12
BUKU AJAR ECOTOURISM Oleh Iwan Nugroho PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG 2004

Diktat Ecotourism

Embed Size (px)

DESCRIPTION

teaching book of ecotourism, deliver to undergraduate program at widyagama university, malang, indonesia

Citation preview

Page 1: Diktat Ecotourism

BUKU AJAR

ECOTOURISM

Oleh Iwan Nugroho

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG 2004

Page 2: Diktat Ecotourism

Iwan Nugroho – 2004 – Ecotourism – PS Agribisnis Fakultas Pertanian Univ Widyagama

2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR iv

PRAKATA v

RINGKASAN vi

I. PENDAHULUAN …………………………………….….…...….………. 1

Pengertian Ecotourism………………………………….….…...….……… 2

Sejarah Perkembangan Ecotourism…………………………………….… 4

II. ASPEK EKONOMI ECOTOURISM………………….….…….…….….. 6

III. ASPEK SOSIAL ECOTOURISM……………………….….…………...... 9

IV. ASPEK LINGKUNGAN ECOTOURISM………….…….….…………… 13

V. MANAJEMEN ECOTOURISM………………….………..….……..…… 21

Prinsip-prinsip konservasi. .……………………………….…………....… 21

Manajemen operasional. .……………………………….………..……..… 24

Antrian (Pearce, 1993) . .……………………………….………..……...… 27

Tempat Tujuan . .……………………………….…………….………. 29

Konsep Animasi (Pompl, 1993) .…………………….……………………. 31

VI. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ECOTOURISM ……….….………… 32

Strategi kebijakan pengembangan sektor Ecotourism ……….….………... 32

Program-program pengembangan sektor ecotourism ……….….………… 33

VII. PENGEMBANGAN ECOTOURISM DI INDONESIA…….….………… 35

National Tourism Policies …….…………………….……………………. 36

Development of ecotourism in Indonesia ………….……………………. 37

Potential for ecotourism development in Indonesia………….……………. 38

Constraints and threats of ecotourism development in Indonesia ………… 39

Issues of sustainability ……………….…………………………………... 40

Present activities and way ahead ………...……………………………….. 41

Recommendation ………………………………..………………………… 41

DAFTAR PUSTAKA ……………………..………….……….….………..…… 42

Page 3: Diktat Ecotourism

Iwan Nugroho – 2004 – Ecotourism – PS Agribisnis Fakultas Pertanian Univ Widyagama

3

DAFTAR TABEL

No T e k s Halaman

2.1 Income Multiplier sektor Tourism pada Beberapa Negara ………. 7

DAFTAR GAMBAR

No T e k s Halaman

1.1 Sustainable tourism and ecotourism (Wood, 2002) ……………… 2

2.1 Sektor ekonomi pendukung sektor ecotourism 6

3.1 Hubungan di antara stakeholder pada sektor ecotourism (keterangan: 1=kebijakan; 2=pengunjung dan manfaat ekonomi; 3=pajak atau saran kebijakan; 4=partisipasi dan kenyamanan; 5=saran kebijakan …………………………………………………

10

4.1 Hubungan antara waktu dan jumlah wisatawan…………………... 13

5.1 Ecotourism dan sustainability ……………………………………. 23

5.2 Sistem manajemen operasional dalam ecotourism ……………… 26

Page 4: Diktat Ecotourism

Iwan Nugroho – 2004 – Ecotourism – PS Agribisnis Fakultas Pertanian Univ Widyagama

4

PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena atas perkenannya naskah ini

dapat diselesaikan. Naskah diktat ini adalah pengantar bagi matakuliah Ecotourism,

yang diberikan kepada mahasiswa semester tujuh program studi Agribisnis, Fakultas

Pertanian, Universitas Widyagama Malang. Karena sebagai pengantar, substansinya

disadari sangat kurang mendalam. Beberapa kajian juga dirasakan kurang spesifik

menguraikan Ecotourism. Sebagai suatu matakuliah yang relatif baru, Ecotourism

banyak menggunakan konsep Tourism secara umum. Hal seperti ini dan beberapa

implikasinya, sangat kabur membedakan membedakan antara keduanya, dan sering

ditemui pada naskah ini.

