatkan tetapi dilangkahkan seperti gerakan maju

jalan.

Page 43: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

34

3. Ke balik kanan maju jalan

Aba-aba: Balik kanan – Maju = JALAN. Pelaksanaan: Membuat gerakan Balik kanan. Gerakan selanjutnya pada

hitungan ketiga mulai melangkah dengan kaki kiri dan dilanjutkan dengan langkah biasa.

4. Ke belok kanan/kiri maju jalan

Aba-aba: Belok kanan/kiri – Maju = JALAN. Pelaksanaan: Penjuru depan merubah arah 90° ke kanan/kiri dan

mulai berjalan ke arah tertentu. Pasukan lainnya mengikuti gerakan-gerakan ini setibanya pada tempat belokan

tersebut (tempat penjuru berbelok).

Catatan:

Aba-aba dua kali belok kanan/kiri maju = JALAN dan tiap-tiap banjar dua kali belok kanan/kiri maju = JALAN.

Pasal 35

PERUBAHAN ARAH DARI BERJALAN KE BERJALAN 1. Ke hadap kanan/kiri maju jalan

Aba-aba: Hadap kanan/kiri – Maju = JALAN. Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki

kiri/kanan jatuh di tanah, kemudian ditambah satu langkah, gerakan selanjutnya seperti tersebut pada pasal

34 ayat 1.

2. Ke hadap serong kanan/kiri maju jalan

Aba-aba: Hadap serong kanan/kiri – Maju = JALAN. Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu

kaki kiri/kanan jatuh di tanah, kemudian ditambah satu langkah, gerakan selanjutnya seperti tersebut pada

pasal 34 ayat 2.

3. Ke balik kanan maju jalan

Aba-aba: Balik kanan – Maju = JALAN. Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki

kiri/kanan jatuh di tanah, kemudian ditambah satu/dua langkah, gerakan selanjutnya kaki kiri melintang ke

depan kaki kanan secara bersamaan tumit kaki, tangan, dan badan diputar ke kanan sebesar 180°, kaki kiri

dihentakkan seperti langkah pertama, selanjutnya berjalan seperti langkah biasa.

4. Ke belok kanan/kiri maju jalan

Aba-aba: Belok kanan/kiri – Maju = JALAN. Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki

kiri/kanan jatuh di tanah, kemudian ditambah satu langkah, kemudian penjuru depan merubah arah 90° ke

kanan/kiri dan mulai berjalan ke arah yang baru. Pasukan lainnya mengikuti gerakan-gerakan ini setibanya pada

tempat belokan tersebut (tempat penjuru berbelok).

Catatan:

a. Aba-aba: dua kali belok kanan/kiri maju = JALAN

Pelaksanaan: Seperti tersebut di atas yang selanjutnya setelah dua langkah berjalan kemudian melakukan

gerakan belok kanan/kiri jalan lagi.

b. Aba-aba: tiap-tiap banjar dua kali belok kanan/kiri maju = JALAN. Pelaksanaan: Seperti tersebut di atas tetapi

tiap-tiap banjar membuat langsung dua kali belok kanan/kiri pada tempat di mana aba-aba pelaksanaan

diberikan. Perubahan arah kiri 180°. Tujuan gerakan dari catatan a dan b guna membelokkan pasukan di

ruang/lapangan yang sempit.

Page 44: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

35

Pasal 36

PERUBAHAN ARAH DARI BERJALAN KE BERHENTI 1. Ke hadap kanan/kiri berhenti

Aba-aba: Hadap kanan/kiri Henti = GERAK Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki

kiri/kanan jatuh di tanah, kemudian ditambahkan satu langkah, gerakan selanjutnya seperti gerakan hadap

kanan/kiri.

2. Ke hadap serong kanan/kiri berhenti

Aba-aba: Hadap serong kanan/kiri Henti = GERAK. Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu

kaki kiri/kanan jatuh di tanah, kemudian ditambahkan satu langkah, gerakan selanjutnya seperti gerakan

hadap serong kanan/kiri.

3. Ke balik kanan berhenti

Aba-aba: Balik kanan Henti = GERAK. Pelaksanaan: Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri/kanan

jatuh di tanah, kemudian ditambahkan satu/dua langkah, gerakan selanjutnya kaki kiri melintang ke

depan kaki kanan secara bersamaan tumit kaki, tangan, dan badan diputar ke kanan sebesar 180°, selanjutnya

kaki kiri dirapatkan dengan kaki kanan (sikap sempurna).