Terima kasih disampaikan kepada Ketua Jurusan Agribisnis atas dukungannya bagi

naskah ini. Kepada kolega pada jurusan yang sama, kami juga berterima kasih atas

kebersamaan dan kerjasamanya.

Semoga naskah ini bermanfaat, khususnya bagi para mahasiswa. Penulis berharap,

substansi matakuliah ini menyumbangkan kompetensi yang nyata bagi para lulusan, dan

dapat memenuhi relevansi dengan kebutuhan dunia kerja.

Malang, 27 Juli 2004 Penulis, Dr. Ir. Iwan Nugroho, MS. NDP. 1992 307

Page 5: Diktat Ecotourism

Iwan Nugroho – 2004 – Ecotourism – PS Agribisnis Fakultas Pertanian Univ Widyagama

5

RINGKASAN

Bab 1. Pendahuluan

Keprihatinan kerusakan lingkungan, menurunnya kesejahteraan penduduk lokal

pada satu sisi, dan kemajuan pembangunan yang bertumpu pada aspek ekonomi semata,

melahirkan paradigma pembangunan yang secara komprehensif memahami prinsip-

prinsip ecotourism.

Implementasi pembangunan ecotourism memerlukan tahapan-tahapan mengikuti

kaidah-kaidah akademis. Upaya-upaya penelitian dasar dan terapan dikembangkan

untuk mengeksplorasi baseline data lingkungan dan sosial, didukung dengan seluruh

stakeholder. Stakeholder sektor ecotourism cukup meluas, yakni pemerintah, swasta,

LSM, penduduk lokal, perguruan tinggi serta organisasi internasional yang relevan.

Ecotourism adalah Kegiatan perjalanan wisata yang dikemas secara profesional,

terlatih, dan memuat unsur pendidikan, sebagai suatu sektor/usaha ekonomi, yang

mempertimbangkan warisan budaya, partisipasi dan kesejahteraan penduduk lokal serta

upaya-upaya konservasi sumberdaya alam dan lingkungan

Perkembangan jasa ecotourism semakin signifikan dengan berkembangnya industri

peralatan penunjangnya. Perlengkapan outdoor equipment yang semakin teruji

keamanannya mengantarkan ke tujuan wisata hingga Nepal dan Galapagos. sekarang

telah disusun panduan bagi industri ecotourism dengan tiga arahan penting, yakni

pemberdayaan penduduk lokal, pengembangan akomodasi dan sertifikasi. Prinsipnya,

panduan memberikan sudut pandang dari masing-masing stakeholder terhadap arah

perkembangan bisnis jasa ecotourism.

Bab 2. Aspek Ekonomi Ecotourism

Sektor ecotourism menyumbangkan peran ekonomi secara mikro maupun makro.

Kegiatan ecotourism dalam aspek mikro ekonomi menghasilkan kajian produk-produk

wisata, kemasan, kualitas dan kuantitas, pelaku dan harga. Keputusan individu masuk

dalam industri ecotourism dipengaruhi oleh pilihan-pilihan di atas. Umumnya produk

wisata memiliki karakteristik yang sama dengan barang konsumsi. Produk tersebut

Page 6: Diktat Ecotourism

Iwan Nugroho – 2004 – Ecotourism – PS Agribisnis Fakultas Pertanian Univ Widyagama

6

disajikan dengan karakteristik yang sangat beragam, dan sangat fleksibel dipilih oleh

wisatawan.

Pada sisi makro ekonomi, sektor ecotourism membahas tentang share ekonomi,

pendapatan dan tenaga kerja, maupun keterkaitan ekonomi. Sektor ecotourism tidak

berjalan sendirian dalam perekonomian suatu wilayah. Ia membutuhkan infrastruktur

transportasi, telekomunikasi, listrik dan air bersih, selain dukungan dari sektor

perdagangan maupun pakaian, makanan dan minuman, baik dari dalam maupun luar

negeri.

Peran sektor ecotourism dapat dilihat dari ukuran tenaga kerja, pendapatan, PDRB

maupun output total. Umumnya, besaran pengaruh masing-masing ukuran dari atau

terhadap sektor ecotourism diperlihatkan melalui nilai pengganda (atau multiplier).

Nilai income multiplier berkisar 0.4 hingga 1.2. Semakin tinggi nilai pengganda

menyatakan semakin besar peran sektor ecotourism dalam perekonomian wilayah.

Besaran income multiplier memperlihatkan bahwa ecotourism dapat menggerakkan

aktifitas perekonomian wilayah lokal. Semakin baik pengemasannya, atau lingkungan

kebijakan yang baik, akan menghasilkan manfaat multiplier yang semakin besar bagi

penduduknya.

Manfaat ekonomi yang lain sektor ecotourism dapat dilihat dalam ukuran devisa,

penerimaan negara secara sebagai pajak, atau tenaga kerja. Sebagai contoh, dari

kunjungan sebanyak 273 juta wisatawan ke Taman-taman Nasional di Amerika Serikat,

berhasil diperoleh pengeluaran wisatawan 10 miliar dolar, 200 ribu tenaga kerja dan 22

miliar dolar masuk ke output ekonomi setiap tahunnya. Pengeluaran tersebut

menghasilkan penerimaan pajak yang signifikan bagi pemerintah. Tenaga kerja sektor

ini terdistribusi pada lapangan hotel, restauran, klub malam, taksi, cindera mata, dan

barang/jasa penunjangnya.

Manfaat ekonomi lainnya adalah kenaikan kesejahteraan penduduk lokal. Fisik

lingkungan dan budaya di sekitar mereka, yang sehari-hari dihadapi, akan memberikan

dampak langsung bagi keberlangsungan hidupnya. Karenanya, ukuran ini menjadi

penting terutama bagi yang mendiami di sekitar wilayah-wilayah yang terancam

kepunahan (protected area). Sebagian pendapatan penduduk lokal yang dapat

diidentifikasi adalah jasa pemandu, pemilik penginapan, driver, penjual cindera mata,

Page 7: Diktat Ecotourism

Iwan Nugroho – 2004 – Ecotourism – PS Agribisnis Fakultas Pertanian Univ Widyagama

7

atau jasa lainnya. Upaya menghitung dampak ecotourism terhadap ekonomi lokal

berhasil dilakukan pada Dorrigo National Park di New South Wales, Australia, dengan

hasil kontribusi 7 persen PDRB dan 8.4 persen tenaga kerja.

Bab 3. Aspek Sosial Ecotourism

Aspek sosial bukan hanya mengidentifikasi stakeholder tetapi juga

mengorganisasikannya sehingga menghasilkan manfaat (dan insentif ekonomi) yang

optimal bagi masing-masing stakeholder. Stakeholder dalam sektor ecotourism meliputi

penduduk lokal, pemerintah, kelompok masyarakat nirlaba (LSM atau yang sejenis),

sektor swasta dan tentu saja wisatawan. Masing-masing stakeholder mempunyai fungsi

yang memberi dan menerima aliran manfaat kepada satu sama lain. Networking di

antara stakeholder telah demikian komplek dan canggih didukung oleh sistem bisnis

tourism yang modern dan terintegrasi.

Pemerintah memiliki peran strategis mengembangkan kebijakan sektor ecotourism

dan penunjangnya. Outputnya dapat berupa kebijakan fiskal, moneter atau khusus

pengembangan wilayah ecotourism. Kebijakan fiskal meliputi perpajakan (dan tarif),

investasi dalam parasarana infrastruktur, dukungan aspek keamanan atau peningkatan

profesional aparat pemerintah.

Sektor swasta adalah stakeholder yang mengoperasikan usaha ecotourism. Sektor

swasta menyediakan berbagai fasilitas dan akomodasi, informasi, produk wisata, tujuan

wisata dan kualitas pelayanan, dengan tujuan agar dapat menarik wisatawan dan

memberikan kepuasan dan pengalaman yang berharga. Atas usaha tersebut sektor

swasta berhak memperoleh keuntungan untuk dikembalikan lagi dalam investasi dan

peningkatan kualitas pelayanan ecotourism. On-line networking di antara sektor swasta

tersebut telah terjalin rapi mengorganisasikan jadwal dan lokasi tujuan wisata

sedemikian efisien untuk memuaskan pelayanan kepada wisatawan.

Pengunjung merupakan indikator terpenting keberhasilan pembangunan ecotourism.

Sebagai pendorong utama permintaan jasa ecotourism, pengunjung dari luar wilayah

dapat menginjeksi aliran ekonomi lokal dan diharapkan memberikan insentif bagi

pengelolaan lingkungan yang lebih baik.