Pasal 37

PERUBAHAN ARAH PADA WAKTU BERLARI Perubahan arah pada waktu berjalan yang ditentukan pada pasal 35 dan 36 dapat dilakukan juga oleh pasukan dalam

keadaan berlari dengan perbedaan bukan ditambah satu langkah tetapi tiga langkah.

Pasal 38

HALUAN KANAN/KIRI Gerakan ini hanya dilakukan dalam bentuk bersaf, guna merubah arah tanpa merubah bentuk.

1. Berhenti ke berhenti

Aba-aba: Haluan kanan/kiri = JALAN Pelaksanaan: Setelah aba-aba pelaksanaan, penjuru kanan/kiri berjalan di

tempat dengan memutar arah secara perlahan hingga merubah sampai sebesar 90°. Bersamaan dengan itu

masing-masing saf mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak melenggang) sambil meluruskan safnya hingga

merubah arah sebesar 90°, kemudian berjalan di tempat. Setelah penjuru kanan/kiri depan melihat safnya

lurus memberi isyarat: “Lurus”, kemudian komandan memberi aba-aba: “Henti = GERAK”, yang diucapkan pada

waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah. Setelah ditambahkan satu langkah kemudian seluruh pasukan berhenti.

2. Berhenti ke berjalan

Aba-aba: Haluan kanan/kiri Maju = JALAN Pelaksanaan: Seperti haluan kanan/kiri dari berhenti ke berhenti

kemudian setelah aba-aba “Maju = JALAN”, pasukan maju jalan yang gerakannya sama dengan gerakan langkah

biasa.

Catatan:

Setelah ada isyarat lurus dari penjuru, komandan langsung memberikan “Maju = JALAN” (pasukan tidak berhenti dulu).

3. Berjalan ke berhenti

Aba-aba: Haluan kanan/kiri = JALAN Pelaksanaan: Aba-aba diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di

tanah kemudian ditambah satu langkah. Selanjutnya barisan melakukan gerakan seperti haluan kanan/kiri dari

berhenti ke berhenti.

Page 45: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

36

4. Berjalan ke berjalan

Aba-aba: Haluan kanan/kiri = JALAN Pelaksanaan: Aba-aba diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di

tanah kemudian ditambah satu langkah. Selanjutnya barisan melakukan gerakan seperti haluan kanan/kiri dari

berhenti ke berjalan.

Catatan:

Pada pelaksanaan haluan lengan tidak melenggang.

Pasal 39

MELINTANG KANAN/KIRI Gerakan ini hanya dilakukan dalam bentuk berbanjar, guna merubah bentuk pasukan menjadi bersaf dalam arah

tetap.

1. Berhenti ke berhenti

Aba-aba: Melintang kanan/kiri = JALAN. Pelaksanaan: Setelah aba-aba pelaksanaan melakukan gerakan “Hadap

kanan/kiri”, kemudian barisan membuat gerakan “Haluan kiri/kanan” dari berhenti ke berhenti.

2. Berjalan ke berjalan

Aba-aba: Melintang kanan/kiri = JALAN. Pelaksanaan: Setelah aba-aba pelaksanaan, ditambah satu langkah,

barisan melakukan gerakan seperti gerakan melintang kanan/kiri berhenti ke berhenti. kemudian setelah

diberi aba-aba “Maju = JALAN”, barisan melakukan gerakan “Maju = JALAN”

Catatan:

Setelah ada isyarat lurus dari penjuru, komandan langsung memberikan aba-aba maju = JALAN (Pasukan tidak

berhenti dulu).

3. Berhenti ke berjalan

Aba-aba: Melintang kanan/kiri Maju = JALAN. Pelaksanaan: Setelah aba-aba pelaksanaan, melakukan gerakan

seperti gerakan melintang kanan/kiri berhenti ke berhenti. kemudian setelah diberi aba-aba “Maju = JALAN”,

barisan melakukan gerakan “Maju = JALAN”.

Catatan:

Setelah ada isyarat lurus dari penjuru, komandan langsung memberikan aba-aba maju = JALAN (Pasukan tidak

berhenti dulu)

Page 46: DIKTAT · Dalam pola hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia, ... dijahit sendiri oleh tangan Ibu Fatmawati Soekarno, ... Soekarno sempat memanggil salah seorang

37

NOTE