Page 8: Diktat Ecotourism

Iwan Nugroho – 2004 – Ecotourism – PS Agribisnis Fakultas Pertanian Univ Widyagama

8

Penduduk lokal berperan sebagai subyek dan obyek dalam pengembangan

ecotourism. Perlu diciptakan kebijakan yang mampu menyeimbangkan atau memelihara

aliran manfaat kepada penduduk lokal. Mereka perlu diberikan kesempatan aktif

mengolah dan menjual produk wisata yang dibutuhkan oleh wisatawan.

Lembaga domestik maupun internasional, khususnya yang profesional, sama-sama

berfungsi dalam memfasilitasi semua kepentingan stakeholder. Ia dapat memberikan

fungsi politis untuk mengangkat isyu-isyu kemiskinan, ketidak adilan dan dampak

kerusakan lingkungan agar diperbaiki keadaannya.

Bab 4. Aspek Lingkungan Ecotourism

Kualitas lingkungan adalah komponen penting dalam aktifitas pariwisata dan

ecotourism. Hubungan tersebut melibatkan beragam aktifitas yang dapat menghasilkan

dampak-dampak positif atau negatif. Dampak positifnya adalah lahirnya manfaat berupa

perlindungan dan konservasi lingkungan. Sedangkan dampak negatifnya adalah

aktifitas-aktifitas selama pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, airport dan

sebagainya, hingga sarana wisata seperti hotel, restoran, resort, pantai, atau lapangan

golf. Dampak-dampak tersebut dapat bersifat langsung, gradual atau tidak dapat

terdeteksi saat sekarang.

Dampak lokal ecotourism akan terjadi ketika jumlah pengunjung dan aktifitasnya

telah melebihi (kemampuan) daya dukung lingkungan suatu wilayah akibat menerima

suatu perubahan yang signifikan. Perubahan-perubahan tersebut berupa ancaman

potensial misalnya erosi, longsor, hilangnya spesies, kekeringan atau polusi.

Dampak global ecotourism mempengaruhi secara signifikan kehidupan di muka

bumi. Dampak global tersebut telah diidentifikasi dan disepakati untuk dicegah

kecenderungannya, yakni kehilangan biodiversity, menipisnya lapisan ozon dan

perubahan iklim global. Sebaliknya dampak tersebut juga akan mempengaruhi sektor

pariwisata.

Sektor industri atau ekonomi lain memberikan dampak yang sangat signifikan

terhadap pariwisata. Beberapa dampak yang sangat dramatis telah teramati. Kebocoran

minyak (160 ribu galon minyak disel dan 80 ribu galon petroleum) dari tanker di sekitar

kepulauan Galapagos (Ecuador, Januari 2001), menyebabkan wilayah pesisir dan spesies

Page 9: Diktat Ecotourism

Iwan Nugroho – 2004 – Ecotourism – PS Agribisnis Fakultas Pertanian Univ Widyagama

9

lokal hancur dan mati. Rusak. Erosi yang intensif mengakibatkan eutrofikasi di laut

Adriatik (tahun 1990)

Bab 5. Manajemen Ecotourism

Manajemen ecotourism adalah bagaimana memelihara dan melindungi sumberdaya

yang tidak tergantikan (irreplaceable) agar dapat dimanfaatkan untuk generasi sekarang

dan (terlebih) untuk generasi mendatang. Konflik kepentingan akan mudah timbul antara

aspek ekonomi dan ekologi pada suatu sumberdaya. Manajemen ecotourism mencakup

sebagian manajemen tourism, yakni kegiatan-kegiatan mensinergikan sektor penunjang

ecotourism, menetapkan tujuan wisata, menyiapkan akomodasi hingga mengoptimalkan

pemasaran produk-produk wisata.

Manajemen ecotourism yang memenuhi kaidah konservasi memerlukan penjelasan

rinci tentang sistem produksi ecotourism secara keseluruhan (from cradle to grave).

Suatu obyek tujuan wisata memiliki karakteristik sistem produksi yang berbeda dengan

dengan tujuan wisata lainnya. Ecotourism wilayah pesisir memiliki karaktristik lahan

basah yang berbeda dengan ecotourism pegunungan dengan karakteristik lahan kering.

Belum mencakup perbedaan dalam karakteristik sosial dan pengelolaan ekosistem.

Pengenalan terhadap sistem produksi berguna untuk mengidentifkasi isyu kritis yang

berkaitan dengan konservasi. Berangkat dari isyu tersebut kemudian dapat dirumuskan

rencana strategis (strategic planning) memecahkan permasalahan untuk menuju

pemanfaatan sumberdaya secara sustainable.

Ada empat isyu konservasi yang berkaitan dengan ecotourism. Pertama, kegiatan

tourisme yang cenderung massal (mass tourism). Karakteristik sektor tourism umumnya

menghasilkan pengaruh yang signifikan dan massal. Di negara-negara sedang

berkembang, manfaat ekonomi sektor tourism sangat signifikan sehingga aspek sosial

dan lingkungan seringkali terkorbankan. Kedua, obyek ecotourism yang spesifik.

Sektor tourism umumnya memiliki sarana akomodasi yang terstandarisasi dengan

kenyamanan tertentu, misalnya fasilitas parkir, toilet atau kamar hotel. Keseragaman

akomodasi tersebut, sejak masa konstruksi hingga pemanfaatannya, akan cenderung

berdampak merugikan bagi ecotourism. Hal tersebut dapat mematikan pengembangan

potensi spesifik lokal juga dapat berlawanan dengan nilai-nilai setempat. Ketiga,

Page 10: Diktat Ecotourism

Iwan Nugroho – 2004 – Ecotourism – PS Agribisnis Fakultas Pertanian Univ Widyagama

10

pemberdayaan penduduk lokal. Tradeoff aliran insentif ekonomi pada sektor tourism

umumnya lebih condong ke pemilik modal dibanding ke penduduk lokal. Tradeoff

tersebut harus mengarah secara proporsional pada dua belah pihak jika tidak ingin

menghancurkan ecotourism. Insentif ekonomi bagi penduduk lokal digunakan untuk

peningkatan kesejahteraan, pendidikan dan ketrampilan profesional, serta penguatan

struktur sosial. Keempat, faktor-faktor yang tidak terhitung (intangible) di dalam

sumberdaya alam masih banyak. Stakeholder, khususnya penduduk lokal memiliki nilai-

nilai dan potensi yang belum terungkap dalam bentuk manfaat bagi konservasi dan

ecotourism. Implikasinya, harus dilakukan penelitian dan pengembangan untuk

menggali ilmu pengetahuan dan menyebarkan informasi dalam rangka membangun

kesadaran publik tentang konservasi dan sustainability.

Kegiatan ecotourism sebagai bagian sektor tourism secara umum menawarkan

produksi jasa yang memberikan kenyamanan kepada konsumen. Kepuasan konsumen

akan ditentukan oleh berbagai faktor seperti tujuan wisata, produk wisata, promosi,

peran penduduk lokal, dan sistem organisasi. Faktor-faktor tersebut membentuk

hubungan penawaran dan permintaan dengan output jumlah pengunjung, suvenir terjual,

dan pengalaman, serta pada gilirannya kesejahteraan penduduk lokal dan sustainability

ecotourism.

Bab VI. Kebijakan Pengembangan Ecotourism

Kebijakan pembangunan dalam sektor ecotourism disusun berdasarkan pengalaman

dan perkembangan konsep tentang ecotourism. Pengalaman pemerintah Australia

memberikan teladan yang menarik. Sejak tahun 1979an, Taman Nasional (TN)

Mutawintji, di negara bagian New South Wales, sangat terkenal dengan jurang, ngarai

dan seni pahat batu suku Aborigin. Namun pada tahun 1980, suku Aborigin marah dan

memblokade TN tersebut menuntut hak-hak tradisionalnya. Baru pada tahun 1996,

kepentingan dan partisipasi suku Aborigin dalam pengelolaan TN disetujui oleh

Parlemen. Pada saat sekarang Mutawintji Local Aboroginal Land Council (MLALC)

telah berwenang dalam pengelolaan dan memandu seluruh tour di TN tersebut.

Pengalaman Brazil menunjukkan teladan lebih spesifik bagi negara tropika. Brazil

memiliki hutan Amazon yang sangat vital bagi negara itu sendiri maupun sebagai paru-

Page 11: Diktat Ecotourism

Iwan Nugroho – 2004 – Ecotourism – PS Agribisnis Fakultas Pertanian Univ Widyagama

11

paru dunia. Di hutan Amazon, ada sekitar lima juta hektar (atau 3.2 persen) area yang

perawan, kaya dengan flora dan fauna eksotik, belum terjamah manusia, kaya

keanekaragaman hayati, belum tersentuh infrastruktur, dan harus dilindungi. Sementara

itu kunjungan wisata di negara tersebut sejak tahun 1998 mencapai 5 juta orang dan

meningkat signifikan setiap tahun. Karena itu, negara tersebut berupaya mengendalikan

manfaat ekonomi sektor tourism tanpa harus merusak lingkungan hutan Amazon. Sejak

tahun 1995, pemerintah Brazil telah mulai menyusun tim untuk menyusun guidelines for

an Ecotourism national policy.

Bab VII. Pengembangan Ecotourism di Indonesia

Sektor tourism di Indonesia berperan sangat signifikan menyumbang ekspor

komoditi non migas. Kedatangan turis asing pada tahun 2001 mencapai 5.1 juta orang

dengan pertumbuhan 1.77 persen per tahun dibanding tahun sebelumnya. Pencapaian itu

lebih rendah dibanding target 5.4 juta orang sebagai akibat peristiwa 911.

Sementara itu totala jumlah turis domestik pada tahun 2000 mencapai 109.4 juta

dari 143.9 jumlah perjalanan. Total pengeluaran turis domestik mencapai Rps 77,6

trillion (setara 7 miliar US$) dibandingkan to US$ 5.7 miliar dari turis asing. Total

pengeluaran turis domestik terdistribusi untuk transportasi (43 persen), belanja (14

persen), makanan dan minuman (14 persen) dan 7 persen untuk akomodasi. Sebaliknya

pengeluaran turis asing terdistribusi untuk akomodasi 21.77 persen, dan sebesar 10

persen masing-masing untuk makanan, belanja, dan penerbangan dalam negeri. Data

nasional menunjukkan bahwa sektor tourism menyumbang 9.27 persen ekonomi

nasional, 9.36 persen nilai tambah, 9.87 persen upah dan gaji, 8.29 persen pajak tidak

langsung dan 8.11 persen tenaga kerja.

Kebijakan nasional tourism adalah mempertahankan posisi Indonesia sebagai

wilayah tujuan wisata. Kebijakan meletakkan pariwisata dan kebudayaan dalam satu

atap, memiliki arti yang penting dalam rangka pengembangan budaya dan pariwisata

secara komprehensif, bukan mengkomoditikan budaya sebagai obyek pariwisata. Citra

positif Bali, diharapkan dapat mengangkat potensi wilayah lainnya untuk

mengembangkan produk atau jasa yang khas dengan manajemen yang lebih baik.

Page 12: Diktat Ecotourism

Iwan Nugroho – 2004 – Ecotourism – PS Agribisnis Fakultas Pertanian Univ Widyagama

12

Ecotourism sebagai integrasi tourism dan konservasi, memuat aspek-aspek

pendidikan, kesadaran publik dan tanggungjawab bagi penyelamatan dan pewarisan

nilai-nilai budaya dan lingkungan. Selain tiu, pengembangan ecotourism diharapkan

menjadi model untuk menstimulasi usaha kecil dan menengah yang sesuai dengan

sustainable development. Hal ini menjadi bermanfaat dan menciptakan kantung-

kantung ekologis dan ekonomi manakala terjadi krisis ekonomi seperti halnya tahun

1998.

Sumberdaya potensial pendukung ecotourism di Indonesia sangat signifikan.

Sebagai negara mega-diversity, Indonesia memiliki sekitar 10 persen flora, 12 persen

mamalia, 16 persen amphibia dan reptiles, 17 persen burung, 25 persen ikan dan 15

persen serangga dunia. Indonesia memiliki 30 juta hektar (ha) hutan lindung dan 15 juta

ha hutan konservasi. Indonesia juga memiliki sumberdaya bawah air dan geografi yang

memikat. Hal ini diperkaya dengan keragaman etnik, agama, tradisi dan mata

pencaharian yang melekat dengan sumberdaya alam dan lingkungan.